Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik Berdasarkan Permenkes

18
Jurnal Ilmiah PELAKSANAAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK BERDASARKAN PERMENKES NO. 269/MENKES/PER/III TAHUN 2008 DI RSUD. PRAYA Oleh : AHMAD YUSUF D1A 008 067 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2013

description

tes

Transcript of Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik Berdasarkan Permenkes

  • Jurnal Ilmiah

    PELAKSANAAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK BERDASARKAN PERMENKES

    NO. 269/MENKES/PER/III TAHUN 2008 DI RSUD. PRAYA

    Oleh :

    AHMAD YUSUFD1A 008 067

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS MATARAM

    2013

  • Halaman Pengesahan

    PELAKSANAAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK BERDASARKAN PERMENKES

    NO. 269/MENKES/PER/III TAHUN 2008 DI RSUD. PRAYA

    OLEH :

    AHMAD YUSUFD1A 008 067

    Menyetujui,Pembimbing pertama

    DR. H. Arba. SH., M. HumNIP. 196212311989031018

  • PELAKSANAAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK BERDASARKAN PERMENKES NO.269/MENKES/PER/III/ TH. 2008 DI RSUD PRAYA

    AKHMAD YUSUFD1A 008067

    ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan rekam medis elektronik berdasarkan

    Permenkes No. 269 Th. 2008, beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaannya.Jenis penelitian adalah normatif empiris yang menggunakan bahan hukum primer, sekunder, dantersier, serta studi lapangan.

    Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan rekam medis elektronik tidak jauh berbedadengan rekam medis manual yaitu seperti data sosial, catatan anamnesa, pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang, diagnosa, tindakan, terapi, baik dalam bentuk berkas maupun bentukelektronik harus ada. Adapun salah satu faktor pendukung pelaksanaan rekam medis elektroniksecara yuridis yaitu, Informasi elektronik apabila dubutuhkan sebagai alat bukti dipengadilanmaka itu adalah sah. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu, belum adanya regulasi khusus yangmengatur rekam medis elektronik, sehingga menimbulkan kesulitan bagi pelaksana.

    Kata Kunci: Rekam Medis Elektronik

    ABSTRACTThis study aimed to the implementation of electronic medical records by Minister

    Regulation. 269 Th. 2008, along with the factors supporting and inhibiting its implementation.This type of research is the use of empirical normative primary legal materials, secondary, andtertiary, as well as field studies.

    The results indicate the implementation of electronic medical records are not muchdifferent from the manual medical record such as social data, records anamnesis, physicalexamination, investigation, diagnosis, action, therapy, either in the form of files or electronicform must exist. As one of the factors supporting the implementation of an electronic medicalrecord that is legally, if dubutuhkan electronic information as evidence in court then it islegitimate. While inhibiting factor ie, the absence of specific regulations governing the electronicmedical record, thus causing difficulties for implementers.

    Keywords: Electronic Medical Record

    PENDAHULUANDengan diterbitkannya PERMENKES no. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, maka

    para pelaksana rekam medis elektronik harus memperhatikan regulasi yang terkait dengan

    pelaksanaan rekam medis elektronik. Meskipun dalam Peraturan Menteri tersebut tidak

    membahas secara jelas tentang rekam medis elektronik, akan tetapi sebenarnya rekam medis

  • elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Sebelum diterbitkannya

    PERMENKES no. 269 tahun 2008, rekam medis elektronik sudah memiliki dasar hukum yang

    kuat, yaitu Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dalam undang-

    undang ini telah mengakomodir bagaimana pelaksanaan teknis dan akibat-akibat dan kekuatan

    hukumnya.

    Dari uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan-permasalahan yang timbul

    adalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah implementasi rekam medis elektronik berdasarkan

    Permenkes No. 269/Menkes/per/III/2008 di RSUD Praya? (2) Apa saja faktor pendorong dan

    penghambat dalam implementasi rekam medis elektronik berdasarkan Permenkes No.

    269/Menkes/Per/III/2008 di RSUD Praya?

    Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi

    rekam medis elektronik berdasarkan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 di RSUD Praya

    dan mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi rekam medis

    elektronik berdasarkan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 di RSUD Praya.

    Manfaat penelitian ini yaitu: (1) Secara teoritis adalah penelitian ini diharapkan dapat

    dijadikan sebagai salah satu tambahan pada khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian

    ilmu hukum dan khususnya pada pelaksanaan rekam medis elektronik dan diharapkan dapat

    memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian

    mengenai rekam medis elektronik. (2) Secara praktis adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan informasi bagi semua pihak baik pada tataran akademis maupun pada masyarakat

    pada umumnya tentang pelaksanaan rekam medis elektronik berdasarkan Permenkes no.

    269/Menkes/Per/III/2008 khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah

    sakit dan informasi yang didapat diharapkan dapat mengembangkan pemikiran baru bagi peneliti

  • khususnya dan merangsang peneliti yang selanjutnya untuk mengangkat masalah yang berkaitan

    dengan pelaksanaan rekam medis elektronik di rumah sakit.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif empiris, bahan hukum yang digunakan

    adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan

    tehnik studi dokumen. Observasi atau pengamatan serta wawancara yang dilakukan dengan cara

    terarah, guna menghasilkan data yang jelas sehingga penulis lebih mudah untuk menganalisis

    dan mengembangkan data yang dihasilkan dari wawancara tersebut.

    PEMBAHASANA. Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik di RSUD Praya

    Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting

    dalam mewujudkan suatu sistem informasi di rumah sakit. Pengelolaan data secara

    manual, mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama,

    keakuratannya juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar.

    Dengan dukungan teknologi informasi yang ada sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data

    dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan

    menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi

    lebih akurat.

    Pada prinsipnya penggunaan sistem rekam medis elektronik tidak bebeda jauh

    dengan sistem rekam medis biasa atau manual yaitu dalam bentuk berkas, seperti data

    sosial harus ada, catatan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosa,

    tindakan, terapi, rencana tindakan lanjut, baik dalam bentuk berkas maupun dalam bentuk

  • elektronik harus ada, dan isinya semua ini adalah milik pasien serta harus dijaga

    kerahasiaannya.

    Letak perbedaannya terdapat pada penuangan isi rekam medis, jika dalam isi

    rekam medis manual dalam bentuk berkas, sedangkan rekam medis elektronik tersimpan

    dalam komputer dengan bentuk data namun ada beberapa yang harus tetap dalam bentuk

    berkas yaitu data identitas, informed consent, hasil konsultasi, hasil radiologi, dan

    imaging.

    Rekam medis elektronik ditekankan bagaimana melindungi dan menjaga isi

    rekam medis agar tidak bisa diakses oleh orang atau oknum yang tidak bertanggung

    jawab maupun tidak punya wewenang dalam hal itu. Maka dari itu, untuk pengaksesan

    rekam medis elektronik dibutuhkan keamanan ekstra. Misalnya diberikan password atau

    kode pin bagi pasien untuk mengakses isi rekam medis elektroniknya. Sedangkan bagi

    pengelola rekam medis atau operator tentunya harus disumpah juga seperti tenaga

    kasehatan lainnya dalam rangka mengoptimalkan kinerja dalam melayani masyarakat.

    Termasuk juga dalam menjaga kerahasiaan rekam medis elektronik.

    Proses penyelenggaraan rekam medis elektronik adalah sebagai berikut1:

    1. Ditempat registrasi data sosial dimasukkan dalam komputer, kemudian data sosial

    tersebut dikirim ketempat pelayanan pasien sesuai dengan tujuan pasien.

    2. Ditempat pelayanan pasien, dokter melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

    hasilnya dimasukkan kedalam komputer. Apabila dokter menganggap pasien

    memerlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

    1 Hasil wawancara dengan M. Rizal Efendy Programmer Rekam Medis Rumah Sakit Umum DaerahPraya, tanggal 10 november 2012

  • radiologi, pemeriksaan CT scan dan lain-lain, dokter akan menuliskan permintaan

    tersebut dalam bentuk data data dalam komputer kemudian akan dikirim ketempat

    pemeriksaan dan hasilnya oleh petugas penunjang tersebut akan dikirim kembali

    kepada dokter yang meminta.

    3. Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dokter

    membuat diagnosa dan memberikan terapi sesuai dengan diagnosanya. Obat-obatan

    yang dibutuhkan pasien sesuai dengan diagnosanya akan dituliskan dalam bentuk data

    komputer dan dikirimkan kepada bagian farmasi/apotik. Selanjutnya petugas farmasi

    akan memberi obat sesuai dengan apa yang ditulis oleh dokter dalam bentuk data

    komputer.

    4. Apabila dokter merencanakan tindak lanjut untuk pasien tersebut, dokter akan

    memasukkan kedalam data komputer. Pelaksanaan dan hasilnya akan dituliskan dalm

    bentuk komputer.

    5. Apabila pasien tidak memerlukan pelayanan lebih lanjut, pasien diperbolehkan pulang.

    Sedangkan data yang telah terisi akan tersimpan di server pusat rekam medis

    elekteronik rumah sakit tersebut, dan tidak bisa dibuka oleh siapapun termasuk dokter

    yang merawat kecuali apabila dibutuhkan, misalnya untuk kebutuhan pelayanan

    kembali kepada pasien (pasien berobat kembali), pembuatan resume medis yang

    dibutuhkan oleh asuransi (pihak ketiga yang membayar pembiayaan pasien) atas seizin

    pasien (secara tertulis), dan resume medis dibuat oleh dokter yang merawat (sesuai

    dengan peraturan mentri kesehatan) untuk kepentingan penelitian setelah mendapat

    izin dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan dan untuk alat bukti di pengadilan.

  • 6. Apabila pasien membutuhkan perawatan lebih lanjut, data rekam medis akan

    dikirimkan ketempat perawatan pasien.

    7. Semua hasil pemeriksaan, pengobatan selama ditempat perawatan rawat inap akan

    diisikan kedalam komputer.

    8. Setelah pasien selesai dirawat inap, maka data akan dikirim keserver untuk disimpan.

    B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik diRSUD Praya

    1. Faktor Yuridis

    Semenjak disahkannya Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi

    Elektronik (ITE), sebagai undang-undang pertama yang mengatur bidang teknologi

    informasi, banyak aspek dalam bidang IT menjadi tunduk pada undang-undang

    tersebut, termasuk penggunaan IT dalam dunia kesehatan.

    Salah satu penggunaan IT dalam dunia kesehatan yang telah menjadi trend

    pada bidang pelayanan keseatan secara global adalah rekam medis elektronik, yang

    sebenarnya sudah mulai banyak digunakan di kalangan pelayanan kesehatan

    Indonesia, namun banyak tenaga kesehatan dan pengelola sarana pelayanan kesehatan

    masih ragu untuk menggunakannya, karena masih belum ada peraturan perundang-

    undangan secara khusus penggunaannya.

    Selama ini rekam medis mengacu pada pasal 46 47 Undang-undang No. 29

    tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Permenkes no. 269 tahun 2008 tentang

    Rekam Medis. Undang-undang No. 29 tahun 2004 sebenarnya diundangkan saat

    rekam medis elektronik telah banyak digunakan, namun tidak mengatur mengenai

    rekam medis elektronik, tetapi dengan adanya Undang-undang tentang Informasi dan

  • Teknologi Eelektronok, secara umum mengenai penggunaan rekam medis elektronik

    telah memiliki dasar hukum.

    Dokumen elektronik seperti rekam medis elektronik telah mendapat legalitas,

    apabila diminta atau dibutuhkan sebagai alat bukti dipengadilan, sebagai mana yang

    tercantum dalam pasal 5 ayat 1 (satu) dan merupakan perluasan dari alat bukti yang

    sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia, sesuai dalam pasal 5 ayat

    (2). Akan tetapi legalitas tersebut mensyaratkan beberapa hal yang perlu diperhatikan

    seperti :

    a. Informasi yang terdapat didalam informasi elektronik harus dapatdiakses,

    ditampilkan dan dijamin keutuhannya.

    b. Informasi yang terdapat didalam informasi elektronik dapat dipertanggung

    jawabkan.

    Faktor-faktor pendukung pelaksanaan rekam medis elektronik secara yuridis

    adalah2 :

    a. Informasi elektronik atau dokumen elektronik dan atau cetakannya, apabiladubutuhkan sebagai alat bukti di pengadilan maka itu adalah sah berdasarkanundang-undang ini.

    b. Tanda tangan elektronik yang tertera dalam informasi elektronik atau dokumennelektronik dan atau cetakannya memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yangsah

    c. Informasi elektronik yang terkandung dalam rekam medis elektronik telahdinyatakan sah karena telah menggunakan sistem elektronik yang sesuai denganketentuan yang telah diatur dalam undang-undang

    d. Informasi elektronik yang terdapat dalam rekam medis elektronik, selama informasiitu dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya dan dipertanggung jawabkansehingga menerangkan suatu kaeadaan, maka informasi itu dianggap sah sesuaidengan ketentuan undang-undang.

    2 Sayuti Hasbi, Management Rekam Medis Elektronik, Tugas Makalah Kuliah Magister, UniversitasUdayana. 2009

  • Adapun faktor-faktor penghambat pelaksanaan rekam medis elektronik secara

    yuridis adalah3 :

    a. Belum adanya aturan khusus (legs spesialis) yang mengatur rekam mediselaektronik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaksana rekam mediselektronik.

    b. Banyaknya tenaga medis yang belum menguasai atau memaahami peraturan-peraturan yang terkait dalam pelaksanaan rekam medis elektronik, sehinggamengakibatkan tidak optimalnya terhadap pelaksanaan rekam medis elektronik

    c. Kurangnya pengamanan data yang tersimpan secara elektronik dapat menimbulkanresiko yang berarti, yaitu kemungkinan terjadinya kebobolan terhadap data-dataelektronik

    d. Kurangnya sumber daya manusia masyarakat terhadap penguasaan IPTEK menjadisalah astu kandala dalam pelaksanaan rekam medis elektronik.

    2. Faktor Non Yuridis

    Kemajuan teknologi informasi dimanfaatkan oleh manajemen rumah sakit

    untuk pengembangan sistem informasi manajemen rumah sakit yang terintegrasi.

    Tujuan utama SIMRS adalah efesiensi dan kecepatan pelayanan serta untuk

    pengambilan keputusan direksi, baik menyangkut keputusan terhadap masalah

    logistik, administrasi dan keuangan.4

    Kemajuan ini telah melahirkan paradigma baru dalam manajemen informasi

    kesehatan termasuk didalamnya manajemen rekam medis elektronik (digital) yang

    telah merubah pola pikir dan pola tindak para praktisi profesi rekam medis, para ahli

    manajemen informasi kesehatan, para praktisi hukum dan para arsiparis (profesi

    kearsipan).

    Faktor-faktor pendukung pelaksanaan rekam medis elektronik adalah:

    1. Perubahan ekonomi kesehatan dimana terdapat kecenderungan untukpenghematan

    2. Peningkatan pengunaan komputer dalam populasi umum

    3 Ibid,,4 Hermin Hadiati Koeswadji . Hukum Untuk Perumahsakitan, Surabaya, Citra Aditya Bakti,

    2002,hal. 21

  • 3. Perubahan kebijakan pemerintah4. Peningkatan dukungan terhadap komputerisasi klinik5. Tuntutan keselamatan pasien6. Kebutuhan keputusan klinis bagi pemetaan epidemologi dan pola penyakit

    masyarakat7. Rekam medis elektronik atau digital pada dasarnya merupakan perubahan

    bentuk atau wujud dari berkas kertas menjadi elektronik atau digital denganpengertian apa yang biasanya kegiatan pencatatan pasien diatas kertassekarang semuanya sudah terekam dalam sistem komputer.5

    Rekam medis elektronik atau digital pada dasarnya merupakan perubahan

    bentuk atau wujud dari berkas kertas menjadi elektronik atau digital dengan pengertian

    apa yang biasanya kegiatan pencatatan pasien diatas kertas sekarang semuanya sudah

    terekam dalam sistem komputer. Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan adopsi

    dari perkembangan teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan, ini merupakan

    suatu inovasi.

    Faktor-faktor penghambat pelaksanaan kegiatan rekam medis elektronik

    adalah:

    1. Pihak manajemen rumah sakit:2. Ketidaksiapan pengetahuan sumber daya manusia yang mengerti masalah

    kedokteran sekaligus masalah teknologi komputer dalam rangkapenyelenggaraan rekam medis elektronik dan standar terminologi klinik

    3. Modal awal yang besar untuk investasi4. Resistensi para dokter5. Pihak klinikus atau dokter:6. Kurang memahami aplikasi komputer, masalah privacy, confidential, dan

    keamanan data7. Butuh waktu yang lama memasukkan data8. Egoisme profesi.6

    C. Keuntungan dan Kerugian Pelaksanaan Rekam Medis Elektronik

    5 Gemala. H, Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta, Sub. Dit. Keterapian FisikDirektorat Keperawatan Dan Keteknisan Medik Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen KesehatanRI. hal. 27

    6Hermin Hadiati Koeswadji, opcit, hal. 20

  • Penyelenggaraan rekam medis elektronik di rumah sakit sejalan dengan adanya

    tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas, karena salah

    satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan rekam medis elektronik yaitu mencegah

    kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu :

    1. pencegahan adverse event,

    2. memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event dan

    3. melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event.7

    Keuntungan lain dari rekam medis elektronik yaitu dapat memberikan peringatan

    dan kewaspadaan klinik (clinical alerts and reminders), hubungan dengan sumber

    pengetahuan untuk menunjang keputusan layanan-kesehatan (health care decision

    support) dan analisis data.

    Selain itu dengan adanya rekam medis elektronik memungkinkan

    terselenggaranya komunikasi silang yang semakin kompleks antara sesama tenaga

    kesehatan dengan berbagai pihak yang sama-sama memberikan pelayanan kepada pasien

    di sarana pelayanan kesehatan, dan rekam medis elektronik juga dapat digunakan sebagai

    salah satu masukan penting dalam mengukur keberhasilan program kesehatan di instansi

    pelayanan yang ada.

    Kelemahan-kelemahan dalam implementasi rekam medis elektronik adalah8 :

    1. Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas, untuk

    perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang

    2. Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem dan

    merancang ulang alur kerja.7 Gemala Hatta. opcit, hal. 118 Ibid, hal. 49

  • 3. Konversi rekam medis kertas ke rekam medis elektronik membutuhkan waktu, sumber

    daya, tekad dan kepemimpinan

    4. Risiko kegagalan sistem komputer

    5. Masalah pemasukan data oleh dokter

    6. Analisis data agregat

    Beberapa permasalahan yang akan muncul pada sistem rekam medis elektronik,

    yaitu9 :

    1. Pemasukan data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input data,

    pencegahan error, data entry oleh dokter,

    2. Tampilan data (data display), meliputi: flowsheet data pasien, Ringkasan dan abstrak,

    turnaround documents, tampilan dinamik,

    3. Sistem kuiri (tanya; query) dan surveilans, meliputi pelayanan klinik, penelitian klinik,

    studi retrospektif dan administrasi.

    Hal-hal utama yang harus di atasi adalah10 :

    1. Kebutuhan terhadap standar di bidang terminology klinik

    2. Keperdulian terhadap privacy, kerahasiaan, dan keamanan data

    3. Penentangan terhadap pemasukan data (data entry) oleh dokter dan kesulitan

    sehubungan dengan integrasi system rekam medis dengan sumber informasi lain

    dalam pelayanan kesehatan

    9Ibid, hal. 4910Ibid

  • Berdasarkan beberapa hal yang diketahui dalam implementasi rekam medis

    elektronik, maka diperlukan standar rekam medis elektronik untuk meningkatkan kualitas

    dan pengembangan kebijakan kesehatan, yaitu :

    1. Mengurangi biaya pengembangan,

    2. Meningkatkan keterpaduan data,

    3. Memfasilitasi pengumpulan data agregat yang bermakna.11

    Teknologi penunjang rekammedis elektronik merupakan strategi keberhasilan

    implementasi rekam medis elektronik, yaitu12 :

    1. Teknologi dan Kualitas Data; teknologi dan database serta manajemen basis data,

    seperti :

    a. Aplikasi

    b. Pelayanan rawat jalan

    c. Pelayanan rawat inap

    d. Penunjang diagnostik

    e. Lain-lain: registrasi, statistik kesehatan, riset dan epidemiologi dll

    2. Tipe Data, Perangkat Keras dan Perangkat Lunak

    a. Tipe Data: tulisan, angka, suara, image/film, video, gambar, tanda.

    b. Perangkat keras (Hardware); pheriperal equipment (CD Rom), Data input device

    (workstation dan PC), Output Devicenya (printer dan modem)

    c. Perangkat lunak (Software); programming language, database.

    11 ibid12 Ibid, hal. 49

  • d. Lain-lain.

    Hasil survey Capgemini seperti dijelaskan pada jurnal American Health

    Information Management Association (AHIMA) Januari 2011 bahwa 90% pimpinan

    dari sarana pelayanan kesehatan merencanakan untuk menerapkan rekam medis

    elektronik dalam enam bulan yang akan datang. Lebih dari 50% responden

    mengatakan sudah melakukan diskusi internal atau rapat yang membahas tentang

    penerapan rekam medis elektronik serta para pimpinan tersebut telah mengembangkan

    analisis keuangan terhadap dampak penerapan rekam medis elektronik. Pada survey

    tersebut juga diperoleh informasi bahwa lebih dari 70% responden setuju bahwa

    penerapan rekam medis elektronik akan memberikan keuntungan finansial.

  • KESIMPULANA. Kesimpulan

    1. Pelaksanaan rekam medis elektronik pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan rekam

    medis manual yang dalam bentuk berkas, yang semua isinya adalah milik pasien serta

    harus dijaga kerahasiaannya.letak perbedaannya hanya terdapat pada penuangan isi

    rekam medis, jika dalam isi rekam medis manual dalam bentuk berkas, sedangkan

    rekam medis elektronik tersimpan dalam komputer dengan bentuk data.

    2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan rekam medis elektronik secara

    yuridis yaitu :

    a. Informasi elektronik apabila dubutuhkan sebagai alat bukti di pengadilan maka itu

    adalah sah berdasarkan undang-undang ini.

    b. Tanda tangan elektronik yang tertera dalam informasi elektronik memiliki kekuatan

    hukum dan akibat hukum yang sah.

    c. Informasi elektronik yang terkandung dalam rekam RME telah dinyatakan sah

    karena telah menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang

    telah diatur dalam undang-undang.

    d. Belum adanya aturan khusus (legs spesialis) yang mengatur rekam medis

    elaektronik, sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pelaksana RME.

    e. Banyaknya tenaga medis yang belum menguasai atau memaahami peraturan-

    peraturan yang terkait dalam pelaksanaan rekam medis elektronik, sehingga

    mengakibatkan tidak optimalnya terhadap pelaksanaan rekam medis elektronik

    B. Saran

  • 1. Walaupun RME memiliki dasar hukum yang kuat dengan adanya PERMENKES No.

    269 Tahun 2008 dan Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,

    akan lebih baik pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur secara khusus

    RME ini supaya tidak membingungkan para pelaksana RME.

    2. Dengan adanya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik nomor 11 tahun

    2008 dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis,

    diharapkan pihak rumah sakit sebagai lembaga kesehatan yang memberikan pelayanan

    kepada masyarakat agar lebih waspada dalam menjaga kerahasiaan rekam medis dari

    kebocoran dan penyalah gunaan pihak-pihak atau oknum yang tidak bertanggung

    jawab, yang nantinya menimbulkan kerugian-kerugian, baik kerugian-kerugian yang

    menimpa pasien, maupun kerugian-kerugian bagi pihak rumah sakit.

  • DAFTAR PUSTAKAA. Buku

    Hatta Gemala. Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta, Sub. Dit. KeterapianFisik Direktorat Keperawatan Dan Keteknisan Medik Direktur Jenderal PelayananMedik Departemen Kesehatan RI.

    Hadiati. K.Hermin. Hukum Untuk Perumahsakitan, Surabaya, Citra Aditya Bakti, 2002Hasbi Sayuti, Management Rekam Medis Elektronik, Tugas Makalah Magister,

    Universitas Udayana. 2009J. Guandi, Hukum Medik, Jakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 2004.Soekanto Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,

    1984.Depkes. RI, Pedoman Umum Pelayanan kesehatan Rumah Sakit, (Jakarta: Depkes 1987)

    B. PERUNDANG-UNDANGAN

    Indonesia, Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU. No. 11tahun 2008

    Indonesia, Undang-Undang Tentang Kesehatan. UU No 36 Tahun 2009Indonesia, Undang-Undang Tentang Rumah Sakit. UU No 44 Tahun 2009Indonesia,Peraturan Pemerintah Tentang Tenaga Kesehatan. UU No. 32 Tahun 1966Indonesia, Peraturan Mentri Kesehatan Tentang Rekam Medis. PERMENKES No.

    269/MENKES/PER/III/ 2008