praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com · Web viewyang notabene mendongkrak perekonomian bangsa...
Transcript of praktikumsosiologiugm.files.wordpress.com · Web viewyang notabene mendongkrak perekonomian bangsa...
“BELANJA KUY!” :
Menilik Eksistensi E-Commerce dan Gerai terhadap
Pola Konsumsi Pemuda
DISUSUN OLEH :
1. Catur Rizki Anna Dhiniati (18/428299/SP/28508)
2. Noor Annisa’ Falachul Firdausi (18/424751/SP/28299)
3. Nourma Dewi Fatmawati (18/428309/SP/28518)
4. Vera Vebriana Salsabella (18/428320/SP/28529)
5. Winda Nurmalita (18/428321/SP/28530)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 0DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
LATAR BELAKANG 2
RUMUSAN MASALAH 3
MANFAAT PENELITIAN3
TUJUAN PENELITIAN 3
METODE PENELITIAN 3
1. Pendekatan Penelitian 3
2. Waktu dan Lokasi Penelitian 3
3. Teknik Pengumpulan Data 4
4. Teknik Analisis Data 4
BAB II DESKRIPSI WILAYAH 5
BAB III LANDASAN TEORI 6
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 7
A. Transaksi Langsung 7
B. Transaksi Online 10
C. Preferensi Transaksi 14
D. Manajemen Keuangan 18
E. Dorongan Iklan dan Sekitarnya21
BAB V PENUTUP 22
Kesimpulan 22
Limitasi 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
1.2 Wawancara 24
2.2 Pembagian Kerja 25
3.2 Interview Guide26
4.2 Mind Map Individu 27
5.2 Mind Map Kelompok 31
1
BAB I
PENDAHULUAN
0. LATAR BELAKANG
Memasuki era yang serba praktis saat ini, segala macam kebutuhan dan pekerjaan
manusia dipermudah dengan adanya teknologi. Teknologi sangat lekat dalam kehidupan kita
sebab melalui teknologi, semua informasi dapat tersebar dalam waktu singkat. Bahwasannya
teknologi adalah suatu bentuk penerapan sistematis dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah
yang digunakan untuk keperluan atau suatu keperluan agar lebih praktis dan efisien. Oleh
karena itu, teknologi adalah hasil ilmu pengetahuan modern yang dibuat untuk
mempermudah manusia, salah satunya membantu dalam komunikasi serta akses dalam
informasi agar lebih praktis (Peristiwati dalam Mangunjiwa, 2014).
Masyarakat Yogyakarta kini sudah tidak asing lagi dengan segala kemudahan yang
disuguhkan di berbagai media, terutama media online. Dengan adanya kemudahan tersebut,
maka muncul kecenderungan dalam masyarakat terutama dikalangan pemuda untuk
menggunakan fasilitas online salah satunya untuk kegiatan konsumsi. Seiring perkembangan
jaman, teknologi online ini merambah di setiap bidang. Salah satunya adalah pada bidang
perekonomian. Hal ini yang nantinya akan berkaitan dengan pola konsumsi pemuda saat ini.
Pemenuhan kebutuhan dalam perkembangan zaman saat ini menuntut efektivitas dan
efisiensi yang secara perlahan akan mengubah struktur dan jaringan sosial yang dibentuk.
Transaksi yang dikembangkan dalam dunia perekonomian bisa menjadi preferensi
kaum milenial. Kemudahan akses dalam transaksi cenderung menjadi hal primer yang
dipertimbangkan pemuda saat ini. Fasilitas dalam transaksi online yang mungkin lebih
memanjakan konsumen akan berpengaruh pada pola konsumsi pemuda yang akan
berdampak pada konstruksi sosial. Namun tetap saja, setiap tipe transaksi memiliki dua sisi
(baik dan buruk) dalam kehidupan seseorang.
Melihat fenomena yang sedang terjadi tersebut, maka dari itu kami mengambil studi
kasus di Kecamatan Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Harapan kami yaitu
mengetahui perilaku bertransaksi dan pola konsumsi para pemuda di daerah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sikap pemuda Desa Girikerto dalam menghadapi perubahan cara bertransaksi?
2
C. MANFAAT PENELITIAN
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
menambah kajian ilmiah mengenai sikap dan pola perilaku konsumsi para pemuda desa
Girikerto. Selain itu, penelitian yang kami lakukan ini betujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metode Penelitian Kualitatif I, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UGM di semeter dua masa perkuliahan kami.
Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat melalui analisis kritis yang
dipaparkan berdasarkan realitas yang kami dapatkan di lapangan. Melalui kajian ini diharapkan
para pemuda dapat mengontrol sikap dalam bertransaksi baik secara langsung atau offline
maupun secara online.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui persepsi dan sikap pemuda Desa Girikerto dalam menghadapi perubahan
cara bertransaksi
2. Memetakan pola dinamika pemuda di Desa Girikerto
E. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded
theory. Dimana kami berangkat tanpa asumsi tertentu dan data hanya berdasarkan pada
wawancara dan observasi lingkungan sekitar informan. Data diperoleh selama dua hari dengan
datang ke rumah informan untuk wawancara tentang topik yang kami pilih, yaitu pola
konsumsi pemuda Desa Girikerto.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian diadakan pada hari Sabtu, 27 April 2019 dan Minggu, 28 April 2019.
Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Basecamp penelitian mahasiswa Sosiologi UGM 2018
berada di Balai Desa Girikerto. Dusun yang menjadi target informan adalah Dusun Bening
Nganggring, Dusun Tegalsari Nganggring, Dusun Nangsri, Dusun Karanggawang, Dusun
Bangunmulyo, Dusun Daleman, Dusun Ponosaran, dan Dusun Somoitan. Target tempat
penelitian kelompok kami berlokasi di Dusun Karanggawang dan Dusun Nangsri.
3
3. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara semi-terstruktur : Dalam melakukan wawancara, kami memiliki interview
guide yang dibawa saat wawancara dan kami tambahkan dengan pertanyaan spontan terkait
dengan topik yang diangkat.
Observasi : Dalam penelitian ini, kami mencoba untuk memasuki warung atau minimarket
untuk membeli sesuatu sekaligus observasi akan fasilitas dan barang yang diperdagangkan.
Kami juga mengobservasi lingkungan sekitar baik di lingkungan informan maupun Desa
Girikerto secara luas. Kami melakukan obsevasi dengan mengendarai motor dan juga berjalan
kaki.
Dokumentasi : Dalam perjalanan menuju rumah informan, ketika kami melihat sebuah
warung atau minimarket, kami mengabadikan tempat tersebut. Kami juga mengabadikan
lingkungan sekitar Dusun Karanggawang melalui foto dan juga rekaman wawancara
dengan informan.
4. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data dari informan, kami menganalisis secara individu terlebih
dahulu, mulai dari transkrip data, indexing, coding, dan mind mapping. Setelah itu, kami
kumpulkan secara berkelompok. Jika sudah terkumpul, kami merumuskan sub-bab yang
diambil untuk kemudian dituangkan dalam bentuk laporan.
4
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH
Kecamatan Turi memiliki empat desa, antara lain Desa Bangunkerto, Desa Donokerto, Desa
Girikerto, dan Desa Wonokerto. Desa Girikerto menjadi tempat penelitian kami berlangsung selama
dua hari tersebut. Secara administratif, Desa Girikerto memiliki 13 dusun, 26 RW dan 66 RT. Dari
data Kecamatan Turi dalam angka tahun 2018, populasi di Desa Girikerto sejumlah 7.582 warga yang
terdiri dari 3.773 laki-laki dan 3.809 perempuan. Lokasi mudah dijangkau karena kondisi jalan sudah
beraspal, namun morfologi daerah masih perbukitan dan naik turun.
Gambar 1.1 , 1.2 , 1.3 Keadaan sekitar Girikerto (Nangsri dan
Karanggawang)
Topografi Desa Girikerto berada di kaki atau lereng Gunung Merapi. Wilayah Desa Girikerto
merupakan agraris yang subur karena wilayahnya yang terletak di kaki gunung Merapi sehingga
struktur tanah berupa pasir dan berbatu cadas. Mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian
dan perkebunan. Komoditas utamanya yaitu salak. Selain itu, penduduk juga memiliki mata
pencaharian sebagai peternak. Salah satu yang menjadi andalan warga di sana yaitu peternakan
kambing Etawa yang menghasilkan dan memproduksi susu. Selain itu, peternak memperoleh
kemudahan dalam mencari makanan ternak karena sebagian ladang dimanfaatkan untuk ditanami
rumput.
5
Gambar 1.4 Keadaan sekitar Girikerto (depan perkebunan salak)
BAB III
LANDASAN TEORI
TEORI MODERNISME
Salah satu bentuk nyata dari perubahan sosial adalah modernisasi yaitu perubahan sosial
budaya yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan. Modernisasi merupakan suatu
persoalan yang harus dihadapi masyarakat, karena proses tersebut mencakup bidang-bidang yang
sangat luas yang menyangkut proses disorganisasi, masalah-masalah sosial, konflik antar kelompok,
hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan lain sebagainya Teori modernisme dikemukakan oleh
Jurgen Habermas dan Anthony Giddens. Teori ini dipercaya bahwa perkembangan sejarah itu linier,
dari tahap kehidupan primitif sampai tahap modern seperti saat ini, serta dari keterbelakangan sampai
kemajuan (Rosana, 2015)
Menurut Jurgen Habermas, modernitas merupakan proyek yang tidak memiliki akhir. Ia
percaya bahwa sistem sosial tumbuh semakin kompleks, terdiferensiasi, terintegrasi, dan dicirikan
oleh alasan-alasan instrumental. Saat bersamaan, kehidupan dunia juga dapat disaksikan dengan
meningkatnya diferensiasi, kondensasi, sekularisasi, dan pelembagaan norma yang refleksif dan kritis.
Masyarakat rasional menjadi satu yang mencakup sistem dan kehidupan dunia yang rasional
mengikuti logika mereka sendiri. Sistem semakin didominasi oleh kehidupan dunia (life-world).
Habermas mengedepankan post modernis sebagai bentuk penolakannya pada masyarakat modern.
Giddens menggambarkan modernitas dalam empat institusi dasar. Sistem kapitalis dicirikan
oleh adanya produksi komoditas, penguasaan kapital secara privat, penggunaan tenaga kerja, dan
munculnya sistem kelas. Industrialisme melibatkan penggunaan sumber kekuasaan yang mematikan
dan mesin untuk memproduksi barang. Namun, hal ini juga mempengaruhi transportasi, komunikasi,
dan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut condong pada aktivitas dari populasi dalam kehidupan politik.
Empat karakter dasar di atas dikontrol oleh negara dengan kekerasan.
6
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Transaksi Langsung
Sebelum membicarakan tentang sub bab transaksi langsung, alangkah baiknya untuk
memaparkan definisi dari transaksi langsung terlebih dahulu. Transaksi langsung atau dapat
pula disebut transaksi offline merupakan bertemunya penjual dan pembeli secara langsung
yang di mana pembeli dapat memilih langsung barang yang dipilihnya untuk kemudian dia
beli (Bariroh, 2016). Penelitian yang kami lakukan pada tanggal 27-28 April 2019 kemarin,
salah satu informan kelompok kami yaitu Andri, dia selalu melakukan transaksi secara
langsung. Informan kami tersebut mengatakan bahwa dia belum pernah menggunakan jasa
penyedia transaksi jual beli online. Wawancara mengenai hal tersebut, tertuang sebagai
berikut.
N : “ terus ini aku mau tanya eee Mas Andri tuh pengguna itu nggak sih kayak Soppee,
Bukalalapak?”
A : “ enggak.”
N : “enggak ? enggak pernah? Jadi enggak transaksi di online ngga suka apa engga bisa
apa engga mau tau ?”
A : “enggak mau sih.”
N : “belum pernah atau udah pernah ?”
A : “itu belum. (Andri, 28 April 2019).
Setiap orang memang mempunyai hak di dalam menentukan pilihan. Seperti halnya yang
kami temukan di dalam penelitian ini. Meskipun pada zaman modern seperti sekarang ini banyak
pemuda yang memanfaatkan Startup penyedia jasa transaksi online, namun kami menemukan di
lapangan bahwa masih ada pemuda yang memilih transaksi langsung sebagai pilihan. Informan AD
selama ini melakukan transaksi secara langsung bukan tanpa alasan. Alasan dia melakukan transaksi
secara langsung atau offline adalah sebagai berikut.
A : “iya kan lebih enak, bisa lihat barangnya
juga.” Andri, 28 April 2019
7
Selain alasan di atas, informan ini juga mengatakan alasan lain memilih bertransaksi secara langsung
karena dia dapat secara langsung memilih-milih barang yang hendak dibeli.
A : “kalau kelebihannya kan ya itu bisa milih-
milih……” Andri, 28 April 2019
Tidak hanya alasan lainnya adalah apabila dia tidak suka dengan barang yang dipilihnya, dia dapat
mengembalikannya sebelum membayarnya. Seperti yang tertera sebagai berikut. Informan tersebut
karena dia tidak pernah melakukan transaksi secara online, maka ketika membutuhkan barang, dia
membelinya secara langsung seperti di warung dan di tempat makan. Dia sering pergi ke warung
untuk sekedar membeli barang seperti sabun cuci muka atau kopi ketika selepas pulang kerja.
A : “iya itu juga. kopi sama... biasanya kopi sama
pembersih muka itu juga.” Andri, 28 April
2019
Sama halnya dengan informan di atas, ada juga informan yang juga belum pernah sama sekali
menggunakan aplikasi penyedia jasa transaksi online. Informan yang berna Vebri belum pernah
menggunakannya dengan alasan mungkin dia akan menggunakannya ketika sudah bekerja (informan
merupakan seorang siswa SMK).
A : “Belum mbak, paling besok kalau udah kerja
mbak.” Vebri, 28 April 2019
Selain informan di atas, kami menemukan informan lain yang membeli kebutuhannya di
supermarket dengan jarak tidak jauh dari rumah. Informan kami yang bernama Anggun memilih
membeli barang di tempat tersebut ketika tidak menemukan barang yang dia cari di aplikasi penyedia
jasa transaksi online. Hal ini dibuktikan dengan kutipan percakapan berikut.
C : “berarti Mbak Anggun nek misal pas butuh tapi enggak memungkinkan untuk online, pas
belum ada itu. Ke itu, keluar Girikerto buat nyari barangnya?”
A : “belinya sii cuma do Turi sini lho, Mbak. Di Merapi Jaya sini.”
(Merapi Jaya yang dimaksud informan tersebut adalah supermarket yang berlokasi di Kecamatan
Turi). Setelah itu, informan Anggun menceritakan kegiatannya ketika melakukan transaksi secara
langsung di warung dan di Alfamart.
A : “Kalau ke Alfamart tu maksudnya aku soalnya
sabun mukaku kan belinya di Alfamart.”
Anggun, 28 April, 2019
8
Informan melanjutkan ceritanya ketika membeli secara langsung di warung.
A : “Mau beli mie, kalau bosen gitu. Beli mie, gitu.
Biasanya kalau ke warung-warung kecil gitu ya
cuma beli mie. “ Anggun, 28 April 2019
Seperti halnya informan di atas, kami juga menemukan pilihan pemuda di dusun ini yang
memilih membeli secara langsung di warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Kutipan
wawancara dengan informan ini adalah sebagai berikut.
F : “Terus kalau masnya sering ke warung atau ke Alfamart, Indomart gitu atau nggak ?”
S : ”Kalau ke warung, sering.”
F : “Sering. Biasanya kalau ke warung itu buat kebutuhan sehari-hari atau beli apa,
mas ?”
S : “Kalau ke warung itu sehari-hari. Keperluan sehari-hari.” (Septian, 28 April 2019).
Ada pula selain kedua informan di atas, ternyata kami juga menemukan informan-informan
lain yang juga melakukan transaksi langsung sebagai pilihan dalam bertransaksi. Kami menemukan
salah satu informan yang sering membeli makanan yang dijual temannya karena menjadi panitia event
divisi danus (dana usaha). Kutipan percakapan tersebut adalah sebagai berikut.
B : “Oh hahaha (ketawa) danusan. Soalnya kantin FTP tu udah terkenal murah kan, enak
gitu kan. Aku juga sering ke sana. Terus tu beragam juga kan di sana makanannya nggak
monoton kek gitu kek di FISIPOL. Terus jadi mbaknya transaksi offlinenya tuh jarang ya tadi ya.
Biasanya e warung cuman beli apa mbak? Ya kebutuhan kampus tadi ?”
R : “Hooh kebutuhan kampus.” Retno, 28 April 2019
(kata “hooh” merupakan kata yang berasal dari bahasa jawa, yang dalam bahasa Indonesia
adalah “iya”).
Dari pemaparan dan beberapa percakapan di atas, sub bab ini dapat sedikit disimpulkan
berdasarkan data yang kami temukan di lapangan. Kami menemukan bahwa pemuda di Dusun
Karanggawang, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman, DIY tetap melakukan transaksi secara
langsung atau offline meskipun mereka telah mengenal internet. Kami mendapatkan berbagai alasan
para informan memilih transaksi langsung. Alasan tersebut antara lain adalah karena tidak mau tau
tentang aplikasi penyedia jasa transaksi online, bisa memilih dan mengembalikan barang secara
langsung. Ada juga yang memilih membeli di warung atau di Alfamart untuk membeli barang sehari-
hari.
9
0. Transaksi Online
Transaksi online atau electronic commerce bisa didefinisikan sebagai mekanisme
bisnis secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai media utama pertukaran barang
dan jasa kepada konsumen (Dewantara dan Sugara, 2017). Transaksi online cenderung
memiliki peran yang besar terhadap pola konsumsi masyarakat, terutama sebagian pemuda
yang saat ini dikenal dengan kaum millenial. Transaksi online bisa dikatakan lahir dari
revolusi teknologi yang merambah ke segala bidang. Internet yang menjadi medium dalam
kehidupan online menjadi piranti primer untuk melakukan mekanisme tersebut. Eksistensi dari
internet sendiri tidak bisa diabaikan karena saat ini hampir semua hal berhubungan dengan
internet. Meningkatnya prevalensi penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari termasuk
kenyamanan bertransaksi online secara perlahan akan mengubah tata perilaku masyarakat
secara signifikan dan akan mentransisi seluruh bidang yang berkorelasi dengan kehidupan
sehari-hari, seperti praktek bisnis yang saat ini sedang marak dijalankan. Kaum millenial juga
sudah terlekat dengan sebuah gawai pintar yang cenderung menyediakan semua fasilitas yang
dibutuhkan.
Tuntutan globalisasi yang berorientasi pada efektivitas dan efisiensi menjadi alasan
utama penggunaan media online secara besar-besaran dalam kehidupan. Fasilitas yang
disediakan cenderung memanjakan karena segala kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah.
Transaksi online yang kerap digunakan saat ini menjadi prioritas masyarakat untuk
menggunakan fasilitas dengan piranti internet tersebut. Hal ini dapat didukung dari hasil
survey global yang menyatakan bahwa Hasil riset ICD (Suatu lembaga riset) memprediksi
bahwa pasar e-commerce di Indonesia akan tumbuh 42% dari tahun 2012-2015. Angka ini
lebih tinggi jika dibandingkan negara lain seperti Malaysia (14%), Thailand (22%), dan
Filipina sebesar 28% (Dewantara dan Sugara, 2017). Dari hasil riset tersebut, e-commerce
menjadi bagian primer dalam kehidupan. Banyaknya start-up online yang menjajakan barang-
barang dagangan dengan variasi harga dan kualitas yang bermacam-macam. Mulai dari yang
murah hingga harga menuju mahal. Transaksi online telah menjangkah hampir ke seluruh
pelosok negeri, salah satunya daerah Kecamatan Turi, Sleman. Masyarakat Turi tepatnya di
Dusun Girikerto juga telah familiar dengan apa yang disebut e-commerce tersebut dan
beberapa kali menggunakannya
10
.
Gambar 2.1 , 2.2 , 2.3 , 2.4 Start-up Online yang sedang marak di kalangan masyarakat
Indonesia (Sumber : google.com)
Start-up Online yang notabene mendongkrak perekonomian bangsa saat ini dapat diakses
dimana pun dengan bantuan sinyal dan akses internet. Dengan begitu, akan mudah untuk
mengakses layanan di dalam fitur e-commerce tersebut. Alasan lain mengapa transaksi online
memiliki peminat yang membludak adalah karena fiturnya yang cenderung memanjakan konsumen
sehingga mendorong konsumen untuk melakukan transaksi online terus-menerus.
Salah satu informan yang bernama Retno menyatakan bahwa fitur dari salah satu e-commerce,
yakni Grab cenderung memanjakan dirinya dengan banyaknya diskon. Hal itu sangat
menguntungkan bagi Retno karena bisa menghemat pengeluaran sehari-harinya. Fitur ini menjadi
alasan utama e-commerce dipilih menjadi transaksi yang diminati di kehidupan global saat ini.
Efektif dan efisien dan hanya mengeluarkan biaya yang terbilang murah karena adanya potongan
harga dari fitur e-commerce tersebut. Bisa dibilang, ini menjadi strategi yang sistematis dari setiap
e-commerce.
Berdasarkan story box tersebut, Retno kemungkinan memanfaatkan fitur tersebut untuk
menghemat pengeluaran dalam kebutuhan sehari-hari. Voucher dengan potongan harga yang beragam
cenderung tampak menggiurkan untuk digunakan sebelum masa berlaku voucher tersebut habis. Hal
ini serupa dengan yang dikatakan Retno pada saat wawancara.
“Yang online tuh itu biasanya GoFood, GrabFood ya. Apalagi kalo
11
ada diskon OVO, uh mantap itu” Retno, 28 April 2019
Dengan adanya transaksi online ini, bisa menjadi kesempatan emas untuk membuka
lapangan pekerjaan yang baru, terutama kaum millenial yang sangat tertarik dengan dunia
entrepeneur bisa mencoba menggunakan media online untuk memasarkan barang dagangannya.
Begitu juga dengan Retno yang megungkapkan berencana untuk berjualan online mengikuti
teman-teman yang lain.
B : “Banyak yang jualan temennya mbak itu lewat online?
R : “Ya.. Ada lah nek 5 sampe sepuluh tu ada”
B : “Oya mbaknya nggak mau cobain itu jualan?”
R : “Mau sih, jualan apa ya tapi. Punya niatan sih sama temen-temen
katanya mo bikin kerudung gitu, tapi belom jadi.” ( Retno, 28 April 2019)
Dari petikan percakapan di atas, masyarakat dengan usia produktif cenderung memanfaatkan
media online tersebut untuk menghasilkan profit yang mungkin awalnya tidak begitu besar
keuntungannya. Namun jika kita memiliki inovasi, kita bisa melakukan spesialisasi dan
diversifikasi untuk memaksimalkan produk yang dibuat dan akhirnya diperdagangkan (Hasoloan,
2013). Sekarang ini bisa dikatakan menjadi waktu yang tepat untuk memanfaatkan dengan bijak
media online yang ada, terlebih dengan adanya transaksi online yang semakin berkembang dari
waktu ke waktu.
Informan selanjutnya bernama Anggun yang memang kerap menggunakan transaksi online
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dia mengenal transaksi online dari kerabat dekatnya.
Dari situ, Anggun mengenal transaksi online dan mencoba membeli melalui aplikasi Shopee. Dari
situ, Anggun merasa cocok menggunakan aplikasi tersebut karena barang yang disedikan lengkap
dan lebih variatif seperti yang dinyatakan Anggun dalam wawancara.
“Enakan kalo di online kan mestinya lebih lengkap, cari
apa-apa kan ada, gitu lho” Anggun, 28 April 2019
User Interface dari Shopee sendiri sangat mudah dipahami oleh Anggun. Kemudahan
dalam mengakses menjadi nilai plus aplikasi e-commerce sendiri. Anggun juga sering dititipi
barang pesanan oleh teman kerjanya. Hal itu juga dirasa menguntungkan Anggun karena dengan
kita belanja banyak, akan mendapat voucher gratis ongkir. Ada minimal pembelian untuk
mendapatkan voucher tersebut.
“Pada nitip aku gitu, kayak misalnya lipstick apa kayak
12
skin care-skin carenya gitu. Terus sering nitip. Jadi
kadang merekanya malah belanjanya banyak, aku cuma
lipstick doang” Anggun, 28 April 2019
Gambar 2.5 Tampilan keranjang Shopee informan (Anggun)
Indikator kepercayaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, salah satunya Anggun
adalah dengan melihat review dan rating star seller dari toko-toko online yang bekerja sama
dengan aplikasi e-commerce sendiri. Dengan melihat dari kedua sisi tersebut, transaksi online
cenderung tidak meragukan untuk dicoba. Namun tetap ada ketakutan yang terkadang terpikirkan
ketika bertransaksi online. Hal ini dikarenakan jarak antara konsumen dengan produsen serta
barangnya tidak berada dalam satu tempat.
Begitu juga dengan informan yang bernama Septian. Dia juga mengutamakan detail dari
barang yang ingin dibeli lewat transaksi online. Ada fitur tersendiri untuk mengetahui penjelasan
lebih detail tentang suatu produk. Kredibilitas penjual bisa dilihat dari rating yang disediakan
oleh aplikasi tersebut dan review dari penjual yang pernah membeli produk serupa. Hal ini akan
mendorong kepuasan konsumen tentang kesesuaian produk yang ingin dibeli nantinya. Fitur dari
aplikasi online sendiri cenderung membantu konsumen untuk menggunakan budget yang
dimilikinya secara bijak. Tinggal kembali ke konsumen sendiri, mengutamakan kebutuhan atau
sebatas keinginan.
“Kalau saya itu lebih dari reviewnya, habis itu dari baca, apa,
13
komentarnya itu barangnya, barang yang dijual itu bagus apa
nggak.” Septian, 28 April 2019
Transaksi online yang kian berkembang menjadi raksasa perekonomian dunia digital
ini menjadi hal yang familiar bagi Retno, Septian, dan Anggun. Mereka setidaknya pernah
menggunakan transaksi tersebut dan memiliki penilaian masing-masing terhadap setiap fitur dan
pelayanan dari e-commerce tersebut. Pertimbangan yang besar kemungkinan ada dari mereka
untuk melakukan transaksi tersebut. Hal ini dikarenakan transaksi online harus dilalui akses
internet. Sedangkan untuk informan Vebri dan Andri belum pernah mencoba langsung
menggunakan transaksi online namun merasa familiar dengan sistemnya. Mereka juga mengerti
sisi positif dan negatif dari transaksi tersebut. Pola yang terbangun dalam konsumsi mereka tentu
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pertimbangan yang besar untuk memilih preferensi dalam
bertransaksi.
0. Preferensi Transaksi
Semenjak hadirnya transaksi online di tengah-tengah masyarakat, pilihan jual-beli pun tidak
hanya terpaku pada transaksi tatap muka saja. Dua opsi ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, yang sama-sama mempengaruhi persepsi pemuda Desa
Girikerto dalam berbelanja.
Septian memiliki prinsip bahwa dia hanya boleh membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang
memang dibutuhkan saja. Septian belum memiliki pekerjaan tetap. Untuk saat ini, ia
mengandalkan lowongan untuk freelance dalam bidang IT, sesuai dengan keahliannya seusai
lulus dari perguruan tinggi sebagai seorang programmer.
Septian sudah lama menjadi pengguna aplikasi belanja online. Shopee, OLX, Lazada, dan
website resmi Matahari menjadi pilihannya ketika ingin berbelanja daring. Septian mengaku
selama ini hanya membeli perlengkapan dan aksesoris untuk smartphone-nya dari tiga aplikasi
dan sebuah tas dari Matahari. Smartphone yang dimiliki oleh Septian bermerk Sony. Septian
mengatakan bahwa aksesoris untuk Sony sulit untuk ditemukan di toko-toko luring (luar
jaringan) sehingga dia memilih untuk membelinya secara daring.
Di samping bertransaksi lewat dunia maya, Septian masih tetap berbelanja di warung dan
toko-toko di sekitar rumahnya sebagaimana dijelaskannya :
“Ini yang punya jualan kan tetangga. Ada rasa untuk mendorong perekonomian
tetangga itu. Kan ada yang deket, kenapa harus beli jauh-jauh. Kalau ada barangnya
14
ya beli di tetangga, kalau nggak ada baru beli di tempat lain.” (Septian, 28 April
2019)
Rumah Septian memang tidak jauh dari sebuah toko kelontong. Septian menuturkan bahwa ia
dan teman-temannya kerap berjajan camilan dan kebutuhan sehari-hari di warung tersebut.
Tindakan membantu perekonomian tetangga yang dilakukan Septian ini dapat disebut sebagai
altruisme. Altruisme adalah tindakan yang tujuannya untuk mendatangkan keuntungan bagi
orang lain dan tindakan ini berisiko untuk mendatangkan kerugian bagi pelakunya (Monroe
dalam Robet, 2013). Utamanya altruisme ditujukan untuk menempatkan kemaslahatan orang
lain di atas diri sendiri dan pelakunya tidak mendapatkan balasan yang setimpal. Dalam hal
ini, Septian tidak mendapatkan balasan material yang setimpal dari apa yang telah ia lakukan
pada tetangganya. Tapi hubungan antara Septian dengan tetangganya dapat terjaga dan
kerugian yang diterima Septian pun tidak terlalu ia permasalahkan.
Selain untuk membantu perekonomian tetangga, Septian memilih untuk berbelanja secara
langsung karena adanya kesempatan untuk negosiasi harga dan melihat kualitas barang.
Septian selalu menerapkan kedua hal tersebut apabila akan membeli barang elektronik.
Pengalaman sebelumnya ketika Septian membeli sepasang headset dari media belanja online,
salah satu sisi dari headset tersebut mati dan Septian merasa cukup kecewa.
Septian berpendapat bahwa belanja daring memudahkan sekaligus mengefisienkan waktu
yang dimilikinya. Ia tidak perlu repot dan bepergian jauh untuk mendapatkan barang yang
diinginkannya. Namun, melalui online, Septian tidak dapat mengecek kualitas barang dan
hanya bisa mempercayakan instingnya pada deskripsi, review, serta penjual barang tersebut.
Berbeda dengan belanja offline yang menurut Septian dapat melakukan tawar menawar
dengan pedagang sekaligus mengecek kondisi barang. Septian pun mengatakan bahwa
intensitas dan preferensinya dalam berbelanja online dan offline adalah sebesar 50-50. Ia
berulang kali menekankan bahwa ia berbelanja secara offline jika barang yang diincarnya ada
di pasaran offline dan akan membeli secara online jika barang tersebut tidak dapat ia temukan.
Serupa dengan yang dituturkan oleh Septian, Vebri pun mengatakan bahwa ia dapat
memeriksa kondisi dan kualitas barang jika berbelanja secara langsung. Namun, harga yang
mahal di pasaran offline menjadi keluhan bagi Vebri. Hal ini mendorong Vebri untuk
melakukan survei harga pada warung-warung di desanya dan membeli di warung yang
mematok harga termurah. Vebri turut menuturkan bahwa ia kerap merasa bingung dalam
memilih barang ketika berbelanja secara luring.
Untuk saat ini Vebri belum memiliki minat dan belum pernah mencoba berbelanja secara
daring. Vebri yang masih duduk di kelas 2 SMK berencana untuk menggunakan aplikasi
15
belanja online kelak ketika ia sudah memiliki pekerjaan dan pendapatan sendiri.
Preferensi untuk berbelanja tatap muka juga dialami oleh Retno. Sama seperti Septian dan
Vebri, Retno menyebutkan bahwa jika berbelanja secara luring, ia dapat mencoba barang yang
akan dibeli. Retno pun menceritakan bahwa ia sering berbelanja pakaian secara offline dan
cenderung menghindari pembelian pakaian secara online karena pengalaman temannya yang
pernah kecewa karena berbelanja pakaian secara daring.
“Kalau belanja offline, rasanya lebih sreg. Aku bisa tahu baju mana yang cocok dan
pas buat aku. Soalnya ada temanku yang beli baju online. Dia udah nunggu
barangnya datang sejak lama. Tapi waktu barang datang, ternyata bajunya enggak
pas. Jadi mubadzir aja gitu.” Retno, 28 April 2019
Retno mengaku hanya pernah satu kali melakukan transaksi online. Kala itu ia membeli
compact disc (CD) untuk memasang sistem operasi Windows melalui aplikasi Bukalapak.
Retno mengeluhkan lamanya pengiriman barang dan tarif ongkir yang dikenakan pada barang
yang ia beli. Setelah menyelesaikan pesanan CD tersebut, Retno langsung menghapus instalasi
aplikasi Bukalapak di smartphone-nya. Retno memiliki alasan bahwa pemasangan Bukalapak
membuat ruang penyimpanan di smartphone-nya habis.
Orangtua Retno memiliki usaha berupa warung kelontong yang terletak di pinggir jalan raya.
Dengan adanya usaha ini, Retno mengaku ia tidak terlampau sering membeli makanan ringan
di warung atau minimarket. Retno lebih sering berbelanja keperluan kuliah atau mem-photo
copy di toko-toko yang berada di ruko di sekitar rumahnya.
Retno mengatakan bahwa ia lebih menyukai transaksi offline meskipun macam dan harga
barang tidak sevariatif online. Melalui tatap muka, Retno mengatakan bahwa ia tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos kirim dan tidak perlu menunggu terlalu lama
untuk kedatangan barang.
Hal serupa juga terjadi pada Andri. Andri telah memiliki pekerjaan tetap sebagai seorang
operator di suatu pabrik dan telah memiliki penghasilan sendiri. Andri belum pernah mencoba
transaksi online sebelumnya.
“Males aja buat mencoba beli online. Teman-teman pada punya sih aplikasi belanja
online. Cuma sering liat teman-teman memakai aplikasinya sih, apalagi waktu lagi
banyak diskon itu. Aku pernah mau nyoba, tapi nggak jadi.” Andri, 28 April 2019
Andri selama ini membelanjakan uangnya secara langsung di warung dan pasar. Ia memilih
metode belanja tatap muka karena ia bisa memilih barang yang diinginkan sekaligus bisa
16
mengembalikan jikalau barang yang ia beli tidak sesuai. Sama seperti Septian, Andri pun
menyatakan bahwa ia bisa melakukan tawar menawar dengan pedagang.
“Biasanya aku beli onderdil motor di Pasar Klitikan. Di sana aku bisa nawar-nawar.
Nawar harga bisa sampai setengah dari harga aslinya. Kalau penjualnya enggak
mau, aku naikin sedikit nawarnya. Kalau kemahalan ya aku tinggal pergi.” Andri, 28
April 2019
Andri berulang kali menekankan bahwa dirinya lebih memperhatikan kualitas barang yang
dibelinya. Ia juga mengatakan bahwa melalui belanja offline, ia bisa memilih barang dengan
kualitas terbaik. Andri pun mengungkapkan bahwa harga yang mahal menjadi konsekuensi
jika akan berbelanja secara langsung.
Anggun sudah lama menjadi pengguna aplikasi Shopee dan mengaku sangat instens dalam
berbelanja online.
“Online itu lebih gampang sih. Hemat waktu terus tenaga juga enggak keluar
banyak. Lebih enak kalau belanja online, kalau menurutku. Semua barang juga ada
kalau lewat online. Kita mau cari apa aja, tinggal search. Menurutku juga lebih
murah. Ya ada yang lebih murah dan lebih mahal, tergantung dari kita sendiri dalam
memilih. Terus lebih simple juga.” Anggun, 28 April 2019
Anggun memang sudah lama berbelanja secara daring, namun ia tetap merasa was-was setiap
melakukan pembelian.
“Sebenarnya takut sih. Tapi Alhamdulillah belum pernah. Biasanya aku cari yang
udah ada foto, rating, sama testernya. Sama cari yang star seller juga. Milih tokonya
juga yang udah ada testernya. Kalau tokonya kurang meyakinkan ya jangan beli di
situ.” Anggun, 28 April 2019
Anggun mengungkapkan bahwa kosmetik menjadi barang yang paling sering ia beli melalui
aplikasi e-commerce. Anggun juga telah memiliki toko langganan untuk membeli kosmetik di
Shopee. Ia juga kerap membeli secara bersama-sama dengan rekan-rekan kerjanya agar
mereka tidak perlu membayar ongkos kirim. Anggun mengaku teman-temannya tidak ada
yang menggunakan aplikasi belanja online sehingga mereka menitipkan barang yang ingin
mereka beli kepada Anggun.
Anggun sering melakukan transaksi online untuk mencoba-coba barang tertentu.
“Aku biasanya beli barang dari China. Lama pengirimannya bisa seminggu sampai
dua puluh hari. Itu aku memang sengaja beli untuk nyoba aja. Aku nyoba itu
17
Focallure. Kalau beli di sini harganya mahal banget. Padahal kita beli dari luar
negeri juga bisa. Mending lama (waktu pengirimannya) tapi harga murah.” Anggun,
28 April 2019
Barang dengan harga murah menjadi incaran Anggun. Ketika pekerjaannya sedang sepi atau
sudah selesai, ia menyempatkan diri untuk melihat-lihat barang yang ditawarkan di Shopee.
Setelah menemukan barang yang ia inginkan, Anggun akan menyimpannya di keranjang
belanja Shopee-nya dan akan membeli setelah ia mendapatkan gaji. Anggun pun tak sungkan
mengatakan bahwa dirinya kecanduan berbelanja online, terutama melalui Shopee.
Dalam hal ini Anggun dapat disebut melakukan pembelian impulsif. Pembelian impulsif
merupakan pembelian yang dilakukan setelah seseorang melihat produk tertentu dan memiliki
keinginan untuk membelinya di luar rencana (Utami dalam In’am, dkk, 2016). Anggun
mencoba-coba produk tertentu seperti merk kosmetik Focallure dan menginginkan barang
setelah melihat-lihat katalog Shopee mengindikasikan bahwa AG membeli barang di luar
kebutuhannya.
Serupa dengan yang diucapkan oleh Retno, Anggun berpendapat bahwa model dan variasi
barang di pasaran offline kurang beragam. Anggun pun mencontohkan sprei sebagai barang
yang motifnya kurang lengkap jika ia berkunjung ke toko. Anggun juga mengakui bahwa
dirinya malas untuk berbelanja secara langsung, terutama sepulang dari bekerja. Ia merasa
letih dan malas ketika harus mampir ke sebuah toko sepulang kerja dan harus berpindah-
pindah toko jika tidak berhasil menemukan barang yang diincarnya.
Belanja online sudah cukup familiar di antara pemuda-pemudi Girikerto, Turi, Sleman,
meskipun beberapa pemuda, seperti Vebri, Retno, dan Andri yang memilih untuk tetap
mempertahankan pilihan mereka dengan berbelanja tatap muka. Keadaan ini sangat kontras
dengan Anggun yang sudah sering memanfaatkan aplikasi belanja daring untuk membeli
kebutuhan hidupnya. Di sisi transisi, ada Septian yang penuh pertimbangan dalam
menentukan manakah cara berbelanja yang akan ia gunakan.
4. Manajemen Keuangan
Kebutuhan akan sandang pangan dan lain-lain merupakan hal lumrah yang diperlukan
oleh setiap orang. Semakin kompleksnya kebutuhan membuat sebagian orang kalap dan
terlena. Maka dari itu, membuat manajemen keuangan merupakan taktik yang diperlukan
untuk mengatur arus keuangan agar teteap terkendali dan tidak menyebabkan pemborosan.
Manajemen keuangan merupakan kegiatan yang termasuk didalamnya merencanakan, analisis
18
dan pengendalian arus keuangan (Husnan dan Pudjiastuti,2006).
Di daearah Turi khususnya di desa Girikerto, pemuda yang berusia 18-21 tahun umumnya ada
yang masih berstatus sekolah, kuliah dan ada juga yang sudah bekerja maupun memiliki
kesibukan lainnya. Masing-masing pemuda memiliki opsi pendapatan mereka sendiri. Pemuda
yang masih mengenyam pendidikan sekolah tentu saja mendapatkan sumber pendapatan
utama mereka dari uang saku yang diberikan oleh orang tua setiap harinya. Berbeda dengan
pemuda yang sudah bekerja yang sudah memiliki pendapatan sendiri.
Salah satu informan bernama Retno ysang merupakan warga asli Karanggawang dan
masih berstatus kuliah di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta menyatakan bahwa ia masih
mendapatkan pendapatan utama dari uang saku dan masih merasa kesulitan untuk
memanajemen keuangan sendiri. Dengan uang saku bulanan yang diberikan oleh orang
tuanya, ia mengatur keuangan sedemikian rupa agar cukup untuk kebutuhan sekunder
kuliahnya, namun kadang juga ada uang saku tambahan misal untuk membeli korsa dan
semacamnya. Menurutnya, banyak pengeluaran yang justru diberatkan pada kebutuhan yang
mendadak. Kebutuhan yang tidak direncanakan dalam jumlah sedikit namun dilakukan terus
menerus tanpa disadari membuat ia merasa boros.
A : “mbaknya tu nggak punya skala prioritas ini uang segini buat apa-apa?”
B : “Pernah nyoba pas SMA cuman sebulan doang abis itu nggak berhasil, nggak
bertahan” ( Retno, 27 April 2019)
Berdasar kutipan diatas dapat diketahui bahwa Retno pernah membuat rencana keuangan
namun tidak bertahan lama. Tentu saja sebagai mahasiswa yang sehari-hari ‘ngelaju’ dari
rumah ke kampus dengan jarak yang lumayan jauh membuat Retno juga harus menyiapkan
uang untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan yang tidak terduga misalnya bila mendadak ban
sepeda motor bocor dijalan. Selain itu, berhubung ibu Retno juga menjual nasi dan makanan
ringan terkadang Retno juga membawa bekal dari rumah sehingga tidak perlu mengeluarkan
uang lagi untuk membeli makan dikampus sekaligus untuk menghemat pengeluaran.
Berbeda dengan informan yang sudah bekerja yakni Andri. Pemuda yang satu ini telah
memiliki pendapatan sendiri namun juga masih mendapat uang tambahan dari orang tua.
Pengeluaran disesuaikan dengan kebutuhan saja, misal untuk servis motor yang dipakai
sehari-hari untuk bekerja. Seperti halnya anak muda lainnya, main futsal dan nongkrong di
bengkel Bona bersama teman-teman juga merupakan kebutuhan untuk melepas penat setelah
seharian bekerja. Selain itu, Andri juga menuturkan misal ada keperluan yang tidak terduga
seperti teman yang sedang ulang tahun maka ia dan teman-teman yang lain membuat perayaan
19
kecil-kecilan.
Story Box
AD merupakan pemuda asli Karanggawang yang kesehariannya bekerja di Pabrik tidak jauh
dari rumahnya. Pemuda yang baru saja menamatkan pendidikannya dibangku sekolah ini
memang tidak berniat melanjutkan pendidikan karena ingin bekerja. Sekaligus untuk
membantu perekonomian keluarga. Tentunya karena sudah memiliki penghasilan sendiri,
Andri sedikit demi sedikit bisa mengatur arus keuangannya sendiri dengan menyisihkan sedikit
uang penghasilannya untuk ditabung di Bank. Selain itu, penghasilannya tidak hanya
digunakan untuk memenuhi keperluannya sendiri tetapi juga sebagian diberikan untuk orang
tua.
Hampir serupa dengan Andri, informan lain yang kami temui dan sudah memiliki penghasilan
sendiri yaitu Anggun. Anggun yang kesehariannya bekerja sebagai pegawai di Hartono Mall
ini mengaku kebutuhan yang dikeluarkan tidak begitu banyak dikarenakan ia masih tinggal
bersama orang tua. Untuk keperluan sendiri, ia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membeli barang-barang yang diinginkan seperti kebutuhan kosmetik dan kebutuhan lainnya
serta sebagian lagi diberikan ke orang tua.
“Engga semuanya sih, tapi aku pegang diri,
pegang sendiri tu ya cuma itu buat beli e apa buat
keperluanku sendiri sama bensin sama makan. Kalau
sek lainnya, itu tak kasih ke ibuk” Anggun, 28 April
2019
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kebutuhan masing-masing individu
tergantung banyak sedikitnya kegiatan yang mereka lakukan. Semakin banyak kegiatan yang
dilakukan maka kebutuhan dan pengeluaran semakin banyak pula. Bagi pemuda yang masih
mengenyam bangku pendidikan dan masih mendapatkan uang saku dari orang tua tentu saja
tidak serta-merta menghabiskan begitu saja. Mereka juga merencanakan alokasi uang saku
20
agar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Namun untuk hal-hal yang tidak terduga dan
berulang justru tidak disangka akan menyebabkan pemborosan. Begitu pula bagi pemuda
yang sudah memiliki penghasilan sendiri, mereka cenderung sudah bisa mengalokasikan hasil
jerih payah mereka untuk kebutuhan yang diperlukan dan untuk membantu menopang
perekonomian keluarga.
1. Dorongan Iklan dan Sekitar
Pada era modern saat ini, strategi pemasaran tidak lagi hanya memasarkan produk yang
berkualitas. Produk yang murah dan mudah dijangkau menjadi pilihan konsumen. Suatu produk agar
dikenal oleh masyarakat luas diperlukan komunikasi yang berbentuk iklan secara intensif. Periklanan
merupakan media promosi yang mempunyai daya jangkau yang luas dan iklan mampu untuk
mengkomunikasikan informasi secara persuasif kepada konsumen. Informasi yang berkaitan dengan
keunggulan yang dimiliki produk. Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan
tergantung seberapa besar iklan mampu menarik perhatian konsumen (Widiyanto, 2006).
Seringkali iklan yang muncul di media menjadi salah satu indikator dalam berbelanja baik
secara offline maupun online. Frekuensi penayangan atau kemunculan iklan menjadi pendukung bagi
konsumen untuk menerima informasi iklan tersebut. Dengan adanya iklan akan mendorong pola
perilaku konsumen dan mempengaruhi minat beli untuk membeli suatu produk. Selain itu, dorongan
dari orang-orang terdekat seperti pengaruh teman dan suadara turut membawa pengaruh untuk
mengonsumsi barang yang serupa. Periklanan telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan daya
pembelian.
Namun menurut informan Septian, kemunculan iklan rupanya tidak memengaruhi minat beli,
justru keberadaan iklan sedikit menganggu dalam menjelajahi media sosial. Selain itu menurut
informan Vebri dan informan Retno pengaruh iklan hanya sekadar ingin melihat produk yang
ditawarkan saja tanpa ingin membeli. Ketertarikan seseorang terhadap iklan dipengaruhi oleh
kemenarikan desain iklan itu sendiri, sehingga kemenarikan desain website menjadi salah satu
pemandu guna mendorong calon konsumen untuk mengunjungi akun yang ada. Oleh karenanya,
semakin menarik desain website diharapkan mampu memantabkan keputusan berbelanja online.
Berbeda dengan informan sebelumnya, menurut informan Anggun intensitas iklan dapat memengaruhi
dalam mencari perbandingan harga yang paling murah.
Persepsi iklan untuk menarik minat beli calon konsumen tidak sepenuhnya benar. Manakala
seseorang ingin melakukan belanja online akan terbersit suatu keraguan akan resiko yang akan
diterima.
21
22
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Transaksi langsung masih diminati dan dijadikan pilihan bertransaksi dalam masyarakat
sekarang ini oleh para pemuda Desa Girikerto. Banyak pemuda yang masih ragu untuk melakukan
transaksi online. Transaksi online sendiri meningkat penggunanya tiap waktunya di setiap jenjang
umur. Hal ini dikarenakan berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penggunaan
transaksi online. Dengan adanya pilihan transaksi online dan offline ini, masyarakat memiliki pilihan
jenis transaksi. Preferensi atas transaksi online maupun offline didasarkan atas pertimbangan tiap
orang dengan memperhatikan plus dan minus dari setiap jenis transaksi serta kebiasaan berbelanja.
Setiap orang memiliki pertimbangan dalam melakukan transaksi yang harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi keuangan masing-masing individu. Setiap orang harus mendahulukan
kebutuhan yang diprioritaskan sehingga mereka tidak terjebak ke dalam pola hidup konsumtif.
Limitasi
Dalam penulisan laporan tersebut dirasa masih terdampat hambatan yang dirasakan oleh setiap
orang dari kami. Kami merasa belum banyak pengalaman dalam hal penelitian yang bersifat
mendalam. Untuk itu, kami masih merasa terbatas dalam proses penelitian dan penafsiran data
penelitian.
Saran
Hasil temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan
dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik pola konsumsi pemuda sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan informasi yang
diperoleh. Pada penelitian ini secara lebih mendalam dengan melakukan metode wawancara
mendalam (in-depth interview). Hasil penelitian ini dapat berguna bagi kepentingan masyarakat luas
sehingga diharapkan masyarakat dapat mengambil manfaat serta pengetahuan terkait konstruksi yang
terbentuk dalam transaksi secara langsung maupun online.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bariroh, M. (2016 ). Transaksi Jual Beli Dropshipping Dalam Perspektif Fiqh Muamalah. AHKAM,
4(2), 200.
BPS Sleman. (2018). Kecamatan Turi dalam Angka. Yogyakarta: BPS Kabupaten Sleman
Handayani, R., Widiarti, P. W., Sudarma, K., Sakdiyah, E. M., Rizta, A., Antari, L., Möller, J.
(2016). Perpustakaan Universitas Indonesia Buku Teks. International Journal of Adolescence
and Youth, 3(1), 27–39.
Hasoloan, J. (2013). Peranan Perdagangan Internasional Dalam Produktifitas Dan
Perekonomian. Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, 1(2), 102–112.
In’am, F.M., dkk. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pembelian Impulsif.
Jurnal Administrasi Bisnis, 36(1), 92–100.
Robet, R. (2013). Altruisme, Solidaritas, dan Kebijakan Sosial. Jurnal Sosiologi MASYARAKAT,
18(1), 1–18.
Rosana, E. (2011). MODERNISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL. Jurnal Tapis: Jurnal
Teropong Aspirasi Politik Islam, 7(1), 46–62.
Sugara, A., & Dewantara, R. Y. (2017). Analisis Kepercayaan dan Kepuasan terhadap Penggunaan
Sistem Transaksi Jual Beli Online (Studi Pada Konsumen “Z”). Jurnal Administrasi Bisnis,
52(1), 8-15–15.
Widiyanto, Ibnu. (2015). Perilaku Pembelian Melalui Internet. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Universitas Diponegoro, Vol.17, No. 2, September 2015: 109–112.
24
LAMPIRAN
1.2 WAWANCARA
Pewawancara
Nama Informan
Tanggal Wawancara
Winda Nurmalita
Vebri Isnanto
28 April 2019
Pewawancara
Nama Informan
Tanggal Wawancara
Catur Rizki Anna Dhiniati
Melati Anggun Sari
28 April 2019
Pewawancara
Nama Informan
Tanggal Wawancara
Noor Annisa’ Falachul Firdausi
Eka Yuli Septian
28 April 2019
Pewawancara
Nama Informan
Tanggal Wawancara
Nourma Dewi Fatmawati
Andri Saputra
28 April 2019
Pewawancara
Nama Informan
Tanggal Wawancara
Vera Vebriana Salsabella
Retno Iswandari
28 April 2019
25
2.2 PEMBAGIAN KERJA
Nama yang Mengerjakan Pembagian Kerja
Nourma Dewi F. Transaksi langsung
Catur Rizki Anna D. Transaksi online
Noor Annisa’ F.F Preferensi transaksi
Vera Vebriana Salsabella Manajemen keuangan
Winda Nurmalita Dorongan iklan dan sekitarnya
26
3.3 INTERVIEW GUIDE
1. Data Informan Siapa nama lengkap Anda ? Berapa umur Anda ? Apa pendidikan terakhir Anda ? Apa pekerjaan Anda ? Berapa uang saku atau pendapatan Anda selama sebulan ? Apakah Anda memiliki anggaran belanja untuk sebulan ?
2. Pengalaman bertransaksi (transaksi dua arah/offline) Kapan terakhir Anda pergi ke pasar atau warung ? Apakah Anda sering berbincang-bincang dengan penjual ? Apakah anda sering survey harga di setiap warung ?
3. Transaksi Online Bagaimana transaksi online di dalam bayangan Anda ? Apakah Anda pernah menggunakan transaksi online dalam berbelanja ? Jika pernah,
kapan pertama kali Anda menggunakan ? Bagaimana pengaruh transaksi online di kehidupan sehari-hari , apakah berdampak
pada pemborosan atau tidak ?
4. Online VS Offline Apa kelebihan dan kekurangan yang Anda rasakan selama menggunakan kedua
transaksi tersebut ? Jika anda disuruh memilih, tipe transaksi mana yang cenderung Anda pilih ? Bagaimana sikap anda terhadap dua transaksi ini yang memang sering digunakan di
lingkungan sekitar Anda ? Apakah anda merasa iklan memiliki dampak yang besar terhadap diri Anda ? Apakah Anda sering mengakses media sosial untuk referensi belanja ?
27
MINDMAP INDIVIDU
Gambar 3.1. Data Networking (MindMap) Vera Vebriana Salsabella
28
Gambar 3.2. Data Networking (MindMap) Winda Nurmalita
Gambar 3.3. Data Networking (MindMap) Catur Rizki Anna Dhiniati
29
Gambar 3. 4. Data Networking (MindMap) Noor Annisa’ Falachul Firdausi
30
Gambar 3.5. Data Networking (MindMap) Nourma Dewi Fatmawati
MINDMAP KELOMPOK
31
32