PELAKSANAAN ASESMEN PADA PROGRAM BIMBINGAN DAN...
Transcript of PELAKSANAAN ASESMEN PADA PROGRAM BIMBINGAN DAN...
PELAKSANAAN ASESMEN PADA PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF
DI SMP NEGERI KOTA SEMARANG
(STUDI MIXED METHODS)
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
oleh
Heni Rahmawati
1301414020
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Lakukanlah apa yang telah dipahami. Itulah tanda ilmu yang diberkahi.
(Heni Rahmawati)
PERSEMBAHAN
Jurusan BK FIP
Almamater Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya.
Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Asesmen pada Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di
SMP Negeri Kota Semarang (Studi Mixed Methods)”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelaksanaan asesmen yang dilakukan guru BK di SMP
Negeri Kota Semarang.
Penyusunan skripsi ini didasarkan atas pelaksanaan penelitian yang
dilakukan kepada guru BK di SMP Negeri Kota Semarang. Proses penyusunan
skripsi ini banyak menemui kendala dan hambatan. Namun, berkat Allah SWT,
dan kerja keras tidak kenal lelah akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
senantiasa memberikan bantuan dan dukungan. Pertama, ucapan terima kasih
peneliti tujukan kepada Muslikah, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan untuk membimbing, dan
memotivasi peneliti dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya, melalui kesempatan
ini juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Dr. Achmad
Rifai RC, M.Pd.
3. Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Semarang
Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Kons
4. Bapak dan Ibu dosen jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri
Semarang yang telah mendidik, membimbing, dan memberi bekal ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
5. Dosen wali Prof. Dr. Sugiyo, M.Si. yang telah mendukung proses studi penulis
khususnya dalam memberikan perencanaan studi setiap semesternya dan
memberikan dukungan moral dalam proses menempuh studi.
vi
6. Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan
masukan dan bimbingannya.
7. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd. selaku dosen penguji 2 yang telah memberikan
masukan dan bimbingannya.
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Semarang, SMP Negeri 5 Semarang, SMP
Negeri 7 Semarang, SMP Negeri 9 Semarang, SMP Negeri 11 Semarang, SMP
Negeri 14 Semarang, SMP Negeri 15 Semarang, SMP Negeri 18 Semarang,
dan SMP Negeri 22 Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan
penelitian.
9. Bapak dan ibu guru BK SMP Negeri 2 Semarang, SMP Negeri 5 Semarang,
SMP Negeri 7 Semarang, SMP Negeri 9 Semarang, SMP Negeri 11 Semarang,
SMP Negeri 14 Semarang, SMP Negeri 15 Semarang, SMP Negeri 18
Semarang, dan SMP Negeri 22 Semarang selaku subjek penelitian.
10. Teman-teman jurusan Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 yang telah
memberikan bantuan dan motivasi.
11. Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini
yang tidak disebutkan satu-persatu.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan konstribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, Februari 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Rahmawati, Heni. 2019. Pelaksanaan Asesmen pada Program Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di SMP Negeri Kota Semarang (Studi Mixed Methods).
Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing Muslikah, S.Pd., M.Pd.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena pelaksanaan asesmen
BK yang dilakukan pada guru BK di SMP Negeri Kota Semarang yaitu guru BK
hanya melakukan asesmen pada siswa, analisis data asesmen dilakukan dengan
melihat sepintas item pernyataan yang paling banyak dipilih siswa, keterbatasan
waktu, fasilitas, dan tenaga. Guru BK hanya menggunakan satu jenis instrumen
untuk mengumpulkan data asesmen, kesulitan mengembangkan instrumen sendiri
serta kesulitan saat interpretasi hasil asesmen. Penelitian ini dilakukan untuk
mengungkap pelaksanaan asesmen BK yang dilakukan oleh guru BK di SMP
Negeri Kota Semarang serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
asesmen BK.
Jenis penelitian adalah Mixed Methods dengan desain penelitian
Sequential Explanatory. Populasi dalam penelitian ini ada semua guru BK di SMP
Negeri Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling dengan sampel penelitian 30 guru BK dari 9 SMP Negeri di
Kota Semarang. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
angket tertutup dan wawancara. Metode analisis data menggunakan analisis
deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan asesmen
yang dilakukan sudah baik dengan hasil persentase 72,42%. Akan tetapi,
berdasarkan wawancara diketahui seperti ada faktor-faktor yang menjadi kendala
guru BK dalam melaksanakan asesmen, seperti manajemen waktu yang belum
baik, guru BK merangkap tugas, terlalu banyaknya siswa yang diampu, hasil
analisis hanya dari satu instrumen dan instrumen lain hanya sebagai pelengkap
administrasi, belum terstandarisasinya instrumen yang dikembangkan, dan guru
BK kekurangan waktu dalam olah data serta analisis data. Pembahasan temuan ini
diarahkan untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan asesmen BK, sehingga dapat tercipta program BK yang
efektif dan akuntabel.
Kata Kunci: asesmen BK, program bimbingan dan konseling komprehensif.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
PERNYATAAN .................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................10
1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................10
1.4. Kegunaan Penelitian......................................................................................10
1.4.1. Manfaat Teoritis ...................................................................................10
1.4.2. Manfaat Praktis ....................................................................................11
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ...............................................................................12
2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................................12
2.2. Kajian Pustaka .............................................................................................18
2.2.1. Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif............................18
2.2.2. Asesmen Bimbingan dan Konseling...................................................21
2.3. Pelaksanaan Asesmen pada Program Bimbingan dan Konseling
Komprehensif ...............................................................................................30
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................34
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ..........................................................................34
3.2. Definisi Operasional ....................................................................................36
ix
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................................37
3.3.1. Populasi ..............................................................................................37
3.3.2. Sampel ................................................................................................37
3.4. Instrumen Penelitian ....................................................................................37
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kuantitatif ............................................39
3.6. Uji Keabsahan Data Kualitatif .....................................................................41
3.7. Teknik Analisis Data ....................................................................................41
3.7.1. Analisis Data Kuantitatif ....................................................................41
3.7.2. Analisis Data Kualitatif ......................................................................43
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................44
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................44
4.1.1. Hasil Uji Data Kuantitatif ...................................................................44
4.1.2. Hasil Uji Data Kualitatif .....................................................................46
4.2. Pembahasan ..................................................................................................56
4.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................................62
BAB 5 PENUTUP ..............................................................................................63
5.1. Simpulan ......................................................................................................63
5.2. Saran ............................................................................................................64
5.2.1. Bagi Guru BK .....................................................................................64
5.2.2. Bagi Penelitian Lanjutan ....................................................................64
5.2.3. Perguruan Tinggi ................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................65
LAMPIRAN ........................................................................................................70
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kategori jawaban skala penelitian pelaksanaan asesmen .............................39
3.2 Klasifikasi koefisien reliabilitas Guilford .....................................................41
3.3 Kriteria penilaian skala penelitian pelaksanaan asesmen..............................42
4.1 Hasil analisis setiap indikator pelaksanaan asesmen guru BK SMP
Negeri di Kota Semarang ..............................................................................44
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka berpikir..........................................................................................33
3.1 Langkah-langkah penelitian dalam Desain Sequential Explanatory ............36
3.2 Komponen dalam analisis data kualitatif (interactive model) .......................43
4.1 Diagram hasil analisis setiap indikator pelaksanaan asesmen guru BK
di SMP Negeri Kota Semarang .....................................................................46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Sampel Penelitian .............................................................................70
2. Instrumen Penelitian Awal ...........................................................................71
3. Kisi-kisi instrumen penelitian pelaksanaan asesmen BK ............................75
4. Instrumen Penelitian ....................................................................................80
5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ..............................................................84
6. Tabulasi Data ...............................................................................................86
7. Verbatim ......................................................................................................88
8. Surat Keterangan Penelitian .........................................................................98
9. Dokumentasi ................................................................................................107
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Beberapa hal yang dibahas dalam bab ini yaitu mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian.
1.1. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pelaksanaan kegiatan pendidikan. Sebagai pejabat fungsional, guru bimbingan dan
konseling dituntut untuk melaksanakan tugas pokok fungsionalnya secara
profesional. Pelaksanaan tugas pokok guru BK didukung dengan kompetensi yang
dimiliki guru BK, salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yaitu merancang
program bimbingan dan konseling.
Perancangan program bimbingan dan konseling dilakukan untuk
merumuskan berbagai layanan yang dapat dilakukan untuk membantu siswa
dalam pengembangan diri dan pengentasan masalah. Program bimbingan dan
konseling menurut Sugiyo (2014: 47) merupakan seperangkat kegiatan bimbingan
dan konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi
selama periode waktu tertentu dan saling terkait untuk mencapai tujuan.
Berbagai hal dirumuskan dalam program mulai dari penentuan tujuan,
sasaran, kegiatan, sampai pada penentuan dana yang akan digunakan. Beberapa
hal yang dipertimbangkan dalam menyusun program menurut Sukardi dan
Kusmawati (2008: 37-38) yaitu merumuskan masalah yang dialami siswa, guru
2
BK, serta kepala sekolah, dan merumuskan tujuan yang jelas, bentuk-bentuk
kegiatan, personil, fasilitas, serta anggaran biaya.
Saat ini, paradigma mengenai pendekatan bimbingan dan konseling telah
mengalami perubahan. Sebelumnya, pendekatan bimbingan dan konseling yang
digunakan masih berorientasi tradisional. Bimbingan dan konseling lebih berfokus
pada pemecahan masalah. Sedangkan saat ini, pendekatan bimbingan dan
konseling lebih berorientasi pada perkembangan siswa yang sering disebut dengan
bimbingan dan konseling komprehensif. Menurut Suherman dalam Bhakti (2017:
132) bimbingan dan konseling komprehensif merupakan pandangan mutakhir
yang bertitik tolak dari asumsi positif mengenai potensi manusia. Artinya setiap
manusia dipandang memiliki potensi yang dapat berkembang melalui layanan
dalam bimbingan dan konseling komprehensif.
Bimbingan dan konseling komprehensif tidak hanya berfokus pada
pengentasan masalah saja, tetapi ada upaya pencegahan dan pengembangan
potensi yang dilakukan. Bhakti (2015: 100) menjelaskan bahwa program bersifat
komprehensif berarti mampu memfaslitasi capaian-capaian perkembangan
psikologis siswa dalam totalitas aspek bimbingan dan layanan ditujukkan kepada
seluruh siswa tanpa syarat. Kegiatan bimbingan dan konseling bersifat preventif
berarti dapat mengarahkan siswa pada pemilihan tindakan yang positif, dan tujuan
program yaitu memenuhi kebutuhan siswa sesuai tahap perkembangan.
Sedangkan, Safitri (2017: 73) menjelaskan bahwa guru BK dituntut untuk
memahami konsep teoritis dan praksis termasuk cara penyusunan program BK
3
komprehensif yang sesuai dengan tugas perkembangan peserta didik pada jenjang
sekolah tertentu.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru BK untuk membuat program
BK komprehensif yang sesuai dengan kebutuhan siswa yaitu melalui kegiatan
asesmen BK. Asumsi pelaksanaan asesmen dalam program BK komprehensif
menurut Nurihsan (2009: 7) yaitu asesmen dilakukan pada semua siswa dan tidak
terbatas pada individu yang bermasalah. Asesmen dilakukan untuk
mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan, tugas-tugas dan tingkat
perkembangan siswa sebelum dirumuskan tujuan dan rancangan program BK.
Hasilnya dapat digunakan untuk merumuskan materi layanan yang akan diberikan
guru bimbingan dan konseling, sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa dan
dapat menunjang perkembangan siswa.
Guru BK akan memperoleh hasil asesmen yang sesuai dengan kebutuhan
siswa apabila memiliki pemahaman dan kemampuan dalam melaksanakan
kegiatan asesmen. Oleh sebab itu, kemampuan asesmen penting untuk dimiliki
oleh guru BK. Hal ini juga dijelaskan oleh Putranti (2015: 49) bahwa salah satu
kompetensi guru bimbingan dan konseling adalah kemampuan melakukan
pemahaman pada siswa dan kemampuan untuk “peka” dalam memahami siswa.
Kegiatan asesmen tentunya dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, mulai
dari pengumpulan data, pemilihan instrumen, analisis data, dan interpretasi data.
Kegiatan pengumpulan data asesmen siswa dan lingkungan dilakukan
dengan menggunakan instrumen asesmen baik tes maupun non tes. Guru
4
bimbingan dan konseling dituntut untuk dapat memahami penggunaan instrumen.
Sehingga, data dapat digunakan sebagai dasar pembuatan program bimbingan dan
konseling. Hal tersebut diperjelas oleh pendapat Komalasari, dkk (2011: 18)
bahwa program bimbingan dan konseling yang bermutu membutuhkan data
peserta didik dan lingkungannya melalui metode dan alat yang diandalkan, diolah,
dan dan diarsipkan secara efisien. Selain menggunakan instrumen yang ada, guru
BK juga dapat mengembangkan instrumen sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa asesmen merupakan salah
satu kegiatan yang penting untuk dilakukan terutama pada tahap perencanaan
program bimbingan dan konseling untuk memperoleh informasi mengenai siswa
dan lingkungannya. Gibson dan Mitchel (2011: 567) juga menjelaskan bahwa
asesmen adalah aktivitas fondasi bagi pengembangan program yang akuntabel.
Asesmen menjadi kunci bagi kesuksesan perencanaan program bimbingan dan
konseling yang dibuat, dan kegiatan asesmen lebih difokuskan pada pencarian
fakta, sehingga kegiatan layanan yang dilakukan sesuai dengan kondisi nyata
siswa.
Asesmen BK dilakukan mulai dari pengumpulan data siswa dan
lingkungannya, kemudian data diolah, didokumetasikan, dan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan mengenai siswa seperti yang dijelaskan oleh Yusuf
dalam Ferdiansyah (2016: 127) bahwa asesmen merupakan proses pengumpulan
data atau informasi, pengolahan data dan pendokumentasian, yang dilakukan
secara sistematis tentang objek yang dinilai tanpa merujuk pada keputusan nilai.
5
Berdasarkan hasil asesmen, maka guru bimbingan dan konseling dapat
merumuskan berbagai upaya yang akan dilakukan untuk mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Menurut Aiken dalam Sutoyo (2014:
20) asesmen dilakukan untuk menilai tingkah laku, kecakapan mental, dan
karakteristik kepribadian seseorang dalam rangka membantu mereka membuat
suatu keputusan. Artinya melalui kegiatan asesmen, guru bimbingan dan
konseling tidak hanya memperoleh suatu data maupun informasi mengenai siswa,
tetapi juga dapat menilai tingkah laku dan kepribadian siswa, sehingga guru
bimbingan dan konseling dapat merumuskan layanan yang sesuai dengan hasil
asesmen yang dilakukan.
Selain itu, melalui hasil asesmen guru dapat memonitor kemampuan
siswa. Data yang didapat oleh guru BK mengenai siswa dan lingkungannya dapat
digunakan untuk memahami kemampuan siswa. Pemahaman guru BK terhadap
kemampuan siswa menjadi penting untuk membantu perkembangan siswa. Hasil
penelitian Rubens, dkk (2017) menunjukkan bahwa pemahaman mengenai
kemampuan siswa, dapat membantunya dalam merencanakan karir. Sehingga dari
pemahaman kemampuan siswa, guru dapat merumuskan layanan untuk membantu
siswa membuat keputusan karir seperti yang dilakukan oleh Syakira, dkk (2016)
yang dalam penelitiannya dia membuat suatu model layanan informasi karir untuk
membantu siswa dalam membuat keputusan karir.
Selain perencanaan karir, pemahaman guru BK mengenai siswa dan
lingkungannya juga dilakukan untuk membantu siswa dalam memenuhi
6
kebutuhannya pada bidang pribadi, belajar, dan sosial. Kartadinata dalam
Ferdiansyah (2016: 127) menjelaskan bahwa tujuan asesmen yaitu memperoleh
data yang relevan, objektif, dan komprehensif mengenai kondisi perserta didik
secara utuh terutama permasalahan, potensi, kebutuhan, serta daya dukung
lingkungan yang dibutuhkan siswa.
Pada kegiatan asesmen, terdapat dua bidang pokok yaitu asesmen populasi
target dan asesmen lingkungan.
Asesmen populasi target berkaitan dengan data-data mengenai
karakteristik dan perilaku klien dan asesmen lingkungan berkaitan
dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku klien.
Kegiatan asesmen lingkungan terkait dengan kegiatan
mengidentifikasi harapan sekolah, sarana dan prasarana pendukung
program, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan kepala
sekolah, dan asesmen peserta didik berkaitan dengan karakteristik
peserta didik (Gibson dan Mitchell, 2011: 567-568; Komalasari, dkk,
2011: 20).
Berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun program bimbingan
dan konseling dapat diperoleh dengan cara mengumpulkan data dan informasi
mengenai siswa, harapan sekolah, sarana dan prasarana, personil bimbingan dan
konseling serta kebijakan pimpinan sekolah. Proses identifikasi dan pengumpulan
data merupakan tahap awal dalam proses asesmen. Selain itu, beberapa tahapan
lain dalam kegiatan asesmen yaitu memilih instrumen pengumpulan data sesuai
kebutuhan, mengolah data, serta menganalisis dan menginterpretasi data hasil
asesmen kebutuhan.
Pengumpulan data dalam kegiatan asesmen dapat dilakukan melalui teknik
tes dan non-tes.
7
Asesmen teknik tes mempersyaratkan penguasaan kompetensi khusus
yang diperoleh melalui jalur pelatihan sertifikasi tes psikologi dalam
bimbingan dan konseling. Sedangkan, penggunaan teknik non-tes
konselor hanya perlu menguasai pengetahuan, praktek, dan sintesis
berkaitan dengan asesmen non-tes (Triyanto, 2008:2).
Instrumen yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling hendaknya
sudah terstandarisari, supaya dapat mengukur kebutuhan siswa secara tepat.
Menurut Anni (2012: 102) need assesment akan terbukti lebih konsisten, berarti,
dan berguna apabila diuji validitasnya. Oleh karena itu sebelum melakukan
menggunakan instrumen, maka instrumen perlu diuji stadarisasinya melalui
validitas ahli dengan melibatkan perguruan tinggi atau melalui uji statistik.
Setelah guru BK menentukan instrumen yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data asesmen siswa dan lingkungan, lalu guru BK mengolah data
asesmen yang didapat. Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan bantuan software seperti excel, spss, maupun program dan aplikasi
lainnya sesuai dengan instrumen yang digunakan. Hasil asesmen yang telah
diperoleh kemudian dianalisis untuk menyusun prioritas kebutuhan siswa dan
untuk merumuskan layanan yang akan diberikan kepada siswa sesuai
kebutuhannya. Selain itu, hasil asesmen yang telah diperoleh juga dapat
digunakan sebagai dasar menyusun program BK.
Akan tetapi, setelah peneliti melakukan survei awal dengan cara
membagikan angket terbuka kepada sebelas guru bimbingan dan konseling di
SMP N 39 Semarang, SMP N 34 Semarang, dan SMP N 2 Boja pada 15 Februari
sampai 7 Maret 2018, diketahui bahwa 100% guru bimbingan dan konseling
8
sudah memiliki pemahaman mengenai konsep asesmen. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fauziyah (2016) mengenai tingkat pemahaman konsep dan praksis
asesmen pada guru BK di SMP Negeri se-Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa
sebanyak 50% guru BK memiliki pemahaman yang sedang dalam penguasaan
konsep dan praksis asesmen di SMPN se-Kabupaten Brebes. Sedangkan,
pemahaman yang baik mengenai konsep dan praksis asesmen, memungkinkan
terwujudnya pelaksanaan asesmen yang baik di lapangan.
Saat melakukan asesmen ada 72,72% guru bimbingan dan konseling yang
melibatkan stakeholder (guru, orang tua, dan instansi lain), selebihnya hanya
melakukan asesmen pada siswa. Ada 72,72% guru bimbingan dan konseling di
lapangan belum tertib dalam melakukan kegiatan penyusunan program bimbingan
dan konseling. Pembuatan program juga dilakukan sebelum data asesmen
dianalisis, sehingga guru bimbingan dan konseling hanya melihat sepintas butir
yang paling banyak dipilih oleh siswa. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu,
fasilitas, dan tenaga.
Ada 63,63% guru bimbingan dan konseling yang belum mengetahui
kesesuaian hasil asesmen yang telah dilakukan dengan kebutuhan siswa.
Penyebabnya karena guru bimbingan dan konseling hanya menggunakan satu
jenis instrumen saja, sehingga informasi yang didapatkan kurang utuh dan
lengkap.
Kegiatan asesmen yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
dimulai dari pengumpulan data, entri data, analisis secara individual, analisis
9
secara kelompok, membuat grafik, dan interpretasi data. Ada juga yang
melakukan pemilihan instrumen, dan menentukan prioritas kebutuhan siswa. Guru
BK lebih memilih memanfaatkan instrumen yang sudah ada dibandingkan
mengembangkan instrumen sendiri, sebab masih merasa kesulitan ketika
mengembangkan instrumen sendiri.
Hasil penelitian Putra dan Nusantoro (2015) menunjukkan bahwa
identifikasi kebutuhan dalam program bimbingan dan konseling masih kurang
baik karena identifikasi kebutuhan belum dilakukan pada seluruh siswa dan
instrumen identifikasi yang digunakan masih belum lengkap. Selain itu, penelitian
Anni (2012) menunjukkan bahwa guru bimbingan dan konseling belum dapat
memanfaatkan hasil asesmen dengan baik dan instrumen yang digunakan belum
diuji standarisasinya (validitas, realiabilitas dan utiltasnya), guru bimbingan dan
konseling hanya melakukannya dengan guru bidang studi atau wali kelas, bahkan
ada yang tidak melakukan sama sekali.
Berdasarkan survei awal juga diketahui bahwa 90,90% guru mengalami
kendala dalam kegiatan asesmen. Beberapa kendala yang dialami guru berkaitan
dengan analisis data, interpretasi data, keterbatasan sarana dan prasarana,
keterbatasan waktu dan tenaga, kesulitan dalam mengumpulkan data siswa, dan
kesulitan dalam mengembangakan instrumen. Sehingga, hasil asesmen yang
diperoleh belum menunjukkan kebutuhan nyata siswa.
Berdasarkan fenomena di lapangan, maka peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian mengenai “Pelaksanaan asesmen pada program bimbingan
10
dan konseling komprehensif di SMP Negeri Kota Semarang (Studi Mixed
Methods)” untuk mengetahui pelaksanaan asesmen yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling SMP Negeri di Kota Semarang secara keseluruhan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang sudah dijabarkan, maka rumusan masalah
yang muncul dalam penelitian pelaksanaan asesmen pada program bimbingan dan
konseling komprehensif (Studi Mixed Methods) yaitu bagaimana pelaksanaan
asesmen bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling di SMP Negeri Kota Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pelaksanaan asesmen BK yang dilakukan oleh guru bimbingan
dan konseling di SMP Negeri di Kota Semarang.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat, berupa:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan,
dan masukan mengenai pelaksanaan asesmen pada program bimbingan dan
konseling komprehensif. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis untuk mengembangkan khazanah
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan asesmen, guna
meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
11
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1. Bagi Guru BK
Guru bimbingan dan konseling memperoleh data mengenai pelaksanaan
asesmen BK yang telah dilakukan. Sehingga, dapat dijadikan bahan perbaikan
bagi kegiatan asesmen selanjutnya dan kualitas layanan dapat meningkat serta
tujuan program dapat tercapai.
1.4.2.2. Bagi Penelitian Lanjutan
Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya
untuk melakukan penelitian lainnya yang masih berkaitan dengan asesmen pada
kegiatan bimbingan dan konseling.
1.4.2.3. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini dapat menjadi masukan perguruan tinggi untuk
mempersiapkan dan mencetak guru bimbingan dan konseling dengan penguasaan
teori dan praktik asesmen BK yang baik. Sehingga, guru bimbingan dan konseling
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan maksimal.
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan asesmen pada program
bimbingan dan konseling komprehensif. Untuk itu, dalam kajian teori ini akan
membahas teori-teori dan penelitian yang relevan tentang variabel peneltian
tersebut. Kajian teori yang akan dibahas, yaitu penelitian terdahulu, program
bimbingan dan konseling komprehensif, asesmen bimbingan dan konseling, dan
pelaksanaan asesmen pada program bimbingan dan konseling komprehensif.
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan, sehingga penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai rujukan
bagi peneliti agar posisi penelitian ini jelas arah dan tujuannya. Tujuan penelitian
terdahulu yaitu sebagai bahan masukan untuk memperkuat penelitian mengenai
pelaksanaan asesmen pada program bimbingan dan konseling komprehensif.
Penelitan Prilintia dan Anni (2016) yang berjudul studi deskriptif
penggunaan software IKMS dalam perencanaan manajemen bimbingan dan
konseling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan asesmen dan
analisis data asesmen menggunakan IKMS yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling di SMA Negeri Kabupaten Pemalang dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Penelitian yang dilakukan peneliti lebih berfokus pada
kegiatan asesmen pada program komprehensif.
Penelitian oleh Barus, dkk (2011) dengan judul pengembangan instrumen
asesmen kebutuhan perkembangan untuk penyusunan kurikulum dan evaluasi
13
program BK. Pada penelitian ini produk yang dihasilkan berupa instrumen
asesmen kebutuhan peserta didik yang disebut Inventori Kebutuhan
Perkembangan Murid (IKPM). Sedangkan, peneliti tidak membuat suatu
instrumen asesmen, tetapi meneliti pelaksanaan kegiatan asesmennya.
Pada penelitian Mukhayatun, dkk (2014) yang berjudul model program
bimbingan dan konseling komprehensif Sekolah Menengah Pertama (studi pada
SMP Negeri 6 Rembang) menggunakan metode RnD (Research and
Development) dalam mengembangkan suatu model program bimbingan dan
konseling komprehensif. Sedangkan, peneliti berusaha meneliti mengenai
pelaksanaan asesmen pada program bimbingan dan konseling komprehensif
menggunakan metode mix methods.
Pada penelitian Safta, dkk (2010) yang berjudul quality management in the
counselling and orientation services in romania. analyses, findings,
recommendations membahas evaluasi pada kualitas, prosedur, aspek-aspek
positif, hambatan, dan proses layanan orientasi mengenai profesi konselor hingga
akhirnya muncul rekomendasi perbaikan layanan orientasi. Sedangkan, peneliti
melakukan penelitian pada pelaksanaan evaluasi kegiatan asesmen dalam program
bimbingan dan konseling.
Penelitian yang dilakukan oleh Andronic dan Andronic (2011) yang
berjudul career counselling in romania – impact on educational actors membahas
mengenai identifikasi kebutuhan pelaku pendidikan (siswa, guru, orang tua,
kepala sekolah) terhadap layanan konseling karir serta dampak dan manfaat dari
14
adanya layanan konseling karir. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
yang dilakukan peneliti terletak pada fokus penelitian. Penelitian di atas lebih
berfokus pada identifikasi kebutuhan terhadap layanan konseling karir, sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti berfokus pada proses asesmen yang dilakukan
secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hashim, dkk (2013) dengan judul
development of a usable online counseling management system berusaha
mengembangkan suatu inventori need asessment yang disebut ENAI (Employee
Needs Assessment Inventory) untuk mengidentifikasi permasalahan hidup yang
dialami seseorang. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti memang
berfokus pada asesmen, tetapi tidak melakukan pengembangan produk.
Pada penelitian Liston dan Geary (2014) yang berjudul evaluating a
guidance counsellor education programme: the methodological complexities,
peneliti melakukan evaluasi pada program pendidikan guru pembimbing yang
ditawakan oleh universitas di Irlandia dengan menggunakan model 3P (Presage,
Process, dan Product). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan peneliti yaitu terletak pada fokus evaluasi yang dilakukan. Evaluasi
dilakukan oleh peneliti pada kegiatan asesmen dalam program bimbingan dan
konseling.
Penelitian Calaguas (2012) yang berjudul academic achievement and
school ability: implications to guidance and counseling programs membahas
tentang hubungan prestasi akademik dengan kemampuan sekolah yang dapat
15
dijadikan dasar dalam memahami siswa, membantu siswa dalam membuat pilihan
karir, dan dalam pelaksanaan layanan konseling dalam program bimbingan dan
konseling. penelitian tersebut lebih berfokus pada hubungan prestasi akademi dan
kemampuan sekolah yang dilakukan pada mahasiswa pelamar perguruan tinggi
sebagai dasar asesmen. Sedangkan, fokus penelitian yang dilakukan peneliti yaitu
pada pelaksanaan evaluasi asesmen.
Penelitian Ruttoh (2015) planning and implementation of guidance and
counseling activities in Secondary Schools: a case of Kamariny Division Of Keiyo
District, Kenya mengungkap tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah menengah di Kamariny, Kenya dengan menggunakan survei
deskriptif. Sedangkan, penelitian yang dilakukan peneliti hanya berfokus pada
pelaksanaan kegiatan asesmen bimbingan dan konseling mulai dari awal hingga
akhir.
Penelitian Sahin (2009) dengan judul The evaluation of counseling and
guidance services based on teacher views and their prediction based on some
variables dilakukan untuk mengevaluasi jasa layanan bimbingan dan konseling
yang ditawarkan oleh guru sekolah dasar dan sekolah menengah. Sehingga
diketahui bahwa layanan bimbingan dan konseling yang ditawarkan di sekolah
menengah lebih memadai dibandingkan dengan layanan bimbingan dan konseling
di sekolah dasar. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan
peneliti yaitu terletak pada objek evaluasi. Objek evaluasi yang akan diteliti oleh
peneliti yaitu kegiatan asesmen dalam bimbingan dan konseling.
16
Penelitian Basuki (2017) dengan judul kontribusi penilaian kebutuhan
(need assesment) dalam penyusunan program bimbingan dan konseling kelas VII
UPTD SMPN 1 Prambon Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui penggunaan need assesment dan pelaksanaannya di SMPN 1
Prambon saat menyusun program bimbingan dan konseling. Sehingga, dapat
diketahui kontribusi need assesment yang dilakukan dalam menyusun program
bimbingan dan konseling. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu peneliti berusaha meneliti pelaksanaan evaluasi
asesmen. Sehingga dapat diketahui keberhasilan asesmen yang sudah dilakukan.
Penelitian Muango dan Joel (2012) berjudul An evaluation of the
effectiveness of guidance and counselling services in Public Universities in Kenya
mengevaluasi tentang efektifitas layanan bimbingan dan konseling di Masinde
Muliro Universitas Sains dan Teknologi, Kenya dengan menggunakan desain
survei deskriptif. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan
peneliti. Karena penelitian yang dilakukan peneliti lebih berfokus kegiatan
asesmennya.
Penelitian Naser dan Utami (2017) dengan judul evaluasi program
bimbingan karier discrepancy model dalam meningkatkan kualitas kinerja
konselor. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan
keberhasilan program bimbingan karir dengan model discrepancy. Sedangkan
peneliti berfokus pada kegiatan asesmen yang dilakukan guru bimbingan.
17
Penelitian Komalasari dan Herdi (2015) yang berjudul the development of
career competence instrument based on computer assisted testing for student of
junior high school in Jakarta, Indonesia berusaha mengembangkan suatu
instrumen asesmen kompetensi karir yang baku berbasis CAT (Computer Assisted
Testing) untuk menghasilkan data yang akurat dan komprehensif mengenai arah
peminatan dan tingkat kompetensi karir peserta didik. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti lebih berfokus pada kegiatan
asesmen BK.
Penelitian Rifa’i (2015) dengan judul apllikasi instrumentasi terpadu
berbasis komputer: alternatif media pemahaman diri siswa. Pada penelitian
tersebut, peneliti mengembangkan model aplikasi instrumentasi terpadu berbasis
komputer yang efektif untuk pemahaman diri siswa. Sedangkan, peneliti tidak
mengembangkan instrumen asesmen untuk memahami siswa.
Penelitian Kusmanto, dkk (2014) yang berjudul The development of
evaluation program model guidance and counseling service based on CSE-UCLA
of Junior High School in Kudus merupakan penelitian pengembangan CSE-UCLA
yang merupakan model dan instrumen mengevaluasi program bimbingan dan
konseling dan sebagai alat ukur efektivitas kinerja guru bimbingan dan konseling.
Sedangkan peneliti tidak mengembangkan model instrumen.
Oleh karena itu, maksud penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui
kesesuaian pelaksanaan kegiatan asesmen dan mengetahui pelaksanaan evaluasi
18
asesmen pada program bimbingan dan konseling komprehensif yang dilakukan
oleh guru bimbingan dan konseling di SMP Kota Semarang.
2.2. Kajian Pustaka
2.2.1. Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Semua kegiatan bimbingan dan konseling perlu direncanakan secara
sistematis, melalui program bimbingan dan konseling. Seiring dengan perubahan
kebutuhan dalam pelayanan bimbingan dan konseling, maka muncul rumusan
program bimbingan dan konseling komprehensif yang berfokus pada
perkembangan siswa. Menurut Gybers dan Henderson (1988: 42) guidance
programs are developmental and comprehensive. Artinya, program bimbingan
bersifat pengembangan dan komprehensif. Pada program bimbingan
komprehensif, fokus utamanya yaitu membantu siswa tumbuh dan berkembang.
Selain itu, program bimbingan bersifat komprehensif karena didalamnya terdapat
berbagai kegiatan dan layanan, seperti asesmen, informasi, konsultasi, konseling,
referal, penempatan, dan follow up. Menurut Myrick dalam Bhakti (2017: 132)
bimbingan dan konseling perkembangan secara lahiriah manusia menggerakkan
kepribadian individualnya secara berurutan dan positif menuju pengembangan
diri.
Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa melalui berbagai kegiatan
yang dirumuskan dalam program bimbingan dan konseling komprehensif akan
mengarahkan siswa pada perkembangan yang positif melalui berbagai komponen
layanan yang dirumuskan dalam program bimbingan dan konseling komprehensif.
19
Program bimbingan dan konseling komprehensif memuat berbagai
komponen, seperti yang disebutkan oleh Sukardi dan Kusmawati (2008: 37)
bahwa program bimbingan dan konseling hendaknya merumuskan masalah yang
dialami siswa, merumuskan tujuan yang jelas, bentuk-bentuk kegiatan, personil,
fasilitas, dan anggaran biaya. Sehingga, program bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan yang dilakukan secara terencana, terorganisir, dan
terkoordinasi yang terdiri dari berbagai bentuk kegiatan untuk membantu
perkembangan dan pemecahan masalah siswa. Semua kegiatan yang ditujukan
untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah siswa dimuat dalam
komponen layanan bimbingan dan konseling komprehensif.
Komponen layanan yang termuat dalam program bimbingan dan konseling
komprehensif dapat disusun berdasarkan kebutuhan siswa, visi dan misi BK, dan
tujuan BK. Program bimbingan dan konseling terdiri dari empat komponen
pelayanan dan empat bidang layanan.
Layanan bimbingan dan konseling komprehensif terdiri dari (1) layanan
dasar bimbingan atau kurikulum bimbingan; (2) layanan responsif; (3)
perencanaan individual; (4) dukungan sistem (Wardati dan Jauhar, 2011: 113-114;
Gybers dan Henderson dalam Sugiyo 2014: 17). Setiap komponen layanan
tercakup dalam empat bidang layanan, yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Semua komponen program dirumuskan dan disusun menjadi suatu
program bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan
siswa di sekolah. Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Sugiyo (2014:
20
18) strategi yang digunakan guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan
layanan dasar yaitu melalui bimbingan kelas, pelayanan orientasi, pelayanan
informasi, bimbingan kelompok, dan pelayanan pengumpulan data.
Pada perencanaan individual, pengembangan berfokus pada aspek pribadi-
sosial, akademik, dan karir. Pada pelayanan responsif yang bersifat kuratif,
strategi yang digunakan yaitu konseling kelompok dan individual, alih tangan
kasus, kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas, orang tua dan luar
sekolah, konsultasi, konferensi kasus, dan kunjungan rumah. Sedangkan pada
dukungan sistem, strategi yang digunakan yaitu pengembangan jejaring dan
pengembangan profesional.
Kegiatan menyusun program bimbingan dan konseling dilakukan melalui
manajemen yang baik. Menurut Nurihsan (2009: 62-69) aspek-aspek manajemen
program bimbingan dan konseling terdiri dari:
(1) perencanaan dan pengorganisasian program layanan bimbingan
dan konseling; (2) pengarahan kegiatan bimbingan dan konseling; (3)
supervisi kegiatan bimbingan dan konseling; (4) penilaian program
layanan bimbingan dan konseling.
Artinya kegiatan penyusunan program merupakan suatu kesatuan yang
utuh mulai dari tahap perencanaan program sampai pada penilaian program.
Asesmen termasuk ke dalam kegiatan perencanaan program bimbingan dan
konseling. Hasilnya menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program.
Sehingga, penting dilakukan. Selanjutnya akan diuraikan penjelasan mengenai
asesmen bimbingan dan konseling.
21
2.2.2. Asesmen Bimbingan dan Konseling
Kajian teori yang akan dibahas pada bagian ini terdiri dari konsep asesmen
bimbingan dan konseling, tujuan asesmen bimbingan dan konseling, jenis
asesmen, manfaat asesmen, macam-macam instrumen asesmen, dan prosedur
asesmen.
2.2.2.1. Konsep Asesmen
Asesmen merupakan kegiatan penting yang dilakukan oleh guru
bimbingan dan konseling sebelum menyusun suatu program. Hasil yang diperoleh
dari asesmen menjadi salah satu dasar yang digunakan untuk merumuskan
program bimbingan dan konseling. Menurut Komalasari, dkk (2011: 17) asesmen
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan mulai dari pengumpulan data,
analisis data, dan interpretasi data mengenai siswa dan lingkungannya sebagai
dasar pengembangan program bimbingan dan konseling.
Asesmen adalah proses memahami siswa dan lingkungan dengan
mengumpulkan berbagai informasi melalui serangkaian kegiatan yang saling
tekait. Sehingga diperoleh data mengenai kondisi nyata siswa dan lingkungan,
seperti yang dijelaskan oleh Gibson dan Mitchell (2011: 567) bahwa asesmen
kebutuhan merupakan aktivitas dasar yang tidak hanya menghasilkan spekulasi
berdasarkan opini, tetapi juga menyajikan fakta yang sesuai dengan kebutuhan
siswa secara nyata.
Jadi, asesmen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh data mengenai siswa dan lingkungannya sesuai dengan keadaan
nyata siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan dan
22
pengembangan program bimbingan dan konseling. Menurut Uno dan Koni dalam
Cahyaningsih dan Rahmawati (2017: 15) asesmen adalah sebuah proses yang
ditempuh untuk mendapatkan informasi dan digunakan untuk membuat
keputusan-keputusan mengenai siswa, kurikulum, program-program, metode dan
kebijakan pendidikan oleh lembaga, organisasi, atau institusi resmi.
Hal tersebut semakin memperjelas bahwa asesmen merupakan dasar yang
dapat digunakan sebagai rujukan untuk membuat keputusan-keputusan dalam
penyusunan program bimbingan dan konseling. Sedangkan, menurut Yusuf dalam
Ferdiansyah (2016: 127) asesmen merupakan proses pengumpulan data atau
informasi, pengolahan data dan pendokumentasian, yang dilakukan secara
sistematis tentang objek yang dinilai tanpa merujuk pada keputusan nilai.
Beberapa penjelasan dari pendapat ahli, semakin memperjelas bahwa
kegiatan asesmen merupakan proses yang penting untuk dilakukan, sebab hasilnya
tidak hanya dijadikan sebagai dasar penyusunan program, tetapi juga dapat
dijadikan dasar untuk merumuskan layanan yang akan diberikan pada siswa sesuai
dengan kebutuhan siswa secara nyata.
2.2.2.2. Tujuan Asesmen Bimbingan dan Konseling
Kegiatan asesmen terdiri dari dua bidang pokok, yaitu asesmen siswa dan
asesmen lingkungan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat bahwa kegiatan
asesmen menyoroti dua data mendasar, yaitu asesmen populasi target dan
asesmen lingkungan.
Asesmen populasi target berkaitan dengan data-data mengenai
karakteristik dan perilaku klien dan asesmen lingkungan berkaitan
23
dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku klien.
Kegiatan asesmen lingkungan terkait dengan kegiatan
mengidentifikasi harapan sekolah, sarana dan prasarana pendukung
program, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan kepala
sekolah, dan asesmen peserta didik berkaitan dengan karakteristik
peserta didik (Gibson dan Mitchell, 2011: 567-568; Komalasari, dkk,
2011: 20)
Beberapa hal yang pertimbangkan dalam asesmen lingkungan yaitu
ekspektasi dan dukungan kepala sekolah, staf sekolah serta orang tua siswa.
Kegiatan asesmen siswa maupun lingkungan yang dilakukan oleh guru bimbingan
dan konseling sebelum melakukan penyusunan program bukan tanpa tujuan.
Adapun tujuan asesmen menurut Aiken dalam Sutoyo (2014: 20) yaitu untuk
menilai tingkah laku, kecakapan mental, dan karakteristik kepribadian seseorang
dalam rangka membantu mereka membuat suatu keputusan. Artinya, melalui
kegiatan asesmen, guru bimbingan dan konseling tidak hanya memperoleh suatu
data maupun informasi mengenai siswa, tetapi juga dapat menilai tingkah laku
dan kepribadian siswa, sehingga guru bimbingan dan konseling dapat
merumuskan layanan yang sesuai dengan hasil asesmen yang dilakukan.
Sedangkan menurut Kartadinata dalam Ferdiansyah (2016: 127) tujuan
asesmen yaitu memperoleh data yang relevan, objektif, dan komprehensif
mengenai kondisi perserta didik secara utuh terutama permasalahan, kebutuhan,
potensi, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan siswa. Asesmen yang
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dapat menambah pemahaman guru
bimbingan dan konseling mengenai kondisi siswa dan lingkungan secara utuh dan
relevan. Nita dan Zaini (2017: 206) juga menjelaskan bahwa melalui pemahaman
24
individu guru bimbingan dan konseling menerima kelebihan dan kekurangan
siswa, mampu memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan siswa, dan dapat
menjalin relasi yang baik dengan siswa.
Jadi, tujuan dilakukannya asesmen yaitu untuk memperoleh data yang
sesuai dengan kondisi nyata siswa untuk mengembangkan potensi dan
mengentaskan permasalahan yang dialami, sehingga dapat dirumuskan ke dalam
layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan dapat memonitor kemampuan
siswa. Guru bimbingan dan konseling juga dapat membangun relasi yang baik
dengan siswa dan mampu memahami kekurangan serta kelebihan siswa.
2.2.2.3. Macam-macam Instrumen Asesmen
Kegiatan asesmen yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
salah satunya yaitu pengumpulan data atau informasi mengenai siswa dan
lingkungan. Pada kegiatan pengumpulan data diperlukan suatu instrumen untuk
mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan untuk menyusun dan
mengembangkan program bimbingan dan konseling. Asesmen dalam bimbingan
dan konseling dibagi menjadi dua teknik yaitu teknik tes dan nontes. Triyanto,
(2008: 2) menjelaskan bahwa:
Asesmen teknik tes mempersyaratkan penguasaan kompetensi khusus
yang diperoleh melalui jalur pelatihan sertifikasi tes psikologi dalam
bimbingan dan konseling. Sedangkan, penggunaan teknik non-tes
konselor hanya perlu menguasai pengetahuan, praktek, dan sintesis
berkaitan dengan asesmen non-tes.
Sesuai dengan pendapat di atas, diketahui bahwa terdapat persyaratan yang
harus dipenuhi oleh guru bimbingan dan konseling saat akan menggunakan
25
instrumen asesmen, baik tes maupun non-tes mulai dari pengetahuan, kemampuan
praktek, dan keahlian yang diperoleh melalui pelatihan sertifikasi tes psikologi
bimbingan dan konseling. Selain teknik asesmen, menurut Komalasari, dkk (2011:
22-23) terdapat beberapa jenis instrumen tes dan non-tes yang digunakan oleh
guru bimbingan dan konseling dalam mengumpulkan informasi mengenai siswa
dan lingkungannya, antara lain:
Tes kecerdasan, tes minat, tes bakat, tes kemampuan kerja, tes
kepribadian, tes kematangan sosial, pedoman wawancara, angket,
DCM (Daftar Cek Masalah), sosiometri, AUM-U (Alat Ungkap
Masalah Umum), AUM-PTSDL (Alat Ungkap Masalah Belajar),
Inventori Tugas Perkembangan (ITP), observasi dan skala psikologi.
Beberapa jenis instrumen asesmen memerlukan proses pengukuran atau
penentuan skor, angka, skala, dan jenjang, seperti pada instrumen tes buatan guru,
tes-tes terstandar dan inventori. Tetapi, ada beberapa instrumen asesmen yang
menghasilkan informasi verbal, seperti interview, caratan anekdot, laporan diri,
maupun catatan harian. Hartono (2011: 75) juga menyebutkan beberapa teknik
asesmen dan analisis pengembangan, yaitu inventori tugas-tugas perkembangan
(ITP), angket konseli, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir konseli,
leger, psikotes, dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM).
Masing-masing instrumen dipilih dan digunakan sesuai dengan kebutuhan
informasi yang akan dikumpulkan. Arikunto (2009: 106) menjelaskan bahwa
instrumen skala, inventori, dan tes banyak digunakan untuk mengukur aspek-
aspek kepribadian dan kejiwaan. Pemilihan instrumen juga mempertimbangkan
sumber datanya. Ketika sumber data berasal dari orang, maka dapat menggunakan
26
wawancara, angket, observasi, dan tes. Selain itu, sumber data berupa tempat
dapat digali dengan menggunakan observasi. Sedangkan, sumber data berupa
dokumen dapat digali dengan menggunakan dokumentasi.
2.2.2.4. Prosedur Asesmen Bimbingan dan Konseling
Kegiatan asesmen merupakan serangkaian proses dalam memahami siswa
dan lingkungannya. Komalasari, dkk (2011: 17) menjelaskan bahwa dalam
kegiatan asesmen dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan data,
analisis data, dan interpretasi data mengenai siswa dan lingkungannya sebagai
dasar pengembangan program bimbingan dan konseling. Guru BK melakukan
pengumpulan data asesmen pada siswa dan lingkungan dengan memanfaatkan
instrumen tes dan non tes. Hasil pengumpulan data kemudian diolah dan dianalisis
baik secara manual maupun menggunakan software. Setelah itu, guru BK
melakukan interpretasi data asesmen yang telah diolah dan dianalisis, dan
hasilnya dimanfaatkan untuk membuat materi layanan BK.
Pada kegiatan asesmen, guru bimbingan dan konseling perlu
memperhatikan syarat dan prosedur dalam melakukan asesmen. Ketika guru
sudah memenuhi syarat dalam melaksanakan asesmen dan memahami prosedur
asesmen yang baik, maka kegiatan asesmen akan berjalan lancar. Tetapi tidak
hanya memahami saja, melainkan guru BK juga berupaya untuk melaksanakan
kegiatan asesmen sesuai dengan prosedur. Sehingga, dapat dibuat suatu program
bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Menurut Prayitno
27
dalam Rosa, dkk (2014: 10) ada syarat-syarat penyelenggaraan asesmen yang
baik, antara lain:
(1) memahami isi dan bentuk instrumen yang dipakai; (2) memahami
dan dapat melaksanakan prosedur pengadministrasian instrumen; (3)
memahami dan dapat melaksanakan pengolahan jawaban responden;
(4) memahami dan dapat melaksanakan penafsiran-penafsiran
terhadap hasil; (5) memperoleh izin dari pihak yang memiliki
wewenang pada instrumen yang digunakan.
Beberapa syarat penyelenggaraan asesmen di atas berkaitan dengan
kemampuan praktek guru bimbingan dan konseling dalam melakukan asesmen.
Selain pemahaman yang baik akan prosedur kegiatan asesmen, guru bimbingan
dan konseling juga dituntut untuk memiliki kemampuan praktek penyelenggaraan
asesmen bimbingan dan konseling yang baik supaya terwujudnya program
bimbingan dan konseling yang sesuai kebutuhan nyata siswa.
Penyusunan program bimbingan dan konseling diawali dengan kegiatan
asesmen seperti yang dijelasakan oleh Depdiknas dalam Kurniawan (2015: 4)
bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling dimulai dari kegiatan
asesmen atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dijadikan sebagai
bahan masukan bagi penyusunan program bimbingan dan konseling. Artinya,
program bimbingan dan konseling yang dibuat harus sesuai dengan hasil asesmen
yang diperoleh, sebab langkah awal penyusunannya dimulai dari melakukan
kegiatan asesmen yang terdiri dari beberapa langkah. Menurut Asni dan Sudharno
beberapa langkah yang dilakukan dalam kegiatan asesmen (2017), antara lain:
(1) pengumpulan data dan penentuan tujuan pengumpulan data; (2)
menentukan alat atau instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan siswa dan lingkungan.
28
Instrumen asesmen lingkungan bisa menggunakan observasi,
wawancara, dan studi dokumen; (3) mengelompokkan data menjadi
data kuantitatif dan data kualitatif dan menentukan kriteria masalah
bersifat umum atau pribadi; (4) menganalisis data sesuai dengan
ketentuan instrumen dan dideskripsikan. Analisis data dapat dilakukan
dengan menggunakan basis komputer atau manual. Lalu, data
dikelompokkan lagi menjadi data umum, data kelompok, dan data
pribadi; (5) membuat keputusan berdasarkan data yang sudah
terkumpul yang akan dijadikan dasar dalam merumusan layanan
bimbingan dan konseling.
Pada kegiatan pemilihan instrumen, guru bimbingan dan konseling bisa
melakukan pengembangan instrumen sendiri, dan tidak hanya menggunakan
instrumen yang sudah ada saja. Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru
bimbingan dan konseling dalam mengembangkan instrumen menurut Djaali dan
Muljono dalam Komalasari, dkk (2011: 31-34), sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi tujuan utama penggunaan instrumen; (2)
mengidentifikasi tingkah laku yang mewakili konstruk tertentu; (3)
menentukan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu
rentangan kontinum dari satu kutub ke kutub lain yang berlawanan;
(4) mengkonstruksi sejumlah draft item yaitu menulis butir-butir
instrumen yang diperlukan sebanyak-banyaknya, lalu diseleksi; (5)
mereview item. Pengkajian awalnya dilakukan oleh pengembang
instrumen, lalu diberikan pada beberapa ahli dalam suatu bidang
sesuai dengan variabel; (6) melakukan uji coba awal untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen; (7) melakukan uji
coba pada sampel yang lebih besar; (8) menentukan analisis statistik
yang sesuai dan mengeliminasi item; (9) mendesain dan melakukan
perhitungan validitas dan reliabiltas instrumen; (10) mengembangkan
panduan untuk pengadministrasian, pemberian skor, dan interpretasi.
Apabila instrumen asesmen dibuat sendiri oleh guru bimbingan dan
konseling, maka instrumen harus melalui proses uji standardisasi instrumen.
Sebab, menurut Santohadi dalam Anni (2012: 102) need assesment yang bermutu
harus didasarkan pada bukti ilmiah (evidence based assesment). Sehingga, data
29
yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan. Instrumen asesmen yang
terstandar atau yang sudah melalui proses uji validitas dan reliabilitas menjadi
syarat mutlak yang harus terpenuhi. Anni (2012: 102) juga menjelaskan bahwa
standarisasi instrumen dilakukan melalui validitas ahli atau melalui uji statistitik.
Setelah melakukan pemilihan instrumen asesmen, lalu dilakukan
pengumpulan data dan data diolah serta dianalisis. Proses analisis data dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem komputer ataupun sistem manual. Analisis
instrumen juga dapat disesuaikan dengan pedoman yang telah ada pada setiap
instrumen baik tes maupun non-tes. Ketika data berbentuk kuantitatif, maka hasil
analisisnya berbentuk angka. Sedangkan, data kualitatif hasil analisisnya bisa
berbentuk penjelasan deskriptif, seperti pada instrumen sosiometri. Komalasari,
dkk (2011: 24) menjelaskan bahwa hasil asesmen menggambarkan potensi, tugas
perkembangan, dan masalah peserta didik, serta menggambarkan potensi dan
kondisi lingkungan pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan tempat siswa berada.
Setelah data asesmen dianalisis, lalu guru bimbingan dan konseling
melakukan interpretasi data. Pada tahap interpretasi data, guru bimbingan dan
konseling melakukan penafsiran pada hasil analisis asesmen. Interpretasi data
berisi pandangan guru terhadap hasil analisis data yang akan digunakan sebagai
dasar penyusunan program bimbingan dan konseling.
30
2.3. Pelaksanaan Asesmen pada Program Bimbingan dan
Konseling Komprehensif
Guru BK di lapangan telah melaksanakan kegiatan asesmen mulai dari
pengumpulan data, pemilihan instrumen, standarisasi instrumen, analisis data, dan
interpretasi data. Akan tetapi, ada beberapa permasalahan yang dialami oleh guru
BK dalam melaksanakan asesmen BK. Mulai dari kesulitan dalam melakukan
analisis dan interpretasi data asesmen, penggunaan instrumen yang belum
maksimal dan terstandar, sampai pada hasil asesmen yang belum dijadikan dasar
dalam penyusunan program.
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu
kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Bimbingan dan
konseling komprehensif merupakan suatu paradigma baru dalam bimbingan dan
konseling yang mengubah arah kegiatan bimbingan dan konseling dari
sebelumnya berfokus pada upaya pengentasan dan penanganan masalah yang
dialami siswa menjadi lebih berfokus ada upaya pengembangan potensi,
pencegahan masalah, serta pemecahan masalah yang dialami siswa. Hal ini
diperjelas oleh pendapat Safitri (2017: 72) bahwa model bimbingan dan konseling
berorientasi perkembangan dan preventif. Artinya bimbingan dan konseling
komprehensif lebih berfokus pada pengembangan potensi siswa dan upaya
pencegahan. Meskipun ketika terjadi masalah, maka dilakukan kegiatan
pengentasan masalah melalui layanan bimbingan dan konseling.
31
Subjek dalam tujuan pendidikan adalah siswa, sehingga kegiatan
bimbingan dan konseling juga ditujukan untuk siswa. Oleh sebab itu, pada tahap
persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan
konseling melakukan kegiatan asesmen untuk mengidentifikasi kebutuhan siswa
dan lingkungan. Adiputra (2016: 635) menjelaskan bahwa kegiatan bantuan pada
siswa merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan pengukuran kebutuhan
(need assesment). Need assesment merupakan salah satu tahapan dan aktivitas
mendasar dalam penyusunan program bimbingan dan konseling untuk
menciptakan program yang efektif.
Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa kegiatan asesmen
merupakan tahapan dasar dalam penyusunan program untuk menciptakan program
yang efektif. Hal ini berarti bahwa kegiatan asesmen harus dilakukan dengan baik
melalui prosedur yang benar, mulai dari proses pengumpulan data, pemilihan alat
dan metode pengumpulan data, analisis data, sampai pada interpretasi data supaya
tercipta program yang akuntabel.
Sedangkan, Gibson dan Mitchell (2011: 567) menjelakan bahwa asesmen
kebutuhan merupakan aktivitas dasar bagi pengembangan program yang
akuntabel. Sehingga, tidak hanya menghasilkan spekulasi berdasarkan opini,
tetapi juga menyajikan fakta yang sesuai dengan kebutuhan siswa secara nyata.
Hasil asesmen yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan siswa dan bukan
merupakan opini orang saja. Karena proses asesmennya melalui instrumen yang
terukur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
32
Kegiatan asesmen terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan
data sampai pada interpretasi data. Pada kegiatan pengumpulan data, hal-hal yang
diungkap berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan, permasalahan siswa, dan
prestasi siswa. Instrumen yang digunakan oleh guru bimbingan dan konseling
dalam kegiatan pegumpulan data bisa dari hasil adaptasi instrumen yang sudah
ada atau mengembangkan instrumen sendiri sesuai dengan kebutuhan. Beberapa
instrumen yang bisa digunakan yaitu DCM, ITP, sosiometri, AUM, angket,
observasi, dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari kegiatan asesmen, kemudian
diinterpretasi dan dijadikan dasar dalam penyusunan program bimbingan dan
konseling. Ketika pelaksanaan asesmen BK yang dilakukan kurang tepat, maka
dapat dirumuskan strategi layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.1 yang memuat kerangka
berpikir dari penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Program BK efektif dan akuntabel
Melakukan penelitian mengenai pelaksanaan asesmen yang dilakukan guru
BK SMP Negeri di Kota Semarang
Mulai dari kesulitan dalam melakukan analisis dan interpretasi data asesmen,
penggunaan instrumen yang belum maksimal dan terstandar, sampai pada hasil
asesmen yang belum dijadikan dasar dalam penyusunan program.
Asesmen kebutuhan merupakan aktivitas dasar yang tidak hanya menghasilkan
spekulasi berdasarkan opini, tetapi juga menyajikan fakta yang sesuai dengan
kebutuhan siswa secara nyata (Mitchell dan Gibson, 2011: 567).
63
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif diketahui bahwa pelaksanaan
asesmen yang dilakukan oleh guru BK di SMP Negeri Kota Semarang sudah baik
dengan persentase 72,42%. Pada kegiatan pengumpulan data guru BK di SMP
Negeri Kota Semarang sudah melakukan pengumpulan data yang berkaitan
dengan siswa dan lingkungan dengan persentase 74,72% yang masuk dalam
kategori baik. Pada kegiatan pemanfaatan instrumen, guru BK sudah
memanfaatkan instrumen asesmen baik tes maupun non tes dengan persentase
62,50% yang masuk dalam kategori baik. Lalu, pada kegiatan standarisasi
instrumen, guru BK sudah teruji standardisasinya dengan persentase 68,54% yang
masuk dalam kategori baik. Kemudian, pada kegiatan analisis data guru BK sudah
melaksanakan kegiatan analisis data asesmen dengan persentase 72,59% yang
masuk dalam kategori baik. Pada kegiatan interpretasi data persentasenya sebesar
71,67% yang masuk dalam kategori baik dan pada indikator kriteria evaluasi
asesmen diperoleh persentase sebesar 73,16% yang masuk dalam kategori baik.
Sedangkan, berdasarkan hasil wawancara diketahui terdapat faktor-faktor
yang menjadi kendala guru BK dalam melaksanakan asesmen, seperti manajemen
waktu yang belum baik, guru BK merangkap tugas, terlalu banyaknya siswa yang
diampu, instrumen yang digunakan hanya satu jenis, penyusunan program hanya
berdasarkan hasil analisis satu instrumen dan intrumen lain hanya digunakan
64
sebagai pelengkap administrasi, belum terstandarisasinya instrumen yang
kembangkan, dan guru BK kekurangan waktu dalam olah data serta analisis data.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Guru BK
Guru BK dapat mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
profesional terutama dalam hal manajemen waktu, pengembangan instrumen, dan
dalam hal pemanfaatan hasil asesmen BK. Guru BK juga dapat mengikuti
sertifikasi tes psikologi bimbingan dan konseling untuk memenuhi syarat
penggunaan instrumen tes.
5.2.2. Bagi Penelitian Lanjutan
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian mengenai pelaksanaan
program BK komprehensif baik pada komponen input, proses, ataupun hasil.
Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian pengembangan
mengenai model evaluasi asesmen BK yang terstandar.
5.2.3. Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi dapat menjadi mitra bagi guru BK terutama dalam
kegiatan pengembangan maupun pembuatan suatu instrumen asesmen BK dan
perguruan tinggi dapat memberikan pelatihan dalam hal asesmen BK kepada
MGBK di Kota Semarang.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, S. (2016). Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Active Learning
dan Character Building dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Yogyakarta: BK FKIP Universitas
Ahmad Dahlan.
Andronic, A.O., & Razvan, L.A. (2011). Career Counselling in Romania – Impact
on Educational Actors. Procedia Social and Behavioral Sciences. 30, 1857-
1861.
Anni, C.T. (2012). Need Assesment Model Penyusunan Program Bimbingan dan
Konseling Bidang Bimbingan Belajar Berbantuan Sistem Informasi
Manajemen di SMA Negeri Kota Semarang. Jurnal Educational
Management. 1 (1), 97-106.
Annisa, A. & Catharina, T.A. (2015). Studi Kasus Pengembangan Program
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Kota Surakarta. Indonesian
Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application (IJGC). 4 (4),
59-65.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asni., & Sudharno, D.Y. (2017). Model Dasar Manajemen Pengumpulan Data BK
Komprehensif untuk SMA Muhammadiyah di DKI Jakarta. Insight: Jurnal
Bimbingan dan Konseling. 6 (1), 2-7.
Barus, Gendon. (2011). Pengembangan Instrumen Asesmen Kebutuhan
Perkembangan untuk Penyusunan Kurikulum dan Evaluasi Program BK.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 15 (1), 22-46.
Basuki, Rahmad. (2017). Kontribusi Penilaian Kebutuhan (Need Assesment)
dalam Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Kelas VII UPTD
SMPN 1 Prambon Tahun Pelajaran 2016/2017. Artikel Skripsi. Universitas
Nusantara PGRI Kediri.
Bhakti, C.P. (2015). Bimbingan dan Konseling Komprehensif: dari Paradigma
Menuju Aksi. Jurnal Fokus Konseling. 1 (2), 93-106.
Bhakti, C.P. (2017). Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif untuk
Mengembangkan Standar Kompetensi Siswa. Jurnal Konseling Andi
Matappa. 1 (1), 131-134.
66
Cahyani, Shinta Dwi., & Masengut Sukidi. (2018). Pengaruh Penggunaan Media
Gambar terhadap Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V SDN
Candipari 1 Sidoarjo. JPGSD. 06 (12), 2162.
Calaguas, G.M. (2012). Academic Achievement and School Ability: Implications
to Guidance and Counseling Programs. Research World Journal of Arts,
Science, & Commerce. 2 (3). 49-55.
Fauziyah, E. (2016). Tingkat Pemahaman Terhadap Konsep dan Praksis Asesmen
pada Guru Bimbingan dan Konseling. E-Journal Bimbingan dan Konseling.
8 (5), 128-135.
Ferdiansyah, M. (2016). Asesmen Terhadap Keterampilan Mahasiswa Bimbingan
dan Konseling dalam Menyusun Skripsi Penelitian Kualitatif. Jurnal Fokus
Konseling. 2 (2), 126-135.
Gibson, R.L., & Marianne, H.M. (2011). Bimbingan dan Konseling Edisi Ketujuh.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gysbers, Norman C., & Patricia Henderson. (1988). Developing and Managing
Your School Guidance Program. American Association for Counseling and
Development.
Hadi, Sutrisno. (2009). Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala
Nilai. Yogyakarta: FP UGM.
Hartono. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter pada Layanan Bimbingan
dan Konseling. WAHANA. 57 (2), 70-81.
Hashim, W.N.W., Mohd, R.O., Safi’ee, M., Mohamad, I.S. (2013). Development
of A Usable Online Counseling Management System. Procedia Social and
Behavioral Sciences. 97, 761-765.
Kiprop, C., Emily, B., John K., Jane, J.M. (2015). Institutionalizing Guidance
And Counselling-A Panacea For Managing Student Discipline In Kenyan
Secondary Schools in The Post-Caning Era. British Journal of Education. 3
(1), 52-64.
Komalasari, Gantina. & Herdi. (2015). The Development of Career Competence
Instrument Based on Computer Assisted Testing for Student of Junior High
School in Jakarta, Indonesia. American Journal of Engineering Research
(AJER). 4 (12), 28-35.
Komalasari, Gantina., dkk. (2011). Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK
Komprehesif. Jakarta: PT. Indeks.
67
Kurniawan, L. (2015). Pengembangan Program Layanan Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi Pendidikan &
Konseling. 1 (1), 1-8.
Kusmanto, A.S., Sugiharto, D.Y.P., & Sugiyo. (2014). The Development of
Evaluation Program Model Guidance and Counseling Service Based on
CSE-UCLA Of Junior High School in Kudus. Jurnal Bimbingan Konseling.
3 (1), 67-71.
Kusuma, I. & S.M, Budiyanto. (2015). Pengembangan Model Perencanaan
Himpunan Data dan Aplikasi Instrumentasi Berbasis Pola Tujuh Belas Plus
Pada Guru BK/Konselor SMP di Kabupaten Bondowoso. Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial. 25 (2), 86-97.
Lai-Yeung, S.W.C. (2013). The Need for Guidance and Counselling Training for
Teachers. Procedia Social and Behavioral Sciences. 113, 36-43.
Muango, G., & Ogutu, J.P.J. (2012). An Evaluation of the Effectiveness of
Guidance and Counselling Services in Public Universities in Kenya. Journal
of Emerging Trends in Educational Research and Policy Studies
(JETERAPS). 3 (2), 151-154.
Mukhayatun., Sugiyo., & Imam. T. Model Program Bimbingan dan Konseling
Komprehensif Sekolah Menengah Pertama (studi pada SMP Negeri 6
Rembang). Jurnal Bimbingan Konseling. 3 (1), 62-65.
Naser, M.N., Ferisa, P.U. (2017). Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Nita, R.W., & Zaini, A. (2017). Analisis Aplikasi Sosiometri untuk Pengungkapan
Interpersonal Skill (Solusi yang Ditawarkan Menuju Profesionalisme Guru
BK). Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Revitalisasi
Laboratorium dan Jurnal Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan
dan Konseling Berbasis KKNI. Malang Jawa Timur.
Nurihsan, A.J. (2009). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sunawan., Andromeda., Muslikah., Reni Pawestuti A.S., Tri Murtini. (2018).
Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
Prilintia, U. & Catharina, T.A. (2016). Deskriptif Penggunaan Software IKMS
dalam Perencanaan Manajemen Bimbingan dan Konseling. Indonesian
68
Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application (IJGC). 5 (2),
2-7.
Putra, E.M., & Eko N. (2015). Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di SMK Negeri 1 Blora (Model CIPP). Indonesian Journal of
Guidance and Counselng: Theory and Application. 4 (1), 37-45.
Putranti, D. (2015). Studi Deskriptif Tentang Sarana dan Prasarana Bimbingan
dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama. PSIKOPEDAGOGIA. 4 (1),
45-50.
Rahmawati, A.H., & Niken C. (2017). Autobiografi Seorang Konselor sebagai
Asesmen Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Prosiding Seminar
Bimbingan dan Konseling. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri
Malang.
Rifa’i, Akhmad. (2015). Aplikasi Instrumentasi Terpadu Berbasis Komputer:
Alternatif Media Pemahaman Siswa. Jurnal Konseling GUSJIGANG. 1(1),
1-11.
Rosa, S., Marjohan., & Azrul. S. (2014). Persepsi Siswa Tentang Kompetensi
Profesional Guru Bimbingan dan Konseling. Konselor. 3 (1), 7-11.
Rubens, A., Gerald. A., Bryan S.S, Joseph, S.L. (2017). Self-Awareness and
Leadership: Developing an Individual Strategic Professional Development
Plan in an MBA Leadership Course. The International Journal of
Management Education. 16, 1-13.
Ruttoh, M.J.K. (2015). Planning and Implementation of Guidance and Counseling
Activities in Secondary Schools: a Case of Kamariny Division Of Keiyo
District, Kenya. Journal Education and Practice. 6 (5). 1-4.
Safitri, N.E. (2017). Pengembangan Modul Penyusunan Program Bimbingan dan
Konseling Komprehensif di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah
Consellia. 7 (2), 71-81.
Safta, C.G., Emil. S., Mihaela, S., Corina., I. (2011). Quality Management in The
Counselling and Orientation Services in Romania. Analyses, Findings,
Recommendations. Procedia Social and Behavioral Sciences. 12, 470-477.
Sahin, F.Y. (2009). The Evaluation of Counseling and Guidance Services Based
on Teacher Views and Their Prediction Based on Some Variables.
International Journal of Instruction. 1 (1), 60-76.
Saradewi, M.P. & Catharina, T.A. (2016). Studi Evaluatif Software DCM untuk
Keefektifan Need Assesment Penyusunan Program. Indonesian Journal of
Guidance and Counseling: Theory and Application (IJGC). 5 (1), 7-11.
69
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, D.K., & Desak, P.E.N.K. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: PT Asdi Mahasaya.
Sutoyo, A. (2014). Pemahaman Individu Edis Revisi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Syakira, M., Alimuddin, M., Arifin, A. (2016). The Model of ICT-Based Career
Information Services and Decision-Making Ability of Learners.
International Journal of Environmental & Science Education. 11 (13),
5969-5979.
Triyanto, A. (2008). Pengembangan Aplikasi Instrumen Asesmen Bimbingan dan
Konseling dengan Spreadsheet. Konvensi Nasional III IIBKIN.
Wardati., & M.J. (2011). Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Prestasi Pustaka Karya.