PELAKSANAAN CICIL EMAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI ...
Transcript of PELAKSANAAN CICIL EMAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI ...
PELAKSANAAN CICIL EMAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR CABANG BATUSANGKAR
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Perbankan Syariah
Oleh:
AGUSTINAR
NIM. 15301100005
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR
1441 H/ 2019 M
i
ABSTRAK
AGUSTINAR, NIM. 15301100005, dengan judul skripsi
“PELAKSANAAN CICIL EMAS PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR CABANG BATUSANGKAR”. Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Batusangkar tahun akademik 2019.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah pelaksanaan cicil emas pada
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar. Tujuan pembahasan ini
untuk menganalisis pelaksanaan cicil emas dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN
No 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai. Jenis
penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field research).
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah wawancara dan
dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yaitu teknik analisis kualitatif.
Hasil penelitian pelaksanaan cicil emas di PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar adalah sebagai berikut: Pertama, nasabah
mengajukan permohonan cicil emas. Kedua, Bank akan melakukan investigasi
terhadap nasabah untuk mengetahui keadaan nasabah. Ketiga, bank melakukan
akad dengan nasabah dan menyepakati segala ketentuan dalam akad serta
menandatangani Surat Bukti Kepemilikan Emas (SBKE). Keempat, proses
pencairan dana cicil emas. Kelima, penyetoran dana ke toko emas rekanan bank.
Keenam, pengenaan biaya adminstrasi dan biaya materai serta pemblokiran dana
nasabah 1x angsuran. Ketujuh, angsuran cicil emas dan pelunasan cicil emas oleh
nasabah.
Pelaksanaan cicil emas berdasarkan Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-
MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai, telah sesuai
dilaksanakan bedasarkan ketentuan-ketentuan fatwa tersebut. Yaitu, harga jual
emas tetap, tidak bertambah atau berkurang, namun ada denda yang dikenakan
pada nasabah yang telat bayar dari tanggal jatuh tempo. Dana denda ini bukan
diakui sebagai pendapatan bank, namun akan disalurkan ke LAZNAS BSM untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Emas dijadikan jaminan
dalam pembiayaan cicil emas tersebut dan emas disimpan di bank sampai nasabah
melunasi seluruh angsuran cicilan emasnya, sehingga emas/ jaminan nasabah
tidak bisa dijadikan objek akad lain ataupun berpindah kepemilikan.
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar, telah menjalankan
produk cicil emas dengan baik. Pihak bank juga memberikan kemudahan kepada
nasabah dengan cara pick up dana yang dilakukan oleh pawning staff. Pick up
dana adalah menjemput angsuran cicil emas nasabah satu kali dalam seminggu,
dana angsuran yang telah disetorkan oleh nasabah ini, akan dimasukan ke dalam
rekening nasabah terlebih dahulu. Setelah masa jatuh tempo angsuran cicil emas
nasabah tiba, maka bank akan menarik dana angsuran cicil emas tersebut sebesar
jumlah angsuran emas setiap bulannya.
Kata kunci: cicil emas, jual beli, tidak tunai
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillahirabbil„alamin penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis mohonkan
kepada Allah SWT semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
meninggalkan dua pedoman hidup, yaitu Al-Quran dan Sunnah untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Batusangkar. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pelaksanaan Cicil Emas Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang
tulus kepada Ayahanda Mukhlis yang telah bersabar mendidik dan membesarkan
penulis serta senantiasa berdoa kepada Allah Yang Maha Esa juga kepada Ibunda
Baniah (Almh) semoga Allah pertemukan kami kelak di surga-Nya. Serta Uni
Nelmayeni Uda Dodi Antoni dan adik-adikku Rahma Fitri dan Haryona Fitri.
Serta keponakan tercinta Rizki Rinaldi Akbar, dan Muhammad Hafiz. Selanjutnya
terima kasih kepada keluarga besar atas dukungannya selama ini.
Selain itu, pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Dr. H Kasmuri, M.A selaku Rektor IAIN Batusangkar
2. Bapak Dr. Ulya Atsani, S.H.M.,Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
3. Bapak Elfadhli, S.E.I., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
iii
4. Bapak Dr. H. Syukri Iska, M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
5. Ibuk Nita Fitria, SE.I., MA selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan memberikan banyak sumbangan pemikiran, arahan dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Yusrizal Efendi, S.Ag., M.Ag selaku Penguji I yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Hebby Rahmatul Utamy, S.H.I.,M.Sy selaku Penguji II yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Kepada pihak PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan membantu dalam
pengumpulan data. Ibuk Nia Frihana selaku Branch Manager, Kak Higa
Ingriyani Putri selaku Pawning Staff serta karyawan/i BSM KC Batusangkar
yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
9. Untuk keluarga besar penulis Wisma Ukhuwah (Suci, Uul, Zeli, Melani, Sri,
Fitri, Siska Rahmawati, Ainil, Kartika, Anya, Usqo, Nadia, Sari, Fitri Leni,
Ifa, Iza, Barit, Asih, Rama, Siska) dan seluruh akhwat Wisma Dakwah
Batusangkar
10. Untuk saudara-saudara se-syurga umumnya Akhwat Syaja‟ah‟15 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah mengajarkan betapa indahnya
ukhuwah dan iman serta hikmah di setiap perjalanan hidup.
11. Kepada seluruh teman-teman Perbankan Syariah A angkatan 2015: Adam,
Ade Tia, Adek Mella, Agung, Ainil, Ica, Aldo, Alges, Alputri, Amin, Gian,
Anggun, Anisa, Ariga, Arini, Atika, Ayu, Belia, Cici, Desi, Didi, Doli, Tio,
Eka, Elisa, Ella, Elsa, Emil, Eng, Fadel, Fadin, Fiki, Fitri, dan Yosi yang
telah menjadi teman seperjuangan penulis juga kepada teman-teman Persya
B, C, dan D BP 2015
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
KATA PERSEMBAHAN
BIODATA PENULIS
ABSTRAK ………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………...……………………….……………......v
DAFTAR TABEL ………………………………………..…………...…..…... vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..………….. viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………..………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...…...1
B. Fokus Penelitian ……………………...…………………………………...6
C. Rumusan Masalah ………………………...……………………………....6
D. Tujuan Penelitian ………………………..………………………………..7
E. Manfaat Penelitian ………………………..……………………………....7
F. Defenisi Operasional ………………………………………...…………....8
BAB II KAJIAN TEORI ………………….…………….………………………9
A. Bank Syariah …………………………………..………………………….9
B. Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/2010 tentang Jual Beli Emas
Secara Tidak Tunai………..…………………………………………...…15
C. Akad yang Digunakan dalam Produk Cicil Emas …………..…………...16
D. Penelitian yang Relevan ...……………………………………………….34
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………37
A. Jenis Penelitian …………………………………………………………..37
B. Latar dan Waktu Penelitian ………………………………………...……37
vi
C. Instrumen Penelitian ……………………………………………….…....38
D. Sumber Data ……………………………………………………..……...38
E. Teknik Pengumpulan data ……………………...……...………………..39
F. Teknik Analisis data …………………..………………………………...39
G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ……………..………………………. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42
A. Gambaran Umum Perusahaan ...................................................................42
B. Pembahasan ...............................................................................................64
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 78
A. Kesimpulan ...............................................................................................78
B. Saran .........................................................................................................79
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data jumlah nominatif produk cicil emas Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangakar periode Desember 2017-
Juni 2019 …..……………………….…….………………………..…4
Tabel 3.1 Rencana jadwal penelitian …...………………………………………38
Tabel 4.1 Simulasi angsuran cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri …...…...…. 74
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah …...………….....………...………21
Gambar 2.2 Skema Rahn…...………………..……………………………...…...33
Gambar 4.1 Struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar ……………………………………………. 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 5). Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
(Sumar'in, 2012, p. 49)
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank
sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka
menganggap bank merupakan lembaga keuangan yang aman dalam
melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang
sering dilakukan masyarakat di negara maju dan negara berkembang antara
lain aktivitas penyimpanan dan penyaluran dana. (Ismail, 2013, p. 29)
Bank sebagai salah satu lembaga penghimpun dana saling bantu
membantu untuk mengatasi kekurangan dana demi terlaksananya
pembangunan secara berkesinambungan melalui pengelolaan dana. Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat yang penuh dengan
persaingan ketat di setiap sektor kehidupan saling berlomba untuk meraih
kesempatan yang ada, demikian juga dengan bank. Persaingan antara bank
juga semakin tajam dalam penyerahan dana maupun dalam pemberian kredit,
masing-masing akan memberikan pelayanan dan kemudahan-kemudahan
tertentu dalam rangka menarik perhatian masyarakat. (Jayadi, 2011, p. 3)
Persaingan yang ketat dalam dunia perbankan tentunya juga dirasakan
oleh bank syariah. Bank syariah tidak hanya bersaing dengan sesama bank
syariah saja, namun juga dengan bank konvensional. Kehadiran perbankan
syariah di tengah-tengah perbankan konvensional, sebenarnya telah
menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan
2
atau ingin memperoleh layanan jasa perbankan tanpa harus melanggar
larangan riba. (Jumarnis, 2017, p. 2)
Allah dalam Alquran melarang riba dan mengancam pelakunya, seperti
yang yang terdapat dalam Q.S Al-Baqarah 275
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
Perbankan syariah adalah khitabullah tentang perbankan dan lembaga
keuangan terkait wakalah, hawalah, wadiah, murabahah, mudharabah, qardh
dan sebagainya. Salah satu elemen yang sangat urgen dalam diskursus dan
praktik ekonomi syariah adalah riba. Riba bukanlah representasi seutuhnya
ekonomi Islam, tetapi posisi riba cukup dominan di dalamnya, terutama jika
dikaitkan dengan perbankan syariah. Pro dan kontra hukum bunga telah
menjadi polemik sejak lama. Seperti didokumentasikan Murtadla Muthahari,
bahwa Pato dalam The Law Of Plato dan Aristoteles dalam Politics,
keduanya melarang praktek pinjam meminjam uang dengan sistem rente.
Uang adalah alat untuk jual beli. Hutang merupakan out put dari proses jual
3
beli. Sedangkan bunga adalah uang yang lahir dari uang. Meminjamkan uang
dengan bunga merupakan pekerjaan hina. Menurut Charles Gide, semua
agama telah mengharamkan riba. (Yasin, 2010, p. 64)
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
bedasarkan prinsip syariah. “Bank syariah memiliki sistem operasional yang
berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas
bunga kepada para nasabahnya. Dalam operasional bank syariah, pembayaran
dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah
tidak mengenal sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang
meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank
syariah” (Ismail, 2013, p. 32)
Secara umum bank syariah menggunakan bermacam-macam akad
dalam jenis produknya, seperti mudharabah, murabahah, musyarakah,
ijarah, wadiah, rahn, dan berbagai akad syariah yang lain. Salah satu produk
bank syariah yang diminati saat ini adalah produk cicil emas yang dalam
pelaksanaannya menggunakan akad murabahah atau jual beli yaitu pihak
bank atau baitul mal sebagai penjual dan nasabah atau mudharib sebagai
pembeli.
Bank-bank Islam mengambil murabahah untuk memberikan
pembiayaan jangka pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun
klien tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk membayar.
Murabahah, sebagaimana digunakan dalam perbankan Islam, ditemukan
terutama berdasarkan dua unsur yaitu harga membeli dan biaya yang terkait,
serta kesepakatan berdasarkan mark up (keuntungan). (Elviana, 2015, p. 2)
Produk cicil emas adalah salah satu produk yang dikeluarkan oleh
Bank Syariah Mandiri yang merupakan produk kepemilikan emas kepada
masyarakat. Produk cicil emas memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk memiliki emas batangan dengan cara mencicil dan menggunakan akad
murabahah dengan jaminan diikat dengan rahn (gadai) dengan berat minimal
10 gram hingga 250 gram. (Hilga, wawancara awal, 28 Juni 2019)
Dari berbagai macam produk yang ditawarkan Bank Syariah Mandiri,
produk cicil emas merupakan produk yang cukup diminati oleh masyarakat,
selain syarat dan prosesnya yang mudah, juga adanya jaminan keamanan.
4
Seperti produk cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar salah satunya, produk ini baru dijalankan PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Batusangkar pada bulan September 2017, namun jika
dilihat dari saldo nominatif cicil emas ini, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar memperoleh jumlah nominal yang cukup besar. Dapat
dilihat dari saldo nominatif produk cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar berikut ini
Tabel 1.1
Data Jumlah Nominatif Produk Cicil Emas PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar Periode Desember 2017- Juni 2019
No Tahun Bulan Nominal %
1 2017 Desember Rp 41.792.000 0
2 2018 Januari- Juni Rp 163.612.000 291,49
Juli- Desember Rp 355.300.000 117,16
3 2019 Januari- Juni Rp 381.016.000 7,24
Total Rp 941.720.000
Sumber data dari PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nominal produk cicil emas terus
meningkat per semesternya (enam bulan) yaitu dari bulan Januari sampai Juni
2018 nominalnya Rp 163.612.000 kemudian meningkat pada bulan Juli
sampai bulan Desember 2018 sebesar Rp 355.300.000, peningkatan nominal
produk cicil emas pada bulan Juli sampai Desember 2018 ini adalah
117,16%. Demikian juga pada enam bulan berikutnya yaitu dari bulan
Januari sampai bulan Juli 2019 nominalnya Rp 381.016.000 juga meningkat
dari enam bulan sebelumnya yaitu Rp 355.300.000 peningkatannya 7,24 % .
Kemudian total nominal cicil emas dari sejak dijalankan pada bulan
Desember 2017 sampai bulan Juni 2019 mencapai Rp 941.720.000.
Salah satu keunggulan produk cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar adalah emas yang digunakan merupakan emas
lantakan (batangan) karena harga emas batangan setiap tahunnya semakin
meningkat. Emas perhiasan biasanya harganya menjadi lebih mahal karena
5
adanya tambahan biaya pembuatan perhiasan tersebut, sedangkan dalam jual
beli emas, investor harus memperhatikan nilai tambah dan nilai kunci dari
emas tersebut, seperti nilai karat. Jika emas untuk perhiasan biasanya sudah
dicampur dengan campuran logam lain sehingga kadar emas sudah
berkurang, berbeda dengan emas batangan yang tanpa campuran logam lain
dan memiliki nilai kadar yang sama. Selain dari tingkat karatnya, terdapat
sertifikat yang dapat disertakan dalam proses penjualan. Hal itu yang menjadi
pertimbangan nasabah untuk melakukan pembiayaan cicil emas karena nilai
jualnya selalu meningkat tiap tahunnya. (Elviana, 2015, p. 9)
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) telah
mengeluarkan fatwa terkait tentang cicil emas yaitu Fatwa DSN-MUI No.
77/DSNMUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai. Hal ini
kemudian dimanfaatkan oleh Bank Syariah Mandiri demi menjawab
kebutuhan masyarakat akan produk investasi. (Elviana, 2015, p. 9) Fatwa ini
muncul karena dilatarbelakangi oleh kebiasaan masyarakat pada saat ini yang
sering melakukan transaksi jual beli dengan cara pembayaran tidak tunai, baik
itu dengan menggunakan sistem angsuran maupun secara tangguh.
Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 adalah fatwa yang
memberikan kejelasan tentang kebolehan untuk melakukan transaksi jual beli
emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah,
hukumnya boleh (mubah, jaiz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang
resmi (uang). Akan tetapi, kebolehan tersebut ada ketentuannya yakni harga
jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian
meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo. (Suwanda, 2018, p.
14). Berdasarkan hal di atas, maka perlu rasanya melihat kesesuaian
pelaksanaan produk cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar ini dengan aspek syariah melalui Fatwa DSN-MUI No.
77/DSNMUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai, walaupun
nominal produk cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar meningkat per semesternya. Dilihat dari perkembangan saldo
nominal produk cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
6
Batusangkar, produk cicil emas Bank Syariah Mandiri ini mengalami
kenaikan per semesternya seperti yang telah dijelaskan dalam uraian di atas.
Selain itu, juga terdapat keunggulan-keunggulan dalam cicil emas ini
yaitu, cicil emas di Bank Syariah Mandiri aman, karena emas diasuransikan
apabila terjadi kerusakan atau pencurian, emas tersebut bisa diganti. Kedua
menguntungkan, yaitu tarif yang kompetitif maksudnya harga emas sebagai
media investasi yang menguntungkan. Dalam pembiayaan cicil emas
menggunakan layanan yang profesional karena Bank Syariah Mandiri
merupakan perusahaan terpercaya dengan kualitas layanan terbaik. Serta
emas dapat diuangkan dengan cara digadaikan. (Elviana, 2015, p. 10)
Berdasarkan uraian di atas untuk mengetahui pelaksanaan produk cicil
emas, dan kesesuaian pelaksanaannya dengan Fatwa DSN-MUI No.
77/DSNMUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai, maka
penulis tertarik melakukan penelitian pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul
“PELAKSANAAN CICIL EMAS PADA PT. BANK SYARIAH
MANDIRI KANTOR CABANG BATUSANGKAR”
A. Fokus penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka fokus penelitian
dalam penelitian ini yaitu tentang pelaksanaan cicil emas pada PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar dan melihat kesesuaian
pelaksanaan cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar dengan aturan Fatwa DSN MUI No 77/DSN-MUI/V/2010
tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.
B. Sub Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka sub fokus penelitian
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pelaksanaan cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar?
7
2. Bagaimana kesesuaian cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar dengan aturan Fatwa DSN MUI No 77/DSN-
MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk menganalisis proses pelaksanaan cicil emas pada PT. Bank Syariah
Kantor Cabang Batusangkar
2. Untuk menganalisis kesesuaian pelaksanaan cicil emas PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Batusangkar dengan aturan Fatwa DSN MUI No
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademik
a. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
b. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih
pemikiran bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam khususnya bagi
Jurusan Perbankan Syariah serta menjadi rujukan untuk penelitian
berikutnya.
2. Bagi Penulis
a. Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama kuliah di
IAIN Batusangkar.
b. Dapat memberikan pengetahuan bagi penulis tentang pelaksanaan
cicil emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
3. Bagi Perusahaan
Sebagai informasi dan masukan bagi PT. Bank Syariah Mandiri secara
umum dan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar secara
8
khusus untuk membandingkan apakah pelaksanaan cicil emas tersebut
telah berjalan sesuai dengan prinsip syariah.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan, cicil emas
dan Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar.
Pelaksanaan adalah proses, tahapan dalam menjalankan suatu produk.
Cicil Emas adalah fasilitas yang disediakan oleh Mandiri Syariah untuk
membantu membiayai kepemilikan emas (Cicil Emas BSM) kepada nasabah
yang pelaksanaannya menggunakan akad murabahah untuk kepemilikan
emas baik dalam bentuk lantakan (batangan) dan/ atau perhiasan. (Dokumen
Surat Bukti Kepemilikan Emas (SBKE) PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar). Pelaksanaan cicil emas yang penulis maksud dalam
penelitian ini adalah proses, tahapan dalam menjalankan produk cicil emas
bedasarkan regulasi-regulasi yang mengaturnya.
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar yaitu salah satu
bank yang beroperasi secara syariah yang beralamat di Batusangkar
Kabupaten Tanah Datar. Maksud Judul “Pelaksanaan Cicil Emas Pada
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar” dalam penelitian ini
adalah proses, tahapan pelaksanaan dalam menjalankan produk cicil emas
dari sejak ditanda tanganinya akad murabahah sampai pada tahap penyerahan
emas nantinya dari Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
kepada nasabah yang bersangkutan berdasarkan fatwa DSN MUI No
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari
setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat
bagi orang perorangan, badan-badan usaha swasta, dan badan-badan
usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan
menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan
dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi
semua sektor perekonomian. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 3)
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan/atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. (Sumar'in, 2012, p. 49)
Menurut G.M. Verryn Stuart, bank adalah suatu badan yang
bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat baru berupa
uang giral. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 4)
Bank syariah merupakan salah satu instrumen yang digunakan
untuk menegakkan aturan-aturan ekonomi Islami. Sebagai bagian dari
sistem ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari
keseluruhan sistem sosial. Oleh karenanya, keberadaannya harus
dipandang dalam konteks keseluruhan keberadaan masyarakat yang
bersangkutan. (Suwiknyo, 2010, p. 1)
Secara filosofis, bank syariah adalah bank yang aktivitasnya
meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga
yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi
10
dunia Islam dewasa ini. Belakangan ini para ekonom muslim
telah mencurahkan perhatian besar guna menemukan cara untuk
menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan
yang lebih sesuai dengan etika Islam. (Machmud & Rukmana, 2010,
p. 4)
Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata
“bank” bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana
dan pihak yang kekurangan dana. Kata “syariah” dalam versi bank
syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian bedasarkan yang
dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk menyimpan dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan
hukum Islam. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 6)
Penggabungan dua kalimat menjadi “Bank Syariah” berarti
suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak
yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk
kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.
Selain itu, bank syariah bisa disebut Islamic Banking atau Interst Free
Banking, yaitu suatu sistem perbankan yang dalam pelaksanaan
operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi
(maysir), dan ketidak pastian atau ketidak jelasan (gharar)
Pengertian perbankan syariah dalam konteks hukum positif di
Indonesia, pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya bedasarkan prinsip syariah, dan menurut jenisnya terdiri atas
bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Perbankan
syariah menurut pasal 1 angka 1 UU No 21 Tahun 2008 adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 7)
11
Pengertian prinsip syariah dirumuskan kembali dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008. Ketentuan dalam pasal 1 angka 12
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan bedasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.
Pengertian prinsip syariah tersebut mengandung dua makna,
bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan dan prinsip hukum Islam disini bukan prinsip hukum Islam
an sich fiqh muamalah, melainkan prinsip hukum Islam bedasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa dibidang syariah. (Usman, 2014, p. 56)
1. Jenis- Jenis Bank Syariah
Bank syariah menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah,
Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
a. Bank Umum Syariah (BUS)
Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat
berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa. Bank devisa
adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubugan dengan mata uang asing secara keseluruhan
seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan
letter of credit, dan sebagainya.
b. Unit Usaha Syariah (UUS)
Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha bedasarkan prinsip
syariah, atau unit kerja di kantor cabang suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
12
kantor cabang pembantu syariah dan/ atau unit syariah. UUS
berada satu tingkat dibawah direksi bank umum devisa dan bank
nondevisa.
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh
dimiliki oleh WNI dan/ atau badan hukum Indonesia, pemerintah
daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia
dengan pemerintah daerah. (Soemitra, 2010, pp. 61-62)
2. Dasar Hukum Perbankan Syariah di Indonesia
Beberapa ayat dalam Alquran menjadi dasar operasional bank
syariah di antaranya: ayat- ayat yang melarang transaksi riba (QS. Al-
Baqarah:275), larangan memakan harta orang lain secara batil (QS.
An-Nisa‟: 29) serta hadis-hadis Rasulullah yang senada dengan hal
itu. Selain beberapa ayat Alquran dan hadis, maka bedasarkan hukum
positif, landasan dalam mengoperasionalkan bank syariah adalah
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
(sebelum lahir undang-undang ini, landasan operasional bank syariah
adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
Dalam hal mana sebatas diakomodirnya prinsip syariah dalam
operasional bank, yakni di dalam pasal 1 angka 3 jo. Angka 13 UU
No. 10 Tahun 1998. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 8)
Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran Islam
yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi
Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan
menggunakan sistem antara lain berupa prinsip bagi hasil. Dengan
prinsip bagi hasil, Bank Syariah dapat mencapai iklim investasi yang
sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi baik
keuntungan maupun pootensi resiko yang timbul sehingga akan
13
menciptakan posisi yang berimbang anatara bank dan nasabahnya.
Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi
nasional karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik
modal saja, tetapi juga oleh pengelola modal. (Nurhasanah & Adam,
2017, p. 9)
3. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah
dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penyaluran dana
(financing), produk penghimpunan dana (funding), Produk jasa
(service)
a. Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis
besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat
kategori yang dibedakan bedasarkan tujuan penggunaannya,
yaitu:
1) Prinsip jual beli (Ba‟i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan
adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer
of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan
dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi
jual beli dapat dibedakan bedasarkan bentuk pembayarannya
dan waktu penyerahan barangnya, yakni dalam pembiayaan
murabahah, pembiayaan salam dan pembiayaan istishna‟
(Karim, 2016, p. 98)
2) Prinsip sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip
jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya.
Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.
14
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang
yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyah bittamlik (sewa
yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa
dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. (Karim, 2016,
p. 101)
3) Prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip
bagi hasil adalah pembiayaan musyarakah dan pembiayaan
mudharabah. (Karim, 2016, p. 102)
4) Akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap
ini diperbolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya biaya
pengganti biaya ini sekadar untuk menutupi biaya-biaya yang
benar-benar timbul. Akad pelengkap ini adalah akad-akad
tabarru‟ yaitu: hiwalah (alih utang-piutang), rahn (gadai),
qardh, wakalah (perwakilan), kafalah (garansi bank). (Karim,
2016, p. 105)
b. Produk Penghimpunan Dana
Penghimpun dana di bank syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito. Prinsip operasioanal syariah yang
ditetapkan dalam menghimpun dana masyarakat adalah prinsip
wadi‟ah dan mudharabah. (Karim, 2016, p. 107)
c. Jasa Perbankan
Bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa
perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa
15
sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa:
sharf (jual beli valuta asing), ijarah (sewa) jenis kegiatan ijarah
antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa
tata laksana administrasi dokumen (custodian). (Karim, 2016, p.
112)
A. Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas
Secara Tidak Tunai
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
telah mengeluarkan fatwa terkait tentang Cicil Emas no 77
DSNMUI/V/2010/ tentang Jual Beli Emas secara tidak tunai. Fatwa ini
muncul karena dilatarbelakangi oleh kebiasaan masyarakat pada saat ini
yang sering melakukan transaksi jual beli dengan cara pembayaran tidak
tunai, baik itu dengan menggunakan sistem angsuran maupun secara
tangguh.
Menanggapi masalah ini, terjadi perbedaan pendapat di kalangan
umat Islam. Sebagian ulama ada yang membolehkan dan sebagian ulama
lain tidak membolehkannya. Masing-masing ulama memiliki alasan
tersendiri dalam mengeluarkan pendapatnya. Berangkat dari fenomena
inilah diperlukan adanya fatwa yang bisa dijadikan pedoman sekaligus
penjelasan mengenai masalah jual beli emas secara tidak tunai tersebut.
Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli
Emas Secara Tidak Tunai ini, menetapkan bahwa jual beli emas secara
tidak tunai baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah,
hukumnya boleh (mubah, ja‟iz) selama emas tidak menjadi alat tukar
yang resmi (uang). (Suwanda, 2018, pp. 42-43)
Fatwa tersebut juga diberikan batasan dan ketentuan mengenai
kebolehan jual beli emas secara tidak tunai yaitu:
1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu
perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo
16
2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan
jaminan (rahn)
3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2
tidak boleh dijual belikan atau dijadikan obyek akad lain yang
menyebabkan perpindahan kepemilikan. (Suwanda, 2018, p. 20)
B. Akad yang Digunakan Dalam Produk Cicil Emas
Akad merupakan perjanjian diantara dua pihak yang sudah
teridentifikasikan secara detail dan jelas, dimana masing-masing pihak
berkewajiban untuk memenuhinya. Jika salah satu pihak melanggar, maka
akan terkena sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah ditentukan
dalam akad. (Zahroh, 2016, p. 35)
Dalam Produk Cicil Emas, akad yang digunakan adalah akad
murabahah dengan pengikatan agunan dengan menggunakan akad rahn.
1. Akad Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Pembiayaan murabahah (dari kata ribhu = keuntungan)
bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang
diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.
(Suwiknyo, 2010, p. 16)
Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga lebih sebagai keuntungan yang
disepakati. Murabahah berasal dari kata Ribhu (keuntungan)
karena dalam transaksi jual beli bank menyebut jumlah
keuntungannya (margin/ mark up). Bank bertindak sebagai
penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam
17
perbankan Murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bi tsaman ajil). Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan
secara tangguh. (Soemitra, 2010, p. 79)
Karakteristik murabahah adalah penjual harus memberi
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan
jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Para
ulama mazhab berbeda pendapat tentang biaya apa saja yang dapat
dibebankan kepada harga jual barang tersebut. Secara ringkas,
dapat dikatakan bahwa keempat mazhab membolehkan
pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak
ketiga. Keempat mazhab sepakat tidak membolehkan pembebanan
biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang
semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang
berkaitan dengan hal-hal yang berguna.
Keempat mazhab juga membolehkan pembebanan biaya
tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan
pekerjaan itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu
harus dilakukan oleh si penjual, mazhab Maliki tidak
membolehkan pembebanannya, sedangkan ketiga mazhab lainnya
membolehkannya. Mazhab yang empat sepakat tidak
membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak
menambah nilai barang atau tidak berkaitan dengan hal-hal yang
berguna. (Karim, 2016, pp. 113-114)
18
b. Landasan Syariah Akad Murabahah
Landasan syariah tentang akad murabahah, bedasarkan
Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
yaitu:
1) Al-Qur‟an
a) Firman Allah, QS An-Nisaa‟ [4]:29
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah maha penyayang kepadamu.”
b) Firman Allah, QS Al-Baqarah [2]:275
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat),
19
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
c) Firman Allah, QS Al-Maidah [5]:1
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak,
kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian
itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-
Nya.
d) Firman Allah, QS Al-Baqarah [2]:280
Artinya: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
20
2) Al-Hadits
ب قال: قال رسول الله و عن صه : ة هنو ر صلى الله عليهو
ع إ ى أجل ع و مقارض ت لا ل ]رو ه إ ن وأخط ل
ماجه[Artinya: Dari Shuhaib ia berkata, "Rasulullah SAW
bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya terdapat barakah;
jual beli yang memberi tempo (kredit), peminjaman
(muqaradhah/ mudharabah), dan campuran gandum
dengan jelai untuk di konsumsi orang-orang rumah bukan
untuk dijual." (HR. Ibn Majah) (Ibn Majah, t.th, juz 3, p.
390, hadits 2289)
ع و: إنوما قول قال رسول الله صلى الله عليهو عن أ سعد خدريو
]رو ه إ ن ماجه[ عن تر ض.Artinya: Dari Abu Sa'id al-Khudriia berkata, "Rasulullah
SAW bersabda: "Hanyasaja jual beli itu berlaku dengan
saling ridha (suka sama suka)." (HR. Ibn Majah) (Ibn
Majah, t.th, juz 3, p. 305, hadits 2185)
ه عل أنو رسول الله صلوى للو عن عمرو ن عوف مزن
لح جائز ن وسلوم قال: ص م حلا صلحا مسلمن إلاو حرو
م أو أحلو حر ما و مسلمون على شروطهم إلاو شرطا حرو
]رو ه ترمذي[ أو أحلو حر ما.حلا
Artinya: Dari Amru bin 'Auf Al Muzani bahwa Rasulullah
SAW bersabda: "Perdamaian diperbolehkan di antara
kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram. Dan kaum
muslimin boleh menentukan syarat kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram".(HR. al-Turmudzi) (Turmudzi, 1998, juz 3, p. 28,
hadits 1352)
21
c. Skema Pembiayaan Murabahah
Dalam pembiayaan murabahah, sekurang-kurangnya
terdapat dua pihak yang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank
syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli barang.
1) Negosiasi & persyaratan
2) Akad Jual Beli
6). Bayar
3) Beli barang 5). Terima barang
& dokumen
4) Kirim barang
Gambar 2.1
Pembiayaan Murabahah
Keterangan:
1) Bank syariah dan nasabah melakukan negosiasi tentang
rencana transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin
negosiasi meliputi jenis barang yang akan dibeli, kualitas
barang, dan harga jual.
2) Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah,
dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Dalam akad jual beli ini, ditetapkan barang yang
menjadi objek jual beli yang telah dipilih oleh nasabah, dan
harga jual barang.
Bank
Syariah
Nasabah
Supplier
Penjual
22
3) Atas dasar akad yang dilaksanakan anatara bank syariah dan
nasabah, maka bank syariah membeli barang dari supplier/
penjual. Pembelian yang dilakukan oleh bank syariah ini
sesuai dengan keinginan nasabah yang telah tertuang dalam
akad.
4) Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah
bank syariah.
5) Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima
dokumen kepemilikan barang tersebut.
6) Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah
melakukan pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan
oleh nasabah ialah dengan cara angsuran. (Ismail, 2013, pp.
139-140)
d. Ketentuan Pembiayaan Murabahah
1) Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang
bebas riba.
b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh
syariah Islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan
secara utang.
f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini, bank harus memberitahu
23
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah tejadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian
khusus dengan nasabah.
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 49)
2) Ketentuan murabahah kepada nasabah
a) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembeli
suatu barang atau aset kepada bank.
b) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus
membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah
dengan pedagang.
c) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah
dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai
perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum
perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak
harus membuat kontrak jual beli.
d) Dalam jual beli ini, bank dibolehkan meminta nasabah
untuk membayar uang muka saat menandatangani
kesepakatan awal pemesanan.
e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,
biaya rill bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus
ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa
kerugiannya kepada nasabah.
24
g) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif
dari uang muka, maka:
(1) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang
tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.
(2) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik
bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh
bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka
tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
kekurangannya. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 50)
3) Jaminan dalam murabahah
a) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah
serius dengan pesanannya.
b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan
yang dapat dipegang. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 51)
4) Utang dalam murabahah
a) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam
transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi
lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas
barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang
tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap
berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa
angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh
angsurannya.
c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu
diperhitungkan. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 51)
25
5) Penundaan pembayaran dalam murabahah
a) Nasabah yang memiliki kemampuan, tidak dibenarkan
menunda penyelesaian utangnya.
b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah. (Nurhasanah & Adam, 2017, p. 51)
6) Bangkrut dalam murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang
sampai ia menjadi sanggup kembali, atau bedasarkan
kesepakatan. Selain itu, DSN juga telah mengatur tentang
potongan pelunsan dalam murabahah, uang muka dalam
murabahah, dan diskon dalam murabahah. Adapun ketentuan
potongan pelunasan dalam murabahah diatur dalam Fatwa
DSN No. 23/DSN-MUI/III.2002 tentang Potongan Pelunasan
dalam Murabahah, sebagai berikut:
a) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan
pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari
waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan
potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan
syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
b) Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan
pada kebijakan dan pertimbangan LKS. (Nurhasanah &
Adam, 2017, p. 52)
Selanjutnya, uang muka dalam murabahah, telah diatur
dalam Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang
Muka dalam Murabahah sebagai berikut:
26
a) Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) dibolehkan untuk memninta uang muka
apabila kedua belah pihak bersepakat.
b) Besar jumlah uang muak ditentukan bedasarkan
kesepakatan.
c) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah
harus memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka
tersebut.
d) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS
dapat meminta tambahan kepada nasabah.
e) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS
harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.
(Nurhasanah & Adam, 2017, p. 52)
Diskon dalam murabahah diatur dalam Fatwa DSN No.
16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang
disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai
(qimah) benda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi
maupun lebih rendah.
b) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan
biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan
kesepakatan.
c) Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari
supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon,
karena itu diskon merupakan hak nasabah.
d) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian
diskon tersebut dilakukan bedasarkan pejanjian
(persetujuan) yang dimuat dalam akad.
27
e) Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah
diperjanjikan dan ditandatangani (Nurhasanah & Adam,
2017, p. 52)
e. Aplikasi Pembiayaaan Murabahah dalam Bank Syariah
1) Penggunaan Akad Murabahah
a) Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan
yang sering diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada
umumnya digunakan dalam transaksi jual beli barang
investasi dan barang-barang yang diperlukan oleh individu.
b) Jenis penggunaan pembiayaan murabahah lebih sesuai
untuk pembiayaan investasi dan konsumsi. Dalam
pembiayaan investasi, akad murabahah sangat sesuai
karena ada barang yang akan diinvestasikan oleh nasabah
atau akan ada barang yang menjadi objek investasi. Dalam
pembiayaan konsumsi, biasanya barang yang akan
dikonsumsi oleh nasabah jelas dan terukur.
c) Pembiayaan murabahah kurang cocok untuk pembiayaan
modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.
(Ismail, 2013, p. 140)
2) Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual beli
a) Emas, jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual
beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh
(mubah ja‟iz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang
resmi (uang). (DSN, Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-
MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai,
2010, p. 11)
b) Rumah.
c) Kendaraan bermotor dan/atau alat transportasi.
d) Pembelian alat-alat industri.
e) Pembelian pabrik, gudang, dan aset tetap lainnya.
28
f) Pembelian aset yang tidak bertentangan dengan syariah
Islam. (Ismail, 2013, p. 141)
3) Bank
a) Bank berhak menentukan dan memilih supplier dalam
pembelian barang. Bila nasabah menunjuk supplier lain,
maka bank syariah berhak melakukan penilaian terhadap
kriteria supplier untuk menentukan kelayakannya sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh bank syariah.
b) Bank menerbitkan Purchase Order (PO) sesuai dengan
kesepakatan antara bank syariah dan nasabah agar barang
dikirimkan ke nasabah.
c) Cara pembayaran yang dilakukan oleh bank syariah yaitu
dengan mentransfer langsung pada rekening supplier/
penjual, bukan kepada rekening nasabah. (Ismail, 2013, p.
141)
4) Nasabah
a) Nasabah harus sudah cakap menurut hukum, sehingga
dapat melaksanakan transaksi.
b) Nasabah memiliki kemauan dan kemampuan dalam
melakukan pembayaran. (Ismail, 2013, p. 142)
5) Supplier
a) Supplier adalah orang atau badan hukum yang
menyediakan barang sesuai permintaan nasabah.
b) Supplier menjual barangnya kepada bank syariah,
kemudian bank syariah akan menjual barang tersebut
kepada nasabah.
c) Dalam kondisi tertentu, bank syariah memberikan kuasa
kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam akad. Purchase
Order (PO) atas pembelian barang tetap diterbitkan oleh
bank syariah, dan pembayarannya tetap dilakukan oleh
29
bank kepada supplier. Namun penyerahan barang dapat
dilakukan langsung oleh supplier kepada nasabah atas
kuasa dari bank syariah. (Ismail, 2013, p. 142)
6) Harga
a) Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual
beli antara bank syariah dan nasabah dan tidak dapat
berubah selama masa perjanjian.
b) Harga jual bank syariah merupakan harga jual yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
c) Uang muka (urbun) atas pembelian barang yang dilakukan
oleh nasabah (bila ada), akan mengurangi jumlah piutang
murabahah yang akan diangsur oleh nasabah. Jika
transaksi murabahah dilaksanakan, maka urbun diakui
sebagai bagian dari pelunasan piutang murabahah
sehingga akan mengurangi jumlah piutang murabahah.
Jika transaksi murabahah tidak jadi dilaksanakan (batal),
maka urbun (uang muka) harus dikembalikan kepada
nasabah setelah dikurangi dengan biaya yang telah
dikeluarkan oleh bank syairah. (Ismail, 2013, p. 142)
7) Jangka waktu
a) Jangka waktu pembiayaan murabahah, dapat diberikan
dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai
dengan kemampuan pembayaran oleh nasabah dan jumlah
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
b) Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah
satu pihak. Bila terdapat perubahan jangka waktu, maka
perubahan ini harus disetujui oleh bank syariah maupun
nasabah. (Ismail, 2013, p. 143)
8) Lain-lain
a) Denda atas tunggakan nasabah (bila ada), diperkenankan
dalam aturan perbankan syariah dengan tujuan untuk
30
mendidik nasabah agar disiplin dalam melakukan angsuran
atas piutang murabahah. Namun pendapatan yang
diperoleh bank syariah karena denda keterlambatan
pembayaran angsuran piutang murabahah tidak boleh
diakui sebagai pendapatan operasional, akan tetapi
dikelompokan dalam pendapatan non halal, yang
dikumpulkan dalam suatu rekening tertentu atau
dimasukan dalam titipan (kewajiban lain-lain). Titipan ini
akan disalurkan untuk membantu masyarakat ekonomi
lemah, misalnya untuk bantuan bencana alam, beasiswa
untuk murid yang kurang mampu, dan pinjaman tanpa
imbalan untuk pedagang kecil.
b) Bila nasabah menunggak terus, dan tidak mampu lagi
membayar angsuran, maka penyelesaian sengketa ini dapat
dilakukan melalui musyawarah. Bila musyawarah tidak
tercapai, maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada
pengadilan agama. (Ismail, 2013, p. 143)
2. Akad Rahn
a. Pengertian Rahn
Ar-rahn atau rahn merupakan perjanjian penyerahan barang
yang digunakan sebagai angunan untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan. Beberapa ulama mendefenisikan rahn sebagai harta
yang oleh pemiliknya digunakan sebagai jaminan utang yang
bersifat mengikat. Rahn juga diartikan sebagai jaminan terhadap
utang yang mungkin dijadikan sebagai pembayar kepada pemberi
utang baik seluruhnya atau sebagian apabila pihak yang berutang
tidak mampu melunasinya. (Ismail, 2013, p. 209)
Dalam Islam, rahn diperbolehkan berdasarkan al-Quran
dan hadis Rasulullah SAW. Rahn atau jaminan itu dapat dijual
atau dihargai apabila dalam waktu yang telah diperjanjikan oleh
31
kedua pihak, tidak dapat dilunasi. Hak pemberi pinjaman akan
muncul pada saat debitur tidak mampu melunasi kewajibannya.
Akad rahn diperbolehkan karena banyak kemaslahatannya (faedah
atau manfaat) yang terkandung dalam rangka hubungan antar
sesama manusia. (Ismail, 2013, pp. 209-210)
Rahn (gadai), untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Baang yang
digadaikan wajib memenuhi kriteria:
1) Milik nasabah sendiri.
2) Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan bedasarkan nilai
rill pasar.
3) Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
(Suwiknyo, 2010, p. 20)
b. Landasan Syariah Rahn
Landasan syariah tentang Rahn, bedasarkan Fatwa DSN
Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
1) Firman Allah QS. Al-Baqarah [2]:283
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah
tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh
seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
32
orang yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan
2) Al-Hadits
عنها قا ت شترى رسول للو الله صلى الله عليه من عن عائش رض [ خاري]رو ه هودي طعاما ورهنه درعه.
Artinya: Dari 'Aisyah RA berkata: "Rasulullah SAW membeli
makanan dari orang Yahudi secara angsuran dan
menjaminnya dengan menggadaikan baju besi Beliau". (HR.
al-Bukhari) (Bukhari, 1987, juz 3, p. 187, hadits 2.513)
رة عنه قال: قال رسول الله صلى الله عن أ هر للو رض
هن ر ب نفقته إذ ان مرهونا و ن دور عله وسلم: رو
شرب نفقته إذ ان مرهونا وعلى وذي ر ب وشرب
]رو ه خاري[ نوفق .
Artinya:Dari Abu Hurairah RA berkata; Rasulullah SAW
bersabda: "(Hewan) boleh dikendarai jika digadaikan dengan
pembayaran tertentu, susu hewan juga boleh diminum bila
digadaikan dengan pembayaran tertentu, dan terhadap
orangyang mengendarai dan meminum susunya wajib
membayar". (HR. al-Bukhari) (Bukhari, 1987, juz 3, p. 187,
hadits 2.512)
c. Rukun dan syarat Rahn
Transaksi rahn antara nasabah dengan bank syariah/
lembaga keuangan syariah akan sah apabila memenuhi rukun dan
syarat yang telah ditentukan sesuai syariat Islam.
1) Rahin (nasabah)
Nasabah harus cakap bertindak hukum, baligh, dan berakal.
2) Murtahin (Bank syariah/ Lembaga keuangan syariah)
Bank atau lembaga keuangan syariah yang menawarkan
produk rahn sesuai dengan prinsip syariah.
3) Marhun Bih (Pembiayaan)
33
Pembiayaan yang diberikan oleh murtahin harus jelas dan
spesifik, wajib dikembalikan oleh rahin. Dalam hal rahin tidak
mampu mengembalikan pembiyaan yang telah diterima dalam
waktu yang telah diperjanjikan, maka barang jaminan dapat
dijual sebagai sumber pembayaran.
4) Marhun (Barang jaminan)
Marhun atau al-marhun merupakan barang yang digunakan
sebagai agunan, harus memenuhi syarat sebgai berikut:
a) Agunan harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan
pembiayaan.
b) Agunan harus bernilai dan bermanfaat menurut ketentuan
syariah.
c) Agunan harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik.
d) Agunan itu harus milik sendiri dan tidak bertebaran di
beberapa tempat.
e) Agunan harus dapat diserahterimakan baik secara fisik
maupun manfaatnya. (Ismail, 2013, pp. 210-211)
d. Skema Rahn
Dalam skema rahn menggambarkan mekanisme transaksi
rahn dalam bank syariah atau lembaga keuangan syariah
3) Pencarian pembiayaan
2) Akad pembiayaan
4) pembayaran + biaya
1) Penyerahan jaminan
Gambar 2.2
Rahn
Marhun Bih
Pembiayaan
Marhun
Jaminan
Rahin
Nasabah
Murtahin Bank
Syariah
34
Keterangan:
1) Nasabah menyerahkan jaminan (marhun) kepada bank syariah
(murtahun). Jaminan ini merupakan barang bergerak.
2) Akad pembiayaan dilaksanakan antara rahin (nasabah) dan
murtahin (bank syariah).
3) Setelah kontrak pembiayaan ditandatangani, dan angunan
diterima oleh bank syariah, maka bank syariah mencairkan
pembiayaan.
4) Rahin melakukan pembayaran kembali ditambah dengan fee
yang telah disepakati. Fee ini berasal dari sewa tempat dan
biaya untuk pemeliharaan angunan. (Ismail, 2013, pp. 211-
212)
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang mendekati dengan penelitian yang penulis
lakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Elsa Elviana yaitu mahasiswi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang (2015) dalam bentuk tugas
akhir yang dipublikasikan dengan judul Analisis Terhadap Akad Pada
Produk BSM Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang
Semarang. Menyimpulkan bahwa mekanisme BSM pembiayaan cicil emas di
BSM Kantor Cabang Semarang terdiri dari beberapa tahapan mulai dari
syarat pengajuan, penilaian agunan, pemutusan pembiyaaan, pelaksanaan
akad dan pencairan pembiayaan. Dalam proses pembiayaan cicil emas
berpedoman pada Fatwa No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas
Secara Tidak Tunai. Akad yang digunakan dalam produk BSM Cicil Emas
adalah akad murabahah. BSM berpedoman pada DSN MUI No: 04/DSN
MUI/IV/2000 tentang murabahah. Pengikatan agunan atau emas
menggunakan akad rahn (gadai) dimana bank menangguhkan emas selama
kurun waktu yang telah disepakati sesuai dengan Fatwa DSN-MUI No:
26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn. (Elviana, 2015, p. 64)
35
Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Elsa Elviana adalah
penelitian Elsa Elviana menjelaskan tentang mekanisme produk cicil emas
serta menjelaskan lebih dalam mengenai akad yang digunakan dalam produk
cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Semarang. Elsa
Elviana memaparkan kesesuaian pelaksanaan akad murabahah dengan fatwa
DSN MUI No: 04/DSNMUI/IV/2000 tentang murabahah. Kesesuaian
pelaksanaan akad rahn dengan fatwa DSN-MUI No: 26/DSN-MUI/III/2002
tentang rahn. Dalam penelitian penulis juga meneliti pelaksanaan cicil emas
dan kesesuaian pelaksanaannya dengan fatwa DSN-MUI No:77/DSN-
MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai. Perbedaannya
adalah penulis lebih meneliti secara detail proses pelaksanaan yang dijalankan
oleh petugas cicil emas dan lebih dominan menganalisis kesesuaian
pelaksanaan cicil emas dengan fatwa DSN-MUI No:77/DSN-MUI/V/2010
tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.
Penelitian relevan selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan Indra
Suwanda (2018) dalam bentuk skripsi yang dipublikasikan dengan judul
Analisis Implementasi Fatwa DSN-MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang
Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Pada PT. Pegadaian Syariah UPS
Way Halim Bandar Lampung). (Suwanda, 2018). Kesimpulan penelitian
Indra Suwanda adalah, jual beli emas secara tidak tunai pada PT. Pegadaian
Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung implementasinya sudah sesuai
dengan Fatwa DSN-MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010. Karena harga emas
selama dalam masa angsuran tidak mengalami kenaikan, dan emas selama
dalam masa cicilan oleh nasabah akan ditahan oleh pihak pegadaian, serta
tidak bisa dijadikan objek akad lain oleh PT. Pegadaian Syariah UPS Way
Halim maupun oleh nasabah. (Suwanda, 2018, p. 95)
Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Indra Suwanda ini
adalah penelitian Indra Suwanda selain meneliti implementasi fatwa DSN-
MUI Nomor 77/DSN-MUI/V/2010. Dalam hal alasan memilih judul Indra
Suwanda memaparkan adanya perbedaan pendapat tentang hukum boleh atau
tidaknya melakukan transaksi jual beli emas secara tidak tunai sehingga
36
menarik untuk menganalisis hukum jual beli emas secara tidak tunai tersebut
dengan melihat dari fatwa DSN-MUI No. 77/DSNMUI/V/2010 dan melihat
bagaimana implementasinya di PT Pegadaian Syariah UPS Way Halim
Bandar Lampung. Sementara dalam penelitian penulis alasan pemilihan judul
karena berdasarkan data yang penulis dapat dari wawancara awal dengan
petugas cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar.
Bahwa produk cicil emas selalu mengalami kenaikan setiap semesternya,
maka dari itu penulis ingin melihat bagaimana pelaksanaan dan strategi
seperti apa yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar dalam pelaksanaan produk cicil emas tersebut. Melihat apakah
dalam pelaksanaan tersebut sudah mengikuti aturan dalam fatwa DSN-MUI
No. 77/DSNMUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.
Penelitian relevan selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Abdul
Rahman Ramli dalam bentuk naskah artikel publikasi dengan judul Jual Beli
Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa Dsn-Mui No. 77/DSN-
MUI/V/2010). Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa Mengenai alasan
diperbolehkannya jual beli emas secara tidak tunai dalam fatwa DSN-MUI
No:77/DSNMUI/V/2010, DSN-MUI menafsirkan hadis Nabi Saw tentang
jual beli emas secara kekinian (kontekstual) ini dapat dilihat dari pendapat
DSN-MUI yang menyatakan bahwa emas dan perak adalah barang (sil‟ah)
yang dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan lagi ṡaman
(harga, alat pembayaran, uang). Sehingga menjadikan hasil dari istinbāṭ
hukum DSN-MUI dalam jual beli emas secara tidak tunai dihukumi mubāḥ,
dengan syarat selama emas tidak jadi alat tukar yang resmi (uang), baik
melalui jual beli biasa maupun jual beli murābaḥah. (Ramli, 2015, p. 17)
Penelitian Abdul Rahman Ramli di atas jelas berbeda dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu dalam penelitian ini penulis meneliti kesesuain
pelaksanaan cicil emas bedasarkan fatwa DSN-MUI
No:77/DSNMUI/V/2010, bukan membahas mengenai hukum boleh atau
tidaknya jual beli emas secara cicil/ tidak tunai seperti penelitian Rahman
Ramli tersebut.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field reasecrh atau penelitian lapangan yang
dilakukan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah motode kualitatif yaitu jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara
holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiarto, 2015, p. 8).
Metode kualitatif ini akan menggambarkan pelaksanaan cicil emas pada PT.
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar.
B. Latar dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar, yaitu bertempat di Jl. Soekarno-Hatta No 13,
Kelurahan Sigarunggung Batusangkar Kabupaten Tanah Datar.
Waktu yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini lima
bulan yaitu dari bulan Juli-Oktober 2019, dengan rincian kegiatan seperti
yang tercantum pada tabel berikut:
38
Tabel 3.1
Rencana Jadwal Penelitian
No Aktifitas
Penelitian Juli Agustus September Oktober
1. Pembuatan
proposal √
2. Pengumpulan
bahan √
3. Kajian teori dan
metode
penelitian
√
4. Bimbingan
proposal
√
5. Seminar
proposal
√
6. Bimbingan siap
proposal
√
7. Penelitian √
8. Mengolah hasil
penelitian
√
9.
Bimbingan
penelitian
√
10. Munaqasyah √
C. Instrumen Penelitian
Instrumen pertama yang penulis butuhkan dalam penelitian ini yaitu
pedoman wawancara. Sementara instrumen pendukung dalam penelitian ini
yaitu alat perekam, dan dokumen pembiayaan cicil emas nasabah di
antaranya: formulir permohonan cicil emas, Surat Bukti Kepemilikan Emas
(SBKE), dan brosur cicil emas.
D. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu Hilga
Ingriyani Putri selaku Pawning Staff yaitu, pelaksana penaksir gadai yang
melayani nasabah transaksi gadai emas dan cicil emas. Sumber data
39
sekunder adalah dokumen pembiayaan cicil emas nasabah dari PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar yang dianggap perlu.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan guna untuk menunjang
penelitian ini, maka teknik yang penulis gunakan adalah:
1. Wawancara.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung kepada responden untuk memperoleh
informasi verbal dari responden. Hasil dari wawancara sangat subjektif.
(Wijaya, 2013, p. 27)
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara terstruktur
menggunakan daftar pertanyaan wawancara, atau interview dengan
pegawai/ karyawan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar yang bersangkutan yaitu Hilga Ingriyani Putri selaku
Pawning Staff di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi juga diperlukan yaitu
berupa dokumen pembiayaan cicil emas nasabah diantaranya: formulir
permohonan cicil emas, Surat Bukti Kepemilikan Emas (SBKE), dan
brosur cicil emas.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
bedasarkan data yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian kualitatif
dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan
setelah selesai di lapangan. Adapun teknik analisis data yang penulis
gunakan yaitu analisis data lapangan model Miles dan Huberman dengan
tahapan sebagai berikut:
40
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksikan
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pelaksanaan cicil
emas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangakar,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Display Data (Penyajian Data)
Display Data ini dilakukan dengan melihat keseluruhan data yang
diperoleh selama penelitian terkait dengan pelaksanaan cicil emas pada
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar. Data disajikan
dalam bentuk teks naratif untuk menjelaskan proses yang terjadi dari
sejak ditandatanganinya akad murabahah sampai pada saat penyerahan
emas nantinya dari PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar kepada nasabah cicil emas yang bersangkutan. Dari data
yang telah disajikan, diolah berdasarkan teori-teori yang telah
dikemukakan sebelumnya untuk memperoleh gambaran lebih jelas dan
dapat ditarik kesimpulan.
3. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)
Data yang telah diolah, diklarifikasikan untuk ditarik kesimpulan
mengenai pelaksanaan cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar. (Sugiyono, 2018, p. 24)
G. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Teknik penjamin keabsahan data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam menguji
kredibilitas sebagi pengecekan data dari berbagai sumber, cara, dan waktu,
triangulasi dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
41
2. Triangulasi teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
Pengambilan data harus disesusikan dengan kondisi narasumber.
(Suhartanto, 2014, p. 32)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan trianggulasi teknik dengan
arti peneliti menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pada awalnya
penulis memperoleh data dari hasil wawancara dengan Hilga Ingriyani Putri
selaku Pawning Staff (petugas cicil emas), lalu dicek dengan data dokumen-
dokumen pembiayaan cicil emas. Bila dengan kedua teknik pengujian
mengasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar
Lahirnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah memberi
peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di
Indonesia. Ditambah juga dengan adanya UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Undang-undang tersebut menjadikan bank berpeluang
untuk beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka
cabang khusus syariah.
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak Tahun 1999, sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter
sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk
dipanggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif
yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak
terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan
nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis
luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukrisasi dan merekapitulasi sebagian bank-bank Indonesia.
PT. Bank Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Bank Syariah Mandiri
hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih
baik. (Dokumen PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar)
43
Seiring berjalannya waktu, pada awal tahun tepatnya pada tanggal
1 Maret Tahun 2010 telah hadir di Kota Batusangkar salah satu bank yang
berbasis syariah, untuk memperlancar pertumbuhan ekonomi masyarakat
Kabupaten Tanah Datar, karena mayoritas penduduk Kabupaten Tanah
Datar menganut agama Islam. Untuk itu, Bank Syariah Mandiri hadir
melakukan penghimpunan uang dalam bentuk tabungan dan pembiayaan
yang berbasis syariah.
Secara global yang manjadi target bagi Bank Syariah Mandiri ini di
dirikan adalah dalam rangka menciptakan perekonomian yang sehat dan
terbebas dari paham konvensional yang sebelumnya mengalami
kemerosotan dan kemunduran yang cukup memprihatinkan. Sedangkan
secara spesifiknya, Bank Syariah Mandiri ini hadir di tengah-tengah
masyarakat Kabupaten Tanah Datar untuk mengajak masyarakat
mengenali produk-produk yang berbasis syariah, yang tidak
menggunakan prinsip bunga melainkan menerapkan sistem bagi hasil.
Bank Syariah Mandiri kantor kas Batusangkar yang merupakan cabang
kantor kas dari Bank Syariah Mandiri Bukittinggi, pada awalnya berupa
kantor cabang yang dipimpin oleh bapak Ahmad Rajab Afandi dengan
jumlah karyawan sebanyak 6 orang yang terdiri dari:
a. 1 orang pimpinan
b. 1 orang customer service
c. 1 orang teller
d. 1 orang office boy (OB)
e. 2 orang security.
(Dokumen PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar)
Bank Syariah Mandiri pada bulan Maret 2012, naik grade menjadi
Kantor Cabang Pembantu Batusangkar dipimpin oleh bapak Zulveri
dengan jumlah karyawan sebanyak 24 orang. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Batusangkar memiliki tujuan untuk
memperlancar pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Tanah Datar
44
khususnya. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Batusangkar
didirikan di kota Batusangkar atas pertimbangan karena kultur
masyarakat beragama Islam. Selain itu, jika dilirik dari kegiatan
perekonomian masyarakat yang mayoritas bermata pencarian sebagai
petani dan pedagang. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan modal
kerja biasanya para petani dan pedagang serta masyarakat lainnya tentu
jelas membutuhkan jasa perbankan, sehingga dengan didirikannya Bank
Syariah Mandiri di Kota Batusangkar yang menawarkan produk-produk
yang berbasis syariah, maka diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat
bagi masyarakat setempat dalam mengatasi masalah financial atau
keuangan.
Kondisi masyarakat yang mayoritas beragama Islam, setidaknya
dapat mempermudah bagi Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Batusangkar dalam mensosialisasikan produk syariahnya
kepada masyarakat setempat dan dapat juga mempermudah masyarakat
untuk bergabung melakukan transaksi ke Bank Syariah Mandiri,
masyarakat dapat berpartisipasi dengan bank syariah. Dengan demikian,
akan memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi yang terhindar
dari praktik ribawi sekaligus beribadah di dalamnya. Untuk perubahan
menjadi Kantor Cabang, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar, disesuaikan oleh kantor pusat. Karena semua Kantor
Cabang Pembantu memang sudah diubah menjadi Kantor Cabang.
(Dokumen PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar)
2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar
a. Visi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
”Bank syariah terdepan dan modern”
Bank Syariah Terdepan
45
Menjadi bank syariah yang selalu unggul di antara pelaku
industri perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer,
micro, SME, commercial dan corporate.
Bank Syariah Modern
Menjadi bank syariah dengan sistem layanan dan teknologi
mutakhir yang melampaui harapan nasabah.
(https://www.mandirisyariah.co.id/tentang-kami/vivi-misi).
b. Misi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan
2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi
yang melampaui harapan nasabah
3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen ritel
4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal
5) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat
6) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
(https://www.mandirisyariah.co.id/tentang-kami/vivi-misi).
3. Produk-Produk PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar
Jenis-jenis produk yang tersedia di PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar, di antaranya:
a. Tabungan
1) Tabungan Mudharabah
Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan
setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di
konter BSM atau melalui ATM
46
Fitur dan Biaya:
a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah
muthlaqah
b) Bagi hasil yang kompetitif
c) Online di seluruh outlet BSM
d) Fasilitas Mandiri Syariah Debit yang berfungsi sebagai kartu
ATM & debit dan kartu potongan harga di merchant yang
telah bekerjasama dengan Bank Syariah Mandiri
e) Fasilitas e-Banking, yaitu Mandiri Syariah Mobile & Net
Banking
f) Gratis penarikan uang di mesin ATM Bank Mandiri dan
Bank Syariah Mandiri
g) Minimum setoran awal: Rp100.000 (perorangan) dan
Rp1.000.000 (non-perorangan)
h) Minimum setoran berikutnya: Rp10.000
i) Saldo minimum: Rp50.000
j) Biaya tutup rekening: Rp20.000
k) Biaya administrasi Rp10.000
Manfaat:
a) Aman dan terjamin
b) Kemudahan bertransaksi di seluruh outlet Bank Syariah
Mandiri
c) Kemudahan bertransaksi di manapun saja dengan
menggunakan layanan e-banking
d) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.
Syarat:
a) Perorangan:
(1) Warga Negara Indonesia: KTP dan Nomor Peserta Wajib
Pajak (NPWP)
47
(2) Warga Negara Asing: Passpor, Kartu Izin Menetap
Sementara (KIMS/KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP).
b) Non-Perorangan Badan Hukum:
(1) Daftar susunan pengurus dan Bukti diri/identitas
pengurus berupa fotokopi KTP/KITAS/Paspor seluruh
pengurus sesuai dengan Anggaran Dasar yang masih
berlaku.
(2) Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Badan berikut
perubahan terakhir
(3) Akta Pendirian/Anggaran Dasar Koperasi berikut
perubahannya sampai dengan yang terakhir/terkini yang
telah disahkan oleh Kementrian Koperasi/OJK (khusus
untuk Koperasi)
(4) Dokumen perijinan usaha sesuai jenisnya
(5) Surat keterangan domisili
(6) SITU/Surat Izin Tempat Usaha
(7) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
(8) NPWP/ Nomor Peserta Wajib Pajak
(9) Surat penunjukkan khusus sebagai Kepala Cabang atau
Kepala Bagian Keuangan /Bendaharawan dari suatu
Perusahaan /Badan/Instansi jika diperlukan
(10) Surat pernyataan FATCA khusus untuk US Indicia
(Indikasi warga Negara AS)
(11) Laporan Keuangan atau deskripsi kegiatan usaha.
c) Non perorangan Non Badan Hukum:
(1) Akte Pendirian dan Anggaran Dasar berikut perubahan
terakhir
(2) Khusus untuk Firma/Commanditer Venootschap (CV),
dilengkapi dengan Surat Tanda Bukti Pendaftaran di
48
Pengadilan Negeri tempat Firma/Commanditer
Venootschap (CV) didirikan
(3) Dokumen perijinan usaha sesuai jenisnya
(4) SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
(5) NPWP/ Nomor Peserta Wajib Pajak
(6) Laporan Keuangan atau deskripsi kegiatan usaha
(7) Daftar susunan pengurus Badan berikut bukti identitas diri
yang sah dan masih berlaku
(8) Surat pernyataan FATCA khusus untuk US Indicia
(Indikasi warga Negara AS)
(9) Surat penunjukkan khusus sebagai Kepala Cabang atau
Kepala Bagian Keuangan/Bendaharawan dari suatu
Perusahaan/ Badan/Instansi jika diperlukan.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-mudharabah).
2) Tabungan Berencana
Tabungan Berencana adalah tabungan berjangka yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian
pencapaian target dana yang telah ditetapkan.
Fitur:
a) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah.
b) Bagi hasil yang kompetitif.
c) Periode tabungan 1 sampai dengan 10 tahun.
d) Usia nasabah minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun saat
pembukaan rekening.
e) Setoran bulanan minimal Rp. 100.000.
f) Target dana minimal Rp. 1.200.000 dan maksimal Rp.
200.000.
g) Jumlah setoran bulanan dan periode tabungan tidak dapat
diubah.
h) Tidak dapat menerima setoran di luar setoran bulanan.
49
i) Saldo tabungan tidak bisa ditarik.
j) Apabila ditutup sebelum jatuh tempo (akhir masa kontrak)
akan dikenakan biaya administrasi.
Syarat:
a) KTP nasabah.
b) Memiliki rekening tabungan/ giro sebagai rekening asal
(source account).
Manfaat:
a) Kemudahan perencanaan keuangan nasabah jangka panjang.
b) Mendapatkan perlindungan asuransi secara gratis dan
otomatis tanpa pemeriksaan kesehatan.
c) Memperoleh jaminan pencapaian target dana.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-berencana).
3) Tabungan Wadiah
Tabungan Wadiah adalah tabungan dalam mata uang
rupiah berdasarkan prinsip Wadiah Yad Dhamanah yang
penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam
kas dibuka di konter Mandiri Syariah.
Manfaat:
a) Gratis biaya administrasi bulanan.
b) Gratis biaya tarik tunai di seluruh mesin ATM Bank Mandiri.
c) Online di seluruh outlet Bank Syariah Mandiri.
d) Kemudahan bertransaksi dimanapun dengan menggunakan
layanan Mandiri Syariah Mobile dan Internet Banking.
e) Dilengkapi dengan kartu ATM yang dapat digunakan di
seluruh jaringan Mesin ATM Mandiri, Bersama, Prima.
f) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.
Fitur dan biaya
a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah Yad
Dhamanah
50
b) Fasilitas Mandiri Syariah Debit, yang berfungsi sebagai kartu
ATM & debit dan kartu potongan harga di merchant yang
telah bekerjasama dengan Bank Syariah Mandiri
c) Fasilitas e-Banking, yaitu Mandiri Syariah Mobile dan Net
Banking.
d) Minimum setoran awal: Rp100.000 (perorangan) dan
Rp1.000.000 (non-perorangan)
e) Minimum setoran berikutnya Rp10.000
f) Saldo minimum Rp50.000 Biaya tutup rekening Rp20.000
g) Gratis penarikan uang di mesin ATM Bank Mandiri dan Bank
Syariah Mandiri
h) Gratis biaya administrasi
i) Gratis biaya kartu ATM GPN
Syarat:
a) Warga Negara Indonesia: KTP dan NPWP
b) Warga Negara Asing: Paspor, Kartu Izin Menetap Sementara
(KIMS/KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP).
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-wadiah).
4) Tabungan Investa Cendekia
Tabungan Investa cendekia adalah tabungan berjangka
dengan setoran bulanan tetap yang didesain untuk mempersiapkan
dana pendidikan putra atau putri anda di masa depan.
Fitur:
a) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthlaqah.
b) Jangka waktu tabungan 1 sampai dengan 20 tahun.
c) Usia nasabah minimal 17 tahun dan maksimal 55 tahun
(usia saat jatuh tempo tidak melebihi 60 tahun).
d) Nilai setoran bulanan minimal Rp. 100.000 dan maksimal
Rp. 10.000.000 (source account).
Manfaat:
51
a) Bagi hasil yang kompetitif.
b) Dapat melakukan penyetoran di luar setoran bulanan yang
telah ditetapkan.
c) Jumlah setoran bulanan dan jangka waktu tabungan tidak
dapat diubah.
Syarat:
a) Kartu identitas: KTP nasabah.
b) Memiliki rekening tabungan atau giro di BSM sebagai
rekening Kemudahan perencanaan keuangan masa depan,
khususnya untuk biaya pendidikan putra atau putri.
c) Mendapatkan perlindungan asuransi secara otomatis, tanpa
melalui pemeriksaan kesehatan.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan- investa-cendekia).
5) Tabungan Dollar
Tabungan Dollar adalah tabungan dalam mata uang Dollar
(USD) yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat
atau sesuai ketentuan BSM.
Fitur dan biaya:
a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadi‟ah yad
dhamanah.
b) Minimum setoran awal USD 100. c) Saldo minimum uang
Dollar (USD) 100. d) Biaya administrasi maksimum USD 0,5
dan dapat mengurangi saldo minimal. e) Biaya tutup rekening
USD 5.
Syarat:
a) KTP nasabah.
b) Nomor Peserta Wajib Pajak (jika ada).
Manfaat:
a) Dana (USD) aman dan tersedia setiap saat.
b) Online di seluruh cabang BSM.
52
c) Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan BSM.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-dollar)
6) Tabungan Pensiun
Tabungan Pensiun adalah simpanan dalam mata uang
rupiah berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-
syarat dan ketentuan yang disepakati. Produk ini merupakan hasil
kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi
pensiunan pegawai negeri Indonesia.
Fitur:
a) Dikelola dengan prinsip mudharabah mutlaqah.
b) Bagi hasil bersaing.
Manfaat:
a) Membantu pengelolaan keuangan nasabah.
b) Bagi hasil bersaing.
c) Biaya administrasi ringan.
d) Pembukaan rekening dapat dilakukan di seluruh jaringan
BSM.
Syarat:
a) Pensiunan dan calon pensiunan Pegawai Negeri Sipil, Pejabat
Negara, Hakim, TNI dan Polri.
b) Penerima tunjangan yang dibayarkan oleh PT. Taspen, yaitu:
Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI)
dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
c) Fotokopi KTP. (https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-pensiun).
7) Tabunganku
Tabunganku adalah tabungan untuk perorangan dengan
persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama
53
oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya
menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Fitur dan biaya:
a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadi‟ah yad
dhamanah.
b) Setoran awal pembukaan rekening minimum Rp. 20.000
(tanpa ATM) dan Rp. 80.000 (dengan ATM).
c) Setoran tunai selanjutnya minimum Rp. 10.000.
d) Saldo minimum rekening (setelah penarikan) adalah Rp.
20.000 (tanpa ATM) dan Rp. 50.000 (dengan ATM).
e) Jumlah minimum penarikan di counter teller sebesar
Rp. 100.000 kecuali pada saat penutupan rekening.
f) Bebas biaya administrasi rekening.
g) Biaya pemeliharaan Kartu TabunganKu Rp. 2.000 (bila ada).
h) Biaya penutupan rekening atas permintaan nasabah Rp.
20.000.
i) Biaya ganti buku karena hilang atau rusak atau sebab lainnya
sebesar Rp. 0.
j) Rekening dormant (tidak ada transaksi selama 6 bulan
berturut-turut).
k) Biaya pinalti Rp. 2.000 per bulan.
l) Apabila saldo rekening mencapai Rp. 20.000, maka rekening
akan ditutup oleh sistem dengan biaya penutupan rekening
sebesar sisa saldo.
Syarat: KTP nasabah
Manfaat:
a) Aman dan terjamin.
b) Online di seluruh outlet BSM.
c) Bonus.
d) Fasilitas Kartu Tabungan Ku yang berfungsi sebagai kartu
ATM dan debit.
54
e) Fasilitas e-Banking, yaitu BSM Mobile Banking dan BSM Net
Banking.
f) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabunganku).
8) Tabungan Mabrur
Tabungan Mabrur BSM adalah tabungan dalam mata uang
rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
Fitur:
a) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah
muthlaqah.
b) Tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji atau Umrah (BPIH).
c) Setoran awal minimal Rp. 100.000.
d) Setoran selanjutnya minimal Rp. 100.000.
e) Saldo minimal untuk didaftarkan ke Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) adalah Rp.
25.000.000 atau sesuai ketentuan dari Kementerian Agama.
f) Biaya penutupan rekening karena batal Rp. 25.000.
Syarat: KTP nasabah.
Manfaat:
a) Aman dan terjamin.
b) Online dengan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji
Terpadu (SISKOHAT) Kementerian Agama untuk
kemudahan pendaftaran haji
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-mabrur).
9) Tabungan Mabrur Junior
Tabungan Mabrur Junior adalah tabungan dalam bentuk
mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji dan
umrah khusus untuk usia di bawah 17 tahun.
55
Fitur:
a) Berdasarkan prinsip syariah mudharabah muthalaqah.
b) Usia nasabah maksimal 17 tahun dan belum mempunyai
KTP.
c) Tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji atau Umrah (BPIH).
d) Setoran awal minimal Rp. 100.000 dan setoran selanjutnya
minimal Rp. 100.000.
e) Saldo minimal untuk didaftarkan ke Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) adalah Rp.
25.000.000 atau sesuai ketentuan dari Kementrian Agama.
f) Notifikasi reminder saldo melalui email dan/ atau sms apabila
saldo sudah mencapai Rp. 25.000.000 atau sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di bank.
g) Bebas biaya pembukaan rekening dan biaya administrasi.
h) Apabila tabungan di tutup bukan karena penyetoran BPIH
dan pembayaran umrah dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000.
i) Online di seluruh outlet BSM.
Syarat:
a) KTP orang tua
b) akte kelahiran anak
c) NPWP/ Nomor Peserta Wajib Pajak orang tua
Manfaat:
a) Aman dan terjamin.
b) Kemudahan perencanaan keuangan untuk membantu
pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
c) Kemudahan pendaftaran haji melalui Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementrian
Agama.
56
d) Kemudahan dalam penyetoran ke rekening tabungan.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan- mabrur-junior.).
b. BSM Giro
BSM giro adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang
Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip wadi‟ah yad dhamanah.
Fitur dan biaya:
1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah yad dhamanah.
2) Setoran awal minimum Rp. 500.000 (perorangan) dan
Rp. 1.000.000 (non perorangan).
3) Saldo minimum Rp. 500.000 (perorangan) dan Rp. 1.000.000 (non
perorangan).
4) Biaya administrasi bulanan
a) perorangan: Rp. 15.000 (tanpa ATM) dan Rp. 17.000
(dengan ATM).
b) Perusahaan: Rp. 25.000.
5) Biaya tutup rekening: Pelanggaran Rp. 50.000 dan Permintaan
Sendiri Rp. 20.000.
6) Biaya buku cek atau giro: Rp. 100.000
Syarat:
1) Perorangan: KTP
2) Perusahaan:
a) KTP pengurus atau pejabat yang berwenang.
b) Akta Pendirian dan Akta Perubahan Perusahaan berikut
Pengesahan Perusahaan.
c) Anggaran Dasar Perusahaan.
d) Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) atau Ijin usaha dari instansi yang berwenang, Nomor
Peserta Wajib Pajak (NPWP), Surat Keputusan (SK) domisili.
57
Manfaat:
1) Dana aman dan tersedia setiap saat.
2) Kemudahan transaksi dengan menggunakan cek atau bilyet giro.
3) Fasilitas Intercity Clearing untuk kecepatan pembayaran inkaso
(kliring antar wilayah).
4) Fasilitas BSM Card, sebagai kartu ATM sekaligus debit (untuk
perorangan).
5) Fasilitas pengiriman account statement setiap awal bulan.
6) Bonus bulanan yang diberikan sesuai dengan kebijakan BSM.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/giro/bsm-
giro).
c. BSM Deposito
BSM deposito adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam
mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah
Muthlaqah untuk perorangan dan non perorangan.
Fitur dan biaya:
a) Jangka waktu yang fleksibel: 1, 3, 6 dan 12 bulan.
b) Dicairkan pada saat jatuh tempo.
c) Setoran awal minimum Rp. 2.000.000.
d) Biaya materai Rp. 6.000.
e) Biaya penarikan: Rp. 30.000 per rekening
Syarat:
a) Perorangan: KTP
b) Perusahaan:
(1) KTP pengurus atau pejabat yang berwenang.
(2) Akta Pendirian dan Akta Perubahan Perusahaan berikut
Pengesahan Perusahaan.
(3) Anggaran Dasar Perusahaan.
(4) Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) atau Ijin usaha dari instansi yang
58
berwenang, Nomor Peserta Wajib Pajak (NPWP), Surat
Keputusan (SK) domisili.
Manfaat:
a) Dana aman dan terjamin.
b) Pengelolaan dana secara syariah.
c) Bagi hasil yang kompetitif.
d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
e) Fasilitas Automatic Roll Over (ARO).
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/deposito/bsm-deposito).
Jasa-jasa Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:
a. Kliring
Kliring adalah penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank
tertariknya berada dalam satu wilayah kliring.
Karakteristik:
1) Hasil kliring dikreditkan ke rekening nasabah atau di transfer ke
rekening nasabah di bank lain.
2) Valuta rupiah.
3) Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah,
bila warkat tersebut ditolak bank tertarik, maka Bank Syariah
Mandiri tidak bertanggung jawab.
Manfaat:
1) Aman, nasabah dapat menerima pembayaran berupa warkat dari
clientnya tanpa harus menggunakan uang cash.
2) Nasabah tidak perlu melakukan penagihan sendiri.
Syarat:
1) Memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri.
2) Mengisi slip setoran.
3) Dikenakan biaya kliring BSM sesuai ketentuan Bank Syariah
Mandiri (https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/jasa-operasional/kliring).
59
b. Inkaso
Inkasi adalah penagihan warkat bank lain di mana bank
tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri,
hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.
Karakteristik:
1) Nasabah harus memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri.
2) Mata uang rupiah atau valuta asing lainnya
3) Hasil inkaso BSM dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer
ke rekening nasabah di bank lain.
4) Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah,
bila terjadi kesalahan atau keterlambatan hasil inkaso BSM, maka
Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab.
Manfaat:
1) Nasabah dapat menerima pembayaran warkat dari seluruh wilayah
Indonesia dan dari negara tertentu sesuai ketentuan Bank Syariah
Mandiri.
2) Nasabah tidak perlu melakukan penagihan sendiri.
Syarat:
1) Memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri.
2) Mengisi slip inkaso BSM.
3) Biaya inkaso rupiah Rp. 10.000 dan ditambah dengan biaya
koresponden.
4) Biaya inkaso luar negeri lihat SE tarif devisa.
(https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/jasa-
operasional/inkaso).
60
4. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
atusangkar
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar
Branch Manager
Nia Frihana
Micro Banking
Manager
Suwatril Anton
Analyst Micro
Rozy Hidayat
Mitra Micro
Bayu
Admin Micro
Rayanim
Junior Consumer Banking
Relationship Manager
Liva Darcia Astri
Branch Office And
Service manager
Nandi Anwar
General Support
Staff
Jefry Ikhwan
Pawning Staff
Hilga Ingriyani
Customer
Service
Lussy Firdaus
Office
Boy
Novebri
Sharia Funding
Executive
Rani Septiani
Sales Force
Boy Herman
Teller
Erik Fernando
Driver
Jefry Agus
Teller Kriya
Dian Ramadini
Micro Financing Sales
Vidi Rifardo
Edo Vio Nanda
Security
Irdianto
Ilfendi
Isman Fitrianto
61
Keterangan:
1. Branch Manager
Branch manager adalah struktur tertinggi di kantor cabang yang
bertanggung jawab atas keseluruhan berjalannya sistem operasional
perbankan di level kantor cabang dan membawahi keseluruhan manager,
baik bisnis maupun operasional. Kepala Kantor Cabang bertugas dalam
memimpin dan mengawasi jalannya pencapaian target bisnis perbankan
sehari-hari.
2. Branch Operation dan Service Manager (BOSM)
Tugas dari BOSM adalah bertanggung jawab terhadap kegiatan
operasional di cabang dan melakukan fungsi kontrol dan supervisi
terhadap pekerjaan teller, customer service dan satpam, membantu kepala
cabang, manager dalam pelaksanaan rencana kerja tahunan, rencana
operasional dan pelayanan dengan mengikuti aturan compliance dan
control serta menjalankan dan mengikuti rencana kerja tersebut,
bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional di cabang serta
dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan operational
serta memonitor penyelesaiannya. Melakukan maintenance dan
pemeriksaan harian untuk laporan CIF, pembukaan rekening, pelaporan
BI, line of business, verifikasi nasabah, neraca dan laba rugi.
3. Micro Banking Manager dan Micro Financing Sales
Micro banking manager dan micro financing sales bertugas untuk
menangani masalah pembiayaan yang diajukan oleh nasabah, seperti
pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah dan lain sebagainya.
4. Mitra Micro
Mitra micro bertugas melaksanakan penagihan sesuai target yang
dibebankan dalam menjaga kualitas pembiayaan mikro untuk nasabah
existing dengan kategori menunggak dan bermasalah pada level yang
ditetapkan.
62
5. Junior Consumer Banking Relationship Manager (JCBRM)
JCBRM tugasnya lebih diprioritaskan ke pencarian dana (funding)
dan penyaluran atau pemasaran dana (lending and consumer loan) di
bagian consumer yaitu pembiayaan implant, griya, oto dan pensiun.
6. Sharia Funding Executive (SFE)
Sharia funding executive yang bertugas mencari atau menghimpun
dana atau merekrut konsumen/nasabah untuk bank atau produk atau jasa
bank tempat ia bertugas.
7. Sales Force
Sales force bertugas mencari atau menghimpun dana atau merekrut
konsumen atau nasabah pensiun untuk bank atau produk atau jasa bank
tempat ia bertugas.
8. Customer Service
Customer service berfungsi sebagai staff pelaksana dari front office
yang bertugas untuk membuat segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelayanan nasabah sesuai dengan prinsip syariah.
9. Teller
Teller bertugas dalam penerimaan dan penarikan pembayaran uang
serta mengukur dan memelihara saldo atau posisi uang kas yang ada dalam
tempat khasanah bank dan dapat pula melakukan pekerjaan lain sesuai
dengan ketentuan atau policy perbankan.
10. General Support Staff
General support staff bertugas memastikan penyediaan kebutuhan
dan keamanan sarana dan prasarana kantor untuk mendukung kegiatan
operasional dan bisnis di branch office.
11. Office Boy
Office boy tugasnya seperti office boy pada umumnya membersikan
ruangan.
63
12. Driver
Driver tugasnya membantu karyawan apabila diperlukan untuk
keluar kantor mengenai pekerjaan.
13. Security (Petugas Keamanan Bank atau Menjaga Keamanan Bank).
Peningkatan kualitas dan teknologi perbankan ini dilakukan untuk
dapat mempermudah transaksi nasabah Bank Syariah Mandiri. Di samping
itu, marketing juga berperan baik itu dalam hal menangani pembiayaan,
penagihan nasabah, menjaga dan mengontrol keluar masuk pembiayaan
agar tetap pada angka standar yang menjadi ketentuan perbankan.
(Dokumen PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar)
64
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan Cicil Emas Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan
karyawan pawning staff (pelaksana penaksir gadai yang melayani nasabah
transaksi gadai emas dan cicil emas) PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar yang bernama Hilga Ingriyani Putri pada hari Senin
tanggal 16 September 2019. Penulis mendapatkan informasi bahwa
produk cicil emas adalah satu dari dua produk emas yang dimiliki oleh
PT. Bank Syariah Mandiri, yang juga sudah ada di PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Batusangkar sejak bulan September 2017. Produk
emas pertama yang dimiliki oleh PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar adalah produk cicil emas, yang kedua produk gadai
emas. Produk cicil emas adalah pembiayaan kepemilikan emas yang
menggunakan akad murabahah dan akad Rahn yang dapat dipasarkan
oleh seluruh branch atau area cabang PT. Bank Syariah Mandiri.
Besar pembiayaan cicil emas ini minimal 10 gram dan maksimal
pembiayaannya adalah Rp 150.000.000. Berdasarkan hasil wawancara
yang penulis lakukan dengan Hilga Ingriyani Putri selaku pawning staff,
alasan dibukanya produk cicil emas ini adalah untuk meningkatkan
volume bisnis bank dan juga untuk mempertegas akuntabilitas dalam
proses pemberian cicil emas.
Keunggulan produk cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sarana investasi jangka panjang yang menguntungkan
karena nilai tambah emas selalu meningkat setiap tahunnya.
b. Cicil emas merupakan investasi jangka panjang, yang mudah untuk
dicairkan/ diuangkan dengan cara digadaikan untuk kebutuhan
mendesak.
c. Bisa memiliki emas dengan mudah yaitu dengan cara mencicil.
65
d. Layanan profesional yaitu perusahaan terpercaya dengan kualitas
layanan terbaik dan emas juga aman, karena diasuransikan. (Hilga,
wawancara penelitian, 16 September 2019)
Kriteria nasabah cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar sebagai berikut:
a. Usia Nasabah
1) Golongan berpenghasilan tetap
a) Minimal 21 tahun/ sudah menikah pada saat pengajuan.
b) Maksimal:
(1) Pegawai tetap : usia 55 tahun/ belum pensiun
(2) Pensiunan : usia 70 tahun saat pembiayaan jatuh
tempo
2) Non Golongan berpenghasilan tetap
a) Minimal 21 tahun/ sudah menikah pada saat pengajuan.
b) Maksimal 60 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo
b. Warga Negara Indonesia (WNI)
c. Uang muka
1) Sumber dana uang muka berasal dari dana nasabah sendiri dan
bukan berasal dari pembiayaan bank.
2) Dibayar sekaligus (tidak dicicil)
3) Minimal 20% dari harga beli jenis emas lantakan (batangan dan
dinar)
4) Minimal 40 % dari harga beli perhiasana emas Antam
d. Kolektibilitas lancar
e. Jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun.
f. Tidak termasuk daftar hitam BI dan PPATK
(Dokumen Formulir Permohonan Cicil Emas PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Batusangkar)
Tujuan pembiayaan cicil emas ini oleh PT. Bank Syariah Mandiri
adalah untuk membantu nasabah membiayai pembelian/ kepemilikan
emas berupa lantakan (batangan). Akad/ pengikat yang digunakan dalam
66
produk cicil emas adalah pembiayaan menggunakan akad murabahah dan
pengikatan agunan dengan menggunakan akad rahn (gadai). Dalam akad
rahn jaminannya adalah barang yang menjadi objek pembiayaan (emas).
Jaminan tidak dapat ditukar agunan lain, pengikatan jaminan dilakukan
selama masa pembiayaan dan fisik jaminan disimpan di bank.
Ketentuan dalam cicil emas yang harus disetujui oleh nasabah cicil
emas adalah sebagai berikut:
a. Nasabah setuju dan memberikan kuasa kepada bank untuk mendebet
rekening nasabah dalam rangka pembayaran biaya-biaya yang timbul
atas permohonan cicil emas ini, antara lain adalah biaya administrasi,
biaya asuransi kerugian, biaya materai dan ongkos kirim.
b. Nasabah menyediakan dana di rekening tabungan 1 (satu) kali
angsuran sebelum pencairan dan dana tersebut diblokir selama masa
pembiayaan.
c. Nasabah bersedia membayar denda keterlambatan apabila
pembayaran melampaui tanggal jatuh tempo.
d. Sebelum jatuh tempo nasabah dapat melakukan pelunasan sebagai
berikut:
1) Setiap saat sesuai jam operasional bank
2) Nasabah wajib membayar sisa pokok dan sejumlah margin (total
hutang)
3) Dana pelunasan bukan berasal dari penjualan agunan.
e. Penjualan agunan dilakukan apabila nasabah menunggak atau
meninggal dunia, maka agunan dieksekusi oleh bank setelah
melampaui periode 9 (sembilan) bulan sejak tanggal akad
f. Hasil penjualan agunan dipergunakan untuk menutup fasilitas cicil
emas nasabah dengan memperhitungkan sisa total hutang sebagai
berikut:
1) Apabila hasil eksekusi besar dari sisa total hutang, maka selisih
penjualan dikembalikan kepada nasabah.
67
2) Apabila hasil eksekusi kecil dari sisa total hutang, maka selisih
kurang menjadi kewajiban nasabah. (Dokumen Surat Bukti
Kepemilikan Emas (SBKE) PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar)
Persyaratan dan biaya-biaya yang harus dipenuhi oleh calon
nasabah cicil emas sebagai berikut:
a. Membawa KTP
b. Nasabah memiliki rekening Bank Syariah Mandiri
c. Nasabah membawa uang muka cicil emas sebesar 20% dari harga
beli emas yang ingin dimiliki oleh nasabah.
d. Nasabah membayar biaya administrasi 1% dari besar pembiayaan
cicil emas. Dalam biaya administrasi ini telah termasuk asuransi
untuk keamanan emas nasabah.
e. Biaya materai Rp 12.000 nantinya akan didebet dari rekening
nasabah
f. Biaya pengiriman emas (tergantung tempat supplier emas) (Hilga,
wawancara penelitian, 20 September 2019)
Prosedur pelaksanaan cicil emas di PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar sebagai berikut:
a. Nasabah mengajukan permohonan cicilan emas kepada PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar.
Petugas wajib menjelaskan kepada nasabah semua fitur dan
karakteristik produk cicil emas secara lisan dan tulisan. Untuk
mengajukan permohonan cicil emas ini, nasabah harus melengkapi
persyaratan sebagai berikut:
1) Nasabah mengisi formulir permohonan cicil emas secara
lengkap, meliputi: informasi umum, permohonan nasabah, data
pribadi, data pekerjaan/ usaha, KYC (Know Your Customer)
AML (Anti Money Laundring), dan disclosure)
2) Fotokopi KTP nasabah
3) Biaya administrasi 1% dari pembiayaan
68
4) Uang muka dibayar sekaligus (tidak dicicil) minimal 20% dari
harga beli jenis emas lantakan (batangan dan dinar)
5) Biaya materai Rp 12.000 (2 buah materai 6.000)
6) NPWP untuk pembiayaan di atas Rp 50.000.000
7) Fotokopi buku rekening tabungan yang telah menyediakan dana
di rekening tabungan 1 (satu) kali angsuran cicil emas. (Hilga,
wawancara penelitian, 20 September 2019)
b. Pihak PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar akan
melakukan investigasi terhadap calon nasabah yang meliputi:
1) BI checking (untuk memverifikasi bahwa calon nasabah tidak
termasuk dalam daftar hitam BI dan PPATK).
2) Kemudian menganalisa pembiayaan cicil emas nasabah
bedasarkan NAP (Nota Analisa Pembiayaan) meliputi: aspek
pembiayaan, aspek keuangan, aspek agunan, data nasabah dan
jenis fasilitas.
3) Melakukan verifikasi penghasilan nasabah dengan metode
wawancara dan meyakini informasi bahwa yang tertera pada
data pekerjaan/ usaha nasabah dalam formulir permohonan cicil
emas adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan. (Hilga,
wawancara penelitian, 20 September 2019)
c. Pihak PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
melakukan akad dengan nasabah
Pihak PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
melakukan akad dengan nasabah dan mengisi SBKE (Surat Bukti
Kepemilikan Emas). Dengan telah ditandatanganinya SBKE oleh
kedua belah pihak maka kedua belah pihak sepakat dan setuju untuk
tunduk dan mematuhi syarat dan ketentuan-ketentuan akad seperti
yang tercantum di balik SBKE. SBKE terdiri dari dua lembar yaitu
lembaran yang bewarna putih untuk bank dan lembaran yang
bewarna kuning, untuk nasabah sebagai bukti nasabah cicil emas PT.
Bank Syariah Mandiri.
69
SBKE berfungsi sebagai surat persetujuan pembiayaan dan
sebagai tanda terima uang nasabah. SBKE berlaku juga sebagai
instruksi/ kuasa debet dari nasabah kepada bank untuk melaksanakan
pendebetan rekening nasabah untuk pembayaran angsuran dan
kewajiban nasabah lainnya. Untuk melanjutkan ke proses pencairan,
nasabah harus melengkapi berkas-berkas sebagai berikut:
1) KTP
2) SBKE (Surat Bukti Kepemilikan Emas)
3) Formulir permohonan cicil emas
4) Surat persetujuan dan kuasa jual
5) Form pemesanan emas
6) Berita acara penilaian jaminan
7) Berita acara serah terima jaminan
8) Berita acar serah terima jaminan internal bank
9) Memo cair
10) Memo blokir
11) BAST (Berita Acara Serah Terima)
Setelah pawning staff memeriksa kelengkapan berkas-berkas di
atas maka berkas ditandatangani dan diserahkan ke BM (Branch
Manager) yaitu petugas yang berwenang memutuskan pembiayaan
cicil emas sesuai limit yang telah ditetapkan bank.
d. Proses pencairan dana cicil emas
Pada tahap ini para petugas cicil emas menyetujui fasilitas
pembiayaan nasabah dengan menandatangani memo pencairan. Dan
bank akan melakukan pencairan pembiayaan cicil emas sesuai
informasi pada nota analisis pembiayaan (NAP). Proses pencairan
dilakukan oleh GSS (General Support Staff) yaitu petugas
operasional yang menangani transaksi operasional di kantor cabang.
e. Penyetoran dana ke toko emas rekanan bank
Penyetoran dana ke toko emas rekanan bank adalah ketika
dana cicil emas telah dicairkan oleh bank ke rekening nasabah
70
kemudian bank akan menyetorkan dana ke toko emas rekanan bank
sebesar harga beli. Dana dicairkan ke rekening nasabah sebesar 80 %
dari nilai pembiayaan cicil emas nasabah, kemudian akan
dikreditkan ke rekening toko emas rekanan bank guna membayar
emas sesuai harga beli emas pada harga pasar saat akad. Jumlah
nominal yang disetorkan kepada toko emas adalah berasal dari bank
dan nasabah yaitu dengan porsi bank 80% dan nasabah 20%.
f. Pengenaan biaya-biaya cicil emas
Biaya-biaya yang dikenakan dalam cicil emas ini adalah biaya
adminstrasi dan biaya materai. Biaya administrasi sebesar 1% dari
jumlah pembiayaan cicil emas dan biaya materai sebesar Rp 12.000
yaitu 2 buah materai 6.000. Biaya ini akan ditarik oleh bank dari
dana dalam rekening nasabah.
g. Pemblokiran dana nasabah 1x angsuran
Setelah penarikan biaya-biaya cicil emas kemudian pawning
staff menyerahkan memo blokir pada Customer service untuk
memblokir dana nasabah 1x angsursan sesuai persyaratan dalam cicil
emas. (Hilga, wawancara penelitian, 20 September 2019)
Setelah nasabah mendapatkan pembiayaan cicil emas, sesuai
dengan ketentuan dalam akad murabahah. Yaitu nasabah mengikat diri
dan berjanji untuk membayar kembali hutang berdasarkan akad
murabahah ini kepada bank. Dalam jangka waktu tertentu dengan cara
mengangsur tiap bulan pada tanggal angsuran sebagaimana yang
tercantum dalam SBKE. Adapun jangka waktu dan besarnya angsuran
dicantumkan dalam SBKE.
Ketika nasabah lalai saat melakukan pembayaran cicil emas, maka
nasabah setuju dan sepakat untuk dikenakan denda oleh bank atas
keterlambatan pembayaran tersebut. Dalam formulir permohonan cicil
emas pada bagian nota analisis pembiayaan dijelaskan bahwa, besar biaya
keterlambatan atau denda adalah sebesar 0.00069 x besar tunggakan
perhari.
71
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Hilga
Ingriyani Putri selaku pawning staff, pada hari Senin tanggal 23
September 2019. Terkait dengan denda keterlambatan ini, dikenakan
sebesar 0,00069 x besar tunggakan cicil emas nasabah perhari.
Perhitungan denda ini telah otomatis dihitung oleh system Bank Syariah
Mandiri. Untuk mengantisipasi agar nasabah segera membayar angsuran
cicilan emasnya adalah dengan cara menghubungi nasabah sampai
nasabah tersebut membayar angsurannya. Cara lain yang pernah
dilaksanakan oleh pawning staff dengan melakukan pick up dana sekali
seminggu yaitu menjemput setoran angsuran cicil emas nasabah, seperti
nasabah cicil emas yang berada di pasar Batusangkar salah satunya. Hal
ini juga memudahkan nasabah, karena merasa terbantu dengan
penjemputan angsuran cicilan emas ini, sehigga nasabah tidak perlu ke
bank lagi untuk menyetorkan angsuran cicilan emasnya.
Ketika nasabah tidak sanggup membayar angsuran cicilan emas
atau meninggal dunia, maka bank akan mengeksekusi/ menjual agunan
nasabah, agunan akan dijual oleh bank setelah melampaui periode 9
(sembilan) bulan sejak tanggal akad. Hasil penjualan agunan
dipergunakan untuk menutup fasilitas cicil emas nasabah dengan
memperhitungkan sisa total hutang sebagai berikut:
a. Apabila hasil eksekusi besar dari sisa total hutang, maka selisih
penjualan dikembalikan kepada nasabah.
b. Apabila hasil eksekusi kecil dari sisa total hutang, maka selisih
kurang menjadi kewajiban nasabah.
Jika nasabah meninggal dunia dan tidak dicover oleh asuransi jiwa,
maka ahli waris akan melunasi seluruh kewajiban nasabah, namun jika
ahli waris tidak melakukan pelunasan, maka bank berhak untuk menjual
emas nasabah untuk menutupi kewajiban nasabah. Berdasarkan hasil
wawancara yang penulis lakukan dengan Hilga Ingriyani Putri selaku
pawning staff, terkait dengan eksekusi/ penjualan agunan cicil emas.
Selama dijalankannya produk cicil emas di PT. Bank Syariah Mandiri
72
Kantor Cabang Batusangkar ini, belum pernah melakukan penjualan
agunan (emas) nasabah, karena tingkat keterlambatan pembayaran
angsuran emas termasuk rendah yaitu paling lambat nasabah membayar
angsurannya adalah selama 3 (tiga) minggu. Namun keterlambatan ini
dapat diantisipasi oleh bagian pawning staff sendiri dengan cara
menghubungi nasabah terus menerus sampai membayar angsuran cicilan
emas, atau langsung menjemput angsuran cicilan emas yang telah
dijanjikan oleh nasabah. (Hilga, wawancara penelitian, 23 September
2019)
Setelah nasabah membayar angsuran emas selama jangka waktu
yang telah ditentukan, maka nasabah bisa melakukan pelunasan cicilan
emasnya dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Nasabah yang telah melunasi pembiayaan cicil emas sesuai dengan
masa pembiayaan dapat mengambil agunan dengan pengaturan
sebagai berikut:
1) Membawa dan menyerahkan SBKE kepada bank.
2) Menerima agunan dan menandatangani Berita Acara Serah
Terima (BAST) agunan dalam rangka pelunasan.
b. Pelunasan sebelum jatuh tempo, pelunasan ini diatur sebagai berikut:
1) Pelunasan dapat dilakukan setiap saat sesuai jam operasional
bank
2) Nasabah wajib membayar sisa pokok pembiayaan dan sejumlah
margin dengan menggunakan dana yang bukan berasal dari
penjualan agunan emas.
3) Nasabah dapat diberikan diskon margin atas pelunasan sebelum
jatuh tempo namun tidak diperjanjikan dalam akad.
c. Pelunasan sebagian failitas yaitu nasabah diperkenankan melakukan
pelunasan sebagian fasilitas, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Agunan nasabah harus terdiri dari beberapa pecahan emas
lantakan/ batangan (bukan 1 keping)
73
2) Nasabah dapat menarik sebagian agunan dengan syarat sisa
agunan yang tersisa masih meng-cover sisa pokok pembiayaan
nasabah.
3) SBKE nasabah diganti sesuai dengan jumlah dan nominal sisa
agunan. (Dokumen Formulir Permohonan Cicil Emas PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar)
2. Analisis Pelaksanaan Cicil Emas Bedasarkan Fatwa DSN MUI No.
77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai
Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli
Emas Secara Tidak Tunai ini, menetapkan bahwa jual beli emas secara
tidak tunai baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah,
hukumnya boleh (mubah, ja‟iz) selama emas tidak menjadi alat tukar
yang resmi (uang).
Fatwa tersebut juga menjelaskan batasan dan ketentuan mengenai
kebolehan jual beli emas secara tidak tunai yaitu:
4. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu
perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo
5. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan
jaminan (rahn)
6. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2
tidak boleh dijual belikan atau dijadikan obyek akad lain yang
menyebabkan perpindahan kepemilikan.
Berdasarkan ketentuan mengenai kebolehan jual beli emas secara
tidak tunai yang telah penulis paparkan di atas, maka pelaksanaan cicil
emas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar telah
sesuai dengan aturan Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang
Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai ini. Kesesuaian tersebut dapat dilihat
pada bukti-bukti di bawah ini:
74
a. Harga jual emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar kepada nasabah bersifat tetap
Harga jual emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar kepada nasabah bersifat tetap dengan artian nasabah
setiap bulannya membayar angsuran kepada bank dengan jumlah
yang sama setiap bulan (tidak naik atau tidak turun), walaupun harga
emas di pasaran mengalami kenaikan atau penurunan. Berikut ini
gambaran simulasi angsuran cicil emas nasabah sebesar 10 (sepuluh)
gram jangka waktu 1 tahun.
Tabel 4.1
Simulasi angsuran cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri
Berat
LM
(gram)
Harga beli
emas*
Uang
muka
(20%)
Pembiayaan
(80%)
Biaya
Adm
(1%)
Materai
Angsuran
per bulan
(12 bulan)
10 6.760.000 1.352.000 5.408.000 54.080 12.000 488.117 Sumber data dari Brosur Cicil emas PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar
Keterangan:
1) Harga beli emas
Harga beli sesuai dengan harga pasar saat akad, harga ini
bisa berubah tergantung harga emas di pasaran.
2) Angsuran per bulan
Nilai angsuran per bulan, didapatkan dari jumlah pokok
angsuran per bulan ditambah margin keuntungan bank yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak.
Berikut ini perhitungannya:
pokok angsuran per bulan Rp 5.408.000/12 = Rp 450.666,67
margin keuntungan bank Rp 37.450,33 +
Rp 488.117
75
Berdasarkan perhitungan di atas, maka angsuran tiap bulan
yang harus dibayar oleh nasabah adalah sebesar Rp 488.117.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Hilga
Ingriyani Putri selaku pawning staff pada hari Senin tanggal 23
September 2019 mengenai pembayaran angsuran cicil emas. Pihak
bank memberikan kemudahan kepada nasabah dengan cara pick up
dana yang dilakukan oleh pawning staf. Pick up dana adalah
menjemput angsuran cicil emas nasabah satu kali dalam seminggu,
dana angsuran yang telah disetorkan oleh nasabah ini, akan
dimasukan ke dalam rekening nasabah terlebih dahulu. Setelah masa
jatuh tempo angsuran cicil emas nasabah tiba, maka bank akan
menarik dana angsuran cicil emas tersebut sebesar jumlah angsuran
emas setiap bulannya, tanpa dilebihi atau dikurangi. Hal ini telah
sesuai dengan ketentuan pada poin 1, yaitu harga jual (tsaman) tidak
boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada
perpanjangan waktu setelah jatuh tempo.
Terkait dengan perpanjangan waktu setelah jatuh tempo yaitu
keadaan dimana nasabah terlambat membayar angsuran cicilan emas
dari tanggal jatuh tempo yang telah disepakati oleh nasabah dan
bank. Dalam keadaan seperti ini PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar mengenakan denda keterlambatan kepada
nasabah sebesar 0,00069 x besar tunggakan perhari.
Berdasarkan simulasi angsuran cicil emas di atas, penulis
asumsikan nasabah cicil emas telat bayar pada angsuran di bulan ke
3, selama 10 hari. Selama pick up dana, nasabah diketahui telah
membayar sebesar Rp 200.000. Berikut perhitungan denda yang
dikenakan kepada nasabah tersebut:
Angsuran bulan ke 3 Rp 488.117
Pick up dana Rp 200.000 –
Angsuran yang terkena denda Rp 288.117
Denda per hari Rp 288.117 x 0,00069 = Rp 198,8
76
Denda 10 hari Rp 198,8 x 10 = Rp 1.988
Terkait dengan ketentuan di atas, maka tindakan bank sudah
benar yaitu harga jual emas tidak bertambah walaupun dalam masa
perpanjangan setelah jatuh tempo. Jika nanti bank memberikan
denda kepada nasabah yang telat bayar angsuran emasnya, dana
denda ini bukan diakui sebagai pendapatan bagi bank, karena dana
denda akan dimasukan ke LAZNAZ BSM yang dana ini nantinya
akan disalurkan oleh LAZNAZ BSM kepada orang-orang yang
berhak menerimanya.
b. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan
jaminan (rahn)
Pelaksanaan cicil emas di PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar menggunakan akad murabahah dan akad rahn.
Akad rahn terjadi karena untuk lebih menjamin pembayaran kembali
dengan tertib sebagaimana hutang nasabah bedasarkan akad
murabahah. Nasabah menjaminkan emas yang dibiayai pembiayaan
cicil emas BSM kepada bank.
Berdasarkan perjanjian dalam akad Rahn yang dijelaskan
dalam lembaran Surat Bukti Kepemilikan Emas (SBKE). Dijelaskan
bahwa mengenai keamaan jaminan (emas) nasabah. Bank
mengasuransikan emas sejak nasabah menandatangi SBKE (Surat
Bukti Kepemilikan Emas) sampai dengan berakhirnya jangka waktu
penyimpanan barang.
Hal ini menurut penulis juga sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI Nomor
77/DSN-MUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai pada
poin 2 (dua) yang menyatakan emas yang dibeli dengan pembayaran
tidak tunai boleh dijadikan jaminan rahn
77
c. Emas yang dijadikan jaminan tidak boleh dijual belikan atau
dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan perpindahan
kepemilikan.
Emas yang telah dijadikan jaminan oleh nasabah kepada bank,
disimpan di bank, dan dalam pelaksanaan cicil emas ini, emas akan
disimpan di bank sampai nasabah melunasi seluruh angsuran cicilan
emasnya. sehingga jaminan/ emas ini tidak akan dijadikan objek
akad lain ataupun berpindah kepemilikan. Namun apabila nasabah
sudah tidak sanggup membayar anguran cicilan emasnya, maka
nasabah bisa mengatakan kepada pihak bank bahwa nasabah yang
bersangkutan sudah tidak sanggup lagi untuk membayar. Nantinya
pihak bank akan menjual atau melelang emas tersebut yang nantinya
hasil penjualan akan digunakan untuk menutupi sisa angsuran cicilan
emas dan jika ada sisa akan dikembalikan kepada pihak nasabah.
Hal ini menurut penulis juga sesuai dengan ketentuan yang
terdapat dalam fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI Nomor
77/DSN-MUI/V/2010 tentang jual beli emas secara tidak tunai pada
poin 3 (tiga) yang menyatakan emas yang dijadikan jaminan tidak
boleh dijualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang
menyebabkan perpindahan kepemilikan.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar megenai pelaksanaan cicil emas
pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan cicil emas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar, meliputi 7 proses yaitu:
a. Nasabah mengajukan permohonan cicil emas.
b. Bank akan melakukan investigasi terhadap nasabah
c. Bank melakukan akad dengan nasabah,
d. Proses pencaiaran pembiayaan cicil emas ke rekening nasabah,
e. Penyetoran dana ke toko emas rekanan bank
f. Pengenaan biaya adminstrasi dan biaya materai serta pemblokiran
dana nasabah 1x angsuran,
g. Angsuran cicil emas dan pelunasan cicil emas oleh nasabah.
2. Pelakasanaan cicil emas yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Batusangkar sudah sesuai dengan fatwa DSN MUI No.
77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai ini
dengan bukti sebagai berikut:
a. Harga jual emas tetap, tidak bertambah atau berkurang, namun ada
denda yang dikenakan pada nasabah yang telat bayar dari tanggal
jatuh tempo. Dana denda ini bukan diakui sebagai pendapatn bank,
namun akan disalurkan ke LAZNAS BSM untuk diberikan pada
orang-orang yang berhak menerimanya.
b. Emas dijadikan jaminan dalam pembiayaan cicil emas tersebut.
c. Emas disimpan di bank sampai nasabah melunasi seluruh angsuran
cicilan emasnya, sehingga emas/ jaminan nasabah tidak akan
dijadikan objek akad lain ataupun berpindah kepemilikan.
79
B. Saran
1. Penulis menyarankan kepada pihak PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Batusangkar agar mempertahankan pelaksanaan dan cara yang
dilakukan oleh pawning staff dalam pick up dana (menjemput angsursan
cicil emas) sekali seminggu. Namun, sebaiknya petugas cicil emas
hendaknya lebih memberikan informasi secara detail kepada nasabah
terkait seluruh hal tentang cicil emas.
2. Penulis juga menyarankan kepada nasabah cicil emas PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Batusangkar agar tepat waktu dalam
menyetorkan angsuran cicillan emasnya, ditambah sudah ada kemudahan
yang diberikan oleh PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Batusangkar untuk pick up dana (menjemput angsursan cicil emas) sekali
dalam seminggu.
3. Penulis juga menyarankan kepada mahasiswa perbankan syariah agar
dapat melakukan penelitian mendalam terkait produk cicil emas ini,
sehingga dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang lebih baik dan
dapat mencapai hasil yang maksimal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Buku:
al-Bukhari Abu „Abd Allah Muhammad ibn Isma‟il ibn Ibrahim ibn Bardizbat ibn
al-Mughirat ibn Bardizbat. (1407 H/1987 M). Shahih al-Bukhari. Cairo:
Dar al-Sya‟ab. cet. Ke-1.
Elviana, E. (2015). Analisis terhadap Akad pada Produk BSM Cicil Emas di Bank
Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Semarang. Semarang: Universitas
Islam Negeri Walisongo.
DSN. (2010). Fatwa DSN MUI No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual Beli Emas
Secara Tidak Tunai. Jakarta: DSN-MUI
Ibn Majah Abu „Abd Allah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini. (t.th). Sunan Ibn
Majah, diberi hasyiyah oleh Mahmud Khalil,[t.tp]: Maktabat Abi al-
Mu‟athi.
Ismail. (2013). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Jayadi, A. (2011). Beberapa Aspek tentang Perbankan Syari'ah. Yogyakarta:
Mitra Pustaka.
Jumarnis. (2017). Pelaksanaan Reffinancing Pada Pembiayaan Ijarah
Muntahiyah Bit Tamlik (IMBT) di PT. BRI Syariah KCP Pulau Punjung.
Batusangkar: Institut Agama Negeri Batusangkar.
Karim, A. A. (2016). Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Machmud, A., & Rukmana, R. (2010). Bank Syariah. Erlangga.
Nurhasanah, N., & Adam, P. (2017). Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar
Grafika.
Ramli, A. R. (2015). Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Telaah Fatwa DSN-
MUI No. 77 DSN-MUI/V/2010) . Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Soemitra, A. (2010). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Sugiarto, E. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Suaka Media.
Suhartanto. (2014). Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mekar Sari
dalam Merealisasikan Kawasan Prioritas Penjawi Night Market (PNM) di
Kelurahan Pati Lor, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke
27. Bandung: Alfabeta.
Sumar'in. (2012). Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suwanda, I. (2018). Analisis Implementasi Fatwa DSN-MUI No. 77/ DSN-MUI
/V/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Pada PT
Pegadaian Syariah UPS Way Halim Bandar Lampung). Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Suwiknyo, D. (2010). Jasa-Jasa Perbankan Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
al-Turmudzî Abû Isâ Muhammad ibn Isâ ibn Sawrat. (1998). Sunan al-Turmudzî,
naskah di-tahqiq oleh Bayar Awwad Ma‟ruf. Beirut: Dar al-Ghurb al-
Islami.
Usman, R. (2014). Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Wijaya, T. (2013). Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis: Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yasin, M. N. (2010). Epistemologi Keilmuan Perbankan Syariah. Malang: UIN
Maliki Press.
Zahroh, N. A. (2016). Investasi Berbasis Emas Pada Produk BSM Cicil Emas di
Bank Syariah (BSM) Kantor Cabang Ungaran. Salatiga: Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Website:
MandiriSyariah. (2017). Deposito Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/deposito/bsm-
deposito.
. . Giro Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/giro/bsm-giro.
. . Jasa Operasioanl Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/jasa-
operasional/inkaso.
. . Jasa Operasioanl Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/jasa-
operasional/kliring.
. . Tabungan Berencana Bank Syariah Mandiri. Tersedia
di: https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-berencana.
. . Tabungan Dollar Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/tabungan/tabungan-
dollar .
. . Tabungan Investa Cendekia Bank Syariah Mandiri.
Tersedia di: https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan- investa-cendekia.
. . Tabunganku Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabunganku.
. . Tabungan Mabrur Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/tabungan/tabungan-
mabrur
. . Tabungan Mabrur Junior Bank Syariah Mandiri.
Tersedia di: https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan- mabrur-junior.
. . Tabungan Murabahah Bank Syariah Mandiri. Tersedia
di: https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-mudharabah.
. . Tabungan Pensiun Bank Syariah Mandiri. Tersedia
di: https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-
banking/tabungan/tabungan-pensiun.
. . Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/tentang-kami/vivi-misi.
. . Tabungan Wadiah Bank Syariah Mandiri. Tersedia di:
https://www.mandirisyariah.co.id/consumer-banking/tabungan/tabungan-
wadiah.