PELANGGENGAN PAHAM KEAGAMAAN ORGANISASI PERSATUAN ISLAM...
Transcript of PELANGGENGAN PAHAM KEAGAMAAN ORGANISASI PERSATUAN ISLAM...
PELANGGENGAN PAHAM KEAGAMAAN
ORGANISASI PERSATUAN ISLAM (PERSIS)
(Studi Kasus: Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut)
Diajukan guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.sos)
Oleh:
Ihsan Kamaludin
1113111000017
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PELANGGENGAN PAHAM KEAGAMAAN ORGANISASI PERSATUAN
ISLAM (PERSIS) (Studi Kasus: Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) ) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hiadayatullah
Jakarta.
Jakarta, Februari 2018
Ihsan Kamaludin
NIM: 1113111000017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Ihsan Kamaludin
Nim : 1113111000017
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PELANGGENGAN PAHAM KEAGAMAAN ORGANISASI PERSATUAN
ISLAM (PERSIS) (Studi Kasus: Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut)
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 15 Februari 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing,
Dr. Cucu Nurhayati, M Si Muhammad Ismail, M.Si
Nip. 197609182003122003 Nip. 196803081997031002
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PELANGGENGAN PAHAM KEAGAMAAN ORGANISASI
PERSATUAN ISLAM (PERSIS) (Studi Kasus: Pimpinan Daerah Persis
Kab. Garut)
Oleh:
Ihsan Kamaludin
1113111000017
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Januari 2018. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Cucu Nurhayati, M Si Dr. Joharotul Jamilah, M Si
Nip. 197609182003122003 Nip. 196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Dr. M. Guntur Alting, M.Pd, M. Si Saifudin Asrori, M. Si
Nip. 197405121999031005 Nip. 197701192009121001
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M Si
Nip. 197609182003122003
iv
ABSTRAK
Penyebaran paham keagamaan Persis di Kab. Garut memiliki beberapa metode
pelanggengan sosial yang berbeda dengan daerah lain. Hal ini terlihat dari perkembangan
penyebaran paham dan pendirian beberapa lembaga Persis seperti pesantren, majelis taklim,
dan lain-lain yang lebih pesat dibandingkan dengan daerah lainnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui strategi pelanggengan paham keagamaan Persis di Kab. Garut,
penerapan strategi penerapan dan realita sosial serta dinamika sosial di dalam anggota Persis
dan masyarakat serta organisasi masyarakat lainnya. Teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori fungsi manifest dan laten yang dipopulerkan oleh Robert King Merton yang
menyebutkan bahwa tujuan suatu institusi atau organisasi ada yang direncanakan da nada
yang tidak disadari.
Metode penelitian ini mengguanakan jenis penelitian kualitatif, yakni prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menjelaskan secara ilmiah, rinci, dan
sistematis mengenai strategi bertahan hidup. Sumber data yang digunakan adalah sumber data
primer dan data sekunder.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik penelitian lapangan
yang terdiri dari observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan kepustakaan. Adapun
hasil temuan dalam penelitian ini terkait strategi pelanggengan paham keagamaan Persis di
Kab. Garut terdapat beberapa temuan diantaranya sebagai berikut. (1) pelanggengan paham
keagamaan Persis diantara anggota menggunakan beberapa strategi yaitu kekeluargaan dan
program pengkaderan berkala berupa pengajian serta kegiatan sosial lainnya. (2) dinamika
pelanggengan paham keagamaan Persis di Kab. Garut terjadi karena adanya disfungsi dan
kurang optimalnya program Persis.
Kata Kunci: Pelanggengan paham, strategi Persis, Merton
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat
serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Puji dan salam juga
dihaturkan pada Rasulullah Muhammad SAW.
Tiada kata selain syukur yang dapat penulis ucapkan karena akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sering
mendaptkan kendala serta hambatan sehingga membutuhkan bantuan serta dukungan dari
segala pihak baik secara moril, arah maupun bimbingan. Oleh karena itu, sebagai rasa hormat,
maka penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga saya tercinta yang sudah mendukung dengan segenap tenaga terutama mama
dan ayah saya Gina Sumiati- Jajang Suryana. Beliau adalah sosok orang tua yang sudah
memberikan semangat untuk saya dan tak kenal lelah memberikan dukungan baik cinta
kasih maupun materil.
2. Dosen Pembimbing, Muhammad Ismail, M.Si yang sudah bersedia membimbing serta
memberikan arahan agar penulisan skripsi berjalan dengan baik dan benar. Tanpa
masukan dan arahan beliau, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik sesuai harapan
penulis.
3. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan FISIP, beliau telah memberikan ilmu bermanfaat
dan memberikan saran yang sangat baik dalam pengambilan mata kuliah.
4. Dr. Cucu Nurhayati, M Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi yang selalu
memberikan semangat serta bersedia memberikan bimbingannya.
5. Segenap Dosen Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis serta digunakan
kelak dimasa depan
vi
6. Para informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi pengalaman
terhadap saya meskipun dalam kesempatan ini tidak dapat saya sebutkan namanya.
7. Ahmad Rizaldi, Dita Rismayanti, dan Shofia Khoerunnisa, serta Nur Hasanah, empat
sahabat yang sudah membantu penulis melakukan riset, serta memberikan masukan,
dukungan dan meluangkan waktu untuk berdiskusi bersama.
8. Zayyin Novia, Amelia Anwar, dan Wafiatul Azkia yang telah memberikan semangat dan
bantuannya dalam studi lapangan agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi.
9. Nida Shofiyah yang sudah banyak membantu memberikan semangat dan bantuan
kepenulisan dan wawasannya agar skripsi ini bisa segera selesai.
10. Serta teman-teman penulis yaitu Sosiologi A-B 2013 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Pada akhirnya, penulis sadar bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Sehingga saran dan masukan sangat penulis harapkan agar nantinya tulisan ini dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi pengetahuan dibidang sosial.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Pernyataan Masalah ................................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7
E. Kerangka Teori ...................................................................................... 15
F. Kerangka Konsep .................................................................................. 20
G. Metode Penelitian .................................................................................. 22
H. Sistematika Penulisan ............................................................................ 24
BAB II GAMBARAN UMUM ...............................................................................27
A. Persatuan Islam (Persis) ........................................................................ 27
B. Keanggotaan Persatuan Islam (Persis) .................................................. 31
C. Kegiatan Kegiatan Persatuan Islam (Persis) ......................................... 33
D. Persatuan Islam Kab. Garut ................................................................... 35
BAB III TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN ..........................................48
A. Pola Pelanggengan Paham Keagamaan di Anggota Persis Kab. Garut 48
1. Fungsi Manifes.................................................................................. 48
2. Fungsi Laten...................................................................................... 62
B. Dinamika Pelanggengan Paham Keagamaan Persis di Kab. Garut ....... 65
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 68
A. Kesimpulan 68
B. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN x
viii
DAFTAR TABEL
Tabel I. 1 Tinjauan Pustaka 11
Tabel II. 1 Tabel Informan 44
Tabel III. 1 Tabel Ciri Khas Persis 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1 Kerangka pemikiran 20
Gambar II. 1 Struktur Organisasi Persatuan Islam (Persis) 30
Gambar II. 2 Struktur Organisasi PD. Persis Kab. Garut 35
Gambar II. 3 Persis Bentar 40
Gambar II. 4 Persis Rancabogo 42
Gambar II. 5 Persis Rancabango 42
Gambar III. 1 Penyaluran Zakat 52
Gambar III. 2 Aksi Peduli Muslim Rohingya 55
Gambar III. 3 STAI-Persis 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Perbedaan kepercayaan dalam paham keagamaan di dalam masyarakat
sering kali menimbulkan konflik sosial termasuk di dalam agama Islam. Bentuk
konflik sosial yang terjadi hingga saat ini berawal pada abad ke-18 dan 19 di
provinsi kerajaan Turki Utsmani muncul gerakan fundamentalisdengan
merespon gerakan sufisme yang sangat dominan pada masa itu (Rahman, 2000:
282-283). Gerakan fundamentalis tersebut,berlandaskan kepada pengembalian
nilai-nilai ke-Islam-an yang asli dan keadaan sufistik di Turki hanyalah sebuah
penyelewengan dan perubahan nilai pengajaran Islam yang tidak benar.
Gerakan fundamentalis yang dilakukan Wahabi telah menyebar keberbagai
daerah termasuk Indonesia. Di Indonesia, terdapat perbedaan paham keagamaan
dalam mengimplementasikannilai-nilai Islam seperti, organisasi masyarakat
(Ormas) Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis) pada tahun 1920-an.
Pemahaman keagamaannya menitikberatkan kepada purifikasi nilai keagamaan
yang bertentangan dengan Nahdhatul Ulama yang menganut islam tradisionalis
(menyatukan antara budaya dan agama) menjadi polemik besar di Masyarakat.
Kedua organisasi tersebut terus berkembang dan memiliki peran dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa tokoh yang dekat dengan
Soekarno dan memiliki kapasitas dalam tata negara yang selanjutnya
mendapatkan posisi strategis di dalam pemerintahan Presiden Soekarno. Tokoh-
2
tokoh Persis tersebut adalah M. Natsir yang menjadi Perdana Menteri Indonesia
pada tahun 1950-1951 (Kahin, 2012:63) dan Isa Anshary yang menjadi anggota
konstituante (persis.or.id). Sedangkan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang
berkontribusi dalam kemerdekaan dan pemerintahan Soerkarno adalah Prof
Kahar Moezzakir, Ki Bagus Hadikusumo, dan Kasman Singodimedjo memiliki
peran dalam PPKI atau BPUPKI. Bahkan Kasman Singodimedjo menjadi Ketua
Komite Nasional Indonesia Pusat, lalu ada Buya Hamka yang berkecimpung di
dalam konstituante.
Persis dan Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid atau pembaharu,
namun sering kali keputusan atau fatwa mereka berbeda. Muhammadiyah lebih
bersifat halus dalam penetapan dan penyampaian hukum atau aturan yang
dibuatnya dan lebih menekankan bidang pendidikan juga pelayanan masyarakat
(Federspiel, 1970:58). Sedangkan Persis lebih bersifat tegas dalam penentuan
dan penyampaian fatwa yang ditetapkan dan hal ini yang menjadi faktor
Muhammadiyah lebih diterima masyarakat dibandingkan Persis.
Pada waktu awal pembentukannya pun, Persis tidak menitik beratkan
kepada penambahan jumlah anggota namun lebih memfokuskan terhadap
penyebaran ajaran dan pemahaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Nico J. G.
Kapten (2002:338), yaitu:
Although the number of followers of Persis has never been large, the
influence of this movement should not be underestimated, mainly as a
result of the uncompromizing and activist attitude of its members, who
have always shown a total commitment to the intensification of Islamic
faith and behaviour, as manifested in its many publications and its religious
educational institute.
3
“Pada tahun 1983, anggota Persis mencapai 6000 orang, Persistri
(Persatuan Islam Istri) berjumlah 7000 orang sedangkan pemuda Persis
berjumlah 3000 orang” (Muchtar, 1998:227). Jumlah tersebut memang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan anggota organisasi Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama.Pada tahun 1925, anggota Muhammadiyah berjumlah 4000
orang namun sudah mengelola 55 sekolah, 4000 murid, 2 klinik kesehatan, panti
asuhan, dan panti jompo. Jumlah anggota Muhammadiyyah meningkat pada
tahun 1950 menjadi 159.000 orang. (baca juga Th. Petrus Blumberger,
"Moehammadijah," Encyclopaedit van Nederlandsch Oost-Indi', VI; Pusat
Pimpinan Muhammadijah, Suara Muhammadijah (Mendjelang Peringatan 40
Tahun Muhammadijah), 2T8, No. 27 (November 1952) dan TP, Makin Lama
Makin Tjinta...," Muhammadijah Setengah Abad 1912-1962 (Djakarta:
Departemen Penerangan Indonesia, 1963).
Penyebaran dakwah atau paham keagamaan yang dilakukan oleh Persis
mendapatkan berbagai macam reaksi dari masyarakat seperti penolakan dengan
cara pembedaan masjid Persis dan masjid NU. Kasus lain adalah penolakan
dengan cara pengusiran Ustaz Persis dari suatu daerah. Fenomena tersebut
menggambarkan kondisi sosial masyarakat menanggapi paham keagamaan
Persis yang dianggap tidak sesuai dengan kepercayaan masyarakat pada
umumnya. Namun tidak sedikit masyarakat di beberapa daerah yang menerima
Persis hadir di lingkungan sosialnya, bahkan mengakui atau menerima paham
keagamaan Persis dan menjalankan ajaran atau aturan keagamaan yang telah
4
ditetapkan Persis dan menyebarkan paham keagamaan Persis tersebut kepada
masyarakat di lingkungannya tersebut.
Penerimaan dari beberapa kalangan tersebut karena salah satu strategi
Persis yang membangun sekolah berbasis Pesantren di beberapa daerah terpencil
atau daerah yang sulit mendapatkan akses Pendidikan. Hal tersebut membuat
para orang tua menyekolahkan anak-anak mereka ke Pesantren Persis yang
jaraknya lebih dekat dan mulai adanya interaksi antara orang tua dan paham
keagamaan Persis. Anak-anak yang bersekolah di pesantren Persis pun secara
tidak langsung mengkomunikasikan ajaran Persis kepada orang tua dan
lingkungannya, akhirnya orang tua dan masyarakat menerima kehadiran Persis
di lingkungan tempat tinggalnya.
Pro-kontra sosial yang terjadi di dalam masyarakat terjadi karena paham
keagamaan Persis berpandangan bahwa praktek-praktek keagamaan masyarakat
banyak menyimpang dari ajaran Islam dan telah bercampur dengan budaya
Hindu-Budha sebelum islam masuk ke Nusantara. Persis pun melakukan
gerakan anti TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Khurafat) yaitu gerakan yang ingin
menghilangkan segala bentuk praktek keagamaan yang tidak berdasarkan Al-
qur’an dan Sunnah Nabi.
Gerakan tersebut membuat beberapa kalangan tradisionalis menjadi
khawatir jika nilai-nilai kebudayaan yang diturunkan oleh nenek moyang hilang.
Akhirnya beberapa kelompok menentang gerakan anti TBC tersebut dengan
berbagai cara agar nilai-nilai dan praktek keagamaan yang diturunkan nenek
moyang bias terus terjaga dan diajarkan kepada generasi selanjutnya. Namun
5
ada beberapa juga kelompok yang menerima gerakan anti TBC tersebut karena
menilai agama harus terbebas dari nilai budaya yang diciptakan oleh manusia
karena agama Islam lahir langsung dari Allah. Pro-kontra gerakan ini pun terus
menyebar hingga kini dan sering kali membuat beberapa daerah menjadi basis
ormas tertentu.
Salah satu daerah yang menjadi basis Persis adalah Kabupaten Garut
Provinsi Jawa Barat. Persis mendirikan dua puluh lima sekolah menengah atas
dan sudah mendirikan tiga puluh dua kantor cabang yang hampir dapat
melingkupi seluruh wilayah Kabupaten Garut (Arsip sekretaris PD. Persis Kab.
Garut, 04-12-2016 pukul 16.27 WIB). Garut pun menjadi pendiri Pesantren
Persis dan lembaga Pendidikan Persis terbanyak diantara daerah-daerah lain.
Penelitian ini lebih berfokus pada pola dan strategi pelanggengan paham
keagamaan terhadap anggota Persis. Pimpinan Persis dan ustaz-ustaz Persis di
wilayah Kabupaten Garut diambil sebagai informan utama karena berkaitan
langsung dengan fokus penelitian ini. Ustaz-ustaz Persis adalah mereka yang
melakukan dakwah atau menyebarkan paham keagamaan sesuai dengan
keputusan atau fatwa dari pimpinan Persis. Mereka diasumsikan sebagai
penyebar utama dari penyebaran paham keagamaan yang diprogramkan atau
dibuat oleh Pimpinan Persis.
Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
“Pelanggengan Paham Keagamaan Organisasi Persatuan Islam (Persis) (Studi
Kasus: Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut)”.
6
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pola dan strategi pelanggengan paham keagamaan Persis di Kab.
Garut?
2. Bagaimana dinamika pelanggengan pemahaman keagamaan Persis di
anggota Persis Kabupaten Garut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan yang mengacu dari pertanyaan
penelitian di atas, tujuan yang ingin diharapkan penulis yaitu:
1. Menjelaskan pola dan strategi pelanggengan paham keagamaan di Ormas Persis
Kab. Garut.
2. Menjelaskan dinamika pelanggengan paham keagamaan terhadap efektifitas
penyebaran paham keagamaan Persis Kab. Garut.
Dalam penelitian ini juga diharapkan dapat memperoleh manfaat, yakni:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada bidang
akademis sosiologi agama dan khususnya pada fokus analisis tentang Ormas
Persis.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti
lain yang akan meneliti masalah yang sama atau yang berkaitan dengan
penelitian ini.
7
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah membaca beberapa referensi yang
terkait dengan masalah strukturasi dan paham keagamaan ormas Persatuan Islam
yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Howard M. Federspiel yang berjudul Islam
and Ideology in the Emerging Indonesian State: The Persatuan Islam (Persis)
1923-1957. Penelitian Federspiel ini adalah penelitian tertua tentang Persis dan
sering kali menjadi rujukan dari beberapa Penelitian tentang Persis. Penelitian ini
menjelaskan bagaimana Persis lahir dan situasi sosial politik keagamaan yang
dihadapi Persis pada kelahirannya tersebut.
Lahirnya Persis disebabkan oleh suatu kebutuhan muslim di daerah Bandung
yang memerlukan wawasan keagamaan dan ilmu pengetahuan. Persis pun mulai
terkenal di daerah Jawa Barat karena giat mengeluarkan berbagai copy majalah dan
artikel untuk masyarakat. Persis pun berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
Penelitian kedua adalah tesis yang dilakukan oleh Ahmad Ansari yang
membahas tentang Pendidikan Salafi Progresif: Studi Atas Pemikiran Pendidikan
Islam K.H Aceng Zakaria Pada Jam’iyyah Persatuan Islam.Penelitian ini melihat
bahwa Persis sebagai salah satu organisasi salafi progresif dan menitikberatkan
pada peran dari tokoh Persis yaitu K.H Aceng Zakaria (yang saat ini sedang
menjabat sebagai Ketua Umum Persis). K.H. Aceng Zakaria merupakan seorang
penulis dan kiai yang populer di organisasi Persis, hal ini dikarenakan ia telah
menulis lebih dari 50 buku. Buku-buku tersebut digunakan oleh Persis sebagai
bahan rujukan pembelajaran dan pengajaran di Pesantren-pesantren dan pengajian.
8
Tinjauan selanjutnya adalah buku yang ditulis oleh R. Michael Feener yang
berjudul Muslim Legal Thought in Modern Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan
bagaimana Persis lahir dan hadir diantara masyarakat serta memberikan corak
pemikiran keislaman yang besar. Buku ini menitikberatkan kepada tokoh Ahmad
Hassan yang menjadi guru dan memberikan sumbangsih besar kepada Persis.
Ahmad Hassan memberikan pengajaran-pengajaran keagamaan yang lebih
berfokus kepada aqidah dan fiqih (dasar kepercayaan atau pemahaman
keberagamaan dan sistem aturan hukum di dalam islam).
Ahmad Hassan pada waktu itu banyak mengkritik beberapa kelompok seperti
Ahmadiyyah Qadyan dan kebiasaan-kebiasaan tradisional yang mencampur aduk
budaya dan agama. Ahmad Hassan banyak menulis buku dan artikel serta skrip
dalam beberapa bahasa yang selanjutnya dijadikan bahan ajar utama di Persis dalam
dakwahnya. Persis pun banyak menerbitkan jurnal dalam bahasa Indonesia dan
Sunda dengan bantuan A. Hassan dan M. Natsir.
Persis pada awal kehadirannya berfokus mengeluarkan jurnal-jurnal ideologi
keislaman yang disebarkan ke berbagai daerah yaitu di Pulau Jawa, Kalimantan,
dan Sumatera khususnya Jawa Barat, Jawa timur dan Sumatera Selatan. Jurnal dan
tulisan keagamaan tersebut akhirnya menjadi salah satu media utama penyebaran
paham keagamaan Persis ke berbagai daerah.
Tinjauan selanjutnya adalah buku yang ditulis oleh K.H Abdul Latief
Muchtar yang berjudul Gerakan Kembali ke Islam: Warisan Terakhir A. Latief
Muchtar. A. Latief Muchtar atau biasa disebut Ustaz Muchtar adalah ketua umum
Persis periode 1983-1997, Ustaz Muchtar menjelaskan bagaimana kondisi sosial
9
Persis pada awal pendiriannya dan hasil apa saja yang sudah dicapai oleh Persis
sampai tahun 1997 atau pada saat berakhirnya masa kepemimpinan K.H A. Latief
Muchtar.Buku ini menjelaskan bagaimana para kehidupan tokoh-tokoh pendiri
Persis seperti K.H Zamzam dan Junus serta A. Hassan sebagai guru utama Persis.
Titik fokus dalam buku ini adalah bagaimana kondisi sosial pendirian Persis dan
biografi tokoh serta usaha yang dilakukan oleh Persis dalam menanggapi atau
merespon permasalahan sosial anggotanya dan masyarakat.
Buku selanjutnya ditulis Toto Suharto yang berjudul Organic Community-
Based Education: Pesantren Persatuan Islam 1983-1997. Buku ini menjelaskan
tentang lahirnya ormas Persis yang berorientasi kepada pendidikan dan wawasan
keislaman. Persis dalam setiap kongres (Muktamar) selalu menekankan arah
gerakannya kepada pendidikan, kesejahteraan sosial berdasarkan nilai-nilai Al-
Quran dan Sunnah (ajaran) Rasul.
Buku ini menjelaskan proses pembentukan format atau acuan pengajaran di
Persis harus berdasarkan nilai-nilai qanun asasi-qanun dakhili (anggaran dasar-
anggaran rumah tangga) dan nilai-nilai jamiyah/ organisasi Persis. Hal ini
dimaksudkan agar progam pendidikan Persis bisa diimplementasikan dalam
dakwah di masyarakat. Buku ini pun menjelaskan peran dan kontribusi pendidikan
Persis dalam pendidikan nasional karena di dalam sistem pendidikan Persis tidak
membedakan antara nilai-nilai agama dan umum serta modifikasi kurikulum dalam
rangka pengajaran moral-moral keagamaan di masyarakat.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh George McT.
Kahin yang berjudul In Memoriam: Mohammad Natsir (1907-1993). Penelitian ini
10
menjelaskan bagaimana riwayat hidup Natsir dan peran Natsir di Persis. Pada
awalnya M. Natsir adalah seorang pelajar perantauan dan sedang belajar di AMS
tetapi ia bertemu dengan A. Hassan dan akhirnya berguru kepadanya. Natsir selain
berguru kepada A. Hassan juga membantu A. Hassan dalam menulis dan
mempublikasikan beberapa jurnal tentang pemahaman keagamaan Persis.Natsir
merupakan tokoh penting di Persis karena Natsir berkontribusi terhadap penyebaran
nilai-nilai dan paham keagamaan Persis ke masyarakat. Natsir pun tidak hanya
membantu A. Hassan namun ia pun sering kali berdakwah dan berdiskusi dengan
berbagai kalangan dalam membahas nilai-nilai agama dan kemasyarakatan. M.
Natsir selanjutnya masuk ke dalam poros politik pemerintah Indonesia melalui
partai Masyumi dan menjadi Perdana Menteri Indonesia pada tahun 1949-1950
sambil membantu pengembangan dakwah Persis.
Penelitian yang terakhir adalah penelitian yang ditulis oleh Hamdani Hamid.
Penelitian ini menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan Persis lahir sebagai reaksi
sosial politik terhadap sistem pendidikan yang diterapkan oleh Pemerintah Kolonial
Belanda yang hanya bertujuan untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara
mendidik masyarakat pribumi dengan sistem pendidikan struktural. Materi
pembelajaran pun diarahkan demi kepentingan penjajah kolonial.Akhirnya Persis
membuat suatu kurikulum yang lebih bersifat religius dan sosial agar masyarakat
terbebas dari belenggu sistem penjajahan Belanda.
11
Tabel 1.D.1. Tinjauan Pustaka
No Data Penulis Teori Temuan/Hasil Persamaan Perbedaan
1. Penulis : Howard M.
Federspiel, 2001
Judul :
Islam and Ideology in the
Emerging Indonesian
State: The Persatuan Islam
(Persis) 1923-1957
Metode: Kualitatif
Tidak dijelaskan,
hanya
memaparkan
tentang kelahiran
dan
perkembangan
Persis
Kelahiran Persis disebabkan
karena kebutuhan masyarakat
terhadap paham keagamaan
yang tidak dicampur adukan
dengan budaya seperti
masyarakat pada umumnya
Membahas tentang
karakteristik gerakan
dan penyebaran paham
keagamaan Persis.
Penelitian Federspiel tidak
memaparkan penyebaran
paham keagamaan Persis
secara mendetail khususnya
bagaimana paham
keagamaan Persis bisa lebih
berkembang di Kab. Garut
dibanding di kota lain.
2. Penulis : Ahmad Anshari,
2008
Judul :
Pendidikan Salafi
Progresif: Studi Atas
Pemikiran Pendidikan
Islam K.H Aceng Zakaria
Pada Jam’iyyah Persatuan
Islam
Metode: Kualitatif
Tidak dijelaskan
hanya
memaparkan
peran pemikiran
K.H. Aceng
Zakaria terhadap
Pendidikan di
Persis
K.H. Aceng berperan penting
dalam pengembangan
Pendidikan di Persis dengan
membuat dan mengajarkan
buku Al-Hidayah. Buku
tersebut menjadi acuan dasar
pengajaran ilmu Pendidikan
keagamaan di berbagai
Pesantren Persis
Membahas peran
Pendidikan tokoh-
tokoh Persis
khususnya K.H. Aceng
Zakaria di dalam
penyebaran paham
keagamaan dan
Pendidikan Pesantren
Persis
Penelitian tersebut hanya
berfokus ke dalam peran
K.H. Aceng Zakaria dalam
bidang Pendidikan dan tidak
memaparkan penyebaran
paham keagamaan Persis di
dalam bidang lain
12
3. Penulis :
R. Michael Feener, 2007
Judul :
Muslim Legal Thought in
Modern Indonesia
Metode: Kualitatif
Tidak dijelaskan
hanya membahas
peran A. Hassan
dalam pemikiran
dan penyebaran
paham
keagamaan Persis
Ahmad Hassan mengajarkan
dan mempublikasikan berbagai
jurnal ilmiah keagamaan yang
diminati dan menjadi daya
tarik masyarakat untuk belajar
di Persis
Membahas metode
penyebaran paham
keagamaan Persis
Penelitian ini
menitikberatkan peran A.
Hassan dalam metode
penyebaran paham
keagamaan namun kurang
membahas terkait
penyebaran Pesantren Persis
4. Penulis :
Abdul Latief Muchtar,
1998
Judul :
Gerakan Kembali Ke Islam
Metode: Kualitatif
Tidak dijelaskan,
hanya membahas
tentang
perkembangan
anggota dan
kegiatan Persis
Persis mengalami
pertumbuhan jumlah anggota
dan pesantren serta lembaga
lainnya. Hal ini dikarenakan
Persis mampu beradaptasi
dengan perkembangan isu-isu
masyarakat dan nasional tapi
tetap menjaga jati diri dan
paham keagamaannya.
Membahas strategi dan
perkembangan Persis
Penjelasan penulis masih
bersifat umum dalam ruang
lingkup nasional dan tidak
spesifik menjelaskan setiap
daerah
5. Penulis :
Toto Suharto, 2013
Judul:
Tidak dijelaskan
hanya
memaparkan
Peran Ormas
Pimpinan Persis pada setiap
muktamar membuat dan
memodifikasi sistem serta pola
pendidikan di Pesantren
Membahas stategi dan
pola pengembangan
paham keagamaan
Persis
Penelitian ini lebih
menitikberatkan peran
struktur dan agen di
Muktamar Persis serta tidak
13
Organic Community-Based
Education: Pesantren
Persatuan Islam 1983-
1997
Metode: Kualitatif
Persis dalam
pendidikan
masyarakat dan
nasional
Persisagar mampu digunakan
di dalam kehidupan
masyarakat
membahas aspek non-
pendidikan atau non-
pesantren yang mampu
mempengaruhi paham
keagamaan dan eksistensi
Persis
6 Penulis :
George McT. Kahin, 1993
Judul :
In Memoriam: Mohammad
Natsir (1907-1993)
Metode: Kualitatif
Tidak dijelaskan
hanya
memaparkan
Biografi dan
Peran M. Natsir
dalam penyebaran
paham
keagamaan Persis
M. Natsir berperan aktif dalam
penyebaran paham keagamaan
Persis pada awal pendirian
Persis dan menjadi orang yang
masuk ke dalam Parlemen
Pemerintahan Indonesia untuk
memperjuangkan nilai-nilai
islam
Membahas strategi dan
peran tokoh Persis
yang melakukan
berbagai metode untuk
menyebarkan paham
keagamaan Persis
Penelitian ini lebih
menitikberatkan kepada satu
tokoh saja dan tidak
menjelaskan secara detail
perkembangan Persis setelah
Natsir berakhir di
pemerintahan
7 Penulis:
Hamdani Hamid, 1989
Judul:
Persatuan Islam dan Usaha
Berpijak di Bumi Indonesia
Metode:Kualitatif
Teori kurikulum
dan tujuan
kurikulum.
Persis membuat suatu
kurikulum keislaman dan
kemasyarakatan yang
merespon sistem pendidikan
Belanda yang menekankan
kepentingan struktur
Membahas strategi
Persis untuk
menyebarkan paham
keagamaan dan
sosialnya di
masyarakat
Penelitian ini lebih
menitikberatkan aspek
pendidikan dan kurikulum
sebagai faktor penguatan dan
penyebaran paham
keagamaan
14
Dari beberapa literature review yang telah dijelaskan, pada umumnya
membahas mengenai awal berdirinya Persis dan kondisi sosialnya, Peran tokoh
K.H. Aceng Zakaria dalam pengajaran di Persis, Peran A. Hassan dalam awal
pendirian Persis, Pendirian Persis dan proses perkembangan Persis, Peran ormas
Persis dalam pendidikan dan kurikulum nasional serta Peran M. Natsir dalam
penyebaran paham keagamaan Persis.
Perbedaan dari masing-masing penelitian adalah pada penelitian pertama
lebih berfokus pada faktor sosio demografi yang mendorong pendirian Persis,
penelitian kedua berfokus pada analisis peran dalam kaitannya dengan sistem
pembelajaran serta penelitian ketiga berfokus kepada analisis peran A. Hassan
terhadap eksistensi Persis. Selanjutnya penelitian keempat lebih fokus kepada
proses perkembangan Persis sampai tahun 1993 dan penelitian kelima fokus
kepada peran ormas Persis dalam pendidikan nasional serta penelitian selanjutnya
fokus kepada Peran M. Natsir dalam penyebaran nilai pemahaman keagamaan
Persis dan peran Natsir di pemerintahan. Penelitian terakhir terakhir
menitikberatkan peran utama kurikulum dalam pendidikan masyarakat.
Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumya yang lebih
berfokus kepada peran-peran dari struktur dan kebijakan serta peran tokoh-tokoh
Persis, penelitian kali ini peneliti akan menganalisis dan mendalami bagaimana
pola dan strategi pelanggengan paham keagamaan di Ormas Persis Kab. Garut,
dengan berfokus pada struktur dan agensi di dalam Persis yang dinilai sebagai
pihak utama penyebar dan pelanggeng paham keagamaan Persis. Penelitian ini
15
mengunakan landasan teori dari Pierre Boudieu tentang habitus dan arena sebagai
faktor penyebar dan pelanggeng paham keagamaan Persis.
E. Kerangka Teori
1. Fungsionalisme
Fungsionalisme merupakan aliran yang melihat suatu fungsi individu di dalam
masyarakat (Robert K. Merton, 1968: 74) dan melihat bahwa masyarakat memiliki
bagian-bagian dan fungsi sosial yang saling melengkapi juga terhubung dalam satu
sistem (Ida Zahara Adibah, 2017: 173). Kebudayaan di dalam masyarakat
dipandang sebagai suatu kesatuan (yang disepakati bersama dan dijalankan) yang
menjadi kunci pemeliharaan atau keberlangsungan efisiensi, kebebasan konflik,
dan masyarakat yang damai. Durkheim bependapat bahwa kesepakatan antara
seluruh anggota masyarakat menciptakan nilai dan tujan sosial yang menjadi acuan
dalam hidup bermasyarakat (Mustafa Emirbayer, 2003: 60). Sedangkan individu
dipandang sebagai produk budaya yang harus mengikuti aturan yang telah
disepakati agar terjaganya keseimbangan masyarakat.
Tokoh Fungsionalisme pertama adalah Durkheim lalu dikembangkan oleh
Parsons dengan teori AGIL (assimilation, goal, integration, and latency). Namun
konsep Parsons yang paling terkenal yaitu AGIL nya sangat sulit diterapkan dalam
dunia nyata karena terlalu abstrak dan tujuan utama dari Parsons hanyalah asimilasi
“unequivocally universalistic terms, this serves as a protection against such
assimilation” (Talcott Parsons, 1991: 306). Tokoh lain yang mengkoreksi konsep
fungsionalisme yaitu Jeffry Alexander yang menyatakan bahwa Diferensiasi
merupakan proses dinamis dan tidak sama bergantung pada level inklusi sosial yaitu
solidaritas status. Inklusi etnis (dalam hal ini termasuk agama) bergantung pada
variabel enviromental (external: sistem ekonomi, politik, agama, dll) dan volitional
(internal: kultur masyarakat sendiri) (Sinisa Malasevic, 2004: 46).
Tokoh selanjutnya ialah murid Parson yaitu Robert K. Merton yang juga
mengkritik pemaparan Parson. Merton berpendapat bahwa teori-teori sosial yang
16
ada haruslah bisa memaparkan peristiwa-peristiwa empiris di dalam masyarakat.
Teorinya yang paling terkenal adalah adanya fungsi manifes dan laten yang
menjelaskan proses menjaga keseimbangan di dalam masyarakat.
Ciri umum dari teori fungsionalisme tidak memandang perbedaan antara budaya
elit dan budaya populer. Hal ini juga menjadi ciri adanya generalisasi di dalam
fungsionalisme untuk melihat keseimbangan yang dibicarakannya sering kali
berbeda dengan kasus atau peristiwa yang ada di lapangan atau kehidupan
masyarakat. Hal ini menjadi probblematis karena konflik selalu hadir di dalam
masyarakat dan konflik juga tidak hanya memberikan dampak negatif namun juga
positif.
2. Fungsi Manifes dan Laten (Robert King Merton)
Teori Fungsi manifes dan laten lahir dari kritik Merton terhadap teori-teori
sosial yang terlalu abstrak dan sulit untuk menjelaskan fenomena empiris seperti
perubahan sosial atau perubahan interaksi sosial di dalam masyarakat. Merton
berpendapat bahwa teori-teori yang dikemukakan oleh sosiolog klasik lebih
mengedepankan generalisasi fenomena sosial sehingga tidak bisa menjelaskan
suatu fenomena secara mendalam (middle range theory). Merton mengkritik teori
Parson yang terlalu abstrak dan hanya mengedepankan asimilasi di dalam
masyarakat. Ia pun mengkritik teori Weber tentang birokrat ideal karena sulit
diterapkan dan setiap institusi sosial memiliki perbedaan sistem sesuai kebudayaan
dan tradisi masing-masing yang berbeda dengan institusi lainnya (Harry Cohen,
1970: 390). Ia pun mengkritik anomie yang dipaparkan oleh Durkheim hanya
sebagai sebuah fenomena sosial yang biasa karena ada anggota masyarakat yang
tidak bisa beradaptasi dengan sistem sosial yang sudah disepakati. Merton percaya
bahwa anomie sebagai suatu pemisahan atau penurunan antara tujuan masyarakat
dengan norma sosial masyarakat yang berujung pada tidak tercapainya tujuan
tersebut (Richard A. Hilbert, 1989:244).
Merton memang terkenal sebagai seorang kritikus sosiolog klasik karena ia
berpendapat bahwa fenomena sosial dan sistem relasi di dalam masyarakat
17
memiliki ciri khas tertentu yang berbeda dengan fenomena lainnya bahkan terdapat
beberapa fenomena yang tidak pernah terjadi di masa sebelumnya. Hal tersebut
menuntut para sosiolog untuk dapat bisa menjelaskan fenomena tersebut dengan
mengaitkannya dengan teori-teori sosial dan tidak hanya sebatas normatif namun
juga deskriptif.
Teori Merton yang paling terkenal adalah fungsi manifes dan laten di dalam
institusi yang memiliki kesamaan nilai dan tradisi atau cara hidup (Charles
Crothers, 2004: 28). Fungsi manifest memiliki pengertian sebagai tujuan yang ingin
dicapai dan direncanakan dengan baik oleh masyarakat seperti yang dikatakan W.G
Sumner (dalam Robert K. Merton, 1968: 116) From the first acts by which men try
to satisfy needs, each act stands by itself, and looks no further than the immediate
satisfaction. Sedangkan fungsi laten merupakan tujuan atau hasil yang tidak
direncanakan bahkan tidak disadari saat menjalankan proses pencapaian tujuan
utama (Piotr Sztompka, 1986: 14). Hal tersebut sejalan dengan perkataan MacIvers
(R. M. MacIvers dalam Robert K. Merton, 1968: 116) yaitu In addition to the direct
effects of institutions, there are further effects by way of control which lie outside
the direct purposes of men. This type of reactive form of control. May though
unintended, be of profound service to society.
Menurut Merton hal tersebut merupakan suatu hal umum di dalam
masyarakat ketika ingin mencapai suatu tujuan pasti ada konsekuensi atau ada hal
lain yang bisa didapatkan pada proses pencapaian tersebut. Namun pada proses
manifes dan laten tersebut terdapat fungsi yang tidak berjalan dengan baik yang
disebut disfungsi sosial (Kathy S. Stoley, 2005: 24). Disfungsi tersebut yang coba
diperhatikan oleh Merton sebagai sesuatu yang harus diperbaiki agar fungsi sosial
bisa berjalan dengan lebih baik.
Contoh yang bisa dilihat di dalam masyarakat adalah kebijakan-kebijakan
pemerintah tentang pendidikan yang mewajibkan anak-anak pada usia tertentu
untuk masuk dan belajar di lembaga pendidikan yang dinamakan sekolah. Anak-
anak mendapatkan ilmu dan pelajaran di sekolah merupakan fungsi manifest tetapi
anak-anak pun pada proses tersebut berinteraksi dengan teman sebayanya di kelas
atau sekolah dan akhirnya memiliki jaringan sosial. Namun pada saat mendapatkan
18
pelajaran di sekolah, sering kali pemahaman dan nilai yang dimiliki murid tidak
sama dengan yang diajarkan dan kedua nilai tersebut bisa bertabrakan yang
mengakitbakan proses penanaman nilai tidak berjalan dengan lancar.
Dalam teori manifes dan laten terdapat unsur role model atau orang yang
menjadi contoh dan diikuti oleh anggota masyarakat lain agar tujuan yang sudah
disepakati bisa tercapai. Hal ini merupakan sebuah hal yang harus ada karena tidak
semua anggota masyarakat bisa langsung beradaptasi dengan perubahan-perubahan
dan sistem sosial yang berbeda. Role model dipahami oleh Merton sebagai anggota
yang memiliki pengaruh lebih besar dibanding anggota lainnya karena dilihat dan
ditiru oleh anggota lainnya.
Tahap selanjutnya setelah role model diikuti oleh anggota yang lain maka
anggota tersebut nantinya akan bisa mengidentifikasi perangkat atau tradisi yang ia
miliki apakah sama dengan kelompok lain atau tidak. Jika kesamaan perangkat dan
tradisi tersebut sama maka anggota tersebut akan mengidentifikasi dirinya sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Sebaliknya, jika ia memiliki perbedaan dengan
kelompok lain maka ia akan memisahkan diri atau menjaga jarak dengan kelompok
tersebut atau ia akan berusaha untuk memasukan tradisi dan perangkat sosialnya
tersebut serta menjadi role model di dalam kelompok baru tersebut (tentu saja jika
kelompok baru tersebut sudah sepakat untuk menggunakan tradisi dan perangkat
tersebut)
Penekanan role model yang dilakukan oleh Merton tersebut dikarenakan
Merton percaya bahwa anomie harus bisa diselesaikan karena hal tersebut menjadi
suatu penghambat dan bisa mengganggu fungsi sistem atau fungsi anggota lain di
dalam masyarakat (Ida Zahara Adibah, 2017: 176). Namun Merton juga
menegaskan bahwa anomie tersebut bisa juga terjadi karena masyarakat terlalu
baku dalam penerapan tradisi atau sistem yang baru dan tidak melihat nilai kultural
sebagai sesuatu yang bisa digunakan dalam memperlancar penerapan tradisi baru
tersebut (Ida Zahara Adibah, 2007: 176).
Bagi Merton, Teori Middle Range tersebut memiliki tiga kunci yaitu:
1. Fungsi manifes adalah fungsi yang ingin dicapai oleh masyarakat.
19
2. Fungsi laten adalah fungsi yang didapatkan pada saat proses pencapaian
tujuan utama atau sesuatu yang didapat walau tidak ditargetkan.
3. Disfungsi sosial yang terjadi karena fungsi tidak berjalan dengan baik atau
konsekuensi dari proses pencapaian target.
3. Alasan Metodologis
Peningkatan jumlah Pesantren dan Pimpinan Cabang hingga Jamaah di
Kabupaten Garut memiliki strategi dan pola pengembangan dan penyebaran yang
berbeda dibanding dengan Persis di daerah yang lain. Strategi dan pola yang
digunakan PD Persis tersebut terus dilakukan dan dikembangkan ke berbagai daerah
di Kab. Garut hingga melanggengkan suatu ajaran atau paham kegamaan yang
diaplikasikan ke dalam kehidupan anggota, jamaah dan masyarakat. Pertimbangan
selanjutnya adalah strategi dan pola penyebaran serta pelanggengan nilai
keagamaan Persis Kab. Garut menyebar paling pesat dibandingkan dengan Persis di
daerah lain.
4. Alasan Teoretis
Penulis menggunakan teori Robert K. Merton dengan berlandaskan pada tiga
kunci utamanya. Pertama teori Merton menjelaskan adanya fungsi manifes di dalam
masyarakat. Dalam konteks penelitian ini, Pimpinan daerah melalui role model
(biasa disebut pimpinan atau ustaz) membawa nilai-nilai dan paham kegamaan
Persis ke berbagai daerah untuk diperkenalkan dan dilaksanakan oleh masyarakat,
khususnya anggota persis.
Kedua, teori Merton menjelaskan adanya fungsi tidak langsung atau laten
dalam proses dan hasil dari pencapaian tujuan masyarakat. Dalam konteks
20
penelitian ini, Persis hadir dengan berbagai kegiatan seperti mengadakan pengajian
dan mendirikan sekolah Pst. Bentar agar ajaran dan paham keagamaan Persis di
Garut dan menghasilkan solidaritas sosial yang kuat karena persamaan ideologi
keagamaan diantara simpatisan dan anggota.
Gambar I.E.1 Kerangka Pemikiran
F. Kerangka Konsep
G. Kerangka Konsep
1. Pelanggengan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelanggengan memiliki akar
kata langgeng yang berarti abadi atau kekal (Departemen Pendidikan Nasional,
2008: 873). Sedangkan pelanggengan merujuk kepada strategi untuk
melanggengkan suatu nilai atau paham di masyarakat. Konsep pelanggengan
yang penulis maksud adalah strategi sosialisasi dan pengukuhan nilai atau paham
Struktur Paham Keagamaan Role Model: Ustaz, Pimpinan
Persis
Berkembang
Fungsi Laten
- Solidaritas sosial
- Penyebaran paham keagamaan
berbasis sosial
Fungsi Manifes
- Purifikasi nilai
- Gerakan Pembaharu
- Pengadaan Kebutuhan
Masyarakat
21
keagamaan Persis di Kab. Garut dengan berbagai praktek sosial yang dilakukan
sehari-hari atau disebut habitus.
2. Paham keagamaan
Paham merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan individu atau
masyarakat terhadap suatu nilai tertentu (Departemen Pendidikan Nasional,
2008:1103). Sedangkan agama merujuk kepada ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan YangMahakuasa, tata peribadatan, dan tata
kaidahyg bertalian dng pergaulan manusiadan manusia serta lingkungannya
dengan kepercayaan itu (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 17.
Maka dapat disimpulkan bahwa paham keagamaan adalah suatu keyakinan
atau kepercayaan terhadap suatu ajaran yang dinilai benar dan lurus untuk
mengabdi dan beribadah kepada Tuhan. Konsep paham keagamaan yang penulis
maksud adalah suatu nilai dan ajaran yang dipercaya dan digunakan serta
disebarkan oleh anggota dan simpatisan Persis kepada masyarakat di Kabupaten
Garut.
3. Organisasi masyarakat
Susunan atau kesatuan dari berbagai-bagai bagian (orang dsb) sehingga
merupakan kesatuan yg teratur (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1093).
Sedangkan organisasi masyarakat merujuk kepada organisasi yang bergerak dan
beraktivitas atas dasar kebutuhan masyarakat dan segala sesuatu yang ada di
organisasi tersebut diperoleh dari swadaya atau sumbangan masyarakat.
Pemerintah dalam hal ini memiliki sebagai pengawas saja. Organisasi masyarakat
yang penulis maksud ialah Organisasi Persis yang lahir dari inisiatif masyarakat
22
dan terus berkembang dengan progam-progam sosial kemasyarakatan serta
menyebarkan nilai-nilai atau paham keagamaan yang dianut oleh Persis.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan cara
penelitian lapangan yaitu wawancara dan observasi. Penelitian kualitatif
menurut Creswell adalah jenis penelitian yang berusaha menggali dan
memahami nilai atau sistem pemaknaan individua tau kelompok di dalam
masyarakat yang berasal dari persoalan sosial atau kemanusiaan (John W.
Creswell, 2009: 4). Sedangkan menurut Anselm C. Strauss, kualitatif merujuk
kepada penelitian tentang kehidupan manusia, pengalaman, kebiasaan, interaksi
sosial, budaya, gerakan sosial emosi dan perasaan individu atau kelompok
(Anselm C. Strauss dan Juliet M. Corbin, 1996:11). Metode ini dipilih agar
penulis mampu mendapatkan informasi tentang kondisi dan strategi Ormas
Persis dalam melanggengkan paham keagamaannya di Kab. Garut secara
mendalam.
2. Subjek penelitian
Ada tujuh belas informan yang penulis ambil, sesuai dengan kriteria-
kriteria yang telah diuraikan dalam pendekatan penelitian. Kriteria yang
dimaksud adalah mereka yang termasuk tokoh-tokoh yang mengembangkan
paham keagamaan Persis pada awal masuk ke Kab. Garut, tokoh-tokoh yang
23
aktif di Ormas Persis, Pemimpin Pimpinan Daerah dan otonom Persis Kab.
Garut dan lembaga sosial yang berada dibawah kepemimpinan PD Persis Kab.
Garut.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan cara snowball dan purposive.
Cara ini diambil mengingat literature atau pustaka yang membahas sejarah
masuknya paham keagamaan Persis ke Kab. Garut masih minim dan mayoritas
berupa tuturan dari para tokoh sehingga penulis menggunakan metode snowball
dan purposiveagar informasi lebih mudah didapat dan penulis mampu
menjelaskan strategi dan pola pelanggengan paham keagamaan Ormas Persis di
Kab. Garut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dan observasi lapangan. Wawancara adalah komunikasi dua
arah untuk memperoleh informasi dan keterangan dari informan dengan
mengajukan bebeberapa pertanyaan. Wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara bebas atau wawancara informal agar penulis mampu mendapatkan
informasi yang mendalam,
Teknik observasi pun dipilih penulis untuk mendapatkan pemahaman
mendalam dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dari sudut pandang
partisipan atau anggota sosial yang melakukan praktek sosial tersebut (Kathleen
M. DeWalt dan Billie R. DeWalt, 2011: IX). Alasan lain adalah agar hasil
didapatkan dari realitas objektif yang ada di masyarakat (John W. Creswell,
2003: 7).
24
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Daerah penelitian penulis berada di Kab. Garut dengan alasan Persis di
Kab. Garut Karena Persis Garut mendirikan sekolah Persis paling banyak
diantara Persis di kota atau Kabupaten lainnya. Alasan lain adalah karena kader
Persis Kab. Garut banyak menempati posisi strategis di Pimpinan Wilayah atau
Pusat bahkan ketua umum Persis merupakan ulama dari Persis Kab. Garut.
Penulisan ini telah berlangsung sejak Januari 2014 hingga April 2017.
Untuk observasi ke di Pimpinan Daerah dan otonom Kab. Garut, penulis
menggunakan waktu pada saat hari-hari biasa serta waktu tertentu misalnya di
bulan Ramadhan Karena pada waktu itu acara dan kegiatan Persis Kab. Garut
meningkat.
5. Analisis Data
Analisis data dimulai dari penyeleksian atau pemilahan data untuk
membuat fokus penelitian lalu data tersebut disedarhanakan dan diabstraksikan.
Penyeleksian data dalam penelitian ini dimulai dari data yang diperoleh dari
wawancara dengan informan lalu disederhanakan dan dipilah agar
menggambarkan dan menjelaskan permasalahan yang penulis bahas. Setelah
pemilahan selesai, penulis mulai menyusun hasil penelitian agar dapat disajikan
secara lugas dan mudah dipahami.
6. Proses Penelitian
a. Tahap Pertama
Pada tahap awal penelitian, penulis meminta teman yang aktif di
organisasi otonom Persis untuk mengajak penulis ke dalam acara-acara
25
yang diselenggarakan PD Persis Kab. Garut dan otonomnya. Pada beberapa
acara tersebut, penulis berkenalan dan berbincang dengan beberapa
Pimpinan Daerah Persis dan otonomnya serta membicarakan penelitian
yang akan penulis lakukan.
b. Tahap kedua
Pada tahap kedua, penulis dibantu teman mengikuti kegiatan
keagamaan dan belajar beberapa hukum fiqih atau aturan-aturan keagamaan
yang digunakan Persis lebih mendalam. Pada masa SMA penulis memang
bersekolah di sekolah Persis namun pada waktu itu kurang memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran Persis.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini penulis mulai mewawancara beberapa Pimpinan
Daerah Persis Kab. Garut dan mendatangi beberapa tokoh sejarah Persis
Kab. Garut yang direkomendasikan oleh beberapa Ustaz yang menjabat di
Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini, setelah penulis mendapatkan informasi dan data
mengenai sejarah, proses perkembangan dan strategi atau pola
pelanggengan paham keagamaan Persis, penulis mulai mengolah dan
menganalisa data dan informasi yang ada.
7. Keterbatasan Penelitian
26
Pada penelitian ini penulis mendapatkan beberapa hambatan seperti
kurangnya informasi sejarah awal masuknya paham keagamaan Persis di Kab.
Garut Karena pendiri dan tokohnya sudah meninggal. Penulis akhirnya
mewawancarai murid-murid dari para tokoh tersebut yang disebut sebagai
generasi murid pertama.
I. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang pernyataan masalah,
pertanyaan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis, definisi dan operasionalisasi konsep, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II Gambaran Umum. Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum
seperti Kondisi demografis Kab. Garut, Kondisi sosial Kab. Garut, sejarah
masuknya Persis ke Kab. Garut, gambaran kegiatan dan perkembangan persis di
Kab. Garut serta gambaran profil informan.
Bab III Temuan dan Analisa. Dalam bab ini berisi tentang hasil dari temuan-
temuan yang diperoleh di lapangan seperti, faktor-faktor pelanggengan paham
keagamaan di Kab. Garut, pola dan strategi pelanggengan paham keagamaan Persis
di Kab. Garut dan interaksi sosial antara anggota Persis dan masyarakat
Bab IV Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari penulisan ini
dengan menjelaskan hasil-hasil lapangan yang didapat. Dan saran bagi penulisan
selanjutnya yang meneliti persoalan tentang Ormas Persis Kab. Garut.
27
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam lahir pada 12 September 1923 di Kota Bandung (Thomas J.
O'Shaughnessy, 1971: 740).Pada awalnya Ormas Persis hanyalah kumpulan orang-
orang yang mengkaji ilmu agama di masjid dan rumah anggota pengajian.
“Organisasi Persis dibentuk untuk mengefektifkan gerakan dan menyatukan
pandangan tentang islam dan masyarakat yang pada saat itu sedang merebak
penggabungan antara agama dan budaya (membuat nilai-nilai agama menjadi
tidak murni dan dipenuhi praktek baru yang disebut Bid’ah)” (Howard M.
Federspiel, 2001: 50-51).
Penggabungan nilai agama dan budaya dinilai Persis sebagai sebuah
penyimpangan nilai keagamaan dan gerakan Persis mulai berkembang dengan
berlandaskan pengembalian nilai agama kepada Al-Quran dan As-Sunnah tanpa
mengikuti satu madzhab atau aliran kepercayaan tertentu namun mengkaji semua
madzhabdan mengambil suatu keputusan dari hasil perbandingan tersebut dan
menumpas segala bid’ah, khurafat, dan tahayul (Martin van Bruinessen, 2003:
171).
Anggota Persis pada waktu itu memang tidak banyak dan kegiatan
keagamaannya pun tidak terlalu masif di masyarakat. Namun setelah kedatangan
A. Hassan yang memiliki pengetahuan keagamaan yang mumpuni dan sesuai
dengan visi-misi Persis maka Persis semakin berkembang.
Dakwah Persis selanjutnya tidak hanya menggunakan media tatap muka
seperti diskusi di pengajian dan pertemuan tapi pada tanggal 4 maret 1936
28
mendirikan Pesantren supaya menjadi media sosialisasi paham keagamaan serta
menggunakan media cetak seperti tulisan di artikel dan jurnal ilmiah serta majalah
seperti Pembela Islam (1935), At-Taqwa (1937), Al-Hikam (1939), Aliran Islam
(1948) Iber (bahasa sunda), dan Ar-Risalah (1962) (Pimpinan Pusat Persatuan
Islam, 2015: 212).
Pada awal kemunculannya, Persis menggunakan metode shock therapy
dengan mengangkat isu-isu kontroversial dan menggugat kebiasaan-kebiasaan
ibadah di masyarakat (Robert W. Hefner, 2003: 335). Hal ini menjadi salah satu
faktor utama masyarakat menolak kehadiran dakwah dan paham keagamaan Persis.
Jumlah anggota Persis pun tidak terlalu meningkat secara signifikan namun paham
keagamaan Persis terus menyebar ke berbagai daerah hingga ke daerah Bangil,
Pasuruan.
Regenerasi kepemimpinan di Persis dari waktu ke waktu bergantung kepada
kaderisasi Pemuda Persis, hal ini terbukti bahwa Ketua Umum Persis dan jajaran
Pimpinan Pusat Persis merupakan alumni atau pernah aktif di Pemuda Persis seperti
KH. E. Abdurrahman, A. Latief Mukhtar, MA (1983-1997), dan K.H. Shiddiq
Amin (1997-2009). Pada masa kepemimpinan kaum muda tersebut, terdapat
pergeseran metode dakwah dari shock therapy menjadi metode persuasif dan
kekeluargaan ((Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 2015:214).Metode baru tersebut
memberikan dampak signifikan terhadap keanggotaan dan penyebaran paham
keagamaan Persis.
“Pada masa kepemimpinan Ketua Umum K.H. Shiddiq Amin, Anggota
Persis tercatat sebanyak 3.000.000 orang yang tersebar di 14 wilayah.
Persis pun mendirikan 7 Pimpinan Wilayah, 33 Pimpinan Daerah, 258
Pimpinan Cabang, dan membawahi lima otonom yaitu Persatuan Islam
29
Istri (Persistri), Pemuda Persis, Pemudi Persis, Himpunan Mahasiswa
Persis (Hima), dan Himpunan Mahasiswi Persis (Himi)” (Pimpinan Pusat
Persatuan Islam, 2015:214).
Pasca meninggalnya K.H. Shiddiq Amin, Persis dipimpin oleh K.H. Prof.
Maman Abdurrahman, MA (2010-2015). Pada masa ini, tantangan yang dihadapi
Persis semakin besar karena kebutuhan masyarakat yang semakin besar dan
berbeda-beda serta paham aliran seperti Syiah, Ahmadiyyah, kristenisasi dan
kelompok yang dianggap tidak sesuai jalan ahlus sunnah wal jamaah lainnya
semakin berkembang.
“Pada masa awal kepemimpinan K.H. Aceng Zakaria (2015-2020),
Persis sudah memiliki 19 Pimpinan Wilayah, 91 Pimpinan Daerah, 369
PimpinanCabang, dan 3 Pimpinan Cabang Istimewa di Mesir, Madinah,
dan Islamabad” (Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 2015:215-216).
Jumlah tersebut semakin meningkat karena mayoritas Pimpinan Daerah
merencanakan untuk mendirikan minimal satu Pimpinan Cabang pertahun dan
mendirikan Pimpinan Ranting serta Pimpinan Jamaah. Kini Persis lebih
memfokuskan diri kepada permasalahan sosial, ekonomi, dan pendidikan.
30
Gambar II.A.1 Struktur Organisasi Persatuan Islam (Persis)
Kabid Maliyah
dan Ijtimaiyah
Kabidgar
Pengembangan
Jamiyah
Kabidgar Sosial
Kabidgar Ekonomi
dan Keuangan
Kabidgar
Perwakafan
Kabidgar SDD Kabidgar Perzakatan
Kabidgar
Bimhajum
Kabidgar KD dan
K
Kabid Dakwah
Kabidgar PDK
dan PI
Kabid Tarbiyah
Kabidgar Pendidikan
Dasar, UD, & Khusus
Kabidgar Pendidikan
Dasar, Men, &
Umum
Kabidgar Pendidikan
Menengah
Kepesantrenan
Kabidgar Pendidikan
Tinggi &Mahad Aly
Kabid Jamiyah
Kabidgar Siyasah
Jamiyah
Kabidgar Pembinaan
SDI
Kabidgar Pembinaan
Jamiyah
Kabidgar
Pengembangan
Sarpras
Kabag Otonom
Bendahara Umum
Bendahara I
Bendahara II
Sekretaris Umum
Wakil Sekretaris Umum
Sekbid Jamiyah
Sekbid Tarbiyah
Sekbid Maliyah dan Utimaiyah
Sekbid Humas dan
Kelembagaan
Kepala Rumah Tangga
Dewan
Hisbah Dewan Hisab
dan Rukyat Dewan Tafkir
Ketua Umum
Majelis Penasehat
Wakil Ketua Umum
Kabidgar
Hubanlog
Kabidgar
Konbanhum
Kabidgar
Hubluneg
Kabid Humas dan
Kelembagaan
Kabidgar Kominfo
31
(Sumber: Pimpinan Pusat Persis, 2015: 190)
B. Keanggotaan Persatuan Islam (Persis)
Syarat umum keanggotaan Persis menurut Qanun Asasi Qanun
Dakhili(Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 2015: 9) adalah mereka yang sudah Aqil
Baligh (dewasa) dan bersedia mengikuti QA-QD, peraturan, dan keputusan Persis
dan memiliki kartu anggota Persis. Sedangkan keanggotaan di Persis memiliki tiga
macam (Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 2015: 22), yaitu:
1. Anggota Biasa atau anggota yang tergabung di dalam Jamaah, Ranting, atau
Cabang di daerah tempat tinggalnya.
2. Anggota Tersiar atau anggota biasa yang di daerahnya belum ada Jamaah,
Ranting, atau Cabang.
3. Anggota Kehormatan adalah anggota yang dianggap penting oleh Pimpinan
Pusat dan diangkat sebagai anggota karena kegiatan-kegiatan, pemikiran, dan
wibawanya dalam menjunjung pencapaian tujuan jamiyah Persis
Adapun syarat dan prosedur untuk menjadi anggota Persis (Pimpinan Pusat
Persatuan Islam, 215: 22-24), adalah:
1. Calon anggota biasa dan tersiar harus berusia tiga puluh tahun atau lebih.
Namun bagi calon anggota yang berusia di bawah tiga puluh tahun
diperkenankan untuk menjadi anggota Persis apabila dipandang perlu.
2. Calon anggota biasa dan tersiar harus mengajukan permohonan keanggotaan
kepada Pimpinan Pusat melalui Pimpinan Cabang setempat dengan kesaksian
dari anggota Cabang dan mendapat persetujuan dari Pimpinan Cabang.
32
3. Anggota biasa dan tersiar harus memperbaharui status keanggotaan setiap lima
tahun. Namun bagi anggota yang memiliki usia enam puluh tahun lebih,
keanggotaannya bersifat seumur hidup.
4. Status keanggotaan disahkan oleh Pimpinan Pusat dengan bukti kartu tanda
anggota bagi anggota biasa dan tersiar sedangkan anggota kehormatan melalui
surat keputusan Pimpinan Pusat.
Sedangkan hak dan kewajiban anggota Persis (Pimpinan Pusat Persatuan
Islam, 2015: 24-26) adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai landasan kehidupan dan QA-QD sebagai landasan perjuangan.
2. Menjauhkan diri dari sifat munkarat, maksiat, bidah, dan kegiatan di luar
tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah.
3. Berperan aktif dalam kegiatan jamiyah Persis dan mengembangkan nama baik
jamiyah serta menjadi uswatun hasanah (contoh tauladan) bagi masyarakat.
4. Anggota harus mengusahakan keluarga dan kerabat serta orang lain untuk
menjadi anggota Persis dan aktif di dalam kegiatan jamiyah Persis serta masjid
atau lembaga pendidikan Persis.
5. Setiap anggota wajib membayar infaq, zakat, dan shadaqah melalui jamiyah
Persis.
6. Setiap anggota berhak mendapatkan pembinaan keagamaan dan ilmu
pengetahuan serta ilmu terapan dari jamiyah Persis.
7. Setiap anggota berhak mengemukakan pendapat (hak suara), dipilih, dan
memilih serta mendapatkan perlindungan hukum dari jamiyah Persis.
33
C. Kegiatan Kegiatan Persatuan Islam (Persis)
Persis memiliki banyak kegiatan dan progam baik yang telah
dilaksanakan maupun yang masih dalam perencanaan. Progam dan kegiatan
Persis pada awal pembentukannya menitik beratkan kepada penyebaran paham
keagamaan. Namun seiring kebutuhan masyarakat semakin meningkat dan
meluas ke berbagai sektor, akhirnya Persis membuka beberapa bidang garapan
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Progam-progam Persis pada
periode tahun 2015-2020 merujuk kepada hasil Muktamar Persis di Jakarta dan
dijelaskan di dalam Qanun Asasi-Qanun Dakhili Persis.
Di dalam bidang kesekretariatan, Persis terus berupaya meningkatkan
standar operasional prosedur sekretariat dari tingkat pusat hingga tingkat
jamaah serta mensosialisasikan aturan-aturan tersebut ke berbagai tingkat juga
otonom.Salah satu sosialisasi diadakan di Kab. Tasikmalaya untuk daerah
Priangan Timur (Kab. Garut, Kab-Kota Tasik, Kab. Banjar, dan Kab.
Pangandaran) pada bulan April dan dihadiri oleh perwakilan Pimpinan Daerah
yang diundang.
Pada bidang keuangan Persis terus berupaya meningkatkan prosedur
penataan administrasi keuangan yang transparan dan efektif agar penggunaan
dan catatan keuangan dapat dipertanggung jawabkan kepada anggota dan
simpatisan Persis. Persis secara berkala mengunggah hasil audit keuangannya
ke website atau laman resminya di www.persis.or.id agar mampu dilihat oleh
anggota dan simpatisan.
34
Bidang selanjutnya adalah bidang Jamiyah, bidang ini yang mengatur
dan mengembangkan pola kaderisasi di Persis dan serta memberikan nasihat
kepada otonom dalam rangka pengembangan kaderisasi. Bidang ini pun
bertanggung jawab dalam pengembangan pola pembinaan kader dan otonom
serta merumuskan paradigma politik Persis dari lokal hingga internasional
(Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 2015: 169-170).
Bidang Dakwah merupakan bidang yang mengatur dan merumuskan peta
dakwah jamiyah, materi dakwah, pengiriman ustaz ke berbagai daerah dan
memantau aliran-aliran atau organisasi sosial keagamaan di masyarakat.
Bidang ini pun membawahi progam pembinaan dan pengembangan masjid,
mushalla, dan surau milik jamiyah atau binaan jamiyah. Bidang ini pun
bertanggung jawab dalam memberikan pembinaan dan bimbingan ibadah haji
dan umroh serta memberikan masukan kepada pemerintah dalam pelaksanaan
haji dan umroh (Pimpinan Pusat Persatuan Islam, 2015: 173-175).
Bidang Tarbiyah mengatur, merumuskan, dan mengembangkan program
pendidikan Persis (sistem pendidikan, kualitas infrastruktur pendidikan dan
tenaga pendidik, kurikulum, bahan ajar, dan standar penilaian) dari jenjang
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga Perguruan Tinggi (Pimpinan Pusat
Persatuan Islam, 2015: 176-178). Sedangkan bidang Maliyah dan Ijtima’iyah
bertanggung jawab dalam optimalisasi zakat, infaq, shodaqoh, ekonomi, sosial,
dan sarana prasarana.
Selanjutnya Bidang Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan
bertanggung jawab dalam membangun jaringan dengan semua elemen
35
masyarakat dan organisasi baik dalam maupun luar negeri serta memberikan
konsultasi dan bantuan hukum kepada anggota, simpatisan, dan otonom.
D. Persatuan Islam Kab. Garut
II.D.2 Struktur Organisasi Pimpinan Daerah Persatuan Islam Kab.
Garut
(Sumber: Pimpinan Pusat Persis, 2015: 192)
Berikut adalah hasil wawancara dari Yusuf Bashari
”Paham Persatuan Islam pertama kali masuk ke Kab. Garut pada tahun
1930-1940an yang di pimpin oleh Ustaz Maksum ke daerah Dangdeur,
Sucinaraja dan menghasilkan lima anggota” (wawancara dengan Yusuf
Bashari, 25 Maret 2017).
Ketua
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Penaseha
Bendahara
Kabidgar
Binbang
SDM&O
Kabidgar
Dakwah Kabidgar
Bimhajum
Kabidgar
Pendidikan
Wakil Ketua
II
Wakil Ketua I Kabag HAL
Kabidgar
Sosial &
Ekonomi
Kabidgar
Perzakatan
Kabidgar
Perwakafan
36
Para informan menjelaskan bahwa penelusuran sejarah pendirian dan
perkembangan Persis masa awal sangat sulit untuk didapatkan karena kondisi sosial
di dalam keanggotaan Persis yang kurang memerhatikan penulisan sejarah dan
keanggotaan namun lebih berfokus kepada penyebaran dan internalisasi paham
keagamaan di masyarakat. Hal ini dibenarkan oleh Pepen ketika diwawancara
“sebelum kemerdekaan akhir tahun 30-an sudah berdiri cabang Persis di
Leles dan sejak pertengahan tahun 30-an dekade 34 atau 35 ketika musim
perdebatan, di Wanaraja juga sudah ada”tokoh-tokohnya K.H. Zakaria
masih keluarga dekat Ustaz Aceng, termasuk K.H. Yusuf Bashari, tapi
tidak masuk Persis hanya Pahamnya saja, tokoh yang paling besarnya K.H.
Anwar Sanusi yang menjadi penerjemah bahasa Sunda Tuan Hassan”
(Wawancara dengan Pepen Irfan Fauzan, 10 Maret 2017).
Kondisi sosial masyarakat pun pada waktu itu memandang bahwa Persis
merupakan sebuah organisasi yang diisi oleh orang-orang Melayu dan bukan orang
Sunda. Maka, pada waktu itu paham Persis disebarkan dengan cara membuat suatu
pesantren tradisional yang tidak mengatasnamakan Persis namun bernama
Pesantren Cilame agar masyarakat mau mengamalkan ajaran-ajaran dan paham
keagamaan Persis. “Persis mementingkan penyebaran dibanding jumlah anggota
jadi yang pertama dilakukan adalah agar masyarakat mengetahui dan memahami
paham keagamaan Persis” (Wawancara dengan Pepen Irfan Fauzan, 10 Maret
2017).
Pada masa awal penjajahan Jepang di Nusantara, Persis dan berbagai ormas
lainnya dibubarkan oleh pemerintah kolonial Jepang dan baru hidup kembali pada
tahu 1948 ketika partai Masyumi dibentuk oleh berbagai tokoh keagamaan
Indonesia. “Banyak tokoh Persis yang aktif di Masyumi jadi pada saat
mengembangkan Masyumi, mereka sekaligus mengenalkan paham keagamaan
37
Persis ke masyarakat” (Wawancara dengan Pepen Irfan Fauzan, 10 Maret 2017).
walaupun Persis lahir kembali namun penerimaan masyarakat terhadap paham
keagamaan Persis sangat minim, terbukti dengan banyaknya penolakan hingga
pengusiran terhadap tokoh dan beberapa keluarga anggota juga simpatisan Persis di
berbagai daerah karena pemahaman dan tata cara ibadah Persis berbeda dari
masyarakat muslim biasa atau karena Persis sering kali mengkritisi tata cara
masyarakat yang sudah ada sejak lama.
Paham Persis masuk ke Kab. Garut karena jarak demografis Kab. Garut
yang bersebelahan dengan kota Bandung dan pedagang dari Kab. Garut sering kali
menjual barang dagangannya di Kota Bandung. Paham Persis sudah menyebar di
beberapa tempat dan diterapkan oleh beberapa Kiai di Kab. Garut, namun pada saat
itu Kiai yang menjalankan paham keagamaan Persis tidak secara terang-terangan
mendeklarasikan bahwa mereka menjalankan paham keagamaan Persis karena
menurut Pepen, “waktu itu Persis identik dengan paham keagamaan orang melayu
(karena banyak anggota dan tokohnya orang Melayu, bukan sunda” (wawancara
dengan Pepen Irfan Fauzan, 10 Maret 2017). Alasan lainnya adalah tidak semua
golongan masyarakat mau menerima kehadiran Persis yang sifatnya
mendekonstruksi ajaran dan budaya keagamaan masyarakat yang sudah dijalankan
sejak lama.
Menurut Pepen, “pada tahun 1930-an Persis sudah mendirikan Pimpinan
Cabang di daerah Kec. Leles (sekarang setingkat dengan PD) (wawancara dengan
Pepen, 10 Maret 2017). Namun dikarenakan masyarakat sedang fokus melawan
penjajahan VOC dan keadaan masyarakat masih kurang memperhatikan agama
38
serta lebih memprioritaskan ekonomi, maka pada saat itu paham keagamaan Persis
tidak terlalu berkembang. Hal tersebut diakui oleh Yusuf Bashari bahwa “saat itu
Persis tidak berkembang karena penjajahan jadi masyarakat serba kekurangan dan
fokus pada masalah ekonomi” (wawancara dengan Yusuf, 25 Maret 2017).
Paham Persis mulai masuk dan berkembang kembali di Kab. Garutpada tahun
1960-an yang dipimpin oleh Ustaz Zaenudin Al-Masdiani (Ust. Zae) dan didukung
oleh beberapa ulama dan tokoh lainnya yaitu Ustaz Shihabbudin (sekretaris),
ustazah Aminah (ketua Persistri), ustaz Komarudin dan ustaz Jamaludin.
“mereka dikenal sebagai empat Din (tidak termasuk ibu Aminah)karena
jasa dan peran besar mereka dalam penyebaran paham keagamaan Persis
di Kab. Garut” (wawancara dengan Mamat Abdul Rahman, 18 Maret
2017).
Tokoh penyebar paham keagamaan Persis tersebut memiliki keahlian dan
fokus masing-masing. Ustaz Zaenudin terkenal dengan keagamaan lalu ustaz
Komarudin lebih fokus ke dalam bidang kemasyarakatan, ustaz Shihabbudin fokus
ke dalam bidang pendidikan serta ustaz Jamaludin fokus ke dalam bidang
keorganisasian.
“Keempat ulama tersebut dibantu oleh beberapa pengusaha asal Kab.
Garut dan disebut sebagai golongan Haji karena para pengusaha tersebut
semuanya sudah melaksanakan ibadah haji” (wawancara dengan Kakah
Mustikah, 27 Maret 2017).
Ulama Persis pun memusatkan semua kegiatan sosial keagamaannya di
daerah Bentar (dahulu daerah tersebut adalah pusat pemerintahan dan
perekonomian di Kab. Garut sebelum Pemerintah Daerah pindah ke jalan
Pembangunan – jarak sekitar 5 KM) di sebuah masjid kecil yang dibangun oleh
anggota dan simpatisan Persis. Anggota dan ulama Persis pun mengadakan
pengajian rutin bulanan di masjid tersebut serta mengisi kajian dan tanya jawab di
radio Rugeri.”Ustaz Komar mengembangkan Persis melalui pengajian-pengajian
39
rutin dan tanya jawab melalui radio yang bernama Mini BC(sekarang jadi Rugeri)“
(wawancara dengan Endut Saefudin, 23 Maret 2017).
Pada waktu itu paham keagamaan Persis banyak ditentang oleh masyarakat
khususnya Ulama Nahdiyyin hingga beberapa kali mengadakan debat dengan Ustaz
Zaenuddin dan tokoh Persis lainnya.”Ustazz Zaenudin mengadakan acara debat
sama pengajian-pengajiandengan tokoh-tokoh luar Persis dalam masalah qunut
dan lainnya” (wawancara dengan Yusuf Bashari, 25 Maret 2017).
Penolakan masyarakat pun banyak terjadi di beberapa daerah dari mulai
cemoohan, ancaman pembunuhan hingga pengusiran dari tempat tinggalnya. Hal
tersebut dikemukakan oleh beberapa orang tokoh Persis seperti Aep Ahmadin
menceritakan bahwa“saat pengajian, orang-orang mencemooh bahkan merusak
speaker masjid kami”(wawancara dengan Aep Ahmadin, 18 Maret 2017). Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan Kakah Mustikah, “kami harus pindah rumah
karena dinilai tidak sejalan dengan nilai keagamaan masyarakat sekitar dan
diancam akan dibunuh” (wawancara dengan Kakah Mustikah, 27 Maret 2017).
Penolakan keberadaan paham keagamaan Persis pada waktu itu karena Persis
banyak mengkritik cara peribadatan masyarakat danmenggunakan speaker dan
sound system padahal masyarakat dari dulu menggunakan bedug dan kohkol
(sejenis pemukul yang digunakan untuk pertanda waktu sholat).”Persis melarang
penggunaan bedug karena dinilai sebagai budaya dan kan yang wajibnya pakai
adzan bukan bedug jadi karena sudah ada speaker jadi harusnya pakai speaker
bukannya bedug” (wawancara dengan Kakah Mustikah, 27 Maret 2017).
Ancaman dan penolakan masyarakat tersebut tidak terlalu berpengaruh besar
pada pengembangan paham keagamaan Persis. Anggota dan simpatisanPersis pun
40
semakin berkeinginan agar anak-anak dan keluarganya mempelajari paham
keagamaan Persis dari dasar supaya bisa disebarkan di kampung halaman masing-
masing. Akhirnya dibukalah kelas sore bagi simpatisan dan orang-orang yang ingin
belajar dan selanjutnya dibuka kelas pagi sebagai bentuk sekolah formal Persis.
“sekolah pagi di Bentar dibangun tahun 1967 dan jumlah santri pada waktu
kelulusan berjumlah 12 orang. Awalnya banyak tapi karena ada yang kerja dan
menikah jadinya berjumlah 12 orang” (wawancara dengan Endut Saefudin, 23
Maret 2017)
Para tokoh dan beberapa kalangan di Persis pun memutuskan untuk
membangun Pesantren Persis 19 Bentar dan merenovasi masjid tersebut dengan
biaya swadaya dari seluruh anggota dan simpatisan Persis.
“Bentar tahun 1965 mulai direnovasi dan dibuka sekolah sore (sekolah
agama) lalu dibangunlah pesantren secara swadaya anggota dan
simpatisan. Pembangunan tersebut dipimpin oleh Ustaz Shihabudin”
(wawancara dengan Yusuf Bashari, 25 Maret 2017).
Gambar.II.D. 1 Persis Bentar
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Pembangunan Pesantren Bentar tidak hanya melibatkan anggota dan
simpatisan saja namun para murid yang belajar di Bentar dianjurkan untuk mencari
dana dan membantu proses pembangunan Pesantren.
41
“anggota dan simpatisan Persis saling membantu secara swadaya dan
kami pun sebagai santri angkatan pertama sering kali mencari bantuan
dana dan ikut membangun Pesantren Bentar” (Wawancara dengan Endut
Saefudin, 23 Maret 2017).
Pembangunan Pesantren Persis di Bentar melalui banyak hambatan finansial
dan beberapa kalangan tidak menyukai pembangunan tersebut. Namun pada saat
itu penolakan paham keagamaan Persis di Bentar tidak lagi ditunjukan dengan
kekerasan atau hal fisik namun hanya sebatas cemoohan dan ancaman saja. “waktu
sekolah di Bentar, kami sering diejek dan dicemooh karena bersekolah di pesantren
Persis apalagi pakaian sekolah kami berbeda dengan pakaian sekolah umum”
(wawancara dengan Kakah Mustikah, 27 Maret 2017).
Pesantren Persis Bentar pun perlahan-lahan mulai diminati oleh berbagai
kalangan dan tidak bisa menampung siswa baru lagi. Akhirnya Persis dengan
bantuan dana dari pemerintah Saudi Arabia yang dibantu oleh M. Natsir (Mantan
Menteri Penerangan Indonesia dan Perdana Menteri Indonesia) membangun
Pesantren Persis 76 Rancabogo di daerah Tarogong Kidul (jarak Bentar dan
Rancabogo sekitar 4KM) yang dahulu sebenarnya pernah dibangun lembaga
Pendidikan Persis yang bernama At-Taqwa dan dipimpin oleh Ustaz Zaenudin.
“Ustaz Syihabuddin dan beberapa golongan haji Persis membeli tanah di sekitar
masjid At-Taqwa sekitar 6000 m2 lalu berkembang dengan dana bantuan Saudi
Arabia melalui dewan Dakwah yang diketuai oleh pak Natsir sebanyak 6000 m2
dan akhirnya Rancabogo memiliki tanah 1200 m2 (wawancara dengan Iqbal
Santoso, 25 Maret 2017).
42
Gambar II.D. 2 Pesantren Persis Rancabogo
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Pembangunan Pesantren Rancabogo pun terbilang pesat dan mampu
menampung murid baru lebih banyak dibanding Pesantren Bentar. Namun karena
minat masyarakat dan anggota serta simpatisan Persis semakin meningkat, akhirnya
dibangun lah Pesantren Persis 99 Rancabango pada tahun 1986 di Kec. Tarogong
Kaler.
“Ustaz Jamal sendiri lah yang membangun Pesantren Rancabango dari mulai tahun
1986, tanah yang di bangun asalnya kebun jeruk milik beliau dan keluarganya
kemudian tahun 1988 diresmikan kebun jeruk tersebut dirubah menjadi Pesantren
dan ketika diresmikan memakai nama Yayasan Ihyaus Sunnah tidak memakai
nama Pesantren Persis karena masyarakat sekitar masih alergi terhadap Persis baru
ketika tahun 1991 Yayasan Ihyaus Sunnah diserahkan dan di wakafkan ke PP
Persis waktu itu Ketua Umumnya KH. Abdul Lathif Muchtar M A sejak saat itu
Yayasan Ihyaus Sunnah berubah menjadi Pesantren Persis 99 Rancabango yang
statusnya wakaf jam’iyyah Persatuan Islam” (wawancara dengan Luthfi Lukman
Hakim, 31 Maret 2017).
Gambar II.D. 3 Pesantren Rancabango
43
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Persis pun membangun Pesantren keempat di Kab. Garut yaitu di daerah
Garogol, Pasirwangi. Saat itu pembangunan Pesantren Garogol tidak semulus
pembangunan Pesantren Persis Rancabogo dan Rancabango karena banyak
wargayang tinggal di daerah tersebut menolak kehadiran Persis. Namun hal tersebut
berubah ketika Pesantren Persis Pasirwangi Garogol yang pada awalnya
diperuntukkan bagi anak-anak simpatisan Persis mulai dimasuki juga oleh siswa-
siswa non simpatisan Persis.
“Pada waktu itu jarak sekolah terdekat dari Pasirwangi sulit untuk
diakses dan jaraknya sangat jauh maka akhirnya masyarakat
menyekolahkan anaknya ke Pesantren Persis” (wawancaran dengan Aep
Ahmadin, 18 Maret 2017).
Pesantren Persis Pasirwangi Garogol pun mulai diminati oleh masyarakat
sekitar dan stigma masyarakat terhadap Persis mulai berubah dan diterima oleh
masyarakat sekitar bahkan diminati oleh masyarakat daerah Garut Selatan (pesisir
pantai yang jaraknya 80KM). “waktu itu sekolah Persis yang paling dekat dari
Garut Selatan adalah Garogol jadi banyak anggota dan simpatisan yang
menyekolahkan ke Garogol” (wawancara dengan Kakah Mustikah, 27 Maret 2017).
Kab. Garut menjadi pusat paham keagamaan Persis pada saat ini, hal tersebut
disebabkan karena demografis Kab. Garut yang luas dan kebutuhan masyarakat
akan pendidikan yang besar berbanding terbalik dengan ketersediaan fasilitas
pendidikan dan keagamaan yang memadai. Hal tersebut menjadi salah satu modal
sosial Persis untuk mendirikan lembaga pendidikan berbasis keagamaan agar
kebutuhan masyarakat terpenuhi dan tujuan penyebaran paham keagamaan Persis
tercapai.
44
Tabel II.D.1 Tabel Informan
No Nama Jabatan Materi wawancara
1 Yusuf Bashari Penasehat
Tokoh penyebaran paham
Sejarah Persis Garut
Tokoh penyebaran paham
Strategi pengembangan paham
2 Aep Ahmadin Anggota Pimpinan Daerah
Tokoh penyebaran paham
Sejarah Persis Garut
Tokoh Penyebaran paham
Strategi pengembangan paham
3 Mamat Abdul
Rahman
Penasehat
Tokoh penyebaran paham
Sejarah Persis Garut
Tokoh Penyebaran paham
Strategi pengembangan paham
4 Dede Sodikin Murid Pst. Bentar angkatan
pertama
Sejarah Persis Garut
Tokoh Penyebaran paham
Strategi pengembangan paham
5 Endut Saefudin Anggota Pimpinan Daerah
Murid Pst. Bentar angkatan
pertama
Sejarah Persis Garut
Tokoh Penyebaran paham
Strategi pengembangan paham
6 Pepen Irfan
Fauzan
Anggota Dewan Tafkir PP.
Persis
Ketua Bidgar SDM PD.
Persis Garut
Sejarawan Persis
Putra tokoh Persis
Sejarah Persis Garut
Tokoh Penyebaran paham
Strategi pengembangan paham
7 Muhammad Iqbal
Santoso
Pimpinan Pst. Rancabogo
Putra tokoh Persis
Sejarah Persis Garut
Sejarah pendirian sekolah
45
Pola pengajaran dan
pengembangan pesantren
8 Lutfi Lukman
Hakim
Pimpinan Pst. Rancabango
Putra tokoh Persis
Sejarah Persis Garut
Sejarah pendirian sekolah
Pola pengajaran dan
pengembangan pesantren
9 Gungun Abdul
Basith
Wakil Rektor STAI-Persis
Garut
Sejarah pendirian STAI
Pola pengajaran dan
pengembangan STAI
10 Ena Sumpena Ketua PD. Persis Kab.
Garut
Srategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
11 Iyep Komarudin Ketua Bidgar Bimhajum
PD. Persis Kab. Garut
Mantan Ketua PD. Persis
Kab. Garut
Srategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
12 Andri Permana Anggota PZU PD. Persis
Kab. Garut
Srategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
13 Kakah Mustikah Ketua PD. Persistri Kab.
Garut
Putri tokoh Persis
Strategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
46
14 Daden Robi
Rahman
Ketua PD. Pemuda Persis
Kab. Garut
Putra tokoh Persis
Strategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
15 Mochammad
Haris Romdoni
Ketua PD. HIMA Persis
Kab. Garut
Strategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
16 Rifki Rifyal
Rizaldi
Ketua PD. IPP Kab. Garut Strategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan sosial
17 Azkia Wafiatul
Wizdaniyah
Ketua Bidgar Keilmuan
PD. IPPI Kab. Garut
Strategi dan Kegiatan
pengembangan paham dan
organisasi
Dinamika kelompok dan social
47
BAB III
TEMUAN DAN ANALISIS PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pencarian data kepada tokoh dan pemimpin
Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut. Awalnya peneliti tidak melakukan wawancara
langsung kepada informan, peneliti mencari data dengan berdiskusi dan mencari
tahu kepada beberapa anggota untuk mengetahui siapa saja tokoh dan pemimpin
Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut, kemudian merencanakan bertemu dengan
tokoh dan pemimpin Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut tersebut. Setelah
melakukan wawancara mendalam dengan informan dan melakukan observasi, ada
temuan-temuan yang menarik ditemukan oleh peneliti, yaitu:
A. Pola Pelanggengan Paham Keagamaan di Anggota Persis Kab. Garut
1. Fungsi Manifes
Fungsi maifes menurut Merton merupakan fungsi utama yang direncanakan dan
diusahakan oleh pimpinan maupun seluruh anggota yang tergabung dalam institusi
atau organisasi tersebut. Pada konteks ini, Persis bertujuan untuk melakukan
gerakan-gerakan purifikasi nilai dan gerakan pembaharuan di dalam masyarakat,
khususnya kepada anggota dan keluarganya. Hal ini bisa ditelusuri dari sejarah
pembentukan Persis yang sangat jelas melakukan berbagai upaya agar tujuan
purifikasi nilai tersebut tercapai.
Pemahaman keagamaan dan kegiatan-kegiatan Persis yang menjadi ciri khas
dan diajarkan serta direproduksi oleh tokoh dan anggota serta simpatisan Persis
adalah bacaan dan gerakan sholat yang berbeda dari masyarakat yang berpusat pada
48
ajaran Syafi’iyah (salah satu madzhab atau aliran imam ahli fikih yang paling
populer digunakan di Indonesia). Pemahaman dan kegiatan keagamaan Persis
didapatkan setelah Persis melakukan berbagai penilaian dan perbandingan ushul
fiqh (sebab-sebab dan alasan pemberian hukum suatu perkara berdasarkan aturan-
aturan dan pedoman dari al-Qur’an, hadits, dan tuntunan ahli fiqh). Perbedaan-
perbedaan paham keagamaan Persis terutama dalam hal ibadah serta hukum suatu
masalah membuat Persis kurang disukai oleh masyarakat.
“Persis dijuluki Wahabi kering karena tujuannya adalah purifikasi nilai
keagamaan di dalam masyarakat dan menghilangkan praktek-praktek
yang bercampur dengan agama Hindu-Budha serta adat istiadat
masyarakat” (Wawancara dengan Pepen Irfan Fauzan, 10 Maret 2017).
Berikut ini merupakan perbedaan-perbedaan antara Persis dan masyarakat, yaitu:
Tabel III.A.1 Ciri Khas Persis
No Paham Praktek Cara Pelanggengan
1 Tidak melafalkan niat sholat,
cukup dengan berwudhu saja
dan bersiap melakukan
gerakan sholat
Dilakukan
sebelum sholat
Diajarkan oleh orang tua
yang berpaham Persis
Pengajian dan lingkungan
Persis
Sekolah Persis
2 Menggerak-gerakan jari
telunjuk ketika shalat dalam
posisi tahiyat
Dilakukan ketika
sholat
Diajarkan oleh orang tua
yang berpaham Persis
Pengajian dan lingkungan
Persis
Sekolah Persis
3 Berjama’ah kembali setelah
selesai berjama’ah dengan
mengangkat imam baru
ketika dua orang
makmum atau
lebih dalam
posisi masbuq
Diajarkan oleh orang tua
yang berpaham Persis
Pengajian dan lingkungan
Persis
Sekolah Persis
49
4 Membid’ahkan atau
menyalahkan penggunaan
bedug karena dinilai sebagai
budaya Majusyi (non-
muslim)
Pelarangan
dalam kehidupan
sehari-hari
Diajarkan oleh orang tua
yang berpaham Persis
Pengajian dan lingkungan
Persis
Sekolah Persis
5 Membid’ahkan atau
menyalahkan praktek-praktek
doa dan kegiatan yang telah
bercampur dengan budaya
atau kebiasaan agama lain
seperti tahlil.
Pelarangan
dalam kehidupan
sehari-hari
Diajarkan oleh orang tua
yang berpaham Persis
Pengajian dan lingkungan
Persis
Sekolah Persis
Berbagai kesulitan dialami oleh Persis dan membuat paham keagamaan
Persis sulit berkembang di dalam masyarakat. Akhirnya tokoh-tokoh Persis
membuat suatu langkah yang dilakukan hingga sekarang yaitu penyebaran paham
keagamaan melalui tulisan-tulisan yang dicetak oleh biaya para tokoh serta
pendirian sekolah Persis Kab. Garut yang bernama Pesantren 19 Bentar yang
berlokasi di daerah pusat ekonomi Kab. Garut. Pesantren ini pada awalnya hanyalah
sebuah mushala yang menjadi tempat kajian keagamaan anggota Persis lalu
berubah menjadi Pesantren karena keinginan dari anggota untuk mengajarkan
paham keagamaan Persis yang lebih terstruktur.
Tokoh Persis pada awalnya ada empat orang yaitu Ustaz Syihabudin (fokus
dalam bidang pendidikan formal dan non-formal), Ustaz Komarudin (fokus di
bidang kemasyarakatan), Ustaz Jamaludin (fokus di bidang keorganisasian dan
pengembangan Persis), dan Ustaz Jaenudin (fokus di bidang keulamaan atau
keagamaan).“Keempat Din atau orang ini merupakan tokoh sentral dalam
50
pengembangan paham keagamaan dan pendidikan Persis di Kab. Garut”
(wawancara dengan Mamat Abdul Rahman, 18 Maret 2017)
Tokoh-tokoh Persis dan murid-murid mereka pada awalnya mengembangkan
Pesantren Bentar hingga perluasan Pesantren tidak dapat dilakukan lagi dan
akhirnya dibangun Pesantren Persis yang kedua yaitu PPI 76 Rancabogo. Dalam
proses pengembangannya, Rancabogo membuat penyederhanaan kurikulum
keagamaan agar masyarakat awam semakin mudah memahami pelajaran dan
paham keagamaan Persis.
”Dalam aturan kurikulum Pesantren sebenarnya hanya bersifat umum,
adapun Pesantren lain yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Arab
yang begitu banyak macamnya hanyalah sebuah kebiasaan makanya kami
menyederhanakannya agar mudah dipahami oleh santri dan masyarakat”
(wawancara dengan Iqbal Santoso, 25 Maret 2017).
Paham keagamaan Persis semakin berkembang dan anggota Persis
mendirikan beberapa Pesantren di berbagai daerah di Kab. Garut. Tokoh dan ustaz
Persis pun semakin banyak hingga membuat masyarakat semakin tertarik dengan
Persis karena semakin banyaknya majelis taklim, Pesantren, dan keluarga Persis
yang beraktifitas di masyarakat.
Pemaparan tentang sejarah perkembangan Persis di Kab. Garut berkaitan
dengan pernyataan Merton tentang fungsi manifes di mana masyarakat khususnya
anggota Persis terus berusaha untuk mengamalkan pemahaman keagamaan dan cara
beribadahnya di dalam masyarakat. Pemahaman dan praktek keagamaan serta cara
hidup anggota Persis sampai saat ini dibentuk oleh beberapa tokoh yang giat
melakukan internalisasi nilai kepada anggota dan simpatisan Persis, hal ini
dilakukan agar anggota dan simpatisan tetap terikat ke dalam pandangan dan
51
praktek keagamaan Persis dengan beberapa kegiatan seperti pengajian bulanan oleh
tokoh Persis di Bentar, pemaparan nilai-nilai keagamaan di radio Rugeri setiap
pekan, penyebaran stensil atau catatan ringkas tentang masalah keagamaan, dan
dikuatkan oleh pengajian rutin mingguan yang dilakukan anggota Persis di berbagai
daerah.
Penguatan-penguatan paham keagamaan dengan kajian dan kegiatan
keagamaan lainnya meningkatkan jumlah anggota dan simpatisan Persis serta
jumlah fasilitas Persis di berbagai daerah hingga pelosok Kab. Garut. Bahkan saat
ini PD. Persis memiliki tujuan untuk pendirian dua pesantren setiap tahunnya.“saat
ini baru dibangun pesantren Pasirkiamis, target kami sebagai dari bagian PD.
Persis adalah membangun dua pesantren baru setiap tahunnya (wawancara dengan
Ena Sumpena, 29 Maret 2017).
Dalam penelusuran peneliti, terdapat beberapa pola pelanggengan paham
keagamaan di anggota Persis dan calon anggota Persis yang membantu
melancarkan tujuan utama Persis yaitu:
a. Pusat Zakat Umat (PZU PD. Persis)
PZU PD. Persis Kab. Garut merupakan lembaga keuangan PD. Persis yang
bekerja dalam sektor penerimaan dana, pengelolaan, dan penyaluran kepada
anggota Persis dan masyarakat Kab. Garut agar dakwah paham keagamaan
Persis tetap berkembang serta kesejahteraan masyarakat bertambah.
ZIS keliling merupakan program PZU untuk memudahkan anggota dan
masyarakat dalam menyisihkan sebagian hartanya untuk dikelola dan diberikan
kepada anggota dan masyarakat yang membutuhkan. Progam ini mengandalkan
52
anggota PZU untuk berkeliling dan mendatangi anggota Persis yang sudah
mendaftarkan diri untuk membayar ZIS bulanan kepada PZU PD. Persis.
Besaran uang yang diserahkan kepada PZU bervariasi dikarenakan perbedaan
kesediaan tiap anggota dalam progam ZIS keliling tersebut.
Pada tahun 2016, penerimaan ZIS dari anggota dan masyarakat kepada PD.
Persis Kab. Garut mencapai 600.000.000 lebih dan sudah disalurkan ke dalam
berbagai sektor sosial dan pendidikan anggota serta masyarakat (Arsip PZU PD.
Persis Kab. Garut, 14 Maret 2017). “Saat ini peserta progam ZIS keliling sudah
mencapai 30 orang pezakat rutin dan 150 orang yang memberikan infaq
bulanan serta 50 orang yang memberikan shadaqah bulanan” (wawancara
dengan Andri Permana, 14 Maret 2017). dan rata-rata pemasukan ZIS keliling
sekitar 50.000.000 hingga 60.000.000 pertahun (buku keuangan PZU PD. Persis
Kab. Garut, 14 Maret 2017).
Gambar III. A. 1 Penyaluran Zakat dan Infaq kepada Duafa
(sumber: Dokumen PZU Persis, 2017)
53
Program ini memang tidak diikuti oleh seluruh anggota Persis Kab. Garut
namun program ini pun menjadi salah satu strategi yang mencoba memberikan
arahan bagi para anggota dan semakin terlibat ke dalam program-program yang
diselenggarakan oleh PD. Persis Kab. Garut. Anggota yang sebelumnya tidak
termasuk kedalam pemberi zakat rutin pun karena melihat program dan
bertambahnya jumlah pemberi zakat rutin menjadi terpengaruh untuk menjadi
bagian dari pemberi zakat.
b. Bantuan barang pokok bagi ustaz Persis
Progam ini dikelola oleh Pusat Zakat Umat PD. Persis berupa pemberian
kebutuhan sembako seperti beras atau bahan pokok lainnya untuk membantu
ustaz-ustaz dan beberapa da’i yang banyak menghabiskan waktunya untuk
berdakwah tentang paham keagamaan Persis di masyarakat. “Program ini
digagas oleh PZU PD. Persis Kab. Garut agar para ustaz bisa lebih fokus
dalam menyebarkan paham keagamaan Persis diantara anggota dan
masyarakat umum” (wawancara dengan Andri Permana, 14 Maret 2017).
Ustaz-ustaz yang mendapatkan bantuan sebelumnya diberikan pelatihan
dan harus melaporkan perkembangan kondisi jamaahnya secara berkala kepada
Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut. Ustaz tersebut juga harus siap untuk
mendapatkan jadwal tambahan dari PD. Persis jika hal tersebut diperlukan bagi
kelangsungan pengajian anggota dan masyarakat.
54
c. Ambulan gratis dan santunan bencana
PZU PD. Persis Kab. Garut membeli satu mobil yang digunakan untuk
menjadi ambulan gratis bagi anggota Persis dan masyarakat yang
membutuhkan. Anggota Persis dan masyarakat yang ingin menggunakan
fasilitas ambulan gratis harus menghubungi PZU atau PD. Persis Kab. Garut
terlebih dahulu, selanjutnya keluarga korban pengguna ambulan gratis tidak
perlu membayar biaya sewa ambulan karena biaya operasional biasanya sudah
ditanggung oleh Pimpinan Persis (Pimpinan Jamaah/ Cabang/ Daerah Persis
Kab. Garut). Namun terkadang keluarga korban pun memberikan uang secara
sukarela untuk menambah biaya bahan bakar ambulan.
”karena merasa tidak enak jadi ada saja keluarga korban yang terkena
musibah menambah biaya bahan bakar Ambulan padahal kami dari awal
sudah menegaskan bahwa ini shadaqah dari Persis” (wawancara dengan
Andri Permana, 14 Maret 2017).
Adapun ketika bencana alam terjadi di wilayah Kab. Garut seperti banjir
di daerah Tarogong Kidul, Persis secara aktif menghimpun, mengelola, dan
menyalurkan bantuan dari berbagai pihak untuk korban bencana. Persis juga
menurunkan anggota SIGAB Persis (Siaga Bencana Persis) dan otonom untuk
membantu mengevakuasi korban dan barang-barang korban serta membantu
memenuhi kebutuhan pokok korban selama dalam masa bencana.
55
Gambar III. A. 2 Aksi Peduli Muslim Rohingya
(Sumber: Dokumentasi Pemudi Persis, 2017)
Persis dan otonom di seluruh Kab. Garut juga ikut melakukan berbagai
aksi kemanusiaan bagi masyarakat dunia seperti Palestina dan Rohingya. Hal
tersebut merupakan manifestasi sosial organisasi Persis yang bertujuan untuk
membantu sesama muslim di seluruh dunia. Hal ini menjadi salah satu penarik
simpati masyarakat dimana ketika masyarakat khususnya keluarga anggota dan
simpatisan Persis berada dalam kesulitan, Persis hadir membantu
menyelesaikan permasalahan tersebut. Kegiatan-kegiatan bantuan tersebut
membuat masyarakat berinteraksi langsung dengan anggota Persis bahkan
tokoh dan menimbulkan hubungan keterkaitan atau minimal membuat
masyarakat awam lebih mengetahui kegiatan-kegiatan dan paham keagamaan
Persis.
d. Bimbingan Haji dan Umrah (Bimhajum)
Persis menyelenggarakan progam Bimbingan Haji dan Umrah serta
membuka agen perjalanan Haji dan Umrah bagi para anggota dan masyarakat
untuk memudahkan masyarakat mendapatkan akses dan pemahaman terhadap
56
tata cara melaksanakan ibadah Haji dan Umrah. Peserta Haji dan Umrah akan
diberikan penjelasan dan praktek tentang tata cara ibadah Haji dan Umrah serta
diberikan berbagai fasilitas lainnya untuk memudahkan perserta dalam
memahami dan melaksanakan ibadah Haji dan Umrah.“Kurang lebih setiap
tahun ada 50 orang yang berangkat haji dari Kab. Garut melalui bimhajum
Persis Kab. Garut)(wawancara dengan Iyep Komarudin, 22 Maret 2017).
e. Pendirian Pesantren dan STAI Persis
Dalam rangka penguatan dan pengembangan paham keagamaan Persis
kepada anggota dan simpatisan serta masyarakat, Persis terus mendirikan
Pesantren dari biaya swadaya anggota dan donatur Persis. Hal ini semakin
berpengaruh kepada jumlah siswa atau santri yang belajar di Pesantren Persis.
Saat ini Persis sudah mendirikan tiga puluh enam Pesantren di berbagai
jenjang pendidikan dan satu Sekolah Tinggi di Kab. Garut (data rekapitulasi
lembaga pendidikan Persis Kab. Garut, 14 Maret 2017). Persis pun menargetkan
pendirian pesantren di Kab. Garut setidaknya dua pesantrensetiap tahunnya
karena jumlah sekolah pesantren di Kab. Garut masih sedikit dibanding jumlah
penduduk dan luas Kab. Garut.“kebutuhan umat masih banyak terhadap
pesantren Persis di Kab. Garut” (wawancara dengan Ena Sumpena, 29 Maret
2017)
57
Gambar III. A. 3 Bangunan STAI-PI Kab. Garut (hasil swadaya
anggota dan simpatisan)
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2017)
Persis pada tahun 2004 membangun STAI Persis di daerah Ciateul, pada
awalnya Persis membangun asrama yang bernama Ma’had Ali untuk
menampung alumni Persis yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah
untuk fokus dalam pendalaman bidang agama khususnya Qur’an dan tafsir.
Namun setelah mendapat berbagai masukan dan saran dari anggota akhirnya
Persis mendirikan STAI Persis dengan dua fakultas yaitu keagamaan dan
pendidikan.
“Awalnya Persis bertujuan untuk memberikan pendalaman materi
bagi alumni namun besarnya keinginan anggota agar berdirinya
STAI Persis akhirnya dibangunlah STAI Persis dan sampai sekarang
masih dikembangkan terutama dalam penambahan jumlah fakultas
dan jurusan karena tujuan kami selanjutnya adalah mendirikan
universitas Persis” (wawancara dengan Gungun Abdul Basith, 28
Maret 2017).
Pendirian pesantren Persis dan STAI Persis tersebut bertujuan dalam
menunjang internalisasi paham keagamaan Persis dan penyebaran paham
keagamaan Persis diantara anggota dan simpatisan serta masyarakat. Pendirian
58
pesantren tersebut membuat kaderisasi Persis antar generasi semakin mudah
dan pendirian pesantren di beberapa wilayah yang minim fasilitas pendidikan
pun menjadi daya tarik agar masyarakat bersekolah di pesantren Persis.
f. Progam Latihan Khidmat Jam’iyah (PLKJ)/ PKL
Program latihan Khidmat Jam’iyah atau sering disebut sebagai PLKJ (di
beberapa sekolah Persis ada yang menggunakan istilah PKKJ/ PKL) adalah
program pengabdian sosial ke dalam masyarakat pada masa sekolah SMA/ MA/
Muallimien selama empat belas hari sampai dua puluh satu hari (biasanya
dilakukan setelah Ujian Nasional namun ada beberapa sekolah yang
mengadakan program ini ketika santri berada di kelas sebelas). “Kegiatan yang
dilakukan oleh para santri adalah membantu pengembangan masjid dan
sekolah serta kegiatan massyarakat lainnya” (wawancara dengan Iqbal
Santoso, 25 Maret 2017).
Program ini adalah program wajib dan dilakukan di semua sekolah dan
otonom seperti Pemuda-Pemudi Persis, HIMA-HIMI Persis dan IPP-IPPi dalam
rangka memperkenalkan, menguatkan dan menyebarkan paham keagamaan
Persis ke berbagai daerah di wilayah Kab. Garut bahkan kadang dikirim ke
beberapa kabupaten lainnya. “Sebelum program ini dilaksanakan, peserta
program PLKJ biasanya dibekali oleh mata pelajaran dakwah dan retorika di
sekolah juga dikuatkan dengan mata pelajaran adab atau etika sosial yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadits”(wawancara dengan Luthfi Lukman
Hakim, 31 Maret 2017).
59
Salah satu sekolah yang telah menyelenggarakan program PLKJ adalah
sekolah PPI 99 Rancabango dari tahun 1994. Program ini dilakukan selama tiga
minggu setelah Ujian Akhir di luar Kab. Garut dan setiap bulan Ramadhan di
wilayah pelosok Kab. Garut. “Program PLKJ Ramadhan biasanya dilakukan
oleh santri kelas sebelas sedangkan untuk PLKJ luar Kab. Garut dilakukan oleh
santri kelas dua belas” (wawancara dengan Luthfi Lukman Hakim, 31 Maret
2017).
Program ini sebenarnya adalah hasil dari kebiasaan para ustaz Persis
yang pada awalnya sering membawa santri-santri pilihan untuk ikut berdakwah
ke beberapa tempat dan masjid, mereka biasanya ditugaskan untuk
memperhatikan cara retorika dakwah hingga belajar untuk berdakwah di depan
masyarakat. Setelah proses pembelajaran dakwah dinilai cukup oleh ustaz yang
membimbingnya, santri pun diberikan izin untuk berdakwah bahkan diberikan
jadwal tetap untuk mengisi kajian di masjid-masjid.
Otonom-otonom seperti HIMA-HIMI Persis dan IPP-IPPi juga
melaksanakan program tersebut dalam rangka pengenalan dan pengembangan
dakwah otonom Persis. Setiap tahun dilaksanakan PLKJ bagi staf dan anggota
untuk bisa membantu masyarakat dalam hal sosial keagamaan. “kami
melaksanakan program PLKJ dua minggu pada bulan Ramadhan dan diisi
oleh mengajar serta memakmurkan masjid, ada seminar tentang pendidikan
juga”(wawancara dengan Azkia Wafiatul Wijdaniah, 22 Maret 2017).
60
g. Pendirian masjid dan Majelis Taklim/ Pengajian rutin Persis
Persis pun mendirikan beberapa masjid yang dibiayai oleh anggota serta
simpatisan Persis di berbagai daerah di wilayah Kab. Garut. Persis
mempercayai bahwa masjid sebagai pusat penyebaran keilmuan dan keagamaan
dan menggunakan masjid yang mayoritas jamaah Persis untuk menguatkan dan
mengembangkan paham keagaam Persis kepada jamaah maupun masyarakat
umum.
Masjid yang diurus dan diisi oleh jamaah Persis biasanya mengadakan
pengajian rutin minimal seminggu dua kali (umum dan khusus ibu-ibu/ bapak-
bapak). Materi pengajian biasanya diambil dari kitab fiqh yang digunakan Persis
dan diisi oleh tokoh Persis setempat dan kadang diisi oleh ustaz PD. Persis yang
sudah diberikan jadwal.
Otonom pun menyelenggarakan pengajian rutin dan beberapa program
seperti yang disampaikan oleh Daden, “kami mengadakan kajian rutin dan
pelatihan da’i bagi anggota Pemuda Persis dan otonom yang ingin
memperdalam retorika penyampaian dakwah” (wawancara dengan Daden Robi
Rahman, 16 Maret 2017).
Program tersebut pun dimanfaatkan oleh otonom Persis lainnya seperti IPP
dimana mereka ikut serta dalam kegiatan-kegiatan peningkatan wawasan dan
dakwah tersebut. “kami meminta bantuan kepada HIMA dan Pemuda serta
Persis untuk membantu meningkatkan keilmuan dan kemampuan berorganisasi
serta bermasyarakat” (wawancara dengan Rifqi Rifyal Rizaldi, 22 Maret 2017).
61
Dari berbagai program dan pembangunan fasilitas penunjang tersebut
dapat disimpulkan bahwa Persis berusaha untuk mengukuhkan dan memberikan
kemudahan bagi ustaz atau tokoh Persis untuk menyebarkan paham keagamaan
Persis di masyarakat khususnya anggota dan simpatisan.
Fasilitas penunjang tersebut berupa program-program peningkatan
keilmuan, keahlian, dan relasi agar dakwah paham keagamaan Persis semakin
mudah dilakukan oleh para ustaz dan anggota Persis. Program-program tersebut
terus dikembangkan dan dievaluasi oleh PD. Persis Kab. Garut supaya anggota
dan simpatisan semakin terikat ke dalam paham keagamaan Persis.
2. Fungsi Laten
Dari berbagai paham keagamaan dan praktek sosial yang dilakukan oleh
anggota dan simpatisan Persis tersebut. Terdapat berbagai konsekuensi tidak
terencana atau fungsi laten. Hal tersebut seperti yang dikatakan Merton bahwa
setiap usaha pencapaian target anggota masyarakat dan anggota kelompok akan
memberikan konsekuensi berupa hal-hal yang tidak terencana sebelumnya bahkan
tidak disadari (Merton, 1968: 116). Ada beberapa implikasi sosial dari beberapa
kegiatan atau strategi Persis tersebut yaitu:
a. Haji dan Umrah
Pasca pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah, peserta dimasukan ke dalam
kelompok jejaring sosial Haji dan Umrah Persis dan Persis pun rutin
menyelenggarakan reuni serta pengajian berkala untuk membahas
permasalahan keagamaan serta sosial anggota Persis dan masyarakat Kab.
Garut.
62
“Reuni alumni biasanya diadakan satu tahun sekali sedangkan pengajian
berkala biasanya digabungkan dengan pengajian mingguan PD Persis
Kab. Garut setiap hari selasa dan kamis” (wawancara dengan Kakah
Mustikah 27 Maret 2017 dan Ena Sumpena 29 Maret 2017).
Hal tersebut secara tidak langsung membentuk suatu sistem kekerabatan baru
dan salah satu strategi Persis dalam menjaga peserta ibadah Haji dan Umrah
Persis untuk terus aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh Persis.
Kegiatan-kegiatan tersebut pun dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan
peserta ibadah Haji dan Umrah untuk mempromosikan Bimhajum Persis kepada
keluarga dan kerabat serta masyarakat umum.
Bagi calon Jemaah Haji yang sedang mencari biro perjalanan pun sering kali
tertarik dengan biro perjalanan haji Persis karena melihat bahwa system
kekerabatan pasca pelaksanaan ibadah haji masih tetap terjaga dengan kegiatan-
kegiatan sosial keagamaan yang positif.
b.Bantuan bahan pokok kepada ustaz
Program ini pada dasarnya adalah suatu penguat fungsi sosial di dalam
anggota dan ustaz Persis untuk lebih giat dan bersemangat dalam menyebarkan
paham keagamaan Persis kepada masyarakat khususnya anggota dan simpatisan
Persis. Ustaz dan penyebar paham yang merupakan seorang role model diantara
anggota dan simpatisan Persis diberikan beberapa bantuan yang akan membuat
ustaz tersebut semakin terikat kepada Persis dan solidaritas sosial diantara
masyarakat semakin erat karena adanya timbal balik antara anggota dan ustaz.
c. PLKJ
63
Program PLKJ HIMA-HIMI sendiri selain membantu masyarakat dalam
masalah sosial keagamaan juga mengadakan beberapa program keterampilan
agar bisa digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. “kami melakukan
pengabdian bagi masyarakat dan memberikan pelatihan juga fasilitas agar
mahir dalam literasi dan paham dalam bidang keagamaan, program ini
dimulai dari tingkat TK sampai SMA” (wawancara dengan Moch Haris
Romdoni, 20 Maret 2017).
Program ini sangat berdampak ke dalam penguatan paham keagamaan
diantara anggota Persis karena para anggota mendapatkan semangat baru dari
kader-kader Persis muda. Para santri pun secara tidak langsung terikat ke dalam
sistem sosial Persis dengan dikenalkan dan diberikan kesempatan untuk
mengaplikasikan wawasan keilmuannya serta menyebarkan paham keagamaan
Persis baik kepada anggota Persis maupun kepada masyarakat awam. Keluarga
anggota Persis pun pada akhirnya melihat Persis memiliki program yang tidak
dimiliki oleh sekolah biasa dan hal tersebut menjadi salah satu daya tarik
pesantren Persis kepada anggota dan simpatisan.
d. Bantuan Bencana Alam
Pada sisi internal, anggota dan simpatisan melakukan praktek-praktek
sosial sebagai impelementasi dari pemahaman keagamaan Persis yang sudah
diajarkan di dalam pesantren maupun pengajian Persis. Secara tidak langsung
mereka akan semakin terikat kepada Persis karena menguatnya kepercayaan
kepada ajaran dan kegiatan Persis yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat
umum.
64
Kegiatan-kegiatan swadaya seperti bantuan bencana dan bantuan
ambulance gratis memberikan dampak sosial kepada anggota dan simpatisan
karena anggota dan simpatisan merasa diperhatikan dan diberikan kemudahan
di saat kesusahan. Bantuan sosial tersebut berpengaruh terhadap solidaritas
sosial dan rasa ingin tahu anggota masyarakat awam untuk mengetahui ajaran-
ajaran Persis.
B. Dinamika Pelanggengan Paham Keagamaan Persis di Kab. Garut
Pada awal penyebaran paham keagamaan Persis, banyak masyarakat yang
menolak kehadiran Persis, penolakan tersebut berupa cemoohan, cacian, makian,
ancaman, hingga pelemparan barang dan pengusiran. Hal tersebut tidak
menyurutkan semangat anggota dan simpatisan Persis untuk terus menyebarkan
paham keagamaan Persis. “Karena aqidah sudah yakin bahwa ajaran Persis
merupakan ajaran yang membawa kepada al-quran dan as-sunnah, jadi tidak takut
mati, tapi tidak menantang“ (wawancara dengan Aep Ahmadin, 18 Maret 2017).
Paham keagamaan Persis pun semakin menyebar dan Garut menjadi
kabupaten dengan anggota dan jumlah sekolah Persis terbanyak diantara daerah
lain. Hal ini membuktikan bahwa eksistensi Persis di Kab. Garut semakin
berkembang dan arusnya tidak dapat dibendung oleh masyarakat atau organisasi
yang tidak sepaham dengan Persis. Jika dikaitkan dengan teori Bourdieu tentang
arena, Persis berhasil bersaing atau berkompetisi dengan organisasi lain yang tidak
sepaham dengan arah gerakan Persis. Masyarakat yang menolak kehadiran Persis
dengan ancaman fisik semakin berkurang dan berganti menjadi pembedaan tempat
sholat atau tempat ibadah. Namun hal tersebut tidak berakibat signifikan terhadap
65
situasi sosial antar warga di berbagai daerah. Masyarakat saling bertoleransi dan
tidak melarang praktek-praktek sosial Persis walaupun tidak sepaham dengan
mayoritas masyarakat yang menjalankan paham tradisionalis.
Merton berpendapat dinamika sosial bisa terjadi karena disfungsi sosial yang
hadir dan mengganggu fungsi sistem sosial yang lain. Hubungannya dalam
penelitian ini adalah Persis mencoba menggunakan beberapa solusi alternatif untuk
memperbaiki disfungsi yang berupa penolakan masyarakat dan program kerja atau
dakwah yang kurang optimal karena hambatan-hambatan internal maupun
eksternal. Hambatan internal berupa perbedaan latar belakang antar anggota dan
keilmuan yang berbeda-beda dalam memahami ajaran Persis sedangkan hambatan
ekternal adalah penerimaan masayarakat terhadap ajaran dan aktifitas Persis.
Persis pun menopang penyebaran paham keagamaan tersebut dengan
kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat agar masyarakat semakin tahu dan mulai
menerima Persis. Kegiatan-kegiatan pengabdian pun memberikan dampak kepada
meluasnya penyebaran paham keagamaan Persis dan hadirnya beberapa lembaga
pendidikan atau pimpinan di bawah Pimpinan Daerah Persis Kab. Garut.
Persis terus melakukan berbagai inovasi dan gerakan untuk terus
menyebarkan paham keagamaannya. Namun, kontestasi sosial antar organisasi
keagamaan masih terus terjadi di dalam masyarakat khususnya antara Persis dengan
organisasi tradisional yang memegang erat nilai agama dan budaya. Hal tersebut
dapat terlihat di dalam keseharian masyarakat dalam hal ibadah khususnya dalam
shalat shubuh dan kematian.
66
Persis tidak menggunakan gerakan qunut dalam shalat shubuhnya sedangkan
mayoritas masyarakat menggunakan gerakan qunut. Hal tersebut merupakan
perbedaan yang mudah dilihat dan menjadikan Persis dan masyarakat tradisionalis
yang melakukan shalat di beda masjid (sering kali Persis mendirikan masjid agar
dapat beraktifitas sesuai dengan ajaran mereka). Hal selanjutnya ialah masalah
kematian dimana masyarakat tradisionalis biasanya melakukan kegiatan
pembacaan doa dan Surat Yasinsecara bersama-sama untuk mendoakan mayat yang
telah meninggal. Namun Persis menentang kegiatan tersebut dan tidak pernah
menghadiri acara-acara semacam hal tersebut.
Perbedaan-perbedaan paham keagamaan Persis dan masyarakat tradisionalis
menyebabkan perbedaan pendapat yang sering kali berujung kepada pemisahan diri
atau kelompok dari anggota atau simpatisan Persis. Memang pada awalnya
perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik fisik dan sekarang hanya berada
pada tahap perbedaan pendapat. Namun dari perbedaan pendapat tersebut sering
kali Persis atau masyarakat tradisionalis saling menjelek-jelekan atau menyalahkan
pola peribadatan satu sama lain di dalam kegiatan masing-masing dan membuat
jarak sosial diantara keduanya.
67
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persis menggunakan berbagai strategi kemasyarakatan agar bisa
mengoptimalkan penyebaran paham keagamaan Persis di anggota dan
masyarakat. Persis membagi Pimpinan daerah ke dalam beberapa divisi atau
bidang garapan untuk fokus dalam program pendidikan dan keagamaan serta
kemasyarakatan seperti bantuan bencana, bantuan ekonomi, bantuan
pendidikan, bantuan dakwah, dan bantuan kesehatan.
2. Pada saat ini Persis menggunakan strategi yang lebih halus yaitu memanfaatkan
jaringan keluarga dan kekerabatan untuk menyebar luaskan ajaran, program-
program kemasyarakatan untuk memperbaiki disfungsi sosial dan
mengoptimalkan program Persis agar dinamika sosial bisa diredam.
B. Saran
Terkait dengan penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang perlu
diperhatikan yaitu penelitian ini memiliki kontribusi informasi terhadap strategi
penyebaran paham keagamaan Persis. Maka dari itu, saran untuk penelitian
selanjutnya penulis berharap lebih berfokus kepada dinamika konflik sosial yang
terjadi antara ormas islam di Kab. Garut dan pengaruhnya terhadap kehidupan
sosial masyarakat serta perbedaan pemahaman terhadap hubungan sosial
masyarakat. Dengan demikian semoga penelitian ini memberikan manfaat terhadap
pembaca dan penulis memohon maaf terhadap segala kekurangan yang masih ada.
68
Daftar Pustaka
Buku
Ansari, Ahmad. 2008.Pendidikan Salafi Progresif: Studi Atas Pemikiran
Pendidikan Islam K.H Aceng Zakaria Pada Jam’iyyah Persatuan Islam.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Creswell, John W, ed. 2009.Research Design. 3rd ed. California: Sage Publications.
_______, ed. 2003. Research Design. 2nd ed. California: Sage Publications.
DeWalt, Kathleen M. dan Billie R. DeWalt. 2011. Participant observation: a guide
for fieldworkers. Plymouth: Altamira Press.
Emirbayer, Mustafa, ed. 2003. Emile Durkheim: Sociologist ofModernity. Maldern:
Blackwell Publishing Ltd.
Federspiel, Howard M. 2001. Islam and Ideology in the Emerging Indonesian State:
The Persatuan Islam (Persis) 1923-1957. Leiden: Brill.
______, 1970. The Muhammadijah: A Study of an Orthodox Islamic Movement in
Indonesia. Indonesia. New York: Southeast Asia Program Publications at
Cornell University.
Feener, R. Michael. 2007. Muslim Legal Thought in Modern Indonesia. New York:
Cambridge University Press.
Hamid, Hamdani. 1989. Persatuan Islam dan Usaha Berpijak di Bumi Indonesia:
Perubahan Kurikulum dalam Pendidikan Pesantren (thesis). Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Kahin, Audrey R. 2012.Islam, Nationalism and Democracy: A Political Biography
of Mohammad Natsir. Singapore: NUS Pres.
Malasevic, Sinisa. 2004. The sociology of ethnicity. India: Sage Publications.
Merton, Robert K. 1968. Social Theory and Social Structure. London: Collier
Macmillan Publishers.
Muchtar, Abdul Latief. 1998. Gerakan Kembali Ke Islam: Warisan Terakhir K.H
A. Latief Muchtar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
69
Parsons, Talcott. 1991. The Social System. London: Routledge.
Rahman, Fazlur. 2000. Islam. Bandung: Pustaka.
Strauss, Anselm C. dan Juliet M. Corbin. 1996. Basics of Qualitative Research:
Techniques and Procedures for Developing Grounded Theory. 2nd ed.
London: Sage Publications.
Stoley, Kathy S. 2005. The Basic of Sociology. Westport: Greenwood press.
Sugono, Dendy., ed. 2008. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Suharto, Toto. 2013. Organic Community-Based Education: Pesantren Persatuan
Islam 1983-1997. Surakarta: Fataba Press.
Sztompka, Piotr. 1986. Robert K. Merton: Intellectual profile. London: MacMillan
Education
Zakaria, Aceng, ed. 2015. Pimpinan Pusat Persatuan Islam. Qanun Asasi Qanun
Dakhili. Bandung: Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis).
Jurnal
Adibah, Ida Zahara. 2017. “Struktural Fungsional Robert K. Merton” Vol. 1 No. 1.
Semarang: Inspirasi.
Bruinessen, Martin van. 2003. “Review Islam and ideology in the emerging
Indonesian state; The Persatuan Islam (PERSIS), 1923 to 1957 by Howard
M. Federspiel”.International Journal of Middle East Studies. 35: 1.
Cambridge: Cambridge University Press. Diunduh pada tanggal 06-05-
2017 pukul 15:16 UTC. (http://www.jstor.org/stable/3879947)
Cohen, Harry. 1970. “Bureaucratic Flexibility: Some Comments on Robert
Merton's 'Bureaucratic Structure and Personality'” Vol. 21, No. 4. London:
The British Journal of Sociology. Diunduh pada 26-03-2018 07:55 UTC.
(http://www.jstor.org/stable/588494)
Crothers, Charles. 2004. “Merton as a General Theorist: Structures, Choices,
Mechanisms, and Consequences” Vol. 35, No. 3. Amerika: Springer.
Diunduh pada tanggal 26-03-2018 07:55 UTC
(http://www.jstor.org/stable/27700393)
Hefner, Robert W. 2003. “Islam and Ideology in the Emerging Indonesian State:
The Persatuan Islam (PERSIS), 1923-1957 by Howard M. Federspiel”The
70
Journal of Asian Studies, 62: 1. Association for Asian Studies. Diunduh
pada tanggal 06-05-2017 pukul 15:16 UTC.
(http://www.jstor.org/stable/3096226)
Hilbert, Richard A. 1989. “Durkheim and Merton on Anomie: An Unexplored
Contrast and Its Derivatives” Vol. 36, No. 3. London: Oxford University
Press on behalf of the Society for the Study of Social Problems. Diunduh
pada tanggal 26-03-2018 07:54 UTC.
(http://www.jstor.org/stable/800693)
Kahin, George McT. 1993. “In Memoriam: Mohammad Natsir (1907-
1993)”Indonesia56. Diunduh pukul 28-10-2016 14:14 UTC.
(http://www.jstor.org/stable/3351203)
Kapten, Nico J. G. 2002. “Review Islam and ideology in the emerging Indonesian
state; The Persatuan Islam (PERSIS), 1923 to 1957 by Howard M.
Federspiel”. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 158: 2. Leiden:
Brill. Diunduh pada 28-10-2016 pukul 14:10 UTC
(http://www.jstor.org/stable/24026068).
Nash, Roy. 1999. “Bourdieu, 'Habitus', and Educational Research: Is It All Worth
the Candle?”British Journal of Sociology of Education, 20: 2. New York:
Taylor & Francis. Diunduh pada tanggal 11-02-2017 pukul 04:36 UTC.
(http://www.jstor.org/stable/1393107)
O'Shaughnessy, Thomas J. 1971. “Indonesian Islamic Reform. Review Islam and
ideology in the emerging Indonesian state; The Persatuan Islam (PERSIS),
1923 to 1957 by Howard M. Federspiel”Philippine Studies, 19: 4. Manila:
Ateneo de Manila University. Diunduh pada tanggal 06-05-2017 15:15
UTC. (http://www.jstor.org/stable/42632136)
Internet dan Arsip
Arsip Sekretaris Pimpinan Daerah Persis Kabupaten Garut. Diambil pada 04
desember 2016
71
Tim Redaksi, Muhammad Isa Anshary [Database on-line]; tersedia di
http://persis.or.id/muhammad-isa-anshary/. Diunduh pada 11 August
2015.
Wawancara
Wawancara dengan Aep Ahmadin, 18 Maret 2017.
Wawancara dengan Andri Permana, 14 Maret 2017
Wawancara dengan Azkia Wafiatul Wijdaniah, 22 Maret 2017
Wawancara dengan Daden Robi Rahman, 16 Maret 2017
Wawancara dengan Dede Sodikin, 23 Maret 2017.
Wawancara dengan Ena Sumpena 29 Maret 2017.
Wawancara dengan Endut Saefudin, 23 Maret 2017.
wawancara dengan Gungun Abdul Basith, 28 Maret 2017
Wawancara dengan Iyep Komarudin, 22 Maret 2017.
wawancara dengan Moch. Haris Romdoni, 20 Maret 2017
Wawancara dengan Kakah Mustikah, 27Maret 2017.
Wawancara dengan Lutfi Lukman Hakim, 31 Maret 2017.
Wawancara dengan Mamat Abdul Rahman, 18 Maret 2017.
Wawancara dengan M. Iqbal Santoso, 25 Maret 2017.
Wawancara dengan Pepen Irfan Fauzan, 10 Maret 2017.
Wawancara dengan Rifqi Rifyal Rizaldi, 22 Maret 2017.
Wawancara dengan Yusuf Bashari, 25 Maret 2017.
72
vii
Lampiran
Matriks Pertanyaan I
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
No Teori Habitus Pierre
Bourdieu
Pertanyaan-Pertanyaan: Jawaban
1. Habitus merupakan
produk sejarah
1. Bagaimana paham Persis masuk ke
garut?
2. Siapa Tokoh Persis yang membawa
masuk ajaranan Persis ke garut?
3. Bagaimana proses penyebaran paham
keagamaan Persis di garut?
4. Apa faktor pendukung dalam
penyebaran paham keagamaan Persis di
garut?
5. Bagaimana hambatan yang dialami
tokoh Persis dalam penyebaran paham/
ajaran Persis tersebut??
6. Berapa Anggota awal/ simpatisan yang
aktif di Persis pada masa awal
penyebaran paham keagamaan Persis
garut?
7. Bagaimana Persis menjaga kader/
anggotanya agar tetap aktif di Persis?
8. Apa saja progam/ hasil yang
dipublikasikan oleh Persis dalam rangka
menjaga dan memelihara kader/anggota
Persis?
9. Bagaimana Perkembangan penyebaran
paham keagamaan Persis hingga
sekarang?
2. Struktur yang
distrukturkan oleh
lingkungan
1. Bagaimana anda mengenal Persis
dan mengapa tertarik masuk/ aktif di
Persis?
2. Sudah berapa lama/ Durasi anda
aktif di Persis dan dari jenjang mana
mulainya? (otonom apa)
3. Bagaimana kondisi keluarga dan
lingkungan serta hubungannya
dengan Persis
4. Siapa yang paling awal mengajarkan
paham keagamaan Persis
viii
3. kerangka yang
mereproduksi
kepercayaan hingga
tindakan sosial
1. Bagaimana Pimpinan Daerah menjaga
kualitas dan kuantitas anggota?
2. Apa saja kegiatan rutin yang dilakukan
oleh anggota Persis?
3. Bagaimana partisipasi anggota dalam
kegiatan tersebut?
4. Bagaimana hasil dari kegiatan tersebut?
5. Bagaimana pandangan Masyarakat dan
lingkungan terhadap eksistensi dan
progam dari PD
Pertanyaan tambahan:
1. Apa Pendidikan terakhir
2. Apakah anda pernah sekolah di pesantren Persis?
3. Apa Jabatan anda di Persis?
ix
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Yusuf Bashari
Usia : 79 tahun
Pekerjaan : Pengajar dan penceramah
Tanggal : 25 Maret 2017
Tempat : Komplek Pesantren Persis Rancabogo
Jabatan : Penasehat PC. Persis Tarogong Kidul dan Pst Persis Rancabogo
P : Mohon maaf Ustaz, apa benar anda ustaz Yusuf Bashari?
I : oh iya betul, ada keperluan aya ya?
P : saya dengar ustaz adalah salah satu murid awal dari ustaz-ustaz yang
menyebarkan paham keagamaan Persis, bisa diceritakan ustaz?
I : pada jaman dulu saat masih pemuda terus Ngaji di NU, SI, Muhammadiyah, dan terakhir di
Persis kemudian tertarik ke Persis. Kemudian dengan Persis melakukan debat dan sangat kuat
hujjahnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan akhirnya aktif di Persis pada tahun 60-an.
Namun formalnya pada tahun 64 yang di lantik menjadi ketua pemuda cabang Garut. Terus
melakukan tablig kesana kemari. Jadi para mubaligh nya disebar dari tiap daerah dan mengaji
di kota, kemudian setelah dari kota di dakwah kan lagi ke tiap daerah masing-masingnya. Juga
ada musyawarah dan diskusi dengan ulama di luar Persis yaitu di Bentar, Babakan Falah pada
tahun 60-an masalah qunut, sampai dengan banyak dari para tokoh nya yang meninggalkan
qunut setelah debat dengan Persis, yang debatnya seminggu 1x
P : Bagaimana awal mula Persis masuk ke Kab. Garut?
I : pada periode pertama masih zaman dijajah oleh Walanda tahun 1945 ke bawah. Jadi
masih tahun 30/40 kesana. Ada Persis yang ketuanya oleh Ustaz Maksum di Dangdeur Suci
Garut dekat Sukaregang, anggotanya ada 5 yang 1. Mang Eon, 2. Mang Udin, 3. Mang Hafiz,
4. Mang Maksum yang terakhir lupa lagi namanya. Dan ditmbah ketuanya menjadi 6 orang.
Setelah itu Persis tidak berkembang Karena tidak berkembang segala sesuatu disebabkan oleh
serba kekurangan.
Periode kedua tahun 60-an, yang ketuanya al-Ustaz Zaenudin Masdiani (Alm),
Sekretaris umumnya al-Ustaz Shihabbudin (Alm). Ketua Persistrinya Ibu Aminah Dahlan
istrinya Ustaz Shihab (Almh), sekretarisnya Ibu Syariah istrinya ustaz Maman Nurjaman
(Almh). Ketua pemudanya dilantik pada bulan Juli tahun 1964 namanya Yusuf Bashari,
Sekretarisya Heriyana tahun 64 kalau tidak salah tanggal 1 Juli 1964 dan ada di risalah juga,
sekretaris bernama Oom Suryana. Sedangkan jamiyyatul banat oleh Hj. Iat Sholihat istrinya
Yusuf Bashari. Sejak darisitu mulai ada pengajian-pengajian di Rancabogo yang dihadiri oleh
kaum muslimin dan musimat di sekitar Garut kota. Yang pusatnya di Rancobogo. Terus ada
pesantren At-Taqwa dan diantara yang sekolah di Pesantren at-Taqwa adalah Ustaz Entang
Mukhtar (Alm), tapi kalau saya sudah megajar di at-Taqwa yang mudirnya oleh Ustaz
Zaenudin.
Ustaz Zaenudin mengadakan acara debat sama pengajian-pengajian. Sudah ada debat
masalah qunut di Pesantren Al-Falah oleh Ustaz Badruzaman pada zaman dulu. Terus ada
yang pengajian di Bentar yaitu Ustaz Jamaludin (Alm) mertuanya Ustaz Aceng, kemudian
Ustaz Qamarudin AS (Alm), Ustaz Yusuf Hidayat, kemudian Ustaz yang lainnya seperti H.
Dahlan, H. Sarif, H. Salimun, H. Zaenul, H. Zenal dari Tasik. Kemudian masuk ke Persis dan
membuat Mesjid di Bentar dan membangung Pesantren di Bentar yang pimpinannya oleh Ustaz
Shihabbudin, setelah itu Ustaz Shihabbudin pindah ke Rancabogo. Kebetulan bisa membeli
x
tanah terus membangun madrasah yang awalnya jenjang Muallimin, di Rancabogo dan di
Bentar.
Sesudah itu Persis bisa menyebar ke luar Garut Kota ada pengajian Shubuh di radio,
Karena dahulu belum ada tv. Yang pematerinya adalah Ustaz Qamarudin AS, setelah
pengajian ada tanya-jawab. Jadi dari setiap daerah itu mendengarkan tablig tersebut
kemudian memberikan surat pertanyaan dan langsung di jawab pada saat siaran Radio.
Masyarakat tertarik dengan tablig di Radio, kemudian masuk Persis Mengadakan Jamiyyah,
Pesantren disetiap daerah-daerah. Yaitu di Pameungpeuk, Cisompet, Cikajang, Cisurupan,
Bayongbong, Samarang, Cibatu, dan di Leles. Maka dirikanlah cabang-cabang Persis.
Berkembang sampai sekarang Alhamdulillah Persis di Garut tidak asing lagi, yang awalnya
nya asing, tapi sekarang sudah tidak asing lagi. Sudah banyak yang mengetahui Persis.
Nama : Aep Ahmadin
Usia : 68 tahun
Pekerjaan : Pengajar dan penceramah
Tanggal : 18 Maret 2017
Tempat : Kampung Baros Tonggoh
Jabatan : Demisioner Ketua Bidgar Wakaf
P : Ustaz, maaf saya mengganggu. Apakah saya bisa minta waktunya untuk wawancara?
I : Oh iya silahkan.
P : Kegiatan Ustaz sekarang apa?
I : Ngajar di Pesantren Persis 73 Garogol Pasir Wangi, saya termasuk Asatidz awal di
Garogol dari tahun 1973. Saya mengajar di Pesantren memegang 6 mata pelajaran
karena memang saya lulusan Pesantren dan mengajar juga di Pesantren, sebelumnya
saya mengajar Alm. Ustaz Fatah di Campedak teman saya dulu dari Pesantren juga
mengajar disini, Ustaz Fatah dari tahun 1963 sampai 1969. Ustaz Alam belajar buka
kitab Bukhori dan Bulughul Marom di Al-Binaa saya yang mengajarkan kitabnya. Di
PD sudah 2 periode menjadi staf
P : Bagaimana Ustaz mengenal ajaran Persis?
I : Awalnya dari Paman saya eyang nya Pak Ramdan mertua Ustaz Yusuf, setiap libur
hari Jum’at Paman saya datang kesini untuk menyebarkan ajaran Persis, ada
pengajian bulanan di Garut yang dari Pesantren pun mengikutinya, di Bentar juga ada
pengajian di Masjid yang dipakai sekarang yang sudah dua kali di renovasi. Pada
tahun 1965 sudah mengenal Persis, berawal dari Pesantren ada bahan pertanyaan
xi
kepada Kiyai, kenapa pada saat hendak shalat ada usholi kan itu termasuk bid’ah?,
iya itu tidak terdapat keterangan yang jelas, masyarakat pun resah. Tapi Kiyai yang
menjadi Guru saya sudah loyal, kalau di Muhamadiyah disebut dengan anggota Tarjih
di Andir yang sekarang sudah ada Tsanawiyyah dan Aliyah
P : Bagaimana awal mula Persis masuk ke daerah ini?
I : Pada tahun 1971 di Samarang, dibina oleh Cabang Garut Kota. Pada tahun 1971
saya masih Pemuda karena saya lahir pada tahun 1950, jadi usia saya masih berusia
21 tahun pada saat masuk ajaran Persis dengan mengikuti kegiatan Persis yang di bina
oleh pengisi pengajian yaitu Ustaz Jaenudin yang membawa ajaran Persis kesini,
Ustaz Yusuf Bashari dari Rancabogo. Saya sudah mengenal ajaran Persis dari tahun
1965.
P : Kenapa pada akhirnya Ustaz tetarik untuk masuk Persis?
I : Pada awalnya saya terpaksa masuk Persis kerena Paman saya sendiri yang
menyebarkan ajaran Peris sehingga mau tidak mau saya sebagai kelurganya juga ikut
masuk Persis, bahkan tidak ada ketertarikan yang ada ketidaksukaan terhadap Persis,
ketika Paman saya datang kesini saya orang yang diharapkan untuk memimpin
marhaba dan tahlilan, usholi dan sebagainya. Paman saya bukannya membimbing
saya memimpin marhaba malah memberantas marhaba, bukannya saya mendapat
dukungan justru mendapat ancaman.
P : Setelah Ustaz tidak bersama Paman Ustaz, kenapa Ustaz masih tetap bertahan di
Persis?
I : Karena saya selalu mengikuti pengajian-pengajian yang adakan oleh Persis, saya di
Persis 6 tahun dari tahun 1965 sampai 1971, shalatpun kalau munfarid tidak dengan
usholi ataupun qunut, kalau shalat berjama’ah menggunakannya karena menyesuaikan
dengan masyarakat disini, saya pun berfikir kenapa saya memiliki ketauhidan terhadap
Allah. Dibukalah pengajian Persis tahun 1971.
P : Bagaimana awal mula Persis masuk ke Garut?
I : Diterima oleh Ustaz Jaenudin, Ustaz Komarudin, Ustaz Jamaludin yang menjadi
Ketua Cabang di Garut Kota, Ustaz Syihab. Di Garut belum ada Cabang Daerah masih
Priangan Timur yang berpusat di Tasik, seiring berjalannya waktu program Persis
terus mengalami perubahan dan membuat program untuk membuat cabang Persis di
setiap daerah maka dibentuklah Pimpinan Daerah di Garut yang diketuai oleh Ustaz
Komar, Ustaz Jamaludin di Pimpinan Cabang dan merangkap dengan Pimpinan
Pesantren. Perkembangan cabang Persis di daerah Garut terjadi pada masa Ustaz
xii
Komar, Ustaz Komarudin salah satu binaan Ustaz Jaenudin. Pada masa
kepemimpinannya Ustaz Komar banyak menarik perhatian masyarakat dengan
mendirikan 27 cabang.
P : Bagaimana cara Ustaz Komar sehingga dapat mendirikan 27 Cabang Persis?
I : Dengan cara mengisi siaran di radio Rugeri yang memuat tanya jawab seputar Persis
karena radio dari kampung ke kampung masih dapat dihitung oleh jari sehingga alat
hiburan masyarakat tidak ada lagi kecuali radio yang pada akhirnya muncul ajaran
al-quran dan as-sunnah dari daerah-daerah sehingga ketika mengadakan pengajian
pun sering timbul pertanyaan mereka dari radio dan akhirnya ajaran Persis berkenan
dihati, di amalkan, dan dari berbagai daerah sengaja mengunjungi Ustaz Komar untuk
bersilaturahmi serta meminta penjelasan dasar. Didirikanlah cabang, sebelum ada
cabang Persis di Garut kota ada cabang di Samarang, Wanaraja, Cikajang,
Pameungpeuk, Cisompet, Cikelet. Cabang pertamanya di Samarang.
P : Penyebaran ajaran Persis selain lewat siaran radio, dilakukan melalui cara apa?
I : Melalui pengajian bulanan di Garut kota yang dihimbau lewat siaran radio supaya
masyarakat menghadiri pengajian yang Persis adakan di mesjid yang awalnya
berukuran 6x9. Kepemimpinan cabang di daerah Garut kota setelah Ustaz Komar
digantikan oleh Ustaz Mamat kemudian Ustaz Iyep dan sekarang oleh Ustaz Ena.
P : Ketika masyarakat dihimbau untuk mengahadiri pengajian Persis apakah ada
masyarakat lain yang menghambat atau bahkan menentang penyebaran ajaran Persis?
I : Yang menghambat selalu ada dan yang berargumentasi pun ada lalu melakukan dialog
tapi akhirnya mereka menerima, sebab mereka menerima dan meyakini ajaran Persis
maka memaksakan mendirikan cabang, kebanyakan yang kembali kepada al-quran dan
as-sunnah adalah kalangan SI, pimpinan cabang di Cikajang merupakan pengurus SI
kemudian langsung masuk Persis, di Singajaya merupakan bos besar SI, Pakenjeng juga
mayoritas orang SI yang politisnya Masyumi, serta PII baru pendekatan sekarang sudah
mengalami perkembangan saling memaklumi dan tidak saling menghantam. Setiap
mendirikan cabang selalu ada aksi dan reaksi dari masyarakat, di Wanaraja misalnya
terjadi saling todong.
P : Apakah ada yang sampai meninggal?
I : Tidak ada, hanya patah gigi dan kaca pecah karena saling pukul.
P : Kenapa meskipun masyarakat sering menghantam dan sudah berdarah-darah tapi
Ustaz tetap bertahan di Persis?
xiii
I : Karena aqidah sudah yakin bahwa ajaran Persis merupakan ajaran yang membawa
kepada al-quran dan as-sunnah, jadi tidak takut mati, tapi tidak menantang. Mungkin
karena saya Ustaz jadi ada masyarakat yang sampai menjaga rumah saya, ada
pengamanan. Masyarakat pun sering berulah seperti menggunting kabel speaker,
menyalakan petasan ketika sedang ada tadarusan dan melempar petasan ke dalam
mesjid, meskipun seperti itu yang namanya aqidah mau benar ataupun salah seperti
paku yang sudah menancap sangat kuat. Aqidah sudah mantap dan kuat sudah menjadi
pondasi meskipun dihadang oleh angin beliung ataupun angin topan akan tetap teguh
pada pendirian
P : Apakah dalam menyebarkan ajaran Persis dilakukan dengan cara mengeluarkan
tulisan atau semacamnya?
I : Ada, namanya stensilan. Di pimpin oleh Ustaz Aceng, Ustaz Aceng datang ke Garut
pada tahun 1974. Setelah Ustaz Jaenudin, Ustaz Aceng lah penggantinya, yang
menangani masalah ilmu. Ustaz Aceng Mu’alliminnya dari Pesantren yang merupakan
santri kesayangan Ustaz Abdul Rohman, Ustaz Aceng setiap minggu membuat stensilan
sebagai bahan dakwah mencakup fiqih, ushul fiqih, mustholah, nahwu, dan shorof
dengan cara di tulis tangan karena kalau belum ada foto copy mesti foto copy ke
Bandung. Karya Ustaz Aceng yang sudah dibukukan adalah Alhidayah, yang
merupakan gabungan dari selembaran stensilan. Buku yang pertama Ustaz Aceng buat
Alhidayah kemdian Almuyasar juga merupakan kumpulan dari stensilan. Setiap kali
pengajian mingguan pada malam Jum’at stensilan tersebut dibagikan dan disebarkan
kepada masyarakat, jama’ah dari Bayongbong, Cikajang serta daerah-daerah yang
lainnya mendapatkan dasar dari stensilan. Pengajian dimulai setelah shalat maghrib
sampai jam 22.00 menginap di mesjid dan dilanjutkan dengan pengajian shubuh paling
lama sampai jam 06.30. Kendaraan umum yang digunakan adalah oplet karena belum
ada angkot, ongkos ke Garut Rp. 20 ongkos ke Bandung naik bus Rp. 45. Saya kalau
datang ke Garut selalu diberi ongkos oleh jama’ah
P : Jadi jama’ah sengaja memberi Ustaz ongkos supaya Ustaz bisa mengadiri pengajian?
I : Iya supaya saya bisa ikut pengajian dan menjadi lahan infaq bagi mereka.
P : Bagaimana Persis masuk dan berkembang di daerah Samarang?
I : Awalnya masyarakat menolak, karena Ustaz Jaenudin dan Ustaz Yusuf kebetulan
sedang menerangkan masalah Fiqih, akhlak, tauhid.Tapi mereka lebih dulu melakukan
pengajian, mewanti-wanti masyarakat agar jangan ikut pengajian di Persis yang akan
melarang kita untuk melakukan tahlilan, marhaba. Hanya 3 kali pengajian yang terjadi
xiv
kekompakkan, belum sempat menerangkan usholi itu bid’ah secara terbuka, maulid,
marhaba, tahlilan, masalah agama, masalah kembali pada al-quran dan as-sunnah,
akhlak, masalah tauhid, dan akhirnya pengajian Persis pun bubar.
P : Sesudah itu lalu bagaimana, Ustaz?
I : Pada tahun 1979 pengajian berjalan kembali dan dibentuklah cabang Persis di Garut
daerah Samarang dan Sekretariatnya berada di Garogol. Pada tahun 1979 selain
membentuk Cabang Persis juga langsung membentuk Persistri, Pemuda Persis,
Pemudi Persis serta memberi nomor Pesantren Persis di Garogol saat pentikan
Mudir’am dan serah terima wakaf. Pada saat itu Ketua Cabang Persis di pimpin oleh
Pak Abidin S.M sedangkan Mudir’am nya di pimpin oleh Allohu yarham Muhammad
Ridwan Afandi. Tasykil Cabang Persis beranggotakan Pak Abdullah, Pak Aji
Suparman, Pak Abidin E, Ustaz Abdul Fatah, Ustaz Isa, dan saya sendiri. Pada
awalnya hanya terdiri dari 5 Cabang kemudian terus mengalami perkembangan yang
cukup pesat dengan bertambahnya 5 jama’ah, pada tahun 1971 hingga tahun1976 di
Cabang Samarang yang berkumandang suara adzan hanya di 5 kampung antara lain
Baros tonggoh dan Baros lebak, Syarifuloh, Cikaso, Garogol serta Pasir Kiamis.
Dari satu kecamatan yang terdengar suara adzan shubuh, dzuhur, ashar,
maghrib dan isya hanya 5 kampung tersebut daerah yang lainnya hanya dengan
memukul bedug, karena pada saat itu speaker pun masih terbatas. Setelah mendengar
suara adzan lewat speaker mereka pun mulai meniru, karena sebelumnya hanya
menggunakan bedug. Kemudian nyanyian shalawatan menjadi ramai bergerombol,
kalau Persis cukup dengan adzan tapi mereka dengan memukul bedug, adzan seta
nyanyian shalawatan, sehingga pada akhirnya yang memukul bedug hilang, yang
menyanyikan shalawatan pun tidak ada, jadi hanya terdengar suara adzan.
Sekarang tinggal di saat shalat shubuh, masih ada yang melakukan tahrim.
Yang pertama kali mengumandangkan adzan dengan menggunakan speaker,
melaksanakan shalat gerhana bulan dan gerhana matahari adalah Persis, dan pada
akhirnya mereka pun mengikuti ajaran yang kami lakukan, pengembangan fitrah yang
asalnya di sebar dengan cara berkeliling sekarang alhamdulillah pembagiannya sudah
tertib, pada saat itu juga masalah qurban dari kampung ke kampung masih langka,
alhamdulillah Persis setiap tahun selama kita mampu, kita melaksanakan qurban.
Tetangga yang jarak rumahnya berdekatan alhamdulillah mereka mengikuti
pelaksanaan qurban berbeda pada saat sebelum ada Persis. Yang masih ngajar dari
xv
awal, saya, Ibu Kakah, Ibu Empat, sedangkan Ustaz Mamat mulai mengajar pada
tahun 1982.
Pada tahun 1979 sampai tahun 1982 masih dibiayai donatur, Pesantren
Garogol dibiayai oleh donatur pasar, yang memberi ganti uang ongkos dari pasar,
Ustaz Mamat pun masih ada di pasar. Awalnya Pesantren Garogol terdiri dari 8 santri
Tsanawiyyah dan 12 santri Tajijiyah, termasuk Ustaz Aslam dan Ustaz Aslam
merupakan murid awal di Tsanawiyyah. Pengorbanan dan perjuangan para sesepuh
dalam mempertahankan dan mengembangkan ajaran Persis, di Garut Pesantren
Bentar misalnya, Pesantren Garogol semula masih darurat dan di dirikannya
Pesantren untuk penampungan murid yang tidak tertampung oleh Bentar dan
Rancabogo serta Raancabango.
Bagi santri yang tidak mampu masuk ke Pesantren Bentar maka di tampung di
Pesantren 73 Garogol, putra-putra aktivis yang telah lulus Tsanawiyyah seharusnya
melanjutkan ke PGA atau ke Aliyyah, justru kembali lagi ke kelas 1 Tsanawiyyah, murid
dari SMP pun sama. Tujuannya untuk memajukan Pesantren dan supaya menjadi kader
Persis. Ada 8 santri yang mengikuti ujian negeri, ternyata Pesantren Garogol yang
menjadi juara umum se-Kabupaten Garut, sebenarnya sedikit menyeleweng dari Ustaz
Abdul Rahman karena Ustaz Abdul Rahman tidak membolehkan dan tidak mengadakan
ujian negeri, saat itu menjadi catatan sejarah karena merupakan pertama dan terakhir
kalinya Pesantren Garogol mengikuti ujian negeri. Karena tidak mau terikat, ada yang
memberi dana pun langsung dikembalikan.
Nama : Mamat Abdul Rahman
Usia : 65 tahun
Pekerjaan : Pengajar dan penceramah
Tanggal : 18 Maret 2017
Tempat : Kampung Garogol
Jabatan : Demisioner Ketua PD. Persis Kab. Garut dan Penasehat PD. Persis Kab. Garut
P : Ustaz, maaf saya mengganggu. Apakah saya bisa minta waktunya untuk wawancara?
I : Oh iya silahkan, tidak apa-apa.
xvi
P : Sejak kapan ustaz mengenal Persis?
I : Sejak Tajiziyah di Pesantren Bentar tahun 1967 dan disekolahkan oleh kakak saya,
ustaz Abidin. Dulu jumlah santri Tajijiyah itu hanya sebelas orang, santrinya sudah
berusia 20 tahun, ketika kelas 2 tsanawiyyah bubar karena sudah pada pindah
P : Kenapa bubar, Ustaz?
I : Karena sudah pada dewasa, Ustaz yang mengajar nya juga pindah ke Bandung
karena terganggu mencari uang menunggu tahun ajaran tapi akhirnya tidak jadi ke
Bangil, tahun 1967.
P : Ustaz aktif di Persis sudah berapa lama?
I : Dari sejak sekolah di Pesantren, meskipun waktu dulu keanggotaannya belum ada,
pengajian-pengajian Persis pun saya ikuti.
P : Kenapa Ustaz terus tertarik aktif di Persis?
I : Karena gerakannya yang memang bisa diterima yaitu dengan mengembalikan al-
quran dan as-sunnah pada aslinya
P : Apakah keluarga ustaz aktif di Persis?
I : Iya aktif, Iya aktif, sebenarnya yang lebih dulu aktif di Persis itu Paman saya, kakak
nya ayah saya. Paman saya yang membawa keluarga saya menjadi Persis karena
Paman saya jadi kiyai yang lebih paham tentang Persis, dari tahun 60-an Paman saya
sudah masuk Persis.
P : Salah satu tokoh yang membawa Persis ke Garut siapa?
I : Para pedagang yang berdagang di Bandung, awalnya para pedagang itu mengikuti
pengajian bersama Ustaz Abdul Rahman di Pajagalan Bandung, kemudian setelah itu
para pedagang tersebut menyebarkannya ke beberapa daerah yang ada di Garut, mulai
dari Wanaraja, yang jadi Pusat nya pada tahun 1965 di Pesantren Bentar
P : Kalau tokoh utamanya yang membawa Persis ke Garut siapa?
I : Banyak, seperti Ustaz Mu’alim Anshor, serta empat tokoh yang menjadi kekuatan dan
pengembang Persis di Garut yang saya tahu Ustaz Syihabudin, Ustaz Komarudin,
Ustaz Jamaludin, Ustaz Jaenudin, dan mereka mempunyai kelebihannya masing-
masing, Ustaz Syihabudin dan Bu Aminah di bidang pendidikan, Ustaz Komarudin di
bidang kemasyarakatan, Ustaz Jamaludin di bidang keorganisasian, dan Ustaz
Zaenudin di bidang keulamaan. Dari tahun 65-an, pada tahun 1973 Ustaz Jaenudin
pindah keTasik otomatis terjadi kekosongan di bidang keulamaan di Garut sehingga
Ustaz Aceng ditarik dan dipilih menjadi pengganti di bidang keulamaan
P : Proses penyebarannya bagaimana?
xvii
I : Empat ulama yang menjadi tokoh utama pembawa Persis ke Garut mereka
menyebarkan Persis di Garut dengan cara terus menemui dan mencari orang-orang
dari berbagai daerah sehingga mereka menjadi jama’ah yang ikut serta dalam
pengajian yang di adakan di daerah setempat, setelah ada jama’ah peralatan
pengajian seperti load speaker yang masih jarang jadi membawa persiapan dari Garut
ke tempat tujuan, jadi ketika mengadakan pengajian masyarakat pun berdatangan
meskipun harus berjalan kaki dengan jarak yang jauh. Jama’ah pengajian yang
mempunyai anak, anak nya juga di suruh untuk sekolah di Pesantren seperti ke Bentar,
ketika sekolah di Bentar di sambut oleh Ustaz Syihab dan Bu Aminah silaturahmi ke
orangtua nya, kalau terjadi apa-apa juga selalu diperhatikan sehingga ketika sakit pun
para santri dan Bu Aminah mengantarkan ke rumah orangtuanya.
P : Jadi dengan metode kekeluargaan?
I : Iya dengan metode dakwah kekeluargaan.
P : Apakah profesi sesama pedagang atau orang lain juga diajak?
I : Iya diajak, dulu meskipun dalilnya hanya satu. Mereka bilang mana perintahnya, jadi
ketika satu orang sudah kembali kepada al-quran dan as-sunnah padahal dalil yang
dimiliki hanyalah satu-satunya yang hafal, nah sekarang ketika ajengan Persis ada
yang bertanya kenapa harus seperti itu, mana dalilnya, mana perintahnya, orang yang
di tanya pun memang tidak mengetahuinya, dalil dan perintahnya juga mereka tidak
tahu, seperti kata Rasul itu ditolak, Persis berani seperti itu.
P : Jadi Persis berani menentang?
I : Iya, berani. Maka tak heran jika tantangannya tidak sedikit, ada yang dilempari batu,
di boikot, tidak ditanya dan lain sebagainya
P : Apa saja faktor yang pendukung Persis bisa menyebar di Garut?
I : Kalau pendukung secara material tidak ada, yang jadi faktor pendukung nya karena
setiap jama’ah yang mengikuti pengajian Persis terus berkoar di kampungnya
mengenai paham Persis sehingga Persis pun dapat tersebar.
P : Adakah ulama atau kiyai dari NU yang pada akhirnya masuk Persis?
I : Banyak
P : Itu penyebabnya karena apa?
I : Yang intinya mereka mendapat hidayah, mereka sekolah di pesantren mendapatkan
ilmunya, ketika saya berdialog dengan mereka, mereka berpikir ternyata memang
benar harus seperti itu, sekarang juga ada yang kembali, ada yang sekedar
membenarkan.
xviii
P : Oh jadi karena ajaran Persis dinilai benar dan masuk akal?
I : Iya, itu yang menjadi faktor pendukung
P : Untuk hambatannya sendiri bagaimana?
I : Metodelogi, dikarenakan orang Persis yang mengerti nya tidak berilmu, dari
metodelogi nya yang salah, akhirnya benci terlebih dahulu.
P : Tindak lanjut nya seperti apa?
I : Dihadang
P : Ada yang sampai terjadi bentrok?
I : Banyak terjadi bentrok, seperti di Ci Oyod, Wanaraja.
P : Apakah ada yang sampai meninggal?
I : Oh kalau itu, tidak. Hanya sekedar hoax, intimidasi, dan lain sebagainya
P : Walaupun ada hambatan seperti itu apakah membuat Persis menjadi terbelakang?
I : Justru Persis menjadi semakin kuat
P : Waktu dulu jumlah simpatisan atau anggotanya kira-kira ada berapa?
I : Karena waktu dulu tidak ada sistem keanggotaan, hanya dengan mengikuti pengajian
Persis, jama’ahnya pun sudah di cap sebagai orang Persis
P : Rata-rata jama’ah yang mengikuti pengajian ada berapa?
I : Banyak, semakin bertahap dengan cara berdakwah. Pada awalnya hanya beberapa
orang tapi seiring dengan berjalannya waktu pada akhirnya jama’ah pun terus
bertambah. Sekarang Persis sudah ada di 33 Kecamatan dari 42 Kecamatan yang ada
di Garut yang sudah resmi menjadi anggota belum lagi di tambah dengan simpatisan
P : Ketika Persis berdiri, apa program-program awal yang dilakukan?
I : Programnya hanya mengembalikan ummat kepada ajaran al-quran dan as-sunnah
pada aslinya, tidak ada program yang lain
P : Persis mengadakan pengajian setiap berapa kali seminggu?
I : Persis mengadakan pengajian harian, mingguan, bulanan, untuk pengajian harian
dilakukan di tiap daerah jama’ah masing-masing. Dengan melakukan tata cara shalat
dan tata cara wudhu yang baik, yang ditekankannya dalam bidang fiqih, seperti fiqih
ibadah, fiqih muamalah dan fiqih siyasah. Karena waktu dulu Persis berkecimpung di
fiqih siyasah, fiqih ibadah yang lebih diutamakan.
P : Apakah Persis yang telah berada di 33 Kecamatan merupakan program setelah Persis
berkembang di Bentar?
I : Iya. Pada awalnya Persis hanya memliki cabang di Bentar pada tahun 1978, karena
yang datang ke Bentar dari berbagai daerah sehingga Persis dapat menyebar ke 33
xix
Kecamatan yang ada di Garut. Saya pun tidak mempunyai kartu anggota, yang disebut
cabang adalah tempat pengajian di tingkat Kabupaten, pada tahun 1979 barulah
membuat cabang di Garogol, Samarang. Kemudian pada tahun 1981 membuat cabang
di Tarogong, karena perkembangan Persis di Bentar sudah tidak ada tempat maka di
kembangkan di Rancabogo, Tarogong. Tanah pun dilelang oleh anggota dan mendapat
bantuan dari Timur Tengah dalam mendirikan Pesantren yang merupakan hasil jerih
payah Ustaz Natsir. Kerja bakti pun dilakukan dari tiap pelosok se-Kabupaten tahun
80-an membangun Rancabogo setelah Bentar di bangun. Setelah pembangunan
Pesantren Rancabogo selesai, Bentar masuk ke Garut Satu dan Rancabogo masuk ke
Garut Dua. Kemudian berkembang seiring bertambahnya jam’iyyah, di buatlah
ketentuan bahwa cabang di tingkat Kecamatan, oleh karena itu Tarogong membuat
cabang, dan cabang nya adalah Pesantren Rancabogo, di Bentar Garut kota, di
Garogol Samarang, di Wanaraja mereka pun membuat cabang, di Cisurupan,
Kecamatan yang telah memenuhi syarat menjadi cabang maka di bentuklah Cabang.
Dari tahun 80-an mulai ada Organisasinya yang asalnya satu di Garut kota sekarang
sudah ada di 33 Kecamatan
P : Untuk sekarang yang Ustaz ketahui anggota dan simpatisan Persis ada berapa?
I : Banyak, kira-kira lebih dari 100.000 orang simpatisan dari tiap lapisan juga sudah
ada banyak, sekarang tempat shalat ied saja sudah mencapai 170 tempat di Garut,
padahal jam’iyyah yang masuk jadi anggota Persis di tempat tersebut tidak semuanya,
tapi sudah memintai jadwal khotib untuk pelaksanaan shalat ied nya di 170 tempat
P : Proses pembentukan PD nya bagaimana?
I : Pada tahun 80-an PD di bentuk oleh PP Periangan Timur yang berlokasi di Tasik,
Priangan Timur mencakup Garut, Sumedang, Tasik dan Ciamis, Sekretariatnya di
Tasik. Setelah beberapa tahun, dikembangkan lagi jadi PD tingkat Kabupaten, Garut
menjadi Kabupaten asalnya termasuk Priangan Timur. Setelah itu sesuai dengan
perkembangan maka dibentuklah di setiap Kabupaten PD, di setiap Kecamatan PC.
PD Garut pada tahun 1980-1999 di pegang oleh Ustaz Komarudin, setelah tahun 1999
saya mendapat kepercayaan untuk memegang PD Garut. Berkat rahmat Allah Swt.
Persis terus berkembang, wujud kantor, dari situ kepercayaan ummat terhadap Persis
semakin yakin, setelah 2 periode di gantikan oleh Ustaz Iyep, saya tidak berhenti tapi
masuk di bidang dakwah kemudian saya menjadi penasehat, setelah 2 periode Ustaz
Iyep, sekarang Ustaz Ena
P : Ketika Ustaz menjadi Ketua PD program apa saja yang Ustaz lakukan?
xx
I : Di bidang segala hal, diupayakan dalam bidang pendidikan, mulai dirintis supaya
ada keseragaman dan ada standar di tingkat Kabupaten. Pendidikan Persis UAS
dikoordinir oleh PD, ujian, sampai kegiatan akhir kelas 3 Mu’allimin PLKJ, se-
Kabupaten di gabung, wisuda nya juga seluruh Mu’allimin, mengundang pemerintah
pusat, gerakan dakwah dari Dewan Dakwah, yang mengisi materi nya
P : Tempatnya dimana?
I : Di Alun-alun, di gebyarkan. Karena digabung dan di atur oleh PD, diambil beberapa
Kabupaten seperti Bandung, Ciamis, Tasik. Nanti semua Pimpinan Pesantren
mengontrol. Selain di bidang pendidikan, juga di bidang sosial dan ekonomi, bidang
ekonomi sudah beberapa rintisan yang dicoba, ketika qurban, jualan sapi, menjual
sembako, ingin mempunyai keuntungan yang besar tapi SDM nya yang kurang. Sapi
sampai habis 120 ekor per tahun setiap iedul adha, awalnya kantor itu tempatnya di
pinjam oleh pemiliknya untuk dagang sapi, setelah dipinjam pemiliknya
mempersilahkan tempatnya untuk dipakai, ketika sedang dipakai, pemiliknya bilang
kalau dia mau menjualnya, oleh pihak PD pun tempat itu dibeli. Dalam bidang dakwah
juga terus melakukan strategi supaya Persis terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, kembali lagi kalau Persis itu mengaji dan kalau ada anggota
yang tidak mengikuti pengajian berarti salah, program dakwah di setiap PC diadakan
semacam tamhid yang pemateri nya ditentukan dan ditunjuk langsung oleh PD, itulah
beberapa langkah dalam upaya mengembangkan paham Persis.
P : Untuk program PLKJ, kenapa harus ada program tersebut dan sejak kapan?
I : Sejak dulu Mu’allimin itu ditekankan untuk menjadi seorang guru, ada Tsanawiyyah
juga ada PGA (Pendidikan Guru Agama) oleh Pemerintah untuk waktunya PGA 4
tahun dan untuk PGAA yang atasnya 2 tahun jadi 6 tahun, guru-guru Agama yang dulu
juga merupakan lulusan PGA yang dari KEMENAG. Kalau di Persis namanya bukan
PGA tapi Mu’allimin maka santrinya dipersiapkan untuk menjadi seorang pengajar
dan dakwah, intinya itulah garapan Persis di bidang pendidikan dan dakwah. Santri
nya ditugaskan untuk mengajar juga ditugaskan untuk berpidato, itu akarnya.
Sebenarnya kalau Mu’allimin dulu itu sama seperti S2, santri yang telah lulus
Mu’allimin berarti telah siap mengayomi masyarakat di bidang pendidikan dan
dakwah di tempat asalnya masing-masing, itu tujuannya. Kalau sekarang Mu’allimin
seperti itu sudah mulai pudar, ditambah waktu dulu santri Mu’allimin nya memang
sudah tua usianya
P : Apa yang menyebabkan Mu’allimin seperti dulu mulai pudar?
xxi
I : Karena berbagai hal, salah satunya faktor eksternal karena desakkan budaya. Santri
Mu’allimin sekarang sudah tidak bisa diharapkan sebagaimana tujuan awal, akibatnya
bukan dari mata pelajaran yang berubah melainkan kondisi orang yang mengajarnya
yang berbeda akibat faktor eks. Keluar Mu’allimin yang penting memiliki kesetaraan
ijazah dari pemerintah untuk bekerja, kalau dulu tidak seperti itu. Keluar Mua’allimin
diperuntukkan menjadi pengajar dan mubaligh, kalau sekarang di arahkan kembali
seperti dulu mungkin agak sulit karena terjadi pergeseran. Sesuai dengan
perkembangan, Persis memperhatikan tidak cukup malah sangat kurang sekarang jika
santri disekolahkan hanya sampai Mu’allimin, jadi tingkat Pusat mendirikan
perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Persis).
P : Kapan STAI Persis dibangun?
I : Pada tahun 1990. Karena lulusan Mu’allimin dianggap sudah tidak bisa diharapkan,
maka harus ada sekolah yang lebih tinggi lagi tingkatannya yang disesuaikan dengan
sistem akademis, sehingga dibentuklah STAI Persis.
P : Jadi awal mula dibentuknya STAI Persis guna untuk apa?
I : Memenuhi terhadap lanjutan dari Mu’allimin, STAI Persis di Garut oleh Ustaz Aceng
membuat program tafsir hadits, kalau dulu program tersebut ada di Mu’allimin, seperti
dakwah mengenai kristenisasi di daerah Caringin. Jika mengambil program tafsir
hadits maka harus menjalani khidmat selama satu tahun dan ditugaskan ada yang
sampai keluar Jawa, lulusan tafsir hadits memang diwajibkan pengabdian terlebih
dahulu ada yang ke Ambon, Maluku, Sumatera. Di STAI Persis Garut diadakan setiap
tahun.
P : Berarti harapan Persis sekarang kepada lulusan tafsir hadits?
I : Iya. Seperti tujuan awal, tapi sesuai dengan perkembangan zaman sekarang mesti
semuanya diurus. Di bidang sosial ekonomi sekarang sudah mulai baik dengan adanya
Lembaga PZU sehingga gerakan yang dilakukan Persis juga terlihat bagus dan
berkembang, dari segi kuantitas sudah dapat mengimbangi. Di bidang sosial Lembaga
PZU menyediakan ambulance gratis, memberikan santunan kepada anak yatim dan
dhuafa.
Nama : Pepen Irfan Fauzan
Usia : 38 tahun
xxii
Pekerjaan : Dosen STAI-Persis dan Peneliti
Tanggal : 10 Maret 2017
Tempat : Jl. Merdeka, Tarogong Kidul
Jabatan : Dewan Tafkir PP. Persis
P : Assalamualaikum, Ustaz. Mohon maaf boleh mengobrol sebentar?
I : Waalaikumsalam, iya silahkan.
P : Ustaz aktif di Persis sudah berapa lama?
I : Dihitung dari semenjak di Pesantren berarti dari tahun 1997, karena jadi Ketua
Rijalul Ghad Pesantren Persis. Tapi, kalau dihitung dari Organisasi Otonom Pemuda
Persis terhitung dari tahun 1999 jadi anggota Pemuda Persis di Tanjung Sari,
Sumedang
P : Di Persis sendiri sudah berapa lama?
I : Kalau di Persis baru, karena baru transisi dari Pemuda Persis dari tahun 1999
sampai tahun 2014. Pindah ke Persis karena dari segi usia juga sudah bisa masuk
Persis, itu baru satu tahun dari sejak akhir 2015
P : Kondisi keluarga Ustaz, apakah pendidikannya pendidikan Persis atau tidak?
I : Latar belakang keluarga saya NU, tapi kemudian sudah dari sejak Pemuda keluarga
saya menjadi Persatuan Islam Bapak saya jadi Ketua Cabang kalau Ibu sudah
meninggal,kakak rata-rata ada yang di Persistri, di Pemudi dan termasuk di Pemuda.
P : Latar belakang Bapak Ustaz masuk Persis itu kenapa?
I : Karena Bapak saya kuliah di Bogor, beliau dapat beasiswa tahun 60-an suka
pengajian dengan Buya Hamka dari situlah kemudian ada pikiran-pikiran Persis.
Waktu itu pikirannya istilahnya Quran Sunnah karena tidak dianggap perlu masuk
anggota yang penting Quran Sunnah. Waktu ke Sumedang bertemu lagi dengan
masyarakat Persis langsunglah jadi anggota Persis
P : Dulu lingkungan masyarakatnya mayoritas NU tapi kenapa Ustaz berani untuk
mendekalarasikan atau memPersiskan?
I : Karena keluarga saya merupakan kelompok terdidik. Karena Bapak saya kuliah jadi
melihat respon yang baru justru semangat terhadap isu-isu yang baru, karena terdidik
dan keluar dari lingkungan Bapak saya dari kampung ke Bogor itu masuk kota, ketika
itu Bapak saya kemudian terbuka pikirannya
P : Respon masyarakat pada awalnya bagaimana?
xxiii
I : Ada yang melempari batu, melaporan PKI ke KORAMIL karena pada tahun 60-an
atau 70-an mau jadi Persis itu sangat berat
P : Tapi kenapa bisa konsisten disitu?
I : Karena yakin, karena itu masalah aqidah. Persis itu gerakannya mengutamakan
faktor aqidah
P : Mulai bertransformasi jadi masyarakat Persis kira-kira kenapa?
I : Karena kakek saya Kiyai di kampung, jadi ketika kakek saya berubah haluan maka
semua juga ikut berubah. Ketika Bapak saya setelah menikah membawa aliran baru,
bentrok dengan mertua sendiri tapi karena mertua juga lulusan Pesantren di baca
buku-buku Persis dan ternyata kemudian jadi tertarik masuk Persis, ketika mertua saya
masuk Persis satu desa juga jadi masuk Persis. Sampai sekarang di kampung saya
menjadi jumlah anggota Persis terbesar di Sumedang, karena faktor yang masuknya
Persis nya adalah Kiyai
P : Paham Persis sendiri masuk ke Garut kira-kira kapan?
I : Sebetulnya lebih dulu masuk ke Garut, sebelum kemerdekaan akhir tahun 30-an sudah
berdiri cabang Persis di Leles dan sejak pertengahan tahun 30-an dekade 34 atau 35
ketika musim perdebatan, di Wanaraja juga sudah ada paham Persis, tokoh-tokohnya
K.H. Zakaria masih keluarga dekat Ustaz Aceng, termasuk K.H. Yusuf Bashari, tapi
tidak masuk Persis hanya Pahamnya saja, tokoh yang paling besarnya K.H. Anwar
Sanusi yang menjadi penerjemah Tuan Hassan karena ketika terjadi perdebatan atau
dakwah Tuan Hassan tidak bisa menggunakan bahasa Sunda
P : Jadi baru simpatisan bukan jadi anggota tetap?
I : Karena pada saat itu menjadi anggota resmi tidaklah penting, yang penting paham,
waktu sebelum kemerdekaan anggota resmi hanya puluhan tapi secara paham sudah
kemana-mana. Masalahnya pada tahun 1942 Persis dibubarkan termasuk di Garut,
baru berdiri lagi tahun 1948, secara otomatis di Garut juga mulai lagi dari awal,
adanya baru sekitar tahun 50-an berbarengan dengan kampanye Masyumi.
Sebenarnya tokoh-tokoh yang memPersiskan ke Garut periode ke dua itu setelah
kemerdekaan saat kampanye Masyumi, orang-orang seperti PII, Gerakan Pemuda
Islam yang sudah bergabung dengan Masyumi kemudian sering berinteraksi dan malah
menyebarkan paham Persis. Yang tau awal mulanya yaitu K.H. Yusuf Bashari awal
mulanya ada pengajian di Masjid At-Taqwa di Tarogong Kidul termasuk pengajian di
daerah Leuwi daun, karena Masjid At-Taqwa kecil kemudian terpikir untuk
melebarkan sayap ke daerah yang mempunyai tanah yang luas dibeli lah tanah yang
xxiv
ada di Bentar sekitar tahun 40-an didirikanlah Pesantren Persis 19 Bentar, akhir tahun
70-an atau awal tahun 80-an melebar lagi dengan dibentuknya Pesantren baru yaitu
Pesantren Persis 76 Tarogong, kembali lagi ke Tarogong. Tokoh-tokohnya Ustaz
Zaenudin, Ustaz Komarudin, termasuk Ustaz Yusuf Bashari, yang di Wanaraja Ustaz
Enut guru besar di Pesantren Lempong, sebetulnya keluarga besar Ustaz Enut sebelum
mengenal Ustaz Komarudin juga sudah mengenal paham Persis karena tokoh yang di
Wanaraja sering datang ke Lempong namanya Ustaz Mu’alin Anshor, ketua umum
Persis di Pesantren Lempong, sedangkan Ustaz Lathif Muhtar dan Ustaz Entang
menjadi tokoh di Pimpinan Pusat tahun 60-an, setelah berkembang di Tarogong
berkembang juga di Bentar yang dimulai dari pengajian kemudian mendirikan
Pesantren Persis
P : Tokoh-tokoh yang pertama berkonstribusi dalam penyebaran paham Persis seperti
apa?
I : Membuat pengajian yaitu holaqoh di masji-masjid, belum ada tabligh akbar seperti
sekarang karena yang pertama sistem keanggotaannya yang masih cair, yang kedua
targetnya tidak mementingkan memiliki banyak anggota, keuntungannya supaya
hubungan antar anggotanya rekat ditambah daya pikatnya adalah aqidah dan ideologi,
walaupun sedikit tapi kuat sekali
P : Bagaimana awal penerimaan tentang paham Persis di kalangan masyarakat?
I : Masyarakat menolak, yang pertama karena Persis itu dianggap membawa Agama
Baru, yang kedua Persis itu disebut sebagai Wahabi Kering, istilah Agama Baru masih
ada pada tahun 60 atau tahun 70 bahkan sekitar tahun 90 juga masih ada tapi istilah
Wahabi Kering sudah tidak ada, disebut Wahabi karena Persis gerakannya Ishlahul
Aqidah yang dianggap sebagai gerakan pembawa ajaran wahabi, wahabi itu
musuhnya NU, disebut Kering karena Persis menolak hal-hal yang sifatnya ritual yang
disenikan seperti sholawatan, syukuran-syukuran, muludan, ada instrumen seni Islami,
Persis menganggap itu semua selain aqidah itu adalah bagian dari bid’ah, ketika
melihat ritual ibadah di Persis tidak ada atau kering, maka disebutlah kering. Jadi ada
istilah Wahabi dan Kering, Wahabi Kering
P : Respon dari masyarakatnya sendiri seperti apa?
I : Kemungkinan besar ada yang melempar batu, walaupun saya sendiri belum pernah
mengkaji secara pribadi langsung ke Garut hanya pendataan-pendataan terkait
masuknya Persis. Tapi pernah baca ada disertasi Persis di Cikajang terjadi distertasi
yang membahas konflik sosial antara orang Persis dan orang NU, yang awalnya
xxv
saudara sering bareng-bareng gara-gara ada satu orang yang masuk Persis jadi pisah,
jadi ada kelompok Persis dan kelompok non Persis, tapi sampai ada korban jiwa atau
tidak saya tidak tahu
P : Bagaimana cara Ustaz-ustaz untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan
Persis?
I : Yang pertama karena keyakinan ideologi bahwa gerakan yang hendak mengatasi
kejumudan itulah yang membuat masyarakat menjadi terbelakang, karena dengan
keyakinan bahwa gerakan ini yang benar untuk mengembangkan masyarakat Islam
kemudian ada istilah mati pun berani untuk memperjuangkan Agama Islam, para
Ulama pun berani mati karena dianggap matinya pun mati syahid, yang kedua karena
argumentasi dari Persis itu kuat dan rasional, kuat dalam artian karena justru yang
diambil adalah hadits-hadits shahih, dan rasional karena menganjurkan kemajuan,
contohnya mengganti bedug dengan load speaker ini kemajuan merupakan
rasionalisasi, yang diambil bukan berarti harus selalu menggunakan bedug justru
bedug dianggap sebagai bid’ah karena diyakini tanpa bedug jadi seolah tidak sah
sholatnya, padahal bedug hanya untuk alat pemberitahuan kepada orang saja jadi
ketika diganti oleh load peaker sah-sah saja, karena yang jadi syari’at adalah
adzannya bukan masalah bedug atau speaker nya, jadi jelas gerakan Persis itu untuk
kemajuan ummat yaitu rasionalisasi, itulah yang membuat Persis tetap bertahan
bahkan semakin berkembang
P : Sebelum mendirikan Pesantren Bentar apakah ada Pesantren yang pahamnya Persis
tapi tidak mengaku dari Persis?
I : Dari penelitian yang saya lakukan majelis ahli sunnah ada Pesantren Cilame
namanya itu pahamnya Persis tapi tidak secara langsung menyatakan sebagai
organisasi Persis namanya majelis ahli sunnah Cilame, sekarang sudah tidak ada.
Sudah di teliti pahamnya sudah paham Persis bisa dibuktikan di majalah Cahaya Islam
dikeluarkan oleh Pesantren Cilame, Cahaya Islam pokok pikiran terutama pokok fiqih
nya Persis banget, itu kelompok Ustaz Anwar Sanusi, Ustaz Zakaria, tapi tidak
disebutkan bahwa itu adalah resmi sebagai bagian dari Persis
P : Kenapa Ustaz?
I : Karena memang Persis sendiri memang tidak mengharuskan untuk menjadi anggota
Persis yang penting pahamnya adalah paham Persis
xxvi
P : Yang saya pahami A. Hassan dan M. Natsir itu merupakan orang Melayu, ketika
paham Persis datang ke masyarakat Sunda apakah ada penolakan karena merupakan
bagian dari orang melayu?
I : Dari orang Sunda sendiri waktu itu cenderung tidak menolak tapi juga tidakmau
mengganti makanya pada tahun 1924 sementara Persis berdiri pada tahun 1923 orang
Sunda membuat permufakatan Islam yang dimaksudkan untuk merangkul Persis juga
merangkul yang tradisional, permufakatan Islam terdiri dari dua yaitu komisaris kaum
muda dan ada komisaris golongan tua, Komisaris golongan muda di isi oleh tokoh-
tokoh dari Persis seperti K.H. Zam zam, Tuan Hassan, Komisaris tua di isi oleh tokoh
Kiyai-kiyai walaupun dengan istilah nama daerah, seperti Kiyai Cibaduyut, Kiyai
Dayeuh Kolot. Jadi yang saya tafsirkan orang Sunda itu relatif tidak menolak tapi juga
menginginkan golongan tradisional tetap diakui juga walaupun pada waktu itu NU
belum muncul, munculnya tahun 1936 jauh setelah Persis berdiri, maka kemudian
didirikanlah pemufakatan Islam, tapi gerakan pemufakatan Islam gerakannya jadi
repot karena dia itu mendua dan akhirnya menghilang tidak jelas, tapi saya
menafsirkan bahwa sebenarnya orang Sunda itu pemikirannya terbuka tidak seperti
orang NU yang dari Jawa Timur yang langsung mendirikan Organisasi sebagai
tandingan dari gerakan kaum reformis baik Muhammadiyah maupun Persis. PUI
(Persatuan Ummat Islam) di Majalengka dan di Sukabumi itupun sebagian
mengkategorikannya sebagai kelompok tradisionalis tapi sebenarnya pemikiran-
pemikirannya itu reformis dulu namanya Al-Ittihad Al-Islamiyyah sebetulmya hampir
mirip dengan Persis tapi kemudian supaya tidak terlalu mirip dengan Persis
(Persatuan Islam) kalau itu PUI (Persatuan Ummat Islam) sebenarnya pikiran
kelompok tradisional sebelum ada cabang NU yang disebut di Sunda justru pikirannya
terbuka tidak seperti kelompok Nahdotul Ulama pada umumnya, misalnya K.H. Halim
yang di Majalengka tetap di kelompokkan sebagai kelompok tradisionalis tapi
sebenarnya pemikiran-pemikirannya terbuka
P : Program-program awal yang membuat pengajian dan mendirikan Pesantren apakah
ada majalah atau selembaran?
I : Setelah kemerdekaan gerakan awalnya tidak ada, tapi sebelum kemerdekaan ada
majalah Cahaya Islam disitu di munculkan masalah tentang perdebatan antara Persis
dengan non Persis. Gerakan yang dilakukan banyak dari mimbar ke mimbar bukan
dari segi menulis, kelebihannya dengan mendirikan lembaga Pendidikan yaitu
Pesantren, sedangkan gerakan tulis-menulis tidak ada, kecuali setelah munculnya
xxvii
Kiyai seperti K.H. Aceng Zakaria mulai ada tradisi baru yaitu menulis kitab terutama
kitab yang terkenal itu Al-Hidayah dengan sistem tamhid, jadi orang-orang yang
belajar kitab Al-Hidayah datang ke Pesantren asalnya di Pesantren Bentar tapi karena
Ustaz Aceng pindah membuat Pesantren baru di Rancabango jadi ke Rancabango
seminggu sekali mengadakan pengajian yang sifatnya mengkaji kitab yang namanya
tamhid sayangnya sekarang jadi terhenti. Saya ketika menjadi santri tahun 1995 setiap
malam sabtu orang-orang yang ikut pengajian selalu ramai karena dari daerah mana-
mana berdatangan. Setelah Ustaz Aceng hadir gerakan tidak hanya dari mimbar ke
mimbar namun juga melalui tulisan, Ustaz Aceng orang yang sangat produktif banyak
menulis kitab
P : Kalau sekarang penerimaan masyarakat Garut terhadap Persis bagaimana?
I : Pada umumnya sudah menerima karena sudah jelas sebagai Ormas, walaupun kalau
masuk ke daerah-daerah terpencil orang-orang masih menganggap Persis sebagai
sebuah ancaman, seperti membuat cabang di Cisewu selalu ada informasi jangan dulu
karena masih resisten masyarakatnya karena ada di pinggiran sekali, kemudian di
Rancabuaya ketika ada pengajian Persis disitu sering ramai diperbincangkan, tapi itu
relatif tidak seperti dulu yang sampai bertengkar hanya terjadi perdebatan saja
P : Usaha Persis sendiri untuk masuk ke daerah-daerah terpencil supaya tidak terjadi
resisten dimasyarakat seperti apa?
I : Yang pertama melalui cara pengiriman da’i, yang kedua dari daerah terpencil yang
belum ada Persis nya di minta salah seorang untuk menjadi santri di Pesantren Persis
dan kemudian anak itu di suruh kembali lagi ke daerahnya untuk mengembangkan
Persis disana. Jadi kecenderungan Persis dari sejak tahun 70-an sejak berdirinya
Pesantren adalah adanya jaringan burung nurin karena dia sekolah di Persis
kemudian dia kembali ke kampungnya untuk menyebarkan paham Persis di
kampungnya, rata-rata pola penyebaran Persis nya seperti itu
P : Dari sekolah-sekolah sendiri apakah ada program khusus untuk ke daerah terpencil
seperti itu?
I : Dari Pesantren namanya program latihan khidmat jam’iyyah seluruh Pesantren pasti
mempunyai program ini meskipun namanya berbeda-beda, santri di terjunkan ke
daerah-daerah tertentu yang Persis nya masih minim, misalnya ketika akan dibentuk
rintasan baru Persis di Kecamatan Banjarwangi yang dekat Singajaya anak-anak di
terjunkan kesana melalui program khidmat jam’iyyah, khususnya untuk santri kelas
tiga Mu’allimin
xxviii
P : Untuk pelaksanaannya berapa lama?
I : Rata-rata seminggu atau sepuluh hari tapi ada yang sampai tiga minggu
P : Program-programnya kebanyakan seperti apa?
I : Santrinya itu mengajar, mengisi pengajian di masjid-masjid, termasuk di Kampus
STAI Persis, namun di STAI Persis pengirimannya tidak hanya di Garut tapi sampai ke
luar Garut, misalnya ke Kalimantan, Sulawesi, Maluku karena di Maluku kurang da’i
P : Waktunya berapa lama?
I : 4 bulan bahkan ada yang sampai 1 tahun
P : Pembedaan waktunya dilihat dari apa?
I : Karena terjadi kecocokan antara yang dikirim dengan yang menerima sehingga
kalaupun tugasnya sudah selesai dia tetap ditempat itu, tapi kemudian dananya
ditanggung oleh orang setempat, kalau untuk yang ditugaskan sekian bulan dananya
ada istilah uang bulanan yang dikirim ke dia, tapi kalau mau terus lanjut berarti
dibiayai oleh setempat
P : Apakah ada perbedaan penempatan daerah antara Akhwat dan Ikhwan?
I : Tidak ada, hanya tetap dijaga jangan sampai terjadi khalwat
P : Kalau untuk Akhwat bisa dikirimkan ke Maluku juga?
I : Iya, tapi untuk Akhwat biasanya yang sudah menikah sehingga nanti dikirim juga
bersama suaminya ditempat yang sama
P : Kalau Akhwatnya belum menikah bagaimana?
I : Ya biasanya dikirimnya ke tempat yang dekat
P : Daerah mana kira-kira?
I : Kalau itu saya kurang tau karena ada programnya sendiri, yang saya tahu ada
programnya anak-anak dikirim karena mereka kuliah disini gratis di biayai oleh
Jam’iyyah kerjasama antara pimpinan daerah dengan kampus bahkan kalau dulu
anak-anak itu beras pun dikasih, tapi setelah mereka lulus harus ada program
pengabdian sebagai da’i, termasuk di daerah Garut pinggiran seperti Talegong,
Caringin, daerah yang pelosok, setiap bulan ramadhan mereka pasti dikirim ke
daerah-daerah pelosok selama 20 hari, tapi yang lebih tahu mengenai hai itu Ustaz
Yusuf karena beliau Pimpinan Dakwah di Jam’iyyah
Nama : Endut Saefudin
Usia : 66 tahun
xxix
Pekerjaan : Kepala Sekolah
Tanggal : Maret 2017
Tempat : Kantor PD. Persis Kab. Garut
Jabatan : Penasehat PD. Persis Kab. Garut
P : Assalamualaikum, ustaz. Maaf mengganggu waktunya, apakah saya bias
mewawancarai ustaz terkait Persis Kab. Garut?
I : Iya silahkan
P : Ustaz Tsanawiyyah di mana?
I : Di Rancabogo tahun 1964, pada tahun 1967 saya pindah ke Bentar dan saya lah santri
pertama Bentar santrinya pun hanya ada 9 orang kemudian tahun 1969 saya pindah ke
Bandung di Pesantren Pajagalan lalu melanjutkan Mu’allimin di Bandung.
P : Sejak kapan Ustaz aktif di Persis?
I : Setelah lulus dari Persis ketika mendirikan Pesantren tahun 1989 dan pada tahun
1992 sampai tahun 2000 saya menjabat sebagai ketua Cabang Persis serta menjadi
pimpinan Pesantren sampai sekarang.
P : Bagaimana awal mula Ustaz mengenal Persis?
I : Sudah semenjak saya lahir Persis telah ada dan saya pun dari kecil di sekolahkan ke
Pesantren Persis
P : Apakah latar belakang keluarga Ustaz dari Persis?
I : Iya, semua anggota keluarga saya Persis
P : Dari mana awal mula keluarga Ustaz mengenal Persis?
I : Saya kurang tahu sejarahnya tapi mereka sering mengikuti pengajian. Orang yang
menyebarkan Persis adalah Mu’alin Anshor tokoh Persis dari Wanaraja kemudian
mengadakan pengajian di Rancabogo oleh Ustaz Zaenudin, dari situlah Persis mulai
berkembang. Ustaz Zaenudin yang mempunyai ilmu juga termasuk tokoh Persis yang
berasal dari Garut.
P : Apakah di lingkungan tempat tinggal Ustaz merupakan orang-orang Persis?
I : Di kampung saya memang tidak semua Persis namun mayoritas Persis, meskipun
mereka bukan Persis tapi mereka tidak melaksanakan perkara bid’ah
P : Bagaimana penyebaran Persis di Kab. Garut?
I : Ustaz Komar mengembangkan Persis melalui pengajian-pengajian dan tanya jawab
melalui radio yang bernama Mini BC, Ustaz yang sering menjawab pertanyaan-
pertanyaan adalah Allahu Yarham Ustaz Komarudin. Radio Mini BC di Pasar baru
xxx
kalau sekarang dikenal dengan Radio Rugeri. Selain itu juga ada Radio Pelangi yang
berlokasi di Leuwi Daun yang sekarang di isi oleh orang-orang SI
P : Bagaimana keadaan awal Pesantren Rancabogo ketika Ustaz sekolah disana?
I : Di Rancabogo ketika sekolah sore muridnya banyak namun terjadi penurunan jumlah
santri maka untuk mengatasinya pada tahun 1965 membuka sekolah pagi yang
santrinya kurang lebih berjumlah 12 orang, tahun 1967 semua santri yang ada di
Rancabogo dipindahkan ke Bentar oleh Ustaz Zaenudin dan di Bentar hanya tersisa 11
orang yang terdiri dari sembilan orang RG dan dua orang UG dan mereka menjadi
santri angkatan pertama di Bentar
P : Bagaimana proses pendidikan yang dilakukan oleh Ustaz Zaenudin?
I : Mengajarnya sudah praktis dan bagus bahkan yang memimpin Bentar adalah Ustaz
Zaenudin setelah itu saya kurang tahu karena Ustaz Zaenudin pindah ke Bandung saya
pun ikut pindah dan melanjutkan sekolah di Bandung kemudian perjuangan di
lanjutkan oleh Ustaz Syihab dan Ibu Aminah lalu oleh Ustaz Jamal
P : Bagaimana teknis dan pembelajaran di Bentar?
I : Pada awal pendirian Pesantren Guru nya masih sedikit dan terkadang di kelas pun
tidak ada Guru namun karena para santri memang sudah berniat untuk belajar maka
ada atau tidaknya Guru mereka tetap berada di kelasnya masing-masing, ukurannya
dengan sekarang sangat jauh berbeda. Kalau sekarang sudah resmi di program dan
mempunyai jadwal pelajaran sedangkan waktu dulu belum terprogram jadi santri pun
membawa semua buku pelajaran dan setiap hari belajar nahwu shorof
P : Apa saja yang santri pelajari?
I : Bahasa Arab yang terbagi kepada beberapa bagian dan kesemuanya dihafal oleh
para santri, mulai dari 4 bab sampai 5 bab dan hampir semua pelajaran di hafal oleh
santri
P : Sekolah dimulai dari jam berapa?
I : Untuk sekolah pagi dimulai dari jam 07.00 sampai dzuhur sementara sekolah sore
dimulai dari jam 13.00 sampai jam 16.00
P : Keadaan awal bangunan dan sosialnya di Pesantren Bentar seperti apa?
I : Dari segi bangunan belum permanen seperti sekarang masih satu lantai belum ada
dua lantai karena santrinya masih sedikit sedangkan dari segi sosialnya sudah baik
karena pembangunan Pesantren di bangun oleh para tokoh Persis bukan bantuan dari
pemerintah serta hasil swadaya masyarakat dan para jama’ah yang saling bekerja
sama, kerja bakti dan gotong royong
xxxi
P : Bagaimana Persis bisa maju sebelum ada Pesantren Bentar?
I : Melalui dakwah mengadakan pengajian-pengajian jadi Persis mencari tempat
pengajian dan para tokoh Persis ketika berdakwah mereka tidak memikirkan urusan
harta serta dakwah mereka pun tidak untuk dibayar, perkembangan Persis pun maju
melalui dakwah yang dilakukan seperti itu
P : Di Persis Bentar selain program belajar apakah ada program lain?
I : Tidak ada, hanya program belajar saja
P : Apakah ada ujian praktek?
I : Saya pun sering dibawa pengajian oleh Bu Aminah ke jama’ah umum ataupun
jama’ah setempat dan tak jarang juga dihadiri oleh jama’ah selain Persis serta
mubaligh nya pun campur dengan mubaligh NU ataupun Muhammadiyah karena
merupakan masjid umum kebetulan dari jama’ah tersebut ada anggota Persis
P : Bagaimana respon masyarakat terhadap Ustaz atau da’i-da’i lain yang datang ke
mesjid atau kepada jama’ah?
I : Terkadang ramai terjadi bentrok
P : Bentrok yang seperti apa Ustaz?
I : Tidak sampai terjadi perkelahian hanya sering terjadi perbedaan pendapat saja
namun setelah pengajian selesai mereka pun biasa saja tidak ada permusuhan dan
tidak ada rasa benci satu sama lain
P : Apakah pernah terlibat perdebatan dengan mereka?
I : Untuk saya sendiri belum pernah, tapi saat saya masih kecil pada zaman Ustaz
Zaenudin pernah ada perdebatan mengenai masalah fikih ibadah dengan Kiyai biru
yang disponsori oleh KORAMIL dan Camat dan sengaja dilakukan secara terbuka
selain itu Ustaz Zaenudin juga pernah debat dengan Ahmadiyah. Debat dengan
Ahmadiyah bukan hanya sekarang, tapi pada tahun 1967 Ustaz Zaenudin juga tidak
menyukai mereka ketika di Garut
P : Bagaimana cara Persis dalam mengadapi hal tersebut?
I : Masalah urusan dengan Ahmadiyah masalah khotamul anbiya. Persis juga
mengahadapi PKI namun tidak dengan berdebat, terhitung keras karena PKI tidak
berani mengahadapi Persis dengan baik
P : Bagaimana Garut dalam menghadapi dan melawan PKI?
I : Setelah G30SPKI rumah-rumahnya dihancurkan
P : Apakah Persis ikut serta dalam penghancuran rumah tersebut?
xxxii
I : Iya, bukan hanya Persis melainkan gabungan atas nama seluruh Ormas Islam dan
yang terjun di dalamnya adalah para mahasiswa dan anak SMA
P : Bagaimana proses awal perkembangan PD Persis Garut?
I : Pembentukan PD Persis Garut saya kurang tahu karena saat itu yang menjadi Ketua
PD adalah allahu yarham Ustaz Komarudin dan saya sendiri juga belum aktif di PD.
Pada tahun 2000 Ustaz Mamat yang menjadi Ketua PD barulah para sesepuh seperti
Ustaz Entang, Ustaz Aceng, Ustaz Komar yang menjadi Penasehat saya juga pernah
menjadi Wakil Ketua dan Bendahara di PD Persis tapi karena sekarang saya sudah
mulai tua saya ditempatkan di bidang Penasehat
P : Apa saja program kerja yang dilakukan oleh Ustaz Mamat?
I : Meningkatkan dakwah dan mendirikan perkantoran. Membuat kantor PD yang
semula tidak disengaja, saat itu pemilik tanah adalah seorang penjual sapi dia
menawarkan kepada Persis untuk membeli tanah seluas 65 ha. Persis sedang tidak
mempunyai uang untuk membeli tanah tersebut kebetulan saat itu juga Ustaz Manan
membutuhkan tanah dia pun membeli tanah tersebut seluas 30 ha secara tunai namun
Persis membeli tanah seluas 35 ha secara kredit tapi alhamdulillah tidak sampai satu
tahun tanah itu lunas bahkan ada uang lebih kemudian uang lebih tersebut dibelikan
besi, setiap hari para Ustaz setelah pulang dari mengajar mereka memotong besi dan
alhamdulillah berkat kerja sama jama’ah jam’iyyah Persis bangunan pun terwujud
sebagai kantor PD
P : Bagaimana teknis dari program kerja yang dilakukan oleh Ustaz Mamat?
I : Program kerja yang pokok adalah meningkatkan dakwah, setiap hari Selasa dan
Kamis membahas qiroatul kutub yang mengundang para Mubaligh untuk hadir ke
Cabang-cabang dari jam 14.00 sampai 16.30, program tersebut sudah berjalan setelah
Ustaz Mamat menjadi Penasehat yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Ketua PD
selama 2 periode dan tidak hanya disini Ustaz Mamat pun mengirimkan para Mubaligh
ke Cabang-cabang untuk membahas qiroatul kutub, alhamdulillah saya membahas
qiroatul kutub di Cabang Leles sudah hampir 10 tahun setiap hari Jum’at dari jam
14.00 sampai jam 16.00
P : Dakwah pada hari Selasa dan Kamis rata-rata berapa orang yang hadir?
I : 30 sampai 50 orang
P : Biasanya membahas tentang apa Ustaz?
I : Sekarang sedang membahas Ibnu Katsir, Syarah Riyadhus Shalihin, Syarah Urdatul
Ahkam, Taysir Alam dan Isnul Muslim. Untuk Isnul Muslim sebentar lagi tamat
xxxiii
P : Apakah yang menghadiri kajian tersebut adalah simpatisan atau khusus hanya untuk
anggota?
I : Terbuka untuk umum tapi lebih banyak dihadiri oleh para anggota, baik Pemuda
Persis atau siapapun boleh mengikuti kajian karena tidak dibatasi. Bahkan sudah
tamat 40 kitab, saya pun di Leles sudah tamat 40 kitab dan sekarang di Leles sedang
mengkaji kitab Qiyamul Kubro dan Isnul Muslim
P : Apakah para Mubaligh dikirimkan ke semua Cabang?
I : Sebelumnya dikirimkan ke semua Cabang namun ada yang berjalan dan ada yang
sudah berhenti, alhamdulillah saya masih berjalan
P : Cabang yang sudah berhenti berapa banyak?
I : Banyak, lebih banyak dari cabang yang masih berjalan. Mungkin karena para ustaz
sibuk dengan kegiatan mengajar sampai jam 14.00, kajian di Leles pun yang
menghadirinya bukan dari Ustaz-ustaz melainkan hanya masyarakat setempat tapi
mereka dibagi kitab masing-masing satu dan mereka juga hanya menjadi mustami’
P : Berapa jumlah sekolah-sekolah Persis yang ada di Garut?
I : Saya kurang tahu, Tsanawiyyah dan Mu’allimin ada lebih dari 20 Pesantren
P : Apakah pembagian Pesantren di Garut dibawahi oleh PC atau PD?
I : Memang PC namun dibawahi oleh PD, dan di kontrol khusus oleh bidang garapan
Pendidikan sementara Pesantren dimiliki dan dikelola oleh Cabang. Bidang garapan
Pendidikan PD terbagi dua salah satunya ke STAI Persis
P : Pada masa kepemimpinan siapa ada Bidgar Pendidikan ke STAI Persis?
I : Ustaz Mamat
P : Bagaimana awal STAI Persis didirikan?
I : Awalnya merupakan tanah wakaf dari Ustaz Zaenal. Ustaz Zaenal berpesan bahwa
tanah ini harus digunakan untuk jalan dakwah, Ustaz Zaenal pun memberikan tanah
tersebut kepada Persis. Ustaz Entang sebulan sekali mengadakan pengajian, ada yang
berpendapat bahwa buka saja Ma’had Ali maka dibukalah Ma’had Ali dan
berkembang sampai menjadi STAI Persis
P : Apa saja program Ma’had Ali?
I : Awalnya untuk menampung dan mewadahi santri lulusan Mu’allimin selama 3 tahun
tapi karena kebutuhan dan tuntutan lain akhirnya menjadi STAI Persis bukan lagi
Ma’had Ali, karena saya tidak terjun langsung dan tidak ikut serta dalam
pembangunan STAI Persis mungkin Ustaz Ena yang lebih mengetahuinya secara detail
xxxiv
Nama : Dede Sodikin
Usia : 64 tahun
Pekerjaan : Pengajar
Tanggal : 23 Maret 2017
Tempat : Pesantren Persis 96 Lempong
Jabatan : Penasehat PC Persis Lempong, Murid Pertama Pst. Bentar
P : Mohon maaf saya mengganggu waktu Ustaz. Saya dari UIN Jakarta sedang ada tugas
terkait sejarah Persis di Garut yang saya ketahui Ustaz adalah salah satu santri pertama
di Bentar, apakah benar?
I : Iya benar.
P : Bisakah saya meminta waktu Ustaz untuk berdiskusi?
I : Iya bisa.
P : Dari jenjang apa saja Ustaz sekolah di Persis?
I : Dari Tajijiyah, Tsanawiyyah, sampai Mu’allimin. Tajijiyah dan Tsanawiyyah di
Pesantren Persis 19 Bentar Garut dan Mu’allimin di Pesantren Persis 01 Pajagalan
Bandung
P : Pada tahun berapa Ustaz Tajijiyah?
I : Tahun 1967
P : Ustaz Tajijiyah angkatan berapa?
I : Angkatan pertama yang sekolah pagi
P : Kalau sekolah sorenya Ustaz?
I : Sekitar awal tahun 1967 yang berbentuk Madrasah Diniyyah
P : Sejak kapan Ustaz aktif di Persis?
I : Dari Tsanawiyyah pun selain belajar saya juga mengajar di Madrasah Salah Gedang
maupun di kampung Lempong
P : Apakah Madrasah itu merupakan Madrasah Persis?
I : Madrasah Persis, sebab Persis sudah masuk di Salah Gedang dan di kampung
Lempong dari tahun 1960
P : Apakah Ustaz pernah menjabat di Persis?
xxxv
I : Pernah menjabat di Cabang Banyuresmi sebagai Bidgar Pendidikan tahun 1989-1995
selama 2 periode
P : Apa kegiatan yang Ustaz lakukan setelah lulus dari Pesantren Persis 19 Bentar dan
Mu’allimin di Pesantren Persis 01 Pajagalan?
I : Saya arahkan ke bidang pendidikan dan dakwah, untuk pendidikan mengajar di
Madrasah dan dakwah ke tiap-tiap jama’ah yang ada di lingkungan Banyuresmi
P : Bagaimana latar belakang pendidikan keluarga Ustaz, apakah di Persis?
I : Iya alhamdulillah selama saya tinggal di kampung Lempong keluarga saya sudah
menjadi simpatisan Persis kalau saya sudah menjadi anggota. Kebetulan keturunan
keluarga saya dan keluarga istri saya juga merupakan orang-orang Persis sehingga
untuk pendidikan di sekolahkan ke Pesantren Persis
P : Saat Ustaz masih kecil apakah lingkungannya merupakan lingkungan Persis?
I : Sebelum Persis masuk ke wilayah saya di Kp. Lempong masyarakat disini dalam hal
beribadah dan yang lainnya mereka masih melakukan syirik, khurofat, tahayul dan
sebagainya
P : Bagaiman reaksi masyarakat setelah Ustaz dan keluarga masuk Persis?
I : Alhamdulillah karena di daerah hampir semua satu keturunan jadi tidak terlalu
banyak halangan dan rintangan bahkan dari pemahaman tiga orang yang masih
menggunakan pemahaman yang lama itupun tidak terlalu menghalangi dan tidak
mengganggu aktivitas kita saat menerangkan al-quran dan as-sunnah dan ada
halangan pun halangan yang tidak berarti
P : Karena motif apa Ustaz dan keluarga memutuskan untuk masuk Persis?
I : Karena setelah dipahami dan diperdalam ternyata saat itu kami dan para jama’ah
melakukan hal-hal yang menyimpang dari al-quran dan as-sunnah kami pun sedikit
demi sedikit mengetahui dan mulai berubah dari melakukan perkara yang menyimpang
dari al-quran dan as-sunnah menjadi kembali kepada al-quran dan as-sunnah
P : Bagaimana proses awal Persis masuk ke Garut?
I : Ada Ustaz-ustaz yang datang ke masjid-masjid dan menemui para jama’ah kami yang
pemahamannya masih kurang setelah itu kami pun mengalami perubahan-perubahan
dan para jama’ah pun sudah mengerti mana yang harus di ambil atau di amalkan dan
mana yang harus di tinggalkan. Yang pertama di masuki oleh paham Persis adalah
kampung Salah Gedang diperkirakan pada tahun 1957 setelah itu barulah masuk ke
kampung Lempong pada tahun 1960
P : Bagaimana kondisi awal Pesantren Persis 19 Bentar ketika Ustaz sekolah disana?
xxxvi
I : Sebetulnya saya pun disuruh oleh sesepuh disini untuk sekolah dan memperdalam
ilmu di Bentar yang sesuai dengan al-quran dan as-sunnah. Kondisi awal di Bentar
cukup berat karena jarak antara Pesantren Lempong dengan Pesantren Bentar sejauh
10 km terkadang saat kami tidak mempunyai uang kami berjalan untuk menuju Bentar
karena pada saat itu kehidupannya masih mengalami kesulitan dan serba kekurangan
tapi dengan tekad yang sangat kuat alhamdulillah dari mulai Tajijiyah sampai
Mu’allimin tamat dan bisa melanjutkan ke Pajagalan Bandung. Adapun kondisi
Pesantren Bentar saat itu bangunannya belum permanen dan kami pun terkadang
menggunakan Masjid sebagai tempat untuk belajar dengan peralatan yang seadanya
selain Masjid kami juga pernah belajar di tempat yang sangat sempit hanya bisa masuk
2 meja yang sekarang digunakan untuk kegiatan RG-UG 2 meja dan 3 meja untuk Ustaz
yang mengajar itulah yang pernah saya alami ketika mengajar karena pada saat itu
Persis belum dikenal jumlah santri awal hanya 41 orang dari usia santri pun ada yang
masih belia dan ada juga santri yang sudah tua sehingga bagi santri yang sudah beusia
lanjut mereka tidak melanjutkan ke Mu’allimin karena faktor usia dan ada yang yang
berdagang
P : Seperti apa cara atau teknis pembelajaran di Pesantren Bentar?
I : Santri masuk sekolah jam 07.00 dan pulang sekolah jam 13.00 namun terkadang
pulang jam 15.00. Adapun pelajaran-pelajaran yang kami berikan kepada santri
berpariasi dan yang menjadi titik berat atau penekanan nya adalah hafalan. Pelajaran
yang diutamakan pelajaran agama, seperti qiroatul quran, ubudiyah masalah ibadah,
akhlak. Sehingga kami masih ingat pelajaran awal sampai sekarang dan setelah kami
menjadi Guru pun masih hafal
P : Apakah proses pembelajaran yang dilakukan secara formal?
I : Iya belajar formal. Jam 07.00 masuk sekolah, jam 09.40-10.00 istirahat, jam 12.00
shalat dzuhur berjama’ah, belajar lagi satu jam, jam 13.00 pulang sekolah
P : Apakah santri berkewajiban untuk melakukan praktek dakwah?
I : Iya, pesan dari Guru-guru bahwa kami hidup bermasyarakat, kami diajarkan untuk
bersilaturahim, kami belajar untuk saling mengenal sehingga ketika belajar di
Tsanawiyyah kami sudah dibiasakan untuk berdakwah, dan diajak berdakwah sampai
ke Cisurupan, Cikajang, Samarang, Pasir Wangi, Kp. Malati, dan Pasir Kiamis.
Karena saat itu masih ada kereta api kami pun naik kereta api ke Cisurupan, Cikajang,
dan daerah Wanaraja tapi kami lebih sering berjalan kaki
P : Seperti apa teknis para santri dalam berdakwah ke daerah-daerah tersebut?
xxxvii
I : Kami diarahkan terlebih dahulu oleh Ustaz dan para Ustaz pun mengukur dari
kemampuan kami. Teknisnya kami berangkat 4 atau 5 orang yang dijadikan sebagai
moderator, pembaca tilawah al-quran, dan 1 atau 2 orang yang berdakwah. Ada
pengalaman yang masih saya ingat mungkin karena kami masih di tingkat
Tsanawiyyah kelas satu sudah dihadapkan oleh masyarakat yang berpengalaman kami
terkadang lupa dengan apa yang akan kami sampaikan dalam dakwah tersebut tapi
alhamdulillah itu merupakan pelajaran dan menjadi tuntutan bagi kami agar terbiasa
berbicara di depan banyak orang, ada masukkan juga dari Guru kalau ingin terbiasa
berbicara di depan kami harus sering membaca buku dan sering belajar alhamdulillah
kami dapat mengikuti nasehat mereka sampai sekarang
P : Seperti apa respon masyarakat setelah para santri dakwah disana?
I : Alhamdulillah respon masyarakat disana sangat luar biasa mereka tidak menyangka
santri yang masih duduk di Tsanawiyyah sudah bisa berdakwah walaupun kami
melakukannya dengan keterbatasan ilmu dan keterbatasan mental sudah bisa tampil di
halayak umum, masyarakat sangat antusias bahkan masyarakat menyuruh kami untuk
datang lagi berdakwah sehingga akhirnya kami bisa bergantian untuk berdakwah ke
tiap jama’ah di berbagai daerah
P : Apakah praktek dakwah hanya dilakukan khusus untuk jama’ah?
I : Pada saat itu kami hanya di tugaskan ke tiap-tiap jama’ah mungkin dengan
pertimbangan Asatidz juga kalau untuk ke masjid-masjid non Persis tidak dilakukan
karena kami masih-masih anak-anak takut ada pembicaraan yang salah jadi kami
hanya praktek dakwah di lingkungan Persis
P : Bagaimana proses pembangunan Pesantren Persis di Bentar?
I : Yang saya ingat sejak tahun 1967 awalnya sudah ada 3 lokal dipinggir sawah dan
dibelakang kolam karena 3 lokal tersebut tidak cukup sehingga kalau kelas tidak cukup
kami menggunakan mesjid dan halaman mesjid untuk belajar kemudian pada tahun
berikutnya pengurus Pesantren disana membangun bangunan yang berada di sebelah
baratnya dengan bangunan yang ditingkat dua
P : Untuk dananya sendiri dari mana Ustaz?
I : Dana-dana untuk pembangunan baik pembelian tanah wakafnya maupun sarana-
sarana bangunannya. Mengumpulkan uang dari para anggota, simpatisan serta para
pedagang pasar terutama tokoh-tokoh yang membangun dalam bidang sarana dan
prasarana diantaranya Bapak H. Udung, Bapak H. Ubed, Bapak H. Syarif, Bapak H.
Salimun, Bapak H. Dahlan, Bapak H. Warmo, Ustaz Azis, Alm. Ustaz Komarudin dan
xxxviii
yang lainnya. Dan kami pun sebagai santri dilibatkan untuk mencari dana kepada
donatur terutama yang ada di pasar
P : Jadi pembangunan Pesantren lebih di tekankan oleh para pedagang?
I : Iya memang seperti itu. Saya titip pesan yang tidak boleh di lupakan oleh pengurus
Pesantren Bentar bahwa pembangunan Pesantren juga melibatkan para jama’ah yang
ada di wilayah Kabupaten Garut baik dari tenaga kasar seperti menguras air kolam,
menimbun sawah, penebangan pohon kelapa, yang dilakukan oleh masyarakat Salah
Gedang, ... , Lempong, disamping tenaganya juga pemikirannya. Jangan melupakan
pengabdian masyarakat dan jama’ah terhadap jam’iyyah Persis
P : Bagaimana perkembangan Persis di Bentar setelah melakukan kerjasama dalam
pembangunan Pesantren?
I : Persis mulai berkembang di kota. Ketika di Bentar sudah muncul Pesantren Persis
para Ustaz yang ada di Bentar selain mengajar di Pesantren juga dakwah ke jam’ah-
jama’ah di Kecamatan Banyuresmi seperti Ustaz Komar, Ustaz Syihab, Ibu Aminah,
dan Ustaz yang lainnya datang untuk menyebarkan Persis sehingga Persis bergerak
dan berkembang
P : Kenapa Bentar di jadikan sebagai daerah awal yang dipilih untuk mengembangkan
Persis?
I : Mungkin karena daerah Bentar merupakan tempat yang strategis, mungkin karena
orang-orang di daerah Bentar merupakan orang yang berada sehingga dapat
berkorban dengan memberikan sebagian hartanya untuk jam’iyyah karena mereka
termasuk pedagang-pedagang yang maju dan sukses atau mungkin juga karena
keturunan atau adanya hubungan keluarga
P : Kegiatan apa yang dilakukan oleh angkatan Ustaz setelah lulus dari Tsanawiyyah?
I : Ada yang berdagang, menjadi Ustaz, ada yang ngambil profesi masing-masing, yang
melanjutkan sekolah ke Pajagalan hanya saya, Ustaz Dayat, Ustaz Rohmadin, dan
Ustaz Mamat adapun Ustaz Entang dan Ustaz Endut mereka Kakak kelas saya. Ustaz
Entang sebelumnya Tajijiyah di Rancabogo yang sekarang dipake jalan yang di pimpin
oleh Ustaz Zaenudin. Ustaz Endut masuk ke Bentar ketika saya masih Tajijiyah tapi
saat sekolah di Pajagalan kami satu kelas
P : Selain Ustaz apakah ada juga rekan-rekan lain yang mendakwahkan Persis?
I : Dari angkatan saya sendiri yang juga mendakwahkan Persis ada sebagian karena
mungkin beda daerah, beda lingkungan, dan beda pengajaran tapi mayoritas
mendakwahkan kembali pemahaman Persis
xxxix
P : Setelah Ustaz terbiasa berdakwah ke jama’ah, apa dampak yang Ustaz rasakan setelah
lulus?
I : Alhamdulillah setelah saya lulus dari Pesantren Pajagalan selain di bidang tarbiyyah
saya juga mengisi waktu dengan rutin mendatangi jama’ah ke berbagai daerah
alhamdulillah waktu luang untuk berdakwah sangat banyak dan kondisi tubuh saya pun
saat itu masih kuat. Fokus di bidang tarbiyyah namun dakwah pun tetap berjalan, harus
pandai mengatur waktu saja
Nama : Iqbal Santoso
Usia : 60 Tahun
Pekerjaan : Mudir AM PPI 76 Rancabogo, Pengajar
Tanggal : 25 Maret 2017
Tempat : Kompleks Pesantren Persis Rancabogo
Jabatan : Ketua Dewan Hisab dan Rukyat PP. Persis
P : Ustaz, maaf saya mengganggu. Apakah saya bisa minta waktunya untuk wawancara?
I : Oh iya silahkan
P : Bagaimana Ustaz mengenal Persis?
I : Ustaz dulu mengenal Persis dari kedua orang tua sejak lahir, yang memang kedua
orang tua aktivis Persis
P : Bagaimana kedua orang tua Ustaz bisa mengenal Persis?
I : Ada dua hal, yang pertama Ibu Aminah dulu dia pertama sekolah di Persis di
Muallimin. Ibu Aminah itu adalah angkatan pertama mualimin dari Persis Pajagalan,
dan yang kedua ialan Bapak Syihabudin dia dari jogja dan menjadi PNS, kemudian di
tempatkan di Jawa Barat dan suatu saat di tempatkan untuk mengajar di Pesantren
Persis Pajagalan tahun 1955, kemudian bertemu dengan Ibu Aminah dan menikah.
P : Ibu Aminah dan pak Syihabudin pindah ke garut itu bagaimana?
I : iya, karena Ibu Aminah memang asli orang garut, dan sudah mempunyai dua orang
anak biar tidak repot, dan Pak Syihabudin pindah PNS nya ke garut mulai dari tahun
1960
xl
P : Terus, awal mula ustaz Syihabudin dan Ibu Aminah aktif di Persis Garut teh
bagaimana ustaz?
I : ya pertama Ngajar di Pesantren Persis At Taqwa Rancabogo
P : Jadi, sebelumnya Racabogo teh At-Taqwa dulu?
I : Dulu teh ada Pak Haji Memeh Abdurrahman dia mewakafkan Pesantren At Taqwa
kepada Rancabogo, kemudian Pak Syihabudin bertemu dengan Ustaz Zaenudin, Ustaz
Zaenudin yang sebenernya pertama kali membawa Persis ke Garut dengan Pak Haji
Memeh, kemudian bergabung di Rancabogo menjadi guru di At Taqwa, salah satu
muridnya adalah Ustaz Endut, Ustaz Maman Saepurrahman itu murid di At Taqwa
P : Terus, Waktu Program di At Taqwa itu sendiri bagaimana ustaz?
I : Ya di Pesantren mengajar madrasah.
P : terus, apakah pesantren At taqwa itu masih ada atau sudah berubah?
I : At Taqwa itu dulu dipimpin oleh ustaz Zaenudin Masdiani almarhum, dan dibantu
untuk mengajar di At Taqwa oleh Pak Syihabudin dan Ibu aminah, walapun sebenarnya
yang mengajar itu adalah Ibu Aminah, karena Pak syihabudin PNS menjadi guru di
SMP 2 Garut dan Ibu Aminah mengajar di At Taqwa. Tapi dulu sebenanya Ibu Aminah
tinggal di Nagrak Tarogong dekat Al Huda, yang sekarang menjadi pasar ikan yang
dulu menjadi rumah Ibu Aminah dan disana ada Mushola lalu mengajar madrasah
disana yang muridnya hanya beberapa orang dan juga mengajar di At Taqwa
P : Ustaz sepengetahuan saya ada beberapa murid yang dipindahkan ke Bentar itu kenapa
Ustaz?
I : Karena kan di Bentar membangun Madrasah, dulu di Bentar Pesantren mulai dirintis
tahun 1965 di Mesjid, dulu yang pertama kali didirkan adalah Mesjid. Kemudian tahun
67 ada bangunan ada 3 lokal. Karena Ustaz Syihabudin pindah ke Garut untuk
memimpin pesantren bersama Ibu Aminah. Karena Ustaz Syihabudin pindah ke Bentar,
Ustaz Zaenudin pindah ke Bentar Bubarlah di At Taqwa karena tidak ada guru nya,
karena bubar pindahlah murid-muridnya ke Bentar
P :Terus awal mula didirikannya membangun Rancabogo sendiri bagaimana?
I : pada tahun 65 pesantren sudah ada di bentar kemudian berkmebanglah pesanten di
Bentar, pada tahun 75 Bentar susah untuk berkembang karena lokasi nya yang berada
di kota, santri sudah mulai menambah, lalu ingat ke Rancabogo yang di tinggalkan
tahun 67, nah tahun 75 berdiri di bawah Persis cabang Garut, mengajukan kembali ke
Persis Cabang garut untuk dibangun kembali Pesantren At Taqwa, karena dulu pas
sudah lama di tinggalkan pesantren At Taqwa ini menjadi tempat peternakan Ulat
xli
Sutra oleh pak Aman madrasaha tersebut. Pesantren At Taqwa ini kan pernah terjadi
kebakaran karena saat peternakan ulat surta menghangatkanyya dengan cempor,
cempornya jatuh kemudian terjadi kebarakan sampai hangus yang sekarang menjadi
tempat bengkel sekarang ini. Kemudian ke Persis cabang Garut mengajukan untuk
supaya dibangun kembali Pesantren At Taqwa ini, namun Persis cabang Garut tidak
sanggup, karena yang di Bentar pun sangat kekurangan.
Kemudian berinisiatiflah ustaz Shihabudin untuk membeli tanah, karena tanah
di At Taqwa kecil. Kemudian berhasilah tanah yang dibeli sekitar 6000 meter,
tanahnya dari mana? Ya tentu iuran dari Bapak Syihabudin, kemudian Bapak Yusuf
Hidayat, Bapak Abdul Majid (Pak Abdul Majid adalah Bapaknya Ustaz Gungun) dan
iuran, setelah ada iuran, membayar untuk uang muka tidak langsung tunai tanah 6000
m itu (dari pak Mangkuner namanya itu). Yang sekarang menjadi asrama putri yang
6000 m itu.belakangan Pak sopandi ikutan (yang rumahnya di samping Dr. Hibban).
Sudah lunas tanah yang di kredit tersebut maka punyalah tanah yang 6000 m,
kemudian mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah Saudi Arabia melalui
dewan dakwah yang di bantu oleh pak Natsir, kemudian mengajukan bantuan ke
pmerintah Saudi Arabi. Sekitar tahun 78 adalah bantuan itu senilai 100 ribu dolar,
kemudian di bangun lah Pesantren Rancabogo ini tahun 78-79, dan diresmikan pada
awal tahun 80 Pesantren Persis Tarogong
P : Untuk strategi supaya santri masuk ke Rancbogo itu seperti apa ustaz?
I : tidak ada strategi, tapi kan di Pesantren Bentar itu penuh sehingga sebagian dari
Bentar santri ke Rancabogo, kemdian diresmikan yang saat peresemiannya itu besar-
besaran. Setelah 600 m, kemudian beli tanah lagi setelah ada bantuan dari Saudi beli
tanah 400 m jadi luas tanahnya menjadi 1000 m, yang sekarang menjadi kantor. Yang
luasnya dari koperasi ke jalan. Yang pertama kali dibangun justru yang dibeli terakhir
karena yang di bawah saawah dan tanah yang di atas adalah daratan.
P : pembeda pendidikan di Rancabogo dan di Bentar, ada tidak ustaz?
I : ya secara pendidikan sama, dulu sebagian murid ke seni
P : tapi untuk saat ini kan yang lebih terkenal di Garut itu kan Rancabogo ya ustaz, apa
sih strategi nya supaya lebih dikenal seperti itu ustaz?
I : ya tidak kenal, tapi kita kan sama saja, sebenarnya Rancabogo dan Bentar itu sama,
dulu cabang Garut ini sabang kemudia dimekarkan menjadi 4 cabang. Kemudian
rancbogo ini dibawah cabang Persis Tarogong , dulu di garut nama Peris tarogong ini
Persis Garut 1, dan yang di Bentar Persis Garut 2, nah kemudia setelah dimekarkan
xlii
menjadi 4 cabang tahun 84, jadi namanya Persis Tarogong. Yang membedakan saat
dulu Bentar di Kota Rancabogo di Kampung belum ada Simpang Lima, belum ada
Komplek Pemda, jalan pembangunan dulu pun masih jalan tanah. Tahun 80an antara
85/86 Pemda pindah kesini yang pada awalnya dari alun-alun, setelah pemda pindah
maka ada Simpang Lima,Jalan yang dibangun, kemudian datanglah komplek-komnplek
perumahan. Pada zaman dulu susah untuk menuju rancabogo tidak ada delman
ataupun angkot
P : jadi sekarang mah lokasi Rancabogo menjadi strategis.
I : ya saat dulu Rancabogo ini pinggiran kota
P : jadi yang membuat Rancabogo terkenal adalah strategisnya ya ustaz?
I : mungkin, ya karena ada Simpang Lima dan sebagainya, tapi sebenarnya kita
melakukan pembaharuan, karena salah satu ciri Persis itu adalah Harokah Tajdid
(Gerakan Pembaharuan), pembaharuannya sebenarnya tidak dramatis,
pembaharuannya pembaharuan biasa. Pertama kita ada asrama yang daya tampung
kita lebih banyak dari pada di Bentar, baik daya tampung asrama maupun daya
tampung kelas. Yang kedua Guru-guru di kita lebih banyak, karena dulu pak
Syihabudin guru di SMP kemudian dia pindah menjadi guru di SPG, maka ustaz
Shihabudin mengambil teman-teman guru disana. Mengambil dari SMP 2 dan SPG
teman-teman disana. Yang ketiga dulunya ada kegalauan sekitar tahun 85an,
kegalauanya itu saat ujian mau ikut ke negeri atau tidak. Dulu di Rancabogo ikut Ujian
Negeri dapat ijazah, ada ijazah Tsanawiyah, Mualimin. Sedangkan di Bentar anti
ijazah jadi kadang-kadang tahun 85 itu ada gerqakan di Bentar tidak mau ikut ujian
negeri dari ijazahnya pesantren, dan orang-orang yang ingin ijazah negeri ya pindah
ke Rancabogo jadi kita banyak santri
P : Penekanan pelajaran di rancabogo itu sendiri seperti apa?
I : ya sebetulnya kan kita dibawah jamiyyah Persis, tentu saja sebagai lembaga
pendidikan yang ada di jamiyyah Persis harus menjabarkan visi, misi dan tujuan,
kemudian dibacalah aturan-aturan jamiyyah Persis, kita sesuaikan dengan kurikulum
pesantren saja, kemudian tahun 90an kita mengadakan penyederhanaan kurikulum,
dulu kan banyak kurikulumnya terutama dalam muatan itu sampai 30 pelajaran
kemudian disutkan menjadi 20 pelajaran atau 16 pelajaran, sementara kelompok
pesantren menjadi 6 mata pelajaran kepesantrenan, ada menyebutnya mata pelajaran
agama yang hanya 6, yaitu Quran, Hadits, Syariah/Fiqh, Aqidah Akhlak, Tarikh/SKI,
dan Bahasa Arab. Dulu Bahasa Arab ada 10 yaitu, Nahwu, Syorof, Inna, Imtsa, I’rob,
xliii
dsb. Terus Syariah disederhanakan kurikulum yang dulu itu ada Bulughal Maram,
Ushul Fiqh, Faraidh, dsb. Kita dikelompokan menjadi Syari’ah.
P : mengenai dampak penyederhanaan kurikulum, apakah ada dampak negatif dari
pimpinan pusat atau dari masyarakat?
I : kalau dari pimpinan pusat tidak ada, karena memang di dalam aturan hanya yang 6
kelompok pelajaran itu, tapi di dalam praktek kita menyesuaikan yang ada dalam
aturan, karena kan kita dibawah Persis, di Persis kurikulum hanya itu. Di dalam ijazah
oleh ysng di keluarkan PP tidak ada I’rab, Imtsa, maka disesuiakan dengan yang ada
di ijazah maka dulu mata pelajaran yang ada di kelas dengan mata pelajaran ijazah
tidak sama, di kalam kelas itu sampai 30 mata pelajaran seperti bahasa arab saja, tidak
ada bulugal maram, tidak ada Bukhari, padahal kan dulu tidak efisien contoh nya
dalam bab shalat yang di kitab Bukhari dibahas, di kitab Bulughal maram dibahas jadi
bulughal maram tidak pernah selesai-selesai di Tsanawiyah hanya sampai bab Shalat,
shalat juga sampai shalat jum’at. Setelah ada penyederhanaan kurikulum maka
mengajar lebih efektif
P : Ustaz, kalau jumlah murid Rancabogo sendiri jumlahnya ada berapa?
I : ya sekitar 100 santri
P : kalau sekarang ustaz?
I : ya, sekarang sampai 3600 santri
P : srtiap tahun yang daftar itu ada berapa?
I : ya setiap tahun itu tidak tetap, ada naik dan ada turun.
P : kalau rata-ratanya ustaz?
I : kalau tahun lalu ada 1000, kalau sekarang ada kurang sedikit antara Tsanawiyah
dan Muallimin ada 900an.
P : yang diterima dari 1000 orang itu ada berapa ustaz?
I : yang diterima sebenernya tiap tahun naik, kalau yang diterimanya naik sampai
kemarin tahun lalu, sekarang di tahun ini ada kurang sedikit. Karena memang kita
agak ketat dan di awalkan. Kalau dulu yang daftar di muallimin 310 orang paling yang
tidak diterima 10. 20 orang untuk sekarang di tahun ajaran baru dan dimajukan yang
sudah tahun dimulai dari tahun 2016 dan sekarang, kalau di tahun 2016 itu Februari-
Maret, sedangkan untuk sekarang Maret-April. Dan sekarang bulan Maret sudah
selesai penerimaan santri baru. Kalau dulu bulan Juni kemudian menjadi turun
menjadi Februari/Maret. Dan yang diterima ini sekitar 50%-60% jadi yang 40% tidak
diterima untuk tingkat Tsanawiyah dan Muallimiin/Aliyah, untuk SD yang daftar
xliv
sekitar 200 , karena untuk SD ada seleksi yang daftar hanya boleh dari TK saja, dari
Tk Persis, dari TK Persis pun ada sekitar 200 yang daftar, yang diterima sekitar 150
yaitu 80% yang diterima, begiru juga Tsanawiyah. Tsanawiyah ini yang daftar dan
diterima sekitar 360/400 ya ssekitar 60/70% yang diterima. Nah mualimin presentasi
nya semakin diperkecil yang diterima
P : Kalau yang SDIT, mengapa yang diterima hanya dari Tk pesis ini?
I : karena TK Persis saja yang usia SD lebih besar dari daya tampung. Misalnya gini,
Tk Persis itu yang usia sd nya sekitar 250 sedangkan daya tampugnya hanya 150, kalau
kita membuka dari Tk lain tentu yang daftarnya jauh lebih banyak
P : untuk dari Rancabogo banyak tidak yang dari lulusan muallimin untuk melanjutkan
ke Perguruan Tinggi?
I : ya banyak, tentu setiap tahun kita ada peningkatan baik ke perguruan tinggi umum
Negeri maupun Swasta, juga ke timur tengah ke Saudi Arabia, Mesir lebih dari 30
orang, Libya, Pakistan, ke Malasyia dsb
P : Kalau fakultas di dalam negeri sendiri kemana aja kira-kira ustaz?
I : kalau di dalam negeri ya ke Unpad, UIN, UPI, ITB, UI dsb sampai ke Jawa Timur
Unair dan ITS sudah ada
P :Berarti setiap tahun ke perguruan/non perguruan tinggi tiap tahun itu semakin
meningkat?
I : Ya sama, dikarenakan jumlah nya semakin nambah maka presentase nya pun
bertambah dengan berbagai macam jalur ada jalur beasiswa, Mandiri, dan berbagai
macam jalur.
P : dari banyak lulusan Persis lalu melanjutkan ke perguruan tinggi, masih banyak tidak
yang berkomunikasi dengan Rancabogo?
I : ya banyak, terutama yang jalur beasiswa. Kalau yang beasiswa kan dia ada
kewajiban kalau lulus harus ngabdi ke Pesantren, hampir 90% yang lulus jalur
beasiswa dan mengabdi ke Pesantren, karena wajib 3 tahun mengabdi di pesantren.
Kemudian ada program ikatan alumni, Reuni dsb.
P : kalau ustaz kan presentasi murid ini kan semakin banyak yang dapat beasiswa pun
semakin banyak
I : ya sebenrnya ada banyak juga, ya setiap tahun ada sekitar di bawah 10 atau 1-6-10
orang, terutama jatah dari pemerintahnya pun hanya sedikit dan presentase pun
sedikit, tapi kalau dibandingkan dengan pesantren yang lain kita paling tinggi
xlv
P : kalu ini kan wajib mengabdi 3 tahun ustaz, pernah tidak kelebihan pengajar gara-gara
pengabdian?
I : ya kita masih kurang, karena kita ini kemudian mengembangkan juga untuk asrma,
ya kemudian yang tidak ngajar disuruh mengabdi di asrama. Kita sebenarnya masih
banyak kekurangan tenaga-tenaga pengajar.
Nama : Lutfi Lukman Hakim
Usia : 39 tahun
Pekerjaan : Mudir AM PPI 99 Rancabango, Pengajar, Dosen
Tanggal : 31 Maret 2017
Tempat : STAI-Persis Kab. Garut
Jabatan : Sekretaris Dewan Tafkir PP Persis
P : Assalamualaikum, ustaz. Boleh saya meminta waktu untuk mewawancarai ustaz?
I : Boleh silahkan.
P : Apakah ustaz pernah sekolah di Persis?
I : Iya sejak saya ibtidaiyyah
P : Sudah berapa lama ustaz aktif di organisasi Persis?
I : Sejak saya keluar dari pesantren masuk ke Pemuda Persis
P : Bagaimana ustaz mengenal Persis?
I : Saya Persis kultural yaitu dari orang tua
P : Apakah keluarga ustaz aktif di Persis?
I : Iya, ayah saya sekarang menjabat ketua PP. Persis.
P : Apakah ustaz sering diajak ke dalam acara-acara Persis?
I : Sering diajak
P : Bagaimana proses pembentukan Pesantren Rancabango?
I : Berdirinya Rancabango itu merupakan pelebaran atau perluasan dari PPI 19 Bentar
di Garut Kota karena dianggap santri sudah banyak dan tempat sudah tidak
memungkinkan maka didrikanlah Pesantren Persis di Rancabango jaraknya kurang
lebih 4 km dari Pesantren Persis Bentar
P : Pada tahun berapa Pesantren Rancabango didirikan?
I : Di resmikan oleh Bupati Garut Drs. H. Mumun Ganda Sasmitha pada tahun 1988
xlvi
P : Siapa saja tokoh Persis yang membangun Pesantren Rancabango?
I : Alm. H. Jamaludin Makmun yang jadi pimpinan Pesantren Persis 19 Bentar setelah
selesai membangun Pesantren di Bentar Ustaz Jamal melebarkan sayap Persis dengan
membangun Pesantren di Rancabogo Tarogong kemudian melebarkan sayap Persis di
Rancabango. Ustaz Jamal sendiri lah yang membangun Pesantren Rancabango dari
mulai tahun 1986, tanah yang di bangun asalnya kebun jeruk milik beliau dan
keluarganya kemudian tahun 1988 diresmikan kebun jeruk tersebut dirubah menjadi
Pesantren dan ketika diresmikan memakai nama Yayasan Ihyaus Sunnah tidak
memakain nama Pesantren Persis karena masyarakat sekitar masih alergi terhadap
Persis baru ketika tahun 1991 Yayasan Ihyaus Sunnah diserahkan dan di wakafkan ke
PP Persis waktu itu Ketua Umumnya KH. Abdul Lathif Muchtar M A sejak saat itu
Yayasan Ihyaus Sunnah berubah menjadi Pesantren Persis 99 Rancabango yang
statusnya wakaf jam’iyyah Persatuan Islam
P : Untuk biaya pembangunan Pesantren didapat dari mana?
I : Seluruh biaya pembangunan Pesantren Rancabango di tanggung oleh Alm. Ustaz
Jamaludin
P : Apakah tidak ada bantuan dari simpatisan?
I : Tidak ada, karena Ustaz Jamaludin kebetulan berdagang di pasar dan juga usaha di
bidang perikanan dan pertanian wallahua’lam bisa jadi ada juga bantuan dana dari
luar tapi setahu saya sampai diserahkan ke PP Persis dana pembangunan Pesantren
Rancabango murni dana pribadi Ustaz Jamal
P : Berapa jumlah santri awal di Pesantren Rancabango?
I : Santri nya di ambil dari santri Pesantren Persis 19 Bentar, kalau tidak salah santri
awalnya 20 orang. Di umumkan kepada santri, siapa saja yang mau pindah ke
Pesantren Persis 99 Rancabango
P : Pada awal pembangunan Pesantren Persis Rancabango pada tingkat apa?
I : Tingkat Tsanawiyyah. Ada Tajijiyah terlebih dahulu selama satu tahun persiapan
sebelum masuk ke Tsanawiyyah, yang asalnya Pesantren Bentar mengumumkan siapa
yang siap dan ridha untuk pindah ke Rancabango jadi 20 atau 40 orang pindah ke
Rancabango dengan kondisi fisik yang jauh dari Yaman karena belum ada listrik dan
belum ada air disebabkan Pesantren berdiri ditengah hamparan sawah, ketika malam
menggunakan petromak, dan kalau mau mandi harus berjalan ke danau
P : Tenaga pengajarnya ada berapa orang?
xlvii
I : Tenaga pengajarnya pun diambil dari Pesantren Bentar, mengajar di Bentar juga
mengajar di Rancabango dan ada tenaga pengajar juga dari Rancabogo
P : Pada saat penyerahan tanah wakaf ke PP Persis, apakah ada hambatan?
I : Hambatan pasti ada. Sebelumnya Pesantren seolah-olah tidak diharapkan karena
kondisi masyarakat di Rancabango masih awam dan jauh dari agama, mereka bilang
untuk apa ada pesantren belum ada jalan untuk masuk mobil ataupun motor hanya
jalan setapak. Dengan adanya Pesantren Rancabango kebetulan Ustaz Jamal asli dari
Rancabango dan cukup berpengaruh di kampung dan di desa alhamdulillah pendirian
Pesantren berbarengan dengan pelebaran jalan yang asalnya jalan setapak jadi bisa
masuk mobil tidak ada jembatan dan jadilah jalan baru makanya jalan nya disebut
dengan Kudang Sari
P : Kalau hambatan dari masyarakatnya seperti apa?
I : Ketika itu ada santri Rancabango yang mukim di Pesantren Rancabango dan ada
juga santri yang mukim di Bentar. Santri yang mukim di Bentar setiap hari diantar
jemput ke Pesantren Rancabango dalam proses antar jemput tersebut terkadang
dijalan menuju ke Pesantren mengalami halangan dan rintangan dari masyarakat
seperti melempar batu atau kayu di tengah jalan jadi sebelum melintasi jalan kami
harus menyingkirkan benda-benda tersebut ke tepi jalan baru kami bisa melanjutkan
perjalanan
P : Dari kapan masyarakat mulai menerima keberadaan Pesantren Rancabango?
I : Sebenarnya pada waktu itu sudah ada yang menerima walaupun jumlahnya
minioritas tetapi dikategorikan sesepuh kampung yang secara kebetulan sebelumnya
pernah kenal dengan paham Persatuan Islam karena ada sesepuh disana sehingga
penyebaran paham Persis dapat terbantu
P : Dilihat dari Perkembangan Pesantren, kapan Mu’allimin dan Tsanawiyyah didirikan?
I : Mu’allimin pertama kali berdiri tahun 1992
P : Santrinya ada berapa orang?
I : Kurang lebih hanya 12 orang, masih sedikit karena tidak semua alumni Tsanawiyyah
melanjutkan ke Mu’allimin di Rancabango
P : Apakah mata pelajaran di Ihyaus Sunnah dengan di Rancabango mempunyai
kesamaan?
I : Ketika Ihyaus Sunnah dan Pesantren Persis Rancabango mata pelajarannya relatif
sama tidak ada yang dirubah hanya terjadi perubahan nama Pesantren
P : Karena faktor apa Rancabango mulai dikenal oleh masyarakat dan dapat berkembang?
xlviii
I : Dulu masih banyak yang ingin sekolah di Pesantren khususnya orangtua dan juga
anak-anaknya tapi sudah 5 tahun berdiri kebanyakan yang masuk ke Rancabango itu
merupakan lemparan dari Pesantren Bentar, di Bentar sudah penuh di rujuk ke
Rancabango. Setelah Ustaz Jamal menjadi pimpinan Pesantren di Bentar kemudian di
gantikan oleh Ustaz Aceng dan ketika Ustaz Aceng pindah ke Rancabango maka
Rancabango lah yang menjadi tujuan utama karena rata-rata santri ingin diajarkan
oleh Ustaz Aceng kira-kira pada tahun 1993
P : Apa alasan mereka ingin diajarkan oleh Ustaz Aceng?
I : Karena pada saat itu Ustaz Aceng sudah mempunyai buku diantaranya Bahasa Arab,
Nahwu Shorof, Fiqih, Tauhid, dan Ustaz Aceng juga sering mengadakan pengajian di
berbagai daerah
P : Apakah Ustaz Aceng selain membuat buku juga membuat selembaran?
I : Itu berlangsung selama 10 tahun dengan membuat stensilan setiap mengadakan
pengajian kalau sekarang hanya mengadakan pengajian dan membahas buku karya
Ustaz Aceng, di Rancabogo juga pernah mengadakan pengajian khusus namanya
Tamhidul Mubalighin yang dilaksanakan setiap malam Sabtu. Jama’ah yang datang
awalnya 30 orang terus bertambah menjadi 50 orang dan yang awalnya satu kelas
bertambah sampai empat kelas, dan bertahan terus sampai empat kelas satu meja nya
di isi oleh tiga orang yang mereka kaji dan pelajari adalah buku Al hidayah dan Masail
Fiqih
P : Pada tahun berapa Tamhidul Mubalghin dimulai?
I : Tahun 1993
P : Peserta nya berusia berapa tahun dan berprofesi sebagai apa?
I : Peserta nya relatif dan mereka datang dari berbagai daerah yang ada di Garut mulai
dari radius 3 km sampai radius 30 km sengaja datang ke Pesantren Rancabango untuk
belajar langsung dari Ustaz Aceng dan secara tidak langsung memberikan publikasi
juga sebagai bentuk promosi Pesantren Rancabango
P : Apakah buku Al hidayah juga diajarkan di Pesantren Rancabango?
I : Iya tentu saja diajarkan karena peserta tamhid itu bukan santri, santri hanya
dikaryakan untuk mempersiapkan ruangan, meja, atau untuk membagikan konsumsi
P : Dari tahun berapa santri mulai khusus mempelajari buku Al hidayah?
I : Ketika Mu’allimin berdiri tahun 1992 sudah diajarkan sampai sekarang, tidak
diajarkan di tingkat Tsanawiyyah tapi di tingkat Mu’allimin
xlix
P : Program di Rancabango selain program keagamaan apakah ada program
kemasyarakatan atau yang lainnya?
I : Ada program kemasyarakatan setiap tahun kami menyelenggarakan kegiatan amal
yang di khususkan untuk masyarakat sekitar, ada pengobatan gratis, pembagian
sembako, khitanan masal, pengajian umum, dan sejak tahun 1991 pengajian mingguan
setiap hari Kamis ba’da ashar di isi oleh Ustaz Jamal biasanya didahului oleh kultum
para santri baik dari Tsanawiyyah ataupun Mu’allimin kalau tamhid setiap hari Sabtu
ba’da maghrib dan sampai sekarang program kemasyarakatan masih tetap berjalan
P : Berapa orang jumlah rata-rata jama’ah yang ikut pengajian?
I : Kalau pengajian Kamis ada sekitar 60 sampai 90 jama’ah warga sekitar dari
kampung Rancabango dan kampung Kudang Sari, dari Pesantren Rancabango
kegiatan sosial kemasyarakatannya seperti itu. Selain itu ada juga kegiatan
pengabdian santri kepada masyarakat ditujukan bukan hanya kepada masyarakat
sekitar namun kepada masyarakat Garut dan diluar Garut biasanya pengabdian
dilakukan oleh para santri diakhir tahun kelas 3 Mu’allimin ketika Ramadhan, santri
diutus untuk pengabdian Ramadhan santri Rancabango di tempat-tempat pelosok
daerah Garut kurang lebih selama 3 minggu kalau yang diluar Garut dilakukan setelah
ujian akhir santri di tugaskan ke berbagai daerah diluar Kabupaten Garut untuk
melaksanakan praktek mengajar, praktek dakwah, kegiatan bakti sosial, dan masih
dilakukan sampai sekarang
P : Dari tahun berapa pengabdian mulai dilakukan?
I : Tahun 1994 ketika saya kelas 3 Mu’allimin baru pertama kali ada pengabdian
P : Untuk pengabdian atau dakwah tersebut apakah sebelumnya diadakan pelatihan
khusus terlebih dahulu dari Pesantren?
I : Untuk dakwah kan ada pelajarannya di kelas yaitu pelajaran ilmu dakwah dan
sebelum di terjunkan ke masyarakat biasanya ada training atau pembekalan untuk
membekali para santri
P : Apakah untuk melakukan program ini Pesantren Rancabango mengirimkan surat
kepada KesBangPol setiap tahun untuk meminta izin atau langsung saja?
I : Terkait dengan KesBangPol kami tidak pernah melakukan hal itu karena ini tidak
berkaitan dengan wilayah negara tapi wilayahnya jam’iyyah makanya biasanya
pengabdian masyarakat di Garut kita kordinasi langsung dengan pimpinan cabang
yang ada di Kabupaten Garut dan juga Pimpinan daerah kami beritahukan dan kami
juga mencari Pimpinan Cabang yang siap menampung para santri kemudian kami
l
menitipkan santri disana agar santri pun dapat belajar memasak sendiri dan
melakukan hal lainnya secara mandiri, biasanya ketika kita mengutus santri ke tempat
pelosok di Garut atau ke tempat di luar Garut ke aparat setempat seperti RT, RW,
ataupun Desa untuk konfirmasi saja karena kami tamu dan kami menitipkan para santri
kepada penanggungjawab jam’iyyah setempat
P : Apakah ketika pengabdian di bulan ramadhan Pesantren Rancabango mengadakan
acara khusus untuk santri atau juga masyarakatnya?
I : Iya pengabdian santri ke daerah-daerah yang ada di Garut
P : Jadi pengabdiannya dilaksanakan pada bulan Ramadhan?
I : Iya, pengabdiannya ada dua kali yaitu pada bulan Ramadhan dan setelah
melaksanakan ujian akhir
P : Selama berapa minggu pengabdian pada bulan ramadhan dilakukan?
I : Rata-rata selama 3 minggu, ada yang selama 18 hari dan ada juga selama 20 hari
setiap tiga kali Jum’at berangkat hari Rabu pulang hari Sabtu atau Ahad
P : Apakah ada konflik dari masyarakat terkait program pengabdian ini?
I : Untuk konflik saya tidak pernah menemukannya. Justru masyarakat merasa terbantu
karena masjid, sekolah, dan madrasah ibtida’iyyah menjadi ramai karena keberadaan
para santri dan ketika santri sudah terjun ke masyarakat, masyarakat tidak melihat
mereka santri Persis atau bukan tetapi jelas terasa manfaatnya oleh masyarakat sekitar
P : Apakah dampak setelah pengabdian ada masyarakat yang akhirnya menyekolahkan
anaknya ke Rancabango?
I : Ada sebagian. Setelah pengabdian yang dilakukan oleh para santri banyak
masyarakat yang tertarik ingin melakukan pengabdian juga dan akhirnya
menyekolahkan anak mereka ke Rancabango. Sejak 8 tahun yang lalu selain
pengabdian ke pelosok Garut pada bulan ramadhan kami juga mempunyai masyarakat
binaan di perbatasan Garut-Bandung di Geothermal Pertamina Kamojang yang
meminta santri Rancabango untuk pengabdian disana, jadi santri yang diutus ke
Kamojang dan yang diutus ke pelosok Garut merupakan santri yang berbeda. 8 tahun
terakhir ada 2 rombongan yang pengabdian di Kamojang namun tidak terlalu banyak
sekitar 8 orang yang disesuaikan dengan jumlah masjid yang terdiri dari 4 laki-laki
dan 4 perempuan terkadang juga 5 lak-laki dan 3 perempuan karena ada beberapa
masjid yang harus diisi dengan kegiatan khusus ramadhan seperti tarawih, tadarus,
dan yang lainnya
P : Apakah santri yang pengabdian di Kamojang merupakan santri yang lebih berkualitas?
li
I : Kami memilih santri yang menganggur karena santri yang diberangkatkan
pengabdian di pelosok Garut rata-rata dilakukan oleh santri kelas 3 Mu’allimin
sementara pengabdian di Kamojang rata-rata dilakukan oleh santri kelas 2 Mu’allimin
dan pernah juga melibatkan alumni yang baru 1 atau 2 bulan lulus dari pesantren kita
utus kesana tapi tidak semuanya yang digabungkan dengan santri kelas 2 Mu’allimin
P : Apakah pengabdian di desa tempat pembinaan hanya dilakukan pada bulan ramadhan?
I : Di Kamojang sendiri memang meminta kami melakukan pengabdian pada bulan
ramadhan karena terkait dengan ta’mir masjid menyemarakan bulan ramadhan dan
menghidupkan masjid karena pada bulan ramadhan tidak mungkin ada masjid yang
libur dan juga karena di Kamojang belum ada organisasi ataupun PC Persatuan Islam
mungkin karena kedekatan mereka meminta khusus ke Pesantren Rancabango
P : Ada berapa jumlah santri yang lulus dari Rancabango setiap tahunnya?
I : Rata-rata 80-90 santri walaupun pernah juga 60 santri bahkan sampai 100 santri
karena terbatas oleh tempat baik asrama ataupun ruang kelas
P : Apakah santri tersebut hanya lulusan dari tingkat Mu’allimin?
I : Iya itu lulusan Mu’allimin
P : Untuk jumlah santri lulusan Tsanawiyyah dan Ibtida’iyyah nya sendiri ada berapa
orang?
I : Lulusan Tsanawiyyah biasanya lebih banyak tapi lulusan Ibtida’iyyah lebih sedikit
karena hanya penduduk sekitar
P : Apa yang akan dilakukaan Pesantren Rancabango kedepannya dalam peningkatan
infastruktur atau kurikulum nya?
I : Kami menyesuaikan dengan SDM dan SDA. Sejak tahun 1988 sampai saat ini kami
hanya satu kali menerima sumbangan dari Pemerintah untuk membangun kelas
selebihnya dari swadaya masyarakat, pada tahun 2012 kami mendapatkan bantuan
ruang kelas baru dari Gubernur Jawa Barat sebanyak 4 lokal dan kami membuatnya
menjadi 6 lokal dan alhamdulillah kami dapat melakukannya secara swadaya
P : Apakah Pesantren Rancabango pernah membuat koran, bulletin, atau blog?
I : Untuk koran, bulletin, majalah belum pernah kalau blog ada dulu pernah aktif
kemudian sempat mandeg dan sekarang diaktifkan kembali alamat web nya
www.Persis99.com
P : Apakah dalam penerimaannya tidak ada hambatan dari masyarakat?
I : Ada hambatan yang bersifat aktif dan ada juga hambatan yang bersifat pasif. Untuk
hambatan aktif sampai sekarang tidak ada tapi untuk hambatan pasif masih sering
lii
terjadi meskipun indikatornya sederhana salah satunya penduduk sekitar yang
menyekolahkan anaknya ke Pesantren Persis Rancabango masih minim padahal
Pesantren sudah membuat ketetapan bahwa penduduk di sekitar Rancabango masuk
ke Pesantren dengan gratis tanpa dipungut biaya apapun, biaya sekolah dan biaya
asrama walaupun sudah di gratiskan namun tetap saja santri yang mendaftar masih
minim
P : Berapa rata-rata per tahunnya?
I : Dari masyarakat sekitar 5 atau 10
P : Apa strategi Rancabango dalam mengahadapi hal tersebut?
I : Ketika yang ditawarkan dalam bentuk ajaran mereka merasa tidak menerima tapi
dalam bentuk pengabdian sosial masyarakat meresponnya dengan baik seperti pada
saat pembagian zakat fitrah banyak masyarakat yang datang bahkan ketika qurban
idul adha pun hampir 1500 bingkisan yang kami bagikan kepada masyarakat. Yang
perlu kami tingkatkan adalah pelayanan sosial kepada masyarakat karena pelayanan
sosial tidak mengenal lintas agama
Nama : Gungun Abdul Basith
Usia : 43 tahun
Pekerjaan : Pengajar dan Dosen
Tanggal : 28 Maret 2017
Tempat : STAI-Persis Kab. Garut
Jabatan : Pudek STAI-PI
P : Ustad maaf, saya minta waktunya sebentar ya untuk wawancara..
I : Iya silahkan.
P : Pekerjaan ustaz apa?
I : Pekerjaan mah tetap menjadi dosen di STAI-PI Garut dari tahun 2004 hingga
sekarang.
P : Selain dosen di STAI-PI ada lagi ustaz?
I : Selain dosen, saya juga guru di PERSIS Tarogong di tingkat mualimin sejak tahun
1999 sampai sekarang
P : Ngajar apa ustaz?
liii
I : Ngajarnya antara Fiqih, kemudiah tafsir Hadist. Namun beberapa tahun terakhir ini
ngajar Fiqih
P : Kalau di STAI-PI mengajar apa?
I : di STAI-PI mengajar Ilmu Hadist
P : Apa ustaz pernah sekolah di sekolah Persis?
I : Di sekolah Persis 11 tahun. 11 tahunya di Bentar, sampai kelas 4 diniyah, lalu
tajiziyah, tsanawiyah, mualimin jadi 11 tahun di Bentar.
P : Jabatan Ustaz di Persis apa?
I : Kalau di Persis saya adalah ketua di PC Persis Tarogong Kidul, PC Persis Tarogong
Kidul lingkupnya kecamatan, dan di pimpinan daerah menjadi sekretaris.
P : Kalau di STAI-PI ustaz?
I : Di STAI-PI wakil ketua II bidang Administrasi dan Keuangan.
P : Sudah berapa lama aktif di PERSIS?
I : Aktif di PERSIS awal karir itu dahulu di awali di pemuda PERSIS tahun 1996.
P : Sebelumnya pernah ada di RG-UG?
I : Di RG di Bentar waktu mualimin 2 di RG bidang dakwah. Kemudian selama jadi
mahasiswa aktif di himaPersis menjadi sekretaris himaPersis Komasariat Jogja. Terus
di HMI Jogja
P : Awalnya mengenal PERSIS itu bagaimana?
I : Saya mengenal PERSIS sejak kecil karena kebetulan orang tua saya aktifis PERSIS.
Sehingga ketika orang tua juga aktif di PERSIS di PD, kemudi an juga mubalig. Jadi,
sejak kecil saya sudah terbiasa ikut orang tua ke pengajian-pengajian sehingga jadi
sudah taulah kondisi PERSIS, terlebih juga karena pendidikan dari sejak kelas 3 SD
masuk Diniyah. Jadi sejak kecil sudah mengenal PERSIS lah.
P : Kalau latar belakang pendidikan orang tua ustaz bagaimana?
I : Pendidikan orang tua kalau Bapak saya S1 di STAIS Siluang Leles, Ibu saya SMP.
Lalu, orang tua saya PNS. Almarhum adalah guru PNS. Guru Agama di SMP. Kalau
Ibu saya, ibu rumah tangga.
P : Pernah aktif di ranah apa saja orang tua ustaz?
I : Kalau orang tua, aktif di PERSIS mah dulu menjadi sekretaris PERSIS PD Garut
tahun 1988- 1992an. Karena orang tua meninggal tahun 1992 posisi terakhir sebagai
sekretaris PD PERSIS kabupaten Garut. Sementara ibu hanya sebatas aktif di
pengajian-pengajian saja. Tidak masuk ke struktur.
liv
P : Ustaz pertama mulai di ajak ke pengajian-pengajian atau acara PERSIS itu diumur
berapa?
I : Dulu ketika usia kelas 5 SD sudah terbiasa ikut bapak menghadiri pengajian-
pengajian, sejak kecil sudah terbiasa. Kemudian sejak kelas 2 Tsanawiyah belajar jadi
protocol, kemudian sejak kelas 1 Mualimin sudah belajar ceramah-ceramah ke masjid-
masjid sampai sekarang.
P : Kalau lingkungan rumah waktu kecil itu orang-orang PERSIS atau bagaimana?
I : Kalau waktu kecil itu di Sukadana. Tantangan Bapak saya mendirikan Persis di
Sukadana sangat luar biasa, sampai sempat dianggap sebagai agama baru, kemudian
pernah juga dituduh Ahmadiyah. Tantanganya luar biasa, jadi mayoritas memang di
daerah Sukadana daerah yang ketika itu tidak mengenal PERSIS, tidak mengenal
organisasi jadi tantanganya sangat luar biasa. Meskipun dalam perkembanganya saat
ini akhirnya mereka sudah mengenal PERSIS dan simpatisan juga sudah lumayan
bertambah.
P : Waktu dulu saat orang tua ustaz mendirikan jamaah PERSIS disana, sikap dari
masyarakat itu sendiri seperti apa?
I : Mayoritas saat awal-awal itu menolak, karena memang gerakan PERSIS berbeda
dengan yang lain, karena dengan gaya khas yang memang dulu doktrinnya itu ketika
melihat perbedaan sedikit-sedikit konsep bit’ah itu keluar. Masyarakat seperti tidak
bisa menerima itu sehingga sempat ada tuduhan agama baru seperti Ahmadiyah dan
lain sebagainya mayoritas menolak lah. Sampai untuk meyakinkan masyarakat bahwa
ini bukan agama sesat atau ajaran sesat itu membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai akhirnya masyarakat yang tadinya menolak keras kemudian pada akhirnya
bersikap apriori dan kalau sekarang Alhamdulillah generasi mudanya banyak yang
sholat dan mengaji di masjid Sukadana itu.
P : Langkah-langkah yang dilakukan oleh orang tua ustaz sendiri untuk meyakinkan
masyarakat sendiri seperti apa?
I : Langkah-langkahnya itu kalau dulu yang dilakukan dengan pengajian, pengajian
sendiri itu dahulu ada pengajian rutin, pertama ngaji yang dilakukan setiap subuh,
kajian-kajian tafsir rutian setiap subuh. Kemudian merekrut generasi muda, anak-anak
itu ada kajian ba’da maghrib. Dan ternyata sasaran dia itu mulai bisa merangkul dari
generasi muda seperti pemuda-pemudi kemudian anak-anak. Sementara merangkul
orang tua itu luar biasa beratnya. Pendekatan itu lebih banyak ke anak-anak muda
dulu itu, Alhamdulillah secara bertahap sudah ada kemajuan.
lv
P : Sikapnya sendiri terutama dari masyarakat kalangan tua, apakah pernah sampai fisik?
I : Kalau dulu yang saya tahu, masjid bagian gentingnya dilempari batu ketika pengajian
subuh. Kemudian juga pernah bapak di intrograsi di RW oleh pengurus RW dan
keamanan, di intrograsi awal membuka pengajian karena sempat ada anggapan bahwa
ajaran yang disampaikan oleh PERSIS berbeda dari yang biasa mengamalkan
masyarakat. Itu saja yang saya tahu. Setelah diyakinkan, ternyata mereka juga pada
akhirnya mengenal bahwa PERSIS itu ormas bagaimana seperti NU dan
Muhammadiyah.
P : Kalau pengajianya sendiri, mulanya itu tempatnya di jamaah atau membangun
masjid sendiri?
I : Awalnya bapak itu membeli rumah bangunan lama, bangunan Belanda. Dibeli,
kemudian difungsikan sebagai masjid. Itu sekitar taun 1982-an, kemudian
dilaksanakan kegiatan. Rumah itu difungsikan seperti masjid, namun bangunanya tidak
seperti masjid. Baru ketika tahun 1997 dapat bantuan dari Kuwait untuk membangun
masjid. Jadi dari tahun 1982 -1997 bangunan biasa seperti rumah tapi difungsikan
sebagai masjid ada pengeras suara, namun bangunannya tidak mencerminkan masjid.
P : Jadi, berapa tahun kira-kira setelah orang tua Ustaz meyakinkan masyarakat bahwa
PERSIS bukan agama yang sesat?
I : Kalau dulu misalnya tahun 1982 mulai membuka disitu kegiatan pengajian, membuka
masjid dari tahun 1982 itu paling tidak sekitar 5 tahunan lah. Itu tantangan disitu yang
terasa berat. Baru ketika saya menginjak ke tingkat Tsanawiyah, mulai dirasakan
ternyata yang tadinya jumlah pengajian subuh atau jumlah pengajian rutin yang
tadinya hanya beberapa orang jadi beberapa puluh orang termasuk kalangan muda
dan kalangan orang tua yang akhirnya terbuka. Dan rata-rata orang tua yang
mengikuti pengajian rata-rata pendatang, bukan penduduk asli. Yang pendatang dari
mana, yang dia katanya aslinya tentara. Justru para pendatang yang merasa tertarik
dan mengikuti acara pengajian dan sebagainya. Sementara yang penduduk asli justru
yang sedikit terlibat.
P : Masuk soal STAI-PI ya ustaz. Latar belakang berdirinya STAI-PI sendiri seperti apa
ya?
I : Sebetulnya, saya bukan pelaku sejarah STAI-PI. Jadi, saya bergabung di STAI-PI
tahun 2004. Secara formalnya 2004, kemudian kalau secara historisnya STAI-PI itu
berdiri di tahun 2001. Itu dahulu masih kelas jauh dari STAI-PI Bandung. Sambil kita
memproses perijinan, dan tahun 2003 kita mendapatkan SK ijin operasional, selama 2
lvi
tahun kita kelas jauh dari STAI-PI Bandung, baru 2003 kita mandiri. Nah ketika itu
posisi di STAI-PI ini berbeda dengan STAI-PI Bandung. kalau posisi di STAI-PI
Bandung langung dibawa tokoh PERSIS, sementara STAI-PI Garut dibawah PERSIS
kabupaten Garut. PD Persis ketika itu melihat bahwa adanya pendidikan tinggi ini
menjadi sebuah kebutuhan makanya para orang tua kala itu bermusyawarah sehingga
disepakati untuk mendirikan STAI-PI. Kemudian awalnya dulu masih dua prodi. Yaitu
prodi Tafsir Hadist dan PAI. Sementara sekarang berkembang menjadi lima prodi.
P : Dulu kira-kira ada berapa mahasiswa awalnya?
I : Dulu ketika dibuka kita mendapat ijin operasional dua prodi Tafsir Hadist dan PAI,
karena dulu itu belum ramai dengan istilah sertifikasi guru, sehingga PAI itu dulu
belum laku. Yang laku dulu itu Tafsir Hadist, kemudian yang jadi sasaran Tafsir Hadist
itu adalah asatid-asatid di pesantren-pesantren yang belum S1, yang saya tau, ketika
STAI-PI dibuka tahun 2001 kurang lebih 60 orang yang terdaftar di mahasiswa STAI-
PI jurusan Tafsir Hadist meskipun dari enam puluh orang tersebut yang bisa
menyelesaikan sampai di wisuda tahun 2007 hanya 18 orang dari 60 orang itu.
P : Kalau penggagasnya sendiri siapa ya ustaz?
I : Kalau penggagasnya sebetulnya ini ide yang menggulirkan pentingnya pendidikan itu
ustaz Aceng Zakaria. Kebetulan yang saya tahu ustaz Aceng Zakaria tahun 2001 itu di
PD PERSIS sebagai Bidgar pendidikan. Jadi karena beliau sebagai bidgar pendidikan,
puny aide untuk membangun pendidikan tinggi maka si musyawarahkan di pimpinan
daerah, dan pimpinan daerah akhirnya mengeluarkan surat keputusan pendirian STAI-
PI itu dalam 2001. Jadi penggagasnya dari ust. Aceng Zakaria sebagai bidgar
pendidikan, kemudian di sahkan oleh pimpinan daerah.
P : Pemilihan tempatnya sendiri, kenapa disini ustaz?
I : Dulu STAI-PI dari 2001-2007 kampusnya di pesantren Rancabango. Karna yang
mempunyai semangat membentuk pendidikan tinggi ini ust. Aceng, maka beliau
merelakan sebagian sarana yang ada di pesantren PERSIS 99 Rancabango untuk
dijadikan kegiatan STAI-PI. Ada aula, kemudian ruang TU digunakan itu selama ya
dari 2001-2007. Kemudian ternyata di rentan waktu itu kita mendapatkan wakaf, tanah
± 1 hektar disini sekitar tahun 2004 dari pak haji Eman. Kemudian setelah kita
melakukan wisuda perdana tahun 2007 di Rancabango, maka awal 2008 semua
kegiatan perkuliahan dipindahkan ke kampus yang baru di Ciawitali berdasarkan ada
tanah wakaf itu. Kemudian proses pembangunan ini berdasarkan dari muwakif dan
juga dari donatur Persis. Rencana awal pembangunan yang awalnya hanya dari
lvii
beberapa lokal kemudian Alhamdulillah sekarang kita sudah mempunyai dua lantai
dengan kelas sementara ada 10 ruang kelas, ada kantor, ruang dosen, ruang pimpinan,
perpustakaan, dan kita pun sedang mengembangkan untuk penambahan sarana
bangunan untuk kedepanya dengan sebelah utara 3 lantai masing-masing lantai
kurang lebih lima ruang. Itu untuk pengembangan kedepannya.
P : Kebanyakan yang mewakafkan hartanya atau tenaganya untuk pembangunan STAI -
PI ini dari mana ?
I : Mayoritas yang menjadi donaturdan muwakif, kalau muwakif tanah berasal dari
H.Eman, beliau itu bukan anggota PERSIS tapi mungkin simpati dengan PERSIS
sehingga beliau mewakafkan tanah yang ± 1 hektar tersebut ke PERSIS untuk dijadikan
lembaga pendidikan. Sementara untuk bangunan ini meskipun ada bantuan dari
pemerintah tapi tidak seberapa, yang paling besar itu dari para donatur. Dan donatur
ini kebanyakan dari anggota simpatisan PERSIS yang ada di Kabupaten Garut, terus
ada agniya-agniya yang diluar garut yang mereka memberikan kepercayaan dan
mewakafkan hartanya ke STAI-PI.
P : Apakah agniya itu anggota-anggota PERSIS juga ?
I : Ada agniya yang memang anggota PERSIS atau aktivis PERSIS, ada juga agniya
yang dia itu alumni jamaah haji. Jamaah haji juga ada yang anggota PERSIS ada
jamaah haji yang kebetulan dia ikut hajianya ke Persis, tapi tidak ikut menjadi anggota.
Dan tidak sedikit diantara mereka juga yang jadi donatur pengembangan STAI-PI
P : Apakah waktu itu publikasi ustaz, mempublikasikan STAI-PI membutuhkan dana atau
mereka langsung memberikan dananya sendiri?
I : Kebetulan kalau untuk sarana pra sarana ini dalam rangka penggalian dana itu kita
bekerja sama dengan orang tua, dala hal ini PD PERSIS. Terusterang misal sebagai
pengelola kami di generasi muda, pengelola di STAI-PI ini sebatas menejerial lebih
dalam, sementara untuk sarana pra sarana itu yang mencari dana itu orang tua
PERSIS, karena mereka relasinya lebih banyak, ternyata Alhamdulillah luar biasa
hasilnya dari usaha orang tua itu.
P : Mulai merambah ke mahasiswa-mahasiswa muda, itu mulai kapan ya?
I : Kalau dulu, dari sejarah STAI-PI berdiri sampai mungkin 2012 yang jadi sasaran itu
adalah asatin-asatin yang belum S1. Nah dari mulai 2012 sampai sekarang relative
banyak mahasiswa yang regular dalam artian mereka itu lulusan SMA atau mualimin.
Otomatis kan berbeda dengan sebelumnya yang sudah tua-tua, sudah menjadi ustaz,
sudah jadi guru karena belum s1, kemudian kuliah di STAI-PI. Jadi kalau sejak tahun
lviii
2012 mayoritas sekarang itu menjadi mahasiswa regular yang memang mereka masih
muda-muda lulusan dari SLTA atau sederajat.
P : Dosen-dosennya sendiri ada berapa jumlahnya saat ini?
I : Sekarang dosen jumlah totalnya kurang lebih ada 43. Dari 43 itu, dosen tetap atau
dalam artian yang sudah punya NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) ada sekitar 13
orang, dan ada beberapa orang yang sedang diproses, dan masih banyak ini dosen
yang tidak tetap.
P : Predikat atau gelar mereka sendiri apa semuanya sudah rata minimal S2 atau
bagaimana?
I : Alhamdulillah di STAI-PI ini sekarang kita dari 43 dosen itu sudah delapan Doctor,
kemudian delapan orang yang sedang menempuh S3, dan sisanya semuanya 100 persen
kita minimal S2. Jadi sudah tidak ada lagi dosen yang s1 di STAI-PI Garut ini. Kalau
beberapa tahun kebelakang mungkin sampai tahun 2013-an masih ada yang S1. Tapi
seiring dengan waktu yang S1 itu dikuliahkan dan Alhamdulillah sekarang mereka
semuanya minimal bergelar S2.
P : Dikuliahkan itu oleh PERSIS atau bagaimana ustaz?
I : Secara umum dikuliahkan itu ada yang kita kerjasama denga Kemenag, jadi
mendapatkan beasiswa dari Kemenag, ada juga yang memang di lembaga hanya
sebatas mendorong, silahkan kuliah, didorong. Kemudian ketika ada beasiswa on
going, diperjalanan beasiswa itu dip roses. Jadi rata-rata meskipun awalnya biaya
sendiri tapi ditengah-tengah rata-rata mereka mendapat beasiswa dari pemerintah.
Jadi tidak langsung lembaga yang menguliahkan membiayai langsung.
P : Kalau program studinya sendiri sekarang bagaimana?
I : Sekarang program studinya ada lima. Kalau yang dulu Tafsir Hadist sekarang dipisah
menjadi pertama ilmu al-quran dan tafsir, prodi yang kedua ilmu hadist,prodi yang
ketiga pendidikan agama islam (PAI), prodi yang keempat PGMI (pendidikan Guru
Madrasah ibtida’iyah dan yang kelima prodi ekonomi syariah. Nah dari lima prodi itu
terbagi dalam 3 fakultas, tarbiyah, ushuluddin dan ekonomi islam. Kalau melihat dari
aturan, kita hanya perlu menambah 1 prodi untuk alih status menjadi Instutut. Dan
kita sekarang sedang mempersiapkan diri mengajukan lima prodi baru, agar kita
prodinya semakin banyak juga alih status dari Sekolah Tinggi menjadi institut.
P : Prodi apa saja yang baru ustaz?
I : Yang sudah saya siapkan pertama BKI (bimbingan Konseling Islam), kemudian prodi
Pendidikan Bahasa Arab, yang ketiga IPA, yang keempat Perbandingan Hukum dan
lix
Mazhab, dan satu lagi Pendidikan Bahasa Iggris. Jadi total ada lima yang kita sedang
persiapkan proposalnya.
P : Kira-kira kapan itu bisa goal?
I : Sebagaimana kita seperti tahun-tahun sebelumnya ketika mengajukan prodi baru, kita
punya pengalaman tahun kemarin mengajukan prodi baru, kita mengajukan bulan
maret lalu di visitasi bulan juli, kemudian SK keluar bulan September. Untuk tahun
sekarang karena tim sedang bekerja, ditargetkan pertengahan april proposal itu bisa
selesai, dan kita mendapatkan rekomendasi dari Kepertais paling tidak akhir april atau
awal mei kita sudah mengajukan proposal tersebut ke Diktis (pendidikan tinggi Islam)
di Kemenag RI, mudah-mudahan mungkin sekitar bulan Juli- September kita bisa
mendaparkan SK baru untuk prodi yang baru tersebut.
P : Dengan kata lain diusahakan akan dibuka tahun ajaran baru?
I : Ya diusahakan, ya kemarin juga kan kita sosialisasi untuk penerimaan mahasiswa
baru, dari mulai febuari sampai agustus. Kemudian perkuliahan September. Tahun
kemarin itu kita di visitasi juli, SK turun September. Karena kita sudah merasa
divisitasi, pas agustus di sosialisasikan langsung, padahal SK belum dapat.
Alhamdulillah dapat mahasiswa meskipun SK dapatnya kita bulan September. Kalau
sekarang kita tidak berani mempromosikan prodi baru karena divisitsi belum, proposal
belum, tetapi ketika sudah ada visitasi inshaAllah tahun ini mudah-mudahan prodi
baru bisa dibuka, untuk tahun Akademik sekarang.
P : Kalau dulu sendiri kan hanya berjumlah 60 mahasiswa ya, kalau sekarang berapa ya
ustaz?
I : Saat ini total mahasiswa jadi sepuluh kali lipatnya. Sekarang itu kurang lebih 600-
an lah. Dari mulai semester genap 2,4,6,8 sampai beberapa orang yang masih
menyusun skripsi. Kurang lebih totalnya ada 600 orang.
P : Tahun ini / tahun ajaran ini berapa orang yang diterima oleh STAI-PI?
I : Karna baru ada lima prodi kita mentargetkan kita bisa menerima sekitar 300 orang.
Tahun kemarin kita mahasiswa baru itu sekitar 210 itu dengan dua prodi yang lama.
Kemudian tiga prodi itu mepet waktunya menjelang perkuliahan. Sementara sekarang
karena waktunya agak leluasa untuk sosialisasi kita mentargetkan mahasiswa baru
bisa di jaring sekitar 300 orang.
P : Program-program yang membedakan STAI-PI dengan Perguruan Tinggi Islam Negeri
lainnya itu seperti apa ya?
lx
I : Pertama dari input, mungkin bisa dikatakan 80% yang masuk ke STAI-PI ini adalah
lulusan dari mualimin PERSIS. Itu pertamanya jadi modalnya tuh dari Mualimin
PERSIS. Kedua, pembedanya adalah untuk program studi hadist dan Ilmu Al-Qur’an
Tafsir kita membuka program beasiswa dengan kuota kurang lebih sekitar 25 orang.
Beasiswa full dan dari tahun ketahun yang daftar ke program beasiswa ini rata-rata
yang di Mualiminya itu mereka punya prestasi. Ranking misalnya minimal 5 besar
sampai 10 besar. Jadi, modal mereka sudah sangat baik. Kemudian juga dengan prodi
yang lain dikita sekarang sedang dikembangkan kaitan dengan kualitas tahpid, tahsin,
dan qiraat mahasiswa. Kita sudah mendirikan LPTHQ sudah berjalan beberapa tahun
kalau itu mungkin 3 tahun. Jadi disyaratkan mahasiswa ini dari setiap semester ada
pembinaan Tilawah dan Tahpid. Dan disyaratkan nanti menjelang siding skripsi bisa
hafal beberapa juz. Kalau tidak salah dulu pernah diberlakukan awal-awal itu 1 juz
untuk PAI, kemudian 4 juz untuk Tafsir Hadist, sekarang ini untuk jurusan PAI atau
yang pendidikan 4 juz. Sedangkan yang jurusan Hadist dan jurusan Al-Quran itu
disyaratkan 8 juz minimal ketika mereka akan menyelesaikan perkuliahan atau
menjelang ujian skripsi. Kemudian hal lainnya juga dikita juga sekarang
dikembangkan ada program bahasa. Kita sudah membuka lembaga bahasa, ada
Bahasa Arab, Bahasa Inggris terutama kita mempunyai misi agar mahasiswa ini dari
sisi Bahasa Arab khususnya itu bisa ada lebihnya di bandingkan dengan mahasiswa
lain, diperguruan tinggi lain yang ada di sekitar Garut. Dan itu pembinaanya
InshaAllah dilakukan secara rutin. Mungkin itu diantara kelebihan-kelebihan yang kita
siapkan. Punya daya tawar atau kualitas di masing-masing STAI-PI.
P : Kalau pembinaanya sendiri itu berapa kali ya?
I : Kalau khusus untuk LPTHQ itu tiap minggu. Tiap hari ahad, itu hari tilawah, hari
tahpid itu pembinaanya secara langsung dilakukan rutin. Kemudian itu ada
jenjangnya, dari level 1, level 2 sampai dengan level 4. Sementara untuk bahasa
Inggris, sudah diprogramkan tapi memang kegiatannya belum semarak yang dilakukan
oleh tim LPTHQ. Untuk yang bahasa memang belum terlalu dominan. Sementara
LPTHQ berjalan tiap minggu. Kalau pengembangan bahawa kita memang baru ada
qiratul kitab, kemudian kita untuk bahasa ini tidak kepada conversation tapi lebih ke
pemahaman teks secara grammar.
P : Ustaz kalau pembinaan ini sifatnya wajib atau hanya sebagai pendamping untuk
mahasiswa agar bias lulus demi skripsi gitu?
lxi
I : Kalau di STAI-PI ini wajib. Jadi nanti yang mengikuti khususnya LPTHQ itu wajib
diikuti semua karena nanti ketika mereka menjelang siding, harus dibuktikan dengan
adanya sertifikat LPTHQ, bahwa yang bersangkutan telah mengikuti proses
pendidikan di LPTHQ baik tilawahnya maupun ibdil qurannya. Tadi ada yang terlewat,
sementara untuk bahasa Arab khususnya nanti untuk program beasiswa ini begitu
mereka di terima di semester 1 sebelum mereka kuliah selama dua bulan mereka
mengikuti mata kuliah martikulasi bahasa, terutama bahasa arab. Bahasa Arab itu dari
nahwu sharaf kemudian juga kaitan dengan qiratul kitab. Dan hasilnya luar biasa dari
martikulasi itu berbekas hasilnya.
P : Kewajiban-kewajiban sendiri dari penerima beasiswa itu sendiri seperti apa ya ustaz?
I : Karena penerima beasiswa ini khusus mahasiswa tafsir dan mahasiswa hadist,
diantaranya mereka wajib tinggal di asrama meskipun dengan sarana yang terbatas,
kemudian selama perkuliahan mereka tidak boleh menikah dulu, kemudian setelah
mereka selesai kuliah, mereka diwajibkan mengabdi kelapangan untuk berdakwah,
selama satu tahun. Dan itu rata-rata ditempatkan di pelosok ada yang di pulau jawa
ada yang di luar pulau jawa. Ada yang di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi bahkan
sampai ke Maluku. Itu sudah diterjunkan menjadi kader-kader da’i dari Persatuan
Islam yang mereka adalah alumni dari STAI-PI.
P : Konsekuensi dari pelanggaran aturan tersebut seperti apa?
I : Kalau ada mahasiswa yang mendapatkan beasiswa yang melanggar aturan yang
telah disepakati, maka sebagai konsekuensi mereka harus memberikan ganti rugi dan
itu sudah sejak awal dikomunikasikan. Jadi ganti ruginya itu sebesar 2,5 juta per
semester. Sesuai dengan apa yang mereka terima. Beban kuliah, beban fasilitas di
asrama itu ya rata-rata 2,5 juta persemester. Meskipun tidak banyak dan hanya
beberapa kasus mahasiswa yang nikah misalnya, sehingga dia harus pindah dari
program beasiswa ke program regular. Terus mereka membayar dana honor
persemester tadi sebesar 2,5 juta. Kemudian konsekuensi lain mereka tidak wajib
mengabdi yang satu tahun itu. Karena pindah dari program mahaiswa itu ke program
regular.
P : Kalau yang tidak mengikuti pengabdian sanksi seperti apa ustaz?
I : Andaikan ada, meskipun belum terjadi. Ada mahasiswa selama perkuliahan
mendapatkan beasiswa tapi pas selesai kuliah tidak mau terjun melakukan pengabdian,
maka selama mereka kuliah misal 4 tahun, 8 semester berate harus mengembalikan
lxii
konpensasi tadi, jadi 2,5 juta dikali 8 semester. Itu sudah di sosialisasikan sebagai
konsekuensi ketika mereka tidak mau mengabdi di terjunkan ke daerah-daerah.
P : Beasiswa ini mulai kapan ya di berlakukan?
I : Beasiswa ini sejak 2008 itu khusus untuk Tafsid Hadist. Jadi dulu awalnya Tafsir
Hadist itu murni program beasiswa dari 2008-2012. Sejak 2013 sampai sekarang,
dibuka dua program, ada program beasiswa ada program non-beasiswa. Maka yang
non-beasiswa ini otomatis tidak ada prosedur seperti tadi. Tidak wajib tinggal di
asrama, juga tidak ada kewajiban pengabdian diterjunkan untuk dakwah ke
masyarakat.
P : Syarat untuk mendapatkan beasiswa sendiri itu seperti apa ya?
I : Untuk mendapatkan beasiswa di kita termasuk ketat, karena dengan kuota antara 20
sampai 25 orang, syarat yang utama adalah mereka dasar untuk nahwu shorofnya
harus kuat. Jadi ketika mereka nahwu shorof kuat, insha Allah itu bisa di
pertimbangkan untuk diterima di program beasiswa dan kita tiap tahun ada yang daftar
untuk program beasiswa dan ada sebagian yang tidak bisa diterima, karena memang
dari standart tidak tercapai. Ketika mereka mendaftarkan untuk program beasiswa
ternyata tidak lulus, maka mereka dialihkan ke program regular atau program non
beasiswa.
P : Untuk masuk STAI-PI sendiri, apakah ada tesnya atau langsung masuk?
I : di STAI-PI sebagaimana seperti perguruan tinggi yang lain, ya ada tes masuk untuk
mengetahui kemampuan dasar dari si calon mahasiswa.
P : untuk tahun terakhir ini sudah ada berapa orang yang mendaftar tapi tidak diterima?
I : Terus terang karena kita swasta, kemudian kita juga bersaing dengan Perguruan
Tinggi lain, secara umum untuk yang program beasiswa itu yang diperketat, sementara
yang non-beasiswa selama mereka daftar kita terima tetapi kita peta-petakan, melalui
tes yang tadi kita bisa menentukan mana mahasiswa yang bagus, mana yang sedang,
mana yang kurang. Nah yang kurang tersebut nanti ada program tambahan misal untuk
tilawah qur’annya yang dasar aja dan bahasa inggris biasa ada diawal-awal semester
ada program tambahan.
P : Sudah ada berapa pelanggar yang melanggar program beasiswa tersebut?
I : Kasusnya tidak banyak, mungkin itungan tiga atau empat orang. Tidak terlalu banyak
kasusnya itu, jadi kalau di presentasikan tidak signifikan. Tapi pernah ada kejadian
yang saya tahu mungkin antara tiga atau empat orang.
P : Itu alasanya kenapa ya melakukan pelanggaran?
lxiii
I : Kalau yang perempuan rata-rata mereka menikah, satu orang laki-laki itu kaitanya
dengan karena tidak betah atau mungkin faktor pribadi yang saya tidak tahu lalu dia
keluar.
P : Untuk aturan – aturan di lingkungan STAI-PI sendiri seperti apa ya?
I : Aturan lingkungan di STAI-PI karena kita mahasiswa-mahasiswanya dibawah
naungan jamiah PERSIS maka kita menerapkan aturanya itu diantaranya mahasiswa
di STAI-PI ini harus menjadi kader PERSIS. Selama mereka kuliah, harus aktif juga di
HIMA-HIMI PERSIS, kemudian menjelang mereka selesai kuliah juga mereka
diarahkan untuk aktif di pemuda- pemudi PERSIS. Kemudian dari sisi etika, kita
Alhamdulillah terus dipantau oleh orang tua, oleh pimpinan daerah, Alhamdulillah
hingga saat ini terjaga dari segi morilnya, dari segi akhlaknya itu inshaAllah masih
terkendali. Tidak memalukan tapi dalam koridor akhlakul islami.
P : Kalau presentase yang masuk kedalam HIMA dan juga pemuda itu berapa kira-kira?
I : Prinsipnya, karena kita mewajibkan masuk ke HIMA-HIMI, yang saya tahu hampir
mayoritas mereka yang mengikuti meskipun hanya sebatas sebagai anggota. Adapun
yang menjadi aktifis, yang menjadi pengurus itu sedikit. Saya kalau bicara presentase
belum bisa mengatakan tapi kalau aktif, dan masuk sebagai anggota banyak. Signifikan
lah. Tapi kalau yang betul-betul aktif sebagai pengurus atau aktif dalam berbagai
kegiatan PERSIS itu memang tidak semua memiliki kesadaran yang sama.
P : untuk program keagamaan sendiri disini apakah ada aturan-aturan bahwa tidak boleh
merokok misalnya, atau seperti apa ustaz?
I : yak arena kita di pendidikan tinggi, karena mahasiswanya sudah dianggap dewasa,
kita paling menekankan andaikan itu dilakukan harus dengan etika, tidak didepan
umum, kemudian tidak sambil berjalan, tidak dengan tangan kiri, dan Alhamdulillah
sampai sekarang saya belum pernah melihat ada mahasiswa yang berani merokok di
depan kampus dengan terang-terangan. Andaikan mereka merokok paling di pojok,
diwarung, atau di belakang ya sembunyi-sembunyi. Jadi mereka masih menghargai
aturan tadi, meskipun aturan tadi tidak tertulis.
P : kalau dosen-dosenya sendiri, apakah aturan tersebut juga berlaku untuk dosen, atau
ada pengecualian?
I : ya sekali lagi itukan aturan tidak tertulis ya, apalagi ini menyangkut dosen. Dosen
juga sudah orang tua, mereka punya latar belakang yang berbeda-beda, yang hobbinya
macam-macam termasuk ada yang suka merokok ada yang tidak. STAPI-PI tidak
lxiv
membatasi, yang merokok silahkan ditempatnya tapi menyediakan asbak dan
sebagainya dan tidak mengganggu dosen yang memang tidak suka merokok.
P : kalau program kemasyarakatannya sendiri seperti apa ya STAI-PI?
I : kalau program kemasyarakatan yang sudah kita lakukan, kalau yang rutin
sebagaimana perguruan tinggi yang lain kan KKN kita lakukan itu setiap mahasiswa
semester 6 menjelang semester 7. Kemudian kitapun setiap ramadhan menerjunkan
mahasiswa khususnya yang di asrama tafsir hadist untuk mengapdi kepada jamaah-
jamaah tertinggal seperti yang sudah dilakukan di daerah Garut Utara kemudian di
Garut Selatan. Selama Ramadhan mereka tinggal disana, itu yang dilakukan.
Kemudian juga dalam keseharian banyak mahasiswa yang disini yang aktif di
masyarakat menjadi pengajar, mengajar madrasah diniyah atau privat-privat
dirumah-rumah, termasuk juga yang ceramah dari masjid ke masjid.
P : kalau untuk Ramadha sendiri, itu wajib dan bagaimana teknisnya?
I : ya kalau untuk Ramadhan beberapa tahun ini kita sudah mewajibkan mahasiswa
tafsir hadist diwajibkan mereka terjun selama ramadhan di daerah-daerah, yaitu kita
kerjasama dengan pimpinan daerah PERSIS kabupaten Garut. PD PERSIS
merekomendasikan cabang anu-cabang anu maka kita datang kesana. Dan selama
satu bulan full mereka mengabdi disana untuk ramadhan.
P : untuk di kuliahanya sendiri mereka harus tinggal di jamaah-jamaah tersebut? Lalu
bagaimana dengan perkuliahanya sendiri?
I : ya, karna ramadhan ini, kalau ramadhan kemarin kan terjadi bulan agustus dan
bulan juli, itu pada posisi kuliah sedang libur. Jadi tidak mengganggu perkuliahan.
Kalau untuk tahun ini kan ramadhan diperkirakan bulan juni, ya itu kita belum ada
obrolan atau rapat. Kalau dilihat dari agenda perkuliahan kita berakhir di awal juni
kemudian langsung melaksanakan UAS andaikan mau terjun sebagaimana tahun-
tahun sebelumnya, kita nanti akan mendapatkan bagaimana teknis untuk kegiatan
mahasiswa pada bulan ramadhan. Kita belum menentukan.
P : kalau program-program outputnya sendiri seperti apa? dari mahasiswa PERSIS atau
dari STAI-PI? Maksud saya, misalnya seperti lulusan STAI-PI banyak yang
melanjutkan ke S2 misalnya atau di DPR misalnya.
I : kalau profil lulusan STAI-PI memang terbagi-bagi apalagi kalau dulu generasi awal
STAI-PI mahasiswa-mahasiswa yang lama itu sebelum kuliah rata-rata mereka Asatis
sudah mengajar di pesantren jadi mereka sudah mengabdi, sudah bekerja sebelum
menjadi mahasiswa. Setelah menjadi mahasiswa mereka kembali ke tempat mereka
lxv
semula. Sementara untuk belakangan ini, beragam profil lulusan ada yang melanjutkan
S2 beberapa orang rata-rata ke UIN Bandung yang terdekat, ada juga yang ke UPI,
melanjutkan S2, ada yang langsung bekerja di swasta, ada juga beberapa orang yang
diterima jadi PNS, dan ada juga alumni kita yang pernah aktif di partai politik, jadi
pengurus di partai politik islam, kemudian pernah juga mencalonkan diri sebagai calon
Wakil Bupati Garut meskipun gagal.
P : untuk alumni sendiri apakah pernah ada yang kuliah di luar negeri?
I : untuk lulusan STAI-PI sampai sekarang belum ada yang melanjutkan keluar negeri.
P : tapi apakah STAI-PI sendiri melalui asatid-asatid atau dosen-dosennya memiliki
koneksi untuk membantu kuliah diluar negeri?
I : yak karena dosen kita ini ada yang lulusan Timur Tengah, lulusan Madinah,
kemudian lulusan Khairo, ada juga lulusan dari Malaysia. Kalau sebatas informasi
kita sering menyampaikan kepada mahasiswanya peluang-peluang untuk melanjutkan
ke luar negri dsb. Tapi yang sekarang sudah berjalan ini karena koneksi itu ada dengan
luar negeri, tapi biasanya koneksi itu berkaitan dengan sarana-prasarana bantuan,
kemudian yang kedua kaitan dengan kajian-kajian, kita mendatangkan tamu dari
Malaysia pernah, dari Mesir, kemudian dari Saudi untuk memberikan pencerahan
kepada mahasiswa khusunya kaitanya dengan keilmuan.
P : kalau untuk yang pengabdian di bulan Ramadhan itu sendiri teknisnya seperti KKN
atau seperti apa?
I : jadi rata-rata itu satu orang ke satu masjid, ke satu Jamaah. Kalau KKN kan
kelompok, misalnmya ke satu kecamatan, diberangkatkan sekian puluh orang
kemudian dibagi-bagi ke desa-desa. Jadi intinya setiap desa itu perkelompok beberapa
orang. Sementara untuk Ramadhan itu satu orang membina satu masjid yang memang
membutuhkan binaan. Yang kader mubalighnya di rasa masih kurang.
P : itu dari semester berapa ya?
I : yang sudah berjalan itu semester 4 dan semester 6.
P : kalau semester 2 dan semester 8?
I : semester 8 mereka fokus menyusun skripsi. Kemudian semester dua mereka masih
baru, mereka masih butuh pembinaan jadi mereka lebih banyak kegiatan dikampus,
tidak langsung diterjunkan.
P : konsep atau pelatihan mahasiswa tafsir hadist ini sendiri untuk bisa menjadi mubaligh
itu seperti apa ya?
lxvi
I : untuk tafsir hadist yang program beasiswa karena mereka tinggal di asrama maka
ada kegiatan yang ekstra. Diantaranya di asrama itu ada kegiatan kajian ba’da subuh.
Kemudian ada kajian ba’da isya. Jadi rata-rata kajian itu qiratul kitab. Meskipun
dengan beragam materi atau tafsir hadist, fiqih, aqidah, termasuk ya tilawah qiraat.
Jadi karena ada materi tambahan itulah mereka wawasanya relatif lebih luas
dibandingkan yang non-beasiswa.
P : kalau untuk segi pidatonya sendiri ada segi pelatihannya tidak?
I : kalau dimata kuliah ada, kalau tidak salah mata kuliah antara trategi dakwah atau
ilmu dakwah atau metodologi dakwah. Kalau secara praktik di asrama mereka
memang sekaligus juga membina masjid dikampus, dan mereka ada pembagian tugas
untuk menjadi pemateri mengisi pengajian yang dihadiri oleh masyarakat sekitar. Ada
pengajian umum, bapak-bapak, pengajian ibu-ibu khusus dan juga ada pengajian
anak-anak. Jadi ada yang sifatnya membimbing mengajian ada yang sifatnya ceramah
pengajian. Nah itu digilir antara mehasiswa menjadi pemateri.
P : itu teknisnya seminggu sekali atau bagaimana?
I : rata-rata rutin. Pengajian rutin, jadi kalau pengajian anak-anak setiap malam setiap
hari. Kalau pengajian yang diikuti oleh ibu-ibu dan bapak-bapak itu pengajian rutin
mingguan. Selain itu juga ada pengajian bulanan.
P : pertanyaan terakhir, kedepanya STAI-PI selain untuk membuka jurusan-jurusan baru
yang 5 tersebut, apalagi langkah STAI-PI untuk bisa memajukan STAI-PI ini?
I : di antara cita-cita PERSIS yang sampai sekarang belum terwujud adalah PERSIS
ingin memiliki Universitas- Universitas. Ternyata itu sudah digagas sejak mukhtamar
tahun 2000 tapi sampai sekarang belum terwujud. Nah itu tadi, diharapkan di
Bandung, tapi karena dibandung juga dengan tantangan yang lumayan berat, memang
tidak sedikit ada juga orang tua dari tokoh PERSIS yang melirik peluang dan
kemungkinan dibukanya Universitas di Garut. Tapi paling tidak kita sebelum
melangkah jauh kesana, ke Universitas, kita melangkah tahap demi tahap dalam waktu
dekat, atau dalam jangka pendek kita ingin alih status dari Sekolah Tinggi menjadi
Institut. Dan kalau Insitut tadi nanti dikemudian hari memungkinkan untuk dibuka
Universitas, ya kita lihat SDM kalau SDMnya memungkinkan dengan tenaga-tenaga
pengajat kenapa tidak itu dipersiapkan. Tapi kalau sekarang kita focus untuk alih status
ke Institut. Dengan konsentrasi keagamaan. Sementara kalau Universitas ka nada
fakultas Umumnya baik sosial maupun eksak.
lxvii
P : kalau dari segi pengajar sendiri apakah diharapkan untuk menjadi S3 semua atau
bagaimana?
I : yah karena kan kebetulan sudah berjalan tiga tahun program 5000 doctor dari
kemenag, Alhamdulillah tiap tahun kita ada dosen yang mengkuti program itu dan
Alhamdulillah lulus, ada yang di UIN Bandung, ada yang di UIN Jakarta, dan kita tiap
tahun mengosialisasikan ke setiap dosen setiap ada peluang melanjutkan S3.
Alhamdulillah setiap tahun kita bisa mengikuti.
Nama : Ena Sumpena
Usia : 53 tahun
Pekerjaan : Pengajar dan Dosen
Tanggal : 29 Maret 2017
Tempat : STAI-Persis Kab. Garut
Jabatan : Ketua PD. Persis Kab. Garut
P : Ustaz pernah sekolah di pesantren Persis?
I : Pernah di Bentar, di tsanawiyah dari 1979-1982. Mulai dari tahun 1982-1985 di
pesantren Persis
P :Sebelum menjabat sebagai ketua PD, ustaz pernah menjabat sebagai apa saja?
I : Tahun 2004 sampai 2008 di PD menjadi staf bidang pendidikan, 2008 sampai 2012
pernah di bidang sos eko sampai menghasilkan beberapa hektar tanah wakaf membeli
dari hasil umat. 2012 sampai 2016 ketua 1, wakil ketua di bidang dakwah. Feb 2016
sampai sekarang sebagai ketua PD
P : Apa dulu ustaz pernah aktif juga di otonom?
I : Dulu tidak langsung di otonom, karena masuk Persis tahun 1987 di daerah Lembang,
Bandung. Belum ada otonom, jadi langsung terlibat di Persisnya. Jadi tahun 1987
sampai tahun 1990, terus sampai tahun 1992 masih di Bandung jadi langsung cabang,
tidak ke otonom jadi langsung ke Persisnya tahun 1987
P : Bagaimana ustaz pertama kali mengenal Persis?
I : Pertama dari lingkungan keluarga, paman, ayah, sudah simpati kepada Persis
walaupun tidak menjadi anggota Persis. Kemudian, didukung dengan literatur bacaan
lxviii
yang dipakai oleh jamiah Persis sehingga oleh mereka yang memahami ajaran Quran
Sunnah di lingkungan keluarga
P : Sejak kapan ustad jadi simpatisan?
I : Jadi simpatisan sejak dari SD sudah jadi simpatisan, sekitar tahun 1975 terus ya
sampai lulus mualimin kemudian tahun 1987 jadi anggota
P : Bagaimana orang tua ustaz mengenal Persis?
I : Awalnya kalau dari oranganisasi dari PSII (Partai Serikat Islam Indonesia) sesuai
pergolakannya, maka SI seiring dengan tidak ada kader dan perjuangan SI sudah tidak
pada tempatnya di politik pada saat itu, kemudian kakek yang di Bandung Kyai Romli
mengenal Persis kembali di Bojongloa Bandung, ketika kakek pulang menyampaikan
ke bapak ataupun orangtua. Jadi bermula dari lingkungan keluarga.
P : Ketika masih kecil, apa ustaz pernah diajak ke acara Persis sama orang tua?
I : Tidak pernah ketika masih kecil mah. Kalau sering ketemu tokoh-tokoh Persis itu
ketika sekolah di Bentar, sering tokoh-tokoh Persis pusat adain pengajian di Bentar.
Pas di Tsanawiyah juga sering ikut ngaji bersama para orang tua.
P : Kalau lingkungan rumah ustaz sendiri ketika ustad kecil itu gimana? Apakah
mayoritas Persis atau bukan?
I : NU keluarga saya mah, paman-paman juga NU
P : Apakah pernah ada pertikaian?
I : Secara ukhuwah tetap terjaga karena saling menghargai paham bebeda tapi
kekeluargaan tetep dijaga artinya masing2 pemahaman saling menghargai, tidak
saling mencela, dan tidak saling memojokan
P : Bagaimana dengan masyarakatnya?
I : Masyarakat sendiri terhadap paham Persis mah agama yang dianggap menyesatkan,
terlalu banyak usil terhadap amalan-amalan yang di lakukan oleh saudara-saudara
kita yaitu diangap sering melakukan mencaci maki terhadap tradisi mereka dan saya
juga pernah diancam ketika masih Tsanawiyah ngajar di Ibtidaiyah, hanya karena
mengajarkan dengan meniadakan usholli fardhu dzuhri dan mengganti doa iftitah itu
dianggap mengganggu kebiasaan mereka dan diancam akan diberhentikan saya
mengajar dan saya tetap ngajar.
P : Tapi tidak pernah ada ancaman fisik ?
I : Tidak, hanya mengancam tadi
P : kalau di PD Persis, masa kepemimpinan ustad dimulai sejak kapan?
lxix
I : 24 februari 2016 saya sebagai ketua PD hasil formatur yang telah memilih calon
formatur itu dan memang saya termasuk suara terbanyak dari pilihan suara maka
akhirnya hasil formatur yang dipilih 4 orang. Taskil yang sudah ada 3 orang, ketua,
sekretaris, dan penasehat tidak dipilih. Jadi 7 orang
P : Ketika Ustaz menjabat sebagai ketua, berapa anggota awalnya ?
I : Anggota awal ketika itu 2011 an itu belum di cek yang sudah meninggal.. tapi ketika
saya cek lagi ternyata banyak anggota yang sudah meninggal dan masih terdaftar. Jadi
kalau anggota secara konkretnya sekitar 1900an lah
P : Program-program di masa kepemimpinan Ustaz sendiri seperti apa ya ?
I : Pertama, dari forum amanat musyawarah daerah 2016 itu adalah untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota, kualitas anggota sedang di arahkan ke
pembinaan anggota khusus. Jadi selain ada pengajian untuk umum, ada pengajian juga
khusus untuk anggota. Paling tidak, anggota itu memahami atau selamet aqidah
dimana muamalah untuk fiqih ibadah ya saya menganjurkan kepada seluruh anggota
di cabang-cabang untuk kembali mengkaji lagi yang belum kita tamatkan untuk akidah
ilmu tauhid atau akidah wa satiyah salafiyah
P : Teknisnya sendiri seperti apa antara anggota yang umum dengan yang khusus?
I : Untuk periode ini sedang dilakukan pembinaan-pembinaan, kemarin dari SDMO
sedang dibentuk semacam tutor untuk melakukan pembinaan intensif baik untuk
anggota maupun lembaga pendidikan dibawah jamiah Persis, sebab banyak yang
ngajar di Persis tapi tidak jadi anggota Persis. Maka salah satu syarat di program PD
yang periode ini adalah bagi asatidz yang ngajar di Persis, mau jadi guru tetap Persis
itu harus jadi anggota, kalau tidak mau jadi anggota Persis tapi tetap mau ngajar
Persis itu tidak bisa jadi guru tetap. Kalaupun ada hak dari negara untuk mendapatkan
sertifikasi untuk guru tidak tetap, tidak berkenan diajukan untuk sertifikasi. Itu dalam
rangka kaitan dengan peningkatan kuantitas, penambahan jumlah karena banyak
calon anggota Persis yang ngajar di Persis tapi tidak jadi anggota Persis.
P : Kalau bagi yang belum cukup umur bagaimana ?
I : Yang belum cukup umur ya itu di kader melalui yang di RGUG atau yang sekarang
ada di IPP dan IPPI itupun untuk melakukan peningkatan dan pengkaderan generasi
selanjutnya
P : Kalau teknis untuk pelatihan dan pengembangan anggota sendiri a ah ada acara-acara
rutin dan sebagainya?
lxx
I : Secara garis besar, di tiap jamiah atau cabang dianjurkan untuk melakukan
pengkajian baik yang berkaitan dengan fikih ibadah maupun berkaitan dengan
kejamiahan, karena kalau hanya mengkaji fikih ibadah saja, penguatan lalu jamiahnya
lemah itu gerakan pengembangan Persisnya terhambat. Makanya di cabang-cabang
dianjurkan untuk disamping mengkaji keilmuan juga supaya kembali mempelajari
panduan dalam hidup berjamiah
P : kalau di cabang, anggota melakukan kajiannya berapa kali dalam seminggu?
I : ya minimal seminggu sekali
P : Bagaimana kalau di PD Ustaz ?
I : kalau di PD itu diadakan seminggu 2x bagi taskil PD juga anggota yang di cabang.
Hari selasa itu mengkaji doa-doa dan ibnu kasir. Hari kamis dari jam 2 mengkaji kitab-
kitab panduan akhlak bagi kaum muslim
P : Berapa banyak rata-rata peserta yang ikut Ustaz?
I : kisaran 30 orang ada
P : Bagaimana untuk program yang lain Ustaz?
I : Untuk program yang lain salah satunya karena yang menjadi ujung tombak dakwah
jamiah itu pendidikan dan dakwah maka program PD periode sekarang ini lebih
memaksimalkan untuk bidang itu. Bidang pendiidkan lebih ditertibkan, dalam arti baik
secara jamiah maupun secara kenegaraan ttp kita menjalin artinya ada hak-hak
anggota Persis dr pemerintah yang bisa kita ambil ya diambil saja. Tapi dengan
dikuatkan yaitu dengan menyadarkan diri bahwa kita berada di lingkungan jamiah
maka harus sama pengabdiannya kepada jamiah dan kepada negara sebab secara
sunatullah kalau berkaitan dgn panggilan negara itu ada kucuran uang dengan adanya
sertifikasi itu lebih direspon, sementara panggilan jamiah tidak mendapatkan uang
justru mengeluarkan uang itu kurang di respon. Maka oleh karena itu didorong setiap
kesempatan ada pertemuan baik dengan guru atau dengan mubalig-mubalig kita lebih
memaksimalkan panggilan dakwah dari Allah melalui jamiah ini paling tidak sebagai
kifarat dosa, karena jabatan itu bukan kehormatam tapi sebuah amanat
P : Kalau sekolah Persis yang ada di Garut ada berapa banyak ya ?
I : Tingkat Tsanawiyah berdasarkan data dari yang dihimpun di PD, tingkat Tsanawiyah
itu ada 26 pesantren Persis, tingkat mualimin ada 12, kemudian SMAI SMA Persis ada
2, SMK Persis 1 tapi yang SMK ini masih proses naik turun karena memang jurusannya
kurang diminati masyarakat kalau ga salah jurusannya kelautan padahal hidup di
lxxi
darat jadi secara umum tingkat SLT ada 15, tingkat Tsanawiyah ada 26, tingkat sekolah
dasar SDIT dan sebagainya baru 5 yang sudah resmi
P : kalau yang tidak resminya ada berapa ustaz?
I : Kalau di dalam daftar catetan banyak nama Ibtidaiyah dan Diniyah Takmiliyah itu
banyak. Artinya lebih dari 50 walaupun secara kelembagaan di negara tidak terdaftar
tapi di jamaah-jamaah itu yang disebut sekolah agama itu mayoritas ada pendidikan
rata-rata walaupun bentuknya masih belum di resmikan. Tapi sekarang sedang di
dorong dengan adanya di PD ada dikdas dulu hanya dikmen. Pendidikan menengah,
sekarang di PD Persis itu ada 3 bidang, yaitu bidang dikdas lebih mendorong
pendidikan dasar, dikmen tingkat Tsanawiyah dan aliyah, dan dikti. Itu yang ada dikti
PD Persis se jawa barat baru ada di Garut seperti STAI-PI
P : Dibanding masa kepemimpinan yang lalu apa di masa kepemimpinan Ustaz ada
peningkatan jumlah sekolah?
I : Tidak begitu signifikan peningkatannya, tapi ya setiap tahun ada penambahan baik
jenjang pendidikan yang mulanya Tsanawiyah saja kemudian beranjak menjadi
adanya mualimin atau aliyah dan juga yang tadinya ibtidaiyah saja sekarang sudah
ditigkatkan sampai Tsanawiyah. Secara rata-rata paling pertahun 2 pesantren
P : Kalau cabangnya apa ada peningkatan juga?
I : Cabang udah ada peningkatan dari periode kemarin tahun 2012-2016 dari 31 cabang,
sekarang sudah menjadi 34. Jadi masa kepemimpinan saya sudah membentuk 2
cabang, satu cabang Caringin Rancabuaya yang kedua cabang Banjarwangi
Singajaya. Itu baru 2, targetnya dalam satu periode itu menambah 4 cabang, jadi sudah
50% tercapai. Kemudian seiring penambahan cabang juga, amanat dari ketua itu
adalah diberi target penambahan anggota 2000 per 4 tahun
P : lalu penambahan anggotanya sudah terecapai berapa % ustaz?
I : penambahan anggota dari target 2000 per 4 tahun yang sudah tercatat resmi itu
sekitar 200an, jadi baru 10%. Sebelum menjadi anggota Persis itu agak cukup sulit,
kalau paham "yes" jadi anggota "no". Jadi rata-rata jawabannya "ah biar saja saya
asal paham Qur’an sunnah aja, gamau jadi anggota" . Ini yang sedang di garap, bahwa
hidup berjamaah juga sebagai Qur’an sunnah, hidup berjamah juga tuntutan sunnah
Rasul.
P : Alasan tidak mau jadi anggota Persis itu bagaimana Ustaz?
I : Alasannya kan klasikal secara manusiawi, prinsipnya orang itu tidak mau terlalu
terikat, kalau jadi anggota kan terikat ada banyak kewajiban yang harus ditunaikan
lxxii
sehingga untuk terlibat didalam keterikatan mereka lebih memilih menjadi yang tidak
terikat. Padahal hidup mah secara objektif tidak ada yang tidak terikat, cuma yang
terikat oleh kebaikan dan terikat oleh ketidak baikan. secara umum kan yang tidak mau
terikat itu berarti tidak punya imam, namun seiring dengan pengetahuam masyarakat
yang menyimpulkan yang penting Quran sunnah terhadap melangkah hidup
berimamah mereka masih menganggap bukan Quran Sunnah
P : Apakah ada program selain pengajian? misalnya seminar atau pelatihan?
I : Ada, baik seminar-seminar yang berkaitan dengan kependidikan nanti digagas oleh
bidang kependidikan. Baik dikti maupun dikmen. Kemarin dikti mengadakan seminar
penelitian living hadist diadakan oleh STAIPI mengundang ketua assosiasi ilmu hadist
Indonesia. Mendatangkan Dr. Surya Dilaga waktu minggu kemarin tanggal 16.
Kemudian juga di bidang dakwah mengadakan pelatihan-pelatihan metode dakwah
dan sebagainya. Walaupun sifatnya tidak rutin perbulan tetapi per event itu ada
sehubungan dengan kegiatan-kegiatan itu banyak membutuhkan pendanaan. Jadi kita
kalau tidak ada kerjasama dengan pihak lain, berarti PD itu sendiri yang harus
memberikan konsumsi dan sebagainya sehingga sering dibatasi karena di PD tidak
punya dana khusus tiap bulan yang masuk, dari anggota juga jarang yang masuk, dari
pesantren juga tidak ada kesadaran untuk membantu jamiah makanya dari peraturan
PD sekarang adalah lebih diarahkan ada infak wajib dari santri nanti dikelola oleh
PD untuk difungsikan sebagi subsidi silang. Jadi untuk pesantren yang kekurangan
bisa dibantu dengan dana subsidi silang. Kalaupun kisarannya persantri hanya 2000,
asatid juga sama. Asatid aliyah atau mualimin 5000 dan dosen 10.000 untuk infak itu
P : Selain itu, jumlah seminar atau workshop yang pernah diadakan di periode ustaz sudah
berapa kali?
I : sekarang kalau dengan otonom dengan yang lainnya mah udah banyak, artinya lebih
dari 3 kali. Baik yang diadakan oleh HIMA atau diadakan oleh HIMI dan itu tetap
dibawah pengawasan pimpinan daerah dan didukung oleh pimpinan daerah baik
pembinaan perekrutan anggota di HIMA dengan istilah Kabah dan sebagainya
ataupun pemuda dari berbagai otonom mereka lebih banyak melakukan seminar-
seminar. Orang tua hanya mensupprot saja.
P : Konsolidasi dengan pesantren dan para otonom itu seperti apa ya Ustaz?
I : Satu, konsolidasinya bahwa keterlibatan pesantren dengan unsur jamiah sekaligus
included bahwa mayoritas yang aktif di jamiah itu aktif di pesantren-pesantren. Dalam
arti dia yang kadang sebagai ketua cabang tapi dia juga sebagai ustaz padahal kalau
lxxiii
dilihat dari struktur bahwa ketua cabang itu sebagai dinas di kecamatannya tapi dia
merangkap. Sehingga kegiatan secara struktural, kegiatan cabang itu hampir menyatu
dengan kegiatan di pesantren. Perhatian secara khusus di cabang tuh untuk saat ini
masih belum maksimal masih standar sah asal ada lah, sebab belum bisa berperan
secara maksimal dimana jamiah itu berkedudukan sebagai payung terhadap lembaga-
lembaga pendidikan di cabangnya. Ini sedang difungsikan bahwa keberadaan para
ketua dan taskil cabang yang ada lembaga itu untuk dilibatkan pembinaan pada
pesantren-pesantren
P : Bagaimana dengan otonomnya ustaz?
I : Kalau otonom juga jalan secara program mereka tetap berjalan tapi tidak lepas dari
koordinasi dengan pimpinan.
P : Apakah pernah ada acara resmi koordinasi bersama?
I : ada, melalui pimpinan daerah kan banyak bidang. Maka koordinasi perotonom itu
dibawah SDMO (sumber daya manusia dan oranganisasi) dan itu pembinaan kepada
HIMA HIMI, kepada pemuda pemudi Persis. Untuk HIMA itu kadang tiap sabtu, HIMA
HIMI akan dilibatkan untuk pembinaan santri mualimin yang diharapkan jadi anggota
Persis. Itu tenaganya dari anak-anak HIMA
P : Bagaimana dengan pemuda sendiri Ustaz? Rutin tidak?
I : Kalau pemuda rutin tiap rabu ada kajian, disamping kajian keilmuan ada latihan bela
diri tiap rabu malem kamis
P : Kalau sistem publikasinya, PD mempublikasikan lewat mana? Buletin atau media
sosial misalnya?
I : PD kemarin punya risalah dakwah, tapi terbitnya baru satu kali karena memang kita
tidak bisa merekrut buletin itu sulit. Kalau yang di PD diberikan ke cabang itu untuk
diperjual belikannya sulit. Karena kebiasaan cabang dikasih oleh PD. Sehingga
buletin tidak ada input masuk lagi jadi murni dari PD. Walaupun PD secara sumber
dana tidak ada dana masuk yang rutin tetapi bila ada kegiatan biasanya kita cari
secara mendadak, jadi sumber masukan tidak rutin tapi pengeluaran sudah pasti.
P : Kemudian langkah-langkah kedepannya yang akan dilakukan oleh PD seperti apa ya?
I : ya sederhana, artinya PD Persis tidak melakukan terobosan tanpa amanat MUSYDA,
jadi amanat MUSYDA itu merekomendasikan ini yang harus dilakukan. Seperti pada
sisi ekonomi, kenapa Persis tidak mempublikasikan ekonomi secara gamblang, selagi
baca beberapa pengalaman. Mental rasa tanggung jawab untuk usaha jamiah itu agak
kurang. Maka untuk periode ini hasil dari pengamatan di perjalanan, itu lebih
lxxiv
mendorong untuk lebih ke usaha perseroangan tidak lupa dimana hasilnya tidak lupa
operan pada jamiyah melalui zakat atau infak. Artinya secara kelembagaan tidak
dikelola secara lembaga karena mentalnya dalam rugi tidak tanggung jawab tidak
untung merasa milik bersama. Itu salah satunya. Sehingga PD ada sebagai aplikator
dari amanat muslim, jadi di luar itu tidak sekalipun kalau tidak ada amanat itu tidak
dilakukan.
Nama : Iyep Komarudin
Usia : 59 tahun
Pekerjaan : Guru
Tanggal : 22 Maret 2017
Tempat : Kantor PD. Persis Kab. Garut
Jabatan : Ketua Bidgar Bimhajum (Demisioner Ketua PD. Persis Kab. Garut)
P : Dimana saja riwayat pendidikan Ustaz?
I : Di Tsanawiyah tahun 1973-1978 di Pesantren Persis 19 Bentar dan di Muallimin
tahun 1980 di Pesantren Persis 01 Pajagalan
P : Jabatan Ustaz sekarang sebagai apa?
I : Sebagai Ketua Bidgar BIMHAJUM PD Persis Garut
P : Sebelum menjabat sebagai Ketua Bidgar BIMHAJUM, apakah Ustaz sudah
menjabat di PD Persis?
I : Sebelumnya Saya menjabat sebagai Sekretaris kemudian wakil ketua lalu menjad
Ketua
P : Sejak kapan Ustaz aktif di Persis?
I : Dari sejak sekolah saya sudah aktif di PC Garut Kota
P : Bagaimana awal mula Ustaz mengenal Persis?
I : Saya mengenal Persis karena saya sekolah di Pesantren Peris Bentar padatahun
1974, dari sanalah saya mulai mengenal Persis
P : Apakah latar belakang keluarga Ustaz berasal dari Persis?
I : Keluarga saya bukan berasal dari Persis dan dahulu juga belum mengenal organisasi,
tapi Bapak saya berdagang di Bandung, jadi dari sanalah keluarga Saya mulai
lxxv
mengenal Persis. Setelah bapak saya meninggal saya pun di sekolahkan di Pesantren
Persis 19 Bentar
P : Apakah sebelum Ustaz ada keluarga yang pernah aktif di Persis?
I : Tidak ada, tetapi Bapak saya waktu itu sering mengikuti pengajian-pengajian yang
diadakan oleh Persis
P : Saat Ustaz masih kecil, apakah Ustaz pernah diajak ke pengajian-pengajian Persis?
I : Tidak pernah
P : Kondisi sosial di lingkungan Ustaz saat masih kecil apakah merupakan orang-orang
Persis?
I : Bukan, karena dahulu belum ada Persis di kampung saya
P : Kenapa orangtua Ustaz menyekolahkan Ustaz di Pesantren Persis?
I : Karena pada saat itu Bapak saya berdagang dan mengikuti pengajian-pengajian di
Persis kemudian banyak mengenal orang-orang Persis. Setelah Bapak saya meninggal,
saya di sekolahkan ke Pesantren Persis 19 Bentar oleh teman Bapak saya
P : Setelah Ustaz tamat sekolah kemudian Ustaz kembali ke kampung halaman, apakah
ada sindiran dari masyarakat sekitar karena Ustaz bersekolah di Persis?
I : Tidak ada, karena warga di kampung saya itu tidak fanatik terhadap suatu organisasi
P : Bagaimana pembentukan BIMHAJUM di Garut?
I : Untuk awal pembentukan saya kurang tahu tapi setelah saya aktif di Cabang dan di
PD, sudah ada BIMHAJUM dan saya pun tinggal melanjutkan bidang garapan yang
sebelumnya
P : Apa saja program kerja dari BIMHAJUM?
I : Program sesuai dengan slogan atau motto BIMHAJUM Pusat yaitu menyelamatkan
ummat dalam ibadah dan menyelamatkan ibadah ummat khususnya dalam
pelaksanaan haji dan umrah.
P : Bagaimana Teknis dalam program kerja BIMHAJUM ?
I : Mengajak dan menghimpun orang yang akan melaksanakan haji dan umroh,
kemudian kami mendatanya dan untuk kebrangkatan digabung dengan pusat di
Bandung
P : Untuk manasik haji dan umroh apakah dilaksanakn di PD?
I : 10 tahun kebelakang ini untuk manasik dasar dilaksanakan di daerah sedangkan
manasik lanjutannya dilaksanakan di pusat.
P : Kira-kira 10 tahun kebelakang di setiap sakali pemberangkatan ada berapa Jama’ah
yang berangkat?
lxxvi
I : Kurang lebih setiap tahun ada 50 orang
P : Paling sedikit ada berapa jama’ah yang berangkat?
I : Waktu itu pernah sekitar 20 jama’ah dan itu terjadi pada saat terjadi krisis moneter
tahun 1998
P : Untuk tahun ini sudah ada berapa jama’ah yang mendaftar?
I : Karena porsi haji pada tahun ini belum pasti, menurut informasi masih ada tingkat
tanwil, belum lagi di bagi secara pasti ke daerah-daerah maka ada kemungkinan untuk
bertambah. Sampai sekarang sudah ada 76 orang yang mendaftar sebagai jama’ah
haji
P : Kalau untuk tahun kemarin bagaimana Ustaz?
I : Kurang lebih sama, hampir tujuh puluh lebih jama’ah
P : Apakah ada keluhan-keluhan dari jama’ah kepada PD terkait bimbingan haji dan
umroh ini?
I : Sampai saat ini belum ada keluhan dari jama’ah padahal kami telah meminta kepada
mereka jikalau ada kekurangan dari pihak kami mohon beritahukan supaya menjadi
pembelajaran untuk kami kedepannya tapi sampai saat ini belum ada yang mengeluh
tentang itu. Yang kami terima dalam pelaksanaan mereka bisa melakasanakan ibadah
haji dan umroh sesuai dengan sunnah Rasulullah, hanya saja dalam akomodasi dan
konsumsi sering ada keluhan tapi bukan tanggung jawab pihak PD
P : Bagaimana publikasi untuk mengajak masyarakat masuk ke KBIH yang di pegang
oleh PD Persis?
I : Melalui PC yang ada di jam’iyyah, mubaligh dan juga dari para alumni yang pernah
mengikuti bimbingan haji kita
P : Apa harapan Ustaz untuk BIMHAJUM kedepannya?
I : Untuk harapannya kami ingin tahun depan kami bisa mandiri dalam bimbingan haji
nya dengan melakukan bimbingan haji oleh tingkat PD karena sampai saat ini kami
masih sebagai kolektor sehingga segala hal yang berkaitan dengan bimbingan haji
harus di setorkan kepada pusat
lxxvii
Nama : Andri Permana
Usia : 45 Tahun
Pekerjaan : Guru dan Dosen
Tanggal : 14 Maret 2017
Tempat : Kantor PD. Persis Kab. Garut
Jabatan : Anggota Bidgar PZU PD. Persis Kab. Garut
P : Assalamualaikum, ustaz. Maaf menganggu waktunya, bisa saya meminta waktunya
untuk wawancara?
I : Iya silahkan.
P : Pernah sekolah di pesantren PERSIS?
I : Kalau di pesantren PERSIS mah paling di tingkat ibtidaiyyah sampai kelas 2. SD,
SMP, SMA semuanya di Umum. Masuk sekolah perguruan tinggi di umum, dulukan
pernah di IPB dilanjut ke sekolah ekonomi, jadi secara formal mah di pesantren
PERSIS madsrasah ibtida’iyah sampai kelas 2.
P : Jabatan saat ini di PERSIS apa?
I : Sebagai manajer disitu. Lalu di taskil di staf SDMO.
P : Sudah berapa lama aktif di PERSIS?
I : Aktif di PERSIS itukan awal karir dari pemuda, tahun 1997. Tahun 1997 aktif di
pemuda di cabang Garut kota sampai tahun 2006. Terus pernah juga di IPW tahun
2003-an. Saat ini ya aktifis PERSIS merangkap jabatan karena mungkin SDM kan
masih banyak di butuhkan.
P : Bagaimana awal mengenal PERSIS?
I : setelah lulus dari IPB saya bekerja di Garut yang pemiliknya orang Persis dan
akhirnya mendalami Persis dari situ.
P : Masuk ke pembahasan PZU, kalau PZU sendiri kapan mulai berdirinya?
I : PZU yang digarut ini kan perwakilan, perwakilan ke pusat. Kalau di pusat kan
berdasarkan SK, itukan dahulu SKnya itu nomor 552 tahun 2001. Ketika resmi
berdirinya tahun 2001. Kalau di Garut sendiri itu tahun 2004. Jadi tiga tahun setelah
dipusat berdiri. Tapi di PERSIS sebelum ada PZU kan ada bidgar zakat. Jadi
pengelolaan zakat itu dari sejak dulu sudah ada lembaga pengelola zakat, infaq
shadaqah.
P : Proses pembentukannya sendiri bagaimana?
lxxviii
I : Jadi dari pimpinan daerah, itu mengadakan musyawarah dengan pimpinan daerah.
Jadi pemilihan pengurus itu dari pimpinan daerah. Lalu dibuatlah SK, jadi nanti kalau
SK nya habis, jadi yang rapat itu pimpinan daerah. Apakah ini mau dipertahankan,
atau diserahkan ke pimpinan pusat. Ini sangat berbeda dengan Lazis yang ada di luar
ormas
P : Kalau yang memprakarsai pendirian PZU siapa?
I : Nah dulukan pembentukan PZU berada di Pimpinan Daerah. Nah kebetulan, yang
menjabat tahun 2004 itu ustaz Eminurdin nah diakan sebagai Bidgar Zakat. Ketika SK
pertama ada, dia yang menjadi kepalanya (PZU) dan sampai sekarang pun kalau ada
hak penting misalnya urusan-urusan kebijakan strategis yang harus ke beliau.
P : Kalau program-program PZU sendiri bagaimana ustaz?
I : Ya kalau programnya itukan kita mengikuti kebijakan pusat saja, sebenarnya yang
namanya pengelola zakat baik yang baznas maupun swasta tidak akan beda, cuma beda
penamaan saja. Bantuan pangan, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan
zakat, bantuan ekonomi, ditambah kegiatan kemanusiaan. Cuma namanya yang
berbeda-beda. Kalau di PZU namanya dikemas untuk bantuan pangan, itu namanya
pra sejahtera, untuk bantuan pendidikan namanya anan pintar atau anak cerdas. Untuk
kesehatan, rumah sehat. Untuk bantuan dakwah namanya rumah soleh, untuk bantuan
ekonomi pengusaha mandiri. Untuk program kemanusiaan mah namanya program
kemanusiaan juga.
P : Kalau seluruh anggota PD PERSIS ini semuamnya mengikuti PZU atau tidak? Ikut
membayar pajak di PZU juga?
I : Yang namanya lembaga ormas, kan sebelum ada PZU, dulu pengelolaan zakat sudah
ada, sudah mapan kan. Ada Bidgar zakat. Nah bagaimana sekarang apakah setiap
anggota semuanya masuk PZU? Jawabannya ya belum semuanya. Karena zakat kan
urusannya trust ya dan kalau dia sudah percaya dengan lembaga tertentu atau lain
sebagainya, jadi di PZU PERSIS cikarang ada yang sudah zakatnya via PZU. Ada yang
masih memberikian zakatnya masing-masing. Tetapi saat administrasi kita cetak,
Cuma yang dilakuakn secara riilnya masih dikelola oleh lembaga zakat. Namun soal
administrasi kita catat saja, jadi kalau dipaksakan harus langsung pindah ke sini itu
juga kadang-kadang ya kurang tertib juga. Karena kan masalah zakat itu kan soal
kepercayaan, karena dia kepercayaanya kesana, ya biarkan saja, yang peting
administrasinya tetap kita catat, tetapi upaya mah harus tetap dilakukan. Pada
akhirnya jamnya tetap harus mengakui kalau memang salah satu lembaga di
lxxix
Tsanawiyah yang berhak mengelola zakat itu sendiri adalah PZU. Tetapi itukan step
by step ya.
P : Saat ini berapa orang yang ikut ke PZU?
I : Saat ini ada yang rutin, ada yang sebentar. Yang rutin juga sebenarnya belum terlalu
banyak, yang rutin ini zakatnya ini sampai ada 30 orangan yang rutin. Infaqnya
lumayan besar, Infaq itu ada yang langsung ada lewat barang dan sebagainya. Kalau
infaq sendiri sudah mencapai sekitar 150 orang. Kalau sodaqoh total dengan berbagai
program itu ya adalah sekitar 50 orangan. Namun kalau yang tidak tetap tidak ada
datanya secara detail. Jadi begini, kalau ramadhan kan banyak orang zakatnya
tahunan. Kalau dibarengkan bulan ramadhan itu ya mencapai sekitar 500an, tapi itu
tidak rutin, hanya pada saat ramadhan saja. Apalagi kalau dihitung dengan
keseluruhan yang menyetor itu ke cabang atau PZU, anggota PERSISnya kan sudah
ada sekitar 4000. Kalau zakat di kas saja dihitung itu sudah ada 20.000 dengan
keluarganya. Kurban saja kemarin ketika di hitung di jamaah, yang kurban lewat
pimpinan jamaah PERSIS itu, dijumlahnya ternyata secara hitung-hitungan ada 10
milyar kurban itu, sekian ratus sapi.
P : Lalu upaya untuk membuat orang-orang pindah ke PZU apa saja ustaz?
I : Kami melakukan sosialisasi diantara anggota dan simpatisan serta jamaah tempat
ustaz-ustaz mengisi ceramah lalu tahap kedua adalah sentralisasi dari cabang ke PZU
di kantor PD. Persis Kab. Garut.
P : Kalau di presentasikan berapa persen yang sudah membayar ke PZU dari anggota?
I : Dari anggota, jadi begini. Kalau di PERSIS kan ada 34 cabang. Jaringan PZU itu di
Garut, satu perwakilan di PD Garut. Yang dicabang itu ada Sembilan kantor unit.
Kalau dihitung dari jumlah kantor-kantor unit dengan PD, muzaqi yang menyetor ke
kantor PZU ya 10/34 ya sekitar 30%-an. Yang dari jamiah sudah dikelola oleh PZU
sekitar 30%.
P : Kalau untuk sadaqoh sendiri, apa itu rutin atau tidak?
I : Biasanya sadaqoh juga menjadi rutin. Jadi begini, sadaqoh pendidikan, sadaqoh
kesehatan, sadaqoh dakwah. Karena ada penyalurannya yang rutin tiap bulan. Kalau
pendidikan ada yang diberi beasiswa, ada santri yang belajar di pesantren, ada juga
siswa yang belajar diluar pesantren. Itu tidak terus menerus hanya anggota PERSIS
saja, yang penting kan standardnya bukan anggota PERSIS tetapi memang mustahid.
Cuma yang merekomendasikan, dari jamaat PERSIS.
P : Ada berapa orang yang di pendidikan?
lxxx
I : Kalau dipendidikan itu saat ini yang rutin sekitar 110. Itu dari level madrasah
diniyah, sampai ke level mahasiswa.
P : Kalau sadaqoh yang kedua ustaz?
I : Sodaqoh dakwah, ada juga kita mengembangkan sadaqoh dakwah, itu untuk para
muad. Itu berupa partisipasi ada para agniya yang ingin sebagian hartanya dipakai
untuk kegiatan dakwahnya cuma dalam bentuk satu, untuk sadaqoh transportasi muad
mengisi di daerah terpencil, asa juga berupa santutan kesejahteraan muad. Dalam
bentuk itu, dari akadnya “saya ingin memberikan santunan kesejahteraan muad”.
Karena rata-rata muad itu konsentrasi di dakwah, pekerjaanya sering terabaikan, ada
santunan-santunan pemberian bahan makanan pokok tiap bulan rutin. Bahan pokok
seperti beras. Jadi kita rutin mengasih beras tiap bulan. Diutamakan kepada ustad-
ustad yang aktif berdakwah.
P : Kalau itu, dakwahnya ke daerah terpencil memang khusus jamaah PERSIS atau
bagaimana?
I : Ya sementara inikan masih pembinaan ke internal, walaupun ada juga program-
program tertentu yang di didik ke bukan internal, tetapi itu tidak rutin. Seperti
ramadhan kemarin itu kebanyakannya mahasiswa. Untuk mahasiswa tafsir hadist,
karjasama dengan pimpinan daerah ikut serta dalam pembiayaanya. Itu disebar ke
pada jamiah, itu benar-benar membuka lahan baru.
P : Kalau yang ketiga sadaqahnya ustaz?
I : Ketiga adalah sadaqoh kesehatan, detailnya ini kan dananya mula-mula dari para
agniya. Ya kita tawarkan program sadaqoh kemudian ambulance dan perawatan
perbulan. Karena kita melayani pasiennya gratis. Kenapa gratis, karena pemeliharaan
dan pembelian ambulance sendiri kan dari agniya, kecuali kalau ada pasien yang ingin
berpartisipasi ikut infak ya silahkan. Karena kan untuk perawatan ambulance, untuk
pembelian ambulancenya.
P : Pernah sampai mengantar kemana saja ambulannya?
I : Kalau ambulance paling jauh luar kota ke daerah Bekasi. Kalau disini juga rata-rata
ke daerah Pakidulan. Kalau disikan bensr-benar kontraknya angkanya geratis, kecuali
dari pihak keluarga, atau pihak jamaahnya yang menanggung beban si keluarga.
Kalau dari keluarganya kan kita juga tidak sanggup. Kalau pajaknya paling
ditanggung misalnya oleh pimpinan jamaah, masjid yang ikut partisipasi dari warga
untuk membantu itu. Karna kalau rumah sakit saja kan kalau jarak dekat saja udah
300.
lxxxi
P : Kalau yang ke empat ustaz?
I : Itu sadaqoh ekonomi, jarang-jarang lah. Paling sadaqoh program kemanusiaan. Itu
mah program yang sifatnya charity. Tidak masuk sadaqoh. Karena kan kalau program
kemanusiaan bisa dating dari mana saja. Ada dari umat Islam dll. Seperti program
kemanusiaan saat banjir, kan itu termasuk charity. Dari siapa saja kan tidak bisa
ditolak.
P : Kalau untuk iuran resminya atau iuran rutin sadaqohnya kisaran berapa sampai dengan
berapa?
I : Tidak ada sih, jadi kalau saqadoh program itu ada yang pakai nominal, ada yang
tidak pakai nominal. Tapi misalnya yang nominal itu sadaqoh pendidikan, kan ada
biaya-biaya yang harus di tanggung oleh masing-masing siswa. Misalnya gini, untuk
sadaqoh ibtida’iyah kan hanya 25ribu rupiah, sadaqoh Tsanawiyah dan mualimin
misalnya, itu seratus ribu.untuk sadaqoh mahasiswa, itu Sekitar sebesar SPP yang
ditanggungnya, yaitu 200 ribu perbulan. Itu masih jarang-jarang karena lebih banyak
memilih anak yang kecil karena ini sifatnya rutin, mereka juga mengukur kemampuan
kita. Kalau mahasiswa nanyaknya sekitar kurang lebih 10 orang.
P : Kalau yang non anggota ada tidak yang membayar?
I : Jadi itu yang dihitung dari anggota yang 30%. Alhamdulillah ini yang dianggota
tidak bisa di maksimalkan, ya kita menggali potensi-potensi dari luar anggota ya
inilah, kita kalau justru menghitung jumlah muzaki anggota dan luar anggota itu
hampir seimbang. Jadi yang diluar anggota sekarang Alhamdulillah sudah banyak
yang mempercayai PZU. Kalau dilihat jumlah antara anggota dan non-anggota juga
ini seimbang.
P : Tanggapan masyarakat sendiri yang non anggota terhadap PZU seperti apa?
I : Belum ada riset ilmiah, Cuma yang menjadi ukurannya mah ketika mereka masih
tetap menjadi muzaqqi menerima tiap tahun bertambah dari tahun ke tahun. Ya saya
pikir itu mereka cukup puas lah, karena kalau tidak puas kan pasti pindah akhirnya,
waalupun pertambahannya tidak signifikan Cuma yang ada mujati tetap setia lah
sampai sekarang tahu 2004 sampai 2016 sudah 12 tahun masih setia bahkan terus
bertambah dan kitajuga senantiasa menjaga trust mereka bagaimana caranya kita
dengan segala keterbatasan dan juga menjaga silaturahmi. Karena lembaga kita kan
bukan hubungan antara lembaga dengan muzaqi saja, tetapi hubungan kekeluargaan
sesama muslimnya dijaga.
lxxxii
Nama : Kakah Mustikah
Usia : 57 tahun
Pekerjaan : Guru
Tanggal : 27 Maret 2017
Tempat : Komplek Pesantren Garogol, Pasirwangi
Jabatan : Ketua PD. Persistri Kab. Garut
P : Sebelum jadi ketua PD Persistri, ibu menjabat sebagai apa?
I : Sebelumnya jadi wakil ketua periode tahun 2012-2016, sebelumnya itu tahun 2000-
2004, wakil ketua waktu periodenya Bu Ai. Tahun 2012-2016 mah periodenya bu Ela,
ibu Dra. Nurlela. 2000-2004 wakil ketua waktu ketuanya Ai Nurjanah. Terus sebelum
itu jadi ketua Persistri di cabang pasir wangi. Sebelum tahun 2000, 1980an jadi ketua
PC Persistri Samarang. diperluas kemudian ada juga yang di pasir wangi, jadi dua.
Otomatis jadi ketua Persis di pasir wangi. Kebelakangnya itu pendidikan multi Persis
P : sejak kapan ibu menjadi bagian dari Persis?
I : dimulai dari kelas 1 sd, di Persisnya tahdiri A. Kalau sekarang itu ibtidaiyah kelas 1.
Kalau dulu tuh kan ada tahdiri A, tahdiri B. Yang B kalo di Ibtidaiyah itu udah kelas
4. Jadi pas ibu sekolah itu pas diselenggarakan pendidikan Persis di Bentar. Jadi mulai
masih di Ibtidaiyah
P :setelah lulus dari dari ibtidaiyah ibu lanjut kemana?
I : ke tsanawiyah di Bentar
P : kemudian mualiminnya dimana ibu?
I : kalau mualiminnya karena keburu menikah setelah mengikuti ujian masuk.
P : bagaimana ibu pertama kali mengenal Persis?
I : kenalnya itu dari bapak, namanya itu pak Abidin. Ketika ibu kelas 1, dia sudah paham
Persis. Jadi mengenal Persisnya dari bapak, tapi waktu bapak masih kecil mah bukan
Persis.
P : bagaimana orang tua ibu mengenal Persis?
I : jadi awalnya karena bapak dulu sering solat jumat ke Muhamadiyah, ke LIO, setelah
bapak nikah di Garut, jadi sering jumatan ke muhammadiyah sama sering jumatan
juga ke Persis di Bentar. Bapak juga pernah cerita “kenapa ya kan NU ini banget
sama Quran, ustaz-ustaz itu bukannya baca Quran malah baca koran” nah terus
ngedengerin jumatan. Mungkin sudah sudah hidayahnya, mungkin sudah tiba kepada
lxxxiii
dia. Paham terhadap Sunnah Al-Quran . Kalau sekalinya disini juga mulai. Pamannya,
pamannya yang mulai paham terhadap Sunnah Al-Quran. Eyangnya ibu Siti Parida
P : muhun
I : nah yang bawa Sunnah Al-Quran diawal itu dia. Yah bapak saya pun belum nerima.
Yah sudah nerimanya itu sudah dia mendengarkan khutbah - khutbah di
muhammadiyah dan di bentar dan dia mungkin lebih memilih ke Persis
P : sepengetahuan ibu, kenapa kok sekarang jadi lebih menerima ke Persis?
I : nggak tau kalau sekarang mah, Cuma kata dia memang kalau berdasarkan dalil, apa
yang diterangkan itu ada dalilnya, ada buktinya. Bukan kayak sekarang, hanya
menurut ulama ini, misalnya seperti itu. Malahan anaknya yang kelima, kemaren sudah
total mengakui Qur'an-sunnahnya di namakanlah Aslam Mukhsin.
P :Apa ibu berada di lingkungan Persis sejak kecil?
I : Bukan, dulu tuh di cibalen di sasak gantung. Sekolahnya di SD Guntur, jadi dulu kalau
denger Persis itu serasa mau diintimidasi.
P : Oh jadi dulu anggota Persis termasuk keluarga ibu itu diintimidasi?
I : Iya, habis itu pindah ke Sukaregang waktu kelas 5. Sama juga di sukaregang gak
diterima
P : saat itu kira-kira tahun berapa bu?
I : Ibu tuh masuk SD tahun 1966 sampai tahun 1972
P : Jadi ibu dan keluarga pindah ke sukaregang itu karena diintimidasi?
I : Tidak, itu mah karena rumahnya masih nyewa, ngontrak jadi pindah ke sukaregang,
bukan karena di intimidasi
P : Lalu bagaimana ketika di sukaregang?
I : Sama aja.
P : Diintimidasi juga?
I : Iya, sekolah SD sampai jam 2 kemudian lanjut sekolah agama di Bentar
P : Apakah ada seragam khusus ketika sekolah agama dulu di Bentar ?
I : Sebelumnya pakai sarung. Anak anak nya pake sarung. Tahun 1970an ditentuin oleh
MAXI
P : Sadi itu ciri khusus bahwa itu orang Persis gitu?
I : Iyah, yang lainnya tidak ada, belum ada. Padang baju padang, sewa saja maksi.
Sebelumnya kalau seragam sampai sekarang tetap pakai warna hitam dan crem itu
buat ibtidaiyah sama tsanawiyah. Kalau mualimin sebelumnya pakai kain sarung, kain
lxxxiv
sarung merah dari songket keatasnya warna crem. Kesininya diganti jadi warna crem
sama putih
P : itu yang dimarahin gimana bu?
I : Cuma marahin gitu aja, Cuma ngelemparin aja. Karena mereka benci sama Persis,
sambil nyanyiin “cis kacang buncis” karena saking antinya. Saya juga nggak tahu
alasannya karena saya dulu juga masih kecil. Sama ketika bapak pindah ke sini juga.
Pas bapak pindah kesini juga tahun 1973, kalau ibumah terus saja di Asrama
sekolahnya kalau bapakmah pindah ke sini. Ada intimidasi berupa surat kaleng, kalau
saja tetap tidak berhenti, liat aja tau nenggak aja itu leher. Tidak saja berhenti, tahu
duduk sila. Tidak boleh adzan.
P : Adzan awal bu?
I : Adzan apa aja tidak boleh. Kan karena ngegunain bedug.
P : ohhh ada bedug, jadi adzan menggunakan speaker kali ya bu?
I : Iya, ngga boleh itu.
P : Sejak kapan perubahannya itu bu?
I : kalau bapak mah tidak takut tidak apa, terus aja. Karena juga dulu kalau dakwah-
dakwah ke luar Kota, seperti sekarang itu ke Wanaraja terus Sukarendah. Kan bapak
punya mobil di Garut . punya mobil sebelumnya dibawa kesini dibawa kesana. Punya
mobil dulu itu kalau dakwah di cabang-cabang, ke jamaah-jamaah. Terus ketika
pindah ke sini, disini mengadakan pengajian, bukan hanya orang lain yang ga pro
sama bapak. Warga di sini juga ada yang ga pro sama bapak. Cuman bapak mah
nganggepnya ya kayak anjing menggonggong atau angin berlalu.
P : Kalau masyarakat di sini sejak kapan perubahannya bu?
I : Kalau yang ini warga, tidak seperti itu. Orang luar, orang luar kalau sebelum
sebelumnya terlalu memperlihatkan kebenciannya. Setelah kesininya sekolah ada
ibtidaiyah disini itu. Mulai menyekolahkan sekitar tahun 80an kalau tidak salah. Kalau
sekarang sudah biasa
P : Sebelum ibu disini, apakah hanya ada satu-satunya ibtidaiyah daerah sini atau ada
lagi?
I : sebelumnya yang pertama, yang merintis yang mengajari pertama ustad Abdul Fatah.
memang bapak saya sekarang maksudnya mengadakan sekolah disini itu mau warga -
warga mau sekolah soalnya sebelumnya masih daerah terbelakang gitu. Pertama kalau
ke kota itu biayanya terus sebelumnya Sekolah Dasar pun orang sini soalnya tidak
tamat, soalnya tidak mengerti terhadap pendidikan jadi ayah saya itu mau
lxxxv
meningkatkan pendidikan keluarga yang utama dari ibtidaiyah dulu ya Alhamdulillah
terus assaidiyah inget bagaimana kalau sekarang sudah dari ibtidaiyah ke tsanawiyah
tetap saja tidak akan mampu biaya buat keluarga lanjut ke tsanawiyah gitu. Di adakan
ya mulai dari warga yang jamaah yang tokoh - tokoh jamaah. Putra putra tokoh - tokoh
yang sekolah disini buat modal awal tsanawiyah kalau ibtidayahkan banyak disini
juga. Alhamdulillah terus bapak saya ingat lagi mualiminnya bagaimana terus minta
lagi ke PT alhamdulillah.
P : kemudian pada akhirnya, setelah itu masyarakat menjadi terbiasa?
I : ya mulainya dari ibtidaiyah dulu ikutannya kalau tsanawiyah tidak, bertahap begitu
ya alhamdulillah bertambah jemaahnya. Soalnya begitu bapak saya itu tidak takut
sama ancaman atau sama apapun terus aja. Termasuk ancaman dari adiknya.
P : ohh masih adik kandungnya ibu?
I : iya adik dari bapak. Kalau sekarang ramanya ayahnya bu ida. Awalnya belum
menerima. Tapi sekarang dia awalnya yang memahami keluarga ini. Ketika bapak
pindah ke Garut. Awalnya mah gak menerima. Karena kalau mengubah sesuatu yang
sudah biasamah susah, karena memang sudah mengakar daging seperti ibadah yang
sudah khusuk, contoh nya seperti tahlilan, tujuhnya, tiganya. Alhamdulillah bapak
punya prinsip 'mau meningkatkan pendidikan keluarga awalnyamah.. Alhamdulillah
sekarang mah. Kalau dulumah susah mau tamat SD aja. Alhamdulillah sekarang udah
ada yang sekolah ke Madinah, putra ustad Anang.
P : Apakah kegiatan ibu setelah menikah? Langsung aktif di Persis atau tidak?
I : Alhamdulillah yah. Kalau pas masih kecil masih biasa aja. Tapi ketika pas masuk
sekolah saya disekolahkan ke Persis. Pas di Tsanawiyah sudah ada RGUG.
Alhamdulillah giat di organisasi RGUG. Kemudian tahun 1975 jadi ketua UG di
Tsanawiyah ketika belum ada mualimin.
P : apakah ibu sudah ikut ke Pemudi bu?
I : kalau pemudi ketika itu di Garut. Sama bu Aminah di adakan Pemudi di Garut. Dulu
sih belum signifikan, jadi ikut aja buat nambah-nambahin ilmu, tamhid oleh ustad
Aceng. Sekitar tahun 1980. Setelah itu, disini terus, kan ada Persistri dan Pemudinya.
Jadi ketua Pemudi di Samarang. Kalau ibumah mulai dari sekolah yaaa diserahkan ke
pemudi sama Persistri aja di Samarang. Di lalui semuanya sama Ibu. Setelah itu kan
Persistri di mekarkan. Sebelumnya itu kan ketua Persistri di Samarang itu kan bapak.
Kalau sekarang ibu jadi ketua, itu juga yaaa karena kepaksa. Kalau udah tua sih iya
udah, tapi kalau soal ilmu saya rasa masih belum mumpuni saya. Karena yaaa saya
lxxxvi
yang paling tua. Jadi yaaa yang dijadikan tetuanya ya ibuu. Tapi yaaa prinsip ibu itu,
walaupun ilmu sedikit yaaa tetap harus di sumbangkan. Sambil menambah ilmu,
pengalaman, sama nambah segalanya. Khususnyamah supaya kita bisa meningkatkan
keimanan.
P : Mengenai sejarah Persis yang di Garut, apakah ibu mengetahui bagaimana
sejarahnya?
I : kalau penggagasnya Ibu Aminah di Garutmah. Mulainya dari mengadakan pengajian
setiap minggu ke 3.
P : dalam pengajian tersebut, apa saja yang dibahas bu?
I : membahas tentang Aqidah, ibadah, seperti solat, berwudhu, pengurusan jenazah. Di
bidang sosialnya berkenaam dengam donatur.
P : sejak kapan mulai aktifnya bu?
I : ketika ibu sekolah juga sudah aktif, tahun 1970 an. Kalau PD mah belum. Belum ada
PD, cuman baru ada PC. Terus kegiatannya juga membangun masjid. Dijadwal.
Santrinya juga ga kayak zaman sekarang. Tidak dilibatkan. Kalau dulu itu dilibatkan.
P : kemudian selain kegiatan pengajian 3 minggu sekali. Apakah ada kegiatan rutin
lainnya?
I : apa lagi yaaa. Setiap minggu dua, persiapam buat minggu ke tiga. Kalau dulu itu mah
ngisi dakwah-dakwah ke cabang-cabang, ke jemaah-jemaah. Melalui Wakil sekolah,
ke Sukarenda, ke Wanaraja. Kalau bu Aminah itu punya komunikasi yang bagus,
pengajian-pengajian itu melalui sekolah, yang ngembangin di Garut itu bu Aminah.
P : hanya untuk remaja aja atau bagaimana bu ?
I : ohhh ngga. Itu buat semuanya aja.
P : kalau yang masalah lewat sekolah itu bagaimana bu maksudnya?.
I : ohhh itu Asrama, jadi melalui Asrama. Untuk aset. Jadi untuk mengadakan dakwah-
dakhwah. Kan kalau Asrama itu banyak yang dari luar daerah. Ada yang dari Pasir
Salak, Bojong Salak, di Cimanganten, bagendit.terusnya di sini yah. Di Samarang,
jeung sajabana. Kalau mereka pulang di kasih wasilah untuk berdakwah.
P : jadi teknisnya itu ketika mereka pulang, mereka mengadakan pengajian?
I : tidak. Mau yang pulang ataupun ngga juga tetep di kasih wasilah. Orangtuanya juga
di kasih dakwah. Jadi baik yang asrama atau tidak, ketika mereka pulang sekolah,
sambil dakwahin orangtuanya. Supaya tetep mengadakan pengajian.
P : apakah pengajian itu hanya untuk ibu-ibu saja?
lxxxvii
I : biasanya ibu-ibu aja. Kalau perintisnya ustad Sihad, ustad Jamal, kemudian dari
dewan hajinya, haji Sahid, haji Salimun.
P : dewan haji itu orang-orang Persis yang sudah naik haji?
I : iya betul. Di sebutnya dewan Haji.
P : kenapa di sebutnya dewan Haji?
I : kurang tau tuh. Ibu dengernya aja begitu.
P : mohon maaf bu. Jadi ketika di dakwahin itu, ada aja ya pengajian itu?
I : iya, jadi berdiri aja gitu
P : Apa aja tantangan yang dialami oleh Ibu Aminah menurut sepengetahuan ibu?
I : tidak ada yang signifikan.
P : tidak ada yang sampai fisik bu?
I : tidak ada, tidak ada setau saya. Pas bapak juga cuman sekedar ancaman
P : Pada masa bu Aminah ada berapa cabang bu yang ibu ketahui?
I : saya juga kurang tau. Karena waktu itu Ibu belum dewasa. Dari masa bu Aminah
terus ke masa ibu Hasmaya. Nah dari situ ibu kurang tau, terus aja sama bu Ai.
P : apa saja program-program bu Ai sama dengan Ibu Aminah? Atau ada yang di
tambahin?
I : kalau dulu mah persoalan program kiakidah itu kurang di dalami, cuman sekedar
ada pengajian. Nah ketika masa bu Ai peraturan jadi berubah. Berdasarkan kiakidah.
Tapi tidak semuanya berubah, hanya berupa penyegaran. Sistem birokrasi juga dapat
penyegaran. Kalau dulu catatan keuangan keluar nya sangat sedikit. Jadi hal ini
diperhatikan dan di pelajarin lebih dalam pada masa bu Ai.
P : itu pembahasan kiakidah dibahasnya seminggu sekali atau sebulan sekali?
I : ohh nggak, inimah kalau di PP nya sudah Muktamar. Kan tiap muktamar ada
perubahan. Nanti di sosialisasikan sama PP.
P : ketika bu Ai mempelajari akidah. bagaimana teknisnya bu?
I : sebab musabab adanya, ketika ada perlu apa gitu. Jadi nanti mungkin seminggu sekali
ada pengajian supaya mengerti apa itu kiakidah itu. Alhamdulillah lah sekarang mah
udah pada ngerti PC-PC juga.
P : kalau PC dimasa ke pemimpinan ibu ada berapa bu?
I : kalau sekarang ada 26. Program ayeuna teh di bidang Jamiyah teh maunya ada
pengembangan, cabang di PD garut itu mau ada 30 an. Jadi nambah 4. Untuk
pengembangan Cabang di Kabupaten Garut. Sekarang sedang mau diadakan
lxxxviii
pengajian-pengajian untuk calon cabang. Yaitu Kecamatan Sukaresmi, sareng
kacamatan Banjar wangi
P : kapan Persis terbentuk dan mempunyai kantor?
I : tahun 2000 an.
P : ketika pada masa ibu. Program-program nya bagaimana bu?
I : sekarang itu maunya. Dibidanga sekretariatan maunya maju. Kedua mau ada
efektifitas waktu. Maunya sekarang ada database. Supaya orang-orang yang ada di
sekretariat PC itu bisa komputer.. Supaya di setiap laporan juga berbasis komputer.
Sedangkan di bidang Jamiyah maunya ada penambahan PC-PC. Dan juga anggota
supaya sekarang mengerti pada Qur'an sunnah mangkanya diadakan pengajian.
Minggu ke satu. Minggu ke tiga, dan juga seminar-seminar. Terus hubungan dengan
keluarga juga di adakan seminar. Sama pendidikan keluarganya. Terus di paud ingin
juga guru-guru nya itu profesional. Maunya itu paud ada peningkatan. Kedepannya itu
maunya ada kurikulum khusus Persis. Sama mau ada peningkatan di bidang Ekonomi.
Anggota Persistri mau mengadakan asosiasi pengusaha Persistri. Mau saling
membantu atau saling tukar pengalaman.
P : apa saja syarat-syarat yang harus dikerjakan bu?
I : pertama muslim, kedua usianya minimal 30 tahun, bersedia mengikuti peraturan
Persistri, ada kemauan memahami qur'an Sunnah.
P : apakah harus mengikuti acara apa gitu?
I : ohhh ngga. Asalkan islam, umurnya 30 tahun, dan memang mau bergabung dengan
Persistri. Nanti juga dibina. Dan nanti juga ga langsung dj terima, tapi dulihat dulu.
Apakah dia benar-benar mau masuk Persistri atau ada niatan lain. Jadi nanti dari
Jamaah, dari Jamaah kemudian mengajukan ke Cabang.
P : apakah ada kartu anggota nya bu?
I : ada dan itu di perbaharui setiap 5 tahun sekali.
P : terus kalau soal publikasi, ada bidang informasi dan komunikasi tidak bu?
I : itumah ditanganin sama bidang sekretaris. Tidak ada bidang khususnya
P : kalau di pc ada pengawasan berapa kali seminggu bu?
I : itu tergantung, ada yang sehari sekali, seminggu sekali, sebulan sekali.
P : kalau jumlah anggota di masa kepemimpinan ibu, ada berapa ya?
I : 2000-an
P : jadi 26 cabang?
I : iya.
lxxxix
P : Terus berapa cabang yang ibu bina sekarang supaya nanti jadi PC baru?
I : dua kalau tahun ini itu, tapi selama masa kepemimpinan saya maunya 4. Yang di rintis
baru 2, kecamatan Sukaresmi sareng Kecamatan Banjarweungi. Tapi kedepan itu
sudah ada gambaran. Yaitu Kadu Ngora sama Caringin, sama Cikoneng.
P : itu kira-kira direncakan, akan dibentuk PC tahun sekarang?
I : iya. Diantara dua itu, satu tahun sekarang. Tahun kedua baru dua. Kalau tahun
sekarang anggota nya sudah cukup, satu terbentuk paling tidak.
P : di satu Cabang, paling sedikit ada berapa anggotanya?
I :paling sedikit 25. Tapi suka ada kelonggaran jadi 20 orang.
P : bagaimana dengan Jamaah ibu?
I : jamaah paling sedikit 3
P : selain rencana mengembangkan cabang. Apakah ada rencana lain ?
I : maunya mengembangkan RA Persis unggulan. Mau merintis pengusaha-pengusaha
Persis yang tidak menggunakan system riba.
P : teknisnya bagaimana bu? Apa mengadakan pelatihan ?
I : iya diadakan pelatihan.
P : di masa kepemimpinan ibu. Sudah berapa kali mengadakan workshop/pelatihan?
I : baru tahun pertama kali ini
P : apakah sudah pernah mengadakan seminar bu?
I : belum
P : apa di tahun ini ada rencana mengadakan seminar?
I : kalau tahun sekarang seperti nya tidak akan terlaksana. Karena ada acara di bulan
Ramadhan.
P : kalau di bulan Ramadhan kegiatan nya apa saja bu?
I : kajian Ramadhan 3 hari. Rutin setiap tahun.
P : pembahasan nya apa saja bu?
I : berkenaan dengan akidah, ibadah, muamalah, keluarga,
P : kalau teknisnya, Itu nginep di tempat atau bagaimana?
I : tidak nginep. Dateng jam 11 gitu.
xc
Nama : Daden Robi Rahman
Usia : 33 tahun
Pekerjaan : Guru dan Dosen
Tanggal : 16 Maret 2017
Tempat : Pesantren Persis 96 Lempong
Jabatan : Ketua PD. Pemuda Persis Kab. Garut
P : Ustaz sekolah di PERSIS dari jenjang apa saja?
I : Dari TK. TK PERSIS Garut, Madrasah Diniyyah PERSIS Darut Tholibin, Tajijiyyah
PERSIS Izharul Haq, Tsanawiyyah dan Mu’allimin di PERSIS Bentar, S1 STAI PERSIS
Bandung dan S2 di utus oleh PERSIS ke UNIDA Gontor
P : Di PERSIS Ustaz pernah menjabat sebagai apa?
I : Di RG organisasi sekolah PERSIS menjadi Sekretaris Umum, di HIMA menjadi
anggota, kemudian di PERSIS pernah menjadi staf Bidang Dakwah, di Pemuda di
Bidgar. Pendidikan, dan sekarang menjadi ketua di PD Pemuda PERSIS Garut.
P : Sekarang selain menjadi Ketua di Pemuda tapi menjadi staf di PERSIS juga?
I : Iya pernah, saat periode tahun kemarin di Lintas Otonom.
P : Berarti Ustaz aktif di PERSIS sudah dari kecil?
I : Iya, karena Ayah saya juga aktivis PERSIS
P : Apakah latar belakang orangtua Ustaz juga dari PERSIS?
I : Iya dari PERSIS, Mu’allimin di Pajagalan Bandung.
P : Apakah orangtua Ustaz juga aktifis PERSIS atau hanya menjadi anggota?
I : Iya mereka juga seorang aktivis sejak masih muda. Sekarang jabatan terakhirnya
sebagai penasihat di PD PERSIS Garut, sebelumnya di bidang Dakwah.
P : Apakah lingkungan tempat Ustaz tinggal merupakan lingkungan PERSIS?
I : Majemuk. Ada PERSIS, NU, Muhamadiyyah serta SI. Di NU juga macam-macam,
karena ada beberapa tarekat.
P : Sejak kapan Pemuda PERSIS mulai aktif di Garut?
I : Oleh Ustaz Ade Idad. Pemuda PD PERSIS lahir tahun 1936, tapi kepemimpinan
formal Pemuda PERSIS di Garut pada tahun 1997.
P : Pada saat itu apakah sudah memiliki kantor?
I : Iya, sudah
P : Awalnya berada dimana?
xci
I : Kantor PD pertama Pemuda PERSIS berada di Guntur Melati. Pembangunan kantor
dilakukan setelah adanya tasykil PERSIS dan Pemuda.
P : Bagaimana proses pembentukan Pemuda PERSIS di Garut?
I : Dengan mengikuti kepemimpinan yang di atas, berawal dari tuntutan PP dan PW
bahwa Garut sudah sangat layak mempunyai Otonom Pemuda. Garut hadir pada tahun
1990. Itu merupakan aturan dari PP untuk mengembangkan otonom, ketika ada
orangtua maka Pemuda harus ada. Kader pemuda di Garut sudah cukup banyak,
karena keberadaan PERSIS di Garut sudah lama dari tahun 1960. Ketika PD Pemuda
didirikan pada tahun 1990 itu sudah sangat layak. Karena pengkaderan di PERSIS itu
lewat pendidikan, dari pesantren-pesantren PERSIS di Garut yang cukup banyak.
P : Siapa saja tokoh yang memprakarsai berdirinya Pemuda PERSIS di Garut?
I : Yang memprakarsai adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda PERSIS yang rata-
rata berasal dari Garut. Periode Ustaz Lathif ke dua, digantikan oleh Ustaz Ikin, Ustaz
Entang dan kepemimpinan Ustaz Uus, mereka berasal dari Garut. PD Pemuda PERSIS
hadir di Garut pada masa kepemimpinan Pusat di pegang oleh Ustaz Entang. Ketika
PP di ketuai oleh orang Garut, otomatis ada dorongan dari beliau-beliau ke Garut
sekaligus memprakasai berdirinya PD Pemuda PERSIS di Garut. Kemudian anak-anak
mudanya seperti Ustaz Ade Idad, Ustaz Asep Rahmat, kemudian Ustaz Dadan
Munawar
P : Berapa jumlah anggota saat pembentukan PD Pemuda PERSIS?
I : Saya tidak tahu secara pasti jumlah awalnya ada berapa.
P : Kalau anggota sekarang di masa Ustaz sendiri ada berapa?
I : Kalau sekarang yang terdata, di pemuda itu masuk keanggotaan melalui Ma’ruf.
Ma’ruf yang terakhir kemarin yang ke 12. Sedikit anggotanya, sedangkan Ma’ruf yang
ke 12 ada 270-an untuk anggota baru dalam satu tahun lebih. Sebelumnya ada 200-an
jadi sekarang ada 450-an anggota, karena yang 200 orang di tahun sebelumnya
mungkin sudah berganti keanggotaan menjadi PERSIS bukan Pemuda lagi.
P : Jenjang untuk masuk ke Pemuda dan Kaderisasi di PERSIS itu seperti apa?
I : Pemuda PERSIS dibatasi oleh umur. Batas minimalnya 16 tahun dan batas
maksimalnya 40 tahun. Untuk memasuki pemuda ada proses kaderisasi training
formal, training formal terdapat beberapa tahapan, yang pertama Ma’ruf atau Masa
Ta’aruf. Seseorang bisa dikatakan pemuda kalau sudah Ma’ruf, kalau tidak Ma’ruf
belum menjadi Pemuda PERSIS. Ada 4 materi wajib, kalau dulu ada 6 materi wajib,
terkadang kita juga memakai muatan lokal tentang konteks kegarutan. Ma’ruf ini
xcii
training formalnya, setelah Ma’ruf ada masa pembinaan pasca Ma’ruf, dan pembinaan
merupakan kewajiban cabang. Dalam bentuk halaqoh, muhadhoroh mubahasah atau
muqoyyam. Ini ada di silabus, ada kurikulumnya tentang pembinaan pasca Ma’ruf.
Minimal 4 tahun pembinaan maka alumni Ma’ruf yang dibina itu berhak mengikuti
training Ma’ruf formal yang kedua, namanya tajwid fi janil quran, tafiq uula.Tafiq
pertama yang diselenggarakan oleh PD. Kalau tafiq uula sudah dilaksanakan,
nantinya ada pembinaan pasca tafiq, minimal 4 bulan, bagi yang sudah melaksanakan
pembinaan tafiq satu, dia berhak mengikuti tafiq kedua yang diselenggarakan oleh
wilayah. Setelah tafiq dua dibina lagi oleh wilayah sekurang-kurangnya 4 bulan, kalau
dulu enam bulan, sesudah itu berhak mengikuti tafiq ketiga yang di selenggarakan oleh
pusat.
P : Apa tujuan dari materi-materi tersebut?
I : Ma’ruf hanya gerbang awalnya saja, gerbang untuk memperkenalkan bahwa inilah
Pemuda, maka yang di sampaikan itu pertama tauhid sebagai asas pergerakan, ke dua
fiqih jam’iyyah yang masih bersifat umum, yang ketiga sejarah Pemuda PERSIS,
keempat ada wajah dan wijhah, ini yang wajibnya kemudian ada muloknya di
kurikulum dari pusat yang berisi tentang karakteristik dan profil Pemuda PERSIS
kemudian tipe ideal Pemuda PERSIS. Disini kita akan tambah muloknya, karena
kemarin pemuda PERSIS ada MoU dengan sufu taisyukan, amanat dari muktamar
Pemuda dan amanat juga dari Musyda tahun kemarin di Garut bahwa Pemuda harus
mengadakan bela diri formal dan mendatangani MoU dengan sufu taisyukan. Maka in
syaa Alloh untuk kali ini ada penyampaian tentang pentingnya beladiri bagi Pemuda
PERSIS. Tafiq satu merupakan kader inti di daerah dan tafiq dua kader inti di wilayah
yang nantinya akan menjadi tasykil. Dan seterusnya seperti itu.
P : Itu materi untuk Ma’ruf, kalau materi di tafiq satu apa saja?
I : Di tafiq satu ada 12 materi, dari hasil kepemimpinan yang dulu ada dua belas, tapi
sekarang di padatkan menjadi 7 materi wajibnya. Menjadi kader inti terlebih dahulu,
bahasannya sama ada tentang tauhid, tapi lebih dalam lagi. Kemudian tentang fiqihnya
juga lebih dalam lagi. Dan materi-materi tambahan lain yang diarahkan untuk
loyalitas terhadap Islam dan kemudian Jam’iyyah.
P : Apa saja program PD di masa sekarang?
I : Kebetulan kita baru tiga bulan yang lalu Musykerda, untuk programnya banyak
sekali, tapi intinya kita cukup memfokuskan untuk mengaktualisasikan dan
memaksimalkan peran jam’iyyah pada aksi keumatan, nanti alur kerjanya sesuai QA
xciii
QD (Qoidah Asasi dan Qoidah Dakhili), ujung tombaknya adalah bidang jam’iyyah
untuk mengkondisikan membentuk cabang baru. Sudah ada 21 cabang Pemuda dari 42
kecamatan baru 21 kecamatan yang ada perwakilan Pimpinan Cabangnya. Bidang
jam’iyyah ini punya tugas, yang pertama menghidupkan secara maksimal cabang yang
sudah berdiri, yang kedua melakukan persiapan perencanaan untuk mendrirkan
cabang baru, nanti kalau jam’iyyah sudah bisa membentuk cabang yang baru, cabang
yang bersangkutan mempunyai kewajiban utuk kaderisasi, bidang yang kedua
kaderisasi bertujuan untuk mendorong cabang melaksanakan Ma’ruf dan PD sendiri
mengadakan tafiq satu. Hasil dari pengkaderan yang dilakukan di training formal
selanjutnya disambut oleh bidang yang ke tiga yaitu pendidikan, pendidikan untuk
melakukan pembinaan pasca Tafiq atau pasca Ma’ruf. Bidang pendidikan di cabang
melakukan pembinaan pasca Ma’ruf, di daerah melakukan pembinaan pasca Tafiq
satu, dan wilayah melakukan pembinaan pasca Tafiq dua dan seterusnya. Intinya
pendidikan itu untuk lebih menguatkan internal, menguatkan apa yang sudah ada di
dalam. Untuk keluarnya ada bidang dakwah, bidang dakwah dari kader-kader terbaik
dengan program-programnya diantarnya adalah pemerataan dakwah di Garut, objek
dakwah tantangannya apa saja, kemudian memakai analisis SWOT, kekuatan kita
seberapa banyak, da’i kita seberapa banyak, masjid binaan kita seberapa banyak,
kemudian kelemahan kita seperti apa, kemudian peluang dakwah kita seperti apa,
pokoknya tentang pemetaan dakwah. Kita di PD sendiri sudah membuat form tentang
format item-item untuk pemerataan dakwah tersebut, termasuk dakwah programnya
ada Ma’had atau Majlis Ahad kajian dua pekanan, untuk umum silahkan saja bebas,
memang dakwah itu keluar, bahkan ada permintaan untuk mengisi masjid-masjid yang
butuh pembinaan kajian. Adalagi kajian peradaban yaitu program dakwah yang
sinergi dengan program pendidikan satu pekan sekali, untuk merespon is-isu hangat
jaman sekarang. Di bidang olahraga dan seni sistemnya ke dalam untuk menguatkan
dan membangun loyalitas komitmen dalam jam’iyyah, olahraga itu dikondisikan
diantaranya ada bela diri formal latihan di PD ada satu bulan sekali setiap malam
Kamis. Di cabang juga sudah dikondisikan untuk mengadakan lanah sedang
berlangsung kompetisi futsal, itu pemuda yang mengadakan, cabang kita yang
mendorong. Acara tersebut namanya AZKACUP Aceng Zakariya Cup yang diikuti oleh
24 sekolah yang ada di Garut, termasuk seninya juga. Kemudian nanti ada Bidang
Sosek atau Sosial dan Ekonomi untuk menguatkan kedalam dan keluar, untuk program
yang berjalan dengan membentuk pasar Pemuda PERSIS, Sosek berfungsi untuk
xciv
memetakan para pengusaha Pemuda PERSIS dan memasarkan ke jam’iyyah di Garut.
Ada pengusaha ayam goreng, kripik, kentang, gula merah, dan macam-macam. Setelah
dipetakan ternyata banyak pengusaha dari Pemuda PERSIS. Bahkan kemarin kita
mengadakan kajian oleh bidang dakwah namanya BMT, wallohu’alam bagaimana
kedepan nantinya. Kemudian kita ada bidang HAL Hubungan Antar Lembaga untuk
mengkondisikan komunikasi dengan lembaga yang lain. Kemarin kita bersilautrahmi
dan sharing ke tokoh NU di Garut, 2 orang perwakilan tasykil Pemuda mengahadiri
pelantikan Muhamadiyah, kemudian ada KOMINFO untuk mengurus panpage, grup
whatsapp, website, menginformasikan kedalam dan keluar
P : Kira-kira ada berapa persen partisipasi kader atau simpatisan ketika Ma’ruf di
Pesantren PERSIS?
I : Setahun pertama sampai sekarang, tahun kedua dibulan Maret kita baru mengadakan
di 12 cabang dari 12 cabang yang ada mengadakan Ma’ruf ini diantaranya juga ada
Pesantren karena Pesantren PERSIS yang ada di Garut kebetulan ada sinergitas
program dari PD PERSIS, PP Pemuda PERSIS dan juga jadi bahan dan rekomendasi
Musyawarah Kerja Daerah kemarin, Pesantren untuk kelas 2 dan kelas 3 Mu’allimin
untuk RG nya dihimbau untuk mengikuti Ma’ruf, alhamdulillah. Kemudian kemarin
semua kelas 3 Mu’allimin di Pesantren Pangatikan sudah di Ma’ruf kan kemudian
sebelumnya di Karang Tengah juga seperti itu jadi Pesantren juga sangat mendorong
sekali, Mudir’am ikut membuka acara itu dan santri pun di kondisikan, karena mungkin
tidak maksimal. Kalau di persentasikan wallahua’lam berapa, tapi kalau melihat dari
21 cabang ada 12 Cabang berarti sudah 50% ditahun kedua awal, targetannya
dipertengahan tahun kedua ini semua cabang sudah Ma’ruf di masa kepimpinan
sekarang, berarti tinggal 9 cabang lagi
P : Ma’ruf langsung masuk pembinaan oleh Bidgar. Pendidikan, apakah seluruh orang
yang di Ma’ruf ini ikut sampai selesai dibina atau ada yang keluar di tengah jalan?
I : Karena Ma’ruf ini adalah gerbang pertama, maka terjadi seleksi alam yang ujung-
ujungnya orang-orang yang ingin meneruskan dan loyal terhadap jam’iyyah mereka
mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh cabang pasca Ma’ruf, oleh PD pasca tafiq
meskipun tidak banyak yang ikut Ma’ruf
P : Kira-kira berapa persen, Ustaz?
I : Yang mengikuti pembinaan 30% sampai 50%. Ada pembinaan pasca tafiq satu
minimal 16 kali pertemuan, di luar Ma’had khusus untuk internal, tidak sampai 50%.
Kebetulan untuk kepemimpinan sekarang kita belum melakukan tafiq seharusnya tahun
xcv
kemarin ada tafiq tapi karena banyak cabang yang belum Ma’ruf termasuk calon
tasykilnya juga belum Ma’ruf harus kita Ma’ruf dulu, minimal 4 bulan pembinaan baru
kita tafiq
P : Dari orang-orang yang berguguran, apakah Ustaz bisa memperkirakan alasan-alasan
mereka?
I : Karena aktivitas, kerja, kuliah yang terkadang diluar kota. Yang kedua terkendala
aktivitas ekonomi atau hanya asik dengan pengajian-pengajian yang diselenggarakan
oleh PERSIS. Kalau di singgung tentang mereka aktif di ormas lain, menurut saya tidak
ada
P : Hasil dari pembinaan, apakah ada indikator pencapainnya?
I : Sebetulnya ada di kurikulum pembinaan, kurikulum kaderisasi itu ada standar
keberhasilan pembinaan, diantaranya adalah secara kelimuan tafiq satu itu jauh lebih
daripada yang baru Ma’ruf, secara kepribadian juga jauh, dan yang paling penting
dari perspektif jam’iyyah itu loyalitas, diantaranya juga orang-orang yang sudah
mengikuti pembinaan sangat mungkin kita tarik ke PD atau kita rekomendasikan ke
PW karena PW meminta dari tiap kota untuk merekomandasikan orang yang
mempunyai loyalitas yang bagus, indikator yang paling utama adalah aktif di
jam’iyyah dan ditempatkan minimal di Cabang
P : Untuk Ma’had persentase yang ikut dan menjadi anggota berapa persen dan yang tidak
ikut berapa persen?
I : Kalau diperkirakan yang ikut Ma’had dari anggota sekitar 60% sampai 70% dan
sisanya yang tidak ikut
P : Rata-rata berapa orang?
I : Ma’had kadang penuh kadang kosong sekitar 50 orang pernah 200 orang lebih paling
sedikit 30 orang.
P : Bahasan apa yang sering dijadikan materi waktu Ma’had?
I : Ma’had pematerinya bukan pemateri biasa, pemateri internasional, tapi kebanyakan
tokoh-tokoh atau cendikiwan dari PERSIS sendiri. Bahasannya aktual yang sedang
ramai dibicarakan. Kalau kemarin ada aksi bela Islam, kebetulan aksi 112 kita tidak
turun tapi aksi 212 kita turun. Ramai kita bahas karena Muhamadiyyah tidak turun
atas nama jam’iyyah dan PERSIS juga tidak turun atas nama jam’iyyah. Kita
membahas tentang Imamah dan Imaroh, ketika ramai tentang Syi’ah kita bahas Syi’ah,
ramai tentang Syuriah kita bahas Syuriah. Dan besok kita akan membahas Quran
xcvi
Hiling, yang mengisi juga bukan orang biasa, seperti Ustaz Lathif, Ustaz Jeje, Ketua
Umum tujuannya untuk menjadi daya tarik masyarakat
P : Apakah hasil dari Ma’had dipublikasikan?
I : Dulu kita rekam kemudian di upload ke youtube dan terkadang tidak di publikasikan
seperti kajian kecil yang internal
P : Pandangan masyarakat atau orang-orang non anggota terhadap program-program
Pemuda seperti apa, apakah ada yang negatif?
I : Kalau masalah negatif, baik internal ataupun eksternal tidak ada. Dari pihak PERSIS
tidak ada dan dari luar sampai sekarang juga alhamdulillah tidak ada. Mungkin dulu
pernah ada gesekan Pemuda PERSIS dengan Syi’ah, Pemuda PERSIS cukup terdepan
tapi tidak sampai bagaimana. Bukan berarti kita berteman dengan Syi’ah tapi mereka
tidak terlalu seperti dulu lagi, sampai mendatangani tokoh-tokoh kita. Ada sedikit
gesekkan lewat media, via elektronik, SMS tapi tidak sampai dilapangan
P : Untuk publikasinya sendiri, nama media sosialnya apa saja?
I : Kita punya blog Pemuda PERSIS Garut, panpage juga ada, Whatsapp yang paling
banyak, diantaranya Pemuda PERSIS Garut, pasar Pemuda PERSIS, untuk website
dan blog belum maksimal karena staf KOMINFO baru di angkat, kalau instagram
belum ada
P : Terkait Bidgar HAL ke tokoh-tokoh NU dan konsolidasi dengan yang lain, lalu
tanggapan dari masyarakat dan lembaga itu sendiri bagaimana?
I : Welcome, dulu kita pernah ke berbagai daerah, kita kirim surat, silaturahmi, sharing
tentang kepemudaan kemudian termasuk ke tokoh NU Ustaz Cecep ketika ada isu
tentang aksi bela Islam misalnya, kemudian dulu ada kasus tokoh Muhamadiyyah di
Garut katanya ada teror dari pihak yang tidak betanggungjawab, kita langsung
berkomunikasi dengan Muhamadiyyah dan ANAS Aliansi Nasional Anti Syi’ah
bahkan ada kerjasama untuk seminar kesyi’ahan
xcvii
Nama : Moch Haris Romdoni
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa STAI-PI Garut
Tanggal : 20 Maret 2017
Tempat : STAI-PI Garut
Jabatan : Ketua PD. Hima Persis Kab. Garut
P : Apakah sebelumnya pernah sekolah di Pesantren PERSIS?
I : Ya pernah, di Pesantren PERSIS 19 Bentar dan lulus tahun 2013
P : Dari jenjang apa sekolah di PERSIS?
I : Dari Ibtida’iyyah sampai Mu’allimin PPI 19 Bentar
P : Sekarang jabatan akang di PD sebagai apa?
I : Menjadi ketua PD HIMA PERSIS Garut
P : Sudah berapa lama aktif di HIMA?
I : Dari semenjak masuk kuliah
P : Sebelum menjadi Ketua, pernah menjabat sebagai apa?
I : Anggota dan sekretaris PK
P : Sebelum aktif di HIMA akang aktif dimana?
I : Di Pemuda PERSIS
P : Bagaimana awalnya akang mengenal PERSIS?
I : Saya mengenal PERSIS dari sejak awal masuk sekolah dan langsung bersentuhan
dengan realitas PERSIS
P : Apakah latar belakang keluarga akang orang PERSIS?
I : Kalau dari keturunan bisa dikatakan yang bersentuhan langsung dengan PERSIS
karena Ibu saya merupakan salah satu tenaga pengajar di PERSIS Bentar
P : Sudah berapa lama Ibu aktif di PERSISTRI?
I : Sudah dari tahun 2006 semenjak masjid Al-Qolam berdiri.
P : Selain akang di sekolahkan ke PERSIS, apakah saat akang masih kecil pernah diajak
oleh orangtua ke acara-acara PERSIS lainnya?
I : Hanya mengikuti pengajian yang ada di Bentar dan ketika Ustaz Sidiq Amin menjadi
pemateri di Bentar pun saya ikut tapi karena ketika itu saya masih kecil, jadi tidak tahu
beliau itu siapa dan bersikap biasa saja
P : Bagaimana kondisi lingkungan akang apakah mayoritas orang PERSIS?
xcviii
I : Ada PERSIS tapi secara kultural NU lah yang lebih kuat, ada juga Muhammadiyah.
Bahkan saya sendiri pun dari pada shalat di masjid NU saya lebih sering sholat di
masjid Muhammadiyah karena masjidnya cukup besar namun jumlah ma’mum nya
sedikit, meskipun jarak masjid PERSIS juga dekat
P : Di lingkungan akang mayoritas NU dan Muhammadiyah tapi kenapa keluarga akang
mau masuk PERSIS?
I : Bahkan Ibu saya berani untuk terjun mengisi pengajian di lingkungan NU dan
Muhammadiyah meskipun beliau sendiri merupakan orang PERSIS.
P : Penerimaan dari masyarakat sendiri terhadap keluarga akang bagaimana?
I : Alhamdulillah baik, karena melakukan secara persuasif meskipun sebelumnya ada
sentimentil dari masyarakat sekitar karena pandangn masyarakat terhadap PERSIS itu
terkenal keras
P : Sikap sentimentilnya bagaimana?
I : Seperti masalah bid’ah dan yang semacamnya, meskipun akhirnya menyadari bahwa
itu hanya merupakan cabang bukan prinsipil
P : Sikap masyarakat terhadap keluarga akang awalnya seperti apa?
I : Hanya cemoohan
P : Untuk PD HIMA kapan resmi berdiri di Garut?
I : Peresmian awalnnya tahun 2007 yang pertama kali di pimpin oleh kang Dzikri
Saparudin yang sekarang menjadi Staf TU di STAI PERSIS Garut
P : Proses pembentukannya seperti apa?
I : Pembentukannya memang cukup alot, karena sebelum ada komunitas oraganisasi
HIMA PERSIS ada juga kumpulan lain yang mengakomodir para alumni PERSIS.
Namun setelah menemukan kesepemahaman antara alumni PERSIS seperti kang Dzikri
Saparudin, Reza Anshori, Jajang Suhendar dan yang paling signifikan pergerakannya
M Natsir yang sering kita sebut Mang Achil. Merekalah yang memiliki peranan penting
dalam pendirian HIMA PERSIS yang awalnya merupakan PJM (Pimpinan Jaringan
Madinah)
P : Tokoh-tokoh tersebut berasal dari mana?
I : Dari Garut
P : Anggota atau simpatisan dari PD HIMA pada awalnya ada berapa?
I : Berangkat dari yang kecil seperti diskusi kalau sekarang ada kenaikan yang
Signifikan terlebih setelah adanya kampus STAI PERSIS Garut yang menjadi basis PD
HIMA PERSIS Garut karena sebelumnya tahun 2007 kang Dzikri merupakan
xcix
mahasiswa dari STAIDA bahkan selanjutnya bukan dari kampus yang berbasis PERSIS
justru ada dari STAIDA, STIE YASA ANGGANA kemudian langsung ada kampus STAI
PERSIS pada jaman kang Alvin, jadi lebih dahulu mendirikan HIMA PERSIS
dibandingkan dengan STAI PERSIS
P : Bagaimana gerakan atau program awal HIMA sebelum ada STAI PERSIS?
I : Gerakannya berbasis di kampus luar yang ada di Garut meskipun mahasiswa dari
PERSIS nya masih sedikit dan mulai mengalami peningkatan yang masih dalam proses
perintisan berbeda dengan sekarang yang sudah mapan dari segi kualitas mahasiswa
nya yang sudah mapan dari banyaknya mahasiswa lain
P : Program awal sebelum adanya STAI PERSIS lebih condong kemana?
I : Kajian dan menyikapi terkait kebijakan pemerintah dan sosialnya
P : Contohnya seperti apa?
I : Saat kebijakan pemerintah ada respon terhadap mobil dinas yang tidak disetujui oleh
PD HIMA PERSIS
P : Alasannya kenapa kang?
I : Karena memboroskan anggaran sehingga kami mengadakan aksi mengumpulkan koin
untuk membeli mobil dinas sebagai sindiran bagi mereka
P : Sebelum adanya STAI PERSIS program dari bidang sosialnya seperti apa?
I : Mengabdi kepada masyarakat dengan mengadakan pengajian
P : Dari masa kepeminpinan akang sendiri akang menjabat dari tahun berapa?
I : Dari tahun 2015 sampai tahun 2017
P : Apa saja program kerja yang dilakukan selama masa kepemimpinan akang?
I : Menyesuaikan dengan kebutuhan dengan mengadakan banyak pelatihan-pelatihan
dan memberikan pemahaman mengenai keorganisasian juga ada workshop organisasi
bahkan kami juga memberikan fasilitas terhadap kader untuk aktif dan semangat untuk
berliterasi sehingga diadakan pelatihan jurnalistik tak lupa juga ada Madrasah
Siyasah untuk memfasilitasi kader mengenai pemahaman terhadap politik serta ada
pengabdian ke Cibuluh memberikan pemahaman al-quran dan hadits kepada anak-
anak mulai dari TK sampai SMA yang bertujuan untuk mendapatkan kader supaya ada
aktifis baik di Pemuda maupun Pemudi yang cinta terhadap mesjid
P : Bagaimana reaksi masyarakat terhadap program pengabdian tersebut?
I : Alhamdulillah diterima meskipun sebelumnya sempat ada penolakan bahkan sampai
ada ungkapan yang cukup menggelikan, itu merupakan indikator kesuksesan kami
c
dalam mensosialisasikan mengenai PERSIS bahwa PERSIS bukanlah seperti yang
dipandang negatif oleh masyarakat
P : Apakah ada program pengabdian sebelum masa kepemimpinan sekarang?
I : sebelumnya pernah, jadi sekarang melanjutkan
P : Untuk Literasi teknisnya itu seperti apa?
I : untuk konsepnya kami memberika beberapa kajian, Karena dalama Hima Persis itu
sendiri kan ada trilogi Hima Persis : 1. Peningkatan intelektualitas 2.Tranformasi
sosial 3. Perubahan iklim politik. Jadi kita memprogramkan kajian kajian, baik berupa
aqidah, pemikiran, maupun politik dan hasil dari kajian itu kesimulannya ditulis oleh
kader untuk diterbitkan dalam bulletin.
P : Buletin itu permingu atau perbulan?
I : ini masih menjadi tugas PD Hima Persis yang awalnya diterbitkan perbulan dengan
nama radikal, namun dalam rangka perumusan revisi konsep buletin PD Hima Persis
P : yang berpatisipasi dalam literasi ini berapa orang?
I : memang cukup mendapatkan tantangan dan tidak banyak kader yang berpatisipasi
mengenai literasi ini, atau Karena masanya ini yang berbeda dengan dahulu, Karena
pergerakan mahasiswa hari ini banyak yang beranggapan lagi redup-redupnya baik
dari segi literasi maupun aksinya
P : Kalau yang diperkirakan yang berpatisipasi mengirimkan tulisan untuk program ini
ada berapa orang?
I : sekitar 20 orang.
P : Apakah rutin yang 20 orang ini?
I : ya, perbulannya rutin
P : jadi yang 20 orang ini masih ada yang harus di revisi?
I : ya, baik dalam namanya yang sedikit radikal, yang rencananya sekarang akan diganti
oleh buletin tinta merah
P : maaf tadi lupa menanyakan kang, kalau untuk program pengabdian itu berapa lama
dan berapa orang kang?
I : programnya bersifat berkesinambungan/continue, selama masa kepemimpinan saya.
Ketika di PK dilanjutkan di PD, Karena memang ada potensinya pengabdian di
Cubuluh itu, sehingga ada yang melanjutkan ke Staipi dari masyarakat Cibuluh
tersebut
P : Untuk teknis pengabdian itu sendiri seperti apa?
ci
I : Karena untuk hari ini mempunyai kesibukan masing-masing, tapi mudah-mudahan
konsiten dalam satu minggu itu 2x pertemuan hari Sabtu dan Ahad ba’da Ashar.
P : Itu membahas apa saja kang?
I : membahas seluk beluk al-Quran dan al-Hadits, Karena memang setelah berbicara
dengan tokoh setempat untuk masalah fiqh jangan dulu, Karena memang basisnya
Cibuluh sangat kuat dengan NU nya yang ortodoks
P : jadi lebih ketauhidan. Untuk pesertanya yang kebanyakan dari anak-anak itu ada
berapa orang?
I : kemarin bahkan sampai 35 orang
P : pada awalnya berapa orang?
I : pada awalnya SMA ada 5 orang, SMP 4 orang dan yang paling banyak anak-anak
P : jadi pada waktu awal itu masih kisaran 9/10 orang tapi sekang sudah smpai 35 orang.
Sebenarnya akang sendiri melalukan hal tersebut dari kapan?
I : dari semenjak tahun 2014
P : bagaimana cara merubah persepsi masyarakat yang pada awalnya sempat menolak
sampai akhirnya sekarang menerima?
I : pada awalnya ada kajian dengan anak-anak namun ada momentum yang salah
satunya adalah tablig akbar dengan mengudang para senior Persis untuk mengisi
tablig akbar tersebut. Sebetulnya secara prinsip kita tidak berbeda, yang menjadi
pembahasan yang alot adalah cabangnya, jadi pencerdasan terhadap itu. Terlebih ada
juga program mengenai penyebaran al- Quran, nah disitu ada ungkapan bahwa
‘Gening Persis teh al-Quran na sarua’
P : berarti dari tablig akbar dan penyebaran al Quran itu mulai ada perubahan dari sikaf
masyarakat. Kalau untun internal/ kajian apa yang khusus untuk anggotanya selain
literasi?
I : paling kita papasakan, bersilaturahmi, dan ke gunung
P : kalau untuk kajian itu sendiri seperti apa?
I : sebenarnya untuk kajian itu ada program yang digurlikan, kan ada sosialisasi
kesesatan anti syi’ah, kajian tentang Syi’ah. Jadi kader spesialis anti syi’ah dan dari
kajian itu disalurkan untuk sosialisasi anti syi’ah yang dulu hanya ke pesantren namun
sekarang bertekad untuk masuk ke ranah umum baik SMA/SMK itu yang pertama,
kemudian ada juga kajian mengenai cabang ilmu kekiriaan tokohnya bersama Ustaz
Pepen, dan juga mengenai social, budaya dan sejarah Karena beliau basis nya disana.
cii
Kalau sekarang akan membahas satu buku mengenai Nusajawa silang budaya bersama
beliau tersebut 1 minggu 1x.
P : Di hari apa ya kang?
I : di hari Sabtu
P : Sejak kapan dimulainya kang?
I : dimulainya sejak masa jabatan saya ada agenda khusus bersama beliau
P : lalu peserta yang ikut ada berapa orang kang?
I : Alhamdulillah ada 40 orang, bahkan 5 orang.
P : jadi kajian itu tetap berlangsung walaupun 5 orang ?
I : walaupun 5 orang tetap berlangsung tidak menjadi persoalan untuk pematerinya juga
Karena tugasnya kan memang mengkader. Juga ada halaqah Filsafat bersama dua
dosen di Staipi dan juga lulusan Filsafat dari UGM Ustaz Heri M. Tohari juga Ustaz
Hendra pakar dalam ilmu kalam jadi menyoroti halaqah filsafat itu pada malam Jum’at
2x pertemuan. Di malam jum’at itu 2x bersama beliau halaqah Fisafat dan 2 malam
Jumat sisinya kajian turats. Mengikuti arahan dari kebijakan PP yang disebutkan
dalam trilogy Hima Persis yaitu perubahan iklim politik yang dimana kita bisa
memberikan peruahan dalam iklim politik, kalau belum ada mengenai ilmu poitiknya.
Segingga PP menyerankan untuk PD mengkaji kitab al-Mawardi, kitab al-Ahkam
sultaniyah, dan untuk PK menggarap kitab Ibnu Taimiyah siyasah syar’iyyah.
Alhamdulillah 2 malam jum’at sisanya melakukan kajian kitab al-Ahkam sultaniyah
dengan pemateri dari Hima Persis sendiri yang memiliki keilmuan dalam pembacaan
kitab turats
P : jadi lebih ke siyaha atau politik untuk turats. Kalau untuk fisafat sendiri berapa orang
yang ikut kajiannya?
I : sama seperti tadi, sekaligus kami juga mengundang kepada aktifis pergerakan yang
lain.
P : jadi bukan hanya untuk internal saja hari jum’at dimana kang?
I : iya, di PD
P : biasanya dari jam berapa sampai jam berapa kang?
I : ba’da Isya sampai jam 10 malam
P : itu kan mengundang dari luar. Kira-kira untuk anggotanya sendiri berapa orang dan
dari luar berapa orang?
I : kan memang waktunya malam, jadi tidak terlalu banyak kadang 15 orang, 10 orang
tapi tetap berlangsung Karena sifatnya halaqah, bukan seminar ataupun workshop
ciii
P : kalau untuk turats juga itu untuk umum atau khusus?
I : khusus secara internal
P : itu biasanya berapa orang kang?
I : pernah ada banyak dengan melibatkan PK, ada sampai 40 orang
P : paling sedikit itu berapa orang?
I : paling sedikit ada 4 orang tapi tetap berjalan
P : jadi pembagiannya minggu pertama dan kedua itu filsafat atau bagaimana kang?
I : ya minggu ke 1 dan ke 3 halaqah filsafat, minggu ke 2 dan ke 4 kajian turats
P : kalau dari hasil kajian ini ada yang di publikasikan atau tidak kang?
I : rencananya di publikasikan dalam tulisan sehingga terbit dalam buletin Karena
memang responsive dari kadernya agak sedikit kurang sehingga menjadi terhambat
juga. Ketika beres kajian beres weh. tapi harapannya masih ada tapi ketika di pancing
bahkan juga ada arahan supaya sudah kajian itu menulis tapi tetap tidak ada
P : untuk alur kaderisasi itu sendiri, bagiamana supaya bisa masuk ke dalam Hima Persis
dan program apa saja yang didapat untuk orang-orang baru?
I : sebetulnya aktif di Hima Persis itu bukan hanya sebatas masuk saja, melainkan ada
nilai lebih. Katakanlah kecil kita dibina di Persis masa kita tidak mengaktifkan ikut
terlibat menghidupkan jamiyyah maka di Staipi ada yang sifat wajib untuk aktif di Hima
Persis dan menjadi syarat kelulusan. Tahapannya yang pertama interview sekaligus
mengetahui kualitas calon kader di mulai dari pemahaman Hima Persis, kemudian
kalau masuk tujuannya apa. Kalau sudah ada tujuannya sehingga kita menyesuaikan,
setelah inview ada KABAH (kaderisasi anggota baru Hima Persis) kalau di pemuda
MA’RUF, kalau selesai KABAH ada jenjang 6 bulan atau 1 tahun dilanjutkan dengan
MAKKAH (Masa Kualifikasi Anggota Hima Persis) kalau di pemuda Persis setara
dengan Tablig 1, setelah MAKKAH tidak lupa juga ada Upgreading pasca Makkah
atau Kabah dan yang paling tinggi jenjang nya ada MADINAH (Masa Dinamisasi
Anggota Hima Persis)
P : kalau untuk materi kabah itu sendiri materinya seperti apa?
I : materi nya mengenai doktrinasi, dari ideologi hima persis sekaligus ada manajemen
aksi, teknik persidangan, ideologi-ideologi yang sifatnya dasar
P : kalau untuk di makkah nya sendiri?
I : kalau di makkah berbeda dengan di kabah, di makkah ada tuntutan juga untuk menulis
tulisan kalau di kabah hanya mendengarkan kemudian mengikuti arahan dari panitia,
berbeda dengan di makkah kalau di makkah kader dituntut untuk dewasa tidak dituntun
civ
oleh panitia, lebihnya itu tadi dituntut untuk suatu ada tulisan cuman tema temanya
disiapkan oleh panitia.
P : kalau untuk materinya sendiri kan kabah lebih ke doktrinisasi, kalau untuk di makkah?
I : lebih ke pengayaan supaya dapat beraktualisasi semisal manajemen konflik, sekaligus
ada teknik lobbying dan komunikasi politik
P : kalau untuk di madinah sendiri satahu akang bagaimana?
I : kalau di madinah nya saya belum tahu, namun madinah lebih tinggi dari makkah
jenjang paling tinggi kaderisasi dari Hima Persis
P : jadi, kalau PD Persis ini memiliki hak untuk melakukan kabah atau makkah kang?
I : makkah dan juga kabah
P : jadi dua-duanya, kalau madinah berarti yang diatasnya oleh PW atau PP. akang sendiri
di masa kepemimpinan akang sudah berapa kali melakukan kabah dan makkah?
I : iya oleh PP, kabah 2x kalau makkah insyaalah akan digelar pada bulan ini, akhir
Maret
P : kalau untuk kabah kira-kira kapan dan berapa waktu itu yang ikut serta?
I : yang kabah 1x ada 21 orang di Staipi sekaligus mengakomodir dari kampus lain dan
insyaallah pada minggu sekarang bulan Maret tanggal 25-26 kabah jilid 2 yang baru
terakomodasi calon kader 20
P : berarti sentralnya Hima adalah Staipi?. Kalau kabah sendiri mengapa baru dilakukan
tahun ini padahal akang sendiri sudah menjabat 3 tahun?
I : iya di Staipi. Sebetulnya kan ini pergantian kepemimpinan ketua Pk dan sekaligus ada
mahasiswa baru namun belum terakomodir, sebelumnya ada kabah oleh kempimpinan
Firman, itu juga masa kepemimpinan saya juga kalau tidak salah, dan sekarang adalah
kepemimpinan Zamzam yang hendak menggulirkan acara kabah. Karena memang
dalam prokernya ada kabah
P : jadi kalau kabah ini lebih kepada pimpinan komisariat. Terus untuk kabah sendiri akan
dilakukan dimana dan estimasinya berapa orang kang?
I : ya lebih ke Pk. Diadakan di Rancabango estimasinya 30 orang
P : itu durasinya berapa lama kang untuk makkah?
I : kalau untuk makkah itu 3 hari
P : kalau untuk kabah?
I : kalau untuk kabah juga sama 3 hari
P : oh sama, hanya kontennya yang berbeda mungkin. Lalu, langkah akang selanjutnya
untuk pergerakan Hima di Garut ini seperti apa ya kang?
cv
I : iya. Langkahnya adalah dapat meberikan kontribusi untuk kemajuan Kab. Garut dan
mendorong pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan dengan semestinya itu
yang pertama. Kemudian yang kedua , berharap adanya kader yang militan yang loyal
dan totalitas. Karena memang duka yang diungkapkan oleh Mahfud MD ‘bahwa
mahasiswa hari ini lebih fokus kepada KRS dan IPK bagus dan kuliah tuntas beres’.
Dan hari ini sangat krisis aktivis pergerakan, mungkin barangkali permasalahan
bersama organisasi mahasiswa yang lain. Karena kalau dilihat yang lain juga sama
minim kader dan harapannya ada kader yang militan, loyal dan totalitas. Tidak
menemukan kembali alasan ‘maaf tidak bisa mengikuti lagi mengerjakan tugas, duh
maaf tidak bisa ikutan ada kuliah. Pasti ada saja alasan seperti itu. Alasan biasa oleh
aktivis mah yang bisa ditinggalkan dan katakanlah hari ini membutuhkan kader yang
tubruk. Kuliah mengganggu organisasi mah tinggalkan kuliah
P : untuk saya yang tahu sendiri bahwa Hima itu adalah jenjang dari pengakaderan Hima
persis, dan pernah gak hima ini workshop/pengenalan ke sekolah-sekolah Persis?
I : pernah, ada LDK yang fokusnya dalam kegiatan itu
P : jadi yang mengakomodir itu adalah Hima?.
I : iya. LDK di Rancabango, dan tadi melalui sosialisasi. Sekaligus memberikan
tranformasi ilmu mengenai Syi’ah sekaligus kita ada waktu untuk sosialisasi
P : berarti sosialisasi dalam bentuk sekolah itu baru 1x?. berarti kalau untuk acara Syiah
sama 1x juga?. Apakah ada langkah (kan sekarang banyak kelas 3 yang mau lulus)
rencana untuk melakukan workshop kembali?
I : iya. Ada rencananya mengadakan yang sifat jerumuskan mengenai konfrensi pers
santri di Garut jadi mengumpulkan santri khusunya ketua RG dan sekerataris untuk
menyamakan persepsi administrasi RG-UG di Kab. Garut. Sebetulnya sudah diamini
oleh PD. Persis Kab. Garut tinggal kita mengeksekusinya. Sekaligus ada juga yang
hendak digelar mengenai THOWAF di masa ta’aruf/ ta’aruf Hima Persis terhadap
santri Karena kan sebetulnya kader dari Hima Persis itu banyak, santri juga dapat kita
klaim sebagai kader Hima Persis. Namun dalam QA-QD pasca muktamar kemarin
bahwa pelajar ataupun santri itu sudah bisa untuk menjadi anggota Hima Persis.
Namun anggota, anggotanya tunas. Jadi kalau ditanya ada berapa kader Hima Persis?
Kita bisa mengatakan 1000 orang
P : kalau yang saya ketahui kan sekarang ada IPP tempat berkumpulnya santri-santri, lalu
langkah komunikasi apa yang dilakukan oleh Hima Persis terhadap IPP untuk
konsilidasi dan penjaringan kader?
cvi
I : iya, kami telah merumuskan bahkan telah membentuk grup di WA, komunikasi lintas
kader yang di dalamnya ada IPP, IPPI, Hima, Himi, supaya ada kedekatan antara IPP
dan Hima, maupun IPPI dan Himi. Karena secara ideologis yang sama-sama mengutif
gagasan dalam ayat al-Qur’an Arrasikhuna fil ilmi kan dalam ideologi IPP dan
kelanjutannya itu ada wama yadzakaru illa ulul albab. Nah secara ideologi seharusnya
IPP itu setelah beres sekolah itu melanjutkan ke Hima Persis dan dari kita juga ada
kominikasi. Kan IPP di PD itu hari Rabu, kita juga ada pembinaan komunikasi dengan
IPP
P : kader IPP itu kan sudah banyak yang lulus sekolah, berapa banyak IPP yang sudah
lulus masuk ke Hima khususnya di Garut?
I : Karena memang kebanyakan IPP nya di Garut. Kebanyakannya di luar jadi tidak
tahu terakomodir atau tidaknya oleh Hima persis di luar Garut
P : kalau yang di Garut sendiri bagaimana kang?
I : kalau di Garut sendiri tidak terdeteksi Karena ada kader IPP yang kuliahnya selain
dari Staipi
P : kalau di Staipi sendiri ada tidak kader yang dari IPP?
I : kadang-kadang, Karena IPP kebanyakan dari Rancabogo. Dan santri Rancabogo
biasanya kebanyakan kuliah ke luar Staipi. Tapi kalau ke Himi ada. Bahkan yang loyal
di IPPI loyal juga di Himi Persis
P : jadi kalau IPPI banyak yang kuliah di Staipi dan akhirnya loyal dan kalau untuk IPP
sedikit.
Nama : Rifqi Rifyal Rizaldi
Usia : 17
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal : 22 Maret 2017
Tempat : PD. Persis Kab. Garut
Jabatan : Ketua IP-Persis Kab. Garut
P : Dari jenjang apa akhi sekolah di PERSIS?
I : Kalau di PERSIS dari jenjang MTs
P : MTs nya dimana?
I : Di PPI 153 Al-Firdaus Cipatat Bandung
cvii
P : Sebelum akhi menjabat sebagai ketua, apa jabatan sebelumnya?
I : Saya di IPP belum pernah menjabat sebelumnya
P : Aktif di PERSIS sendiri dari kapan?
I : Semenjak Aliyah dari tahun kemarin, awal tahun 2016
P : Sebelum itu apakah pernah aktif di organisasi lain?
I : Di organisasi RG sudah aktif dari Tsanawiyyah kelas dua
P : Dari mana akhi mengenal PERSIS?
I : Saya mengenal PERSIS dari keluarga saya
P : Apakah latar belakang pendidikan keluarga akhi dari PERSIS juga?
I : Iya, dari PERSIS. Bapak saya alumnus dari Pesantren Bentar dan Ibu saya alumnus
dari Pesantren Pajagalan
P : Apakah pernah di ajak ke acara-acara PERSIS?
I : Di ajak ke acara pengajian PERSIS, pengajian bulanan, rutinan.
P : Apakah lingkungan tempat akhi tinggal merupakan lingkungan PERSIS?
I : Kalau di lingkungan rumah iya
P : Apakah ada yang selain PERSIS?
I : Selain PERSIS ada, seperti NU
P : NU sendiri apakah berhubungan baik dengan PERSIS?
I : Hubungannya alhamdulillah baik, tidak sampai menimbulkan banyak perdebatan,
bahkan kalau ada apa-apa yang dari NU juga sering datang menemui Bapak saya
untuk meminta konsultasi tentang masalah keagamaan.
P : Jadi kerjasama dan toleransinya masih terjaga?
I : Iya masih, bahkan yang dari luar PERSIS pun sering ada
P : Kapan IPP pertama kali di bentuk di Garut?
I : Tanggal 23 September tahun 2010
P : Tokoh-tokoh perintis IPP di Garut siapa saja?
I : Dari HIMA terutama mahasiswa sedangkan dari pelajarnya sendiri ada Kang Alvin,
Kang Komar, Kang Fajar Gumelar dan lain-lain.
P : Proses pembentukan IPP ini seperti apa?
I : Dulu ada musyawarah akbar seluruh Pesantren PERSIS khususnya yang ada di Garut
membicarakan tentang bagaimana kegelisahan para mahasiwa tentang kondisi pelajar
pada waktu itu, sehingga para pelajarpun di sokong oleh para mahasiwa untuk
melakukan suatu tindakan yang lebih, pada akhirnya mengadakan suatu musyawarah
yang menciptakan Ikatan Pelajar PERSIS
cviii
P : Apa faktor pendukung IPP bisa ada di Garut?.
I : Kalau di lihat dari daerah Garut sendiri sudah terkenal dengan sebutan Kota Santri,
dan jika dibandingkan dengan daerah yang lain Pesantren PERSIS di Garut adalah
yang terbanyak. Sehingga apabila tidak ada yang mewadahi pelajar tersebut,
ditakutkan pelajar berceceran kemana-mana, nantinya belepotan maka kita kumpulkan
saja di suatu wadah yaitu Ikatan Pelajar PERSIS
P : Apa saja hambatan awal yang dialami oleh tokoh-tokoh yang memprakarsai adanya
IPP di Garut?
I : Ketakutan dari para pendahulu IPP ialah takutnya daerah atau ranah kekuasaan RG-
UG terambil oleh Ikatan Pelajar PERSIS sehingga kalau secara kasarnya nanti RG-
UG setelah adanya IPP-IPPi mau dibawa kemana sedangkan kita tahu bahwa RG-UG
sudah dari dulu lebih senior dari IPP. IPP hadir sebagai wadah dari RG-UG supaya
dapat bersilaturahmi antar Pesantren, ternyata setelah dilihat oleh para tokoh
kemudian di tela’ah oleh para sesepuh di PERSIS memang tidak ada, justru ikatan tali
silaturahmi menjadi kuat antara IPP-IPPi dan RG-UG.
P : Untuk anggota awal di IPP ada berapa?
I : Kira-kira ada 7 orang, baru sedikit.
P : Program awal yang di bangun oleh IPP lebih fokus kemana dan teknisnya seperti apa?
I : IPP itu lebih terfokus kepada dunia kepelajaran, karena memang kita tidak ingin
keluar dari ranah pelajar. Sehingga dari kegiatan pun kita lebih mengedepankan
kegiatan-kegiatan yang berbau tentang edukasi atau pembelajaran, seperti turots.
Sekarang turots sudah jarang ditemukan bahkan di Pesantren PERSIS sudah mulai
lenyap kemudian IPP itu kita hidupkan kembali.
P : Dulu ada berapa sekolah yang ikut ke IPP?
I : Kurang lebih ada lima Pesantren
P : Pada masa kepemimpinan Rifqi sendiri, program apa saja yang telah di jalankan?
I : Dari bidang Kajian Intelektual Islam atau KII dengan mengadakan turots dan
diskusi, sharing keilmuan atau informasi oleh setiap anggota untuk membiasakan
kader IPP terbiasa berbicara di depan orang banyak dan program tahunan dari KII di
angkatan saya adalah program semacam pra PLKJ namanya PKKJ Program Kerja
Khidmat Jam’iyyah, yang berfungsi supaya Ikatan Pelajar PERSIS menimba ilmu dan
melakukan follow up dari ilmu yang telah kita dapatkan di Pesantren.
P : Bagaimana teknis PKKJ sendiri?
cix
I : Tempatnya di Cisero, disana kita mengajar santri Tsanawiyyah di Pesantren dan
Diniyyah ke masjid-masjid. Ketika datang waktu sholat, IPP mempunyai jadwal
menjadi Imam di 5 masjid dan pembagian jadwal Imam dibagi-bagi. Tidak hanya
menjadi Imam tapi khutbah juga, jadi lebih mengabdi ke masyarakat, praktek menjadi
da’i
P : Kapan kumpul IPP dilakukan?
I : Diagendakan setiap hari rabu jam 14.00 tapi pada kenyataannya dimulai setelah
sholat ashar sampai jam 17.00
P : Selain KII ada Bidgar. apa lagi?
I : Kaderisasi yang mempunyai program mengadakan ROF’I 1 singkatan dari
Arrosikhuna fil ‘Ilmi semacam latihan dasar kepemimpinan. Acaranya tentang
mengenalkan Ikatan Pelajar PERSIS kepada para peserta kader IPP, IPP itu seperti
apa kemudian PESIS itu seperti apa dan menjadi pelajar harus seperti apa. Kemudian
kita mengkorelasikannya supaya kegiatan belajar dengan organisasi tidak terganggu,
salah satunya melalui pembinaan di ROF’I 1 jadi lebih ke acara pengkaderan.
P : Apa yang peserta dapatkan setelah ROF’I 1?
I : Yang di dapatkan oleh mereka adalah hak menjadi anggota resmi IPP dan hak mereka
menjadi pengurus IPP nantinya, yang menjadi pengurus IPP Daerah Garut ialah para
kader yang telah mealakukan ROF’I 1
P : Apakah ada jenjang pengkaderan lagi setelah ROF’I 1?
I : Ada, yaitu ROFI 2 untuk IPP di tingkat Pusat dan acaranya pun diselenggarakan oleh
Pusat.
P : Setelah PD IPP mengirimkan kader untuk mengikuti ROFI 2, bagaimana output nya?
I : Output dari ROFI 2 mereka mendapat hak untuk memimpin di pusat.
P : Setelah ROFI 1, apakah ada program pembinaan yang lainnya?
I : Melakukan kajian rutin setiap hari Rabu di PD. Karena pelajar itu mempunyai waktu
yang terbatas berbeda dengan mahasiswa. Kita hanya libur di hari jumat dan sengaja
kita tidak menjadwalkan rutin di hari jumat karena supaya para pelajar mempunyai
waktu untuk istirahat.
P : Apakah ada program yang lain setelah itu?
I : Dengan melakukan silaturahmi dan dakwah keliling ke setiap Pesantren. Kami juga
bersosialisasi tentang IPP, bagaimana IPP, pelajar itu bagaimana kalau ada
tambahan juga masih tentang dunia peljar.
P : Setelah sosialisasi sendiri ada berapa anggota yang IPP punya?
cx
I : Kalau Anggota yang dimiliki sekarang itu 11 orang
P : Partisipannya berapa orang?
I : Kalau partisipan itu banyak, kadang turots sampai 20 orang, kalau acara besar
seperti Seminar, Musyda mencapai 60-70 orang.
P : Jadi lebih banyak partisipan daripada anggota?
I : Iya, anggota masih sedikit.
P : Apa langkah-langkah yang diambil oleh IPP dalam menyikapi hal tersebut?
I : Kami berusaha untuk tetap menyampaikan atau mensosialisasikan IPP karena
kekurangan dari kami adalah masalah follow up setiap acara, yang sudah kita sadari
bahwa kekurangan kita disana. Ketika ada undangan, khususnya ke orang-orang yang
telah ROF’I 1 terkadang sulit dihubungi sehingga mereka tidak menhadiri kajian
ataupun kegiatan IPP yang lain mungkin karena ada kepentingan yang lain. Kami
sudah berusaha menyikapi masalah tersebut dengan mengadakan SVJMSC atau Swiss
Van Java Moeslim Students Conference
P : Seperti apa acara tersebut?
I : Kalau di daerah Garut cakupan tiap Pesantren itu jaraknya jauh, sehingga tidak
semua Pesantren dapat mengikuti kegiatan di PD dengan normal setiap hari Rabu.
Untuk menyikapinya kami mencoba untuk membuat penanggung jawab di dua daerah,
di Garut barat dan di Garut selatan. Kemarin juga alhamdulillah sudah terpilih dari
Garut Selatan yaitu Pesantren Pakenjeng yang menjadi penanggung jawab yang
merupakan salah satu bentuk follow up dari kami meskipun secara dzahir anggota kami
sedikit karena memang mereka terhambat oleh jarak
P : Pada masa kepemimpinan Rifqi sudah berapa kali mengadakan ROF’I 1?
I : Satu kali
P : Ada berapa peserta?
I : Dari IPP ada 30 orang
P : 11 orang tadi berarti orang yang aktif di IPP?
I : Iya, itu yang menjadi Staf di PD IPP Garut
P : Tapi sebenarnya anggotanya lebih dari itu?
I : Iya ada 35 orang
P : Untuk daerah Pakenjeng follow up dari PD seperti apa?
I : Kami serahkan kepada mereka untuk mengadakan acara rutinan yang bentuk
acaranya tidak kami tentukan agar kumpul tidak sekedar kumpul, untuk turots kita
samakan yaitu mengkaji kitab Al-kabair, untuk diskusi disesuaikan dengan kebutuhan
cxi
daerahnya masing-masing dan untuk masalah waktu kami tidak tentukan yang penting
dalam sebulan harus ada acara kumpul setiap Pesantren minimal satu kali
P : Berapa orang yang sudah aktif disana?
I : Saya belum mendapatkan data mengenai hal itu, ketika dilihat kemarin yang datang
ke PD saat acara SVJMSC itu menjadi gambaran berapa orang yang datang. Dari
Garut selatan hanya 2 orang karena yang datang hanya dari pesantren Pakenjeng dan
untuk Pesantren 97 dan 104 tidak ada perwakilan dari mereka yang menghadiri acara
tersebut
P : Pada awalnya sudah ada 5 Pesantren yang aktif di PD, kalau sekarang ada berapa
Pesantren yang aktif?
I : Garogol, Pasir Jeungjing, dan Rancabogo. 3 Pesantren yang sering datang ke PD,
tapi karena adanya pembagian wilayah bertambah Rancapandan, Cikandang, dan
Pakenjeng
P : Kalau dari daerah yang lain tidak ada?
I : Yang lain hambatannya karena jarak, paling mereka datang ke PD ketika kami
melaksanakan Seminar, Musyda, dan acara besar lainnya
P : Berarti sebenarnya mereka menginginkan hadir, namun terbentur oleh jarak. Seperti
itu?
I : Iya, ketika Sosialisasi pun banyak keluhan dari santri dan Ustaz. Bukan karena tidak
mau mengikuti acara IPP tapi jarak yang menghalangi
P : Lalu setelah acara PKKJ harapan kedepannya seperti apa?
I : Harapannya, ketika mereka keluar dari IPP mereka siap untuk terjun ke masyarakat
dan ketika ditanya oleh masyarakat mereka siap menjawab
P : Contohnya seperti apa?
I : Contohnya ketika ditanya mengenai bab fiqih tuntutannya orang tersebut harus bisa
menjawab pertanyaan dari masyarakat karena tidak selamanya kita diam di sekolah
ada saatnya kita terjun ke masyarakat dan masyarakat pun lebih membutuhkan santri
secara nalar daripada siswa biasa
P : Apakah ada program yang belum terlaksana?
I : Pembuatan PC di daerah Garut selatan karena tidak mendapat izin dari pusat
sehingga kita berfikir lagi untuk membuat penanggung jawab
P : Kalau di publikasi apakah ada program seperti buletin?
cxii
I : Alhamdulillah kami sudah membuat 2 buletin namun belum sempat di terbitkan dan
ada E-dakwah ada di Facebook, BBM, dan Whatsapp, disana materinya sama seperti
buletin yaitu menyampaikan suatu tausyiah
P : Apakah buletin pernah terbit di angkatan sebelumnya?
I : Pernah, di angkatan satu dan di angkatan lima
P : Untuk IPP sendiri harapannya seperti apa?
I : Untuk harapan dari IPP Rizal pemimpin, percuma cerdas di intelektual tapi tidak
mempunyai kepekaan sosial, kami harap setelah lulus Mu’allimin bisa berguna untuk
masyarakat, keluarga, dan juga lingkungannya
Nama : Azkia Wafiatul Zidaniyah
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal : 22 Maret 2017
Tempat : PD. Persis Kab. Garut
Jabatan : Ketua Bidgar SDMO PD. IPP Kab. Garut.
P : Kenapa bisa masuk ke Tsanawiyah PERSIS?
I : Awalnya tuntutan orang tua.
P : Oh jadi awalnya orang tua yang memasukkanya ke situ?
I : Iya.
P : Kalau jabatannya di PERSIS sendiri atau di IPP sendiri itu awalnya dari apa ya?
I : Awalnya jadi kader, suka ikut-ikutan kajian-kajian tapi sekarang dilantik. Jadi,
kordinator kajian intelektual Islam.
P : Berapa lama aktif di IPP?
I : Kurang lebih satu tahun setengah.
P : itu awal mulai ikut acara-acara IPP itu bagaimana?
I : Awalnya, melihat teman suka ikut-ikutan melihat seminar. Coba ikut seminar, nah
waktu ikut seminar itu ada tragedi, pokoknya mah gagal tidak jadi ikut seminar. Tapi,
cxiii
ada lagi. Jadi setiap rabu itu suka ada kajian, dan selalu ikutin kajian-kajian itu. Jadi
lama-lama masuk.
P : Kajian seperti apa?
I : Yang saya ikuti saat itu dispaper dan turos. Dispaper itu diskusi pelajar PERSIS,
kalau turos itu membahas kitab gundul, yang dibahasnya kitab al-kaba’ir.
P : Jadi, mengapa anda tertarik masuk IPP dan menjabat di IPP?
I : kenapa tertarik, karena ada sesuatu hal yang tidak bisa didapatkan di sekolah, seperti
itu.
P : kalau latar belakang keluarga sendiri orang PERSIS atau bukan?
I : latar belakang keluarga sendiri macam-macam. Kalau Ayah saya sendiri NU, tapi
kalau keluarga dari Ibu saya Muhammadiyah, tapi Paman saya PERSIS.
P : Lalu, mengapa bisa di masukkan ke sekolah PERSIS?
I : Karena, kata orang tua sekarang yang paling bersinar atau yang paling cocok untuk
mendidik saya itu ya lingkungan PERSIS.
P : Alasannya seperti apa ya?
I : Mungkin karena mereka melihat akhlak-akhlak orang PERSIS yang dianggap lebih
baik daripada orang-orang Muhammadiyah atau NU.
P : Berarti orang tua tidak pernah ikut atau aktif di PERSIS?
I : Tidak pernah.
P : Tetapi mereka percaya bahwa PERSIS bisa mendidik anda untuk menjadi lebih baik?
I : Iya, karena melihat dari pengalaman paman saya.
P : Orang tua pernah ikut acara-acara PERSIS?
I : Sepertinya tidak pernah.
P : Tapi apakah anda sendiri pernah mengajak orang tua anda untuk emngikuti acara di
PD PERSIS atau di acara-acara PERSIS?
I : Belum pernah.
P : Kalau IPP sendiri di Garut seperti apa awalnya? Bagaimana awal terbentuknya IPP
Garut?
I : IPP di Garut terbentuk karena usulan-usulan dari berbagai orang, dari berbagai
pesantren. Dan orang-orang itu kalau di Rancabogo ada Aa’ Komar dan teh Indah
Rubariyah. Kalau di Garogol, ada Aa’ Aceng tapi tidak tahu nama aslinya siapa, dan
sama Aa’ Fajar. Kalau dari Pasirjenjing ada Aa’ Fajar Gumelar. Lalu ada Aa’ Alvin,
Aa’ labib Mufid dan Aa’ usamah. Segitu yang saya ingat. Mereka itu berembuk dan
mengusulkan suatu ide. Kalau misalnya seperti di Muhammadiyah, ada organisasi
cxiv
pelajar IPM. Nah kalau di PERSIS mana? Tidak ada. Jadi mereka ingin ada organisasi
yang menampung pelajar. Lalu mereka membuat bagaimana kalau ada Ikatan Pelajar
Persis. Meskipun pada awal masanya, itu banyak orang yang menolak karena pelajar
itu masuknya ke HIMA kalau tidak salah. Kan sekarang HIMA itu ada kebijakan. Kan
HIMA itu ada Ka’bah, ada Makkah sekarang ada namanya Tawaf. Nah Tawaf itu
untuk pelajar.
P : Jadi proses pembentukan IPP sendiri seperti apa ya?
I : Prosesnya ya awalnya hanya obrolan-obrolan seperti itu, lalu disepakati dan
langsung di ajukan kepada pusat. Tapi pusat menolak untuk dijadikan otonom Ikatan
Pelajar Persis sampai sekarang. Sampai sekarang IPP belum di jadikan otonom.
P : Lalu IPP itu sendiri pada awalnya ketika di tolak menjadi otonom apa yang mereka
lakukan?
I : Mereka berusaha meyakinkan sesepuh atau otonom-otonom lain, bahwa Ikatan
Pelajar Persis itu memiliki rahanya sendiri dan berguna untuk kaderisasi PERSIS
kedepannya.
P : Cara membuktikannaya sendiri seperti apa ya waktu dulu?
I : Cara membuktikannya waktu dulu itu mereka ada kajian-kajian seperti itu kalau di
PD PERSIS Garut. Kajiannya sama membahas kitab gundul. Terus ada sosialisasi-
sosialisasi ke pesantren juga waktu angkatan dua. Saat ke pesantren mereka tidak
hanya sosialiasi, tapi mereka juga mengajak tukar pikiran pelajar yang ada di
pesantren tersebut tentang keilmuwan, seperti itu.
P : Saat ini sudah angkatan ke berapa ya?
I : Sekarang sudah angkatan ke-6.
P : Lalu program-program di angkatan 6 sendiri seperti apa?
I : Program kerja di angkata 6 itu banyak, dimulai dari Kajian Intelektual Islam sendiri
itu yang pertama kalau setiap mingguan pasti kajian. Kajiannya ada turos membahas
kitab-kitab, terus ada disappear (diskusi pelajar persis) ada halaqoh. Nah itu setiap
minggunya. Kalau untuk seminar, itu di kondisionalkan, kita sudah mengadakan 4
sampai 5 kali seminar dalam satu periode ini. Terus ada program kita di sosial media
itu e-dakwah (elektronik dakwah) via whatsapp, BBM, dan Facebook. Selain itu, e-
dakwah ada bulletin tetapi sayangnya kalau bulletin belum terlaksana diangkatan ini.
P : Kalau untuk di KII sendiri kan ada holaqoh, ada turos, ada dispeper, itu teknisnya
sepertiapa ya?
cxv
I : Tekniknya kita bagi-bagi waktu, jadi kaya sebulan sekali. Terus untuk IPP dan IPI
karena turos itu kita punya gurunya dan gurunya hanya 1 tidak mungkin bisa dibagi
dua jadi kita antara IPP dan IPI itu di satuin. Tapi untuk dispeper sama holaqohnya di
pisah.
P : Jadi dalam satu bulan ini satu kali dispeper, satu kali holaqoh dan satu kali turos?
I : Bisa dikondisionalkan ka nada 4 minggu, nah karena Cuma ada 3 program setiap
minggunya, yang satu minggunya itu tergantung kita maunya apa. Turos,holaqoh,atau
dispeper.
P : Itu di hari apa dan jam berapa?
I : Setiap hari Rabu jam 3 setelah solat Ashar di PD PERSIS.
P : Kalau kajian turosnya sendiri, lebih membahas tentang apa ya?
I : Membahas tentang hukum alat. Seperti nahwu-shorof, yang seperti itunya.
P : Kalau dispeper sendiri?
I : Dispeper pertama seperti isu-isu terkini, jadi itu mah seperti untuk melatih wawasan
kader saja.
P : Kalau Halaqoh?
I : Halaqoh itu untuk menampilkan bahwa IPP bisa menjadi pemateri. Dilatih untuk
berbicara di depan.
P : Kan sudah 5 kali seminar, itu seminar apa saja yang sudah dilakukan?
I : Biasanya seminarnya terkait tentang pendidikan dan remaja.
P : Jadi, setiap seminar itu selalu terkait dengan pendidikan dan remaja?
I : Ada satu seminar saat itu ketika kita ada program PKKJ atau pelatihan kerja jamiah,
waktu di Cisero saat bulan Ramadhan, kita juga mengadakan seminar atau tabligh
akbar itu temanya tentang ramadhan. Cuma sekali.
P : Lalu di kaderisasi sendiri bagaimana jenjang pengkaderan di IPP, juga berapa anggota
yang sekarang dimiliki oleh IPP?
I : Syarat dikatakan menjadi anggota IPP itu harus telah melakukan rofi. Rofi satu. Nah
ada training kepemimpinan gitu di Ikatan Pelajar Persis. Nah, itu sudah kita lakukan,
terus ketika ini rofi dan aktif, mengikuti kegiatan-kegiata IPP dan Ikatan Pelajar Persis
Putri baru itu bis di anggap anggota. Lalu, kalau dari awal perkembangan dari
angkatan satu sampai angkatan tiga itu kader yang dating setiap minggunya ke PD
tidak lebih dari 10 orang. Tapi sekarang bisa lebih dari 30 orang. 30 orang itu yang
aktif di PDnya. Kalau yang tidak aktifnya bisa mencapai 70 orang-an.
P : Bagaimana cara untuk memperbanyak kader?
cxvi
I : Kita lebih sering sosialisasi kalau diangkatan kita sendiri, jadi kita pernah melakukan
sosialisasi ke 25 pesantren PERSIS yang ada di Garut. Kita sosialisasikan IPP-IPI itu
seperti apa, lalu akhirnya mereka penasaran dan ingin mengikuti IPP.
P : Apakah karna hanya sosialisasi atau ada hal lain yang mungkin bisa di jual oleh IPP
untuk membuat kader datang?
I : Yang bisa dijual IPP, mungkin karena ketenaran. Untuk angkatan ini ketenarannya
di Facebook. Sosial media bermain disini.
P : Jadi untuk program yang lain selain kaderisasi dan selain KII ada lagi atau tidak?
I : Tadi yang dikaderisasikan kan yang di sebutin baru rofi, nah ada lagi kalau
kaderisasi, kaderisasi itu sendiri kemarin melakukan seminar se-Priyangan Timur.
Jadi, antara Ciamis, Banjar, dan Garut, kita kerjasama mengadakan seminar. Itu
dilaksanakanya di Tasik. Itu yang pertama, lalu yang kedua ada PKKJ. PKKJ itu
pelatihan kerja seperti KKN kalau dikalangan mahasiswa.
P : Jadi IPP-IPPI melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat?
I : Ya kita mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat selama kurang lebih
Sembilan hari.
P : Dimana pelaksanaanya?
I : Di desa Cisero, kecamatan Cisurupan.
P : Itu kegiatanya seperti apa?
I : Kegiatannya jadi dari jam 5 subuh kita sudah solat berjamaah, dari jam 5 sampai
jam 6 pagi. Lalu dari jam 6 sampai jam 7 atau jam 8 kita diskusi dengan para remaja
yang ada disana. Lalu dari jam 8 – 12 siang kita mengajar anak- anak MTS soal
keagamaanya. Dari jam 3 sore sampai jam 5 kita mengajar anak-anak diniyah atau
TK. Setelah itu, kita mencar kemasjid-masjid. Untuk yang ikhwan ada pembagian
untuk jadi imam kotbah.
P : Oh sampai ada kotbahnya?
I : Iya, jadi kita itu tidak hanya ingin pengabdian masyarakat sebatas mengajar, tetapi
ingin mensosialisasikan PERSIS juga disana. Bahwa ada organisasi pelajar
PERSISnya.
P : Inikan ranahnya pelajar dan anda inikan masih pelajar, dari kelima seminar juga
adanya PKKJ juga ada seminar Ramadhan apakah tidak mengganggu jam pelajaran?
I : Kalau untuk waktu tidak, tetapi kalau untuk persiapan-persiapan acaranya itu
mungkin iya mengganggu tapi tidak terlalu sampai kita meninggalkan pelajaran kita
atau sekolah kita.
cxvii
P : Jadi untuk me-manaje waktu itu seperti apa?
I : kita mencari-cari waktu di libur sekolah. Missal tentang kegiatan-kegiatan seperti
itu, yang PKKJ kita mencari waktunya saat libur panjang, lalu kalau ada seminar pasti
setiap hari jum’at.
P : Jadi liburnya hari jum’at?
I : Iya hari jum’at.
P : Jadi acara persiapanya ini biasanya diadakan setiap kamis sore?
I : Iya, setiap kamis sore kita langsung beres-beres PD dari pulang sekolah, lalu
jum’atnya pagi-pagi kita langsung acara.
P : Lalu dari acara-acara kalian sendiri, cara publikasi apa saja yang kalian gunakan?
I : Biasanya, kalau tidak di sosmed kita langsung mengirim surat-surat ke setiap
pesantren untuk menghadiri acara itu.
P : jadi acara-acara tersebut pasti mengirimkan surat?
I : Iya, pasti selalu mengirimkan surat ke setiap pesantren.
P : Untuk pengiriman suratnya sendiri manual atau via elektronik?
I : Manual, karena kalau manual itu lebih formal daripada via elektronik.
P : Pengiriman suratnya sendiri dilakukan sepulang sekolah atau kadang ada yang
mengganggu jam pelajaran?
I : Tidak, kita tidak pernah izin untuk mengirim surat. Jadi, setiap pulang sekolah kita
baru ngirim surat.
P : Berarti semua kegiatan Ikatan Pelajar Persis itu tidak ada yang mengganggu waktu
belajar disekolah?
I : Iya, betul.
P : Lalu dari PD PERSIS sendiri apakah ada perubahan sikap dari awal, misalnya kan
saya ketahui di sebutkan bahwa ditolak oleh PP untuk menjadi otonom. Tapi sekarang
diangkatan 6 sendiri apakah ada perlakuan yang berbeda daripada sebelumnya?
I : kalau mendengar dari cerita-cerita para sesepuh atau demisoner dari angkatan
pertama hingga angkatan ke lima, memang ada perlakuan berbeda dari PD Persis.
Kan PD PERSIS juga ketuanya berganti-ganti, pasti berubah. Nah, kalau diangkatan
6 sendiri, kita itu lebih dekat ke ketua PD PERSISnya. Angkatan satu sampai angkatan
lima belum ada kantor di PD PERSIS. IPP itu belum punya kantor di PD PERSIS, tapi
saat angkatan 6 baru kita dikasih kantor oleh ketua Ustaz Ena. Karena itu, kenapa kita
bisa dikasih kantor sama ustaz Ena, karena ustaz Ena itu bangga dengan kinerja IPP.
Kita kan sudah mensosialisasikan PERSIS ke semua pesantren, lalu kita ada program
cxviii
PKKJ, awalnya itu kita melaporkan bahwa kita itu ingin melaksanakan PKKJ dan
Ustaz Ena merespon baik.
P : Kerarti dari angkatan 1 -5 dimana kantor atau tempat mereka berkumpul?
I : Katanya mereka nebeng dikantor HIMA, atau numpang di aula PD PERSIS disana.
P : jadi tidak punya kantor sendiri, jadi bersama dengan HIMA berkumpul disitu?
I : Iya.
P : Lalu untuk kedepannya sendiri apakah ada program-program yang belum di
laksanakan atau ingin dicanangkan supaya IPP ini lebih terkenal atau dikenal oleh
santri- santri yang ada di Garut?
I : Mungkin angkatan 6itu, yang sudah dilihat oleh demisioner-demisioner program-
program kita itu sudah bagus. Tinggal dipertahankan ke angkatan 7 nantinya. Dan ada
yang kita inginkan itu, yang belum terlaksana dari angkatan 6 ialah mensosialisasikan
otonom – otonom lain seperti HIMA-HIMI, Pemuda –pemudi ke pelajar. Seperti itu.
P : Lalu yang saya dengar sendiri, apa perbedaan dari rizalulgod dan Ikatan Pelajar
Persis? Lalu rizalulgod itu apa artinya?
I : Rizalul ghod itukan artnya bapak-bapak yang akan mendatang, nah perbedaanya
dengan IPP ada diranah kerja mereka. Kalau rizalul ghod itu ranahnya sekolah, kalau
IPP ranahnya se beberapa sekolah jadi kalau misalnya Tarogong kan cuma satu
sekolah, sekolahan dia saja. Kalau IPP mengurus semua sekolah yang ada di
kawasannya. Kalau di PD berati yang ada dikabupaten.
P : Berarti IPP ini ialah yang mengumpulkan selutuh RG dan UG yang ada di garut?
I : Iya.
P : Lalu respon dari RG-UG sendiri terhadap IPP seperti apa?
I : Respon RG-UG sendiri baik, karena setiap RG-UG pasti ada yang aktif di IPP harus
merakap dua jabatan, tapi ketika mereka disekolah, mereka fokus dengan jabatan
mereka sebagai RG. Nah kalau misalkan mereka sudah keluar dari sekolah ke PD
mereka fokus dengan jabatan mereka sebagai Ikatan Pelajar Persis pimpinan
daerahnya.
Lampiran
Tasykil Majlis Penasihat Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) (2015-2020)
1. Prof. Dr. KH. M. Abdurrahman, MA.
2. KH. Muhammad Romli
cxix
3. H. Md. Idad Soemarta
4. KH. Rahmat Najib, S.Pd.
5. Prof. Dr. H. Dadan Wildan, M.Hum.
6. Ir. H. S. Kahfi Amin
7. H. Toha Kahfi
8. KH. Ad-Daelami Abu Hurairah
9. H.M. Latif Nurdin
Tasykil Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) (2015-2020)
Para Ketua
1. Ketua Umum : KH. Aceng Zakaria
2. Ketua Bidang Jamiyah : Dr. H. Jeje Jaenudin, M.Ag.
3. Ketua Bidang Tarbiyah : H. Ihsan Setiadi Latif, M.Si.
4. Ketua Bidang Dakwah : KH. Zae Nandang
5. Ketua Bidang Maliyah : Drs. H. Uyun Kamiludin, SH.
6. Ketua Bidang Hubungan
Masyarakat dan Kelembagaan : Dr. H. Dody S Truna, MA.
Para Sekretaris
1. Sekretaris Umum : H. Haris Muslim, Lc.
2. Wakil Sekretaris Umum : Aay Muhammad Furqon, M.Si.
3. Sekretaris Bidang Jamiyah : H. Erdian, S.Ag.
4. Sekretaris Bidang Tarbiyah : Drs. H. Asep Saefudin Badru
5. Sekretaris Bidang Dakwah : H. Supriatna, S.Pd, M.Pd.I.
6. Sekretaris Bidang Maliyah : H. Latif Nasharuddin, ST, MM.
7. Sekretaris Bidang Hubungan
Masyarakat dan Kelembagaan : Drs. H. Komarudin S., M. Pd. I.
cxx
Para Bendahara
1. Bendahara Umum : H. Andi Sugandi
2. Bendahara I : H. Ruspendi
3. Bendahara II : H. Rasyid Sukarya
Para Ketua Bidang Garapan (BIDGAR)
1. Bidang Jamiyah
1. Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Insani : H. Sulwan Kosasih, SH.
2. Pembinaan Jamiyah : Drs. H. Uu Suhendar,
M.Ag.
3. Pengembangan Jamiyah : H. Salam Rusyad
4. Siyasah Jamiyah : Dr. Asep Saeful
Mimbar, M.Ag
2. Bidang Tarbiyah
5. Pendidikan Tinggi dan Ma’had Aly : Dr. Badri Khaeruman, M.Ag
6. Pendidikan Menengah dan Kepesantrenan : Dr. H. Dedeng Rosyidin, M.Ag
7. Pendidikan Dasar dan Menengah Umum : Dr. H. Darwis, M.Pd
8. Pendidikan Dasar, Usia Dini dan Khusus : H, Hasan Natsir
3. Bidang Dakwah
9. Pengembangan Dakwah dan Kajian Keislaman : Dr. Tiar Anwar Bachtiar, M.
Hum
10. Sumber Daya Dakwah : Drs. H. Uus M. Ruhiat
11. Komunikasi Dakwah dan Kemesjidan : H. Nurmawan, M.Ag
12. Bimbingan Haji dan Umroh : Drs. H. Anwarudin, M.Ag
4. Bidang Maliyah
13. Perwakafan : H. Ikun Suharyadi, SH
cxxi
14. Perzakatan : Dr. H. A. Hasan Ridwan, M.Ag
15. Ekonomi dan Keuangan : Latif Awaludin, S.Ag, MA, MH
16. Sosial : Ir. H. M. Faisal Nursyamsi,
MBA
17. Pengembangan Sarana Fisik : H. Ahmad Husein
18. Kepala Rumah Tangga : Ir. H. Tanuwidjaya
5. Bidang Hubungan Masyarakat dan Kelembagaan
19. Komunikasi dan Informasi : H. Jejen Jaenudin, M.Pd.I
20. Hubungan antar lembaga dan Organisasi : Drs. H. Nanang H, M.Pd
21. Hubungan Luar Negeri : H. Yusuf Burhanudin, Lc.
M.Pd.I
22. Konsultasi dan Bantuan Hukum : H. Yudi Wildan Latif, SH. MH
6. Dewan-Dewan
Dewan Hisbah
Ketua : KH. M. Romli
Sekretaris : KH. Zae Nandang
Wakil Sekretaris : H. Wawa Suryana Hidayat
Anggota
1. Prof. Dr. KH. M. Abdurahman, MA
2. KH. Aceng Zakaria
1. KH. Ad-Dailamy Abu Hurairah
2. KH. Lutfi Abdullah Ismail, Lc.
3. KH. Ahmad Mubin, Lc.
4. KH. Taufiq Rahman Azhar, S.Ag.
5. KH. Rahmat Najib, M.Pd.
cxxii
6. KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiyat
7. KH. Ade Abdurrahman, Lc.
8. KH. Drs. U Jalaluddin, M.Ag.
9. KH. Drs. A. Daeroby, M.Ag.
10. Dr. KH. Jeje Jaenudin, M.Ag.
11. KH. Salam Rusyad
12. Drs. H. Uu Suhendar, M.Pdl.
13. Dr. Nasrudin Syarif, M.Pdl.
14. Drs. H. Hamid Shiddiq, M.Ag.
15. Dr. KH. Dedeng Rosyidin, M.Pd.
16. Amin Mukhtar
17. H. Husen Zaenal M., Lc, M. Pdl.
18. H. Haris Muslim, Lc, MA
19. H. Teten Romli Qomaruddin
20. Fatahillah, Lc. MA
21. Suud Hasanudin, Lc. MA
Dewan Tafkir
Ketua : Dr. Amin Fauzi, M.Si
Wakil Ketua : Dr. H. Rahmat Efendi, M.Pd.I.
Sekretaris : H. Lutfi Lukman Hakim, Lc. M.HI.
Anggota :
1. H. Yusuf Badri, M.Ag.
2. Lam-Lam Pahala, M.Ag.
3. Drs. H. M. Amin Jamaludin
4. Dr. H. Hamdani Hamid, MA
cxxiii
5. Drs. H. Syamsul Falah, M.Ag.
6. Yusep Sholehudi, M.Pd.I.
7. Drs. Asep Saeful Mimbar, M.Ag.
8. Drs. Amad Agus Sulthoni, M.Ag.
9. H. Danis Wijaksana, Lc., M.Si.
10. H. Arif Rahman Hakim, Lc., M.Ag.
11. Uus Rustiman, Lc., M.Hum.
12. Latif Awaludin, MH., MA.
13. Tatang Muttaqin, M.Sc.
14. Dr. Malki Ahmad Nasir.
15. Dr. Khoerul Fuad
16. H. M. Yamin, SH., MH.
17. Dr. Muslim Mufty
18. Dr. Ulil Amri Syafri
19. Nurkholis Ridwan, Lc.
20. H. Akmal Burhanuddin, Lc., MM.
21. Wildan Hasan, M.Pd.I.
22. Zaki Mubarak, M.Ag.
23. Pepen Irfan Fauzan, M.Si.
24. Arta Wijaya
25. Cedin Rosyad Nurdin, M. Kom.
26. Dr. H. Jajang Sobari
27. Nurhakim Zaki, Lc.
28. Dr. Maman Sumpena
Dewan Hisab dan Rukyat
cxxiv
Ketua : H. M. Iqbal Santoso
Wakil Ketua : H. Syarif Ahmad Hakim, MH.
Sekretaris : Drs. H. Acep Saefudin Maksum, M.Ed.
Anggota
1. KH. M. Abdurrahman Ks.
2. Hilman Syaukani, M.Pd.
3. H. Hasan Natsir
4. Dindin Syawaludin, M.Ag.
5. Usman Burhanudin
6. Agus Salim
Para Ketua Badan Otonom
PP Persistri : Dra. Lia Yuliani, M.Ag.
PP Pemuda Persis : H. Eka Permana Habibillah
PP Pemudi Persis : Hj. Gyan Puspa Lestari, Lc., M.Pd.
PP HIMA Persis : Nizar Saputra, S.Pd.
PP HIMI Persis : Lida Maulida, S.Kom
Susunan Tasykil dan Staff Pimpinan Daerah Persatuan Islam Masa Jihad 2016-2020
Penasehat : H. Mamat Abdurrahman
H. E. Saepudin
H. Maman Saeful Rahman
Ketua : H. Ena Sumpena, M.Pd.I
Wakil Ketua I : H. Ruhyat Syadili, M.Pd.I
Wakil Ketua II : H. Cecep Nurcholis, S.Pd.I
Sekretaris : Edi Surahman
Wakil Sekretaris Gungun Abdul Basith M.Ag
cxxv
Bendahara : H. Eman Sulaeman
Kabidgar Binbang SDM & O : Pepen Irfan Fauzan
Staff Heri M. Tohari, M.Pd
Nurul Irfan, M.Ag
Kabidgar Dakwah : Ade Kusnadi
Staff H. Husen Z. Muttaqin, Lc, M.Pd.I
H. Azis Asmana, Lc, M.Ag
Kabidgar Pendas : Isa Anshari, M. M.Pd
Staff Drs. Rahman Jaenudin, M.Pd
Dudi Supriadi. S.Th.i
Iwan Wahyudin, M.Ud
Kabidgar Dikmen : Suganda MA
Staff Drs. Saeful Hayat
Iwan Ridwan, M.Pd.I
Kabidgar Dikti : Drs. H. Uus Kusnawan, MBA. M.Pd
Staff Ajat Supriatna, M.Pd
Hendris Tohari, M.Ag
Kabidgar Bimhajum : H. Iyep Komarudin
H. Kuman
Mulyana, BA
Hari Ramlan
Dasep Haris
Kabag HAL : H. Hudan Mushafudin, S.Th.I
Staff Imam Fathurrahman, S.Pd
Kabidgar Perwakafan : Fahmi Idris, SH
cxxvi
Staff H. Aep Ahmadin
Ruston Arrasyid, S.Ag
Kabidgar Perzakatan : Asep Suparman, S.Pd.I
Staff Ismail Hasyim, S.Pd.I
Jajang Sholih, S.Ag
Alamsyah, S.Pd.I
Kabidgar SosEk : Agus Soleh Muslim, S.Pd.I
Staff Aip Zaenal Muttaqin, SE
H. Asun Sunjana
Staff Kesekretariatan : Dayat S.Pd.I