PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
-
Upload
anggi-prasetyo -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
1/17
1
1. Memahami dan menjelaskan Asma1.1.Definisi
Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas
dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda.
Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-paru dan
mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi.
Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan
napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru-paru.
Asma juga ditandai dengan meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap rangsangan dengan manifestasi nya dapat berubah secara spontan
maupun hasil pengobatan.
Dengan demikian, asma adalah kelainan inflamasi dengan ciri adanya
obstruksialiran napas, hipersensitivitas bronchial dan terdapat inflamasi.
Inflamasi kronis pada bronkus tersebut berhubungan dengan
hiperresponsif darisaluran pernafasan yang menyebabkan episode
wheezing, apneu, sesak nafas danbatuk-batuk terutama pada malam hari
atau awal pagi.
1.2.EpidemiologiPrevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 81% pada anak dan 3-
5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50% .
Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003),
prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000
anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa >18 tahun, 38 per 1000
(jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih
banyak daripada lelaki. WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000
kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000)
terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi (Dahlan,
1998; Kartasasmita,2008). Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan
obstruksi paru 2/1000.
Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner
International Study of Asthma andAllergies in Childhood (ISAAC),
didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulanterakhir/recent asthma)
6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.
1.3.EtiologiSampai pada saat ini etiologi asma masih belum jelas diketahui secara
pasti,namun ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial (Tanjung, 2003; Muttaqin,
2008).
a. Faktor predisposisi
GenetikDimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
2/17
2
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
AlergenDimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasanex: debu (Dermatophagoides pteronissynus), bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulutex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulitex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
StressStress / gangguan emosi bukan penyebab asma namun dapat
menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress /
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerjaMempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Obat-obatanBeberapa klien asma bronkhial sensitif atau alergi terhadap obat
tertentu seperti pennisilin, salisilat, beta blocker dan kodein.
1.4.KlasifikasiBerdasarkan Etiologi
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
3/17
3
a. A
Asma Ekstrinsik (Atopik)Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut (Bunner & Suddart,
2002;Somantri, 2008):
- Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan
dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
- Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehidupan,
85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun
-Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa
puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda
- Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat ringannya
gejala yang timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai
dengan gejala yang lebih berat, maka prognosis menjadi jelek.
- Perubahan alamiah terjadi karena adanya kelainan dari kekebalan
tubuh pada IgE yang timbul terutama pada awal kehidupan dan
cenderung berkurang di kemudian hari
- Asma bentuk ini memberikan tes kulit yang positif
- Dalam darah menunjukkan kenaikan kadar IgE spesifik
- Ada riwayat keluarga yang menderita asma
- Terhadap pengobatan memberikan respon yang cepat
Intrinsik/ idiopatik ( non alergik)Sifat dari asma intrinsik (Bunner & Suddart; 2002, Somantri 2008):
- Alergen pencetus sukar ditentukan
- Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit
memberi hasil negatif
- Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi asma
dicetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-
beda
-Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di
atas 30 tahun dan disebut juga late onset asma
- Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan
seringkali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa disertai
kortikosteroid.
Asma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
4/17
4
Berdasarkan Derajat Frekuensi
1.1.PatofisiologiAsma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yangmenyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksidengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
5/17
5
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme ototpolosbronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
1.5. Manifestasi KlinisGejala yang biasanya timbul berhubungan dengan beratnya
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan napas dapat reversible secara
spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain
(Mansjoer, 2002):
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa
stetoskopb. Batuk produktif sering pada malam hari
c. Napas atau dada seperti ditekan
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari. Namun, biasanya pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat
serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk
dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan
bekerja dengan keras (Mansjoer, 2002; Tanjung, 2003).
Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul
makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan
asma seringkali terjadi pada malam hari (Tanjung, 2003).
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1) Tingkat I :a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan
fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupundengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2) Tingkat II :a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.b Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
6/17
6
3) Tingkat III :a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi
wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda
obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran,
penderita tampak letih, takikardi.
1.7. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan konsep B6, pemeriksaan fisik untuk asma secara spesifik
mencakup(Muttaqin, 2008):
B1 (Breathing)
o InspeksiPada klien terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksidada terutama melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya
peningkatan diameter antero posterior, retraksi otot-otot
intercostalis, sifat dan irama pernapasan dan frekuensi napas.o Palpasi
Pada palpasi biasanya amati kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus
normal
o PerkusiPada perkusi didapatkan suara normal sama hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
o AuskultasiTerdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebihdari 4 detik atau 3 kali ekspirasi, dengan bunyi tambahan napas
tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
B2 (Blood)
Monitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan CRT.
B3 (Brain)
Diperlukan pemeriksaan GCS untuk penentuan status kesadaran
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
7/17
7
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berkaitan intake cairan. Ada tidaknya oliguria
sebagai tanda awal gejala syok.
B5 (Bowel)
Perlu dikaji bentuk, turgor, nyeri dan tanda-tnada infeksi yang dapat
merangsang serangan asma. Pengkajian status nutrisi meliputi jumlah, frekuensi
dan kesulitan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena pada pasien sesak napas
terjadi kekurangan. Hal ini terjadi karena dispnea saat makan dan kecemasan
klien.
B6 (Bone)
Adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas
karena merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji permukaankasar,kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembaban, besisik, pruritis,
eksim dan adanya bekas dermatitis. Pada rambut kaji kelembaban dan kusam.
Adanya wheezing, sesak danortopnea saat istirahat. Pola aktivitas olahraga,
pekerjaan dan aktivitas lainnya.
Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan radiologiGambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun.
o Pemeriksaan laboratoriuma. Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma berat
karena hanya reaksi serangan beratlah menyebabkan transudasi dari
edema mukosa lalu terlepaslah sekelompok sel epitel dari
perlekatannya. Pewarnaa gram penting untuk melihat adanya bakteri
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap antibiotik. Spurum eosinofil
sangat karakteristik untuk asma dengan adanya cristal Charcot Leyden
dan Spiral Curschman melihat adanya Asperigillus fumigatus.
b. Analisa Gas Darah
Hanya dilakukan pasa asma berat karena terdapat hiposekmia,
hiperkapnea dan asidosis respiratorik. Pada fase awal serangan terjadi
hipokapnea dan hiposekmia (PaCO2< 35 mmHg) kemudian pada
stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal hingga
normokapnea. Lalu diikuti selanjutnya hiperkapnea (PaCO2
45mmHg).
c. Pemeriksaan Eosinofil Total
Sel eosinofil pada status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3
baik asma intrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung eosinofilnormal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai fungsi paru
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
8/17
8
serta penurunan hitung sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah
tepat. Juga dapat sebagai patokan penggunaan kortikosteroid.
d . Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia
o Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanyainfeksi. SGOT dan SPGT meningkat disebabkan keruskan hati akibat
hipoksia atau hiperkapnea Pengukuran fungsi paru (Spirometer)
Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih
dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
o Tes provokasi bronkusTes ini dilakukan pada spirometer internal. Penurunan FEV sebesar 20%
ataulebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari
maksimum dapat bermakan bila menimbulkan penurunan PEFR 10%
atau lebih.
o Pemeriksaaan kulitUntuk menunjukkan adanya antibodi IgE spefisik dalam tubuh. Uji ini
penting karena uji alergen positif tidak selalu menjadi penyebab asma.
1.8.Tatalaksana Penatalaksanaan Asma pada Semua Tingkat Usia
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
e. Menghindari efek samping obat
f. Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversible
g. Mencegah kematian karena asma
h. Khusus anak, untuk mempertahakan potensi sesuai tumbuh kembangnya
Penatalaksanaan medis untuk asma dibagi menjadi dua, yaitu:
- Pengobatan Nonfarmakologi
a.Memberikan penyuluhan
b.Menghindari faktor pencetus
c.Pemberian cairan
d.Fisiotherapy
- Pengobatan Farmakologi
Obat-obat pengontrol adalah obat-obat yang diberikan tiap hari untuk
jangka lama untuk mengontrol asma persisten. Dewasa ini pengontrol yang
paling efektif adalah kortikosteroid inhalasi. Obat-obat pelega adalah yang
bekerja cepat untuk menghilangkan konstriksi bronkus beserta keluhan-
keluhan yang menyertainya.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
9/17
9
Selain pengobatan jangkah panjang, terdapat pula pengobatan ekserbasi
(serangan asma). Eksaserbasi (serangan) asma adalah memburuknya gejala
asma secara cepat berupa bertambahnya sesak nafas, batuk mengi atau
berat di dada atau kombinasi dari gejal-gejala ini. Pengobatan Eksaserbasi
pada penderita asma dapat dilakukan dengan pengobatan-pengobatan
berikut: a.Pengobatan di Rumah
Bronkodilator :
-Untuk serangan ringan dan sedang :
Inhalasi agonis beta 2 aksi singkat 2 - 4 semprot tiap 20 menit dalam satu
jam pertama .
-Sebagai alternatif :
Inhalasi antikolinergik ( Ipratropium Bromida ), agonis beta 2 oral atau
teofilin aksi singkat. Teofilin jangan dipakai sebagai pelega, jika penderita
sudah memakai teofilin lepas lambat sebagai pengontrol. Dosis agonis beta2
aksi singkat dapat ditingkatkan sampai 4 - 10 semprot .
Kortikosteroid :
Jika respon terhadap agonis beta 2 tidak segera terlihat atau tidak bertahan(
umpamanya APE lebih dari 80 % perkiraan / nilai terbaik pribadi) setelah 1
jam, tambahkan kortikosteroid oral a.l prednisolon 0,5 - 1 mg/ kg BB.
Dibutuhkan beberapa hari sampai keluhan menghilang dan fungsi paru
kembali mendekati normal . Untuk itu pengobatan serangan ini tetap
dipertahankan di rumah.
b.Pengobatan di Rumah Sakit
Pemberian oksigen:
Oksigen diberikan 4-6 L/menit untuk mendapatkan saturasi O2 90% atau
lebih.
Agonis beta-2:
Agonis beta-2 aksi singkat biasanya diberikan secara nebulasi setiap 20
menit selama satu jam pertama (salbutamol 5 mg atau fenoterol 2,5
mg,tarbutalin 10 mg). Nebulasi bisa dengan oksigen atau udara. Pemberian
secara parenteral agonis beta-2 dapat dilakukan bila pemberian secara
nebulasi tidak memberikan hasil. Pemberian bisa secara intramuskuler,
subkutan atau intravena. Adrenalin (epinefrin ) Obat ini dapat diberikan
secara intramuskuler atau subkutan bila:
- Agonis beta 2 tidak tersedia- Tidak ada respon terhadap agonis beta 2 inhalasi.Bronkodilator tambahan:
Kombinasi agonis beta-2 dengan antikolinergik (Ipratropium Bromida)
memberikan efek bronkodilator yang lebih baik dari pada diberikan sendiri
sendiri. Obat ini diberikan sebelum mempertimbangkan aminofilin.
Mengenai aminofilin dalam mengatasi serangan ini masih ada kontroversi.
Walaupun ada manfaatnya, akan tetapi aminofilin intravena tidak
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
10/17
10
dianjurkan dalam 4 jam pertama pada penanganan serangan asma.
Aminofilin intravena dengan dosis 6 mg per kgBB diberikan secara pelan (
dalam 10 menit ) diberikan pada penderita asma akut berat yang perlu
perawatan dirumah sakit, bila penderita tidak mendapat teofilin dalam 48
jam sebelumnya.
Kortikosteroid:
Kortikosteroid sistemik dapat mempercepat penyembuhan serangan yang
refrakter
terhadap obat bronkodilator. Pemberian secara oral sama efektifnya dengan
intra vena dan lebih disukai karena lebih gampang dan lebih murah.
Kortikosteroid baru memberikan efek minimal setelah 4 jam. Kortikosteroid
diberikan bila:
- Serangan sedang dan berat.- Inhalasi agonis beta-2 tidak memperlihatkan perbaikan atau:- Serangan timbul walaupun penderita telah mendapat kortikosteroid oral
jangka panjang.
1.9.Komplikasi1. Pneumothoraks2.
Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
3. Atelektaksis4. Aspergilosis bronkopulmonal alergik5. Gagal nafas6. Bronkhitis7. Fraktur iga
1.10. PencegahanPencegahan serangan asma yang paling penting adalah menghindari faktorpencetusnya. Faktor-faktor pencetus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alergen, Faktor alergi mempunyai pengaruh asma. Bayi dan anak kecil sering
berhubungan dengan barang-barang yang mengandung debu dirumah seperti tungau,
serpih atau bulu binatang, spora jamur yang ada didalam rumah, dll. Atau bisa jugadisebabkan oleh makanan tertentu. Untuk mengetahui lebih jelas jenis alergi bisa
dilakukan uji alergi kulit di rumah sakit.
2. Infeksi, Infeksi pada bayi dan anak biasanya disebabkan oleh virus. Akan tetapiterkadang juga bisa karena bakteri, jamur atau parasit.
3. Iritan, Iritan bisa berupa hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipanya,
bau tajam dari cat dan polutan udara yang berbahaya lainnya. Udara dingin, udarakering dan air dingin juga merupakan pencetus asma.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
11/17
11
4. Cuaca, Perubahan tekanan dan suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkandengan percepatan dan terjadinya serangan asma.
5. Kegiatan Jasmani, Kegiatan jasmani yang berat seperti lari dan naik sepeda dapat
menimbulkan serangan asma. Tertawa dan menangis keras bisa juga menjadi faktor
pencetus asma.
6. Infeksi saluran pernapasan bagian atas.
7. Psikis, Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan. Tidak
adanya perhatian atau tidak mau mengakui permasalahan yang berhubungan denganasma, baik oleh anak sendiri maupun oleh keluarganya, akan memperlambat atau
bahkan menghambat usaha-usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut pada serangan
asma juga dapat memperberat serangan asma.
1.11. PrognosisAsma adalah penyakit kronis yang membutuhkan pemeliharaan. Faktor resiko
kematian akibat asma adalah kepatuhan terhadap terapi yang buruk, perawatan di
unit terapi intensif, dan perawatan dirumah sakit walaupun diberi steroid.
2. Memahami dan menjelaskan Status Asthmaticus2.1. Definisi
Status asmatikus merupakan suatu eksasebasi akut dari asma yang tidakberespons terhadap pengobatan awal dengan bronkodilator. Status asmatikus
bervariasi dari yang ringan sampai ke yang berat, yaitu bronkospasme, inflamasisalur pernafasan,dan sumbatan oleh mukus yang menyebabkan gangguan
pernafasan; retensikarbon dioksida; hipoksemia; dan gagal nafas. Tanda klinis yang
biasa adalah wheezing persisten dengan retraksi. Tapi, tidak semua anak-anakdengan asma berat ada wheezing , sebagian dari mereka mungkin hanya menderita
batuk, dyspnea, atau muntah. Atau dalam arti lain, tidak semua pasien dengan
wheezing menderita asma; mereka mungkin menderita salah satu dari macam-
macam penyebab yang bisa menyebabkan obstruksi salur pernafasan.
2.2. Epidemiologi
Di seluruh dunia, insidensi terjadinya asma diperkirakan ada kurang lebih 20
juta kasus, di mana 15% dari angka tersebut terjadi pada anak-anak. Peningkataninsidens kasus asma di seluruh dunia adalah akibat dari polusi dan industrialisasi.
Dari hipotesis higienis, perbaikan dalam imunisasi dan kesehatan masyarakatakan berkontribusi dalam peningkatan insidens kasus asma. Angka mortalitas untuk
asma telah meningkat mendadak. Dari tahun 1993-1995, angka rata-rata kematian
menurut umur karena asma telah meningkat sebanyak 40%.
Pada bayi, asma pada laki-laki lebih parah dari perempuan. Pada anak-anak yanglebih tua, keparahan dan insidensi asma kurang lebih sama banyak pada laki-lakidan perempuan. Tapi pada dewasa, insidens asma lebih banyak pada wanita. Anak-
anak yang menderita asma pada tahun pertama setelah kelahiran dan pada umur 9-16 tahun akan cenderung untuk menderita asma yang lebih parah.
2.3. Etiologi
Asma terjadi akibat sejumlah faktor, termasuklah faktor predisposisi genetik, dan faktorlingkungan.
Alergen inhalasi (biasanya pada pasien dengan riwayat atopi)
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
12/17
12
Infeksi virus Polusi udara (debu, asap rokok, sisa industry) Medikasi (beta-blocker, aspirin, NSAID) Gastroesophageal reflux disease (dari suatu penelitian refluks dari isi lambung,
teraspirasi atau tidak, bisa menginduksi asma pada anak-anak dan dewasa yang
beresiko) Suhu dingin Latihan atau olahraga
2.4. Klasifikasi
2.5. Patofisiologi
Terpaparnya seseorang yang beresiko terhadap alergen atau rangsanganmenyebabkan
suatu reaksi inflamasi dari salur pernafasan, yaitu terjadinya degranulasi sel mast,
pelepasan mediator inflamasi, infiltrasi dari eosinofil dan limfosit T yang teraktivasi.
Sebagai mediator inflamasi bisa terlibat
termasuklah interleukin (IL)-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-8, IL-10, dan IL-13; leukotriene; dan
granulocyte-macrofage colony-stimulating factors (GM-CSFs). Ini semua akhirnyaakanmerangsang lagi sel mast, netrofil dan eosinofil.
Gambar: Presentasi antigen oleh sel dendritik, dengan respons limfosit dan sitokinyang
akhirnya menyebabkan inflamasi salur pernafasan dan simptoms asma.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
13/17
13
Secara fisiologis, asma akut terdiri dari 2 komponen, yaitu respons bronkospastik awal(early bronchospastic response); dan respons inflamasi akhir (later inflammatory
response).
Early bronchospastic response
Dalam beberapa menit setelah terpapar alergen, terjadi degranulasi sel mastsambil terjadinya pelepasan mediator inflamasi, termasuk histamin, prostaglandinD2,leukotriene C4. Semua bahan ini akan menyebabkan kontraksi dari otot salur
pernafasan, peningkatan permeabilitas kapiler, sekresi mukus, dan aktivasi refleksneuronal. Fase ini ditandai dengan terjadinya bronkokonstriksi yang biasanya bisa
diobati dengan bronkodilator, seperti agen beta-2-agonis.
Later inflammatory response
Terjadinya pelepasan mediator inflamasi akibat menempelnya adhesion molecules di
epitelium salur pernafasan dan endotel kapiler. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil,
netrofil, dan basofil akan berhubungan dengan epitelium dan endothelium dan akhirnya
akan bermigrasi ke jaringan salur pernafasan. Eosinofil akan melepaskan eosinophilic
cationic protein (ECP) dan major basic protein (MBP). Kedua ECP danMBP akan
menginduksi deskuamasi dari epitelium saluran pernafasan dan akan menyebabkan
terpaparnya ujung-ujung saraf. Proses ini akan menginduksi
lebih banyak terjadinya hiper respons pada asma.Bronkospasme, sumbatan mukus, dan edema pada salur pernafasan perifer
menyebabkan peningkatan resistensi salur pernafasan dan obstruksi. Udara yang
terperangkap akan mengakibatkan hiperinflasi paru, ventilation/perfusion mismatch(V/Q mismatch), dan meningkatnya dead space ventilation. Paru akan mengembang
pada saat hampir akhir inspirasi pada akhir kurva compliance pulmonal, dengancompliance yang menurun dan kerja untuk bernafas yang meningkat. Meningkatnya
tekanan pleural dan intra-alveolar akibat dari obstruksi dan hiperinflasi, bersama
dengan tekanan mekanis dari alveolus yang terdistensi, akan mengakibatkan
penurunan perfusi alveolus. Kombinasi dari atelektasis dan penurunan perfusi alveolusmenyebabkan V/Q mismatch dalam unit paru. V/Q mismatch dan hipoksemia yang
terjadi mengakibatkan peningkatan dalam minute ventilation.
Dalam fase awal asma akut, hiperventilasi bisa mengakibatkan alkalosis
repiratorik. Ini karena unit paru yang terobstruksi secara relative jumlahnya lebihsedikit berbanding unit paru yang tidak terobstruksi. Hiperventilasi mengakibatkan
terjadinya pembuangan karbon dioksida melalui unit paru tidak terobstruksi.Tapi,semakin lama jumlah unit paru yang terobstruksi menjadi lebih banyak, dan iniakan mengakibatkan penurunan kemampuan pembuangan karbon dioksida di paru,
yang akhirnya akan menyebabkan terjadinya hiperkarbia.
2.6. Manifestasi Klinis
1. Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten dan wheezing pada
waktu inspirasi, lebih sering terutama pada malam hari.2. Batuk-batuk dengan lendir yang lengket : kesulitan pada ekspektoransi
3. Gelisah, usaha bernafas dengan keras.
4. Bernafas melalui sela-sela bibir
5. Sianosis6. Takipnea
7. Nadi cepat
2.7. DiagnosisPemeriksaan fisik
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
14/17
14
Pemeriksaan awal dilakukan untuk menentukan kondisi pasien dan mencari resikountuk terjadinya gagal nafas. Episode akut asma bisa bermula dengan simptom yang
ringan seperti dyspnea. Dengan obstruksi salur pernafasan yang semakin memburuk,
respiratory distress, termasuk retraksi, penggunaan otot abdomen sewaktu ekspirasi,
dan tidak bisa berbicara satu atau dua kata bisa ditemukan. V/Qmismatch
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen dan hipoksia. Tanda vital bisa menunjukkantakikardia dan hipertensi. Peak flow rate haruslah diperiksa sebagai tanda vital padaanak-anak yang kooperatif. Jika tidak diberi pengobatan, obstruksi salur nafas yang
lama dan usaha untuk bernafas yang meningkat bisa menyebabkan bradikardia,hipoventilasi, dan cardiorespiratory arrest.
Pemeriksaan umum
Takikardia dan takipnea, tekanan darah mungkin meningkat. Pasien denganeksaserbasi ringan terjadi hipoksia dan penurunan saturasi oksigen. Faseekspirasi memanjang dengan wheezing bisa ditemukan.
Anak dengan status asmatikus bisa dehidrasi karena asupan makanan atauminuman buruk, muntah, dan usaha untuk bernafas yangmeningkat.
Retraksi interkostal, subkostal, penggunaan otot abdomen bisa dilihat Pasien dengan asma sedang sampai berat biasanya tidak bisa berbicara dengan
ayat penuh.
Tingkat kesadaran bervariasi dari sadar penuh sampai koma. Jika hipoksemia
memburuk, pasien yang letargi menjadi agitasi. Dengan meningkatnya obstruksi pada
unit paru,
hipoksemia memburuk lalu hiperkarbia terjadi. Kedua hipoksemia danhiperkarbia bisa mengakibatkan kejang dan koma, dan merupakan tanda akhir
dari respiratory compromise.
Pemeriksaan sistem respiratorik
Wheezing, terjadi akibat udara melalui salur pernafasan yang menyempit akibatobstruksi. Terjadi sewaktu ekspirasi, karena turbulensi udara.
Pada auskultasi selalu ditemukan wheezing bilateral pada ekspirasi.Suara nafasinspirasi bisa normal, berkurang atau tidak ada tergantung keparahan penyakit.
Silent chest bisa ditemukan pada pasien yangsudah terjadi impendingrespiratory failure, di mana sudah terjadi obstruksi yang berat atau terlalu lelah
untuk menghasilkan wheezing.
Jika tension pneumothorax terjadi, tanda deviasi trakea ke arah berlawanan,menghilang atau menurunnya suara nafas pada bagian yang abnormal,
pergeseran lokasi bunyi jantung dan hipotensi bisa ditemukan. Pada pasien status asmatikus sedang sampai berat, penggunaan otot abdomen
bisa mengakibatkan sakit abdomen.
DIAGNOSIS BANDING
Benda asing di salur pernafasan Sindrom aspiraasi Bronkiektasis Cystic fibrosis Congestive Heart Failure Cedera inhalasi Limfadenopati Infeksi RSV
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
15/17
15
TrakeomalasiaPEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemilihan jenis pemeriksaan tergantung dari data riwayat penyakit dan kondisi
pasien. Pulse oximetry memberikan evaluasi saturasi oksigen, yang sangat penting
karena penyebab kematian utama pada status asmatikus adalah hipoksia. Keuntunganpenggunaan pulse oximetry adalah ia mudah didapatkan, tidak invasive, menunjukkanmonitoring yang berterusan, dan merupakan indikator yang baik untuk hipoksemia
akibat V/Q mismatch.Pengukuran elektrolit serum adalah sangat penting, terutama untuk memonitor
kadar kalium serum. Obatan yang digunakan untuk mengobati status asmatikus bisamenyebabkan hipokalemia. Nilai pH yang rendah bisa menyebabkan peningkatan
transien dari kalium. Kadar glukosa serum bisa meningkat akibat stress, penggunaan
agen beta-agonis, seperti epinefrin, dan penggunaan kortikosteroid. Namun, akibat
penyimpanan yang tidak baik, hipoglikemia bisa terjadi pada anak-anak yang lebihmuda. Pemeriksaan hitung sel darah lengkap dan diferensial, bisa menunjang kepada
peningkatan jumlah sel darah putih, dengan atau tanpa pergeseran ke kiri. Hitung sel
darah lengkap juga bisa mengindikasikan ada infeksi bakteria; tapi dengan penggunaanbeta-agonis dan kortikosteroid bisa mengubah komposisi dari sel darah putih dengan
meningkatkan hitung sel darah putih perifer.Memonitor peak flow merupakan suatupengukuran objektif terhadap obstruksi salur pernafasan pada anak yang cukup berusia
dan kooperatif, dan bisa mentolerir pemeriksaan ini tanpa memperparah penyakit yangdideritainya.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks diindikasikan pada anak-anak dengan presentasi yang atipikal
atau yang tidak berespon terhadap terapi. Pada anak-anak yang sudah diketahui
menderitas asma, pemeriksaan foto thoraks dilakukan jika curiga menderita
pneumonia, pneumothoraks,
pseudomediastinum atau atelektasis yang signifikan.
2.8.TatalaksanaMenurut guidelines yang didapatkan dari National Asthma Education andPrevention Program (NAEPP) of America Expert Panel , penanganan atau perawatan
terhadap seseorang anak dengan asma termasuklah rawat jalan yang intensifdengan medikasi dan intervensi lingkungan. Rawat inap di rumah sakit merupakan
suatu kegagalan dalam penanganan pasien rawat jalan. Penanganan pasien
denganstatus asmatikus adalah seperti berikut:
OksigenOksigenasi digunakan untuk membantu mengkoreksi V/Q mismatch. Bisa
diberikan menggunakan nasal kanul atau face mask. Jika terjadi hipoksemia
yang signifikan, nonbreathing mask bisa digunakan untuk memberikansebanyak-banyaknya 98% oksigen. Tujuan pemberian oksigen adalah untuk
mencapai saturasi oksigen di atas 90%.
Beta-agonis inhalasiAlbuterol atau salbutamol, dan terbutalin merupakan terapi akut untukasma. Obat-obat ini menstimulasi cyclic adenosine monophosphate (AMP)
untuk memediasi terjadinya bronkodilatasi. Salur pernafasan mempunyaibanyak reseptor beta. Dengan menstimulasi reseptor ini, otot salur
pernafasan berelaksasi, pembersihan mukosiliar meningkat, dan produksi
mukus menurun. Administrasi obat ini melalui nebulisasi inhalasi biasanyamerupakan cara yang paling efektif.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
16/17
16
KortikosteroidKortikosteroid seperti metil prednisolon, prednisolon atau prednisone,
merupakan terapi yang penting dalam pengobatan status asmatikus.
digunakan untuk mengurangi inflamasi salur pernafasan yang berat dan
edema pada asma. Selain itu kortikosteroid dikatakan membantu
meningkatkan efek obat beta-agonis. Kortikosteroid bisa diberikan secaraintravena atau oral. Walaupun kebanyakan dokter memberikankortikosteroid secara intravena pada kasus status asmatikus , terdapat
penelitian yang mengatakan bahwa pemberian kortikosteroid secara oraladalah sama efektif dengan pemberian kortikosteroid secara intravena.
AntikolinergikAgen antikolinergik menghalang terjadinya bronkokonstriksi dengan
menghambat cyclic guanosine monophosphate (GMP). Ia juga
mengakibatkan menurunnya produksi mukus dan meningkatkan
pembersihan mukosiliar.
Bedah
Status asmatikus umumnya ditangani dengan terapi medikasi, tapi jika terjadinyapneumothoraks maka dilakukan thorakostomi atau thorakosentesis.
Diet
Beberapa anak dengan asma biasanya mempunyai beberapa episode asma akibatalergi terhadap bahan makanan tertentu. Konsultasi dengan ahli nutrisi mungkin
akan membantu dalam menentukan penanganan pasien secara diet.
PENANGANAN LANJUT
Pasien yang di rawat dirumah sakit
Indikasi dirawat di ICUo
Kesadaran dan sensoris tergangguo Penggunaan terapi beta-agonis inhalasio Pasien kelelahano Kemasukan udara atau inspirasi yang menurun mendadako Peningkatan PCO2 walaupun dengan pengobatano Adanya faktor resikoo Kondisi pasien tidak membaik walaupun terapi mencukupi
Indikasi untuk intubasi dan ventilasi mekaniso Apnea atau respiratory arresto Kesadaran menuruno Impending respiratory failure, ditandai dengan peningkatan PCO2 dan
kelelahan/capek, penurunan pergerakan udara, dan penurunan kesadaran
o Hipoksemia signifikan, yang berespon buruk atau tidak berespon kepadaterapi oksigen tambahan
Kateter arteri yang menetap (indwelling arterial catheters): tindakanmemasangkateter arteri bisa digunakan untuk memonitor tekanan darah yang berterusan,
dan untuk mengambil sampel untuk analisa gas darah arteri pada pasien denganventilasi mekanis. Gas darah dimonitor untuk menilai respon pasien terhadap
ventilasi mekanis.
Pasien yang dirawat jalan
Follow-up pasien yang dirawat jalan dan perawatan yang berterusan terhadappasien yang pernah dirawat di ICU pediatrik karena status asmatikus yang parahadalah sangat penting untuk mengoptimalkan hasil jangka panjang dan kualitas
hidup dan meminimalkan episode eksaserbasi asma parah.
-
8/2/2019 PBL INTAN SKENARIO 3 (1)
17/17
17
Antara yang penting dan harus diperhatikan adalan obat-obatan untuk diambildi rumah, seperti anti-inflamasi. Kortikosteroid sekarang dianggap sebagai salah
satu terapi utama untuk pengobatan maintenance terhadap asma. Ada studi
mengatakan bahwa penggunaan anti-inflamasi yang kurang berhubungan
dengan asma yang lebih parah. Ini karena terjadinya remodeling dari salur
pernafasan, dan perubahan dari proses inflamasi pada tubuh yang persisten. Untuk eksaserbasi akut disarankan untuk menggunakan bronkodilator. Perubahan atau kontrol terhadap lingkungan juga perlu pada anak denganasma
yang berhubungan dengan alergi yang berkaitan dengan lingkungan.
MedikasiObat-obatan termasuklah bronkodilator untuk terapi inhalasi seperti albuterol;
steroid inhalasi; dan obatan oral seperti antagonis leukotriene, dan/atau teofilin.
Terapi kortikosteroid jika diindikasikan harus disertai instruksi bertulis dari dokter
mengenai cara-cara untuk mengkonsumsinya.
2.9.KomplikasiKomplikasi yang bisa terjadi termasuklah:
Cardiac arrest Gagal nafas atau respiratory arrest Hipoksemia dengan cedera susunan saraf pusat yang hipoksik dan iskemik Pneumothoraks atau pneumomediastinum Toksisitas dari obat-obatan
2.10. Prognosisstatus asmatikus dengan terapi yang tepat memiliki prognosis yang baik.