Paper Psikiatri Fix
-
Upload
cellia-cordhitta -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Paper Psikiatri Fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global
untuk akan perilaku seseorang yang dapat diamati secara objektif serta
pengalaman interna yang secara subjektif dapat ia laporkan. Individu yang
utuh yang digambarkan dengan cara ini menunjukkan aspek public da
pribadi kehidupannya. Kata “kepribadian” dapat dibubuhkan pada kata
sifat yang member sifat tertentu, dengan kebermaknaan psikiatrik, seperti
“pasif” atau “agresif”, atau kata-kata tanpa konotasi patologis, seperti
“ambisius” atau “religious” atau “ramah”.1
Serangkaian kualifikasi yang sesuai tersebut menghasilkan
diagnosis gagguan kepribadian yang berdampak adanya perkiraan
tertentu mengenai bagaimana seseorang akan bersikap di bawah
serangkaian keadaan tertentu. Hal ini memberi petunjuk bagi klinisi
mengenai ketidakmampuan seseorang dan cara mendekatinya untuk
tujuan terapi (yaitu, apakah terapi terutama harus dilakukan melalui
penggunaan obat, pembedahan, atau wawancara). Baik digunakan
sebagai istilah diagnostic atau sebagai gambaran umum, label
kepribadian bernilai bagi dokter yang harus menghadapi individu yang
digambarkan tersebut.1
1.1 Tujuan Masalah
1. Mengetahui konsep Skizofrenia Paranoid meliputi : Definisi, Etiologi,
Tanda dan gejala, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Komplikasi,
Prognosis
2. Mengetahui penanganan pasien dengann Skizofrenia Paranoid
meliputi : Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan
Evaluasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Kepribadian
2.1.1 Pengertian
Pengertian Gangguan Kepribadian Menurut beberapa ahli :
Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian
adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan
kesan bagi individu lain.2
Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran,
perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap
hidupnya.2
Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman
Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid,
schizoid, emosional tak stabil tipe implusif dan ambang,
historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas
lainnya yang tidak tergolongkan. Gangguan Kepribadian
adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana
cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan
orang lain tidak berfungsi.3
Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter
tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian
besar orang. Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian
sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai
kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang
biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.1
3
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan
dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan
kepribadian. Orang yang mengalami kepribadian biasanya memiliki
tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :
Ketergantungan yang berlebihan
Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
Kesedihan yang mendalam
Tingkah laku yang eksploitatif
Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
Kalau masalah mereka tidak ditangani
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada
karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut
melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan dengan
kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor
hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.2
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di
dasarkan pada bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat
menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan individu
bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau
pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut
semakin enggan untuk berobat dan melakukan isolasi diri.2
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres,
yang dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan
berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres pada umumnya.
Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan
cara mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali
suasana hati (obsesif), dan antisosial.2
4
Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-
harinya, secara umum individu yang mengalami gangguan kepribadian
kesulitan untuk mempertahankan atau menlanjuti hubungan dengan orang
lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal yang kronis, atau
kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang
muncul dalam dirinya.2
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku
yang kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap
impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan,
manipulatif, atau bahkan bertindak kasar. Problem ketergantungan pada
alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan
hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri.2
2.1.2 Klasifikasi
Kelompok A (cenderung berpikir atau berperilaku anehdan eksentrik/
tampak aneh) :
Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan
kepada orang lain dan kecurigaan berlebih bahwa orang di
sekitarnya memiliki motif jahat. Orang dengan kelainan ini cenderung
memiliki kepercayaan yang berlebihan pada pengetahuan dan
kemampuan mereka sendiri dan biasanya menghindari hubungan
dekat. Mereka mencari makna tersembunyi dalam segala sesuatu
dan membaca niat bermusuhan ke dalam tindakanorang lain. Mereka
suka mengetest kesetiaan teman dan orang-orang terkasih dan
sering tampak dingin dan menjauh. Mereka biasanya suka
menyalahkan orang lain dan cenderung membawa dendam lama.1,2
Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari
5
hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi.
Tidak seperti avoidants, schizoids benar-benar lebih suka menyendiri
dan tidak diam-diam menginginkan popularitas. Mereka cenderung
mencari pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak sosial.
keterampilan sosial mereka lemah dan mereka tidak menunjukkan
perlunya perhatian atau penerimaan. Mereka dianggap tidak punya
selera humor dan jauh dan sering disebut sebagai “penyendiri.”1,2
Schizotypal
Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal
mewakili skizofrenia ringan. Gangguan ini ditandai oleh bentuk-
bentuk berpikir dan memahami dengan cara yang aneh, dan individu
dengan gangguan ini sering mencari isolasi dariorang lain . Mereka
kadang-kadang percaya untuk memiliki kemampuan indra yang
ekstra atau kegiatan yang tidak berhubungan berhubungan dengan
mereka dalam beberapa cara penting. Mereka umumnya berperilaku
eksentrik dan sulit berkonsentrasi untuk waktu yang lama. pidato
mereka sering lebih rumit dan sulit untuk diikuti.1,2
Kelompok B (cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku) :
Antisosial
Banyak yang salah paham bahwa gangguan kepribadian antisosial
mengacu pada orang yang memiliki keterampilan sosial yang buruk.
Sebaliknya, gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh kurangnya
hati nurani. Orang dengan gangguan ini rentan terhadap perilaku
kriminal, percaya bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas
dimanfaatkan. Antisocials cenderung suka berbohong dan mencuri.
Sering kali, mereka tidak hati-hati dengan uang dan mengambil
tindakan tanpa berpikir tentang konsekuensinya . Mereka sering
6
agresif dan jauh lebih peduli dengan kebutuhan mereka sendiri
daripada kebutuhan orang lain.1,2
Ambang/ Borderline
Merupakan suatu gangguan kepribadian yang menyebabkan
penderita tidak memiliki rasa diri yang jelas dan konsisten serta tidak
pernah memiliki kepastian dalam nilai – nilai, loyalitas, dan pilihan
karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam kesendirian,
memiliki rasa takut di abaikan, dan menuntut perhatian. Mudah
mengalami perasaan depresi dan perasaaan kosong yang kronis,
mereka seringkali mencoba bunuh diri dan melakukan tindakan
memutilasi diri sendiri (Davidson, Neale, Kring, 2004).1,2
Histrionic
Orang dengan gangguan kepribadian Histrionicadalah pencari
perhatian konstan. Mereka perlu menjadi pusat perhatian setiap
waktu, sering menggangguorang lain untuk mendominasi
pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa muluk-muluk untuk
menggambarkan kejadian sehari-hari dan mencari pujian konstan.
Mereka suka berpakaian ”yang memancing” atau melebih-lebihkan
kelemahannya untuk mendapatkan perhatian. Mereka juga
cenderung membesar-besarkan persahabatan dan hubungan,
percaya bahwa setiaporang menyukai mereka. Mereka sering
manipulatif.1,2
Narcissistic
Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh keterpusatan diri.
Seperti gangguan Histrionic, orang-orang dengan gangguan ini
senang mencari perhatian dan pujian. Mereka membesar-besarkan
prestasi mereka, mengharapkan orang lain untuk mengakui mereka
sebagai superior. Mereka cenderung teman, karena mereka percaya
7
bahwa tidak sembarang orang yang layak menjadi teman mereka.
Narsisis cenderung membuat kesan pertama yang baik, namun
mengalami kesulitan menjaga hubungan jangka panjang. Mereka
umumnya tidak tertarik pada perasaan orang lain dan dapat
mengambil keuntungan dari mereka.1,2
Kelompok C (cenderung tampak cemas dan ketakutan) :
Avoidant
Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kegelisahan sosial
yang ekstrim. Orang dengan gangguan ini sering merasa ”tidak
cukup”, menghindari situasi sosial, dan mencari pekerjaan dengan
sedikit kontak dengan orang lain. Avoidant takut ditolak dan khawatir
jika mereka memalukan diri mereka sendiri di depan orang lain.
Mereka membesar-besarkan potensi kesulitan pada situasi baru
untuk membuat orang berpikir agar menghindari situasi itu. Sering
kali, mereka akan menciptakan dunia fantasi untuk pengganti yang
asli. Tidak seperti gangguan kepribadian skizofrenia, avoidant
merindukan hubungan sosial, tetapi belum merasa merekabisa
mendapatkannya. Mereka sering mengalami depresi dan memiliki
kepercayaan diri yang rendah.1,2
Dependent
Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga.
Orang dengan kelainan ini cenderung dependen pada orang dan
merasa takut kehilangan mereka. Mereka mungkin menjadi bunuh
diri ketika berpisah dengan orang yang dicintai. Mereka cenderung
untuk membiarkan orang lain mengambil keputusan penting bagi
mereka dan sering melompat dari hubungan satuke hubungan yang
lainnya. mereka sering bertahan dalam suatu hubungan, walaupun
8
sering dikasari atau disakiti. kepekaan berlebih terhadap penolakan
umum. Mereka sering merasa tak berdaya dan tertekan.1,2
Obsesif-Kompulsif
Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip
dengan kecemasan obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat
berbeda. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan. Mereka harus
melakukan segalanya “benar” sering mengganggu produktivitas
mereka. Mereka cenderung untuk terjebak dalam halhal yang detil,
namun kehilangan gambaran yang lebih besar. Mereka menetapkan
standar yang tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka sendiri dan
orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain ketika
mereka tidak hidup sampai saat ini standar yang tinggi. Mereka
menghindari bekerja dalam tim, percaya orang lain terlalu ceroboh
atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat keputusan
karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati
dengan waktu atau uang. Mereka sering mengalami kesulitan
mengekspresikan emosi.1,2
2.1.3 Etiologi
Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian
1. Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada
15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social,
9
kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama
dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa
dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental
ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.1
3. Faktor Biologis
Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali
juga menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-
estradiol dan estrone.
Neurotransmitter , penilaian sifat kepribadian dan system
dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi
mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut.
Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik
tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin
menurunkan depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi, perubahan konduktansi elektrik pada
elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa
pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada
tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas
gelombang lambat.1
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian
berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan
psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang berlebihan
10
atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras
kepala, kikir dan sangat teliti. 1
Mekanisme Defensi: Untuk membantu penderita gangguan
kepribadian,psikiater harus menghargai pertahanan pasien yang
mendasari,proses ,mental yang tidak disadari yang digunakan ego
untuk menyelesaikan konflik diantara empat pedoman kehidupan
interna:insting,realitas,orang yang penting dan ketelitian.1
Khayalan: banyak orang yang sering dicap skizoid ,mereka eksentrik,
kesepian atau ketakutan , mencari penghiburan dan kepuasan
didalam diri mereka dengan menciptakan kehidupan khayalan ,
terutama teman khayalan. Mengenali rasa takut pasien akan
kedekatan dan menghargai cara eksentrik mereka, akan bernilai
terapeutik dan bermanfaat.1
Disosiasi: Disosiasi atau penyangkalan adalah penggantian mirip-
pollyanna terhadap terhadap afek yang tidak menyenangkan dengan
yang menyenangkan.Berempati terhadap afek yang disangkal tanpa
secara langsung mengofrontasi pasien dengan fakta, memungkinkan
mereka memunculkan sediri topik aslinya.1
Isolasi: Isolasi adalah ciri khas orang yang terkendali dan
teratur,sering dicap sebagai kepribadian obsesif-kompulsif mengingat
kebenaran dengan perincian yang baik tetapi tanfa afek. Kapanpun
memungkinkan, terapis harus mengizinkan pasien seperti ini untuk
mengendalikan mereka sendiri dan tidak terlibat didalam perdebatan.1
Proyeksi: Pasien mengaitkan perasaan mereka yang tidak sadari
kepada orang lain. Pencarian kesalahan yang berlebihan oleh pasien
serta sensitivitas terhadap kritik dapat tampak pada terapis sebagai
penumpahan yang tidak adil dan menuduh,sebaiknya tidak dilawan
dengan pertahanan dan argument. Bahkan , klinisi secara terus
11
terang harus mengakui kesalahan ada padanya dirinya meskipun kecil
dan harus mendiskusikan kemungkinan masalah dimasa mendatang.1
Pemisahan: Didalam pemisahan ,pasien membagi orang-orang
menjadi orang baik dan orang jahat berdasarkan perasaan pasien
yang ambivalen mengenai orang-orang tersebut .1
Agresi Pasif: Orang dengan pertahanan pasif – agresif mengarahkan
kemarahan mereka pada diri sendiri. Didalam istilah
psikoanalitik,fenomena ini disebut masokisme dan mencakup, perilaku
konyol atau provokatif yang gagal dan tertunda,perilaku “ membadut “
yang merendahkan diri, serta tindakan yang jelas merusak diri.1
Acting Out : Pasien secara langsung mengekpresikan keinginan atau
konflik yang tidak disadari melalui tindakan untuk mencegah
kesadaran akan gagasan atau afek yang menyertainya.1
Identifikasi Proyektif : Mekanisme defense identifikasi proyektif
terutama tampak pada gangguan kepribadian ambang dan terdiri atas
tiga tahap: aspek diri diproyeksikan pada orang lain, perilaku proyeksi
mencob memaksa orang lain untuk mengidentifikasi apa yang tela
diproyeksikan, dan menerima proyeksi serta pelaku proyeksi merasa
menyatu atau membentuk kesatuan.1
2.1.4 Kriteria Diagnostik Umum DSM-IV-TR Gangguan Kepribadian
A. Pola pengalaman interna dan perilaku ysangat jeas menyimpang
pemanjangan dari harapan budaya seseorang.
Pola ini ditunjukkan dengn satu (atau lebih) hal berikut:
(1) Kognisi yaitu cara menerima dan menginterpretasikan diri,
orang lain, dan peristiwa)
(2) Afektivitas (yaitu kisaran, intensitas, labilitas, dan kesesuaian
respons emosi)
(3) Fungsi interpersonal
12
(4) Pengendalian impuls
B. Pola yang berlangsung lama ini tidak fleksibel dan pervasive
menembus kisaran luas stuasi dan social
C. Pola yang berlangsung lama ini menimbulkan penderitaan yang
secara klinis bermakna atau hendaya fungsi social, pekerjaan, atau
area fungsi penting lain.
D. Pola ini stabil dan berlangung lama, dan onsetnya dapat dilacak
kembali setidaknya sampai masa remaja atau dewasa awal.
E. Pola yang berlangsung lama ini sebaiknya tidak disebabkan oleh
manifestasi atau akibat gangguan jiwa lain.
F. Pola yang berlangsung lama ini tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langusng suatu zat (contoh: penyalahgunan obat, suatu
obat) atau keadaan medis umum (contoh: trauma kepala).1
2.2 Gangguan Kepribadian Dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen menganggap
kebutuhan mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orag lain, membuat
orang lain bertanggung jawab terhadap hal penting di dalam
kehidupannya, tidak memiliki kepercayaan diri, dan mengaami
ketidaknyamanan yang hebat jika sendirian untuk periode lama.
Gangguan ini disebut kepribadian pasif-dependen. Freud menggambarkan
dimensi kepribadian oral-dependen yng ditandai dengan ketergantungan,
pesimisme, takut akan seksualitas, ragu pada diri sendiri, pasif, mudah
tersugesti, dan tidak memiliki kekerasan hati; gambarannya serupa
dengan kategorisasi gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR.1
2.2.1. Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih lazim ditemukan pada
perempuan disbanding laki-laki. Satu studi mendiagnosis 2,5 persen
gangguan kepribadian yang masuk ke dalam kategori ini. Gangguan ini
13
lebih lazim ditemukan pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih tua.
Orang dengan penyakit fisik kronis pada masa kanak-kanak mungkin
paling rentan terhadap gangguan ini.1
2.2.2. Etiologi
Banyak teori yang berkembang mengenai penyebab gangguan
kepribadian dependen. Penelitian terdahulu mengenai sifat orang dengan
gangguan kepribadian dependen dilakukan melalui psikoanalisis
(Bornstein, 1992, 1996). Sifat ini dikaitkan dengan pemberian ASI dan
penyapihan. Seseorang yang terikat pada fase oral akan terus-menerus
dependen pada dukungan orang lain. Diperkirakan tingginya sifat
dependen ini disebabkan oleh rasa frustasi atau terlalu puas pada fase
oral, penelitian ini menunjukkan hasil yang meyakinkan. (Bornstein,
1996).4
Penelitian telah menyebutkan dua pola pengasuhan yang
mengakibatkan tingginya ketergantungan pada anak-anak. Pertama, pola
pengasuhan otoriter dapat menciptakan kepribadian dependen. Hal ini
diakibatkan oleh pola pengasuhan dimana anak-anak tidak dapat belajar
dari trial and error. Yang kedua. Pola pengasuhan yang overprotective
juga dapat menciptakan kepribadian dependen pada anak. Sama seperti
pola pengasuhan otoriter, orang tua yang terlalu mengekang membuat
anak-anak percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan apa-apa tanpa
bantuan, tuntunan dan dukungan dari orang lain. 4
2.2.3 Gambaran Klinis
Gambaran kepribadian dependen ditandai dengan pola pervasive
perilaku dependen dan patuh. Orang dengan gangguan ini tidak dapat
membuat keputusan tanpa nasehat dan peykinan yang berlebihan dari
orang lain. Mereka menghindari peletakan tanggung jawab dan menjadi
14
cemas jika diminta untuk menjalankan peran pemimpin. Mereka lebih
memilih untuk patuh. Mereka merasa sulit untuk berpegang teguh pada
tugas untuk diri sendiri, tetapi merasa mudah melakukan tugas ini untuk
orang lain.1
Karena orang dengan gangguan ini tidak suka sendirian, mereka
mencari orang lain tempat mereka dapat dependen; kemudian hubungan
mereka terganggu karena hubungan mereka untuk melekat dengan orang
lain. Di dalam folie a deux (gangguan psikotik bersama), salah satu dari
pasangan menderita gangguan kepribadian dependen; pasangan yang
patuh menerima system waham dari pasangan yang lebih agresif dan
asertif yang menjadi tempatnya dependen.1
Pesimisme, keraguan pada diri sendiri, pasif, dan rasa takut untuk
mengekspresikan perasaan agresif dan seksual, semuanya menjadi cirri
perilaku pasien dengan gangguan kepribadian dependen. Pasangan yang
menyiksa, tidak setia, atau alkoholik dapat ditoleransi untuk waktu yang
lama agar tidak menganggu rasa pelekatan tersebut.1
2.2.4. Diagnosa Banding
Ciri ketergantungan ditemukan pada banyak gangguan psikiatrik
sehingga diagnosis banding menjadi sulit. Ketergantungan adalah factor
yang menonjol pada pasien dengan gangguan kepribadian dependen
biasanya memiliki hubungan jangka panjang dengan satu orang,
bukannya sejumlah orang tempat mereka dependen, dan lebih kecil
kemungkinannya untuk bersikap manipulatif dengan jelas. Pasien dengan
gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal kemungkinan tidak dapat
dibedakan dengan pasien gangguan kepribadian menghindar. Perilaku
dependen dapat ditemukan pada pasien dengan agoraphobia, tetapi
pasen ini cenderung memiliki tingkat ansietas nyata yang tinggi atau
bahkan panik.1
2.2.5.Kriteria Diagnostik
15
Kriteria diagnostic gangguan kepribadian dependen
berdasarkan DSM-IV-TR:
Kebutuhan yang berlebihan dan pervasive untuk diurus yang
menghasilkan perilaku “lengket” dan patuh serta takut akan perpisahan,
dimulai pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan dengan lima (atau lebih) hal berikut:
(1) Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan peyakinan yang berlebihn dari orang lain
(2) Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab untuk
sebagian besar area utama di dalam kehidupannya
(3) Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan
orang lain karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
Catatan: Tidak termasuk rasa takut yang realistic akan ganti rugi
(retribusi)
(4) Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan
sesuatu atas keinginan sendiri (karena tidak percaya diri di dalam
penilaian atau kemampuan, bukannya tidak ada motivasi atau
energy)
(5) Berlama-lama untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari
orang lain, sampai pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang
tidak menyenangkan
(6) Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena rasa
takut yang berlebihan tidak mampu mengurus dirinya sendiri
(7) Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan
dukungan jika suatu hubungan berakhir
(8) Memiliki preokupasi yang tidak realistic akan rasa takut ditinggalkan
untuk mengurus dirinya sendiri1
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen Menurut
PPGDJ III:
16
Gangguan Kepribadian dengan ciri-ciri:
a) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian
besar keputusan penting untuk dirinya
b) Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada
siapa ia dependen, dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap
keinginan mereka
c) Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada
orang dimana tempat ia dependen
d) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan
mengurus diri sendiri
e) Preokupasi dengan ketakutan kan ditinggalkan oleh orang yang
dekat dengannya, dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
f) Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang
lain
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.3
2.2.6.Perjalanan Gangguan dan Prognosis
Hanya sedikit yang diketahui mengenai perjalanan gangguan
kepribadian dependen. Terdapat kecenderungan adanya hendaya fungsi
pekerjaan karena orang dengan gangguan ini tidak memiliki kemampuan
untuk bertindak mandiri dan tanpa pengawasan yang ketat. Hubungan
sosial terbatas pada orang-orang tempat mereka dependen, dan dapat
menderita penganiayaan fisik serta mental karena mereka tidak dapat
menegaskan diri mereka sendiri. Mereka memilik risiko terkena gangguan
depresif berat jika mereka mengalami kehilangan orang tempat mereka
dependen, tetapi dengan terapi prognosisnya baik.1
2.2.7. Terapi
17
Dalam mengobati seseorang dengan gangguan kepribadian
dependen, penting sekali mengingat beberapa hal berkaitan dengan
rencana pengobatan dan proses intervensi. Pertama, orang-orang ini
dependen pada orang lain sehingga mereka juga akan memandang
seorang terapis sebagai orang yang dapat mereka andalkan (Sperry,
2003). 4
Selain itu, untuk membangun hubungan yang baik, sangat penting
untuk menunjukkan dukungan dan penerimaan. Hal itu sangat membantu
dalam membuat permulaan yang baik secara langsung dan dengan tata
cara yang terstruktur dengan tujuan untuk membuat sesi yang terfokus.
Seligman dan Reichenberg (2007) mencatat tujuan utamanya adalah
untuk mengembangkan kepercayaan diri, ekspresi diri serta kemampuan
mengatur diri sendiri di dalam konseling, agar kemudian karakter ini dapat
terwujud setelah terapi berakhir. Penghentian terapi akan sulit dan sangat
harus berhati-hati agar pasien tidak merasa terabaikan.4
Psikoterapi
Terapi gangguan kepribadian dependen sering dapat berhasil.
Terapi berorientasi tilikan memungkinkan pasien memahami akibat
perilaku mereka, dan dengan dukungan dari terapis, pasien dapat menjadi
mandiri, asertif, dan dapat mengandalkan diri sendiri. Terapi perilaku,
pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok telah digunakan
semua, dengan hasil yang baik pada banyak kasus.1
Kesukaran terapi dapat timbul ketika terapis mendorong pasien
untuk mengubah dinamika hubungan patologis (contohnya, menyokong
istri yang dianiaya fisiknya untuk mencari pertolongan kepada polisi).
Pada saat ini, pasien dapat menjadi cemas dan tidak dapat bekerja sama
di dalam terapi; mereka dapat merasa terkoyak antara patuh dengan
terapis dan kehilangan hubungan eksternal yang patologis. Terapis harus
18
menunjukkan penghargaan yang besar terhadap perasaan pelekatan
pasien, tanpa memandang betapa patologisnya perasaan tersebut.1
Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menghadapi gejala
spesifik seperti ansietas dan depresi, yang merupakan gambaran yang
lazim ditemukan yang terkait dengan gangguan kepribadian
dependen. Pasien yang mengalami serangan panic atau memiliki
tingkat ansietas akan perpisahan yang tinggi dapat dibantu dengan
imipramine (trofanil). Benzodiazepin dan agen serotogenik juga telah
berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan diri memberikan
respons terhadap pasikostimulan, obat tersebut dapat digunakan.1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada
karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut
melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan dengan
19
kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor
hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.
Salah satu jenis gangguan kepribadian adalah gangguan
kepribadian dependen. Gambaran kepribadian dependen ditandai dengan
pola pervasive perilaku dependen dan patuh. Orang dengan gangguan ini
tidak dapat membuat keputusan tanpa nasehat dan peykinan yang
berlebihan dari orang lain.
Terapi untuk gangguan kepribadian ini dapat berupa psikoterapi
dan juga farmakoterapi. Namun, hal yang paling mendasar adalah peran
dari orang-orang terdekat untuk mendukung perubahan pola perilaku
menjadi lebih baik.
3.2 Saran
1. Diharapkan para tenaga kesehatan baik yang di bidang pendidikan
maupun dilapangan secara langsung mampu melakukan dan menerapkan
ilmu diagnostik pada klien gangguan kepribadian dependen sesuai
dengan disiplin ilmu teori maupun praktik klinik secara komprehensif dan
berdasarkan evidence base .
2. Diharapkan para tenaga kesehatan dimanapun dan kapanpun
selalu bisa menjalian komunikasi dan koordinasi yang baik dengan klien,
keluarga dan tim medis lainnya demi tercapainya praktek kejiwaan yang
berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan dan sadock. 2008. BUKU AJAR PSIKIATRI KLINIS.
Edisi 2. EGC : Jakarta (hal:366-370)
2. Erlina Sugi Haria dkk. 2012. GANGGUAN KEPRIBADIAN.
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial. Bandung (Hal 5-14)
20
3. Rusdi Maslim. 2003. Buku Saku Diagnostik Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Nuh Jaya : Jakarta (hal:103)
4. Chasidy Faith. 2009. Dependent Personality Disorder: A Review
of Etiology and Treatment. (Hal 3-6)