pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

6
Modul 2 Susu perahan peternak A ditolak oleh KUD karena sapi tersebut mengalami peradangan pada 1 kuartirnya. Apakah kuartir lainnya (normal) dapat dilakukan pemerahan dan dikonsumsi, sebutkan alasannya? Berapakah jumlah maksimum sel somatic dan jumlah cemaran mikrobia pada susu? Dan bagaimanakah strategi pengendaliannya? Diskusikan dengan kelompok mengenai mikrobiologi pada susu. Buatlah makalah dan presentasi kelompok. Pembahasan Mastitis yaitu keradangan pada tenunan ambing (kelenjar susu pada hewan perah). Menurut Subronto (2003), mastitis ditandai dengan kenaikan sel didalam susu, perubahan fisik maupun susunan susu, dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atas kelenjar susu itu sendiri. Perubahan fisik yang terjadi yaitu berupa perubahan warna, bau, rasa, dan konsistensi. Penyebabnya ada 2 faktor yaitu infeksi dan lingkungan. Factor infeksi akibat masuknya mikroorganisme terutama bakteri atau berhubungan dengan penyakit tertentu. Bakteri yang sering menyebabkan mastitis antara lain: Streptococcus agalactiae, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Corynebacterium pyogenes, dan E. coli, sedangkan penyakit yang sering berkolaborasi dengan mastitis yaitu tuberculosis, atau brucellosis. Faktor lingkungan penyebab mastitis antara lain: kesalahan teknis dalam pemerahan sehingga menyebabkan luka pada puting atau ambing (paling sering); tidak terpenuhinya syarat kandang; kesalahan pemberian pakan atau adanya zat kimia tertentu yang mengalir dan dapat menyebabkan luka. Pathogenesis dari mastitis terbagi 3 fase: a. Fase infasi yaitu proses masuknya mikroorganisme kedalam puting susu, biasa terjadi setelah pemerahan karena saluran kelenjar ambing terbuka dan didukung oleh keadaan lingkungan yang jelek. b. Fase infeksi yaitu fase pembentukan mikroorganisme menjadi koloni dalam waktu singkat dan akan menyebar ke alveoli dari kelenjar susu.

description

mastitis pada sapi perah

Transcript of pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

Page 1: pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

Modul 2

• Susu perahan peternak A ditolak oleh KUD karena sapi tersebut mengalami

peradangan pada 1 kuartirnya. Apakah kuartir lainnya (normal) dapat dilakukan

pemerahan dan dikonsumsi, sebutkan alasannya? Berapakah jumlah maksimum sel

somatic dan jumlah cemaran mikrobia pada susu? Dan bagaimanakah strategi

pengendaliannya?

• Diskusikan dengan kelompok mengenai mikrobiologi pada susu. Buatlah makalah dan

presentasi kelompok.

Pembahasan

Mastitis yaitu keradangan pada tenunan ambing (kelenjar susu pada hewan perah).

Menurut Subronto (2003), mastitis ditandai dengan kenaikan sel didalam susu, perubahan

fisik maupun susunan susu, dan disertai atau tanpa disertai perubahan patologis atas kelenjar

susu itu sendiri. Perubahan fisik yang terjadi yaitu berupa perubahan warna, bau, rasa, dan

konsistensi.

Penyebabnya ada 2 faktor yaitu infeksi dan lingkungan. Factor infeksi akibat

masuknya mikroorganisme terutama bakteri atau berhubungan dengan penyakit tertentu.

Bakteri yang sering menyebabkan mastitis antara lain: Streptococcus agalactiae,

Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Corynebacterium pyogenes, dan E. coli,

sedangkan penyakit yang sering berkolaborasi dengan mastitis yaitu tuberculosis, atau

brucellosis. Faktor lingkungan penyebab mastitis antara lain: kesalahan teknis dalam

pemerahan sehingga menyebabkan luka pada puting atau ambing (paling sering); tidak

terpenuhinya syarat kandang; kesalahan pemberian pakan atau adanya zat kimia tertentu yang

mengalir dan dapat menyebabkan luka.

Pathogenesis dari mastitis terbagi 3 fase:

a. Fase infasi yaitu proses masuknya mikroorganisme kedalam puting susu, biasa

terjadi setelah pemerahan karena saluran kelenjar ambing terbuka dan didukung

oleh keadaan lingkungan yang jelek.

b. Fase infeksi yaitu fase pembentukan mikroorganisme menjadi koloni dalam waktu

singkat dan akan menyebar ke alveoli dari kelenjar susu.

Page 2: pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

c. Fase infiltrasi adalah penyebaran mikroorganisme yang telah menyebar sampai

kelenjar ambing, sehingga menimbulkan keradangan yang menyebabkan sel-sel

darah terlepas kedalam susu, sehingga sifat susu dan susunannya berubah.

Mastitis pada sapi perah berdasarkan tingkatan atau tipenya dapat dibagi 4 macam:

a. Mastitis akut cirinya ambing bengkak, panas, merah, jika diraba sapi kesakitan,

dan terganggunya fungsi ambing

b. Mastitis subakut cirinya perubahan bentuk atau asimetris, bengkak dan kemerahan

c. Mastitis kronis cirinya keradangan telah berlangsung lama dan ambing mengalami

atropi atau (mengecil)

d. Mastitis sub kronis yang terjadi biasanya tanpa gejala tetapi komposisi susu telah

mengalami perubahan

Susu dari sapi yang menderita mastitis, dilarang untuk dikonsumsi maupun diedarkan

karema kandungan mikrobanya yang tinggi.

Perbandingan komposisi susu normal dengan susu mastitis

Komponen Susu normal Susu mastitis

Lemak 3,45 3,2

Fruktosa 4,85 4,4

Casein 27,9 22,5

Whey protein 8,2 13,1

Na 5,7 104,6

K 172,5 157,3

Cl 80-130 >250

Ca 136 49

Pb 6,65 6,9-7

Pemeriksaan susu mastitis secara sederhana dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Uji CMT (California Mastitis Test)

Dengan cara mencampurkan air susu dengan reagen CMT pada gelas arloji dengan

perbandingan 1:1, kemudian aduk dengan tusuk gigi secara cepat kemudian amati ada

tidaknya viscous

Page 3: pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

b. Uji WST (White Side test)

Caranya sama tetapi reagennya NaOH 4%

c. Uji detergen 5%

Cara sam seperti uji CMT dan WST tetapi reagen digunakan detergen 5%. Pengujian

mastitis sebaiknya dilakukan langsung sekaligus untuk air susu yang dihasilkan oleh

masing-masing putting susu. Sehingga nantinya dapat diketahui putting yang mana

yang menderita mastitis. Pada kebanyakan kasus, mastitis hanya terjadi pada satu atau

dua kuartir dan jarang terjadi pada seluruh kuartir ambing

d. Uji lain

Winconsin mastitis test, uji katalase, dan lain-lain

Mastitis tidak dapat dieradikasi

1. Banyak jenis bakteri yang terlibat, dan sebagian besar selalu ada.

Pengobatan dengan antibiotik menghasilkan berbagai efektifitas (tidak selalu berhasil),

menggunakan vaksinasi hanya dapat menurunkan sebagian kejadian

2. Cara pendekatan yang terbaik melalui program pengendalian.

Strategi pengendalian mastitis

1) Mengurangi reservoir (ternak terinfeksi) melalui:

lingkungan yang bersih (sebersih mungkin),

mengurangi sapi pembawa agen kontagius dengan terapi kering kandang,

teat dipping setelah pemerahan

culling

2) Pengendalian vektor:

a. Pemerah, (pemerahan dengan tangan)

b. Sarung tangan

c. Pemerahan awal (sebaiknya dilakukan sebelum pemerahan). Setelah itu baru

puting dicuci demikian juga dengan tangan pemerah.

d. Puting harus selalu dikeringkan, sebelum diperah bisa digunakan desinfektan

dengan level rendah (60 ppm jodium atau 200 ppm sodium hypochlorite)

sehingga jumlah bakteri di puting, di air hangat dan di tangan pemerah dapat

ditekan

e. Pemerahan sapi penderita mastitis harus terakhir meskipun tidak tersedia kandang

Page 4: pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

khusus.

3. Optimalkan daya pertahanan ternak

Pertahanan ambing banyak ditentukan oleh puting susu dan ambing sendiri. Beberapa

daya pertahanan ambing :

1) kulit puting susu

2) teat canal

3) mekanisme intrinsic

a. laktoferin

b. laktoperoksidase

c. complement

d. immunoglobulin

e. PMNs (Polymorphonuclear neutrophil)

Menjaga puting dan lubang puting dalam kondisi yang baik. Hal ini merupakan

komponen penting dalam pengendalian mastiti

Peradangan pada mastitis dapat terjadi pada salah satu kuartir ambing saja, mastitis

tidak bersifat sistemik sehingga kuartir yang lainnya bisa jadi normal dan susu yang

dihasilkan juga normal. Tetapi dalam hal susu dapat dilakukan pemerahan untuk konsumsi

atau tidak hal iini dipengaruhi oleh jenis bakteri yang menyerang dan juga asal infeksi apabila

infeksi berasal dari bakteri yang berasal dari lingkungan maka kemungkinan besar susu yang

berasal dari kuartir lainnya yang normal dapat di konsumsi. Apabila bakteri berasal dari

dalam ambing yaitu bakteri flora normal yang mengalami predisposisi maka sebaiknya susu

tidak di konsumsi karena di khawatirkan bahwa pada ambing yang terlihat normal juga

mengalami mastitis namun yang sifatnya subklinis sedangkan yang terlihat mengalami

peradangan mengalami mastitis klinis.

Jumlah sel somatik maksimum yang dapat dikonsumsi dan jumlah cemaran mikroba

pada susu diatur dalam SNI 3141. 1 : 2011 yang merupakan revisi dari SNI tahun 1998.

Jumlah sel somatik pada susu yang masih dapat dikonsumsi dihitung dengan metode

perhitungan langsung jumlah sel somatis yaitu dengan pewarnaan breed (methylen blue

loffler). Yaitu maksimum berjumlah 400000 sel per ml. Jumlah cemaran mikroba maksimum

dibagi menjadi

Total plate count (TPC) maksimal 1000000 CFU(colony forming unit) per ml

Page 5: pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

Staphylococcus aureus maksimal 100 CFU per ml

Enterobacteraceae maksimal 1000 CFU per ml

Mastitis dapat menyebabkan beberapa kerugian diantaranya, kehilangan produksi

susu, kualitas dan kuantitas susu berkurang, banyak sapi yang diculling. Penurunan produksi

susu per kuartir bisa mencapai 30% atau 15% per sapi per laktasi, sehingga menjadi

permasalahan besar dalam industri sapi perah. Resistensi atau kepekaan terhadap mastitis

pada sapi, kambing atau domba bersifat menurun. Karena Gen- gen yang menurun akan

menentukan ukuran dan struktur puting.

Mastitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal yang

berasal dari ternak itu sendiri yang termasuk dalam faktor genetik, faktor nutrisi, faktor

lingkungan dan manajemen pemerahan. Resistensi atau kepekaan terhadap mastitis pada sapi,

kambing atau domba bersifat menurun. Gen- gen yang menurun akan menentukan ukuran

dan struktur puting. Disamping faktor –faktor mikroorganisme yang meliputi berbagai jenis,

jumlah dan virulensinya, faktor ternak dan lingkungannya juga menentukan mudah tidaknya

terjadi radang ambing dalam suatu peternakan. Faktor predisposisi radang ambing dilihat dari

segi ternak, meliputi : bentuk ambing, misalnya ambing yang sangat menggantung, atau

ambing dengan lubang puting terlalu lebar. Jadi faktor gen juga menjadi pendukung

penyebab terjadinya mastitis pada hewan.

Letak kuartir juga mempengaruhi kejadian mastitis. Kuartir kiri, belakang dan kanan,

depan lebih sering mengalami mastitis daripada kedua puting lainnya. Pada kiri belakang,

mastitis mencapai 34,3%, sedangkan kanan, depan mencapai 30,06%. Faktor lingkungan dan

pengelolaan peternakan yang banyak mempengaruhi terjadinya radang ambing meliputi :

pakan, perkandangan, banyaknya sapi dalam satu kandang, ventilasi, sanitasi kandang dan

cara pemerahan susu. Pada ventilasi jelek, mastitis mencapai 87,5%, ventilasi yang baik

mencapai 49,39%.

Penularan mastitis dari seekor sapi ke sapi lain dan dari kuarter terinfeksi ke kuarter

normal bisa melalui tangan pemerah, kain pembersih, mesin pemerah dan lalat. Berdasarkan

uji sensitifitas terhadap berbagai antibiotik diketahui bahwa sebagian besar S. aureus telah

resisten terhadap oksasilin, penicillin, dan eritromisin dan ada beberapa isolate yang juga

resisten terhadap tetrasiklin, ampisillin, dan gentamisin. Resistensi Staphylococcus aureus

Page 6: pembahasan dan kasus susu sapi mastitis

terhadap penicillin disebabkan oleh adanya β- laktamase yang akan menguraikan cincin β-

laktam yang ditemukan pada kelompok penicillin.

Pencegahan terhadap mastitis ditempuh melalui dipping puting sehabis pemerahan

dengan antiseptika, antara lain: alkohol 70 %, Chlorhexidine 0,5%, kaporit 4% dan Iodophor

0,5 – 1%. Pengobatan mastitis sebaiknya menggunakan : Lincomycin, Erytromycin dan

Chloramphenicol. Mastitis yang disebabkan oleh Streptococcus sp masih bisa diatasi dengan

penicillin, karena streptococcus sp masih peka terhadap penicillin

Guna mencegah infeksi baru oleh bakteri penyebab mastitis, maka perlu beberapa

upaya, antara lain :

Meminimalisasi kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran infeksi dari satu sapi

ke sapi lain dan kondisi-kondisi yang memudahkan kontaminasi bakteri dan penetrasi

bakteri ke saluran puting.

Air susu pancaran pertama saat pemerahan ditampung di strip cup dan diamati

terhadap ada tidaknya mastitis. Pencelupan atau diping puting dalam biosid 3000 IU

(3,3 mililiter/liter air). Penggunaan lap yang berbeda untuk setiap ekor sapi, dan

pastikan lap tersebut telah dicuci dan didesinfektan sebelum digunakan.

Pemberian nutrisi yang berkualitas, sehingga meningkatkan resistensi ternak terhadap

infeksi bakteri penyebab mastitis. Suplementasi vitamin E, A dan β-karoten serta

imbangan antara Co (Cobalt) dan Zn (Seng) perlu diupayakan untuk menekan

kejadian mastitis.

Penggunaan antibiotik pada setiap kasus mastitis, yang mungkin tidak selalu tepat,

maka timbul masalah baru yaitu adanya residu antibiotika dalam susu, alergi, resistensi serta

mempengaruhi pengolahan susu. Mastitis subklinis yang disebabkan oleh bakteri gram positif

juga makin sulit ditangani dengan antibiotik, karena bakteri ini sudah banyak yang resisten

terhadap berbagai jenis antibiotik. Diperlukan upaya pencegahan dengan melakukan blocking

tahap awal terjadinya infeksi bakteri.