Peledakan
-
Upload
aditya-p-fatqul-alfian -
Category
Documents
-
view
436 -
download
17
description
Transcript of Peledakan
BAHAN PELEDAK
MEKANIK KIMIA NUKLIR
BAHAN PELEDAK KUAT(HIGH EXPLOSIVE)
BAHAN PELEDAK LEMAH(LOW EXPLOSIVE)
PRIMER SEKUNDER PERMISSIBLE NON-PERMISSIBLE
BAHAN PELEDAK
MEKANIK KIMIA NUKLIR
BAHAN PELEDAK KUAT(HIGH EXPLOSIVE)
BAHAN PELEDAK LEMAH(LOW EXPLOSIVE)
ASLI SECARA MOLEKULER
BLASTING AGENT
NON-PERMISSIBLE
3. Peledakan3. Peledakan
1. Bahan Peledak1. Bahan Peledaka. Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia
eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya
berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.
b. Klasifikasi Bahan Peledak
Gambar 1. Klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (1978)
Gambar 2. Klasifikasi bahan peledak
11
BAHAN PELEDAK
BAHAN PELEDAK KUAT
AGEN PELEDAKAN
BAHAN PELEDAK KHUSUS
Dinamit
Gelatine
TNT ANFO
Slurries
Emulsi
Hybrid ANFOSlurry mixtures
Seismik
Trimming
Permissible
Shaped charges
Binary
LOX
Compressed air / gas
Expansion agents
Mechanical methods
Water jets
Liquid Jet piercing
PENGGANTI BAHAN PELEDAK
1. Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
a. Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak
dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s)
b. Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
2. Menurut Anon (1977), bahan peledak kimia dibagi menjadi 3 jenis seperti terlihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi bahan peledak menurut Anon (1977)
JENIS REAKSI CONTOH
Bahan peledak lemah (low explosive) Deflagrate (terbakar) black powderBahan peledak kuat (high explosive) Detonate (meledak) NG, TNT, PETNBlasting agent Detonate (meledak) ANFO, slurry, emulsi
c. Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat
khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan
industri lainnya, di luar keperluan militer.
Gambar 3. Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988)
d. Reaksi peledakan berupa reaksi eksotermis, yaitu reaksi kimia yang
menghasilkan panas.
22
e. Hasil peledakan tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut
dilakukan karena kondisi eksternal akan mempengaruhi kualitas bahan kimia
pembentuk bahan peledak tersebut.
f. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia yang
menimbulkan pembakaran dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.
g. Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan reaksi dan sifat
reaksinya menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak
lemah (low explosives).
2. Perlengkapan Peledakan2. Perlengkapan Peledakan1. Detonator
a. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut
terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.
b. Jenis-jenis detonator adalah detonator biasa, listrik, dan nonel yang masing-
masing dibedakan dari cara pembentukan panas untuk meng-inisiasi bahan
peledak yang ada di dalam detonator.
c. Ditinjau dari waktu meledaknya detonator dibagi dua tipe, yaitu detonator
langsung (instantaneous) dan tunda (delay).
Instantaneous detonator adalah detonator yang meledak langsung setelah
sumber energi menginisiasi isian primer dan sekunder; dan
delay detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi
beberapa saat, yaitu antara puluhan millisekon sampai sekon atau detik,
untuk meledakkan isian primer dan sekunder.
d. Detonator listrik tunda hanya bisa dipasang di dalam lubang ledak.
e. Detonator nonel tunda bisa dipasang di dalam lubang, disebut in-hole delay, dan
dipermukaan, trunkline atau surface delay
33
Gambar 4. Sketsa penampang detonator biasa
Gambar 5. Sketsa penampang detonator listrik
44
isian dasar(base charge)
isian utama(primer charge)
ramuan pembakar(Ignition mixture)
tabung silinder(shell)
ruang kosong disediakan untuksumbu bakar (safety fuse)
a. Detonator listrik langsung b. Detonator listrik tunda
bagian ujung yangdipotong miring
bagian ujung yangdipotong tegak lurus
Blackpowderdibakar
blackpowder bersentuhandengan ramuan pembakar
dalam detonator
SUMBU API
Gambar 6. Bagian dalam detonator nonel
2. Sumbu api (safety fuse)
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api dengan
kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan pembakar
(ignition mixture) di dalam detonator biasa, sehingga dapat meledakkan isian primer
dan isian dasarnya.
Bagian inti dari sumbu api berupa blackpowder atau gunpowder yang tergolong
bahan peledak lemah (low explosive) dan dibungkus oleh tekstil serta dilapisi
material kedap air, misalnya aspal dan plastik.
Gambar 7. Cara pemotongan dan penyulutan sumbu api
3. Sumbu ledak (detonating cord)
Berbagai nama untuk sumbu ledak yang dikenal di lapangan antara lain detonating
cord, detonating fuse, atau cordtex. Sumbu ledak adalah sumbu yang pada bagian
55
tabung alumunium
isian dasarisian utama elemen tunda
elemen transisipenyumbat anti-statis
sumbu nonelpelapis baja
plug penutuptidak tembus air
intinya terdapat bahan peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan peledak kuat
dengan kecepatan rambat sekitar 6000 – 7000 m/s. Komposisi PETN di dalam
tersebut bervariasi dari 3,6 – 70 gr/m. Namun, yang sering digunakan adalah sumbu
ledak dengan isian PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m karena akan mengurangi kerusakan
stemming dan bahan peledak serta pengaruh air blast.
Gambar 8. Bagian-bagian sumbu ledak
Gambar 9. Cara meledakkan sumbu ledak
4. Penyambung (connector)
Penyambung maksudnya adalah perlengkapan yang diperlukan untuk meng-
hubungkan kawat listrik atau sumbu peledakan antar lubang ledak. Tujuannya antara
lain:
66
Anyaman tekstilsintetis Serat nylon
PETN Inti katunSelubungplastik
Sumbu api
DetonatorNo. 6 atau 8
Selotip kuatSumbu ledak
Ke arah rangkaianpeledakan
Leg wireDetonator
No. 6 atau 8
Selotip kuatSumbu ledak
Ke arah rangkaianpeledakan
a. Menggunakan sumbu api
b. Menggunakan detonator listrik
Sekedar menyambung leg wire antar lubang memakai kawat penyambung pada
peledakan dengan detonator listrik
Menyambung sumbu nonel antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan (surface atau trunkline delay)
Menyambung sumbu ledak antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan
Menyambung sumbu api antar lubang pada peledakan dengan detonator biasa.
5. Primer dan Booster
Primer adalah suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka detonator, yaitu
bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang sudah dipasang
detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Proses peledakan di dalam
kolom lubang ledak sebagai berikut:
setelah alat pemicu ledak menginisiasi detonator, maka cartridge akan meledak,
meledaknya cartridge atau primer akan memberikan energi cukup kuat untuk
menginisiasi bahan peledak utama disepanjang kolom lubang ledak.
Terdapat tiga tempat atau titik untuk meletakkan primer di dalam kolom lubang ledak
(lihat Gambar 3.1) , yaitu:
1) dibagian dasar bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut bottom
priming,
2) dibagian tengah bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut deck atau
middle priming,
3) dibagian atas bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut top atau collar
priming,
Cara pembuatan primer pada prinsipnya sama untuk semua jenis detonator, yaitu
menyisipkan detonator pada dinamit atau cartridge
Ketika menyisipkan detonator pada cartridge atau dinamit, disarankan untuk
membuat lubang seukuran diameter detonator menggunakan kayu atau bamboo
atau bukan dari penusuk dari logam
Booster didefinisikan sebagai bahan peka detonator yang dimasukkan ke dalam
kolom lubang ledak berfungsi sebagai penguat energi ledak (Gambar 3.2.a).
77
Gambar 10. Posisi primer di dalam kolom lubang ledak
Gambar 11. Perbedaan booster dan primer serta karakter energi ledak ANFO
3. Peralatan Peledakan3. Peralatan Peledakana. Blasting machine (BM) atau exploder sebagai pemicu ledak yang dilengkapi
dua terminal (kutub) listrik positif dan negatif.
b. Untuk memperlancar peledakan listrik diperlukan alat pendukung, yaitu alat
pengukur tahanan (blastometer atau BOM), alat pengukur kebocoran arus listrik,
multimeter peledakan, pengukur efisiensi kerja blasting machine, alat detektor
petir dan kawat utama (lead wire). Alat pendukung harus dipersiapkan untuk
menjamin keselamatan dan keamanan kerja peledakan listrik.
88
Penyumbat(stemming)
Dari detonator bisa berupa:- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak- Sumbu nonel ; - Sumbu Api
Kolom lubangledak
Bahan peledakutama
(Primary Charge)
BOTTOMPRIMING
DECK(MIDDLE)PRIMING
TOP(COLLAR)PRIMING
c. Tamper yaitu semacam tongkat dari kayu yang berfungsi untuk memadatkan
stemming.
d. Peralatan pengamanan peledakan harus selalu dipersiapkan pada saat
pelaksanaan peledakan. Minimal yang harus tersedia adalah radio komunikasi
(HT), sirine, bendera merah atau pita pembatas area yang akan diledakkan, dan
rambu-rambu di lokasi yang diperkirakan terkena dampak negatif langsung
akibat peledakan.
4. Pola Pemboran dan Peledakan4. Pola Pemboran dan Peledakana. Pada tambang terbuka terdapat tiga pola pengeboran, yaitu:
pola bujursangkar (square pattern), jarak burden dan spasi sama
pola persegipanjang (rectangular pattern), jarak spasi dalam satu baris lebih
besar dibanding burden, dan
pola zigzag (staggered pattern), antar lubang bor dibuat zigzag yang bisa
berasal dari pola bujursangkar maupun persegipanjang.
b. Pada tambang bawah tanah terdapat empat pola pengeboran dasar, yaitu:
Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut
Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji
Drag cut atau pola kipas
Burn cut disebut juga dengan cylinder cut
c. Pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah
lubang ledak. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu
tunda pada sistem peledakan antara lain adalah:
Mengurangi getaran
Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
Mengurangi gegaran akibat airblast.
Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
99
Gambar 12. Sketsa pola pengeboran pada tambang terbuka
d. Pada tambang terbuka pola peledakan dapat diatur antar baris, antar
beberapa lubang, atau antar lubang. Sedangkan pada bukaan bawah tanah
selalu diawali dengan peledakan cut untuk membuka bidang bebas baru.
Gambar 13. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem
inisiasi echelon serta orientasi antar retakan 90
1010
1234
2345
3456
SETELAH PELEDAKAN
14 3 2
25 4 3
36 5 4
B
B
B
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
w
y
SEBELUM PELEDAKAN
Arah lemparan batuan
Bidang bebas Bidang bebas
Bidang bebas Bidang bebas
a. Pola bujursangkar b. Pola persegipanjang
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
3 m
3 m
3 m
2,5 m
3 m
3 m
3 m
2,5 m
Gambar 14. Peledakan pojok antar baris dengan pola bujursangkar
dan sistem inisiasi echelon
Gambar 15. Peledakan pojok antar baris dengan pola staggered
1111
1
2
3SETELAH PELEDAKAN
1234
SETELAH PELEDAKAN
14 3 2
14 3 2
14 3 2
B
1.4B
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
w
y
SEBELUM PELEDAKAN
1.4B
B
2B
Arah lemparan batuan
11 1 1
22 2 2
33 3 3
B
2B 2B 2B 2B
w
y
SEBELUM PELEDAKAN
B
1,4B
B
B
Arah lemparan batuan
Gambar 16. Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan
pola V-cut persegi panjang dan waktu tunda bebas
Gambar 17. Kelompok lubang pada pemuka kerja suatu terowongan
1212
SETELAH PELEDAKAN
123
65
42 3 4
56
346
54
78
6 78
w
41 2 3
36 4
58 7 6
B 1,4 B 1,4 B 1,4 BSEBELUM PELEDAKAN
24 3
64 5
86 7
B
B
B
5
1,4 B B
y
Arah lemparan batuan
Tinggiabutment
Tinggibusur
Roof holes atauback holes
Stoping holes atauhelper holes ataureliever holes
Wall holesatau rib holes
Cut holes
Cut spreader holesatau raker holes
Floor holes ataulifter holes
Gambar 18. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
1313
5,2 m
7,5 m
9
9
1010
11
11
11
11
12 12
12
12
13
13 13
13
14
14
1414
14
14
15
15
15
15
15
15
15 1616
16
16
16
1616
16
16
16 17
17
17
1717
17
17
1718 18
18
1818181818181818
18
18
1919
1
8
7
6
5
43
2
Gambar 19.
Pola peledakan dengan wedge cut
pada suatu terowongan
Gambar 20.
Pola peledakan dengan drag cut
pada suatu terowongan
e. Faktor teknis yang menentukan keberhasilan peledakan terutama ditentukan
oleh diameter lubang ledak, ketinggian jenjang dan fragmentasi hasil peledakan
f. Geometri peledakan terdiri dari sejumlah parameter jarak atau panjang yang
terdiri dari spasi, burden, tinggi jenjang, kedalaman kolom lubang ledak,
penyumbat (stemming), panjang kolom isian bahan peledak utama, dan
subdrilling.
g. Powder factor (PF) adalah perbandingan antara volume peledakan dengan
jumlah bahan peledak yang dipakai. PF biasanya sudah ditetapkan oleh
perusahaan karena merupakan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dan
juga karena berbagai pertimbangan ekonomi.
Gambar 21. Terminologi dan simbul geometri peledakan
Keterangan :
B = burden ; L = kedalaman kolom lubang ledak
1414
B
T
PCL
H
J
a. Lubang ledak vertikal
T
PC
LH
J
B
B
b. Lubang ledak miring
α
S = spasi ; T = penyumbat (stemming)
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling
Gambar 22. Lubang ledak vertikal dan miring
Keterangan :
B = burden sebenarnya (true burden)
B’ = burden semu (apparent burden)
= Sudut kemiringan kolom lubang ledak
5. Secondary Blasting5. Secondary Blastinga. Peledakan bongkah batu atau secondary blasting adalah peledakan untuk
memperkecil bongkah tersebut agar terbentuk fragmentasi batuan yang
berukuran sesuai dengan pekerjaan selanjutnya.
b. Teknik peledakan bongkah bisa blockholing (pop shooting), mud capping (plaster
shooting) dan snakeholing
1515
arah
pengeboran
Gambar 23. Peledakan ulang dengan cara blockholing.
Gambar 24. Beberapa cara peledakan mudcapping
Gambar 25. Sketsa snackholing
6. Gagal Ledak (Misfire)6. Gagal Ledak (Misfire) “Gagal ledak” adalah istilah yang diberikan kepada bahan peledak yang tidak
meledak di dalam kolom lubang ledak.
Terdapat beberapa ciri awal untuk mengindikasikan bahwa suatu lubang ledak tidak
meledak, antara lain:
Perhatikan dari jauh asap yang keluar dari dalam lubang yang tidak meledak,
biasanya mengalir dengan konstan. Apabila tidak bisa, maka setelah 15 menit
1616
untuk peledakan listrik atau 30 menit untuk peledakan dengan sumbu api,
lakukan pemeriksaan pada tumpukan fragmentasi hasil peledakan untuk
mengamati sisa asap yang keluar dari lubang.
Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang masih terlihat
diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak di sekitar tumpukan
fragmentasi. Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-betul meledak.
Beberapa cara mengatasi gagal ledak adalah:
Bila masih terlihat kawat detonator dan diperiksa masih aktif atau sumbu
ledak, maka dapat diledakkan ulang menggunakan blasting machine.
Bila kawat dan sumbu ledak tidak terlihat, dapat dilakukan peledakan ulang
dengan terlebih dahulu mengeluarkan stemming menggunakan kompresor.
Membongkar lubang ledak menggunakan alat gali misalnya shovel, backhoe
atau dragline. Cara ini merupakan alternatif terakhir apabila tidak ada cara lain
yang relative lebih aman.
Menetralisir bahan peledak ANFO dengan cara menuangkan atau menyem-
protkan air ke dalam lubang gagal ledak. Yang perlu dingat bahwa bahan
peledak emulsi, watergel, slurry dan cartridge (primer) tidak dapat larut. Oleh
sebab itu tetap harus dilakukan penggalian atau peledakan ulang untuk
mengatasi lubang gagal ledak.
7. Zero Oksigen Balance7. Zero Oksigen BalanceTujuan dari peledakan pada suatu tambang adalah membentuk “Zero Oksigen
Balance” yaitu unsur-unsur hydrogen, nitrogen, oksigen dan karbon di dalam bahan
peledak tersebut harus dibuat sebanding sedemikian rupa sehingga gas-gas yang
terjadi pada waktu peledakan semua unsur-unsur H bereaksi menjadi H2O, unsur-
unsur N dibebaskan sebagai molekul-molekul N2, unsur-unsur C bereaksi
membentuk CO2.
Bila jumlah O2 tidak cukup disebut “Negative Oksigen Balance” terbentuk gas CO,
bila jumlah O2 berlebihan disebut “Positive Oksigen Balance” terbentuk gas NO2.
1717
Rumus ZOB :
Oo – 2Co – ½ Ho = 0
Rumus tersebut dapat dikoreksi dengan :
( Oo – ½ Nao – Cao ) - 2Co – ½ Ho = 0
Dimana :
Oo = jumlah oksigen yang terdapat pada bahan peledak tersebut.
Co = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat C.
Ho = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat H.
Nao = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Na.
Cao = jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Ca.
Contoh :
AN + FO CO2 + H2O + N2
AN = NH4NO3 FO = CH2
BM AN = 14 + 4 + 14 + 48 BM FO = 12 + 2
= 80 = 14
Gram ataom dalam AN : Gram atom dalam FO :
Grat N = 2 / 80 x 100% Grat C = 1 / 14 x 100%
= 2,5 grat = 7,14 grat
Grat H = 4 / 80 x 100% Grat H = 2 / 14 x 100%
= 5 grat = 14,28 grat
Grat O = 3 / 80 x 100%
= 3,75 grat
Menghitung perbandingan bahan-bahan dalam bahan peledak dimana persamaan
reaksinya tidak diketahui :
a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2
a NH4NO3 + b CH2 c CO2 + d H2O + e N2
% Ho No Oo Co
1818
AN X 5,00 X 2,50 X 3,75 X
FO Y 14,28 Y - - 7,14 Y
Total 1,00 (5,00X + 14,28Y) 2,50 X 3,75 X 7,14Y
Karena X + Y = 100%, maka X + Y = 1
OB = Oo – 2Co – ½ Ho
Substitusikan angka gram setiap elemen ke dalam persamaan :
OB = 3,75 X - 2 (7,14 Y) - ½ (5,00 X + 14,28 Y) = 0
= 3,75 X - 14,28 Y) - 2,5 X - 7,14 Y)
= 1,25 X - 21,42 Y
1,25 X = 21,42 Y
X = 17,136 Y
X + Y = 1 , maka
17,136 Y + Y = 1
18,136 Y = 1
Y = 0,055 (5,5% FO)
X = 0,945 (94,5% AN)
Jadi campuran yang tepat adalah 94,5% AN dan 5,5% FO
KOMPOSISI BAHAN PELEDAK
NAMA BERAT MOLEKUL
FORMULA KOMPOSISI (grat/100 gr)C H N O
NG
TNT
Wood Pulp
AN
Sodium Nitrate
227,09
227,13
-
80,1
85,01
C3H5(NO2)3
C6H2CH3(NO2)3
-
NH4NO3
NaNO3
1,321
3,082
4,170
-
Na=1,176
0,999
2,202
2,201
6,300
4,997
-
1,321
1,321
-
2,498
1,176
3,963
2,642
2,140
3,748
3,530
1919
Cal.Car
Celluoce
100,09
-
CaCO3
3,710Ca=0,999 -
-
3,000
3,090
2020