Otitis Media
-
Upload
princess-rain -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Otitis Media
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENDERITA OTITIS MEDIA
Diajukan sebagai salah satu mata ajar keperawatan Dewasa II
Dosen pengampun : Nurhaktyas M.S.Kep.Nes
Kelompok 8 :
1. Ramjanah Sk.108.113
2. Nur Sofiana A. Sk.108.087
3. Saekhu Rohman Sk.108.133
4. Shinta Oktaviana Sk.108.119
5. Sri Indarwati Sk.108.126
6. Zaenal Sk.108.149
7. Zaenudin Sk.108.150
8. Zimpi Nikiyati P Sk.108.151
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (SPIK)SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) KENDAL2009
ASUHAN PENDERITA OTITIS MEDIA
1. Otitis
1. Pengertian
Otitis media adalah peradagang telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan oleh
penjalaran infeksidari tenggorok ( faringitis) dan sering pada anak-anak. Pada semua
jenis ototitis mediajuga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif.
Dariperjalanan kjlinisnya, otitis media dibedakan atas akut (baru) dan kronis ( proses
lebih lama).
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi / peradangan di telinga tengah.
Telinga sendiri terjadi menajdi tiga bagian : telinga luar,telinga tengah,dan telinga
dalam. Teling tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang
telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga
dalam.selain di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas, guna saluran ini
adalah :
a. Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikan
dengan tekanan udara di dunia luar.
b. Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga
tengah kebagian belakang hidung.
c. Sebagai sawar kuman yang mungkin akan masuk kedalam telinga tengah.
II.Etiologi
Penyebab otitismediaakut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.pada 25%
pasien,tidakdi temukan mikroorganisme penyebabnya. Virus di temukan pada 25 %
kasusdan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri.mbakteri penyebab
Otitis media tersering adalah Steptococcus pneumoniae,diikutioleh Haemophilus
influenza dan Moraxella cattarhalis.Yang perlu diiangt pad OMA,walaupun sebagia
besar kasus disebabkan oleh bakteri,hanya sedikit kasus yang membutuhkan
antibiotic. Halini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan
terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.
III. Patofisologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,terseumbatnya
saluran,dan datangnya sel-seldarah putih untuk nmelawan bakteri. Sel-seldarah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sengaia hasilnya
terbentuknya nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpuldi belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dngan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.kehilangan pendengaran
yang dialami umumnya sekitar24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih
banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran
pembicaraan normasl). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling
berat,cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga.
IV. Macam-macam Otitis Media
IV.1.Otitis Media Kronik
Otitis media kronik ditandai dengan adanya supuratif (bernanah) yang
merupakan lanjutan dari OMA yang mengalami pecah gendang telinga dan
tidak menutup setelah 6 minggu atau non supuratif (serosa/gendang telinga
utuh)
Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut.
Sering berhubungan dengan perferosi menetap membrana timpani. Infeksi
kronik telinga tengah takhanya mengakibatkan kerusakan membarani timpani
tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu mengakibatkan
mastoid. Sebelum penemuan antibiotika,infeksi mastoid merupakan infeksi
yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotika yang bijaksana pada
otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang.
Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga
yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi
kronik ini dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan
pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) darilapisan luar membrana
timpasi ke telinga tengah. Kulit dari membrana timpani lateral membentuk
kantor luar, yang berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong
dapat melekat ke tsruktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani,
kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan pralisis, kehilangan
pendengaran sensorineural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erosi
telinga dalam) dan abses otak.
a. Manifestasi Klinis
Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan
terdapat otorea intermiten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak
ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post-aurikuler
menjadi neri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma sendiri
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrana timpani
memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai
masa putih dibelakang membrana timpani atau keluar ke kanalis eksternus
melalui luang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada
pemeriksaan oleh ahli otoskopi . hasil audiometri pada kasus kolesteatoma
sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
b. Penatalaksanaan
Penanganan lokal meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan
mikroskop dan alat pengisap. Pmberian tetas antibiotika atau pemberian
bubuk antibotika sering membantu bila ada cairan purulen. Antiboitika
sistemik biasanya tidak diresepkan kecuali pada kasus infeksi akut.
IV.2. Otitis Media Akut
a. Pengertian
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagaian atau seluruh
periosteum telinga tenga9 (Kapita selekta kedokteran, 1999)
yang sering terlihat adalah :
1.Otitis media viral akut
2.Otitis media bacterial akut
3.Otitis media nekrotik akut
b. Etiologi
penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,
staphylococcus aureus, pneumo coccus, haemophylus, influenza, escherecia
coli, streptococcus anhaemolyticus,proteus vulgaris,pseudomonas aerugenosa.
c. Patofiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah,
kecuali pada kasus yang relatif jarang,yang mendapatkan infeksi bakteri
yangmembocorkan membran timpani. Stadium awalkomplikasi ini dimulai
dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang
kemudian lumenya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat
dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat
rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya kaftor ketahanan tubuh pejamu dan virulensa bakteri akan
menentukan progresivitas penyakit.
d. Manifestasi Kilinis
Gejala otitis media dapat bervariasimenurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasannya unilateral pada
orang dewasa, dan mingkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang secara spontan
bila terjadi perforasi spontan membrana timpani atau setelah dilakukan
miringotomi (insisi membrana timpani). Gejala lain dapat berupa keluarnya
cairan dari telinga, demam, kehilanganpendengaran, dan tinitus. Pada
pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering tampak normal, dan
tak terjadi nyeri bila aurikula digerakkan. Membrana timpani tampak merah dan
sering menggelembung.
e. Penatalaksanaan
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada infektivitas terapi (mis
dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi), verulensi bakteri, dan
status fisik pasien. Dengan terapi antibiotika spektrum lus yang tepat dan awal,
otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang serius. Bila terjadi pengeluaran
cairan, biasanya perlu diresepkan preparat otik antibiotika. Kondisi juga
berkembang menjadi subakut (mis. Berlangsung 3 mingu sampai 3 bulan),
dengan pengeluaran cairan purulen menetap dari telinga. Jarang sekali terjadi
kehilangan pendengaran permanen. Komplikasi sekunder mengenai mastoid dan
komplikasi intrakranial serius, seperti miningitis atau abses otak, dapat terjadi
meskipun jarang.
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh,
bengkak,dantidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
2. Kultur cairan melalui membran timpani yang pecah untuk mengakui
organisme penyebab.
g. Asuhan Keperawatan
Data yang muncul saat pengkajian
1. Sakit telinga /nyeri
2. Penurunan / tidak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua
telinga.
3. Tinitus
4. Perasaan penuh pada telinga
5. Suara bergema dari suara sendiri
6. Bunyi”letupan”sewaktu menguap atau menelan
7. Vertigo, pusing, gatal pada telinga
8. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk mebersihkan telinga.
9. Penggunaan obat ( steptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
10. Tanda-tanda vital ( suhu bisa sampai 40º C), demam.
11. Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat.
12. Reflek kejut
13.Cairan telinga ; hitam, kemerahan,jernih, kuning .
14. Alergi
15. Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram.
16. Adanya riwayat infeksi saluran pernfasan atas, infeksi telinga
sebelumnya, alergi.
17. Fokus intervensi
18. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Intervensi:
1. Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat mengurangi nyeri.
2. Kompres di telinga bagian luar; untukmengurangi nyeri.
3. Kompres dingin ; untukmengurangi tekanan telinga ( edema)
4. Kolaborasi pemberian analgetik dan antiboitik
Evaluasi : Nyeri hilang atau berkurang
Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan tidak adekuatnya pengobatan
Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Intervensi:
1. Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditas, vertigo; untuk
mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
2. Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme.
3. Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras (sisi) ; untuk
menghindari transfer organisme dari tuba eustacius ke telinga tengah.
4. Kolaborasi pemberian antiboitik
Evaluasi : infeksi tidak terjadi
Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi
sensori.
Tujuan : tidak terjadi injury atau perlukaan
Intervensi :
1.Pegangi anak atau dudukan anak dipangkuan saat makan ;
meminimalkan anak agar tidak jatuh.
2. Pasang restraint pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar anak tidak
jatuh.
3. Jaga anak saat beraktivitas; meminimalkan agar anak tidak jatuh.
4. Tempatkan perabot teratur ;meminimalkan agar anak tidak terluka.
Evaluasi : anak terhindar dari injury/perlukaan
IV. 3. Otitis Media Perforata
a. Pengertian
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratifkronis (OMSK)
adalah infeksi krinis di telinga tengah dengan perforasimembran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret
mungkin encer atau kental, bening atau bernanah. (Kapita selekta kedokteran
1999).
b. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis antara lain :
Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat :
1. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang.
2. Obstruksi anatomik tuba eustacius persial atau total.
Peforasi membran timpani yang menetap
Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patalogik
menetap lainnya pada telinga tengah.
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga
mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan perut,penebalan
mukosa,polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum
atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
c. Patofisiologi
Otitis mediasupuratif kronis lebih sering merupakan e\penyaki kambuhan
daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium
daripada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragamanini di sebabkan
karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan
efekkerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukanjaringan parut.
OMP terutama pada masa anakakan terjadi otitis media nekrotikans dapat
menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga.setelah penyakit akut
belalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi
kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media
atelektasis.
d. Pemeriksaan Penunjang
Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
Foto Rontgen untuk mengetahui patologi mastoid
Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
h. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Kaji riwayat infeksi telinga dan pengobatan
2. Kaji drainage telinga, keutuhan membran timpani
3. Kaji penurunan /tuli pendengaran
4. Kaji daerah mastoid
Diagnosa Keperawatan
i. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi efek pembedahan.
ii. Resiko peneybaran infeksi berhubungan dengan komplikasi
proses pembedahan /penyakit.
iii. Gangguan persepsi snsory auditory berhubungan dengan
proses penyakit dan efek pembedahan.
1. Intervensi Keperawatan
a. Meningkatkan kenyamanan
1.Beri tindakan untuk mengurangi nyeri
Beri analgetik
Lakukan kompres dingin pada area
Atur posisi nyaman
2. Beri sedative secara hati-hati agar dapat istirahat (kolaborasi)
b. Pencegahan penyebaran infeksi
1. Mengganti balutan pada daerah luka
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Beri antibiotik yang disarankan tim medis
4. Awasi terjadinya infeksi
c. Monitor perubahan sensori
1. Catat status pendengaran
2. Kaji pasien yang mengalami vertigo setelah operasi
3. Awasi keadaan yang dapat menyebabkan injury nervus facial.
Evaluasi
a. Tak ada infeksi lokal atau CNS
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Dapat mendengar dengan jelas atau menggunakan alat Bantu
pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Donna L.Wong,L.F. Whaley, Nursing Care of ifants and Childre,Masby Year
Book.
2. Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit telinga Hidung
Tenggorokan,Edisi III,FKUI,1997.
3. Wong Whaley, Clinical Manual of Pediatric Nursing,Mosby YearBook.
4. ……………….