Pelaksanaan Jembatan
Transcript of Pelaksanaan Jembatan
turday, May 16, 2009PELAKSANAAN JEMBATAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN1. PENDAHULUAN
Bangunan bawah jembatan dalam hal ini terdiri dari pondasi dan kepala jembatan. Terdapat berbagai macam pondasi yang
digunakan di Indonesia. Kaison beton yang dicor ditempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan, serta
tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
Kepala jembatan yang digunakan umumnya susunan pile cap serta pilar berkolom tunggal atau majemuk dan balok melintang ujung
(cross head).
2. PONDASI JEMBATAN
Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana konstruksi jembatan, sehubungan dengan kondisi tanah yang
jarang dapat diketahui secara tepat, walaupun sampai saat ini telah kita kenal suatu methode pendekatannya yaitu dengan adanya
penyelidikan tanah (Soil Investigation) untuk memprediksi daya dukung tanah.
Cara pelaksanaan pondasi terdiri atas dua jenis utama, pertama adalah jenis yang dapat dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan
khusus. Pondasi jenis ini termasuk pondasi telapak (pondasi langsung) dan kaison beton yang dicor di tempat. Jenis kedua
termasuk pondasi tiang, kaison beton pracetak atau shell baja. Pondasi tiang dapat dilaksanakan secara dipancang atau dibor dan
tiangnya terbuat dari baja atau beton.
2.1. PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)
Pondasi tiang pancang popular dipergunakan di Indonesia karena pelaksanaannya yang relatif mudah dan sesuai dengan
kebanyakan kondisi tanah di Indonesia. Demikian juga jenis pondasi tiang pancang ini tahan terhadap penggerusan aliran
sungai/aliran air mengingat pemancangan tiang mencapai titik dalam, adapun jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini :
§ Tiang Kayu, termasuk Cerucuk.
§ Tiang Baja Struktur
§ Tiang Pipa Baja
§ Tiang Beton Bertulang Pracetak
§ Tiang Beton Pratekan, Pracetak
§ Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat
§ Tiang Turap
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang kurang baik beresiko tinggi yang
dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi mendukung konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama yaitu berbentuk dari yang paling
sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari jenis tiang yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus
dicapai.
2.2. TIANG PANCANG KAYU
a. Umum
Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai
membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya
semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat
serangan serangga.
Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO
M133 - 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan
pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi
pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang yaitu dengan cara pemangkasan
kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja
atau besi yang kuat. Dan setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai
bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
b. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat
dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap
panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan
diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah,
maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah
permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup
sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan
untuk mencegah terjadinya keretakan.
c. Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana
seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat
tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari
tekanan yang berlebihan selama pemancangan.
Gambar.1 – Sepatu tiang pancang kayu
d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus
dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama
dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk
memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang
pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.
e. Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang
harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang.
Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja
seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang
diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai
lendutan maksimum harus dihindarkan.
Gambar 2 – Sambungan tiang pancang kayu
2.3. TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN PRACETAK
a. Umum
Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan
terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus
mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang pancang
yang luar biasa diperlukan, selimut beton yang digunakan minimum 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut
atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton minimum 50 mm.
b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur beton . Tiang dapat dicetak pada landasan
dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk
acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh
untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan beton yang masif masih sering
digunakan untuk keperluan pengecoran tersebut.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk menjamin distribusi yang merata dari
pukulan penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan
beton diantara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan menggunakan alat pemotong untuk meniadakan
bercak-bercak keropos (honey comb).
Gambar 3 - Susunan pencetakan untuk tiang beton
Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera mungkin (24 jam setelah pengecoran) dan
perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah
pengujian kekuatan tekan pada kubus beton (4 benda uji) menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus
dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan
landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat
penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai
kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan memperbesar akibat tegangan pada saat
pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang dan tanggal
pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar.
Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang menggunakan terpal atau lembaran lain. Tidak ada
tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya. Bilamana tiang pancang tersebut
akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam Gambar, maka agar menggunakan baja tulangan
dengan diameter yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan dalam
Gambar.
Gambar 4 – Titik Angkat Tiang Beton
Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek konstruksi termasuk proyek pembangunan jembatan.
Tiang pancang beton pratekan pracetak biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced
compressive stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6
meter hingga 20 meter, berdiameter 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat baja pada ujung
bagian yang akan disambung.
Gambar. .5 – Tiang Pancang Beton
Gambar 6 – Tiang Pancang Pratekan
c. Perpanjangan Tiang Pancang
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang beton. Memperpanjang tiang setelah
pemancangan selesai adalah cara yang paling mudah, karena sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui
selama pemancangan. Panjang sambungan normal untuk penulangan dan pekerjaan beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus dapat menahan tegangan tekan dan torsi yang
terdapat pada waktu pemancangan dan harus mampu meneruskan (transmit) momen di dalam tiang melewati sambungan.
Meskipun sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan namun yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah
pemakaian lengan baja di atas dan dibawah tempat sambungan. Beberapa tiang mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam
beton yang memungkinkan penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada segmen atas dan bawah dari tiang.
Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di lokasi. Keuntungan dari pada lengan lengan baja atau pelat yang dilas adalah
bahwa tiang dapat dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting untuk diperhatikan bahwa kedua muka
yang bertemu harus cock satu sama lain sedekat mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan
epoxy akan menutupi/mengkonpensasikan kekurang cocokan. Akan lebih baik bila menggunakan lengan baja, untuk memasukan
dan merekat dengan epoxy batang dowel ke dalam lubang yang dibor pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal ini akan
memungkinkan terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat sambungan sesuai dengan asumsi perencana.
Gambar .7 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan
Gambar 8 - Sambungan Tiang Pancang Pratekan
Gambar 9 - Tipikal sambungan tiang pancang beton
Gambar 10 - Tipikal sambungan tiang pancang beton
Gambar 11 - Tipikal sambungan tiang pancang beton
Gambar 12 - Tipikal sambungan tiang pancang beton
Cara lain yaitu, perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang tindih (overlap) baja
tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit
40 kali diameter tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya)
seperti pada tiang pancang yang akan diper-panjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran
penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter.
Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.
Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan lepas atau pecahan, dibasahi sampai
merata dan diberi adukan semen yang tipis. Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton K400. Semen yang
digunakan haruslah dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang panjang yang akan disambung.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan tiang pancang akan dirawat dan dilindungi
dengan cara yang sama seperti tiang pancang yang akan disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi
pemancangan sedang berjalan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja
tulangan yang diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar, maka panjang
tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang.
d. Sepatu Tiang PancangTiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial),
jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis
lainnya yang mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau besi tuang. Untuk
tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan
dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman.
Gambar 13 – Sepatu Tiang Pancang Beton Pracetak
Gambar diatas adalah jenis sepatu untuk berbagai jenis tanah : (a) soft ground, (b) stiff to hard clay, compact sands dan gravels, (c)
Ground mengandung cobbles or bolders, (d) Rock Point untuk penetrasi lapisan bedrock surface, (e) Oslo Point untuk sloping
bedrock surface.
Gambar 14 – Sepatu Tiang Pancang Beton Pratekan
e. Pengupasan Kepala Tiang Pancang
Beton tiang pancang biasanya dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang tertinggal akan masuk ke dalam
pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm. Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah
pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat ke dalam pur (pile cap) dengan baik. Untuk tiang pancang beton pratekan,
kawat pra-tegang yang tertinggal setelah pengupasan harus dimasukkan ke dalam pur (pile cap) paling sedikit 600 mm.
Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang dicor ke dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai
alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan baja tulangan lunak yang dicor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada saat
pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pecahnya atau kerusakan lainnya
pada sisa tiang pancang. Setiap beton yang retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan
sebagaimana mestinya dengan beton yang lama.
Gambar 15 – Kepala Tiang Pancang
Gambar 16 – Kepala Tiang Pancang
2.4. TIANG PANCANG BAJA
a. Umum
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang
tinggi bila dipancang pada lapisan tanah keras dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga mencapai
lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton
pracetak. Mudah dipotong atau diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing stratum)
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang
dengan ujung tertutup. Tiang dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada ujung tiang (pada
bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat
digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus
K250 dengan kadar semen sesuai ketentuan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai
pemancangan. Pipa baja biasanya ditinggalkan didalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).
b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus dilakukan oleh tukang las yang
bersertifikat. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan.
Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar
pada ruas-ruas tiang pancang. Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive.
Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang dipancang untuk meratakan ujungnya dan untuk
membuang bagian baja keras yang sukar dilas.Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan
untuk pipa baja) biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.
Gambar 17 - Tipikal Sambungan Tiang Baja
c. Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi
harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih
tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos,
dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
d. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap)
harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi,
batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam
pur (pile cap).
e. Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang
akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan
pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi
bilamana ujung dasar tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu
yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
Gambar 18 – Sepatu Tiang Baja
Gambar 19 – Sepatu Tiang Baja
f. Pengecoran Dalam Tiang
Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang dipancang didalam tanah dan kemudian diisi
dengan beton. Suatu jalinan penulangan (reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang
penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap
pilar.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas
setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.Penulangan
harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak
(spacer) yang sesuai pada bagian luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan berputar pada
waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang setiap 90º di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi
jarak antara setiap 2 atau 2,5 meter menurut arah memanjang tiang.
Posted by Civil Injinering at 12:45 PM
Labels: bridge, civil engineering, HPJI, Jembatan, pra-tekan, prestress
0 comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)