PBL Kelompok I Ped_Pneumonia
-
Upload
patrianaaa -
Category
Documents
-
view
47 -
download
9
description
Transcript of PBL Kelompok I Ped_Pneumonia
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan
PNEUMONIA
Oleh:
Yessica Tania 0902005003Made Arya Wiryanatha 0902005007Made Edwin Sridana 0902005028Ida Bagus Suryajaya Suadnyana 0902005032Putu Ayu Paramita Satriawan 0902005035A.A Patriana Puspaningrat 0902005065Gede Wara Samsarga 0902005073
Pembimbing:
Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
i
2014KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya sehingga laporan PBL yang berjudul Pneumonia ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah
Denpasar.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. Dr. BNP Arhana, Sp.A(K) selaku kepala bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP
Sanglah.
2. Dr. Dharma Artana, Sp.A(K) selaku koordinator pendidikan dokter muda di
bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP Sanglah.
3. Dr. IGA Trisna Windiani, Sp.A selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan paper ini.
4. Para residen subdivisi tumbuh kembang-gizi yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan laporan ini.
5. Rekan-rekan dokter muda sekalian atas motivasi dan bantuannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Denpasar, Januari 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1. Definisi Pneumonia 2
2.2. Epidemiologi Pneumonia 2
2.3. Etiologi Pneumonia 2
2.4. Patologi Pneumonia 4
2.5. Patogensis Pneumonia 4
2.6. Klasifikasi 6
2.7. Manifestasi Klinis 7
2.8. Pemeriksaan Penunjang 8
2.8.1. Penilaian Laboratorium 8
2.8.2. Pemeriksaan Radiografi 9
2.9. Diagnosis Pneumonia 9
2.10.Diagnosis Banding Pneumonia 9
2.11.Penatalaksanaan
11
2.12.Prognosis
13
2.13.Pencegahan
14
iii
BAB 3 LAPORAN KASUS...............................................................................
15
3.1. Identitas Penderita 15
3.2. Heteroanamnesa 15
3.3. Pemeriksaan Fisik 17
3.4. Pemeriksaan Penunjang 19
3.5. Diagnosis Klinis 20
3.6. Penatalaksanaan 20
BAB 4 LAPORAN KUNJUNGAN....................................................................
21
4.1 Identitas 21
4.2 Heteroanamnesis 22
4.3 Pemeriksaan Fisik 24
4.4 Diagnosis Klinis 26
4.5 Keadaan Lingkungan Rumah 26
4.6 Analisa Kasus 26
3.3.1.Kebutuhan Dasar Anak 27
3.3.2.Analisis Bio-Psiko-Sosial 30
4.7 KIE 31
BAB IV. SIMPULAN 32
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Bakteri Penyebab Pneumonia 3
Tabel 2.2. Perbedaan Diagnosis 10
Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan 11
Tabel 2.4. Antiviral 12
Tabel 2.5. Antibiotika berdasarkan Usia 12
Tabel 2.6. Antibiotika berdasarkan Asal Infeksi 13
Tabel 3.1. Hasil AGD dan Imunologi 19
Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap 19
Tabel 3.3. Susunan Anggota Keluarga 21
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Faktor Resiko Pneumonia 4
Gambar 2.2. Patogenesis Pneumonia 5
Gambar 2.3. Proses Terjadinya Pneumonia 6
Gambar 3.1. Denah Rumah 26
vi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: Lembar konsultasi
LAMPIRAN 2: Foto saat Kunjungan Program Belajar Lapangan
LAMPIRAN 3: Denver II
LAMPIRAN 4: CDC Growth Chart : Berat badan~umur dan Tinggi badan~umur
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia hingga saat ini merupakan masalah yang serius di bidang kesehatan
utamanya di bidang kesehatan anak. Menurut WHO, angka insiden dari
community acquired pneumonia di negara berkembang adalah 0,026 episode per
anak per tahun. Pada suatu penelitian multisentrik prospektif yang dilakukan
terhadap 154 anak imunokompeten dengan community acquired pneumonia
didapatkan adanya patogen pada 79% anak dengan 60% dari patogen tersebut
adalah bakteria dan 45% disebabkan oleh virus. Bakteri penyebab tersering adalah
spesies Streptococcus pneumoniae yang didapatkan sebesar 73% dari seluruh
bakteri penyebab pneumonia.1,2
Pneumonia adalah suatu keradangan pada saluran napas bagian bawah
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing. Pnemonia ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekwensi
pernapasan), napas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang
sianosis.3
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pneumonia diantaranya adalah
faktor host, infeksi maupun penyebab non infeksi. Pada anak-anak penyebab
pneumonia terbanyak adalah infeksi virus, infeksi bakteri hanya sekitar 10-30%
dari semua kasus pneumonia pada anak.4
Gejala klinis pneumonia meliputi gejala klinis penyakit yang
mendasarinya, dan juga terdapat gejala umum pneumonia sendiri yang meliputi
pilek, batuk, demam, sesak (napas cepat/napas cuping hidung), retraksi dinding
dada, sianosis. Dalam menegakkan diagnosis pneumonia meliputi gejala klinis
pneumonia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologis Sebagian besar pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan
sempurna, pada pemerikksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara
minggu ke 6-8. Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh
lebih lama(>1 bulan) dan mungkin berulang.4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut perenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
interstitiil.1 ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi
pernapasan), napas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang
sianosis.sedangkan bronkopneumonia adalah pneumonia yang disertai radang
yang meluas ke bronkus4
2.2 Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab
kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan,
defisit imunologi, polusi, GE, dan aspirasi.5
2.3 Etiologi Pneumonia
Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan tetapi 20-
30% penyebabnya merupakan bakteri. Banyak faktor yang bisa meningkatkan
resiko pneumonia seperti cacat kongenital, kekurangan sistem imun oleh karena
suatu penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal fistula,
fibrosis cistik, sel bulan sabit, reflux gastroesophageal, aspirasi benda asing,
ventilasi mekanik, serta lama diopname di rumah sakit.5
Patogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan
penyebab pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial,
parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya
disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia
hamil, termasuk Group A dan B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan
penyebab yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang
2
kasusnya semakin menurun karena telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium
tuberculosis, lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak.5
Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling
umum kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae
menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia
disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella tularensis
(kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba), Salmonella
choleraesuis (babi).5
Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya
sering ditemukan pada saluran pernapasan atas, infeksi serius biasanya disebabkan
oleh 14 serotipe, seperti 14,6,18,19,23,8,9,7,1 dan 3.5
Beberapa bakteri penyebab pneumonia pada anak usia > 1 bulan dengan
status imunkompeten dan imunokompromise disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Pneumonia
Imunokompeten ImunokompromiseBakteri Streptococcus pneumoniae Pseudomonas spp.
Haemophillus influenza EnterobacteriaceaeStaphylococcus aureus Legionella pneumophiliaGroup A Streptococci Nocardia spp.Bordetella pertusis Rhodococcus equiMoraxella catarrhalis Actinomyces spp.Yersinia pestis Anaerobis bacteriaPasteurella multocida Enterococcus spp.Brucella spp.Francisella tularensisNeisseria meningitidisSalmonella spp.
Agen serupa bakteri Mycoplasma pneumoniaeChlamydia pneumoniaeChlamydia trachomatisChlamydia psittaciCoxiella burnettiRickettsia ricketsii
3
Selain kuman yang menyebabkan timbulnya pneumonia, terdapat beberapa
faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang terjangkit pneumonia antara lain
berat badan lahir yang rendah, malnutrisi dan polusi udara seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Faktor Resiko Pneumonia
2.4 Patologi Pneumonia
Infitrasi atau konsolidasi jaringan intersisial dan parenkim paru oleh sel-sel
radang.4
2.5 Patogenesis Pneumonia
Infeksi pada paru-paru terjadi bila salah satu pertahanan tubuh diubah (barier
mekanik, otonom, sistem imun lokal atau sistemik) ketika tubuh diserang oleh
organisme virulen. Agen yang menyebabkan infeksi ini berasal dari inhalasi, atau
melalui pembuluh darah (endapan dalam darah). Tubuh berusaha untuk
membersihkannya dengan sistem respon tubuh.5
Pneumonia oleh karena bakteri pada parenkim paru menimbulkan
konsolidasi bila terjadi pada lobular paru (bronkopneumonia), bisa terjadi pada
4
Peningkatan resiko
terjadinya ARI
Faktor risiko kejadian pneumonia dari ARIFaktor risiko kejadian pneumonia dari ARI
Malnutrisi, riwayat pemberian ASI yang buruk
Defisiensi vitamin A
Berat badan lahir rendah
Cuaca dingin
Terpapar dengan polusi udara:Paparan asap rokokUdara lingkungan yang kotor pollution
Lack of immunization
Umur Muda
Crowding
Prevalensi pembawa pethogen yang tinggi
lobar maupun interstitial. Diawali tahap ”Red Hepatization” dengan hiperemi
oleh karena pembesaran pembuluh darah, timbul eksudat intraalveolar, deposit
fibrin, infiltrasi neutrofil. Tahap selanjutnya disebut ”Gray Hepatization”
didominasi oleh deposit fibrin, disintegrasi sel inflamasi secara progresif,
kemudian terjadi resolusi (8-10 hari) dimana eksudat yang muncul dibersihkan
melalui mekanisme batuk dan dihancurkan dengan enzim pencernaan. Konsolidasi
dari jaringan paru menurunkan lung compliance dan kapasitas vital paru,
menyebabkan hipoksemia dengan kompensasi meningkatkan aliran darah ke paru
sehingga kerja jantung menjadi meningkat. Apabila meluas ke rongga pleura bisa
menimbulkan empyema. Penebalan fibrous terjadi pada tahap resolusi.5 Proses ini
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Inokulasi pathogen melalui inhalasi / hematogen
Respon imun tubuh untuk ”Clearing Mechanism”
“Red Hepatization”
“Gray Hepatization”
Resolusi (fibrosis paru) Lung Compliance menurun
Blood flow meningkat
Kerja jantung meningkat
Gambar 2.2 Patogenesis Pneumonia
Kerusakan jaringan intersisial parenkim paru sebagai akibat inhalasi droplet dan
adanya fokus infeksi dalam tubuh selain bermanifestasi sebagai pneumonia, juga
dapat muncul sebagai pneumonitis dan bronkiolitis. Proses ini dapat disajikan
pada gambar 2.3.
5
Gambar 2.3 Proses terjadinya pneumonia
2.6 Klasifikasi 6
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan anatomis dan etiologis
Pembagian anatomis meliputi :
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Sedangkan pembagian secara etiologis meliputi :
Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococus, Streptococcus aureus, dll
Virus : respiratory syncitial virus, virus influenza, adeno virus dll
Mycoplasma pneumonia
Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
2.7 Manifestasi Klinis
6
INHALASI DROPLET
ASPIRASI DLL
SALURAN NAFAS ATAS
SALURAN BAWAH
FOKUS INFEKSI(DLM TUBUH)
ALIRAN LIMFE
ALIRAN DARAH
JARINGAN INTERSISIAL PARENKIM PARU
1. PNEMONIA 2. PNEMONITIS( BRONKOPNEMONIA)
BRONKIOLITIS
Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala.5 Pada neonatus
sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-
bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah
takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.1
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif /produktif), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.1
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun. Fine crackles
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa ditemukan pada bayi. Gejala
lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara panas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) di daerah
yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan
dada menurun waktu inspirasi anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki
fleksi. Rasa nyeri, dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.1
Pada bronkopneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut3:
1. Gejala URI : Coryza, malaise, febris ringan, sneezing, 2-3 hari
2 Gejala infeksi saluran napas tengah dan bawah: Batuk, malaise, febris, dapat
wheezing, sesak
Febris:
- Dapat akut, tinggi sampai 39-40 C, meningkat cepat
- Fluktuatif
- Turun secara lisis
- Sering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah
konsolidasi yang baru, berlangsung 3-4 minggu
- Pada anak yang lemah kadang-kadang : subfebril
Jantung paru :
- Nadi relatif lebih cepat dari lobar pneumonia
- Sesak
- Respirasi cepat dan dangkal dapat sampai 100 X permenit
7
- Sering dengan grunting
- Pernapasan cuping hidung
- Sianosis sekitar mulut dan hidung
- Batuk variable, pada awalnya kering, kemudian produktif
Lain-lain:
- Gelisah dan cemas
- Muntah dan diarrhea
- Tampak sakit berat, gangguan respirasi lebih nyata dari
lobar pneumonia, sayu, pucat, lidah kering
Fisik :
- Tergantung luas infiltrat
- Sering negatif pada awal, bila menyatu : dullness
- Suara respirasi mengeras/ kasar, terutama dekat basal
paru-paru
- Ronki basah, nyaring, halus sampai sedang pada daerah
konsolidasi
- Retraksi ringan pada ICS terutama pada anak dibawah 2
tahun, karena dinding thorax lemah
- Perkusi : variable, normal, hipersonor (karena
emphysema komponsantoir), bila konsolidasi luas :
demping yang absolut
Stadium terminal : respirasi dan jantung ireguler cheyne stoke apneu
bradikardia nadi tak teraba gasping eksitus
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Penilaian Laboratorium
Pada pasien pneumonia oleh karena bakteri jumlah sel darah putih
meningkat (neutrofil) (>15000/mm3), trombositosis terjadi lebih dari 90 %
anak dengan empyema. Hiponatremia akibat sekunder dari meningkatnya
hormon ADH. Sputum bisa menjadi bahan pemeriksaan pada orang dewasa
dan jarang diproduksi pada anak-anak dibawah 10 tahun, kualitas sputum
yang baik mengandung 25 polimorfonuklear sel per lapangan pandang.
8
Kultur darah positif hanya 3-11 % pasien pneumonia. Pemeriksaan antigen
bakteri pada serum dan urin mempergunakan latex particle aglutination atau
CIE memiliki sensitivitas dan spesivisivitas yang rendah. Teknik invasive
pada pasien pada pasien dengan efusi pleura bertujuan untuk memeriksa
cairan pleura atau dengan Flexible bronchoscopy (FB) dengan
bronchoalveolar lavage (BAL). Ada cara lain yakni open lung biopsy
dipergunakan bila cara invasif lainnya gagal dalam mendiagnosa akan tetapi
cara ini memiliki kelemahan seperti dapat membentuk broncopleural
fistula.5
2.8.2 Pemeriksaan Radiografi
Gambaran padat radiografi paru secara klasik dibagi menjadi 3, yaitu :
alveolar (disebabkan oleh pneumococcus dan bakteri lain), interstitial
pneumonia (disebabkan oleh virus atau mycoplasma), serta
bronkopneumonia (oleh karena S. aureus atau bakteri lain) memiliki pola
difus bilateral dengan meningkatnya batas peribronkial, adanya infiltrat
fluffy (seperti benang/rambut halus) yang kecil dan meluas ke perifer.
Staphylococcal pneumonia terkait dengan gambaran pneumatoceles dan
efusi pleura (empyema). Mycoplasma penyebab pneumonia memiliki pola
yang sama dengan pola bakteri atau virus, ditambah dengan adanya infiltrat
retikuler dan retikulonoduler yang terlokalisir pada satu lobus. Pada anak-
anak konsolidasi pneumonia berbentuk sferis menyerupai tumor pada
awalnya dan selanjutnya meluas, single dengan batas tidak jelas.5
2.9 Diagnosis Pneumonia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.3
2.10 Diagnosa Banding Pneumonia7
Beberapa diagnosa banding pneumonia antara lain :
1. Asma bronkiale
Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di
atas usia 2 tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang
menderita bronkiolitis setelah agak besar menjadi penderita asma.
9
Yang dapat membantu diagnosis asma diantaranya, ialah :
- Anamnesa keluarga : penderita asma positif atau penyakit atopik
- Serangan asma lebih sering berulang atau episodik.
- Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi
saluran pernapasan bagian atas.
- Ekspirasi yang sangat memanjang
- Ronki lebih terbatas
- Pulmonary inflation lebih ringan
- Laboratoris ditemukan eosinofilia
- Reaksi terhadap bronkodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.
2. Bronchiolitis akut
- inflamasi di bronkiolus
- menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun
- karakteristik: napas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing
- ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru
- Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar,
penekanan diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP
meningkat pada fotolateral.
2. Bronchitis Acuta
- Terjadi di bronchus
- Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronki:
basah, kasar
- Dapat berkembang menjadi bronkiolitis.
Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat
dengan perbedaan diagnosis sepeerti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Perbedaan Diagnosis
Bacterial Viral MycoplasmaUmur Semua Semua 5-15 tahunWaktu Musim dingin Musim dingin Semua tahunPermulaan Abrupt Variabel Tiba-tibaDemam Tinggi Variabel RendahNapas cepat dan dangkal
Umum Umum Tidak umum
10
Batuk Produktif Nonproduktif NonproduktifGejala yang menyertai
Mild coryza, sakit abdomen
Coryza (rhinitis akut) Bullous myringitis, pharingitis
Keadaan fisik Konsolidasi, sedikit crackle
Variabel Fine crackle, wheezing
Leukositosis Umum Variabel Tidak umumRadiografi Konsolidasi Infiltrate difus
bilateralVariabel
Efusi pleura Umum Jarang Kecil dalam 10-20%
2.11 Penatalaksanaan4
1. Oksigen
Bila terdapat tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Cukup
40%. Kecepatan diperkirakan dari volume tidal dan frekuensi pernapasan.
Di bawah 2 tahun biasanya 2 ltr/ mnt; di atas 2 tahaun hingga 4 ltr/ mnt.
Perkiraan volume tidal menurut umur dan panjang badan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan
Bayi( 50 cm )
5 tahun( 110 cm )
10 tahun( 130 cm )
15 tahun( 160 cm )
18 ml 200 ml 300ml 500 ml
2. Humiditas
Hanya bila udara terlalu kering, atau anak dengan intubasi/ trakeostomi.
Biasanya dengan mengalirkan melalui cairan.
3. Deflasi abdomen
Bila distensi abdomen mengganggu pernapasan. Dengan sonde lambung
(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).
4. Cairan dan makanan bergizi
Cairan: a) komposisi paling sederhana D5; komposisi lain tergantung
kebutuhan. b) jumlah : 60-75 % kebutuhan total; beberapa penulis
menyatakan dapat diberikan sesuai kebutuhan maintenance.
Makanan : Bila tidak dapat peroral dapat dipertimbangkan intravena: asam
amino, emulasi lemak dan lain-lain.
5. Simtomatis
11
a. Antipiretika bila terdapat hiperpireksia. Hindari asetosal karena dapat
memperberat asidosis.
b. Mukolitik/ ekspektorans. Tidak menunjukan faedah yang nyata.
c. Antifusif umumnya tidak diberikan.
d. Antikonvulsan; dapat dipertimbangkan bila kejang bukan karena
hipoksemia; dapat dicoba kloralhidrat 50mg/kg/hari ( dibagi 3 dosis )
atau diazepam 05-0.73/kg/kali, im/IV
6. Antiviral / antibiotika
a. Antiviral
Antiviral digunakan hanya untuk pnemonia viral yang berat/cenderung
menjadi berat yang disertai kelainan jantung atau penyakit dasar yang
lain. Penggunaan antiviral dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Antiviral
Virus Anti virus Virus Anti virusResp. sinsitialVarisela
RibavirinAnsiklovir
Influensa- ASitomegalovirus
AmantdinGaniklovir
b. Antibiotika
pemilihan Antibiotik dibedakan menurut umur dan perkiraan asal infeksi,
yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dan 2.6
Tabel 2.5. Antibiotik berdasarkan Usia
Usia Etiologi Rawat jalan Rawat inap0-2 minggu
2-4 minggu1-6 bulan
6 bulan – 6 tahun
Strep gr ( + ) Enterrobakt gr ( - )Idem = H. InfluensaPnemokok, H influ-ensa, Staf Aureus mungkin klamidia
Pnemokok, H influensa, Staf. Aureus
( - ) ( - )( - ) Eritro/ Sulfisoksasol
Eritra / sulfisoksasol atau amoksisilin/ klavulanat atau
Ampi + gentaAmpi + sefotaksinAmpi + seftriaksinSeftriakson / nafsilin + kloramfenikol EritromisinSeftriakson atau naf- silin + kloramfenikol
12
6 tahunDengan gangguan imunologis
M. pnemonia, pnemokok Banyak penyebab
trimetoprimsulfa metoksasol Eritro atau penisilin (- )
Nafsilin atau eritroVankomisin dan sef tasidim
Tabel 2.6. Antibiotik berdasarkan Asal Infeksi
Asal infeksi Perkiraan Kuman
BeratSakit
Antibiotika
Lingkungan( komonitas )
Nosokomial
Aspirasi
Pnemokokus,H influensa,Mikoplasama
Enterobakteri gr( -) Staf, Aureus
Staf. Aureus, Pnemo-kok, Hinfluensa
Ringan
Berat
Ringan
Berat
Aminopenisilin: amoksisilin atau makrolid: eritomisinSefalosporin generasi II/II: sefuroksim + makrolid: eritomisin
Sefalosporin generasiII/III: sefuroksimSefalosporin generasiII/III: sefuroksim + aminoglikosida: gentamisinAminopenisilin: amoksilin + metronidasol
7. Obat khusus: tuberkulostatika dan lain-lain tergantung sebab.
8. Kortikosteroid: Kadang-kadang diberikan pada kasus yang berat
(konsolidasi masif ), atelektasis, infiltrasi milier ( dengan sesak dan
sianosis ). Jangka pendek.
2.12 Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur
anak, beratnya penyakit dan penyulit yang menyertai seperti5:
1. Apneu yang berkepanjangan
2. asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi
3. dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi
13
4. disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic fibrosis
pancreas dan immunodefisiensi
2.13 Pencegahan
1. Perbaikan sosial ekonomi: perumahan, sanitasi, nutrisi, hygiene3
2. Imunisasi: terhadap infeksi lain, kadang menurunkan pula pneumonia3
3. Bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin
menjauhkan infeksi.3
4. Vaksin khusus: pneumococcus dengan vaksin 23-valent pneumococcal,
Haemophillus Influenza dengan Vaksin konjugat H. Influenza memiliki
jadwal yang rutin diberikan pada anak-anak, atau dengan rifampin
prophylaxis untuk yang beresiko tinggi terkena.4
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : NPAPA
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 8 Bulan 2 hari
Tempat/Tanggal Lahir : Gianyar/30 April 2013
Agama : Hindu
Alamat : Jl. Sugriwa No.20 Padang Tegal Ubud
Tanggal MRS : 10 Desember 2013
Tanggal Pemeriksaan : 15 Desember 2013
3.2 Anamnesis
14
Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan Utama : sesak
Heteroanamnesis (Ibu Pasien):
Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh ibunya. Pasien dikeluhkan sesak sejak 2
hari SMRS (8 Desember 2013). Sesak dikatakan berupa napas yang lebih cepat
dari biasanya dan tampak tersengal-sengal yang mulai memberat kurang lebih 10
jam SMRS. Selain sesak pasien mengalami demam dan muntah.
Demam dikatakan terjadi sejak 2 hari SMRS (8 Desember 2013). Saat itu suhu
axila terukur 38oC, suhu badan turun dengan pemberian obat penurun panas.
Panas dikatakan naik turun dan menyebabkan pasien menjadi lebih rewel. Satu
hari SMRS suhu badan terukur setinggi 39.5oC. Keluhan demam juga disertai
dengan batuk.
Muntah dikatakan terjadi sejak satu hari SMRS. Muntahannya dikatakan berisi
susu yang diminumnya dan lendir dahak dengan volume kurang lebi 150 cc setiap
kali muntah, frekuensi 4-5 kali.
BAB dan BAK dikatakan masih sama seperti sebelum pasien sakit. Keluhan lain
seperti pilek, kejang, dan muncul bintik merah disangkal
Riwayat Pengobatan
Pada hari minggu, 8 Desember 2013 pasien dibawa ke dokter spesialis anak dan
diberikan antibiotik dan obat penurun panas. Dua hari kemudian keluhan pasien
dikatakan tidak membaik, sehingga pasien dibawa ke klinik mas dan disarankan
untuk rawat inap.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien dikatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat operasi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
15
Dikatakan terdapat riwayat hipertensi di keluarga yang dialami oleh nenek pasien.
Ayah pasien dikatakan memiliki riwayat asma sejak kecil. Riwayat penyakit TBC,
demam berdarah, tifoid, dan campak di keluarga pasien disangkal.
Riwayat Sosial:
Pasien merupakan anak tunggal
Riwayat Imunisasi:
Pasien sudah melakukan imunisasi BCG, polio sebanyak 4 kali, hepatitis B
sebanyak 3 kali, DPT sebanyak 3 kali. Imunisasi campak dan lainnya belum
dilakukan.
Riwayat Persalinan:
Pasien lahir normal di rumah sakit ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir
3300 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala dikatakan lupa. Pasien dikatakan
segera menangis dan tidak mengalami komplikasi pasca persalinan.
Riwayat Nutrisi:
Pasien diberikan ASI eksklusif on demand dari dari lahir sampai usia 1 bulan.
Saat itu ASI dihentikan karena ibu pasien menderita demam tifoid. Sejak usia 1
bulan hingga saat ini pasien mendapatkan susu formula on demand. Bubur susu
mulai diberikan sejak usia 4 bulan hingga saat ini dengan frekuensi 3 kali sehari.
Riwayat Perkembangan:
Pasien mulai bisa menegakan kepala pada usia 3 bulan, membalikan badan usia 4
bulan, duduk usia 6 bulan. Saat ini pasien belum bisa merangkak
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present:
Kesan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
16
Nadi : 114 x/menit
RR : 30 x/menit
Tax : 36.5oC
Skala nyeri : 0/10
Status General:
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/-, Ikterus -/- ,Refleks pupil +/+ isokor, mata cowong -/-
THT :
Telinga : Sekret : -/-
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-)
Tenggorok : Faring hiperemi (-), Tonsil: T1/T1
Lidah : Mukosa lidah basah (+), sianosis (-)
Bibir : Mukosa bibir basah (+), sianosis (-)
Leher :
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar (-), kaku kudu (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : thrill (-)
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur ( - )
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris statis dinamis, retraksi
subcostal (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Perkusi : perkusi paru sonor, batas jantung paru dalam batas
normal
Auskultasi : bronkovesiculer +/+ , Ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
17
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan
(-), massa (-), distensi (-), Turgor: kembali cepat
Perkusi : Timpani
Ekstremitas :
CRT: < 2 detik
Status Antopometri:
BB : 8,1 kg
PB : 70,2 cm
BBI : 8 kg
Lingkar Kepala : 43 cm
LLA : 13 cm
Berat badan menurut umur : Z score 0,16 (normal)
Panjang badan menurut umur : Z score 0,62 (normal)
Berat badan menurut tinggi badan : Z score -0,14 (normal)
3.4 Pemeriksaan Penunjang:
Darah Lengkap (10 Desember 2013)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
WBC 18.1 4,10-11,0
NEU 11.3 2,5-7,5
LYM 4.65 1,00-4,00
MONO 2.05 0,1-1,2
EOS 0.009 0,00-0,50
BASO 0.159 0,00-0,100
RBC 4.05 4,50-5,90
HGB 9.67 13,5-17,5
HCT 30.2 41,0-53,0
MCV 74.6 80,0-100,0
MCH 23.9 26,0-34,0
18
Hangat + + Edema - -
+ + - -
MCHC 32.0 31,0-36,0
RDW 13.4 11,6-14,8
PLT 419 150-440
MPV 5.75 6,80-10,0
Kimia Darah (10 Desember 2013)
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
Ferritin 154.5 13-400
CRP 24.5 0.0 – 0.50
Pemeriksaan Radiologi (10 Desember 2013)
Cor: besar dan bentuk kesan normal
Pulmo: tampak infiltrat di suprahiler paracardial kiri
Sinus pleura: kanan kiri tajam
Diafragma: kanan kiri normal
Tulang-tulang: tidak tampak kelainan
Kesan: suspek pneumonia
3.5 Diagnosis:
Pneumonia berat (membaik) + Anemia ringan hipokromikmikrositer e.c susp
defisiensi besi dd/ penyakit kronis + Gizi Baik
3.6 Penatalaksanaan:
Terapi:
O2 1 liter per menit via nasal kanul
Kebutuhan cairan 725 ml per hari
o Mampu minum 225 ml/hari
o IVFD D5 ¼ NS ~ 500 ml ~ 20 tetes mikro per menit
Cefotaxime 50 mg/kg/hari ~ 350 mg setiap 8 jam
Nebulisasi ventolin 0.7 ml + NaCl 0.9 % 4 ml setiap 6 jam + suction dahak
Ambroxol syrup 3.5 mg ~1.2 ml setiap 8 jam
19
Diagnostik:
Kultur darah dua sisi
Blood smear + retikulosit
Monitoring: Vital Sign, Keluhan
KIE: Kondisi pasien, pengobatan, rencana tindakan
BAB IV
LAPORAN KUNJUNGAN
4.1 Identitas
Nama : NPAPA
Tempat/ tanggal lahir : Gianyar / 30 April 2013
Umur : 8 bulan 2 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sugriwa No.20 Padang Tegal Ubud
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal Kunjungan : 29 Desember 2013
20
Tabel 1. Susunan anggota keluarga
No Nama keluarga Umur (th) Status Pendidikan Pekerjaan
1.
2.
3..
KSD
NNM
NPAPA
24 tahun
22 tahun
8 bulan
Ayah penderita
Ibu penderita
Penderita
D3
D3
Belum sekolah
Wiraswasta
Pegawai swasta
4.2 Heteroanamnesis (Ayah dan Ibu Kandung Pasien)
Riwayat penyakit saat ini
Saat pemeriksaan dilakukan, pada penderita tidak didapatkan adanya
keluhan sesak maupun demam. Penderita dikatakan tidak mengalami tidak batuk,
ataupun pilek. Buang air kecil dikatakan normal, warna jernih kekuningan. Buang
air besar dikatakan normal dengan warna kuning, konsistensi lembek, tidak ada
darah ataupun lendir, dan frekuensi 1-2 kali sehari, biasanya pada pagi hari. Saat
ini penderita diberikan bubur susu 3x sehari . Penderita dikatakan minum susu
dengan kuat. Susu yang diminum adalah susu Dancow sebanyak lebih kurang
100cc, 4 kali dalam sehari.
Riwayat Penyakit dan Riwayat Pengobatan
Penderita mulai dirawat di RSUP Sanglah (10/12/13), dimana 2 hari
sebelumnya (8/12/13) orangtua pasien mengeluhkan pasien sesak dan tampak
tersengal sengal sejak pagi hari. Demam dikatakan sejak hari Minggu (8/12/13)
saat itu suhu aksila terukur 38 º C, dimana panas dikatakan turun dengan obat
penurun panas. Panas naik turun, dengan suhu tertinggi 39,5 º C . Pasien juga
mengeluhkan muntah berisi susu yang diminum dan lendir dahak, volume ± 50 cc
tiap kali muntah, frekuensi 4-5 kali.
Riwayat Prenatal
Ibu penderita menikah satu kali sejak tahun 2013. Penderita merupakan
kehamilan pertama. Saat hamil anak pertama ini, ibu penderita berusia 23 tahun.
Selama hamil, ibu penderita rutin melakukan kontrol kehamilan di bidan setiap
bulan. Selama hamil, ibu pasien pernah memeriksakan kandungannya di dokter
21
spesialis kandungan selama 2 kali. Dalam masa kehamilan juga pernah di USG
pada usia kehamilan 7 bulan dan dikatakan jenis kelaminnya perempuan. Ibu
penderita biasanya mengonsumsi makanan sesuai dengan apa yang bisa ia
sediakan untuk keluarga dan dirinya sendiri. Saat hamil ia juga tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, jamu, alkohol atau merokok. Ibu penderita tidak
pernah mengalami sakit maupun kecelakaan (trauma) selama masa kehamilannya.
Selama kehamilan ibu penderita tetap bekerja seperti biasa di kantor travel yang
letaknya dekat dengan rumah.
Riwayat persalinan
Penderita dilahirkan di RS secara spontan dengan usia kehamilan 9 bulan,
saat dilahirkan penderita langsung menangis dengan berat badan lahir 3300 gram,
panjang badan 43 cm, anus (+). Penderita dirawat selama 2 hari sebelum
diperbolehkan pulang.
Riwayat imunisasi
Penderita dikatakan sudah mendapat beberapa imunisasi, seperti:
Hepatitis B sebanyak 3 kali
BCG 1 kali
Polio sebanyak 3 kali
DPT sebanyak 3 kali
Riwayat nutrisi
Ibu penderita memberikan ASI eksklusif hanya sampai usia 1 bulan. ASI
eksklusif dihentikan oleh ibu pasien karena saat itu Ibu pasien menderita demam
tifoid. Mulai usia 1 bulan setelah ibunya sakit demam tifoid, pasien mulai
diberikan susu formula. Disamping itu, penderita juga diberikan bubur susu sejak
umur 4 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari. Makanan tambahan seperti biskuit,
dan pisang diberikan diberikan sejak usia 6 bulan secara selang-seling
Riwayat Tumbuh Kembang
Personal Sosial
22
- Melambaikan Tangan (Da-da) : 8 bulan
- Menyatakan Keinginan : 8 bulan
- Tepuk Tangan : 7 bulan
- Berusaha meraih makanan : 4 bulan
Motorik Halus
- Mengambil 2 kubus : 7 bulan
- Memindahkan kubus ke tangan lain : 7 bulan
- Meraup manik-manik : 7 bulan
Bahasa
- Papa Mama berpengertian : 7 bulan
- Mengoceh : 7 bulan
- Kombinasi 2 suku kata yang sama : 7 bulan
- Papa Mama Asal bunyi : 6 bulan
Motorik Kasar
- Bangun duduk sendiri : 7 bulan
- Bangkit sendiri untuk berdiri : 7 bulan
- Berdiri dengan pegangan : 7 bulan
- Duduk tanpa ditopang : 5 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan pasien termasuk baik untuk anak
seusianya. Berdasarkan pemeriksaan Denver II didapatkan :
Personal sosial = normal
Motorik halus = normal
Bahasa = normal
Motorik kasar = normal
Interpretasi Denver II pada pasien ini adalah normal
Riwayat pribadi dan sosial
Penderita merupakan anak pertama di keluarganya. Ayah penderita
merupakan seorang wiraswasta yang bergerak di bidang desain grafis. Ayah
penderita mengaku mendapat penghasilan sekitar 1.500.000. Ibu penderita saat ini
bekerja di salah satu travel yang terletak di Ubud. Ibu penderita mengaku
mendapat penghasilan sekitar 1.000.000. Penghasilan dari Ayah dan Ibu penderita
23
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga, terutama kebutuhan
pangannya. Ayah penderita lulusan D3 desain grafis dan Ibu penderita lulus D3
pariwasata. Orang tua pasien mengaku menikah muda dimana saat menikah usia
Ibu penderita adah 21 tahun sedangkan ayah pasien berusia 24 tahun
4.3 Pemeriksaan fisik
Status Present
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
N : 140 kali/ menit, reguler, teraba kuat.
RR : 40 kali/ menit, reguler.
T ax. : 36,2 C
BB : 8,1 kg
PB : 70,2 cm
BBI : 8 kg
Lingkar Kepala : 43 cm
LLA : 13 cm
Status gizi
1. Waterlow : (BB/BBI) x 100% = 101,25% ~ gizi baik
2. Z score (bb/tb) : 0.96 SD terletak antara – 2 SD dan + 2 S D
(kriteria normal)
WHO Antro :
Berat badan menurut umur : Z score 0,16 (normal)
Panjang badan menurut umur : Z score 0,62 (normal)
Berat badan menurut tinggi badan : Z score -0,14 (normal)
Interpretasi WHO antro untuk penderita tersebut adalah gizi baik
3. Lingkar kepala menurut Kurva Nellhaus terletak di antara -2 SD dan +2
SD kriteria normocepali
Status generalis
Kepala : normocepali
24
Mata : konjungtiva pucat (-) , ikterus (-) , RP +/+ isokor
THT :
Telinga : sekret (-)
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-), cyanosis (-)
Tenggorok : faring: Hiperemis (-)
tonsil: T1/T1 Hiperemis (-)
Lidah : kotor (-) sianosis (-)
Bibir : mukosa basah (+)
Leher : pembesaran kelenjar (-)
Thoraks :
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler mur-mur (-)
Paru-paru
Inspeksi : bentuk torak simetris, gerakan dada simetris,
retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Auskultasi : broncho vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Aksila : pembesaran kelenjar (-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Turgor kembali normal
Genitalia : tidak ada kelainan
Inguinal : pembesaran kelenjar (-)
Ekstremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-) CRT < 2 detik
Status Pubertas: Perempuan: M1P1
4.4 Diagnosis klinis
25
Post pneumonia berat dengan wheezing + Anemia hipokromik mikrositer
e.c Anemia defisiensi besi dd/penyakit kronis
4.5 Keadaan Lingkungan Rumah
Penderita tinggal di sebuah rumah yang ditempati oleh 4 KK dimana
masing-masing KK memiliki bangunan tersendiri. Pasien tinggal bersama kedua
orang tuanya, dengan susunan seperti pada gambar 3.1.
Gambar 1. Denah Rumah
26
Bangunan 3
Rumah pasien
Bangunan 2
Bangunan 1
Bale
Pintu depan
Kamar mandi
TEMPAT TIDUR
Teras
Ruang keluarga
Dapur
Gambar 2. Situasi lingkungan rumah penderita
4.6 Analisa Kasus
4.6.1 Kebutuhan dasar anak
Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)
1. Kebutuhan pangan/gizi
Orang tua penderita menyatakan bahwa mereka selalu mengusahakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan penderita. Karena penderita saat ini
mengkonsumsi susu formula dan bubur susu, orang tua selalu berusaha untuk
mencukupi kebutuhan penderita.
Analisis gizi :
Asupan : 100 cc setiap 2 jam 1200 cc per hari
Kebutuhan kalori : 110-120 kkal/kgBB/hari
110-120 kkal x 7,6 kg = 836 – 912 kkal
Kebutuhan cairan : 140-150 ml/kgBB/hari
140-150 ml x 7,6 kg = 1064 – 1140 ml
Asupan gizi yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan yang diperlukan.
2. Sandang
Keperluan sandang kurang dianggap sebagai prioritas dalam keluarga, namun
cukup diperhatikan. Mereka membeli pakaian baru saat ada uang lebih atau
saat hari raya. Namun dari pengamatan, kebersihan dari pakaian penderita
dan keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian anak dan
anggota keluarga lainnya setiap hari.
3. Papan
Penderita tinggal di Jalan Sugriwa No. 20 Padang Tegal Ubud. Rumah ini
merupakan rumah kontrakan, yang baru ditempatinya sejak 5 tahun yang lalu.
Rumah tersebut dihuni oleh keluarga inti penderita. Penderita dan orang
tuanya tidur sekamar yang berukuran 4 x 3,5 meter, dengan dinding semen
bercat, lantai dari keramik, dan ventilasi dengan 1 jendela yang menghadap
27
ke ruang keluarga sehingga menyebabkan kamar menjadi gelap karena sinar
matahari tidak masuk ke kamar dan pengap karena sirkulasi udara yang tidak
lancar ditambah pintu yang lebih sering ditutup. Rumah keluarga tersebut
hanya memiliki satu kamar mandi dan WC serta pemakaiannya secara
bersama-sama. Kondisi kamar mandi terkesan banyak cucian yang
menumpuk, dan tidak bersih. Sumber air didapatkan dari PDAM. Lingkungan
rumah keluarga cukup tertata rapi dan bersih.
4. Perawatan kesehatan
Keluarga penderita merupakan keluarga yang mempercayakan kesehatannya
kepada paramedis. Bapak penderita menyebutkan bahwa apabila ada keluhan
sakit dari anaknya maka akan langsung dibawa ke puskesmas ataupun ke
rumah sakit. ASI diberikan oleh ibunya hanya sampai pasien berusia 1 bulan.
Sehingga ibu memberikan susu formula untuk anaknya, atas anjuran dari
dokter atau bidan. Penimbangan berat badan penderita masih tetap rutin
dilakukan oleh bapaknya di puskesmas Perawatan kesehatan bagi penderita
merupakan suatu prioritas dalam keluarga, kepercayaan perawatan kesehatan
diberikan kepada paramedis dan bukan alternatif.
5. Waktu bersama keluarga
Ibu penderita bekerja sebagai pegawai swasta pada salah satu agen travel,
sedangkan ayahnya bekerja sebagai wiraswasta sebagai design grafis, bekerja
dari jam 08.00-17.00. Ayah penderita sering meluangkan waktu bersama
penderita sepulang dari bekerja.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Orang tua penderita terlihat menyayangi penderita, terlihat dengan
kedekatan penderita dengan orang tuanya saat kunjungan. Ibu lebih berperanan
dalam hal perawatan dan pengawasan penderita sehari-harinya. Walaupun
penderita tidak mendapat ASI dari ibunya, namun hubungan antara penderita
demgan ibunya tetap terjalin erat dan ibu tetap memberikan perhatian dengan
28
selalu berusaha memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai dengan yang dianjurkan
oleh dokter.
Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Sehari-hari penderita menghabiskan waktunya di rumah. Ibu penderita
jarang sekali mengajaknya untuk keluar rumah. Penderita juga lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk tidur. Penderita lebih sering diasuh oleh ibunya.
Bila penderita sedang diasuh/digendong orang lain, penderita tidak rewel.
Hubungan penderita dengan orang tua cukup dekat. Dari segi stimulasi,
permainan edukatif untuk penderita masih kurang karena ketidaktahuan ibu
mengenai pentingnya stimulasi pada umur ini karena nantinya dapat
mempengaruhi personal sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasanya.
Perkembangan penderita secara umum baik.
4.6.2 Analisis Bio-Psiko-Sosial
Biologis
Saat ini pada penderita tidak ditemukan keluhan sesak ataupun keluhan
lainnya. Namun jika dilihat dari kurva CDC, tinggi berbanding umur dan berat
berbanding umur, keduanya memperlihatkan bahwa penderita berada dalam
keadaan normal jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Psikologis
Kedua orang tuanya memberikan perhatian yang cukup terhadap penderita
terutama masalah kesehatannya. Kedua orang tuanya secara sabar dan rutin selalu
menjaga interaksi dengan penderita, yaitu dengan mengajaknya bermain,
berbicara, dan tidur bersama. Ibu penderita begitu begitu sabar dalam meluangkan
waktu untuk merawat penderita.
Sosial
29
Aktivitas penderita selama ini sangat dipengaruhi oleh penyakit yang
dideritanya. Karena umurnya yang masih kecil, penderita menjadi rewel bila
keluhan sesak, batuk atau pilek muncul. Walaupun demikian, penderita mau
diasuh oleh anggota keluarga lain selain kedua orang tuanya dan tidak rewel.
Lingkungan rumah
Penderita tinggal di sebuah rumah keluarga yang sudah ditempati ayah
penderita sejak kecil.. Penderita dan orang tuanya tidur sekamar yang berukuran 4
x 3,5 meter, dengan dinding semen bercat dan lantai dari keramik. Ventilasi
kamar hanya berasal dari 1 jendela yang menghadap keruang keluarga yang
menyebabkan kamar menjadi gelap karena sinar matahari tidak langsung masuk
ke dalam kamar. Sirkulasi udara yang tidak lancar ditambah pintu yang lebih
sering ditutup membuat kamar menjadi pengap. Sumber air didapatkan dari
PDAM. Lingkungan rumah keluarga cukup tertata rapi dan bersih.
4.7 KIE
Asuh
Memberikan penjelasan pada orang tua penderita untuk selalu menjaga
kesehatan terutama gizi penderita dengan selalu berusaha memberikan
asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
Menyarankan pada keluarga penderita untuk rutin kontrol ke
poliklinik baik ke poliklinik tumbuh kembang ataupun poliklinik anak
untuk mencegah terjadinya pneumonia berulang dan memantau
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami penderita.
Asah
Memberikan informasi kepada orang tua untuk aktif menstimulasi anaknya
misalnya dengan menelungkupkan badan dan meletakkan mainan di depan
penderita sehingga penderita terangsang untuk menegakkan kepalanya.
Asih
30
Memberikan penjelasan tentang pentingnya hubungan erat antara
penderita dengan orang tua dan keluarga besar yang lain pada tahun
pertama kehidupan.
31
BAB IV
SIMPULAN
Adapun simpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Kondisi kesehatan pasien semenjak dari rumah sakit sudah membaik, tidak
ada sesak, demam, maupun keluhan lain seperti yang dikeluhkan
sebelumnya. Makan, minum, dan aktivitas dikatakan sudah seperti
sebelum sakitnya terjadi.
2. Berdasarkan skrining dengan Denver II, sampai saat pemeriksaan pasien
memiliki riwayat perkembangan yang normal pada aspek personal sosial,
motorik halus, motorik kasar, dan bahasa
3. Kebutuhan gizi dari pasien sudah terpenuhi dengan baik dan sudah sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan dan hal ini diperkuat dengan status gizi
pasien yang didapatkan dalam rentang yang cukup. Keperluan sandang
belum menjadi prioritas tetapi kebersihannya masih tetap diperhatikan.
Keadaan ventilasi dari tempat tinggal pasien dirasakan tidak baik dan
menyebabkan ruangan tampak gelap dan pengap.
4. Kebutuhan emosi dari pasien terpenuhi dengan baik, orang tua pasien
terlihat sudah memberikan perhatiannya secara cukup. Kebutuhan
stimulasi pasien dinilai kurang dan hal ini terjadi akibat ketidaktahuan Ibu
mengenai pentingnya stimulasi pada periode umur ini.
5. Berdasarkan analisis bio-psiko-sosial tidak ditemukan permasalahan yang
berarti. Penyakit yang dialami oleh pasien dirasakan sangat mempengaruhi
aktivitas pasien tetapi tidak mengganggu interaksi pasien dengan keluarga
yang merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004
32
2. Suraatmaja S, Soetjiningsih. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak RSUP Sanglah Denpasar. Cetakan II. Denpasar: Lab/SMF ILmu
Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Sanglah; 2000
3. Chernick V, Boat TF, Edwin L. Disorders of The Respiratory Tract in
Children. 6th ed. USA: WB Saunders Company; 1998; p.473-483
4. Suwendra P. Beberapa Penyakit Respirasi Akut Pada Anak. Dalam: Penyakit
Infeksi dan Pediatri Social. Denpasar: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Udayana; 1981
5. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson. Pneumonia. Dalam: Nelson Textbook of
Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2002 p.1415-1417
6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Pneumonia. Dalam: Buku Kuliah 3: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1985. hal 1229-1234
7. Atkuri LV, King BR. Pediatrics Pneumonia. Available:
http://www.emedicine.com (Accessed: 2013, Desember 31)
33
LAMPIRANDokumentasi
34
35