OTM Neomycin Kelompok 3

20
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL OBAT TETES MATA NEOMYCIN OLEH KELOMPOK 3 : FARHAN MAULANA PUTRA 135070501111004 MUSTAQIM PRAYOGI 135070501111011 ASTRI K TARIGAN 135070500111018 NIELA RIZKI A 135070507111002 IGA NUR BUDIYANTI 135070507111014 FADHILA PUTRI I 135070507111016 DANINTYA FAIRUZ 135070501111031 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

description

otm neomycin

Transcript of OTM Neomycin Kelompok 3

  • TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

    STERIL

    OBAT TETES MATA NEOMYCIN

    OLEH KELOMPOK 3 :

    FARHAN MAULANA PUTRA 135070501111004

    MUSTAQIM PRAYOGI 135070501111011

    ASTRI K TARIGAN 135070500111018

    NIELA RIZKI A 135070507111002

    IGA NUR BUDIYANTI 135070507111014

    FADHILA PUTRI I 135070507111016

    DANINTYA FAIRUZ 135070501111031

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    2015

  • 1. Kekuatan Sediaan, Dosis dan Indikasi

    Kekuatan sediaan:

    Untuk obat tetes mata, kekuatan neomisin yang digunakan 0,3%.

    Indikasi obat tetes mata neomisin:

    Obat tetes mata neomisin diindikasikan unuk kondisi inflamasi pada mata dan jika

    adanya resiko infeksi karena bakteri.

    Dosis obat tetes mata neomisin sulfat:

    5 ml dalam botol plastik tetes.

    Obat tetes mata, sedikitnya digunakan tiap 2 jam, kemudian kurangi frekuensi saat

    infeksi sudah terkendali.

    2. Preformulasi

    a. Neomisin Sulfat

    Pemerian : Serbuk putih agak kuning / padatan kering

    mirip es; Tidak berbau / praktis tak berbau;

    Higroskopis

    Nama Lain : Neomicyni sulfas

    Nama Kimia : -

    Struktur Kimia : -

    Rumus Molekul : C23H46N6O13.H2SO4

    Bobot Molekul : 614.6

    Kelarutan : Mudah larut dalam 3 bagian air, dalam 1

    bagian air larut perlahan-laha; sangat

    sukar larut dalam etanol (95%)P; praktis

    tidak larut dalam kloroform P, dalam

    eter P dan dalam aseton P

    pH : 5 7,5

    pH stabilitas : 7,0

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : -

    Stabilitas : Neomisin merupakan kationik dan bisa

    memecah emulsi jika ada Na Lauril

    Sulfat dan mengendap dengan adanya

    Gom. Neomisin peka terhadap oksidasi

  • udara. Stabil selama tidak kurang dari 3

    tahun pada suhu 20oC. Neomisin dapat

    dipanaskan pada suhu 110oC selama 10

    jam

    Inkompatibilitas : Tidak dapat bercampur dengan zat

    anionik karena dapat menimbulkan

    endapan, juga pada krim yang

    mengandung Na Lauril Sulfat. Tidak

    dapat bercampur dengan garam

    Cephalotin dan garam Novobiocin

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    b. Benzalkonium Klorida

    Pemerian : Gel kental atau potongan seperti gelatin,

    putih atau putih kekuningan. Biasanya

    berbau aromatik lemah. Larutan dalam

    air berasa pahit, jika dikocok sangat

    berbusa dan biasanya sedikit alkali.

    Nama Lain : Alkil dimetil benzil amonium klorida;

    benzalkonii chloridum; Hyamin 3500;

    Pentonium; Zephiran

    Nama Kimia : Alkyldimethyl (phenylmethyl)

    ammonium chloride

    Struktur Kimia :

    Rumus

    Molekul

    : [C6H5CH2N(CH3)2R]Cl

    Bobot Molekul : 360

    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol,

  • bentuk anhidrat mudah larut dalam

    benzena dan agak sukar larut dalam eter.

    pH stabilitas : 5,0 8,0

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : -

    Stabilitas : Larutan stabil dalam rentang pH dan

    temperatur yang luas dan mungkin

    disterilisasi dengan autoklaf tanpa

    kehilangan keefektifannya. Larutan yang

    diletakkan pada wadah PVC mungkin

    akan kehilangan aktivitas antimikrobanya

    Inkompatibilita

    s

    : Inkompatibel dengan aluminum,

    surfaktan anionik, sitrat, fluoresceon,

    hidrogen peroksida, kaolin, lanolin,

    nitrat, zinc oksida, zinc sulfat, dan

    campuran plastik

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    c. Natrium Metabisulfit

    Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih

    kekuningan, berbau belerang dioksida.

    Nama Lain : Dinatrium pirosulfit

    Nama Kimia : Sodium pyrosulfite

    Struktur Kimia : -

    Rumus Molekul : Na2S2O5

    Bobot Molekul : 190,10

    Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam

    gliserin; sukar larut dalam etanol.

    pH stabilitas : 3,5 5,0

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : 150oC

    Stabilitas : Larutan natrium metabisulfit

  • terdekomposisi di udara, khususnya pada

    saat pemanasan. Larutan dapat

    disterilisasi dengan menggunakan

    autoklaf dimana udara dalam

    kontainernys diganti menjadi gas yang

    inert seperti nitrogen. Penambahan

    dekstrosa ke dalam larutan natrium

    metabisulfit akan menurunkan stabilitas

    metabisulfit

    Inkompatibilitas : Natrium metabisulfit bereaksi dengan

    ortho- atau para-hydroxibenzil alkohol

    dan membentuk derivat asam sulfat

    sehingga tidak memiliki efek

    farmakologi. Kompatibel dengan

    kloramfenikol karena akan bereaksi

    secara kompleks.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    d. Disodium Edetat

    Pemerian : Serbuk kristal putih tidak berbau dengan

    sedikit rasa asam

    Nama Lain : Dinatrii edetas; disodium EDTA

    Nama Kimia : Ethylenediaminetetraacetic acid,

    disodium salt

    Struktur Kimia :

    Rumus Molekul : C10H14N2Na2O8

    Bobot Molekul : 336,2

  • Kelarutan : Larut dalam 11 bagaian air, sukar larut

    dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut

    dalam kloroform P dan dalam eter P

    pH stabilitas : 4,3 4,7

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : 252oC

    Stabilitas : Sangat higroskopis dan harus dilindungi

    dari kelembaban

    Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan pengoksidasi kuat,

    dan ion logam polifalen seperti tembaga,

    nikel, Na EDTA merupakan asam lemah

    dan bereaksi dengan logam membentuk

    hidrogen.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    e. Dinatrium Hidrogen Fosfat

    Pemerian : Serbuk putih atau kristal putih atau

    hampir putih, tidak berbau

    Nama Lain : Dinatrii edetas; disodium EDTA

    Nama Kimia : -

    Struktur Kimia :

    Rumus Molekul : Na2HPO4

    Bobot Molekul : 268,07

    Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih larut dalam

    air panas, praktis tidak larut dalam etanol

    pH stabilitas : 9,1

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : 252oC

    Stabilitas : Higroskopis dengan pemanasan pada

  • suhu 100C akan kehilangan air kristal

    Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkaloid, antipirin,

    kloral hidrat, pirogalol, resorsinol,

    kalsium glukonat

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    f. Kalium Dihidrogen Fosfat

    Pemerian : Serbuk hablur putih

    Nama Lain : Kalium dihidrogenfosfat,

    monopotassium phosphate, potassium

    acid phosphate

    Nama Kimia : -

    Struktur Kimia : -

    Rumus Molekul : KH2PO4

    Bobot Molekul : 136,09

    Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut

    dalam etanol

    pH stabilitas : 4,4

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : 252oC

    Stabilitas : Stabil pada pemanasan 100oC dan akan

    terdekomposisi pada suhu 205oC

    Inkompatibilitas : -

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    g. NaCl

    Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau

    serbuk kristal putih, tiap 1g setara

    dengan 17,1 mmol NaCl.

    Nama Lain : Dinatrii edetas; disodium EDTA

    Nama Kimia : Natrium Klorida

  • Struktur Kimia : -

    Rumus Molekul : NaCl

    Bobot Molekul : 58,44

    Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10

    bagian gliserol

    pH stabilitas : 6,7 7,3

    Titik Didih : -

    Titik Leleh : 252oC

    Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan

    stabil dapat menyebabkan pengguratan

    partikel dari tipe gelas

    Inkompatibilitas : Larutan NaCl korosif terhadap besi,

    bereaksi terhadap logam, besi, dan

    garam merkuri. Pengawet metil paraben

    menurunkan efektifitas natrium klorida

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    h. Aqua pro injectio

    Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak

    berwarna, tidak berasa; bebas pirogen,

    bebas partikel

    Nama Lain : Aqua purificata, aqua

    Nama Kimia : Air

    Struktur Kimia :

    Rumus Molekul : H2O

    Bobot Molekul : 18,02

    Kelarutan : -

    pH stabilitas : 5,0 dan 7,0

    Titik Didih : 1000C

    Titik Leleh : 00C

    Stabilitas : Stabil pada semua bentuk fase

  • Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan obat dan eksipien

    lain yang mudah terhidrolisis, pada suhu

    tertentu dan peningkatan suhu. Air dapat

    bereaksi dengan logam alkalo dan

    bereaksi cepat dengan logam alkali dan

    oksidanya.

    Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan

    terlindung dari cahaya

    3. Formula dan Rasionalisasi Formula

    Nama Bahan % Penggunaan Rentang dalam HOPE

    Neomycin Sulfat 0,3 % -

    Benzalkonium Klorida 0,02 % 0,01 0,02 %

    Disodium Edetate 0,1 % 0,005 0,1 %

    Natrium Metabisulfit 0,1 % 0,01 1 %

    Natrium Fosfat, dibasic 1,97 % -

    Kalium Fosfat, monobasic 0,88 % -

    NaCl 0,76 % 0,9 %

    Water For Injection Ad 100 % -

    Sediaan ini menggunakan neomycin sulfat sebagai bahan aktif, bentuk garam

    sulfat dipilih karena dapat larut didalam air. Sehingga dalam penggunaannya tidak akan

    mengganggu penglihatan dari pasien yang menggunakan. Sediaan ini berbentuk larutan

    tetes mata dengan konsentrasi bahan aktif sebesar 0,3%.

    Sediaan tetes mata yang dibuat untuk multi dose sehingga perlu ditambahkan

    pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada sediaan. Pada sediaan ini

    digunakan benzalkonium klorida sebagai pengawet. Konsentrasi yang disarankan HOPE

    adalah 0,01 0,02 %. Ditambahkan pula disodium edetate yang merupakan agen

    pengkelat untuk meningkatkan kemampuan anti mikroba dari benzalkonium klorida.

    Konsenrasi disodium edetate yang disarankan HOPE adalah 0,005 0,1 %. Sehingga

    penambahan benzalkonium klorida dan natrium edetate sudah sesuai.

    Neomycin sulfat merupakan bahan yang mudah teroksidasi sehingga diperlukan anti

    oksidan untuk mencegah oksidasi bahan aktif. Anti oksidan yang digunakan adalah

    natrium metabisulfit dengan konsentrasi 0,1 %. Konsentrasi yang disarankan HOPE

    adalah 0,01 1 %.

    Digunakan pula dapar fosfat sebagai buffering agent untuk menjaga pH sediaan. pH

    sediaan yang diinginkan adalah 7. Sehingga konsentrasi dari Natrium Fosfat, dibasic

    adalah 1,97% dan Kalium Fosfat, monobasic adalah 0,88%. Pada sediaan ini digunakan

    natrium klorida untuk meningkatkan tonisitas dari sediaan sehingga menjadi isotonis.

  • Natrium klorida yang digunakan adalah 0,76%. Digunakan pula water for injection

    sebagai pelarut.

    4. Kemasan dan Rasionalisasi Kemasan

    Sediaan OTM neomycin digunakan dalam bentuk multidose, kemasan yang

    digunakan untuk sediaan OTM neomycin ini yaitu plastik jenis polyolefins. Pemilihan

    kemasan dengan bahan dasar plastic polyolefins ini dikarenakan sifat polyolefins yang

    paling inert dibandingkan tipe plastic yang lain. Polyolefins memiliki titik leleh yang

    relative tinggi yaitu 165C sehingga dapat dilakukan sterilisasi wadah menggunakan

    metode autoclaf dengan suhu 121C selama 15menit, polyolefins memiliki sifat yang

    tahan terhadap asam kuat dan basa kuat. Selain itu terdapat bahan tambahan yaitu

    pengawet benzalkonium yang incompatible terhadap plastic jenis PVC.

    5. Perhitungan Tonisitas dan Dapar

    a. Tonisitas

    Neomisin sulfat 0,3 g/100 ml = 0,3 %

    E 0,5 % = 0,14

    Benzal konium klorida 0,02 g/ 100 ml = 0,02 %

    E 0,5 % = 0,18

    Disodium edetat 0,1 g/ 100 ml = 0,1 %

    E 0,5 % = 0,24

    Na Metabisulfat 0,1 g/100 ml = 0,1 %

    E 0,5 % = 0,64

    Zat E Jumlah Zat Kesetaraan

    NaCl

    Neomisin sulfat 0,14 0,3 0,042

    Benzal konium

    klorida

    0,18 0,02 0,0036

    Disodium edetat 0,24 0,1 0,024

    Na Metabisulfat 0,64 0,1 0,064

    Total 0,1336

    NaCl yang ditambahkan agar isotonis = 0,9 00,1336 = 0,7664 g/100ml

    Jadi NaCl yang ditambahkan dalam 1 ml larutan sediaan adalah 7,6 mg

    Untuk 5 ml = 7,6 x 5 ml = 38 mg

    Untuk 20 botol = 20 x 38 ml = 760 mg

  • Ditambahkan 5 % = 5/100 x 760 mg = 38 mg

    Maka jumlah NaCl yang dibutuhkan adalah = 760 mg + 38 mg = 798 mg = 0,798 g /100

    ml = 0,798 %

    Jadi dalam 1 bacth (20 botol ) = 0,798 g/ 0,9 x 100 ml = 88,6 ml

    b. Dapar

    Kapasitas Dapar untuk sediaan optalmik adalah 0,1. Dapar yang digunakan adalah

    campuran asam dan basa.

    pH stabilitas = 7,4

    Dapar Fosfat PH = 6 - 8,2 (PH yang ingin dipertahankan adalah 7,4)

    pKa H2PO4 = 7,12

    pH = pKa + log garam / asam

    7,4 = 7,12 + -log HPO4 2

    H2PO4

    0,28 = -log HPO4 2

    H2PO4

    1,9055 = HPO4 2

    H2PO4

    HPO42-

    = 1,9055 H2PO4

    Persamaan Van Slyke

    Ka = antilog (-pKa) = antilog (-7,12)

    = 7,6 x 10-8

    [H3O+]

    = antilog (-pH) = antilog (-7,4)

    = 3,98 x 10-8

    0,1 = 2,3 C (7,6 x 10-8

    ) (3,98 x 10-8

    )

    ((7,6 x 10-8

    )+(3,98 x 10-8

    ))2

    0,1 = 0,96 x 10-15

    C

    0,1 = 0,52 C

    C = 0,19

    0,19 = [Garam] + [ asam]

    0,19 = [HPO42-

    ] + [H2PO4-]

    0,19 = 1,9055 [H2PO4-] + [H2PO4

    -]

    0,19 = 2,9055 [H2PO4-]

    =2,3 C Ka [H3O+]

    (Ka + [ H3O +])

  • [H2PO4-] = 0,065

    HPO42-

    = 0,125

    Mr KH2PO4 = 136,10

    Mr KNaHPO4 = 158,10

    KH2PO4 / 1 L= 0,065 x 136,1

    = 8,84 gram

    KNaHPO4/ 1 L = 0,125 x 158,1

    = 19,76 gram

    6. Perhitungan dan Penimbangan Sediaan

    a. Jumlah sediaan :

    Uji Penetapan PH : 1 batch

    Uji Sterilitas : 4 botol

    Uji Pirogen : 4 botol

    Uji endotoksin bakteri : 4 botol

    Uji kejernihan larutan : 4 botol

    Uji keseragaman bobot dan volume : 4 botol

    Uji kebocoran wadah : 1 batch

    b. Penimbangan

    1. Neomisin Sulfat 0,3% = 0,3

    100 x 5 ml

    = 0,015 ml

    = 0,015 gram = 15 mg

    Ditambah 10% = 10

    100 x 15 mg

    = 1,5 mg

    Maka 1 botol = 15 mg + 1,5 mg

    = 16,5 mg

    Maka 1 batch (20 botol) = 16,5 mg x 20

    = 330 mg

  • 2. Benzal Koniumklorida 0,02% = 0,02

    100 x 5 ml

    = 0,001 ml

    Ditambah 10% = 10

    100 x 0,001 ml

    = 0,0001 ml

    Maka 1 botol = 0,001 ml + 0,0001 ml

    = 0,0011 ml

    Maka 1 batch (20 botol) = 0,0011 ml x 20

    = 0,022 ml

    = 0,022 gram

    3. Disodium Edetat 0,1% = 0,1

    100 x 5 ml

    = 0,005 ml

    Ditambah 10% = 10

    100 x 0,005 ml

    = 0,0005 ml

    Maka 1 botol = 0,005 ml + 0,0005 ml

    = 0,0055 ml

    Maka 1 batch (20 botol) = 0,0055 ml x 20

    = 0,11ml

    = 0,11 gram

    4. Natrium Metabisulfit 0,1% =0,1

    100 x 5 ml

    = 0,005 ml

    Ditambah 10% = 10

    100 x 0,005 ml

    = 0,0005 ml

    Maka 1 botol = 0,005 ml + 0,0005 ml

    = 0,0055 ml

    Maka 1 batch (20 botol) = 0,0055 ml x 20

    = 0,11 ml

    = 0,11 gram

  • 5. Purified water ad 100% = 100% - (0,3% + 0,02% + 0,1% + 0,1%)

    = 100% -0,52%

    = 99,48%

    Maka air yang digunakan adalah = 99,48

    100 x 5 ml

    = 4,974 ml

    Ditambah 10% = 10

    100 x 4,974 ml

    = 0,4974 ml

    Untuk 1 botol = 4,974 ml + 0,4974

    = 5,4714 ml

    Untuk 20 botol = 5,4714 ml x 20

    = 109,428 ml

    Air untuk melarutkan Neomisin Sulfat (dalam 3 bagian air)

    Maka = 0,33g x 3

    = 9,9 ml

    Air untuk melarutkan Benzal Koniumklorida (sangat mudah larut dalam air)

    Maka = 0,022 g x 1

    = 0,022 ml

    Air untuk melarutkan Disodium Edetat (larut dalam 11 bagian air)

    Maka = 0,11 gram x 11

    = 1,21 ml

    Air untuk melarutkan Natrium Metabisulfit (larut dalam 1 bagian air)

    Maka = 0,11ml x 1

    = 0,11 ml

    SISA AIR = 109,428 ml (9,9 ml + 0,022 ml + 1,21 ml + 0,11 ml)

    = 98,186 ml

  • Nama Bahan Dalam 1 botol Dalam 20 botol Fungsi bahan

    Neomisin Sulfat 1,65 mg 33 mg Zat aktif

    Benzal Koniumklorida 0,0011 ml 0,022 ml Pengawet

    Disodium Edetat 0,0055 ml 0,11 ml Pengkhelat

    Natrium Metabisulfit 0,0055 ml 0,11 ml Antioksidan

    Dapar fosfat qs qs Buffering agent

    Purified water 5,4714 109,428 ml Pembawa

    7. Pemilihan Proses Pembuatan

    Metode sterilisasi produk yang digunakan menggunakan sterilisasi akhir dengan

    filtrasi. Penggunakan metode sterilisasi ini didasarkan kepada stabilitas bahan yang

    digunakan salah satunya adalah buffer phospat yang terdiri dari KH2PO4 dan NaH2PO4

    yang memiliki sifat tidak tahan terhadap panas. Selain itu, sterilisasi secara filtrasi ini

    dipilih karena sediaan berupa larutan sehingga dapat dilakukan penyaringan. Sterilisasi

    fitrasi menggunakan membrane filter yang terbuat dari ester selulosa, dengan

    menggunakan 2 langkah prefilter (0,45mikrometer) dan filter (0,22mikrometer).

    Metode sterilisasi untuk alat dan wadah yang digunakan yaitu sterilisasi panas

    basah (autoclaf) dengan suhu 121C selama 15menit. Pemilihan sterilisasi alat dan wadah

    secara autoclaf didasarkan pada pemilihan kemasan yaitu dari bahan plastik yang tahan

    hingga suhu 165C sehingga dapat disterilisasikan dengan menggunakan sterilisasi panas

    basah atau autoclave.

    8. Prosedur Pembuatan

    -Disterilisasi alat dan wadah menggunakan autoclave suhu 121C selama 15menit

    -Ditimbang bahan :

    -Neomicyn 33mg

    -Benzalkonium 0,022 g

    -Disodium edetate 0,11 g

    -Natrium Metabisulfit 0,11 g

    -NaCl 0,76 gram

    -Air untuk melarutkan neomicyn 9,9ml

    -Air untuk melarutkan benzalkonium 0,022ml

    Alat dan Bahan

  • -Air untuk melarutkan disodium edetate 1,21ml

    -Air untuk melarutkan natrium metabisulfit 0,11ml

    -Air untuk melarutkan NaCl 7,98ml

    -Dilarutkan neomicyn kedalam air (1)

    -Dilarutkan benzalkonium dalam air (2)

    -Dilarutkan disodium edetate dalam air (3)

    -Dilarutkan Natrium metabisulfit dalam air (4)

    -Dilarutkan NaCl dalam air (5)

    -Dicampurkan 2,3,4,5 (6)

    -Dibuat buffer phospat dengan KH2PO4 0,88g dan Na2HPO4 1,976g

    -Dicampurkan buffer phospat kedalam (6), diaduk ad homogen

    -Dicampurkan Neomycin yang telah dilarutkan kedalam air, aduk ad homogeny

    -Ditambahkan air sampai tanda batas 100ml

    -Diukur pHnya dengan menggunakan pH meter

    -Dilakukan penyarigan dengan membrane filter 0,45mikrometer dan 0,22mikrometer

    -Dimasukkan ke dalam wadah

    -Dilakukan uji evaluasi

    9. Evaluasi dan Penafsiran Akhir

    a. Uji Penetapan pH (FI IV halaman 1039)

    Tujuan:

    Untuk dapat mentukan pH dari sediaan.

    Prinsip:

    Pengukuran pH dengan menggunakan potensiometri (pH meter).

    Metode:

    Pengukuran dengan alat potensiometri yang telah dikalibrasi, kemudian

    digunakan pada suhu 25o 2

    o kecuali dinyatakan pada masing-masing monograf.

    Penafsiran hasil:

    Hasil

  • Harga pH dilihat pada angka yang tertera di pH meter.

    b. Uji Sterilisasi (FI IV halaman 889)

    Tujuan:

    Untuk menetapkan apakah bahan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan

    dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi.

    Prinsip:

    Pertumbuhan mikroorganisme pada media tertentu yang diinokulasi dan iinkubasi

    pada suhu tertentu.

    Metode:

    Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam media uji dan teknik

    penyaringan membran.

    Penafsiran hasil:

    Dinyatakan memenuhi syarat apabila pada masing-masing tabung tidak terdapat

    pertumbuhan jasadrenik.

    c. Uji Pirogen (FI IV halaman 908)

    Tujuan:

    uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat

    yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.

    Prinsip:

    mengukur kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara intravena

    dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan

    dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mg per kg bobot dalam jangka waktu tidak

    lebih dari 10 menit.

    Metode:

    1. Pengujian dilakukan dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji priogen dan

    dengan kondisi lingkungan yang sama dengan runag pemeliharaan, bebas dari

    keributan yang menyebabkan kegelisahan.

    2. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, minum dibolehkan pada

    setiap saat tetapi menggunakan termistor.

    3. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, ditentukan suhu awal

    masing-masing kelinci.

  • 4. Suntikkan 10 ml perkg bobot badan, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan

    penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Lartan uji berupa sediaan yang bila

    perlu dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket maupun bahan uji yang

    diperlakukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan

    dengan dosis seperti yang tertera.

    5. Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil

    cucian atau bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan

    sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien.

    6. Hangatkan larutan pada suhu 370C 2

    0 sebelum penyuntikkan. Rekam suhu

    berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3 setelah penyuntikkan dengan selang

    waktu 30 menit.

    Penafsiran hasil:

    Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor

    kelincipun menunjukkan kenaikan suhu 0,50

    atau lebih. Jika ada kelinci yang

    menunjukkan kenaikan suhu 0,50 atau lebih lanjutkan pengujian dengan

    menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci

    masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,50

    atau lebih dan jumlah kenaikan

    8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,30 sediaan dinyatakan memenuhi syarat pirogen

    d. Uji Endotoksin Bakteri (FI IV halaman 905)

    Tujuan:

    Untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam bahan

    uji.

    Prinsip:

    Pengujian dilakukan dengan menggunakan LAL yang diperoleh dari ekstrak

    amebosit dalam kepiting ladam kuda.

    Metode:

    Menetapkan titik akhir reaksi dimana dilakukan dengan membandingkan

    langsung keenceran dari zat uji dengan enceran endotoksin baku dan jumlah

    endotoksin dinyatakan dalam unit endotoksin.

    Penafsiran hasil:

    Bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin.

  • e. Uji Kejernihan Larutan (FI IV halaman 998)

    Tujuan:

    Untuk mengetahui kejernihan sediaan.

    Prinsip:

    Melakukan evaluasi kejernihan dengan membandingkan sediaan akhir dengan

    suatu pembanding.

    Metode:

    Digunakan tabung reaksi untuk mengamati kejernihan dari sediaan yang diuji

    dengan pembanding hingga setinggi 40 mm. Kemudian dibandingkan selama 5

    menit dengan latar belakang hitam dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi tegak

    lurus kearah bawah lubang.

    Penafsiran Hasil:

    Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut

    yang digunkanan (pembanding).

    f. Uji Keseragaman Bobot dan Volume (FI III halaman 19)

    Tujuan :

    Untuk mengevaluasi integritas kemasan dan mendeteksi kebocoran mendeteksi

    kebocoran.

    Prinsip:

    Dilakukan keseragaman bobot dan volume sesuai dengan prosedur yang telah

    ditentukan.

    Metode:

    a. Keseragaman bobot

    Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi terlebih dahulu, harus

    memenuhi syarat terlebih dahulu, yaitu dihilangkan etiket 10 wadah, cuci bagian

    lauar wadah dengan dengan air, keringkan. Timbang satu per satu dalam keadaan

    terbuka. Keluarkan isi wadah, cuci wadah dengan dengan air kemudian dengan

    etanol (95%) p, dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap didinginkan dan

    ditimbang satu persatu. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas

    yang tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang

    tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.

    b. Keseragaman volume

  • Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan

    kelebihan.

    Penafsiran Hasil:

    Masing-masing bobot dan volume pada kemasan seragam.

    g. Uji Kebocoran (Goeswandi, 1967)

    Tujuan:

    Untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta

    kestabilan sediaan.

    Prinsip:

    Dilakukan uji kebocoran dengan menggunakan larutan biru metilena dan

    prosedur yang ditentukan.

    Metode:

    1. Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi

    dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan.

    2. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan

    dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang

    bocor maka larutan metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan

    di luar dan di dalam tersebut. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul

    larutan-larutan yang sudah berwarna.

    3. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara unjungnya di

    bawah.ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi kebocoran

    maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah menjadi kosong.

    4. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan

    memasukkan wadah-wadah tersebut eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika

    terjadi kebocoran larutan akan diserap keluar. oleh karena itu, harus dijaga agar

    jangan sampai larutan yang keluar, diisap kembali jika di vakum dihilangkan.

    Penafsiran Hasil:

    Tidak ada kebocoran yang terjadi selama pengujian.