Osteosarkoma Doc
-
Upload
selvy-grentina -
Category
Documents
-
view
250 -
download
11
description
Transcript of Osteosarkoma Doc
KATA PENGANTAR
Assalamualakum.wr.wb
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat beserta karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas paper mengenai “OSTEOSARKOMA”. Penyusunan
tugas paper ini dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan serta kreativitas penulis
dan menambah wawasan bagi para pembaca khususnya, serta melengkapi tugas KKS
COASS ILMU RADIOLOGI RSUD DJOELHAM BINJAI yang diberikan oleh
pembimbing.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr.Juliamor Singulongga,
Sp.Rad selaku pembimbing dalam kepaniteraan klinik ilmu psikiatri serta dalam
penyelesaian tugas paper ini.
Dalam penulisan tugas paper ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan dimasa yang akan datang
Wassalamualaikum,wr,wb
Binjai, Agustus 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 Pendahuluan
Latar belakang 3
Rumusan masalah 4
Tujuan 4
BAB 2 Pembahasan
Pengertian osteosarkoma 5
Klasifikasi osteosarkoma 5
Etiologi osteosarkoma 7
Patofisologi osteosarkoma 8
Manifestasi klinis osteosarkoma 8
Pemeriksaan diagnostik osteosarkoma 9
Stadium osteosarkoma 12
Penatalaksanaan osteosarkoma 13
BAB 3 Penutup
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar
11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah
penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun
( pada usia pertumbuhan ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka
kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja
penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti
belum diketahui.
Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian
dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis tentang Osteosarkoma.
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma?
2. Bagaimana Penyebab Osteosarkoma ?
3. Bagaimana Patofisiologi Osteosarkoma ?
4. Bagaimana cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana konsep anak yang menderita Osteosarkoma dan bagaimana
menyusun Asuhan Keperawatan yang baik dan benar pada anak dengan Osteosarkoma.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan pengertian dan klasifikasi Osteosarkoma
2. Menjelaskan penyebab Osteosarkoma
3. Menjelaskan Patofisiologi dan Manifestasi klinis Osteosarkoma
4. Menjelaskan cara Diagnostik dan Penanganan medic Osteosarkoma
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling
sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini
menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien
pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347)
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra, mandibula,
klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi
pada daerah lutut.
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.
Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain.
Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized
pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin
datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-
5
paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
1. Osteokondroma
Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan tumor tulang jinak yang
paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada
permukaan tulang sebgai benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa
benjolan. 10% dari penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang
hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri, tidak
perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika
tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin
perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang menjadi
kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri, yang
merupakan petunjuk adanya penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui
pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan
memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan
melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan
atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang
memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang
otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor
diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu menentukan lokasi
6
yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan perlu
dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan foto rontgen dengan tehnik yang
khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk
mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan
nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan
dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan agar
struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan
pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor akan muncul kembali
setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa tumbuh menjadi kanker.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki
yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya
keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologi telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang
lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada
pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang,
Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif
thorium dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma
hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa
kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah
menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan
osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget,
dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses dan
retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi
genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi
terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang ,
dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).
7
2.4 PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal.Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada kelompok usia muda antara 10 – 25 tahun.
Kemudian sering menyerang pada daerah ujung metafisis tulang panjang seperti :
1. Ujung distal tulang femur.
2. Ujung proximal tibial.
3. Ujung proximal humerus.
4. Ujung proximal femur.
5. Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma
adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang
dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin
buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di
kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat
membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam
beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena kanker telah
melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat. Pada kasus ini, resiko
osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan
bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata memiliki risiko tambahan untuk
mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker
juga berada di risiko tinggi untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor
jahat yang yang berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2
tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke
radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi
untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.
Gejala biasanya telah ada selama beberapa minggu atau bulan sebelum pasien
didiagnosa. Gejala yang paling sering terdapat adalah nyeri, terutama nyeri pada saat aktifitas
8
adan massa atau pembengkakan. Tidak jarang terdapat riwayat trauma, meskipun peran
trauma pada osteosarkoma tidaklah jelas. Fraktur patologis sangat jarang terjadi, terkecuali
pada osteosarkoma telangiectatic yang lebih sering terjadi fraktur patologis. Nyeri pada
ekstrimitas dapat menyebabkan kekakuan. Riwayat pembengkakan dapat ada atau tidak,
tergantung dari lokasi dan besar dari lesi. Gejala sistemik, seperti demam atau keringat
malam sangat jarang. Penyebaran tumor pada paru-paru sangat jarang menyebabkan gejala
respiratorik dan biasanya menandakan keterlibatan paru yang luas.
Penemuan pada pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tempat utama tumor :
1. Massa : massa yang dapat dipalpasi dapat ada atau tidak, dapat nyeri tekan dan hangat pada
palpasi, meskipun gejala ini sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada inspeksi dapat
terlihat peningkatan vaskularitas pada kulit.
2. Penurunan range of motion : keterlibatan sendi dapat diperhatikan pada pemeriksaan fisik.
3. Lymphadenopathy : keterlibatan kelenjar limfa merupakan hal yang sangat jarang terjadi.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2.6.1 Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum pemberian
kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi. Pemeriksaan darah untuk
kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH) dan alkaline phosphatase (ALP).
Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat diagnosis mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai metastase pada paru. Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai
peningkatan nilai LDH kurang dapat menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang
mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk :
a. LDH
b. ALP (kepentingan prognostik)
c. Hitung darah lengkap
d. Hitung trombosit
e. Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase
(ALT), bilirubin, dan albumin.
f. Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium,
phosphorus.
g. Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine.
9
h. Urinalisis
2.6.2 Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk investigasi.
Ketika dicurigai adanya osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor
pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitf bila
dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat digunakan untuk
menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic bone scanning secara umum digunakan untuk
mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat
menggantikan bone scan.
1. X-ray
Foto polos merupakan hal yang esensial dalam evaluasi pertama dari lesi
tulang karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan penentuan pemeriksaan lebih
jauh yang tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi, tetapi kebanyakan
menunjukkan campuran antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang hanya berupa
lesi litik atau sklerotik. Lesi terlihat agresif, dapat berupa moth eaten dengan tepi
tidak jelas atau kadangkala terdapat lubang kortikal multipel yang kecil. Setelah
kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat membentuk tepi dengan batas jelas disekitar
tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering terlihat sebagai massa jaringan lunak.
Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit dibedakan dengan efusi. Area
seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid yang maligna dan
kalsifikasi dapat terlihat pada massa. Reaksi periosteal seringkali terdapat ketika
tumor telah menembus kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul,
termasuk Codman triangles dan multilaminated,spiculated, dan reaksi sunburst, yang
semuanya mengindikasikan proses yang agresif. Osteosarkoma telangiectatic secara
umum menunjukkan gambaran litik, dengan reaksi periosteal dan massa jaringan
lunak. Ketika batas tumor berbatas tegas, dapat menyerupai gambaran aneurysmal
bone cyst. Osteosarkoma Small-cell terlihat sama dengan gambaran osteosarkoma
konvensional, yang mempunyai gambaran campuran antara litik dan sklerotik.
Osteosarkoma intraosseous low-grade dapat berupa litik, sklerotik atau campuran;
seringkali mempunyai gambaran jinak dengan batas tegas dan tidak adanya perubahan
periosteal dan massa jaringan lunak. Gnathic tumor dapat berupa litik, sklerotik atau
campuran dan sering terjadi destruksi tulang, reaksi periosteal dan ekstensi pada
jaringan lunak. osteosarkoma intracortical dideskripsikan sebagai gambaran
10
radiolusen dangeographic, dan mengandung mineralisasi internal dalam jumlah yang
kecil. Osteosarkoma derajat tinggi mempunyai gambaran massa jaringan lunak yang
luas dengan berbagai derajat mineralisasi yang muncul dari permukaan tulang.
Osteosarkoma parosteal secara tipikal merupakan tumor berdensitas tinggi yang
muncul dari area tulang yang luas. Tidak seperti osteochondroma, osteosarkoma
parosteal tidak melibatkan kavitas medulla tulang.
2. CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan,
terutama pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di
mandibula dan maksila pada osteosarkoma gnathic dan pada pelvis yang berhubungan
dengan osteosarkoma sekunder). Gambaran cross-sectional memberikan gambaran
yang lebih jelas dari destruksi tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya
daripada foto polos. CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah
kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT terutama sangat membantu
ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan. CT jarang
digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang, namun merupakan modalitas
yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru. CT sangat berguna
dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada osteosarkoma telangiectatic dapat
memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama kontras dapat membedakan
dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka akan
terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang kistik.
3. MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor
karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak.
MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari
osteosarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang tepat.
Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen
pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak
yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor
intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus
adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah diketahui sering terjadi
daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto polos.
11
Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal yang sama
dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan destruksi fokal dari
lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus synchronous dari tumor yang
secara anatomis terpisah dari tumor primer namun masih berada pada tulang yang
sama. Deposit sekunder pada sisi lain dari tulang dinamakan transarticular
skipmetastase. Pasien dengan skip metasase lebih sering mempunyai kecenderungan
adanya metastase jauh dan interval survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari
penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan
hubungan tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting
untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen yang
terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor terlihat menyebar
menuju tulang subartikular dan kartilago.
4. Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan stadium dari
lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan percutaneous
biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography mungkin merupakan
modalitas pencitraan satu satunya yang dapat menemukan rekurensi dini secara lokal,
karena penggunaan CT atau MRI dapat menimbulkan artefak pada bahan metal.
Meskipun ultrasonography dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan
lunak, tetapi tidak bisa digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari
lesi.
5. Nuclear Medicine
Osteosarcoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene
diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit
multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip
lesion paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteosarkoma menunjukkan
peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak
spesifik
.
5.4 STADIUM
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
12
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen
utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi
anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteosarkoma harus berada diantara periosteum.
Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteosarkoma telah
menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk kepentingan secara
praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa metastase (localized
osteosarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic osteosarkoma).
5.5 PENATALAKSANAAN
Preoperatif kemoterapi diikuti dengan pembedahan limb-sparing (dapat dilakukan
pada 80% pasien) dan diikuti dengan postoperatif kemoterapi merupakan standar manajemen.
Osteosarkoma merupakan tumor yang radioresisten, sehingga radioterapi tidak mempunyai
peranan dalam manajemen rutin.
5.5.1 Medikamentosa
Sebelum penggunaan kemoterapi (dimulai tahun 1970), osteosarkoma ditangani
secara primer hanya dengan pembedahan (biasanya amputasi). Meskipun dapat mengontrol
tumor secara lokal dengan baik, lebih dari 80% pasien menderita rekurensi tumor yang
biasanya berada pada paru-paru. Tingginya tingkat rekurensi mengindikasikan bahwa pada
saat diagnosis pasien mempunyai mikrometastase. Oleh karena hal tersebut maka
penggunaan adjuvant kemoterapi sangat penting pada penanganan pasien dengan
osteosarkoma. Pada penelitian terlihat bahwa adjuvant kemoterapi efektif dalam mencegah
rekurensi pada pasien dengan tumor primer lokal yang dapat direseksi. Penggunaan
neoadjuvant kemoterapi terlihat tidak hanya mempermudah pengangkatan tumor karena
ukuran tumor telah mengecil, namun juga dapat memberikan parameter faktor prognosa.
Obat yang efektif adalah doxorubicin, ifosfamide, cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi
dengan leucovorin. Terapi kemoterapi tetap dilanjutkan satu tahun setelah dilakukan
pembedahan tumor.
5.5.2 Pembedahan
Tujuan utama dari reseksi adalah keselamatan pasien. Reseksi harus sampai batas
bebas tumor. Semua pasien dengan osteosarkoma harus menjalani pembedahan jika
memungkinkan reseksi dari tumor prmer. Tipe dari pembedahan yang diperlukan tergantung
dari beberapa faktor yang harus dievaluasi dari pasien secara individual. Batas radikal,
13
didefinisikan sebagai pengangkatan seluruh kompartemen yang terlibat (tulang, sendi, otot)
biasanya tidak diperlukan. Hasil dari kombinasi kemoterapi dengan reseksi terlihat lebih baik
jika dibandingkan dengan amputasi radikal tanpa terapi adjuvant, dengan tingkat 5-year
survival rates sebesar 50-70% dan sebesar 20% pada penanganan dengan hanya radikal
amputasi. Fraktur patologis, dengan kontaminasi semua kompartemen dapat
mengeksklusikan penggunaan terapi pembedahan limb salvage, namun jika dapat dilakukan
pembedahan dengan reseksi batas bebas tumor maka pembedahan limb salvage dapat
dilakukan. Pada beberapa keadaan amputasi mungkin merupakan pilihan terapi, namun lebih
dari 80% pasien dengan osteosarkoma pada eksrimitas dapat ditangani dengan
pembedahan limb salvage dan tidak membutuhkan amputasi. Jika memungkinkan, maka
dapat dilakukan rekonstruksi limb-salvage yang harus dipilih berdasarkan konsiderasi
individual, sebagai berikut :
a. Autologous bone graft: hal ini dapat dengan atau tanpa vaskularisasi. Penolakan tidak
muncul pada tipe graft ini dan tingkat infeksi rendah. Pada pasien yang mempunyai lempeng
pertumbuhan yang imatur mempunyai pilihan yang terbatas untuk fiksasi tulang yang stabil
(osteosynthesis).
b. Allograft: penyembuhan graft dan infeksi dapat menjadi permasalahan, terutama selama
kemoterapi. Dapat pula muncul penolakan graft.
c. Prosthesis: rekonstruksi sendi dengan menggunakan prostesis dapat soliter
atau expandable, namun hal ini membutuhkan biaya yang besar. Durabilitas merupakan
permasalahan tersendiri pada pemasangan implant untuk pasien remaja.
d. Rotationplasty: tehnik ini biasanya sesuai untuk pasien dengan tumor yang berada pada
distal femur dan proximal tibia, terutama bila ukuran tumor yang besar sehingga alternatif
pembedahan hanya amputasi.
1) Selama reseksi tumor, pembuluh darah diperbaiki dengan cara end-to-
end anastomosis untuk mempertahankan patensi dari pembuluh darah. Kemudian
bagian distal dari kaki dirotasi 180º dan disatukan dengan bagian proksimal dari
reseksi. Rotasi ini dapat membuat sendi ankle menjadi sendi knee yang fungsional.
2) Sebelum keputusan diambil lebih baik untuk keluarga dan pasien melihat video
dari pasien yang telah menjalani prosedur tersebut.
e. Resection of pulmonary nodules: nodul metastase pada paru-paru dapat disembuhkan
secara total dengan reseksi pembedahan. Reseksi lobar atau pneumonectomy biasanya
diperlukan untuk mendapatkan batas bebas tumor. Prosedur ini dilakukan pada saat yang
sama dengan pembedahan tumor primer. Meskipun nodul yang bilateral dapat direseksi
14
melalui median sternotomy, namun lapangan pembedahan lebih baik jika
menggunakan lateral thoracotomy. Oleh karena itu direkomendasikan untuk
melakukan bilateral thoracotomies untuk metastase yang bilateral (masing-masing dilakukan
terpisah selama beberapa minggu).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Osteosarkoma (Sarkoma osteogenik) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang
panjang, terutama lutut (femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal). Penyebab
pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui, namun ada beberapa factor yang dicurigai,
diantaranya: radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang
ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi).
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan osteosarkoma adalah nyeri
atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau
persendian serta pergerakan yang terbatas, nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun,
malaise. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah: CT-scan, mielogram, asteriografi, MRI,
biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Penatalaksanaan pada pasien ini
tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
3.2 SARAN
Dengan dibuatnya makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma ini, diharapkan
nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang
berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami kanker tulang.
Namun penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya
16
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta : EGC.
Anonim, 2010. Definisi Konsep Penyakit Osteosarkoma (online)
(http://wikimedya.blogspot.com/2010/11/definisi-konsep-penyakit-osteosarkoma.html.
diakses pada tanggal 22 Oktober 2012).
Anonim, 2009. Osteosarkoma (online)
(http://theangel.wordpress.com/2009/01/01/osteosarkoma-paling-sering-menyerang-
lutut.html. diakses pada tanggal 22 Oktober 2012).
Anonim, 2012. Pengobatan Osteosarkoma (online) (http://www.deherba.com/pengobatan-
osteosarkoma.html. diakses pada tanggal 22 Oktober 2012)
17