(Orthosiphon stamineus) -...
Transcript of (Orthosiphon stamineus) -...
1
LAPORAN HASIL PENELITIAN
JENIS PENELITIAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2015
PENENTUAN PROFIL LIPID-KOLESTEROL
PADA TIKUS NORMAL DAN TIKUS HIPERKOLESTEROL
SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK HERBA KUMIS KUCING
(Orthosiphon stamineus)
OLEH
Nurmeilis, M.Si, Apt
PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN)
LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan penelitian yang berjudul “Penentuan Profil Lipid-Kolesterol Pada Tikus
Normal dan Tikus Hiperkolesterol Setelah Pemberian Ekstrak Herba Kumis kucing
(Orthosiphon stamineus)”, merupakan laporan akhir pelaksanaan penelitian yang
dilakukan oleh “Nurmeilis, M.Si, Apt”, dan telah memenuhi ketentuan dan kriteria
penulisan laporan akhir penelitian sebagaimana yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan
Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2015
Peneliti,
NURMEILIS, M.Si, Apt
NIP.19740730 200501 2 003
Mengetahui;
Kepala Pusat Ketua Lembaga,
Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
WAHDI SAYUTI, MA. M. ARSKAL SALIM, GP., MA., PhDNIP.
19760422 200701 1 012 NIP. 19700901 199603 1 003
3
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Nurmeilis, M.Si, Apt
Jabatan : Dosen
Unit Kerja : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : Jl. Kertamukti, Ciputat, Tangerang Selatan
dengan ini menyatakan bahwa:
1. Judul penelitian “Penentuan Profil Lipid-Kolesterol Pada Tikus Normal
dan Tikus Hiperkolesterol Setelah Pemberian Ekstrak Herba Kumis
kucing (Orthosiphon stamineus)” merupakan karya orisinal saya.
2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari
laporan penelitian saya merupakan karya orang lain dan/atau plagiasi, maka
saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah
penelitian yang telah saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal
penelitian kepada Puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2
tahun berturut-turut.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, November 2015
Yang Menyatakan,
Nurmeilis, M.Si, Apt
NIP.19740730 200501 2 003
4
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirohiim.
Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan RidhoNya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan ini
hingga dapat diselesaikan. Penelitian ini berjudul: “Penentuan Profil Lipid-Kolesterol
pada Tikus Normal dn Tikus Hiperkolesterol Setelah Pemberian Ekstrak kumis
kucing (Orthosiphon stamineus)”
Penelitian dengan kategori “Penelitian Dasar Tahun Anggaran 2015” ini
mendapat bantuan dana dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan kami mengucapkan terima kasih karena telah
diberikan kepercayaan untuk melakukan penelitian ini serta semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada laporan
penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jakarta, November 2015
Penulis
5
ABSTRAK
Tingginya prevalensi penyakit hiperkolesterol di Indonesia dan meningkatnya
penggunaan obat tradisional mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini
untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing
(Orthosiphon stamineus Benth) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus
normal kolesterol dan tikus hiperkolesterol yang diinduksi pakan hiperkolesterol.
Metode yang digunakan adalah dengan cara tikus diinduksi pakan hiperkolesterol
(kuning telur ayam, sukrosa 65% dan lemak hewan) selama 14 hari terhadap semua
kelompok perlakuan kecuali kontrol normal.Kemudian tikus diberi ekstrak herba
kumis kucing (kelompok uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB) dan simvastatin
(kelompok kontrol positif) selama 14 hari. Kadar kolesterol total darah tikus diukur
sebanyak tiga kali, kadar kolesterol sebelum pemberian pakan hiperkolesterol (hari
ke-0), kadar kolesterol setelah pemberian pakan hiperkolesterol (hari ke-15), dan
kadar kolesterol setelah pemberian ekstrak uji (hari ke-29). Kadar kolesterol darah
tikus diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500
nm. Hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan kadar kolesterol total pada
kelompok uji dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB yang berbeda secara bermakna
terhadap kontrol normal pada tikus normal kolesterol (p ≤ 0,05) tetapi masih dalam
rentang kadar normal dan terhadap kontrol negatif pada tikus hiperkolesterol (p ≤
0,05). Juga terdapat peningkatan HDL kolesterol dan penurunan trigliserida pada
tikus hiperkolesterol. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol herba kumis
kucing memiliki aktivitas sebagai antikolesterol pada dosis 500 mg/kgBB
Kata kunci : Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth), Kolesterol
Total, Hiperkolesterolemia
6
DAFTAR ISI
JUDUL 1
LEMBAR PENGESAHAN 2
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI 3
KATA PENGANTAR 4
ABSTRAK 5
DAFTAR ISI 6
DAFTAR LAMPIRAN 8
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 9
1.2 Rumusan masalah 10
1.3 Tujuan penelitian 10
1.4 Hipotesis 11
1.5 Manfaat penelitian 11
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1. Tanaman Kumis kucing 12
2.2 Kolesterol 14
2.3 Obat-obat penurun kolesterol 20
2.4 Simvastatin 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian 24
3.2 Rancangan penelitian 24
3.3 Alat dan bahan 24
3.4 Prosedur Penelitian 25
3.4.1. Pembuatan ekstrak 24
3.4.2 Persiapan hewan uji 26
3.4.3. Penimbangan BB 27
3.4.4. Penentuan dosis ekstrak 27
3.4.5 Pembuatan pakan hiperkolesterol 28
3.4.6 Pengujian antikolesterol 28
7
3.4.7 Cara pengambilan darah 29
3.4.8 Pengukuran kolesterol, HDL dan trigliserida 29
3.5 Pengolahan data 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Ekstraksi 32
4.2 Hasil pengukuran kolesterol, HDL, dan trigliserida 34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 44
8
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Gambar alat dan bahan 43
2. Lampiran 2. Gambar prosedur kerja 45
3. Lampiran 3. Sertifikat hewan coba 46
4. Lampiran 4. Perhitungan parameter ekstrak 47
5. Lampiran 5. Perhitungan dosis uji ekstrak 48
6. Lampiran 6. Perhitungan dosis simvastatin 50
7. Lampiran 7. Hasil uji statistik kolesterol total pada tikus
normal kolesterol 52
8. Lampiran 8. Hasil uji statistik kolesterol HDL pada tikus
normal kolesterol 54
9. Lampiran 9. Hasil uji statistik kolesterol total pada tikus
hiperkolesterol 56
10. Lampiran 10. Hasil uji statistik kolesterol HDL pada tikus
hiperkolesterol 58
11. Lampiran 11. Hasil uji statistik trigliserida pada tikus
hiperkolesterol 60
12. Lampiran 12. Organisasi Peneliti 61
13. Lampiran 13. Laporan Penggunaan Dana 62
9
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia angka kejadian penyakit kardiovaskuler menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit kardiovaskuler mengalami kenaikan yang
cukup pesat dan merupakan penyebab kematian nomor satu dikawasan Asia Pasifik
(Fajrin, 2010)
Penyakit kardiovaskular dan komplikasinya sebagian besar dipicu oleh
adanya pembentukan plak aterosklerosis pada pembuluh darah. Menurut Corwin
(2009) salah satu faktor penyebab pembentukan plak aterosklerosis adalah karena
tingginya kadar kolesterol serum yang disebut dengan hiperlipidemia atau
hiperkolesterolemia.Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat memicu
terjadinya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darahdan/atau
terjadi pengendapan lemak yang disebut ateroma. Oksidasi kolesterol dapat
menghasilkan radikal bebas yang diketahui dapat merusak sel endotel dan
membentuk lesi pada dinding pembuluh darah yang kemudian memicu pembentukan
plak aterosklerosis. Menurut Mahan & Escott-Stump (2008) hiperkolesterolemia
adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol darah melebihi 250 mg/dl.
Prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia rentang umur 25-65 tahun
menurut Survei Konsumsi Rumah Tangga (SKRT) 2004 adalah sebesar 1.5% dan
prevalensi batas tinggi (kadar kolesterol darah 200-249 mg/dl) adalah sebesar 11.2%.
Kelompok batas tinggi dapat menjadi hiperkolesterolemia apabila tidak menjaga pola
hidup sehat dan seimbang (Pradono et al., 2004).
Di Indonesia dan beberapa negara lain, tanaman obat telah digunakan secara
luas dalam mengatasi berbagai penyakit. Salah satu tanaman yang sering digunakan
sebagai obat adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Kumis
kucing telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai agen hipoglikemik (Sriplang et
al. 2007), antihiperlipid (Umbare et al. 2009) hepatoprotektif (Maheswari et al.
2008), hipertensi (Himani et al. 2013), diuretik (Wulandari, 2011) dan penyakit
lainnya.
10
Menurut Himani et al. (2013) tanaman Orthosiphon stamineus Benth. dapat
menghambat platelet darah agar tidak saling menempel dan juga merupakan
hemolitik kuat yang dapat menurunkan tekanan darah sehingga menjadikannya
sebagai pengobatan alternatif untuk tekanan darah tinggi serta untuk mengurangi
kolesterol, yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Sriplang et al. (2007) menyatakan bahwa ekstrak Orthosiphon
stamineus Benth. dapat mengurangi hiperglikemia pada tikus diabetes yang diinduksi
Streptozosin, menurunkan trigliserida plasma dan meningkatkan konsentrasi HDL-
kolesterol plasma. Umbare et al (2009) menyatakan bahwa ekstrak alkohol-air kulit
batang kumis kucing menunjukkan aktivitas antihiperlipidemia secara signifikan
pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak.
Cyntia (2013) menyebutkan bahwa pada suatu penelitian senyawa bioaktif
flavon atau isoflavon terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Menurut
Himani et al. (2013) ekstrak Orthosiphon stamineus Benth. mengandung senyawa-
senyawa bioaktif salah satunya adalah senyawa flavon seperti sinensetin,
trimetilapigenin, eupatorin, tetrametilluteolin dan lainnya.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan untuk identifikasi
kandungan ekstrak herba kumis kucing menggunakan GC-MS (Gas Chromatography
Mass Spectrofotometry) ditemukan adanya senyawa kolesterol. Oleh karena itu,
pada penelitian ini peneliti ingin menguji ada atau tidaknya pengaruh pemberian
ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) terhadap
kadar kolesterol total pada tikus normal dan tikus yang diinduksi hiperkolesterol .
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) mempengaruhi kadar kolesterol total pada tikus normal kolesterol
dan tikus yang diinduksi hiperkolesterol ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak herba kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth.) terhadap kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida pada tikus
normal kolesterol dan tikus yang diinduksi hiperkolesterol
11
1.4 Hipotesa
Pemberian ekstrak herba kumis kucing dapat mempengaruhi kadar kolesterol total,
LDL, HDL dan trigliserida pada tikus normal dan tikus hiperkolesterol
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat umum : Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di bidang
fitofarmaka dan ilmu-ilmu lain yang terkait dalam penggunaan tanaman obat sebagai
terapi, dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dalam rangka mencari
dosis yang tepat, aman, dan efektif bagi manusia serta pengembangan formulasinya.
b. Manfaat khusus : Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah
mengenai potensi herba kumis kucing sebagai pilihan terapi alternatif alami yang
mudah didapat dan ekonomis untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler yang
disebabkan oleh hiperkolesterolemia.
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Kumis Kucing
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi tanaman kumis kucing menurut USDA sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosiphon stamineus Benth.
Nama Lain
Tanaman kumis kucing mempuyai nama botani Orthosiphon stamineus
Benth., dan mempunyai sinonim Orthosiphon aristatus Miq., Orthosiphon spicatus
B.Bs, Orthosiphon grandiflorus Bold (Dalimartha, 2000). Kumis kucing juga dikenal
sebagai Misai Kucing atau cats whiskers (Malaysia) (Almatar et al.,2013), Yaa Nuat
Maeo, Rau Meo Cay Bac(Thailand), Moustaches de Chat (Perancis), or Java Tea
(Eropa) (Elsnoussiet al.,2011)
4
13
2.1.2 Kandungan Kimia Tanaman
Himani et al., (2013) melaporkan tentang beberapa studi yang menjelaskan
tentang kandungan kimia tanaman kumis kucing. Kumis kucing banyak mengandung
flavon, polifenol, protein aktif, glikosida, minyak atsiri dan kalium. Lebih dari 12
senyawa fenolik yang telah diisolasi dari tanaman kumis kucing seperti : flavon
lipofilik, glikosida flavonol, turunan asam kafeat (asam rosmarinat dan 2,3-
dicaffeoyltartaric acid), asam oleanolat, asam ursolat dan β-sitosterol.
2.1.3 Aktivitas Farmakologi Orthoshipon stamineus
a. Diuretik dan hipourikemik
Aktivitas diuretik dari ekstrak hidroalkohol bagian herba O. Stamineus pada
dosis 50 mg/kg menunjukkan efek yang sama dengan hidroklortiazid dosis 10 mg/kg
(Beaux, Fleurentin and Mortier, 1999). Ekstrak metanol air (1:1) dosis 0,5 1, dan 2
g/kg memiliki efek diuretik, natriuretik, kaliuretik dan hipourisemik pada tikus galur
SD (Sprague Dawley) dengan dosis tunggal dan dosis berulang selama 7 hari ( Arafat
et al., 2008)
b. Hepatoprotektif, Nefroprotektif dan Gastroprotektif
Ekstrak metanol O. stamineus memiliki efek hepatoprotektor pada tikus
hepatoksik yang diinduksi dengan CCl4 (Yam et al.,2007). Ekstrak metanol O.
stamineus pada dosis 100 dan 200 mg/kg memiliki efek nefroprotektif pada tikus
nefrotoksik yang diinduksi dengan gentamisin, dengan parameter fungsi ginjal
(kretinin serum, blood urea, dan protein urin) yang meningkat dan penurunan
kerusakan ginjal secara histopatologi (Kannappan, Madhukar, Mariymmal, Sindhura
and Mannavalan, 2010). Ekstrak metanol air (1:1) daun O. stamineus memiliki
aktivitas antiulserogenik pada tikus ulser yang diinduksi dengan etanol, dengan dosis
125, 250, 500 dan 1000 mg/kg terjadi penurunan index ulcer dan penurunan
kerusakan mukosa lambung dan lipid peroksidasi dengan peningkatan sekresi mukus
(Yam, et al. 2009)
14
d. Antidiabetes dan antihiperlipidemia
Ekstrak air O. stamineus pada dosis 200 – 1000 mg/kg secara oral pada tikus
jantan galur wistar dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus normal dan
tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozocin, juga menurunkan kadar
trigliserida pada tikus diabetes (Mariam, et al. 1996)
2.2. Kolesterol
2.2.1 Definisi dan Biosintesis Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang dibentuk oleh hati dan digunakan
dalam pencernaan lemak. Selama pencernaan, kolesterol bergabung dengan garam
empedu, fosfolipid dan trigliserida menjadi suspensi kecil yang disebut misel.
(Corwin, 2009).
Dalam tubuh manusia terdapat dua macam kolesterol yaitu kolesterol
eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen adalah kolesterol yang
diabsorbsi dari saluran pencernaan sedangkan kolesterol endogen adalah adalah
kolesterol yang dibentuk dalam sel tubuh. Jumlah kolesterol endogen lebih besar
daripada kolesterol eksogen. Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam
tubuh (kolesterol endogen) dan dua puluh persen sisanya dari luar tubuh (kolesterol
eksogen) (Marsalina, 2010).
2.2.2 Pengangkutan Kolesterol
Sebagian besar kolesterol dalam darah terikat ke protein plasma tertentu
dalam bentuk kompleks lipoprotein, yang larut dalam darah. Terdapat 3 lipoprotein
utama, yang diberi nama berdasarkan kepadatan protein dibandingkan dengan lipid:
Lipoprotein berdensitas tinggi (high-density lipoprotein, HDL), yang proteinnya
paling banyak dan kolesterolnya paling sedikit.
Lipoprotein berdensitas rendah (low-density lipoprotein, LDL), yang proteinnya
lebih sedikit dan kolesterolnya lebih banyak.
Lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low-density lipoprotein, VLDL),
yang proteinnya paling sedikit dan lipidnya paling banyak, tetapi lipid yang
dibawanya adalah lemak netral, bukan kolesterol (Sherwood, 2003).
15
Kolesterol yang diangkut di dalam kompleks LDL diberi nama kolesterol “jahat”,
karena kolesterol diangkut ke sel, termasuk ke sel-sel yang melapisi bagian dalam
pembuluh, oleh LDL. Sebaliknya, kolesterol yang diangkut dalam kompleks HDL
disebut sebagai kolesterol “baik”, karena HDL mengeluarkan kolesterol dari sel dan
memindahkannya ke hati untuk dieliminasi secara parsial dari tubuh (Sherwood,
2003).
Kolesterol total plasma tersusun atas turunan kolesterol dari VLDL, LDL
dan HDL. Pemeriksaan kadar dari VLDL, LDL dan HDL dapat menentukan ada atau
tidaknya peningkatan kolesterol plasma. Peningkatan kadar LDL dan VLDL serta
penurunan kadar HDL merupakan indikasi terjadinya hiperkolesterolemia. VLDL =
Trigliserida/5, LDL = kolesterol total – (VLDL + HDL)(Dipiro, 2009).
2.2.3 Jenis Kolesterol
Di dalam darah ada tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan
fospolipid. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka dibuat
bentuk yang terlarut. Zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama
apoliprotein atu apoprotein. Setiap jenis senyawa mempunyai apolipoprotein
tersendiri. Misalnya VLDL, IDL, dan LDL mengandung apoprotein B100.
Setiap liporotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida,
fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sterik dan mempunyai inti
trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit kolesterol
bebas. Setiap lipoprotein berbeda berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak,
dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan metode ultrasentrifugasi dan
kepadatan, pada manusia dibedakan menjadi lima bagian yakni kilomikron, very low
density lipoprotein (VLDL), intermediate densitylipoprotein (IDL), low density
lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya yang penting
untuk diketahui adalah LDL dan HDL.
1. Low density lipoprotein
LDL mengandung kolesterol dan fosfolipid yang cukup tinggi. LDL
merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan
ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering disebut kolesterol
jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada dinding
16
pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan
penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Kadar LDL di dalam darah
sangat tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak
jenuh yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL
merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.
2. High density lipoprotein
HDL mengandung protein yang tinggi dan rendah kolesterol dan fosfolipid.
HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo-A, yang memiliki efek
anti-aterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah
membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke
pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian
penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Guyton.,2006).
Kolesterol tidak digunakan sebagai bahan bakar metabolik oleh sel.
Kolesterol berfungsi sebagai komponen penting bagi membran plasma. Selain itu,
beberapa jenis sel khusus menggunakan kolesterol sebagai prekursor untuk
membentuk produk-produk sekretorik, misalnya hormon steroid dan garam empedu.
Walaupun sebagian besar sel mampu mensintesis sebagian kolesterol yang
diperlukan untuk membran plasma mereka sendiri, sel-sel tersebut tidak dapat
membentuk dalam jumlah yang cukup, melalui makanan atau dari sel-sel yang
mengkhususkan diri untuk mensintesis kolesterol, terutama sel-sel hati (Sherwood,
2003).
Sel-sel mengambil kolesterol dari darah dengan mensintesis protein reseptor
kolesterol yang mampu mengikat LDL dan menyisipkan reseptor tersebut di
membran plasma sel. Sewaktu suatu partikel LDL berikatan dengan salah satu
reseptor membran, sel akan memakan partikel tersebut melalui proses endositosis. Di
dalam sel, enzim-enzim lisosom akan menguraikan LDL untuk membebaskan
kolesterol sehingga dapat digunakan oleh sel untuk mensintesis membran sel baru.
Apabila terjadi penimbunan berlebihan kolesterol bebas di dalam sel, terjadi
penghentian sintesis protein reseptor LDL (sehingga penyerapan kolesterol menurun)
dan sintesis kolesterol oleh sel itu sendiri (sehingga kolesterol yang baru juga
berkurang). Di pihak lain, apabila kekurangan kolesterol, sel akan membentuk lebih
17
banyak reseptor LDL, sehingga sel dapat menyerap lebih banyak kolesterol dari
darah (Sherwood, 2003).
Pemeliharaan penyaluran kolesterol darah ke sel melibatkan interaksi antara
kolesterol dari makanan dan sintesis kolesterol oleh hati. Apabila jumlah kolesterol
dari makanan meningkat, sintesis kolesterol oleh hati dihentikan karena kolesterol
dalam darah secara langsung menghambat suatu enzim hati yang penting untuk
sintesis kolesterol. Dengan demikian, semakin banyak kolesterol yang dimakan,
semakin sedikit kolesterol yang dibentuk oleh hati. Sebaliknya, apabila asupan
kolesterol melalui makanan berkurang, hati mensintesis lebih banyak kolesterol
karena efek inhibisi koleterol pada enzim hati tersebut tidak ada (Sherwood, 2003).
Kolesterol total plasma tersusun atas turunan kolesterol dari VLDL, LDL dan
HDL. Pemeriksaan kadar dari VLDL, LDL dan HDL dapat menentukan ada atau
tidaknya peningkatan kolesterol plasma. Peningkatan kadar LDL dan VLDL serta
penurunan kadar HDL merupakan indikasi terjadinya hiperkolesterolemia. VLDL =
Trigliserida/5, LDL = kolesterol total – (VLDL + HDL).
Lipid darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen (Suyatna,
2011):
a. Jalur eksogen
Trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Kilomikron ini diangkut ke dalam saluran limfe lalu ke dalam
darah via duktus torasikus. Di dalam jaringan lemak, trigliserida dalam kilomikron
mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang terdapat di permukaan sel endotel.
Akibat hidrolisis ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnant.
Asam lemak bebas akan menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau
sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali (sebagai cadangan) atau dioksidasi
(sebagai energi).
Kilomikron remnant adalah kilomikron yang telah dihilangkan sebagian besar
trigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tapi jumlah ester kolesterolnya tetap.
Kilomikron remnant ini akan dibersihkan oleh hati dari sirkulasi dengan mekanisme
endositosis oleh lisosom. Hasil metabolisme ini berupa kolesterol bebas yang akan
digunakan untuk sintesis berbagai struktur (membran plasma, mielin, hormon steroid
18
dsb.), disimpan dalam hati sebagai kolesterol ester lagi, diekskresi ke dalam empedu
atau diubah menjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan ke dalam plasma.
Kolesterol juga dapat disintesis dari asetat dengan pengaruh enzim HMGKoA
reduktase yang menjadi aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan
kolesterol dari darah juga diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada
permukaan sel hati.
b. Jalur endogen
Trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen
dalam bentuk VLDL kaya trigliserida dan mengalami hidrolisis oleh LPL menjadi
partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu IDL dan LDL. LDL mengalami
katabolisme melalui jalur reseptor dan non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat
ditekan oleh produksi kolesterol endogen.
2.2.4 Hiperlipidemia dan Hiperkolesterolemia
Hiperlipidemia adalah keadaan terdapatnya akumulasi berlebih salah satu
atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan metabolisme atau
transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia dinyatakan sebagai
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya. Hiperlipidemia
dapat terjadi karena efek transportasi lipid atau karena produksi endogen berlebihan.
Kelainan ini dapat terjadi secara primer (hiperlipidemia primer) maupun sekunder
akibat penyakit lain (Sherwood,2003).
Hiperkolesterolemia merupakan kondisi saat konsentrasi kolesterol di dalam
darah melebihi batas normal. Hiperkolesterolemia terjadi akibat akumulasi kolesterol
dan lipid pada dinding pembuluh darah. Hiperkolesterolemia dapat disebabkan oleh
kombinasi faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan termasuk obesitas dan
pengaturan diet. Kontribusi genetik biasanya karena efek aditif dari beberapa gen,
meskipun dapat pula karena cacat gen tunggal seperti dalam kasus
hiperkolesterolemia familial.
19
Faktor Resiko Pemicu Kolesterol Tinggi
Setiap faktor yang meningkatkan timbulnya penyakit disebut sebagai faktor
resiko. American Heart Association membagi faktor risiko ini menjadi tiga golongan,
yaitu sebagai berikut:
Faktor risiko utama (major risk factor): Faktor risiko utama diyakini secara
langsung meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung koroner, seperti
kadar kolesterol darah abnormal, tekanan darah tinggi, dan merokok.
Faktor risiko tidak langsung (contributing risk factor): Faktor risiko ini dapat
diasosiasikan dengan timbulnya penyakit jantung koroner. Hubungan antara
faktor tersebut dengan penyakit jantung koroner seringkali bersifat tidak
langsung. Faktor-faktor yang termasuk golongan resiko ini adalah diabetes
melitus, kegemukan, tidak aktif, dan stress.
Faktor risiko alami: Faktor risiko alami disebabkan karena keturunan, jenis
kelamin, dan usia.
Faktor risiko utama dan tidak langsung dapat diperbaiki, bahkan dihilangkan
atau diubah. Faktor risiko berkaitan satu dengan lainnya, misalnya penyakit diabetes
dengan kegemukan. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah adakalanya faktor risiko
yang satu mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti merokok dapat
menyebabkan kadar kolesterol abnormal. Adapun beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi kadar kolesterol adalah sebagai berikut:
a. Merokok
Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk
menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah.
Hal ini akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal didalam
pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal ini meningkatkan
risiko penggumpalan darah dan biasanya terjadi di daerah-daerah yang terpengaruh
oleh adanya aterosklerosis. Kebiasaan merokok dapat menurunkan kadar kolesterol
HDL yang baik dalam aliran darah sehingga menyebabkan darah mudah membeku.
Dengan demikian, kemungkinan terjadinya penyumbatan arteri, serangan jantung,
dan stroke menjadi semakin besar.
b. Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
20
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber bahan makanan yang aman
bagi tubuh karena tidak memiliki kandungan kolesterol. Lemak yang dihasilkan pun
merupakan lemak tidak jenuh. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dari makanan
sehari-hari dan kebiasaan kurang mengonsumsi jenis bahan makanan yang berasal
dari sayuran dan buah-buahan dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah.
c. Konsumsi alkohol secara berlebihan
Kebiasaan minum alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol
total dan trigliserida. Alkohol juga menyebabkan jantung dan hati tidak dapat bekerja
secara optimal.
d. Obesitas dan kurang aktivitas
Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan
lemak dalam tubuh secara abnormal. Obesitas dan kurangnya aktivitas merupakan
salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Selain itu, obesitas juga
mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti diabetes dan hipertensi yang pada
taraf selanjutnya meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
e. Diabetes melitus
Diabetes melitus pada dasarnya merupakan suatu gangguan metabolisme.Dalam
kasus diabetes, produksi insulin oleh pankreas berkurang, atau mungkin terhenti
sama sekali. Oleh karena itu, kadar gula dalam darah meningkat hingga melampaui
batas sesudah makan. Selain gangguan metabolisme gula, konversi lemak oleh tubuh
juga terganggu sehingga menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat
(Srinilawati,dkk.,2008)
2.3. Obat-Obat Penurun Kolesterol
Adapun obat-obat penurun kolesterol adalah:
A. Inhibitor HMG-KoA reduktase (statin)
adalah obat penurun lipid yang paling baru. Obat ini sangat efektif dalam
menurunkan angka kejadian penyakit koroner dan mortalitas total. Statin
mempunyai sedikit efek samping dan saat ini biasanya merupakan obat pilihan
pertama. Inhibitor HMG-KoA reduktase memblok sintesis kolesterol dalam hati
(yang mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih banyak
enzim, cenderung untuk mengembalikan sintesis kolesterol menjadi normal bahkan
21
pada saat terdapat obat. Akan tetapi, efek kompensasi ini tidak lengkap dan
pengurangan kolesterol dalam hepatosit menyebabkan peningkatan ekspresi
reseptor LDL, yang meningkatkan bersihan kolesterol dari plasma. Bukti kuat
bahwa statin menurunkan kolesterol plasma, terutama dengan meningkatkan jumlah
reseptor LDL, adalah kegagalan obat untuk bekerja pada pasien dengan
hiperkolesterolemia familial homozigot (yang tidak mempunyai reseptor LDL).
Efek samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati. Insidensi
miopati meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi dengan asam
nikotinat atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama kehamilan karena
kolesterol penting untuk perkembangan normal fetus.
B. Resin pertukaran anion.
Kolestiramin dan kolestipol adalah bubuk yang digunakan dengan cairan . Kedua
obat ini meningkatkan ekskresi asam empedu, menyebabkan lebih banyak
kolesterol yang diubah menjadi asam empedu. Penurunan konsentrasi kolesterol
hepatosit menyebabkan kompensasi peningkatan aktivitas HMG-KoA reduktase
dan jumlah reseptor LDL. Tampaknya peningkatan ekspresi reseptor LDL hati
merupakan mekanisme utama resin menurunkan kolesterol plasma, karena resin
tidak bekerja pada pasien dengan hiperkolestrolemia familial homozigot. Efek
samping terbatas pada usus, karena resin tidak diabsorpsi, dan mencakup rasa
penuh, rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan konstipasi.
C. Asam Nikotinat
mengurangi pelepasan VLDL dan kemudian menurunkan trigliserida plasma
(sekitar 30-50%). Asam nikotinat juga menurunkan kolesterol sebanyak (10-20%)
dan meningkatkan HDL. Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid pertama
untuk mengurangi mortalitas keseluruhan pada pasien dengan penyakit arteri
koroner, namun penggunaannya dibatasi oleh efek yang tidak diharapkan yang
meliputi kemerahan yang diperantarai prostaglandin, pusing, dan palpitasi. Saat ini
asam nikotinat hampir tidak pernah digunakan.
D. Fibrat (misalnya gemfibrozil, bezafibrat) menghasilkan penurunan ringan pada
LDL (sekitar 10%) dan peningkatam HDL (sekitar 10%). Sebaliknya, fibrat
menyebabkan penurunan yang bermakna pada trigliserida plasma (sekitar 30%).
Fibrat bekerja sebagai ligan untuk reseptor transkripsi nukleus, reseptor alfa
22
peroksisom yang diaktivasi proliferator (PPAR- , peroxisom proliferator-activated
receptor alpha), dan menstimulasi aktivitas lipoprotein lipase. Fibrat merupakan
obat lini pertama pada pasien dengan kadar trigliserida plasma yang sangat tinggi
yang berisiko mengalami pankreatitis. Semua fibrat dapat menyebabkan sindrom
seperti miositis. Insidensi miositis meningkat dengan penggunaan bersama inhibitor
HMG-KoA dan kombinasi tersebut sebaiknya dihindari.
E. Inhibitor pada absorbsi kolesterol usus.
Ezetimibe menurunkan penyerapan kolesterol (dan fitosterol) dan menurunkan
kolesterol LDL sekitar 18%) dengan sedikit perubahan pada kolesterol HDL. Hal
ini mungkin sinergis dengan statin sehingga menjadi terapi kombinasi yang baik
(Neal,M.J.,2006).
2.4 Simvastatin
2.4.1 Definisi
Simvastatin adalah obat golongan statin, digunakan untuk menurunkan
kolesterol (agen hipolipidemik) pada keadaan hiperkolesterolemi dan juga dapat
mencegah penyakit kardiovaskular. Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang
paling efektif dan aman (Suyatna, 2007).
2.4.2 Farmakodinamik
Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati, dengan
menghambat enzim HMG-KoA reduktase (Suyatna, 2007). HMG-KoA reduktase
memperantarai langkah pertama biosintesis sterol (Katzung, 1997). Akibat
penurunan sintesis kolesterol ini maka SREBP (sterol regulatory elementbinding
protein) yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke
nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor
LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah
reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah
lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurun, sedangkan HDL
meningkat (Suyatna, 2007). Karena obat ini diekstraksi paling banyak di dalam hati,
efek utama obat ini pada hati. Aktivitas pada hati beberapa turunan tampaknya dapat
disebabkan perbedaan spesifisitas jaringan untuk ambilan obat. Selama pengobatan
23
dapat terjadi penurunan sedang trigliserida plasma dan peningkatan ringan kadar
HDL kolesterol (Katzung, 1997).
Statin menurunkan kejadian penyakit jantung koroner fatal dan nonfatal,
stroke, dan angka mortalitas totalnya (Suyatna, 2007).
2.4.3 Farmakokinetik
Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk asam β-
hidroksi. Kedua statin yang disebut di atas merupakan prodrug dalam bentuk lakton
dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam β-hidroksi. Statin
diabsorpsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir sempurna.
Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Obat-obat ini sebagian
besar terikat protein plasma. Sebagian besar produk degradasi dieksresi melalui feses
dan kurang dari 10% dalam urin. Kadar puncak lovastatin dalam plasma terlihat 2-4
jam sesudah pemberian oral tunggal. Sesudah 3 hari dengan pemberian 1x sehari,
mantap akan tercapai dan kadar plasma 1½x kadar puncak pada pemberian tunggal.
Kadar tetinggi bisa didapat bila lovastatin diberikan bersama makanan. Lovastatin
agaknya tidak menginduksi sitokrom P450 (Suyatna, 2007).
2.4.4 Efek Samping
Efek samping statin yang potensial berbahaya adalah miopati dan
rabdomiolisis. Efek samping lain yang dapat terjadi adalah gangguan saluran cerna,
sakit kepala, rash, neuropati perifer dan sindroma lupus (Suyatna, 2007).
24
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium
Biokimia/Patologi Klinik dan Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei hingga Oktober2015.
3.2 Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan
penelitian acak lengkap. Kegiatan yang dilakukan adalah pembuatan ekstrak dan
karakterisasi (organoleptis, kadar air, susut pengeringan, kadar abu, residu pelarut),
pengamatan berat badan tikus, uji aktivitas terhadap kadar kolesterol total,
trigliserida, LDL, HDL plasma darah dan pemeriksaan histopatologi aorta tikus
berupa pengukuran tebal aorta pada tikus putih jantan yang diberi diet tinggi lemak
dan kolesterol dibandingkan dengan kontrol.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat
Blender, timbangan, rotary evaporator, oven, timbangan analitik, waterbath,
hot plate, bejana maserasi, kapas, kertas saring, aluminium foil, sonde, tabung
Eppendorf, syringe, yellow tips, blue tips, pipa kapiler, spektrofotometer
3.3.2 Bahan
Bahan Uji : Simplisia herba kumis kucing, yang diperoleh dari PT.Karya Sari Jl.
Klamono A5 No. 4 Jatiwaringin Asri, Pondok gede 17411, Bekasi, Indonesia
Hewan Uji : 80 ekor tikus galur wistar yang berumur ± 3 bulan dengan berat badan
sekitar 150-250 gram, yang diperoleh dari fakultas kedokteran hewan, IPB Bogor.
Bahan Kimia : Reagen Kit kolesterol ELITech, kit kolesterol HDL dan Trigliserida
dari Diagnostic Systems International (Diasys), pelarut (etanol 96% dan aquadest),
Na-CMC, eter,
Bahan lainnya : Obat Simvastatin, pakan untuk induksi hiperkolesterol yang
diberikan berupa diet tinggi lemak sebanyak 5500 g mengandung : 3000 g diet
25
standar (55%) dicampur dengan 250 g (5%)kuning telur bebek, kelapa sawit 500 g
(9%), tepung terigu 1250 g (22%), 500 g (9%) lemak domba/sapi dan air panas
(Ratnawati & Widowati, 2011)
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan Ekstrak etanol herba kumis kucing
Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) yang telah
dihaluskan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%.
Serbuk yang diperoleh setelah dihaluskan ditimbang sebanyak 1,5 kg dan
ditambahkan pelarut etanol 96% kedalam bejana tersebut kurang lebih hingga 2 cm
diatas permukaan serbuk. Pelarut diganti setiap 3 hari sekali dan pengadukan
dilakukan setiap harinya 2-3 kali sehari. Hasil maserat yang didapatkan kemudian
disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kental yang
diperoleh dikeringkan menggunakan oven vakum selama 5 hari hingga didapatkan
ekstrak kering. Perhitungan randemen dihitung dari ekstrak kental yang diperoleh
sebelumnya.
%Randemen=
3.4.2 PengujianParameter Ekstrak
Pengujian parameter ekstrak yang dilakukan adalah parameter non spesifik
meliputi susut pengeringan dan kadar abu, dan parameter spesifik yaitu identitas
ekstrak, organoleptis.
a). Penetapan Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam botol timbang
dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30
menit dan telah ditara.Ekstrak yang ditimbang diratakan dalam botol timbang
kemudian dimasukkan kedalam oven, sebelumnya tutup botol timbang dibuka dan
dikeringkan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol
dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar
(Depkes RI,2000).
26
b). Penetapan kadar abu
1 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan kedalam krus
silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Pijarkan perlahan-lahan
hingga arang habis, dinginkan, timbang (Depkes, 2000).Hitung kadar abu dengan
rumus sebagai berikut:
% Kadar abu=
Keterangan :
A : Berat cawan kosong
B : Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan
C : Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan
c). Pemeriksaan Identitas Ekstrak
Diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama latin
tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,nama Indonesia tumbuhan, serta
senyawa marker tumbuhan (Depkes, 2000).
d). Pemeriksaan Organoleptis
Diidentifikasi menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk, warna,
bau, dan rasa (Depkes, 2000).
3.4.3 Persiapan Hewan Uji
Penelitian ini menggunakan 36 tikus jantan yang diinduksi menjadi
hiperkolesterol, yang telah dibagi secara acak dalam 6 kelompok perlakuan dengan
masing-masing kelompok 5 ekor tikus.
Tabel 1. Pembagian hewan uji untuk tikus normal kolesterol
Kelompok Jumlah Perlakuan
1 5 Kontrol normal diberikan suspensi Na-CMC 1%
2 5 Kontrol positif diberikan suspensi simvastatin
3 5 Diberikan ekstrak herba kumis kucing 250 mg/kgBB
4 5 Diberikan ekstrak herba kumis kucing 500 mg/kgBB
5 5 Diberikan ekstrak herba kumis kucing 500 mg/kgBB
27
Tabel 2. Pembagian hewan uji untuk tikus hiperkolesterol
Kelompok Jumlah Perlakuan
1 5 Kontrol normal diberikan suspensi Na-CMC 1%
2 5 Kontrol negatif, diberikan pakan tinggi kolesterol
3 5 Kontrol positif diberikan pakan tinggi kolesterol, dan
suspensi simvastatin
4 5 Diberikan pakan tinggi kolesterol dan ekstrak herba
kumis kucing 250 mg/kgBB
5 5 Diberikan pakan tinggi kolesterol dan ekstrak herba
kumis kucing 500 mg/kgBB
6 5 Diberikan pakan tinggi kolesterol dan ekstrak herba
kumis kucing 1000 mg/kgBB
3.4.4. Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing
Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang digunakan yaitu
250mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. Pemilihan dosis berdasarkan
dosis yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sriplang
et al.,2007). Volume larutan uji yang diberikan dibuat 2 ml yang disesuaikan
dengan berat badan tikus.
3.4.5 . Penimbangan Berat Badan
Hewan uji yang telah dikelompokkan dan diberi perlakuan, dilakukan
pengamatan berat badan dengan cara menimbang semua hewan uji pada setiap
kelompok. Pengamatan peningkatan berat badan dilakukan perminggu atau pada hari
ke-0, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56.
28
3.4.6. Pembuatan makanan hiperkolesterol
Formula : Kuning telur 80%
Larutan sukrosa 65% 15%
Lemak hewan 5%
Makanan hiperkolesterol dibuat dalam bentuk emulsi, semua bahan dicampur dan
diaduk hingga homogen. Makanan dibuat baru setiap hari. Volume administrasi oral
yang diberikan adalah 2 ml/200gramBB tikus.
Pakan dibuat dengan total volume 100 ml, perhitungan komposisi pakan sebagai
berikut :
Kuning telur : 80 g / 100 ml x 100 ml = 80 g
Larutan sukrosa 65% : 15 g / 100 ml x 100 ml = 15 g
Lemak hewan : 5 g / 100 ml x 100 ml = 5 g
3.4.7. Pengujian Kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida
a. Setiap hari semua tikus diberi pakan standar 120 gram/6 ekor tikus dan
aquadest.
b. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing tikus diukur kadar kolesterol
total.
c. Untuk perlakuan pada tikus normal nonhiperkolesterol, masing-masing
kelompok uji diberikan perlakuan selama 20 hari. Pada hari ke 21 setelah
pemberian ekstrak herba kumis kucing dilakukan pengambilan darah tikus
pada semua kelompok melalui sinus orbitalis pada mata, kemudian dilakukan
pengukuran kadar kolesterol total pada darah tikus. Sebelumnya tikus
dipuasakan selama 12 jam.
d. Untuk perlakuan pada tikus hiperkolesterol, masing-masing kelompok uji
kecuali kontrol normal, diinduksi dengan pakan tinggi kolesterol selama 14
hari kemudian diukur kadar kolesterolnya, jika sudah terjadi kenaikan kadar
kolesterol maka masing-masing kelompok diberi perlakuan (kelompok kontrol
negatif tetap diberikan pakan tinggi kolesterol, kelompok kontrol positif diberi
simvastatin dan kelompok uji diberi ekstrak etanol kumis kucing dosis 250,
500 dan 1000 mg/kgBB selama 14 hari (hari ke 15 sampai hari ke-28). Pada
hari ke-29 dilakukan pengambilan darah dan diukur kolesterol totalnya
29
3.4.8. Cara Pengambilan Darah
Tikus dipuasakan 12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum perlakuan dan setelah
perlakuan. Pengambilan darah dilakukan dengan cara tikus dianestesi terlebih dahulu
menggunakan eter lalu dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari tangan.
Tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian pipa kapiler digoreskan pada
retro-orbital pleksus.Pipa kapiler diputar sampai melukai pleksus, lalu darah
ditampung pada tube EDTA untuk tujuan pengambilan plasma darah . Darah yang
diambil dari setiap mata tikus berkisar antara 1-1,5ml. Darah didiamkan selama 15
menit dan disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Plasma darah
yang diperoleh dipipet menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung
Effendorf lalu disimpan pada suhu -200C.
3.4.9. Cara Pengukuran Kadar Kolesterol
Pengukuran kadar kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida tikus dilakukan
sebelum perlakuan (hari ke-0), setelah induksi (hari ke-15) dan setelah pemberian
sediaan uji (hari ke-30) menggunakan spektrofotometer UV.
Pengukuran kadar kolesterol total tikus dilakukan dengan metode enzimatis
dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung buffer, fenol, sodium
kolat, 4-aminoantipirin, kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan peroksidase.
Plasma darah dipipet menggunakan mikropipet sebanyak 0,01 l dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol ELITech
sebanyak 1 ml dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar. Sebagai blanko
digunakan pereaksi kolesterol ELITech sebanyak 1 ml dan aquadest 0,01 ml, dan
sebagai standar digunakan 0,01ml standar kolesterol dan 1 ml reagen kolesterol
ELITech. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-
visibel pada panjang gelombang 500 nm (Dachriyanus et al.,2007). Untuk
mengetahui kadar kolesterol total dihitung menggunakan rumus:
(200 mg/dl)
30
3.5 Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Analisis yang
dilakukan adalah kenormalan dan uji homogenitas . Kemudian untuk melihat
hubungan antara kelompok perlakuan, dilakukan analisis varian satu arah (ANOVA)
jika data terdistribusi normal dan homogen. Jika terdapat perbedaan signifikan antar
kelompok, dilakukan analisis uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Namun, jika data tidak
terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan analisis Kruskal-Wallis. Untuk
melihat adanya perbedaan digunakan Mann Whitney
31
4.5 Alur Penelitian
2
m
i
n
g
g
u
Tikus Putih
(n=80
Masa aklitimasi 2 minggu
Kontrol Normal
(n=6)
Kelompok Perlakuan
(n=18)
Induksi pakan hiperkolesterol selama 2 minggu
Periksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida
Na-CMC
P1 : Ekstrak 250 mg/ml
Analisa data
Kontrol positif
(n=6)
Kontrol negatif
(n=6)
Kelompok P1
Kelompok P2
Kelompok P3
Simvastatin Induksi
hiperkolesterol
Periksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida
P3 : Ekstrak 1000 mg/ml
P2 : Ekstrak 500 mg/ml
Periksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida
32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
Dari 1500 g serbuk herba kumis kucing yang diekstraksi diperoleh ekstrak
kental sebanyak 133 g sehingga randemen yang diperoleh yaitu 8,87 % (lampiran
10). Randemen merupakan perbandingan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal.Menurut Farmakope herbal randemen ekstrak dari daun kumis kucing tidak
kurang dari 8,7%, dan hasil randemen yang diperoleh pada penelitian ini adalah
8,87%. Metode maserasi yang digunakan dalam proses ektraksi ini dipilih karena
maserasi merupakan metode sederhana dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak
tahan terhadap pemanasan. Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut yang
digunakan dalam proses ekstraksi ialah karena senyawa sinensetin yang merupakan
salah satu senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa marker dalam
tanaman kumis kucing (Himani et al., 2013) dan juga memiliki peran dalam
metabolisme lipid dalam jaringan adiposa (Kang S.I., Shin H.S., and Kim S.J., 2015),
larut dengan baik dalam pelarut ini. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Arifianti et al pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa rerata kadar
sinensetin tertinggi dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth diperoleh pada
kelompok ekstrak dengan pelarut pengekstraksi etanol 96%. Selain itu, pelarut ideal
yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan air yang merupakan
pelarut pengekstraksi yang mempunyai extractive power yang terbaik untuk hampir
semua senyawa yang mempunyai berat molekul rendah seperti alkohol, saponin dan
flavonoid.
Pengukuran kadar sinensetin dalam ekstrak herba kumis kucing dilakukan
untuk memastikan ekstrak yang digunakan dalam penelitian mengandung senyawa
marker (sinensetin) dengan kadar sesuai standar yang telah ditetapkan. Kadar
sinensetin yang diperoleh dalam ekstrak herba kumis kucing adalah sebesar 0,075%.
Hasil pengukuran kadar sinensetin tersebut menunjukkan nilai yang lebih rendah dari
standar ekstrak daun kumis kucing yang menurut Depkes (2008) adalah tidak kurang
dari 1,10%. Hal ini dapat disebabkan oleh ekstrak yang digunakan dalam penelitian
adalah ekstrak herba kumis kucing yang terdiri dari semua bagian tanaman yang
berada diatas tanah, sedangkan sinensetin lebih banyak terdapat dalam ekstrak daun
33
(Olah et al., 2003). Beberapa faktor lain seperti bagian tanaman yang diambil, umur
tanaman, kondisi tempat tumbuh, waktu pemanenan dan proses pengeringan
simplisia juga dapat mempengaruhi kadar senyawa kimia dalam tanaman
(Wulandari, 2011).
Parameter non-spesifik merupakan suatu aspek yang berfokus pada aspek
kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan
stabilitas. Standarisasi parameter non-spesifik yang dilakukan ialah kadar susut
pengeringan dan kadar abu. Parameter susut pengeringan bertujuan untuk
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Parameter kadar abu bertujuan memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak. Pada pengujian parameter ekstrak tersebut diperoleh hasil
susut pengeringan sebesar 0,948% dan kadar abu 12,587%. Perhitungan uji
parameter esktrakdapat dilihat pada lampiran 10. Menurut farmakope herbal kadar
susut pengeringan dari daun Orthosiphone stamineus tidak lebih dari 12% dan hasil
yang diperoleh sebesar 0,948%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan sangat kecil. Dan untuk kadar abu total dari ekstrak
kental daun Orthosiphone stamineus tidak kurang dari 9%, namun hasil yang
didapatkan adalah 12,587%.Seperti yang diketahui kumis kucing mengandung
senyawa mineral yang sebagian besarnya adalah mineral kalium (Awale et al.,2001
yang dikutip dari Arifianti et al.,2014). Kandungan mineral kalium dalam daun segar
kumis kucing yaitu sekitar 600-700 mg/100g daun segar (Anon,2001 yang dikutip
dari Almatar et al.,2013).
Tabel 1. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak
Parameter
Standarisasi
Jenis Hasil
Spesifik Identitas Ekstrak Nama Ekstrak: Kumis kucing
Nama Latin : Orthosiphon stamineus
Benth
Bagian tanaman yang digunakan :
Herba
Senyawa Identitas : Sinensetin
Organoleptis Bentuk : kental
Warna : coklat kehitaman
Rasa : Pahit
34
Bau : Khas
Pengukuran Sinensetin 0.075 %
Nonspesifik Susut pengeringan 0,948%
Kadar abu 12,587%
2. Hasil Pengujian kolesterol total, HDL dan trigliserida
Pada penelitian ini menggunakan tikus putih sebagai subjek penelitian. Tikus
yang digunakan adalah tikus jantan galur Sparague-Dawley yang berusia 3-4 bulan
dengan berat badan sekitar 150-250 g. Tikus putih banyak digunakan pada
penelitian-penelitian toksikologi, metabolisme lemak, obat-obatan maupun
mekanisme penyakit infeksius. Tikus putih baik digunakan dalam penelitian karena
mudah dipelihara, mudah berkembang biak sehingga cepat mendapatkan hewan coba
yang seragam dan mudah dikelola dilaboratorium (Berata et al.,2010). Selain itu
tikus putih pada umumnya tenang,mudah ditangani, tidak bersifat fotofobik, dan
aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Sebelum
digunakan untuk penelitian,tikus diaklimatisasi selama dua minggu agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selama proses aklimatisasi, tikus diamati
aktivitasnya maupun kondisi fisiknyasetiap hari, yaitu dengan cara menimbang berat
badan tikus dan melihat apakah ada luka atau tidak pada hewan. Selama proses
aklimatisasi hingga akhir penelitian berat badan tikus menunjukkan kenaikan setiap
harinya, kecuali pada akhir penelitian dimana berat badan tikus kontrol positif
mengalami penurunan.
Pada penelitian ini digunakan dua kontrol yaitu kontrol normal dan positif.
Kontrol normal diperlukan untuk mengetahui kadar kolesterol total darah tikus
selama uji. Sedangkan kontrol positif menggunakan simvastatin diperlukan untuk
melihat pengaruh obat antikolesterol yang telah terbukti khasiatnya menurunkan
kadar kolesterol. Karena simvastatin tidak larut dalam air, maka disuspensikan
dengan Na CMC 1%. Sebelum pemberian perlakuan pada tikus, dilakukan
pengukuran kadar kolesterol darah awal sebelum perlakuan . Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data kolesterol yang akan digunakan sebagai pembanding pada saat
tikus telah diberikan perlakuan. Dari data yang diperoleh, kadar kolesterol total
masing-masing tikus sebelum perlakuan menunjukkan normal. Adapun kadar
35
kolesterol total normal tikus adalah 40-130 mg/dl (Malole dan Sri.,1989).Pada hari
ke 15 diberikan perlakuan dengan pemberian bahan uji dan pembanding pada
masing-masing tikus normal. Ekstrak herba kumis kucing yang telah disuspensikan
terlebih dahulu dengan NaCMC 1% diberikan dalam 3 variasi dosis yaitu dosis 250
mg/kg berat badan, 500 mg/kg berat badan dan 1000 mg/kg berat badan. Dosis ini
dipilih berdasarkan dosis yang digunakan pada penelitian efek ekstrak air
Orthosiphon stamineus Benth terhadap kadar glukosa dan profil lipid pada tikus
normal dan tikus yang diinduksi streptozotocin. Untuk kelompok normal diberikan
suspensi NaCMC 1% dan untuk kelompok kontrol positif diberikan simvastatin
dengan dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis ini diambil berdasarkan dosis lazim yang
sering digunakan pada manusia sebagai obat antikolesterol yang kemudian
dikonversikan ke dalam dosis tikus dengan rumus HED. Dosis simvastatin yang
digunakan pada tikus ialah 1,03 kg/BB. Bahan uji diberikan secara oral mengunakan
sonde lambung yang diberikan pada interval satu hari sekali di pagi hari. Perlakuan
diberikan selama 20 hari.
Untuk pengujian pada tikus hiperkolesterol, metode yang digunakan untuk uji
penurunan kadar kolesterol darah yaitu dengan cara tikus dibuat hiperkolesterol yang
diinduksi dengan pemberian makanan hiperkolesterol dengan komposisi makanan
yang terdiri dari kuning telur (80%), larutan sukrosa 65% dalam air (15%), dan
lemak hewan (5%) (Purwanti, 2012). Komposisi makanan hiperkolesterol tersebut
dipilih karena mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan trigliserida. Ayuningtyas dan Arifah (2012) menyebutkan pada
penelitian sebelumnya, bahwa penambahan lemak dalam pakan dapat meningkatkan
kadar kolesterol total dan trigliserida tikus. Tikus diinduksi dengan makanan
hiperkolesterol selama 14 hari terhadap semua kelompok perlakuan kecuali
kelompok normal. Selanjutnya tikus diberikan suspensi ekstrak uji dalam berbagai
dosis. Metode ini digunakan karena merupakan metode yang mudah dan umum
digunakan pada uji efek penurunan kadar kolesterol total darah tikus. Pengukuran
kadar kolesterol total darah tikus dilakukan sebanyak tiga kali yaitu kadar kolesterol
total sebelum pemberian makanan hiperkolesterol (hari ke-0), kadar kolesterol total
setelah pemberian makanan hiperkolesterol (hari ke-15), dan kadar kolesterol total
setelah pemberian ekstrak uji (harike-29).
36
Pengukuran kadar kolesterol total darah tikus dilakukan dengan metode
enzimatis dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech menggunakan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Plasma yang digunakan
ditambahkan dengan larutan pereaksi kolesterol. Pada penambahan ini akan terjadi
reaksi dimana enzim kolesterol esterase akan menghidrolisis kolesterol ester menjadi
kolesterol bebas dan asam lemak. Enzim kolesterol oksidase akan mengoksidasi
kolesterol bebas menjadi koles-4-en-3-one dan hidrogen peroksida.Selanjutnya
hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan fenol membentuk
komplek quinoneimine yang berwarna merah (Anonim.,2014). Warna yang terbentuk
diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-visibel pada panjanggelombang 500
nm (Dachriyanus dkk., 2007).
Kadar kolesterol total darah tikus normal dapat dilihat pada Tabel 3, bahwa
rata-rata kadar kolesterol total plasma darah tikus setelah diberi perlakuan
menunjukkan kadar yang lebih rendah dari pada sebelum diberi perlakuan kecuali
pada kontrol normal, namun masih dalam rentang kadar normal (40-130 mg/dl).
Hasil analisa statistik diperoleh bahwa kelompok kontrol positif dan kelompok uji
dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0.05)
terhadap kontrol normal. Namun dari ketiga variasi dosis ekstrak etanol herba kumis
kucing yang diberikan tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam penurunan
kolesterol total tikus normal. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan dosis tidak
memberikan aktivitas yang berbeda.
Berdasarkan data persentase penurunan kadar kolesterol total tikus (Tabel 6)
diketahui bahwa semua kelompok uji dosis ekstrak herba kumis kucing (250
mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB) menunjukkan penurunan kadar
kolesterol total yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol normal. Namun
jika dibandingkan dengan kontrol positif, kelompok uji dosis 500 mg/kgBB memiliki
persentase penurunan kolesterol total yang hampir sama, maka dari itu dapat
disimpulkan pemberian ekstrak etanol herba kumis dosis 500 mg/kgBB memiliki
efek yang sama dengan simvastatin pada tikus normal. Namun berdasarkan uji
statistik, perbedaan persentase penurunan tersebut tidak berbeda secara bermakna.
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Umbare et al(2007)
tentang efek ekstrak etanol 95% dari kulit batang Orthosiphone stamineus Benth
37
dengan dosis 500 dan 750 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol total
masing-masing 20,32% dan 28,84%. Untuk kadar trigliserida ekstrak kulit batang dari
kumis kucing mampu menurunkan 26,6% dan 28,09%. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak herba kumis kucing memiliki aktivitas yang lebih besar dalam menurunkan
kadar kolesterol total tikus dibandingkan dengan ekstrak kulit batang.
Tabel 3. Kadar kolesterol total pada tikus normal
Kel Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar Kolesterol Total (mg/dl) ± SD
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
1 Normal 78,42 ± 20,72 96,94 ± 19,77
2 Positif 98,32 ± 14,79 67,37 ± 15,17
3 Dosis 250 mg/kgBB 91,81 ± 21,71 71,12 ± 22,59
4 Dosis 500 mg/kgBB 100,58 ± 15,35 67,92 ± 14,27
5 Dosis 1000 mg/kgBB 105,85 ± 15,35 52,67 ± 9,64
Tabel 4.Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total pada tikus normal kolesterol
Tabel 5. Kadar Kolesterol HDL pada tikus normal
Kel Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar Kolesterol HDL (mg/dl) ± SD
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
1 Positif 18,549 24,808
2 Dosis 500 mg/kgBB 12,761 16,802
3 Dosis 1000 mg/kgBB 12,724 17,346
Kelompok Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total Tikus
Setelah Perlakuan(%)
Normal -23,614
Positif 31,485
Dosis 250 mg/kgBB 22,539
Dosis 500 mg/kgBB 32,476
Dosis 1000 mg/kgBB 50,241
38
Kadar kolesterol total darah tikus hiperkolesterol dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan data tersebut, pemeriksaan kadar kolesterol total tikus sebelum
diinduksi makanan hiperkolesterol (hari ke-0) menunjukkan kadar kolesterol total
dalam rentang normal. Sedangkan data hasil uji statistik kenaikan kadar kolesterol
total tikus pada hari ke-15 setelah diberikan makanan hiperkolesterol, menunjukkan
bahwa kelompok yang diinduksi makanan hiperkolesterol memiliki kenaikan kadar
kolesterol total yang bermakna (p≤0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol
normal dan rata-rata kenaikan kadar kolesterol total tikus setelah diinduksi makanan
hiperkolesterol pada masing-masing kelompok perlakuan kecuali kelompok normal
menunjukkan kadar kolesterol total diatas rentang kadar normal.
Ekstrak herba kumis kucing menunjukkan persentase penurunan kadar
kolesterol total yang berbeda pada tiap dosis, namun berdasarkan uji statistik
perbedaan tersebut tidak bermakna. Hal ini menjelaskan bahwa kelompok uji
memiliki aktivitas yang sama untuk setiap dosis (250, 500, 1000 mg/kgBB) dalam
menurunkan kadar kolesterol total tikus. Hal tersebut menjelaskan bahwa
peningkatan dosis tidak memperlihatkan peningkatan aktivitas penurunan kadar
kolesterol total.
Tabel 6. Kadar kolesterol total pada tikus hiperkolesterol
Kel Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar Kolesterol Total (mg/dl) ± SD
Sebelum
Perlakuan
Setelah Induksi
hiperkolesterol
Setelah
Perlakuan
1 Normal 97,56 ± 11,25 106,77 ± 17,85 109,73 ± 4,809
2 Negatif 85,47 ± 17,865 135,94 ± 12,885 113,27 ± 9,225
3 Positif 64,64 ± 13,488 160,16 ± 12,278 87,80 ± 3,116
4 Dosis 250 mg/kgBB 87,50 ± 23,526 142,94 ± 15,936 89,05 ± 8,298
5 Dosis 500 mg/kgBB 76,43 ± 9,840 175,52 ± 6,724 91,20 ± 4,283
6 Dosis 1000 mg/kgBB 77,74 ± 30,375 131,25 ± 13,258 89,69 ± 9,384
39
Tabel 7. Kadar Kolesterol HDL pada tikus hiperkolesterol
Kel Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar Kolesterol HDL (mg/dl) ± SD
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
1 Negatif 17,237 ± 3,134 21,900 ± 3,155
2 Positif 16,126 ± 1,387 20,033 ± 7,152
3 Dosis 500 mg/kgBB 17,135 ±1,276 16,663 ± 1,932
4 Dosis 1000 mg/kgBB 15,730 ± 0,896 17,316 ± 4,537
Tabel 8. Kadar trigliserida pada tikus hiperkolesterol
Kel Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar Trigliserida (mg/dl) ± SD
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
1 Negatif 136,091 ± 70,822 121,482 ± 140,304
2 Positif 67,545 ± 21,256 29,774 ± 22,648
3 Dosis 500 mg/kgBB 64,091 ± 33,582 19,975 ± 15,172
4 Dosis 1000 mg/kgBB 83,182 ± 19,577 109,925 ± 38,068
40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis
kucing (Orthosiphone stamineus Benth) pada tikus normal dan tikus hiperkolesterol
diperoleh kesimpulan sbb :
1. Ekstrak dengan dosis 250 , 500 dan 1000 mg/kgBB mampu menurunkan kadar
kolesterol total tikus normal secara signifikan (p<0,05) terhadap kontrol normal,
dan masih dalam rentang kadar normal
2. Ekstrak dengan dosis 250 , 500 dan 1000 mg/kgBB mampu menurunkan kadar
kolesterol total tikus hiperkolesterol secara signifikan (p<0,05) terhadap kontrol
negatif
3. Ekstrak dengan dosis 250 , 500 dan 1000 mg/kgBB mampu meningkatkan
kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar trigliserida pada tikus normal dan
hiperkolesterol tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kontrol
normal
5.2 Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek penurunan kadar kolesterol total darah
tikus dari ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus) dengan
lama pemberian ekstrak yang berbeda.
2. Perlu dilakukan isolasi senyawa aktif dari tumbuhan kumis kucing yang berperan
dalam aktivitas antikolesterol
41
DAFTAR PUSTAKA
Arifianti, Lusiana, Rice Disi Oktarina dan Idha Kusumawati (2014). Pengaruh Jenis
Pelarut Pengekstraksi Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun
Orthosiphon stamineus Benth. Departemen Farmakognosi dan Fitokimia,
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. E-Journal Planta Husada, 2(1).
Basheer, Ahamed And Abdil Majid (2010). Medicinal Potentials Of Orthosiphon
Stamineus Benth .WebmedCentral CANCER. 1(12):WMC001361
Corwin, E.J (2009). Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan). Jakarta : EGC, p.480
Cyntia, Novi (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Hijau (Phaseolus radiates)
Terhadap Kadar kolesterol LDL Serum Tikus Hiperkolesterolemia. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Dachriyanus, et al ( 2007). Uji Efek A-Mangostin terhadap Kadar Kolesterol Total,
Trigliserida, Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan
serta Penentuan Lethal Dosis 50 (LD50). Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Andalas. J. Sains Tek. Far., 12(2)
DepKes RI.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Dirjen POM
Dipiro, Joseph T., Barbara G., Cecily V., and Terry LS (2009). Pharmacotherapy
Handbook 7th
edition. The McGraw-Hill Companies, Inc
Himani, Bajaj, Bisht Seema, Nath Bhole,Yadav Mayank, Singh Vinod, and Singh
Mamta (2013). Misai Kuching: A Glimpse of Maestro. International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research, 22 (2), 55-59.
Katzung, Betram G (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal: 553-554
Kang, S.I., Shin H.S., and Kim S.J (2015). Sinensetin Enhances Adipogenesis and
Lipolysis by Increasing Cyclic Adenosine Monophosphate Levels in 3T3-L1
Adipocytes. Biol. Pharm. Bull, 38 (4) : 552-558.
Maheswari,C.,R.Maryammal and R.Venkatanarayanan (2008). Hepatoprotective
Activity of Orthosiphon stamineus on Liver Damage Caused by Paracetamol in
Rats. Jordan Journal of Biological Sciences. 1 (3), p.105-108
Marsalina, Meisa (2010). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Darah dan Berat
Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Skripsi). Surakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret
42
Pradono J, Sari P, Hapsari D, Suriani O, Lubis A, Afifah T, (2004). Survei
Kesehatan Nasional. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT): Sudut
pandang masyarakat mengena status, cakupan, ketanggapan, dan sistem
pelayanan kesehatan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Ratnawati H., and Widowati W (2011). Anticholesteril Activity of Velvet Bean
(Mucuna pruriens L.) toward Hypercholesterolemic Rats. Sains Malaysiana
40 (4) :317-321
Umbare, R.P., Patil S.M.,Mate G.S., and Dongare S.S (2009). Hypolipidemic
Activity of Orthosiphon stamineus Benth. Bark Extract. Journal of
Pharmacy Research, 2(11), 1735-1738
USDA. (2015). Natural Resources Conservation Service. Available at
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=ORTHO7
Sherwood, L. (2003). Human Physiology:From Cells to Systems.5th Edition.USA:
Brooks/Cole.
Sriplang, Adisakwattana S, Rungsipipat A, Yibchok-Anun S (2007). Effects of
Orthosiphon stamineus aqueous extract on plasma glucose concentration and
lipid profile in normal and streptozotocin-induced diabetic rats, J
Ethnopharmacol. 109, 510-40
Suyatna, F.D. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi. Editor. Sulistia G.G. Edisi 5
Jakarta: Penerbit Bagian Farmakologi Universitas Indonesia.
Tjay,T.H., dan Kirana,R. (2008). Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Hal 589,591.
Wulandari, Intan. (2011). Teknologi Ekstraksi dengan Metode Maserasi Dalam
Etanol 70% Pada Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benst.)
(Skripsi). Surakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat Tradisional (BBPPTO-OT)
43
Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan
Gambar 2 Rotary
Evaporator Gambar 1 Botol
Maserasi Gambar 3
Timbangan Analitik
Gambar 4 Tanur
tinggi
Gambar 5 Desikator
Gambar 7 Sentrifuge Gambar 8 Tube
EDTA
Gambar 9
Spektrofotometri UV
Gambar 6 TLC-
Scanner
44
(Lampiran lanjutan )
Gambar 10. Simplisia Gambar 12. Plasma
Darah
Gambar 11. Ekstrak
kental
45
Lampiran 2. Gambar Prosedur kerja
Gambar 164. Penambahan
reagen ke plasma
Gambar 18. Proses
Maserasi
Gambar 19. Proses
Penyaringan
Gambar 13. Proses
Pengentalan Ekstrak
Gambar 14 Pengambilan
darah tikus
Gambar 15.Pemberian
bahan uji
Gambar 23. Penimbangan
Berat Badan Tikus
Gambar 17. Pengukuran
Absorbansi Sampel
46
Lampiran 3. Sertifikat hewan coba
47
Lampiran 4. Pemeriksaan Parameter Ekstrak
1. Perhitungan Randemen
% Randemen=
100%
% Randemen=
100%
% Randemen= 8,87 %
2. Pemeriksaan Susut Pengeringan
Berat botol kosong = 23,641 g
Berat Ekstrak = 2,002 g
Berat botol kosong + ekstrak sebelum dipanaskan (W0)= 25,649 g
Berat botol kosong + ekstrak setelah dikeringkan (W1) = 25,400 g
% Susut pengeringan =
100%
% Susut pengeringan =
100%
% Susut pengeringan = 0,948 %
3. Pemeriksaan Kadar abu
Berat cawan kosong (A)= 59,139 g
Berat ekstrak= 2,002 g
Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan (B)= 61,141 g
Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan (C)= 59,391 g
% Kadar abu=
100%
% Kadar abu= –
100%
% Kadar abu= 12,587
48
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba kumis kucing
Untuk perhitungan dosis uji ekstrak herba kumis kucing digunakan rumus sebagai
berikut:
VAO =
a. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 250 mg/kgBB
VAO =
2 ml=
=
Konsentrasi mg/ml = 25 mg/ml
Pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan untuk 6
ekor tikus, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah:
VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 6 (ekor tikus) x3 (hari)
=36 ml
Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi
ekstrak dibuat dalam 50 ml.
Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi
= 50 ml x 25 mg/ml
= 1250 mg= 1,25g
b. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 500 mg/kgBB
VAO =
2 ml=
Konsentrasi mg/ml =
Konsentrasi mg/ml = 50 mg/ml
Karena pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan
untuk 6 ekor, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah:
VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan
49
= 2 ml x 6 (ekor tikus) x 3 (hari)
= 36 ml
Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi
ekstrak dibuat dalam 50 ml.
Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi
= 50 ml x 50 mg/ml
= 2500 mg= 2,5g
c. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 1000 mg/kgBB
VAO =
2 ml=
=
Konsentrasi mg/ml = 100 mg/ml
Karena pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan
untuk 6 ekor tikus, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah:
VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 10 (ekor tikus) x 3 (hari)
= 36 ml
Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi
ekstrak dibuat dalam 50 ml
Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi
= 50 ml x 100 mg/ml
= 5000 mg= 5 g
50
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Tablet Simvastatin
Perhitungan Dosis Simvastatin berdasarkan rumus HED untuk menkonversikan dosis
dari manusia ke tikus (Shaw et al,2007):
HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) x
Tabel.Conversion Animal Doses to HED on BSA
Spesies Berat Badan (kg) Luas Permukaan Tubuh Faktor Km
Manusia
Dewasa
Anak
60
20
1,6
0,8
37
25
Baboon 12 0,6 20
Anjing 10 0,5 20
Monyet 3 0,24 12
Kelinci 1,8 0,15 12
Babi 0,4 0,05 8
Tikus 0,15 0,025 6
Hamster 0,08 0,02 5
Mencit 0,02 0,007 3
HED (mg/kg) = Dosis hewan x
10 mg/60 kg = Dosis hewan x
0,167 mg/kg = Dosis hewan x
Dosis hewan = 1,03 mg/kg
Berat badan tikus: 200-250 g
VAO =
2 ml =
Konsentrasi simvastatin dalam larutan = 0,116 mg/ml
51
VAO total = VAO x jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 6 (ekor tikus) x 20 hari
= 240 ml
Jumlah simvastatin = VAO total x konsentrasi
= 240 ml x 0,116 mg/ml
= 27,84 mg
Dengan pertimbangan bahwa 10 mg simvastatin terdistribusi merata didalam tablet
dengan berat total 100 mg, maka pembuatan dosis simvastatin dilakukan sebagai
berikut:
Tablet simvastatin 100 mg mengandung 10 mg simvastatin, berarti 3 tablet
300 mg mengandung 30 mg simvastatin.
3 tablet simvastatin digerus dalam lumpang hingga menjadi serbuk.
Ditimbang 278,4 mg serbuk, mengandung simvastatin 27,84 mg.
Hasil timbangan disuspensikan dalam NaCMC 1%.
Suspensi simvastatin diberikan 2 ml/200gramBB tikus setiap hari selama 20
hari.
52
Lampiran 7. Hasil uji statistik kolesterol pada tikus normal kolesterol
1. Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus terdistribusi normal atau
tidak.
Hipotesis: Ho: Data kadar Kolesterol total darah tikus terdistribusi normal
Ha: Data Kadar kolesterol total darah tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Tabel.Hasil Uji Normalitas
2. Uji Homogenitas (Lavene)
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol total tikus homogen atau tidak.
Hipotesis: Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus bervariasi homogen
Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Tabel. Hasil Uji Homogenitas
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus bervariasi homogen.
DataKolesterolAwal DataKolesterolAkhir
N 25 25
Normal Parametersa Mean 94.9929 71.1300
Std. Deviation 18.99620 21.19198
Most Extreme Differences Absolute .134 .168
Positive .075 .168
Negative -.134 -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .669 .840
Asymp. Sig. (2-tailed) .761 .480
a. Test distribution is Normal.
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Data Kolesterol Awal
.738 4 20 .577
Data Kolesterol Akhir .637 4 20 .642
53
3. Uji One-Way ANOVA
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus antar kelompok
terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesis:
Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak terdapat perbedaan secara
bermakna.
Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus terdapat perbedaan secara
bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Tabel. .Hasil Uji One-Way Anova
Keputusan: Data kadar kolesterol total akhir pada tikus normal terdapat perbedaan
secara bermakna.
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
DataKolesterol
Awal
Between Groups 2224.719 4 556.180 1.728 .183
Within Groups 6435.813 20 321.791
Total 8660.533 24
DataKolesterol
Akhir
Between Groups 5065.292 4 1266.323 4.433 .010
Within Groups 5713.109 20 285.655
Total 10778.401 24
54
Lampiran 8. Hasil uji statistik kolesterol HDL pada tikus normal kolesterol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar_HDL_sebelum Kadar_HDL_setelah
N 12 12
Normal Parametersa Mean 16.76392 17.56567
Std. Deviation 7.065238 3.590202
Most Extreme Differences Absolute .234 .172
Positive .234 .172
Negative -.133 -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .812 .595
Asymp. Sig. (2-tailed) .526 .871
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan: Data kadar HDL setelah diberikan ekstrak menunjukkan “Normal”
karena p 0,05.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kadar_HDL_sebelum 7.925 2 9 .010
Kadar_HDL_setelah .113 2 9 .894
Kesimpulan: Data kadar HDL setelah diberikan ekstrak menunjukkan “Homogen”
Maka dapat dilanjutkan uji Anova karena data terdistribusi normal dan homogen
Hasil Uji One Way Anova
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Kadar HDL sebelum Between Groups 388.198 2 194.099 10.857 .004
Within Groups 160.895 9 17.877
Total 549.093 11
Kadar HDL setelah Between Groups 6.398 2 3.199 .213 .812
Within Groups 135.387 9 15.043
Total 141.785 11
Kesimpulan: Dari hasil Uji One Way Anova, menunjukkan kadar sebelum dan
sesudah tidak memiliki perbedaan yang bermakna. (P 0,05).
55
Lampiran 9. Hasil uji statistik kolesterol total pada tikus hiperkolesterol
1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tujuan : Untuk melihat kenormalan distribusi data kadar kolesterol total
darah tikus hiperkolesterol
Hipotesis :
Ho : Data kadar kolesterol total darah tikus terdistribusi normal
Ha : Data kadar kolesterol total darah tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus hiperkolesterol terdistribusi normal.
Uji Homogenitas (Lavene)
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol total tikus homogen atau tidak.
Hipotesis: Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus bervariasi homogen
Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
56
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus bervariasi homogen.
Uji One-Way ANOVA
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus antar kelompok terdapat
perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesis:
Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus hiperkolesterol tidak terdapat perbedaan
secara bermakna.
Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus hiperkolesterol terdapat perbedaan secara
bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Keputusan : data kadar kolesterol total darah tikus berbeda secara
bermakna pada hari ke-15 dan hari ke-29.
57
Lampiran 10. Hasil uji statistik kolesterol HDL pada tikus hiperkolesterol
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar_HDL_pretest Kadar_HDL_posttest
N 20 20
Normal Parametersa Mean 16.55940 24.19410
Std. Deviation 1.848168 22.812933
Most Extreme Differences Absolute .089 .365
Positive .087 .365
Negative -.089 -.320
Kolmogorov-Smirnov Z .397 1.631
Asymp. Sig. (2-tailed) .997 .010
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan: Data kadar HDLkolesterol pada tikus hiperkolesterol setelah diberikan
ekstrak menunjukkan “Normal” karena p 0,05.
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kadar_HDL_pretest 2.998 4 15 .053
Kadar_HDL_posttest 1.161 4 15 .367
Kesimpulan: Data kadar HDLkolesterol pada tikus hiperkolesterol setelah diberikan
ekstrak menunjukkan “homogen” karena p 0,05.
Maka dapat dilanjutkan dengan uji Anova karena data sudah terdistribusi normal dan
homogen
58
Uji Anova satu arah
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kadar_HDL_pretest Between Groups 6.666 4 1.667 .429 .785
Within Groups 58.233 15 3.882
Total 64.899 19
Kadar_HDL_posttest Between Groups 85.779 4 21.445 .950 .463
Within Groups 338.574 15 22.572
Total 424.353 19
Kesimpulan: Dari hasil Uji One Way Anova, menunjukkan kadar HDL kolesterol
sebelum dan sesudah tidak memiliki perbedaan yang bermakna. (P 0,05).
59
Lampiran 11. Hasil uji statistik trigliserida
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kadar_Trigliserid
a_pretest
Kadar_Trigliserid
a_posttest
N 20 20
Normal Parametersa Mean 86.01820 71.62370
Std. Deviation 43.463338 75.087972
Most Extreme Differences Absolute .177 .213
Positive .177 .213
Negative -.132 -.175
Kolmogorov-Smirnov Z .793 .951
Asymp. Sig. (2-tailed) .555 .327
a. Test distribution is Normal.
Kesimpulan: Data kadar trigliserida pada tikus hiperkolesterol setelah diberikan
ekstrak menunjukkan “Normal” karena p 0,05.
Uji Homogenitas
Kesimpulan: Data kadar trigliserida pada tikus hiperkolesterol setelah diberikan
ekstrak menunjukkan “tidak homogen” karena p < 0,05.
Maka tidak bisa digunakan uji Anova tetapi menggunakan uji Kruskal Wallis
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kadar_Trigliserida_pretest 1.746 4 15 .192
Kadar_Trigliserida_posttest 5.362 4 15 .007
60
Uji Kruskal Wallis
Kruskal-Wallis Test Test Statistics
a,b
Kadar_Trigliserida
_pretest Kadar_Trigliserida
_posttest
Chi-Square 1.333 .083
Df 1 1
Asymp. Sig. .248 .773
a. Kruskal Wallis Test
c. Grouping Variable: Kelompok
61
Lampiran 12. Organisasi Peneliti
Nama Pangkat/gol keahlian tugas
1 Nurmeilis, M.Si, Apt Lektor/ IIId Farmakologi dan
farmasi klinis
Peneliti utama
2 Rizky Hidayanti Mahasiswa S1 Farmasi Pembantu
peneliti
3 Dini Fauzana Mahasiswa S1 Farmasi Pembantu
peneliti
62
Lampiran 13. Laporan Penggunaan Anggaran
Penggunaan Anggaran sebagai berikut :
a. Gaji dan upah (22,5%)...................................Rp 2.250.000
b. Bahan habis pakai + ATK (81 %).....................................Rp 8.150.000
JUMLAH Rp 10.540.000
RINCIAN PENGGUNAAN
ANGGARAN
No Mata Anggaran Biaya Jumlah
A HONOR
1 Honor peneliti 1 Org x 60 jam 60 O/jam 30000 1.800.000
2 honor pembantu peneliti 1 Org x 30 jam 30 O/jam 15000 450.000
TOTAL A 2.250.000
B ALAT / BAHAN HABIS PAKAI
1 Hewan uji /tikus
75 ekor 30000 2.250.000
2 Sonde oral hewan + pakan
1 paket
200.000
3 Jasa pemeliharaan hewan & kandang
2 bulan 200.000 400.000
4 Dietil eter (untuk pembiusan)
1 btl
100.000
5 Reagen kolesterol
2 Set
2.000.000
6 Reagen HDL
1 Set
850.000
7 Reagen trigliserida
1 Set
1.650.000
8 Simvastatin
50.000
9 ATK
300.000
10 Konsumsi
200.000
11 Transport perjalanan dalam kota
150.000
TOTAL B 8.150.000
TOTAL
10.400.000
63