Pandangan Islam Mengenai Yajuj Dan Majuj Di Jaman Modern

12
PANDANGAN ISLAM MENGENAI YAJUJ DAN MAJUJ DI JAMAN MODERN (Pendahuluan oleh Dr.Tammam Adi) 27 Juni 2012 pukul 6:51 Imran Nazar Hosein PENDAHULUAN (Dr. Tammam Adi) Saat ini kita sedang menyaksikan penghancuran dunia dalam skala global. Merupakan sebua yang mendesak untuk menyediakan penjelasan dan pemahaman mengenai hal ini dan apa-apa y kita lakukan. Oleh karena itu cendekiawan-cendekiawan dan sarjana-sarjana agama untuk menyediakan jawabannya. Agama yang dapat menyediakan jawaban yang benar dan bergu menjadi legitimasi kebenaran agama itu bagi orang-orang yang mencari kebenaran. Sarjana Muslim menempatkan Islam dalam posisi yang terpuruk karena memberikan tersangka pelaku perusakan ini. Mereka mengatakan bahwa Yajuj dan Majuj, sebuah kekuata tak terkalahkan, masih terkungkung di balik sebuah penghalang. Kepercayaan ini membuat Muslim terlihat sebagai orang yang paling bodoh, rumahnya akan karena rayap telah menggerogoti dindingnya. Masih saja, orang ini dapat tidur kasih kepada Allah karena laporan dari pembasmi hama yang mengatakan bahwa tidak ada sa rumahnya. Allah subhanahu wata’aala berjanji akan menjaga Al-Qur‟an. Namun Allah tidak berjanji u Hadist(laporan mengenai ucapan Muhammad SAW) atau tafsir (terjemahan/pengartian Al-Qur‟an). Kebingungan mengenai Yajuj dan Majuj berasal dari dua sumber: 1. Menerima kesalahan dan kekeliruan tafsir 2. Menerima Hadist palsu atau kekeliruan penafsiran Hadist dimana Hadist dengan Al-Qur‟an. Masalah yang kedua dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip bahwa Hadist yang bena sesuai dan berdasarkan kepada Al-Qur‟an. Sheikh Al-Islam Ibn Taymiyya (ra) adalah seora dibidang Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Beliau menghafalkan Al-Qur‟an dan Al-Hadist, dan dapa semua Hadist dan dasarnya di Al-Qur‟an pada semua subjek. Beliau menggunakan sebagai fatwanya dan dapat memberikan satu atau dua dasar di Al-Qur‟an terha sebutkan. Rasulullah SAW akan membacakan Hadist terhadap suatu permasalahan (y keputusan, arahan, atau penilaian) kemudian membacakan ayat-ayat Al-Qur‟an seba sahabat (ra) juga menggunakan prinsip yang sama. Di lain pihak, tafsir mengenai Yajuj dan Majuj telah mengandung begitu banyak kesala penafsiran sedemikian sehingga tidak ada satu kemungkinan-pun bahwa Yajuj dan Majuj bel dunia. Bagaimana tanggapan Al-Qur‟an mengenai hal ini? Sebaiknya kita mulai meneliti ha Sheikh Imran Nazar Husein telah melakukannya. Di dalam buku ini, Sheikh Imran Nazar Husein menantang sarjana-sarjana Muslim yang bera Yajuj dan Majuj belum terlepas ke dunia. Dia menunjukkan bahwa- walaupun anggapan itu b satu Hadist, kepercayaan ini berkontradiksi dengan Al-Qur‟an. Dia menunjukkan bahwa Yaj telah lama terlepas di muka bumi ini, dia menunjukkannya dengan pengamatan dan fakta-fa dia hubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an.

description

test

Transcript of Pandangan Islam Mengenai Yajuj Dan Majuj Di Jaman Modern

PANDANGAN ISLAM MENGENAI YAJUJ DAN MAJUJ DI JAMAN MODERN (Pendahuluan oleh Dr.Tammam Adi)27 Juni 2012 pukul 6:51Imran Nazar HoseinPENDAHULUAN (Dr. Tammam Adi)Saat ini kita sedang menyaksikan penghancuran dunia dalam skala global. Merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak untuk menyediakan penjelasan dan pemahaman mengenai hal ini dan apa-apa yang dapat kita lakukan. Oleh karena itu cendekiawan-cendekiawan dan sarjana-sarjana agama sedang berkompetisi untuk menyediakan jawabannya. Agama yang dapat menyediakan jawaban yang benar dan berguna akan menjadi legitimasi kebenaran agama itu bagi orang-orang yang mencari kebenaran.Sarjana Muslim menempatkan Islam dalam posisi yang terpuruk karena memberikan alibi terhadap tersangka pelaku perusakan ini. Mereka mengatakan bahwa Yajuj dan Majuj, sebuah kekuatan perusak yang tak terkalahkan, masih terkungkung di balik sebuah penghalang.Kepercayaan ini membuat Muslim terlihat sebagai orang yang paling bodoh, rumahnya akan segera roboh karena rayap telah menggerogoti dindingnya. Masih saja, orang ini dapat tidur di malam hari, berterima kasih kepada Allah karena laporan dari pembasmi hama yang mengatakan bahwa tidak ada satu rayap pun di rumahnya.Allah subhanahu wataaala berjanji akan menjaga Al-Quran. Namun Allah tidak berjanji untuk menjaga Hadist (laporan mengenai ucapan Muhammad SAW) atau tafsir (terjemahan/pengartian Al-Quran). Kebingungan mengenai Yajuj dan Majuj berasal dari dua sumber:1. Menerima kesalahan dan kekeliruan tafsir2. Menerima Hadist palsu atau kekeliruan penafsiran Hadist dimana Hadist itu berkontradiksi dengan Al-Quran.Masalah yang kedua dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsip bahwa Hadist yang benar hendaklah sesuai dan berdasarkan kepada Al-Quran. Sheikh Al-Islam Ibn Taymiyya (ra) adalah seorang sarjana Islam dibidang Al-Quran dan Al-Hadist. Beliau menghafalkan Al-Quran dan Al-Hadist, dan dapat mengeluarkan semua Hadist dan dasarnya di Al-Quran pada semua subjek. Beliau menggunakan dua prinsip diatas sebagai fatwanya dan dapat memberikan satu atau dua dasar di Al-Quran terhadap Hadist yang beliau sebutkan. Rasulullah SAW akan membacakan Hadist terhadap suatu permasalahan (yang merupakan keputusan, arahan, atau penilaian) kemudian membacakan ayat-ayat Al-Quran sebagai dasarnya. Para sahabat (ra) juga menggunakan prinsip yang sama.Di lain pihak, tafsir mengenai Yajuj dan Majuj telah mengandung begitu banyak kesalahan dan salah penafsiran sedemikian sehingga tidak ada satu kemungkinan-pun bahwa Yajuj dan Majuj belum terlepas ke dunia. Bagaimana tanggapan Al-Quran mengenai hal ini? Sebaiknya kita mulai meneliti hal ini dari awal, Sheikh Imran Nazar Husein telah melakukannya.Di dalam buku ini, Sheikh Imran Nazar Husein menantang sarjana-sarjana Muslim yang beranggapan bahwa Yajuj dan Majuj belum terlepas ke dunia. Dia menunjukkan bahwa- walaupun anggapan itu berdasar pada satu Hadist, kepercayaan ini berkontradiksi dengan Al-Quran. Dia menunjukkan bahwa Yajuj dan Majuj telah lama terlepas di muka bumi ini, dia menunjukkannya dengan pengamatan dan fakta-fakta sejarah yang dia hubungkan dengan ayat-ayat Al-Quran.Selama 25 tahun, saya telah melakukan penelitian tersendiri mengenai sifat dari penafsiran Al-Quran (semantik Al-Quran). Saya mendukung metodologi Sheikh Imran Nazar Husein dalam memahami Al-Quran di Bab Tiga pendahuluan ini. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia harus dipahami dengan tawil Al-Quran. Tawil adalah penggunaan pemahaman analogis dari ayat-ayat Al-Quran dalam hubungannya dengan data politik dan sejarah. Penglihatan tawil Sheikh Imran Nazar Husein yang begitu berharga bukanlah didapat dari kegiatannya yang bergelut dengan data-data tersebut, namun diperoleh karena adanya dengan nur di dalam hatinya yang didapat dari Allah SWT secara terus menerus. Sheikh Husein memiliki pandangan yang benar, bahwa tawil alegori harus ditelaah dengan serius dalam memahami masalah spiritual yang tidak memiliki data fisik.Dalam bagian di bawah ini saya akan menunjukkan kepada anda prinsip-prinsip dari tawil dan semantik Al-Quran. Lalu saya akan menggunakan tawil ini untuk mengembangkan tawil yang baru dalam ayat-ayat mengenai Yajuj dan Majuj serta pola dan karakter mereka. Sebagian besar tawil saya ternyata sama dengan dengan tawil dari Sheikh Husein mengenai perihal yang sama. Kedua tawil itu menunjukkan bahwa jika kita menggunakan ayat-ayat Al-Quran dalam memahami realitas, maka, dapat disimpulkan bahwa Yajuj dan Majuj telah lama terlepas ke dunia.Tawil: prinsip-prinsip semantik Al-QuranUntuk memahami ayat-ayat Al-Quran, orang harus mengetahui, bahwa Allah SWT, dan bukannya orang Arab, yang menciptakan bahasa Arab. Inilah mengapa orang-orang Arab tidak dapat membuat sebuah ayatpun yang dapat menyaingi ayat-ayat Al-Quran, bahkan jika hanya sebuah Surah yang pendek.Cara Allah menggunakan bahasa Arab di dalam Al-Quran sangatlah berbeda dengan cara orang-orang Arab dalam menggunakan bahasa Arab. Bangsa Arab selalu membuat kesalahan dalam menggunakan termin-termin dalam bahasanya sendiri. Bahkan sastrawan-satrawan Arab, leksikografer (pembuat kamus), dan mufassirun (penafsir Al-Quran) sering salah faham, dan salah pengertian dalam menggunakan bahasa Arab. Di lain pihak, Allah SWT, menggunakan bahasa Arab dengan sempurna dan jelas, suatu bahasa yang mengartikan dirinya sendiri (wa haadha lisaanun arabiyyun mubiin, Al-Quran, An-Nahl, 16:103).Oleh karena itu, pembelajaran penafsiran Al-Quran, semantik Al-Quran, harus berdasarkan kepada Al-Quran itu sendiri. Saya sudah lama mengembangkan teori-teori semantik Al-Quran. Baru-baru ini saya mengetahui bahwa, Dr. Fazlur Rahman Ansari (ra) (guru dari Sheikh Husein), memiliki keyakinan bahwa ayat-ayat Al-Quran membentuk sistem makna yang secara konsisten menghubungkan ayat-ayat itu satu sama lain, dan masing-masing berfungsi menjelaskan satu sama lain. Hal ini juga merupakan pengalaman yang sering saya temui.Satu ayat yang diartikan dengan mandiri dan berdiri sendiri seringkali ambigu dan memiliki multi arti. Contoh, daraba berarti memukul, mengajukan argumen, memaksa, berjalan menuju, dll. Semua arti-arti ini adalah rumus-rumus yang dapat digunakan dalam berbagai cara untuk membentuk sebuah model situasi (pukul batu itu dengan tongkat kamu, malaikat memukul muka mereka). Basis dari kecerdasan manusia adalah fleksibilitas dua dimensi seperti ini (multi arti, masing-masing dengan rumusan yang multi guna). Hal ini menyebabkan pikiran mengelana, menyelami dan meneliti. Inilah kekuatan yang diberikan Allah SWT kepada Adam (as), dan karena kekuatan ini Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam (as) tanpa mempertimbangkan hormat.

Untuk membuat sebuah termin menjadi berguna (daraba), maka harus terjadi dua hal:1. Letakkan termin tersebut pada sebuah kontek yang akan membatasi maknanya. Letakkan termin ini pada sebuah kalimat (kontek). Sebagai contoh, wa daraba lanaa mathalan (dia mengajukan argumen kepada kita dengan cara analogi [perumpamaan], Al-Quran, Yasin, 36:78). Isi kontek sering akan membatasi pilihan makna, dan mungkin hanya satu (mengajukan argumen). Namun dalam tahap ini, satu makna adalah rumusan yang luas dengan banyak tujuan kemungkinan aplikasinya (argumen yang belum diketahui tujuannya). Dalam tahap ini biasanya terlalu abstrak untuk dijadikan sesuatu yang bermanfaat.2. Hubungkan makna dari rumusan tadi kepada realitas (tawil). Dengan ijin Allah, seseorang dapat menghubungkan makna dari rumusan tadi sesuai dengan konteknya dengan realitas dan kenyataan di lapangan. Ayatnya kemudian mengatakan: wa nasiya khalqahu qaala man yuhyil idhaama wa hiya rameem (dia lupa bagaimana penciptaan dirinya sendiri; dia berkata, siapa yang dapat membuat tulang yang berserakan menjadi hidup (manusia)?. Dengan menghubungkannya dengan situasi sebenarnya, rumusan makna (mengajukan argumen) menjadi bermanfaat. Sekarang kita dapat menggunakan rumusan yang baru untuk menjelaskan realitas (seseorang yang lupa akan penciptaan dirinya, mengajukan argumen analogis, mengenai mengubah tulang berserakan menjadi manusia), dan kemudian untuk menanganinya (memahami analogi tersebut dan menjadi jelas bahwa hal itu adalah salah). Hubungan antara rumusan makna dan realitas inilah yang disebut sebagai realisasi dari rumusan makna atau tawil.Rumusan makna biasanya memungkinkan ditariknya tawil analogis: menghubungkan suatu hal di dunia realitas yang memiliki persamaan dengan rumusan makna. Inilah dasar dari pemahaman analogis yang merupakan alat utama dalam pemikiran dan jurispudensi. Dalam situasi realitas yang berbeda, rumusan makna yang sama bisa menghasilkan tawil yang berbeda, tergantung dari panduan yang kita terima dari Allah (nur).Tergantung dari konteknya, tawil alegori merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan: menghubungkan kepada sesuatu hal yang memiliki persamaan dengan rumusan makna namun memiliki realitas yang berbeda. Mimpi yang nyata dan rumusan makna spiritual seringkali merupakan sebuah alegori. Realitas spiritual berbeda dengan realitas fisik. Lagi pula, tawil alegori menjadi hal yang penting karena realitas dunia ini yang menipu dan tidak final (tidak dalam realitas akhirnya, mataaul ghuroor: melihat dan mengalami tipu daya). Realitas hanya dapat menjadi absolut faktual dan final di akhirat.Namun Allah dapat menghalangi hubungan antara rumusan makna dan realitas sebenarnya. Ayat fa darabna alaa aadhaanihim fil kahfi sineena adadaa (Al-Quran, Al-Kahfi, 18:11) diterjemahkan sebagai: Oleh karena itu, kami membuat mereka tidur di dalam gua untuk waktu yang lama (tahun) dengan melakukan daraba, sesuai yang tidak dijelaskan, yang terjadi pada telinga mereka. Tawil dari rumusan makna yang mustahil. Kita tidak diberitahu mengenai realitas (apa yang Allah lakukan) yang terjadi terhadap telinga mereka. Kita tidak dapat menghubungkan rumusan makna (darabnaa alaa aadhaanihim, kami memukul atau menutup rapat atau menempatkan sesuatu pada telinga mereka) dan realitas tentang apa yang Allah lakukan kepada telinga mereka. Ayat seperti ini disebut mutashabih (memiliki realitas yang tidak sama dengan realitas kita). Hanya Allah yang mengetahui tawil dari ayat-ayat seperti ini. Ketika orang yang keras hati mengejarnya, mereka hanya dapat menebak-nebak saja, tebakan mengenai akhirat, sehingga mereka menciptakan sekte, dan konsep-konsep palsu atau kenabian palsu.Semua topik-topik penting di dalam Al-Quran ditetapkan dalam suatu kontek atau beberapa kontek (ayat-ayat mengenai suatu topik) yang membatasi pilihan makna, dan memungkinkan kita untuk menghubungkan rumusan makna dengan situasi kenyataan atau realitas. Disinilah tawil menjadi mungkin. Bagian di bawah ini yang berjudul Apa itu Fassad? menjelaskan pendekatan ini.

Jika sebuah ayat memiliki tawil baik analogis maupun alegoris, maka ayat tersebut disebut muhkam (berarti: kokoh, Al-Quran, Al-Imran, 3:7). Makna dari ayat-ayat yang muhkam seringkali menimbulkan tawil analogis, dan sebagai konsekuensinya, kelanjutannya adalah pemahaman analogis. Namun dibeberapa ayat-ayat muhkam, hanya bisa dilakukan tawil alegori.Ayat-ayat muhkam adalah dasar dari Al-Quran (ummul kitab). Ayat-ayat ini adalah bagian dari janji Allah yang akan menjaga Al-Quran. Ayat-ayat ini adalah kerangka kerja, sistem makna, yang menjaga dan mengatur tawil dari pesan-pesan dan peraturan-peraturan penting yang terdapat di dalam Al-Quran. Allah menginginkan masing-masing Muslim, bukan hanya sarjana dan ulama, untuk menggunakan ayat-ayat muhkam dalam melakukan tawil, menghubungkan ayat-ayat itu kepada realitas kehidupan kita, dengan berdasarkan pada kamampuan mental kita, dan dengan cahaya (nur) dari Allah, dan dengan pertolonganNya (taufik), dalam rangka menilai realitas yang telah ditetapkan Allah (hukm bi maa anzalallah). Ini termasuk seluruh aspek realitas, tidak terbatas pada apa yang terdapat di kitab fiqih (penafsiran hukum).Seperti apa yang telah diutarakan banyak sarjana Islam, pemegang kekuasaan Muslim, diharapkan dapat mengaplikasikan ayat-ayat muhkam kepada realitas politik dan sosial, dimulai dari masa Dinasti Umayyah. Oleh karena itu, seharusnya, saat ini sudah banyak tafsir yang harus disensor.Jika Yajuj dan Majuj di lepaskan di bumi sesaat sebelum masa Islam, bukankah mereka sudah akan mulai berusaha menghancurkan kekuatan Muslim? Rasulullah (SAW) mengatakan bahwa Umar (ra) adalah seperti pintu gerbang yang tertutup rapat diantara Muslim dan gelombang-gelombang fitnah (perlawanan terhadap kebenaran yaitu Islam, Yajuj dan Majuj), dan bahwa gerbang ini suatu saat ini akan dihancurkan dan tidak dapat ditutup kembali. Bukankah Yajuj dan Majuj telah menghancurkan pintu gerbang itu dengan membunuh Umar (ra)? Bukankah mereka akan mensensor semua diskusi dan literatur Islam mengenai Yajuj dan Majuj seperti halnya Yahudi mensensor semua diskusi, literatur dan media massa yang membicarakan mereka dengan menyebut hal itu anti semit?Yajuj dan Majuj: bangsa yang memiliki kekuatan menghancurkan dan berkemampuan menjadi satu-satunya adikuasaImperium Dhul Qarnain adalah adikuasa yang tak terkalahkan dengan teknologi yang tak terbatas (innaa makkanna lahuu fil ardi wa aataynahu min kulli shayin sababaa, Al-Quran, Al-Kahfi, 18:84). Dia mengalahkan semua bangsa yang ada saat itu, dari ujung Barat sampai ujung Timur, dimana ia menghargai mereka-mereka yang shaleh dan menghukum mereka-mereka yang menindas (tidak adil) dan tidak bermoral (Al-Quran, Al-Kahfi, 18:85-91). Ketika dia sampai di suatu tempat, di sebuah celah di barisan gunung tinggi yang membatasi dua wilayah bumi (assaddain, Al-Quran, Al-Kahfi, 18:93), penduduk di daerah itu meminta dia untuk menolong mereka. Mereka berkata, Wahai Dhul Qarnain, [bangsa] Yajuj dan Majuj adalah pelaku kerusakan di bumi [atau pelaku perusakan global, mufsiduuna fil ard]. Apakah kami harus menetapkan pajak untuk kamu agar kamu merubah (tajala) apa yang kini berada diantara kami dan mereka [barisan gunung tinggi, assaddain, yang memiliki celah diantara keduanya, sehingga tidak menjadikan barisan gunung itu satu kesatuan penghalang] menjadi sebuah penghalang [saddan, satu penghalang tanpa celah]?(Al-Quran, Al-Kahfi, 18:94)

Seseorang mungkin berpikir bahwa Dhul Qarnain akan menyerang Yajuj dan Majuj dan menaklukan mereka seperti apa yang ia lakukan terhadap para penindas lainnya yang ia taklukan. Tetapi, dia tidak melakukannya dan menyetujui permintaan untuk merubah barisan gunung itu menjadi penghalang untuk Yajuj dan Majuj dengan menambal celah yang terdapat di barisan gunung itu (Al-Quran, Al-Kahfi, 18:95). Ini berarti bahwa Dhul Qarnain mengetahui bahwa Yajuj dan Majuj tidak dapat dikalahkan oleh manusia, walaupun oleh dirinya sendiri sebagai adikuasa dunia yang memiliki teknologi unggul yang tak terbatas. Ini juga berarti bahwa Yajuj dan Majuj memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menjadi satu-satunya penguasa dunia di kemudian hari. Di dalam Bab Empat buku ini, Sheikh Husein memasukkan keterangan ini dalam penjelasannya mengenai sifat dan profil dari Yajuj dan Majuj.Al-Radm: penghalang Yajuj dan Majuj yang terdiri dari barisan gunung dan celah diantaranya yang ditambal oleh Dhul QarnainYajuj dan Majuj hanya dapat bergerak keluar dari lingkungan mereka melalui celah yang berada diantara dua barisan gunung yang tinggi dan berbentuk seperti tembok penghalang (assaddain, Al-Quran, Al-Kahfi 18:93) dan menyerang tetangga mereka yang terletak di bagian lain dari dua barisan gunung penghalang itu.Masyarakat yang menjadi korban yajuj dan Majuj meminta Dhul Qarnain untuk merubah (tajala) celah memisahkan mereka dengan Yajuj dan Majuj (baynana wa baynahum, barisan gunung yang memiliki celah sebagai jalan tembus) menjadi sebuah penghalang (saddan, Al-Quran, Al-Kahfi, 18:94). Dia menjawab: ajal baynakum wa baynahum radman, saya akan menambal (ajal radman) celah diantara kalian dan mereka (Al-Quran, Al-Kahfi, 18:95). Dhul Qarnain menutup celah di barisan pegunungan itu dengan besi yang dipanaskan dan dicairkan yang kemudian sesudah mengering dilapisi dengan perunggu yang dipanaskan dan dicairkan. Penghalang bagi Yajuj dan Majuj terdiri dari barisan gunung dan tambalan celah yang dibuat oleh Dhul Qarnain (Al-Radm).Jika seseorang menggunakan sepatu yang ada tambalannya, kita mengatakan bahwa dia memakai radman (sesuatu yang ditambal). Karena kalimat, ajal baynakum wa baynahum radman (saya akan merubah apa-apa yang berada diantara kalian dengan mereka menjadi sesuatu yang ditambal), akan sangat keliru jika kita menganggap radman adalah tambalannya saja. Tata bahasa yang keliru telah mengakibatkan banyak ulama dan peneliti mengambil kesimpulan yang salah. Klarifikasi di atas memungkinkan adanya tawil yang benar.Di dalam Bab Lima buku ini, berdasarkan tawil dari Al-Quran, Surah Al Kahfi, 18:93-97 Sheikh Husein menunjukkan letak geografi lokasi dari radman ini. Barisan gunung bercelah itu terletak dibagian Timur dan Barat Pegunungan Kaukasus, yang dipisahkan oleh celah sempit yang disebut Daryal Gorge. Barisan Pegunungan Kaukasus membentang dari Laut Hitam di Barat dan Laut Kaspia di Timur.Sebelum Islam telah tercipta lubang besar- sebuah celah lebar terbentuk akibat dari merosotnya ujung pegunungan itu ke dalam Laut KaspiaAllah menyatakan bahwa Yajuj dan Majuj tidak dapat memanjat tembok penghalang yang diciptakan Dhul Qarnain itu (famastaauu an yazharoohu wa mastataauu lahuu naqba, AL-Quran, Al-Kahfi, 18:97). Dhul Qarnanin mengetahui bahwa penghalang itu hanya bisa dijadikan perlindungan sementara. Dia berkata, atas kehendak Allah, Penghalang ini [Al-Radm, barisan pegunungan yang ditambal] adalah rahmat dari Allah, namun ketika janji dari Allah datang, maka dia akan membuatnya menjadi dakkaa [dakkaa = runtuh atau hancur] (qaala haadha rahmatun min rabbii, fa idha jaaa wadu rabbii jaalahuu dakkaa, Al-Quran, Al Kahfi, 18:98).Allah menjanjikan kepada setiap Nabi yang diutusNya bahwa Nabi yang terakhir diutusNya akan membawa Hukum terakhir (Al-Quran). Di dalam Taurat, hal ini disebut sebagai, Janji Allah. Janji Allah yang disebutkan oleh Dhul Qarnain adalah Dar Al-Islam. Beberapa dekade sebelum lahirnya Nabi terakhir, yaitu Muhammad (SAW), sekitar 550 M, ujung dari Pegunungan Kaukasus, yaitu di bagian Timur, merosot ke dalam Laut Kaspia sehingga terjadilah celah besar di sana. Yajuj dan Majuj menggunakan celah ini untuk menyerang Persia sebelum Islam. Umar (ra) melancarkan invasi militer terhadap Yajuj dan Majuj melalui celah ini juga.Konfirmasi dari Janji Allah adalah Islam terdapat di banyak Hadist, dimana disebutkan bahwa Islam dan khususnya Bangsa Arab akan menjadi target (wailun lil arab) karena telah tercipta celah di radm (penghalang bertambal). Yang membuat takut Rasulullah (SAW) adalah besarnya lubang ini, yaitu: 90 satuan, atau 90 farsakh (1 farsakh = 3.5 mil). Celah ini cukup besar untuk menampung gelombang besar Yajuj dan Majuj untuk keluar dan menghancurkan Jazirah Arab. Nubuah Allah terpenuhi: Dan pada saat itu [ketika penghalang terbuka], Kami akan membuat mereka (Yajuj Majuj), bertabrakan satu sama lain seperti ombak di lautan (wa taraknaa badahum yawma idhin yamuuju fii bad, Al-Quran, Al-Kahfi, 18:99).Dalam ayat lain, Yajuj dan Majuj dijelaskan, keluar dari segala bukit/ketinggian (min kulli hadabin yansiluun, Al-Quran, Al-Anbiya, 21:96). Penggunaan kata bukit (hadabin) dalam kontek ini sangat pas sekali dengan makna dari dakkaa= reruntuhan bukit.Celah besar di pinggir laut ini membuat tambalan Dhul Qarnain menjadi tidak begitu penting. Tambalan ini akhirnya runtuh di kemudian hari dan celah sempit Daryal Gorge akhirnya terbuka.Berdasarkan terminologi Hadist, Muslim awal merujuk Yajuj dan Majuj sebagai Al-Turk (Bani Turk), nama yang diambil dari leluhur mereka Turk. Hal ini jangan dicampur adukkan dengan orang-orang Turki modern.Jamannya Yajuj dan MajujKetika Allah menyatakan, dan pada hari itu, Kami akan membuat mereka bertabrakan satu sama lain seperti ombak di lautan (wa taraknaa badahum yawma idhin wamuuju fii baad, Al-Quran, Al-Kahfi, 18:99), apa yang dimaksud Allah sebagai hari itu?Satu hari (yaum) dari waktu Allah-Hari Ilahiah-bukanlah 24 jam, namun sebuah masa yang berlalu selama seribu tahun kalender bulan atau lebih. Hari-hari suci memiliki tempo yang berbeda-beda, namun dalam pengertian umum, satu hari suci berlangsung 1000 tahun kalender bulan, satu millenium (wa inna yauman inda rabbika ka alfi sanatin mimmaa taudduun, Al-Quran, Al-Hajj, 22:47). Di dalam Bab Tiga, Sheikh Husein mendiskusikan klasifikasi hari-hari suci. Al-Quran sendiri mengklasifikasikan dalam 3 hari suci, yaitu:1. Hari suci yang berlangsung selama 50.000 tahun kalender bulan dimana malaikat-malaikat naik ke hadapan Allah (Al-Quran, Al-Maaarij, 70:4). Surah Al-Maaarij menjelaskan apa yang terjadi di masa yang lama ini. Diantaranya adalah, orang-orang mereka bangkitkan dan mereka masukkan ke dalam neraka. Beberapa Mufassirun menyebutnya sebagai Yaumul Qiyamah, atau Hari Pembangkitan.2. Siklus manajemen suci yang terdiri dari dua hari suci: sebuah manajemen millenium dimana Allah mengatur dan menjalankan perintahNya, dari tempatNya ke bumi, yang diikuti dengan akuntansi millenium dimana malaikat-malaikat menghadapNya untuk melaporkan mengenai perintah-perintah yang telah mereka jalankan sehingga manusia dapat dinilai dengan benar (yudabbiru al-amra minas samaaI ilal ardi thumma yaruju ilayhi fii yaumin kaana migdaruhu alfa sanatin mimmaa taudduun, Al-Quran, As-Sadjah, 32:5)Seperti apa yang telah dijelaskan tadi, munculnya Islam dan dilepaskannya Yajuj dan Majuj ke dunia (sekitar 550 SM), keduanya terjadi di terbitnya satu hari suci. Dengan demikian, dapat diartikan sebagai satu manajemen millenium. Maka, millenium ini telah berakhir lima abad yang lalu dan saat ini kita berada di masa perhitungan/akuntansi millenium yang selalu mengikuti setiap manajemen millenium. Manajemen millenium telah di mulai 1.460 tahun kalender matahari atau 1.505 tahun kalender bulan yang lalu. Hanya Allah yang tahu kapan jam terakhir (tahun-tahun akhir) akan datang. Mungkin pada saat perhitungan millenium, mungkin juga setelahnya.Yajuj dan Majuj saat ini menjadi adikuasa dunia, namun mereka nantinya akan di hancurkanSetelah 1.500 tahun lebih menyatu dengan Yajuj dan Majuj seperti ombak di lautan, umat manusia saat ini ada yang mengadosi cara hidup mereka atau sekedar mengikuti mereka seperti hanyut di ombak yang deras. Saat ini sangatlah sulit untuk mengetahui siapa yang menjadi Yajuj dan Majuj asli atau siapa yang sudah bergabung dengan mereka. Inilah dasar dari Hadist 999 dari setiap 1000 manusia di neraka akan adalah golongannya Yajuj dan Majuj.Yajuj dan Majuj sudah keluar dari setiap ketinggian dan sudah menguasai setiap kedudukan penting, kedudukan yang memiliki kekuasaan (min kulli hadabin yansiluun, Al-Quran, Al-Anbiya, 21:96). Mereka sekarang adalah adikuasa di bumi. Adikuasa ini dibalik penampilannya adalah peradaban yang zalim (qaryatin zaalimatin), dan seperti peradaban yang zalim lainnya, akan dihancurkan menjelang datangnya jam j atau tahun-tahun mendekati peralihan manajemen millenium (Al-hajj, 22:45-48).Yajuj dan Majuj mengerti betul arti namanya dalam bahasa Arabm Yajuuj wa Majuuj. Kata-kata ini adalah bentuk aktif dan pasif dari akar kata hamza jiim jiim (suara dari a j j). Satu-satunya kontek yang sama di dalam Al-Quran yang sesuai dengan akar kata ini, adalah penggunaan kata ujaaj yang berarti rasa dari asinnya air yang terbakar. Sehingga Yajuj dan Majuj adalah mereka yang membakar yang lainnya (Yajuuj) dan mereka sendiri terbakar (Majuuj).Mengapa Allah mengutuk Yajuj dan Majuj dan juga seluruh umat manusia yang mengikuti gaya hidup mereka-yaitu untuk terbakar di neraka? Bagaimana seseorang mengenali gaya hidup Yajuj dan Majuj? Insya Allah, bab berikut ini akan menjelaskannya dengan menggunakan ayat-ayat yang muhkam.Apa itu fasaad?Yajuj dan Majuj dijelaskan sebagai mufsiduun fil ard (Al-Quran, Al-Kahf, 1894). Saya menterjemahkan artinya sebagai pelaku perusakan di bumi. Mari kita lihat lebih dekat lagi.Mufsiddun adalah pelaku plural dari, mufsid. Ini berarti sekelompok orang yang secara kolektif melakukan sesuatu. Dalam kasus ini, merujuk pada kelompok-kelompok manusia yang pekerjaan atau cara hidupnya secara kolektif mengakibatkan keburukan yang disebut sebagai fasaad. Kedua kata-kata ini, yaitu, fasaad dan mufsiduun, ditarik dari akar kata fa sen dal (suara dari f s d). Lalu, keburukan apa yang disebut fasaad?Allah menggunakan kata yang ditarik dari akar kata ini (yufsiduuna, yufsidu, yufsida, tufsiduu, Al-mufsidiin, dll) di dalam banyak kasus di Al-Quran untuk menjelaskan perilaku tertentu. Berikut adalah beberapa ayat yang mengimplementasikan rumus makna dari fasaad. Mohon untuk diperhatikan bahwa bentuk dari plural itu menjelaskan kegiatan sosial yang dilakukan secara kolektif. Juga artikel Al (the dalam bahasa Inggris, yang ter, dalam bahasa Indonesia) dan struktur gramatikal tertentu menunjukkan totalitas. Ini juga sama dengan semua atau seluruh.1. Fasaad religius. Larinya kelompok manusia (persekutuan, organisasi, masyarakat) dari Ketetapan Allah dimana mereka mengaku berkomitmen dengan Ketetapan Suci itu (yanquduuna ahda Allaahi min badi miithaaqihi wa yufsiduuna fil ard, Al-Quran, Al Baqarah, 2:27). Ketika golongan-golongan dari suatu agama melanggar Hukum dari Kitab mereka secara sistematis, ini disebut fasaad. Perilaku ini menghancurkan kehidupan akhirat dari para anggotanya.2. Fasaad hubungan keluarga. Secara sistematis memisahkan seluruh hubungan keluarga (yaqtauuna ma amara Allahu bihii an yuusala wa yufsiduuna fil ard, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:27). Ini berarti memisahkan suami dari istri, anak-anak dari orang tuanya, saudara dari saudaranya, dan seterusnya.3. Fasaad genosida. Pembunuhan masal (yufsiduu fiiha wa yaffikud-dimaa, tersurat, menumpahkan darah, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:30).4. Fasaad pertanian. Penghancuran tanaman pangan secara sistematis (li yufsida fiiha wa yuhlika al-harth, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:205). Ini termasuk rekayasa genetika yang menghancurkan sistem genetika pertanian, dan memasukkan kimia kedalam benih.5. Fasaad keturunan (nasl). Penghancuran sistematis dari cara reproduksi manusia atau pembunuhan masal anak-anak (li yufsida fiiha ya yuhlika an nasl, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:205) 6. Fasaad ekonomi. Sebuah sistem ekonomi yang di design agar yang berkuasa dan yang elit dapat menindas yang lemah dengan cara membedakan nilai mata uang, penetapan UMR, dan lain sebagainya (fa awful kayla wal miizaana wa la tabkhasu an-naasa ashyaahum wa la tufsiduu fil ardi bada islaahiha, Al-Quran, Al-Araaf, 7:85).7. Fasaad sodomi. Penerimaan sosial terhadap homoseksualitas dan lebianisme (tatuuna ar-rijaala al-mufsidiin, Al-Ankabut, 29:29-30).Sehingga fasaad adalah penghancuran berencana terhadap kehidupan manusia atau elemen kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Yajuj dan Majuj disebut sebagai mufsiduun namun tidak disebutkan jenis fasaadnya. Sehingga, Yajuj dan Majuj adalah kelompok (organisasi-korporasi-persekutuan-pemerintahan-orpol-ormas-golongan-golongan agama-semua yang bersimbol dan berbendera) manusia yang pekerjaan kolektifnya atau cara hidupnya adalah penerapan semua jenis fasaad. Mereka akan mendapatkan kemurkaan Allah dan pantas untuk dibakar di neraka. Mereka adalah orang yang disebut sebagai almaghduubi alayhim (orang-orang yang di murkai Allah) di dalam Surah Al-Fatiha.Di dalam Bab Satu, Sheikh Husein menjelaskan jenis-jenis fasaad yang dapat dikenali dalam skala global. Di dalam Bab Tujuh, dia menjelaskan fasaad genosida yang terjadi di beberapa abad baru-baru ini, sudah jelas merupakan kegiatannya Yajuj dan Majuj. Bagaimana mereka dapat membuat manusia menerima kegiatan kolektif dan individu yang mengerikan ini?Profil dari Yajuj dan Majuj dan kelompok-kelompok fasaad yang mereka kendalikanPada permulaan Surah Al-Baqarah Allah menjelaskan sekelompok orang yang pekerjaan kolektifnya melakukan fasaad. Allah menjelaskan pernyataan misi mereka yang palsu, keanehan kepercayaan mereka, cara mereka beraktifitas (modus operandi), struktur organisasi mereka, dan bahkan Allah menyebutkan dalang di balik mereka, mereka ini sebenarnya menjelaskan Yajuj dan Majuj dan kelompok fasaad lainnya yang bekerja untuk Yajuj dan Majuj.1. Front Keagamaan Palsu. Kelompok yang berpura-pura percaya pada Allah dan Hari Akhir (Hari akhir bukan kiamat namun akhir jaman, kiamat dalam Quran dirujuk sebagai Yaumul Qiyamah) (wa minan naasi man yaquulu aamanna billahi wa bilyaumil aakhiri wamahum bi muminiin, yukhaadiuuna Allaha walladhiina aamanu , Al-Quran, Al-Baqarah, 2:8-9,14).2. Kepercayaan yang aneh. Kelompok ini memiliki terlalu bangga untuk dapat membagi keyakinannya dengan orang awam yang mereka anggap bodoh (wa idhaa qiila lahum aaminuu kamaa aamanan naasu qaaluu anuminu kamaa aamanas sufahaa, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:13).3. Psikopat. Para anggota kelompok yang memiliki penyakit mental dan spiritual (hati yang sakit) yang Allah biarkan untuk menjadi lebih parah (fii quluubihim maradun fazaadahumu Allahu maradaa, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:10). Ini termasuk logika yang tidak masuk akal, ritual yang aneh dan penyimpangan seks.4. Penyeru perubahan dan perbaikan. Kelompok ini selalu menyatakan memiliki niatan yang baik, misi membangun masyarakat (wa idhaa qiila lahum la tutsiduu fil ardi qaaluu innamaa nahnu muslihuun, Al-Quan, Al-Baqarah, 2:11-12).5. Pertemuan rahasia dan konspirasi. Pemimpin kelompok secara reguler mengadakan pertemuan rahasia dengan pemimpin kelompok lain yang menjadi sekutu kelompoknya untuk membahas kegiatan bersama (wa idha khalau ilaa shayaatiinihim qaaluu innaa maakum Al-Quran, Al-Baqarah, 2:14,76 dan Ali Imran, 3:19-120).6. Para pemimpin kelompok itu adalah setan. Pemimpin lapangan melapor kepada pemimpin tertinggi yang diidentifikasi Allah sebagai setan-setan (wa idhaa khalu ilaa shayatiinihim Al-Quran, Al-Baqarah, 2:14). Inilah pertama kalinya disebutkan setan di dalam Al-Quran. Kebetulan dalam bentuk plural. Di dalam dua bagian selanjutnya, akan saya jelaskan siapa setan-setan ini, bagaimana mereka merekrut dan memotivasi anggotanya untuk kemudian memimpin kelompok-kelompok fasaad yang bekerja bagi Yajuj dan Majuj.Pada Bab Satu, Sheikh Husein menjelaskan sistem moneter dan keuangan fasaad global yang terpusat hanya dapat terjadi karena dibuat oleh kelompok-kelompok Yajuj dan Majuj. Di dalam Bab Empat, Sheikh Husein mengidentifikasi ciri-ciri Yajuj dan Majuj yang memiliki kesamaan dengan apa yang telah saya sebutkan di atas.Setan-setan: pemimpin-pemimpin karismatik dengan pidato yang manis namun menipuDalam membahas Setan (Ibliss adalah bapaknya umat jin), sang penipu ulung (Al-Ghoruur), Allah menetapkan manusia dan jin sebagai otak intelektual yang melawan para Nabi (wa laqad jaalnaa likulli nabiyyin aduw-wan shayathiina al-insi wal-jiin Al-Quran, Al-Anam, 6:112). Setan-setan ini memberi inspirasi (yuuhi, berbicara dengan rahasia atau terang-terangan) kepada satu sama lain dengan bahasa emas (zukhrufal qawli) yang digunakan sebagai alat tipu daya (ghuruura). Hati dan pikiran (quluub) yang tidak percaya pada akhirat akan mendengar bahasa mereka, menerimanya, dan konsekuensi akan berbuat dosa, apapun dosa yang akan mereka perbuat (Al-Quran, Al-Anam 6:113).Siapa dalang dan otak intelektual fasaad?Pemimpin utama dari Yajuj dan Majuj dan persekutuan kelompok-kelompok fasaad berasal dari sebagian Banu IsraelDi dalam penjelasan yang lain, mengenai pertemuan-pertemuan rahasia kelompok-kelompok pelaku fasaad, para pemimpin dan pemimpin utama (setan-setan) diindikasikan berasal dari kelompok yang sama (ketika mereka bertemu dengan sembunyi-sembunyi satu sama lain, (wa idhaa khalaa baduhum ilaa bad qaaluu atuhadithuunahum bimaa fataha Allahu alaikum Al-Quran, Al-Baqarah, 2 :76). Siapakah kelompok ini?Kontek yang terlihat di sini merujuk pada satu kelompok manusia yang berkonspirasi menolak Islam walaupun Taurat mereka telah menubuahkan mengenai Nabi dari Islam. Inilah kelompok Banu Israel (bagian dari Banu Israel) yang perilaku fasaad mereka tidak berubah selama bertahun-tahun (Al-Quran, Al-Baqarah, 2:40-73) dan tidak akan berubah di masa depan (hati mereka telah membatu, tidak akan pernah percaya kepada Al-Quran, Al-Baqarah, 2:74-75). Perilaku konspirasional mereka dijelaskan dalam insiden sapi (Al-Quran, Al-Baqarah, 2:67-73): Allah memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi dan kemudian memukulkan bagian dari sapi itu kepada korban. Korban hidup kembali sementara waktu dimana ia menyebutkan siapa-siapa yang telah membunuhnya (qataltum nafsan, kalian [plural] membunuh seseorang). Seluruh masyarakat Banu Israel telah berkonspirasi untuk menutupi siapa pelaku pembunuhan itu (wallahu mukhrijun ma kuntum taktumuun, dan Allah menyingkap apa yang kalian [plural] tutupi).Di dalam Al-Quran Banu Israel juga dirujuk sebagai Yahudi (Al-Yahuud) atau Orang-orang Yang diberi Kitab (ahlul kitab), atau Orang-orang Sebelum Kamu. Termin terakhir juga merujuk kepada Nasrani. Seringkali kontek Al-Quran menunjuk dengan jelas komunitas yang dimaksud, kadang juga tidak ditunjukkan untuk merujuk kedua komunitas itu, yaitu Yahudi dan Nasrani.Allah juga memberitahukan kita bahwa sebagian dari mereka yang diberi kitab (Kontek merujuk pada sebagian golongan atau sub golongan dari Banu Israel) meninggalkan Taurat dan menggantikannya dengan ayat-ayat buatan setan dari golongan jin (ma tatluu ash-shayatiin, Al-Quran, Al-Baqarah, 2:101-102). Talmud adalah salah satu dari kitab buatan setan dari golongan jin ini, Talmud adalah salah satu kitab suci dari Judaisme.Lebih lanjut lagi, Allah memberitahukan kepada kita bahwa seluruh Yahudi (Al-Yahuud) bekerja keras untuk melakukan fasaad (wa yas awna fil ardi fasaadan, Al-Quran, Al-Maidah, 5:64). Orang-orang shaleh yang berasal dari orang-orang yang diberi kitab (Yahudi yang shaleh), tidak termasuk di dalam golongan ini, mereka adalah Yahudi yang menerima Al-Quran (Ali Imran, 3:113-115).Berdasarkan argumen diatas, maka saya menyimpulkan bahwa manusia yang memimpin kawanan Yajuj dan Majuj dan juga kelompok-kelompok fasaad yang bekerja untuk mereka berasal dari komunitas Banu Israel yang membaca ayat-ayat setan dari golongan jin. Di dalam bagian sebelumnya, saya sudah menjelaskan ayat-ayat Al-Quran sebagai dasar hubungan antara Yajuj dan Majuj. Hubungan ini sangatlah penting untuk diskusi selanjutnya di satu set ayat-ayat yang menyebutkan Yajuj dan Majuj.Yajuj dan Majuj telah berhasil membawa Banu Israel kembali ke kota mereka yaitu JerusalemDi dalam Surah Al-Anbiya, ayat 21:95-97, Allah menyebutkan sebuah kota yang berhubungan dengan Yajuj dan Majuj. () () ()Kota itu telah dihancurkan dimana Al-Quran menyatakan bahwa penduduk kota itu dilarang kembali ke kota itu sampai syarat-syarat berikut ini terpenuhi:1. Yajuj dan Majuj telah dilepaskan ke bumi.2. Yajuj dan Majuj telah menyebar ke seantero bumi. Min kulli hadabin yansiluun yang setidaknya memiliki realisasi berikut ini:a) Yajuj dan Majuj telah beranak pinak dengan keturunan setiap keluarga bangsawan, raja-raja, atau elit penguasa di muka bumi.b) Yajuj dan Majuj telah menyusup ke dalam setiap organisasi (hadab = struktur yang ditinggikan, organisasi).c) Yajuj dan Majuj turun dengan cepat dari setiap ketinggian atau bukit, kontek ini berarti (melakukan serangan atau melakukan peperangan di semua penjuru bumi).Prasyarat ini telah menjelaskan bahwa Yajuj dan Majuj telah membantu orang-orang dari kota yang telah dihancurkan itu untuk kembali ke kota itu lagi. Di dalam Bab Enam, Sheikh Husein berhasil menghubungkan ayat-ayat ini kepada sejarah Jerusalem modern. Dia menunjukkan bahwa Banu Israel telah kembali ke Jerusalem dimana dahulu kala mereka telah terusir dari Jerusalem, ketika kota itu dihancurkan, dan mereka dikejar-kejar di seluruh penjuru bumi. Sehingga ayat-ayat ini menjelaskan mengapa Negara Yahudi Israel diciptakan dan kenyataan bahwa Banu Israel dipaksa untuk kembali ke Jerusalem. Sheikh Husein dengan benar beragumen bahwa mereka yang telah berkonspirasi membawa kembali Banu Israel ke Jerusalem adalah Yajuj dan Majuj.Fakta bahwa pemimpin dari Yajuj dan Majuj adalah sebagian dari Banu Israel menjelaskan motivasi ini.Ketika Yajuj dan Majuj telah menyelesaikan misi khusus ini, maka, Janji Kebenaran (Al-Waad Al-Haqq, atau jam j, hari pembalasan) telah dekat. Ini berarti kembalinya Yesus atau Isa (as) untuk yang kedua kalinya setelah ditolak bahkan direncanakan untuk disalib oleh Banu Israel. Maka jika saat itu tiba, mereka yang tidak beriman pada misi Yesus akan menatap dia dengan mata terbuka lebar pada kebenaran (shaakhisatun absaarul ladhiina kafaruu) dan menyadari bahwa sudah terlambat bagi mereka untuk menghindari murka Allah.Argumen Sheikh Husein bahwa kota itu adalah Jerusalem berdasarkan kepada yang berikut ini. Allah telah menyatakan bahwa Banu Israel akan menguasai bola bumi sebanyak dua kali dan sebanyak dua kali pula melakukan fasaad (Al-Quran, Al-Isra, 17:4-8). Saat pertama kali mereka berkuasa telah lama terjadi (wa kaana wadan mafuula: dan ini adalah sebuah nubuah yang sudah dilaksanakan). Saya mengajukan kepada anda pada kenyataan bahwa saat ini kita akan menyaksikan Banu Israel menjadi penguasa bumi untuk yang kedua kalinya (kalimat wadul aakhirati di dalam ayat ini berarti pemenuhan janji yang terakhir [naik menuju kekuasaan]). Seperti dinubuahkan ayat berikutnya ketika naik menjadi penguasa untuk yang kedua kalinya terjadi, Banu Israel akan dibawa ke Jerusalem dari berbagai negara oleh pihak lain (fa idhaa jaaa wadul aakhirati jinaa bikum lafiifa, Al-Quran, Al-Israa, 17:104).Dajjal (Mesiah Palsu), pemimpin tertinggi Yajuj dan MajujSaya telah beragumen sebelumnya bahwa pemimpin dari Yajuj dan Majuj pasti berasal dari golongan Banu Israel yang berkitab buatan setan dari golongan jin. Salah satu dari mereka pastinya menjabat sebagai pemimpin yang tertinggi. Hadith mengkonfirmasi hal ini dan merujuk pada personifikasi Yahudi yang dikenal sebagai Al-Masih (Mesiah) Ad-Dajjal (Pembohong, Peniru, Mengaku-aku) atau Mesiah Palsu (mereka menolak Mesiah yang asli yaitu Yesus atau Isa alaihissalaam). Rasulullah (saw) menemukan dan mengidentifikasi dia sebagai Ibn Sayyad, seorang pemuda Yahudi yang bermukim di Medinah. Hadith juga memberitahu kita bahwa Dajjal saat itu juga berada di tempat lain, yaitu di sebuah pulau tertentu. Menjadi jelas bahwa Dajjal tampil dalam berbagai bentuk, tahapan dan berbagai dimensi waktu. Di dalam bukunya, Jerusalem di Dalam Al-Quran Sheikh Husein menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui Dajjal di bumi.Yajuj dan Majuj sudah menyusup ke golongan-golongan agamaBerdasarkan penjelasan di Al-Quran mengenai karateristik dan struktur dari kelompok-kelompok pelaku fasaad, Ibn Masud (ra), sahabat Rasulullah (saw) mengatakan bahwa golongan-golongan Islam yang muncul pada masa beliau sebagai Yahudinya Islam. Yang beliau maksud adalah bahwa karateristik yang ditunjukkan oleh golongan-golongan Islam itu menyerupai dan sama persis dengan karateristik-karteristik kelompok-kelompok pelaku fasaad dari Banu Israil. Hadist memberitahu kita bahwa semua golongan-golongan Islam itu akan masuk neraka. Hanya mereka yang berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah yang akan selamat.Di dalam Bab Satu Sheikh Husein menantang semua golongan-golongan Islam untuk menjelaskan permasalahan Yajuj dan Majuj.Golongan-golongan tertentu dari Nasrani, Hindu, Budha, Atheis dan Politeist juga bermanifestasikan perilaku kelompok-kelompok pelaku fasaad.Sehingga lumrah adanya jika golongan-golongan sub agama ini bersekutu dengan golongan yang memiliki kekuatan dan kekuasaan tertinggi, yaitu kawanan Yajuj dan Majuj. Mungkin ketika kita berbicara saat ini, para pemimpin-pemimpin golongan-golongan itu sedang berkoordinasi dengan Dajjal.Mungkin inilah alasan mengapa Allah melarang Muslim untuk berteman dan bersekutu dengan Yahudi dan Nasrani. Allah memperingatkan bahwa mereka itu teman dan sekutu satu sama lain (baduhum awliyaau bad, AL-Quran, Al-Maidah, 5:51). Sheikh Husein mengenali bahwa peradaban modern Eropa (Barat) saat ini adalah persekutuan dan aliansi dari Yahudi dan Nasrani yang dimaksud dan merupakan pertubuhan dan manifestasi dan jati diri dari Yajuj dan Majuj.ImplikasiSheikh Husein menerawang secara spiritual yang dalam sekali mengenai konsekuensi politik, ekonomi, dan sosial dari keluarnya Yajuj dan Majuj ke bumi. Saya percaya pertanyaan penting yang harus dijawab saat ini adalah: Bagaimana kita dapat menolak ucapan manis yang keluar dari mulut setan untuk turut serta yang mereka lakukan yang tampak sebagai reformasi, perubahan dan kemajuan, namun pada realitasnya suatu kejahatan fasaad merusak aspek-aspek kehidupan manusia. Surah Al-Kahfi menawarkan jawaban: mundur dari kota-kota. Hadist juga menawarkan solusi yang sama. Di dalam Bab Tujuh, Sheikh Husein menawarkan konsep, Kampung Muslim.Integritas kolektif Muslim sebagai kesatuan ummah dan jamaahnya Muhammad (saw), sudah lama dihancurkan. Kalifah Islam (pemerintahan pusat) tidak dapat didirikan kembali selama Yajuj dan Majuj memegang kekuasaan penuh di muka bumi. Surah As-Saff, 61:1-14, menjelaskan sejarah bumi dan peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang. Mereka, yaitu bagian dari Banu Israil, yang telah melawan Musa (as) dan Isa (as) akan berusaha dan bersusah payah untuk memadamkan cahaya Allah. Mereka menawarkan Mesiah Palsu sebagai pengganti Isa (as). Pasukan Yajuj dan Majuj mereka telah menguasai seluruh kolong jagat. Namun Imam Al-mahdi (as) akan memulai perlawanan pertama, dan Isa (as) yang akan mengakhirinya. Kemudian dia akan memerintah bumi dari Jerusalem berdasarkan Islam.

Tammam Adi

Safar 1430.