PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO PADA PENGURUS · PDF filepeningkatan kemampuan mengenai pentingnya...
Transcript of PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO PADA PENGURUS · PDF filepeningkatan kemampuan mengenai pentingnya...
1
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PELATIHAN MANAJEMEN RISIKO PADA
PENGURUS ORGANISASI BPMU SEBAGAI BAGIAN
DARI PROSES MONITORING DAN EVALUASI
Oleh:
Desak Nyoman Arista Retno Dewi
A
Dibiayai oleh Abdimas Grant Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2012/2013
2
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul : Pelatihan Manajemen Risiko Pada
Pengurus Organisasi BPMU Sebagai
Bagian Dari Proses Monitoring Dan
Evaluasi
2. Tim Peneliti/Pelaksana : Desak Nyoman Arista Retno Dewi, M.Psi
3. Alamat Ketua Peneliti : Fakultas Psikologi UKWMS
Jl. Dinoyo 42-44 Surabaya
4. Telp/Fax. Ketua Peneliti : 031 5678478 pswt. 161
5. Alamat email Ketua Peneliti : [email protected]
6. Lama Penelitian : + 6 bulan
Surabaya, 14 Agustus 2013
Menyetujui, Peneliti/Pelaksana
Dekan Fakultas Psikologi
F. Yuni Apsari, M.Si., Psi Desak Nyoman Arista RD, M.Psi., Psi
NIK.711.99.0397 NIK.711.09.0636
Mengetahui,
Ketua LPPM
M. Indah Epriliati, STP., M.Si., Ph.D
NIK. 611.95.0238
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan YME karena dengan berkat
dan rahmatnya pengabdian masyarakat “Pelatihan Manajemen Risiko Pada
Pengurus Organisasi BPMU Sebagai Bagian Dari Proses Monitoring Dan
Evaluasi” dapat terlaksana dengan lancar. Pengabdian ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi BPM UKWMS mengenai penyusunan proses manajemen
risiko bagi organisasi BPMU.
Pada kesempatan ini pula, peneliti hendak menyampaikan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini yaitu
kepada :
1. Pimpinan Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya, Ibu Yuni
Apsari, M.Si., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi UKWMS, terimakasih
atas kesempatan dan dukungan untuk melakukan penelitian.
2. Pimpinan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LPPM) Unika Widya Mandala Surabaya, Prof. Veronica L. Diptoadi,
M.Sc, yang mendorong terlaksananya pengabdian masyarakat.
Terimakasih atas dukungannya.
3. Koordinator kemahasiswaan tingkat Universitas Katolik widya Mandala
Surabaya, Bapak Y. G. Harto Pramono selaku Wakil Rektor I yang telah
memberi ijin dan kesempatan untuk melakukan pengabdian kepada
masyarakat. Terimakasih.
4
4. Pengurus BPM UKWMS yang telah bersedia menjadi peserta pelatihan
dalam rangka pengabdian masyarakat ini. Terimakasih dan sukses selalu.
5. Para asisten pelatihan yaitu Claudia (2011) dan Vivien (2011) terimakasih
atas kerjasama dan kesediaannya dalam membantu pelaksanaan pelatihan.
Semoga pengalaman sebagai asisten pelatihan memberikan banyak
pembelajaran dan pengalaman baru yang inspiratif.
6. Semua pihak yang telah mendukung, membantu dan memperlancar
pelaksanaan penelitian ini. Terimakasih.
Peneliti menyadari pelaksanaan pengabdian ini tidak lepas dari
kekurangan. Masih perlu banyak belajar untuk melaksanakan pengabdian dengan
benar sesuai dengan metode dan kaidah penelitian ilmiah. Untuk itu peneliti
mohon maaf kepada semua pihak jika sekiranya ada kekurangan atau kesalahan
dalam pelaksanaan pengabdian ini. Semoga laporan pengabdian ini bisa diterima
dan memberikan inspirasi kepada siapa saja yang memiliki ketertarikan dengan
proses pengelolaan risiko atau potensi risiko sebagai bagian dari proses
monitoring dan evaluasi organisasi. Terimakasih.
Peneliti,
Surabaya, Agustus 2013
5
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul ................................................................................................ i
Lembar Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... v
Daftar Tabel .................................................................................................. vii
Daftar Gambar .............................................................................................. viii
Daftar Lampiran ............................................................................................ ix
Abstraksi ........................................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Fokus Pelaksanaan Abdimas .......................................................... 5
1.3. Tujuan Adbimas ............................................................................. 6
1.4. Manfaat Abdimas ........................................................................... 6
BAB II. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ................................... 7
2.1. Kajian Literatur Seputar Konsep Risiko ........................................ 7
2.2. Kajian Literatur Seputar Konsep Dasar Manajemen Kualitas ....... 10
BAB III. METODOLOGI KEGIATAN .........…...………………………... 18
3.1. Sasaran Kegiatan ............................................................................ 18
3.2. Bentuk Kegiatan ............................................................................. 18
3.3. Indikator Keberhasilan ................................................................... 20
6
BAB IV. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN ABDIMAS .... 23
4.1. Persiapan Pelaksanaan ................................................................... 23
4.2. Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 23
4.3. Hasil dan Data Pelaksanaan Kegiatan ............................................ 25
4.4. Evaluasi Pelaksanaan ..................................................................... 27
4.5. Kesimpulan dan Saran .................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 30
7
DAFTAR TABEL
4.1. Tabel nilai total pre-test dan post-test ....................................... 26
8
DAFTAR GAMBAR
2.1. Gambar konsep risiko ................................................................ 7
9
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Olah Data ........................................................................................... 31
Handout Materi ............................................................................................ 32
Foto Pelaksanaan Pelatihan Manajemen Risiko .......................................... 37
Lembar Presensi .......................................................................................... 40
10
Desak Nyoman Arista Retno Dewi. (2013). Pelatihan Manajemen Risiko Pada
Pengurus Organisasi BPMU Sebagai Bagian Dari Proses Monitoring Dan
Evaluasi.
ABSTRAKSI
Pengabdian kepada masyarakat ini mengenai pemberian pemahaman dan
peningkatan kemampuan mengenai pentingnya proses manajemen risiko terhadap
program kerja atau kegiatan Ormawa. Metode pembelajaran berikan dalam bentuk
sharing pikiran (diskusi kelompok/kelas, elaborasi dan laporan kelompok maupun
individu), pendapat dan reaksi, peta konsep (bagan problem mapping), metafor
(ilustrasi dan konfirmasi materi), pre-test dan post-test. Pelatihan ini diberikan
kepada pengurus organisasi BPM UKWMS dengan harapan dapat mendukung
proses kerja BPMU dalam melakukan fungsinya. Indikator keberhasilan dari
penelitian ini adalah peningatan pemahaman pada minimal 50% peserta pelatihan,
dan peningkatan kemampuan untuk mengaplikasikan proses monitoring dan
evaluasi sebagai bagian manajemen kualitas. Hasil pelatihan menunjukkan materi
pelatihan manajemen risiko mampu memberikan pemahaman baru pada peserta
pelatihan mengenai pentingnya proses manajemen risiko sebagai bagian dari
proses monitoring dan evaluasi organisasi. Dimana lebih dari 100% peserta
pelatihan mengalami peningkatan pemahaman. Selain itu pelatihan manajemen
risiko mampu memunculkan motivasi pengurus BPMU untuk mengaplikasikan
proses manajemen risiko pada perencanaan kerja organisasi BPMU dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
Kata kunci: manajemen risiko, monitoring dan evaluasi, BPMU
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisasi memiliki keinginan untuk dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam visi dan misi organisasi. Salah satu hal yang dapat
dikatakan menjadi tujuan organisasi adalah dapat memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kepuasan konsumen. Dalam upayanya tersebut, organisasi akan
berusaha menciptakan produk-produk yang berkualitas. Untuk dapat menciptakan
produk-produk yang berkualitas maka organisasi perlu ditunjang dengan sistem
manajemen yang juga berkualitas, mulai dari sistem kerja, program kerja, dan
sumberdaya manusianya, yang memastikan bahwa produk yang diciptakan benar-
benar berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Namun
demikian, adanya kompleksitas lingkungan dan kebutuhan rangka pertumbuhan
dan perkembangan organisasi kedepan membuat organisasi memiliki potensi
untuk mengalami suatu kondisi yang tidak diharapkan atau diluar perencanaan.
Kondisi ini membawa organisasi pada posisi yang rentan akan risiko atau potensi
risiko terhadap pencapaian tujuan organisasi baik dari sisi individu maupun
organisasi.
Risiko dapat muncul dari berbagai aspek yang melingkupi organisasi.
Penelitian Kalpan & Mikes (2012) yang terbaru mengklasifikasikan risiko
kedalam tiga kategori, yaitu risiko yang berasal dari internal organisasi (internal
risks) yang meliputi risiko dari anggota organisasi, kebijakan atau peraturan, dan
2
operasional proses kerja yang dijalankan; strategi organisasi (strategy risks)
berkaitan dengan risiko yang muncul dari strategi atau langkah-langkah yang
diambil organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi; dan eksternal
organisasi (external risks) merupakan risiko yang berasal dari luar organisasi yang
diluar kendali atau kontrol dari organisasi, seperti kondisi sosial, ekonomi, dan
politik.
Keberhasilan suatu organisasi tidak saja dilihat dari sistem kerja, program
kerja, dan sumberdaya manusianya, tapi juga dari kemampuan organisasi tersebut
dalam mengelola risiko-risiko yang berpotensi mempengaruhi tercapainya tujuan
organisasi. Oleh karena itu pengelolaan risiko atau proses manajemen risiko (risk
management) menjadi hal yang sangat penting dalam organisasi. Pengelolaan
yang baik terhadap risiko atau potensi risiko dapat menghasilkan keuntungan,
efisiensi dan keberlanjutan organisasi. Namun jika tidak dikelola dengan baik,
maka risiko atau potensi risiko yang ada dapat berdampak pada proses kerja dan
produktivitas organisasi sehingga pada akhirnya dapat berpengaruh pada kepuasan
konsumen.
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai pentingnya pengelolaan
risiko atau potensi risiko untuk mengurangi atau meminimalkan efek negatif dari
risiko. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Robinson dan Levy (2011)
mengenai hubungan antara risk assessment dan risk management berkaitan
dengan pengambilan keputusan menunjukkan pentingnya pengukuran risiko
dalam mendukung pengelolaan risiko. Sebelum mengambil keputusan untuk
mengelola risiko, pertama yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi
3
terhadap permasalahan dan kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi. Lalu melakukan analisa dan meninjauan hasilnya sebagai bagian dari
pengukuran risiko. Secara keseluruhan tujuan dari pengukuran risiko adalah untuk
mendukung pengambilan keputusan pengelolaan risiko. Penelitian lain mengenai
efektivitas risk management untuk mengurangi risiko proyek melalui studi lintas
industri dan negara yang dilakukan oleh Zwikael dan Ahn (2011) menunjukkan
penyelenggara proyek (negara atau industri) secara signifikan berpengaruh pada
level risiko proyek dan intensitas proses pengelolaan risiko. Hasil penelitian juga
menunjukkan peranan manajemen risiko dalam menengahi hubungan antara level
risiko dan kesuksesan proyek. Dimana perencanaan manajemen risiko yang baik
dapat mengurangi efek negatif dari level risiko terhadap keberhasilan proyek.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap organisasi mahasiswa
(Ormawa), organisasi yang memiliki fokus pada peningkatan kemampuan atau
skills mahasiswa, baik hard skill maupun soft skill, melalui penciptaan produk-
produk yang berkualitas ini juga dihadapkan pada situasi atau kondisi yang
berisiko atau memiliki potensi risiko dalam upayanya memenuhi kebutuhan dan
meningkatkan kepuasan konsumen (mahasiswa). Dalam prosesnya Ormawa selalu
dihadapkan pada pergantian pengurus setiap tahunnya sebagai upaya regenerasi
organisasi maupun pergantian peraturan atau kebijakan dari pusat akibat dari
perubahan kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Pergantian atau
perubahan ini membawa perubahan sistem kerja dan program kerja pada setiap
periodenya. Hal ini dapat disebabkan oleh setiap pengurus yang memiliki latar
belakang pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan value yang berbeda-beda
4
tentang organisasi karena pengaruh situasi dan kondisi. Hal ini dapat juga
disebabkan tidak adanya standar kerja yang baku dan detail yang dapat menjadi
pedoman dalam mendukung proses kerja membuat setiap periode Ormawa
berbeda dalam sistem dan program kerjanya. Hal ini tentu dapat memunculkan
risiko manajemen, seperti tidak tercapainya tujuan organisasi, proses kerja yang
tidak jelas, dan semua yang membuat investasi organisasi menjadi mengalami
kerugian.
Untuk mengantisipasi atau sebagai tindakan preventif terhadap manajemen
risiko, maka monitoring dan evaluasi terhadap proses kerja dan sikap atau
perilaku anggota tidaklah cukup. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh
peneliti (2011) tentang monitoring dan evaluasi pada organisasi mahasiswa X,
diketahui bahwa aplikasi proses monitoring dan evaluasi belum dapat berjalan
dengan baik, selain karena masih kurangnya pemahaman dan kurangnya
koordinasi antar pengurus, juga karena tidak jelasnya pedoman yang dapat
dijadikan panduan dalam proses kerja. Hal ini didukung dengan pernyataan para
ketua organisasi mahasiswa yang menyatakan pelatihan monitoring dan evaluasi
yang diberikan sangat penting dan berguna, hanya untuk mengaplikasikannya
masih bingung meski sudah ada panduan lembar kerja. Menurutnya selain
kemampuan pengurus yang masih kurang, sistem birokrasi yang berbelit, dan
tidak adanya panduan atau standar kerja yang dapat dijadikan pedoman juga
menjadi penyebab kurang berjalannya proses monitoring dan evaluasi dengan
efektif. Selain itu tidak adanya standar yang pasti membuat proses monitoring dan
evaluasi yang dijalankan berbeda-beda pada setiap pengurus menurut kemampuan
5
masing-masing, membuat sistematika menjadi tidak seragam sehingga umpan
balik yang diberikan juga berbeda-beda.
Demikian juga berdasarkan pengamatan peneliti (yang juga pendamping
kemahasiswaan Ormawa X), tidak adanya panduan baku yang dapat dijadikan
standar atau pedoman dalam proses kerja Ormawa membuat monitoring dan
evaluasi kurang dapat dijalankan karena tidak jelas apa yang akan dimonitoring
dan dievaluasi. Meski ada panduan berupa lembar kerja yang telah diberikan
sebelumnya namun surat atau proposal program kerja yang diperiksa oleh
pendamping kemahasiswaan memiliki format dan isi yang berbeda-beda. Selain
itu tidak adanya koordinasi antar pengurus dan pergantian pengurus setiap periode
dan program juga menjadi salah satu penyebabnya.
Upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut dan menghindari
investasi yang merugi karena tidak dikelolanya dengan baik potensi risiko yang
ada adalah melakukan pengelolaan risiko atau potensi risiko secara sistematis dan
terstruktur, yang sifatnya detail dan aplikatif. Oleh karena itu pengabdian kepada
masyarakat memandang perlu merancang sebuah pelatihan yang dapat membantu
pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU) periode 2013/2014
menerapkan pengelolaan risiko atau potensi risiko sebagai bagian proses
monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian tujuan organisasi.
1.2 Fokus Pelaksanaan Abdimas
Fokus pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan
pemahaman dan kemampuan pengurus BPMU periode 2013/2014 terkait dengan
6
perannya dalam mengelola risiko atau potensi risiko internal organisasi sebagai
bagian dari proses monitoring dan evaluasi.
1.3 Tujuan Abdimas
Meningkatkan pemahaman dan kemampuan pengurus BPMU periode
2013/2014 terkait dengan perannya dalam mengelola risiko atau potensi risiko
internal organisasi melalui pelatihan manajemen risiko sebagai bagian dari proses
monitoring dan evaluasi sehingga diharapkan dapat membentuk karakter pengurus
organisasi yang memiliki sistematika kerja yang teratur, terencana, dan terkontrol.
1.4 Manfaat Abdimas
Dapat memberikan kontribusi kepada pengurus BPMU periode 2013/2014
berupa peningkatan pemahaman dan kemampuan dalam pengelolaan risiko atau
potensi risiko secara internal, sehingga diharapkan dapat mendukung
pengaplikasian proses monitoring dan evaluasi organisasi.
Pihak lain yang mendapat kontribusi dari pengabdian masyarakat ini
adalah Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dimana dengan pelatihan
ini Universitas dapat memperoleh masukan tentang manajemen risiko sebagai
bagian dari proses monitoring dan evaluasi organisasi BPMU sehingga dapat
mendukung pencapaian tujuan organisasi BPMU sebagai badan perwakilan
mahasisiwa tingkat Universitas.
7
BAB II
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
2.1 Konsep Dasar Risiko
Risiko memiliki beberapa pengertian, jika dijabarkan risiko dapat diartikan
sebagai kesempatan timbulnya kerugian; kemungkinan timbulnya kerugian;
ketidakpastian; penyimpangan dari kondisi aktual dan yang diharapkan; atau
probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan (Vaughan, 1997). Jika
disimpulkan risiko diartikan sebagai suatu ketidakpastian dan kerugian. Risiko
selalu berkaitan dengan keadaan yang memperbesar kemungkinan terjadinya
bencana (hazard) yang dapat menimbulkan kerugian (peril) sehingga
mengakibatkan dampak yang tidak diharapkan (losses). Jika digambarkan maka
konsep risiko sebagai berikut :
Hazard Peril Losses
Bagan 2.1 Konsep Risiko
2.1.1 Klasifikasi Risiko
Menurut Kaplan dan Mikes (2012), risiko dapat diklasifikasikan kedalam
tiga kategori, yaitu :
1. Internal organisasi (preventable or internal risks) yaitu risiko yang berasal dari
anggota organisasi, kebijakan atau peraturan, dan operasional proses kerja yang
dijalankan.
8
2. Strategi organisasi (strategy risks) adalah risiko yang muncul dari strategi atau
langkah-langkah yang diambil organisasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
3. Eksternal organisasi (external risks) merupakan risiko yang berasal dari luar
organisasi yang diluar kendali atau kontrol dari organisasi, seperti kondisi
sosial, ekonomi, dan politik.
Dalam Vaughan (1997), risiko diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Financial dan nonfinancial risks
Financial risks merupakan risiko yang berkaitan dengan hal-hal keuangan dan
biaya-biaya perusahaan, sepereti aset, biaya produksi, ongkos, pajak, suku
bunga, dan hutang. Nonfinancial risks merupakan risiko yang berkaitan dengan
hal-hal diluar keuangan dan biaya perusahaan, seperti sumberdaya manusia,
kesehatan dan keselamatan kerja, kejahatan dan kecurangan kerja, dan kualitas
dan persaingan.
2. Static dan dynamic risks
Dynamic risks adalah risiko yang berasal dari kondisi lingkungan eksternal
yang dinamis dan tidak dapat diprediksi, seperti kondisi perekonomian,
kompetitor, dsan konsumen. Static risks adalah risiko yang berasal dari situasi
yang sudah pasti dan dapat diprediksikan, seperti over time, dan kerusakan
akibat kesalahan manusia.
3. Pure dan speculative risks
Speculative risks yaitu risiko yang disebabkan oleh situasi yang memiliki dua
kemungkinan untuk mengalami kerugian atau keuntungan. Pure risks yaitu
9
risiko yang disebabkan oleh situasi yang hanya memiliki kemungkinan untuk
mengalami kerugian atau tidak rugi. Pure riks dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Personal risks yaitu risiko yang disebabkan oleh kemungkinan kerugian atas
pendpatan atau aset sebagai akibat dari kondisi kematian yang mendadak,
tanggungan usia tua, sakit atau ketidakmampuan, dan pengangguran.
b. Property risks yaitu risiko pada properti yang meliputi kerugian secara
langsung, seperti kerusakan gedung karena kebakaran; dan kerugian yang
dialami akibat dari kerugian secara langsung, seperti tidak dapat
beroperasinya gedung sehingga tidak dapat menghasilkan pendapatan.
c. Liability risks yaitu risiko yang muncul dari kemungkinan kerugian atas aset
atau pendapatan yang akan didapat akibat kesalahan menilai, atau kerugian
akibat kesalahan hukum yang disengaja atau tidak disengaja, atau
pelanggaran terhadap hukum lainnya.
d. Risks arising from failure of other yaitu risiko yang muncul dari
pelanggaran perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat oleh salah satu
pihak.
4. Fundamental dan particular risks
Fundamental risks meliputi risiko yang berasal dari kelompok tertentu dan
merupakan suatu konsekuensi yang memiliki dampak luas, seperti kondisi
ekonomi, sosial, dan politik. Particular risks meliputi risiko yang berasal dari
perorangan atau kejadian yang disebabkan oleh seseorang, seperti kebakaran
gedung.
10
2.1.2 Teknik Untuk Menghindari Risiko
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunkan untuk menghindari risiko
sebagai berikut (Vaughan, 1997):
1. Risk avoidance, yaitu teknik menolak untuk tidak menerima risiko dan tidak
mengizinkan kehadirannya meski sesaat.
2. Risk reduction, yaitu teknik untuk mengurangi potensi menerima risiko dengan
melakukan tindakan preventif dan pengontrolan melalui monitoring dan
evaluasi.
3. Risk retention, yaitu teknik untuk menahan risiko sebelum dilakukan tindakan
untuk menolak, mengurangi, atau mentransfer risiko. Pada umumnya risiko
yang ditahan adalah risiko yang memiliki dampak terkecil.
4. Risk transfer, yaitu teknik untuk memindahkan risiko dari yang tidsak dapat
menghadapinya pada yang mampu mengatasinya.
5. Risk sharing, yaitu teknik untuk membagi risiko agar dampak yang diperoleh
tidak terlalu besar.
2.2 Konsep Dasar Manajemen Risiko
Manajemen risiko didefinisikan dalam beberapa pengertian, namun pada
prinsipnya manajemen risiko memiliki fokus pada pure risk dan pengelolaan pada
risiko-risiko yang ditimbulkannya. Berdasarkan dua konsep fokus ini, maka
manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan ilmiah yang
digunakan untuk mengatasi pure risk dengan mengantisipasi kemungkinan
mengalami kerugian dan merancang serta menerapkan prosedur yang dapat
meminimalkan terjadinya kerugian atau dampak finansial dari kerugian yang ada
11
(Vaughan, 1997). Menurut PMI Standard Committee, manajemen risiko
dijalankan dalam bentuk proyek yang merupakan proses dinamis yang
meminimalkan tingkat risiko dengan mengidentifikasi dan menganalis peringkat
risiko yang potensial, mengembangkan rencana tindakan, dan pemantauan secara
aktif selama pelaksanaan proyek. Manajemen risiko adalah proses mengendalikan
kemungkinan dan keparahan potensi yang merugikan. Hal ini berkaitan dengan
proses mengidentifikasi secara sistematis, mengukur, membatasi, dan memantau
risiko yang dihadapi oleh intitusi (Von-Pischke, 1989).
Meski merupakan konsep manajemen yang tergolong baru, namum
manajemen risiko pada dasarnya telah dikenal sejak tahun 1950an dan
sebelumnya telah ditulis oleh Henri Fayol (penulis manajemen kebangsaan
Perancis) tahun 1916. Ia membagi aktivitas industri kedalam enam fungsi yang
salah satunya disebut security dan saat ini dikenal dengan risk management. Enam
fungsi dalam aktivitas industri menurut Fayol adalah sebagai berikut:
1. Technical yaitu aktivitas yang meliputi produksi, pembuatan, dan adaptasi.
2. Commercial yaitu aktivitas yang meliputi pembelian dan penjualan.
3. Financial yaitu aktivitas mencari sumber modal dan mengelola arus modal.
4. Security yaitu aktivitas perlindungan pada properti dan orang-orang dari
perusahaan.
5. Accounting yaitu aktivitas mengumpulkan dan menganalisa informasi
keuangan terkait aktivitas atau kegiatan yang dilakukan.
6. Managerial yaitu aktivitas yang terdiri dari pengelolaan, perencanaan,
perintah, koordinasi, dan kontrol.
12
Menurut Fayol, security adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menjaga
properti dan orang-oarang terhadap pencurian, kebakaran dan banjir, untuk
menangkal serangan dan tindak pidana berat dan luas atas semua gangguan sosial
atau gangguan alam yang dapat membhayakan kemajuan dan bahkan kehidupan
bisnis (dalam Vaughan, 1997).
2.2.1 Tujuan Manajemen Risiko
Dalam pelaksanaannya, manajemen risiko dilakukan untuk membantu
pencapaian tujuan organisasi dengan menghindarkan atau meminimalkan
kerugian dan kemungkinan kerugian yang dapat dialami. Secara terperinci,
manajemen risiko memiliki tujuan sebagai berikut (Vaughan, 1997):
1. Menjamin kecukupan sumberdaya
2. Meminimalkan biaya untuk menghadapi pure risks
3. Menjaga karyawan dari kecelakaan serius dan kematian
4. Menyesuaikan antara perjanjian kontrak dengan ketentuan hukum
5. Mengurangi kekhawatiran
2.2.2 Manfaat Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko memberikan beberapa manfaat (Fahmi,
2011) yaitu:
1. Organisasi memiliki ukuran yang kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para pimpinan menjadi lebih berhati-hati dan selalu
menggunakan ukuran-ukuran dalam bernagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu organisasi dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
13
3. Mendorong peran pimpinan dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian,
khususnya kerugian dari segi finansial.
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
5. Adanya konsep manajemen risiko yang dirancang secara detail dapat
membangun arah dan mekanisme organisasi secara berkelanjutan.
2.2.3 Prinsip-prinsip Manajemen Risiko
Manajemen risiko memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya
terhadap organisasi (Djojosoedarso, 2003):
1. Manajemen risiko haruslah memberi nilai tambah berupa kontribusi terhadap
peningkatan kemungkinan pencapaian tujuan organisasi secara nyata. Selain
itu juga memberikan perbaikan dalam aspek keselamatan, kesehatan kerja,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, perlindungan lingkungan
hidup, persepsi publik, kualitas produk, reputasi, dan lain-lain.
2. Manajemen risiko adalah bagian terpadu dari proses organisasi dan
merupakan bagian tanggung jawab manajemen, serta merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari proses organisasi, proyek, dan manajemen perubahan.
3. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan yang
membantu para pengambil keputusan untuk mengambil keputusan atas dasar
pilihan-pilihan yang tersedia dengan informasi yang selengkap mungkin
mengenai semua risiko atau potensi risiko.
14
4. Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidak pastian dalam
proses pengambilan keputusan dengan memperkirakan bagaimana sifat
ketidak pastian dan cara mengatasinya.
5. Manajemen risiko bersifat sistemik, terstruktur, dan tepat waktu dalam
memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan konsistensi manajemen risiko
sehingga dapat menjadi perbandingan dan memberikan hasil serta perbaikan.
6. Manajemen risiko berdasar pada informasi terbaik yang tersedia, seperti
pengalaman, observasi, penilaian ahli, dan data lain yang tersedia.
7. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunanya dan harus diselaraskan
dengan konteks internal dan eksternal organisasi, serta tujuan organisasi dan
profil risiko yang dihadapi organisasi tersebut.
8. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya dengan
mengenali kapabilitas organisasi, persepsi, dan tujuan masing-masing
individu di dalam dan luar organisasi, khususnya yang menunjang atau
menghambat pencapaian tujuan organisasi.
9. Manajemen risiko harus transparan dan inklusif dengan melibatkan para
pemangku kepentingan dan pengambil keputusan. Keterlibatan ini juga harus
memungkinkan para pemangku kepentingan terwakili dan mendapatkan
kesempatan untuk menyampaikan pendapat serta kepentingannya, terutama
dalam merumuskan kriteria risiko.
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap
perubahan baik di dalam maupun di luar organisasi.
15
11. Manajemen risiko harus menfasilitasi terjadinya perbaikan dan peningkatan
organisasi secara berkelanjutan dengan senantiasa mengembangkan dan
menerapkan perbaikan strategi manajemen risiko serta meningkatkan
kematangan pelaksanaan manajemen risiko.
2.2.4 Tahapan Proses Manajemen Risiko
Manajemen risiko sebagai suatu pendekatan ilmiah yang berurusan dengan
pure risks memiliki tahapan pengembangan manajemen risiko yang setiap tahapan
dalam aplikasinya akan dapat saling bergabung. Enam tahap dalam proses
manajemen risiko adalah sebagai berikut (Vaughan, 1997):
1. Determining objectives. Tahap pertama dari proses manajemen risiko adalah
menentukan apa yang diharapkan organisasi dari program manajemen risiko.
Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk bertahan, untuk menjamin
keberadaan dan keberlangsungan organisasi sebagai suatu usaha dalam
perekonomian. Manajemen risiko membrikan kontribusi terhadap pencapaian
tujuan organisasi dengan meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan dalam
upaya mencapai tujuan tidak akan diganggu oleh kemungkinan mengalami
kerugian yang terkait dengan risiko murni.
2. Identifying risks. Sebelum sesuatu dapat dilakukan terkait dengan penanganan
terhadap risiko organisasi, maka penting untuk mengidentifikasi dan mengenali
risiko. Risiko organisasi tidak dapat digeneraliasasikan karena berbeda bidang
usaha dan kondisi akan menghasilkan perbedaan risiko. Untuk itu perlu ada
pendekatan yang sistematis untuk dapat mengidentifikasi risiko. Proses
16
identifikasi risiko dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner analisa
risiko, checklist kebijakan risiko, analisa keuangan, diagram alur keuangan.
3. Evaluating the risks. Setelah risiko dapat diidentifikasi selanjutnya dilakukan
evaluasi untuk mengetahui potensi besarnya kerugian dan kemungkinan
kerugian yang dapat disusun dalam bentuk rangking untuk menentukan
prioritas tindakan. Secara umum klasifikasi tingkatan risiko, yaitu:
a. Critical risks adalah semua objek yang rentan dimana kemungkinan
kerugian adalah yang akan mengakibatkan kebangkrutan.
b. Important risks adalah semua objek yang rentan dimana kemungkinan
kerugian tidak sampai menyebabkan kebangkrutan, namun mengakibatkan
perusahaan perlu meminjam untuk dapat melanjutkan operasionalnya.
c. Unimportant risks adalah semua objek yang rentan dimana kemungkinan
kerugian dapat dipenuhi dan diatasi dari aset atau penghasilan yang dimiliki
perusahaan tanpa memaksakan keuangan yang berlebihan.
4. Considering alternatives and selecting the risk treatment device. Langkah
selanjutnya adalah menentukan teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi
setiap risiko. Teknik yang dapat digunakan meliputi menolak risiko (risk
avoidance), mengurangi risiko (risk reduction), menahan risiko (risk
retention), memindah risiko (risk transfer), dan membagi risiko (risk sharing).
Pada tahap ini dilakukan pengambilan keputusan mengenai penanganan yang
akan dilakukan untuk menghadapi tiap risiko.
5. Implementing the decision. Setelah diputuskan teknik tindakan yang akan
dilakukan, maka selanjutnya adalah mengaplikasikannya.
17
6. Evaluating and reviewing. Evaluasi dan tinjauan perlu dilakukan karena
manajemen risiko tidak dapat berhenti, karena ketika risiko lama dapat diatasi
maka akan muncul risiko yang baru. Untuk itu perlu perhatian yang konsisten
untuk memastikan risiko dan tindakan yang dilakukan. Selain itu kesalahan
dalam proses pengelolaan risiko tidak dapat dihindari, oleh karena itu untuk
menghindari risiko, evaluasi dan tinjauan sangat dibutuhkan.
Menurut Kaplan dan Mikes (2012), internal risks dapat diatasi dengan melakukan
antisipasi berupa pemberian panduan yang jelas mengenai tujuan, values dan
batasan dalam organisasi. Untuk itu misi organisasi yang berisi tujuan organisasi
harus dibuat dalam bentuk kalimat pernyataan yang jelas, rinci, mudah dipahami,
dan diketahui oleh semua anggota organisasi. Values atau nilai-nilai, kebiasaan,
atau keyakinan yang dapat memandu sikap dan perilaku anggota organisasi juga
harus jelas dan dimiliki bersama. Pernyataan value organisasi yang jelas dapat
membantu karyawan menghindari pelanggaran terhadap standar organisasi
sehingga menempatkan aset dan reputasi organisasi dalam risiko. Selain itu
adanya batasan berupa peraturan dan kebijakan yang dapat mengontrol sikap dan
perilaku juga diperlukan untuk menghindarkan atau meminimalkan risiko.
18
BAB III
METODOLOGI KEGIATAN
3.1 Sasaran Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ditujukan pada para pengurus
Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
(BPMU) periode 2013/2014.
3.2 Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini merupakan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan
dalam bentuk pelatihan manajemen risiko pada pengurus BPMU. Pada pelatihan
ini peserta diberi pengetahuan mengenai konsep dasar risiko dan manajemen
risiko, dan kemampuan dalam melakukan proses manajemen risiko. Secara
keseluruhan pelatihan akan diberikan dalam tiga sesi dengan detail kegiatan
sebagai berikut:
1) Sesi pertama diadakan pada hari pertama. Materi pelatihan meliputi konsep
dasar risiko yang terdiri dari pengertian, jenis, tingkatan, dampak, dan teknik
menghindari risiko beserta konteks-konteks aplikasinya. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah sharing pikiran (diskusi
kelompok/kelas), pendapat dan reaksi, metafor (ilustrasi dan konfirmasi
materi), dan pre-test. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian ilustrasi
lisan dan materi secara berselingan tentang konsep dasar risiko dan bentuk-
bentuk aplikasi yang sering ditemui. Setelah pemberian materi, peserta
diminta berkelompok sesuai Ormawa masing-masing, lalu mengidentifikasi
19
risiko atau potensi risiko yang dimiliki. Selanjutnya dilakukan presentasi dan
diskusi seputar permasalahan Ormawa terkait dengan risiko atau potensi
risiko yang ada. Diskusi diakhiri dengan saling konfirmasi dan konklusi
umum dari kelas. Dalam konklusi tersebut, peserta distimulasi untuk
mendefinisikan sendiri kaitan risiko dengan program kerja atau kegiatan
Ormawa.
2) Sesi kedua diadakan pada hari kedua. Materi pelatihan meliputi konsep dasar
manajemen risiko yang terdiri dari pengertian, tujuan, manfaat, prinsip-
prinsip, dan proses pengelolaan risiko beserta konteks-konteks aplikasinya.
Metode pembelajaran yang digunakan adalah sharing pikiran (diskusi
kelompok/kelas), pendapat dan reaksi, metafor (ilustrasi dan konfirmasi
materi), dan kartu exit (refleksi pribadi tertulis). Kegiatan yang dilakukan
meliputi pemberian ilustrasi lisan dan materi secara berselingan tentang
konsep dasar manajemen risiko. Setelah pemberian materi, peserta diminta
berkelompok sesuai Ormawa masing-masing lalu mendiskusikan solusi
dalam rangka mengelola risiko atau potensi risiko organisasi yang telah
diidentifikasi pada sesi 1. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi dan
diskusi seputar solusi risiko atau potensi risiko. Diskusi diakhiri dengan
saling konfirmasi dan konklusi umum dari kelas. Dalam konklusi tersebut,
peserta distimulasi untuk mendefinisikan sendiri kaitan manajemen risiko
dengan program kerja atau kegiatan Ormawa.
3) Sesi ketiga diadakan pada hari kedua. Materi pelatihan berupa kegiatan
aplikasi terkait dengan proses modifikasi dan intervensi terhadap
20
permasalahan risiko atau potensi risiko organisasi. Metode pembelajaran
yang digunakan adalah sharing pikiran (diskusi kelompok/kelas, elaborasi
dan laporan kelompok maupun individu), pendapat dan reaksi, peta konsep
(bagan problem mapping), metafor (ilustrasi dan konfirmasi materi), dan
post-test. Kegiatan yang dilakukan adalah semua kelompok kerja Ormawa
diminta untuk mendiskusikannya dan melakukan proses manajemen risiko
dengan mengikuti proses tahapannya berdasarkan hasil identifikasi risiko atau
potensi risiko dan solusi pengelolaan risiko atau potensi risiko yang telah
dilakukan. Setelah itu semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tugas kelompok lain adalah memberikan pertanyaan dan masukan terkait
dengan hasil diskusi kelompok presenter. Kisi-kisi pokok presentasi dan
diskusi adalah validitas dan koherensi data dalam laporan, ketajaman
identifikasi masalah, sistematika bagan problem mapping, beserta relevansi
dan justifikasi kemungkinan-kemungkinan solusi yang bisa diajukan. Selama
presentasi dan diskusi, setiap kelompok bisa menunjuk dua atau tiga anggota
kelompoknya untuk bertanya pada kelompok presenter, sehingga terjadi
pertukaran pengetahuan antara kelompok.
3.3 Indikator Keberhasilan
Indikasi bahwa tujuan abdimas tercapai adalah:
1) Minimal 50% pengurus BPMU UKWMS periode 2013/2014 mengalami
peningkatan skor pemahaman mengenai pentingnya pengelolaan risiko atau
potensi risiko (risk management) secara internal sebagai bagian dari proses
21
monitoring dan evaluasi, yang diukur melalui tes pemahaman yang akan
diberikan sebelum dan setelah pemberian pelatihan.
2) Motivasi untuk melakukan pengidentifikasian risiko atau potensi risiko, dan
melakukan pengelolaan risiko atau potensi risiko (risk management) secara
internal sebagai bagian dari proses monitoring dan evaluasi yang diukur
berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan program kerja disesuaikan pada
pencapaian key performance indicators (KPI) dan tugas atau tanggung jawab
pada masing-masing posisi atau jabatan.
22
BAB IV
LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN ABDIMAS
4.1 Persiapan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan mengajukan perijinan untuk
melakukan pengabdian kepada masyarakat pada organisasi BPMU Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya. Perijinan dilakukan dengan mengajukan
permohonan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara verbal
kepada pihak Universitas yang memiliki kewenangan, yaitu Wakil Rektor I.
Selanjutnya dilakukan penyusunan alat ukur dan modul pelatihan yang terdiri dari
materi pelatihan dan mekanisme kegiatan pelatihan.
4.2 Pelaksanaan Kegiatan
Pelatihan manajemen risiko dilaksanakan dalam waktu satu hari pada
tanggal 22 Agustus 2013 di ruang Laboratorium Assessment Fakultas Psikologi,
gedung Agustinus lantai 7 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,
Jl.Dinoyo 42-44 Surabaya. Pelaksanaan pelatihan ditujukan kepada para pengurus
BPMU periode 2013/2014. Berikut merupakan rincian pelaksanaan pelatihan:
4.2.1 Pelatihan Manajemen Risiko
Tujuan pelatihan manajemen risiko ini adalah:
1. Pengurus BPMU memiliki pemahaman mengenai pentingnya manajemen
risiko (pengelolaan risiko) bagi suatu organisasi sebagai bagian dari proses
monitoring dan evaluasi organisasi terhadap tujuan organisasi.
23
2. Pengurus BPMU memiliki motivasi untuk mengaplikasikan proses manajemen
risiko dalam perencanaan organisasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
4.2.2 Pelaksanaan Pelatihan
Pada pelaksanaan pelatihan, peserta yang hadir adalah 11 orang dari 17
orang pengurus BPMU yang terdiri dari ketua (1 orang), sekretaris (1 orang),
bendahara (1 orang), komisi organisasi (4 orang), koordinator evaluasi program (1
orang), evaluasi anggaran (2 orang) dan koordinator advokasi (1 orang). Pelatihan
dimulai pukul 17.00 sampai 19.30 WIB di ruang Laboratorium Assessment
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala.
4.2.3 Organisasi Pelatihan
1. Diawal pelatihan, peserta dibagikan kuesioner untuk mengungkap pengetahuan
atau pemahaman yang dimiliki peserta tentang konsep manajemen risiko
sebagai bentuk pre-test. Proses ini berlangsung selama + 15 menit.
2. Selanjutnya dilakukan pembagian handout materi pelatihan dan daftar presensi,
serta perkenalan fasilitator.
3. Pada proses pelatihan, sesi pertama dilakukan dengan penayangan slide materi
pelatihan mengenai konsep dasar risiko yang terdiri dari pengertian, jenis,
tingkatan, dampak, dan teknik menghindari risiko beserta konteks-konteks
aplikasinya. Metode pembelajaran yang digunakan adalah sharing pikiran
(diskusi kelompok/kelas), pendapat dan reaksi, metafor (ilustrasi dan
konfirmasi materi). Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian ilustrasi lisan
dan materi secara berselingan tentang konsep dasar risiko dan bentuk-bentuk
24
aplikasi yang sering ditemui. Pemberian materi berlangsung selama + 20
menit.
4. Sesi kedua dilakukan dengan penayangan slide materi pelatihan meliputi
konsep dasar manajemen risiko yang terdiri dari pengertian, tujuan, manfaat,
prinsip-prinsip, dan proses pengelolaan risiko beserta konteks-konteks
aplikasinya. Metode pembelajaran yang digunakan adalah sharing pikiran
(diskusi kelompok/kelas), pendapat dan reaksi, metafor (ilustrasi dan
konfirmasi materi), dan kartu exit (refleksi pribadi tertulis). Kegiatan yang
dilakukan meliputi pemberian ilustrasi lisan dan materi secara berselingan
tentang konsep dasar manajemen risiko. Pemberian materi berlangsung selama
+ 40 menit.
5. Setelah pemberian materi, pada sesi ketiga peserta diminta untuk mulai
melakukan proses manajemen risiko. Diawali dengan menetapkan tujuan
organisasi (visi dan misi organisasi) dan tujuan dilakukannya manajemen
risiko. Selanjutnya peserta melakukan identifikasi terhadap risiko atau potensi
risiko organisasi BPMU dan masing-masing komisi, mengevaluasi risiko yang
ada, dan menentukan tindak lanjut atau solusi terhadap risiko yang ada. Sesi ini
berlangsung selama + 60 menit.
6. Pelatihan manajemen risiko diakhiri dengan pengukuran terhadap proses
pembelajaran yang diperoleh peserta dari proses pelatihan yang diikuti sebagai
bentuk post-test. Selain itu peserta juga diminta untuk menuliskan mengenai
kecenderungan aplikasi materi pelatihan. Proses ini berlangsung selama + 15
menit.
25
4.3 Hasil dan Data Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Pengukuran hasil pelatihan terkait dengan pemahaman peserta terhadap
materi pelatihan, dan kecenderungan (motivasi) peserta dalam mengaplikasikan
hasil pelatihan dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dan observasi. Data hasil
pelatihan selanjutnya diolah dan dianalisa secara statistik dan deskriptif.
Pengukuran terhadap perubahan pemahaman peserta mengenai konsep
manajemen risiko dilakukan melalui kuesioner tes pemahaman yang diberikan
sebelum dan setelah pelatihan (pre-test dan post-test). Hasil tes pemahaman
menunjukkan adanya perbedaan tingkat pemahaman peserta sebelum dan setelah
pelatihan. Berdasarkan hasil uji asumsi normalitas, didapatkan hasil sig p = 0,090
(pre-test) dan 0,200 (post-test), dan p > 0,05, maka data berdistribusi normal dan
dapat dilanjutkan pengolahan selanjutnya menggunakan paired samples t-test.
Olah statistik data tes pemahaman materi manajemen risiko, diperoleh nilai t
hitung sebesar -4,903 dengan sig 0,001 < 0,50 yang berarti ada perbedaan
pemahaman manajemen risiko sebelum dan sesudah pelatihan. Hasil uji
perbedaan diperoleh selisih negatif (pre-test = -22,742 dan post-test = -8,531)
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai post-test lebih tinggi dibandingkan nilai
pre-test atau dapat juga dikatakan pemahaman manajemen risiko setelah pelatihan
lebih tinggi dibandingkan sebelum pelatihan. Data perbedaan nilai pemahaman
manajemen risiko juga didukung dengan nilai total tes pemahaman sebelum dan
setelah pelatihan seperti tabel 4.1. sebagai berikut:
26
No Nama Pre-test Post-test
1 Yl 10 35
2 Nt 8 41
3 Fy 2 33
4 Rs 16 27
5 Pt 28 39
6 Yh 6 8
7 Vc 10 32
8 Kv 10 19
9 Jl 16 19
10 Kt 15 28
11 Dm 8 20
Hasil pengamatan selama proses pelatihan terlihat peserta telah mampu
melakukan identifikasi risiko yang dimiliki organisasi BPMU dan masing-masing
komisi. Hal ini terlihat dari hasil kerja peserta dan masing-masing komisi saat
diminta melakukan identifikasi risiko terhadap organisasi BPMU selama satu
tahun periode. Sebelumnya dilakukan penentuan tujuan organisasi dan tujuan
manajemen risiko. Dimana tujuan organisasi BPMU (visi dan misi organisasi)
disesuaikan dan mengikuti visi dan misi Universitas.
Proses identifikasi dilakukan dengan menentukan sumber risiko, kejadian
yang berisiko, konsekuensi yang diterima, faktor pemicu, dan waktu terjadinya.
Proses identifikasi ini dibantu dengan melakukan analisa SWOT. Dimana peserta
mengidentifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), kesempatan
(oppotinuties), ancaman (threats) yang dimiliki oleh organisasi BPMU.
Selanjutnya, peserta diminta untuk menentukan prioritas mengenai tingkatan
risiko, mulai dari yang critical risks, important risk, dan unimportant risks
berdasarkan hasil identifikasi risiko.
27
Selain itu, peserta juga terlihat telah mampu menentukan solusi sebagai
bentuk pengelolaan risiko yang telah teridentifikasi. Hal ini ditunjukkan dari hasil
diskusi setelah pembahasan terhadap proses identifikasi risiko. Meski solusi yang
diberikan sifatnya masih belum konkrit dan aplikatif, namun sudah tampak
beberapa alternatif solusi yang akan digunakan dalam mengelola risiko.
Motivasi peserta untuk melakukan manajemen risiko juga terlihat tinggi. 9
dari 11 peserta menyatakan akan menerapkan proses manajemen risiko dalam
proses kerja organisasi. Hal ini disebabkan beberapa peserta merasa penerapan
manajemen risiko akan dapat memperbaiki kinerja dari organisasi dan
memberikan hal yang terbaik untuk organisasi, mengurangi risiko sehingga dapat
memperbaiki kinerja dan kualitas organisasi ataupun individu didalamnya,
sebagai bentuk antisipasi terhadap risiko yang muncul, dan dapat membentuk
image BPMU yang baik dalam menjalankan tugasnya. 1 peserta yang lain
menyatakan tidak akan menerapkan proses manajemen risiko karena merasa
belum siap yang disebabkan baru 22 hari menjabat sebagai anggota BPMU.
Sedangkan sisanya 1 peserta lagi tidak memberikan jawaban.
4.4 Evaluasi Pelaksanaan
Selama proses pelaksanaan terdapat beberapa hal yang berjalan diluar
perencanaan. Diantaranya sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pelatihan hanya dilakukan satu hari dari dua hari yang
direncanakan karena disesuaikan dengan kegiatan dan kesibukan pengurus
BPMU. Hal ini membuat peneliti harus merancang ulang mekanisme
pelaksanaan pelatihan agar dapat dilakukan dalam 1 hari.
28
2) Singkatnya waktu pelatihan juga berdampak pada pemberian materi. Pada
pelaksanaan, materi diberikan melalui satu arah (dari pelatih ke peserta)
sehingga kurang ada konfirmasi pengetahuan atau pemahaman peserta akan
materi pelatihan. Meskipun dari hasil analisa data terjadi peningkatan
pemahaman sebelum dan setelah pelatihan.
3) Selain itu, pelatihan ini tidak dapat melakukan tahapan proses manajemen
risiko terkait dengan penentuan dan pengambilan keputusan solusi pengelolaan
risiko yang diambil. Demikian juga dengan proses evaluasi dan tinjauan
terhadap hasil pengaplikasian dari solusi pengelolan risiko yang ditentukan.
Hal ini berdampak pada tidak diketahuinya atau tidak dapat dievaluasinya
pengaplikasian hasil pelatihan atau hasil pembelajaran yang didapat dari
pelatihan.
4.5 Kesimpulan dan Saran
4.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
a. Materi pelatihan manajemen risiko mampu memberikan pemahaman baru pada
peserta pelatihan (pengurus BPMU) mengenai pentingnya proses manajemen
risiko sebagai bagian dari proses monitoring dan evalusai organisasi. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatkan pemahaman pada seluruh peserta
pelatihan (100%) saat sebelum dan setelah pelatihan.
29
b. Pelatihan monitoring dan evaluasi mampu memunculkan motivasi pengurus
BPMU untuk mengaplikasikan proses manajemen risiko pada program kerja
atau kegiatan BPMU dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
4.5.2 Saran
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat pelatihan manajemen risiko ini,
maka dapat disarankan:
a. Bagi peserta (pengurus BPMU)
Kegiatan ini dapat ditindak lanjuti oleh para pengurus BPMU dengan
mencoba mengaplikasikan proses manajamen risiko dalam program kerja
atau kegiatan organisasi sebagai bagian dari proses monitoring dan
evaluasi terhadap pencapaian tujuan organisasi dengan bimbingan dari
pihak rektorat atau koordinator kemahasiswaan tingkat Universitas.
b. Bagi Universitas
Kegiatan ini dapat ditindak lanjuti dengan selalu melakukan koordinasi
dengan BPMU mengenai pelaksanaan program kerja dan evaluasi terhadap
pencapaian tujuan organisasi (BPMU) yang disesuaikan dengan tujuan
Universitas dibidang kemahasiswaan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Djojosoedarso, S. (2003). Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi.
Jakarta: Salemba Empat
Fahmi, I. (2011). Manajemen Risiko, Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta
Kaplan, Robert S. And Anette Mikes. (2012). Managing Risks: A New
Framework. Harvard Business Review, June 2012
Padma K.M.S, A.M Suresh, and L Vijayashree. Micro Finance and its Risk
Management Practices in India : A Conceptual Study. Synergy (January,
2012), Vol.X, No. I.
PMI Standards Committee. A Guide to the Project Management Body of
Knowledge, 4th ed. Newtown Square, PA: Project Management Institute,
2008.
Robinson, Lisa A. And Jonathan I. Levy. The [R]Evolving Relationship Between
Risk Assessment and Risk Management. Risk Analysis, Vol. 31, No. 9,
2011.
Vaughan, Emmett J. (1997). Risk Management. Canada, Jhon Wiley & Sons.
Von_Pischke, JD. (1989). Risk: The Neglected Dimension in Rural Credit
Projects. Savings and Development, 13(2), 133-147.
Zwikael, Ofer. And Mark Ahn. The Effectiveness of Risk Management : An
Analysis of Project Risk Planning Across Industries and Countries. Risk
Analyasis, Vol. 31, No. 1, 2011.
31
Tests of Normality
,235 11 ,090 ,899 11 ,178
,133 11 ,200* ,955 11 ,705
Pre
Post
Stat ist ic df Sig. Stat ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova
Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true signif icance.*.
Lillief ors Signif icance Correctiona.
Paired Samples Statistics
11,73 11 6,901 2,081
27,36 11 10,013 3,019
Pre
Post
Pair
1
Mean N Std. Dev iation
Std. Error
Mean
Paired Samples Correlations
11 ,261 ,439Pre & PostPair 1
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-15,636 10,576 3,189 -22,742 -8,531 -4,903 10 ,001Pre - PostPair 1
Mean Std. Dev iation
Std. Error
Mean Lower Upper
95% Conf idence
Interv al of the
Dif f erence
Paired Dif f erences
t df Sig. (2-tailed)
32
Manajemen RisikoDesak Nyoman Arista RD
Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya
RISIKO
33
Risiko
• Ketidakpastian;
• Kemungkinan timbulnya kerugian;
• Penyimpangan dari kondisi aktual
atau yang diharapkan;
• Probabilitas suatu hasil yang
berbeda dari harapan
Klasifikasi risiko
• Finansial – Non Finansial
• Statik – Dinamik
• Murni – Spekulatif
• Fundamental - Partikular
Tingkatan risiko
• Critical risks
• Important risks
• Unimportant risks
Teknik menghindari risiko
• Risk avoidance
• Risk reduction
• Risk retention
• Risk transfer
• Risk sharing
Manajemen risiko
Proses identifikasi dan analisa
terhadap potensi risiko dan
menyusun rencana tindakan untuk
mengendalikan dan menghindarkan
kemungkinan keparahan dari potensi
yang merugikan
Tujuan manajemen risiko
• Mengurangi kekhawatiran
• Menjamin kecukupan sumberdaya
• Meminimalkan biaya
• Menjaga karyawan
• Menghindarkan dari masalah hukum
Manfaat manajemen risiko
• Meminimalkan risiko kerugian
• Pijakan pengambilan keputusan
• Mendorong peran pimpinan
• Membangun dan memberi arah
bagi organisasi secara
berkelanjutan
34
Prinsip manajemen risiko
• Memberi nilai tambah bagi organisasi
• Menjadi tanggung jawab bersama
• Bagian proses pengambilan
keputusan
• Sistemik, terstruktur dan tepat waktu
• Khas sesuai konteks organisasi
• Dinamis, berulang dan tanggap
terhadap perubahan
• Memfasilitasi perbaikan dan
peningkatan organisasi
Proses manajemen risiko
Determining objectives
Identifying risks
Evaluating the risks
Considering alternatives and selecting the risk
treatment
Implementing the decision
Evaluating and reviewing
Determining objectives
• Penentuan harapan organisasi terhadap
program manajemen risiko
– Penetapan tujuan organisasi, terkait dengan visi
dan value organisasi
– Penetapan tujuan manajemen risiko
– Penetapan tanggung jawab untuk proses
manajemen risiko, terkait lingkup kegiatan
manajemen risiko baik dari keluasan maupun
kedalamannya
– Penentuan metode untuk melakukan pengukuran
risiko
– Penentuan kriteria penilaian kinerja manajemen
risiko
Identifying risks
• Proses mengidentifikasi dan mengenali
risiko
– Sumber risiko, yaitu kondisi atau lingkungan
yang dapat memicu timbulnya risiko
– Kejadian, yaitu peristiwa yang dapat terjadi dan
berdampak terhadap pencapaian tujuan
organisasi
– Konsekuensi yaitu dampak yang dihasilkan
risiko
– Pemicu, yaitu faktor-faktor yang menjadi
penyebab munculnya suatu kondisi berisiko
– Pengendalian, yaitu langkah-langkah antisipasi
dan pencegahan awal yang dapat dilakukan
– Perkiraan kapan dan dimana risiko terjadi
Cont.. SWOT analysis
• Pemetaan risiko berdasarkan analisa Strengths –
Weaknesses – Opportunities – Threats
– Faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya
opportunities dan threats (O dan P), mencakup
lingkungan, ekonomi, politik, hukum, teknologi,
kependudukan, dan sosial budaya.
– Faktor internal yang mempengaruhi terbentuknya
strengths dan weaknesses (S dan W) mencakup
pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia,
penelitian dan pengembangan, sistem informasi
manajemen, dan budaya organisasi.
Evaluating the risks
• Proses evaluasi besarnya potensi kerugian dan
kemaungkinan kerugian
• Critical risks adalah semua objek yang rentan dimana
kemungkinan kerugian adalah yang akan mengakibatkan
kebangkrutan.
• Important risks adalah semua objek yang rentan dimana
kemungkinan kerugian tidak sampai menyebabkan
kebangkrutan, namun mengakibatkan perusahaan perlu
meminjam untuk dapat melanjutkan operasionalnya.
• Unimportant risks adalah semua objek yang rentan
dimana kemungkinan kerugian dapat dipenuhi dan
diatasi dari aset atau penghasilan yang dimiliki
perusahaan tanpa memaksakan keuangan yang
berlebihan.
Cont..
Faktor eksternal
Opportunities > Threats = ok
Opportunities < Threats = tidak ok
Faktor internal
Strengths > Weaknesses = ok
Strengths < Weaknesses = tidak ok
Considering alternatives and
selecting the risk treatment
• Menentukan teknik yang dapat digunakan untuk
mengatasi setiap risiko
• Risk avoidance, yaitu teknik menolak untuk tidak menerima
risiko dan tidak mengizinkan kehadirannya meski sesaat.
• Risk reduction, yaitu teknik untuk mengurangi potensi menerima
risiko dengan melakukan tindakan preventif dan pengontrolan
melalui monitoring dan evaluasi.
• Risk retention, yaitu teknik untuk menahan risiko sebelum
dilakukan tindakan untuk menolak, mengurangi, atau
mentransfer risiko. Pada umumnya risiko yang ditahan adalah
risiko yang memiliki dampak terkecil.
• Risk transfer, yaitu teknik untuk memindahkan risiko dari yang
tidsak dapat menghadapinya pada yang mampu mengatasinya.
• Risk sharing, yaitu teknik untuk membagi risiko agar dampak
yang diperoleh tidak terlalu besar.
35
Implementing the decision
• Proses mengaplikasikan teknik
tindakan yang telah diputuskan
• Komunikasi
• Konsultasi
Evaluating and reviewing
• Untuk menghindari kesalahan
dalam proses pengelolaan
risiko
• Pemeriksaan biasa atau
pengamatan terhadap apa
yang sudah ada, baik secara
berkala maupun khusus dan
dilakukan secara terencana
TERIMAKASIH
“ The danger of small mistakes is that those mistakes are not always small “
Presensi
36
37
38