Patofisiologi nefropati diabetik
-
Upload
suci-wulandari -
Category
Documents
-
view
42 -
download
10
Transcript of Patofisiologi nefropati diabetik
Patofisiologi nefropati diabetikBerbagai teori tentang patogenesis nefropati diabetik adalah peningkatan produk glikosilasi dengan proses non enzimatik yang disebut AGEs (Advanced Glicosylation End Products), peningkatan reaksi jalur poliol (polyol pathway), glukotoksisitas (oto-oksidasi), dan protein kinase-C memberikan kontribusi pada kerusakan ginjal. Kelainan glomerulus disebabkan oleh denaturasi protein karena hiperglikemia dan hipertensi intraglomerulus. Kelainan atau perubahan terjadi pada membran basalis glomerulus dengan proliferasi dari sel-sel mesangium. Keadaan ini akan menyebabkan glomerulosklerosis dan berkurangnya aliran darah, sehingga terjadi perubahan-perubahan pada permeabilitas membran basalis glomerulus yang ditandai dengan timbulnya albuminuria.
Hiperfiltrasi dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju
kerusakan ginjal, dimana saat jumlah nefron mengalami pengurangan progresif,
glomerulus akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan filtrasi nefron yang
masih sehat dan pada akhirnya nefron yang sehat menjadi sklerosis. Peningkatan laju
filtrasi glomerulus pada nefropati diabetikum kemungkinan disebabkan oleh dilatasi
arteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai hormon
vasoaktif, IGF-1, Nitric Oxide, prostaglandin, dan glukagon. Efek langsung dari
hiperglikemia adalah perangsangan hipertrofi sel, sintesis matriks ekstraseluler, serta
produksi Transforming growth factor-beta (TGF-β) yang diperantarai oleh aktivasi
protein kinase-C (PKC) yang termasuk dalam serine-threonin
kinase yang memiliki fungsi pada vaskuler seperti kontraktilitas, aliran darah,
proliferasi sel dan permeabilitas kapiler5. TGF-beta menyebabkan peregangan
mesangial dan fibrosis melalui stimulasi kolagen dan fibronectin.
Hiperglikemia kronik menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam
amino dan protein (reaksi mallard dan Browning). Pada awalnya, glukosa akan
mengikat residu amino secara nonenzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu terjadi
penyusunan ulang untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi masih reversible
dan disebut sebagai produk amadori. Jika proses ini berlanjut terus, akan terbentuk
Advanced Glycation End-Products (AGEs) yang irreversible. AGEs diperkirakan
menjadi perantara bagi beberapa kegiatan seluler seperti ekspresi molecule adhesi
yang berperan dalam penarikan sel-sel mononuklear, juga pada terjadinya hipertrofi
sel, sintesa matriks ekstraseluler serta inhibisi sintesis Nitric Oxide. Proses ini akan
terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta
fibrosis tubulointerstitialis sesuai dengan tahap-tahap dari Mogensen. Akibat kelainan
rennin-angiotensin system, Angiotensin II (ATII) meningkat pada nefropati
diabetikum, sehingga menyebabkan konstriksi arteriola efferentia di glomerulus,
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler glomerulus dan hipertensi, serta
menstimulasi fibrosis dan inflamasi pada glomerulus5.
Patogenesis dari nefropati diabetikum sejalan dengan patogenesis diabetes
melitus pada umumnya, dan mikroangiopati pada khususnya. Progresivitas nefropati
diabetikum ditandai dengan adanya proteinuria yang merupakan penanda penurunan
fungsi ginjal, peningkatan creatinine clearance (crcl), glomerulosklerosis, dan fibrosis
interstitial.