Orientasi Akademik: Pendekatan Alternatif dalarn Program ...
Orientasi Pendekatan Langsung Dan Tidak Langsung
-
Upload
afrizen-pasaman -
Category
Documents
-
view
39 -
download
2
Transcript of Orientasi Pendekatan Langsung Dan Tidak Langsung
Tugas Kelompok Mata Kuliah Teori dan Praktek Supervisi Pendidikan
ORIENTASI PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN YANG BERSIFAT LANGSUNG (DIRECTIVE) DAN TIDAK
LANGSUNG (NON DIRECTIVE)
DOSEN : Dr. SAUT PURBA, M.Pd
OLEH :KELOMPOK 5
KELAS A1W
1. AFRIZEN NIM : 81461320312. DIMPOS YUSTINUS NIM : 81461320343. MUHADIS MAHAMERU NIM : 8146132050
PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN2015
ORIENTASI PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIK YANG
BERSIFAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG
A. PENDAHULUAN
Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian
utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru
merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru
setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena
itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan
sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di
suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek
personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan
dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan
pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban
membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya
dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan
supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang
menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu
umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru
1
sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan
tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal
proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan
memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi
merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan.
Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan
permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya.
Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan
supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan analisis keberhasilannya. Supervisi berfungsi membantu guru
dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan
praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang
mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap
guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal
ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya
mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya.
Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan
yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan
pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci
pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga
2
dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan
tersebut secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang
akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi,
tujuan dan fungsi supervisi, dan teknik dan pendekatan dalam kegiatan
supervisi.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni:
supervisi akademis, supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga
kegiatan besar tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah
tersendiri, supervisi akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan
supervisor tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan
akademis, diantaranya hal-hal yang langung berada dalam lingkungan
kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari
sesuatu.
Sedangkan supervisi administrasi menitik beratkan pada pengamatan
supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung
dan pelancar terlaksananya pembelajaran dan administrasi lembaga sendiri
diarahkan pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan
supervisor tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah dan berperan
dalam meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara
keseluruhan. Sasaran pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan
selama ini menunjukkan kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak
3
merupakan saaran yang sangat penting, namun pengolahan dana, sistem
kepegawaian, perlengkapan serta sistem informasi yang dipergunakan oleh
lembaga nyaris merupakan sesuatu yang terabaikan.
Pada beberapa kajian seperti yang diungkapkan oleh Gregorio
(1966) dikemukakan bahwa lima fungsi utama supervisi antara lain berperan
sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi
inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi
sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain
berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara
keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode
mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan
cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan
daftar isian.
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan
yang berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai
dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti,
mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik
suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar
dari permasalahan diatas.
Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi, dan dalam pelatihan diperkenalkan kepada
4
guru cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses
pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui
demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group
conference, serta kunjungan supervisi.
Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong
guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan
berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri
dilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat,
mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu
menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang
diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan
beragai cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,
melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang
berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Pidarta (2009) bahwa tujuan supervisi pendidikan
membantu guru dalam mengembangkan profesinya, pribadinya, sosialnya
dan membantu kepala sekolah menyesuaikan program pendidikan dengan
kondisi masyarakat setempat dan berjuang meningkatkan kualitas dan
kuantitas lulusan.
5
B. Orientasi Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Menurut Glickman (2007), ada tiga pendekatan (orientasi supervisi)
yang diterapkan supervisor didalam melakukan supervisi dalam pengajaran,
antara lain :
1. Pendekatan Langsung (Directive)
Yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan
terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan
langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
Menurut Sahertian (2010) bahwa pendekatan direktif ini berdasarkan
pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip behaviorisme ialah
bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons terhadap
rangsangan/stimulus. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka
perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat
menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
Rifai (1987) mengemukakan bahwa teknik langsung dalam supervisi
yaitu cara berkomunikasi dengan berhubungan lansung antara supervisor
dengan guru melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf dan
lokakarya. Lebih lanjut Rifai (1987) mengemukakan bahwa teknik
merupakan cara tertentu yang khusus untuk mencapai tujuan tertentu.
Suatu teknik terdiri dari berbagai kegiatan yang teratur dan alat untuk
mencapai tujuan. Sebagai alat hanya diperlukan jika dianggap efektif
6
mencapai tujuan, bila tidak efektif harus dicarikan cara atau teknik lain.
Peningkatan proses belajar merupakan tujuan pelaksanaan supervisi.
Dapat disimpulkan, ada lima perilaku supervisor yang akan sangat
menonjol dalam orientasi ini, yaitu:
a. Mengklarikasi masalah-masalah guru, baik melalui pertemuan awal
maupun observasi kelas.
b. Mempresentasikan ide-ide pemecahan masalah.
c. Mendemonstrasikan, sebagai contoh, ide-ide pemecahan masalah
yang harus dilakukan oleh guru, sebagai tugas guru.
d. Menetapkan standar pelaksanaan tugas pemecahan masalah.
e. Memberikan reinforcement kepada guru agar ia melaksanakan tugas
yang diberikan.
Menurut penulis berkesimpulan tentang directive approach
(pendekatan supervisi langsung) adalah mengarahkan dan memberi petunjuk
kepada guru. Supervisi langsung memberi resep tentang cara memperbaiki
kesalahan guru atau mengatasi kesulitannya.
Kebaikan dari Pendekatan Supervisi Langsung, antara lain :
1. Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga
dapat menyediakan bantuan/pertolongan yang diperlu-kan/dibutuhkan
oleh guru-guru yang disupervisi.
7
2. Supervisor akan dapat memperoleh pengalaman belajar mengajar yang ia
sendiri belum memilikinya.
3. Guru yang kurang mampu akan memperoleh tambahan pengalaman
jabatan yang lebih banyak, dengan demikian ia dapat menilai cara
mengajarnya sendiri.
4. Memungkinkan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru-guru
dengan supervisor.
5. Guru-guru selalu siap melaksanakan tugasnya dengan baik.
Keburukan dari Pendekatan Supervisi Langsung, antara lain :
1. Supervisor dianggap tidak demokratis dan tidak kooperatif.
2. Guru-guru merasa bingung dan berprasangka bahwa kunjungan tersebut
akan menilai tugas-tugas guru dan mencari-cari kesalahan saja.
3. Menimbulkan hubungan yang kurang baik, karena itu guru-guru tidak
merasa senang dikunjungi.
4. Guru-guru merasa tertekan menunggu gilirannya disupervisi.
5. Kemungkinan adanya guru yang disupervisi terlalu lama sehingga guru
lainnya kurang mendapat kesempatan yang cukup.
8
2. Pendekatan Tidak Langsung (Non Directive)
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah
cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Menurut Sahertian (2010) bahwa perilaku supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan
secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan
sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang
mereka alami. Pendekatan non-drektif ini berdasarkan pemahaman
psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang
yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati,
maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru
guru. Guru mengemukakan masalahnya, supervisor mencoba
mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru.
Hal-hal yang dapat dilakukan supervisor dalam pendekatan non direktif ini
antara lain:
1. Supervisor mendengarkan, memperhatikan dan mendiskusikan
pengajaran dengan guru.
2. Supervisor mendorong guru untuk mengembangkan pengajarannya.
3. Supervisor mengajukan pertanyaan.
4. Apabila guru mengajukan pertanyaan, sedangkan supervisor
mengajukan upaya pemecahan masalah.
9
5. Supervisor bertanya kepada guru guna menentukan suatu tindakan.
Jika supervisi pengajaran dalam pandangan non direktif ini
ditempatkan dalam kerangka pendekatan klinik maka dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Pada saat pre conference, supervisor mendengarkan masalah-masalah
yang diajukan oleh guru. Selanjutnya supervisor, melakukan
diagnosis.
2. Pada saat observasi, supervisor mengamati hal-hal yang patut diamati
dari guru, misalnya saat mengelola kelas dan melaksanakan proses
belajar mengajarnya. Berdasarkan atas interprestasi hasil
pengamatannya, kemudian supervisor memberi pengarahan kepada
guru agar tahu masalahnya sendiri, mengetahui kelebihan sekaligus
kekurangan dalam dirinya.
3. Analisa dan interprestasi
Pada tahap ini supervisor menganalisa dan menginterprestasikan hal-
hal yang sudah diamati terkait dengan permasalahan yang dialami
guru untuk selanjutnya menentukan bagaimana langkah selanjutnya
pemecahan masalah
4. Pada saat post conference, supervisor mengidentifikasi kembali
kelebihan dan kekurangan tampilan guru. Selanjutnya supervisor
10
dapat mempertanyakan kepada guru langkah apa saja yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengatasi kekurangannya sendiri.
5. Diskusi
Pada tahap ini supervisor dengan aktif mendengarkan, menyatakan
dengan cara lain, menanyakan pertanyaan, dan menjaga arah guru
dalam jalur supervisor non direktif. Supervisor tidak lengah bekerja
terhadap seorang guru perencana, yang bisa dihasilkan dari meminjam
ide atau dari pemahaman guru itu sendiri.
Pola ini menegaskan bahwa belajar adalah pengalaman pribadi,
sehingga pada akhirnya individu harus mampu memecahkan masalahnya
sendiri. Peranan supervisor di sini adalah mendengarkan, mendorong atau
membangkitkan kesadaran diri dan pengalaman-pengalaman guru
diklarifikasikan. Oleh karena itu pendekatan ini bercirikan perilaku di mana
supervisor mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan pertanyaan,
menawarkan pemikiran bila diminta dan membimbing guru melakukan
tindakan. Tanggung jawab supervisi lebih banyak berada pada guru. Jadi
perbedaan ketiga pendekatan ini adalah terletak pada besar kecilnya tanggung
jawab supervisor dan guru pada saat proses supervisi dengan menonjolnya
perilaku-perilaku supervisi tertentu pada masing-masing pendekatan.
Menurut penulis tentang Non Directive Approach adalah supervisor
memberi kebebasan kepada guru untuk membuat atau mencarai pemecahan
11
terhadap kesulitan-kesulitan dalam kelas pada waktu membina peserta didik,
atau mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membuktikan
kesadaran guru, dan mengklasifikasi pengalaman guru.
Kelebihan dari Pendekatan Supervisi Tidak langsung, antara lain :
1. Bantuan diberikan kepada seluruh guru dalam satu kali pertemuan,
pertukaran pikiran secara umum.
2. Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh, hal yang kurang dapat
didiskusikan.
3. Dapat memberikan bimbingan aktual.
4. Guru dapat menunjukan hasil usahanya.
5. Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
Kekurangan dari Pendekatan Supervisi Tidak Langsung, antara lain :
1. Perlu penyediaan waktu yang tepat.
2. Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari.
3. Kurang demokratis.
4. Mengganggu kelas lain dalam KBM, kelas sendiri ditinggalkan.
5. Agak sulit menentukan dan cukup menyita waktu
12
DAFTAR PUSTAKA
Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M.. 2007. Supervision and Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.
Rifai, M. Moch. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Sahertian, Piet A. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
13