Pembahasan Darah II

4
Pengangkutan zat dalamtubuh manusia atau mamalia dilakukan oleh cairan tubuh baik cairan intravaskuler maupun ekstravaskuler. Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih, dan keeping-keping darah (Frandson, 1992). Sel darah merah membawa haemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah merah berbentuk piring atau biconcave, pada mamalia sel darah merah tidak bernukleus kecuali pada awal dan pada hewan-hewan tertentu. Sel darah merah pada unggas mempunyai nukleus dan berbentuk elips. Sel darah merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K (Kusumawati, 2004). Tabel Jumlah eritrosit pada hewan Spesies SDM.10 6 / mm 3 Hb (g/ 100ml) Diameter R Sapi 5-10 8-15 4,5-8 Kuda 6,5-12,5 11-19 55,8 Domba 8-16 8-18 1-2,6 Kambing 8-18 8-14 Babi 5-8 10-16 Kelinci 4-4.8 9,3-19,3 Sumber : Ganong, 1998. Darah juga mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit juga berperan dalam sistem buffer seperti bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan kandungan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis. Darah dengan jumlah haemoglobin berkurang jauh dari standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia. Anemia juga dapat disebabkan oleh penyakit kronis, akut, kecelakaan yang mengeluarkan banyak darah, terserang penyakit cacing tambang, kanker darah, kekurangan gizi dan lain-lain. Anemia juga disebabkan oleh defisieansi zat Fe, Cu, vitamin dan asam amino (Frandson, 1992). Pada praktikum ini dilakukan penghitungan jumlah butir darah merah dan kadar hemoglobin. Untuk mengetahui jumlah butir sel darah merah dalam darah dilakukan penghitungan dengan menggunakan haemocytometer. Penambahan larutan Hayem adalah untuk melisiskan sel darah putih untuk memudahkan perhitungan darah merah. Dengan

description

fisiologi

Transcript of Pembahasan Darah II

Page 1: Pembahasan Darah II

Pengangkutan zat dalamtubuh manusia atau mamalia dilakukan oleh cairan tubuh baik cairan intravaskuler maupun ekstravaskuler. Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih, dan keeping-keping darah (Frandson, 1992).

Sel darah merah membawa haemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah merah berbentuk piring atau biconcave, pada mamalia sel darah merah tidak bernukleus kecuali pada awal dan pada hewan-hewan tertentu. Sel darah merah pada unggas mempunyai nukleus dan berbentuk elips. Sel darah merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K (Kusumawati, 2004).

Tabel Jumlah eritrosit pada hewan

Spesies SDM.106/ mm3 Hb (g/ 100ml) Diameter R

Sapi 5-10 8-15 4,5-8

Kuda 6,5-12,5 11-19 55,8

Domba 8-16 8-18 1-2,6

Kambing 8-18 8-14 –

Babi 5-8 10-16 –

Kelinci 4-4.8 9,3-19,3 –

Sumber : Ganong, 1998.

Darah juga mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit juga berperan dalam sistem buffer seperti bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan kandungan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis. Darah dengan jumlah haemoglobin berkurang jauh dari standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia. Anemia juga dapat disebabkan oleh penyakit kronis, akut, kecelakaan yang mengeluarkan banyak darah, terserang penyakit cacing tambang, kanker darah, kekurangan gizi dan lain-lain. Anemia juga disebabkan oleh defisieansi zat Fe, Cu, vitamin dan asam amino (Frandson, 1992).

Pada praktikum ini dilakukan penghitungan jumlah butir darah merah dan kadar hemoglobin. Untuk mengetahui jumlah butir sel darah merah dalam darah dilakukan penghitungan dengan menggunakan haemocytometer. Penambahan larutan Hayem adalah untuk melisiskan sel darah putih untuk memudahkan perhitungan darah merah. Dengan menggunakan larutan Hayem tersebut, darah sekaligus diencerkan 200x menggunakan pipet eritrosit. Metode yang digunakan adalah metode kamar hitung. Perhitungan hanya dilakukan pada 5 kamar hitung yaitu 4 kotak ditiap ujung dan 1 kotak paling tengah. Jumlah butir darah yang berada dalam kamar hitung hanya mewakili sebagian dari banyaknya butir darah dalam 0,5 mm darah seluruhnya. Sehingga diperlukan perhitungan lebih lanjut dengan mengalikan faktor pengenceran dan jumlah darah, untuk mendapatkan hasil akhir dari jumlah darah.

Darah yang digunaan pada praktikum ini adalah darah kelinci. Jumlah butir darah merah kelinci normal adalah 4,8 x 106 /mm3. Jumlah penghitungan sel darah merah yang didapat 1,07 x 106 /mm3

tidak sesuai dengan yang telah ditentukan oleh literature karena jumlahnya kurang dari jumlah normal.

Page 2: Pembahasan Darah II

Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oelh beberapa kesalahan. Kesalahan teknis yaitu Tehnik atau cara pengambilan yang dilakukan tidak tepat, adanya gelembung saat mengambil darah atau larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga volume darah yang diambil tidak sesuai dengan skala yang ditentukan, Pengambilan darah terlalu lama, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada haemacytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam penyedotan darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari terdapat air yang belum kering, terdapat air pada pipet yang baru dibersihkan.

Jumlah butir darah merah yang dibawah normal bisa dijadikan indikasi penyakit anemia. Menurut Frandson (1992) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pada seseorang dapat terjadi karena orang tersebut menderita anemia atau hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi disebabkan oleh penurunan jumlah air yang diminum atau banyaknya jumlah air yang diminum. Sedangkan anemiadisebabkan oleh karena sel darah yang fungsional atau hemoglobin jauh di bawah normal.

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paruparu ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).

Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah. beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu :

1. Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal yang disebut anemia mikrositik.

2. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada normal yang disebut anemia hipokromik.

Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan besi atau kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut. Penetapan Hb metode sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah drngan larutan HCL 0,1 N kemudian diemcerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.

Setelah mencocokan warna larutan sampel dengan standar warna sahli, skala menunjukkan 6 gr % atau 42% dari nilai normal. Kadar hb yang didapat rendah atau kurang dari kadar hemoglobin kelinci normal yaitu 9,3-19,3 gr/100ml.

Page 3: Pembahasan Darah II

Kadar hemoglobin yang dibawah normal dapat menunjukkan bebebrapa penyebab yaitu, (1) pengenceran yang beih banyak pengencer daripada darah, (2) kemungkinan hewan coba dalam keadaan tidak sehat atau mengalami anemia.

Evelyn, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Yogyakarta : Gadjah Mada

Press.

Ganong, W. P. 1988. Review of Medical Physiologis. Long Medical Publishing Los

Atos. California.

Guyton, Arthur C. 1995 .Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Buku Kedokteran :

EGC.

Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Yogyakarta : Gadjah

Mada Press..

Wulangi, K.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : DepDikBud.