OPTIMASI - phe.pertamina.comphe.pertamina.com/Upload/File/d4828843-abfd-45d5-b...Lingkungan Hidup...
Transcript of OPTIMASI - phe.pertamina.comphe.pertamina.com/Upload/File/d4828843-abfd-45d5-b...Lingkungan Hidup...
phe.pertamina.com
Energizing Asia
Edisi Januari - Maret 2018PERTAMINA HULU ENERGI
OPTIMASIPORTOFOLIO
PHECOVER STORYPengembangan Proyek Berbasis Nilai Keekonomianh. 6
WAWANCARASelain Profit, PHE Dituntut Menjaga Arus Kas h. 30
LEISUREAteng Membuat Kopi Gayo Kian Mentereng h. 54
Setelah menutup 2017 dengan sejumlah prestasi, mulai
dari juara umum Upstream Innovation and Improvement
Award 2017, menyabet tiga emas Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER), kinerja produksi migas yang
positif hingga kinerja keuangan yang tumbuh signifikan,
tahun ini PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menghadapi
tantangan berat. Tidak hanya mempertahankan, namun
juga bagaimana meningkatkan prestasi yang dicapai tahun
lalu. Tantangan ini akan dihadapi seluruh pekerja beserta
empat direksi baru yang ditetapkan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Februari 2018, mendampingi
Direktur Utama R Gunung Sardjono Hadi. Keempat direksi
baru PHE itu adalah Abdul Mutalib Masdar, Afif Saifudin,
Ekariza, dan Huddie Dewanto.
Dari Redaksi
VP Relations
Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.
Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sektor hulu minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba tinggi serta memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
VISI
MISI
Ifki Sukarya, Pemimpin Redaksi
VISI & MISI PHE
BANGKITKANENERGI NEGERI
PENGARAH Aji Prayudi PEMIMPIN REDAKSI Ifki Sukarya WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Iwan Ridwan Faizal, Ekhsan Nulhakim REDAKTUR PELAKSANA Ardianti, Widya Gustiani KOORDINATOR LIPUTAN Aditya Julianto TIM REDAKSI Widya Gustiani, Ardianti, Aditya Julianto LAYOUTER & ILLUSTRATOR Syaiful A.FOTOGRAFER Novian Kusmana, Indra Yudistira SIRKULASI Novian Kusmana, Indra Yudistira KONTRIBUTOR Hanna Prabandari, Mira Tyas Annisa, Indriyani Rasyid, Miswar, Teuku Fachrizal, Afriyandi, Kurniawan Adi Cahyono, Ludmila Savarina.
Melalui Shared Service Organization atau SSO dan PHE
One System, PHE mempunyai modal awal menghadapi
tantangan yang dihadapi. PHE telah ditetapkan PT
Pertamina (Persero) untuk mengelola sejumlah blok
terminasi, yakni Blok Tuban, Ogan Komering, NSO dan
Southeast Sumatera (SES) yang akan dikelola dengan
menggunakan skema kontrak bagi hasil gross split. Skema
yang mengharuskan efisiensi di semua lini.
Itulah yang menjadi bahasan cover story Energia PHE
edisi Januari-Maret 2018. Kami mengulas langkah-langkah
yang dilakukan PHE, khususnya direksi baru menghadapi
sejumlah tantangan yang dihadapi, termasuk visi misi
mereka. Serta bagaimana kiat perusahaan beradaptasi
dengan gross split.
Memasuki 2018, Energia PHE ikut berbenah. Tidak hanya
jumlah halaman, rubrikasi pun ditambah untuk lebih men-
dekatkan diri dengan pekerja. Rubrik sosok, hobi, dan
komunitas menjadi upaya kami untuk memberikan informasi
yang lebih luas dan komphensif di lingkungan PHE.
Tidak hanya membahas seputar operasional dan pekerjaan
sehari-hari, juga aktivitas keseharian pekerja. Hal ini ten-
tu bertujuan menjadikan Energia PHE menjadi sarana
informasi dan komunikasi di lingkungan PHE.
Pada rubrik sosok, kami menampilkan Manajer Eksplorasi
PHE WMO Jayanti Anggraini. Geologis perempuan yang
sukses berkarir, namun tetap dekat dengan keluarga. Di
rubrik hobi, Sendy Nurulita yang memiliki hobi bermain
gitar, kami tampilkan. Pekerja PHE dari divisi treasury ini
tergabung dalam grup band Pertamina (Persero), Anomali.
Untuk rubrik komunitas, kami mengusung, PHE Runner
yang rutin berlatih di lintasan lari di Kompleks GOR Ra-
gunan setiap Selasa dan Jumat.
Selamat membaca.
ALAMAT REDAKSI PT Pertamina Hulu Energi, PHE Tower Lantai 11Jl. TB Simatupang Kav.99, Jakarta Selatan 12520Telp. (+62) 21 2954 7056 / 7337Email: [email protected]
COVER STORY HOBI
LEISURE
CSR LOCAL HERO PERISTIWA
WAWANCARA HR & GA
INOVASI
SOSOK KOMUNITAS
Pengembangan Proyek Berbasis Nilai Keekonomian
Inovasi Tahun Lalu Tak Lagi Bisa Dijual
FIrNawaTI LaBIhIAnak Hebat Berasal dari Ibu yang Baik dan Cerdas
PhE Sabet Best of The Best aPQa 2018
SENDY NUrULITa
ateng Membuat Kopi Gayo Kian Mentereng
Saat Djenggo Berbagi Inovasi hingga ke Dubai
Give Your Best while Doing Your work
Selain Profit, PhE Dituntut Menjaga arus Kas
Shared Service Organization PhE
Berlari Menjalinharmoni
6
50
5434
42
3038
46Konsekuensi Gross Split, Semua Harus Terukur
Gitaris dan Pencipta Lagu Putri Mantan Penyanyi
JAYANTI ANGGRAINI, Manajer Eksplorasi PHE WMO
Membudayakan Standardisasi, Kecepatan, dan Efisiensi
PHE Siak Tajak Sumur Kumis-2
PHE Raih Silver Winner di Ajang InMA 2018
PHE NSO Bidik Cadangan Migas Lepas Pantai Aceh
PHE WMO Tunjukkan Keunggulan Pengelolaan Lingkungan
PHE ONWJ Pasang Anjungan SPA di Lapangan SP
Alih Kelola Lancar, OSES Siap Berkontribusi Optimal
DAFTAR ISI
58 62 66
4 5
Foto
: Dok
. PH
E
Kondisi ini menjadi tantangan manajemen baru
PHE. Sekadar diketahui, pada Senin (6/2), PHE
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) yang dipimpin oleh Syamsu
Alam, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), yang
juga merupakan Komisaris Utama PHE. Selain
mempertahankan R Gunung Sardjono Hadi
sebagai Direktur Utama PHE, Pertamina juga
menunjuk empat direktur baru PHE. Selain Huddie,
Abdul Mutalib, dan Huddie Dewanto, ditunjuk pula
Ekariza, mantan General Manager PT Pertamina
EP Asset II, yang dipercaya sebagai Direktur
Operasi dan Produksi PHE.
“Kami berharap direksi baru segera bekerja sama
dengan baik dan bersinergi di level internal PHE
maupun secara korporasi,” ujar Syamsu Alam.
Syamsu berharap direksi baru PHE diharapkan
dapat terus fokus dalam mengelola perusahaan,
termasuk mengurangi risiko dan meningkatkan
pemanfaatan aset agar menciptakan value creation
yang berdampak bagi kemajuan perusahaan serta
bersinergi sebagai satu kesatuan tim Pertamina.
Manajemen baru PHE inilah yang harus
merealisasikan target pada Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP) PHE 2018. Dari sisi
operasi, produksi minyak 70,41 ribu barel per hari
(MBOPD) dan 771 juta standar kaki kubik per hari
(MMSCFD) gas menjadi target PHE. Target tersebut
lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun lalu,
yakni 69,3 MBOPD minyak dan 723,5 MMSCFD
gas.
Seiring dengan peningkatan target produksi,
kinerja keuangan 2018 diproyeksikan akan lebih
tinggi dibandingkan 2017. Pada RKAP 2018, PHE
menargetkan pendapatan US$1,97 miliar, lebih
tinggi dibandingkan 2017 sebesar US$1,77 miliar
yang kemudian direvisi menjadi US$1,89 miliar.
Lantai dua Gedung PHE Tower di Jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan pada Jumat
(23/3) pagi lain dari biasanya. Sekitar
30-an wartawan dari berbagai media
massa cetak, online, dan elektronik—mayoritas
berasal dari media arus utama (mainstream)--
berada di salah satu ruangan seluas 400 meter
persegi. Para jurnalis itu duduk di bagian Utara dan
Selatan. Sementara di bagian Barat duduk jajaran
manajemen PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak
usaha PT Pertamina (Persero).
Saat itu, manajemen PHE menggelar Press Briefing
terkait kinerja PHE sepanjang 2017 dan proyeksi
2018. Manajemen PHE diwakili oleh tiga orang
direktur, yaitu Direktur Keuangan dan Dukungan
Bisnis Huddie Dewanto, Direktur Pengembangan
Afif Saifudin, dan Direktur Eksplorasi Abdul Mutalib
Masdar. Tampak pula Vice President Relations/
Corporate Secretary PHE Aji Prayudi serta Media
and Relations Manager PHE Ifki Sukarya.
Banyak hal dipaparkan board of director
(BOD) PHE kepada para jurnalis. Intinya,
sepanjang tahun lalu, PHE mencatatkan kinerja
produksi dan finansial positif. Karena itu, tugas
berat manajemen dan karyawan PHE tahun ini
adalah mempertahankan dan meningkatkan
kinerja tersebut. Dua faktor yang akan
mendukung kinerja PHE pada 2018 adalah harga
minyak yang diproyeksikan masih cenderung
meningkat dan masuknya blok-blok habis kontrak
(terminasi).
Di sisi lain, penerapan skema kontrak bagi hasil
(production sharing contract/PSC) gross split
untuk di blok-blok terminasi yang akan dikelola
PHE menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, saat
bersamaan PHE juga menghadapi tantangan untuk
meningkatkan cadangan migas melalui kegiatan
eksplorasi.
COVER STORY
Dua faktor yang akan mendukung kinerja PHE tahun
ini adalah harga minyak yang
diproyeksikan masih cenderung
meningkat dan masuknya blok-
blok habis kontrak (terminasi).
PENGEMBANGAN PROYEK BERBASIS NILAI KEEKONOMIAN 7
Sementara itu, laba bersih dipatok US$211,62
juta, lebih besar dibandingkan target RKAP 2017
sebesar US$170 juta.
Sepanjang 2017, PHE membukukan pendapatan
US$1,99 miliar, naik 30% dibandingkan 2016
sebesar US$1,53 miliar. Adapun laba bersih naik
31% dari US$191,02 juta pada 2016 menjadi
US$250,88 juta pada tahun lalu.
Target pendapatan dan laba bersih PHE 2018
saat ini masih berdasarkan asumsi harga minyak
sebesar US$48 per barel atau sama dengan
asumsi dalam RKAP 2017. Faktanya, harga minyak
saat ini jauh di atas asumsi.
Menurut Huddie, kemungkinan besar target
pendapatan dan laba bersih PHE akan ditinjau
ulang seiring dengan revisi asumsi harga minyak.
Harga jual rata-rata (average selling price) minyak
sepanjang 2018 kemungkinan sekitar US$50-
US$55 per barel.
Sebetulnya, lanjut Huddie, peningkatan pendapatan
dan profit itu diharapkan lebih ke produksi karena
asumsi harganya sama. Secara budget to budget
sama, namun secara aktual sudah diatas.
“Kemungkinan besar ditinjau ulang. Otomatis
kalau harga naik (asumsi harga minyak), laba juga.
Volume dikali harga. Kemungkinan kalau terjadi,
laba juga direvisi,” ungkap Huddie.
Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE,
menambahkan produksi PHE masih ditunjang dari
PHE Offshore North West Java (ONWJ) yang harus
terus dijaga produksi minyaknya. Selain itu, seiring
masuknya sejumlah blok terminasi, PHE juga
akan mengandalkan Offshore Southeast Sumatera
(OSES).
COVER STORY
2017
176
335
118
166
561
69
4.780,39
2.068,35
2.712,44
240,23
1.999,08
53 Blok
1.235
1.754
Orang
Pegawai PHE
Total Kewajiban
Minyak
Minyak
Gas
Gas
Migas
Migas
Total Ekuitas
Pekerja Lain
BSCF
MBO
MBOE
MMBO
BSCF
MMBOE
Wilayah Kerja
Juta dolar AS
SaTUaN
Jumlah Pekerja
Jumlah area Operasi
Pendapatan
Laba
Total aset
Total Kapitalisasi
Total Lifting
Cadangan Terbukti
2016
43
142
18
160
568
62
4.908,39
1.940,34
2.968,05
191,02
1.533,13
53 Blok
51
501
2015
36
127
15
152
505
65
5.170,56
1.749,03
3.421,53
204,11
1.782,13
52 Blok
51
496
Ikhtisar Data Kinerja PT Pertamina hulu Energi
1
2
3
4
6
5
7
8
Sumber: PT Pertamina Hulu Energi
“OSES, kami baru mulai
September (alih kelola) 2017.
Kalau disetahunkan produksinya
sekitar 13.900 BOPD, lalu dari
PHE WMO (West Madura
Offshore) 4.800 BOPD. Kami
juga harus menjaga produksi-
produksi blok non operator. Kalau
non operator sekitar 10 ribuan
BOPD,” ujar Ekariza.
Gas paling besar di ONWJ
dan dari Joint Operating Body
Pertamina Medco EP Tomori
Sulawesi sekitar 140 juta kaki
kubik per hari (MMSCFD). Di luar
itu, pasokan gas juga datang dari
North Sumatera Offshore (NSO)-
North Sumatera B (NSB) dan
WMO di atas 100 MMSCFD.
“Empat besar itu ONWJ, NSO-
NSB, Tomori, dan WMO. OSES
yang mulai September 2018 akan
ikut berkontribusi sekitar 50-an
MMSCFD,” katanya.
Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Ignasius Jonan
telah menerbitkan Keputusan
Menteri yang menetapkan
pembagian hak partisipasi di
delapan blok terminasi, termasuk
OSES. Untuk OSES, Pertamina
melalui PHE, akan mendapatkan
hak partisipasi sebesar 70,55%,
badan usaha lainnya 19,45%,
dan badan usaha milik daerah
(BUMD) sebesar 10%.
Selain OSES, PHE juga akan
mengelola tiga blok terminasi. Foto
: Dok
. PH
E
8
COVER STORY
2D (km) 3.9503D (km2) 320
A Survei Seismik
}}
FPengelolaan Lingkungan3 PrOPEr EmasPHE West Madura Offshore (WMO)PHE Offshore North West Java (ONWJ)JOB Pertamina Talisman Jambi Merang
}}}
Pengeboran }
}
Pengeboran Eksplorasi 8 sumur (3 conventional, 5 unconventional)Pengeboran Pengembangan 11 sumur (8 operator, 3 non-operator)
B
Tambahan 2C
}}
}
Minyak 264,8 MMBOGas 1.462,7 BSCFMigas 517,2 MMBOE
C Tambahan P1
}}
}
Minyak 118,3 MMBOGas 335,3 BSCFMigas 176,2 MMBOE
D
JPengelolaan Sumber Daya ManusiaI Finansial
Harga rerata minyak US$ 50,79 per barelHarga rerata gas US$ 6,04 per MMSCFPendapatan usaha US$1.999,08 jutaLaba setelah pajak US$ 250,88 jutaLaba bersih/laba komprehensif US$250,88 jutaLaba per saham US$ 1,25EBITDA US$1.172,07 jutaBiaya Produksi: US$9,95/BOE
}
}
}
}
}}
}}
38.262 jam pelatihan karyawanJuara presenter terbaik dalam Pertamina EOR Meeting (PEM) 2017PHE meraih penghargaan 7 Platinum dan 1 Gold dalam Annual Pertamina Quality Award (AQPA) 2017 dan penghargaan The Best Quality BoardBest of The Best Upstream Inovation and Improvement Award (UIIA), Malang, 2017
}}
}
}
QhSSE
}
}G
34,5 juta jam kerja selamat. Nihil kecelakaan kerja fatalPC Djenggo dalam kategori Kaizen-Continual Improvement & Innovation Symposium Competition 2017 (CIISC), Dubai, Uni Emirat Arab
Produksi dan Lifting
} }} }} }
EProduksi harian Minyak: 69,3 MBOPDGas: 723,5 MMSCFDMigas: 194,3 MBOEPD
Lifting harian Minyak: 69,1 MBOPDGas: 561 MMSCFDMigas: 166 MBOEPD
HPenghargaan TOP Leader on CSR Communitment kepada Direktur Utama PHE pada ajang TOP CSR oleh Indonesia CSR Society, Komite Nasional Kebijakan Governance dan Business News IndonesiaJuara TOP CSR 2017 kategori Sektor Energi, diselenggarakan oleh Indonesia CSR Society, Komite Nasional Kebijakan Governance dan Business News IndonesiaThe Best Community Involvement & Development (CID) Implementation-Annual Pertamina Subsidiary Awards (APSA) 2017Dua local hero PHE Group mitra binaan PHE ONWJ dan Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi, meraih penghargaan anugerah local hero Pertamina Awards 2017
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
PEnCAPAIAn PHE 2017
Sumber: PHE Townhall Meeting 2018
}
}
}
}
NSO yang sebelumnya telah diambil alih dari Exxon
pada 2016, pengelolaannya akan dilanjutkan PHE
dengan hak partisipasi 90%. Sisanya, 10% akan
dikuasai BUMD.
Dua lainnya adalah Blok Tuban dan Ogan
Komering. Di Tuban, PHE akan menguasai 78,75%
hak partisipasi, 11,25% badan usaha lain dan
10% BUMD. Untuk Ogan Komering, PHE akan
mendapat hak partisipasi 75%, 15% badan usaha
lain dan 10% BUMD.
Hingga saat ini PHE masih mengandalkan blok-
blok eksisting, seperti Siak, Kampar, NSO-NSB,
dan Tomori.
Menurut Ekariza, prioritas di direktorat produksi dan
operasi PHE adalah mempertahankan produksi
sumur-sumur eksisting yang akan mengalami
penurunan (decline). Untuk itu, pengeboran
menjadi suatu keharusan.
Selain rencana pengeboran sumur pengembangan
di ONWJ dan NSO-NSB, pengeboran juga
dilakukan di sumur eksplorasi.
“Nanti kami lihat akan dikembangkan ke mana hasil
eksplorasi itu. Tapi ada beberapa yang potensial
seperti di Simenggaris, tapi belum komersial. Ada
juga PJBG (perjanjian jual beli gas) dengan PLN.
Ini yang kami kejar,” ungkap dia.
Tantangan PHE adalah melakukan perencanaan
dengan baik. Setelah membuat perencanaan, berikutnya
adalah mengeksekusi rencana tersebut. Untuk itu, perlu
manajemen risiko. “Ketika terjadi sesuatu harus segera
dilakukan mitigasi risiko,” ujar Ekariza.
Menurut Eka, tantangan ke depan di era terminasi
adalah penerapan skema kontrak bagi hasil (PSC)
gross split. Perusahaan harus melakukan operasi
yang efektif dan efisiensi pembiayaan, namun tidak
melupakan masalah safety.
Salah satu fasilitas produksi PhE
Foto
: Dok
. PH
E
10 11
COVER STORY
“Seperti mobil, kita ingin efisien, tapi beli ban
vulkanisir. Ini tidak safety. Kami harus tetap
menjaga kualitas,” tegas Eka.
Tantangan lainnya adalah bagaimana mengajak
tim untuk melakukan perencanaan yang baik,
mengeksekusi secara tepat, tepat waktu dan
kualitas lalu efektivitas dan efisiensi pembiayaan.
“Ujung-ujungnya produksi kita harus makin
meningkat, apalagi dengan harga minyak sekarang
yang cukup baik. Meningkatkan produksi tidak
seperti membalikkan telapak tangan, TECOP
istilah saya, technical, economical, commercial,
organizational and political.Itu harus dijalankan
oleh kawan-kawan,” katanya.
PHE tahun ini juga telah memulai beberapa
aktivitas pengembangan. Salah satunya adalah
pengembangan Lapangan SP di Blok ONWJ.
“Kami harapkan dari proyek ini bisa mendapatkan
gas sekitar 30 MMCFD, sekitar September 2018
onstream,” kata Afif.
Selain itu, ada juga proyek pengembangan di
lapangan Bravo dan Lima di ONWJ. Dari dua
lapangan itu, PHE berharap bisa mendapat
tambahan produksi minyak 2.700 BOPD per tahun.
Tahun ini, karena tidak penuh setahun, produksi
yang diharapkan sebesar 1.200 BOPD.
“Proyek pengembangan lain yang dieksekusi tahun
ini ada 21 sumur pengembangan dan 34 sumur
work over. Ini tidak hanya kami sebagai operator,
namun juga ada sembilan WK penyertaan yang
PHE ikut serta disitu,” ungkap Afif.
EKSPLOraSI MaSSIFTahun lalu, PHE menemukan cadangan 2C
sebesar 517,21 MMBOE yang salah satunya
berasal dari aktivitas pengeboran Sumur Parang-1,
Blok Nunukan yang menyumbang temuan
cadangan sebesar 143 MMBOE. PHE juga
berhasil mendapat tambahan cadangan P1
sebesar 176,17 MMBOE dari aktivitas di PHE
ONWJ, PHE Siak dan PHE WMO.
Eksplorasi massif menjadi pilihan untuk mem-
backup penurunan produksi alamiah (natural
decline) yang tajam dan harus diantispasi.
Jika eksplorasi tidak dilakukan secara
berkesinambungan, akan bahaya. Untuk
sustain saja susah, apalagi growth.
Inilah gambaran yang diungkapkan Abdul
Mutalib Masdar, Direktur Eksplorasi PHE,
untuk menunjukkan kondisi cadangan
migas yang dikelola PHE dan rencananya
membawahi direktorat eksplorasi yang baru
diemban sejak Februari 2018. Mutalib sebelumnya
merupakan General Manager PHE Randugunting
sejak 2013.
Guna mendukung rencana eksplorasi 2018, PHE
mengalokasikan dana US$170 juta untuk mengebor
di 12 sumur eksplorasi. PHE fokus mengebor di
empat wilayah. NSO/NSB, KK ESK ONWJ, Siak,
dan WMO. Tiga sumur dibor di NSO/NSB dan Siak
merupakan alihan (carry over) dari tahun sebelumnya.
Target pengeboran untuk NSO. NSO saat diambil
alih Pertamina dari Exxon mobil tidak ada kegiatan
eksplorasi untuk mengganti produksi. Untuk itu,
NSO menjadi target prioritas dengan rencana
mengebor tiga sumur agar bisa sustain.
Selain empat area itu, PHE juga memberikan
perhatian khusus pada Nunukan, Parang yang
masuk dalam lima besar potensi gas terbesar di
dunia dengan 221 MMBOE.
“Itu harus segera dikembangkan supaya bisa
memenuhi pasokan energi di Kalimantan Utara,”
kata Abdul.
Kegiatan pengeboran eksplorasi di PhE Nunukan sumur Parang-1
Pada 2017, PHE mencatat penemuan cadangan
2C sebesar 517,21 MMBOE. Salah satunya berasal
dari aktivitas pengeboran Sumur Parang-1, Blok
Nunukan yang menyumbang temuan cadangan 143
MMBOE. PHE juga berhasil mendapat cadangan
P1 sebesar 176,17 MMBOE dari aktivitas di PHE
ONWJ, Siak dan WMO.
Untuk penambahan cadangan, PHE pada 2018
telah melakukan pengeboran N-7 di PHE WMO,
SES-1 di JOB Pertamina Medco Simenggaris,
Karunia-1 di PHE ABAR, dan Kumis-2 di PHE Siak.
WMO pada sekitar empat tahun ke depan
diproyeksikan mengalami penurunan produksi
sehingga harus segera dilakukan usaha intensif
eksplorasi guna menggantikan migas yang
diproduksi. Sedangkan Siak Kampar, sejak
diserahkan ke Pertamina, belum pernah dilakukan
pengeboran eksplorasi sehingga turun terus secara
alami.
Mutalib mengatakan laju penurunan produksi di
masing-masing lapangan bervariasi–sekitar 20%-
30%–dan cenderung tajam penurunannya pada
empat hingga sembilan tahun ke depan.
Mengantisipasi hal tersebut, PHE mendorong
pengeboran eksplorasi yang selektif. Untuk
mendukung pengeboran survei-survei seismik, lalu
studi komprehensif potensi subsurface PHE itu
sangat besar sehingga perlu studi yang komprehensif.
“Jadi eksplorasi massif dan intensif, target jelas
tidak hanya pengeboran tapi juga hasilnya punya
value harus segera dimonetisasi tapi juga berpikir
2C itu segera dikembangkan. Jadi harus semua
dilakukan,” ungkap dia.
Rencana PHE untuk eksplorasi secara massif tentu
juga harus selektif karena skema kontrak bagi hasil
(production sharing contract/PSC) gross split akan
membebankan risiko sepenuhnya ke kontraktor.
PHE pun melakukan selektif prioritas. Semua terukur
harus mempunyai return dan tidak bisa asal pilih jadi
proyek. Yang dilakukan sudah melewati kajian detail,
termasuk subsurface baru, dan prospek siap bor.
“Jadi massif bukan berarti jor-joran, tapi terukur dan
itu ada basisnya, based on economic value. Tidak
asal ngebor karena menyangkut company’s return,”
katanya. Foto
: Dok
. PH
E
12 13
COVER STORY
Pengeboran selektif mau tidak mau harus
dilakukan seiring dengan perubahan
skema kontrak bagi hasil (production
sharing contract/PSC) dari cost recovery
menjadi gross split. Setelah menjadi yang pertama
menjalankan skema gross split melalui PHE
Offshore North West Java (ONWJ), tahun ini empat
wilayah kerja (WK) habis kontrak (terminasi) yang
ditugaskan ke PHE juga akan menggunakan skema
gross split. Keempat blok tersebut adalah Tuban,
Ogan Komering, North Sumatera Offshore (NSO),
dan Southeast Sumatera (SES).
Abdul Mutalib Masdar, Direktur Eksplorasi PHE,
mengatakan gross split masih baru di ONWJ
sehingga tidak bisa disimpulkan instrumen tersebut
efektif atau tidak. Logika berpikir risiko kembali
kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS)
sebagai pelaksana menyebabkan proyek harus
bisa memberikan return cepat. Karena itu strategi
portofolio harus diubah. “Jika dengan cost recovery
belanja apapun bisa diganti, berbeda dengan gross
split. Konsekuensinya, proyek-proyek eksplorasi
harus dilakukan secara terpilih setelah melewati
kajian dalam,” katanya.
Berkaca pada ONWJ, PHE tetap melakukan evaluasi
yang tentu tidak memerlukan biaya besar. Tidak
hanya pengeboran, juga strategi PHE mematangkan
prospek itu yang tidak perlu biaya besar.
“Selektif tetap akan dilakukan, sama seperti
sekarang di PHE ONWJ. Gross split membuat kami
lebih selektif. Karena menyangkut return, risiko
dipegang PHE ONWJ,” katanya.
Menurut Mutalib, semua minyak yang diproduksikan
harus digantikan. Dan itu hanya bisa dilakukan
dengan kegiatan eksplorasi. Namun, aktivitas itu
tidak dilakukan secara jor-joran. Untuk itu, PHE
jangan hanya berdiam diri, harus ada inovasi dan
segala macam.
Mutalib mengakui, penerapan skema bagi hasil
melalui gross split, memaksa KKKS untuk efisien
pada semua proses bisnis. Pasalnya, semua risiko
yang menanggung kontraktor atau operator. Tidak
bisa leha-leha, namun harus disiplin anggaran dan
waktu. “Harus on time on return. Itu harus real, kami
coba terapkan pada metodenya,” kata dia.
KONSEKuENSI GROSS SPLIT, SEMUA HARUS TERUKUR
Foto
: Dok
. PH
E
15
COVER STORY
Penerapan gross split di ONWJ yang telah berjalan
satu tahun sebenarnya sudah bisa memberikan
gambaran efektivitas penerapan skema gross
split. Sejatinya, ada atau tidak ada gross split
operasi migas harus dijalankan dengan efektif dan
efisien. Hanya saja yang berbeda dari kedua skema
kontrak tersebut terletak pada mekanisme risiko.
“Jika cost recovery risiko dibagi antara operator
dan pemerintah, sekarang dengan gross split risiko
seluruhnya ditanggung operator,” kata Mutalib.
Prinsip satu barel minyak harus bisa digantikan
dengan penemuan satu barel cadangan merupakan
target minimal. PHE saat ini justru menetapkan
target tiga kali lipat. “Saya targetkan tiga kali
lipat supaya aman, supaya bisa growth. Kalau
satu banding satu cuma survive, makanya harus
progresif,” katanya.
Untuk itu eksplorasi intensif harus massif dan
terukur. Bila tidak ada usaha apa pun, produksi
akan turun terus. “Nah, bagaimana untuk
menaikkan yang tadi deltanya turun, usaha yang
bisa dilakukan adalah dengan eksplorasi,” ujar dia.
Bila hanya mengharapkan gain atau perbaikan
fasilitas produksi Pertamina yang rata-rata sudah
tua, 30 tahun, kualitas produksi akan turun. Jika
mengharapkan gain, tentu
tidak akan bertahan lama.
Paling tidak hanya 5% dari
perbaikan fasilitas, kalau
sustain temuan cadangan
dalam bentuk 2C harus
digiatkan. “Syukur-syukur
bisa growth lagi, jadi tidak
hanya flat seperti sekarang,”
ujarnya.
Tim PHE kini bergerak
mengidentifikasi dan sudah
mempunyai kandidat big fish. Ada beberapa yang
dianggap masih ada di Jawa dan Sumatera itu
sudah dikelompokkan. Ada di Jawa Timur dan
Kalimantan yang coba didorong karena pilihannya
cuma itu.
Penemuan big fish diharapkan bisa menghasilkan
cadangan, tidak cuma secara size tapi juga value.
Artinya nilai komersial tinggi, misalnya monetisasi
gampang lalu bisa dieksploitasi dengan cepat dan
bisa diuangkan.
“Kalau temuan besar tapi tidak bisa dieksploitasi
karena fasilitas produk yang jauh, misalnya kami
kembangkan lagi, itu membutuhkan investasi lagi.
Jadi big fish tidak hanya volume tapi juga value, ke
depan bisa dimonetisasi,” ungkap dia.
Definisi big fish secara normatif relatif, tapi
Pertamina mengambil 30 MMBOE. Selama
ini kesepakatan tidak langsung, kalau big fish
range-nya 30 MMBOE-50 MMBOE. Pasalnya,
untuk mencari diatas 30 MMBOE susah dan
hanya bisa dilakukan jika perusahaan memiliki
tim yang mempunya kompetensi, kecepatan, dan
kemampuan tinggi untuk mengelola subsurface.
“Ada juga tim lain percepatan proyek dan bisnis,
semua kontrol dipercepat. Supaya nanti pemilihan
prioritas proyek jelas, semua
tidak menjadi asal-asalan.
Konsekuensi gross split ya
begitu, semua harus terukur,”
ungkap Mutalib.
Huddie Dewanto, Direktur
Keuangan dan Dukungan
Bisnis PHE, mengatakan
tujuan akhir dari penerapan
skema gross split adalah
efisiensi. Ini sejatinya bukan
hal baru dan statis. PHE
menurut Huddie selalu diskusi dengan pemerintah,
berbagai negosiasi harus terus dilakukan.
“Namanya split itu negosiasi. Gross split tidak
ada masalah, namun yang masalah ada term and
condition-nya,” ungkap Huddie.
Menurut dia, risiko tentu ada kalkulasinya. Ini yang
berpengaruh terhadap split. Ada risiko yang bisa
diperhitungkan, namun ada juga risiko yang tidak
bisa diprediksi. “Itulah negosiasi yang kami lakukan
dengan pemerintah sehingga bisa menggambarkan
dalam gross split,” katanya.
Seiring masuknya blok-blok terminasi dengan
menggunakan skema gross split menuntut
PHE beroperasi lebih efisien. Dengan demikian
profesionalisme juga harus meningkat. “Kegiatan-
kegiatan nonproduktif bisa dikurangi, biaya
overhead juga bisa dikurangi,” katanya.
Menurut Afif Saifudin, Direktur Pengembangan PHE,
gross split maupun cost recovery pada dasarnya
sama. Bedanya pada perolehan split yang diperoleh
dan juga efisiensi yang jadi tantangan.
“Kalau bicara gross split, pemerintah kan tidak mau
tahu kamu menjalankannya pakai mobil kijang atau
mercy. Beda dengan cost recovery. Istilah gross
split, nyeplitnya itu di gross. Artinya biaya itu akan
menjadi risiko kita sendiri, inilah yang harus lebih
efisien,” ungkap dia.
Afif menambahkan competitiveness itu cost
leadership. Kalau tidak kompetitif, pilihannya mau
sustain atau tidak. Eksplorasi harus berpikir uang
hilang, jangan berpikir uang akan kembali. Artinya,
harus berpikir pada saat melakukan eksplorasi
akan ada uang yang hilang, yang dijaga dalam
development adalah OTOBOSOR (on Time, on
Budget, on Scope, on Return).
“Pada awal proyek diajukan, kita harus yakin
bahwa layak untuk pengembangan. Tantangan di
pengembangan itu how to implemented technology
yang low cost,” kata Afif.
Salah satu strategi yang diterapkan PHE yang
memiliki 53 wilayah kerja, dibuat clustering mana
yang bisa dimonetisasi. Strategi inilah ke depan
yang harus dievaluasi mendalam. “Teman-teman
masih memetakan potensi-potensi itu. Ujungnya
kan end buyer yang penting,” tandas Afif. Foto
: Dok
. PH
E
“Big fish
tidak hanya
volume
tapi juga
value.”
16 17
COVER STORY
diserahkan ke PT Pertamina (Persero). Pertamina
kemudian memutuskan empat blok di antaranya
dikelola PHE, yakni OSES, Ogan Komering, Tuban
dan North Sumatera Offshore (NSO).
Alfi Rusin, Ketua Tim Alih Kelola Offshore
Southeast Sumatera (OSES), mengatakan berbeda
dengan blok terminasi lainnya, OSES sebelumnya
dikelola perusahaan lain di luar Pertamina. Dengan
begitu, OSES perlu ditangani sedemikian rupa,
apalagi produksinya besar.
“Pak Menteri (Menteri ESDM Ignasius Jonan-
Red) mewanti-wanti masih banyak wilayah kerja
lain. Kemarin dari SKK Migas juga bilang, kalau
produksi turun, kami enggak kasih lagi WK lain,”
kata Alfi.
SES Ltd menguasai 65,54% hak partisipasi
sekaligus menjadi operator. Sisanya, dikuasai
PT Saka Energi Sumatera 8,9% dan KUFPEC
Indonesia (SES) BV sebesar 5%.
Pasca kontrak yang berakhir pada September
2018, Pertamina melalui PHE telah ditugaskan
untuk mengelola blok OSES. Pada Kepmen yang
diterbitkan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), PHE yang menjadi operator juga
akan menguasai 70,55% hak partisipasi. Sisanya,
dikuasai badan usaha eksisting yang berminat
19,45% dan BUMD sebesar 10%.
Menurut Alfi, masalah blok terminasi tidak sekadar
tentang mengalihkan pengelolaan ke Pertamina.
Pembicaraan intensif dengan CNOOC sebagai Foto
: Dok
. PH
E; T
atan
Agu
s Ru
stan
di
ALIH KELOLA LANCAR, OSES SIAP BERKONTRIBUSI OPTIMAL
aLFI rUSIN, Ketua Tim Alih Kelola Offshore Southeast Sumatera (OSES)
19
Blok Offshore Southeast Sumatera
(OSES) akan mulai berkontribusi
maksimal bagi PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) pada tahun ini. Pengelolaan
blok yang saat ini dikelola CNOOC SES Ltd bakal
beralih ke PHE mulai Oktober 2018.
OSES merupakan satu dari delapan blok habis
kontrak (terminasi) tahun ini yang pengelolaan
Berdasarkan laporan keuangan PHE 2017,
kontribusi OSES terhadap produksi migas PHE
sebesar 11.476 barrel oil equivalent per day
(BOEPD). Produksi tersebut mencakup minyak
6.491 barel per hari (BOPD) dan gas sebanyak 29
juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Kontribusi produksi migas PHE di OSES berasal
dari penguasaan 20,55% hak partisipasi. CNOOC
COVER STORY
operator saat ini telah dilakukan terhadap hampir
semua isu untuk memastikan proses alih kelola
bisa berjalan lancar. Selanjutnya, Pertamina fokus
untuk menjalankan strategi agar produksi tidak
turun.
“Jadi pas 6 September 2018 itu seperti tidak ada
kejadian apa-apa. Jadi semua berjalan seolah-
olah tidak terjadi apa-apa. Itu key success proses
ini. Produksi tidak turun, aktivitas berjalan seperti
biasa, itu target team yang dibentuk,” kata Alfi.
PHE telah membentuk sejumlah tim, seperti untuk
membahas aset OSES. Semua tim melakukan
diskusi intensif terhadap isu-isu kritikal agar saat
alih kelola semua kebutuhan, terutama operasional
dan jasa-jasa kontrak dari CNOOC ke PHE, sudah
ada semua. Untuk kelancaran proses ini, Satuan
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas (SKK Migas) pun dilibatkan . “Kami
juga dibantu BOD (board of director) PHE, jadi so
far tidak ada kendala. Saya optimistis ini berjalan
lancar,” kata Alfi.
Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE,
mengatakan PHE telah bekerja sama dengan
operator eksisting agar alih kelola blok-blok
terminasi bisa berjalan mulus.
“Seperti di OSES kami selalu melakukan meeting.
Kami sudah menyiapkan diri ambil alih. Jadi ketika
diambil alih, kami sudah siap. Kami juga selalu
komunikasi dengan SKK Migas,” kata dia.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan PHE
OSES bersama PT GHJ SES Indonesia akan
mengelola Blok OSES. Jumlah komitmen investasi
sebesar US$130 juta untuk membiayai kegiatan
studi GGRP/flow unit, enhanced oil recovery
(EOR), water injection coversion, work over, seismic
3D/4D, infill drilling, field reactivation dan EOR pilot.
MENJaGa KEPErCaYaaNDari sisi operasional, PHE telah memiliki detail
sumur yang akan akan dieksekusi. Bahkan,
perencanaan sumur sudah sampai 2019. “Jadi
two step ahead, kami masuk ke RKAP 2019 yang
dikoordinasikan dengan PPRM dan Pertamina.
Pokoknya jangan sampai produksi turun, karena
akan bikin semua kecewa. Masalah kepercayaan
harus dijaga, agar negara percaya Pertamina layak
terima semua WK,” kata Alfi.
Jika dari sisi manajemen operasional, Alfi optimistis
tidak ada masalah signifikan, berbeda dari sisi
teknis operasi, terutama dari faktor usia lapangan
yang sudah tua. Isu-isu teknis sudah diidentifikasi,
seperti di subsurface yang menyangkut fasilitas.
“Kuncinya itu subsurface, perencanaan sumur,
eksekutor, lalu fasilitas jangan sampai shutdown,”
katanya.
Menurut Alfi, yang disebut sebagai target
mempertahankan produksi bukan berarti produksi
pasca diambil alih Pertamina sama dengan
produksi sebelum diambil alih. Produksi menurun
sesuai dengan decline rate, bisa disebut sebagai
berhasil mempertahankan produksi. Jika produksi
mampu dipertahankan pada tahun-tahun ke depan,
maka itu artinya produksi meningkat.
“Jadi, kalau produksi tetap, itu sebuah prestasi.
Sekarang produksi antara 30-31 ribu bph, itu yang
harus kami jaga,” ungkap Alfi.
Dia menambahkan kendala yang akan dihadapi PHE
pasca alih kelola adalah sumur-sumur yang ada saat
ini oleh operator saat ini hanya mereparasi. Untuk
itu, saat diambil alih ada lapisan-lapisan sumur yang
harus dibuka untuk meningkatkan produksi.
Langkah ini perlu proses administrasi, mulai
dari PHE, Pertamina hingga ke SKK Migas.
Masalahnya, CNOOC sebelumnya tidak pernah
melakukan hal tersebut. “Kami anggap potensi,
tapi secara administrasi ada syarat yang harus
dipenuhi. SKK Migas dan Pertamina sudah ready,
tinggal tim kami menentukan nanti yang mana yang
didahulukan,” kata dia.
CNOOC selama ini menjaga produksi sumur-sumur
repair dengan mengoperasikan sekitar 400 pompa
(electric submersible pumps). Inilah salah satu
keunggulan CNOOC dalam mengelola operasi dari
keseluruhan pompa tersebut.
“Untuk urusan pompa ini, expert ya di Indonesia,
CNOOC. Makanya saya tawari ke PHE, pembinaan
SDM. Expert disitu very welcome saya tawari.
Bukan pompanya, tapi bagaimana me-manage 400
sumur semuanya pompa yang jenisnya macam-
macam sesuai karakteristik sumur,” ungkap Alfi.
Dengan sistem yang dijalankan CNOOC di OSES,
ongkos produksi sumur relatif kecil. Namun, yang
mahal justru pada fasilitasnya. Inilah yang kemudian
oleh tim alih kelola PHE dibuat program efisiensi.
“Nah ini yang kami mau runut, mana yang bisa
diefisiensikan. Kami sudah presentasikan ke direksi
untuk lakukan studi. Proyeksi kami dalam delapan
tahun bisa efisien US$200 juta,” kata Alfi.
Untuk masalah sumber daya manusia (SDM),
skema yang dilakukan merujuk pada alih kelola
Blok Mahakam, antara PT Total EP Indonesie ke
Pertamina. Pekerja yang mengelola OSES akan
beralih status dari CNOOC ke PHE. Namun tentu
hal itu akan disesuaikan dengan kebutuhan dan
skema gross split yang menuntut efisiensi.
“Ya pokoknya seperti Mahakam, yang penting
produksi bisa terjaga,” kata Alfi.
Dengan skema gross split juga menuntut
Pertamina, khususnya PHE melakukan efisiensi
dalam mengelola Blok OSES. PHE sendiri
telah menyiapkan tiga tahap dalam mengelola
OSES. Pertama, tahap alih kelola. Kedua,
fokus bagaimana setelah dikelola Pertamina
memberikan value bagi perusahaan. Serta menjaga
kepercayaan pemerintah bahwa Pertamina bisa
mengelola blok terminasi dan mempertahankan
produksinya.
“Tahap ketiga, revenue efisiensi, mencari apa yang
bisa dibuat lagi untuk efisiensi,” kata Alfi.
Kegiatan monitoring instrumen di platform PHE untuk menjaga kinerja aman dan selamat.
Foto
: Dok
. PH
E
20 21
COVER STORY
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
22 23
Satu saya ingin bicara PHE
overall bicara eksplorasi.
Kami ingin kinerja eksplorasi
excellence. Saya mau 300% rule
of time. Kami ganti satu barel
harusnya 300 sampai 500% atau
3x hingga 5x lipat. Harusnya
begitu kalau bicara target teknis.
Yang paling penting masalah
culture kami harus bergerak
cepat. Value para pekerja juga
kami perbaiki ke depan karena
kalau kondisi sekarang saja
akan shortage untuk menangani
masalah-masalah sekarang.
Teknikal subsurface gap
cukup besar. Ini jadi prioritas
perusahaan.
Masalah people kami punya
aset besar, tapi yang mengelola
evaluasi terbatas. Nah, itu repot
juga. Jadi, harus betul-betul
clear itu. Kemudian proses bisnis
karena kan tidak hanya bicara
dengan PHE, tapi juga dengan
partner.
Untuk eksplorasi, harus
mengubah mindset bahwa
eksplorasi tidak long term gain.
Itu harus diubah. Itu misi saya
bahwa kami harus menjadi
value generator. Jadi, kami
tidak bicara lagi berapa tahun
lagi (cadangan), justru harus
berpikir bagaimana temuan ini
harus segera mengubah menjadi
sesuatu. Kalau selama ini ketemu
cadangan sekarang dan baru
empat tahun lagi dimanfaatkan
itu jadi kemana-mana.
Jadi mindset dari longterm
strategy, kalau menurut saya
harus segera kita putar jadi
value generator. Kita bicaranya
itu limit term, jangan terlalu
panjang. Jadi setelah temuan,
2-3 tahun itu bisa langsung di-
develop. Selama ini di atas 5-10
tahun harusnya dikoreksi. Itu
butuh energi tidak sedikit, butuh
komitmen semua stakeholder.
Orang-orang eksplorasi harus
jadi key driver. Kalau key driver
lamban kan jadi begerak lambat.
Saya sudah bilang value akan
kelihatan kalau jadi key driver.
Harus berlari kencang, jangan
lari di tempat.
aBDUL MUTaLIB MaSDar,
Direktur Eksplorasi
“Temuan Cadangan
Harus Segera
Di-develop”
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Pangkal Pinang, 24 Mei 1966
Pendidikan: Jurusan Geofisika, Institut
Teknologi Bandung
Karir: • Area Manager, Asia
Overseas Asset,
International Venture of
PHE (2009-2011)
• Senior Asset Manager,
Asia-Australia Overseas
Asset (2010-2013)
• General Manager
Randugunting (2013-2017)
• Direktur Eksplorasi
(Februari 2018-Sekarang)
COVER STORY
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
24 25
Visi perusahaan sebagai
world class company harus
ada milestone-nya. Pada 2025,
kita menjadi 9 top dari Asian
untuk produksi. Di dalam misi
perusahaan disebutkan untuk
menjalankan bisnis oil and gas
tentunya sebagai operator ada
portfolio profesional, sehingga
bisa memberikan nilai tambah
kepada stakeholder.
Kami tidak bicara satu aset, jadi
how to maximize asset value.
Sustainability perusahaan
itu adalah dari bagaimana
mengelola value asset. Kalau
masih ada aset dan semakin
tinggi, itu bisa segar. Tapi
kalau asetnya zero sampai ada
impairment itu karena asetnya
turun.
Kalau ada temuan, meski sedikit
maka tugas dan misi Direktorat
Pengembangan adalah
bagaimana temuan tersebut
termonetisasi, dan mencari
teknologi yang low cost. Cost
leadership bisa membantu.
Pada saat harga minyak turun
kalau tidak leader di cost, bisa
hancur.
Competitiveness kami di cost
leadership. Kalau tidak kompetitif
tinggal Anda mau sustain atau
enggak. Eksplorasi itu kami
harus berpikir uang hilang,
jangan berpikir uang akan
kembali. Artinya harus berpikir
pada saat melakukan eksplorasi
ada uang yang hilang.
Yang kami jaga dalam
development adalah OTOBOSOR
(on Time, on Budget, on Scope,
on Return). Pada awal proyek di
purpose, kami harus yakin bahwa
layak untuk pengembangan.
Tantangan di pengembangan
itu how to implemented
technology yang low cost. Salah
satu strategi yang diterapkan
itu, karena ada 53 WK, kami
clustering mana yang bisa
dimonetisasi. Ini strategi ke
depan, seperti itu. Perlu evaluasi
mendalam.
Teman-teman masih me-mapping
potensi-potensi itu. Karena ujung-
ujungnya end buyer yang penting.
Kalau nanggung industri susah,
karena dia kan investasi untuk
jangka panjang.
Membuat LNG itu kan untuk
transportasi, membuat gas
dari LNG kan perlu uang, lalu
regasifikasi. Berbeda dengan
gas pipa atau CNG, ada
keterbatasan, jarak dan volume.
Ini yang meng-compare, mana
yang lebih efisien. LNG itu
kan fleksibilitasnya bisa dijual
keluar.
aFIF SaIFUDIN, Direktur Pengembangan
“Memaksimalkan Asset Value”
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Sidoarjo, 27 Oktober 1964
Pendidikan: Jurusan Teknik Kimia,
Institut Teknologi Surabaya
Karir: • General Manager JOB
Pertamina-PetroChina
Salawati (2009-2013)
• VP Operation &
Production PHE (2013-
2017)
• VP Production Asset
Management (2017-
2018)
• Direktur Pengembangan
(Februari
2018-sekarang)
COVER STORY
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
26 27
Misi saya fokus pada
empat hal. Pertama,
utamakan keselamatan kerja
dan perlindungan lingkungan.
Kedua, meningkatkan produksi
migas dengan cara melakukan
pengeboran, work over, well
service. Selanjutnya, menjaga
kehandalan fasilitas produksi untuk
bisa mengelola, mengolah migas
dan diproses. Hasil proses itu yang
kemudian dikirim ke konsumen.
Itulah yang menjadi uang.
Ketiga, selesaikan masalah
sosial dan gangguan keamanan.
Masalah sosial dan gangguan
keamanan bisa mempengaruhi
produksi migas, salah satu
contoh kalau ada gangguan rig
kita tidak bisa moving, khususnya
di darat, on shore. Lalu
gangguan keamanan lainnya,
seperti masalah illegal tapping
atau digesek dan dirusak. Dan
keempat, efektivitas dan efisiensi
dibidang pembiayaan.
Keempat hal itu ujung-ujungnya
bagaimana kami mendapatkan
laba. Bisa dikatakan pada
2017 laba PHE meningkat dari
US$191 juta menjadi US$251
juta, ini kelihatan dari sisi
produksi meningkat dan dari sisi
efektif pembiayaan juga bagus.
Nah pada 2018 kami ingin
mencoba ini lagi. Paling penting
dari keempat fokus tadi, tidak
ada artinya produksi migas
besar tapi banyak terjadi
insiden-insiden. Itu yang
paling utama. Saya juga minta
kepada para mitra tiga hal, satu
utamakan keselamatan kerja,
kedua kualitas kerja, ketiga tepat
waktu.
Dari ketiga hal itu, mari kita
bekerja dengan konsep seperti
yang diminta Dirut Pertamina,
jujur, tulus dan amanah. Tapi
saya minta satu hal lagi supaya
jangan lupa ibadah, berdoa dan
bersyukur apa yang sudah kita
dapatkan. Itu yang saya ingin
ajak sebagai direktur operasi dan
produksi.
Saya minta kepada para
GM untuk konsen juga pada
masalah keamanan karena
bisa mengganggu kegiatan
operasional. Kalau di
offshore tidak terlalu kelihatan
sekali, karena di offshore itu
paling banyak gangguan
cuaca.
Misi saya tetap bagaimana PHE
menjadi world class company
dan mencapai target dari
sisi operasi. Misi sesuai dari
arahan PT Pertamina (Persero).
Saya ajak teman-teman untuk
komunikasi dengan baik,
bersama kita bisa.
EKarIza, Direktur Operasi dan Produksi
“Fokus pada
Empat Hal”
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 23 September 1964
Pendidikan: Jurusan Teknik
Pertambangan, universitas
Sriwijaya
Karir: • Manager Business
Support di Prabumulih
(2009-2011)
• Manager Perencanaan
dan Anggaran (2011-
2013)
• Planning, Portfolio and
Budgeting Manager
(2013)
• Pendopo Field Manager
(2013-2015)
• Asset 2 General
Manager Pertamina EP
(2015-2017)
• Direktur Operasi dan
Produksi (Februari 2018
– Sekarang)
COVER STORY
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
28 29
Saya ingin melihat PHE
secara finansial lebih
independen. Artinya, dia bisa
berkembang dengan kemampuan
sendiri. Ke depan, kami bisa full
cycle. Kontribusi PHE ke persero
bisa lebih meningkat. Efisiensi,
capex lebih hati-hati.
PHE adalah perusahaan
portfolio sehingga harus melihat
keseimbangan antara aset-aset
dari segi cadangan, sehingga bisa
menghasilkan cash flow untuk
growth. Kami bisa dikembangkan
sendiri. Tentu dari persero juga
fokusnya bisa lebih luas. Di sana
juga kan kebutuhan untuk kilang
lebih besar, sehingga hulunya
bisa lebih mandiri. Dengan
kontribusi yang lebih besar tentu
menjadi harapan kami semua.
Walaupun kita belum full cycle,
tapi harus kita bisa seolah-
olah menjadi perusahaan full
cycle. Apakah bisa mandiri?
Tentu bisa. Contoh di PIEP,
sudah di-mapping jadi anak
perusahaan yang akan
mandiri, baik secara capex
maupun investasi. Jadi kita bisa
membiayai unuk jangka panjang
sendiri, tidak lagi ke persero. Itu
sudah dimungkinkan. Tentu itu
arahnya kesana. Apalagi hulu
kan yang berkontribusi, bukan
menggantungkan pada persero.
PHE kan perusahaan portfolio.
Jadi, kami harus lebih berhati-
hati dalam menanamkan
investasi. Karena kegagalan
investasi akan berpengaruh pada
growth perusahaan. Analisis
bisnis lebih komprehensif tidak
hanya sekadar tambahan
cadangan dan produksi. Tapi juga
bagaimana terkait finansialnya.
Tentu tidak bisa dalam satu
dua hari, harus ada persiapan
yang harus dilakukan. Ini
bukan kesalahan PHE, tapi
karena policy-nya begitu. Kalau
mau merubah tentu kondisi
dan struktur yang ada harus
dipersiapkan lebih dulu.
Pembiayaan bisa minjam,
sehingga performace tidak
tergantung. Kami ingin
menyumbang ke persero,
sehingga bisa tetap growth.
Kontribusi PHE ke persero tentu
tidak bisa dibanding dengan
anak perusahaan lain. Kontribusi
besar tentu masih dari EP. PHE
kan sama dengan pemain lain,
ya tergantung kondisi. Portfolio
kami banyak, tentu ini tantangan
besar. Portofolio yang besar
membutuhkan analisa dari masing-
masing aset. Jadi bagaimana
memprioritaskan dari masing-
masing aset. Cadangan, produksi,
dan financial. Jadi challenging. Tapi
risiko juga lebih tersebar.
hUDDIE DEwaNTO, Direktur Keuangan dan
Dukungan Bisnis
“Targetkan Finansial
yang Lebih Independen”
BIODATATempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Desember 1963
Pendidikan: • Jurusan Ekonomi
Akuntansi, universitas
Gadjah Mada
• Jurusan Ekonomi
Akuntansi, Cast
Western Resert
university
Karir: • Manajer Pendanaan
Pertamina (2007)
• Manager Corporate
Financing Pertamina
(2011)
• Vice President
Financing
(2011-2013)
• Director Finance and
Commercial PIEP
(2016-2017)
• Direktur Keuangan
dan Dukungan
Bisnis PHE (Februari
2018-sekarang)
habis kontrak (terminasi) dengan
menggunakan skema bagi hasil
(production sharing contract/
PSC) gross split. Skema yang
sama telah diterapkan di Blok
Offshore North West Java
(ONWJ) yang juga dikelola
perseroan.
Untuk mengetahui program kerja
dan strategi manajemen baru
PHE pada 2018 dan tahun-
tahun mendatang, Energia PHE Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
WAWAnCARA
tambahan blok terminasi dengan
skema gross split. Tentunya kami
bicara itu, pengadaan barang
dan jasa. Konteks gross split itu
efisiensi.
apakah gross split akan jadi
fokus utama PhE ke depan?
Kami mempunyai portofolio
dan telah disampaikan ke
Pertamina bagaimana posisinya.
Kami sekarang mengelola 57
anak perusahaan (AP), 53
komitmen, kita lakukan. Seperti
bicara PHE One System
dan SSO, artinya siapapun
yang duduk di situ sebagai
BOD tidak perlu melakukan
perubahan signifikan. Bicara
strategi operasional, terjadi
dinamisasi. Pada 2016 ada 10
langkah, 2017 tambah menjadi
12, dan 2018 apakah ada yang
perlu diangkat sehingga kami
mencari tantangan dan problem
lain. Misalnya WK, kami dapat
mewawancarai Gunung di ruang
kerjanya di lantai 25 PHE Tower,
Senin (2/4). Berikut petikannya:
rUPS telah menetapkan empat
direksi baru PhE. apakah
masuknya direksi baru akan
membawa perubahan strategi
PhE ke depan?
Tidak ada perubahan strategi.
Saya masuk PHE 2015 dan
membangun sistem. Kalau
sistem sudah sepakat dan
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) memasuki 2018
dengan jajaran direksi
baru, kecuali direktur utama yang
tetap dijabat R Gunung Sardjono
Hadi. Empat direksi baru
dikukuhkan pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
pada Februari 2018, yaitu
Ekariza, Direktur Operasi dan
Produksi; Afif Saifudin, Direktur
Pengembangan; Abdul Mutalib
Masdar, Direktur Eksplorasi;
dan Huddie Dewanto, Direktur
Keuangan dan Dukungan Bisnis
mendampingi Gunung.
Sejumlah tantangan telah
menanti manajemen baru PHE,
baik dari sisi operasi maupun
keuangan. Apalagi PHE juga
akan mengelola empat blok
r GUNUNG SarDJONO haDI, Direktur utama PHE
30 31
Selain PRofit, PHE DITUNTUT MENjAGA ARUS KAS
blok di antaranya kami kelola.
Tentu kedepan kami tidak akan
sebesar itu, saya mencoba
mengevaluasi, kira-kira mana
yang bisa didrop sehingga
secara bertahap mungkin dari
57 menjadi 30-an AP saja. Dari
30 AP nanti kami lihat lagi,
mana blok yang mempunyai
low impact, medium dan high
impact. Itu nanti kami screen lagi
sehingga suatu ketika mungkin
kami tidak perlu memaksakan diri
menjadi operator kalau misalkan
blok tersebut memberikan
dampak rendah. Ini yang perlu
kami lihat. Arah gross split kan
semua cost di kita sehingga
sebetulnya berbicara partnership
itu kewenangan kami.
Maksudnya, anda
akan memangkas alur
birokrasinya?
Iya, kalau bicara partnership dan
lain-lain itu, bicara kewenangan
persero (Pertamina).Tapi kami
bisa memberikan rekomendasi.
Dalam waktu dekat, kami
akan duduk bersama dengan
persero menentukan sikap
seperti apa PHE ke depan.
Untuk wilayah kerja terminasi
atau yang belum gross split
sehingga bisa fokus resources
kami juga lebih optimal. Jangan
sampai kami mengurusi
yang memberikan kontribusi
tidak maksimal. Kami juga
sampaikan ke persero, persero
memberikan guidance tertulis
bahwa PHE diharapkan menjadi
operator dengan porsi minimal
51%. Di situlah pentingnya
mengapa kami bisa lihat secara
komperehensif. Kami dituntut
bisa menjaga arus kas (cash
flow), selain mendapatkan profit.
Itu perlu strategi khusus terkait
pengelolaan wilayah kerja,
apakah teknikal divestasi, apa
perlu divestasi sehingga kami
mempunyai uang dan dipakai
untuk membiayai investasi
kedepan supaya lebih maju.
Dari 57 aP, nanti tinggal 30.
Sisanya mau dillepas?
Sebagian memang CBM
(coalbed methane) kami sudah
melakukan maksimal, ternyata
sampai saat ini keekonomian
komersial belum masuk. Secara
teknikal teknologi juga belum
ditemukan teknologi yang murah
sehingga kami akan mencoba
melepas 13 WK di CBM.
Sebagian kami akan selesaikan
firm comitment, setelah itu akan
kami kembalikan ke pemerintah.
Termasuk melepas blok
terminasi?
Iya, seperti South Jambi.
Mungkin kami akan lepas
karena belum ada kepastian
Corridor kami menjadi operator
dan di sana juga tidak terlalu
menarik secara teknokomersial
sehingga kami akan lepas.
Kami juga melihat lapangan lain
yang sekiranya dari sisi based
case, mid case, dan high case
mempunyai peluang tidak.
Kapan pelepasan anak
perusahaan akan dimulai?
Sebetulnya kami sudah
sampaikan itu tahun lalu,
mengenai portofolio. Kembali
lagi, strategi kewenangan
divestasi, kemudian partnership di
Pertamina di direktorat hulu. Saya
berharap bisa segera diskusi
dengan Pertamina biar lebih enak.
apakah itu semua akibat
masalah pembiayaan di
direktorat hulu persero yang
makin ketat?
Kami sebenarnya sudah
merencanakan sebelumnya.
Karakter bisnis PHE berbeda
dengan PEP (PT Pertamina EP).
Di sini kami hybrid, kombinasi
antara investment operasional
holding dan strategic holding.
Investment holding investasi
mana yang memberikan
backbone, operasional holding
kami bicara operasional ada
operator dan nonoperator.
Persero sudah mempunyai
wacana, mereka mengharapkan
setiap anak perusahaan bisa
tidak, full cycle? Kami sudah
buat simulasi, bicara operasional
yes, kami bisa. Tapi kalau bicara
growing, kami akan kesulitan
karena PHE posisinya punya
utang karena setiap ada akuisisi,
semua dibebankan kepada kami,
jadi utang kami. Pada 2016, utang
PHE ke persero US$1 miliar.
Pada 2018 berkurang US$300
juta. Seandainya kami tidak
punya utang dan bisa selektif,
kami bisa full cycle. Namun, ini
masih berupa wacana.
Jadi dengan full cycle, semua
pembiayaan harus dipikirkan
sendiri oleh PhE?
Waktu saya sampaikan ke
persero, kalau kami dituntut
full cycle, pertama bisa tidak
kami mencoba debt to equity
swap utang-utang kami menjadi
penyertaan. Kedua, kami boleh
melakukan divestasi. Misalnya
kami pegang 80%, uang masuk
ke PHE. Ketiga, kami betul--betul
melakukan kegiatan bersifat
selected lebih rasional sehingga
investasi yang membutuhkan
waktu panjang,return lama, kami
hold. Keempat, ini tidak mudah,
yaitu IPO. Kalau empat syarat
itu bisa disetujui, kami siap.
Itu belum diajukan, hanya saya
sampaikan secara verbal. Kalau
misalkan resmi, ya saya juga
siap.
Kapan itu dilaksanakan?
Bergantung pada kapan persero
menghendaki. Sebetulnya akan
lebih memperkuat kami dalam
menghadapi tantangan kedepan,
sesuai aspirasi persero supaya
kami tetap growing. Kalau satu
saja (syarat) disetujui, kami
tetap harus lakukan selected
investasi. Berikutnya, project
financing, itu tidak mudah, tapi
sebenarnya menjadi salah satu
solusi. Kalau persero minta
disegerakan, ya kami segerakan.
Pada 2015 dan 2016 cash flow
operasional PHE positif. DER
(debt to equity ratio) kami masih
belum tinggi, masih di bawah
ambang batas, cuma kembali
lagi kalau seandainya persero
tidak bisa menggelontorkan dana
kepada kami, pindahkan dulu ke
tempat lain atau kami dikasih
sehat dulu. Kalau empat syarat
tadi disetujui.
Laba bersih PhE 2017 terbilang
besar, naik signifikan. Itu kan
bisa digunakan?
Dalam RUPS kami minta dividen
0, supaya US$261 juta profit bisa
kami pakai untuk pengembangan
investasi, tapi belum disetujui.
Itu ada di RUPS persero nanti
keputusannya.
Kalau itu disetujui PhE akan
kuat dong?
Sedikit banyak lumayan juga.
Tapi begini, sebetulnya kantong
kiri kanan. Meskipun kami dapat
dividen segitu pun paling tidak
mengurangi utang jangka pendek
ke persero. Bukan berarti kami
tak punya utang, masih punya.
Kecuali utangnya ditiadakan,
dividen 0, fleksibitas kami lebih
baik. Foto
: Dok
. PH
E
WAWAnCARA
32 33
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
dari petroleum engineer. Semua
anggota tim yang berasal dari
divisi yang berbeda-beda itu
kemudian menjadi satu tim
dengan tujuan meningkatkan
produksi melalui proyek PHE-40
LOQRA.
Jika pada ajang Continous
Improvement Program (CIP)
PHE menyabet peringkat Gold,
pada tingkat Direktorat Hulu
Rahman dan Yohanes H. Empat
anggota tim Djenggo lainnya,
Priyo Prabowo, Mohamad
Bisri, Saroha Gultom, dan Rudi
Kurniawan berhalangan hadir.
Konsep yang diajukan untuk
menjadi inovasi sebenarnya
merupakan pekerjaan rutin dari
masing-masing anggota tim. Dwi
berasal dari petrofisika, Pandu
dari reservoir dan Johannes
menemukan ternyata masih
ada potensi lapisan lain yang
bisa diproduksikan. Namanya
LL 1 dan LL 3. Itu yang kami
bawa mulai dari tingkat PHE,
kemudian hulu Pertamina,
hingga Pertamina di level APQA,”
ungkap Dwi Arifman, Ketua Tim
Djenggo kepada Energia PHE.
Saat itu, dia didampingi dua
anggota tim Djenggo, Pandu
InOVASI
November 2017. Perjuangan
mereka tidak bertangan hampa.
Tim ini meraih juara ke-3
Kategori Kaizen pada ajang
tersebut.
Tim yang terbentuk pada 1 Juni
2015 tersebut mulai melakukan
uji coba di Lapangan PHE-
40 pada 2015. Metode yang
digunakan diberi nama LOQRA-
low quality Approach. “Kami bisa
SAAT DjENGGO Berbagi INOVASI Hingga KE DUBAI
Berawal dari tugas
menemukan lapisan baru
yang bisa diproduksi
pada lapisan reservoir membawa
tujuh pekerja PT Pertamina Hulu
Energi West Madura Offshore
(PHE WMO) yang tergabung
dalam Tim PC-Prove Djenggo ke
hajatan Continual Improvement
and Innovation Symposium and
Competition (CIISC) di Dubai,
Uni Emirat Arab pada 9-15
PC-Prove Djenggo dibentuk pada 1 Juni 2015.
34 35
PT Pertamina (Persero) dan
Annual Pertamina Quality Award
(APQA) 2017, Djenggo menyabet
Platinum. Djenggo pun masuk
tiga besar untuk APQA dan
menjadi salah satu dari lima tim
Pertamina yang dikirim ke Dubai.
“Yang presentasi itu hanya kami,
tim Jenggo dan tim Crocker yang
diwakili dari tim Pertamina EP.
Alhamdulillah kami masuk nomor
tiga kategori Kaizen,” kata Dwi.
Menurut Pandu, Kaizen
merupakan filosofi dari
Jepang yang berhubungan
dengan quality. Pertamina
memang berkiblat ke Jepang
untuk urusan ini. Kaizen yang
merupakan filsafat Jepang
dalam bahasa Indonesia bisa
diartikan sebagai perbaikan yang
berkesinambungan.
“Contohnya di PHE itu ada
Sheitsu, Sheiton, itu salah satu
dari filosofi Kaizen. Dari filosofi
itulah, SOP-SOP yang berkaitan
dengan quality management
diimplementasikan,” ungkap
Pandu.
Yohannes menambahkan
perjalanan ke Dubai
sebenarnya merupakan ajang
sharing inovasi agar terobosan
tersebut dapat diaplikasikan.
Inovasi dari Tim Djenggo dalam
improvement menghasilkan
uang US$111 juta atau sekitar
Rp2,8 triliun.
“Yang penting dari perjalanan
kami adalah seberapa besar
manfaat untuk perusahaan.
Kalau ke Dubai itu sebenarnya
lebih ke sharing keberhasilan
kami dengan negara-negara lain,”
kata dia.
Menurut Yohannes, awalnya Tim
Djenggo mempunyai konsep.
Setelah matang, konsep
di-chalenge, termasuk oleh
Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas (SKK Migas). Setelah
diajukan untuk menjadi teori,
perlu dana untuk mengujinya.
Untuk menguji teori tersebut tidak
murah, apalagi jika dilakukan
pada lapangan offshore. Tiga kali
diuji coba dan berhasil. “Karena
lapangan offshore tentunya
bukan sesuatu yang murah,
hingga US$500 ribu. Kalau
dirupiahkan banyak,” katanya.
Selain dukungan dana untuk
menguji teori yang diajukan,
Tim Djenggo juga merasakan
dukungan moral manajemen
PHE. Bahkan, pada saat
di Dubai, Direktur Utama
Gunung Sardjono Hadi pun ikut
mendampingi.
“Beliau sampai jam 12 malam
menemani kami untuk latihan,
karena besoknya akan
presentasi. Dukungannya luar
biasa,” kata Johannes.
Pandu menyebut semangat dari
ajang-ajang inovasi yang diikuti
Tim Djenggo maupun tim-tim lain
di Pertamina adalah semangat
untuk saling berbagi. Artinya
kalau ke hulu untuk perusahaan
hulu, kalau ke Pertamina
skalanya nasional, jika ke Dubai
maka menjadi ajang berbagi di
tingkat internasional. “Kami harus
bisa bagaimana caranya diakui
oleh dunia,” tukasnya.
Setelah dari Dubai, Tim
Djenggo dikumpulkan kembali
supaya metode yang sudah
berhasil dilakukan di level
WMO bisa diaplikasikan ke
anak perusahaan PHE lainnya,
sehingga ada kesempatan
metode yang sudah digunakan
WMO diaplikasikan ke tempat
lain.
“Artinya dari pihak manajemen
sudah memberikan jalan
bagaimana metode yang sudah
kami rintis di anak perusahaan
ini bisa diduplikasikan atau
replikasikan di perusahaan-
perusahaan lain,” kata Dwi.
Inovasi untuk mencari
potensi-potensi baru seakan
menjadi suatu keharusan,
apalagi di Blok WMO yang jika
tanpa usaha apapun cadangan
migas yang dimiliki akan habis
dalam kurun waktu empat tahun
ke depan.
Menurut Dwi, inovasi Tim
Djenggo tentu berpengaruh
bagi WMO. Jika empat tahun
cadangan habis, maka inovasi
Djenggo akan menambah umur
operasi dari perusahaan itu
dengan cadangan produksi.
“Bisa ditingkatkan secara
masive, tapi tentu tidak serta
merta digunakan. Karena
kan hubungannya dengan
subsurface bawah tanah, ada
uncertainty ataupun perbedaan-
perbedaan bawah tanahnya,”
tandas Dwi.
Ujicoba metode LOQra oleh PC-Prove Djenggo di platform PhE-40 PhE wMO
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
InOVASI
36 37
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
HR & GA
Shared Service
Organization (SSO)
yang sudah mulai
diimplementasikan sejak awal
2017 (masa transisi) dan
diimplementasikan secara
penuh sejak September 2017
pada holding dan 10 anak
usaha Pertamina Hulu Energi
(PHE), khususnya untuk fungsi
pendukung, mempunyai tiga
tujuan utama yaitu standardisasi,
kecepatan, dan efisiensi,
yang kemudian diharapkan
hal tersebut secara bertahap
akan menjadi budaya kerja di
lingkungan PHE.
Dalam mengelola bisnis migas
dimana tingkat ketidakpastian
industrinya sangat tinggi dan
kondisi PHE yang terdiri dari
berbagai anak perusahaan dari
berbagai latar belakang yang
bervariasi, SSO merupakan
sarana yang tepat untuk
menjawab kebutuhan bisnis dan
kondisi yang ada tersebut.
Dengan SSO, sharing resources
dari berbagai anak perusahaan
yang sebelumnya cenderung
berjalan masing-masing, saat ini
dapat berjalan secara terintegrasi
sehingga didapatkan efisiensi
dan optimasi dari penggunaan
resources yang tidak hanya dari
segi manpower namun juga dari
hal-hal lainnya seperti fasilitas,
proses, peralatan, kontrak, dan
sebagainya. Contohnya dalam
pengelolaan kendaraan dinas
SHARED SERVICE ORGANIZATION PHE
MEMBUDAYAKAN STANDARDISASI, KECEPATAN, DAN EFISIENSI
Vice President hrD and Ga PhE Muhammad Denis
38 39
perusahaan dari segi kontrak dan
utilisasi unit menjadi lebih optimal
dan efisien, demikian juga
halnya dengan gedung, fasilitas
kantor, office services, kontrak
manpower, material, dan lain-
lain. Pengelolaan hal-hal tersebut
ditunjang dengan suatu Sistem
Tata Kerja (STK) yang standard
untuk semua fungsi dan anak
perusahaan di PHE, sehingga
prosesnya akan menjadi lebih
jelas, konsisten, dan sustain.
Penyusunan dan pengembangan
STK untuk mendukung jalannya
proses bisnis di era SSO ini
terus berjalan dan dievaluasi
secara berkala untuk lebih dapat
meningkatkan lagi efektivitas
dan kecepatan layanan kepada
para stakeholders sesuai dengan
koridor ketentuan dan aturan
yang berlaku.
Muhammad Denis, Vice
President Human Resources and
General Affair PHE, saat ditemui
PHE Energia di ruang kerjanya,
menerangkan bahwa dalam
perjalanannya sejak diluncurkan
dari awal tahun lalu hingga saat
ini SSO telah berjalan ke arah
yang tepat sesuai dengan tujuan
awal pembentukan SSO.
Saat ini fungsi SSO masih
terus secara konsisten
melakukan evaluasi dan upaya-
upaya perbaikan untuk lebih
dapat meningkatkan proses
dan layanan kepada para
stakeholders guna mendukung
pencapaian target-target
perusahaan secara lebih
optimal, efektif, dan efisien,
seperti upaya penyempurnaan
proses bisnis dan STK yang
sudah ada. Serta upaya
pengembangan sistem aplikasi
yang bertujuan untuk dapat lebih
meningkatkan lagi efektivitas dan
kecepatan proses dan layanan.
Perilaku-perilaku positif yang
muncul dari implementasi SSO
yang mendukung standardisasi,
kecepatan, dan efisiensi
diharapkan akan menjadi budaya
di perusahaan.
“Pertanyaannya kemudian,
apakah implementasi SSO saat
ini sudah mencapai hal-hal
sebagaimana yang diharapkan,
seperti halnya efisiensi?
Tentunya untuk tahap awal belum
terlihat secara signifikan berapa
besar efisiensi dan penghematan
yang sudah dilakukan,” kata
Denis.
Seiring dengan berjalannya
waktu dan implementasi
terhadap SSO yang dilakukan
secara konsisten serta diiringi
dengan evaluasi dan perbaikan-
perbaikan terhadap hal-hal
yang diperlukan, maka efisiensi,
kecepatan, dan standardisasi
tersebut akan lebih terlihat nyata.
Dalam tahap-tahap awal
implementasi SSO dimana
semua pihak masih dalam
proses transisi dan adaptasi
dari keadaan dan proses
bisnis sebelumnya, memang
ada beberapa konflik dan
kendala yang muncul dalam
pelaksanaannya, karena terjadi
perubahan peran, tugas,
tanggung jawab serta serta
proses yang dilakukan oleh
masing-masing pihak yang
terlibat dalam bisnis dan operasi
perusahaan. Hal tersebut
suatu hal yang lumrah untuk
suatu perubahan, apalagi yang
skalanya besar seperti SSO ini.
Yang diperlukan disini adalah
komunikasi dan koordinasi intens
dari semua pihak serta sikap
positif dan komitmen penuh
dari semuanya yang dilakukan
secara konsisten untuk memberi
masukan dan dukungan dalam
rangka penyempurnaan dan
perbaikan terhadap hal-hal yang
diperlukan dalam implementasi
SSO guna memberi manfaat
yang sebesarnya bagi
perusahaan dan semua pihak.
Allan Maulana Atmaja, Culture
and Change Management
Assistant Manager PHE,
menambahkan SSO dengan
tagline “Satu Langkah Maju PHE”
yang merupakan salah satu
bagian dari proses continuous
improvement Perusahaan untuk
mencapai target perusahaan.
Tiga tujuan SSO, menurut Allan,
merepresentasikan aktifitas budaya
perusahaan 6C yang menjadi
dasar fondasi perusahaan.
“Sebagai contoh Seperti efisiensi,
itu merupakan bagian tata nilai
6C yaitu Clean, Competitive dan
Commercial yang salah satu
perilakunya,” kata Allan.
Pekerja dituntut dapat
membangun budaya sadar
biaya dan menciptakan nilai
tambah dengan orientasi
komersial serta dapat mengambil
keputusan berdasarkan
prinsip-prinsip bisnis yang
sehat. Bila kaitannya dengan
standarisasi dan kecepatan
itu berhubungan dengan
tata nilai 6C yaitu Customer
Focus dan Capable yang
salah satu perilakunya adalah
Pekerja dituntut mempunyai
prosfesional dan memiliki talenta
dalam melakukan pekerjaan
di organisasi SSO serta
orientasinya dapat memenuhi
kepentingan dan komitmen
memberikan pelayanan yang
terbaik pada pelanggan eksternal
maupun internal (antar fungsi).
Selain itu nilai tambah lain dari
implementasi SSO adalah terjadinya
proses transfer knowledge dan
pembelajaran antar satu sama lain
yang dapat saling memperkaya
dan memperkuat pengetahuan
dan kemampuan manpower yang
ada sehingga dapat dihasilkan
suatu proses dan output yang lebih
optimal, efektif, dan efisien lagi.
Hal lain yang dilakukan pada
saat implementasi SSO adalah
penerapan MoC (Management of
Change), seperti penerapan Job
Handover, yang bertujuan untuk
mendukung dan memastikan
semua pihak yang terlibat dapat
melewati proses perubahan
dalam implementasi SSO ini
secara baik dan lancar. Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
HR & GA
40 41
Foto
: Dok
. PH
E
SOSOK
Foto-foto keluarga dan
pajangan penghargaan
terpampang di dinding
sebuah ruangan berukuran
sekitar 24 meter persegi di
lantai 18 PHE Tower di Jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan, di
pengujung Maret 2018. Jayanti
Anggraini, perempuan pemilik
ruangan tersebut, bersama anak
keduanya, seorang laki-laki,
sengaja menyambangi ruang
kerjanya untuk bertemu dengan
tim PHE Energia. Padahal
perempuan tinggi semampai
berparas manis itu tengah cuti
pasca melahirkan dua bulan lalu.
Jayanti Anggraini adalah Manajer
Eksplorasi PT Pertamina
Hulu Energi West Madura
Offshore (WMO), anak usaha
PT Pertamina Hulu Energi.
Penampilannya sederhana, tapi
tetap elegan dan fashionable.
Baju batik dan celana panjang
warna senada dengan kerudung
pashmina membalut tubuhnya.
Pembawaannya ramah, supel
dan murah senyum. Saat ditemui
PHE Energia, gaya bicara Jayanti
santai, sopan, beretika, dan tidak
pasif untuk bercerita.
Jayanti adalah geologist tangguh
dan berprestasi yang dimiliki
PHE. Tidak hanya piawai
menemukan sumber cadangan
minyak dan gas bumi baru,
namun juga sukses membina
JaYaNTI aNGGraINI, Manajer Eksplorasi PHE WMO
Give Your Best While Doing Your Work
42 43
rumah tangga. Sebelum
bergabung di PHE sejak 2014,
Jayanti sempat ditempatkan
di Upstream Bussiness
Development (UBD) PT
Pertamina (Persero) mulai 2009.
Setelah dua tahun bergabung
di tim eksplorasi PHE, Jayanti
dipercaya menduduki jabatan
sebagai Manajer Eksplorasi
PHE Abar Anggursi di Jawa
Barat setelah sebelumnya
beliau menjabat sebagai Chief
Geologist di tempat yang
sama. PHE bertindak selaku
operator dengan hak partisipasi
atau Participating Interest (PI)
100% pada kedua blok migas
tersebut, yaitu Blok Abar dan
Blok Anggursi. “Kedua blok ini
merupakan wilayah kerja migas
offshore yang terletak di utara
Blok ONWJ,” ujar Jayanti.
Menurut dia, pada 2016 PHE
Abar dan PHE Anggursi memulai
tahapan pengelolaan dengan
kegiatan eksplorasi berupa studi
G&G dan survei seismik laut 2D
dengan panjang lintasan 1.990
km di blok Abar, dan 1.960 km di
blok Anggursi untuk menemukan
cadangan migas baru.
“Saya juga sempat ikut naik
ke kapal seismic pada saat
kegiatan seismic laut tersebut
berlangsung, dimana salah satu
hasil kegiatan seismic tersebut
adalah untuk mendukung
analisa yang dilakukan untuk
pengeboran sumur di Blok Abar
yang dilakukan pada Kuartal
IV 2017, yang Alhamdulillah
discovery berkat rahmat Allah
dan kerja keras teman-teman
PHE Abar semua”, katanya.
Setelah sukses menemukan
cadangan baru, Jayanti kembali
dipercaya menjadi manajer
eksplorasi di anak perusahaan
(AP) PHE WMO. Dengan
mengusung filosofi bahwa tidak
ada yang tidak mungkin jika kita
mau terus belajar, berusaha
dan berdoa, perempuan tiga
anak ini berusaha memberikan
yang terbaik bagi perusahaan.
Meski dalam keadaan hamil
saat pertama kali dipindahkan
ke PHE WMO, Jayanti berusaha
agar tetap dapat memberikan
kontribusi yang maksimal dan
bermanfaat bagi perusahaan.
Dengan kondisi WMO yang
terus menurun produksinya,
tentunya kegiatan eksplorasi
menjadi critical point untuk dapat
menemukan cadangan migas
yang baru bagi kelangsungan
produksi PHE WMO. Jayanti
dan timnya yang terdiri dari
kurang lebih 15 orang, berusaha
menciptakan harapan besar
dengan eksplorasi untuk
menemukan sesuatu yang baru.
Di awal tahun 2018, dibuatlah
strategi untuk 3-5 tahun ke
depan, dimana untuk tahun 2018
ini ada kurang lebih 12 proyek
yang harus digarap bersama oleh
tim eksplorasi PHE WMO.
“Sehingga meskipun saya cuti,
karena sudah ada kesepakatan
kerja yang akan dilakukan di
2018, maka tim saya tetap jalan.
Sebenarnya yang menjadi salah
satu constrain di PHE WMO
itu adalah area eksplorasinya
sudah sangat kecil karena
sudah merupakan sisa hasil
relinquishment, jadi kami coba
going deeper di area yang sama
tapi ke formasi yang lebih dalam.
Selain itu kami juga mencoba
untuk melihat potensi ke area
selatan wilayah Blok PHE WMO.
Kami mau coba seismik. Ini
sedang kami godok analisanya,”
ujar Geolog lulusan Universitas
Gadjah Mada dan Master
Geofisika Reservoir Universitas
Indonesia.
MIMPI BESar
Sebagai seorang Geolog,
Jayanti bermimpi menemukan
cadangan hidrokarbon yang
besar bagi Pertamina. Ini tentu
saja membuat Jayanti terus
berupaya menggali potensi migas
di Wilayah Kerja manapun dia
ditempatkan. Di Wilayah Kerja
WMO yang tergolong sudah
well explore, sasaran eksplorasi
selanjutnya pun diarahkan ke
lapisan batuan reservoir yang
lebih dalam yaitu Formasi
Ngimbang.
“Bisa atau tidaknya ekplorasi
going deeper tersebut
mencapai keberhasilan
menemukan hidrokarbon,
harus terus digali dan dianalisa
berdasarkan semua data yang
ada. Sebenarnya kita bisa
memutuskan ada atau tidaknya
itu berdasarkan data. Semakin
banyak data yang ada maka
akan semakin realistis. Kalau
ditanya masih ada atau enggak
potensi hidrokarbon di area
WMO, saya akan jawab masih
selalu ada yang tertinggal. Masih
ada potensinya,” katanya.
Dunia kerja yang dinamis
menuntut Jayanti untuk
selalu open mind dan terus
belajar karena ilmu itu luas
dan tidak ada habisnya.
Menurutnya kesombongan
dan ketidakpahaman-lah yang
menjadikan seseorang statis
dan merasa sudah pintar.
Energi positif dalam lingkungan
bekerja, suasana kerja yang
menyenangkan dengan saling
mendukung satu sama lain
sehingga semua tim kerja dapat
tumbuh besar bersama-sama
dalam mencapai keberhasilan,
selalu mewarnai aktivitas Jayanti
dalam bekerja.
Menurut dia, profesi geo-scientist
membutuhkan kerja sama tim
yang kuat. Karena itu, mottonya
dalam bekerja bersama tim
adalah play, learn, and growth
together. “Saya selalu mengajak
team yang bekerja bersama
saya untuk mencintai apa yang
mereka lakukan dengan cara
give your best while doing your
work. Kalau kita bekerja dengan
baik, tulus dan ikhlas, Insya Allah
hasilnya juga akan baik dan
bermanfaat bagi perusahaan
dan masyarakat serta membawa
kebahagiaan bagi diri sendiri
dan keluarga,” katanya.
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
Jayanti bersama anaknya di ruang kerjanya PhE Tower
SOSOK
“Play, learn, and grow together”
44 45
komunitas yang diberikan oleh
karyawan PHE Group yang hobi
lari. “Hampir tiga tahun komunitas
lari PHE ini terbentuk, kebetulan
Coach Takkas yang kami minta
melatih. Beliau juga seorang
atlet,” ujar Alda Frisia, juru bicara
PHE Running Club, yang juga
karyawan bagian relations PHE.
Takkas mengaku mulai melatih
kayawan PHE Group yang hobi
lari sejak April 2016. Mereka
rutin berlatih di lintasan lari di
Kompleks GOR Ragunan setiap
Selasa dan Jumat. “Latihan
sengaja dilakukan di luar jam
kerja agar tidak mengganggu
pekerjaan,” kata Takkas yang
berprofesi sebagai prajurit di Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
KOMUnITAS
PHE dengan moto bersama, yaitu
Healthy for Life Style,” kata Alda.
Berlari dalam komunitas seperti
PHE Running Club berbeda
dengan lari secara perorangan,
sendiri-sendiri. Menurut Takkas
ada perbedaan khusus latihan
lari bersama komunitas dan
lari sendiri. Selain mengurangi
kejenuhan, lari bersama
komunitas juga lazimnya ada
pelatih yang akan membimbing/
membina. “Kami juga menerapkan
disiplin. Bagi yang jarang latihan
atau sering terlambat, kami
beri sanksi dengan lari keliling
lapangan bersama,” jelas dia.
Alda mengakui, lari bersama
dalam komunitas memiliki makna
sangat penting. Dengan komunitas
kita dapat saling bertukar pikiran
mengenai hobi lari, mulai dari
peralatan lari, teknik lari maupun
event-event race yang akan
datang. “Kita saling memotivasi/
memberikan semangat satu sama
lain terutama apabila salah satu
dari tim ada yang ikut kejuaraan,”
katanya.
Ada sejumlah kejuaraan yang
pernah diikuti oleh personel
PHE Running Club antara lain
Maybank Bali Marathon, Jogja
Marathon, dan New York Marathon
serta Amsterdam Marathon.
Yang terakhir ini melibatkan John
Ivmand, anggota PHE Running
Club. Event lari berskala global
lainnya yang diikuti adalah
Valencia HM, Pittsburgh Marathon,
penanganan (treatment) tiap
individu berbeda. “Kami punya
tiga jenis latihan setiap kali
berlatih, yaitu untuk penguatan,
interval endurance divariasi, dan
kecepatan,” ujarnya.
PEMBENTUKaN KOMUNITaS
Menurut Alda, awal pembentukan
komunitas lari di PHE adalah dari
lari bareng di Kebun Binatang
Ragunan. Awalnya, komunitas ini
dari PHE Offshore North West
Java (ONWJ) dan kemudian
meluas ke PHE Nunukan dan
PHE secara keseluruhan.
“Karena makin intensnya latihan
dan semakin bertambahnya
peminat dari kegiatan lari ini,
pada 2016, dengan bimbingan
Pak Made I Sukrajaya dan Pak
Halomoan Gultom, teman-teman
sepakat mengajukan cabang
BAPOR Lari ini ke PHE ONWJ,”
ujarnya.
Dan gayung pun rupanya
bersambut. Karyawan sangat
antusias dan banyak yang
mengikuti kegiatan lari ini,
bahkan komunitas ini sempat
membuat perlombaan internal
lari yang diikuti oleh internal
karyawan PHE. Peserta
yang ikut sangat banyak.
Mereka mendukung olahraga
ini karena tak memerlukan
banyak keahlian, tapi lebih
mengandalkan biomekanik
tubuh dan aerobic atau stamina.
“Tujuan pembentukan komunitas
ini, adalah untuk mendukung
kegiatan olahraga bagi karyawan
Brigade Infanteri Mekanis 1
Pengaman Ibu Kota/Jaya Sakti.
Saat pertama melatih, Takkas
memberi tes kepada seluruh
pelari. Pertama, seluruh pelari
diminta lari sprint 100 meter
dan dicatat perolehan waktunya
masing-masing. Kedua, pelari
disuruh berlari 400 meter atau
satu keliling lapangan. Waktu
yang diperoleh masing-masing
pelari juga dicatat. Terakhir,
Takkas meminta para pelari
berlari selama 15 menit untuk
mengetahui berapa jauh
jarak tempuh yang diperoleh
seorang pelari. Dari sana,
Takkas membuat program yang
cocok untuk mereka karena
di gelanggang olahraga yang
merupakan Pusat Pendidikan
dan Latihan Pelajar (PPLP)
DKI Jakarta tersebut. Pada
jarak sekian ratus meter, para
pelari itu diminta berlari dengan
kecepatan sedang. Pada jarak
sekian puluh meter, pelari
diminta sprint. Setelah itu lari
ringan atau jogging. “Intervalnya
harus divariasikan, antara lari
cepat dan lari biasa,” ujar Takkas
kepada PHE Energia.
Takkas adalah pelatih (coach)
bagi lebih dari 30 orang
karyawan PT Pertamina Hulu
Energi (PHE) dan anak usaha
yang tergabung dalam PHE
Running Club. Ini adalah nama
BERLARI Menjalin HARMONI
Rintik hujan membasahi
lintasan lari Kompleks
Gelanggang Olahraga
Ragunan, Jakarta Selatan pada
Selasa (6/3) sore menjelang
malam. Belasan orang,
mayoritas mengenakan kaos
biru-hijau dengan tulisan “Eco
Run” di dada-- salah seorang
di antaranya perempuan—
tak kehilangan semangat.
Mereka bahkan sangat antusias
menjalankan instruksi Takkas
Halomoan Sianipar.
Pria berperawakan atletis dengan
tinggi badan sekitar 175 cm dan
bobot 61 kg itu memberikan
instruksi kepada mereka untuk
mengitari lintasan lari sintetis
46 47
Paris de Senart Marathon,
Tokyo Marathon, dan Hongkong
Marathon. Semua event ini
diikuti oleh Hanto, juga anggota
komunitas PHE Running Club.
Ke depan, menurut Alda, ada
beberapa rencana yang disiapkan
oleh komunitas PHE Running
Club. Pertama, mengikuti secara
bersama event marathon baik
yang bertempat di Indonesia
atau yang berskala internasional.
Kedua, mempertajam pencapaian
waktu masing-masing anggota
untuk kategori 5K, 10K, 21 K/
Half dan Full Marathon. Ketiga,
memperbaiki form lari yang baik
dan benar para anggota agar
mencegah cedera dan membuat
lari menjadi lebih fun dan
effortless. Keempat, membuat
event Funrun internal PHE untuk
menyampaikan pesan pentingnya
membina pola hidup sehat untuk
mendukung program kerja HSSE
PHE. Terakhir, mendukung acara-
acara lari internal PHE Group.
Terkait anggota komunitas PHE
Running Club yang ikut lomba
(race), Takkas mengatakan,
dirinya melakukan penanganan
khusus. Pelari tersebut diberikan
penanganan khusus program
yang berbeda sesuai dengan
target yang akan dicapai. Di luar
itu, ada kerja sama dari sang
pelari untuk mengambil inisiatif
sendiri dengan menambah latihan
dengan coach di luar jadwal
latihan PHE Running Club.
“Metode latihannya untuk
ketahanan. Contohnya lari jogging
straight 30 menit dan untuk
kecepatan lari 120 meterX 10
speed variasi, dan lain-lain,” ujar
Takkas yang pernah juara satu
“Duathlon World Series Powerman
Indonesia” kategori Individual
Short Male pada Februari 2017
dan juara dua lari “CC 5Km
Almameter Run” di Menteng,
Jakarta Pusat pada April 2017.
Perdana Pramoeji Sjamoen
(36), karyawan PHE dari
fungsi Planning Project and
Risk Management, mengakui
peran Takkas sangat penting
dalam memotivasi dan juga
memperbaiki cara berlari
anggota PHE Running Club.
Perdana, yang memiliki tinggi
186 cm dan berat badan 88
kg dan biasa memakai sepatu
lari Nike nomor 45, itu mulai
bergabung di komunitas ini pada
2016.
Perdana merasakan manfaat
keberadaan seorang pelatih lari.
“Latihannya bervariasi. Coach
tahu bersis program apa yang
harus dijalani supaya kita ada
kemajuan,” ujar Perdana yang
mengaku aktif berlatih lari.
Dia mencontohkan, saat pertama
kali dites, catatan waktu untuk 100
meter adalah 12 detik. Sementara
untuk 200 meter 42 detik dan 400
meter 1 menit 50 detik. Saat ini
catatan waktu Perdana untuk 100
meter adalah 11 detik, 200 meter
33 detik, dan 400 meter 1 menit
30 detik. “ Perbaikan catatan
waktu itu juga berkat dukungan
coach dan teman-teman di
komunitas ini,” ujarnya.
Muhammad Yusuf, karyawan
PHE dari bagian ICT Security,
ikut mengamini. Pria dengan
tinggi badan 171 cm dan berat
68 yang biasa mengenakan
sepatu Hoka One nomor 44 ini
bergabung di PHE Running Club
pada 2016. Dia bergabung di
komunitas PHE Running Club
bukan untuk prestasi. Maklumlah,
olahraga (lari) agar bisa hidup
sehat, bisa belajar lari yang
benar karena dibimbing pelatih
yang profesional.
“Komunitas ini kan wadah untuk
saling akrab sesama karyawan
PHE yang punya hobi lari.
Banyak pelari yang bagus, lucu,
dan saling support satu sama
lain, termasuk ikut lomba. Ada
yang ikut race 5 KM dan 10 KM,”
ujarnya.
PHE Running Club adalah salah
satu komunitas lari yang ada di
Tanah Air. Komunitas ini dibangun
sebagai perwujudan dari budaya
hidup sehat. Sama seperti
menjalani aktivitas hobi lainnya
seperti blogging dan youtuber,
dalam melakukan olahraga lari pun
akan menjadi lebih bersemangat
jika kita tergabung dalam sebuah
komunitas lari. Dengan bergabung
pada komunitas lari, membuat kita
bisa menemukan banyak orang
yang senantiasa menjadi motivator
bagi kita untuk terus dan terus
melakukan aktvitas tersebut tanpa
ada rasa malas. Dan juga dengan
ikut dalam sebuah komunitas,
kita akan tahu trik dan tips dalam
membagi waktu antara olahraga
dan kewajiban kita dalam bekerja.
Happy Running. Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
PhE running Club berlatih di GOr ragunan setiap Selasa dan Jumat sore selepas pulang kerja
Sebelum aktivitas lari dimulai, disarankan untuk pemanasan dahulu
NILAI POSITIF LARI
1Menurunkan Berat Badan
2Membuat Bahagia
3Melepaskan
Stres
5Menurunkan
risiko Kanker
6Tidur Lebih
Nyenyak
7Memperpanjang
Umur
4Baik untuk
Mental
KOMUnITAS
48 49
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
HOBI
pertama pemberian ayahnya.
Gitar itu dibeli dipinggir jalan
seharga Rp 100 ribu.
“Gitar Yamaha palsu. Mamah
sampai kesal. Mamah bilang
suara gitar itu jelek sekali. Suatu
saat mamah membanting gitar
itu. Saya baru dibelikan gitar baru
oleh papah saat kelas dua SMP,”
ujar Sendy mengenang.
Ayah Sendy sebenarnya
melarang anaknya bermain
musik. Mereka ingin anaknya
fokus belajar. Tapi, Sendy
bergeming. Dia ngotot ingin
belajar main gitar kendati secara
otodidak. Sendy pun membeli
buku soal gitar dan serius berlatih.
Aktivitas ini dilakoni sepulang
sekolah atau saat malam hari.
“Kunci-kunci yang gampang,
1-2 hari saya langsung bisa.
Kalau kunci gantung, bisanya
seminggu. Kalau lagu-lagu
gampang cuma 1-2 hari, tapi
untuk sampai mahir memang
perlu beberapa bulan,” ujarnya.
Sendy mengaku pertama kali
naik panggung saat pentas
seni (Pensi) kelulusan siswa
kelas III SMP. Saat itu main lagu
rohani, Pagi Ramadhan dari
Rida Sita Dewi, lalu lagunya
Natlie Imbruglia, Torn. Saat itu
per kelas harus menampilkan
perwakilan untuk ikut Pensi.
“Saya diiringi sama personel
band yang lain. Karena saat itu
warna merah merek Corona yang
dibelinya di Jepang setahun lalu.
Sayang, dara kelahiran Jakarta,
31 Desember 1989 itu tak tuntas
menyanyikan lagu tersebut.
“Lupa lagi. Perlu waktu sekitar
tiga bulan untuk bisa mahir
memainkan lagu itu,” ujarnya
kepada PHE Energia dengan
senyum merekah.
Sendy Nurulita! Begitulah
nama lengkap sulung dari
tiga bersaudara ini. Dia adalah
karyawan divisi treasury PT
Pertamina Hulu Energi (PHE),
anak usaha PT Pertamina
(Persero) di sektor hulu minyak
dan gas bumi. Awalnya, pada
pertengahan 2013, Sendy
berkantor di Menara Standard
Chartered Lantai 18 bersama PHE
Randu Gunting, anak usaha PHE.
Namun, sejak penerapan Shared
Service Organization (SSO),
Sendy dipindahkan ke kantor
pusat PHE per September 2017.
“Saya ditempatkan finance
treasury bagian East, meliputi
PHE WMO-PHE Nunukan-
PHE Randu Gunting-PHE Abar
Anggursi, dan Unconventional
Hydrocarbon sebagai cash and
bank officer,” katanya .
Sendy adalah salah satu
karyawan PHE yang memiliki
hobi menyanyi serta bermain
gitar. Dia mulai belajar gitar saat
duduk di kelas 1 SMP Al Azhar
Kemang Pratama, Bekasi. Gitar
it’s a damn cold nighttrying to figure out this lifeWon’t you take me by the handtake me somewhere newi don’t know who you areBut i, i’m with you
Seraya duduk di kursi,
wanita berwajah cantik
itu menyanyikan lagu “I’m
With You” di sebuah ruangan di
lantai 11 Gedung PHE Tower,
Jalan TB Simatupang, Jakarta
Selatan, Kamis ( 29/3). Tak
sekadar melantunkan lagu yang
didendangkan Avril Lavigne,
wanita yang saat itu membalut
tubuhnya dengan busana serba
hitam itu juga mengiringinya
dengan petikan headless string
acoustic guitar. Dia begitu
lembut memetik senar gitar kecil
Biodata SENDY NURULITA
Tempat/Tanggal Lahir: Jakarta, 31 Desember 1989
Pekerjaan: Karyawan PHE Treasury East
Orang Tua: Wawan Hernawan (Ayah) dan Rita Mustamsikin (Ibu)
Saudara Kandung: 1.Viera Meita (Mahasiswa Program Studi Biologi ITB)2. Nabila Rizky (SMAN 8 Bandung)
Pendidikan: Sarjana Komunikasi Telkom university, Bandung
Hobi: Menyanyi, bermain gitar, menciptakan lagu, dan bermain basket
SENDY NURULITA
GITARIS dan PENCIPTA lagu PUTRI MANTAN PENYANYI
50 51
pertama kali naik panggung,
pada saat mau melodian
jari saya sempat kaku, tapi
Alhamdulillah bisa,” katanya.
Saat duduk di bangku SMA–
saat itu bersekolah di SMAN 5
Bandung– Sendy mengaku main
gitar untuk dinikmati pribadi.
Bahkan, dia pun mulai membuat
lagu. Sebanyak 35 lagu sudah
ditulisnya. Lagu pertama yang
dibuatnya berjudul “Di Sini Sendiri”.
Dari mana Sendy dapat ide
menulis lagu? “Kadang kalau ada
ide, muncul dadakan, langsung
saya tulis. Misalnya dicatat di HP,”
ujarnya.
Sendy menjelaskan, bila satu lagu
itu enak, dia terpacu membuat
lagu yang lebih enak. Dia ingin
membuat lagu versi sendiri. “Lagu
pertama sebenarnya SD sudah
saya buat, tapi namanya SD, tidak
terlalu serius, ya,” katanya.
Dia merasa paling produktif
membuat lagu saat kuliah di
Telkom University, Bandung. Itu
pun hanya untuk kesenangan
pribadi. Sendy sering sharing
ke teman-temannya. Bahkan,
ada beberapa temannya yang
menawarkan lagu ciptaan Sendy
dipublikasikan. Tapi, Sendy punya
prinsip bahwa dia tidak terlalu
ingin mengejar karir di musik.
Sendy mulai mentas (manggung)
saat kuliah. Beberapa kali dia
tampil bersama grup band
kampus di Bandung Raya.
Sempat bergabung dengan grup
band Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran, bahkan sempat
rekaman. Dia pernah menjadi
backing vokal band D’Masiv
pada album persiapan pada 2012
dengan judul lagu Nyaman, Aku
dan Kamu Tuhan Yang Tahu. Pada
tahun yang sama, dia sempat
ikut dalam band Indie Bandung ,
Band Sarasvati, sebagai backing
vocal bersama sang vokalis,
Risa Saraswati dan keyboardist
Yura Yunita yang kini menjadi
soundtrack Film Danur.
“Setelah saya bekerja, saya
sempat juga jadi juara di tingkat
Pertamina Pusat pada 2014
saat acara Pertamina Got
Talent. Saat itu baru juara dua.
Setahun berikutnya ikutan
lagi. Alhamdulillah juara satu,”
katanya.
Setelah ikut acara tersebut,
Sendy mengaku kerap dipanggil
bila ada acara, termasuk
jamming session di studio band
kantor pusat Pertamina bersama
Direktur Utama Pertamina Elia
Massa Manik. Terakhir, Sendy
tampil di Java Jazz bersama
Anomali Band (salah satu
band karyawan Pertamina).
Kesempatan manggung tersebut
tak lepas berkat arahan Dirut
Pertamina di Java Jazz.
Di luar itu, Sendy juga bergabung
bersama grup band Anomali. Ini
adalah band Pertamina. Sendy
jadi vokalis bersama kawannya,
Mike Luis Apono. Personel
band Anomali terdiri atas Adit
dari Sekretaris Perusahaan
Persero-bassis, Aji dari HR
Persero, Fahriz Persero, Luis
dari Pertamina Shipping, Yudis
HR Persero, dan Catur dari HR
Persero, serta Sony dan Seno.
Juga dari Persero.
Sendy juga aktif di Perta Band.
Dia bergabung di band ini pada
2016 saat peluncuran studio.
Perta Band beranggotakan
362 orang karyawan anak-
anak usaha Pertamina. Selain
jadi vokalis, Sendy juga
tetap bermain gitar. Menurut
dia, bermain gitar sangat
menghilangkan stres, bisa
menggambarkan diri sendiri.
“Kalau ingin mengungkapkan
sesuatu tapi tidak bisa
diungkapkan bisa disalurkan
lewat main gitar,” katanya.
Satu cita-cita Sendy yang belum
kesampaian adalah membuat
album. Namun, pembuatan
album terhambat karena wanita
yang juga hobi olahraga bola
basket itu juga kerja kantoran.
“Tapi pelan-pelan saja saya
lakukan. Kemarin saya sudah
rekama satu lagu judulnya
Ibunda. Saya buat juga beberapa
jingle untuk Pertamina Lubricant,
Pertamina Internal Audit,”
katanya.
Bakat wanita berzodiak Capricorn
dalam bernyanyi, bahkan
ditambah dengan bermain gitar
dan menulis lagu, sepertinya
ada turunan dari orang tuanya.
Maklum, Rita Mustamsikin,
ibunya, adalah penyanyi pop
cukup terkenal di pengujung
1970-an hingga pertengahan
1980-an. Rita adalah mantan
personel Elfa’s Singers
yang didirikan oleh musisi
asal Bandung, Elfa Secioria
(almarhum).
Rita berada dalam komposisi
Elfa’s Singers kali pertama
dibentuk, yaitu Agus Wisman,
Arifin Yudhanegara, Kusnadi
Majid, Nana Suryana Fatah,
Poppy Saban, Ine Suherman,
dan Elly Jayusman. Grup
ini mengisi acara semacam
“Telerama” dan “Candra Kirana”
di TVRI. “Biarlah Sayang” adalah
salah satu lagu popular ciptaan
Rinto Harahap yang dilantunkan
oleh ibu Sendy, seorang pituin
Buah Batu, Bandung.
Rita mengaku bangga karena
darah seni menurun pada
anaknya. Rita pun memberikan
support pada anaknya. “Saya
juga memberi motivasi dan
juga doa, nasihat serta selalu
mengingatkan agar dia tidak
pernah lupa pada Allah SWT,”
ujarnya.
Kebanggaan Rita makin
memuncak saat Sendy
membuktikan diri piawai menulis
lagu, melebihi mamahnya. Kendati
penyanyi, Rita tak memiliki
kemampuan menulis lagu. “Saya
suka lagu Ibunda yang Sendy
tulis. Kata Sendy, lagu itu khusus
dibuat untuk saya yang telah
membesarkan dan mendoakannya
hingga kini,” jelas Rita.
Doa dan nasihat seorang
ibu, itulah barangkali yang
membuat Sendy Nurulita
tetap bisa menjalani hobinya:
bermain gitar plus menulis lagu.
Secara otodidak pula. Sebuah
kemampuan yang tak dimiliki
banyak orang!
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
“kalau ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa diungkapkan bisa disalurkan lewat main gitar.”
HOBI
52 53
Sendy Nurulita adalah anak sulung mantan penyanyi pop di era 1980-an, rita Mustamsikin
yang berbentuk kerucut dalam
alat penyaring, lalu disirami air
panas dari teko leher angsa
dengan gerakan melingkar. Tetes
demi tetes, air kopi keluar dari
saringan dan disimpan dalam
sebuah wadah.
“Ini kopi Aceh, salah satu kopi
terbaik di Indonesia dan di dunia.
Lembut, kaya rasa, dan tidak ada
Empat bungkus biji kopi
dan beberapa toples
berisi bubuk kopi aceh
berikut alat meraciknya, tampak
di salah satu sisi di ruangan
berukuran sekitar 15 meter
persegi pada pagi nan cerah di
minggu pertama Maret 2018.
Seorang pria berkemaja putih
lengan panjang dan celemek
yang menutup bagian depan
badannya, mulai menyiapkan
sejumlah alat untuk meracik
kopi secara manual atau manual
brewing. Diambilnya belasan
biji kopi, digerusnya kopi itu
menggunakan alat penggiling
(grinding) otomatis selama
beberapa menit. Selepas itu,
pria berkacamata dengan postur Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
ATENG MEMBUAT KoPi Gayo KIAN MenteRenG
kopi dari Aceh. “Kopi Ateng (Aceh
Tengah) jenis arabika paling enak
rasanya,” ujarnya.
Made Masda mengakui, kopi
Aceh jenis arabika memang
paling yess rasanya bagi
penikmat kopi. Kopi ini memiliki
rasa asam dan ada sedikit rasa
buah. “Rasanya lebih kaya, lebih
variatif. Beda dengan kopi jenis
robusta yang pahit. Pantas bila
harga kopi arabika lebih mahal
daripada robusta,” ujar Made.
Erly Fitrianti, Market Intelligence,
Supply Chain PHE, juga
penyuka kopi Aceh. Juru bicara
komunitas penyuka kopi PHE ini
paling suka kopi jenis arabika
Aceh Gayo wine. Kopi asal
Negeri Serambi Mekah itu dinilai
sangat enak dan cocok untuk
semua kondisi. “Kopi Gayo
termasuk jenis kopi arabika di
pasar dunia, termasuk kelas kopi
premium,” ujarnya.
Menurut dia, kopi asal Ateng,
khususnya kopi Gayo termasuk
fenomenal di masyarakat. Bukan
hanya dikenal di Nusantara, juga
di mancanegara. “Petani kopi ini
memiliki banyak inovasi karena
ada beragam jenis kopi yang
dihasilkan, seperti Gayo Wine,
Gayo Honey, Gayo Takengon,
dan lain-lain,” ujar Erly.
Kualitas dan citarasa varietas
kopi Gayo cukup terkenal,
bukan hanya di Nusantara, juga
ke mancangeara. Kopi Gayo
Masda, Services Procurement
Business Support Senior
Analyst, Services Procurement
PHE. Namun, Rudy memiliki
pengalaman lebih banyak soal
dunia icip-icip kopi. Architecture,
Strategy & Security Assistant
Manager, ICT Governance &
Compliance PHE ini paham betul
berbagai karakter dan jenis kopi
di Indonesia, dan yang terutama
rasa pahit,” ujar Rudy kepada
Energia PHE.
Rudy adalah salah satu
barista senior di lingkungan
PHE selain dua kawannya di
komunitas penikmat kopi PHE,
yaitu Syahrizal Hamdi, Service
Procurement Project & Drilling
Offshore Analyst, Services
Procurement PHE dan Made
LEISURE
jangkung itu membaui bubuk
kopi.
Proses berikutnya, pria yang
belakangan diketahui adalah
Rudy Wicaksono, seorang barista
dari komunitas penyuka kopi PT
Pertamina Hulu Energi (PHE),
mulai meracik kopi.
Bubuk kopi diletakkan di alat
penyaring dan kertas filter
55
juga pernah meraih peringkat
tertinggi pada Lelang Special
Kopi Indonesia pada 2010.
Enam tahun lalu, kopi jenis
arabika Gayo, menjadi kopi
termahal di dunia, mengalahkan
produsen terbesar dunia, Brazil
dalam pameran kopi dunia yang
diselenggarakan organisasi
Specialty Coffee Association of
America (SCAA) di Portland,
Oregon Convention Center,
Amerika Serikat. Perhelatan
akbar itu diikuti produsen kopi
dan ikutannya dari seluruh
dunia, khususnya dari kawasan
tropis, seperti Amerika Latin,
Afrika, dan Asia. Dan sampai
saat ini hasil kopi dari Tanah
Gayo masih tetap yang terbesar
di kawasan Asia.
Menurut Rudy, kopi Aceh
berasal dari Belanda yang
dibawa seorang pengusaha
Belanda pada abad ke-17 lewat
Batavia dan masuk ke Aceh dan
dikembangkan di Dataran Tinggi
Gayo, daerah perbukitan lembah
dengan ketinggian di atas
1.250 meter di atas permukaan
laut. Lokasinya berada di
sekitar Danau Laut Tawar
dan lereng lima pegunungan,
yaitu Peutsago, Bateekubelie,
Geureudong, Leuser, dan
Abongabong. Kopi dari Dataran
Tinggi Gayo di pasaran dikenal
dengan nama Gayo, Takengon,
Gajah Mountain, dan Laut Tawar.
Daerah yang terletak di
jantung Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD)
ini penyumbang lahan kopi
arabika terbesar di Indnesia.
Kebun Percobaan Gayo Balai
Pengkajian teknologi Pertanian
Aceh mencatat, luas kebun
kopi di sana mencapai 101.316
hektare, atau 31,5% dari total
luas kebun kopi arabika di Tanah
Air. Kopi jenis arabika merupakan
spesies pertama yang
dibudidayakan untuk minuman
kopi di Ethiopia. Spesies ini
memiliki kandungan kafein
0,8-1,4% dan cocok ditanam di
lokasi beriklim kering dengan
elevasi 700-1.700 meter di atas
permukaan laut karena rentan
terkena penyakit karat daun,
yang kerap menyerang tanaman
dataran rendah.
Kabupaten Bener Meriah
menempati posisi pertama
dengan luas 48 ribu hektare.
Sementara posisi kedua dan
ketiga dididuki oleh Kabupaten
Aceh Tengah dan Gayo Lues
yang mencapai 46 ribu hektare
dan 7.000 hektare. Sementara
di dua daerah lain di NAD, yaitu
di Kabupaten Pidie (terutama
wilayah Tangse dan Geumpang)
serta Kabupaten Aceh Barat,
masyarakat lebih menyukai
mengembangkan kopi robusta.
“Aceh yang mempunyai kondisi
alam yang subur, ditambah cuaca
yang mendukung, telah membuat
tanaman kopi Aceh tumbuh
menjadi komoditas yang bermutu
tinggi dan menguntungkan. Ini
potensi yang sangat besar, selain
agribisnis juga untuk agriwisata,”
ujar Rudy.
Menurut Rudy, kopi arabika
terbaik di Ateng sangat
bergantung pada hutan yang
alami. Jika iklim semakin panas
karena kerusakan hutan, diyakini
kualitas kopi akan menurun.
Bahkan, diperkirakan tanaman
kopi akan mati karena suhu
cuaca yang tinggi. “Faktor lain
yang memengaruhi rasa adalah
metode pengolahan setelah
biji kopi dipetik, disangrai, dan
metode penyimpanannya. Ini
tampak di kopi Aceh,” ujarnya.
Menurut dia, Indonesia saat ini
merupakan negara penghasil
kopi spesialiti terbesar di dunia.
Kopi spesialiti memiliki harga
yang jauh lebih mahal daripada
kopi lainnya. Hal ini disebabkan
tingginya kualitas kopi, baik
secara fisik maupun cita rasa
sehingga perusahaan pengecer
memasarkan kopi sesuai nama
daerah penghasil kopi (single
origin) dan adanya sertifikasi
produk. Beberapa kopi spesialiti
yang diproduksi di Indonesia
adalah Gayo Coffee Aceh,
Mandheling Coffe Sumatera
Utara, Java Coffee Jawa Timur,
serta Toraja dan Kalosi Cofee
Sulawesi Selatan, Bajawa Cofee
dari Flores, dan sebagainya.
“Kopi-kopi tersebut memiliki cita
rasa yang unik dan khas serta
berbeda suatu asal geografis
dengan daerah asal lainnya,”
ujarnya.
Menurut dia, perkebunan
dan industri kopi akan terus
tumbuh subur di Tanah Air
seiring dengan tradisi ngopi
masyarakat yang semakin
menental dalam kehidupan
sehari-hari. Dia berharap
produktivitas dan kualitas
mendapatkan perhatian
serius oleh seluruh pelaku
industri kopi Indonesia dalam
budi daya dan pasca panen
dengan inovasi pemasaran
yang cerdas, peluasan lahan,
produktivitas tinggi dan
kualitas yang baik untuk
keberhasilan agribisnis
komoditas dunia. Dan Aceh
Tengah atau Ateng telah
membuktikan. Kopi Gayo
arabika yang dihasilkan, kini
telah mendunia.
Petani sedang memanen kopi
Foto
: (ki
ri) c
inta
cofe
e.co
m; T
atan
Agu
s Ru
stan
di
LEISURE
KOPI ENAK ACEH
Lokasi: Danau Laut Tawar serta Pegunungan Peutsago, Beatekuebelie, Geureudong, Leuser, dan Abongabong
ketinggian: 1.100-1.300 meter di atas permukaan laut
Varietas: Bergendal, gayo 1, Gayo 2, BP 542A, C50, Catimor Jaluk, PBB 5799, 5288
karakter spesifik: Strong fragrance, complex flavor, high acidity, high body, high balance, mid, fruity, salty, nice, syrup, high sweetness
karakter tambahan: Herbal, green, dan grassy
Sumber: Wawancara Rudy Wicaksono, dan diolah dari beberapa sumber
56 57
menyampaikan agenda ini
merupakan kesempatan
yang baik bagi PHE WMO
maupun PKT untuk berbagi
pengalaman. Program CSR
unggulan PHE WMO “Sinergi
Bahari” terdiri dari Program Si
Komo Pasir (Aksi Konservasi
Mangrove Berbasis Pesisir) di
Taman Pendidikan Mangrove
(TPM) Desa Labuhan, Program
Merubah Limbah Jadi Berkah &
Kampung Hijau Sumber Rejeki
di Desa Sidorukun, Gresik, serta
Program Air Bersih Berkelanjutan
- HIPPAM Sumber Barokah di
Desa Bandangdajah, Bangkalan.
“Dengan berbagi pengalaman
tujuannya agar ada perbaikan Foto
: Dok
. PH
E
CSR
kinerja perusahaan untuk
program lingkungan di sekitar
operasi dan pemberdayaan
masyarakat. “Kalau Emas
itu sudah cenderung ke
masyarakatnya, jadi harus kuat
di lingkungannya dulu. Sekarang
program CSR alat ukurnya apa
sih di Indonesia? Belum ada.
Nah, PROPER ini bisa jadi alat
ukur. Melalui PROPER sudah
terlihat detail anak perusahaan
(AP) sudah sampai mana
kinerjanya,” kata dia.
Dia menuturkan program
CSR PHE pada tahun ini
diarahkan untuk pemberdayaan
masyarakat, bukan lagi charity,
membuat infrastruktur sederhana
dan sejenisnya. Industri ekstraktif
pada suatu masa akan habis
namun masyarakat sekitar akan
tetap berada di sana. Maka,
masyarakat yang selama ini
menikmati bantuan perusahaan
harus berdaya, terutama dari sisi
ekonomi.
PHE menjadikan PROPER
sebagai salah satu Key
Performace Index (KPI) bagi
manajemen AP. Direksi meminta
tiap AP meneken komitmen
target pencapaian PROPER. Dari
sisi perencanaan, Pertamina dan
PHE membantu AP menyalurkan
dana program pemberdayaan
masyarakat. “AP-AP kan punya
dana program sendiri yakni PPO
(Program Penunjang Operasi).
Tapi, d isisi lain persero tahun
ini sudah menyetujui anggaran
kegiatan operasi eksplorasi
dan produksi di Blok West
Madura Offshore (PHE WMO),
Blok Offshore North West Java
(PHE ONWJ), dan di Blok
Jambi Merang (JOB Pertamina
Talisman Jambi Merang/JOB
PTJM).
President Director PT PHE,
R Gunung Sardjono Hadi,
menegaskan, capaian ini
didukung oleh kegiatan
pengembangan masyarakat
unggulan di ketiga blok
tersebut. Dalam perspektif ke
depan, PHE diharapkan dapat
terus melaksanakan program
konservasi energi sumber daya
alam dan keanekaragaman
hayati, serta upaya-upaya
yang nyata untuk pengurangan
emisi dan peningkatan program
pengembangan masyarakat.
Menurut Agus Sudaryanto, Pjs
Manager CSR PHE, PROPER
salah satu tools guna mengukur
dan inovasi bidang CSR,”
tegasnya.
PHE menjadi tempat yang
pantas untuk menjadi rujukan
dalam program pemberdayaan
masyarakat seiring dengan
kesuksesan anak perusahaan
PT Pertamina (Persero) tersebut
meraih peringkat Emas untuk
INOVASI TAHUN LALU tak lagi BISA DIjUAL
ke Bangkalan. Penyebabnya,
seperti dituturkan Yulius Nur,
Komisaris PT PKT, adalah
keberhasilan PHE WMO
mempertahankan PROPER
EMAS pada 2017 dan sejumlah
prestasi lain di bidang CSR
menarik minatnya dan tim
untuk belajar, serta melihat
secara langsung aplikasinya
di masyarakat. “Mengingat
karakteristik komunitas PHE
WMO dan PKT pada dasarnya
memiliki kesamaan, yaitu
masyarakat pesisir,” katanya.
Manager Media & Relations
PHE Ifki Sukarya, yang
menyambut para tamu,
58 59
Sebuah pantun berbunyi:
Anak kepiting didalam
bubu, Bubu terbuat
dari bambu. Sungguh penting
namanya ilmu, mengubah
dunia menjadi maju, tampaknya
sangat pas menggambarkan
kerelaan Dewan Komisaris
dan manajemen PT Pupuk
Kalimantan Timur (PKT)
mengunjungi Taman Pendidikan
Mangrove (TPM) Desa Labuhan,
Madura, yang dibina PT
Pertamina Hulu Energi West
Madura Offshore (PHE WMO),
pertengahan Februari lalu.
Tentu bukan tanpa alasan
rombongan PT PKT mau datang
sekitar Rp7 miliar. Masing-
masing AP yang dapat Emas
dapat di atas Rp1 miliar,”
terangnya.
Perencanaan CSR juga
dipertajam lewat penguatan
capacity building semua AP.
Mereka melakukan kunjungan
ke AP yang unggul, terutama
yang sudah mendapatkan
PROPER Emas, untuk
berbagi pengalaman dalam
penyusunan program CSR.
“Kita akan mereplikasi apa yang
sudah berhasil ke AP lain. Tapi
tergantung dari kondisi, situasi,
geografis, karakter masayaratnya.
Kemairn kami ambil kunjungan
ke hutan mangrove WMO.
Program itu kuncinya pelaksana
di lapangan, berlanjut atau
tidaknya tergantung stakeholder
di lapangan,” tegasnya.
Setelah perencanaan, peran PHE
pada tahun ini adalah monitoring
secara berkala. Monitoring ada
dua tipikal. Pertama, monitoring
yang dilakukan tim CSR di tiap
AP. Tipikal kedua, monitoring
lapangan untuk memastikan
program dilakukan sesuai
rencana dan target waktu.
“Pertengahan tahun ini akan ada
workshop untuk mengetahui
pencapaian program PROPER.
Setelah itu, peran kami adalah
mendampingi Dewan PROPER,”
ungkapnya.
Agus mengakui persaingan
untuk masuk ke klaster PROPER
Emas pada tahun ini cukup berat
karena hanya 25% dari ribuan
perusahaan. Anak perusahaan
Pertamina yang sebelumnya
meraih PROPER Hijau sudah
memiliki strategi untuk masuk
klaster Emas. “Tapi, PROPER
bukan ultimate goal-nya CSR,
hanya sebagai alat ukur saja
supaya perusahaan taat, strategi
untuk pendekatan ke masyarakat.
Perusahaan jangan membuat
pagar tembok yang tinggi, harus
merangkul masyarakat untuk
ikut menjaga. Nah, strateginya
dengan CSR,” bebernya.
Sebenarnya, tutur Agus,
dalam melaksanakan program
CSR, secara geografis PHE
diuntungkan karena wilayah
operasi perusahaan bersentuhan
dengan masyarakat penerima
manfaat yang rentan terhadap
bencana, kesehatan, ekonomi,
dan lain-lain. Masyarakat pesisir
sering terkena banjir dan
kesulitan ekonomi pada masa
paceklik. Ada juga yang jauh ke
perdalaman seperti di Jambi
Merang. “Target di PROPER
adalah mampu mengentaskan
masyarakat rentan,” katanya.
Pada 2018, sambung Agus, tiga
AP yang sudah meraih Emas
akan terus dipantau, terutama
penerapan inovasinya harus
berbeda. “Inovasi yang sudah
dilakukan tahun lalu, tidak bisa
dijual lagi tahun ini,” tandasnya.
Program CSR yang bagus
bukan jaminan bakal diterima
masyarakat. Menurut Agus,
para local hero adalah kunci
yang menjadi sosok penggerak
program di lapangan. “Kalau
perusahaan belum punya local
hero, tidak mungkin itu. Melalui
local hero inilah cara komunikasi
dengan masyarakat sekitar.
Mereka tidak asal dipilih, tetapi
dihasilkan lewat dokumen social
mapping,” bebernya.
Salah satu yang dapat Emas
adalah program milik PHE
ONWJ di Cilamaya, Karawang.
Lahan milik Perum Perhutani di
sana dulu tandus dan menjadi
tempat pencurian pipa-pipa
Pertamina. Masyarakat di sekitar
merupakan nelayan perahu kecil.
PHE merangkul 22 kelompok
masyarakat di sana. Ada 12
sekolah yang gabung dengan
komunitas lingkungan. “Wilayah
itu kini bukan hanya menjadi
ekowisata tapi sebagai pusat
pendidikan lingkungan,” katanya.
Pada tahun ini, kata Agus, PHE
ONWJ memiliki rencana keren
membangun mangrove harbour
front di ujung sungai. “Ini inovasi
baru. Jarak dari sungai ke laut
sekitar 1 kilometer,” katanya.
Untuk PHE WMO, pada tahun
ini akan mengembangkan
inovasi Rumah Garam. Program
ini berangkat dari isu impor
garam yang selama ini ramai
diberitakan. Madura penghasil
garam nomor satu di Indonesia.
“Mudah-mudahan Indonesia
tidak perlu impor garam lagi,”
harapnya.
Sementara di Jambi Merang, tutur
Agus, programnya cenderung
menguatkan sektor pertanian
bagi Suku Anak Dalam dari
sebelumnya fokus ke pendidikan.
“Akan dibuat suatu wadah tempat
tinggal tetap, karena Suku Anak
Dalam kan nomaden. Tahun lalu,
dilaksanakan Program Sekolah
Cinta Bumi, tahun ini penguatan
di ekonominya,” jelasnya.
Ada enam dimensi pengukuran
dalam keberhasilan
pemberdayaan masyarakat
yang digunakan PHE yakni
confidence bahwa program
ini mampu membuahkan
perubahan, memiliki sistem,
keberlanjutan dan kemandirian,
influence atau ketok tular,
inklusif, dan kesetaraan
gender.
Pasca kegiatan PROPER,
PHE berencana membangun
community base security. PHE
ONWJ sudah berhasil. Tahun
lalu, ada pipa bocor, gelembung
gas keluar. Masyarakat lapor,
mengirimkan foto dan titik
koordinatnya. “Bayangkan
kalau tidak ada laporan, berapa
kerugian kami? Masyarakat di
sekitar ONWJ merasa sudah
terbantu, jadi merasa balas
budi dengan melapor kejadian-
kejadian,” katanya.
Selanjutnya, PHE akan
mewujudkan creating share
value (CSV) dimana program
pemberdayaan masyarakat
harus masuk ke supply chain
perusahaan. Misalnya, OWNJ
apabila membutuhkan beras,
pasokannya dari masyarakat
sekitar. Lalu, anak jalanan
di Tanjung Priok mengolah
sampah yang berasal dari
perusahaan menjadi suvenir
yang dibeli kembali oleh PHE.
Adapun di WMO ada katering
pepaya kalifornia. “Kalau di
Jambi Merang ,CSV keliatannya
belum, tapi akan masuk ke sana,”
katanya. Foto
: Dok
. PH
E
Salah satu kegiatan CSr Pertamina hulu Energi
CSR
60 61
Foto
: Dok
. PH
E
LOCAL HERO
mengentaskan anak-anak buta
aksara itulah yang menyuntikkan
semangatnya untuk tidak
menyerah dan terus melakukan
pendekatan.
“Salah satu cara yang saya
lakukan untuk mengentaskan
buta aksara adalah
mengajarakan cara baru
yang mudah dicerna melalui
permainan dan pelajaran
keterampilan atau menggambar,”
jelas istri dari Ishak ini.
Menurut Firna, sejak awal, tidak
semua ibu yang diajak dalam
kegiatan Rumah Pemberdayaan
Ibu dan Anak (RPIA) menolak.
Ada juga yang langsung
merespons, tetapi jumlahnya
tidak banyak. Namun dengan
keteguhan dan konsistensi yang
dilakukannya, setelah program
berjalan sekitar 1 hingga 2 tahun,
respons dan antusiasme warga
terus meningkat.
Kaum ibu memang menjadi
pintu masuk dari program
RPIA. Lulusan Universitas
Muhammadiyah di Luwuk ini
percaya, kecerdasan masyarakat
bermula dari kecerdasan dan
kebaikan kaum perempuannya.
Ibu, merupakan orang yang
cukup berpengaruh dalam
keluarga baik kepada suami
maupun kepada anak-anaknya.
“Ibu sebagai pendidik atau
pengayom anak-anak. Jika
Namun, Firna tak pernah
berhenti melakukan silaturrahim,
menyambangi rumah ke rumah,
mengikuti berbagai kegiatan
dan aktivitas yang dilaksanakan
di kampung tersebut. Sesekali
dia membawakan buah tangan,
berbagi rezeki meski sedikit.
Cara ini ternyata bisa melunakan
hati mereka, membuka mata
hati mereka untuk menerimnya
menjadi bagian dari masyarakat
setempat.
Firna sadar, masih banyak anak
di daerah tersebut yang duduk di
kelas 5-6 Sekolah Dasar, tetapi
belum melek huruf, belum bisa
membaca. Semangat untuk
program pemberdayaan ibu dan
anak dan hasil nyata yang sudah
tampak, banyak warga yang
mendukung. Pada tahap awal,
butuh usaha yang lebih.
Ibu dari Hanzholah Alfaiz
Djaelani ini bercerita, mayoritas
warga kampung Sinorang
Bajo berasal dari suku Bajo.
Sementara dia berasal dari Suku
Muna. Ada semacam penolakan
dari warga, khususnya kaum ibu,
karena dia bukan berasal dari
kelompok yang sesuku dengan
mereka.
Firna tak patah arang. Dia
terus melakukan pendekatan.
ANAK HEBAT BeRaSal DARI IBU yanG BAIK DAN CERDAS
FIrNawaTI LaBIhI
Ini adalah pendekatan yang
dilakukan Firnawati kepada para
ibu di kampung tersebut. Tetapi
sebenarnya tujuan utamnya bukan
hanya kepada kaum ibu saja.
Anak anak juga adalah sasaran
utamanya. Jika sudah mampu
merangkul orang tua, khususnya
ibu mereka, untuk merangkul dan
mengajak anak anak tidak terlalu
kesulitan. Dengan pendekatan
yang tidak berjarak, memudahkan
Firnawati menyampaikan pesan
dan mengajak mereka terlibat
dalam kegiatan pemberdayaan ibu
dan anak.
Saat ini, setelah lebih dari lima
tahun Firnawati menjalankan
Sekitar lima tahun lalu
hampir setiap hari,
Firnawati Labihi terus
bergerak menyambangi rumah
rumah warga di Kampung
Sinorang Bajo, Desa Sinorang,
Kecamatan Batui Selatan,
Kabupaten Banggai, Sulawesi
Tengah. Jika ada kegiatan majlis
Taklim, perempuan kelahiran 22
Maret 1982 ini pun ikut serta,
aktif dalam pertemuan warga dan
bahkan tak segan turun tangan
membantu jika ada hajatan yang
digelar warga.
62 63
ibunya baik, Insya Allah anak-
anak juga akan baik. Seorang
ibu yang baik juga akan memilih
kata kata yang baik dan
membawa pengaruh yang baik
bagi lingkungannya,” kata guru
honorer ini lagi.
Keterlibatan Firnawati
Labihi dalam program RPIA,
berawal dari informasi yang
disampaikan oleh dosennya
di Universitas Muhammadiyah
Luwuk, tentang kegiatan anak-
anak di Pantai Bajo. Kampus
tempatnya menyelesaikan kuliah
tersebut menjalin kerjasama
dengan Joint Operating Body
(JOB) Tomori, dalam kegiatan
penanaman pohon bakau. Dia
tertarik dengan informasi yang
disampaikan sang dosen.
Mulailah dia terlibat dalam
kegiatan tersebut. Bertemu
dan berinteraksi dengan
teman-teman dari JOB Tomori.
Sejak itu pula dia tidak pernah
melewatkan setiap kegiatan
yang dilakukan. Secara pribadi,
dia mengaku menyukai dunia
anak-anak. Tak heran, saat ada
program RPIA, dia pun antusias
dan tertarik ikut serta.
Proses panjang penuh
perjuangan serta konsistensi
Firna dalam menjalankan tugas
membuahkan hasil setimpal.
Selain jumlah kunjungan ke RPIA
yang terus meningkat, berbagai
inovasi program dan kegiatan
dilakukan. Misalnya melalui
kegiatan NUTANAK (nutrisi
anak) dan kegiatan menabung.
Kegiatan yang dia rancang
tersebut disokong sepenuhnya
oleh JOB Tomori dan juga PT
Pertamina Hulu Energi.
Sejak kegiatan ini bergulir, PHE
menurut Firnawati memberikan
dukungan berupa penyediaan
tempat dan lokasi rumah
pemberdayaan ibu dan anak
kemudian juga menyediakan
sarana dan prasarana edukasi
berupa buku buku bacaan anak.
Dari sarana yang tersedia,
kini kegiatan di RPIA sudah
mengalami peningkatan dan
jenisnya beragam. Untuk anak
anak usia PAUD misalnya,
kegiatannya lebih berfokus pada
permainan dengan berbagai
jenis permainan. Untuk usia
Sekolah Dasar, kegiatan
belajar membaca, mengaji,
membaca buku cerita bersama
serta kegiatan membaca puisi.
Sementara untuk tingkat SMP
dan SMA, mulai dari kegiatan
belajar komputer, kreativitas
atau keterampilan membuat
bross, bunga serta pemanfaatan
limbah koran menjadi bahan
kreasi seperti tempat tisu,
tempat pensil, tempat permen
dan sebagainya. “Alhamdulillah
sekarang ada suami yang ikut
bantu mengajarkan anak-anak
komputer,” ujarnya.
Dia bersyukur bahwa kerjasama
dengan PHE sejak awal, tidak
mengalami kendala. Dukungan
terus diberikan setiap tahun.
Tahun ini, perempuan murah
senyum ini mengatakan akan
ada tambahan dukungan berupa
pembuatan etalase RPIA
berbarengan dengan tambahan
buku bacaan anak. Selain itu ada
bantuan dari PHE berupa lokasi
bermain anak berupa luncuran,
ayunan, jungkitan dan juga
akuarium air laut.
“Saya mengharapkan ke depan
program program pemberdayaan
ibu dan anak ini terus berlanjut,
bahkan lebih ditingkatkan, lebih
spesifik pada pembentukan
karakter anak yang terpadu,”
katanya.
Tahun ini, menurut Firna, ada
beberapa program baru yang
disiapkan antara lain pembuatan
dan pelaksanaan kurikulum untuk
edukasi anak-anak, program
peningkatan kualitas untuk
ibu ibu, berupa peningkatan
pengetahuan ibu tentang pola
asuh anak yang baik. Dengan
makin baiknya pola asuh anak,
akan meningkatkan pengetahuan
dan perilaku hidup sehat dalam
keluarga.
AYO MENABUNG
Hal lain yang menarik dari
kegiatan di RPIA yang dimotori
oleh Firnawati adalah Gerakan
Ayo Menabung. Kegiatan ini
berawal dari keprihatinanannya
terhadap kondisi di lapangan.
Uang koin tidak lagi diminati
oleh anak-anak. “Alasan mereka,
uang koin tidak lagi bisa dipakai
sebagai alat transaksi. Pemilik
warung tidak lagi menerima uang
koin,” ujarnya.
Dari sanalah kemudian lahir ide,
uang koin yang dianggap tidak
bernilai itu kemudian ditabung
dan nanti ditukarkan ke pihak
bank. Anak-anak merespon
baik. Kaleng-kaleng bekas
dikumpulkan, dilukis dengan
aneka warna digunakan sebagai
saran menyimpan koin.
Prosesnya, anak anak datang
menabung setiap hari di RPIA,
masing-masing anak memiliki
kaleng atau botol tabungan.
Program yang berasal dari
masukan karyawan JOB Tomori
tersebut, akan difokuskan selama
setahun. Tabungan yang dimulai
pada Juli 2017 akan dbuka pada
Juli 2018.
Dia mengaku sudah menjalin
kerjasama dengan bank.
Kerjasama itu bukan hanya untuk
penukaran koin semata, tetapi
memberikan edukasi kepada
anak anak dan orangtua untuk
menabung sebagian uang
mereka di bank. Anak-anak
tidak hanya menabung uang
koin, tetapi juga menabung uang
kertas. Saat ini uang koin sudah
susah dicari, berbeda dengan
sebelumnya.
“Sejauh ini, sudah ada 47 anak
yang ikut aktif menabung dengan
jumlah tabungan lebih dari satu
kaleng atau botol yang terdiri
dari uang koin maupun kertas.
Menariknya, bukan hanya anak-
anak, ibu ibu mereka pun turut
serta menabung,” katanya.
Selain pada persoalan koin,
ada juga aspek sosial lainnya
yang kerap terjadi di ibu ibu istri
nelayan. Banyak diantara mereka
yang terjerat “sangkakala” atau
rentenir kampung. “Program
menabung ini, secara tidak
langsung ingin menghilangkan
ketergantungan mereka pada
sangkakala,” katanya. Foto
: Dok
. PH
E
Firnawati Labihi ikut mencerdaskan bangsa dengan kegiatan membaca untuk anak-anak
LOCAL HERO “Alhamdulillah sekarang ada suami yang ikut bantu mengajarkan anak-anak komputer.”
64 65
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE), anak usaha
PT Pertamina (Persero)
memperoleh gelar best of the
best dalam gelaran Annual
Pertamina Quality Award 2018
pada Rabu (14/3) setelah
memborong lima gelar kategori
sekaligus. PHE menjadi juara
untuk kategori Best Continous
Improvement Program (CIP),
Best Prove CIP yang diraih PC
Prove Joker, Best FT Prove CIP
diraih FT Prove Durian Nambo,
dan Best I Prove CIP diraih I Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
(PHE ONWJ), anak usaha
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) pada awal Maret 2018
memasang Anjungan SPA
di Lapangan SP di dekat
kompleks Bravo Flowstation,
perairan utara Subang, Jawa
Barat. Siswantoro M Prasodjo,
General Manager PHE ONWJ,
mengatakan tahap fabrikasi
Anjungan SPA yang dimulai
sejak Agustus 2017 itu telah
selesai dan pada Senin (26/2)
dilanjutkan seremoni Sail Away
Anjungan SPA di Handil-1 Yard,
Kutai Kertanegara, Kalimantan
Timur. Sebelum pemasangan
anjungan, dilakukan
pemasangan pipa penyalur
bawah laut sepanjang 11,3 km.
Pipa bawah laut tersebut akan
digunakan untuk menyalurkan
produksi gas dari Anjungan
SPA ke fasilitas Bravo Flow
produksi rata-rata 200-300
BOPD untuk Blok Siak yang
memiliki target produksi minyak
bumi sebesar 1.805 BOPD pada
2018. “Kami mengutamakan
keselamatan dan menjunjung
tinggi Zero LTI, Zero Fatality
untuk dibudayakan di setiap lini
aktivitas kegiatan operasi dengan
tenaga kerja sepenuhnya dari
dalam negeri,” katanya.
PT Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java
sumur eksplorasi Sumur Kumis-2
diharapkan dapat menemukan
cadangan prospek baru yang
ekonomis dan komersial.
PHE Siak akan melakukan
pengeboran akhir sedalam 900
kaki dengan estimasi pekerjaan
selama 27 hari untuk pencarian
minyak sebagai target utama. Tim
Eksplorasi PHE Siak sebelumnya
telah melakukan rangkaian kajian
ulang dan reinterpretasi data
secara matang menggunakan
teknologi untuk menemukan
struktur prospek cadangan migas
ini.
Nana Heriana, General Manager
PHE Siak, mengatakan sumur
eksplorasi Kumis-2 diperkirakan
memiliki cadangan terambil
sebanyak 2,10 MMBO, dan
diharapkan dapat menambahkan
PERISTIWA
Prove Barez serta gelar best
Innovation Expo CIP.
Gunung Sardjono Hadi, Direktur
Utama PHE, menyatakan
bangga dengan manajemen
perusahaan yang mampu
memberikan kontribusi terbaik
sepanjang kegiatan 2017 dan
terus berinovasi sehingga bisa
mendapatkan hasil maksimal
dalam APQA 2018. “ Ini semua
hasil pekerja seluruh PHE
semoga bisa dipertahankan
untuk tahun depan,” kata
Gunung.
Pada APQ Awards 2018 terdapat
3.051 risalah inovasi berhasil
diselesaikan sepanjang 2017,
sebanyak 140 CIP lolos di tingkat
korporat, yang diikuti unit bisnis,
unit operasi atau region, dan
anak usaha Pertamina.
Fajar Harry Sampurno, Deputi
Bidang Pertambangan,
Industri Strategis, dan Media
Kementerian Badan Usaha
Milik Negara, mengatakan
tantangan Pertamina ke depan
akan semakin berat, sementara
ekspektasi dari pemangku
kepentingan juga akan terus
meningkat. Kementerian BUMN
akan terus mendukung kebijakan
direksi Pertamina dalam
melakukan perbaikan dan inovasi
sebagai salah satu program
mendukung keberhasilan
pencapaian kualitas strategis
Pertamina.
PT Pertamina Hulu
Energi (PHE) melalui
anak usahanya PHE Siak
merealisasikan tajak (Spud-In)
sumur eksplorasi Kumis-2 di
Kecamatan Kunto Darussalam,
Rokan Hulu, Riau, pada Kamis
(1/3). Sumur Kumis-2 adalah
salah satu target pengeboran
eksplorasi 2018 untuk mencari
cadangan minyak dan gas
nasional. Abdul Mutalib Masdar,
Direktur Eksplorasi PHE,
mengatakan melalui pengeboran
PhE Sabet Best of The Best aPQa 2018
PhE Siak Tajak Sumur Kumis-2
Berfoto bersama manajemen dan karyawan PhE Siak setelah sukses tajak sumur Kumis-2
PhE ONwJ Pasang anjungan SPa di Lapangan SP
66 67
Station untuk diproses sebelum
dijual.
Keputusan PHE ONWJ
memanfaatkan fasilitas yang
telah ada untuk pemrosesan
produksi gas dari Lapangan
SP lebih ekonomis daripada
membangun fasilitas
pemrosesan baru. Proyek
senilai US$92,7 juta tersebut
direncanakan mulai berproduksi
September 2018 dengan
produksi puncak diproyeksikan
30 MMSCFD.
“Produksi dari Lapangan SP
akan digunakan seluruhnya
untuk kepentingan dalam
negeri sehingga dapat menjadi
pendorong roda perekonomian
industri-industri di sekitar
wilayah kerja PHE ONWJ,” kata
Siswantoro. Tahun ini, PHE
ONWJ menargetkan produksi
minyak 32.300 barel perhari
dan produksi minyak 123,5
MMSCFD.
PT Pertamina Hulu Energi
West Madura Offshore
(PHE WMO), anak usaha PT
Pertamian Hulu Energi (PHE),
berkomitmen menunjukkan
keunggulan sehingga mampu
melindungi dan mengelola
lingkungan wilayah kerja
dengan baik secara konsisten.
Apalagi, PHE WMO dalam tiga
tahun berturut memperoleh
penghargaan PROPER Emas
dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tiga tahun
secara berturut.
Tak heran bila manajemen
PHE WMO menginisiasi
penandatanganan Traktat
Komitmen Bersama. Hal yang
dicakup dalam traktat tersebut
adalah pelaksanaan budaya
kerja aman, pengelolaan
sampah/limbah dengan 3R
(Reduce, Reuse, Recycle) dalam
mendukung Gerakan Bebas
Sampah Nasional, efisiensi
energi, penurunan pencemaran
udara dan konservasi air, pola
hidup sehat dan peduli dengan
kesehatan sesama pekerja, serta
menjaga keamanan data dan
area di seluruh wilayah kerja
PHE WMO.
Untuk mempertahankan
dan meningkatkan komitmen
unggul dalam pengelolaan
lingkungan hidup, fungsi HSSE
PHE WMO pada Rabu (21/3)
menyelenggarakan Town Hall
Meeting dengan subtopik “Let’s
Save Our Ocean”. Kuncoro
Kukuh, General Manager
PHE WMO, menjabarkan
capaian kinerja PHE WMO
2017 serta memberikan arahan
kepada pekerjanya. Menurut
Kukuh, pekerja WMO harus
membudayakan kerja efektif
dan efisiensi dalam menunjang
kegiatan peningkatan produksi
agar profit perusahaan dapat
tercapai sehingga kinerja
terbaik akan memberikan imbal
balik yang terbaik pula pada
pekerjanya.
PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) melalui Majalah
Energia PHE edisi Desember
2017 memperoleh Silver Winner
kategori The Best of Private
Company Inhouse Magazine
pada Indonesia Inhouse
Magazine Award (InMA) 2018
yang diselenggarakan oleh
Serikat Perusahaan Pers (SPS)
di ajang The 7th InMA di Padang,
Sumatera Barat, Rabu (7/2).
Majalah Energia PHE edisi
Desember 2017 mengangkat
laporan utama tentang
prestasi PHE menyabet tiga
emas Peringkat Program
Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) 2017
dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Majalah
edisi tersebut juga membahas
masalah alihkelola blok minyak
dan gas yang habis kontrak
(terminasi).
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
Pemasangan rig SPa di lapangan SP di PhE ONwJ
Manajer relations PhE Ifki Sukarya menerima penghargaan silver winner di ajang InMa 2018
PhE wMO Tunjukkan Keunggulan Pengelolaan Lingkungan
PhE raih Silver winner di ajang InMa 2018
PERISTIWA
68 69
Ifki Sukarya, Internal Media
and Relation Manager PHE,
berharap Majalah Energia
PHE ke depan harus lebih
baik dari berbagai aspek
pengelolaan InMA khususnya
dalam pengelolaan, proses, dan
hasilnya. Majalah Energia PHE
akan selalu mendapat perbaikan
dari sisi konten dan rubrikasi,
termasuk memberikan porsi yang
lebih banyak kepada karyawan
PHE dalam pemberitaan.
PT Pertamina Hulu Energi
North Sumatera Offshore
(PHE NSO), kontraktor kontrak
kerja sama di bawah koordinasi
dan supervisi Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi (SKK Migas)
mendapat persetujuan untuk
melakukan pengeboran tiga
sumur eksplorasi lepas pantai
yang berlokasi 60 mil di atas
pesisir Aceh Timur, Nanggroe
Aceh Darussalam.
Adi Harianto, General Manager
PHE NSO, mengatakan PHE
NSO siap menerima tantangan
melakukan pengeboran tiga
sumur dengan kedalaman
laut lebih dari 100 meter dan
kedalaman sumur sekitar 2.000
meter dengan penuh tanggung
jawab dan harapan besar,
sebagai komitmen untuk menjaga
ketahanan energi nasional.
Pengeboran tiga sumur
eksplorasi dilakukan setelah
melalui tahapan studi Geofisika-
Geologi-Reservoir (GG&R) dan
proses funnelling di internal
Pertamina. Pada tahap awal,
pada 21 Februari 2018 PHE NSO
memulai Geohazard and Seabed
Survey di lokasi tersebut.
Sony Cahyono, Subsurface
& Operasi Manager PHE
NSO, menjelaskan, survei ini
dilakukan selama 15 hari dengan
tujuan mengetahui kondisi
dasar laut dan potensi bahaya
pengeboran di lapisan atas dari
tiga lokasi yang direncanakan
dibor tersebut sehingga dapat
dibuatkan program mitigasi agar
pengeboran dapat dilaksanakan
dengan aman dan lancar.
rig lepas pantai di PhE NSO
PhE NSO Bidik Cadangan Migas Lepas Pantai aceh
PERISTIWA
70
VP Relations
BERDIRI untuk NEGERI
Community Involvement & Development
Tata nilai PHE
Bangkitkanenergi negeri
PT Pertamina Hulu EnergiJl. Letjen TB. Simatupang Kav. 99 Jakarta 12520T: +62 21 2954 7000 phe.pertamina.com
6C CLEAN (BERSIH)Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
COMPETITIVE (KOMPETITIF)Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
CONFIDENT (PERCAYA DIRI)Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
COMMERCIAL (KOMERSIL)Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
CAPABLE (BERKEMAMPUAN)Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.