PDF Bab III RSU Kab Tangerang
description
Transcript of PDF Bab III RSU Kab Tangerang
-
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
A. RSU Kabupaten Tangerang
1. Sejarah Singkat RSU Kabupaten Tangerang
RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi sebuah
ruangan BUI (Penjara) dengan kapasitas perawatan 12 tempat tidur. Pada
tahun 1932 pindah ke Jl. Daan Mogot No. 3 dengan 40 kapasitas tempat tidur.
Tahun 1943 sampai 1946 dipimpin oleh Dr. J. Leimena kemudian oleh Dr.
Gembiro dengan kapasitas 65 tempat tidur. Tahun 1946, rumah sakit
dipindahkan ke Balaraja dan selanjutnya dipimpin oleh Dr. Suparno, Dr.
Gembiro, Dr. Satrio, Dr. Purwo Sudarmo, Dr. Drajat Prawiranegara dan Dr.
Djaka Sutadiwirja.
Tahun 1950, rumah sakit kembali ke Jl. Daan Mogot Tangerang
bergabung dengan rumah sakit bekas NICA dipimpin oleh Dr. Gusti Hasan
dan berfungsi sebagai Rumah Sakit Umum. Tahun 1955 pengelolaan RSU
Kabupaten Tangerang diserahkan kepada Pemerintah Swatantra Kabupaten
Tangerang.
Tahun 1959 mulai direncanakan membangun sebuah rumah sakit baru
dilokasi yang sekarang di Jl. A. Yani No. 9 Tangerang. Pada Tanggal 5 Mei
1964 RSU pindah dari Jl. Daan Mogot ke Jl. A. Yani No. 9 menggunakan
gedung bekas SDK sebagai tempat perawatan dengan 60 tempat tidur, dan
penambahan gedung kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik
Bedah, Apotik dan Laboratorium. RSU Tangerang di pimpin oleh Dr. Willy
Ranti sebagai direktur, tanggal 5 Mei 1964 ditetapkan sebagai hari jadi RSU
Kabupaten Tangerang.
Sejak tahun anggaran 1969/1970 RSU Tangerang mulai dikembangkan
secara bertahap dengan biaya dari APBD TK. II, APBD TK. I dan APBN
sehingga mempunyai kapasitas perawatan 341 tempat tidur. Pada tanggal 22
-
April 1989, pergantian pimpinan/Direktur RSU Tangerang dari Dr. Willy
Ranti kepada Dr. H. Syartil Arfan N.SpA.
Pada tanggal 15 Desember 1993 status RSU Tangerang ditingkatkan dari
kelas C menjadi kelas B non pendidikan dengan kapasitas pada saat itu
sebanyak 337 tempat tidur dan melayani 23 jenis keahlian/spesialis.
Dengan dikeluarkannya PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, maka RSU Kabupaten Tangerang
berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang No.445/Kep.402-HUK/2005
tanggal 20 Desember 2005 terhitung mulai tahun 2006 menyelenggarakan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Pada tanggal 21 Maret 2007, Pelantikan Dr. H. MJN. Mamahit,
Sp.OG,MARS oleh Bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU
Kabupaten Tangerang menggantikan Dr. H. Budhi Setiawan, SpP. MARS
yang memasuki masa pensiun.
Dengan Keputusan Bupati Tangerang No.445/Kep.113-HUK/2008 RSU
Kabupaten Tangerang ditetapkan sebagai penyelenggara Pola Pengelola
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Kabupaten
Tangerang dengan status BLUD penuh.
Setelah dikembangkan secara bertahap saat ini RSU Tangerang
mempunyai bangunan dengan luas keseluruhan 24.701 m diatas tanah
41.615 m dan memiliki fasilitas perawatan dengan 383 TT,27 jenis keahlian
dengan jumlah karyawan 1065 orang.
Pada tanggal 12 Januari 2012, RSU Kabupaten Tangerang memperoleh
sertifikat akreditasi pada 16 bidang pelayanan yaitu administrasi dan
manajemen, keperawatan, rekam medis, pelayanan farmasi K3, pelayanan
radiologi, pelayanan laboratorium, pelayanan kamar operasi, pelayanan
pengendalian infeksi, pelayanan perinatal resiko tinggi, pelayanan rehabilitasi
medik, pelayanan gizi, pelayanan intensif dan pelayanan darah. Pada awal
Januari tahun 2013, status RSU Kabupaten Tangerang ditingkatkan dari RSU
kelas B non-pendidikan menjadi kelas B pendidikan (5).
-
2. Struktur Organisasi RSU Kabupaten Tangerang
Struktur organisasi RSU Kabupaten Tangerang disusun berdasarkan
Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2008 dimana RSU Kabupaten Tangerang di
pimpin oleh seorang Direktur, dibantu oleh 3 Wakil direktur (wadir) yaitu
Wadir Pelayanan, Wadir Pelayanan Penunjang dan Wadir Administrasi dan
Keuangan, 4 Kepala Bidang, 6 Ka. Sub. Bidang, 9 Ka.Seksi dan 20 Kepala
Instalasi. Struktur organisasi RSU Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada
lampiran 1.
3. Visi, Misi, Motto dan Falsafah RSU Kabupaten Tangerang
a. Visi RSU Kab Tangerang
Rumah Sakit Modern, Unggul, dan Terpercaya.
b. Misi RSU Kab Tangerang
1) Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia pada semua lini
pelayanan RS dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
perorangan yang profesional, santun dan mempunyai daya saing yang
tinggi;
2) Menyediakan bangunan yang atraktif, fungsional dan nyaman yang
berwawasan lingkungan;
3) Mengembangkan manajemen modern berbasis informasi teknologi
melalui sistem informasi Rumah Sakit;
4) Memberikan pelayanan unggulan yang didukung dengan peralatan
canggih untuk antisipasi tuntunan lingkungan dan perkembangan
penyakit di Kabupaten dan Kota Tangerang;
5) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan kedokteran dan pendidikan
kesehatan lainnya;
6) Menekan angka kematian ibu dan bayi di RSU dalam rangka peran
aktif mendukung Millenium Development Goals sesuai dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Tangerang.
-
c. Motto RSU Kab Tangerang
Motto RSU Tangerang adalah "BERTEMU KASIH" (Bersih, Tertib,
berMutu dan Kasih Sayang).
d. Falsafah RSU Kab Tangerang
1) Kesejahteraan karyawan rumah sakit mutlak diperhatikan atau
ditingkatkan agar terwujud kontribusi pengabdian yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2) Kepuasan pelanggan merupakan hal utama yang harus dijadikan
sebagai dasar orientasi dalam pelayanan rumah sakit.
3) Keberhasilan misi rumah sakit hanya dapat diwujudkan melalui suatu
sistem yang dapat menciptakan budaya kebersamaan, keterbukaan,
disertai profesionalisme yang menjunjung etos kerja yang tinggi.
4. Profil RSU Kabupaten Tangerang
a. Fasilitas dan Jenis Pelayanan RSU Kabupaten Tangerang
Fasilitas pelayanan RSU Kabupaten Tangerang terdiri dari
Poliklinik-Poliklinik Atau Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Medical Check Up Dan Pemeriksaan Kesehatan, Kamar Operasi (OK)
atau Kamar Bedah, Ruang Bersalin, Hemodialisa, pelayanan penunjang
seperti Instalasi Radiologi dan Diagnostik Elektromedik, Laboratorium,
Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Rehabilitasi Medik, Instalasi Sterilisasi
Sentral (CSSD) dan Laundry, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan
Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Instalasi Pengolahan Limbah
(IPAL), Pelayanan Pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
serta pelayanan penunjang lainnya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di RSU
Kabupaten Tangerang maka pihak rumah sakit menyediakan berbagai
fasilitas pelayanan baik pelayanan medis ataupun pelayanan penunjang.
Fasilitas pelayanan di RSU Kabupaten Tangerang meliputi:
-
1) Poliklinik atau Rawat Jalan
Pelayanan Poliklinik yang terdiri dari : pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah (anak, digestiv, onkologi, mulut, orthopedi,
syaraf, plastik, urologi, dan umum), kebidanan dan penyakit
kandungan, mata, THT, gigi dan mulut, kulit dan kelamin, jantung,
syaraf, kesehatan jiwa, gizi, psikologi, rehabilitasi medik, terapi
wicara, klinik edukator diabetes, paru & DOTS, thalasemi,
bougenvile (klinik HIV), serta Poli karyawan yang buka tiap hari
kerja jam 09.00 sampai dengan jam 14.00 WIB.
2) Pelayanan Rawat Inap
RSU Kabupaten Tangerang memiliki 20 ruang perawatan yang
terdiri dari Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III dan ruang
perawatan intensif (ICU, NICU), ruang thalasemia. Selain itu
terdapat pula paviliun khusus dengan kapasitas 41 tempat tidur, yaitu
Instalasi Khusus Wijaya Kusuma.
Tabel III.1 Ruangan yang ada di RSU Kabupaten Tangerang
pada tahun 2011
No Nama Paviliun Jumlah
1 Anyelir A 24
2 Anyelir B 24
3 Aster 48
4 Cempaka 32
5 Dahlia 32
6 Flamboyan 20
7 ICU A 4
8 ICU B 4
9 Kemuning 22
10 Kenanga 24
11 Mawar 24
12 Melati 4
13 NICU 3
-
14 Perinatologi A 21
15 Perinatologi B 20
16 Pusat Thalasemia 8
17 Rawat Gabung Aster 20
18 Rawat Gabung Anyelir 10
19 Seruni 24
20 Soka 27
Jumlah 395
Tabel III.2 Kapasitas Instalasi Khusus Wijaya Kusuma Tahun 2011
No Paviliun Jumlah
1 Safir 8
2 Zamrud 8
3 High Care 1
4 Topaz 24
Jumlah 41
3) Instalasi Gawat Darurat
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat selama 24 jam. Dengan
kapasitas 20 tempat tidur dan ditangani dokter umum dan
spesialis yang berjaga secara bergantian,dilengkapi dengan
pelayanan penunjang seperti apotik yang beroperasi selama 24
jam.
4) Medical Check Up dan Pemeriksaan Kesehatan
Pelayanan medical check up dibuka setiap hari kerja : jam 8.00 -
14.00. Pemeriksaan medical check up biasanya untuk melamar
pekerjaan dan untuk pendidikan.
5) Kamar Operasi atau Kamar Bedah
Kamar operasi atau kamar bedah RSU Kabupaten Tangerang
memiliki kapasitas 12 kamar operasi. Tindakan pembedahan atau
operasi yang dilakukan RSU Kabupaten Tangerang bersifat segera
(cito) dan terencana (elektif). Untuk operasi cito dilakukan di
-
kamar operasi depan (OKD) dan operasi elektif di kamar operasi
belakang (OKB).
6) Kamar Bersalin
Kamar Bersalin RSU Kabupaten Tangerang mempunyai kapasitas
sebanyak 21 tempat tidur.
7) Hemodialisa
Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang memiliki kapasitas
sebanyak 18 unit beserta alatnya. Waktu pelayanan setiap hari
kerja jam 08.00 21.00 WIB.
8) Thalasemia
Pelayananan untuk pasien thalasemia di RSU Kabupaten
Tangerang setiap hari senin dan rabu jam 09.00-14.00 WIB.
Jumlah tempat tidur adalah sebanyak 8 unit.
9) Pelayanan Penunjang Medis
Fasilitas Pelayanan Penunjang Medis yang ada di RSU Tangerang
dapat di lihat pada tabel III.3.
Tabel III.3 Jenis dan Waktu Pelayanan Penunjang Medis RSU Kabupaten
Tangerang Tahun 2011
No Jenis Pelayanan Waktu
1 Laboratorium 24 Jam
2 Patologi Anatomi 08.00-14.00
3 Rontgen 24 jam
4 Farmasi 24 jam
5 Konsultasi Gizi 08.00-14.00
6 USG 08.00-14.00
7 EEG 08.00-14.00
8 EKG 24 jam
9 Treadmill 08.00-14.00
10 Spirometri 08.00-14.00
11 Audiometri 08.00-14.00
12 CT-Scan 24 Jam
-
10) Pelayanan pasien Jamkesmas dan BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial).
RSU Kabupaten Tangerang merupakan salah satu rumah sakit
pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan rujukan medis
kepada masyarakat miskin, pelayanan ini melalui Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin dan pada awal tahun 2005,
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/Menkes/2004
menetapkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan penduduk
miskin melalui pihak ketiga yaitu PT. ASKES yang sekarang
semuanya bergabung dalam BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial). Menurut undang-undang BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan BPJS dibagi menjadi 2, yaitu
BPJS PBI (penerima biaya iuran) dan Non-PBI.
11) Pelayanan Penunjang Lainnya
Pelayanan penunjang lainnya meliputi 6 unit mobil ambulance
yang diperoleh dari sumbangan dan 9 unit mobil jenazah yang
dikelola oleh pihak koperasi.
b. Indikator RSU Kabupaten Tangerang
Pemanfaatan fasilitas rawat inap RSU Kabupaten Tangerang dapat
ditunjukan dengan indikator:
1) Angka penggunaan tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) BOR
adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan dari tempat tidur di rumah sakit. Angka
normal/Standar BOR = 60% - 85%. RSU Kabupaten Tangerang pada
tahun 2011 BOR-nya mencapai 75,89% (Tanpa Paviliun Khusus
Wijayakusuma) atau 72,64% (dengan Instalasi Khusus
Wijayakusuma).
-
2) Rata-rata Lama Perawatan/Lenght Of Stay (LOS)
LOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah
sakit. Angka normal/standar LOS 4-7 hari. RSU Kabupaten
Tangerang pada tahun 2011 LOS-nya 3,2 hari (tanpa Paviliun
Khusus Wijayakusuma) atau 3,2 hari (dengan Paviliun Khusus
Wijayakusuma) yang berarti masih dalam batas normal dimana rata-
rata lama perawatan tidak melebihi 7 hari.
3) Frekuensi Pemakaian Tempat Tidur/Bed Turn Over (BTO)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur rumah sakit, yaitu
berapa kali dalam 1 tahun tempat tidur tersebut dipakai. Indikator ini
memberikan indikasi efisiensi pemakaian tempat tidur suatu rumah
sakit. Angka normal/standar BTO = 40-50 kali. RSU Kabupaten
Tangerang pada tahun 2011 BTO-nya adalah 97,89 kali (tanpa
Paviliun Khusus Wijayakusuma) atau 93,81 kali (dengan Paviliun
Khusus Wijayakusuma) yang berarti frekuensi pemakaian tempat
tidur RSU Kabupaten Tangerang melebihi nilai standar. Hanya 2
paviliun yang nilai BTO-nya memenuhi nilai standar yaitu paviliun
dahlia (35,84 kali) dan cempaka (46,84 kali)
4) Interval Pemakaian Tempat Tidur/Turn Over Interval (TOI)
TOI adalah rata-rata jumlah tempat tidur rumah sakit yang tidak
dipakai dari saat kosong sampai saat terisi berikut. Indikator ini juga
memberikan pemakaian efisiensi pelayanan rumah sakit. Angka
normal/standar TOI = 1-3 hari. RSU Kabupaten Tangerang pada
Tahun 2011 TOI-nya 0,90 hari (tanpa Paviliun Khusus
Wijayakusuma) atau 1,06 (dengan Paviliun Khusus Wijayakusuma)
yang berarti waktu kosong tempat tidur diluar standar.
5) Angka Kematian Netto/Net Death Rate (NDR)
NDR adalah angka kematian 48 jam pasien rawat inap per 1000
penderita keluar (hidup atau mati). Indikator ini menilai mutu
pelayanan rumah sakit. Angka standar/normal NDR adalah kurang
-
dari 25 per 1000 penderita. RSU Kabupaten Tangerang pada tahun
2011 NDR-nya 14,28 % (tanpa Paviliun Khusus Wijayakusuma)
atau 14,24 % (dengan Paviliun Khusus Wijayakusuma) yang berarti
berada diluar nilai standar. Tingginya NDR ini disebabkan karena
RSU Kabupaten Tangerang merupakan pusat rujukan yang pada
umumnya menangani kasus-kasus penyakit berat dengan resiko
kematian tinggi.
6) Angka Kematian Umum/Gross Death Rate (GDR)
GDR adalah angka kematian total pasien rawat inap yang keluar
rumah sakit per 1000 penderita keluar hidup dan mati. Seperti halnya
NDR, indikator ini memberikan penilaian mutu pelayanan rumah
sakit secara umum, meskipun GDR dipengaruh oleh angka kematian
48 jam yang pada umumnya adalah kasus-kasus gawat
darurat/akut. Angka normal/standar GDR adalah kurang dari 45 per
1000 penderita keluar.
RSU Kabupaten Tangerang pada tahun 2011 GDR-nya 38,02 %
(tanpa Paviliun Khusus Wijayakusuma) atau 38,38% (dengan
Paviliun Khusus Wijayakusuma) yang berarti melebihi angka standar
(standar 45%). Hal ini disebabkan karena RSU Kabupaten
Tangerang merupakan pusat rujukan dan menangani kasus-kasus
yang tidak dapat ditangani oleh rumah sakit lain atau sarana
pelayanan kesehatan dibawahnya (5).
B. Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang
1. Falsafah
Pelayanan Kefarmasian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit, melaksanakan manajemen logistik yang
mengacu pada Sistem Satu Pintu serta memberikan pelayanan farmasi
klinik (2).
-
2. Tujuan Pelayanan Farmasi
a. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi
b. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi
d. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit (2).
3. Fungsi
a. Melaksanakan manajemen farmasi rumah sakit yang meliputi usulan
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi
perbekalan farmasi.
b. Melakukan kegiatan farmasi klinik yang meliputi visite pasien,
konseling, pemberian informasi obat dan pencampuran obat kanker
(handling cytotoxic) (2).
4. Fasilitas Pelayanan
a. Lokasi dan waktu pelayanan
Depo farmasi rawat jalan serta depo-depo farmasi seperti nusa indah dan
anyelir melayani resep dari jam 07.30-15.30 WIB pada hari
senin kamis, sedangkan untuk hari jumat pelayanan resep dimulai dari
jam 07.30-16.00. Berbeda dengan depo farmasi Instalasi Gawat Darurat
karena depo ini melayani resep selama 24 jam pada hari senin sampai
dengan minggu dan dapat melayani resep dari depo farmasi lainnya bila
sudah melewati jam kerja (5).
b. Depo Farmasi yang Ada di IFRS
1) Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam
2) Depo Farmasi Rawat Jalan
3) Depo Farmasi Kamar Operasi Efektif
4) Depo Farmasi Kamar Operasi Cito
5) Depo Farmasi Nusa Indah
-
6) Depo Farmasi Anyelir
7) Depo Farmasi Instalasi Khusus Wijaya Kusuma (IKW)
c. Data Kepegawaian
Tabel III.4 Data Pegawai Instalasi Farmasi RSU Kanupaten Tangerang
per Juni 2013
No Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah
1 Apoteker + S2 Farmasi Rumah Sakit 1
2 Apoteker + S2 Farmasi Klinik 2
3 Apoteker + S2 MARS 1
4 Apoteker + S2 SDM (fungsional saja) 1
5 Apoteker 9
6 Sarjana Farmasi 4
7 D3 Farmasi 7
8 Asisten Apoteker 16
9 Kasir, Admin, Pekarya 18
Total 58
5. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
a. Struktur Organisasi
Dalam melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memenuhi pelayanan
kesehatan dan perbekalan farmasi di RSU kabupaten Tangerang.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Tangerang selalu mengutamakan
kepentingan dan kepuasan konsumen, sehingga instalasi farmasi selalu
berusaha membuat perkembangan dan perbaikan disegala sisi untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
b. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang
terdiri dari :
1) Kepala Instalasi Farmasi
Kepala Instalasi Farmasi adalah seorang Apoteker yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman di rumah sakit dan dibantu langsung
oleh beberapa Apoteker dalam mengambil keputusan yang
-
berhubungan dengan instalasi farmasi. Sesuai dengan surat keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang No.
445/RSU/1998 tentang Prosedur Tetap Pelayanan Farmasi RSU
Kabupaten Tangerang. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab
kepada wakil direktur pelayanan penunjang dan membawahi :
a) Gudang obat dan alat kesehatan
b) Pelayanan farmasi klinis
c) Distribusi
d) Perencanaan dan evaluasi
e) Pengembangan Farmasi
f) Tata Usaha Farmasi
Tugas pokok Kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang
adalah membuat perencanaan sumber daya dan program kerja,
memimpin, mengkoordinir, mengawasi, mengendalikan, dan
mengevaluasi kegiatan pelayanan logistik farmasi maupun farmasi klinik.
Uraian tugas kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten Tangerang adalah:
a) Membuat perencanaan sumber daya, mencakup antara lain :
i. Rencana kebutuhan tenaga baik Apoteker, Asisten Apoteker, dan
tenaga administrasi, yang meliputi jumlah dan kualifikasinya.
ii. Rencana kebutuhan sarana serta kebutuhan anggaran
pemeliharaannya.
b) Membuat program kerja, antara lain :
i. Bersama bidang penunjang, mencakup jenis kegiatan pelayanan
farmasi, pengendalian mutu pelayanan dan estimasi jumlah item obat.
ii. Bersama kepala instalasi rawat inap, mencakup penyelenggaraan dan
pengendalian mutu asuhan kefarmasian.
c) Membuat prosedur tetap (PROTAP) mencakup, antara lain :
i. Protap pelayanan resep rawat jalan, rawat inap, askes, perusahaan, dan
resep karyawan.
ii. Protap pelayanan konseling pasien rawat jalan dan rawat inap.
iii. Protap pelayanan unit dose
-
Seluruh prosedur tetap (PROTAP) diketahui/disetujui wakil direktur
dan direktur.
d) Membuat uraian tugas koordinator, pelaksanaan pelayanan, kasir,
pekarya dan petugas lainnya sesuai susunan organisasi instalasi.
e) Mengadakan koordinasi dalam bentuk pertemuan berkala dengan staf
instalasi.
f) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap :
i. Semua aspek pelayanan mencakup proses, produktivitas dan mutu
pelayanan.
ii. Realisasi dari Rencana Bisnis Anggaran (RBA).
iii. Pengelolaan SDM meliputi pembinaan, rotasi, dan mutasi
iv. dalam rangka penilaian dan peningkatan kinerja.
v. Pengelolaan sarana meliputi penerimaan, penyimpanan, penggunaan,
dan pemeliharaan.
vi. Membuat laporan kegiatan, memberikan saran /usul dan atau
rekomendasi kepada wakil direktur.
vii. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan atasan.
2) Apoteker dan Asisten Apoteker
Tugas dan tanggung jawab instalasi farmasi adalah menyediakan
kebutuhan obat pasien rawat inap dan rawat jalan, menyiapkan obat yang
rasional dan sesuai resep dokter, melakukan interaksi dengan dokter
perawat-pasien, memberikan pelayanan informasi obat, memeriksa stok
obat setiap hari dan bertanggung jawab atas pemakaian psikotropika dan
narkotika. Sedangkan wewenang Asisten Apoteker adalah memberikan
salinan resep apabila dibutuhkan untuk pasien dan Apoteker memberikan
konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan tenaga kesehatan
lainnya.
3) Petugas Administrasi
Petugas Administrasi RSU Kabupaten Tangerang terdiri dari administrasi
ruangan dan administrasi keuangan. Tugas dan tanggung jawab petugas
administrasi adalah mengadministrasikan surat masuk, menyiapkan nota
order (surat pesanan) kebutuhan instalasi farmasi, menyiapkan
-
pertanggungjawaban penggunaan anggaran, menyiapkan laporan
penggunaan anggaran setiap 3 bulan, membuat laporan keuangan,
memelihara sarana di Instalasi Farmasi, merekap (dokumentasi)
penjualan obat dan stok obat setiap hari.
4) Petugas Kasir
Instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang mempunyai petugas kasir
yang tugas utamanya adalah memasukkan data resep ke komputer,
menghitung harga obat, menginformasikan harga obat kepada pasien atau
keluarga pasien, menerima pembayaran obat dari pasien sesuai yang
tertera pada struk, merekap piutang pasien, menghitung hasil penjualan
setiap hari, menjaga kebersihan dan kerapihan obat yang tersedia.
5) Petugas Tenaga Pendukung
Petugas tenaga pendukung instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang
mempunyai tugas membantu kelancaran seluruh kegiatan instalasi
farmasi (3).
6. Sistem Manajemen Pendukung IFRS Tangerang
Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dikelola instalasi farmasi RSU
Kabupaten Tangerang dilaksanakan sejak tahun 1997 yang meliputi aspek
manajemen perbekalan farmasi seperti pembelian, pengelolaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan perbekalan farmasi yang ada
di Instalasi Farmasi. Adapun data-data yang harus di input antara lain:
a. Data pembelian, barang yang datang dicatat dan dicocokkan dengan surat
pesanan (SP) kemudian dimasukan ke dalam komputer meliputi jenis
jumlah, dan nomor faktur. Penyusunan data barang berdasarkan
penggolongan faktur masing-masing distributor dan direkapitulasi setiap
akhir bulan sebagai laporan pembelian bulanan.
b. Data harga baru terprogram khusus dalam komputer untuk pelayanan resep
dan dilakukan oleh bagian gudang.
c. Data penyimpanan untuk mengetahui jumlah stok yang ada jika ada barang
yang telah mengalami penyusutan atau jumlahnya menipis maka dapat
langsung melakukan pemesanan guna menghindari kekosongan barang.
-
d. Data penjualan dimasukkan langsung oleh kasir dari resep-resep yang
masuk setiap hari di instalasi farmasi pusat maupun depo-depo farmasi.
e. Data pengeluaran barang yang berupa bon pengeluaran barang dari gudang
farmasi menggunakan IR (Internal Request) atau amprahan yang
disesuaikan dengan jumlah stok barang yang tercatat pada komputer.
Kegiatan administrasi dilakukan dengan sistem LAN (Local Area
Network) secara on-line yang dapat mengakses ke setiap unit atau bagian
instalasi farmasi RSU Kabupaten Tangerang. Adanya sistem LAN ini dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses administrasi serta
memudahkan pengawasan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada
pasien. Semua data disimpan untuk selamanya kecuali untuk rekam medik
pasien karena secara otomatis akan hilang setelah penyimpanan selama 1
tahun.
7. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi (obat, obat tradisional, reagensia, alat
kesehatan, bahan radiologi, bahan rontgen, serta gas medis) di Instalasi
Farmasi RSU Kabupaten Tangerang ditangani oleh Instalasi Farmasi yang
meliputi kegiatan seleksi, perencanaan, pengadaan (termasuk pembelian,
produksi, dan hibah), penyimpanan, distribusi hingga penggunaan obat
pada pasien. Pengelolaan perbekalan farmasi ini diharapkan dapat
mencapai tujuan, yaitu menyediakan perbekalan farmasi yang berkualitas
pada saat yang tepat dan sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Instalasi
Farmasi RSU Kabupaten Tangerang melayani permintaan perbekalan
farmasi semua bagian di rumah sakit, baik laboratorium, klinik dan ruang
perawatan pasien, hemodialisa, instalasi bedah, maupun pusat sterilisasi
perlengkapan medis. Alur aktivitas gudang IFRS RSU Kabupaten
Tangerang dapat dilihat pada lampiran 2.
a. Tahap Seleksi
Seleksi merupakan tahap awal dalam siklus manajemen obat yang
bertujuan untuk menyeleksi perbekalan farmasi yang akan digunakan di
-
Rumah Sakit melalui pedoman pengadaan obat dan alat kesehatan yang
mengacu pada Formularium RSU Kabupaten Tangerang dan usulan
Staf Medik Fungsional (SMF).
Prosedur pembuatan formularium di RSU Kabupaten Tangerang
dimulai dari KFT mengirim surat ke tiap-tiap SMF. SMF memberi
usulan obat-obat apa saja yang akan dimasukkan ke dalam
formularium, dibuat susunan draft daftar obat, pembahasan draft oleh
KFT, jika draft telah disetujui oleh KFT maka selanjutnya dilakukan
pengesahan oleh Direktur. Adapun evaluasi untuk menilai keberhasilan
penerapan formularium, antara lain :
1) Evaluasi tingkat kepatuhan penulisan resep Daftar Obat Rumah Sakit
dan Daftar Plavon Harga Obat (DPHO) tiap tahun. DPHO
merupakan daftar obat-obat generik maupun obat-obat branded yang
digunakan dalam pelayanan Asuransi Kesehatan (Askes).
2) Evaluasi tingkat penyediaan.
3) Evaluasi angka salinan resep keluar rumah sakit (6).
Pada pelaksanaan tahap seleksi terkadang terdapat hambatan yang
dihadapi antara lain adanya perbedaan persepsi dan perbedaan
kepentingan namun hal tersebut dapat diatasi dengan adanya peran KFT
dan tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum pemesanan barang.
Dalam tahapan seleksi mahasiswa PKPA tidak dilibatkan secara
langsung, mahasiswa hanya diberikan penjelasan materi tentang proses
seleksi yang dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang melalui kegiatan
diskusi.
b. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan suatu tahapan yang penting dalam
menentukan keberhasilan tahap selanjutnya karena sangat berguna
untuk menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan perbekalan dengan
dana yang tersedia untuk menunjang pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Pada tahap perencanaan, Instalasi Farmasi RSU Kabupaten
Tangerang menggunakan kombinasi metode konsumsi dan metode
-
epidemiologi yang kemudian dituangkan dalam bentuk RBA (Rencana
Bisnis Anggaran) tahunan. RBA ini kemudian di break down dalam
bentuk SPPB sesuai kebutuhan. Data yang digunakan dalam metode
konsumsi adalah data pemakaian obat 6 12 bulan yang lalu,
sedangkan data yang digunakan dalam metode epidemiologi adalah
data penyakit serta pengobatan yang diberikan. Dalam perencanaan
perbekalan farmasi, indikator-indikator yang diperhatikan antara lain:
1) Persentase kesesuaian antara pembelian dengan perencanaan awal
tahunan.
2) Persentase dana pembelian dengan perencanaan anggaran.
3) Persentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium.
Perencanaan di RSU Kabupaten Tangerang bergantung pada
anggaran yang tersedia dan data penggunaan obat sebelumnya
dikarenakan pola pengelolaan keuangan di RSU Kabupaten
Tangerang bersifat Badan Layanan Unit Daerah (BLUD) yang
artinya RSU Kabupaten Tangerang memiliki kewenangan atau
fleksibilitas dalam mengelola penghasilannya.
Pada tahap perencanaan mahasiswa PKPA tidak dilibatkan
secara langsung, namun mahasiswa hanya diberikan penjelasan
materi tentang proses seleksi yang dilakukan di RSU Kabupaten
Tangerang melalui kegiatan diskusi.
c. Tahap Pengadaan
Pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah ditetapkan dalam fungsi perencanaan, penentuan
kebutuhan, maupun, penganggaran. WHO merekomendasikan bahwa
usaha pemerintah untuk menyediakan akses obat harus memperhatikan
4 faktor yang krusial yaitu keuangan yang mendukung, harga yang
terjangkau, pemilihan dan penggunaan obat yang rasional, dan sistem
pengadaan obat yang dapat dipercaya. Pengadaan barang di RSU
Kabupaten Tangerang mengacu pada Perpres No. 70 tahun 2012,
-
dimana didalamnya disebutkan organisasi pengadaan barang/jasa untuk
pengadaan melalui penyedia barang/jasa terdiri atas :
1) Pengguna Anggaran (PA)
Pengguna Anggaran bertanggung jawab terhadap seluruh anggaran
baik yang diterima maupun yang dikeluarkan untuk proses
pengadaan.
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab terhadap pemilihan
metode pengadaan, pembuatan Surat Perintah Kerja (SPK) dan
pembuatan kontrak.
3) Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah unit yag bertanggung jawab dalam
proses pemilihan penyedia barang/jasa dan negosiasi harga dengan
penyedia barang/jasa.
4) Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang
Panitia Penerima dan Pemeriksa Barang adalah panitia yang
bertanggung jawab dalam proses pemeriksaan hasil pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam Kontrak.
Pengadaan obat dan alkes di RSU Kabupaten Tangerang dilakukan
dengan tiga metode, yaitu :
1) Metode Pembelian
Metode pembelian obat dan alkes di RSU Kabupaten Tangerang yaitu
dengan pengadaan langsung dan penunjukan langsung. Metode
penunjukan langsung dilakukan dengan mengundang satu penyedia
barang/jasa yang merupakan distributor utama yang dinilai mampu
memenuhi kualifikasi, metode ini dilakukan dengan negosiasi baik
teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan
harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan. Metode ini biasanya digunakan untuk
pengadaan obat dan alat kesehatan. Sedangkan pengadaan lansung
-
dilakukan dengan menunjuk beberapa penyedia barang/jasa
(biasanya tiga). Sama halnya seperti metode penunjukan langsung,
metode pengadaan langsung ini dilaksanakan dengan negosiasi
baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai
dengan harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan. Metode ini biasanya digunakan untuk alat
tulis, alat non medis dan lain-lain.
Pengadaan obat dan alkes di Instalasi Farmasi RSU Kabupaten
Tangerang mengacu pada Rencana Bisnis Anggaran (RBA), dalam
hal pengadaan RBA dibreakdown menjadi beberapa SPPB dimana
satu SPBB maksimal bernilai dua ratus juta rupiah. SPPB yang
sudah dibuat oleh Kepala Instalasi Farmasi RSU Kabupaten
Tangerang kemudian diserahkan kepada Bidang Pelayanan
Penunjang Medik untuk dilakukan pengecekan kesesuaian antara
SPPB dan RBA, jika SPPB yang dibuat sudah sesuai dengan RBA
maka akan dibuatkan Bon Permohonan Barang (BPB). Kemudian
BPB diserahkan ke Sub Bagian Anggaran untuk diverifikasi yang
selanjutnya akan ditandatangani oleh Kepala Bagian Keuangan.
Selanjutnya BPB diserahkan ke Direktur untuk mendapatkan
persetujuan Direktur yang bertanggung jawab atas penggunaan
anggaran.
BPB yang telah ditandatangani oleh Direktur kemudian
diserahkan kepada PPK untuk selanjutnya dianalisa terkait metode
pengadaan yang akan digunakan. Setelah PPK menentukan metode
pengadaan yang tepat, maka PPK menyampaikannya kepada
pejabat pengadaan dan pejabat pengadaan membuat dan
mengirimkan Surat Permohonan Permintaan Harga (SPPH) kepada
penyedia barang/jasa yang dituju. Setelah peneyedia barang/jasa
mengirimkan feedback atas SPPH yang dikirim oleh pejabat
pengadaan, selanjutnya dilakukan proses negosiasi antara pejabat
pengadaan dan penyedia barang/jasa, kemudian dibuatkan Berita
-
Acara Negosiasi. Berita Acara Negosiasi diserahkan kepada PPK
yang selanjutnya akan dibuatkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan
Surat Pesanan Barang (SPB) untuk penyedia barang/jasa ke
penyedia barang/jasa. Kemudian SPK dan SPB dikirimkan ke
penyedia barang/jasa untuk proses pengadaan.
Barang/jasa yang datang dari penyedia selanjutnya diperiksa
oleh panitia penerima dan pemeriksa barang. Kegiatan penerimaan
dan pemeriksaan barang/jasa tersebut meliputi pengecekan
kesesuaian antara SPB dengan Faktur, Faktur dengan fisik barang,
expired date barang dan lain-lain. Setelah pemeriksaan selesai
maka dibuatkan Berita Acara Serah Terima barang yang kemudian
diserahkan ke PPK. Setelah PPK menerima Berita Acara Serah
Terima Barang, selanjutnya PPK mengumpulkan seluruh dokumen,
yaitu SPPB, BPB, SPPH, Penawaran Harga, SPB/SPK, Surat Jalan,
Faktur, Kuitansi, SSP, dan Berita Acara Serah Terima. Setelah
semua dokumen lengkap kemudian PPK menyerahkannya ke Sub
Bagian Akuntansi untuk diverifikasi, apakah sudah dapat dibayar
atau ditunda (jika berkas belum lengkap). Bila verifikasi telah
selesai Sub Bagian Akuntansi memberikan berkas-berkas tersebut
kepada sub Bagian Pembendaharaan yang selanjutnya dilakukan
proses pembayaran kepada penyedia barang/jasa. Bagan alur
pengadaan barang RSU Kabupaten Tangerang dapat dilihat pada
lampiran 3.
2) Metode Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi di RSU Kabupaten
Tangerang, meliputi sediaan farmasi dengan formula khusus,
sediaan farmasi yang jika diproduksi sendiri dapat lebih murah
(contoh : handsrub), repacking sediaan feriprox untuk thalasemia.
-
3) Metode Sumbangan
Metode sumbangan ini dilakukan untuk obat obat tertentu, seperti
obat obat rutin HIV, vaksin, IUD. Permintaan obat rutin HIV
dilakukan dengan membuat laporan penggunaan obat dan sisa stok
obat kepada Kemenkes. Sedangkan permintaan vaksin ke Dinkes
Kabupaten Tangerang dilakukan dengan membuat surat
permohonan permintaan vaksin ke Dinkes kabupaten Tangerang
dengan mencantumkan sisa stok obat dan jumlah yang diminta.
d. Tahap Penyimpanan
Instalasi gudang perbekalan farmasi merupakan bagian instalasi farmasi
di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan obat, bahan
baku, AMHP (Alat Medis Habis Pakai) dan BMHP (Bahan Medis
Habis Pakai). Data pengeluaran barang juga dicatat pada kartu stok dan
komputer dengan sistem LAN (Local Area Network) sehingga gudang
dapat mengetahui sisa stok yang ada dalam depo-depo farmasi dan
mempermudah kontrol pemakaian obat untuk dapat dijadikan patokan
dalam perencanaan pembelian yang akan datang. Gudang instalasi
farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker yang dibantu oleh Asisten
apoteker. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di gudang perbekalan
farmasi meliputi perencanaan dan penyusunan kebutuhan,penerimaan,
pemeriksaan barang, pengiriman barang ke depo-depo farmasi, ruang
perawatan dan poliklinik.
Perbekalan farmasi di gudang disimpan dengan sistem FIFO (First
In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Barang yang baru
datang diletakkan di belakang barang yang sudah lama berada di
gudang. Untuk barang yang mendekati tanggal kadaluarsa maka harus
diletakkan paling depan supaya cepat didistribusikan kepada pasien.
Untuk obat-obat slow moving ditempatkan tersendiri untuk
dikembalikan kepada PBF sesuai perjanjian pembelian dengan PBF.
Sistem penyimpanan FIFO dan FEFO ini dapat menghindari kerusakan
-
barang akibat penyimpanan yang terlalu lama selain itu juga dapat
menghindari menumpuknya stok barang yang sudah kadaluarsa.
Penyimpanan barang di gudang farmasi dilakukan dengan sistem
penggolongan berdasarkan:
1) Jenis (obat dan alat kesehatan), bentuk sediaannya (padat, semi padat,
sirup dan injeksi), alfabetis, tanggal kadaluarsa.
2) Suhu berdasarkan suhu kamar, sejuk dan suhu kurang dari 2 8C,
misalnya suppositoria dan injeksi tertentu ataupun vaksin.
3) Obat-obat narkotika disimpan tersendiri sesuai peraturan
perundangundangan.
Penanggung-jawab gudang mempunyai tugas dan fungsi sebagai
berikut:
1) Memeriksa jumlah dan jenis barang yang masuk dari distributor
berdasarkan faktur pembelian kemudian dicatat pada kartu stok
barang di gudang.
2) Menyimpan dan menjaga kualitas serta kuantitas barang di gudang.
3) Mendistribusikan obat, alat kesehatan ke bagian yang membutuhkan
seperti depo-depo rawat jalan, rawat inap, ruang perawatan dan
poliklinik.
e. Tahap Distribusi
Pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah Sakit merupakan rangkaian
kegiatan penyerahan atau penyaluran perbekalan farmasi untuk individu
pasien dalam proses terapi atau untuk menunjang pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit. Pendistribusian perbekalan farmasi bertujuan untuk
menyediakan, menyiapkan dan menyalurkan perbekalan farmasi kepada
pasien atau unit penunjang secara tepat, aman dan cepat sesuai kebutuhan
pasien. Salah satu tahap dalam proses penggunaan obat adalah
penyampaian sediaan obat dari IFRS sampai ke pasien untuk digunakan.
Proses penyampain obat kepada pasien rawat inap di RSU Kabupaten
Tangerang tidak dilakukan secara langsung oleh Apoteker (kecuali
IKW), Apoteker dan Asisten Apoteker hanya menyiapkan obat-obat yang
-
diperlukan yang kemudian diserahkan kepada perawat ruangan dan
perawat ruangan yang selanjutnya memberikan obat kepada pasien sesuai
aturan pakai. Sedangkan penyampaian obat kepada pasien rawat jalan
dilakukan langsung oleh Apoteker disertai informasi obat yang cukup.
Bentuk distribusi perbekalan farmasi pada setiap rumah sakit dapat
berbeda dan dipilih yang paling efisien sesuai dengan kondisi dan
kapasitas tempat tidur rumah sakit. Bentuk pelayanan distribusi obat
RSU Kabupaten Tangerang dilakukan secara desentralisasi yang artinya
penyiapan order dan pendistribusian obat dari IFRS ke depo-depo
farmasi yang berlokasi dekat ruang perawatan pasien, seperti Depo
Anyelir, Nusa Indah, IGD. Pelayanan desentralisasi dapat dipilih untuk
memaksimalkan komunikasi dan kontribusi farmasi dengan tenaga
kesehatan lain dan juga pasien. Pelayanan desentralisai diharapkan dapat
mengefisienkan penggunaan obat dan mengurangi masalah terkait obat.
Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan
bervariasi tergantung rumah sakit, kondisi, keberadaaan fasilitas fisik,
personel dan tata ruang rumah sakit. Sistem distribusi perbekalan farmasi
atau obat RSU Kabupaten Tangerang mencakup skrining intruksi
pengobatan, penyiapan obat dan pemberian etiket, penyerahan obat,
pengkajian obat dan pengawasan obat di ruang perawatan pasien. Sistem
distribusi obat RSU Kabupaten Tangerang meliputi :
1) Distribusi Rawat Inap
RSU Kabupaten Tangerang menerapkan 4 sistem distribusi
berdasarkan depo yang ada di RSU Kabupaten Tangerang dalam
melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan bagi pasien rawat inap,
yaitu:
a) Depo Instalasi Khusus Wijaya Kusuma
Sistem distribusi UDD RSU Kabupaten Tangerang diterapkan di
Depo Farmasi Instalasi Khusus Wijayakusuma (IKW). Obat dosis
unit merupakan obat yang dipesan oleh dokter untuk pasien yang
terdiri atas satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing
-
dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang
cukup untuk 1 kali pemakaian. Penderita hanya membayar obat
yang dikonsumsi saja. Alur pelayanan resep sistem distribusi UDD
dapat dilihat pada lampiran 4.
b) Depo Rawat Inap Nusa Indah
Sistem distribusi ini digunakan di Depo Farmasi Rawat Inap Nusa
Indah yang melayani ruang perawatan Mawar, Kenanga, Seruni,
Flamboyan, Kemuning, Cempaka, Dahlia dan Soka. Sistem
distribusi ODD merupakan modifikasi dari sistem UDD. Sistem
distribusi ODD dilakukan untuk memberikan obat kepada pasien
untuk satu hari dalam kemasan yang berbeda pada setiap waktu
pemakaian dalam 24 jam dan pembagian obat dilakukan oleh
Apoteker. Alur pelayanan resep sistem distribusi ODD dapat dilihat
pada lampiran 5.
c) Depo Anyelir
Sistem distribusi resep individual ini memberikan pelayanan
kepada pasien secara individual dan cara ini memudahkan
penarikan pembayaran atas obat yang diberikan kepada pasien.
Sistem ini diterapkan karena adanya Dokter yang melakukan visite
namun tidak mengikuti jadwal visite rumah sakit sehingga
penyediaan obat tidak dapat langsung ditangani petugas depo
farmasi. Sistem resep individual merupakan sistem distribusi obat
dan alat kesehatan kepada pasien secara individual dengan
menggunakan resep. Pada rawat inap sistem distribusi ini
digunakan khususnya di ruang perawatan anyelir.
Alur pelayanan resep sistem distribusi resep individual dapat dilihat
pada lampiran 6.
d) Depo farmasi Kamar Operasi (Depan dan Belakang)
Sistem WFS (Ward Floor Stock) menyediakan seluruh persediaan
obat kebutuhan pasien yang disimpan di ruang perawatan dan
pengelolaannya menjadi tanggung jawab perawat. Kebutuhan obat
-
pasien dapat langsung dilayani oleh perawat di ruang perawatan
sehingga farmasis tidak terlibat dalam proses pengkajian resep
sebelum obat disiapkan. Sistem ini digunakan untuk memudahkan
pelayanan ruangan-ruangan perawatan pada kondisi emergency
yang memerlukan penanganan cepat dan segera. Persediaannya
berupa obat atau alkes dalam jumlah dan jenis yang terbatas sesuai
dengan kebutuhan di setiap ruang perawatan di RSU Kabupaten
Tangerang, obat yang disediakan dengan sistem WFS (Ward Floor
Stock) adalah obat-obatan untuk syok anafilaktik. Obat-obatan ini
dikemas dalam suatu wadah yang diberi check list macam-macam
obat yang ada disertai dosis dan jumlahnya. Hal ini dilakukan
untuk memantau penggunaan obat-obatan tersebut. Selain itu ada
juga catatan farmasis dan perawat tentang penggunaan obat
tersebut sehingga dapat diketahui dengan tepat untuk siapa dan
berapa jumlah obat yang digunakan. Apabila ada obat yang sudah
digunakan maka farmasis akan melaporkan pada petugas gudang
untuk mengganti obat yang sudah dipakai sehingga tidak terjadi
kekosongan obat tersebut di ruangan. Penggunaan obat-obatan
dengan sistem persediaan ruangan juga dikontrol oleh seorang
petugas yang akan mendatangi setiap bangsal dan mengecek secara
langsung jenis dan jumlah obat yang ada. Hal ini dilakukan untuk
mencegah kebocoran penggunaan obat dengan sistem persediaan
lengkap di ruang rawat. Selain diruang-ruang perawatan sistem
distribusi ini juga digunakan di Depo Farmasi Kamar Operasi, baik
OK depan maupun OK belakang dan yang membedakan sistem
WFS (Ward Floor Stock) di Depo Farmasi Kamar Operasi dengan
ruang perawatan lainnya yaitu keberadaan seorang Asisten
Apoteker yang bertugas mengontrol persediaan perbekalan farmasi.
Alur pelayanan resep sistem Ward floor Stock dapat dilihat pada
lampiran 7.
-
2) Distribusi Rawat Jalan
Distribusi rawat jalan bertujuan untuk mendistribusikan atau
menyalurkan obat dan perbekalan farmasi kepada pasien yang
melakukan pengobatan di poliklinik RSU Kabupaten Tangerang.
Depo farmasi rawat jalan melakukan pelayanan selama jam kerja yaitu
pukul 07.30-15.30 WIB pada hari seninkamis dan pukul 07.30-16.00
WIB pada hari jumat. Distribusi resep rawat jalan dilakukan dengan
resep individual yang diberikan langsung oleh dokter kepada pasien.
Alur pelayanan resep sistem distribusi rawat jalan dapat dilihat pada
lampiran 8.
3) Distribusi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Depo IGD bertugas untuk melayani permintaan obat atau alat
kesehatan dari IGD, ICU, HCU. Obat-obatan dan alat kesehatan yang
disediakan di Depo IGD ini digunakan untuk keperluan pertolongan
utama. Depo IGD pada dasarnya sama dengan pelayanan di bagian
rawat inap atau rawat jalan namun obat-obatan dan alat kesehatan
yang disediakan lebih difokuskan pada kebutuhan kegawat daruratan.
Sistem distribusi yang diterapkan di Depo IGD adalah distribusi obat
dengan resep individual yang diberikan langsung oleh Dokter kepada
pasien atau keluarga pasien. Alur pelayanan resep sistem distribusi
Instalasi Gawat Darurat dapat dilihat pada lampiran 9.
f. Tahap Use (pemakaian)
Pada tahap ini sangat diperlukan peran serta farmasis untuk
menyampaikan informasi obat agar pasien benar-benar memahami dosis
dan cara penggunaan obat sehingga dapat diperoleh hasil terapi yang
optimal. Di RSU Kabupaten Tangerang, penyerahan obat kepada pasien,
baik pasien rawat jalan ataupun rawat inap dilakukan oleh seorang
farmasis. Pada pasien rawat jalan, obat diberikan pada pasien disertai
informasi obat (seperti indikasi, cara pakai, aturan pakai, penyimpanan
obat) dan konseling pada pasien-pasien yang mendapat obat dengan cara
pemberian khusus (seperti inhaler, suppositoria, obat tetes hidung, obat
-
tetes telinga), obat yang diminum dalam jangka waktu lama (seperti obat-
obat diabetes mellitus, jantung, hipertensi, TB paru), obat-obat dengan
indeks terapi sempit (seperti digoksin, phenobarbital) dan juga pada
pasien yang baru pertama kali mendapat terapi obat TB paru. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kesadaran dan kepatuhan pasien dalam
meminum obat sehingga dapat diperoleh hasil terapi yang optimal. Pada
pasien rawat inap dilakukan juga praktek pelayanan farmasi klinik
dengan menerjunkan langsung Apoteker di bangsal untuk melakukan
visite ke pasien yaitu pada bangsal Kenanga, Seruni, Flamboyan, Dahlia,
Soka, Cempaka dan IKW (Instalasi Khusus Wijayakusuma). Di bangsal
IKW pasien mendapat obat dengan metode distribusi UDD sehingga
akan mempermudah farmasis dalam memantau kepatuhan minum obat
pasien dan memantau efek samping obat serta hasil terapi yang
diinginkan.
8. Pelayanan Farmasi Klinik
Kegiatan pelayanan farmasi klinis yang sudah berjalan di RSU Kabupaten
Tangerang saat ini meliputi safe handling cytotoxic, pelayanan informasi
obat, konseling (rawat inap dan rawat jalan) dan visite ruangan dan
pemantauan terapi obat.
a. Safe handling cytotoxic
Safe handling cytotoxic RSU Kabupaten Tangerang mulai berjalan April
2007. Ruangan Safe handling cytotoxic sudah diatur sedemikian rupa,
dimana terdapat area labeling, area cuci, area ganti pakaian, pass box
dan area pencampuran atau rekonstitusi yang dilengkapi dengan BSC
tipe II (Biological Safe Cabinet). Tidak semua farmasis dapat
melakukan kegiatan ini karena petugas harus memiliki pengetahuan
tentang obat kanker, telah mengikuti pelatihan tentang teknik
rekonstitusi obat kanker yang aman dan hasil medical check-up
menunjukkan petugas dalam keadaan sehat. Pelaksanaan Safe handling
cytotoxic di RSU Kabupaten Tangerang didasarkan pada standar
-
operasional yang telah disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi dan
disahkan oleh direktur RSU Kabupaten Tangerang. Prosedur standar
operasional safety handling cytotoxic RSU Kabupaten Tangerang
meliputi :
1) Standar prosedur pemeriksaan laboratorium
2) Standar prosedur kebersihan ruang pencampuran sitotoksik
3) Standar prosedur kebersihan clean room
4) Standar prosedur permintaan pencampuran obat sitotoksik
5) Standar prosedur persiapan pencampuran obat sitotoksik
6) Standar prosedur pencampuran obat sitotoksik
7) Standar prosedur pengiriman obat sitotoksik ke ruangan perawatan
8) Standar prosedur mencuci tangan
9) Standar prosedur dekontaminasi Biological Safety Cabinet ( BSC )
10) Standar prosedur disinfeksi Biological Safety Cabinet
11) Standar prosedur memasang dan menanggalkan pakaian pelindung.
12) Standar prosedur menarik larutan dari ampul dan menyuntikan ke
dalam large volume.
13) Standar prosedur mengambil larutan dari vial dan menyiapkan syringe
untuk pengiriman.
14) Standar prosedur pertolongan kontak langsung kulit/mata dengan obat
sitotoksik.
15) Standar prosedur memasang dan menanggalkan pakaian pelindung saat
membersihkan tumpahan dan menyiapkan obat sitotoksik diluar BSC,
dengan tujuan melindungi petugas dari paparan obat sitotoksik
16) Standar prosedur membersihkan tumpahan obat sitotoksik diluar BSC
Standar ini dibuat dengan tujuan melindungi petugas dan lingkungan
terhadap paparan obat sitotoksik
17) Standar prosedur pelatihan petugas penanganan obat sitotoksik.
18) Standar prosedur pembuangan obat sitotoksik
-
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat berupa :
1) Penyajian informasi obat pada saat penyerahan dan pada saat
kunjungan ke ruangan, informasi tersebut dapat berupa: sediaan
obat, nama generik, bentuk, dosis, cara pemakaian, interval, waktu
pemberian, efek samping obat, dll.
2) Mampu menyulusuri sumber-sumber informasi yang diperlukan
secara cepat dan tepat.
3) Dapat menyediakan informasi baik lisan maupun tertulis.
4) Menjaga serta memperbaharui pengetahuan atau informasi tentang
terapi obat dengan cara terus menerus mengevaluasi literatur.
5) Komunikasi dengan penderita, dilakukan di depo rawat jalan dengan
mengkhususkan pada pasien dengan penyakit kronis.
6) Menjawab pertanyaan secara langsung atau melalui telepon. Kegiatan
PIO (Pelayanan Informasi Obat) dilaksanakan di rawat jalan dan
rawat inap, PIO yang dilaksanakan dirawat jalan terbagi menjadi dua
yaitu PKMRS (Promosi Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit) yaitu
berupa penyuluhan kepada masyarakat terkait penyakit dan obat dan
yang kedua pemberian informasi terkait obat oleh Apoteker ke
pasien pada saat penyerahan obat atau dapat juga memberikan
informasi terkait obat kepada dokter atau perawat yang bertugas
dipoliklinik. Sama halnya seperti PIO yang dilaksanakan di rawat
jalan, PIO yang dilaksanakan di rawat inap tidak terbatas pada
pasien, informasi terkait obat dapat juga diberikan kepada dokter,
perawat, asisten apoteker dan rekan sejawat apoteker.
c. Visite
Kegiatan visite apoteker di RSU Kabupaten Tangerang belum
dilaksanakan diseluruh ruangan rawat inap. Saat ini kegiatan visite
apoteker pada pasien rawat inap baru dilaksanakan di ruangan Seruni,
Kenanga, Dahlia, Soka, Kemuning, Cempaka, Flamboyan dan ICU.
Kegiatan visite dilakukan pada pagi hingga siang hari. Apoteker
-
bersama dengan Dokter dan Perawat memantau perkembangan
kesehatan pasien dan hasil visite yang dilakukan ditulis dalam buku
visite yang dipegang oleh Apoteker yang bertanggung jawab dalam
ruangan perawatan masing-masing. Hal-hal yang ditulis dalam buku
visite Apoteker yaitu tanggal dilakukannya visite, perkembangan
kesehatan pasien, terapi obat yang digunakan, ditambahkan ataupun
terapi obat yang dihentikan.
d. Konseling
Kegiatan konseling terbagi menjadi dua, yaitu konseling rawat inap dan
konseling rawat jalan. Konseling yang dilakukan di rawat inap ini
dilakukan pada saat pertama kali pasien mendapatkan obat peroral dan
pada saat penyerahan obat pulang kepada pasien. Sedangkan konseling
pasien rawat jalan dilakukan diruangan khusus konseling di Depo
Farmasi Rawat Jalan.
Hal-hal yang dilakukan pada tahap konseling yaitu :
a) Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b) Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan ole
Dokter kepada pasien dengan jenis pertanyaan open-ended question
atau dengan metode three prime question:
1) Apa yang dikatakan Dokter mengenai obat
2) Bagaimana cara pemakaian obat
3) Efek apa yang diharapkan dari obat tersebut
c) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d) Verifikasi akhir: mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Sebelum melakukan PTO terlebih dahulu dilakukan penetapan prioritas
pasien karena kebanyakan rumah sakit tidak memiliki cukup Apoteker
untuk dapat memantau setiap pasien yang menerima obat. Seleksi pasien
dapat dilakukan berdasarkan status penyakit atau berdasarkan terapi
-
obat, namun RSU Kabupaten Tangerang belum memiliki ketetapan
khusus terkait status penyakit pasien dan jenis terapi obat tertentu yang
akan dilakukan pemantauan terapi obat. Kegiatan pemantauan terapi
obat yang sudah berjalan selama ini hanya berdasarkan perkiraan, kasus
mana yang memiliki banyak permasalahan terkait obat yang sekiranya
menarik untuk dilakukan pemantauan terapi obat. Seleksi pasien
berdasarkan status penyakit terbagi atas:
a) Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi status penyakit atau
mungkin beresiko tinggi mengalami masalah yang berkaitan dengan
obat.
b) Pasien dengan masalah memerlukan zat terapi yang toksik
c) Pasien dengan kerusakan jantung atau ginjalyang signifikan atau pasien
dengan gangguan fungsi hati.
d) Pasien lanjut usia atau pasien sangat muda usia
Seleksi pasien berdasarkan terapi obat :
a) Pasien yang menerima obat dengan resiko tinggi reaksi toksisitas,
contohnya pasien mengkonsumsi antikoagulan, obat untuk
kardiovaskular, antibiotika, antikonvulsan dan antineoplastik.
b) Pasien dengan multi masalah dan pasien yang diobati dengan
polifarmasi.
Setelah pasien dan obat telah diidentifikasi, maka proses pengkajian
dan pemantauan dapat dimulai. Proses pemantauan terapi obat terdiri
dari:
a) Pengumpulan data pasien
b) Menghubungkan terapi obat dengan masalah tertentu atau status
penyakit
c) Mengembangkan sasaran terapi tertentu
d) Mendesain rencana pemantaun terapi obat
i. Pengembangan parameter pemantauan tertentu
ii. Penetapan titik akhir farmakoterapi
iii. Penetapan frekuensi pemantauan
-
e) Mengidentifikasi masalah dan atau kemungkinan ROM (Reaksi Obat
Merugikan)
f) Pengembangan alternatif atau solusi masalah. Proses pengambilan
keputusan
g) Pendekatan intervensi dan tindak lanjut
h) Mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi, jika perlu ke Dokter
atau Professional kesehatan lainnya untuk mendapatkan solusi atau
alternatif terhadap masalah yang telah diidentifikasi (3).
C. Komite Farmasi dan Terapi (KFT)
Komite Farmasi dan Terapi RSU Kabupaten Tangerang yaitu sebuah komite yang
secara fungsional membantu direktur untuk memberikan masukan mengenai
masalah-masalah yang muncul secara profesional dan berada di bawah Direktur
RSU Tangerang. KFT RSU Tangerang diketuai oleh seorang Dokter Spesialis
Penyakit Dalam dengan sekretaris seorang Apoteker dan beranggotakan semua
Staf Medik Fungsional (SMF) namun tidak termasuk perawat.
Formularium digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan obat dan
perbekalan farmasi oleh instalasi farmasi untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Dalam hal perumusan formularium, KFT melakukan evaluasi formularium setiap
tiga tahun namun formularium yang digunakan RSU Tangerang saat ini masih
formularium tahun 2009. Formularium selanjutnya seharusnya sudah terbit pada
tahun 2012, tetapi hingga saat ini formularium tersebut belum dapat diterapkan di
RSU Kabupaten Tangerang. Walaupun masih menggunakan formularium tahun
2009 namun formularium ini selalu dilakukan revisi setiap tahunnya. Dalam rapat
yang membicarakan revisi formularium juga dibahas laporan kekosongan obat,
obat yang tidak terpenuhi, evaluasi suplier, kelancaran distribusi obat, evaluasi
kecepatan pelayanan keluhan dan pelayanan pasien. Tujuan utama pembuatan
formularium RSU Tangerang adalah menyediakan :
1. Informasi tentang obat yang telah disetujui penggunaannya oleh Komite
Farmasi dan Terapi.
2. Informasi pengobatan dasar dari setiap obat yang telah disetujui.
-
3. Informasi tentang kebijaksanaan dan prosedur rumah sakit yang mengatu
penggunaan obat-obatan. Informasi yang khusus seperti peraturan dosis obat
dan singkatan-singkatan yang biasa digunakan rumah sakit.
D. Central Sterilization Supply Department (CSSD)
Unit Sterilisasi Sentral atau CSSD (Central Sterilization Supply Departement)
merupakan suatu unit pelayanan yang menyediakan bahan dan alat steril kepada
unit-unit yang melakukan tindakan aseptis, pembedahan, tindakan penyakit
menular. Penyediaan barang atau alat steril dimulai dari proses perencanaan,
pengadaan, pencucian atau dekontaminasi, pengemasan dan pemberian tanda,
sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian serta memberikan jaminan mutu
kualitas sterilitasnya (8).
Tujuan didirikannya instalasi sterilisasi sentral dan laundry di RS Kabupaten
Tangerang untuk membebaskan bahan-bahan dari kuman dan sporanya,
membunuh kuman-kuman atau mikroorganisme, mencegah terjadinya infeksi
nosokomial (INOS), serta mencegah timbulnya luka infeksi operasi/tindakan
medis lainnya. Pada awalnya instalasi sterilisasi sentral merupakan bagian dari
kamar operasi yang dikelola oleh petugas kamar operasi dengan penggunaan
sebatas penyeterilan alat-alat, baik itu instrumen, linen, dan bahan habis pakai
lainnya menurut kebutuhan kamar operasi. Sesuai Surat Keputusan Bupati
Tangerang No.81 tahun 2004 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Umum, maka Instalasi Sterilisasi Sentral berubah menjadi Instalasi Sterilisasi
Sentral dan Laundry.
a. Struktur Organisasi
Instalasi Sterilisasi Sentral dan Laundry di RSU Kabupaten Tangerang
merupakan suatu instalasi dibawah bidang pelayanan penunjang medik.
b. Kegiatan CSSD (Central Sterilization Supply Department)
Pada awalnya pelayanan diberikan hanya kepada IBS (Instalasi Bedah
Sentral) dan OK IGD atau CITO tetapi kemudian seiring dengan
perkembangan rumah sakit dan kebutuhan akan pelayanan jasa penyeterilan
maka Instalasi Sterilisasi Sentral mulai memberikan pelayanan kepada
-
ruangan lain secara bertahap. CSSD menerima permintaan sterilisasi
instrumen, linen dan bahan-bahan habis pakai setiap hari kerja dari semua
instalasi di RSU Kabupaten Tangerang. Kegiatan pelayanan Instalasi
Sterilisasi Sentral dan Laundry dibagi menjadi 2 shift yaitu shift I dimulai
pukul 07.30-14.00 WIB dan shift II dimulai pukul 14.00-21.00 WIB. Selain
permintaan penyeterilan instrumen, linen, dan bahan lainnya, instalasi
sterilisasi sentral juga memproses atau membuat bahan-bahan steril habis
pakai terutama yang diperlukan oleh Instalasi Bedah Sentral, Kamar
Bersalin dan OK IGD atau CITO. Adapun bahan-bahan steril habis pakai
yang diproduksi atau diproses oleh instalasi sterilisasi sentral meliputi big
gaas, gaas, dapper, roll gaas, kassa GV (Ganti Verban) dan bola tampon.
Metode sterilisasi yang digunakan dalam proses sterilisasi di CSSD RSU
Kabupaten Tangerang terdiri dari dua metode, yaitu sterilisasi dengan mesin
sterilisasi uap dan sterilisasi menggunakan plasma.
1. Mesin Sterilisasi Uap
Pada dasarnya ada dua jenis mesin uap sterilisasi uap, yaitu mesin
sterilisasi uap tipe gravitasi dan mesin sterilisasi tipe prevakum. Jenis
mesin sterilisasi uap yang digunakan di CSSD RSU Kabupaten
Tangerang adalah mesin sterilisasi tipe prevakum, dimana udara
dikeluarkan dari chamber oleh suatu pompa vakum. Proses sterilisasi
menggunakan alat ini dapat berlangsung lebih cepat karena efikasi dan
kecepatan pengeluaran udara berjalan dengan baik. Alat sterilisasi suhu
tinggi (Gething) dapat digunakan untuk sterilisasi instrumen dan linen
pada suhu 121C dan 134C selama kurang lebih 15 menit. Sterilisasi
pada suhu 121C digunakan untuk sterilisasi linen sedangkan suhu
134C digunakan untuk sterilisasi instrumen.
2. Sterilisasi menggunakan Plasma.
Plasma didefinisikan sebagai gas terdiri dari elektron ion-ion, maupun
partikel-partikel neutral. Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen
peroksida, proses pembentukan plasma mengalami dua fase yaitu fase
difusi hidrogen peroksida dan fase plasma. Pembentukan plasma
-
dimulai setelah pemvakuman chamber, uap hidrogen peroksida yang
dihasilkan dari larutan 58% hidrogen peroksida masuk ke dalam
chamber melalui mekanisme difusi. Alat atau bahan yang akan
disterilkan kemudian terpapar oleh uap hidrogen peroksida selam 50
menit pada konsentrasi 6 mg/L. Hidrogen peroksida pada dasarnya
memiliki aktivitas mematika mikroorganisme, pada pembentukan
plasma berfungsi mematika mikroorganisme. Fase plasma ini
berlangsung selama 15 menit pada 40 watt. Setelah fase plasma selesai
setiap spesies reaktif akan bergabun kembali membentuk senyawa
stabil berupa air dan oksigen. Metod sterilisasi menggunakan plasma ini
dilakukan untuk peralatan yang tida tahan terhadap pemanasan tinggi
seperti selang ventilator, alat endoskop dan lain-lain (8).
Mutu sterilisasi dapat dinilai dengan tiga indikator, yaitu indikator
mekanik, indikator kimia dan indikator biologi.
1. Indikator mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi
seperti gauge, tabel dan indikator suhu maupun tekanan yang
menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.
Pengukuran temperatur dan tekanan merupakan fungsi penting dari
sistem monitoring sterilisasi, maka bila indikator mekanik bekerja
dengan baik akan memberikan informasi segera mengenai
temperatur, tekanan, waktu dan fungs mekanik lainnya dari alat dan
memberikan indikasi adanya masalah apabila alat rusak dan
memerlukan perbaikan. Indikator mekanik tidak menunjukkan
bahwa keadaan steril sudah terpenuhi, melainkan hanya memberikan
informasi secara cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi. Karena
bersifat mekanis, maka tidak dilakukan kalibrasi alat dengan tepat.
2. Indikator kimia
Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan
sterilisasi (misalnya: uap panas) pada banyak objek yang disterilkan,
dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia memeberikan
-
informasi tercapainya kondisi steril pada setiap kemasan, sehingga
selain digunakan diluar, ada juga yang diletakkan didalam kemasan.
1) Indikator Internal
Indikator internal ini berupa tip yang dimasukkan pada
pembungkus alkes yang akan disterilisasi dimana tip akan
berubah warna menjadi hitam pada proses sterilisasi suhu tinggi.
Indikator ini menunjukkan bahwa benda pada kemasan telah
melewat proses sterilisasi. Indikator internal ini baru dilakukan
pada paket kamar operasi.
2) Indikator Eksternal
Indikator eksternal ini berupa autoclave tape, yaitu indikator
yang ditempelkan pada luar kemasan, dengan terjadinya
perubahan warna (menjadi hitam saat terpapar panas setelah
proses sterilisasi), indikator ini memberikan informasi bahwa
bagian luar kemasan benda yang diterilkan telah melewati
proses sterilisasi. Alat yang dibungkus dengan pouches,
indikator ini dapat terlihat pada pinggir pouches yang juga
berubah warna menjadi hitam setelah proses sterilisasi
dilakukan.
3) Indikator untuk Bowie Dick Test
Uji ini dilakukan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada alat
sterilisasi dan untuk mengetahui adanya kebocoran udara dalam
ruang sterilisasi. Uji ini hanya digunakan pada metode sterilisasi
uap panas yang menggunakan sistem vakum untuk melihat
efisiensi pompa vakum pada alat sterilisasi serta untuk
mengetahui adanya kebocoran udara dalam ruang sterilisasi.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam uji Bowie Dick indikator
kimia dimasukkan kedalam alat sterilisasi yang kosong dan
disterilisasi pada suhu 1340C selama 3,5 menit. Setelah itu
indikator kimia dievaluasi dengan melihat perubahan warna dari
kuning menjadi hitam yang menandakan bahwa pompa vakum
-
pada alat berjalan dengan baik. Uji ini dilakukan setiap hari
sebelum proses sterilisasi alat dilakukan.
3. Indikator Biologi
Indikator biologi ini merupakan indikator yang menggunakan bakteri
Bacillus Stearothermophylus dimana bakteri ini merupakan bakteri
tahan panas sehingga proses sterilisasi pada suhu 1210C bakteri ini
tidak mati. Indikator biologi yang digunakan di RSU Kabupaten
Tangerang adalah berbentuk vial tertutup yang mengandung strip
spora berisi media pertumbuhan yang mengandung zat warna.
Setelah sterilisasi selesai indikator dimasukkan dalam inkubator
selama 24 jam. Bila selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka
tidak akan terjadi perubahan warna. Sebaliknya apabila spora dapat
bertahan, maka dalam media pertumbuhan akan terjadi perbentukan
asam yang dapat mengakibatkan perubahan warna. Pengujian
dengan indikator biologi dilakukan setiap satu minggu sekali.
E. Instalasi Pengelolaan Limbah/sanitasi
Instalasi pengolahan limbah RSU Kabupaten Tangerang merupakan bagian dari
pelayanan penunjang non medis. Jenis limbah yang ditangani Instalasi Pengolahan
Limbah RSU Kabupaten Tangerang meliputi limbah padat dan limbah cair.
Sistem pengolahan limbah yang diterapkan adalah sistem terpusat artinya limbah
yang berasal dari seluruh ruangan dipompa ke bak pengumpul. Limbah
merupakan sisa proses yang keberadaannya perlu dikelola dengan pembakuan
yang dipersyaratkan. Limbah rumah sakit yang mengandung unsur kimia, fisika,
dan mikroba sangat berpotensi menimbulkan dampak negatif atau penyakit
terhadap lingkungan.
1. Limbah Padat Instalasi sanitasi di RSU Kabupaten Tangerang mengelola limbah padat yang
bersumber dari RSU maupun luar RSU. Adapun jenis limbah padat adalah
benda tajam, jarum infus, kassa, verban, botol selang infuse, sisa jaringan
tubuh. Langkah pertama pada pengolahan limbah padat adalah
-
mengumpulkan sampah dari seluruh ruangan, lalu dipisahkan berdasarkan
sampah medis dan non medis. Sampah non medis ditempatkan pada plastik
hitam dan dikumpulkan pada suatu tempat yang selanjutnya akan diangkut
oleh Dinas Kebersihan. Untuk sampah medis dimasukkan dalam plastik
kuning diangkut ke ruang mesin dimana dilakukan pemilihan antara benda
tajam dan benda tidak tajam. Untuk sampah sitostatika tidak dibedakan
dengan sampah medis sehingga penangannya tidak berbeda dengan sampah
lainnya, hal ini dikarenakan sulitnya mencari plastik yang berwarna ungu
yang menandakan bahwa sampah tersebut merupakan sampah sitostatika dan
untuk sampah kadaluarsa ditempatkan di plastik berwarna coklat (missal
obat-obatan). Limbah B3 kemudian diangkut kembali ke tempat pengolahan
akhir oleh pihak ke 3.
2. Limbah Cair
Pengelolaan limbah cair dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) bantuan pemerintah Austria. IPAL RSU Kabupaten Tangerang
menggunakan system SBR (Sequencing Batch Reactor) tipe W3 yang
merupakan proses modifikasi dari proses pengelolaan lumpur aktif
konvensional. Dimana unit pengelolaan secara biologi serta pemisahan air
limbah terolah dengan lumpur (sedimentasi) dilakukan dengan reaktor/tangki
SBR selama waktu siklus yang ditentukan. Terdapat 5 proses yang harus
dilalui dalam SBR yaitu filling, mixing, aerasi, sedimentasi dan decanting.
a. Filling merupakan proses memasukkan ke dalam SBR.
b. Mixing merupakan proses pencampuran antara air dengan limbah yang
akan diolah.
c. Aerasi merupakan pemberian O2 ke dalam SBR
d. Sedimentasi merupakan proses pengendapan hasil pengolahan limbah
dari tahap sebelumnya.
e. Decanting merupakan pengeluaran hasil pengolahan limbah yang berupa
air dari SBR.
Hasil limbah yang berupa air dimasukkan ke dalam kontainer kemudian
dilakukan desinfeksi dengan kaporit. Selanjutnya hasil desinfeksi dimasukkan
-
ke dalam bak penampungan untuk dilakukan uji kualitas air setiap 1 bulan
sekali. Waktu yang diperlukan hingga proses ini kurang lebih 4 jam. Hasil
limbah yang berupa lumpur dimasukkan ke sludge holding tank (bak penahan
lumpur) dan diberi polielektrolit agar terjadi penggumpalan.
Instalasi ini juga melakukan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan sarana
dan prasarana IPAL serta melakukan pemeriksaan kualitas air limbah di
inflow (sebelum limbah cair diolah) maupun effluent (setelah limbah cair
diolah) dengan hasil pemeriksaan disesuaikan dengan baku mutu limbah cair
rumah sakit yaitu Kep.58/Men.LH/12/1995. Selain pengolahan limbah padat
dan cair rumah sakit, yang harus diperhatikan dalam program sanitasi antara
lain pengelolaan kebersihan bangunan, penyediaan dan pengawasan air
bersih, pembuatan makan dan minuman yang bersih dan sehat. Pengendalian
serangga dan binatang pengganggu, pemeliharaan taman dan kesehatan
lingkungan.