Pedoman Skripsi

125
BAB I PENDAHULUAN Skripsi, tesis, dan disertasi adalah karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian untuk mencapai gelar akademik di suatu perguruan tinggi. Skripsi adalah tugas akhir berupa karya ilmiah dalam bentuk laporan hasil penelitian yang ditulis oleh mahasiswa tingkat terakhir di bawah bimbingan para pembimbing, untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh derajat atau gelar sarjana strata-1 di perguruan tinggi. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan atau di laboratorium. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian teori, pengujian teori, atau pemecahan masalah. Jadi, penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan suatu teori atau proses gejala alam atau sosial. Maka, skripsi harus bersifat asli, memperbaharui dan mengembangkan ilmu serta dapat berupa penelitian

description

Bahan kuliah Metodologi Penelitian Fakultas Farmasi mengenai pedoman penulisan skripsi.

Transcript of Pedoman Skripsi

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

Skripsi, tesis, dan disertasi adalah karya ilmiah berdasarkan hasil penelitian untuk mencapai gelar akademik di suatu perguruan tinggi. Skripsi adalah tugas akhir berupa karya ilmiah dalam bentuk laporan hasil penelitian yang ditulis oleh mahasiswa tingkat terakhir di bawah bimbingan para pembimbing, untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh derajat atau gelar sarjana strata-1 di perguruan tinggi. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan atau di laboratorium. Penelitian dapat diartikan sebagai pencarian teori, pengujian teori, atau pemecahan masalah. Jadi, penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan suatu teori atau proses gejala alam atau sosial. Maka, skripsi harus bersifat asli, memperbaharui dan mengembangkan ilmu serta dapat berupa penelitian dasar, penelitian terapan atau penelitian eksperimental. Penelitian tidak boleh berupa pengulangan semata-mata (Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).

Tujuan utama penulisan skripsi bagi mahasiswa adalah untuk mendidik mahasiswa sebagai calon sarjana agar dapat menulis karya ilmiah pada tingkat profesional dan menurut aturan yang lazim berlaku. Format penulisan skripsi tidaklah sama untuk semua perguruan tinggi di seluruh dunia bahkan di Indonesia sendiri. Setiap perguruan tinggi memiliki format tersendiri yang menjadi pedoman bagi mahasiswa di perguruan tinggi yang bersangkutan, tetapi jika diperhatikan lebih cermat lagi ternyata bahwa setiap karya ilmiah termasuk skripsi mempunyai persamaan yang mendasar yakni mengikuti metodologi penulisan yang baik, sistematik, logis dan benar (Brotowijoyo, 1988; Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).

Tesis adalah tugas akhir yang ditulis oleh mahasiswa program magister (S-2) dan disertasi ditulis oleh mahasiswa program doktor (S-3) berdasarkan hasil penelitian. Pada tahap penyelesaian skripsi peran pembimbing sangat menonjol yakni sekitar 90%, karena mahasiswa program S-l melalui penyelesaian skripsi bertujuan untuk melatih atau membekali mahasiswa agar mampu meneliti. Dengan kata lain penyelesaian skripsi sangat tergantung pada pembimbing sehingga dapat dikatakan bahwa skripsi adalah penelitian dosen yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai pelaksana atau anggota tim peneliti. Melalui skripsi belum banyak diharapkan untuk pengembangan ilmu. Sedangkan tesis sudah merupakan penelitian mahasiswa program magister yang bersangkutan, karena peneliti sudah bergelar sarjana (S-l) dan ketergantungan pada dosen pembimbing kurang dari 50%. Disertasi mempunyai bobot yang lebih tinggi (diakui pada tingkat internasional), dilakukan secara mandiri, ketergantungan pada dosen pembimbing kurang dari 10%. Tahapan penyelesaian skripsi dan tesis diawali dengan pengajuan usul penelitian, kemudian penyusunan bahan seminar berdasarkan hasil penelitian dan diakhiri dengan penulisan skripsi dan tesis yang siap untuk diuji. Skripsi dianggap sah sesudah selesai dipertahankan dalam ujian meja hijau (Brotowijoyo, 1988; Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).Dalam buku pedoman ini diuraikan berturut-turut tentang penulisan usul penelitian, bahan serminar hasil penelitian, skripsi dan tesis serta format yang dianjurkan yang berlaku di Fakultas Farmasi Universias Sumatera Utara. Setiap bagian dimulai dengan sistematika kemudian diberikan penjelasan tentang tujuan dan isi masing-masing bagian di dalam sistematika tersebut. Penjelasan yang lebih rinci diberikan di dalam penulisan usul penelitian khususnya tentang bab pendahuluan dan metode penelitian.BAB II

USUL PENELITIAN

Mahasiswa yang bermaksud melakukan penelitian untuk skripsi atau tesis harus menulis sebuah usul penelitian atau proposal. Proposal penelitian adalah suatu rencana dalam rangka pelaksanaan suatu penyelidikan. Proposal merupakan suatu uraian lengkap dan terperinci dari suatu rencana penelitian yang memuat informasi untuk pelaksanaannya dan pemahamannya. Proposal berfungsi sebagai (1) informasi tentang apa yang akan dilakukan dan (2) pedoman bagi si peneliti dalam melaksanakan penelitian (Brotowijoyo, 1988; Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988).Sebelum menulis proposal, semua informasi yang lengkap dari literatur yang relevan berhubungan dengan judul harus diperoleh secara cermat. Teori yang dikumpulkan dari kajian pustaka akan membantu dalam penulisan proposal. Dengan kajian pustaka yang luas, akan diperoleh peluang besar untuk mengidentifikasi dan menyatakan masalah, membatasi ruang lingkup, dan menentukan metode-metode dan prosedur untuk pengumpulan dan analisis data. Karena proposal dikaji berdasarkan kajian pustaka, maka sepantasnya semua informasi yang dituliskan di dalam proposal harus jelas sumbernya dan diacu di dalam proposal. Secara sederhana unsur-unsur yang harus ada di dalam suatu usul penelitian dapat dibedakan atas delapan unsur yakni (1) judul, (2) latar belakang, (3) perumusan masalah, (4) hipotesis, (5) tujuan, (6) metodologi penelitian, (7) pentahapan dan waktu kerja dan (8) lampiran, termasuk daftar pustaka (Cunning, 2004; Djuharie, 2001; Surakhmad, 1988; Wells, 2004). Jumlah halaman sebuah usul penelitian sebaiknya tidak melebihi dari dua puluh halaman dan sistematika dari usul penelitian adalah sebagai berikut: Judul Halaman Pengesahan BAB I. Pendahuluan BAB II. Tinjauan Pustaka BAB III. Metode Penelitian Jadwal Penelitian Daftar Pustaka 2.1 JudulJudul penelitian itu selalu di depan, tetapi tidak berarti bahwa penelitian dilakukan dimulai dari judul. Bahkan penelitian kualitatif, judul penelitian dapat dibuat setelah penelitian selesai. Judul penelitian dibuat bertitik tolak dari masalah, sehingga urutan dan pola pikir membuat judul penelitian adalah sebagaimana tertera dalam Gambar I berikut. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa judul penelitian itu spesifik karena berangkat dari batasan masalah, dengan demikian variabel-variabel penelitian yang telah dibatasi dalam proses ini yang kemudian diangkat menjadi judul penelitian. Judul penelitian hendaknya cukup ekspresif, menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak diteliti, dan tidak membuka peluang untuk penafsiran yang bermacam-macam (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

Judul harus merupakan suatu ringkasan yang pendek dan secara akurat menggambar isi, juga harus singkat dan jelas, biasanya tidak lebih dari sepuluh kata.

Gambar 1. Urutan dari Pola Pikir Membuat Judul PenelitianJika ini tidak memungkinkan, maka harus diusahakan untuk membaginya sehingga terbentuk sebuah judul utama yang pendek diikuti oleh sub judul. Judul harus mengandung tiga hal, yaitu: variabel-variabel yang akan diteliti. hubungan antara variabel-variabel, dan populasi sasaran. Contoh:Suatu Penelitian tentang Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama Pemanasan terhadap Kerusakan Minyak Kelapa Melalui Reaksi OksidasiJudul ini akan lebih baik jika diubah menjadi:Kerusakan Oksidatif Minyak Kelapa: Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama Pemanasan.

Tetapi akan lebih baik diubah menjadi:

Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama Pemanasan terhadap Mutu Minyak Kelapa.

Jadi, suatu judul akan mengandung sebanyak mungkin kata kunci. 2.2 Halaman Judul Usul PenelitianHalaman ini berisi tentang judul usul penelitian, nama mahasiswa, nomor induk, dan logo fakultas (Lampiran 1).

2.3 Halaman Pengesahan Usul Penelitian

Halaman ini berisi tentang persetujuan Pembimbing I dan Pembimbing II serta pengesahan Dekan (Lampiran 2).

2.4 PendahuluanBagian pendahuluan merupakan bagian yang paling penting dalam usul penelitian. Bagian ini menyajikan latar belakang dari penelitian dan hipotesis. Dalam pendahuluan harus dipaparkan latar belakang penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya ada uraian yang dapat menuntun pembaca menuju kepada pemikiran logis yang berakhir pada pernyataan mengenai percobaan yang akan dilakukan, dan hasil-hasil yang akan diharapkan. Jadi pendahuluan harus mampu memikat perhatian pembaca dengan memuat tiga hal yang penting yakni yang pertama apa alasan memilih suatu masalah dan mengapa hal itu penting dilakukan; yang kedua dan ketiga harus berkaitan dengan yang pertama adalah pemaparan tinjauan pustaka yang mutakhir yang disajikan sedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahami apa masalah dan bagaimana dapat dipecahkan. Bagian ini biasanya terdiri dari: (1) latar belakang, (2) perumusan masalah, (3) hipotesis dan, (4) tujuan (Anderson, dkk., 1970; Day, 1995; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).2.4.1 Latar BelakangMaksud dari pendahuluan ialah untuk memberikan suatu gambaran singkat kepada pembaca tentang persoalan atau masalah yang dihadapi, sifat umum dari masalah, tujuan melakukan penelitian dan latar belakang penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu tujuan. Harus dikemukakan latar belakang yakni hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan penelitian. Diuraikan proses dalam mengidentifikasi masalah penelitian berdasarkan acuan pustaka terutama jurnal ilmiah yang relevan dan mutakhir sehingga akan memperlihatkan urgensi (penting untuk dilakukan) dan originalitas (asli, belum pernah dilakukan) dan aktualitas (relevan dengan isu masa kini) masalah yang diajukan untuk diteliti. Hal ini dapat diketahui berdasarkan rujukan yang digunakan. Misalnya rujukan yang digunakan adalah hasil penelitian dari jurnal internasional dan nasional tahun-tahun yang terakhir. Kalau rujukan yang digunakan hanya buku walaupun tahun terakhir, hal ini tidak dapat menjamin aktualitas dan keaslian suatu masalah yang sedang diajukan (Brotowijoyo, 1988; Day, 1995; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).2.4.2 Perumusan MasalahDalam penelitian suatu masalah terjadi bila: (1) tidak ada informasi yang berakibat timbulnya kesenjangan dalam pengetahuan kita, (2) ada hasil-hasil yang bertentangan, (3) ada kenyataan atau temuan tetapi belum diketahui penyebabnya dan kita bermaksud untuk menjelaskannya melalui penelitian. Penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya diharapkan dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktik, perencanaan dan pelaksanaan dsb. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari objek yang diteliti untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Agar peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai referensi. Selanjutnya masalah dapat dijawab dengan baik, maka masalah tersebut harus dirumuskan secara spesifik (Lindsay, 1988; Brotowijoyo, 1988; Pemeger dan Hudelson, 2004).Dalam perumusan masalah, dirumuskan dengan jelas dan tegas permasalahan yang ingin diteliti sehingga mudah diketahui ruang lingkup masalah dan arah kegiatan yang akan dilakukan. Harus jelas variabel (peubah) bebas yakni sifat atau karakteristik yang mengakibatkan atau mempengaruhi hasil atau kriteria yang juga diukur atau disebut sebagai variabel terikat. Merumuskan masalah yang akan diteliti, walaupun tidak selalu tetapi biasanya dalam bentuk pertanyaan, misalnya; Bagaimana pengaruh jenis antioksidan dan lama pemanasan akan mempengaruhi stabilitas oksidatif minyak kelapa?". Dalam hal ini, jenis antioksidan dan lama pemanasan adalah variabel bebas, sedangkan stabilitas atau mutu minyak kelapa adalah variabel terikat yang tergantung pada variabel bebas. Rumusan masalah yang diajukan ini adalah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Dalam jurnal penelitian terdahulu ditemukan bahwa pengaruh berbagai antioksidan terhadap kerusakan oksidatif telah dilakukan dalam satu penelitian, sedangkan dalam penelitian yang lain telah dilakukan penyelidikan pengaruh lama pemanasan, tetapi penyelidikan untuk mengetahui interaksi dari kedua variabel di atas sekaligus melalui satu penelitian belum pernah dilakukan. Sebenarnya banyak lagi faktor lain yang mempengaruhi stabilitas minyak kelapa, tetapi dari banyak faktor yang mempengaruhi stabilitas minyak, hanya dua variabel yang disebut di atas yang akan diteliti karena belum pernah diteliti sebelumnya (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).2.4..3 HipotesisHipotesis (hipo = di bawah; thesis = pernyataan yang telah dibuktikan melalui penelitian) adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel dalam masalah penelitian berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah ada dalam literatur dan jurnal yang terbaru. Hipotesis bukanlah pernyataan mengenai fakta, melainkan pernyataan yang akan membawa kita kepada fakta yang belum kita ketahui, tetapi kita harapkan dapat dicari melalui urutan fakta-fakta yang dapat diterima akal. Hipotesis harus mempunyai dua sifat agar berguna dalam penyelidikan ilmiah: (1) harus cocok dengan fakta-fakta yang telah diketahui dan (2) harus dapat diuji. Untuk dapat memenuhi syarat yang pertama, perlu membaca pustaka untuk mengumpulkan fakta dari publikasi ilmiah yang mutakhir. Untuk memenuhi syarat yang kedua kita harus melakukan penelitian. Kalau masalah dalam bentuk pertanyaan maka suatu hipotesis adalah suatu pernyataan yang paling spesifik. Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan yang didukung data yang telah ada tetapi masih memerlukan pembuktian melalui penelitian (Brotowijoyo, 1988; Lindsay, 1988; Sevilla, dkk., 1993). Maka, dari contoh di atas dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

"Jenis antioksidan dan lama pemanasan akan mempengaruhi stabilitas oksidatif minyak kelapa".

Karakteristik hipotesis yang baik adalah: dapat diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel-variabel, harus dapat diuji.dan harus mengikuti temuan-temuan penelitian terdahulu.Hipotesis berfungsi untuk: Membimbing alur pikiran peneliti dalam memulai penelitian.

Menentukan tahapan atau prosedur penelitian. Membantu menetapkan format dalam menyajikan, menganalisis dan menafsirkan data dalam skripsi. Hipotesis dapat dibagi atas: Hipotesis nol mengandung arti tidak ada pengaruh, tidak ada interaksi, tidak ada hubungan, atau tidak ada perbedaan. Hipotesis alternatif adalah pernyataan operasional dari hipotesis penelitian. Bila hipotesis alternatif berdasarkan teori maka disebut hipotesis deduktif. Bila hipotesis alternatif berdasarkan pengamatan disebut hipotesis induktif. Hipotesis non-directional tidak menunjukkan suatu arah. Untuk itu digunakan uji dua pihak. Hipotesis directional memperlihatkan arah pengaruh atau arah perbedaan. Ini mensyaratkan uji satu pihak.Beberapa skripsi tidak menggunakan bentuk pertanyaan spesifik dalam rumusan masalah, dan sebagai gantinya adalah hipotesis, dan sebaliknya.Berdasarkan uraian di atas tersirat bahwa adanya langkah sistematis dalam memecahkan masalah. Atas dasar itu penelitian adalah penelaahan terkendali yang melibatkan (i) adanya logika proses berpikir dan (ii) adanya informasi yang dikumpulkan secara empirik. Jadi penelitian melibatkan gabungan dari (i) berpikir rasional atau berpikir deduktif dan (ii) berpikir empiris (berpikir induktif) berdasarkan fakta. Oleh karena itu berpikir ilmiah adalah gabungan dari cara berpikir deduktif dan induktif. Hasil dari berpikir secara logis dan menurut data yang berasal dari kepustakaan adalah hipotesis yang perlu dibuktikan melalui data empiris yang diperoleh melalui penelitian (lihat Gambar 2).

Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang tersedia di perpustakaan dirumuskan melalui jawaban sementara (hipotesis) atas permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis berfungsi untuk: (1) membantu merancang penelitian, metode, analisis statistik yang dipilih (2) dasar untuk menentukan asumsi, (3) dasar untuk menjelaskan dan membahas data yang dikumpulkan, dan (4) dasar untuk rumusan simpulan (Pemeger dan Hudelson, 2004; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). Teori

BerpikirKesimpulan

HipotesisBerpikir

Induktif

Deduktif

Observasi/Percobaan

Verifikasi data empiris

Gambar 2. Bagan dari Berpikir IlmiahApakah hipotesis suatu yang wajib? Tidak semua laporan hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis. Beberapa penelitian melaporkan hasil survei atau penelitian deskriptif mengenai bahan baru atau bidang baru, akan tetapi, pasti ada alasan mengapa dilakukan penelitian dan harapan ditemukannya sesuatu. Harapan akan penemuan sesuatu itu adalah hipotesis. Tidak menjadi soal betapa lemahnya harapan tersebut, pemikiran di belakang tindakan yang dilakukan adalah latar belakang yang hasilnya akan dinilai oleh para pembaca. Misalnya, dilakukan skrining fitokimia dalam satu tanaman tertentu untuk menentukan kelompok senyawa. Laporan penelitian tidak akan menarik jika tidak mengemukakan harapan yang ingin dicapai. Apa sebenarnya alasan dilakukannya penelitian itu? (Surakhmad, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).Barangkali peneliti berpendapat bahwa kelompok senyawa yang ditemukan membantu mengisi informasi antibakteri dari tanaman tersebut? Mungkin akan ditemukan ratio kelompok senyawa yang bersifat sinergistik dalam aktivitas tertentu? Setiap butir di atas merupakan hipotesis yang mungkin, dan akan memberikan maksud dan arah kepada pokok masalah. Jadi, dapat dikatakan bahwa suatu penelitian harus selalu mempunyai hipotesis. Akan tetapi hipotesis dari penelitian deskriptif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan harapan yang mungkin atau ingin ditemukan, jadi bukan untuk pembuktian (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).2.4.4 TujuanDengan adanya rumusan masalah dan hipotesis yang sudah jelas maka akan mudah menyatakan tujuan penelitian, dan dari contoh di atas maka dapat ditulis "Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis antioksidan dan lama pemanasan terhadap stabilitas oksidatif minyak kelapa".2..5 Tinjauan PustakaTinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis merupakan tiga hal berkaitan yang bertutrut-turut harus dikembangkan dalam menyusun usul penelitian. Tanpa kajian pustaka terlebih dahulu, seseorang pengusul tidak akan mampu membangun kerangka berpikir yang baik, apalagi untuk merumuskan hipotesis. Tinjauan pustaka memuat uraian singkat dan jelas atas pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian. Bagian ini memuat cuplikan bahan pustaka meliputi dasar teori dan data yang tersedia dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan erat dengan masalah yang diajukan. Uraian harus menjurus kepada perumusan hipotesis atau fenomena yang akan dijelaskan. Hal ini penting artinya dalam memberikan justifikasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian serta mengarahkan pendekatan atau metode yang akan digunakan. Tinjauan pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi sehingga merupakan justifikasi masalah dan hipotesis penelitian (Brotowijoyo, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).Perpustakaan biasanya merupakan sumber utama dari kepustakaan konsepsi dan kepustakaan hasil penelitian. Kepustakaan konsepsi meliputi artikel-artikel tinjauan atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli yang memberikan pendapat, pengalaman, teori-teori atau ide-ide tentang apa yang baik dan yang buruk, hal-hal yang diinginkan dan yang tidak di dalam bidang masalah. Sedangkan kepustakaan penelitian meliputi laporan-laporan penelitian yang telah diterbitkan dalam majalah atau jurnal ilmiah yang terbit secara berkala. Setelah memperoleh kepustakaan, selanjutnya perhatian diarahkan pada pertanyaan tentang kesesuaiannya dengan masalah penelitian. Baik kepustakaan yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan topik, dianjurkan untuk mencatatnya. Kadangkala kepustakaan yang tidak langsung berhubungan tersebut dibutuhkan dalam pembahasan selanjutnya (Brotowijoyo, 1988; Lindsay, 1988). Tinjauan pustaka mempunyai beberapa fungsi yaitu: Menyediakan kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang direncanakan. Menyediakan informasi tentang penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Memberikan rasa percaya diri sebab melalui kajian pustaka semua informasi yang mendukung dan yang berhubungan dengan penelitian yang diajukan tersedia. Memberikan informasi mengenai metode-metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, instrumen dalam pengumpulan data dan perhitungan-perhitungan statistik yang dipergunakan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Menyediakan temuan-temuan, kesimpulan-kesimpulan penyelidikan yang dapat dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan kita. Membantu dan memandu peneliti dalam menyusun rancangan penelitiannya, khususnya dalam:a) merumuskan pertanyaan penelitian,b) merumuskan asumsi dan hipotesis,c) merumuskan kerangka pikir,d) memilih dan menerapkan metode penelitian,e) memilih dan menerapkan teknik penarikan sampel,f) memilih dan /atau menyiapkan dan memvalidasi instrumen penelitian untuk pengumpulan data,g) memilih dan menerapkan metode statistik, h) menganalisis, mengatur, menyiapkan, dan menafsirkan data,sertai) merumuskan ringkasan temuan, simpulan dan rekomendasi.Kerangka pikir (juga disebut pendekatan studi) sebenarnya merupakan latar belakang penelitian juga, sehingga tidak perlu dituliskan secara eksplisit dalam suatu bab kerangka pikir. Bagian ini dapat diletakkan setelah pendahuluan atau sesudah tinjauan pustaka atau pada bagian pertama bab metode. Isinya dapat berupa langkah kerja yang logis, metode yang dipilih beserta alasannya, kurun waktu penelitian serta alasannya, dan lainnya, sedangkan bab metode lebih menonjolkan prosedur kerja. (Nazir, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). Cara penulisan sumber pustaka dalam teks dapat dilihat pada Lampiran 3.2.6 Metode PenelitianBab metode penelitian ini dimulai dengan menyebutkan jenis penelitian yang akan ditempuh, misalnya penelitian deskriptif, eksperimental dengan menggunakan rancangan faktorial seperti rancangan acak lengkap (RAL) atau salah satu dari metode penelitian yang lain. Perlu dijelaskan alasan pemilihan metode yang dipilih tersebut. Selanjutnya diuraikan semua yang berkaitan dengan bahan dan prosedur penelitian yang terdiri atas: (1) bahan-bahan, dan (2) alat-alat, (3) prosedur yang diterapkan serta digunakan dalam penelitian. Metode penelitian harus ditulis sejelas mungkin sehingga percobaan dapat diulang oleh peneliti lainnya jika diperlukan. Jadi ukuran bahwa metode penelitian telah memenuhi syarat ialah bahwa percobaan dapat diulang oleh peneliti lain setelah membaca metode penelitian tanpa perlu bertanya kepada penulisnya (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).2.6.1 Pemilihan Metode PenelitianMetode penelitian adalah suatu proses penyelidikan berdasarkan metode ilmiah dengan (1) mengamati situasi, fenomena berdasarkan bukti-bukti faktual secara objektif, dan (2) penggunaan data empiris secara sistematis untuk memecahkan masalah atau untuk menjawab hipotesis penelitian. Metode ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu dan valid. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui alat atau instrumen yang digunakan untuk mengukurnya (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).Adapun dasar pertimbangan pemilihan metode penelitian yang akan diterapkan adalah: (1) tujuan penelitian, (2) sifat masalah yang digarap, dan (3) strategi yang paling efektif untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan ciri permasalahan metode penelitian dapat dibagi atas: (1) penelitian historis, (2) penelitian deskriptif, (3) penelitian eksperimen, (4) penelitian kausal komparatif, (5) penelitian kasus atau lapangan, (6) penelitian korelasional, (7) penelitian tindakan, dan (8) penelitian partisipatori (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).Tujuan utama dalam menggunakan metode penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis atau bidang minat secara faktual dan akurat pada waktu penelitian dilakukan dan menjelajahi penyebab dari gejala-gejala tertentu. Ada beberapa jenis penelitian deskriptif yaitu: studi kasus, survey, penelitian pengembangan, penelitian lanjutan, analisis dokumen, analisis kecenderungan, dan penelitian korelasi. Dalam penelitian deskriptif, pengertian populasi dan sampel harus difahami. Metode sampling harus dilakukan dengan cermat agar hasil yang diperoleh dengan meneliti sampel dapat mewakili semua populasi, sehingga dapat dilakukan generalisasi.(Brotowijoyo; 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004)Contoh judul penelitian deskriptif jenis survey " Pemeriksaan Kadar Nitrit dan Nitrat dari Air Sumur Sumber Air Minum di Daerah Sumatera Utara". Walaupun penentuan kadar dilakukan di laboratorium bukan berarti bahwa penelitian ini termasuk eksperimental, tetapi untuk mengetahui kadar (karakteristik) sampel dilakukan di laboratorium. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara maupun dengan memakai kuesioner memang sering dilakukan di dalam penelitian survey (Nana, dkk., 2004).Studi kasus mempelajari secara intensif latar belakang, status kini, dan interaksi lingkungan unit sosial tertentu; perseorangan, kelompok, institusi dan komunitas. Disebut kasus karena berlaku untuk kelompok kecil dan belum tentu berlaku untuk kelompok atau orang lain. Biasanya studi kasus tidak lazim memiliki hipotesis (karena belum ada di dalam literatur) dan tidak akan menghasilkan suatu generalisasi dalam pengambilan kesimpulan. Penelitian kasus sebaliknya akan dapat menghasilkan suatu hipotesis, artinya kemungkinan berlaku bagi kelompok atau orang lain. Survey mempelajari data dari sampel yang diamati dari suatu populasi untuk generalisasi. Penelitian kasus perkembangan menggunakan metode longitudinal dan metode cross-sectional. Dalam metode longitudinal sampel peserta diteliti pada kurun waktu yang sangat panjang pada satu partisipan yang sama dalam penelitian, sementara metode cross-sectional menenliti partisipan dari berbagai karakteristik pada waktu yang sama. Misalnya, pada metode longitudinal, diteliti perkembangan anak dengan mengumpulkan data dari satu kelas yang sama mulai dari kelas satu sampai mereka duduk di kelas enam, berarti diikuti perkembangannya selama enam tahun. Pada metode cross-sectional, cukup pada waktu yang sama, data diperoleh dari kelas satu, kelas dua sampai dengan kelas enam secara serentak pada saat yang sama (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). Penelitian lanjutan dilakukan untuk menyelidiki perkembangan lanjutan para peserta setelah diberikan perlakuan tertentu atau setelah keadaan tertentu. Analisis dokumen meliputi pengumpulan data melalui pengujian arsip-arsip dan dokumen. Penelitian korelasi dirancang untuk menyelidiki sejauh mana variasi dalam satu faktor berkaitan dengan variasi dalam satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sevilla, dkk., 1993).Penelitian eksperimen (eksperimental) bertujuan untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol ketat. Dalam penelitian eksperimental, peneliti memanipulasi sekurang-kurangnya satu variabel bebas, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengamati pengaruh dari satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat (parameter). Dalam penelitian eksperimental terdapat dua kelompok yaitu satu sebagai kelompok eksperimen dan lainnya sebagai kelompok kontrol (hal ini tidak terdapat dalam penelitian deskriptif). Manipulasi langsung satu variabel bebas adalah salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimnetal dengan semua metode penelitian lain. Kontrol diartikan sebagai bagian dari upaya dalam penelitian untuk memindahkan atau meniadakan pengaruh beberapa variabel (selain variabel bebas yang akan diteliti) yang dapat mempengaruhi penampilan variabel terikat. Perlakuan atau percobaan kontrol penting dibuat atau diadakan agar perobahan yang teramati hanya karena pengaruh dari variabel bebas yang sedang diteliti. Dalam penelitian eksperimental, sampel atau bahan yang diteliti harus homogen karena sampel yang heterogen akan mempengaruhi efek dari variabel bebas yang sedang diteliti. Sampling di sini bukan dimaksudkan untuk mewakili populasi (seperti pada penelitian deskriptif) tetapi untuk memperoleh bahan yang homogen (Sevilla, dkk.,1993; Nana, dkk., 2004). Contoh Judul penelitian eksperimental "Pengaruh Jenis Antioksidan dan Lama Pemanasan terhadap Mutu Minyak Goreng" Percobaan dirancang untuk melihat pengaruh variabel bebas yakni (1) jenis antioksidan, dan (2) lama pemanasan. Dalam percobaan ini diupayakan supaya bahan hanya satu jenis agar homogen dan dilakukan kelompok kontrol. Dan kemudian dirancang eksperimental design (rancangan percobaan). Maka dapat dikatakan bahwa pada metode penelitian eksperimental tidak diperlukan metode sampling. Tetapi yang diperlukan adalah memilih bahan yang homogen untuk penelitian (Surakhmad, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).Penelitian Kausal-komporatif atau ex post facto diartikan sebagai suatu penyelidikan yang menguji hubungan variabel yang terwujud sebelumnya (sudah terjadi). Ex post facto "setelah kejadian". Secara sederhana, dalam penelitian ini, peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variabel-variabel. Variabel terikat dalam penelitian ini segera dapat diamati dan persoalan utama peneliti selanjutnya adalah menemukan penyebab (variabel bebas) yang menimbulkan akibat tersebut. Jenis pendekatan penelitian ini seringkali digunakan dalam bidang pendidikan, psikologis dan sosiologis, karena sebagian besar variabel yang diselidiki dalam bidang-bidang tersebut tidak secara langsung dapat dimanipulasi. Dalam metode penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan sebab, atau alasan adanya perbedaan tingkah laku atau status kelompok individu dll. Jadi tujuan penelitian kausal komparatif adalah untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Untuk memahami lebih jauh, pada Tabel 1 berikut dapat dilihat berbagai metode penelitian yang biasa digunakan dalam beberapa penelitian (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).Tabel 1. Ciri-ciri dan Tujuan dari Beberapa Metode PenelitianMetode PenelitianMaksudCiri-ciri

Deskriptif

Memberikan deskripsi secara sistematis suatu situasi, populasi atau bidang minat secara faktual dan akurat.Tidak ada dilakukan kontrol. Mengukur apa yang ada. Tidak ada manipulasi kondisi (variabel bebas).

Survey

Mempelajari data dari sampel yang diambil dari suatu populasi untuk generalisasi.

Mengukur gejala-gejala (di lapangan atau di laboratorium) tanpa mencari penyebabnya. Sampling dilakukan (disebut sensus, jika semua populasi diukur)

Kasus

Mempelajari secara intensif latar belakang, status kini, dan interaksi lingkungan unit sosial tertentu: perseorangan, kelompok, institusi atau komunitas.Biasanya tanpa hipotesis, sebaliknya menghasilkan hipotesis. Tidak ada generalisasi dan tanpa sampling.

Korelasi

Mendeteksi tingkat pertalian variasi dalam satu faktor berkaitan dengan variasi dalam satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.Menentukan tinggi rendahnya saling hubungan, bukan mencari ada tidaknya hubungan seperti pada eksperimenal. Tidak ada manipulasi kondisi.

Eks perimental

Mencari pengaruh variabel tertentu (bebas) terhadap variabel lain (terikat) dalam kondisi yang terkontrol

Menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding terhadap kelompok eksperimental. Dilakukan pengaturan variabel-variabel dan kondisi percobaan secara ketat baik terhadap kontrol atau manipulasi. Bahan yang diteliti harus homogen. Metode sampling tidak perlu.

Kausal komparatif atau post ex facto

Meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.Tidak ada kontrol pada variabel bebas, tidak ada penetapan subjek secara acak.Mengambil satu atau lebih akibat sebagai variabel terikat, kemudian data itu ditelusuri mencari penyebab.

Sumber: Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004.2.6.2 Bahan-bahan Bagian ini menguraikan semua bahan yang digunakan dalam penelitian yang meliputi sampel atau bahan dan reagensia. Uraian ini meliputi sumber dan spesfikasi lengkap dari bahan dan reagensia yang digunakan. Penjelasan yang dikemukakan harus cukup rinci sehingga jika peneliti lain mengulang percobaan dengan menggunakan bahan dan kemurnian reagensia yang sama diharapkan akan memberi hasil yang sama pula. Bagian ini disusun dalam bentuk kalimat, bukan dengan membuat daftar bahan dari atas ke bawah (Day, 1995).

2.6. 3 Alat-alat atau InstrumentasiPada tahap ini peneliti harus dapat menentukan atau memilih teknik atau instrumen-instrumen yang sesuai untuk mengukur variabel-variabel tersebut. Dalam kaitan ini proses pemilihan atau pengembangan alat pengukuran dan metode yang sesuai untuk masalah yang dievaluasi dikenal dengan istilah instrumentasi. Dengan proses yang demikian akan diperoleh instrumen yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan mengukur nilai variabel yang diamati (Nana, dkk., 2004). Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) telah banyak tersedia dan telah teruji keterandalannya (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Panas dapat diukur denga termometer, panjang dapat diukur dengan meteran, dan berat badan dengan timbangan berat. Tetapi timbangan dengan skala kecil gram tentu saja berbeda dengan penggunaan dan ketelitiannya dengan timbangan berskala terkecil milligram. Alat ukur yang digunakan dalam suatu pengukuran, sedapat mungkin alat itu harus dapat menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang arti sebenarnya yang diukur. Validitas berkenaan dengan keterkaitan data yang diperoleh dengan sifat atau karakter variabel yang diteliti. Setiap alat memiliki limit of detection (LOD) yakni nilai yang terkecil yang masih dapat dideteksi atau diukur. Kriteria tertentu untuk menilai instrumen yang baik dapat dievaluasi melalui proses validasi (Ermer dan Miller, 2005; Nana, dkk., 2004).Validasi

Tujuan validasi dari suatu prosedur analisis adalah untuk membuktikan bahwa metode tersebut sesuai untuk tujuan penggunaannya, yang ditentukan untuk mengukur seperangkat parameter di laboratorium. Parameter yang dievaluasi antara lain akurasi (recovery), presisi (repitibilitas), selektivitas, batas deteksi (limit of detection), dan keliniearan. Reliable berarti dapat dipercaya, stabil dan dapat diramalkan. Ketepatan atau stabilitas tidak cukup menghasilkan reliabilitas. Suatu tes dapat menghasilkan ketepatan tetapi mungkin kurang akurat atau teliti. Misalnya, penimbangan secara pas menghasilkan ukuran yang sama untuk objek yang sama (reliabel) tetapi bisa tidak menghasilkan ukuran yang benar atau tepat (valid) (Oktavia, 2006; Ermer dan Miller, 2005; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). Misalnya, penentuan kadar analit (zat yang dianalisa) di dalam suatu sampel dengan metode yang berbeda dapat memberikan hasil yang berbeda. Bahkan dengan metode yang sama untuk sampel yang berbeda belum tentu memberikan hasil yang sama ketepatannya karena perbedaan matriks bahan yang dianalisis. Untuk mengetahui kadar yang sebenarnya analit di dalam sampel harus dilakukan uji validitas metode tersebut dengan menentukan parameter validitas misalnya dengan recovery analysis (analisa perolehan kembali). Recovery analysis dilakukan dengan menambahkan zat murni (bahan baku) yang diketahui jumlahnya ke dalam sampel, kemudian prosedur analisa dilakukan sama seperti pada sampel. Kemudian ditentukan persen recovery dengan rumus: Persen Recovery = T - S x 100%.

B

T= jumlah total analit sesudah penambahan bahan baku;

S=jumlah analit dalam sampel sebelum penambahan bahan baku, dan

B = jumlah bahan baku analit yang ditambahkan.

Jika persen perolehan kembali 100%, berarti metode yang digunakan adalah valid, tetapi jika tidak, berarti jelas bahwa kadar yang diperoleh tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Meramalkan kadar analit yang sebenarnya di dalam sampel dapat dihitung atau dikoreksi dengan memakai faktor konversi persen recovery yang telah diperoleh. Misalnya, dengan menggunakan suatu metode analisis, jumlah analit di dalam sampel 50mg, dan jika recovery ternyata 90%, jelas bahwa kadar yang sebenarnya bukanlah 50mg, tetapi lebih dari 50mg. Jadi untuk meramalkan jumlah zat yang sebenarnya di dalam sampel (jika persen recovery 90 %) adalah 50 mg dikalikan dengan 100/90 = 55,55 mg (Harmita, 2004; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004; Ermer dan Miller, 2005). Apabila jumlah tersebut (50 mg) adalah batas maksimum yang diperbolehkan menurut peraturan, jelas bahwa metode analisis ini dengan recovery 90%, tidak dapat digunakan untuk produk bersangkutan.Dalam penelitian sosial, berbagai instrumen untuk mengukur variabel juga tersedia dan telah teruji, misalnya instrumen untuk mengukur prestasi, mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Tetapi belum tersedia instrumen lainnya dan relatif sukar untuk menemukan instrumen yang dapat digunakan dalam mengukur variabel dalam ilmu sosial, sedangkan instrumen dalam ilmu pengetahuan alam banyak tersedia dan relatif mudah diperoleh. Walaupun instrumen dalam ilmu sosial telah tersedia dan telah teruji keterandalan dan kesahihannya, bila digunakan dalam setting yang berbeda atau tempat atau lingkungan tertentu mungkin saja tidak andal dan sahih. Hal ini dapat dimaklumi karena gejala atau fenomena sosial cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Oleh karena itu, para peneliti di bidang sosial sering harus menyusun sendiri instrumen penelitian yang akan digunakan dan menguji kesahihannya. Sebagai contoh, jika variabel yang diteliti adalah tingkat kekayaan, maka dapat dibuat indikator kekayaan seperti jumlah dan kualitas rumah yang dimiliki, tempat berbelanja dan lain lain (Nana, dkk., 2004).Maka dalam bagian alat-alat dan instrumentasi ini perlu menyebutkan semua alat yang digunakan terutama alat elektronik yang kepekaannya sangat tinggi. Alat-alat sederhana seperti alat gelas tidak perlu disebutkan buatan atau merek misalnya "Pyrex", cukup dengan menyebutkan beaker glas, erlenmeyer, dll. Alat-alat elektronik seperti spektrofotometer, gas kromatografi, dan alat lain yang jika digunakan merek lain mungkin dapat mempengaruhi hasil akhir, perlu disebutkan nama pabrik pembuatnya, misalnya spektrofotometer (Shimadzu). Jika ada alat yang dirancang secara khusus, harus diuraikan dengan jelas, bahkan gambar alat tersebut perlu disajikan dalam lampiran.

2.6. 4 ProsedurBagian prosedur menguraikan tahapan penelitian yang ditempuh yang terdiri dari: (1) metode sampling atau penyediaan bahan, (2) penyiapan sampel dan kondisi percobaan, (3) pembuatan reagensia, dan (4) metode analisis dan pengukuran.

2.6.4.1 Metode Sampling

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi. Sampel adalah "beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi". Pengambilan sampel adalah proses yang meliputi pengambilan satu bagian kecil dari populasi, melakukan pengamatan atas kelompok sampel, kemudian menggeneralisasikan penemuan-penemuan pada populasi. Ukuran yang minimum yang dapat diterima adalah sebagai berikut:

1. Penelitian deskriptif 10 persen dari populasi. Untuk populasi terkecil diperlukan minimum 20 persen.

2. Penelitian korelasi 30 subjek

3. Penelitian kausal-komparatif 15 subjek per kelompok.

4. Penelitian eksperimen 15 subjek per kelompok.

Untuk menetukan ukuran sampel dari populasi, dapat digunakan rumus berikut.

n = N/l +Ne2n = ukuran sampel; N = ukuran populasi; e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi). Contoh soal. Jika dalam suatu penelitian populasi sebesar 9000 dan batas kesalahan yang diinginkan adalah 2%, berapa ukuran sampel yang ditarik? Pada dasarnya, pengambilan sampel dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non-probability sampling (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). A. Probability Sampling

Probability sampling atau pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama. Syarat pengambilan sampel secara acak meliputi tiga tahapan, yaitu: (a) menetapkan populasi; (b) daftar semua anggota populasi; dan (c) mimilih sampel melalui prosedur yang sesuai dimana setiap anggota mempunyai peluang yang sama. Pengambilan sampel secara acak meliputi tabel nomor acak dan pengambilan sampel melalui undian (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004). B. Pengambilan Sampel Sistematis

Pengambilan sampel sistematis adalah pengambilan sampel yang hanya dibolehkan melalui peluang dan suatu "sistem" untuk menentukan keanggotaan dalam sampel. Sistim adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah melalui pemilihan acak, misalnya setiap ke 5, setiap subjek ke-10 dan seterusnya. (Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).C. Pengambilan Sampel Strata Dalam strategi ini populasi dikategorikan dalam kelompok-kelompok yang memiliki strata yang sama. Misalnya, jika ada populasi sebanyak 1000 dan kita menginginkan 100 sampel dari beberapa strata menurut jumlah variabel, pertama dengan mengidentifikasi perbedaan strata yang ada di dalam populasi. Jika jenis kelamin merupakan strata pertama yang meliputi 200 wanita dan 800 pria, maka untuk memperoleh 100 anggota sampel dari wanita = 200/1000 x 100= 20 orang; pria = 800/1000 x 100 = 80. Jumlah sampel = 20 + 80 = 100. Dari dua kelompok tersebut selanjutnya strata lain dapat diidentifikasi berdasarkan variabel dalam penelitian (Sevilla dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).

D. Pengambilan Sampel Kluster Pengambilan sampel kluster berkenaan pada pemilihan anggota sampel dalam kluster dan bukan menyeleksi individu secara terpisah. Pengambilan sampel ini dilakukan secara kelompok, bukan secara individual yang diseleksi secara acak.

E. Pengambilan Sampel Non-Acak Pengambilan sampel non-acak atau pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan diklassifikasikan dalam: pengambilan sampel purposif, pengambilan sampel kuota, dan pengambilan sampel dipermudah.2.6.4.2. Analisa Statistik yang Digunakan

Analisa statistik harus sudah dirancang sejak awal sebelum penelitian dilakukan. Pada bagian akhir dari prosedur dicantumkan rumus yang digunakan untuk mengolah data dan statistik yang digunakan. Dalam bagian prosedur tidak perlu dicantumkan tentang hasil. Jika dianggap perlu dapat dicantumkan contoh perhitungan yang disertakan dalam lampiran, tetapi tidak perlu menyebutkan "hasil penelitian lihat dalam lampiran", karena hasil akan dimasukkan dalam bab hasil dan pembahasan. Lokasi, waktu penelitian juga perlu dinyatakan, jika dilakukan di lapangan (Day, 1995; Sevilla dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).2.7 Jadwal PenelitianDalam bagian ini hendaknya ditunjukkan tahap penelitian yang dilakukan, perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing tahap dengan menyebutkan bulan dan tahun serta perincian kegiatan untuk masing-masing tahap.

2. 8 Daftar PustakaBagian ini menyajikan daftar semua literatur yang menjadi sumber informasi yang digunakan dalam penelitian. Daftar pustaka yang disusun harus jelas dan dapat dicari dengan mudah oleh pembaca atau peneliti-peneliti lain jika peneliti tersebut ingin membaca keseluruhan isinya. Karena itu, daftar bacaan tersebut harus berisi hat-hal berikut: Nama atau nama-nama pengarang buku, artikel, monograf dan lain-lain. Tahun penerbitan Judul, baik dari buku, monograf, artikel yang digunakan Edisi Volume atau nomor dari majalah, buletin dan sebagainya Halaman yang dikutip ataupun jumlah halaman dari artikel atau buku Dari beberapa cara penyusunan daftar pustaka dipilih cara berikut.Bahan pustaka disusun berturut-turut secara abjad menurut nama keluarga penulis. Apabila seorang menulis dua atau lebih karangan dalam tahun yang sama, maka di belakang tahun ditulis a, b, misalnya 2003a, 2003b. Demikian juga, apabila seorang menulis lebih dari satu karangan dalam daftar pustaka disusun menurut urutan waktu. Daftar pustaka ditulis dalam satu spasi. Dalam daftar pustaka harus dituliskan semua nama penulis walaupun lebih dari tiga pengarang. Pedoman umum yang sering digunakan untuk menyusun daftar pustaka adalah mengikuti urutan seperti berikut (Anonim a, 205; Anonim c, 2003; Djuharie, 2001). Judul buku nama jurnal ditulis dengan huruf miring, sedangkan yang lainnya tidak.Untuk Majalah Ilmiah atau JurnalNama pengarang - tahun - judul artikel - nama jurnal (majalah ilmiah) - yang memuat artikel tersebut - volume majalah atau bulan majalah tersebut diterbitkan, nomor majalah, (katau ada) halaman yang dikutip atau halaman artikel tersebut.Nama pengarang diawali dengan huruf besar, dimulai dengan nama famili, kemudian kependekan dari nama awal dan nama tengah (first name and middle name). Judul artikel ditulis vertikal tetapi nama majalah atau jurnal ditulis dengan huruf miring. Jika nama kota penerbitan lebih dari satu maka dituiis nama kota yang lebih dekat dengan penulis. Penulisan nama pengarang Indonesia yang terdiri dari dua kata atau lebih tapi salah satu di antaranya bukan marga dapat dilakukan dengan dua pilihan. Nama yang ditulis sesuai dengan yang tertera pada sumber pustakanya atau nama yang terakhir ditulis dan nama lain disingkat pada nama yang ada marga.

Untuk buku, nama pengarang - tahun penerbitan-judul buku - edisi - nama kota penerbitan -nama penerbit - halaman yang dikutip. Contoh penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada Lampiran 4.

BAB III

BAHAN SEMINAR

Sistematika bahan seminar adalah sebagai berikut:

Judul

Halaman Pengesahan

Abstrak

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

BAB I Pendahuluan

BAB II Metode Penelitian

BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan

BAB IV Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Lampiran

3.1 Judul

Sama seperti yang diuraikan dalam usul penelitian.

.

3.2 Halaman Pengesahan

Disetujui oleh Pembimbing dan Dekan

3.3 Abstrak

Abstrak merupakan pernyataan ringkas mengenai; latar belakang, tujuan, metodologi, hasil dan pembahasan, kesimpulan dari penelitian yang mudah difahami. Penekanan adalah pada hasil dan kesimpulan. Dengan membaca abstrak, maka pembaca dapat mengetahui dengan cepat, apakah yang sedang dibacanya berhubungan dengan yang diperlukannya, dan apakah perlu dibaca semua isinya atau tidak.

Abstrak harus pendek dan tidak boleh berisi tabel, grafik dan buku acuan. Abstrak biasanya ditulis paling akhir. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Panjang abstrak tidak lebih dari 250-300 kata. Abstrak harus didahului dengan judul dan nama penulis. Abstrak biasanya ditulis paling terakhir. Abstrak dapat ditulis dalam bentuk terstruktur dan tidak terstruktur. Abstrak terstruktur artinya dalam abstrak dituliskan unsur-unsurnya sedangkan yang tidak terstruktur tidak (Day, 1995; Cummings, dkk., 2004). Lihat contoh abstrak dalam Lampiran 5 dan Lampiran 6.

3.4 Pendahuluan

Pengembangan dari pendahuluan pada usul penelitian dengan penambahan lain sesuai dengan hasil penelitian yang baru yang dipublikasikan selama penelitian berlangsung dan hipotesis dimasukkan dalam bab ini.

3.5 Metode Penelitian

Pada prinsipnya bagian ini harus memberikan uraian yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian seperti yang tertera pada usul penelitian. Jika suatu prosedur dikembangkan selama penelitian berlangsung, maka uraian yang lengkap harus dikemukakan3.6 Hasil Percobaan dan Pembahasan

Urutan dari hasil yang ditampilkan harus sesuai dengan tahapan yang dilakukan selama penelitian. Biasanya hasil percobaan dan pembahasan disatukan dan hanya ditulis tersendiri/terpisah apabila ada atau diperlukan pembahasan yang luas. Pada umumnya, hasil percobaan memuat semua data yang relevan yang diperoleh selama penelitian dan harus disusun secara sistematik. Data dibagi atas data mentah dan data yang telah diolah. Misalnya, volume titran dalam penentuan kadar suatu analit dalam sampel adalah data mentah, tetapi kadar analit yang diperoleh melalui titrasi tadi dalam sampel adalah data yang telah diolah dengan rumus perhitungan yang telah ada tercantum dalam Bab bahan dan metode. Data mentah lazimnya dimasukkan dalam lampiran, sedangkan data yang telah diolah dimasukkan dalam hasil dan pembahasan untuk selanjutnya dibahas. Walaupun demikian, data mentah juga dapat dimasukkan dalam bagian ini jika memang dibahas, misalnya seperti kromatogram. Data disusun dalam kelompok dan kategori tertentu yang sesuai dengan masalah yang dihadapi yang ingin dipecahkan dan disusun dalam bentuk tabel, grafik, ataupun histogram. Penyajian data diurutkan berdasarkan tahapan percobaan yang ditempuh; disusun sedemikian rupa sehingga mengarah kepada kesimpulan yang menjawab hipotesis. Data yang telah tersusun dianalisis, didiskusikan dan dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya tetapi yang baru atau mutakhir (Lindsay, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Day, 1995; Brotowijoyo, 1998; Surakhmad, 1988).

Gambar dan Tabel harus lengkap serta dapat dimengerti dengan jelas walaupun terpisah dari teksnya dan biasanya disajikan sesudah pertama kalinya disebut di dalam teks bagian ini sehingga mudah melihatnya seperti contoh pada Lampiran 7 dan 8. Jika semua hasil penelitian dinyatakan dalam tabel, maka harus disertai dengan uraian ringkas tentang hal-hal yang penting sehingga pembaca dapat melihat apa yang ingin disampaikan penulis untuk disimak oleh pembaca dari hasil penelitian. Pembahasan merupakan kesempatan bagi para pembaca untuk menilai akan kemampuan penulis menafsirkan dan memberikan faham baru, atau dengan kata lain, kemampuan penulis sebagai ilmuwan. Pembahasan sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Ebel, dkk., 1987; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004).:

Nalaran hasil penelitian secara teoritik dan atau empirik, sehingga dapat menjelaskan rumusan masalah yang diajukan.

Rumusan teori yang dihasilkan dalam penelitian.

Paduan temuan penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya serta bagaimana kaitannya dengan penelitian ini.

Pemahaman keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan saran bagi penelitian selanjutnya.

Dalam pembahasan harus dikemukakan teori yang masih berlaku (up to date) dan temuan-temuan hasil penelitian yang mutakhir dari jurnal ilmiah yang relevan. Pustaka memegang peranan penting dalam pembahasan, dan dicerminkan dalam penggunaan dan pengutipannya. Pernyataan seperti "Terdapat kesesuaian bahwa....." atau "Si A mengemukakan bahwa....." harus mencantumkan sumbernya. Setiap pernyataan harus didukung oleh hasil penelitian kita sendiri, hasil penelitian orang lain, atau pernyataan bersifat otoritas dari hasil penelitian orang lain. Setiap pernyataan di dalam pembahasan harus ada dasarnya. Jika suatu pernyataan tidak ada rujukannya dari literatur berarti pernyataan tersebut adalah fakta hasil penelitian yang diperoleh (Lindsay, 1988; Sevilla, dkk., 1993).

Dalam ilmu modern, prinsip dan pendapat selalu diperbaharui dengan adanya bukti baru yang ditemukan. Karangan mungkin mengemukakan bukti yang dimaksud. Penulis harus yakin bahwa prinsip yang menjadi dasar pemikiran penulis masih berlaku dan dikenal atau aktual Sekiranya penulis keberatan terhadap acuan yang akan dikutip dan penulis tak menemukan pilihan lain, beberapa alasan dapat dimodifikasi untuk menjelaskan masalah ini. Jika belum ada data sebelumnya sedangkan data yang diperoleh memperlihatkan suatu kecenderungan yang menarik, maka penjelasan spekulatif dapat dikemukakan dan hal ini menjadi dasar hipotesis untuk penelitian selanjutnya. Akhirnya, manfaat dari hasil penelitian dalam bidang tertentu harus dicatat dan diperhatikan. Misalnya, jika hasil penelitian mempunyai aplikasi dalam industri, maka diajukan saran berdasarkan hasil yang diperoleh (Sevilla, dkk., 1993; Lindsay, 1988).

3.7 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan yang dikemukakan dalam pendahuluan. Berdasarkan analisis di atas diambil kesimpulan yang menjurus kepada pembuktian hipotesis dan bukan merupakan laporan data dalam bentuk angka lagi. Biasanya pembaca, untuk mengetahui isi sebuah skripsi dengan cepat, akan membaca juga kesimpulan setelah abstrak. Oleh karena itu, kesimpulan akan berfungsi untuk mengemukakan penemuan dalam konteks yang benar, sebab dalam sebuah abstrak hal seperti ini tidak dapat dicakup, maka kesimpulan dapat dianggap sebagai pengembangan dari sebuah abstrak. Dalam bab ini, berdasarkan hasil yang diperoleh, peneliti dapat mengemukakan saran atau rekomendasi tentang apa yang harus diperbuat selanjutnya (Nana, dkk., 2004; Sevilla, dkk., 1993; Lindsay, 1988).

3.8 Daftar Pustaka

Daftar pustaka seperti yang diuraikan di dalam usul penelitian.

3.9 Lampiran

Lampiran merupakan bagian yang menyajikan keterangan-keterangan atau angka tambahan yang berfungsi untuk melengkapi uraian yang telah disajikan dalam skripsi. Lampiran atau apendiks ditempatkan di bagian belakang bahan seminar atau skripsi yang merupakan tempat yang cocok untuk memuat berbagai hal yang meliputi metode analisis, data mentah dan evaluasi data secara statistik, dan hal lain seperti contoh perhitungan yang berfungsi untuk melengkapi uraian yang disajikan dalam bagian ini. Jadi lampiran bukan tempat data yang dibahas dalam bab hasil dan pembahasan. Sekiranya ada data mentah yang harus dibicarakan di dalam pembahasan, berarti data tersebut seharusnya ditempatkan di dalam hasil dan pembahasan bukan di dalam lampiran. Jika ada lampiran harus selalu dirujuk dalam bagian pembahasan untuk mendukung/sebagai bukti yang merupakan landasan dari infromasi data yang telah diolah dalam pembahasan (Surakhmad, 1988; Djuharie, 2001). Lampiran dapat berupa gambar, tabel, foto, kromatogram, dll. Judul dari semua lampiran ditulis dibagian atas sebagai judul lampiran termasuk gambar. Gambar, tabel atau foto yang sudah termasuk dalam kategori lampiran/sebagai lampiran tidak boleh lagi dimasukkan dalam daftar gambar, daftar tabel. Contoh membuat Lampiran (lihat Lampiran 9 dan 10).

BAB IV

SKRIPSI

Skripsi adalah bukti tertulis dari penelitian yang dilakukan seorang mahasiswa selama enam bulan sampai satu tahun. Skripsi yang baik mengandung semua unsur karangan ilmiah dan tinjauan (tinjauan pustaka). Jika dilihat dari unsur-unsur dari usul penelitian dan bahan seminar hasil penelitian, maka skripsi merupakan gabungan dari keduanya. Tetapi di dalam skripsi, tinjauan pustaka perlu dilengkapi dan di update dengan publikasi yang muncul selama penelitian berlangsung. Maka peneliti perlu secara terus-menerus mengikuti dan membaca publikasi yang terbaru agar tinjauan pustaka dan pembahasan jangan sampai ketinggalan dengan fakta aktual. Pada umumnya, sistematika dari skripsi terdiri atas semua atau beberapa unsur pokok yang disusun menurut urutan yang lazim seperti di bawah ini (Surakhmad, 1988; Lindsay, 1988):

judul

halaman Judul

halaman Pengesahan

kata pengantar

abstrak

daftar isi

daftar tabel

daftar gambar

daftar lampiran

BAB I Pendahuluan

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB III Metode Penelitian

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Lampiran

4.1 Judul

Judul skripsi seperti yang diuraikan dalam usul penelitian. Tidak tertutup kemungkinan judul dapat sedikit berubah sesudah dilakukan penelitian.

4.2 Halaman Judul

Pada halaman judul dicantumkan judul skripsi, nama penulis dan tujuan pengajuan skripsi yang sedang diajukan (Lampiran 11).

4.2 Halaman Pengesahan

Pada halaman pengesahan dicantumkan judul, nama penulis, tanggal ujian dan pengesahan oleh pembimbing, penguji dan Dekan setelah mahasiswa dinyatakan lulus (Lampiran 12).

4.3 Kata Pengantar

Kata pengantar merupakan pernyataan pribadi penulis secara ringkas dan biasanya mengemukakan: (1) rasa syukur atas rampungnya skripsi yang dibuat, (2) maksud dilaksanakannya penelitian, (3) uraian singkat mengenai latar belakang, (4) tujuan penelitian, (5) sifat penelitian, (6) harapan berdasarkan hasil penelitian, (7) ucapan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang membantu. Di bawah isi kata pengantar, sebelah kanan, disebutkan kota dan tahun skripsi diterbitkan dengan jarak empat single space dari akhir isi kata pengantar. Kemudian dengan jarak dua single space di bawah kota dan tahun penerbitan ditulis kata penulis. Pada jarak satu single space di bawahnya ditulis nama penulis (Djuharie, 2001) (contoh kata pengantar lihat Lampiran 13).

4.4 Abstrak

Abstrak sama seperti yang disajikan dalam bahan seminar hasil penelitian.

4.5 Daftar Isi

Daftar isi mengandung outline yang terdiri dari bab, bagian, sub bagian dengan halaman. Pada umumnya tidak boleh lebih dari dua atau tiga tingkat pembagian sub bagian di dalam satu bab.

Contoh:

Bab III

Sub bab 3.1

Seksi 3.1.1

Sub seksi 3.1.1.1

Tidak lazim membuat pendahuluan pada setiap bab yang akan diikuti oleh sub bagian. Setiap sub bagian sebaiknya tidak lebih dari 5-8 halaman ketik. Dalam setiap bab, sub-bab, seksi maupun sub-seksi, harus dihindari rujukan pustaka, singkatan dari sub-bab dalam kurung, misalnya, Adenosin Tripospat (ATP).

4.6 Pendahuluan

Pendahuluan seperti yang ada pada bahan seminar hasil penelitian.

4.7 Tinjauan Pustaka

Uraian ini merupakan pengembangan dari tinjauan pustaka yang tertera pada usul penelitian. Sumber pustaka yang diacu dan telah dipublikasikan, termasuk publikasi yang terbaru selama penelitian sedang berlangsung, harus dimasukkan di dalam pembahasan sebagai pembanding terhadap hasil penelitian. Tinjauan pustaka merupakan satu bagian yang penting dari skripsi dan penulis harus mampu membaca dengan cermat dan mengevaluasinya sehingga materi yang disajikan hanya informasi yang akan mendukung (berkaitan erat dengan) program penelitian. Tinjauan pustaka harus memuat latar belakang masalah penelitian dan uraian ringkas dari usaha-usaha mengatasi masalah yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam bidang tersebut terutama mengenai pendekatan yang bersifat teknis, kelemahan dan keunggulan dari setiap penelitian. Maka bagian ini bukan semata-mata berupa sebuah koleksi dan ringkasan, tapi merupakan ikhtisar untuk memudahkan dan mengevaluasi penelitian sebelumnya. Dengan membaca tinjauan pustaka, para pembaca dapat mengetahui apa yang telah diketahui mengenai topik yang sedang diteliti. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tinjauan pustaka (Lindsay, 1988; Sevilla, dkk., 1993; Nana, dkk., 2004) adalah sebagai berikut.

Mempertentangkan pandangan dari berbagai penulis dan peneliti dan

Kemudian mengaitkannya satu sama lain.

Pernyataan arah setiap penelitian harus berhubungan dengan judul penelitian

yang dilakukan.

Menghindari duplikasi penempatan pustaka-pustaka yang menyatakan hal yang sama.

Menunjukkan bagaimana pustaka dihubungkan dengan hipotesis penelitian. Beberapa kesalahan yang harus dihindari pada saat menulis tinjauan pustaka:

a) Penulisan yang hanya sebagai daftar hasil penelitian atau pendapat para ahli tanpa dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan.

b) Penulisan semua pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Harus dilakukan beberapa pilihan dalam menentukan pustaka apa yang harus dimasukkan. Jika jumlah halaman tinjauan pustaka terlalu banyak maka tidak akan ada pembaca yang ingin membacanya.

c) Penulisan sumber pustaka yang sudah usang.

Seharusnya, tinjuan pustaka dari suatu tesis (mungkin juga skripsi) harus sejajar bobot ilmiahnya dengan artikel tinjauan (review article) yang akan dimuat untuk suatu journal ilmiah tingkat internasional.

4.8 Metode Penelitian

Metode penelitian seperti yang tertera pada bahan seminar hasil penelitian.

4.9 Hasil Percobaan dan Pembahasan

Sama seperti hasil dan pembahasan yang diuraikan pada bahan seminar yang dikembangkan berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian baru yang dipublikasikan dan berkembang selama penelitian dilakukan. Selama mengumpulkan data, mengolah dan menabulasinya, peneliti telah membentuk sejumlah pemikiran yang mungkin dapat dikembangkan dalam pembahasan. Pemikiran yang berkembang ini dinamakan argumen atau pendapat yang harus dibenarkan sesuai dengan yang telah diketahui dalam pokok penelitian dengan keterbatasan-keterbatasan sejujur mungkin. Pembahasan kemudian menjadi kumpulan pendapat (argumen) dalam hal relevansi, kegunaan dan kemungkinan atau keterbatasan mengenai penelitian yang telah dilakukan serta hasilnya (Lindsay, 1988; Nana, dkk., 2004; Sevilla, dkk., 1993).

Teknik mengembangkan pendapat sama dengan membuat paragraf yang baik. Paragraf mengandung seluruh bagian pembahasan dan memberi gambaran jelas kepada pembaca untuk memahami beberapa hal satu demi satu. Unsur-unsur suatu paragraf yang baik dalam menyampaikan pendapat kita terdiri dari: (1) kalimat topik (pokok), (2) perkembangan logika, dan (3) kesimpulan atau ringkasan dari pengembangan pemikiran yang ada, apabila akan dilanjutkan dengan pemikiran baru yang berkaitan.

Paragraf dimulai dengan ringkasan kecil mengenai apa yang akan dibahas. Kalimat ini dinamakan kalimat pokok. Kalimat pokok dapat dengan sendirinya menceritakan hal-hal pokok yang akan dikemukakan dalam paragraf. Dengan demikian kalimat pokok akan menarik perhatian pembaca dan mengarahkan daya pembaca untuk menerima pemikiran logis yang akan diuraikan pada kalimat berikutnya. Setelah merangsang semangat pembaca, pembahasan dilanjutkan dengan menggunakan fakta dari hasil penelitian dan menghubungkannya dengan fakta atau teori lain untuk membangun pendapat kita. Tujuannya ialah mengambil kesimpulan dengan cara deduksi, induksi, atau kombinasi keduanya. Setiap pendapat bersifat khas dan didukung oleh seperangkat fakta. Kesimpulan harus diutarakan sesuai dengan data yang menunjangnya. Jika tak ada bukti nyata, jangan mengungkapkannya dengan "Mungkin sekali bahwa...(atau lebih buruk lagi) "Barangkali bahwa ......" yang langsung menyiratkan bahwa kita tidak mempercayai data kita sendiri. Jika ada perbedaan yang kecil saja antara plot perlakuan dan kontrol belum meyakinkan kita untuk mengemukakan: "Ada indikasi yang jelas " Dalam hal seperti ini lebih baik tak mengembangkan argumen di luar nilai-nilai aktual. Akhirnya kalimat kesimpulan dapat dibuat dengan membulatkan argumen dan paragraf melalui penekanan dengan butir-butir kunci yang sedang dikembangkan (Lindsay, 1988; Sevilla dkk., 1993).

Spekulasi dalam pembahasan yang tetap tinggal tak diuji akan mengundang kritik. Jika spekulasi dikembangkan dari hasil penelitian sama halnya dengan hipotesis, dan mempunyai kriteria yang sama dengan hipotesis. Maka spekulasi tidak saja dapat diterima dalam pembahasan, bahkan diinginkan. Spekulasi ditolak hanya apabila tidak cocok dengan fakta yang diketahui, atau spekulasi tak dapat diuji dengan teknologi yang ada. Penolakan spekulasi dapat merangsang peneliti lain untuk menumbuhkan gagasan baru dan sangat berharga sebagai sumber ilmiah (Lindsay, 1988).

4.10 Kesimpulan

Kesimpulan seperti yang tertera pada bahan seminar hasil penelitian.

4.11 Daftar Pustaka

Daftar pustaka seperti yang tertera pada usul penelitian.

4.12 Lampiran

Lampiran seperti yang tertera pada bahan seminar.

PENGETIKAN DAN FORMAT SKRIPSI

Kertas

Harus digunakan kertas putih (HVS) ukuran A4 (21 x 29,7 cm) berat 80 gram. Kertas duplikator atau kertas komputer bagian depan saja (tidak timbal balik).

Pengetikan

Kualitas Pengetikan

Semua skripsi diketik dua spasi. Ketikan satu spasi diperbolehkan untuk membuat judul, tabel yang panjang, daftar pustaka dan catatan kaki. Pengetikan dengan komputer, digunakan hanya satu jenis bentuk ketikan pika, elit atau eksekutif. Tulisan/huruf skrip (condong bersambung) tidak dibenarkan. Cetakan komputer harus mempunyai standar kualitas yang minimum yaitu Time New Roman. Ukuran huruf untuk semua skripsi adalah 12 poin (12 huruf dalam 1 inci). Lambang atau tanda khusus yang tidak dijumpai pada mesin ketik atau pada komputer, harus ditulis dengan alat mekanis menggunakan tinta cina hitam atau tinta yang sejenis.

Bilangan dan Satuan

- Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat, misalnya: 10 g bahan ........; harus ditulis: Sepuluh gram bahan ............

-Bilangan desimal ditandai dengan koma, bukan dengan titik, misalnya: berat sampel 10,5 g.

-Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa titik di belakangnya (jika tidak pada akhir kalimat), misalnya: m, cm, kg, mg, mcg, mm, C.

Baris Pinggir

Baris pinggir (margin) untuk semua teks skripsi ditetapkan sebagai berikut:

- pinggir sebelah atas

: 3 cm

- pinggir sebelah bawah : 3 cm

- pinggir sebelah kanan : 3 cm

- pinggir sebelah kiri

: 4 cm

Selain yang disebut di atas, pedoman berikut harus dipatuhi:

1. Jangan mengetik lebih dari satu baris di bawah baris pinggir. Seandainya yang sebaris perlu juga diketik, ini diperkenankan hanya untuk melengkapkan catatan kaki atau baris terakhir sesuatu bab, sub-sub atau keterangan gambar.

2. Semua tabel, skema dan gambar termasuk keterangan harus menurut format baris pinggir.

3. Paragraf baru pada bagian bawah dari suatu halaman harus terdiri dari sekurang-kurangnya dua baris ketikan lengkap, jika tidak dapat dibuat demikian, harus dimulai pada halaman yang baru. Paragraf baru dimulai pada ketikan yang ke-6 dari batas pinggir kiri dengan jarak tetap dua spasi.

4. Bilangan dan lambang yang memulai suatu kalimat harus ditulis dalam bentuk kalimat, misalnya: sepuluh ekor mencit disuntik secara...........

Penomoran Halaman

Semua nomor halaman naskah diberi nomor unit angka Arab, dicetak tanpa tanda bacaan kira-kira 1,5 cm dari batas bawah di pertengahan baris teks tersebut. Bagian permulaan (preliminary) diberi huruf kecil secara berurutan (i, ii, iii, dst.). Halaman judul pada halaman depan skripsi dianggap sebagai halaman i, tetapi nomornya tidak diketik. Huruf kecil ii terletak pada halaman pertama sesudah halaman judul.

Tabel

Tabel melintang lazim dimuat dalam skripsi. Semua tabel harus terletak di tengah-tengah halaman pada baris pinggir yang telah ditentukan. Setiap tabel harus mempunyai nomor angka Arab dan keterangan. Perkataan "Tabel" atau 'TABEL", nomor dan keterangan dicetak pada sebelah atas tabel tersebut. Apabila suatu tabel harus bersambung pada halaman berikutnya, maka pada baris atas halaman baru harus berbunyi (sebagai contoh: Tabel 2, sambungan). Keterangan tabel tidak perlu diulang, tetapi setiap kolom tabel diberi nomor unit. Apabila suatu tabel merupakan kutipan, kepustakaan asal harus dituliskan dibawah tabel. Apabila ada keterangan tentang tabel, dituliskan di bawah tabel. Judul dan keterangan tabel ditulus dalam satu spasi.Contoh pembuatan tabel lihat pada Lampiran 7.

Gambar

Gambar adalah gambar foto, skema, illustrasi, atau grafik yang dilekatkan pada halaman naskah, dan tidak merupakan skrip ataupun tabel. Perkataan gambar, nomor (dalam angka Arab) dan keterangan dilelakkan di bawah gambar. Umumnya suatu gambar tidak lebih dari satu halaman. Apabila gambar tersebut harus bersambung pada halaman berikutnya, caranya sama seperti pada tabel. Gambar dapat disatukan menjadi kelompok dan diberi nomor secara berurut. Contoh lihat Lampiran 8. Gambar foto yang lebih kecil dari ukuran satu halaman harus dilekatkan dengan menggunakan pelekat/lem yang baik pada kertas yang sama untuk skripsi itu. Apabila memungkinkan, gambar foto dapat dicetak sebesar kertas yang digunakan untuk skripsi. Judul dan keterangan gambar ditulis dalam satu spasi.

Bahasa

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku (ada subjek dan predikat, serta supaya lebih sempurna ditambah dengan objek dan keterangan). Untuk jelasnya mengacu pada Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Untuk mengetahui dan memastikan apakah kata yang digunakan (terutama yang berasal dari bahasa asing) sudah resmi atau tidak pemakaiannya di dalam bahasa Indonesia maka kita harus merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

2. Bentuk kalimat

Kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, aku, kami, kita, dan engkau), tetapi harus dalam bentuk pasif dan titik pandang ketiga. Kala-kata saya pada ucapan terima kasih dalam kata pengantar, diganti dengan kata penulis.

3. Istilah

Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau istilah yang telah di Indonesiakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jika terpaksa harus menggunakan istilah asing harus diketik miring (italic).

4. Kesalahan yang sering terjadi

1. Kata penghubung, misalnya: sehingga dan sedangkan, tidak boleh dipakai untuk memulai suatu kalimat baru.

2. Kata depan, misalnya pada, sering dipakai tidak pada tempatnya, misalnya diletakkan di depan subjek, sehingga merusak susunan kalimat.

3. Kata di mana dan dari selalu kurang tepat pemakaiannya, dan diperlakukan sesuai seperti kata where dan of dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia bentuk demikian tidak baku dan jangan dipakai.

4. Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan di.

5. Tanda baca harus dipergunakan dengan tepat.

5. Kutipan

a. Kutipan langsung

Mengutip secara langsung dilakukan dengan cara menyalin kata demi kata yang sama bunyinya dan ejaannya. Kutipan pendek, yaitu kutipan yang tidak lebih dari lima baris, maka dapat ditulis langsung pada teks dengan tanda kutip di antara bagian yang dikutip. Contoh: Permenkes No. 168 tahun 2005 tentang prekursor farmasi pasal 1 butir 3, menyebutkan "Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku". Kutipan panjang (lebih dari lima baris), ditulis tanpa tanda kutip, tetapi dimulai baris baru 6 ketuk baris pertama dan 3 ketuk untuk baris selanjutnya dengan hanya satu spasi. Contoh: Permenkes No. 168 tahun 2005 tentang prekursor farmasi pasal 1 butir 2, menyebutkan:

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.b. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dibuat bila penulis mengutip karangan yang diolah memakai bahasa sendiri (tanpa memasukkan kalimat pribadi penulis). Ditulis tanpa menggunakan tanda kutip. Pernyataan tentang suatu masalah yang sama dapat mengacu dari beberapa sumber, sepanjang isi, maksud dan jiwa yang dikutip sama. Setiap kutipan harus disebut sumbernya.

Contoh:

Inhibitor kompetitif nitric oxide synthase (NOS) telah diidentifikasi yakni derivat arginin seperti N-monometil-L-argmin, dimetil arginin, merupakan bahan dan alat yang penting dalam meneliti peran nitrogen oksida dalam sistem biologis (Moncada, 2002; Ruscittz, dkk., 2000; Adachi dan Belardinelli, 1997).

6. Tanda Baca

Tanda baca yang umum dipakai adalah titik ( . ), koma ( , ), titik koma ( ; ), titik dua ( : ), tanda tanya ( ? ), tanda seru ( ! ), tanda hubung ( - ), dan tanda pisah ( -- ) Djuharie, 2001).

6.1.Titik (.)

Titik hendaklah selalu dipakai pada:

Akhir suatu kalimat pernyataan.

Beberapa singkatan tertentu (M.Sc., gb., him., )

Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (3.1, 3.1.1, 3.1.2, dst.)

Sebagai pemisah bilangan angka ribuan dan kelipatannya yang

menunjukkan jumlah (7.000.000; 25.234 )

Titik tidak dipakai untuk:

Menyatakan pecahan desimal (untuk itu dipakai koma sehingga setengah ditulis 0,5 bukan 0.5)

Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik.

Contoh: pukul 21.15.10

Memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menyatakan jumlah seperti tahun 1995 bukan 1.995, juga halaman 1455 bukan 1.455

Singkatan nama unsur seperti (C,H,O) bukan (C.H.O) dan persenyawaan seperti RNA bukan R.N.A yang lain seperti DDT bukan D.D.T

Singkatan nama negara seperti USA bukan U.S.A. juga singkatan nama badan seperti UNESCO bukan U.N.E.S.CO

Satuan ukuran seperti kg bukan kg., juga cm. 1 (liter) dan oC. Satuan ini tidak diakhiri dengan tanda baca titik.

Pada akhir judul/anakjudul atau sirahan (urutan).

6.2.Koma (,)

Koma dipakai pada:

Unsur-unsur sintaksis dalam kalimat.

Butir-butir dalam suatu deret (emas, tembaga, perak dll.)

Perangkat angka yang letaknya berdekatan seperti "Pada tahun 1935, 178 percobaan telah dilakukan."

Menceraikan bagian-bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka seperti J.B. Harbone ditulis Harbone, J.B.

Koma hendaklah dipakai untuk menyatakan pecahan desimal (mis. seperempat ditulis 0,25).

6.3.Titik koma (;)

Titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur sintaksis yang setara, atau dalam deret di dalamnya sudah mengandung tanda baca lain, (saya datang; saya lihat; saya menang).

6.4.Titik dua (:)

Titik dua dipakai untuk:

Menandakan pengutipan yang panjang.

Memperkenalkan senarai.

Menandakan nisbah perbandingan.

Menekankan pemikiran antara dua bagian kalimat yang lengkap

Memisahkan nomor jilid dan halaman pada daftar pustaka (Floribunda 1: 15-17).

Tahun dan halaman kalau pengacuan halaman dilakukan pada sistem pengarang tahun dalam teks (Rifai 1968 : 234).

6.5.Tanda tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat pertanyaan langsung. Dalam tulisan ilmiah tanda tanya juga dapat dipergunakan untuk menunjukkan keragu-raguan dalam suatu pernyataan. Untuk kasus tertentu adakalanya tanda tanya itu diapit tanda kurung. Misalnya: Shakespeare pindah ke London tahun 1585 (?).

6.6.Tanda seru (!)

Tanda seru hampir tidak pernah dipakai dalam tulisan ilmiah.

6.7.Tanda hubung (-) dan bulit (.,) tanda hubung dipakai untuk:

Menyambung bagian-bagian tanggal yang seluruhnya ditulis dengan angka (17-8-1945); dalam karya ilmiah penulisan bentuk 17 Agustus 1945 lebih lazim dilakukan.

Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai huruf kapital (mis: se-lndonesia); ke- dengan angka (abad ke-21), angka dengan an (tahun 90-an)

Memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan (mis: ber-evolusi dengan be-revolusi)

6.8.Tanda kurung ( .... )

Dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Tanda kurung untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya dalam kalimat dapat dihilangkan.

Tanda kurung atau tanda kurung tutup ) dipakai untuk menunjukkan penomoran yang dimasukkan dalam kalimat.

Misalnya:

Ketiga langkah itu adalah: a) mitosis, b) meiosis, dan c) penggandaan inti. Kebutuhan dasar manusia adalah (1) pangan, (2) sandang, (3) papan, (4) kesehatan, dan (5) pendidikan.

6.9 Tanda kurung siku [...]

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit:

huruf atau kata yang ditambahkan pada kalimat kutipan untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat pada sumber aslinya.

keterangan dalam kalimat yang sudah bertanda kurung.

6.10 Tanda petik ("....")

Tanda petik dipakai untuk mengapit:

Petikan atau kutipan pembicaraan langsung

Istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

6.11 Tanda petik tunggal ('....')

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit

Petikan yang tersusun dalam petikan lain

Makna, terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (survive 'sintas', survival 'sintasan')

6.12 Tanda garis miring (/)

Tanda garis miring dipakai untuk mengganti:

Tanda bagi atau menunjukkan bilangan pecahan (= 0,5)

Kata tiap (125 ton/ha)

Kata dan, atau di antara dua perkataan yang tidak dimaksudkan sebagai pilihan sinonim yang diselangkan - (permusyawaratan/perwakilan).

Memisahkan bagian-bagian penanggalan yang ditulis dengan angka, terutama dalam penulisan label (2/8/1999). Pada penulisan karya ilmiah lazim dalam bentuk 2 Agustus 1999.

6.13 Tanda Ampersan (&)

Berfungsi sebagai pengganti kata dan bila bentuk lebih singkat diinginkan. Tanda ini dianjurkan dipakai dalam pengacuan pada daftar pustaka sebab membantu mengurangi pengulangan. Contoh: menurut Reid & Webster (1968), bandingkan dengan menurut Reid dan Webster (1968). Selain itu pemakaian ampersan memecahkan keraguan dalam menyusun penggabungan nama pengarang tulisan berbahasa asing. Teks aslinya "menurut Reid and Webster (1968), Le Gal et Arpin (1969) menjadi seragam dengan mempergunakan ampersan. Kata dan sebagai terjemahan dari and (Inggris), et (Perancis), to (Jepang), und (Jerman), wa (arab), Y (Junani). Dalam skripsi ampersan tidak digunakan, tetapi yang dipakai adalah dan secara bertaat asas untuk menggabungkan nama-nama pengarang tanpa memperhatikan bahasa karangan yang diacu.

6.14 Penulisan tanda baca

Selain tanda baca yang terumus yaitu: titik, titik dua, titik koma, koma, tanda tanya, tanda seru, tanda hubung, juga dijumpai tanda sama dengan (=), tanda tambah (+), tanda kurang (-), tanda bagi (:), lebih besar (>), dan tanda lebih kecil ( ), tanda lebih kecil ( < ), tandatanibah ( + ), kurang ( - ), dan bagi ( : ), diketik dengan spasi satu ketukansebelum dan sesudahnya.

Tidak baku

Baku p=0,05 p = 0,05 p