PEMAKNAAN MAHASISWA PRODI ILMU PERPUSTAKAAN...
Transcript of PEMAKNAAN MAHASISWA PRODI ILMU PERPUSTAKAAN...
PEMAKNAAN MAHASISWA PRODI ILMU PERPUSTAKAAN
TERHADAP PELAYANAN PUSTAKAWAN
PUSATPERPUSTAKAAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
BRILIANI NUR FIKRI
NIM. 11140251000056
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1440H/2019M
i
ABSTRAK
Briliani Nur Fikri (11140251000056). Pemaknaan Mahasiswa Prodi Ilmu
Perpustakaan Terhadap Pelayanan Pustakawan Pusat Perpustakaan Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta.Di bawah bimbingan Parhan Hidayat,
Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.
Penelitian ini bertujuanuntuk untuk mengungkapkan makna pelayanan
perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Jenis penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Teknik
pengumpulan data pada penelitian adalah observasi, FGD (Foccus Group
Discussion), dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data meliputi: reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Informan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan Angkatan 2014 dan 2015. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa ada lima aspek yang dimaknai pemustaka
terhadap pustakawan dalam memberikan layanan. yaitu berdasarkan sikap penuh
pertolongan, perhatian, tenggang rasa, sopan, dan peduli. Pertama; sikap penuh
pertolongan pemustaka memaknai bahwa pustakawan dalam memberikan
pertolongan yaitu harus responsive, mampu memberikan solusi dan saran.Kedua;
pada sikap perhatian,pemustaka memaknai sikap perhatian bahwa pustakawan
harus proaktif dalam mengingatkan hak dan kewajiban pemustaka.Ketiga;
berdasarkan sikap tenggang rasa,pemustaka memaknai sikap ini diharapkan
pustakawan harus mampu mengatasi kekurangan dalam memberikan
layanan.Keempat; Sikap sopan,pemustaka memaknai sikap sopan ini adalah
pustakawan harus akrab (friendly) dan santai kepada pemustaka dalam
memberikan layanannya.Kelima; Sikap peduli, pemustaka memaknai sikap peduli
dengan, pustakawan juga diharapkan dapat peduli dengan koleksi.serta peduli
terhadap perkembangan zaman.Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah
memberikan pelayanan yang optimal dengan melakukan banyak perbaikan dan
perubahanpada layanan dan pelayanan di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kata Kunci: Sikap pustakawan, Layanan Perpustakaan, Perpustakaan
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis haturkan puji syukur yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga skripsi dengan judul ―Pemaknaan Mahasiswa
Prodi Ilmu Perpustakaan Terhadap Pelayanan Pustakawan Pusat
Perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta‖ dapat selesai dengan baik..
Penulis menyadari dengan setulus hati bahwa skripsi ini masih sangat jauh
dari kata sempurna.Hal tersebut didasari pada keterbatasan waktu, tenaga, maupun
pengetahuan dari penulis.Akan tetapi penulis berupaya semaksimal mungkin
untuk memberikan yang terbaik kepada pembaca khususnya Jurusan Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. BapakSaiful Umam, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Maryam, M.Hum, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Amir Fadila M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik.
4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu
iii
mengarahkan, dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis melaksanakan
perkuliahan.
6. Seluruh informan dalam penelitian ini, yaitu M. Ryski Maulana (2014),
Marisya Ningrum (2014), Ratu Karima (2014), Maria Ulfa (2015), Mutiah
Tsani Hanifah (2015), Yudi Setiadi (2015).
7. Orang tua penulis, Ayahanda Muhammad Yasin dan Ibunda Amah
Mahmudah yang selalu memberikan semangat, dorongan dan doa yang tiada
terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
8. Kepada teman-teman seperjuangan yaitu Lila Nur Safitri, Aghnaita
Suwanda, Ratu Karima, Silmi Khaffah, Rantika Chairunnisa, Arum
Fakhriah, Ingrid Shela Devina, Irwina Safitri, Melpi Nuryanti serta teman-
teman Ilmu Perpustakaan angkatan 2014 dan juga teman-teman IP B 2014
yang memberikan bantuan dukungannya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
9. Semua pihak baik teman maupun saudara yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih untuk semuanya. Semoga Allah Swt. Membalas
semua kebaikan yang sudah diberikan kepada penulis. Amiiin.
Jakarta, Agustus 2019
Briliani Nur Fikri
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 7 D. Definisi Istilah ............................................................................................... 8 E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 11 A. Sikap ............................................................................................................ 11
1. Definisi Sikap 11
2. Fungsi Sikap 13
3. Komponen-komponen Sikap 14
4. Pembentukan dan Perubahan Sikap 15
5. Pengukuran sikap 18
6. Sikap Pustakawan 20
B. Perpustakaan Perguruan Tinggi ................................................................... 25
1. Definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi 25
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi 26
3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi 27
C. Pelayanan Perpustakaan............................................................................... 30
1. Definisi Pelayanan 30
2. Tujuan Pelayanan Perpustakaan 31
3. Sistem Pelayanan Perpustakaan 31
4. Jenis Pelayanan Perpustakaan 33
D. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................. 38 B. Sumber Data ................................................................................................ 39 C. Variabel dan Indikator Penelitian ................................................................ 40 D. Kriteria Informan ......................................................................................... 40 E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 51
F. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 53 A. Profil Objek Penelitian ................................................................................ 53
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................................ 62
1. Hasil penelitian 62
2. Pembahasan 68
v
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72 A. Kesimpulan .................................................................................................. 72 B. Saran ............................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian.................................................................................. 52
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................................ 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Layanan merupakan jantung dari penyelenggaraan perpustakaan karena
Layanan yang baik terhadap pengguna akan sangat menentukan animo
pemustaka untuk datang ke perpustakaan. Layanan yang baik tentu saja akan
membuat pemustaka merasa ingin selalu datang ke perpustakaan, sementara
perpustakaan dengan layanan yang buruk hanya akan membuat pemustaka
menjadi bertambah sungkan untuk datang ke perpustakaan. Semua pengadaan
dan perbaikan sarana di perpustakaan hanya memiliki satu tujuan yaitu
memberikan layanan yang baik terhadap pemustaka.Karena layanan
merupakan semua jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan melakukan
hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
pemustaka.Layanan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh setiap
perpustakaan.
Dalam undang-undang perpustakaan nomor 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan, pasal 14 (1) menyebutkan bahwa ―layanan perpustakaan
dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka.‖1Dalam
mewujudkan layanan prima, perpustakaan membutuhkan tenaga yang
professional dalam bidangnya yaitu pustakawan.
1Dewan Perwakilan Rakyat, ―Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan‖ (Dewan Perwakilan Rakyat, n.d.), http://digilib.isi.ac.id/2667/1/UU-43-
2007-PERPUSTAKAAN.pdf.
2
Setiap perpustakaan membutuhkan pustakawan sebagai tumpuan untuk
mengelola unit perpustakaan.Pustakawan diharapkan menjadi tolak ukur
dalam setiap kegiatanlayanan, kemampuan pustakawan dalam memberikan
layanan berbasis pengguna dan layanan prima yang tujuan akhirnya adalah
untuk kepuasan pemustaka.Dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan
pustakawan dituntut bersikap professional.Sikap profesionalisme tenaga
pustakawan yang perlu diperhatikan adalah kepribadian pustakawan,
kompetensi pustakawan, dan kecakapan pustakawan.2Selain itu seluruh
layanan perpustakaan juga merupakan sebuah penentu bagi sebuah
perpustakaan, dan memiliki bagian penting dalam memberikan sebuah
kepuasan kepada pengguna.Karena seluruh layanan yang ada perpustakaan
merupakan ujung tombakdari kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah pusat
dokumentasi.
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang gunanya
untuk menunjang proses pendidikan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Perpustakaan perguruan tinggi
mencangkup Universitas, sekolah tinggi, institute, dan lain
sebagainya.3Pemustaka di perpustakaan perguruan tinggi biasanya terdiri dari
mahasiswa, dosen, dan karyawan, mereka semua membutuhkan informasi
yang beragam.Seperti contohnya mahasiswa sering berkunjung
keperpustakaan untuk menanyakan berbagai hal atau informasi yang
berhubungan dengan perkuliahan dan membutuhkan pustakawan untuk
2Triana Santi, ―Membangun Citra Pustakawan IAIN-SU Medan,‖ Jurnal Iqra, Vol. 8, no. 1
(2014). 3Sutarno NS, Manajeman Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2006),h. 35-36.
3
membantu dalam mencari informasi yang dibutuhkan, adapun dosen yang
datang keperpustakaan untuk mencari bahan mengajar atau bahan materi
untuk penelitian dan meminta bantuan pustakawan untuk mencarikan
literature yang sesuai dengan kebutuhan.Selain mahasiswa dan dosen ada
juga karyawan yang berkunjung keperpustakaan biasanya untuk mencari
bahan untuk pelatihan, kenaikan pangkat, informasi obat-obatan, resep
masakan dan sebagainya.4Perpustakaan perguruan tinggi memiliki bagian
yang sangat penting bagi para penggunanya, karena perpustakaan perguruan
tinggi di harapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi para mahasiswa,
tenaga pendidik dan seluruh civitas akademik.
Dari ketiga jenis pemustaka tersebut memiliki tingkah laku yang
berbeda-beda, ada yang sopan, ada yang menggunakan bahasa yang baik ada
pula yang yang tidak menggunakan bahasa yang kurang baik atau kurang bisa
dimengerti.Disini hendaknya pustakawan selalu berupaya semaksimal
mungkin untuk memenuhi kebutuhan pemustaka, maka pustakawan selalu
berupaya memberikan layanan yang terbaik.Agar terwujud layanan di
perpustakaan, maka pustakawan sebaiknya memiliki kopetensi, yaitu
memiliki ilmu pengetahuan tentang perpustakaan yang memadai,
keterampilan dan sikap yang baik dalam memberikan layanan kepada
pemustaka.
Kemampuan sikap merupakan pernyataan evaluatif terhadap objek,
orang atau peristiwa.Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap
4Hafizah Shalehah, ―Hafizah Pustakawan: Pelayanan Prima Perpustakaan Perguruan
Tinggi,‖ Hafizah Pustakawan (blog), Rabu, Agustus 2014,
http://hafizahshalehah.blogspot.com/2014/08/pelayanan-prima-perpustakaan-perguruan.html.
4
sesuatu.Selain itu pustakawan juga harus memiliki sikap luwes atau mudah
untuk menyesuaikan dan selalu siaga untuk menghadapi perubahan, dia harus
peka terhadap perubahan lingkungan, dan banyak melihat perkembangan
layanan diluar perpustakaan di tempat mereka bekerja.5
Kode etik pustakawan pada sikap dasar pustakawan pasal 3 merupakan
pedoman dalam pustakawan dalam bersikap, yaitu:
a. Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapanmasyarakat pada
umumnya dan kebutuhan penggunaperpustakaan pada khususnya;
b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensisetinggi mungkin
dan berkewajiban mengikutiperkembangan;
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikaphidup pribadi dan
tugas profesi;
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya,berdasarkan
pertimbangan profesional;
e. Tidak menyalah gunakan posisinya dengan mengambilkeuntungan
kecuali atas jasa profesi;
f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat,baik dalam
ucapan maupun perbuatan.6
Dengan kata lain sikap merupakan respon seseorang dari suatu objek.
Sedangkan jika objek sikap itu tidak disukai maka objek akan memberikan
respon negatif dan sebaliknya. Sikap merupakan penentu dari baik atau
buruknya sebuah layanan yang diberikan terutama diperpustakaan.
5Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi (Bandung: CV Bahtera Ilmu, 2012), h. 15.
6Perpustakaan Nasional RI, ―Kode Etik Pustakawan Indonesia‖ (Perpustakaan Nasional,
Republik Indonesia, 2012), http://ipi.perpusnas.go.id/wp-content/uploads/2017/09/KODE_ETIK-
IPI-2015_B5.pdf.
5
Sebagaimana Wahyu Allah SWT yang tertulis dalam QS Ali imran ayat
159:
فٱعفعنھموٱستغفر وامن حولك نٱلنتلھم ولوكنتفظاغلیظٱلقلبنفض فبمارحمةم
لین لعلىٱإنٱیحبٱلمتوك فإذاعزمت فتوك ٥١لھموشاورھمفیٱلمرTerjemahnya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembutterhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itumaqfkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
danbermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabilakamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang bertawakkal
kepada-Nya.”
Menurut ayat di atas dapat diberikan penjelasan bahwa keberhasilan
bagi pustakawan dalam melakukan pelayanan kepada pemustaka hendaknya
lebih menekankan pada nilai-nilai moral, etika, akhlak pribadi (seperti: jujur,
berani, penolong, disiplin, sikap lemah lembut dan kerja keras), karena
merupakan metode dalam dakwah tarbiyah (pendidikan), pengajaran dan
berinteraksi dengan orang lain serta sikap lemah lembut mendatangkan
kebaikan, sedangkan sikap kasar selalu mendatangkan keburukan.
Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakartamerupakan
perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki peran besar dalam menunjang
kebutuhan informasi dan pendidikan bagi seluruh mahasiswa serta civitas
akademika Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain
menunjang kebutuhan para mahasiswa Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidatayullah Jakarta berupaya memberikan layanan yang optimal kepada
pemustaka, Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki
6
beberapa layanan antara lain: layanan baca, layananmonograf, layanan
referensi, layanan multimedia, layanan terbitan berkala, layanan katalog, BI
corner, dan layanan loker. Layanan tersebut di sediakan untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemustaka, serta sebagai penunjang dalam kegiatan
belajar dan mengajar seluruh sivitas akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah berusaha memberikan
pelayanan sebaikmungkinkepada pemustaka, dari segi sikap, perilaku
maupun fasilitas yang berusaha dipenuhi oleh tenaga pustakawan demi
memenuhi kebutuhan para pemustaka yang juga mahasiswa, semua itu
dilakukanuntuk menunjang kebutuhan informasi serta kegiatan belajar
mengajar.
Selain itu masih banyak pemustaka yang mengeluhkan sikap
pustakawan yang kurang ramah, kurang komunikatif, serta kurang rasa
empati terhadap pemustaka.Sehingga menimbulkan pandangan yang negatif
terhadap pustakawan.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan yang patut untuk diteliti
berkaitan dengan sikap pustakawan yang dilihat dari sudut pandang
pemustaka khususnya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, penulis
meninjau dari sikap pertolongan, sikap penuh perhatian, tenggang rasa, sopan
dan peduli.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas maka penulis
ingin mengetahui lebih jauh bagaimanapendapat mahasiswa UIN Syarif
7
Hidayatullah JakartaJurusan Ilmu Perpustakaan terhadap sikap pustakawan
dalam memberikan layanan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan judul “Pemaknaan Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan
Terhadap Pelayanan Pustakawan Pusat Perpustakaan Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus pada masalah, maka pembahasan
penelitian ini dibatasi pada makna layanan pustakawan Pusat Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan pendapat mahasiswa Prodi
Ilmu Perpustakaan.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas, penulis mengidentifikasi
permasalahan yang timbul, yakni: bagaimana mahasiswa Prodi Ilmu
Perpustakaan dalam memaknai pelayanan pustakawan di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas penelitian ini di tujukan untuk
mengungkapkan makna pelayanan perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perkembangan ilmu perpustakaan, khususnya mengenai sikap
pustakawan dalam memberikan pelayanan sehingga dapat menambah
kepuasan bagi penggunanya
b. Diharapkan memberikan kontribusi pemikiran bagi Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.
c. Dapat menambah wawasan baik bagi penulis maupun masyarakat
umum
d. Sebagai bahan masukan pengembangan penelitian selanjutnya dalam
skala yang lebih besar.
D. Definisi Istilah
1. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang
terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang
berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu
perguruan tinggi mencapai tujuannya.7
2. Pelayanan perpustakaan
Pelayanan perpustakaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
dalam memberikan suatu jasa layanan kepada pemustaka.
7Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2013), h. 2.17.
9
3. Pustakawan
Pustakawan merupakan profesi yang terkait dengan bahan pustaka,
atau orang yang memberikan layanan atau pelayanan kepada seseorang
untuk membatu menemukan informasi di perpustakaan.
4. Pemaknaan
Merupakan suatu konteks pencarian suatu prosedur dalam mencari
kebenaran dalam suatu ilmu pengetahuan.8
5. Prodi Ilmu Perpustakaan
Prodi Ilmu Perpustakaan merupakan program studi yang
mempelajari mengenai pengumpulan, pengorganisasian, pengawetan, dan
penyebar luasan sumber informasi yang ada di suatu perpustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Agar bahasan bab demi bab terjalin secara sistematis, maka penulis
membaginya dalam lima bab, adapun urutannya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang penelitian, pembatasan
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian
terdahulu, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
8Mien Hidayat, ―Makna Dan Pemaknaan Aplikasi Dalam Penelitian‖ (Universitas
Padjadjaran, 2008),
https://www.academia.edu/7084510/MAKNA_DAN_PEMAKNAAN_APLIKASI_DALAM_PEN
ELITIAN.
10
Bab II Tunjauan Literatur
Bab ini menjelaskan teori-teori yang berasal dari kajian yang
memiliki kaitan denganPemaknaan Mahasiswa Prodi Ilmu
Perpustakaan Terhadap Pelayanan Pustakawan Pusat Perpustakaan
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Literatur yang diambil berkaitan
dan penelitian relevan dengan topic penelitian meliputi: pengertian,
buku pedoman, dan seterusnya.
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini menjabarkan tentang jenis dan pendekatan penelitian,
metode penelitian, informan, teknik pengumpulan data, keabsahan
data, teknik pengolahan dan analisis, instrument penelitian, dan
jadwal penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini membahas mengenai gambaran secara umum Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Hasil temuan penelitian dan
pembahasan mengenai sikap pustakawan UIN Syarif Hidayatullah
dalam memberikan pelayanan menurut para mahasiswa Prodi Ilmu
Perpustakaan.
Bab V Penutup
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran
dari penulis atas permasalahan yang diteliti.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap merupakan salah satu istilah bidang psikologi yang
berhubungan dengan persepsi dan tingkah laku, sikap dalam bahasa inggris
disebut attitude.Yaitu kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap
suatu perangsang atau situasi. Menurut Morris & Maisto ―Attitude is a
relatively stable organization of belief, feelings and tendencies toward
something or some one” sikap merupakan organisasi yang relative stabil
dari kepercayaan , perasaan dan kecenderungan terhadap sesuatu atau
seseorang.9Sedangkan menurut Fishbein “Attitude can be defined as a
learned predisposition to respond in a consistently favorable or unforable
manner with respect to a given object” sikap adalah suatu kecenderungan
yang dipelajari untuk berespons tertentu secara konsisten, baik suka
maupun tidak suka terhadap suatu obyek.10
Sikap merupakan suatu perilaku yang mencerminkan perasaan,
keinginan, pikiran, dan kerja keras seseorang dalam melihat sesuatu
apakah bersifat negatif atau positif, sehingga seseorang dapat memberikan
respon suka maupun tidak suka terhadap suatu obyek.
9Nina Ariyani Martini and Ida Farida, Psikologi Perpustakaan (Tangerang Selatan:
Universitas terbuka, 2014). 10
Nina Ariyani Martini and Ida Farida.Psikologi Perpustakaan, h. 5.2.
12
Dari definisi di atas ada beberapa hal penting dalam sikap:
a. Sikap merupakan suatu yang dipelajari dan tidak dibawa dari lahir.
Sikap dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan
individudalam hubungannya dengan obyek sikap. Sikap dipelajari,
maka sikap seseorang terhadap suatu obyek dapat berubah bila
terdapat keadaan atau hal-hal tertentu yang mempermudah
berubahnya sikap tersebut
b. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Dengan kata lain, sikap
itu terbentuk, dipelajari dan berubah selalu berkenaan dengan suatu
obyek. Obyek sikap dapat bermacam-macam, dapat berupa benda-
benda, orang-orang, peristiwa, pemandangan, lembaga, norma, nilai
dan lain-lain. Jadi seseorang dapat memiliki beraneka ragam sikap
tentang obyek-obyek yang ada disekelilingnya. Namun pengetahuan
tentang suatu obyek belum membentuk sikap tanpa adanya
kesediaan individu untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya tentang obyek tersebut. Hal ini membawa kita pada
ciri-ciri sikap selanjutnya.
c. Sikap terhadap sesuatu obyek selalu disertai perasaan positif atau
negatif, dapat pro, dapat anti, dapat suka atau tidak suka terhadap
suatu obyek. Jadi dalam sikapnya seseorang menghadapi obyek itu
secara evaluatif. Seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu
obyek yang dianggap bernilai. Ia akan mempunya sikap negatif
apabila seseorang melihat obyek yang dianggapnya merugikan.
13
d. Sikap bersifat laten. Dari definisi diatas, kita dapat melihat sikap
merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku. Artinya sikap itu
tidak selalu segera dapat diamati, karena sikap bukanlah perbuatan.
Akan tetapi sikap dapat mendasari sejumlah tingkah laku.11
2. Fungsi Sikap
Sikap memiliki beberapa fungsi yang penting dalam kehidupan
seseorang.Oleh karena itu seseorang memiliki braneka ragam sikap
terhadap obyek-obyek yang ada di sekelilingnya.Triandis menyebutkan
ada 4 fungsi sikap.
a. Memahami dunia sekelilingnya. Sikap dapat membantu orang untuk
menginterpretasikan dan memproses informasi yang diterima dari
lingkungan. Sikap akan mempengaruhi persepsi dan pemikiran
seseorang mengenai isu, orang, ataupun onyek lainnya. Jadi melalui
sikap, seseorang dapat memahami dunia sekelilingnya.
b. Melindungi harga diri. Sikap membantu kita untuk mempertahankan
atau meningkatkan perasaan harga diri.
c. Membantu menyesuaikan diri. Seseorang mengambil sikap tertentu
terhadap suatu obyek untuk mempertahankan hubungan baik dengan
orang yang disegani.
d. Mengekspresikan nilai-nilai. Sikap membantu kita mengekspresikan
eksistensi diri dan apa yang kita yakini.12
11
Nina Ariyani Martini and Ida Farida.Psikologi Perpustakaan,h. 5.4-5.5. 12
Nina Ariyani Martini and Ida Farida, Psikologi Perpustakaan, h. 5.7
14
3. Komponen-komponen Sikap
Untuk mempunyai suatu sikap terhadap suatu obyek, ia harus
mempunyai pengetahuan tentang obyek tersebut. Namun pengetahuan
tentang suatu obyek belumlah membentuk suatu sikap, tanpa adanya
kesediaan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang obyek
tersebut. Selain itu sikap juga mengandung unsur perasaan (afektif) positif
atau negatif yang akan menentukan arah sikap.
Menurut Zanna dan Rempel (1988),mengatakan bahwa terdapat tiga
komponen utama dalam sikap yaitu cognition orbelief (kognisi atau
kepercayaan), affect orfeelings (afeksi atau perasaan) dan actionor
behavior (tindakan atau perilaku).Komponen cognition or belief mengacu
padapemikiran, kepercayaan, ide, fakta, dan pengetahuan terhadap
sesuatu.Komponenaffect or feelings, melibatkan keadaan emosi positif
atau negatif terhadap sesuatu.Komponen action or behavior, mengacu
kepada maksud untuk berperilaku dengancara tertentu terhadap sesuatu
obyek agar perilaku sejalan dengan sikap.13
a. Komponen afektif (komponen emosional) komponen ini termasuk
kedalam perasaan atau komponen emosional pada subyek suatu
invidu sendiri, yakni suatu rasa senang (positif) atau tidak senang
(negatif) terhadap suatu objek yang dilihatnya atau diketahuinya.
b. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
13
Suzy Noviyanti, ―Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan,‖ Jurnal
Akutansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, no. 1 (2008).
15
objek sikap. Pada komponen ini seseorang dapat menyatakan suka
atau tidak suka pada objek tersebut.
c. Komponen behavior (komponen perilaku, atautindakan), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Dimana pada komponen ini seseorang dapat
memberikan reaksi berupa penghindaran atau pendekatan terhadap
objek.
4. Pembentukan dan Perubahan Sikap
a. Pembentukan sikap
Ditinjau dari pengalaman individu dengan obyek sikap, maka
sikap dapat terbentuk melalui pengalaman yang hanya terjadi satu
kali tapi meninggalkan kesan mendalam baginya.Selain melalui
pengalaman langsung terhadap obyek sikap, sikap dapat terbentuk
melalui interaksi sosial seseorang. Dalam kehidupan seseorang akan
selalu terjadi interaksi antar dua individu dengan lingkungan
sekitarnya. Di dalam interaksi sosial ini akan terjadi saling pengaruh
antara satu individu dengan individu lainnya. Melalui interaksi inilah
sikap terbentuk. Seseorang dapat mempelajari sikap terhadap sesuatu
obyek dari orang lain.
Selain itu informasi dari lingkungan, baik yang diperoleh
secara personal ataupun melalui media masa tentang suatu obyek,
juga memberikan landasan bagi terbentuknya sikap terhadap obyek
itu.Informasi baru mengenai suatu obyek dapat menjadi landasan
terbentuknya sikap terhadap obyek tersebut.
16
b. Perubahan sikap
Dalam pembahasan tentang perubahan sikap, para ahli
biasanya tertarik untuk mengetahui bagaimana sikap dapat diubah
dengan sengaja kearah yang dikehendaki.Seorang pustakawan atau
professional informasi tentunya perlu mengetahui cara-cara
mengubah sikap seseorang terhadap suatu obyek.Pustakawan
tentunya ingin mengubah sikap negatif pemakai terhadap
perpustakaan menjadi sikap positif.
Sikap dapat diubah melalui komunikasi yang besikap
persuasif, seperti iklan, promosi, kampanye, propaganda.Jadi kita
dapat menciptakan komukasi tertentu yang ditujukan untuk
mengubah sikap. Komukasi persuasif adalah komunikasi yang
bertujuan untuk mempengaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku
seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan
komunikator. Komukasi persuasif ini mengandung 4 komponen
yaitu: pengirim pesan, pesan, penerima pesan serta saluran/media
komunikasi.14
Dari ulasan diatas Dapat kita ambil kesimpulan bahwa yang
menjadi faktor pembentuk dan perubah sikap antara lain komunikasi
dan faktor psikologis serta pengalaman hidup seseorang pada setiap
budaya tempat orang tersebut tinggal. Sikap terbentuk dari
perjalanan hidup seseorang ketika seseorang itu berinteraksi dengan
orang lain, selain itu sikap juga terbentuk dari informasi yang
14
Nina Ariyani Martini and Ida Farida,Psikologi Perpustakaan,h. 5.26-5.28.
17
didapat, namun adapun faktor-faktor lain yang dapat mengbah sikap
seseorang. Yaitu ketika seseorang memberikan sikap yang positif
terhadap suatu hal, maka ia akan cenderung mendekati, menyukai,
senang, merasa nyaman terhadap suatu hal tersebut. Namun ketika
orang bersikap negative terhadap suatu hal, ia akan cenderung pula
tidak menyunkai bahkan bersikap tidak perduli terhadap suatu hal.
Cara diatas tidak serta merta dapat merubah sikap, kecuali ada
faktor-faktor dibalik pembentukan dan perubahan sikap tersebut.antara
lain:
a. Faktor Internal
Faktor internal dari sikap terdapat pada diri orang yang
bersangkutan, seperti sebuah pilihan.Pada dasarnya manunia hidup
penuh dengan pilihan, salah satunya pilihan yang menurut mereka
nyaman atau sesuai dengan diri mereka.Pilihan tersebut di dapatkan
melalui pengamatan dan penangkapan terhadap objek melalui
rangsangan yang terdapat pada diri individu.
b. Faktor Eksternal
Sebagai manusia yang bersosialisasi, tentu saja faktor dari luar
juga mempengaruhi proses terbentuknya sikap tersebut. Diantaranya:
1) Sifat objek, sikap itu sendiri, bagus, atau jelek dan sebagainya
2) Kewibawaan
3) Sifat orang-orang yang mendukung sifat tersebut
4) Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap
18
5) Situasi pada saat sikap itu dibentuk.15
5. Pengukuran sikap
Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu, maka
diperlukan sebuah pengukuran sikap. Pengukuran sikap ini dilakukan
secara tidak langsung dan penarikan kesimpulan diambil dari tanggapan-
tanggapan individu terhadap objek yang dikaji, sehingga kita dapat
menyimpulkan sikap seperti apa yang dimiliki individu tersebut
Pada umumnya pengukuran sikap dapat dibagi dalam tiga cara yaitu
dengan wawancara, observasi, dan kuesioner. Setiap cara memiliki
keuntungan dan keterbatasan sehingga peneliti perlu mempertimbangkan
cara yang sesuai dengan tujuan penelitian sikap.16
Wawancara biasanya
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada
responden. Kelemahan pada metode ini adalah perasaan ragu yang di
timbulkan oleh responden dalam menjawab pertanyaan sehingga dapat
menimbulkan ketidak sesuaian dengan kenyataan.
Kuesioner sikap digunakan dengan mengukur nilai tertentu dalam
obyek sikap disetiap pertanyaan.Di sini, responden mengisi langsung
tingkat kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap pertanyaan yang
dibuat.17
Untuk dapat menjelaskan dan mempelajari sikap, kita harus dapat
mengukur sikap tersebut dengan alat ukur yang terjamin validitas dan
reabilitasnya. Sikap bersifat laten atau merupakan tingkah laku tetutup
15
Robi’atul Hasanah, ―Sikap Pemustaka Terhadap Koleksi Digital (E-Resources) Di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta‖ (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016),
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/31992. h. 22-23 16
Dewi Gayatri, ―Mendesain Instrumen Pengukuran Sikap,‖ Jurnal Keperawatan Indonesia,
Vol. 8, no. 02 (2004): 76–80. 17
Robi’atul Hasanah, ―Sikap Pemustaka Terhadap Koleksi Digital (E-Resources) Di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.‖
19
(covert). Oleh karena itu, pengukuran sikap merupakan pengukuran tidak
langsung.Sikap dapat diukur berdasarkan penyimpulan yang dibuat
terhadap tindakan dan pernyataan yang diungkapkan seseorang tentang
pendapatnya, perasaannya terhadap suatu obyek.
Secara umum, pengukuran sikap dapat dibedakan menjadi 2 metode
yaitu self report method (metode pelaporan diri) dan behavioral measures
(pengukuran tingkah laku).
a. Metode Pelaporan Diri (Self Report Method)
Pada metode ini, individu diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.Bentuknya dapat berupa skala
sikap (attitude scale) ataupun survey pendapat (opinion polls).
1) Skala sikap
Dalam suatu skala terdiri seperangkat (satu set) pertanyaan
yang berhunungan dengan obyek tertentu. Individu hanya perlu
menjawab pertanyaan yang diajukan. Setiap jawaban diberi nilai
yang dapat menunjukan arah dan kekuatan sikap seseorang
terhadap obyek tersebut., tujuan utama dari skala ini adalah
meletankan individu pada suatu posisi numeric. Posisi inilah yang
akan menggambarkan sikap individu tersebut terhadap obyek
tersebut. suatu skala sikap yang cukup banyak digunakan adalah
skala sikap yang dikembangkan oleh likert. Pada skala ini individu
diminta untuk menjawab sejauh mana ia setuju atau tidak setuju
dengan sejumlah pertanyaan terhadap suatu obyek. Skala sikap
merupakan cara pengukuran sikap yang paling banyak digunakan.
20
2) Survei Pendapat
Pengukuran sikap melalui survey pendapat hanya berisi
beberapa pertanyaan saja.Namun pertnayaan itu diajukan kebanyak
orang.Tujuannya untuk mendapakan gambaran kasar tentang
bagaimana sikap sejumlah besar populasi terhadap suatu obyek.
b. Pengukuran Tingkah Laku (Behavioral Measures)
Cara kedua untuk mengukur sikap adalah dengan metode
observasi yaitu dengan melihat secara langsung tingkah laku yang
dilakukan seseorang dalam menghadapi suatu obyek. Misalnya,
sikap seseorang terhadap fasilitas perpustakaan diukur dengan cara
mengobservasi apakah ia menggunakan catalog, internet, CD ROM,
ataupun fasilitas lain yang disediakan perputakaan. Kelemahan
dalam metode ini adalah sikap tidak selalu tercermin dalam tingkah
laku sehingga keakuratannya dapat dipertanyakan.18
6. Sikap Pustakawan
Pustakawan atau librarian adalah seorang tenaga kerja bidang
perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan, baik
melalui pelatihan, kursus, seminar, maupun dengan kegiatan sekolah
formal.19
Pustakawan dan perpustakaan memiliki masalah dalam tataran
persepsi publik sejak lama.Dahulu, profesi pustakawan dipandang sebelah
mata dan merupakan profesi yang sangat tidak bernilai, bahkan bahi
sebagian pustakawan sendiri.Kodisi ini masih tidak berubah samapai pada
18
Nina Ariyani Martini and Ida Farida, Psikologi Perpustakaan.hal. 5.19-5.21. 19
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2009).hal. 62
21
saat ini, walaupun sudah semakin banyak orang yang mengerti ilmu
perpustakaan.
Dalam kegiatan pelayanan di perpustakaan seringkali terjadi kondisi
yang tidak menyenangkan pemustaka baik langsung maupun tidak
langsung. Pustakawan yang seharusnya menjadi jasa penyedia informasi
dan mediator antara pemustaka dan koleksi., tidak berjalan sesuai dengan
fungsinya. Pemustaka yang bermaksud mencari informasi kadang-kadang
merasa tidak nyaman mengakses dari perpustakaan, tidak lain karena sikap
yang ditunjukan pustakawan seolah-olah pemustaka hanya menambah
beban kerja petugas saja. Misalnya saat melayani pemustaka sikap yang
ditunjukan kesal, tidak merespon pertanyaak dengan baik, dan terkesan
kurang bersahabat dalam melayani pemustaka yang membutuhkan
informasi, pustakawan tidak komunikatif dan kurang senyum sehingga
terkesan ―sangar‖, jutek alias judes.
Kondisi lain, kadang terjadi jika pelayanan yang terjadi pada pagi
dan siang sudah beda perlakuan. Begitu pula lauanan yang dilakukan pada
awal bulan akan berbeda dengan diakhir bulan. Tentu tidak sedikit orang
yang bilang itu hal yang ―lumrah‖ atau manusiawi. Namun hal ini tidak
berlaku pada perpustakaan yang memiliki visi ke depan yang lebih baik,
sebab perpustakaan merupakan lembaga yang visionable. Tidak mungkin
akan maju jika visinya tidak melihat konsisi yang akan datang.
Selain perpustakaan yang terus mengalami perkembangan, elemen
lain yang yang perlu mengalami perkembangan adalah pustakawan. Di
pihak lain, banyak pustakawan yang menyebut dirinya sebagai ahli
22
informasi (information specialist), karena mereka melaksanakan tugas
untuk mencari dan memberikan informasi yang diperlukan
pemustaka.Pada dasarnya courtersy adalah salah satu unsure layanan yang
harus dimiliki oleh pustakawan dalam rangka layanan perpustakaan yang
professional.
Logika sederhanya adalah memberikan pelayanan yang baik pada
pemustaka tidak membutuhkan teori yang tinggi, cukup dengan belajar
dari pengalaman diri sendiri ketika membutuhkan bantuan orang lain.
Bertolak dari fenomena tersebut, seharusnya pustakawan sudah harus
mulai belajar bagaimana menggunakan layanan berbasis pengguna dalan
layanan prima (excellence services) yang tujuan akhirnya adalah kepuasan
pemustaka. Courtesy ini tidak lain adalah untuk membuat pemustaka
merasa nyaman, merasa ada keinginan kembali ke perpustakaan
perpustakaa. Sebab ternyata fasilitas yang ada di perpustakaan tidak cukup
membuat pemustaka merasa nyaman tanpa adanya courtesy di dalam
pelayanan.
Fatmawati mengatakan pustakawan harus memiliki sikap courtesy ,
sikap courtesy jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kesopanan,
dalam kamus Inggris-Indonesia courtesy merupakan kesopan-santunan,
kesopanan, rasa hormat, dan kebaikan. Kesopanan adalah salah satu unsur
dalam memberikan layanan yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam
rangka menciptakan layanan perpustakaan professional. Bentuk sikap
courtesy dalam melayani yang dapat dilakukan oleh pustakawan yaitu:
23
a. Sikap penuh perhatian
Pustakawan memberikan perhatian kepada pemustaka, hal-hal
mana yang dianggap sulit bagi pemustaka, pustakawan dapat
memberikan solusi bijak kepada pemustaka. Di dalam masyarakat
dan di kantor pustakawan tidak sendirian. Ini artinya pustakawan
harus membangun rasa peduli dengan kebutuhan orang lain untuk
memberikan rasa nyaman kepada mereka yang berada dalam posisi
sebagai pemustaka.
b. Sikap penuh pertolongan
Penuh pertolongan yang dimaksud adalah sebagaimana
dipahami bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang tidak lepas
dari aspek keterbatasan kemampuan yang perlu dibantu orang lain.
Demikian pula dengan pemustaka yang tidak selalu menemukan
kemudahan dalam mencari informasi maupun hal lain. Pustakawan
dituntut peka rasa untuk ringan tangan membantunya.Pustakawan
dituntut mampu menyediakan bantuan, baik dalam bentuk
kemudahan maupun pemberian solusi tanpa pamrih kepada
pemustaka.
c. Tenggang rasa
Tenggang rasa yang dimaksud adalah pustakawan dapat
menunjukkan sikap empati kepada pemustaka.Misalnya pustakawan
selalu memperlihatkan empatinya dengan mendahulukan
kepentingan pemustaka dan mendengarkan dengan baik masukan,
kritikan dan saran dari pemustaka.Harus menjadi kesadaran bahwa
24
orang yang satu dengan lainnya memiliki perbedaan.Ini artinya,
dibutuhkan sikap toleransi serta tenggang rasa untuk menjebatani
perbedaan ini dan secara bersama-sama membangun sikap saling
menghormati, menghargai dan menghindarkan diri dari aksi saling
menjatuhkan.
d. Sopan
Sopan yang dimaksud adalah pustakawan pada saat melayani
pengguna dituntut untukbertingkah laku secara baik dan
menyenangkan dengan menggunakan kata-kata yang ramah, santun,
komunikatif dan berpakaian rapi.Tentu saja tidak hanya satu arah
kepada pemustaka saja, tetapi juga terhadap rekan, teman sejawat
maupun dengan atasan.Sopan santun adalah budaya bangsa
Indonesia.Untuk menunjukkan bahwa pustakawan itu berbudaya,
bagaimanapun sibuknya harus tetap berlaku sopan, santun, ramah
dan bersahabat.
e. Peduli
Peduli yang dimaksud adalah suatu sikap saling menghormati.
Menghormati orang lain adalah sikap mulia yang perlu dijunjung
tinggi oleh setiap manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat
tidak terkecuali perpustakaan.20
20
Wiji Suwarno.hal. 139-142.
25
B. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu jenis dari
sekian banyak jenis perpustakaan yang telah dikategorikan. Keberadaan
perpustakaan Perguruan Tinggi sangat strategis dalam pengembangan
pengetahuan dan teknologi.Dalam hakekat yang lebih utuh mengenai
perguruan tinggi,karena entitas perguruan tinggi mempunyai beberapa
dimensi fungsiatau dimensi makna. Dari definisi dan penjelasan yang
sudah diberikandi atas, disebutkan bahwa perguruan tinggi adalah suatu
satuanpendidikan penyelenggara pendidikan tinggi.Tujuan pendidikan
tinggi ialah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.Penggunaan
ilmupengetahuan dan teknologi tersebut untuk peningkatan taraf
kehidupanmasyarakat.21
Dari tujuan perguruan tinggi didalamnya ada peran
perpustakaan dalam membantu penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yaitu menyediakan bahan penunjang untuk mendukung kegiatan
belajar, mengajar, serta memberikan informasi terbaru mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh civitas akademik
perguruan tinggi.
Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada
perguruan tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang tergabung
dalam perguruan tinggi, dengan tujuan utama membentu perguruan tinggi
untun mencapai tujuan. Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal
dengan nama Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan
21
Djokopranoto and Eko’Indrajit’, ―Manajemen Perguruan Tinggi Modern,‖ 2004,
http://www.academia.edu/download/38229897/Book15-ManajemenPTModeren.pdf.
26
pengabdian pada masyarakat) maka perpustakaan perguruan tinggi pun
bertujuan membantu melaksanakan ketiga dharma perguruan tinggi, yang
termasuk perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan jurusan,
bagian, departemen (bukan departemen seperti kementerian) fakultas,
universitas, sekolah tinggi, dll.
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Setiap lembaga yang beridi dalam suatu bidang pasti memiliki tujuan
didalamnya, tujuan ini berguna untuk mencapai sebuah keinginginan suatu
lembaga termasuk perpustakaan perguruan tinggi.
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai
berikut.
a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi,
lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga
administrasi perguruan tinggi.
b. Menyediakan materi perpustakaan rujukan (referensi) pada semua
tingkat akademisi, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama
hingga ke mahasiswa program pascasarjana dan pengajar.
c. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai diperpustakaan.
d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat gina bagi berbagai jenis
pemakai
e. Menyediakan jasa informasi aktif yang saja terbatas pada lingkungan
perguruan tinggi tetapi juga lembaga industry local.22
22
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan,h. 2.17-2.19.
27
Dalam pengelola dan penanggung jawabnya adalah perguruan tinggi
yang bersangkutan.Sementara itu bentuk lembaga perpustakaan tersebut
bervariasi.Untuk tingkat universitas disebut Unit Pelaksana Teknis
Perpustakaan (UPT Perpustakaan).
Proses pendidikan di perguruan tinggi tidak terlepas dari kegiatan
penelitian dan penngembangan, inovasi, serta rekayasa ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu perpustakaan perguruan tinggi sering dikatakan sebagai
jantungnya universitas. Khusus untuk istilah yang lain yaitu, College
Library, yang kurang lebih dapat disetarakan dengan perpustakaan
digital.23
3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Beberapa fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi, seperti yang telah
disampaikan diatas sebagian dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi civitas
akademika, oleh karena itu koleksi yang mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap
program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi
pendukung evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini jelas, bahwa tugas
pokok Perpustakaan Perguruan Tinggi ialah menunjang program
Perguruan Tinggi yang salah satunya adalah bersifat edukasi.
23
Sutarno NS, Manajeman Perpustakaan, h. 35-36.
28
b. Fungsi Informasi
Peranan perpustakaan, disamping sebagai sarana pendidikan
juga berfungsi sebagai pusat informasi. Diharapkan perpustakaan
dapat memenuhi kebutuhan informasi sang pemakai (user).
Terkadang memang tidak semua informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna dapat dipenuhi, karena memang tidak ada perpustakaan
yang dapat memenuhi semua kebutuhan informasi pemakai.Untuk
itu dibutuhkan peran pustakawan yang bisa memberikan arahan
kemana sebaiknya mencari informasi yang dibutuhkan.Misalnya
dengan menggunakan layanan rujukan dan media Internet.
c. Fungsi Riset ( penelitian )
Salah satu fungsi dari Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah
mendukung pelaksanaan riset yang dilakukan oleh civitas akademika
melalui penyediaan informasi dan sumber-sumber informasi untuk
keperluan penelitian pengguna.Informasi yang di peroleh melalui
perpustakaan dapat mencegah terjadinya duplikasi penelitian.
Kecuali penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian yang
berkelanjutan. Oleh karena itu, melalui fungsi riset diharapkan
karya-karya penelitian yang dilakukan oleh civitas akademik akan
semakin berkembang.
d. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan disamping berfungsi sebagai sarana pendidikan,
juga berfungsi sebagai tempat rekreasi.Tentunya rekreasi yang
dimaksud disini bukan berarti jalan-jalan untuk liburan, tetapi lebih
29
berhubungan dengan ilmu pengetahuan.seperti dengan cara
menyajikan koleksi yang menghibur pembaca misalnya bacaan
humor, cerita perjalanan hidup seseorang, novel, dan membuat kreasi
keterampilan.
e. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi
karya yang dihasilkan oleh karya perguruan tingginya civitas
akademik dan non akademik.
f. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan
pengetahuan.
g. Fungsi Interprestasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan
nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya
untuk membantu pengguna dalam melakukan Tri Dharmanya.24
Berdasarkan fungsi-fungsi yang telah dijabarkan diatas, terlihat
demikian luasnya fungsi perpustakaan bagi pemakainya, terutama bagi
civitas akademik.Tetapi besarnya fungsi perpustakaan tersebut, terkadang
belum dibarengi dengan perhatian lebih kepada perpustakaan.Selain
kurangnya perhatian kepada perpustakaan, tenaga SDM seperti
pustakawan terkadang kurang diperhatikan sehingga berpengaruh dalam
memberikan layanan. Sehingga menyebabkan pandangan pemustaka
kepada pustakawan selalu negatif, misalnya pemustaka yang masih awam
24
Imran Berawi, “Mengenal Lebih Dekat Perpustakaan Perguruan Tinggi,‖ Jurnal Iqra,
Vol. 06, no. 01 (2012).
30
terhadap perpustakaan akan selalu menganggap pustakawan itu judes, kutu
buku, memakai kacamata, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar.
C. Pelayanan Perpustakaan
1. Definisi Pelayanan
Layanan atauto service, di sebuah perpustakaan berbeda dengan
kegiatan kemasyarakatan yang lain, seperti layanan kesehatan, layanan
kependudukan, dan layanan keagamaan.Perbedaan itu tentu dikaitkan
dengan tugas dang fungsi masing-masing bidang. Meskipun pada dasarnya
suatu layanan mempunyai prinsip-prinsip yang sama atau berdekatan.
Prinsip-prinsip layanan itu misalnya: a) Sesuai dengan atau untuk
kebutuhan masyarakat yang dilayani. b) Diusahakan berlangsung cepat,
tepat, mudah dan sederhana. c) Diciptakan kesan yang menarik dan
menyenangkan atau memuaskan pemakai/penerima layanan. Jadi layanan
perpustakaan adalah layanan jasa, oleh karena itu yang penting untuk
disadari oleh pengelola perpustakaan adalah bagaimana dapat meciptakan
kepercayaan, kepuasan, ketepatan, dan kecepatan.25
Tugas-tugas layanan perpustakaan merupakan kelanjutan kegiatan
pengadaan, dan pengolahan, yakni setelah koleksi bahan pustaka selesai
diolah (diproses).26
Dengan demikian petugas di meja layanan dan
informasi, semestinya dipersiapkan dengan pengetahuan yang sebaik-
baiknya. Dengan memberikan bekal pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, kemampuan, dan sikap perilaku yang simpati.
25
Sutarno NS, Manajeman Perpustakaan, h. 92. 26
Sutarno NS, Manajeman Perpustakaan, h. 189-190
31
2. Tujuan Pelayanan Perpustakaan
Tujuan dari pelayanan perpustakaan adalah melayani pembaca
memperoleh bahan perpustakaan yang mereka perlukan, agar pengguna
(user) mengetahui apa yang ada di perpustakaan maupun kegiatan-kegiatan
perpustakaan yang lain, misalnya kegiatan promosi perpustakaan.
Bahan pustaka yang banyak tetapi tidak dipakai oleh siapa pun
dengan alasan apa pun, merupakan kekeliruan yang besar. Pelayanan yang
diberikan dengan memperhatikan kepuasan pengguna merupakan tahap
awal dalam keberhasilan suatu perpustakaan.
3. Sistem Pelayanan Perpustakaan
Pelayanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan teknis yang
pada pelaksanaannya perlu adanya perencanaan dalam
penyelenggaraannya. Pelayanan perpustakaan akan berjalan dengan baik
apabila sistem pelayanan yang digunakan tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pemustaka.
Ada 3 (tiga) sistem pelayanan perpustakaan, yakni sistem pelayanan
terbuka (open access), sistem pelayanan tertutup (closeaccess), dan sistem
pelayanan campuran (mixed access).Ketiga sistem pelayanan ini ada
hubungannya dengan cara bagaimana perpustakaan memberikan
kesempatan kepada pemustaka untuk menemukan koleksi dan informasi
yang mereka butuhkan. Masing-masing sistem tersebut mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Berikut penjelasannya:
32
a. Sistem Layanan Terbuka (Open Access)
Sistem pelayanan ini memberikan kebebasan kepada
pemustaka untuk mencari dan menemukan secara langsung koleksi
perpustakaan dan sumber informasi yang ia perlukan. Tujuan sistem
layanan terbuka adalah memberikan kebebasan kepada pemustaka
untuk mendapatkan koleksi seluas-luasnya, tidak hanya sekedar
membaca-baca, tetapi juga mengetahui berbagai alternatif pilihan
koleksi yang ada di rak, yang kira-kira dapat mendukung
penelitiannya atau memenuhi kebutuhan informasinya.Sistem
layanan terbuka biasanya diterapkan di perpustakaan umum,
perpustakaan sekolah, dan perpustakaan perguruan tinggi.Dalam
Bidang Layanan Koleksi Umum, hanya Kelompok Layanan Terbuka
yang menggunakan sistem pelayanan ini.
b. Sistem Layanan Tertutup (Close Acces)
Pada sistem pelayanan tertutup, pemustaka tidak boleh secara
langsung mencari dan mengambil koleksi dari rak. Pustakawan dan
tenaga teknis perpustakaan yang akan mencarikan dan
mengambilkan koleksi dari rak. Dengan menggunakan sistem ini,
dan tenaga teknis perpustakaan akan lebih sibuk bekerja karena
harus bergerak terus mencari koleksi yang diperlukan pemustaka di
rak, terlebih pada saat pemustaka banyak berkunjung, misalnya saat
menjelang ujian siswa dan mahasiswa.
Pada saat-saat seperti itu, banyak sekali pemustaka yang
mencari koleksi dan memerlukan bantuan pustakawan dan tenaga
33
teknis perpustakaan menelusur informasi yang mereka butuhkan.
Penerapan sistem pelayanan tertutup mengharuskan pemustaka
mencari dan mencatat data bibliografis serta nomor panggil koleksi
yang ia butuhkan. Pencarian dan penelusuran data bibliografis
tersebut dapat menggunakan berbagai sarana temu kembali
informasi, seperti: katalog, indeks, bibliografi, dan sebagainya.
c. Sistem Layanan Campuran (Mixed Access)
Pada sistem layanan campuran (mixes access) dapat
menerapkan dua sistem yaiti sistem terbukan dan tertutup.Biasanya
layanan ini terdapat pada perpustakaan perguruan tinggi dan
sekolah.Yang dimana layanan tertutup biasanya untuk koleksi
referensi, skripsi, thesis,dan laporan penelitian.
4. Jenis Pelayanan Perpustakaan
Berdasarkan nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, terdapat
dua jenis layanan perpustakaan, yaitu layanan teknis yang mencakup
pengembangan koleksi, pengolahan koleksi perpustakaa, pelestarian
koleksi, dan layanan kepada pemustaka, yang dimana layanan merupakan
bagian penyediaan layanan jasa perpustakaan dan informasi. Sub unsur
atau jenis layanan pemustaka terdiri atas: layanan sirkulasi, layanan
sirkulasi, layanan penelusuran informasi, layanan bimbingan pemustaka,
layanan e-resource, layanan lierasi informasi, layanan pinjam antar
perpustakaan (inter library loan service), pelayanan koleksi perpustakaan
bukan buku (non book materials service), Pelayanan storytelling;
Pelayanan bagi pemustaka berkebutuhan khusus, Pelayanan penyebaran
34
informasi terseleksi; Membuat statistik kepustakawanan; dan Membina
kelompok pembaca.27
Berikut penjelasan dari jenis layanan yang tersedia di perpustakaan
berdasarkan (SNI) 7220:2009 Standar Nasional Indonesia Perpustakaan
Perguruan Tinggi,28
yaitu:
a. Layanan sirkulasi
Layanan sirkulasi atau yang biasa kita sebut layanan pinjam
dan pengembalian bahan pustaka atau buku di perpustakaan, ini
merupakan jasa yang selalu ada di semua jenis perpustakaan kecuali
pada perpustakaan nasional, karena tidak dapat meminjamkan
koleksinya.
Pada layanan sirkulasi inilah pemustaka biasanya untuk
pertama kalinya dapat berhubungan langsung dengan pustakawan
sehingga memberikan kesan pertama bahkan hingga membekas
sampai lama pada pemustaka.
b. Layanan ruang baca
Sebuah perpustakaan harus memiliki ruang baca tempat
pemustaka membaca buku.Biasanya ruang baca memiliki luas yang
beragam sesuai pada kebijakan masing-masing perpustakaan, serta
dapat memberikan kenyamanan bagi setiap pemustaka yang ingin
menggukanan atau membaca buku di perpustakaan.
27
Perpustakaan Nasional RI, ―Standar Pelayanan Perpustakaan Dan Informasi Bidang
Layanan Koleksi Umum Perpustakaan Nasional RI‖ (Perpustakaan Nasional, Republik Indonesia,
2015)., h. 9-10. 28
Badan Standarisasi Nasional, ―Standar Nasional Indonesia: Perpustakaan Perguruan
Tinggi‖ (Badan Standarisasi Nasional, 2009), http://ilib.usm.ac.id/sipp/doc/publikasi/gdl-usm-
localhost-badanstand-6-1-sni7330-t.pdf.
35
c. Layanan referensi
Pada layanan referensi merupakan layanan yang memberikan
informasi berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh pemustaka,
baiasanya layanan referensi pustakawan akan mengarahkan
pemustaka kepada sumber informasi yang dibutuhkan seperti pustat
dokumentasi, atau ke badan dan perorangan yang sesuai.
d. Layanan penelusuran infomasi
Layanan ini merupakan layanan yang memberikan informasi
kepada pemutaka dan memberikan kesempatan kepada pemustaka
untuk akses ke informasi tersebut.Sehingga pemustaka dapat dengan
mudah menemukan informasi yang mereka butuhkan.
Pada saat ini layanan penelusuran informasi dapat berupa
OPAC (online public access catalog) dengan layanan ini pemustaka
dapat menelusur melalui catalog online perpustakaan, serta dapat
mempermudah dalam temu kembali informasi.
e. Layanan bimbingan pemustaka
Layanan ini berkaitan erat dengan bimbingan bacaan bagi
perorangan mengenai apa yang baik dibaca apa yang cocok bagi
pembaca untuk sebuah topik. Tujuan dari layanan bimbingan
pemustaka itu sendiri ialah mencoba menemukan materi
perpustakaan yang bagi pembaca, entah untuk kepentingan praktis
atau untu pendidikan maupun sebagai hiburan.
36
f. Layanan pendidikan pengguna
Pada layanan ini biasanya disebutlibrary orientation, pada
perpustakaan perguruan tinggi, dan sekolah biasanya berntuk sebuah
kegiatan yang betujuan mengenalkan perpustakaan kepada
mahasiswa atau murid nya.Sehingga mereka dapat menggunakan
koleksi atau bahan pustaka untuk menunjang kegiatan belajar, serta
dapat meningkatkan minat baca pada pengguna.
g. Layanan antar perpustakaan
Layanan ini biasanya disebut juga layanan silang antar
perpustakaan, maksudnya adalah kerjasama antar beberapa
perpustakaan untuk memberikan layanan kepada pemustaka dengan
tujuan memberikan kepuasan kepada pemustaka.Biasanya hal
inidilakukan untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan karena bahan
pustaka yang tidak dimilikinya, dapat juga berupa tukar-menukar
informasi bahan perpustakaan maupun akses gratis sesama anggota
perpustakaan tersebut.
D. Penelitian Terdahulu
Tema mengenai sikap pustakawan dalam memberikan layanan
sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti, di antaranya:
1. Penelitian berjudul Persepsi Pemustaka Tentang Sikap Pustakawan
Pada Layanan Sirkulasi Di Perpustakaan Daerah Jepara oleh Azmi
Nur Widya. PenelitianAzmi dalam bentuk skripsi ini dilakukan pada
tahun 2013. Persamaan oleh peneliti adalah pada tujuan penelitian yaitu
37
untuk mengetahui sikap pustakawan dalam memberikan layanan pada
layanan sirkulasi.
Perbedaan terletak pada jenis metode penelitian kualitatif deskriptif
analitis, sedangkan tujuan yang digunakan hanya menggunakan satu
variable saja sedangkan peneliti menggunakan dua variable yaitu dari
pustakawan dan pemustaka.Jenis lokasi penelitian pun berbeda, Azmi
mengambil penelitian di perpustakaan umum.Sedangkan penulis
mengambil penelitian di perpustakaan perguruan tinggi.
2. Penelitian berjudul Persepsi Pemustaka Terhadap Sikap Pustakawan
Dalam Layanan Referensi di Perpustakaan Universitas Katolik
Soegijaprtanata oleh Ahmad Isywarul Mujab, Ary Setyadi, dan
Rukiyah, merupakan penelitian untuk jurnal Ilmu Perpustakaan Vol. 4,
No.2 bulan April tahun 2015. Penelitian oleh Ahmad Isywarul Mujab, Ary
Setyadi, dan Rukiyah ini memiliki kesamaan dengan penulis dalam
kesamaan tema yaitu untuk mengetahui sikap pustakawan dalam
memberikan layanan kepada pemustaka.
Perbedaan terletak pada metode penelitian kali ini adalah pada
metode penelitian yang diambil, penulis menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi.Lalu layanan yang gunakan sebagai
penelitian juga berbeda peneliti menggunakan pustakawan layanan
referensi sebagai sasaran penelitian sedangkan penulis menggunaka
pustakawan layanan sirkulasi sebagai sasaran penelitian.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan penelitian
Fenomenologi yaitu penelitian berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi
atau yang tampak.Fenomena berasal dari bahasa inggris yaitu phainomenon,
phainomeon berasal dari bahasa yunani yaitu phaenoo yang berarti membuat
kelihatan.Jadi penelitian fenomenologi adalah ilmu tentang fenomena yang
menampakkan diri dari kesadaran peneliti.29
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui gejala-gejala atau hal-hal apa saja yang tampak dan memahami
dengan sungguh-sungguh bahwa suatu fenomena tersebut merupakan suatu
kesadaran dan interaksi, sehingga apa yang diamati bukan merupakan
pandangan subyektif dari pengamat (observer). Dengan demikian, pengamat
betul-betul yakin bahwa hasil pengamatan yang dilakukan adalah sikap yang
sesungguhnya dan alami (natural attitude).
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu
startegi inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian konsep,
karateristik, gejala, symbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus
dan multimetode, bersifat alami dan holistic; mengutamakan kualitas,
menggunakan beberapa cara yang disajikan secara narratif.30
Penelitian ini
29
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitati & Penelitian Gabungan (Jakarta:
Kencana, 2017),h. 350. 30
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitati & Penelitian Gabungan,h. 329.
39
diarahkan oleh produk berpikir induktif untuk menemukan jawaban logis
terhadap apa yang sedang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, sehingga
peneliti dapat menemukan jawaban sementara atas apa yang menjadi pusat
perhatian dalam penelitian.31
Dengan pendekatan ini penulis menggambarkan
temuan-temuan penelitian yang akan memperoleh pemahaman yang
mendalam sehingga dapat ditarik kesimpulan.
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa perantara atau
dari sumbernya.Pada penelitian ini, data primer diperoleh melalui Foccus
Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama 6 informan yaitu
mahasiswa Prodi Jurusan Ilmu Perpustakaan.Selain itu, peneliti juga
melakukan obsevasi di lapangan agar memperoleh data yang dibutuhkan
secara relevan.
2. Data Sekunder
Data skunder adalah data penelitian yang relevan dengan profil objek
penelitian atau daerah penelitian.Atau data tambahan yang menjelaskan
keadaan yang sesungguhnya yang menjadi objek penelitian.32
Data
skrunder bisa disebut juga data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data skunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen seperti
laporan, karya tulis orang lain, Koran, majalah, dan sebagainya. Pada
penelitian ini, yang dijadikan sebagai data skunder oleh peneliti adalah
31
H. M, Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
Dan Ilmu Sosial Lainnya, 2nd ed. (Jakarta: Kencana, 2017),h. 2. 32
Tjipto Subadi, Penelitian Kualitatif (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006).
h, 59
40
hasil notulensi, dokumentasi, dan beberapa sumber dari internet seperti
ejournal, artikel, dan situs website.
C. Variabel dan Indikator Penelitian
Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian sangat
penting dalam sebuah penelitian, karena variabel bertujuan sebagai landasan
mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data.Indicator pada penelitian
ialah sikap courtesy dalam melayani pemustaka, serta literature yang
didapatkan dari buku, artikel, maupun jurnal.Adapun variabel yang
diguanakan peneliti sebagai indikator dalam penelitian ini, adalah Sikap
pustakawan Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
memberikan layanan menurut mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan.
D. Kriteria Informan
Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti harus cermat dalam
menentukan informan. Dalam menentukan informan bisa dilakukan oleh
peneliti apabila peneliti memahami masalah umum penelitian. `Informan
penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah
yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperoleh.Karena itu
dalam hal ini peneliti ―menentukan‖ informan dan bagaimana peneliti
―mendapatkan informan.peneliti.33
33
H. M, Burhan Bungin,h. 107
41
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat) penelitian.34
Dalam
penelitian kali ini penulis menggunakan teknik purposive sampling dalam
Penentuan informan, purposive samplingdipilih dengan pertimbangan atau
tujuan tertentu terlebihdahulu.35
Subjek pada penelitian kali ini berjumlah 5
orang informan inti dan satu pustakawan senagai informan tambahan untuk
mengetahui kebenaran data.Kriteria pemilihan informan sebagai berikut:
1. Mahasiswa aktif Jurusan Ilmu Perpustakaan pernah dan dalam 2 bulan
terakhir berkunjung ke perpustakaan dan menggunakan layanan
diperpustakaan.
2. Diambil 6 informan dari mahasiswa aktif Jurusan Ilmu Perpustakaan
pada angkatan 2014 dan 2015. Dengan tujuan informan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis sesuai dengan
bidangnya, sehingga informasi yang keluarkan oleh informan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh penulis.
3. Mampu berkomukasi dengan baik dan mampu memberikan informasi
yang relevan tentang objek penelitian yaitu, tentang sikap pustakawan
dalam memberikan pelayanan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menurut para mahasiswa Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Diambil kesimpulan dari hasil observasi, wawancara, dan hasil Focuss
Group Discussion.
34
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002),h. 195-197. 35
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitati & Penelitian Gabungan,h. 369.
42
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ada
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utama selain alat
pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra, dan merupakan pengamatan atas fenomena
yang terjadi.36
Observasi yang dilakukan oleh penulis ialah mengamati
secara langsung sikap pustakawan ketika memberikan layanan pada
layanan sirkulasi, serta respon pemustaka terhadap layanan yang
diberikan.
2. Foccus Group Discussion (FGD)
a. Definisi Foccus Group Discussion
Dalam penggalian sebuah data penelitian, terkadang menemui
kendala saat peneliti memerlukan data dengan karakteristik khusus,
misalnya tentang persepsi, opini, kepercayaan dan sikap terhadap
suatu produk, pelayanan, konsep, atau ide.Begitu pula untuk
penelitian yang memiliki tujuan tententu untuk kebutuhan
mengevaluasi suatu program. Untuk itu diperlukan teknik
pengumpulan data di mana partisipan dibebaskan untuk saling
berdiskusi tanpa ada rasa takut atau kuatir terhadap pendapat yang
36
Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial
Lainnya..
43
akan dikeuarkan. Salah satu teknik yang dapat digunakan dan cocok
dalam hal ini adalah teknik Focus Group Discussion (FGD) atau
Diskusi Kelompok Terarah.37
Foccus Group Discussion (FGD) suatu metode riset dalam
bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi
mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, serta kepercayaan
yang dimiliki informan. Menurut Irwanto mendefinisikan sebagai
suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan
tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Dengan kata
lain, FGD merupakan teknik pengumpulan data bukan melalui
wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik
spesifik. Dengan FGD ini berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan
bagaimana dan kenapa (how-and why).Focus Group Discussion
pertama kali muncul sejak tahun 19 30-an. Kemunculan Focus
Group Discussion juga sangat dipengaruhi oleh dua instrumen yaitu
observasi dan wawancara, atas dasar kebutuhan riset untuk
menciptakan instrument penggali data dalam konteks sosial dan juga
menutupi keterbatasan yang ada pada wawancara dan observasi
dalam kancah riset dengan melibatkan konteks sosial.38
Dengan metode penelitian FGD penulis berupaya memecahkan
masalah yang terjadi dengan melakukan diskusi dengan informan
bukan melalui keputusan sepihak atau perorangan, namun atas
37
Astridya Paramita and Lusi Kristiana, ―Teknik Focus Group Discussion Dalam Penelitian
Kualitatif,‖ Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, no. 02 (2013), h. 118. 38
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Group : Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h. 225.
44
kepustusan kelompok sehingga dapat menemukan benang merah
untuk menjawab tujuan pada penelitian kali ini.penulis akandengan
mengambil beberapa informan yang dianggap sesuai dengan
penelitian.Serta dapat menambah keabsahan data dalam penelitian
kali ini.
b. Tujuan Focus Group Discussion
Tujuan dari FGD antara lain untuk mengeksplorasi sebuah
masalah yang spesifik, yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Juga sebagai salah satu metode penggalian data yang dipandang
sisuai dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, alasan lain
menggukan teknik FGD karena metode ini mampu menggali data
secara mendalam hingga keranah sikap dan tendensi perilaku
manusia.39
c. Prasyarat dalam melakukan Focus Group Discussion
1) Homogenitas responden
Homogenitas responden merupakan syarat yang penting
dalam FGD. Homogenitas berarti responden pada focus group
memiliki kesamaan yang saling terkait antara responden yang
satu dengan yang lain.40
Artinya responden harus mempunyai
ciri-ciri yang sama atau homogen. Ciri-ciri yang sama ini
ditentukan oleh tujuan dan topic diskusi dengan tetap
39
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Group : Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif, h. 228-229. 40
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Focus Group : Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h. 274.
45
memperhatikan perbedaan ras, bahasa, etnik, dan kemampuan
baca tulis.41
2) Adanya topik diskusi yang akan digali
Jelas topik yang akan dibahas dan digali merupakan tujuan
dan arah dilakukan focus group. Topik yang akan dibahas dan
dikupas dalam focus group sebaiknya sudah dalam tahap
operasional, bukan hanya tataran konseptual atau hanya pada
konsep besarnya saja. Karena pada dasarnya focus groupakan
menggali ide, gagasan, sikap, dan pendapat seseorang terhadap
suatu hal yang sudang kongkret dan detail.
3) Lokasi atau tempat diskusi yang kondusif
Selain itu lokasi juga menjadi hal yang penting dalam
focus group, lokasi yang dibutuhkan dalam focus group adalah
lokasi yang kondusif.Artinya kondusif adalah lokasi yang dapat
memberikan rasa nyaman dan aman kepada responden dalam
mengtarakan pendapatnya.Selain itu, lokasi sebaiknya memiliki
tempat yang strategis atau mudah dicapai atau dicari sehingga
tidak menyulitkan responden untuk datang ke tempat tersebut.
4) Adanya fasilitator
Dalam focus group ada yang namanya fasilitator,
fasilitator diharapkan dapat memandu jalannya focused group,
dan fasilitator harus mampu memotivasi para responden agar
berani mengutarakan pendapatnya. Selain itu, fasilitator juga
41
Paramita and Kristiana, ―Teknik Focus Group Discussion Dalam Penelitian Kualitatif.‖
46
harus mampu mengarahkan jalur pembicaraan sehingga topic
yang dibahas tidak melebar dan juga dapat mengatur jalur
pembicaraan agar berjalan tertib dan kondusif.
Dalam ranah riset kualitatif, fasilitator biasanya
merupakan panjang tangan atau wakil dari peneliti. Yang
bertugas sebagai fasilitator sebaiknya bukan peneliti karena
rentan terjadi bias atau kesalah pahaman fasilitator dalam
memberikan pertanyaan. Sehingga dapat berakibat timbulnya
kesalah pahaman atau spekulasi yang menyebabkan keluarnya
arah pembicaraan. Jika bias ini terjadi maka kemurnian data
menjadi terpengaruh dengan arahan pertanyaan yang diajukan
fasilitator.
5) Adanya observer
Selain fasilitator, observer juga memiliki peranan dalam
focus group.Tugas dari observer adalah mengamati, mencatat
respon nonverbal seperti mimik wajah, gesture, gerakan tangan,
intonasi suara, maupun gerakan-gerakan lainnya yang
diasumsikan pada pendapat yang dikemukakan responden.
Dalam hal ini observer hanya bertugas mengamati respons
nonverbal tanpa terlibat dalam diskusi.Biasanya responden tidak
berada dalam lingkaran diskusi.
6) Jumlah responden dalm Focused Group
Mengenai jumlah responden dalam focus group, beberapa
ahli memiliki pendapatnya masing-masing. Menurut Krueger,
47
dalam bukunya menyatakan bahwa jumlah responden dalam
sebuah focus group adalah 7-10 orang responden (diluar
fasilitator dan observer). Krueger juga memberikan pendapat
bahwa juga memungkinkan responden pada focus group lebih
dari sepuluh orang, juga tidak ada larangan sebatas jumlah
tersebut mampu memberikan iklim kondusif.Akan tetapi hal ini
dapat menyulitkan fasilitator dalam menengahi apabila topic
yang dibahas adalah topik yang sensitif.
Sedangkan menurut Michael Quinn Patton, menyatakan
dalam bukunya bahwah jumlah responden dalam sebuah focus
group adalah 6-12 orang. Enam orang sebagai batas minimal
yang dapat dimungkinkan adanya komunikasi yang
kondusif.Menurut Patton jumlah responden dalam focus group
bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan, yang terpenting
dalam focus group adalah terciptanya komunikasi antar
responden, sehingga responden dapat memberikan pendapatnya
dengan nyaman dan aman.Serta dapat menciptakan dinamika
komunikasi yang kondusif yang justru lebih penting untuk
diperhatikan.
7) Iklim diskusi yang mampu menciptakan self-disclosure
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya iklim
diskusi yang mampu menciptakan self-disclisure atau
keterdekatan dalam suasana yang nyaman antar responden
focused group.
48
8) Seleksi responden atau informan
Responden dalam focus group merupakan respon yang
telah terseleksi sebelumnya. Salah satu yang diseleksi adalah
responden merupakan orang-orang yang mengalami topik yang
dibahas, atau punya pengalaman terkait topik, atau serangkaian
karakteristik lain yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan
dilakukannya focus group. Menurut para ahli riset menyatakan
bahwa syarat salah satu syarat seleksi adalah homogenitas
responden, hal ini dilakukan agar responden tidak jauh dalam
hal variasi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi debat kusir atau
debat yang tidak perlu dan adanya sudut pandang yang jauh
berbeda antar sesame responden.
9) Berapa kali focus group dilakukan dalam sebuah riset?
Berkaitan dengan banyaknya focus group yang dilakukan
dalam sebuah riset, pada dasarnya kembali kepada kebutuhan
riset.Apakah focus group menjadi instrument penggali tunggal
atau focus group hanya merupakan instrument tambahan atau
pelengkap dari instrument penggali data lainnya misalnya
wawancara dan observasi.
d. Tahapan Focus Group Discussion
1) Menentukan jumlah kelompok informan
Untuk menentukan jumlah kelompok yang dibutuhkan
perlu ditetapkan terlebih dahulu hipotesa topic yang akan
diteliti.
49
2) Menentukan komposisi kelompok FGD
Dalam menentukan komposisi kelompok peneliti dapat
mengelompokan kedalam beberapa kriteria antara lain: kelas
sosial, status hidup, status spesifik, tingkat keahlian, perbedaan
budaya, dan jenis kelamin.
3) Menentukan tempat diskusi FGD
Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan tempat
FGD yaitu:
a) Mendatangkan rasa aman.
b) Nyaman
c) Lingkungan yang netral
d) Mudah dicapai oleh peserta.
4) Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para peserta
dapat dengan nyaman menyampaikan pendapatnya tanpa adanya
perbedaan.
5) Menyiapkan undangan
Dalam memperoleh hasil yang baik, peserta FGD harus
homogen artinya mempunyai kesamaan jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Dalam menyebarkan
undangan peneliti harus jelas mencantumkan topic apa yang
akan di bahas pada diskusi. Serta memberitahukan tempat,
tanggal, dan waktu.
50
6) Menyiapkan perlengkapan FGD
Sebelum dimulainya FGD penulis menyiapkan peralatan
apa saja yang dibutuhkan pada saat kegiatan diskusi. Seperti,
pensil atau pulpen, kertas pertanyaan, video atau tape recorder,
notebook atau laptop, baterai, dan lain-lain.
3. Studi Literatur/ Studi Pustaka
Studi literature/ studi pustaka dilakukan dengan cara mempelajari,
mendalami dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari sejumlah
literature baik buku, peraturan pemerintah, undang-undang, jurnal ilmiah,
majalah, Koran atau karya tulis lainnya yang relevan dengan topic untuk
dijadikan dasar kajian dalam penelitian.42
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan documenter
yaitu cara dimana pengumpulan data melalui penginggalan tertulis,
terutama berupa arsip-arsip, dokumen remi, statistic, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.43
Dalam penelitian kali ini,
penulis menggunakan foto, gambar data-data dari struktur organisasi Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai dokumentasi.Serta
hasil observasi dan notulensi hasil Foccus Group Discussion akan semakin
sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh dokumentasi.
42
Mohammad Ali, ―Metode Penelitian,‖ Bandung: Sarana Panca Karya, 1987,
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S940809015_bab3.pdf. 43
Mohammad Ali, ―Metode Penelitian,‖ Bandung: Sarana Panca Karya, 1987,
http://abstrak.ta.uns. ac.id/wisuda/upload/S940809015_bab3.pdf.
51
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada kriteria sikap dan
layanan perpustakaan.setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya
mengolah dan menganalisis data melalui beberapa tahap diantaranya yaitu:44
1. Reduksi Data
Menurut Sugioyono, reduksi data merupakan kegiatan merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan
mencari tema dan polanya.45
Data yang diperoleh merupakan hasil dari
diskusi Foccus Group Discussion dan kajian pustaka dicatat dengan rinci,
serta mengelompokan hal penting.Dengan demikian adanya penarikan
kesimpulan dan dapat memberikan gambaran yang jelas.
2. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, penulis lalu melakukan penyajian data
dalam bentuk tesk yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut,
maka data dapat terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan yang jelas,
sehingga data akan semakin mudah untuk dimengerti. Penyajian data
dilakukan dengan menganalisis data yang ada kemudian menghubungkan
data yang didapat dar hasil diskusi Foccus Group Discussion dan
observasi.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan umum dan logis yang ditarik dari
beberapa kasus dan menunjukan pola yang menggambarkan beberapa cirri
44
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualtatif : Teori & Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,
2013). 45
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualtatif : Teori & Praktek (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 211.
52
dari kasus tersebut.Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
sebuah penemuan baru yang sebelumnya belum pernah ada yang
menemukan.Penemuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih tidak jelas dan setelah diteliti menjadi jelas,
dapat berupa hubungan karusal atau interaktif, hipotesis atau
teori.Kesimpulan didapat dengan membandingkan, menganalisa, mencari
hubungan, persamaan ataupun perbedaan dari subjek penelitian dengan
makna yang terkandung dengan konsep dasar penelitian.Data-data yang
telah terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif, penulis buatkan
kesimpulan, kesimpulan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian.
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Djuanda No.95, Cemp. Putih, Ciputat, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15412. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli
2018-Agustus 2018 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2018/2019
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Observasi Pertama
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Bimbingan Skripsi
5
Penelitian Skripsi
Observasi
Focus Grup
Discussion
Dokumentasi
6 Penyusunan Skripsi
7 Pengajuan Sidang
Skripsi
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian
1. Sejarah Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perpustakaan UIN pada awalnya merupakan peralihan nama dari
Perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN
itu sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama)
pada tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih
sangan sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak
200 eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.
Pada tahun 1960-1964 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A.
Syadali (beliau adalah rektor IAIN tahun 1984-1993).Dibawah
kepemimpinannya perpustakaan sudah mulai dikelola lebih sistematis.
Pada periode tersebut, koleksi buku diklafikasi menurut DDC (Dewey
Decimal Classification). Di samping itu sistem peminjaman juga usdah
mulai tertib, dan jumlah pegawainya ada 4 orang.
Tahun 1964-1971 Perpustakaan IAIN dikepalai oleh Ny. Nabilah
Lubis, beliau adalah sarjana ilmu perpustakaan dari Universitas Cairo,
Mesir. Pada masanya Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan
buku dari berbagai lembaga, khususnya kedutaan mesir dan Saudi Arabia,
sehingga pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan
10.999 eks buku, 23 skripsi, dan 310 eks majalah. Prof. Dr. Nabilah Lubis
54
saat ini adalah guru besar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Jakarta.
Selanjutnya, pada tahun 1971-1983 Perpustakaan IAIN dipimpin
oleh Ny. Dra. Hj. Halimah Madjid. Dibawah kepemimpinannya
perpustakaanya ditata lebih teratur dan menempati ruang yang lebih luas
(gedung Aula Madya saat ini).Pada masa inilah puncak prestasi
perpustakaan berhasil diraih, tepatnya pada tahun 1980 Perpustakaan IAIN
Jakarta tercatat sebagai perpustakaan perguruan tinggi terbaik se-DKI
Jakarta.
Berikutnya pada tahun 1983-1984, perpustakaan IAIN dipimpin
oleh Drs. M. Kailani Eryono, alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan dari
Universitas Indonesia menggantikan posisi Ny. Hj. Halimah Madjid. Pada
masanya Perpustakaan IAIN berkembang dengan cukup pesat. Selanjutnya
pada tahun 1984-1998 Drs. Zaenal Arifin Toy MLIS, alumni jurusan
bahasa inggris dari IAIN Jakarta dan Master di bidang Ilmu Perpustakaan
dari University of Illinois, Urbana-Champaihn, menjadi Kepala
Perpustakaan IAIN hingga tahun 1998.Pada masanya perpustakaan sempat
pindah ke gedung baru di Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat.Saat ini
gedung tersebut menjadi Fakultas Psikologi. Dibawah pimpinan beliau
telah dibentuk secretariat kerja sama perpustakaan (SKP) yang
anggotanya terdiri dari seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di
Indonesia. Selanjutnya SKP ini berubah nama menjadi Jaringan
Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (JPPTI) yang dideklarasikan
disurabaya pada tahun 2003. Periode berikutnya (1998 sampai 2000)
55
perpustakaa IAIN dipimpin oleh Drs. M. Djuhro S. Beliau juga seorang
sarjana Ilmu Perpustakaan dari Universitas Indonesia.Pada masa
kepemimpinannya perpustakaan kembali pindah kegedung yang baru yang
dibangun di atas tanah eks gedung Sanggar Pravitasari.Dengan demikian
lokasi perpustakaan dan kampus menjadi lebih dekat.
Sejak tahun 2001 hingga Februari tahun 2006, Perpustakaan Utama
UIN Jakarta dikepalai oleh Dr. H. Udjang Tholib, MA. Beliau pernah
bekerja di perpustakaan ini pada tahun 1975-1985, dan pada tahun 1984
mengikuti program Sertifikat Tenaga Asistem Perpustakaan selama 8
bulan di Universitas Indonesia.
Berbagai upaya perbaikan telah dilaksanakan, antara lain perbaikan
gedung dan perlengkapannnya, penerapan sistem otomasi, penerapan,
sistem keamanan koleksi dengan sensormatic, penambahan jenis layanan
seperti warnet, audio visual, dan lain sebagainya. Kemudian berdasarkan
Surat Keputusan Rektor No.B.III/P/478A tanggal 16 Nopember 2006, Dr.
Muhammad Zuhdi, S.Ag, MA diangkat sebagai kepala perpustakaan
utama periode 2006-2010 dengan wakil kepala Nuryudi, S.Ag,SS, MLIS
menggantikan Dr. H. Ujang Thalib, MA dan wakil Kepala Drs. Iskandar
Sulaiman. Kepemimpinan Dr. Muhammad Zuhdi seiring dengan
berubahnya status IAIN menjadi UIN (SK Presiden No. 31 tanggal 20 Mei
2002). Dan sejak saat itu nama perpustakaan juga mengalami perubahan
menjadi ―Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta‖.
56
Perkembangan terakhir, pada tahun 2004 bekerjasama dengan
Kedutaan Amerika Serikat, Perpustakaa Utama UIN Jakarta telah
membuka American Corner (Amcor). Hal tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan informasi para civitas akademika, terutama berbagai
informasi terkait dengan Amerika.Berbagai sumber informasi yang
disediakan Amcor adalah buku-buku, majalah, jurnal tercetak, online-
journal (EBSCO, dll).Disamping itu Amcor juga secara regular
mengadakan berbagai kegiatan seperti pemutaran film, teleconference,
diskusi, dll.
Selanjutnya pada thun 2010-2013, Perpustakaan Utama UIN Jakarta
dikepalai oleh Nuryudi, MLIS, alumni jurusan Ilmu Perpustakaan McGill
University. Kemudia pada akhir tahun 2013- sekarang (2018)
kepemimpinan kepala Perpustakaan beralih kepada Amrullah Hasbana,
S.Ag,SS,MA, alumni S-1 jurusan ilmu perpustakaan Universitas Indonesia
dan S2 Leiden University jurusan Kajian Islam (Islamic Studies). Dan
pada masa kepemimpinan beliau, gedung perpustakaan pindah ke gedung
baru berlokasi bersebelahan dengan gedung perpustakaan lama, tepatnya
di depan Gedung Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Gedung baru
Pusat Perpustakaan ditempati secara resmi pada bulan Maret 2015.
2. Visi dan Misi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Visi:
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi senantiasa
berupaya untuk menjadi sumber referensi terkemuka dalam berbagai
57
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kajian keislaman.Perpustakaan
(baik Perputakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas) karenanya
mengemban amanah pencerdasan bangsa melalui peerannya sebagai
penyedia berbagai informasi bagi masyarakat civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perputskaan dalam upayanya mencerdaskan kehidupan bangsa
mempuyai visi terwujudnya Perpustakaan riset dan perpustakaan kerja
yang unggul, handal dan terdepan sebagai pusat sumber informasi dalam
pengkajian, pengembangan, pengintegrasian dan penerapan ilmu-ilmu
pengetahuan yang berorientasi pada nilai-nilai keislaman, kemanusiaan
dan keindonesiaan dalam jaringan informasi nasional dan internasional.
Misi :
a. Menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang ke-islaman dan
bidang-bidang umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
b. Menyediakan berbagai layanan yang tepat, akurat dan cepat dalam
rangka memenuhi kebutuhan informasi bagi seluruh civitas
akademika UIN Jakarta
c. Mengembangkan pemanfaatan perpustakaan secara efektif oleh
seluruh civitas akademika dengan melaksanakan beberapa program
information literasi
d. Mengembangkan layanan jarak jauh untuk seluruh civitas akademika
UIN dan masyarakat di luar uin
58
e. Membangun kerjasama yang efektif dengan masyarakat kampus dan
institusi atau organisasi lain baik di dalm maupun di luar negeri
f. Mengembangkan kualitas SDM perpustakaan agar mampu
menjalankan profesinya sesuai perkembangan zaman
g. Mengembangkan pengadaan dan pemanfaatan koleksi non cetak dan
perpustakaan online
h. Mengembangkan layanan informasi berbasis WEB bagi civitas
akademik
i. Mengembangkan sumber daya pustakawan dan pengguna
Perpustakaan
j. Menjalin hubungan kerja sama Nasional dan Internasional
k. Mendokumentasikan dan menyediakan akses karya civitas
akademika fakultas.
59
3. Struktur Organisasi Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Adapun struktur organisasi Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
4. Layanan Perpustakaan
Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakartajuga memiliki
fasilitas bebagai layanan yang diberikan bagi pemustakanya, pelayanan
tersebut diantaranya:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
60
a. Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi merupakan layanan yang berupa kegiatan
peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.Pada layanan ini
pemustaka dapat melakukan transaksi peminjaman atau
pengembalain serta denda pada koleksi tertentu.
b. Layanan Referensi
Pada layanan ini Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta juga menyediakan layanan yang memungkin kan pemustaka
dapat menemukan sumber informasi yang lebih luas dan mendalam.
Layanan ini disebut dengan layanan referensi, pada layanan ini
pemustaka akan merujuk kepada sumber informasi yang diinginkan.
c. Layanan Digital
Layanan ini merupakan layanan yang tujukan kepada
pemustaka apabila pemustaka menginginkan mengakses koleksi non
buku atau karya digital.Seperti jurnal elektronik, tesis, skripsi, buku
elektronik, database online yang disediakan dalam bentuk online
oleh pihak perpustakaan dan juga koleksi yang memiliki konten
digital.
d. Layanan Multimedia
Layanan multimedia merupakan layanan yang disediakan oleh
Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, layanan ini
menyediakan koleksi multimedia seperti compact disc, CD-ROM,
audio, kaset, dan koleksi sejenisnya.
61
e. Layanan Corners
Layanan corners ini merupakan hasil dari perluasan layanan
yang dikembangkan dengan kerjasama dengan pihak eksternal.
Layanan ini meliputi layanan American Corners, Canadian Corners,
Saudi Arabian Corners, dan Munawir Corners.
f. Layanan Literasi Informasi
Merupakan layanan yang dibuat untuk membimbing para
pemustaka ke sumber informasi yang dibutuhkan.Sehingga
pemustaka memiliki keahlian dalam mengakses maupun dalam
menelusur sebuah informasi.
g. Layanan Bebas Pustaka
Layanan ini diberikan pada pemustaka S1, S2, dan S3 yang
telah usai dalam masa studinya, untuk mengurus Surat Keterangan
Bebas Pinjam Bahan Pustaka dari Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat dalam pengambilan
ijazah.
h. Layanan Fotocopy
Layanan ini diberikan agar pemustaka dapat mengandakan
koleksi skripsi, tesis, maupun disertasi dalam jumlah yang terbatas
(maksimal 15 halaman)
i. Ruang Pertemuan
Ruangan ini digunakan untuk kegiatan kumunitas perpustakaan
dan sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Dalam
62
mendukung pelaksaan kegiatannya maka ruangan ini dilengkapi
dengan projector, layar dan sound system.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penulis akan memaparkan hasil penelitian yang diperoleh melalui hasil
observasi, wawancara dan FGD di lapangan terhadap sikap pustakawan di
Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta dalam memberikan
pelayanan menurut mahasiswa prodi ilmu perpustakaan yang dilihat dari
sikap penuh perhatian, penuh pertolongan, tenggang rasa, sopan, dan peduli.
Pembahasan sikap pustakawan ini akan diketahui berdasarkan hasil diskusi
dan pendapat yang mahasiswa Prodi Jurusan IlmuPerpustakaan yang penulis
tarik kesimpulannya. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:
1. Hasil penelitian
a. Sikappenuh pertolongan
Sikap penuh pertolongan merupakan sikap yang harus dimiliki
pustakawan.Pustakawan dituntut peka rasa untuk ringan tangan dalam
membantu pemustaka.Serta pusakawan dituntut mampu menyediakan
bantuan, baik dalam kemudahan maupun pemberian solusi lain tanpa
pamrih kepada pemustaka. Pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hiadayatullah Jakarta sudah berupaya membantu pemustaka ketika
membutuhkan bantuan, dengan berupaya memberikan informasi yang
dibutuhkan pemustaka.
Pada hasil FGD ini Sikap penuh pertolongan digambarkan
seseorang dalam memberikan bantuan kepada orang lain, dalam hal ini
63
pustakawan dapat terlibat langsung dalam situasi pemustaka. Pada sikap
penuh pertolongan ini pustakawan bisa memberikan pelayanan
perpustakaannya terhadap pemustaka secara maksimal.Hal ini
berdasarkan pernyataan informan dari beberapa pendapat sama mengenai
sikap penuh pertolongan yang dimiliki pustakawan. Seperti pendapat
yang disampaikan oleh KRM, salah satu informan dari Jurusan Ilmu
Perpustakaan angkatan 2014:
“pustakawan sudah respon ketika ada pemustaka yang meminta
pertolongan,namun pustakawan tidak memberikan informasi lebih
lanjut.”46
Pernyataan diatas menunjukkan informan sudah merasa bahwa
pustakawan sudah bersikap membantu pemustaka dalam menemukan
koleksi yang dibutuhkan. Kemudian penulis mengambil
kesimpulan,bahwa pustakawan di lapangan sudah membantu pemustaka
dalam menemukan koleksi yang dibutuhkan, seperti hal nya pustakawan
memberitahukan keberadaan koleksi kepada pemustaka.
b. Sikap penuh perhatian
Sikap penuh perhatian merupakan sikap yang di berikan ketika
pustakawan menemukan pemustaka yang kesulitan dalam menemukan
koleksi atau bahan pustaka, serta memberikan perhatian dengan
mengingatkan hak dan kewajiban kepada pemustaka, serta berupaya
memberikan rasa nyaman kepada pemustaka.Seperti pustakawan di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengingatkan kepada
pemustaka ketika mengunakan layanan di perpustakaan. Contohnya
46
Karima, Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
64
pustakawan mengingatkan kepada pemustaka mengenai peminjaman dan
pengembalian koleksi, denda dan memberi pengarahan ketika pemustaka
menggunakan layanan komputer. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
diberikan oleh informan SN, salah satu mahasiswa Jurusan Ilmu
Perpustakaan angkatan 2015 memberikan pendapatnya sebagai berikut:
“menurut saya sikap perhatian yang harus dimiliki pustakawan itu
contohnya lebih proaktif kepada pemustaka, maksudnya lebih
proaktif dalam mengingatkan udah mengembalikan buku atau
belum, ada denda atau tidak, nyuruh kita buat cek pinjaman
kita..”.47
Hal lain juga dikatakan oleh informan MRA mahasiswa Prodi Ilmu
Perpustakaan angkatan 2015 dalam diskusi. yaitu sebagai berikut:
“kalau menurut saya sih sikap perhatian yang harus di tunjukan
pustakawan ya bisa seperti menyapa pemustaka yang berkunjung
keperpustakaan…”48
Dari pernyataan yang dikeluarkan informan, sikap penuh perhatian
yang dimaknai oleh pemustaka adalah pustakawan dapat memberikan
perhatiannya dengan proaktif mengingatkan hak dan kewajiban
pemustaka.Pustakawan juga dapat menunjukan sikap penuh perhatian
dengan menyapa pemustaka yang berkunjung keperpustakaan.
Dari yang penulis menarik kesimpulan bahwa pustakawan di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan sikap penuh
perhatiannya dengan mengingatkan kepada pemustaka mengenai hak dan
kewajiban pemustaka, serta pustakawan memberikan perhatiaannya
dengan mengingatkan kepada pemustaka ketika menggunakan layanan
perpustakaan.
47
Sanni, Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019. 48
Marisya, Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
65
c. Tenggang rasa
Tenggang rasa merupakan sikap empati yang ditunjukan
pustakawan kepada pemustaka.Pustakawan selalu memperlihatkan
empatinya dengan mendahulukan kepentingan pemustaka dan
mendengarkan dengan baik masukan, kritikan, dan saran dari
pemustaka.Hal tersebut juga dilakukan Pustakawan di Pusat Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan berupaya mendengarkan
kritikan dan saran dari pemustaka. Seperti hasil diskusi yang dilakukan
oleh penulis berikut pendapat dari salah satu informan MRS, mahasiswa
Prodi Ilmu Perpustakaan angkatan 2014 sebagai berikut:
“menurut saya di PU itu sekarang udah mulai banyak perubahan
sih kaya contohnya dulu kan belom ada wifi sekarang udah ada, ya
walaupun masih berebutan kadang-kadang, tapi sejauh ini udah
banyak perubahan…”49
Pendapat lain juga diberikan oleh informan berinisialSN
mahasiswa Prodi Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2015 juga
memberikan pendapatnya terkait sikap tenggang rasa, yaitu sebagai
berikut:
“mungkin dari keluhan-keluhan itu sekarang PU banyak
perubahan, dan menurut saya PU cukup cepat tanggap jika ada
kritikan, dan pustakawan juga langsung memberikan
penjelasannya…”50
Dari uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa pustakawan
dapat menerima kritikan dan masukan yang dikeluarkan pemustaka,
sebagai contohnya banyaknya perubahan yang pada layanan perpustakaan
di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seperti layanan
49
Marisya. 50
Sanni, Forum Diskusi Bersama.
66
internet atau wifi untuk mahasiswa, dan tersedianya stop kontak untuk
mahasiswa.
d. Sopan
Sopan merupakan sikap yang harus dimiliki pustakawan pada saat
melayani pengguna dituntut untuk selalu bertingkah laku secara baik dan
menyenangkan, baik itu dalam perkataan, perbuatan, dan
berpakaian.Informan memaknai sikap sopan bagaimana pustakawan baik
dalam perkataan, berkomunikasi dan berbusana.Menurut informan
Pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakartadalam
melakukan komunikasi sudah jelas.Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
berikan oleh salah satu informan KRM mahasiswi Ilmu Perpustakaan
2014:
“kalau di PU si pustakawan kadang kalau kita bertanya
pustakawan memberikan penjelasan cukup jelas sih kalau menurut
saya ini menurut pengalaman saya, dan pustakawannya juga
menggunakan bahasa yang santun dan mudah dipahami.”51
Pendapat lain juga di keluarkan oleh informan berinisial SN
mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan angkatan 2015, sebagai berikut:
“Kalo yang saya liat sih di PU pustakawannya udah pada rapih-
rapih, ya emang diwajibkan juga kan untuk selalu dalam keadaan
rapi buat cerminan mahasiswanya juga kan”52
Dari uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa sikap
pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah
komunikatif ketika memberikan atau menjelaskan sebuah informasi
dnegan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
pemustaka.Sebagai contoh ketika ada pemustaka yang bertanya mengenai
51
Karima, Forum Diskusi Bersama. 52
Sanni, Forum Diskusi Bersama.
67
bahan pustaka, pustakawan menjelaskan dengan bahasa yang baik, jelas,
dan sopan sehingga pemustaka dapat menerima dengan baik informasi
yang diberikan pustakawan.
e. Peduli
Peduli merupakan sikap saling menghormati antar setiap
manusia.Pada penelitian ini sikap peduli yang di maksudkan adalah
kepedulian pustakawan dapat menghormati pemustaka, kepedulian
pustakawan dalam menjaga ketersediaan koleksi serta dalam upaya
pustakawan dalam mengikuti pekembangan yang terjadi pada dunia
perpustakaan.Hal tersebut juga dilakukan oleh pustakawan di Pusat
Perpustakaan Syarif Hidayatullah Jakarta berupaya menjaga ketersediaan
koleksi. Seperti hasil diskusi mengenai sikap peduli informan berinisial
MLN, mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan angkatan 2014, yaitu sebagai
berikut:
“pustakawan di PU sudah cukup peduli ya kepada pemustaka,
ketiaka ada pemustaka yang membutuhkan bantuan, tapi ada juga
pustakawan yang rada cuek. Tapi itu hanya sebagian saja ko.”53
Pendapat selajutnya juga diberikan oleh informan berinisial YD,
mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan angkatan 2015,berikut penuturannya:
“Saya waktu itu pernah di undang ke PU dan ditunjukan
bagaimana cara memperbaiki buku yang rusak serta bagaimana
cara pelestariannya juga, dari situ kita juga bisa liat bagaimana
PU sangat peduli dengan bahan koleksi terutama buku yang
keadaannya sudah tidak bisa digunakan namun informasi
didalammnya masih dibutuhkan. Sehingga pemustaka masih bisa
menggunakan bahan pustaka tersebut.”54
53
Maulana, Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019. 54
Yudi, Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
68
Selain itu informan berinisial MLN mahasiswa Prodi Ilmu
Perpustakaan angkatan 2014 juga memberikan pendapatnya, berikut
penuturannya:
"Menurut saya, di PU perpustakaan sudah bagus sih pada saat ini,
pelayanan juga mulai banyak perubahan, terus PU juga udah
banyak menambah berlangganan jurnal online yakan jadi
informasi juga bisa berasal darimana aja gitu.”55
Dari hasil uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah
peduli terhadap bahan pustaka dengan melakukan kegiatan pelestarian
bahan pustaka, serta pustakawan juga sudah peduli dengan kepedulian
terhadap perkembangan informasi dengan banyak berlangganan jurnal
online.
2. Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini, penulis akan menganalisa pemaknaan
Pemaknaan Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan Terhadap Layanan
Pustakawan Pusat Perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Sikap Penuh Pertolongan
Menurut Fatmawati dalam suwarno sikap penuh perhatian
pustakawan dapat memahami bahwa manusia merupakan makhluk
sosial yang tidak lepas dari aspek keterbatasan kemampuan yang perlu
dibantu oleh orang lain. Demikian pula dengan pemustaka yang tidak
selalu menemukan kemudahan dalam mencari informasi maupun hal
lain. Pustakawan dituntut peka rasa untuk ringan tangan
55
Maulana, Forum Diskusi Bersama.
69
membantunya. Pustakawan dituntut mampu menyediakan bantuan
baik dalam bentuk kemudahan maupun pemberian solusi lain tanpa
pamrih kepada pemustaka.56
Pustakawan di Pusat Perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
memberikan pertolongan kepada pemustaka dengan membantu
mengecek pada sistem keberadaan koleksi yang dibutuhkan
pemustaka berada. Selanjutnya pustakawan akan memberikan
referensi koleksi lain yang sama seperti yang dibutuhkan pemustaka.
b. Sikap Penuh Perhatian
Menurut Fatmawati dalam Suwarno pustakawan dapat memberikan
perhatian kepada pemustaka, hal-hal yang dianggap sulit bagi
pemustaka, pustakawan dapat memebrikan solusi bijak kepada
pemustaka.57
Sikap penuh perhatian yang di tunjukan pustakawan di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenurut pemaknaan
mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan adalah pustakawan proaktif
dalam memberi tahukan mengenai hak dan kewajiban
pemustaka.Seperti pengembalian, denda, dan mengingatkan ketika
menggunaka layanan computer diperpustakaan.
c. Tenggang Rasa
Sikap tenggang rasa menurut Fatmawati dalam Suwarno
pustakawan menunjukan sikap empati kepada pemustaka.Misalnya
pustakawan selalu memperlihatkan empatinya dengan mendahulukan
56
Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan. 57
Wiji Suwarno.
70
kepentingan pemustaka dan mendengarkan dengan baik masukan,
kritikan, dan saran dari pemustaka.58
Hal tersebut sesuai dengan yang dilakukan pustakawan di Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakartapada sikap tenggang
rasa ini sudah berupaya mendengarkan kritikan dan masukan yang
dikeluarkan oleh pemustaka.Serta dengan pendapat yang dikeluarkan
oleh informan, banyaknya perbubahan dari segi layanan seperti sudah
tersedianya akses internet, tersedianya akses listrik untuk laptop, dan
diperbolehkan membawa minuman kedalam perpustakaan dengan
syarat diletakkan ditempat yang sudah di sediakan.
d. Sopan
Menurut Fatmawati dalam Suwarno Pustakawan pada saat
melayani pengguna dituntut unruk selalu bertingkah laku secara baim
dan menyenangkan dengan menggunakan kata-kata yang ramah,
santun, dan komunikatif.Tentu saja tidak hanya satu arah kepada
pemustaka saja, tetapi juga terhadap rekan, adalah budaya,
bagaimanapun sibuknya harus tetap berlaku sopan, santun, ramah, dan
bersahabat.59
Pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam hal ini menurut hasil Foccus Group Disscussion pustakawan
sudah bersikap sopan ketika memberikan layanan.Menurut informan
pustakawan sangat komunikatif dalam memberikan informasi kepada
pemustaka ketika pemustaka kesulitan dalam menggunakan layanan
58
Wiji Suwarno. 59
Wiji Suwarno.
71
dan pustakawan juga menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan
di mengerti oleh pemustaka.
e. Peduli
Peduli adalah sikap keberpihakan pustakawan untuk melibatkan
diri dalam persoalan, bisa dalam arti melibatkan diri dalam persoalan,
bisa dalam arti melibatkan diri dalam membantu pemustaka yang
kesulitan serta kepedulian terhadap koleksi dan peduli terhadap
fasilitas.60
Dalam hal ini sesuai dengan apa pendapat informan mengenai
sikap kepedulian pustakawan di Pusat Perpustakaan Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pustakawan peduli
dengan ketersediaan koleksi diperpustakaan serta pustakawan juga
peduli terhadap keadaan fisik buku, dengan menyampul kembali
bahan pustaka yang sudah rusak menjadi layak kembali digunakan.
60
Wiji Suwarno.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penelitian yang
telah dilakukan pada Pemaknaan Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan
Terhadap Layanan Pustakawan Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.dapat disimpulkan bahwa dapat dilihat pemaknaan layanan
perpustakaan di Pusat Perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pustakawansudah memberikan layanan secara optimal.
Hal ini berdasarkan komponen sikap penuh pertolongan, sikap penuh
perhatian, tenggang rasa, sopan, dan peduli.Penulis mengambil kesimpulan
dari informan bahwa pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sudah berupaya memberikan pelayanan nya secara
optimal.Dengan banyaknya peningkatan dari layanan dan pelayanan yang
diberikan pustakawan kepada pemustaka.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh, maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Penulis mengharapkan Perpustakaan Pusat Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dapat terus meningkatkan sikap penuh perhatian ini.
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan tidak adanya jarak antara
pustakawan dan pemustaka
73
2. Diharapkan pustakawan di Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dapat meningkatkan pelayanan di perpustakaan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. ―Metode Penelitian.‖ Bandung: Sarana Panca Karya, 1987.
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S940809015_bab3.pdf.
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002.
Badan Standarisasi Nasional. ―Standar Nasional Indonesia: Perpustakaan
Perguruan Tinggi.‖ Badan Standarisasi Nasional, 2009.
http://ilib.usm.ac.id/sipp/doc/publikasi/gdl-usm-localhost-badanstand-6-1-
sni7330-t.pdf.
Bungin, H. M, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. 2nd ed. Jakarta: Kencana, 2017.
Dewan Perwakilan Rakyat. ―UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN.‖ Dewan
Perwakilan Rakyat, n.d. http://digilib.isi.ac.id/2667/1/UU-43-2007-
PERPUSTAKAAN.pdf.
Djokopranoto, and Eko’Indrajit’. ―Manajemen Perguruan Tinggi Modern,‖ 2004.
http://www.academia.edu/download/38229897/Book15-
ManajemenPTModeren.pdf.
Gayatri, Dewi. ―Mendesain Instrumen Pengukuran Sikap,‖ Jurnal Keperawatan
Indonesia, Vol. 8, no. 02 (2004): 76–80.
Haris Herdiansyah. Wawancara, Observasi, Dan Focus Group : Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2015.
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualtatif : Teori & Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Imran Berawi. ―Mengenal Lebih Dekat Perpustakaan Perguruan Tinggi,‖ Jurnal
Iqra, Vol. 06, no. 01 (2012).
Karima. Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
Marisya. Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
Maulana. Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
Mien Hidayat. ―Makna Dan Pemaknaan Aplikasi Dalam Penelitian.‖ Universitas
Padjadjaran, 2008.
https://www.academia.edu/7084510/MAKNA_DAN_PEMAKNAAN_AP
LIKASI_DALAM_PENELITIAN.
75
Nina Ariyani Martini, and Ida Farida. Psikologi Perpustakaan. Tangerang
Selatan: Universitas terbuka, 2014.
NS, Sutarno. Manajeman Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Paramita, Astridya, and Lusi Kristiana. ―Teknik Focus Group Discussion Dalam
Penelitian Kualitatif,‖ Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, no.
02 (2013).
Perpustakaan Nasional RI. ―Kode Etik Pustakawan Indonesia.‖ Perpustakaan
Nasional, Republik Indonesia, 2012. http://ipi.perpusnas.go.id/wp-
content/uploads/2017/09/KODE_ETIK-IPI-2015_B5.pdf.
———. ―Standar Pelayanan Perpustakaan Dan Informasi Bidang Layanan
Koleksi Umum Perpustakaan Nasional RI.‖ Perpustakaan Nasional,
Republik Indonesia, 2015.
Robi’atul Hasanah. ―Sikap Pemustaka Terhadap Koleksi Digital (E-Resources) Di
Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.‖ Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/31992.
Rosa Widyawan. Pelayanan Referensi. Bandung: CV Bahtera Ilmu, 2012.
Sanni. Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
Shalehah, Hafizah. ―Hafizah Pustakawan: PELAYANAN PRIMA
PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI.‖ Hafizah Pustakawan
(blog), Rabu, Agustus 2014.
http://hafizahshalehah.blogspot.com/2014/08/pelayanan-prima-
perpustakaan-perguruan.html.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013.
Suzy Noviyanti. ―Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan,‖ Jurnal Akutansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, no. 1
(2008).
Tjipto Subadi. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Muhammadiyah University Press,
2006.
Triana Santi. ―Membangun Citra Pustakawan IAIN-SU Medan,‖ Jurnal Iqra, Vol.
8, no. 1 (2014).
Wiji Suwarno. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.
Yudi. Forum Diskusi Bersama, January 11, 2019.
76
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitati & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana, 2017.
78
Lampiran 1
Hasil Notulesnsi Foccus Group Disscussion
Nama informan Foccus Group Disscussion:
1. Nama : Ratu Karima Fauzan Azhima (KRM)
Angkatan : Ilmu Perpustakaan, 2014
2. Nama : M. Ryski Maulana (MLN)
Angkatan : Ilmu Perpustakaan, 2014
3. Nama : Marisya Ningrum (MRS)
Angkatan : Ilmu Perpustakaan, 2014
4. Nama : Yudi Setiadi (YD)
Angkatan : Ilmu Perpustakaan, 2015
5. Nama : Maria Ulfa (MRA)
Angkatan : Ilmu Perpustakaa, 2015
6. Nama : Mutiah Tsani Asyfa (SN)
Angkatan : Ilmu Perpustakaan, 2015
Tempat Foccus Group Disscussion :Fakultas Adab dan Humaniora
Tanggal dan waktu : 11 Januari 2019/ pukul 09.00-11.00 WIB
1. Penuh pertolongan
Pertanyaan :
Bagaimana menurut saudara/I sikap penuh pertolongan yang harus ditunjukan
seorang pustakawan ketika ada pemustaka yang kesulitan dalam menacari
informasi di perpustakaan?
KRM : ―menurut saya pustakawan sebaiknya lebih responsive, menurut
pengalaman saya ketika saya meminjam koleksi buku pada waktu itu, saya
tidak dapat menemukan bahan pustaka yang saya butuhkan. Lalu saya
bertanya kepada pustakawan pada bagian sirkulasi. Respon pustakawan
sudah baik dan responsive juga, namun pustakawannya bilangkan kalau buku
tersebut masih berada pada bagian pengolahan. Tapi pustakawan tidak
79
memberikan solusi atau memberikan saran kepada pemustaka koleksi yang
serupa, yaudah jadi saya engga dapet koleksi yang saya mau deh..”
MLN:―menurut saya sebagai seorang pustakawan yang harus turun tangan
kalau ada pemustaka yang membutuhkan pertolongan atau merasa kesulitan,
membantu mengecek koleksi bahan pustaka tersebut pada aplikasi otomasi
atau membatu mencarikan pada rak. Sama kalo emang koleksi yang
dipelukan gaada yang itu tadi membantu memberikan saran koleksi yang lain
yang mungkin serupa. Kalau di PU saya belum pernah mengalami karna
saya masih bisa menemukan koleksi yang saya butuhkan, tapi sejauh ini
pustakawan terkadang sudah cukup membatu sih kalo ada yang butuh
pertolongan‖
2. Sikap Perhatian
Pertanyaan :
Menurut saudara/I bagaimana sebaiknya sikap perhatian yang harus di
tunjukan oleh pustakawan ketika ada pemustaka menemukan hal-hal yang
dianggap sulit?
SN:―menurut saya sikap perhatian yang harus dimiliki pustakawan itu
contohnya lebih proaktif kepada pemustaka, maksudnya lebih proaktif dalam
mengingatkan udah mengembalikan buku atau belum, ada denda atau tidak,
nyuruh kita buat cek pinjaman kita. Pengalaman saya sih waktu di layanan
multimedia pustakawannya cukup perhatian selalu nyuruh kita buat ngesave
data kalo jam layanan udah tutup dan selalu kasih tau jam layanan tutup jam
berapa dan computer akan mati secara otomatis. Lumayan terbantu dan
jadinya kita lebih waspada aja gt kalo lagi menggunakan computer PU.‖
MRA:―kalau menurut saya sih sikap perhatian yang harus di tunjukan
pustakawan ya bisa seperti menyapa pemustaka yang berkunjung
keperpustakaan, bisa juga menanyakan kabar bagaimana pemustaka pada
hari ini, hal tersebut kan bisa memberikan treat sendiri kepada pemustaka,
seperti rasa nyaman, dan bahagia. kalau menurut pengalaman saya ketika
berkunjung ke PU sih pustakawannya ada yang suka bercanda juga tapi ada
yang diem aja gitu.”
MLN :―Menurut saya sikap perhatian ini sangat berpengaruh juga sama
respon atau pandangan yang diberikan pemustaka, kalo pustakawan suka
memberikan perhatiannya kepada pemustaka terhadap hal-hal kecil kaya
ngingetin udah balikin buku atau belum, kan bisa mengubah pandangan
pemustaka tentang pustakawan yang selama ini dikenal. Bisa menaikan citra
pustakawan juga, yang selama ini dikenal judes dan sebagainya. Kalo di
80
perpustakaan utama ada beberapa pustakawan yang humble banget sama
mahasiswa suka bercanda gitu, ada juga yang diem aja sih. Kadang juga
pustakawannya suka ngingetin buat ngecek peminjaman buku gitu.‖
3. Tenggang rasa
Pertanyaan:
Menurut kalian sikap tenggang rasa sebagai seorang pustakawan itu
bagaimana?dan bagaimana ketika ada pemustaka yang memberikan kritik
atau masukan untuk perpustakaan?
MRS: ―menurut saya ketika ada pemustaka yang memberikan kritik atau
sarannya sebaiknya pustakawan harus segera ditanggapi dan cepat
ditangani, serta berusaha kekurangan yang ada segera diatasi gitu. Dan
menurut saya di PU itu sekarang udah mulai banyak perubahan sih kaya
contohnya dulu kan belom ada wifi sekarang udah ada, ya walaupun masih
berebutan kadang-kadang, tapi sejauh ini udah banyak perubahan. Dan
pustakawan di bagian sirkulasinya juga udah mulai banyak yang
komunikatif mungkin karna banyak masiswa yang mengeluhkan juga karna
ada beberapa pustakawan yang jutek jadi sekarang tuh kaya dirolling gitu
shiftnya‖
SN: ―Menurut saya selain cepat tanggap juga harusnya pustakawan bisa
menerima kritikan tersebut ya, bukannya malah mengabaikan kritikan yang
dikeluarkan pemustaka. Kalau mengkritik di PU secara langsung saya
pribadi belum pernah namun saya juga banyak mendengar keluhan-keluhan
yang dikeluar oleh temen-temen di luar anak ilmu perpustakaan tentang
PU, mungkin dari keluhan-keluhan itu sekarang PU banyak perubahan, dan
menurut saya PU cukup cepat tanggap jika ada kritikan, dan pustakawan
juga langsung memberikan penjelasannya‖
YD : ―Terkait dengan sikap tenggang rasa ini ya, kan tenggang rasa berarti
sikap rasa saling menghormati dan menghargai orang lain ya, Kalau
dikaitka dengan pustakawan sih sebaiknya yang diharapkan dalam sikap ini
adalah pustakawan tidak boleh membeda-bedakan pemustaka, selain itu
juga sikap saling menghormati antara pustakawan dan pemustaka juga
perlu. Kan pelayanan yang diberikan pustakawan cerminan perpustakaan
itu sendiri, kepuasan pemustaka juga ada ditangan pustakawan. jadi yang
pemustaka yang pustakawan saling mengahargai aja, pustakawan
mengahargai pemustaka yang udah mau berkunjung dan menggunaka
fasilitas dan koleksi perpustakaan dan pemustaka juga menghargai
pustakawan atas kinerjanya dan pelayanan yang diberikan. Kalau menurut
saya pustakawan di PU kadang masih ada yang jutek gitu, ya mungkin dia
81
lagi ada masalah pribadi atau yang lain, saya sebagai mahasiswa ilmu
perpustakaan cukup mengerti, tapi kalau yang masih awam dengan
perpustakaan pasti pandangannya berbeda. Maka dari itu sikap saling
menghargai perlu adanya‖
4. Sopan
Pertanyaan: Bagaimana pendapat saudara/I tentang kesopanan yang
dimiliki pustakawan ketika memberikan pelayanan maupun ketika sedang
berada di perpustakaan baik dalam bertingkah laku, ucapan, maupun
perbuatan dan berpakaian?
KRM:“menurut saya sikap sopan disini pustakawan dapat berkomunikasi
kepada pemustaka dengan baik, baik dalam artian informasi yang diterima
pemustaka itu jelas dan dapat dipahami oleh pemustaka itu sendiri, kalau di
PU si pustakawan kadang kalau kita bertanya pustakawan memberikan
penjelasan cukup jelas sih kalau menurut saya ini menurut pengalaman
saya, dan pustakawannya juga menggunakan bahasa yang santun dan
mudah dipahami.”
MRA :―menurut saya sikap sopan ini masuk 3s ya senyum, salam,dan sapa.
Biar keliatannya lebih akrab juga antara pemustaka dan pustakawan.dan
biasanya 3s juga diterapkan untuk pelayanan juga kan, dan lagipula 3s
yang juga mencerminkan budaya masyarakat Indonesia yang biasa dikenal
dengan keramahannya. Diharapkan pustakawan di perpustakaan juga bisa
menerapkan itu diperpustakaan. Kalau menurut saya di PU pustakawannya
kadang ada yang ramah suka nyapa, tapi ada juga sih yang diem aja “
SN:―kalau dalam berpakaian sebaiknya yang sopan dan rapih dah, kan
lingkungan kita juga muslimah ya sebaiknya cara berpakaiannya tertutup,
sopan, muslimah, dan trendy gitu kali yaa supaya pustakawannya ga
ketinggalan jaman juga dalam mode berpakaian. Kalo yang saya liat sih di
PU pustakawannya udah pada rapih-rapih, ya emang diwajibkan juga kan
untuk selalu dalam keadaan rapi buat cerminan mahasiswanya juga kan.”
YD:” Kalau dari tutur kata pustakawan harus memberikan tuutur kata yang
baik ya, dan tidak mengganggu pemustaka ketika sedang berada di
perpustakaan, selain itu juga tegas ketika memberikan informasi namun
tidak menghakimi pemustaka sehingga membuat pemustaka takut. Kalau
menurut saya menurut pengamatan di PU sih pustakawannya sudah baik ya
dalam bertuturkata sehari-hari antar sesama pustakawan atau sama
pemustaka. Namun,terkadang pustakawan masih ada yang kurang bisa
mengontrol volume suaranya ketika sedang berbicara dengan sesama
pustakawan sehingga mengganggu pemustaka. Waktu itu saya pada ruang
82
skripsi dan situasi ruangan hening, jadi ya sangat mengganggu banget.
Lalu waktu itu saya juga telat mengembalikan buku pustakawannya
memberikan sedikit nasihat dengan bahasa yang sopan sehingga saya juga
bisa nerima, saya juga pernah melihat ada pemustaka yang rada dibentak
oleh pustakawan pada saat itu pada layanan sirkulasi saya kurang jelas
masalahnya apa namun kata pustakawannya kalau tidak seperti itu akan
diulangi lagi, kalau saya cukup mengerti, tapi kenapa tidak dengan intonasi
suara yang lebih pelan sehingga tidak membuat banyak perhatian
pemustaka lainnya.”
5. Peduli
Pertanyaan :
Menurut saudara/I bagaimana sikap peduli yang harus di tunjukan oleh
pustakawan ?
MLN :―sikap peduli ya, menurut saya dalam sikap peduli ini pustakawan
lebih cepat merespon gitu apa yang dibutuhkan oleh pemustaka, selain itu
lebih bersahabat dengan pemustaka, jadi pemustaka bisa merasa nyaman
ketika berada di perpustakaan. kalau menurut saya pustakawan di PU
sudah cukup peduli ya kepada pemustaka, ketiaka ada pemustaka yang
membutuhkan bantuan, tapi ada juga pustakawan yang rada cuek. Tapi itu
hanya sebagian saja ko.‖
YD:―menurut saya selain peduli terhadap pemustaka dan layanan
keterlibatan pustakawan dalam menjaga koleksi dan fasilitas sangat penting
sih sebenarnya, selain keterlibatan pustakawan dalam menjaga fasilitas dan
koleksi pemustaka juga memiliki peran sih. Karena pemustaka yang lebih
sering menggunakan koleksi dan fasilitas. Ya seperti jangan melakukan
vandalism pada bahan koleksi dengan mencoret-coret, melipat buku,
menyobek buku. Terus juga pustakawan juga peduli terhadap buku-buku
yang rusak, seperti kegiatan pelestarian buku, memperbaiki buku-buku
yang rusak sehingga dapat digunakan kembali. Saya waktu itu pernah di
undang ke PU dan ditunjukan bagaimana cara memperbaiki buku yang
rusak serta bagaimana cara pelestariannya juga, dari situ kita juga bisa liat
bagaimana PU sangat peduli dengan bahan koleksi terutama buku yang
keadaannya sudah tidak bisa digunakan namun informasi didalammnya
masih dibutuhkan. Sehingga pemustaka masih bisa menggunakan bahan
pustaka tersebut.”
83
Pertanyaan:
Menurut saudara/i selain peduli yang terhadap fasilitas, ketersediaan
koleksi, atau pelayanan yang diberikan, sikap kepedulian apa lagi yang
harus tunjukan oleh pustakawan untuk meningkan kopetensi?
MRA: “menurut saya pustakawan selain menjaga koleksi dan fasilitas,
serta membantu pemustaka. Pustakawan juga perlu peduli terhadap
perkembangan zaman, maksudnya disini adalah mengikuti apa yang sedang
terjadi pada saat ini gitu, jadi pustakawan ga ketinggalan jaman. Dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan yang biasanya dilakukan lembaga-lembaga
yang biasa mengadakan pelatihan. Kalo menurut saya PU juga sering
mengadakan pelatihan-pelatihan, workshop, atau seminar untuk
pustakawannya, kadang juga peltihan, workshop, atau seminar yang
diadakan tersebut bersifat terbuka sehingga waktu itu saya bisa mengikuti
kegiatan tersebut dan sangat bermanfaat sih, untuk menambah wawasan
saya dalam dunia perpustakaan ini. dan banyak juga pustakawan-
pustakawan dari fakultas lain yang ikut bergabung juga”
MLN:―menurut saya pustakawan juga updet berita-berita terbaru biar ga
tinggalan berita dan informasi terbaru. Terus juga bisa bergabung dengan
grup-grup perpustakaan itu supaya perpustakaannya bisa setara dengan
perpustakaan yang sudah maju bisa juga saling sharing lah antar
perpustakaan. Tapi menurut saya, di PU perpustakaan sudah bagus sih
pada saat ini, pelayanan juga mulai banyak perubahan, terus PU juga udah
banyak menambah berlangganan jurnal online yakan jadi informasi juga
bisa berasal darimana aja gitu.”
MRS: ―menurut saya mungkin aja dengan adanya pertemuan antar
pustakawan kan bisa menambah pengetahuan juga antar sesama
pustakawan, jadi pustakawan juga bisa tau cara pelayanan disetiap
perpustakaan itu seperti apa. Jadi bisa sebagai masukan juga kan untuk
perpustakaan tersebut. dan untuk pustakawannya mungkin bisa memberikan
pelayanan yang lebih fresh kepada pemustaka yang ditujukan oleh sikap
pustakawannya.”
87
Layanan Sirkulasi lt. 4 Pustakawan pada layanan
sirkulasi sedang memberikan
pelayanan kepada pemustaka.
Layanan baca pada lt.4 Layanan Referensi pada lt. 5
Layanan Multimedia lt. 5 Layanan ruang skripsi lt. 6
88
BIODATA PENULIS
BRILIANI NUR FIKRI. Lahir di Jakarta, pada tanggal
15 Juni 1996, putri pertama dari Ayahanda Muhammad
Yasindengan ibunda Hj. Amah Mahmudah. Bertempat
tinggal di Jalan Keramat RT. 014/01 No. 2A, Kec. Pasar
Minggu Kel. Cilandak Timur Jakarta
Selatan.Menyelesaikan pendidikan dasar di MI Raudlatul
Ilmiyah (2001-2008), Kemudian melnjutkan Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 212 Jakarta (2008-2011),
dan Sekolah Menengah Atas MAN 11 Jakarta (2011-2014).Kemudian
melanjutkan pendidikan pada Program Studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada
Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta (2014).Penulis pernah melakukan kegiatan PKL di Perpustakaan Badan
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama RI.Penulis juga pernah melakukan
kegiatan magang di Perpustakaan Komunitas Salihara Jakarta Selatan,
Perpustakaan ESQ Business School Jakarta, dan Perpustakaan Kementerian
Pertahanan RI.Penulis juga berpartisiapasi dalam Volunteer Asian Games Jakarta-
Palembang 2018.KKN di Desa JeungJing.Kec. Cisoka Kabupaten Tangerang.
Pada akhir penulis menyusun skripsi yang berjudul ―Sikap Pustakawan Dalam
Memberikan Layanan Menurut Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan‖