pancasila
-
Upload
alocitta-anindyanari -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of pancasila
MAKALAH PANCASILA
“SILA KEEMPAT “
021411131031 Raissa Tryantakarina Neysa
021411131032 M. Yudhistira R . K. W
021411131033 Zhafira Nur Shabrina
021411131034 Dea Syarafina Putri Wiyono
021411131035 Lisa Rosullia
021411131036 Afrizal Erviyansyah
021411131037 Anita Fidausi
021411131038 Mochamad Egiarta B.
021411131039 Sugandi Mastia Anugrah
021411131040 Nafilah Karimah
021411131041 Bilqis Inas Nur Hanifah
021411131042 Santri Khumairo' Jelita
021411131043 Bhetari Dwitya Dhinugrahini
021411131044 Ni Putu Clara Pita Loka
021411131045 Shalisyah Ahnor
021411131046 Priska Rimangabing Sinaga
021411131047 Lara Ajeng Lazuardi
021411131048 Larasati Kianti Putri
021411131049 Firza Basalamah
021411131050 Lucindari Gea Permata
021411131051 Mochamad Khairullah Fakhri S.
021411131052 Muhammad Fayi' Arieffudin
021411131053 Viola Arinda Laras
021411131054 Tiara Pravita Febrianti
021411131055 Windymartha Sari
021411131056 Eriana Novia Rachmawati
021411131057 Alocitta Anindyanari
021411131058 Qonita Azahrah Darudi
021411131059 Luqmanul Hakim
021411131060 Fridianty Anggraeni
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
1.1.Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Aguatus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Selain itu Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia, dan juga merupakan
ideologi bagi bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai dasar Negara karena sila-sila pada
pancasila merupakan pedoman hidup bangsa dan juga pola pikir bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber norma di Indonesia, baik norma hukum ataupun norma
etika.
Norma etika merupakan suatu norma yang melekat pada seseorang yang bertujuan
untuk menunjukkan suatu kebaikan atau keburukan, dan tidak dibatasi oleh Undang-
Undang dan melekat pada diri. Sedangkan norma hukum merupakan suatu norma yang
berlaku bagi suatu masyarakat atau Negara tertentu dan bergantung pada Undang-Undang
yang ada.
Maka tiap sila dalam pancasila mengandung norma etika dan norma hukum pada
segala bidang, salah satunya pada bidang kedokteran gigi. Adanya musyawarah dengan
sesama dokter gigi dalam mengambil tindakan perawatan juga merupakan implementasi
dari salah satu sila pancasila, yaitu sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.
1.2. Rumusan Masalah
1). Apa makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila?
2). Nilai-nilai dan butir-butir apa yang terkandung dalam sila ke-4 Pancasila?
3). Apa implementasi dari sila ke-4 Pancasila bagi Indonesia?
4). Apa penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4?
5). Dapat membedakan norma etika dan norma hukum dalam sila keempat.
6). Dapat mengerti norma etika dan norma hukum yang terkandung dalam sila keempat.
7). Dapat mengimplementasikan sila keempat dalam bidang kedokteran gigi.
1.3.Tujuan Penulisan Makalah
1). Memahami makna yang terkandung dari sila ke-4 dalam Pancasila
2). Memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke-4 dalam Pancasila
3). Dapat mengethui dan menjalankan implementasi dari makna yang terkandung dalam sila ke-4 Pancasila.
4). Mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4 dalam Pancasila di Negara Indonesia
- Mengerti perbedaan dari norma etika dan norma hukum dalam Pancasila sila
keempat.
- Mengerti apa saja norma etika yang terkandung dalam Pancasila sila keempat.
- Mengerti apa saja norma hukum yang terkandung dalam Pancasila sila
keempat.
- Menerapkan norma etika dan norma hukum yang terkandung dalam Pancasila
sila keempat dalam bidang kedokteran gigi.
BAB II
DASAR TEORI
Vio:
2.1. Makna Sila ke-4 Pancasila
2.1.1. Makna dari Sila ke-4 Pancasila
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan
kedudukannya pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir tidak
diterapkan lagi dalam demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi
”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksnaan dalam perwusyawaratan perwkilan.
Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara
berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara
Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara
Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-empat mengandung
pula sila-sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-
Tuhanan Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ke-empat pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :
· Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
· Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
· Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
· Bermusyawarah sampai mencapai consensus ataukatamufakat diliputidengan semangat
kekeluargaan.
Sila ke-empat yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara bahasa
membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi.
Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai
filosofis yang diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak
hanya itu, secara lahiriyah sila ini menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah
dalam menjalankan setiap tindakan pemerintah.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.
Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya, setiap
apapun langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur dari, oleh dan
untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang
seharusnya terangkat ke permukaan sehingga menjadi realita yang membangun bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang dibahas sebagai berikut :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang dimaksud
adalah melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam
pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan
keputusan secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya
keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa
penentu demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil
kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam
kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang
ditempatkan lebih dahulu.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan
di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar
dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan
keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan
suara. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang
bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan,
maka dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu memang di Indonesia berada pada
tangan rakyat atau masyarakat. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda saja, di desa-
desa kekuasaan ditentukan oleh kebulatan kepentingan rakyat, misalnya pemilihan kepala
desa. Musyawarah yang ada di desa-desa merupakan satu lembaga untuk menjalankan
kehendak bersama. Bentuk musyawarah itu bermacam-macam, misalnya pepatah
Minangkabau yang mengatakan : “Bulat air karena pembunuh, bulat kata karena
mufakat”.
Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang mana
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang
berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif,
bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi,
pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang
profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara demokratis yang
dipimpin oleh orang yang dewasaprofesional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan
permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai
Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui
sistem musyawarah (government by discussion).)
2.2.Nilai-nilai dan butir-butir yang terkandung dalam sila ke-4 dari Pancasila
Pada hakekatnya sila ke 4 ini didasari oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta
menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Demokrasi pancasila
menyerukan pembuatan keputusan melalui musyawarah mencapai mufakat. Ini adalah
demokrasi yang menghidupkan prinsip-prinsip Pancasila.
Hal ini mengimplikasikan bahwa hak demokrasi harus selalu diiringi dengan
sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut
keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke atas
harkat dan martabat manusia, serta memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan
nasional menuju keadilan sosial.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara
adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak
harus dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung
dalam sila keempat adalah :
1. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia
menganut demokrasi.
2. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad baik sesuai
dengan hati nurani.
3. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan
rakyat.
5. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
6. Menjujung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
7. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
8. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan
adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
9. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku maupun agama.
10. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
11. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan
beradab.
12. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar
tercapainya tujuan bersama.
Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
2.1 decan : Definisi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
Lafal dari sila ke-4 terdiri dari beberapa kata bermakna yang telah dipilih oleh para
leluhur yang merumuskan pancasila. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerakyatan
berarti segala sesuatu mengenai rakyat atau bisa diartikan sebagai demokrasi. Hikmat yang
berarti kebijakan. Lalu kebijaksanaan yang berarti kepandaian menggunakan akal
budinya (pengalaman dan pengetahuannya). Setelah itu ada kata permusyawaratan
yang berarti pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas
penyelesaian masalah. Yang terakhir adalah kata perwakilan yang berarti seseorang
atau kelompok yg bertindak atas nama kelompok yg lebih besar.
Dari definisi tersebut, dapat tergambar bahwa di dalam sila ke-4 terkandung
makna bahwa NKRI menerapkan asas kerakyatan yang merupakan
landasan penerapan kedaulatan rakyat dan sebagai basis
demokrasi yang dipimpin oleh pemimpin yang bijaksana dengan
tananan dan tuntutan musyawarah. Sehingga bila dimaknai dengan
kalimat yang lebih singkat, sila keempat ini menunjuk pada NKRI
sebagai negara demokrasi yang dipimpin oleh perwakilan yang
bijaksana dan professional melalui sistem musyawarah
2.2 Butir-Butir Sila ke-4 dalam Pancasila1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
2.3 Nilai-Nilai Sila ke-4
1. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti
Indonesia menganut demokrasi.
2. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh
itikad baik sesuai dengan hati nurani.
3. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu
hal, berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui
badan perwakilan rakyat.
5. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
6. Menjujung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
7. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
8. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena
perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
9. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu,
kelompok, ras, suku maupun agama.
10. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
11. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil
dan beradab.
12. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar
tercapainya tujuan bersama.
BAB III
PEMBAHASAN
Vio :
3.1 Implementasi dari sila ke-4 dalam Pancasila
Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan
Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung
jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama masing-masing, dan
menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun
pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila ke-4 dari pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil
keputusan musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan keadilan,
serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.
3.2 Penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4
Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin tergeser dari
fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini sebelumnya sudah dianut
oleh Amerika yang notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan lagi termasuk
negara berkembang, pun di Amerika sendiri yang sudah berabad- abad menganut
demokrasi masih dalam proses demokratisasi. Artinya sistem demokrasi Amerika serikat
sedang dalam proses dan masih memakan waktu yang cukup lama untuk menjadi Negara
yang benar- benar demokratis. Namun jika dibandingkan Indonesia, demokratisasi di
Amerika sudah lebih menghasilkan banyak kemajuan bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap
landasan/dasar Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika bangsa
Indonesia mampu melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam
hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam
sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada
pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya
mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan
bersama atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan
mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.
Priska :
Sebagai dasar nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia Pancasila sebagai tata
panduan dalam berkehidupan dan berkebangsaan.Dalam hal ini sila ke-4 “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” ,
memegang pernanan yang penting dalam menyusun pola etika pada bangsa Indonesia,
terkhusus masyarakat.Keberadaan etika sebagai alur pengatur kehidupan masyarakat.Sila
ke-4 selalu dikaitkan dengan demokrasi bangsa.
Dalam kaidahnya Sila ke-4 dalam pancasila ini juga mengatur tentang etika yang mana ,
etika berlaku dalam kehidupan keseharian , yang tidak diatur secara legal oleh hukum di
Indonesia , sekaligus sila ke-4 mengatur tentang tindakan hukum yang diatur secara
langsung oleh Undang Undang , dan juka dilanggar akan mendapatkan sanksi dan
ganjaran sesuai Undang Undang yang berlaku.Oleh karena itu dalam bab ini akan
dijelaskan contoh contoh etika yang didasari oleh sila ke-4 , beserta contoh tindakan
hukumnya .
Seperti yang di ikrarkan oleh pancasila sila ke-4 yang berbunyi “Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan“, dalam
bermusyawarah, hendaknya untuk dipimpin oleh orang yang mempunyai kredibilitas
yang kuat serta bijak dalam mengambil keputusan-keputusan yang tidak sewenang-
wenangnya supaya musyawarah berlangsung tertib dan menghasilkan suatu hal yang
berguna. Musyawarah sering juga kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.Sebagai
contoh kecil disaat kita ingin makan bersama teman-teman kita pasti bermusyawarah
untuk menentukan makanan apa dan dimana akan makan.Sering juga kita melakukan
voting untuk memilih yang paling banyak dipilih untuk menentukan tempat dan makanan
apa yang akan dimakan bersama-sama.Hal-hal kecil seperti ini secara tidak sadar kita
lakukan dan sering kita jumpai dalam setiap sisi kehidupan kita.(Fahmi 2012 )
Pancasila mengajarkan kepada kita agar kita memiliki etika dimanapun kita berada,
mampu menempatkan diri sesuai tugasnya. Terutama para wakil rakyat yang telah diberi
kepercayaan oleh rakyat untuk menjadi media perantara antara rakyat dan penguasa.
Sebenarnya di Indonesia telah menganut sistem demokrasi pancasila yaitu siapapun yang
menjadi presiden, dia haruslah adil kepada rakyat karena rakyatlah pemegang kekuasaan
tertinggi. Itu adalah ciri demokrasi pancasila, cirri yang lainnya adalah selalu berdasarkan
kekeluargaan, kebersamaan dan mengambil suatu keputusan dengan cara musyawarah,
kepentingan rakyat selalu menjadi lebih penting. ( Tahajudin 2011 )
Shalisyah : SILA ke 4
Dalam pidato tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mencoba memenuhi permintaan Ketua BPUPKI dr. K. R. T. Radjiman Wediodiningrat tentang philosofische grondslag Indonesia Merdeka. Untuk dasar ketiga, Sang Proklamator tersebut menguraikan tentang “dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan”. Sang Orator haqqul yakin bahwa “syarat multak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan”. Indonesia adalah negara“’semua buat semua’, ‘satu buat semua, semua buat satu”.
Proses persidangan berikut kemudian merumuskan dasar itu menjadi sila ke-4 yang kita kenal sekarang: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. .
Untuk pemahaman yang benar, kita kupas satu persatu aspek yang ada. Setelah itu kita akan menemukan betapa dalamnya makna sila berlambang kepala banteng ini.
A. “Kerakyatan” dan “demokrasi”
Ihwal kerakyatan pertama-tama adalah tentang “segala sesuatu yang mengenai rakyat”. Dalam kehidupan politik nasional, makna kerakyatan kemudian mengerucut pada “demokrasi”.
Kita harus camkan, demokrasi adalah kata serapan dalam bahasa Indonesia. Kemudian, secara konseptual demokrasi adalah buah-pikir masyarakat Barat. Meski
konsep demokrasi kemudian menjadi universal, tetapi setiap negara mempunyai kisah dan sejarah masing-masing. Universal sebagai suatu konsep, majemuk dalam pelaksanaan nasional.
Oleh karena itu tidak heran kita mengenal “Demokrasi Parlementer”, “Demokrasi Terpimpin”, dan “Demokrasi Pancasila”. Ketiganya memiliki persamaan: sistem pemerintahan. Mengapa kita coba sana coba sini? Karena kita mencoba mencari sistem yang terbaik dan tercocok. Yang patut kita camkan: demokrasi adalah alat, bukan tujuan.
Apakah yang menjadi tujuan “demokrasi” ? Merujuk kepada Pancasila: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Apakah ini artinya Pancasila adalah suatu sistem perjenjangan sila? Tidak, sebab kelima sila paut-memaut sebagai dasar Indonesia Merdeka. Itu sebabnya Sukarno kemudian mengatakan, urutan sila tidak penting. Pancasila bisa menjadi Trisila, dan bahkan menjadi satu dasar: “gotong-royong”.
Dasar untuk apa? Untuk “Indonesia Merdeka” (baca: kerakyatan dalam arti luas). Apakah yang menjadi tujuan “kerakyatan”? Merujuk pada Pembukaan UUD 1945: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan melaksanakan ketertiban dunia.
Jadi kerakyatan adalah segala sesuatu yang mengantarkan kita mewujudkan tujuan Indonesia Merdeka, dan demokrasi adalah alat untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. “Dipimpin”
Sifat pasif sangat dominan dalam penyusunan kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi sebagian karena budaya ewuh-pakewuh; sebagian lagi karena pribadi/subyek penerima perbuatan adalah lebih penting ketimbang pribadi/subyek pemberi perbuatan. Kepasifan ini lebih jelas melalui “tut wuri handayani”: dari belakang mendukung/mendorong.
Jadi kerakyatan yang didukung/didorong “hikmat kebijaksanaan”, yang merupakan buah dari “permusyawaratan perwakilan”, akan mengantarkan rakyat Indonesia kepada tujuan Indonesia Merdeka.
C. “Hikmat kebijaksanaan”
Pancasila dengan akurat merumuskan kekhasan demokrasi kita. Bukan tokoh atau suara mayoritas, tapi hikmat kebijaksanaan yang merupakan penentu keberhasilan demokrasi. Demikian tinggi kearifan lokal kita dalam menentukan kriteria kepemimpinan. Akibatnya: pribadi tanpa hikmat kebijaksanaan tidaklah layak memimpin Indonesia. Pimpinan tanpa hikmat kebijaksanaan tidak akan jauh dari kubang kesesatan.
Ada dua cara untuk memperoleh “hikmat kebijaksanaan”. Pertama, kedalaman penguasaan ilmu pengetahuan yang melibatkan kontemplasi. Kedua, pengalaman langsung (first-hand experience) menghadapi berbagai macam masalah. Cara kedua terangkum dalam perumusan sila ke-4. “Permusyawaratan perwakilan” akan memberikan kita pengalaman yang langsung berbuah pada hikmat kebijaksanaan. Jadi “hikmat kebijaksanaan” adalah daya pimpin satu-satunya yang bisa mewujudkan kerakyatan yang kita cita-citakan.
D. “Permusyawaratan perwakilan”
Bung Karno menyarankan agar segala tuntutan dan pertarungan ide berlangsung di forum badan perwakilan. Kita boleh mati-matian berdebat, tapi hanya terbatas di forum ini. Setelah selesai proses di sini, kita semua bersatu-suara sebab kepentingan bangsa di atas segalanya. Namun kita juga belajar memahami permasalahan sesama. Dengan kata lain: lebih berhikmat kebijaksanaan setiap usai suatu permusyawaratan.
Pertama, musyawarah adalah pembahasan bersama oleh semua pihak. Itu sebabnya UUD 1945 sebelum Perubahan mengenal Fraksi Utusan Golongan dan Utusan Daerah di MPR. Kursi di MPR diperoleh bukan lewat pemilu, tetapi sudah teralokasi sejak awal. Apapun hasil pemilu, semua elemen di masyarakat harus tetap terwakili.
Kedua, forum musyawarah berbeda dengan forum perwakilan. DPR hanya mengakomodasi hasil pemilu, tapi MPR mengakomodasi semua elemen masyarakat. DPR sebagai mitra kerja Presiden, yang adalah “mandataris MPR”.
Sila ke-4 dan Pilkada oleh DPRD
Pancasila tetap menjadi dasar negara meski UUD 1945 mengalami perubahan. Tidak ada perubahan filosofis, tetapi yang terjadi adalah perubahan yuridis. Pancasila
tetap menjadi dasar dari UUD 1945. Yang berubah adalah bagaimana UUD 1945 pasca Perubahan mencoba membawa kita mewujudkan tujuan Indonesia Merdeka.
Argumentasi tentang pilkada oleh DPRD Provinsi dapat kita terima sebelum Perubahan. Sebagai lembaga tertinggi negara, MPR menjadi forum permusyawaratan seluruh bangsa Indonesia. Berdasarkan hasil musyawarah (Garis-garis Besar Haluan Negara), MPR mengangkat Presiden sebagai mandataris. Semua kepala daerah menjadi perpanjangan tangan Presiden, sebab mereka adalah wakil Pemerintah Pusat di daerah. Jika aspirasi rakyat tidak tertampung, maka kita masih bisa berharap MPR menjadi forum solusi bersama.
Namun argumentasi itu menjadi tumpul ketika Perubahan UUD 1945 mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. MPR tidak lagi bermusyawarah menghasilkan GBHN. Presiden menjadi mandataris rakyat yang terpilih secara terpisah dari kepala daerah. MPR, DPR, dan DPRD tidak lagi berbeda secara hakikat. Semua sama-sama hasil pemilihan dengan suara mayoritas, sehingga tidak semua elemen masyarakat terwakili. Oleh sebab itu, tidak semua elemen rakyat terwakili dalam memilih kepala daerah.
DPRD Provinsi terdiri dari para politisi yang terpilih dalam pemilu. Politisi pada dasarnya adalah kader partai. Oleh karena itu mereka adalah partisan. Karena partisan, adakah hikmat kebijaksanaan yang bisa kita harapkan dari mereka.
Berdasarkan uraian di atas, maka demokrasi menurut sila ke-4 bukanlah “demokrasi perwakilan”. Perwakilan yang tidak menyeluruh tidak akan menjadi suatu permusyawaratan. Tanpa permusyawaratan, tidak akan hadir hikmat kebijaksanaan. Tanpa hikmat kebijaksanaan, kita hanya akan mendapatkan kepemimpinan yang pandir. Kerakyatan yang dipimpin oleh kepandiran adalah kekacauan.
Sumber : http://law.ui.ac.id/
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4)/Eka Prasetya Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa Orde Baru. Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978. Ketetapan MPR no. II/MPR/1978tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk hukum ini tidak berlaku lagi karena Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut dengan Ketetapan MPR no XVIII/MPR/1998 dan
termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Dalam perjalanannya 36 butir pancasila dikembangkan lagi menjadi 45 butir oleh BP7. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.
Sila ke- 4 :
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/
Pengamalan Sila ke- 4 dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan5. Dengan itikad dan tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan YME, menjunjung harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan
8. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain9. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.10. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.11. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasilmusyawarah.
12. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
13. Di dalam musyawarah di utamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
14. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
15. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama
16. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Afrizal :
A. Sikap-Sikap Positif Hak Dan Kewajiban Sesuai Sila Ke-4
Dalam berbangsa dan bernegara sebagai Warga negara Indonesia (WNI) kita
harus selalu bersikap positif agar tercipta persatuan, kedamaian, dan
kesejahteraan rakyat. Sikap- sikap positif tersebut adalah :
• Mencintai Tanah Air (nasionalisme).
• Menciptakan persatuan dan kesatuan.
• Ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan.
• Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
• Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
• Mengeluarkan pendapat dan tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
• Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
• Memperoleh kesejahteraan yang dipimpin oleh perwalian.
B. Implementasi dari sila ke-4 dalam Pancasila
Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta
Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah
kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut
keyakinan beragama masingmasing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan,
serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun pelaksanaan /implementasi dari
penerapan sila ke-4 dari pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam
musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
dan keadilan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
C. Penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4
Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin
tergeser dari fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini
sebelumnya sudah dianut oleh Amerika yang notabene adalah sebuah Negara
adidaya dan bukan lagi termasuk negara berkembang, pun di Amerika sendiri
yang sudah berabad- abad menganut demokrasi masih dalam proses
demokratisasi. Artinya sistem demokrasi Amerika serikat sedang dalam proses
dan masih memakan waktu yang cukup lama untuk menjadi Negara yang benar-
benar demokratis. Namun jika dibandingkan Indonesia, demokratisasi di Amerika
sudah lebih menghasilkan banyak kemajuan bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap
landasan/dasar Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika
bangsa Indonesia mampu melaksanakan apa yang telah diwariskan para
pahlawan kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya
didalam hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara
Indonesia dalam sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat
enggan lagi percaya kepada pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang
seharusnya mereka adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan
Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan
azas untuk mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa
dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-
peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas,
tetapi dari kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada
kepentingan bersama atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal
dan mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.
Yudhis :
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sila ke-4
”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan
Perwakilan “
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-
haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan
negara dan kepentingan masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada
dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum
diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan
musyawarah. Keputusan dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai
mufakat ini, diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa
Indonesia.
Setiap manusia Indonesia harus menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil
keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya
dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini
kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan
permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil yang dipercayanya.
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi. Akan tetapi, saat ini Indonesia sudah
menggunakan paham liberalis, yaitu dimana setiap individu mempunyai hak penuh untuk
menentukan pilihan. Dan cara pemilihan ini biasanya dengan cara votting.
2.2 Makna sila ke-4 dari Pancasila
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai tergeser fungsi dan
kedudukannya pada zaman modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir tidak
diterapkan lagi dalam demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi
”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksnaan dalam perwusyawaratan perwkilan.
Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara
berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara
Indonesia. Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara
Indonesia adalah mutlak pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila, sila ke-empat mengandung
pula sila-sila lainnya, sehingga kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang berke-
Tuhanan Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ke-empat pancasila yang berbunyi “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama
Bermusyawarah sampai mencapai consensus ataukatamufakat diliputidengan semangat
kekeluargaan.
Sila ke-empat yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara bahasa
membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi.
Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai
filosofis yang diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak
hanya itu, secara lahiriyah sila ini menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah
dalam menjalankan setiap tindakan pemerintah.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri.
Maksudnya adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya, setiap
apapun langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur dari, oleh dan
untuk rakyat. Disini, rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang
seharusnya terangkat ke permukaan sehingga menjadi realita yang membangun bangsa.
Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang dibahas sebagai berikut :
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang dimaksud adalah
melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam
pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.
2. Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan
tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan
secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan itu
diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa penentu
demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai hasil
kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam
kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai yang
ditempatkan lebih dahulu.
3. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan
di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar
dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan keputusan
secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan suara.
Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang
bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan,
maka dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu memang di Indonesia berada pada
tangan rakyat atau masyarakat. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda saja, di desa-
desa kekuasaan ditentukan oleh kebulatan kepentingan rakyat, misalnya pemilihan kepala
desa. Musyawarah yang ada di desa-desa merupakan satu lembaga untuk menjalankan
kehendak bersama. Bentuk musyawarah itu bermacam-macam, misalnya pepatah
Minangkabau yang mengatakan : “Bulat air karena pembunuh, bulat kata karena
mufakat”. Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang
mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin
yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, arif,
bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi,
pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang
profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara demokratis yang
dipimpin oleh orang yang dewasaprofesional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan
permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai
Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui
sistem musyawarah
2.3 Nilai dan butir-butir sila ke-4 Pancasila
Pada hakekatnya sila ke 4 ini didasari oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta
menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Demokrasi pancasila
menyerukan pembuatan keputusan melalui musyawarah mencapai mufakat. Ini adalah
demokrasi yang menghidupkan prinsip-prinsip Pancasila.
Hal ini mengimplikasikan bahwa hak demokrasi harus selalu diiringi dengan
sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut
keyakinan beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke atas
harkat dan martabat manusia, serta memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan
nasional menuju keadilan sosial.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara
adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula
kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak
harus dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung
dalam sila keempat adalah :
a. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia
menganut demokrasi.
b. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad baik sesuai
dengan hati nurani.
c. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
d. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan rakyat.
e. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
f. Menjujung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
g. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
h. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
i. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku maupun agama.
j. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.
k. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab.
l. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar tercapainya
tujuan bersama.
Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
2.4 Implementasi dari sila ke-4 Pancasila
Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada hakekatnya didasari oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta Persatuan
Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia. Hak demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah kesadaran bertanggung
jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan beragama masing-masing, dan
menghormati nilai-nilai kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan. Adapun
pelaksanaan /implementasi dari penerapan sila ke-4 dari pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan melaksanakn hasil keputusan
musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai dalam musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, dan keadilan,
serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bersama.
8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.
2.5 Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap sila ke-4
Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah semakin tergeser
dari fungsi dan kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini sebelumnya sudah
dianut oleh Amerika yang notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan lagi
termasuk negara berkembang, pun di Amerika sendiri yang sudah berabad- abad
menganut demokrasi masih dalam proses demokratisasi. Artinya sistem demokrasi
Amerika serikat sedang dalam proses dan masih memakan waktu yang cukup lama untuk
menjadi Negara yang benar- benar demokratis. Namun jika dibandingkan Indonesia,
demokratisasi di Amerika sudah lebih menghasilkan banyak kemajuan bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa Indonesia terhadap
landasan/dasar Negara dan hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika bangsa
Indonesia mampu melaksanakan apa yang telah diwariskan para pahlawan kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum terpenuhi hak dan kewajibannya didalam
hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang ada didalam Negara Indonesia dalam
sistem kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat enggan lagi percaya kepada
pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara dan rakyat, yang seharusnya mereka
adalah penyalur aspirasi demi kemajuan dan kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum yang tidak sesuai dengan azas untuk
mencapai mufakat,sehingga banyak masyarakat yang merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa menghormati adanya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat bukan dari sisi kualitas, tetapi dari
kuantitas.
8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau golongan daripada kepentingan bersama
atau masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.