Pekerja Anak Edit)
Transcript of Pekerja Anak Edit)
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
1/17
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
2/17
Kata Pengantar
Kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat
dan bimbingan-Nya karena pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Introduction
to Sociology mengenai fenomena sosial yang berjudul Pekerja Rumah Tangga Anak
(PRTA) di Indonesia ini dengan tepat waktu. Tujuan kelompok kami menyusun makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu nilai tugas mata kuliah Introduction to Sociology serta
menambah pengetahuan kami mengenai fakta pekerja rumah tangga anak yang ada di
Indonesia.Melalui pengantar ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini, terutama kepada
Dosen pembimbing mata kuliah Introduction to Sociology, Bapak Boy Ferdin Boer.
Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat dan mencapai hasil yang maksimal. Kami juga mohon maaf apabila ada kata-
kata ataupun kalimat-kalimat di dalam makalah ini yang tidak berkenan di hati para
pembaca sekalian. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pembaca sekalian yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca makalah kami ini. Semoga para
pembaca sekalian mendapatkan manfaat dan wawasan makalah yang telah kami susun ini.
Kami juga menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki segala
kekurangan yang ada dalam makalah ini, sehingga tidak terulang kembali pada pembuatan
makalah berikutnya.
Jakarta, Januari 2009
Penulis
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
3/17
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
4/17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konon pekerja rumah tangga telah ada sejak lama, diperkirakan ada sejak zaman
kerajaan, penjajahan, begitu pula sesudah Indonesia merdeka. Saat ini, pekerjaan
rumah tangga telah berkembang dan mengalami perubahan orientasi dari hubungan
kekerabatan menjadi hubungan pekerjaan. Jenis pekerjaan ini tidak saja menyerap
pekerja dewasa, namun juga menarik anak-anak untuk memasuki pekerjaan sektor
informal ini.
Dalam Konvensi ILO Nomor 138 membahas mengenai batas usia minimun anak
diperbolehkan bekerja dan rekomendasi No. 146 yang diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 1999 telah mendeklarasikan bahwa batas usia minimum
anak diperbolehkan bekerja di Indonesia adalah 15 tahun dan pekerjaan apapun yang
membahayakan anak-anak secara fisik, mental atau kesehatan atau moral anak tidak
boleh dilakukan oleh mereka yang berusia dibawah 18 tahun. Ketetapan usia minimum
ini tentunya juga menjadi acuan bagi anak yang bekerja pada sektor pekerjaan rumah
tangga. Namun persoalan ekonomi yang masih mendera bangsa ini mengakibatkananak-anak terpaksa bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak (PRTA).
PRTA biasanya melakukan pekerjaan sebagi tukang cuci, mengasuh anak, pemasak,
dan membersihkan rumah. Mereka berasal dari pedesaan, dari keluarga miskin,
berpendidikan rendah dan sebagai besar adalah kaum perempuan. Keberadaanya di
tempat kerja, tanpa perlindungan hukum, tanpa pengawasan pihak berwenang, tanpa
ikatan kontrak kerja, tanpa uraian pekerjaan, tanpa aturan jam kerja, tanpa upah
minimum, serta tanpa hari libur. Hal ini menjadi kondisi yang kurang menguntungkanbagi anak yang bekerja sebagai PRTA, yang semestinya dapat tumbuh kembang dan
mendapatkan perlindungan, namun harus terjebak pada pekerjaan yang belum memiliki
rambu-rambu hukum dan standar ketenagakerjaan. Ini berarti PRTA berada pada
situasi dan kondisi rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.
Setelah melihat fakta yang ada, tidak sewajarnya anak-anak yang berusia di bawah
umur (usia di bawah 18 tahun) untuk bekerja. Namun kasus pekerja rumah tangga
anak yang muncul di berbagai daerah negara ini masih kerap terjadi. Oleh karena itu,kami merasa tertarik untuk membahasnya di dalam makalah ini.
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
5/17
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami gunakan dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Apa pengertian dari pekerja rumah tangga anak?
b. Bagaimanakah kondisi pekerja rumah tangga anak di Indonesia?c. Apa faktor penyebab munculnya pekerja rumah tangga anak?
d. Apa dampak negatif dari adanya pekerja rumah tangga anak?
e. Bagaimanakah keterkaitan undang-undang terhadap pekerja rumah tangga anak ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan kelompok kami dalam melakukan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui mengenai realita pekerja rumah tangga anak di Indonesia.
- Untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Introduction to Sociology.
- Mendapatkan pengetahuan mengenai faktor serta akibat dari adanya pekerja anak.
- Mengetahui undang-undang yang berkaitan terhadap pekerja rumah tangga anak di
Indonesia
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
6/17
BAB II
PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK (PRTA) di INDONESIA
2.1 Pengertian pekerja rumah tangga anak
Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil. Istilah pekerja
anak dapat memiliki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas tenaga mereka,
dengan gaji yang kecil. Meskipun ada beberapa anak yang mengatakan dia ingin
bekerja (karena bayarannya yang menarik atau karena anak tersebut tidak suka
sekolah), Hal tersebut tetap merupakan hal yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya karena tidak menjamin masa depan anak tersebut.
Sedangkan, pekerja rumah tangga anak (PRTA) adalah setiap laki-laki dan
perempuan yang umurnya dibawah 18 tahun masih disebut anak atau belum
dewasa dan bekerja di dalam wilayah rumah tangga tertentu dengan imbalan upah
atau bentuk lainnya. (sumber :www.lbh.or.id)
2.2 Kondisi pekerja rumah tangga anak (PRTA) di Indonesia
Keberadaan PRTA ini mudah ditemukan di hampir setiap rumah tangga kelas
menengah di perkotaan. Pada umumnya tingkat pendidikan PRTA hanya sampai
SD dan jarang sekali ditemukan mengkombinasikan sekolah sambil bekerja atau
sampai lulus SMA. Anak-anak ini direkrut dari kampung atau desa di luar kota,
berasal dari keluarga miskin, oleh penyalur atau kerabat dekat atau yang
dikenalnya ditempatkan pada majikan (pengguna). Dalam pekerjaannya, PRTA
memperoleh tugas mengerjakan pekerjaan rumahan (domestik) seperti mencuci,
mengasuh anak, memasak, dan membersihkan rumah, dll.
Perekrutan PRT, termasuk PRTA dilakukan melalui 2 jalur, yaitu Jalur
Agen/Yayasan dan Jalur Informal (saudara, tukang sayur, tukang jamu, dll). Jalur
Agen memiliki pola kerja yaitu penyalur menawarkan pekerjaan ke PRT/PRTA di
desa-desa. Setelah mendapatkan PRT/PRTA, kemudian diajak ke kota, misal
Jakarta. Semestinya calon PRT/PRTA mengikuti pelatihan dulu, namun umumnya
mereka langsung ditempatkan pada majikan. PRT/PRTA bekerja sesuai dengan
kontrak yang dibuat, biasanya berlaku kontrak antara majikan, PRT, dan penyalur.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eksploitasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eksploitasi&action=edit&redlink=1 -
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
7/17
Jika PRT atau majikan tidak saling cocok, PRT atau Majikan dapat meminta
penyalur untuk menggantikan dengan PRT pengganti.
Sedangkan Jalur Informal, diawali dengan permintaan dari majikan untuk dicarikan
pembantu/ pekerja. Pihak perantara mencarikan PRT/ PRTA ke kampung asal ataumenghubungi saudara di kampung untuk dicarikan PRT/PRTA. Setelah sampai di
Kota, langsung ditempatkan pada majikan. Jika PRT/PRTA merasakan dapat
nyaman bekerja, maka dia akan bekerja dalam waktu lama. Namun jika tidak
merasa nyaman, maka PRT/PRTA tersebut akan kembali pulang kampung atau
kembali pada perantara atau mencari majikan baru.
Menurut survey ILO tahun 2005 terdapat 688.132 PRTA atau 34,82% dari total
PRT, yaitu sebanyak 2.593.399 jiwa PRT yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebagian besar PRTA bekerja 7 hari dalam seminggu, dalam jam kerja yang jauh
lebih panjang dari pekerja di sektor mana pun. Sepanjang tahun 2003 terdapat 17
kasus kekerasan atas PRTA, hampir 80%mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang anak.
34,82%
65,18%
PRTAPRT
DIAGRAM DATA ILO TAHUN 2005 JUMLAH PEKERJA RUMAH
TANGGA
Anak-anak yang bekerja sebagai PRT rata-rata berpendidikan rendah (SD atau
SMP). Dari data International Labour Organization, International Programme
on the Elimination of Child Labour (ILO-IPEC), tahun 2005, terdapat 53% PRT
di Indonesia yang berusia antara 12-18 tahun tidak pernah bersekolah atau tidak
lulus sekolah dasar. Dan 47% yang berpendidikan SMP dan SMA (lulus dan tidak
lulus).
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
8/17
53%47%
Tidak seko lah/Tidak lulusSD
SMP /SMA(lulus&tidak
lulus)
DIAGRAM DATA ILO TAHUN 2005 PEKERJA ANAK YANG BERUMUR 12-18
TAHUN
2.3 Faktor penyebab munculnya pekerja anak
Beberapa faktor penyebab munculnya pekerja anak adalah sebagai berikut :
1. Adanya persepsi orang tua dan masyarakat
Bahwa anak bekerja tidak buruk dan merupakan bagian dari sosialisasi dan
tanggung jawab anak untuk membantu pendapatan keluarga.
2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu alasan orang tua mengirimkan anak-
anaknya untuk bekerja di kota. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh para
agen-agen (calo) merekrut anak-anak desa untuk bekerja di kota. Keberadaan
para agen tumbuh subur di desa-desa miskin yang penduduknya tidak
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan. Para
agen berusaha mempengaruhi keluarga untuk mengirimkan anak-anak ke
kota bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak. Biaya transportasi dan
biaya kebutuhan lain ditanggung oleh agen. Orang tua PRTA biasanya
senang mengirimkan anak-anaknya dan mereka percaya anaknya akan
mendapat pekerjaan dan majikan yang baik. Sehingga orang tua berharap,anaknya dapat mengirimkan uang ke kampung.
3. Setiap tahun terdapat jutaan anak di Indonesia usia 15-18 tahun yang telah
menamatkan SLTP, tetapi tidak dapat melanjutkan atau tidak tertampung di
SMU, serta anak-anak yang putus sekolah di SLTP telah membanjiri angkatan
kerja. Pekerjaan rumah tangga merupakan salah satu sektor pekerjaan yang
tidak memerlukan kualifikasi pendidikan dan keahlian yang tinggi, pekerjaan
ini dapat menampung dan menyerap mereka dalam jumlah besar.
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
9/17
4) Lemah sistem hukum dan penegakan hukum
Selain belum adanya undang-undang yang memberikan jaminan dan
perlindungan hukum, lemahnya hukum dan kurangnya penegakan hukum
terhadap pelanggaran mempekerjakan anak, menjadikan anak sebagai target
para agen, penyalur, dan majikan untuk direkrut sebagai pekerja, khususnyapekerja rumah tangga anak.
5) Banyak pengguna jasa (majikan) yang lebih suka mempekerjakan anak-anak
alasannya adalah anak lebih mudah diatur, tidak melawan, apa adanya, tidak
ada cuti hamil, cuti melahirkan, mudah dibohongi dan ditipu serta bayaranya
lebih murah dibandingkan dengan PRT dewasa.
2.4 Dampak negatif yang dapat dialami pekerja rumah tangga anak (PRTA)
Pekerja rumah tangga anak rentan mengalami tekanan serta perilaku tidak adil dari
majikannya. Hal itu dikarenakan pekerja rumah tangga anak yang pada umumnya
masih muda dan dianggap masih lugu. Beberapa hal yang rentan dialami oleh
pekerja rumah tangga anak adalah sebagai berikut :
a. Eksploitasi: dipekerjakan dengan waktu kerja yang tidak jelas dan sangat
panjang dengan pemberikan upah yang tidak sesuai; atau tidak diberikan upah
dan juga tidak diberi hari libur. Biasanya kerja paksa sering terjadi ketika anak
sudah berada di tempat kerja, dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu
meskipun mereka tidak menyukai. Sebagai contoh, misalnya melakukan semua
atau sebagian pekerjaan tetapi tidak ada imbalan gaji, jam kerja melebihi 8 jam
sehari. Pada umumnya PRTA hanya diam saja, menerima, takut karena
mendapat diancam.
b. Kekerasan meliputi:
- Fisik, seperti pemukulan, penganiyaan, disiram air panas, disterika, disundut
rokok, dicambuk dan lain-lain
- Psikis, seperti dimaki, dicela, diberikan panggilan yang tidak baik berupa
hinaan fisik atau direndahkan;
- Ekonomi, seperti pemberian upah tidak sesuai dengan perjanjian kerja atau
ditangguhkan dengan alasan pengguna jasa tidak ada uang bahkan upah tidak
dibayar.
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
10/17
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
11/17
2. (pasal 11) Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu
luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berkreasi, sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
3. (Pasal 12) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak
lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatperlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun
seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan,
ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya.
4. {pasal 16 (1)} Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran
penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.
5. {pasal 17 (1)} Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :
- mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penenpatannya dipisahkan
dari orang dewasa
- memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam
setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
- membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
6. (pasal 20) Negara, pemerintah, masyarkat, keluarga dan orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak.
7. (pasal 21) Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan , jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status
hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan atau mental.
B. UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
Mengatur mengenai hak-hak (seperti upah/ gaji) seseorang yang bekerja
sebagai tenaga kerja
C. UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI
ILO NO. 182
Pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk
untuk anak:
segala bentuk perbudakan atau praktik sejenis perbudakan seperti penjualan
dan perdagangan anak dan penghambaan serta kerja paksa atau wajib kerja,
termasuk pengerahan anak secara atau wajib untuk dimanfaatkan dalam konflikbersenjata.
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
12/17
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
13/17
Frida (52 tahun), majikan
T : Mengapa anda memilih anak berumur belasan untuk bekerja ?
J : karena lebih mudah diatur untuk disuruh-suruh, lebih polos juga kaga macem-
macem
T : Bagaimana anda dapat memperkerjakan anak tersebut menjadi PRT ?
J : pembantu saudara saya yang menawarkan anak itu untuk bekerja.
T : Adakah perlakuan khusus terhadap pembantu anda (PRTA)?
J : Biasa saja sih, sama kaya pembantu sebelumnya.
T : Apakah anda tahu tentang larangan bagi anak di bawah umur untuk bekerja ?
J : tidak tahu.
2.7 Contoh kasus
PRT ABG Disiksa Majikan Sabtu, 25 Februari 2006
Bogor, Warta Kota
Seorang pembantu rumah tangga (PRT), Ratna Maryati (13), melarikan diri dari
rumah majikannya di Kampung Ciheuleut RT 06/08, Baranangsiang, Bogor Timur,
setelah disiksa di kamar mandi. Anak baru gede (ABG) itu kemudian
diselamatkan para tetangga, sedangkan majikannya, Rosyati alias Iyet ditangkap
polisi, Jumat (24/2).
Penyiksaan yang dilakukan Iyet terhadap Ratna, kemarin, adalah untuk kesekian
kalinya. Selama 7 bulan bekerja, sudah tak terhitung lagi siksaan yang diterima
Ratna. Perempuan bertubuh mungil itu pernah dipukuli dengan wajan, dihajar
dengan gayung, hingga disundut rokok.
Penyiksaan terakhir terjadi kemarin. Ketika itu, ada seseorang yang ingin membeli
es batu, lalu dia mengambilkannya di lemari es. Karena kesulitan mengambil, Ratna
berupaya dengan mencongkelnya menggunakan obeng. Ternyata upaya itu
mengakibatkan goresan di bagian pendingin lemari es.
Mengetahui hal itu, Iyet murka. Saat itu juga sang majikan menyeret Ratna ke
kamar mandi. Di sana ia menghantam kepala Ratna dengan gayung berkali-kali.
Belum puas melampiaskan emosinya, Iyet lalu menyiram tubuh gadis ABG tersebutdengan air bak mandi. Tak hanya itu. Ratna juga didorong hingga jatuh terlungkup
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
14/17
di kloset duduk. Tanpa ampun, kepala Ratna dibenamkan ke lubang kloset sambil
dipukuli tubuhnya.
Setelah puas, Iyet meninggalkan Ratna di kamar mandi. Ia membiarkan
pembantunya menangis meraung-meraung sambil menahan sakit. Saat sangmajikan naik ke lantai dua rumahnya, Ratna pun kabur dan melaporkannya ke
warga Kampung Ciheuleut.
Warga yang mendengar cerita Ratna menjadi gusar dan berencana untuk
mengepung serta merusak rumah Iyet yang juga membuka usaha fotokopi. Tetapi
niat itu dibatalkan. Warga lalu menyembunyikan Ratna di sebuah warung sambil
membuat strategi untuk menangkap Iyet.
Seorang tetangga Iyet yaitu Suciwati melaporkan peristiwa tragis itu ke Mapolsekta
Bogor Timur, Jalan Pajajaran. Tidak lama kemudian polisi datang ke lokasi dan
menangkap Iyet. Bersama Ratna, ia dibawa ke Mapolresta Bogor, Jalan
Kedunghalang, Bogor Utara.
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
15/17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Idealnya perkerja rumah tangga anak (PRTA) tidak pernah ada, karena mereka
tidak layak bekerja untuk mencari nafkah. Seharusnya mereka sedang menikmati
masa pendidikan yang dibiayai oleh negara. Hal ini dapat dilihat pada UUD 1945
UUD 1945 Pasal 34 ayat(1) berbunyi: Fakir miskin dan anak-anak terlantar menjadi
tanggung jawab negara. Anak-anak yang berumur di bawah 18 tahun, tidak
diperbolehkan untuk bekerja karena sebelum menginjak umur tersebut, seorang
anak masih dalam tahap perkembangan. Namun, karena banyaknya faktor yang
mengakibatkan anak-anak di Indonesia terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah
tangga. Faktor ekonomi yang menjadi alasan utama mengapa PRTA bermunculan
di Indonesia. Banyak akibat negatif dari adanya PRTA ini, yang utama adalah
adanya kekerasan serta eksploitasi terhadap anak. Namun, sampai saat ini
Indonesia belum memiliki hukum yang mengatur keberadaan PRTA secara khusus.
3.2 Saran
Negara/ pemerintah seharusnya menjamin bahwa setiap anak dapat sekolah dan
tidak bekerja. Tetapi, s ampai saat ini keberadaan mereka belum diatur secara
khusus oleh pihak yang berwenang. Oleh karena itu, hendaknya pemerintah
dengan segera memberikan perlindungan khusus kepada PRTA agar hak-haknya
dapat lebih terlindungi. Sedangkan bagi majikan yang memperkerjakan PRTA,
sehubungan dengan sifat anak yang masih memerlukan perlindungan dan
pemenuhan Hak-Hak Anak yang menjadi miliknya, maka jika dirasa tidak akan
mampu melindungi dan memenuhi Hak-Hak Anak yang menjadi PRT sebaiknya
tidak perlu mempekerjakan seorang anak menjadi PRT. Setiap anggota keluarga
dalam rumah tangga yang mempekerjakan anak sebagai pembantu rumah tangga
hendaknya berasumsi bukan sebagai pembantu rumah tangga, akan tetapi lebih
sebagai anak asuh. Hal ini selain akan menghindari terjadinya tuduhan upaya
penghambaan atas anak, juga menghindari eksploitasi terhadap anak.
-
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
16/17
Keadaan PRTA perlu diperhatikan lebih serius karena anak-anak adalah calon
penerus generasi bangsa yang dimana keberadaannya perlu dilindungi oleh
negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/2006
03prtaid.pdf
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/14/humaniora/802345.htm
http://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20PRTA.htm
http://www2.kompas.com/metro/news/0602/25/092923.htm
http://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/14/humaniora/802345.htmhttp://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20PRTA.htmhttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www.ilo.org/public/english/region/asro/jakarta/download/publications/childlabour/200603prtaid.pdfhttp://www2.kompas.com/kompas-cetak/0401/14/humaniora/802345.htmhttp://www.lbh-apik.or.id/fact-62%20PRTA.htm -
8/9/2019 Pekerja Anak Edit)
17/17