OTM Neomycin Kelompok 3
-
Upload
mustaqim-prayogi -
Category
Documents
-
view
566 -
download
24
description
Transcript of OTM Neomycin Kelompok 3
-
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
STERIL
OBAT TETES MATA NEOMYCIN
OLEH KELOMPOK 3 :
FARHAN MAULANA PUTRA 135070501111004
MUSTAQIM PRAYOGI 135070501111011
ASTRI K TARIGAN 135070500111018
NIELA RIZKI A 135070507111002
IGA NUR BUDIYANTI 135070507111014
FADHILA PUTRI I 135070507111016
DANINTYA FAIRUZ 135070501111031
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
-
1. Kekuatan Sediaan, Dosis dan Indikasi
Kekuatan sediaan:
Untuk obat tetes mata, kekuatan neomisin yang digunakan 0,3%.
Indikasi obat tetes mata neomisin:
Obat tetes mata neomisin diindikasikan unuk kondisi inflamasi pada mata dan jika
adanya resiko infeksi karena bakteri.
Dosis obat tetes mata neomisin sulfat:
5 ml dalam botol plastik tetes.
Obat tetes mata, sedikitnya digunakan tiap 2 jam, kemudian kurangi frekuensi saat
infeksi sudah terkendali.
2. Preformulasi
a. Neomisin Sulfat
Pemerian : Serbuk putih agak kuning / padatan kering
mirip es; Tidak berbau / praktis tak berbau;
Higroskopis
Nama Lain : Neomicyni sulfas
Nama Kimia : -
Struktur Kimia : -
Rumus Molekul : C23H46N6O13.H2SO4
Bobot Molekul : 614.6
Kelarutan : Mudah larut dalam 3 bagian air, dalam 1
bagian air larut perlahan-laha; sangat
sukar larut dalam etanol (95%)P; praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam aseton P
pH : 5 7,5
pH stabilitas : 7,0
Titik Didih : -
Titik Leleh : -
Stabilitas : Neomisin merupakan kationik dan bisa
memecah emulsi jika ada Na Lauril
Sulfat dan mengendap dengan adanya
Gom. Neomisin peka terhadap oksidasi
-
udara. Stabil selama tidak kurang dari 3
tahun pada suhu 20oC. Neomisin dapat
dipanaskan pada suhu 110oC selama 10
jam
Inkompatibilitas : Tidak dapat bercampur dengan zat
anionik karena dapat menimbulkan
endapan, juga pada krim yang
mengandung Na Lauril Sulfat. Tidak
dapat bercampur dengan garam
Cephalotin dan garam Novobiocin
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
b. Benzalkonium Klorida
Pemerian : Gel kental atau potongan seperti gelatin,
putih atau putih kekuningan. Biasanya
berbau aromatik lemah. Larutan dalam
air berasa pahit, jika dikocok sangat
berbusa dan biasanya sedikit alkali.
Nama Lain : Alkil dimetil benzil amonium klorida;
benzalkonii chloridum; Hyamin 3500;
Pentonium; Zephiran
Nama Kimia : Alkyldimethyl (phenylmethyl)
ammonium chloride
Struktur Kimia :
Rumus
Molekul
: [C6H5CH2N(CH3)2R]Cl
Bobot Molekul : 360
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol,
-
bentuk anhidrat mudah larut dalam
benzena dan agak sukar larut dalam eter.
pH stabilitas : 5,0 8,0
Titik Didih : -
Titik Leleh : -
Stabilitas : Larutan stabil dalam rentang pH dan
temperatur yang luas dan mungkin
disterilisasi dengan autoklaf tanpa
kehilangan keefektifannya. Larutan yang
diletakkan pada wadah PVC mungkin
akan kehilangan aktivitas antimikrobanya
Inkompatibilita
s
: Inkompatibel dengan aluminum,
surfaktan anionik, sitrat, fluoresceon,
hidrogen peroksida, kaolin, lanolin,
nitrat, zinc oksida, zinc sulfat, dan
campuran plastik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
c. Natrium Metabisulfit
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih
kekuningan, berbau belerang dioksida.
Nama Lain : Dinatrium pirosulfit
Nama Kimia : Sodium pyrosulfite
Struktur Kimia : -
Rumus Molekul : Na2S2O5
Bobot Molekul : 190,10
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam
gliserin; sukar larut dalam etanol.
pH stabilitas : 3,5 5,0
Titik Didih : -
Titik Leleh : 150oC
Stabilitas : Larutan natrium metabisulfit
-
terdekomposisi di udara, khususnya pada
saat pemanasan. Larutan dapat
disterilisasi dengan menggunakan
autoklaf dimana udara dalam
kontainernys diganti menjadi gas yang
inert seperti nitrogen. Penambahan
dekstrosa ke dalam larutan natrium
metabisulfit akan menurunkan stabilitas
metabisulfit
Inkompatibilitas : Natrium metabisulfit bereaksi dengan
ortho- atau para-hydroxibenzil alkohol
dan membentuk derivat asam sulfat
sehingga tidak memiliki efek
farmakologi. Kompatibel dengan
kloramfenikol karena akan bereaksi
secara kompleks.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
d. Disodium Edetat
Pemerian : Serbuk kristal putih tidak berbau dengan
sedikit rasa asam
Nama Lain : Dinatrii edetas; disodium EDTA
Nama Kimia : Ethylenediaminetetraacetic acid,
disodium salt
Struktur Kimia :
Rumus Molekul : C10H14N2Na2O8
Bobot Molekul : 336,2
-
Kelarutan : Larut dalam 11 bagaian air, sukar larut
dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut
dalam kloroform P dan dalam eter P
pH stabilitas : 4,3 4,7
Titik Didih : -
Titik Leleh : 252oC
Stabilitas : Sangat higroskopis dan harus dilindungi
dari kelembaban
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan pengoksidasi kuat,
dan ion logam polifalen seperti tembaga,
nikel, Na EDTA merupakan asam lemah
dan bereaksi dengan logam membentuk
hidrogen.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
e. Dinatrium Hidrogen Fosfat
Pemerian : Serbuk putih atau kristal putih atau
hampir putih, tidak berbau
Nama Lain : Dinatrii edetas; disodium EDTA
Nama Kimia : -
Struktur Kimia :
Rumus Molekul : Na2HPO4
Bobot Molekul : 268,07
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih larut dalam
air panas, praktis tidak larut dalam etanol
pH stabilitas : 9,1
Titik Didih : -
Titik Leleh : 252oC
Stabilitas : Higroskopis dengan pemanasan pada
-
suhu 100C akan kehilangan air kristal
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkaloid, antipirin,
kloral hidrat, pirogalol, resorsinol,
kalsium glukonat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
f. Kalium Dihidrogen Fosfat
Pemerian : Serbuk hablur putih
Nama Lain : Kalium dihidrogenfosfat,
monopotassium phosphate, potassium
acid phosphate
Nama Kimia : -
Struktur Kimia : -
Rumus Molekul : KH2PO4
Bobot Molekul : 136,09
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam etanol
pH stabilitas : 4,4
Titik Didih : -
Titik Leleh : 252oC
Stabilitas : Stabil pada pemanasan 100oC dan akan
terdekomposisi pada suhu 205oC
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
g. NaCl
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau
serbuk kristal putih, tiap 1g setara
dengan 17,1 mmol NaCl.
Nama Lain : Dinatrii edetas; disodium EDTA
Nama Kimia : Natrium Klorida
-
Struktur Kimia : -
Rumus Molekul : NaCl
Bobot Molekul : 58,44
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10
bagian gliserol
pH stabilitas : 6,7 7,3
Titik Didih : -
Titik Leleh : 252oC
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan
stabil dapat menyebabkan pengguratan
partikel dari tipe gelas
Inkompatibilitas : Larutan NaCl korosif terhadap besi,
bereaksi terhadap logam, besi, dan
garam merkuri. Pengawet metil paraben
menurunkan efektifitas natrium klorida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
h. Aqua pro injectio
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa; bebas pirogen,
bebas partikel
Nama Lain : Aqua purificata, aqua
Nama Kimia : Air
Struktur Kimia :
Rumus Molekul : H2O
Bobot Molekul : 18,02
Kelarutan : -
pH stabilitas : 5,0 dan 7,0
Titik Didih : 1000C
Titik Leleh : 00C
Stabilitas : Stabil pada semua bentuk fase
-
Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan obat dan eksipien
lain yang mudah terhidrolisis, pada suhu
tertentu dan peningkatan suhu. Air dapat
bereaksi dengan logam alkalo dan
bereaksi cepat dengan logam alkali dan
oksidanya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan
terlindung dari cahaya
3. Formula dan Rasionalisasi Formula
Nama Bahan % Penggunaan Rentang dalam HOPE
Neomycin Sulfat 0,3 % -
Benzalkonium Klorida 0,02 % 0,01 0,02 %
Disodium Edetate 0,1 % 0,005 0,1 %
Natrium Metabisulfit 0,1 % 0,01 1 %
Natrium Fosfat, dibasic 1,97 % -
Kalium Fosfat, monobasic 0,88 % -
NaCl 0,76 % 0,9 %
Water For Injection Ad 100 % -
Sediaan ini menggunakan neomycin sulfat sebagai bahan aktif, bentuk garam
sulfat dipilih karena dapat larut didalam air. Sehingga dalam penggunaannya tidak akan
mengganggu penglihatan dari pasien yang menggunakan. Sediaan ini berbentuk larutan
tetes mata dengan konsentrasi bahan aktif sebesar 0,3%.
Sediaan tetes mata yang dibuat untuk multi dose sehingga perlu ditambahkan
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada sediaan. Pada sediaan ini
digunakan benzalkonium klorida sebagai pengawet. Konsentrasi yang disarankan HOPE
adalah 0,01 0,02 %. Ditambahkan pula disodium edetate yang merupakan agen
pengkelat untuk meningkatkan kemampuan anti mikroba dari benzalkonium klorida.
Konsenrasi disodium edetate yang disarankan HOPE adalah 0,005 0,1 %. Sehingga
penambahan benzalkonium klorida dan natrium edetate sudah sesuai.
Neomycin sulfat merupakan bahan yang mudah teroksidasi sehingga diperlukan anti
oksidan untuk mencegah oksidasi bahan aktif. Anti oksidan yang digunakan adalah
natrium metabisulfit dengan konsentrasi 0,1 %. Konsentrasi yang disarankan HOPE
adalah 0,01 1 %.
Digunakan pula dapar fosfat sebagai buffering agent untuk menjaga pH sediaan. pH
sediaan yang diinginkan adalah 7. Sehingga konsentrasi dari Natrium Fosfat, dibasic
adalah 1,97% dan Kalium Fosfat, monobasic adalah 0,88%. Pada sediaan ini digunakan
natrium klorida untuk meningkatkan tonisitas dari sediaan sehingga menjadi isotonis.
-
Natrium klorida yang digunakan adalah 0,76%. Digunakan pula water for injection
sebagai pelarut.
4. Kemasan dan Rasionalisasi Kemasan
Sediaan OTM neomycin digunakan dalam bentuk multidose, kemasan yang
digunakan untuk sediaan OTM neomycin ini yaitu plastik jenis polyolefins. Pemilihan
kemasan dengan bahan dasar plastic polyolefins ini dikarenakan sifat polyolefins yang
paling inert dibandingkan tipe plastic yang lain. Polyolefins memiliki titik leleh yang
relative tinggi yaitu 165C sehingga dapat dilakukan sterilisasi wadah menggunakan
metode autoclaf dengan suhu 121C selama 15menit, polyolefins memiliki sifat yang
tahan terhadap asam kuat dan basa kuat. Selain itu terdapat bahan tambahan yaitu
pengawet benzalkonium yang incompatible terhadap plastic jenis PVC.
5. Perhitungan Tonisitas dan Dapar
a. Tonisitas
Neomisin sulfat 0,3 g/100 ml = 0,3 %
E 0,5 % = 0,14
Benzal konium klorida 0,02 g/ 100 ml = 0,02 %
E 0,5 % = 0,18
Disodium edetat 0,1 g/ 100 ml = 0,1 %
E 0,5 % = 0,24
Na Metabisulfat 0,1 g/100 ml = 0,1 %
E 0,5 % = 0,64
Zat E Jumlah Zat Kesetaraan
NaCl
Neomisin sulfat 0,14 0,3 0,042
Benzal konium
klorida
0,18 0,02 0,0036
Disodium edetat 0,24 0,1 0,024
Na Metabisulfat 0,64 0,1 0,064
Total 0,1336
NaCl yang ditambahkan agar isotonis = 0,9 00,1336 = 0,7664 g/100ml
Jadi NaCl yang ditambahkan dalam 1 ml larutan sediaan adalah 7,6 mg
Untuk 5 ml = 7,6 x 5 ml = 38 mg
Untuk 20 botol = 20 x 38 ml = 760 mg
-
Ditambahkan 5 % = 5/100 x 760 mg = 38 mg
Maka jumlah NaCl yang dibutuhkan adalah = 760 mg + 38 mg = 798 mg = 0,798 g /100
ml = 0,798 %
Jadi dalam 1 bacth (20 botol ) = 0,798 g/ 0,9 x 100 ml = 88,6 ml
b. Dapar
Kapasitas Dapar untuk sediaan optalmik adalah 0,1. Dapar yang digunakan adalah
campuran asam dan basa.
pH stabilitas = 7,4
Dapar Fosfat PH = 6 - 8,2 (PH yang ingin dipertahankan adalah 7,4)
pKa H2PO4 = 7,12
pH = pKa + log garam / asam
7,4 = 7,12 + -log HPO4 2
H2PO4
0,28 = -log HPO4 2
H2PO4
1,9055 = HPO4 2
H2PO4
HPO42-
= 1,9055 H2PO4
Persamaan Van Slyke
Ka = antilog (-pKa) = antilog (-7,12)
= 7,6 x 10-8
[H3O+]
= antilog (-pH) = antilog (-7,4)
= 3,98 x 10-8
0,1 = 2,3 C (7,6 x 10-8
) (3,98 x 10-8
)
((7,6 x 10-8
)+(3,98 x 10-8
))2
0,1 = 0,96 x 10-15
C
0,1 = 0,52 C
C = 0,19
0,19 = [Garam] + [ asam]
0,19 = [HPO42-
] + [H2PO4-]
0,19 = 1,9055 [H2PO4-] + [H2PO4
-]
0,19 = 2,9055 [H2PO4-]
=2,3 C Ka [H3O+]
(Ka + [ H3O +])
-
[H2PO4-] = 0,065
HPO42-
= 0,125
Mr KH2PO4 = 136,10
Mr KNaHPO4 = 158,10
KH2PO4 / 1 L= 0,065 x 136,1
= 8,84 gram
KNaHPO4/ 1 L = 0,125 x 158,1
= 19,76 gram
6. Perhitungan dan Penimbangan Sediaan
a. Jumlah sediaan :
Uji Penetapan PH : 1 batch
Uji Sterilitas : 4 botol
Uji Pirogen : 4 botol
Uji endotoksin bakteri : 4 botol
Uji kejernihan larutan : 4 botol
Uji keseragaman bobot dan volume : 4 botol
Uji kebocoran wadah : 1 batch
b. Penimbangan
1. Neomisin Sulfat 0,3% = 0,3
100 x 5 ml
= 0,015 ml
= 0,015 gram = 15 mg
Ditambah 10% = 10
100 x 15 mg
= 1,5 mg
Maka 1 botol = 15 mg + 1,5 mg
= 16,5 mg
Maka 1 batch (20 botol) = 16,5 mg x 20
= 330 mg
-
2. Benzal Koniumklorida 0,02% = 0,02
100 x 5 ml
= 0,001 ml
Ditambah 10% = 10
100 x 0,001 ml
= 0,0001 ml
Maka 1 botol = 0,001 ml + 0,0001 ml
= 0,0011 ml
Maka 1 batch (20 botol) = 0,0011 ml x 20
= 0,022 ml
= 0,022 gram
3. Disodium Edetat 0,1% = 0,1
100 x 5 ml
= 0,005 ml
Ditambah 10% = 10
100 x 0,005 ml
= 0,0005 ml
Maka 1 botol = 0,005 ml + 0,0005 ml
= 0,0055 ml
Maka 1 batch (20 botol) = 0,0055 ml x 20
= 0,11ml
= 0,11 gram
4. Natrium Metabisulfit 0,1% =0,1
100 x 5 ml
= 0,005 ml
Ditambah 10% = 10
100 x 0,005 ml
= 0,0005 ml
Maka 1 botol = 0,005 ml + 0,0005 ml
= 0,0055 ml
Maka 1 batch (20 botol) = 0,0055 ml x 20
= 0,11 ml
= 0,11 gram
-
5. Purified water ad 100% = 100% - (0,3% + 0,02% + 0,1% + 0,1%)
= 100% -0,52%
= 99,48%
Maka air yang digunakan adalah = 99,48
100 x 5 ml
= 4,974 ml
Ditambah 10% = 10
100 x 4,974 ml
= 0,4974 ml
Untuk 1 botol = 4,974 ml + 0,4974
= 5,4714 ml
Untuk 20 botol = 5,4714 ml x 20
= 109,428 ml
Air untuk melarutkan Neomisin Sulfat (dalam 3 bagian air)
Maka = 0,33g x 3
= 9,9 ml
Air untuk melarutkan Benzal Koniumklorida (sangat mudah larut dalam air)
Maka = 0,022 g x 1
= 0,022 ml
Air untuk melarutkan Disodium Edetat (larut dalam 11 bagian air)
Maka = 0,11 gram x 11
= 1,21 ml
Air untuk melarutkan Natrium Metabisulfit (larut dalam 1 bagian air)
Maka = 0,11ml x 1
= 0,11 ml
SISA AIR = 109,428 ml (9,9 ml + 0,022 ml + 1,21 ml + 0,11 ml)
= 98,186 ml
-
Nama Bahan Dalam 1 botol Dalam 20 botol Fungsi bahan
Neomisin Sulfat 1,65 mg 33 mg Zat aktif
Benzal Koniumklorida 0,0011 ml 0,022 ml Pengawet
Disodium Edetat 0,0055 ml 0,11 ml Pengkhelat
Natrium Metabisulfit 0,0055 ml 0,11 ml Antioksidan
Dapar fosfat qs qs Buffering agent
Purified water 5,4714 109,428 ml Pembawa
7. Pemilihan Proses Pembuatan
Metode sterilisasi produk yang digunakan menggunakan sterilisasi akhir dengan
filtrasi. Penggunakan metode sterilisasi ini didasarkan kepada stabilitas bahan yang
digunakan salah satunya adalah buffer phospat yang terdiri dari KH2PO4 dan NaH2PO4
yang memiliki sifat tidak tahan terhadap panas. Selain itu, sterilisasi secara filtrasi ini
dipilih karena sediaan berupa larutan sehingga dapat dilakukan penyaringan. Sterilisasi
fitrasi menggunakan membrane filter yang terbuat dari ester selulosa, dengan
menggunakan 2 langkah prefilter (0,45mikrometer) dan filter (0,22mikrometer).
Metode sterilisasi untuk alat dan wadah yang digunakan yaitu sterilisasi panas
basah (autoclaf) dengan suhu 121C selama 15menit. Pemilihan sterilisasi alat dan wadah
secara autoclaf didasarkan pada pemilihan kemasan yaitu dari bahan plastik yang tahan
hingga suhu 165C sehingga dapat disterilisasikan dengan menggunakan sterilisasi panas
basah atau autoclave.
8. Prosedur Pembuatan
-Disterilisasi alat dan wadah menggunakan autoclave suhu 121C selama 15menit
-Ditimbang bahan :
-Neomicyn 33mg
-Benzalkonium 0,022 g
-Disodium edetate 0,11 g
-Natrium Metabisulfit 0,11 g
-NaCl 0,76 gram
-Air untuk melarutkan neomicyn 9,9ml
-Air untuk melarutkan benzalkonium 0,022ml
Alat dan Bahan
-
-Air untuk melarutkan disodium edetate 1,21ml
-Air untuk melarutkan natrium metabisulfit 0,11ml
-Air untuk melarutkan NaCl 7,98ml
-Dilarutkan neomicyn kedalam air (1)
-Dilarutkan benzalkonium dalam air (2)
-Dilarutkan disodium edetate dalam air (3)
-Dilarutkan Natrium metabisulfit dalam air (4)
-Dilarutkan NaCl dalam air (5)
-Dicampurkan 2,3,4,5 (6)
-Dibuat buffer phospat dengan KH2PO4 0,88g dan Na2HPO4 1,976g
-Dicampurkan buffer phospat kedalam (6), diaduk ad homogen
-Dicampurkan Neomycin yang telah dilarutkan kedalam air, aduk ad homogeny
-Ditambahkan air sampai tanda batas 100ml
-Diukur pHnya dengan menggunakan pH meter
-Dilakukan penyarigan dengan membrane filter 0,45mikrometer dan 0,22mikrometer
-Dimasukkan ke dalam wadah
-Dilakukan uji evaluasi
9. Evaluasi dan Penafsiran Akhir
a. Uji Penetapan pH (FI IV halaman 1039)
Tujuan:
Untuk dapat mentukan pH dari sediaan.
Prinsip:
Pengukuran pH dengan menggunakan potensiometri (pH meter).
Metode:
Pengukuran dengan alat potensiometri yang telah dikalibrasi, kemudian
digunakan pada suhu 25o 2
o kecuali dinyatakan pada masing-masing monograf.
Penafsiran hasil:
Hasil
-
Harga pH dilihat pada angka yang tertera di pH meter.
b. Uji Sterilisasi (FI IV halaman 889)
Tujuan:
Untuk menetapkan apakah bahan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip:
Pertumbuhan mikroorganisme pada media tertentu yang diinokulasi dan iinkubasi
pada suhu tertentu.
Metode:
Prosedur pengujian terdiri dari inokulasi langsung ke dalam media uji dan teknik
penyaringan membran.
Penafsiran hasil:
Dinyatakan memenuhi syarat apabila pada masing-masing tabung tidak terdapat
pertumbuhan jasadrenik.
c. Uji Pirogen (FI IV halaman 908)
Tujuan:
uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat
yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
Prinsip:
mengukur kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara intravena
dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi dengan uji kelinci dengan
dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mg per kg bobot dalam jangka waktu tidak
lebih dari 10 menit.
Metode:
1. Pengujian dilakukan dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji priogen dan
dengan kondisi lingkungan yang sama dengan runag pemeliharaan, bebas dari
keributan yang menyebabkan kegelisahan.
2. Kelinci tidak diberi makan selama waktu pengujian, minum dibolehkan pada
setiap saat tetapi menggunakan termistor.
3. Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, ditentukan suhu awal
masing-masing kelinci.
-
4. Suntikkan 10 ml perkg bobot badan, melalui vena tepi telinga 3 ekor kelinci dan
penyuntikan dilakukan dalam waktu 10 menit. Lartan uji berupa sediaan yang bila
perlu dikonstitusi seperti yang tertera pada etiket maupun bahan uji yang
diperlakukan seperti yang tertera pada masing-masing monografi dan disuntikkan
dengan dosis seperti yang tertera.
5. Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan uji hasil
cucian atau bilasan dari permukaan alat yang berhubungan langsung dengan
sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh pasien.
6. Hangatkan larutan pada suhu 370C 2
0 sebelum penyuntikkan. Rekam suhu
berturut-turut antara jam ke-1 dan jam ke-3 setelah penyuntikkan dengan selang
waktu 30 menit.
Penafsiran hasil:
Setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat apabila tak seekor
kelincipun menunjukkan kenaikan suhu 0,50
atau lebih. Jika ada kelinci yang
menunjukkan kenaikan suhu 0,50 atau lebih lanjutkan pengujian dengan
menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci
masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,50
atau lebih dan jumlah kenaikan
8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,30 sediaan dinyatakan memenuhi syarat pirogen
d. Uji Endotoksin Bakteri (FI IV halaman 905)
Tujuan:
Untuk memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam bahan
uji.
Prinsip:
Pengujian dilakukan dengan menggunakan LAL yang diperoleh dari ekstrak
amebosit dalam kepiting ladam kuda.
Metode:
Menetapkan titik akhir reaksi dimana dilakukan dengan membandingkan
langsung keenceran dari zat uji dengan enceran endotoksin baku dan jumlah
endotoksin dinyatakan dalam unit endotoksin.
Penafsiran hasil:
Bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin.
-
e. Uji Kejernihan Larutan (FI IV halaman 998)
Tujuan:
Untuk mengetahui kejernihan sediaan.
Prinsip:
Melakukan evaluasi kejernihan dengan membandingkan sediaan akhir dengan
suatu pembanding.
Metode:
Digunakan tabung reaksi untuk mengamati kejernihan dari sediaan yang diuji
dengan pembanding hingga setinggi 40 mm. Kemudian dibandingkan selama 5
menit dengan latar belakang hitam dilakukan dibawah cahaya yang terdifusi tegak
lurus kearah bawah lubang.
Penafsiran Hasil:
Suatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut
yang digunkanan (pembanding).
f. Uji Keseragaman Bobot dan Volume (FI III halaman 19)
Tujuan :
Untuk mengevaluasi integritas kemasan dan mendeteksi kebocoran mendeteksi
kebocoran.
Prinsip:
Dilakukan keseragaman bobot dan volume sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.
Metode:
a. Keseragaman bobot
Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi terlebih dahulu, harus
memenuhi syarat terlebih dahulu, yaitu dihilangkan etiket 10 wadah, cuci bagian
lauar wadah dengan dengan air, keringkan. Timbang satu per satu dalam keadaan
terbuka. Keluarkan isi wadah, cuci wadah dengan dengan air kemudian dengan
etanol (95%) p, dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap didinginkan dan
ditimbang satu persatu. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas
yang tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang
tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.
b. Keseragaman volume
-
Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan
kelebihan.
Penafsiran Hasil:
Masing-masing bobot dan volume pada kemasan seragam.
g. Uji Kebocoran (Goeswandi, 1967)
Tujuan:
Untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan.
Prinsip:
Dilakukan uji kebocoran dengan menggunakan larutan biru metilena dan
prosedur yang ditentukan.
Metode:
1. Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat dilakukan dengan mata tetapi
dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin bisa dikerjakan.
2. Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai disterilkan
dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada wadah-wadah yang
bocor maka larutan metilena akan masuk kedalamnya karena perbedaan tekanan
di luar dan di dalam tersebut. Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul
larutan-larutan yang sudah berwarna.
3. Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara unjungnya di
bawah.ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil. Jika terjadi kebocoran
maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah dan wadah menjadi kosong.
4. Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan
memasukkan wadah-wadah tersebut eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika
terjadi kebocoran larutan akan diserap keluar. oleh karena itu, harus dijaga agar
jangan sampai larutan yang keluar, diisap kembali jika di vakum dihilangkan.
Penafsiran Hasil:
Tidak ada kebocoran yang terjadi selama pengujian.