ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

131
ONO NIHA NDRAWA (StudiEtnografiMasyarakat Muslim Nias, di DesaBozihöna, KecamatanIdanögawo, KabupatenNias) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial dalam Bidang Antropologi Disusun oleh: Albertoras Telaumbanua (120905058) DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017 Universitas Sumatera Utara

Transcript of ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Page 1: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

ONO NIHA NDRAWA

(StudiEtnografiMasyarakat Muslim Nias, di DesaBozihöna,

KecamatanIdanögawo, KabupatenNias)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Sosial dalam Bidang Antropologi

Disusun oleh:

Albertoras Telaumbanua

(120905058)

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Albertoras Telaumbanua

NIM : 120905058

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Ono Niha Ndrawa (Studi Etnografi Masyarakat Muslim Nias, di

Desa Bozihöna Kecamatan Idanögawo, Kabupaten Nias)

Medan, November 2017

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

Drs. Agustrisno, M. SP Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 196008231987021001 NIP. 196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si

NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

“ONO NIHA NDRAWA”

(STUDI ETNOGRAFI MASYARAKAT MUSLIM

NIAS,DIDESABOZIHÖNAKECAMATAN IDANÖGAWO, KABUPATEN

NIAS)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya

nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan

gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2017

Penulis,

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Albertoras Telaumbanua

ABSTRAK

Albertoras Telaumbanua, 2017.Judul Skripsi: ONO NIHA NDRAWA (Studi etnografi masyarakat muslim Nias, di desa Bozihöna Kecamatan Idanögawo, Kabupaten Nias). Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 86 halaman, 3 tabel, 8 daftar gambar, daftar pustaka dan lampiran.

Secara pandangan masyarakat umum suku Nias, dikenal dengan mayoritas memeluk agama Kristen yang sudah sangat lama di anut oleh masyarakat Nias dan dikenal sangat kental dengan adat yang masih terjaga utuh sampai sekarang oleh setiap penerus. Namum tidak banyak yang tahu pada kalau masyarakat Nias sejak dari dulu agama Islam sudah terlebih dahulu masuk ke Pulau Nias yang dibawa oleh para pendatang dari Aceh dan Minang, namum tidak begitu diterima oleh masyarakat Nias. Penelitian dilakukan dusun I dan dusun II di Desa Bozihöna, Kecamatan Idanögawo, kabupaten Nias. Dimana desa tersebut merupakan daerah pesisir pantai yang menjadi pusat tempat tinggal masyarakat muslim di kecamatan. Walaupun bukan tempat pertama agama Islam disyiarkan di pulau Nias. Namum di Desa Bozihöna sangatlah terkenal dengan suasana islamnya, ada banyak kearifan lokal masyarakat seperti pekerjaan, tradisi budaya dan pelaksanaan ibadah yang berbeda dengan masyarakat Nias lainya.

Metode Etnografi secara holistikbersifat kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan informasi dan penjelasan dari pengetahuan Informan yang di terima selama proses pembelajaran dan praktek dilapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah memalui wawancara, observasi, dan partisipasi kepada masyarakat, memiliki pengetahuan terkait masalah peneltian dan studi kepustakan.

Permasalahan yang dibahas adalah mengenai masyarakat lokal Muslim Nias, karena masyarakat diluar Nias, banyak yang tidak tahu kalau suku Nias ada yang beragama Islam, lalu maka timbul pertanyaan, bagaimanakah tradisi meraka, apakah sama dengan adat Nias pada Umumnya?. Islam telah memberi pengaruh yang cukup kuat bagi masyarakat pemeluk agama Islam, sehingga muncul adat dan tradisi yang baru dan berbeda dengan adat masyarakat Nias pada umumnya.

Kesimpulannya adalah adanya akulturasi antara budaya Aceh dan Minang dengan budaya Nias sehingga munculnya budaya baru bagi masyarakat masyarakat Muslim Nias yang akan tetap diteruskan kepada anak cucu mereka sesuai dengan ajaran dan perintah agama dan juga aturan-aturan adat.

Kata-kata kunci: Makna/Fungsi, Tradisi, Masyarakat, Agama Islam

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

UCAPAN TERIMAKASIH

PujidanSyukursayasampaikanKepadaTuhanYesusKristus,karenaataskasihd

ananugerah-

Nyasehinggasayadapatmenyelesaikanpenelitiandanpenulisanskripsidenganjudul“

OnoNihaNdrawa” (StudiEtnografiMasyarakat Muslim Nias, di DesaBozihöna,

KecamatanIdanögawo, KabupatenNias).

Penelitianinidilakukansebagaisalahsatusyaratuntukmencapai jenjang

pendidikan Strata 1 (Satu) AntropologiSosial di DepartemenAntropologi,

FakultasIlmuSosial Dan IlmuPolitikUniversitas Sumatera Utara.

Sayajugasangat mengucapkan terimakasih yang

takterhinggakepadakeluargasaya yang senantiasaselalumemotivasi,

mendidik,memarahidanmemberidukunganmaterilmaupunmoril,

sertadukunganselamasayaberadadiperkuliahan.Terutamaorang tuasaya,

yaituBapaksayaOzuizisökhiTelaumbanuadan Mama saya Surya Wati Lase

danketigaadiksaya, PintaAlfianiTelaumbanua, Feminis Telaumbanuadan Gilbert

SohagaTelaumbanua.

Sayajugamenyampikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnyakepada

Bapak Agustrisno, MSP, selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah

memberi banyak arahan, ilmu serta waktu dan perhatian kepada saya mulai dari

awal penyusunan proposal sampai akhir penyelesaian skripsi saya ini. Saya juga

mengucapkan banyak terimakasih kepada Dekan Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu

Politik, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. kepada ketua Departemen Antropologi

yang dengan bijaksana memberi arahan bagi saya, Bapak Dr. Fikarwin Zuska dan

juga Bapak Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi Sosial

yang selalu senantiasa memberi dukungan dan Motivasi selama perkuliahan.

Pada kesempatan ini, saya juga berterimakasih kepada Teman-teman

mahasiswa/i Antropologi Sosial FISIP angkatan 2012, atas pengalaman dan

kebersamaan yang tak akan terlupakan selama masa perkuliahan, terutama kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Anita Lumban Raja, Marth intan, Suzi Simanjuntak, Lestari Panjaitan, Irfan, Fritz

S, Febriana Naingolan, Gina siregar, Ida ramadani, Desman, Widia bakara, Lestari

Panjaitan dan kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu, saya mengucapakan

banyak terimakasih atas dukungan dan motivasinya untuk saya.

Terima kasih juga saya ucapakan kepada teman-teman Paduan suara El-

Shaddai Universitas Sumatera Utara yang terus memberi motivasi dan semangat.

Secara Khusus kepada senior saya Bang Rudolf Nababan, Kak Hotita Banuareah,

Kak Andini wulandari dan juga teman- teman yang lain Sriwinta Sihotang,

Yashica Situmorang, Theresia Batubara, Yeremia Gultom, Fiona Matulessya, kak

Elmaya Silalahi, Lindang Pakpahan, Mercy Zagoto, Martinus, Vanji Siregar,

David Jo, Herbeth Sitorus, Joy Manullang, Julianus Ndruru dan teman serta

Alumni yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada bapak Yasmin Harefa (Ama

Syam harefa) dan Bapak Augusman Harefa, yang selalu yang senantiasa

membantu saya selama penelitian di lapangan di Kabupaten Nias, dan juga kepada

seluruh pihak yang tidak dapat saya tuliskan, yang telah membantu dan bersama

saya selama dilapangan dalam mencari data, saya ucapakan banyak terima kasih

banyak. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa yang membalas seluruh kebaikan dan

bantuan yang saya terima selama ini.

Medan, Oktober 2017

Penulis

Albertoras Telaumbanua

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

RIWAYAT HIDUP

Albertoras Telaumbanua, lahir pada tanggal

30 Juli 1994 di Tetehosi, kecamatan Idanogawo,

kabupaten Nias. Anak pertama dari 4 (empat)

bersaudara dari bapak Ozuizisokhi Telaumbanua

dan Ibu Suryawati Lase.

Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN

Tetehosi kecamatan Idanogawo di tahun 2007

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1

Idanogawo di tahun 2009 dan Sekolah

Menengah Atas di SMAN 1 Gunung Sitoli di tahun 2012.

Kemudian pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke perguruan Tinggi

di Universitas Sumatera Utara dengan spesifikasi Ilmu Antropologi Sosial.

Banyak kegiatan yang telah dilaksanakan selama masa studi, antara lain:

• Anggota INSAN (Ikatan Dongan Sabutuha Antropologi)

• Anggota paduan suara El-Shaddai USU

• Anggota UKM Taekwondo USU

• Anggota UKM Bulutangkis USU

• Anggota FORMAN USU (Forum Mahasiswa Nias Universitas Sumatera

Utara)

• Koordinator seksi peralatan Paduan Suara El-Shaddai USU 2015-2016

• Koordinator Seksi Arstistik SICF ( Singapore International Choir Festival )

paduan suara El-shaddai USU tahun 2014.

• Panitia pada acara Natal Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2013

• Panitia seminar Antropologi Tentang Stigma Terhadap Islam

• Peserta Work Shop “Etnografi (Rehabilitas dan Validasi dalam penelitian

Kualitatif’’ oleh L. Dyson oleh Departemen Antropologi Sosial FISIP USU

tahun 2014

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

• Mengikuti pelatihan “Training Of Facilitator’’ (TOF) angkatan V oleh

Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara.

• Menjadi crew dan penyanyi di MCC (Medan Choir Competition) di gedung

serba Guna PRSU kota Medan Tahun 2015.

• Menjadi Crew dan penyanyi di 1ST NSICC ( North Sumatera Utara Choir

Competition) di Danau Toba, Parapat tahun 2016

• Melakukan PKL 1 di desa Lumban Suhi-Suhi kabupaten Samosir tahun 2015

• Melakukan PKL II di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota medan

tahun 2016.

• Ketua panitia Sing’N’ Joy Priceton 2017 The America International Choral

Festival di USA

• Menjadi Panitia seksi akomodasi dan penyanyi di Grand Prix Of Nation Riga

di Latvia 2017

• Menjadi Crew dan penyanyi di Second NSICC ( North Sumatera International

Choir Competition di Medan 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan penulis kesehatan dan kesempatan. Berkat karuniaNya penulis

dapat menyelesaikan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi.

Judul skripsi ini adalah “ONO NIHA NDRAWA(Studi Etnografi

Masyarakat Muslim Nias, di Desa Bozihöna, Kecamatan Idanögawo, Kabupaten

Nias)”. Skripsi ini merupakan hasil tugas akhir penulis yang disusun dan diajukan

untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada strata studi Departemen

Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Skripsi ini berisikan kajian analisis yang didasari pada observasi

partisipasi dan wawancara mendalam mengenai Masyarakat Muslim Nias, di Desa

Bozihöna, Kecamatan Idanögawo, Kabupaten Nias. Pada bab I dalam skripsi ini

berisikan latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, dan pengalaman lapangan yang penulis rasakan dan

alami selama melakukan penelitian di lapangan.

Pada bab II dalam skripsi ini berfokus pada gambaran umum mengenai

tempat penelitian yang penulis ambil. Bagaimana kehidupan Masyarakat Muslim

Niasdi lokasi penelitian.

Pada bab III dalam skripsi ini berfokus kepada bagaimana sistem

kekerabatan dan tradisi pernikahan masyarakat Muslim Nias di desa Bozihona,

Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias.

Pada bab IV dalam skripsi ini berfokus kepada bagaimana sistem mata

pencaharian masyarakat Muslim Nias di desa Bozihona, Kecamatan Idanogawo,

Kabupaten Nias.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Pada bab V dalam skripsi ini berfokus kepada sejarah perkembangan Islam

di Pulau Nias dan Desa Bozihona dan sistem religi masyarakat Desa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena

itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

untuk menyempurakan skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan juga khususnya bagi penulis sendiri.

Medan, Oktober 2017

Albertoras Telaumbanua

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

DAFTAR ISI

PERYATAAN ORGINALITAS ........................................................................ i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABLE ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

GLOSARIUM ...................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2.Tinjauan Pustaka ................................................................................. 3 1.3.Rumusan Masalah ............................................................................... 7 1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7 1.5.Metode penelitian ................................................................................ 8 1.6.Sifat dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 8

1.6.1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 9 1.6.2. Teknik Analisis Data ............................................................. 11 1.6.3. Pengalaman Selama dilapangan ............................................. 12

BAB IIGAMBARAN UMUM DESA BOZIHONA

2.1. Sejarah Desa Bozihöna .................................................................... 15 2.2. Sistem Pemerintahan di Desa Bozihöna .......................................... 15

2.2.1. Tahapan Jabatan ..................................................................... 15 2.3. Pembagian Wilayah Desa Bozihöna ................................................ 17 2.4. Kondisi Alam ................................................................................... 17

2.4.1. Potensi di Bidang Pariwisata ................................................. 17 2.4.2. Potensi di Bidang Parikanan .................................................. 18 2.4.3. Potensi di Bidang Pertanian ................................................... 19

2.5. Kehidupan Masyarakat .................................................................... 19 2.5.1. Kondisi Ekonomi ................................................................... 20 2.5.2. Kondisi Keagamaan ............................................................... 21 2.5.3. Jumlah Penduduk Desa Bozihöna ......................................... 21

2.6. Kondisi Sarana/Prasarana Umum di Desa Bozihöna ....................... 22

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB IIISEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU NIAS DAN DESA BOZIHONA DAN SISTEM RELIGI

3.1. Sejarah Islam Di Pulau Nias .......................................................... 27 3.2. Pesta Owasa Dan Fondrakö .......................................................... 36 3.3. Peningalan Bersejarah ................................................................... 44

3.3.1. Dua Pucuk Meriam .............................................................. 44 3.3.2. Mesjid Jami Ilir Kota Gunung Sitoli ................................... 46 3.3.3. Mesjid Al-Furqan Kota Gunung Sitoli ................................ 47

3.4. Sejarah datang nya Islam Di Desa Bozihöna ................................. 47

BAB IV SISTEM KEKERABATAN DAN TRADISI PERNIKAHAN

4.1. Sistem Kekerabatan/Fa’atalifusö ..................................................... 49 4.5. Sistem Religi .................................................................................... 52 4.2. Adat Pernikahan Muslim Nias ......................................................... 64 4.2.1. Pernikahan Secara Agama (Fangowalu Ba Agama) ..................... 67 4.2.2. Pernikahan Secara Adat (Fangowalu Ba Hada) ........................... 68 4.2.3. Acara Sesudah Akad Nikah .......................................................... 76

BAB VSISTEM MATA PENCAHARIAN

5.1. Nelayan Desa Bozihöna ................................................................... 78 5.2. Pembuat Ikan Teri Dan Asin.............................................................81

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan ....................................................................................... 83 6.2. Saran ................................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Susunan Kepemimpinan di Desa Bozihöna

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Dusun I dan Dusun II Desa Bozihöna

Tabel 2.3. Sarana dan Prasana di Desa Bozihöna

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01: Pasar tradisional dari pemerintah

Gambar 02: Sejumlah meriam yang dibawa oleh Teuku Polem yang ada di

persimapangan jalan kampung baru, kota Gunung sitoli

Gambar 03: Meriam yang berada di depan rumah dinas bupati Nias, kota gunung sitoli

Gambar 04: Mesjid jami kelurahan Ilir kota Gunung sitoli

Gambar 05: Mesjis Al-furaqn, setelah di renovasi pasca gempa bumi tahun 2004

Gambar06: Tempat kedudukan mempelai pria (Bagasara)

Gambar 07: Penyambutan Mempelai pria oleh ketua adatdari pihak mempelai wanita

Gambar 08: Pasar ikan di desa Desa Bozihöna

Universitas Sumatera Utara

Page 15: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

DAFTAR ISTILAH

Ono Niha : orang Nias/suku Nias

Niha Ndrawa : orang Nias yang beragama Islam

Hada : adat

Salawa : kepala desa

Si’ulu : kepala adat

Balugu : raja

Mondrakö : pengambilan keputusan

Li Nono Niha : bahasa nias

Foe’ra ba adu/ Molohe adu : penyembah patung

Owasa : pesta

Tanö raya : tanah selatan

Mado : marga

Atua : hutan

Luaha : ujung sungai

Fangowalu : pesta pernikahan

Marafule : pengantin laki-laki

Ni’owalu : pengantin perempuan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam

bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha". Artinya Ono

adalah anak/keturunan, sedangkan Niha adalah manusia) dan pulau Nias sebagai

"Tanö Niha" Tanö artinya tanah. Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam

lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi sampai sekarang.Hukum adat

Nias secara umum disebut Fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai

dari kelahiran sampai kematian.Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya

megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar

yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta :

Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta

yang tertinggi adalah "Balugu".Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus

mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan

menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

Menurut mitologi masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias

berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak

di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a".Menurut mitos tersebut di atas

mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja

Sirao yang memiliki sembilan orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a

karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke-9 Putra itulah yang dianggap menjadi

orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Agama asli suku Nias disebut “Molohe adu” (penyembah roh) yang di

dalamnya dikenal banyak dewa, di antaranya yang paling tinggi adalah

Lowalangi.Mereka memuja roh dengan mendirikan patung-patung dari batu dan

kayu, rumah tempat pemujaan roh disebut osali.Pemimpin agama asli disebut ere.

Pada masa sekarang nama Lowalangi diambil untuk menyebut Tuhan Allah dan

Osali menjadi nama gereja dalam konsep Kristen. Budaya Nias sangatlah unik

mulai dari bahasa, upacara pernikahan,kematian, tarian dan uji ketangkasan

kesatria perang dengan Fahombo (Lompat Batu) yang sangat terkenal dan masih

dijaga sampai sekarang.

Namun di masa sekarang masyarakat Nias lebih terkenal dengan

masyarakat mayoritasKristen, sama halnya dengan suku Batak, Manado atau

suku Minang dan Aceh adalah Islam. Pulau Nias. Menurut badan statitistik

kepulauan Nias yang mempunyai penduduk sebesar 7.63.410 jiwa tahun

2014,dengan prestase 90% adalah penganut Agama Kristen dan selebihnya adalah

Islam dan Budha, penganut Agama Islam biasanya bermukim di daerah perkotaan

dan paling banyak di daerah pesisir termasuk daerah pesisir Kabupaten Nias yaitu

di Desa Bozihöna, kecamatan Idanögawo yang telah berkembang dan mempunyai

pengaruh yang jelas baik dari segi agama dan budaya.

Tidak begitu banyak informasi tentang agama Islam di pulau Nias.hanya

ada beberapa artikel tentang agama Islam seperti dalam Buku”Tuturan Tiga Sosok

Nias”. Namun tidak menceritakan perkembangan Islam itu sendiri dari masa ke

masa namun hanya menginformasikan tentang sejarahnya saja, tentunya sekarang

ini banyak yang tidak mengetahui, terlebih generasi muda Nias, bahwa

masyarakat Muslim itu sendiri mempunyai keunikan tersendiri dari masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Nias pada umumnya, yang adat istiadatnya tidak lepas dari pengaruh budaya Nias

asli, walaupun pengaruh budaya sepertiMinang dan Aceh terasa masih sangat

kental dalam setiap tradisi budaya mereka.

Syiar agama Islam di pulau Nias di perkenalkan oleh para perantau dari

Aceh dan Minang. Oleh keturunan Teuke Polem pada abad ke-17, 2 (dua) abad

sebelum Belanda menginjakan kaki ke pulau Nias. Muslim Nias adalah bagian

yang melekat jelas dan tidak terpisahkan dari masyarakat Nias itu sendiri.Bahkan

di era modern sekarang ini, banyak orang di luar pulau Nias tidak mengetahui

kalau masyarakat Nias ada yang menganut Agama Islam, dan telah berkembang

sudah sangat lama di pulau Nias.Walaupun saat ini penganutnya hanya sekitar

4%, tetapi sebagai agama yang telah masuk ke Nias sejak abad ke VXI, tentunya

telah memberi banyak pengaruh dalam kehidupan masyarakatNias itu sendiri.

Dalam bahasa Nias( Li Nono Niha) Islam disebut sebagai Ndrawa ini

mempunyai arti yaitu pendatang, ini juga berlaku bagi orang Belanda yang disebut

sebagai Niha Ndrawa Ulőndra. Walaupun saat ini Islam di pulau

Niaspenganutnya hanya sekitar 4% yang tersebar di seluruh kepulauan Nias,

mereka telah berjalan selaras dengan tradisi yang ada di Nias, dan tentu memberi

sedikit banyak pengaruh tersendri dalam kehidupan masyarakat Nias.Tentu ini

menjadi hal yang menarik untuk diketahui, khususnya bagi generasi sekarang dan

yang mendatang. Karena masyarakat muslim Nias ini mempunyai keunikan

tersendiri, yang adat istiadatnya tidak lepas dari pengaruh budaya asli Nias,

walaupun ada pengaruh dari budaya Melayu, Aceh,dan Minang yang terasa kental

dalam kehidupan masyarakat Muslim Nias.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Budaya Nias dan budaya dari luar khususnya dalam hal ini budaya Islam

telah mengalami Inkulturasi dalam kehidupan muslim Nias seperti halnya tradisi

perkawinan, tingkah laku dan kearifan lokal masyarakat muslim Nias. Tentunya

ini menjadi hal perlu kita ketahui bersama bagaimanakah orang muslimNias?

Bagaimanakah tradisi-tradisi mereka dan apakah adat Nias dari leluhur mereka

masih dilakukan dalam kehidupan sosial-budaya mereka sehari-hari. Desa

BozihonaKecamatan IdanogawoKabupaten Nias adalah pesisir yang dihuni oleh

sebagian besar masyarakat muslim Muslim Nias, disana mereka juga melakukan

kehidupan sosial-budaya meraka dengan masyarakat Nias lainnya dan hidup

berdampingan dengan damai dan selaras dengan budaya Nias dan agama Islam

yang terus dijaga sampai sekarang. Ada pepatah (Amaedola) Nias mengatakan

“Hulő la’ewa nidanő ba ifuli fahalő-halő’’ yang artinya, rasa persaudaraan itu

sangat kuat dan susah untuk dipecahkan, walupun berbeda dan banyak tantangan

diantara orang bersaudara atau “aoha noro nilului wahea,aoha noroniluli waoso,

alisi tafadayadaya, hulu tafaewolowolo yang artinya Pekerjaan (masalah) yang

dikerjakan (dipecahkan) secara bersama-sama akan lebih gampang tuntasnya. Ini

adalah sebagaian besar pepatah (Amaedola) Nias yang akan terus diturunkan terus

memerus oleh orang tua kepada setiap anak dalam keluarga rasa persaudaraan itu

tetap harus dijaga dan adat harus dijunjung tinggi.

1.2. Tinjauan Pustaka

Menurut Malinowski “Kebudayaan berisikan artefak yang diwariskan,

barang-barang, proses-proses teknik, pemikirian (Ideas) kebiasaan-kebiasaan

(habits) dan nilai-nilai (Values)”. Menurut koentjaraningrat1981: Hal

180,kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan hasil karya manusia

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan

belajar.

Penulis sangat setuju dengan kedua peryataan tersebut. Karena

kebudayaan adalah warisan yang akan diturunkan dan diteruskan oleh setiap

generasi selanjutnya, dan setiap budaya mempuyai sebuah nilai, dan nilai tersebut

adalah yang sangat penting. Walaupun semua budaya tidak diteruskan disebabkan

olehberjalannya waktu dan jaman, karena budaya bersifat dinamis dan tidak

menetap, sehinggaseiring berjalannya waktu bisa berubah.Sejalan dengan hal

tersebut.Budaya dan kearifan lokal masyarakat beragama Islam di Desa Bozihona

yang merupakan asli suku Nias karena mayoritas asli suku Niasberagama

Kristen.Telah memunculkan suatu budaya yang baru dan terjadinya akulturasi dan

asimilasi budaya, antara budaya Nias asli dan budaya Islam.Dan ini merupakan

warisan yang terus dijaga dan dilestarikan oleh setiap komunitas Nias Islam di

Pulau Nias.

Koentjaraningrat (2005 : 155) menyatakan bahwa akulturasi mempunyai

beberapa makna ( Acculturation atau culture contact) proses sosial yang timbul

apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada

unsur-unsur asing dan lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaan itu

sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan teresebut.

Koentjaraningrat (2005: 160), asimilasi adalah suatu proses sosial yang

terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang

berbeda, setelah mereka bergaul secara intensif, sehingga sifat khas dan unsur-

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

unsur kebudayaan golongan-golongan itu sendiri berubah menjadi unsur-unsur

kebudayaan campuran

Koentjaraningrat menyebutkan bahwa ada 7 unsur kebudayaan universal

yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, kesenian. Sama seperti halnya,

dalam komunitas masyarakat Islam di Pulau Nias terkhususnya di Desa Bozihöna

telah terjadi suatu proses akluturasi budaya dan asimilasi budaya dengan budaya

luar dan Islam. Ada banyak kearifan lokal masyarakat asli yang terasimilasi

karena pengaruh budaya Islam khususnya.Seperti contohnya budaya pernikahan,

pengambilan keputusan, sifat dan perilaku masyarakat, perubahan nama dan

sebagainya. Namun, penulis juga melihat tidak semua budaya luar menutupi

budaya asli masyarakat Muslim Nias, sehingga terjadinya akulturasi budaya, dan

adanya percampuran dua budaya dalam kehidupan masyarakat Muslim Nias.

Menurut Geezt, agama adalah suatu sistem simbol yang bertindak untuk

menetapkan dorongan hati dan motivasi kuat, menembus, dan bertahan lama pada

manusia dengan cara memformulasikan berbagai konsep tentang suatu tatanan

umum dari yang hidup dan mewarnai konsep-konsep ini dengan aura faktualitas

sehingga dorongan hati dan motivasi itu tanpak sangat realistik. Dari pendapat

diatas terdapat asumsi bahwa agama sebagai suatu sistem budaya yang

mengandung konsep-konsep tentang suatu tatanan umum keberadaan yang

penting bagi orang-orang beriman dalam suatu komunitas agama tertentu. Seperti

halnya prinsip-prinsip penting agama Islam adalah (1) percaya bahwa Sang

Pencipta itu Esa atau tunggal, tak berwujud, Maha Kuasa, Penyayang dan

Pengasih; (2) kedermawanan dan persaudaraan antar umat manusia; (3)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

menundukkan hawa nafsu; (4) bersyukur kepada Sang Pemberi segala kebaikan;

dan (5) pertanggungjawaban manusia atas perbuatannya di akhirat.

Dengan demikian akan muncul sebuah pertayaan, bagaimanakah

pendangan Islam terhadap kebudayaan?. Budaya harus sejalan dengan prinsip

syariat Islam, seperti contoh, kepercayaan lokal warga desa Bozihona tentang

praktek perdukungan dan petuah-petuah. Hal ini merupakan hal yang sangat

dilarang dalam agama Islam karena mengandung kemusyrikan.

Aisyah rahdiallahi Anha menceritakan “Sesungguhnya pernikahan pada

masa jahiliyah ada empat macam. Ketika Nabi Muhamad SWT diutus menjadi

rasul dengan membawa kebenaran, maka dihapuslah seluruh jenis pernikahan,

kecuali pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang sekarang ini.”

Dari riwayat diatas, penulis berpendapat bahwa Islam memberikan

memberikan beberapa adat kebiasaan manusia yang tidak bertentangan dengan

syariat Islam.Oleh karena itu, Nabi Muhamad SWT tidak menghapus semua

kebudayaan pada masa tersebut sebelum datangnya Islam.Akan tetapi Nabi

Muhammad SWT melarang budaya-budaya yang mengandung syirik seperti

pemujaan leluhur, dan budaya-budaya yang lainnya. Tentunya ini merupakan

faktor utama yang merubah budaya asli Nias terhadap masyarakat IslamNias ke

ajaran Islamyang sesungguhnya, contoh halnya dalam adat pernikahan, adat

pemakaman, sifat dan perilaku masyarakat dan ini akan dipraktekan oleh

masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat ke generiasi selanjutnya.

Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju

kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

datang untuk menghancurkan budaya yang telah ada dalam masyarakat Nias, dan

akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam mengingnkan agar manusia jauh

dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermatabat dan membawa kesusahan dalam

kehidupannya, sehingga perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang

berkembang di masyarakat menuju ke kebudayaan yang beradap dan berkemajuan

serta mempertinggi derajat kemasiaan. Seperti halnya yang terkandung dalam

UUD pasal 32 disebutkan bahwa, “usaha kebudayaan harus menuju ke arah

kemajuan adat. Budaya persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari

kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya budaya

bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.”

Bagi masyarakat Muslim Nias, nilai-nilai adat leluhur harus tetap di

junjung setinggi-tingginya dan dipraktikkan dalam kehidupan dengan masyarakat

yang lainnya.Namun nilai-nilai agama Islam dalam diri mereka juga hurus ditaati

dan imani, sehingga adanya pendapat dalam masyarakat bahwa kami adalah suku

Nias walaupun kami Bergama Islam.

Abdurahman Wahid menyatakan, “Islam di Indonesia itu timbul dari basis

kebudayaan, jika itu dihilangkan, maka kemungkinan ada dua yaitu, pertama,

kebudayaan akan mati, kedua Islam akan hancur.Pesan saya jadilah pemikir yang

sehat.”

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka, maka rumusan

masalah yang di angkat dalam penelitian “Studi Etnografi masyarakat Muslim

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Nias, di Desa Bozihöna Kecamatan Idanögawo kabupaten Nias”.Maka rumusan

masalah dapat diuraiakan dalam pernyataan penelitian berikut ini.

1. Bagaimanakah kehidupan masyarakat Muslim Nias di Desa Bozihöna?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulis sangat tertarik dengan judul ini karena, penulis ingin mengangkat

“Ono Niha Ndrawa” yang merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Nias

terlebih Masyarakat Indonesia. Banyak yang tidak tahu bahwa suku Nias yang

terkenal daridulu hingga sekarang dengan adat yang masih sangat kental seperti,

mahar perempuan yang sangat tinggi dan mempersembahkan ratusan ekor babi

demi meminang seorang perempuan danNamun sejalan dengan perkembangan

zaman agama Islam telah berkembang pesat di Pulau Nias dan telah menyatu

dengan budaya masyarakat Nias . Walaupun Islam adalah minoritas di Pulau

Nias, namun ini menambah suatu budaya baru yang hidup berdampingan dengan

budaya Nias asli yang mempunyai ciri khas tersendiri.

Selanjutnya penulis bertujuan untuk menambah wawasan penulis dan

pembaca akan sejarah perkembangan Islam di Pulau Nias dan kearifan lokal

masyarakat Islam di pulau Nias. Seperti halnya kita perlu ketahui bersama, kajian

ilmu Antropologi sangat berkaitan dengan “kebudayaan” dan merupakan suatu

ciri khas disiplin ilmu Antropologi Sosial yang dikembangkan hingga sekarang

dalam menjaga alam dan kehidupan masyarakat dalam lingkungan sosial.

Suatu kebudayaan sangatlah berarti dalam suatu komunitas masyarakat.

Karena merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

(budaya lokal) dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu

(masyarakat lokal). Dengan kata lain, kearifan lokal bersemayam pada budaya

lokal atau dalam diri masyarakat itu sendiri, dengan adanya kearifan lokal maka

akan timbulnya suatu kebudayan atau kebiasaan dalam setiap diri masyarakat

yang akan diprekatekan dalam kehidupan sosial, dimana kebiasaan tersebut

selanjutnya akan di turunkan dan dikembangkan oleh generasi selanjutnya.

Dengan adanya penelitian ini, peneliti maupun pembaca bisa mengetahui

perkembanganIslam dan kebudayaan Ono Niha Ndrawa yang berkembang dan

hidup berdampingan dengan budaya asli suku Nias

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif, adalah penelitian tentang

riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis . Proses dan

makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan

teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di

lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran

umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan

investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap

muka langsung dan berinteraksi dengan masyarakat setempat dan membangun

hubungan yang baik dengan informan, melalui wawancara, observasi dan

partisipasi. Dalam hal mengumpulkan data penulis juga melakukan pengamatan

secara langsung suatu gejala seperti peristiwa yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat, tingkah laku yang penulis temukan dilapangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

1.5.1. Sifat dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

melalui etnografi.Menurut Spradley (1997:12) tujuan utama etnografi ialah

memahami sudut pandang penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya,

untuk mendapatkan pandangan dengan dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan

berusaha membangun raport yang baik dengan masyarakat desa Bozihöna

khususnya yang Beragama Islam, dan secara langsung, bahwa penulis akan

menulis bentuk laporan atas penelitian lapangan (field work) selama 1 bulan

penulis akan membuat catatan-catatan ketika berada di desa Bozihöna ketika

sedang mewancarai warga. Sewaktu penelitian di lapangan, penulis

akanmelakukan pendekatan secara holistik dan mendiskripsikannya secara

mendalam untuk memperoleh native‟s point of view mengenai bagaiamana

kehiidupan masyarakat muslim Nias berkembang di tengah kehidupan adat Nias

yang masih kuat.

Dengan itu penulis akan melakukan observasi partisipasi di Desa

Bozihöna dengan berkunjung ke desa tersebut sekitar hampir setiap hari. penulis

berusaha untuk membangun rapport dengan warga dan juga semua warga yang

ada di desa tersebut. Dalam pendekatan yang dilakukan yaitu penulis

menggunakan tidak mengunakan seragam atau almater atau seragam yang formal

dengan tujuan untuk menjauhkan batasan antara peneliti dengan warga

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

• Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Data primer adalah data-data yang di peroleh secara langsung dari sumber

aslinya berkaiatan dengan permasalahan utama yang di hadapi.Data primer saya

data dari beberapa tokoh-tokoh Islam, dan Ustad dan sejahrawan yang ada di

pulau Nias maupun di luar. Dalam memperoleh data-data penulis mempunyai

cara-cara untuk pengumpulan data-data dengan cara yaitu.

a. Observasi

Pengamatan dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat di

lapangan untuk melihat dan mengamati untuk mendapatkan gambaran bagaimana

kehidupan masyarakat MuslimNias bersosialisasi dengan budaya Nias yang masih

sangat kuat, dan untuk mengetahuinya penulis harus peneliti lebih mendekati para

tokoh-tokoh adat atau tokoh Islam yanga ada di pulau Nias maupun di desa

Bozihöna, dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian penulis

tersebut, menjelaskan itu apa ilmu Antropologi Sosial dan menjelaskan juga

bahwa di luar pulau Nias banyak yang tidak mengenal bahwa suku Nias ada juga

yang beragama Islam, dan juga menceritakan bahwa adat dan tradisi masyarakat

muslim di Nias mempunyai perbedaan dengan adat Nias pada umumnya misalnya

pada pernikahan, kelahiran,kematian dan lainnya, dan menjelaskan tidak ada

maksud buruk dari penulis tentang penelitian tersebut, karena di awal perkanalan

saya juga menjelaskan bahwa penulis adalah non-muslim. Dengan cara seperti ini

penulis aakan mendapatkan simpati dari para informan inti maupun masyarakat.

Dan dari penjelasan saya akan maksud dan tujuan saya, banyak informan lebih

antusias memberi penjelasan dan memberi infromasi yang jelasdan baik yang

baik kepada penulis, tanpa harus membatasi atau mengurangi suatu data,

informan melihat penulis sama hal nya seperti saudara sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

b. Partisipasi

Di dalam penelitian ini peneliti juga terlibat langsung berinteraksi atau

terlibat langsung dalam beberapa kegiatan masyarakat, penulis pernah di ajak

menghadiri acara pernikahan salah satu warga desa, dan juga membantu dalam hal

beberapa kegiatan seperti gotong royong desa, berbaur dengan para nelayan.

Dalam cara pertisispasi ini, peneliti terus dan dapat membangun rapport yang baik

dengan informan maupun warga desa, dan bisa mengetahui secara langsung apa

yang terjadi di lapangan. Setiap apa yang terjadi di lapangan, peneliti berusaha

menyimak dan mengikuti alur pembicaraan dan kegiatan mereka agar tidak ada

rasa canggung dari saya maupun dari masyarakat ataupun informan saya.

c. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam atau (Indepth Interview) juga penulis gunakan

dalam memperoleh data-data dari informan. Interview guide digunakan penulis

dalam dalam melakukan wawancara sebagai alat bantu dalam melakukan

wawancara kepada infroman. Wawancara mendalam penulis lakukan dengan

mempunyai tahapan-tahapan seperti di mulai dari percakapan-percakapan ringan

dan juga penulis menyesuaikan diri terhadap informan dengan mencoba memberi

sapaan dalam bahasa Nias maupun dalam Islam dengan tujuan agar lebih dekat

dengan informan.

d. Karakteristik informan

Dalam pemilihan informan yang dilakukan penulis yaitu memilih

informan, terlebih infroman inti dan juga dalam memilih beberapa tokoh adat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

tokoh agama dan juga masyarakat agar memberi data-data yang jelas dan yang

paling penting adalah mereka memberi informasi dengan sangat baik dan ramah,

karena fakta dilapangan penulis juga menerima penolakan dari beberapa

masyarakat dengan alasan merekan tidak tau apa apa, dan mereka mengira penulis

akan menulis hal-hal yang berbeda akan mereka. Dan dalam mendapatkan data-

data akan informan penulis meminta bantuan dari informan inti.

e. Pengembangan raport

Hubungan yang baik (rapport) sangatlah penulis butuhkan Dalam melakukan

wawancara dan observasi.Penulis berusaha dengan maksimal untuk menyesuaikan

diri bersosialisasi dan berinterakasi dengan sangat baik dengan informan-informan

dan juga kebiasaan dan aturan aturan yang berlaku di tempat penelitian khusunya

di desa Bozihöna .penulis juga mendekati masyarakat dengan tingkatan umur

yang berbeda-beda mulai dari anak sekolah dasar sampai yang sudah lansia agar

memperoleh data yang lebih beragam.

• Data sekunder

Adalah data data yang berhubungan dengan aspek-aspek yang diteliti

melalui dari jurnal, buku, majalah, artikel baik media maupun elektronik yang

dianggap relevan dan singkron dengan pembahasan dalam penelitian. Selama

dalam proses peneltian dalam hal pengumpulan data, penulis menggunkan alat

bantu dalam hal mendokumentasi hal-hal yang terjadi di lapangan atau pun

adanya data-data dari informan yang terlewatkan seperti alat bantu merekam suara

maupun video, kamera serta catatan lapangan (Fiel Note).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

1.5.3. Teknik Analisa Data

Terhadap rumusan masalah dipergunakan analisis data studi kasus dengan

pendekatan etnografi. Pada dasarnya seluruh analisis melibatkan suatu cara

berpikir yang berujung pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk

menentukan bagian-bagiannya, serta hubungan bagian-bagian itu dengan

keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data dianalisis

secara kualitatif, artinya setiap perkembangan data diperoleh dan ditampilkan

dalam laporan penelitian menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model

ini, maka kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat-saat awal

pengumpulan data lapangan. Sedangkan keseluruhan data yang dimiliki akan

dicoba diinterpretasikan dan dinarasikan sebaik mungkin, dengan harapan dapat

memahami dengan sebaik-baiknya data yang diperoleh, sehingga dapat

memahami dan menyimpulkan bagaimana perkembangan muslim Nias di Pulau

Nias.

1.5.4. Pengalaman Penelitian Selama Di Lapangan

Penelitian ini penulis lakukan di Desa Bozihöna, kecamatan Idanögawo,

kabupaten Nias yang merupakan salah satu dimana komunitas muslimNias

berada. masyarakat, tingkah laku yang penulis temukan dilapangan. Penelitian ini

saya mulai pada awal bulan 8 tahun 2016.Selama penelitian di Desa Bozihöna

yang jaraknya sekitar 10 Km yang saya tempuh dengan sepeda motor.Pada saya

memulai saya sangat bingung mencari rumah kepala desa, karena saya sudah lupa

arah jalan di desa tersebut, karena terakhir kali saya kesana waktu SMA,

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

sayasangat segan dan takut karena tidak ada yang saya kenal di desa ini, akibatnya

saya hanya berputar- berputar saya, menurut saya saat itu ada banyak warga yang

melihat saya, dan bertanya-tanya itu siap?. Akhirnya saya pun memberinikan diri

untuk singgah di salah satu warung yang ada di desa tersebut dan memulai dengan

basi-basi dengan ibu penjual tersebut, dan tiba-tiba ada empat orang pemuda

mendatangi dan saya pun memberanikan diri urntuk berkenalan dengan mereka,

dan teryata mereka sangat ramah-ramah dan mau membeli saya air mineral, dan

dari mereka lah saya mnedapat alamat dari pak sekretaris desa.

Keesokan harinya saya datang kembali untuk mememui bapak sekretaris

desa, namanya pak Augusman harefa ( Ama Aisyah Harefa ) dan saya pun

mengutarakan apa maksud dan tujuan saya datang ke desa ini, dan beliau pun

sangat ramah kepada saya dan menginzinkan saya untuk melakukan penelitan di

desa itu, dan beliau pun mengantar saya ke kediaman pak kepala desa Bapak

Yasmin Harefa ( Ama Syam Harefa ) dan beliau pun sangat mendukung. Awalnya

dia kaget membaca judul skipsi saya, karena mnyangkut-menyangkut dengan

islam, namum setelah saya jelasakan apa tujuan dari skripsi say ini baru beliau

mengerti dan siap mendukung, pada saat itu beliua juga memberi nama-nama

siapa saja yang bisa menjadi informan saya.

Pada hari-hari selanjutnya untuk menemui para infroman di lapangan, saya

meminta pertolongan dari teman saya Krisman Zendratö, dia kuliah di USU juga,

dia asli warga dari Desa Bozihöna, awalnya saya tidak mengajaknya, kerena dia

masih di Medan dan dan saya pun menunggunya untuk pulang ke Nias Di temani

Krisman saya pun berkunjung ke rumah ketua-ketua adat seperti pak Faigimböwö

Warasi ( Ama Ani Warasi), dengan bapak ini saya agak kesulitan, karena beliua

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

sudah cukup tua dan agak susah bicara, jadi saya pun harus lebih cepat memahami

apa yang di sampaikan oleh bapak ini. Saya pun terus berulangkali datang ke

rumah Bapak Faigimböwö untuk mendapatkan data yang jelas.

Untuk mendapatkan data yang lebih lagi saya pun datang ke Gunung sitoli

sekitar 30 Km dari Rumah saya, bisa di tempuh dengan sepeda Motor, saya di

temani teman SMA saya dulu , Taufik Telaumbanua. Di Gunung sitoli ada banyak

sekali tempat saya kunjungi seperti di Museum Pusaka Nias, disana saya juga

Membeli buku-buku yang saya pikir bisa untuk membantu skripsi saya, kami juga

mengunjung beberapa mesjid bersejarah yang ada di Kota Gunung Sitoli dan dan

tempat lainnya. Orang tua dari teman saya ini, Bapak Taufik adalah seorang

tokoh adat Muslim di salah satu desa yang ada di Gunung sitoli ini , dan saya

sangat besyukur, ada banyak data yang saya peroleh dari beliau seperti tentang

sejarah Islam, tempat bersejarah dan lain sebaginya.

Untuk memperoleh data yang akurat saya pernah di ajak oleh pak kepala

desa, untuk menghadiri kegiatan desa seperti Gotong Royong, Rapat desa dan

pembersihan Pasar tradisonal di desa Bozihöna. Tidak hanya itu pak kepala desa

juga pernah mengajak saya untuk menghadiri salah satu pesta pernikahan warga

desa, pada saat itu saya saya gugup, karena saya disuruh pak kepala desa untuk

memakai Almamater, dan akhirnya pun saya jadi bahan tontonan warga saat itu,

di situ saya berusaha menjaga sikap, seperti bertanya ke warga yang hadir pada

saat itu ,maupun cara saya mengambil foto.

Dalam mendapatkan data lagi, saya banyak berhubungan dengan pak

kepala desa, mungkin sudah beberapa kali saya datang berkunjung ke rumahnya

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

maupun ke kantor desa, dan terkadang beliau pun menemani saya ke lapangan

maupun datang ke rumah-rumah warga.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA BOZIHÖNA KECAMATAN IDANÖGAWO

2.1 Sejarah Desa Bozihöna

Bozihöna mempunyai arti “Mbombo Zihöna” yang mempunyai arti

Genangan air yang sudah ada, namun pada masa sekarang masyarakat desa

menyingkatnya menjadi Bozihöna.Desa Bozihöna tercipta karena surutnya air laut

secara besar-besar sehingga terciptalah dataran luas yang dijadikan sebagai tempat

Tinggal oleh masyarakat.

Akses jalan menuju ke Desa Bozihöna pertama kali dibuka oleh Tuada

Balugu Omasi’ö Gea yang bersalah dari desa yang kemudian dihuni oleh

keturunan dari marga Warasi yang beranak cucu dan setelah itu terjadilah

perpindahan penduduk di sepanjang pesisir pantai yang ditempati oleh berbagai

marga seperti Harefa, Zega, Zendratö, Gea, Warasi dan juga marga pendatang

seperti Tanjung, Sidik, Aceh,dan Polem.

2.2. Sistem Pemerintah di Desa Bozihöna

2.2.1 Tahapan Jabatan

Salawa Banua adalah kepala desa dalam bahasa Nias untuk Nias bagian

Utara dan Si‘ Ulu bagian selatan. Dalam pemerintahan Nias dikenal dengan

adanya badan Eksekutif dan Legislatif. Untuk bagian Eksekutif adalah bagian

susunan pemerintahan dan bagian Legislatif adalah tokoh adat yang yang

menetapkan hukum dalam berbagai bidang kehidupan kelompok masyarakat,

dalam berupa kelompok marga maupun wilayah dan dengan sangsi-sangsinya

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

yang sangat keras. Pada zaman dahulu, pemilihan kepala kampung di suku Nias

tidak lah seperti sekarang ini, dulu yang disebut dengan kepala kampung adalah

orang yang di anggap mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kampung

tersebut, orang yang sangat kuat, dan kaya serta penduduk asli dan bukan

pendatang dari kampung lain. Namaun seiring dengan perkembangan zaman yang

sudah ada, sistem pemikiran politik yang ada pada suku Nias politik dipandang

lebih demokratis, dimana seseorang bebas mencalonkan diri menjadi kepala desa

dan telah memenuhi segala syarat-syarat, dan setiap orang yang memilih bebas

memilih siapapun calon yang ia mau.

Sesuai dengan peraturan pemerintah, setiap pelanggaran hukum yang

dilakukan oleh kepala desa seperti melalukan seperti halnya korupsi akan di

penjara sesuai dengan Undang-Undang pemerintah No.24 tahun 2001, dan

kejahatan yang lainnya,dan ini sangat berbanding terbalik dengan harapan

masyarakat yang menginginkan kepala desa sebagai teladan dan contoh yang baik

untuk masyarakatnya. Kepala desa yang telah melakukan kejahatan harus

mengundurkan dirinya dari jabatan dan akan digantikan dengan yang kepala desa

yang baru sesuai dengan kesepakatan penduduk desa.

Susunan tahapan aparat desa seperti kepala desa, sekretaris desa maupun

bendahara harus melakukan pekerjaan yang baik dan berkerjasama dengan semua

tokoh masyarakat dan masyarakat desa secara keseluruhan seperti pelayanan yang

baik terhadap masyarakat, dan mengusahakan pembangunan desa dalam hal

perumahan penduduk, sarana/prasarana dan usaha pemadatan bantuan dari

pemerintah lokal, pusat maupun donatur-donatur.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Dalam perkembangan politik dalam susunan perangkat desa yang cukup

segnifikan setalah Pulau Nias dilanda gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004

silam yang telah menghancurkan segala yang ada. Kepala desa serta bawahanya

yang dipilih oleh masyarakat desa terkhusus di Desa Bozihöna kecamatan

Idanögawo Kabaputen Nias telah terlaksana dan melakukan tugas dengan baik

sampai sekarang.

Berikut susunan perintahan di desa Bozihöna yakni:

Tabel 2.1. Susunan kepemimpinan di Desa Bozihöna

No Nama Jabatan Masa Jabatan

1 MUHAMAD RUDIN

HAREFA

KEPALA

ADAT/KEPALA

DESA

2 SYAHRAINI HAREFA KEPALA DESA

3 YASMIN HAREFA KEPALA DESA 1993-2009

4 DARMIN TANJUNG KEPALA DESA 2019-2014

5 WARMANSYAH POLEM Pj.KEPALA DESA 2014-2015

6 AGUSMAN HAREFA Pj. KEPALA DESA 2015-2016

7 YASMIN HAREFA KEPALA DESA 2016-Sekarang

Sumber : Data Sekretaris Desa Bozihöna

Struktur susunan organisasi pemeritah Desa Bozihöna tahun 2016

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

2.3. Pembagian Wilayah Desa Bozihöna

Pembagian wilayah Desa Bozihöna dibagi menjadi 2 (dua) dusun dan

masing-masing dusun. Dusun 1 sebagai pusat desa berada di dekat wilayah pesisir

pantai yang tentunya daerah perikanan sedangkan dusun II berada bagian atas

yang merupakan daerah pertanian dan perkebunan. Setiap desa dipimpin oleh

kepala dusun yang dipilih langsung oleh kepala desa.

2.4. KondisiAlam

Desa Bozihöna merupakan daerah pesisir pantai yang ada di kecamatan

Idanögawo,sangat berbeda dengan daerah yang lainnya yang merupakan daerah

dataran tinggi dan perbukitan. Pada bagian selatan seperti hal daerah pesisir

pemandang yang akan disajiakan adalah daerah pesisir pantai yang berawa,muara

sungai, hutan,lahan perkebunan kelapa masyarakat dan pemukiman warga di

sepanjang pesisir pantai dan juga tingkatan penghasilan masyarakat dari laut yang

tinggi dan mempunyai potensi di bidang yang lain sebagai berikut:

2.4.1. Potensi di Bidang Pariwisata

Desa ini merupakan daerah pesisir pantai, tentu ini menjadi andalan bagi

desa ini untuk mendatangkan para pengunjung untuk datang.Pesisir pantai

Bozihöna tidaklah kalah dengan pantai-pantai yang ada di Nias lainnya, seperti

pantai Sorake dan Lagundri di Nias Selatan. Dari tepi pantai kita bisa melihat

pulau Onolimbu dan anak pulau tersebut yang akan sangat memanjakan setiap

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

mata yang melihat. Akses ke pulau tersebut dapat ditempuh dengan naik perahu

sekitar 30 menit saja. Tentunya pesona pantai Bozihöna adalah sumbur

pendapatan bagi masyarakat, Namun sekarang jumlah wisatawan yang datang ke

desa tersebut semakin berkurang setelah pulau Nias dilanda gempa bumi 8,7 SK

pada tahun 2004. Banyak yang berubah pada daerah pantai seperti pasang-

surutnya air laut yang tidak menentu dan bekas rumah-rumah warga yang hancur

yang masih terlihat sampai sekarang.Namun pada tahun 2017 ini desa Bozihöna

sudah dilirik oleh pemerintah, seperti sebagai salah tempat diselenggrakan Pesta

Ya’ahowu.Walaupun begitu, melihat kondisi desa dan masyarakat,tentunya masih

banyak harapan masyarakat desa kepada semua pihak terlebih pemerintah untuk

membantu segala kerusakan dari sarana/prasarana, agar pesona pantai Bozihöna

bisa berfungsi kembali dan membantu menaikan kondisi ekonomi masyarakat dan

diharapkan menjadi salah satu icon daerah pariwisata di kepulaun Nias.

2.4.2. Potensi di Bidang perikanan

Desa Bozihöna merupakan satu-satunya daerah penghasil ikan di

kecamatan Idanogawo dan sekitarnya.Hampir semua penduduk di desa adalah

nelayan, menurut pengetahuan warga di desa melaut pada malam hari itu lebih

baik dan kembali besok siangnya, karena menurut mereka, siang hari ombaknya

sangat tinggi sangat panas.Nelayan di Desa Bozihöna sangat mengantungkan

pengahasilanya pada hasil melaut ini, rata-rata hasil tangkapan nelayan adalah 20

kg sampai 60 kg.Nelayan biasanya memakai jaring atau alat pancing untuk

menangkap ikan dan jenis-jenis ikan tangkapan seperti:ikan Tuna, Kakap,

Baronang, Bawal, Udang, Layur, Cakalang, Tongkol, Belanak, Borito, Hiu, Pari,

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Layaran, Kerapu, dan sebagainya. Semua hasil tangkapan akan dijual di pasar

desa Bozihöna dan pasar kecamatan, dan sebagian untuk kebutuhan rumah tangga.

Masyarakat desa Bozihöna sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah

dan dinas yang terkait untuk guna memaksimalkan lagi hasil tangkapan mereka,

seperti bantuan alat-alat untuk memancing,dan kelengkapan perahu. Sebagian dari

nelayan juga membutuhkan sosialisasi tentang cara melaut dan keselamatan dalam

melaut, karena pembelajaran melaut hanya mereka dapat dari orang tua saja.

Warga nelayan di desa Bozihöna tidak bercita-cita untuk bisa mengekspor keluar

hasil melaut mereka, mereka hanya ingin semua hasil tangkapan mereka bisa

terjual dan hasilnya bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk

biaya sekolah anak.

2.4.3. Potensi di Bidang pertanian

Selain berlaut, masyarakat desa juga mempunyai potensi pada bidang

pertanian.Karena desa Bozihöna adalah daerah pantai yang di tumbuhi oleh

pohon-pohon kelapa yang subur, dan sebagian dari masyarakat desa adalah yang

mempunyai lahan tersebut.Dalam satu lahan biasanya di tumbuhi 20-30 batang

pohon kelapa.Selain itu upaya pemerintah desa dalam meningkatkan kondisi

ekonomi warga, seperti membentuk beberapa kelompok tani desa seperi komoditi

jagung, sayur mayur.

Namun karena keterbatasan lahan pertanian, kurangnya modal yang

hampir semua dialami oleh masyarakat desa dan juga kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang pengelolah hasil dan harga pasar. Maka satu persatu

kelompok tani tadi tutup dan tinggal beberapa lagi saja yang

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

beroperasi.Masyarakat desa Bozihöna sangat mengharapkan bantuan berupa

sosialisasi/penyuluhan dan bantuan modal dari dinas-dinas terkait kepada

masyarakat desa, agar terciptanya program desa yang sejahtera.

2.5. Kehidupan Masyarakat

Penduduk desa Bozihöna tidak didominasi oleh satu keturunan marga saja

melainkan banyak marga.Oleh karena itu di desa ini tidak adanya marga yang

menonjol dan terpandang. Semua marga sama dan setiap warga mempunyai hak

dan kewajiban di desa ini. Desa Bozihöna sebenarnya rata-rata menganut

KristenProtestan dengan dominasi Gereja BNKP (Banua Niha Keriso Protestan)

dan selebihnya adalah Islam Dan Khatolik.Waluapun desa ini mayoritas Kristen,

namun di kecamatan Idanögawo Desa Bozihöna adalah desa yang di kenal dengan

perkampungan Islam. Penduduk yang beregama Islam juga mempunyai hak yang

sama di desa seperti jabatan dal lain sebaginya.

Dari data kependudukan Desa Bozihöna tahun 2014. Sekitar 60%

penduduk beragama KristenProtestan yang didominasi oleh berbagai aliran Gereja

seperti BNKP dan aliran kharismatik , 45% beragama Islam dan 5% beragama

Katolik. Masyarakat Desa Bozihöna sebagian besar hampir 90% mencari nafkah

sebagai nelayan, dan sebgaian kecilnya adalah pedagang dan yang bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil(PNS) hanya 7 orang saja

Dalam kehidupan bermasyarakat dan sosial sehari-hari, masyarakat desa

Bozihöna tetap menjaga keharmonisan, kerukunan, kedamaian dan tidak ada rasa

iri apalagi dengki kepada setiap orang dan menjunjung tinggi nilai toleransi dan

persaudaraan dengan sesama.Mereka tetap melakukan gotong royong dan

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

membatu sesama dalam hal menyelesaikan setiap beban sesama. Seperti halnya

ikut serta membantu tetangga jika ada pesta pernikahan dan jika ada tetangga

yang dalam kesusahan/kemalangan setiap warga desa akan selalu menbantu tanpa

memandang marga dan agama karena setiap masyarakat desa masih banyak yang

mempunyai hubungan keluarga antara satu dengan yang lain, baik itu

Kristendengan Muslim.

2.5.1. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat di desa Bozihöna hampir semua berorientasi

pada mata pencaharian sebagai nelayan dan selebihnya seperti petani, pedagang,

peternak dan sedikit yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).Hasil

melaut, beternak kerbau dan berdagang tidaklah banyak membantu perekonomian

setiap kepala keluarga.Hasil melaut, bertani,berdagang maupunyang lainnya

hanya digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan keperluan anak

sekolah.Hal ini karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang mengolah

lahan maupun hasil perikanan yang ada, ini dibuktikan dengan banyaknya

masyarakat yang masih mengunakan perumahan kayu yang merupakan bantuan

dari pemerintah akibat gempa dari 2004yang bertahan hingga sekarang. Oleh

karena itu, maka penduduk desa Bozihöna dikategorikan sebagai masyarakat

sederhana ke bawah dengan sangat miskin 40%, masyarakat miskin sebanyak

55% dan 5% dikategorikan sedang.

2.6.2. Kondisi Keagamaan

Tingkat kepedulian dan toleransi bergama masayarakat terhadap sesama

masih sangat tinggi. Ketika hari Idul Fitri, masyarakat kristiani akan membantu

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

segala keperluan seperti menjaga kenyamanan umat Islam saat sholat demikian

juga ketika umat Kristiani beribadah di Gereja dan Hari Natal semua warga akan

membantu membersihkan Gereja. Jika ada warga yang meninggal dunia, maka

warga desa akan melayat dan membantu proses pemakaman baik berupa tenaga

maupun materi. Begitu juga ketika pesta-pesta adat lainnya seperti pernikahan,

warga akan saling berlomba membantu. Biasanya ketika ada tetangga yang

melakukan pesta pernikahan, para tetangga akan membantu meminjamkan uang

dalam bentuk ternak, beras maupun dalam bentuk uang itu sendiri. Ini merupakan

kebiasaaan yang ada dalam masyarakat Bozihöna maupun di Pulau Nias.

Rasa gotong royong juga masih sangat dipegang teguh oleh masyarakat,

seperti halnya jika ada kegiatan desa , apabila ada kegiatan bersih-bersih maka

semua warga akan berkerjasama untuk membersikan desa. Desa Bozihöna

terkenal dengan tingkat kriminalitas yang rendah dan keramahan warganya

terhadap semua orang.Sejauh ini rasa kekeluargaan dan toleransi adalah hal yang

diutamakan oleh setiap masyarakat di Desa Bozihöna karena menurut meraka,

meraka sama-sama suku Nias, sama marga, sama bahasa, walaupun kepercayaan

berbeda kita tetap satu nenek moyang.

2.5.3. Jumlah Penduduk Desa Bozihona

Penduduk Desa Bozihöna didominasi oleh banyak marga seperti

Telaumbanua, Zebua, Harefa, Zega, dan Zendratö.

Jumlah penduduk Desa Bozihöna Dusun Idan Dusun II yakni:

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Tabel 2.2 Jumlah penduduk Desa Bozihöna, Dusun 1 dan Dusun II

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 600 orang

2 Perempuan 528 orang

Jumlah keseluruhan 1.128 orang

Sumber :Data dari Sekretaris Desa Bozihöna.

*Pengambilan data diambil akhir Oktober 2014. Setiap masyarakat di Desa

Bozihöna yang lahir dan meninggal maupun yang pindah dan yang masuk jadi

warga desa akan di data setiap sebulan sekali oleh sekretaris Desa Bozihöna.

2.6. Kondisi Sarana/Prasarana Umum Desa Bozihöna

Kondisi sarana/prasarana umum desa Bozihöna secara garis besar adalah

sebagai berikut:

Tabel2.3Sarana dan prasarana di desa Bozihöna

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Balai Desa 1 Unit Baik

2 Sekolah Dasar - -

3 Sekolah Menengah

Pertama

- -

4 Puskesmas - -

5 Kios Pasar 2 Unit -

6 Mesjid 3 Unit -

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Sarana dan prasarana di Desa Bozihöna masih sangat kurang mendukung

untuk segala tingkat yang sangat baik untuk masyarakat, seperti kondisi jalan

untuk masuk ke desa dan didalam desa dalam kondisi rusak dan sangat

sempit.Lebarnya hanya sekitar 2,5 meter saja dan banyaknya kondisi jalan yang

berlubang sehingga digenangi air pada musim hujan, dan tentu ini sangat

membahayakan setiap pengguna jalan tersebut. Kondisi jalan menuju Desa

Bozihona dulu sempat diperbaiki oleh pemerintah setelah gempa 2004, karena

adannya rencana pemerintah kabupaten untuk membangun pelabuhan kapal laut di

desa tersebut, namun tidak berjalan sampai sekarang.

Kondisi lain adalah gedung sekolah dasar(SD) dan sekolah menengah

pertama (SMP) di desa tersebut sangat memprihatinkan.Gedung sekolah di pakai

secara bersamaan dengan cara setiap kelas untuk siswa. Besarmimpi setiap anak

di Desa Bozihöna untuk bisa sekolah di pusat kecamatan, kondisi jarak yang jauh

menjadi asalan utama setiap orang tua untuk tetap menyekolahkan anaknya di

desa tersebut saja dan supaya lebih cepat membantu orang tua saat bekerja.

Memang ada juga siswa yang sekolah di kecamatan walaupun menempuh jarak

sekitar 11 KM dengan meggunakan sepeda, ini semua meraka lakukan demi

mendapat pendidikan yang lebih baik nantinya untuk masa depan.

Fasilitas saat ini yang sedang dibangun oleh pemerintah adalah

pembangunan puskesmas desa yang sedang dalam tahap pembangunan.

Kemudian kios-kios pasar tradisional di desa tersebut, karena berdagang

merupakan pekerjaan masyarakat selain nelayan. Hal ini karna setiap masyarakat

setelah melaut mereka akan menjual hasilnya di pasar tradisonal tersebut. Fasilitas

lainnya sudah adanya tower jaringan Telkomsel untuk membantu komunikasi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

aliran listrik dari PLN yang sudah sebagian besar dimiliki oleh masyrakat desa

dan tentunya ini ialahhal-hal yang membantu masyarakat seperti dalam hal

mendapatkan informasi contohnya dari radio dan sebagian kecilnya dari televisi.

Kondisi Pasar tradisional di Bozihöna masih belum layak.Akibat banyak kios-

kios yang sudah rusak dan ambruk pasar tradisional ini beroperasi hari sabtu,

seperti pasar tradisonal pada umumnya, para pedagang bukan hanya saja datang

dari desa tersebut saja, namun pedagang dari daerah lain, dan begitu juga jika

pekan di daerah, pedagang dari Desa Bozihönaakan berdagang disitu juga.

Sebenarnya masih banyak sarana/prasarana yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat desa hal yang paling utama adalah rumah yang layak bagi masyarakat

desa. Menurut observasi hampir semua masyarakat desa mengunakan rumah dari

kayu danselebihnya dari beton, mungkin alasan lainnya karena takut jika dari

beton akan cepat roboh jika ada gempa bumi lagi. Kamar mandi umum dan

sumber air bersih juga sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa.

2.7. Perhatian pemerintah di bidang sarana perikanan

Berlaut adalah sumber penghasilan masyarakat yang paling utama. Di desa

Bozihöna terdapat banyak nelayan yang sudah turun-temurun sejak dari kecil

sudah diajari menangkap ikan yang baik, ada juga nelayan musiman yang artinya

jika penghasilan dari lahan pertanian tidak ada maka menangkap ikan adalah

pilihan lain. Namun terdapat juga nelayan nonpermanen yang merupakan nelayan

yang mencari nafkah dengan cara berlaut yang bersifat sementara saja (pekerjaan

sampingan) hanya untuk memenuhi sehari-hari saja atau dijadikan lauk. Umunya

nelayan desa Bozihöna hanya akan menjual hasil ikannya di pasar tradisonal desa

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Bozihöna saja tidak menjualnya ke pasar kecamatan yang lebih besar, jadi para

pengumpul yang akan menjualnya ke pasar kecamatan, dan tentunya harga ikan

yang dijual ke pengumpul akan jauh lebih murah dibandingkan ketika akan di jual

ke pasar kecamatan, hal ini karena banyak nelayan yang tidak mempunyai motor

sebagai alat tranportasi untuk menjual hasil melaut secara langsung.

Upaya pemerintah dan dinas terkait dalam meningkatkan kondisi ekonomi

melalui bidang perikanan seperti bantuan perahu dan alat-alat memancing seperti

jala, kail dan sebagianya yang di berikan kepada setiap nelayan. Namun masih

saja kondisi ekonomi nelayan di Desa Bozihöna masih saja sangat jauh dari kata

baik, pendapatan nelayan hanya bisa untuk membiayai kehidupan rumah tangga

belum lagi untuk biaya sekolah anak dan biaya yang lainnya. Terkadang juga

banyak nelayan-nelayan yang tidak melaut karena faktor cuaca yang buruk dan

tidak adanya ikan dilaut disebabkan karna musim dan harga bensin maupun solar

yang melambung tinggi dan ini tentunya adalah hal-hal yang sangat memberatkan

para nelayan untuk mencari nafkah dan biaya sekolah anak.

2.8. Perhatian pemerintah di bidang sarana kesehatan

Kesehatan yang baik merupakan prorioritas yang sangat diharapkan oleh

setiap masyarakat, begitupula pengetahuan.Namun tentunya hal ini harus

didukung dejngan sarana gedung kesehatan/puskesmas yang baik dan tenaga

kesehatan seperti Dokter, Perawat, Bidan dan pelayan Kesehatan Masyarakat

yang memadai.Desa Bozihöna tidak mempunyai banyak lulusan keperawatan

ataupun kebidanan apalagi dokter, jadi selama ini masyarakat desa hanya

bergantung pada bantuan dari tenaga kesehatan dari Puskesmas saja. Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

desa tidak mempunyai seorang dokter yang tetap hanya ada tenaga Perawat dan

Bidan saja, jadi biasanya masyarakat desa jika berobat atau berkonsultasi ke

dokter harus ke kecamatan yang jaraknya 10 KM dari desa.

Pada tahun 2016, Pemertintah memusatkan perhatian pada pembangunan

gedungpuskesmas desa yang masih dalam tahap pembangunan. Selama ini proses

pelayan kesehatan dilakukan di puskesmas yang ukurannya kecil dan tidak

didukungnya alat-alat medis yang sesuai dengan standar yang baik. Tentunya ini

adalah harapan para masyarakat desa dan tenaga kesehatan yang ada di puskesmas

desa seperti bertambahnya tenaga kesehatan, dokter dan juga sosialisasi tentang

kesehatan yamg baik kepada masyarakat.

2.9. Perhatian Pemerintah Di Bidang Sarana Pasar.

Pasar merupakan tempat tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk

melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.Kegiatan pasar tradisonal di Desa

Bozihöna hanya diadakan pada hari sabtu saja yang dimulai pada jam 08.00 pagi -

13.00 siang, sebagian besar pedagang berasal dari luar desa hal ini karena

masyarakat desa banyak yang berprofesi sebagai nelayan, umunya para pedagang

menjual barang-barang kebutuhan setiap hari dan bahan pangan. Pasar terletak di

Dusun II yang berdekatan dengan bibir pantai dan kondisinya sangat

memprihatinkan dimana hanya ada gubuk-gubuk yang terbuat dari kayu yang

sudah lapuk dan daun rumbiah dan sebagian sudah ada yang memakai seng

ditambah kondisi jalan pasar yang rusak dan berlubang sehingga kalau hujan akan

banjir. Selain tempat terjadinya jual beli, pasar ini juga mempunyai fungi lain

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

yaitu sebagai tempat bertukar informasi antar warga dan hiburan buat warga

inikarena aktivitas pasar hanya terjadi satu kali dalam seminggu saja.

Pada tahun 2015 atas kerjasama pemerintah perdagangan dan dinas

perindustrian perdagangan energi dan sumber daya mineral dengan pemerintah

daerah kabupaten Nias melalui dana alokasi khusus tambahan bidang sarana

perdagangan tahun 2015 telah memberi bantuan kepada masyarakat desa

Bozihöna berupa kios-kios pasar tradisonal dan pasar ikan. Kondisi bangunan

terbuat dari semen dan sudah beratapkan seng dantentunya ini akansangat

membantu aktivitas pasar. Menurut masyarakat desa, kondisi pasar sekarang akan

terlihat lebih lancar jika jalan desa dan jalan pasar diperbaiki, maka akan semakin

banyak warga yang akan datang berkunjung dan tentunya kondisi warga desa

akan semakin membaik.

Gambar01 : Pasar tradisionalBantuan dari Pemeritah

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU NIAS

DAN DESA BOZIHÖNA

3.1. Sejarah Islam Di Pulau Nias

Fanömba adu atau Fabelegu adalah merupakan agama kepercayaan suku

Nias pada pada zaman dahulu.Adu merupakan contoh atau gambaran orang tua

yang dibuat dari pahatan kayu dan batu dengan tujan untuk dijadikan sebagai

Tuhan, dengan memohon agar hewan peliharaan seperti babi dan hasil lahan

berlimpah. Sifat dari agama ini adalah penyembahan dewa pencipta, kepercayaan

kepada kekuatan gaib dan roh halus, kepercayaan dalam wujud terlihat dan bisa

diraba seperti pohon, binatang, angin dan juga terhadap roh leluhur yang

dibuatkan dalam bentuk pahatan kayu atau batu.

Islam masuk ke Pulau Nias bukan melalui misi khusus untuk menyebarkan

agama, melainkan dibawa oleh para pendatang ke Pulau Nias baik yang

berdagang maupun yang menetap disana. Meskipun Islam telah terlebih dahulu

masuk ke P.Nias, namun pada perkembanganya tidak sepesat agama Kristen yang

disebarkan dalam misi khusus oleh para misionaris. Umumnya masyarakat asli

Nias yang masuk Islam adalah karena kesadaran sendiri atau karena ikatan

perkawinan dengan para pendatang yang beragama Islam

Menurut pak Yasmin Harefa (Ama Syam), ada beberapa faktor

kemungkinan kurang pesatnya Islam berkembang di Nias pada masa itu, antara

lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

• Para pendatang ini memang bukan datang untuk menyebarkan agama,

berbeda dengan para misonari Kristen, yang terlebih dahulu telah

mempelajari budaya Nias dan bahasanya, sehingga mudah diterima oleh

masyarakat Nias pada saat itu.

• Kemungkinan karena mereka telah menjalin hubungan yang baik dengan para

penguasa setempat, mereka memilih untuk tetap memelihara hubungan baik

yang telah terjalin tanpa mengintervensi adat dan kepercayaan penduduk

setempat. Apalagi setelah adanya kesepakatan/pemberian wilayah kekuasaan

bagi para pendatang dengan penguasa setempat.

• Kondisi alam yang pada waktu itu masih berupa hutan rimba sehingga

membuat akses yang sulit ke pedalaman dan pegunungan dimana kebanyakan

penduduk asli tinggal.

• Masyarakat setempat yang biasa beternak babi membuat para pendatang

beragama Islam sulit berasimilasi dengan penduduk asli. Hanya penduduk

asli yang datang ke perkampungan umat Islam dan berinteraksi cukup intens

dengan para pendatang saja yang akhirnya masuk Islam.

• Ternak babi bagi masyarakat Nias merupakan ternak utama untuk upacara-

upacara adat, sehingga sangat wajar jika mereka sulit menerima kepercayaan

baru yang mengharamkannya. Seperti yang diutarakan dalam Buku manusia

langit, betapa pentingnya babi bagi masyarakat Nias Dalam segala hal.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Secara kronologis masuknya Islam ke pulau Nias dapat diurutkan sebagai

berikut:

• Tahun 858 M. seorang Persia bernama Sulaiman pernah menyinggahi pulau

Nias yang dinamakannya denga Pulau Nian. Hal ini telah disebutkan oleh E.

Fries dalam bukunya Amoeata Hoelo Nono Niha hal 53. Sayangnya tidak ada

penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini.

• Tahun 1624 M. Nias masuk menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh

pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (berkuasa dari tahun 1607 s/d

1635).

• Pada tahun 1642(?)/1080 H. orang Aceh di bawah pimpinan Teuku Polem

dari Meulaboh tiba di Nias, yang kemudian menetap di kampung Hele Duna

Siwulu (sekitar Desa Mudik sekarang).

Keterangan ini diperkuat dalam buku Encyclopedia Van Nederndsch Cost

Indie III cetakan kedua, keluarang Martinus Nijhoffe Gravenhage tahun 1915

dalan halaman kedua memuat keterangan seorang Belanda bernama Davidson

tentang apa yang dilihatnya sewaktu dia pada tahun 1665 mengelilingi pulau

Nias, bahwa orang Melayu terutama Aceh bergaul dengan suku-suku Nias

dan bahwa agama yang dibawanya Islam. Islam berpengaruh atas lembaga

kebudayaan kerohanian asli orang Nias.

• Pada tahun 1111 H. atau sekitar tahun 1690 M. seorang Minangkabau

bernama Datuk Raja Ahmad suku Chaniago asal negeri Priangan Padang

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Panjang telah sampai di Nias, sekitar Teluk Baliku kira-kira 12 Km utara kota

Gunungsitoli dan tinggal menetap di Kampung Dalam (sekitar perbatasan

Desa Mudik dan Kelurah Ilir sekarang).

• Sekitar tahun 1215 H atau 1794 M dibawah pimpinan Haji Daeng Hafiz

(orang Bugis) tinggal dan menetap di Gunungsitoli.

• Sekitar tahun 1810 M. orang Arab di bawah pimpinan Said Abdullah dari

Kotaraja Banda Aceh sampai dan menetap di Gunungsitoli.

• Sekitar tahun 1863 M. orang India dibawah pimpinan Mustan Sahib tiba dari

Meulaboh dan menetap di Gunungsitoli, setelah sebelumnya tinggal di

Singkil.

Pada masa sekarang ini Islam telah tersebar ke seluruh kepulauan Nias,

terlebih di daerah pesisir dan sedikit yang ada di kota. Tahun demi tahun penganut

Agama Islam di Pulau Nias semakin bertambah walaupun dalam statistik yang

masih kecil. Menurut badan sensus penduduk kepulauan Nias tahun 2010

penganut agama Islam dari setiap kabupaten ialah:kabupaten Nias 1.536,

kabupaten Nias Selatan 7,398, kabupaten Nias Utara 6,894, kabupaten Nias Barat

1,621 dan kota Gunung Sitoli 17,151. Dalam jumlah presentase jumlah penganut

Agama Islam Adalah hanya 5,9 % saja. Adapun sebabnya penyebab Orang Nias

menjadi Penganut Agama Islam seperti telah jadi Islam sejak dari lahir, akibat

pernikahan dan jadi Mua’laf. Menurut sejarah Islam sudah sangat lama

diperkenalkan di pulau Nias, lebih dulu datang sebelum Agama Kristen dan

katolik datang ke Pulau Nias. Namun karena ajaran Islam sangat bertentangan

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

dengan adat Nias maka Islam kurang diminati oleh rakyat Nias dan raja-raja atau

BaluguNias padazaman dulu.

Nias adalah daerah yang penduduknya adalah mayoritas Kristen Protestan.

Kristen dibawa oleh misionaris jerman Lidwig Ernst Deningger (1865) dan

sebagian lainnya Katolik (1854) dibawa oleh Pastor C.de Hesselleyang telah

banyak memberi banyak pengaruh terhadap budaya Nias pada saat itu. Namun

sebelum kedatangan agama Kristen Protestan dan Khatolik, Islam sudah terlebih

dahulu sudah dikenal oleh penduduk Pulau Nias yang masih menganut

kepercayaan tradisional.Islam juga sangat berpengaruh di Pulau Nias terlebih di

Kota Gunung Sitoli yang menjadi pusat ekonomi di Pulau Nias. Islam sangat

sangat berkembang di kota Gunung sitoli, karena syiar Agama Islam di mulai dari

kota ini oleh Teuku Polem. Pada masa sekarang ini keturunan dari Teuku Polem

telah bertebaran dimana selain dari pada yang berdomisili (Tinggal) di Pulau Nias

juga bertebaran dimana-mana seperti di Medan, Padang, Jakarta dan

sebagainya.Tentunya saja pada waktu yang akan datang jumlahnya akan semakin

bertambah banyak. Di antara keturunan Teuku Polem yang ada sekarang ini,

bukan mustahil bahwa hanya sedikit yang mengetahui tantang sejarah dan riwayat

dari nenek moyang mereka tersebut. Tentu dapat dirasakan bahwa betapa

kurangnya atau buruknya apabila seseorang tidak mengetahui tidak mengenal

dirinya danasal ususnya.

Dalam buku Tuturan Tiga Sosok Nias editor P.Johannes

M.Hammerle,OFM.Cap seorang pastor tentang sejarah kedatangan Teuku Polem

di Gunung Sitoli, Pulau Nias. Bahwa pada tanggal 30 Mei 2002 Sr. Klara Duha

OSF dan direktur Museum pusaka Nias berkunjung ke rumah bapak M.I Polem

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

yang merupakan keturunan dari Teuku Polem di kelurahan Ilir Kota Gunung

Sitoli. Dalam wawancara mendalam tersebut dengan beliau terungkap beberapa

poin penting yaitu, Bapak M.I Polem lahir pada tahun 1912, menjadi pegawai

Sahbandar (1971-1995) dan menjadi kepala desa selama 30 tahun.Menurut

keterangannya Teuku Polem Iskandar Muda tidak mempunyai anak dari istri

kedua, hanya dari istri pertama, tetapi mereka bukan keturunan sultan.Mereka ini

dari pedalaman Meulaboh.Teuku Hitam adalah anak pertama dari istri pertama.

Dia itu punya tiga anak: Teuku Polem, Imam Bale dan Siti Zalikha.

Tahun 1641 mereka merantau ke Nias karena ada perselisihan, mereka

tidak mau di perintahkan oleh seorang sultan perempuan. Oleh karena itu mereka

berangkat dengan 7 perahu di pelabuhan kota Olele. Dalam setiap perahu muat

sekitar 10 orang laki-laki, dan mereka bersepakat, kemana saja kita sampai

nantinya di situ kita akan tinggal, disitu kelak tanah air kita. Akhirnya 3 perahu

sampai di Nias mendarat di Nias Gazah, Bawöganöwö, di Onolimbu kecamatan

Idanögawo dan di Bale Foa.Bawöganöwö kelak disebut Tuha Ganöwö dan tiga

perahu lainnya sampai di Nias Utara, mendarat di Toyolawa, di muara Muzöi

sedangkan perahu Teuku Polem mendarat di Luaha Laraga. Teuku membawa

serta dua meriam, yang satu di dirikan di depan pendopo rumah Bupati dan yang

lain tinggal di mesjid lama di Mudik, dan sejumlah meriam lainnya dapat di lihat

di persimpangan jalan kampung baru yang di jual pada zaman dulu di Padang,

karena tidak laku lagi

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar02 : Sejumlah Meriam yang di bawa oleh Teuku Polem yang

ada di persimapang jalan kampung baru, Kota Gunung Sitoli

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Sesudah tiba di muara sungai Idanoi, yaitu Luaha Laraga, yang pada saat

itu tidak dihuni, namun dari sebelah hulu sungai itu kelihatan batang-batang padi

yang hanyut tanda bahwa ada manusia. Mereka kemudian menyelusuri sungai

Idanoi ke atas sekitar 6 km dan sampai di desa Onozitoli, yang merupakan desa

induk dari marga Harefa. Karena bahasa mereka berbeda, mereka hanya bisa

berkomunikasi lewat isyarat dan sekapur sirih.Setelah sekian lama, putri dari

balugu Harimo menjadi istri dari Teuku Polem.Setelah sekian lama tinggal di situ

mereka pindah ke desa Dahana, karena saudara dari Balugu Harimo ada di situ

yaitu Balugu No’ou. Menurut M.I Polem nama berasal dari bahasa Aceh yang

berarti: daerah perempuan, daerah pemukiman karena di situ kaum perempuan

berladang.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Pada masa Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam (1607-1636) di Aceh,

kerajaan Aceh dibagi dalam beberapa wilayah kekuasaan.Setiap wilayah

kekuasaan dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan dengan kedudukan sebagai

wakil kesultanan (raja).Kepala pemerintahan pada setiap wilayah berdasarkan

tradisi dalam pemerintahan monarchi/kerajaan harus diangkat dari kalangan

sultan.

Kerajaan Aceh wilayah bagian barat pada masa itu berpusat di Preumbeue

Meulaboh dan kepala pemerinthannya (wakil keseultanan) ialah Teuku Chik (Cik)

dari Meuraxa Kutaraja (Banda Aceh) Mukim XXVI dan dia mempunyai 2 orang

putra yang bernama Teuku Polem, Teuku Imeum Bale dan 1 putri bernama Siti

Zalikha. Sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, Teuku Polem sebagai anak tertua

akan membantu ayahnya dalam bidang keamanan dan pemerintahan. Putra

keduanya diberikan tugas dalam bidang keagamaan.

Pada masa Teuku Cik memimpin pemerintahan diwilayah bagian barat

(Meulaboh), pantai pesisir barat kerajaan Aceh sering diganggu oleh perampok

dan bajak laut.Oleh karena itu,Teuku Polem sering langsung memimpin operasi

pengamanan sepanjang pantai barat hingga Natal dan setelah itu ke Tapak

Tuan.Pada waktu Teuku Polem dan pasukannya masih berada di Tapak Tuan

beliau diberitahu oleh utusan adiknya Teuku Imeum Bale, bahwa ayahandanya

Teuku Teuku Cik telah meninggal dunia. Berdasarkan kebiasaan yang lazim

berlaku,sehari raja meninggal, maka pada hari itu juga diangkat penggantinya.

Namun berhubung karena Teuku Polem tidak berada di Meulaboh yang

seharusnya beliaulah yang akan diangkat menjadi penganti ayahnya selaku anak

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

tertua, maka terpaksa adiknya yang diangkat menjadi penjabat sementara sebagai

peganti ayahnya Teuku cik.

Dengan penuh kesedihan Teuku Polem kembali Meulaboh karena tidak

sempat melihat ayahnya pada waktu meninggal.masalah kepimpinan yang ada

ditangan adiknya tidak menjadi pemikirannya dan beliau mengikuti

peraturan.Karena kesedihan yang mendalam, maka sebagai penghipur laranya

beliau melanjutkan operasi di perairan pantai,akhirnya beliau mampersiapkan 5

buah Pincalan dengan semua perlangkapan dan beberapa rombongannya yang

sebagian dari keluarganya. Maka pada tahun 1642 M, Teuku Polem beserta

rombonganya pergi meninggalkan Meulaboh dan berlayar ke arah selatan pulau

Sumatera dengan keputusan yang tekad bahwa dimana tanah dijumpai

disitulah yang akan menjadi tanah air dan tanah tumpah darah anak cucunya.

Setelah sekian lama berlayar, akhirnya mereka melihat sebuah pulau dan

mendekatinya, persis di Lauha Laraga Idanöi.Sesuai dengan keputusan beliau dan

kesepakatandan rombonganya maka setelah melihat di Muara sungai ada tanda

bahwa tempat itu telah dihuni oleh manusia dan seterusnya dengan petunjuk tadi

mereka menyusuri pinggir Luaha Laraga menuju ke hulu sungai. Kemudian

mereka sampai disuatu tempat yang teryata telah dihuni oleh manusia.Setelah

Teuku Polem menjelaskan maksud kedatangan mereka dan mereka pun heran dan

bersyukur karena ahlak dan moral penduduk setempat yang begitu baik dan

hormat kepada mereka dan kepada penduduk setempat yang telah menerima

Teuku Polem beserta rombonganya.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Nama tempat tersebut ialah Onozitoli Laraga dan yang menjadi Balugu di

negeri itu adalah Balugu Harimo, saudara dari Balugu Böwö Laraga. Maka

Teuku Polem serta rombonganya pun datang menghadap dan mengadakan

kunjungan kehormatan kepada balugu Harimo.Mereka diterima sangat baik

dengan penuh rasa kekeluargaan oleh Balugu serta keluarga besarnya. Karena

kebaikan dari Balugu dan penduduk Onozitoli. Hati Teuku Polem sangat terkesan

apalagi atas izin Balugu Harimo, Beliau serta rombonganya bisa Tinggal di

Onozitoli Laraga sampai tahun 1644. Tepatnya pada tahun 1643, pada waktu itu

Teuku Polem menikah dengan Putri Balugu harimo yang bernama Bawo’Ana’a

setelah ia mengucapkan kalimat syahadat yang sebelumnya menganut

kepercayaan tradisional (Fabelugu). Pernikahan Teuku Polem dan Bowo’Ana’a

yang telah menjadi seorang Islam dan menjadi pemeluk Islam permata kali di

Pulau Nias.Sejak saat itu agama Islam mulai berkembang dimana-mana keseluruh

penjuru Nias.

Balugu Harimo mempuyai 3 orang putra yang bernama Balugu Mangaraja

Fagöwa Harefa, Balugu Kö’öwa kahemanu, Kehomo Harefa dan satu orang

Bwowo’Ana’a. Setelah Bowo Ana’a telah memeluk agama Islam, maka anak

saudaranya Balugu Mangaraja Fagöwa Harefa yang bernama Si Acah Harefa

masuk memeluk Islam. Keturunannya sekarang adalah penduduk di kampung

Miga, Öri Tabaloho dahana, kecamatan Gunung Sitoli. Demikian juga Kehomo

Harefa memeluk agama Islam, dan keturunnanya sekarang sebagian tinggal di

desa Mudik Gunung Sitoli, dan sebagian di Sifahandro kecamatan Tuhemberua

dan sebagian tempat lainnya. Sedangkan keturunan Balugu Kö’öwa Kahemanu

Harefa tidak memeluk agama Islam tapi agama Kristen Protestan. Tetapi akhirnya

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

keturunannya ada yang memeluk Islam yang sekarang berdomisili desa Mudik

dan Sifahandro.Dan yang memeluk agama Kristen berdomisili di Lasara Hili Öri

Tabaloho Dahana.Kemudian pada tahun 1644. Balugu Kö’öwa Kahemanu Harefa

dan Kehomo Harefa pindah dari Dahana ke Lasara. Teuku Polem dan keluarga

juga ikut pindah dari Dahana lalu tinggal di Siwulu/Giri’I yang sekarang masuk

dalam wilayah desa Mudik Gunung Sitoli. Kedua tempat tersebut masih belum

dihuni oleh manusia (atua silo niha)

Selama Teuku polem berada di Siwulu, beliau telah memiliki dua orang

anak, seorang putra dan putri yaitu Simeugang lahir pada tahun 1653 dan Siti

Zohora lahir pada tahun 1654. Akhirnya setelah bertahun-tahun tinggal di Siwulu,

atas musyawarah serta keputusan kerabat dan rombongan yang datang bersama

dengan Teuku polem meninggalkan Siwulu.Meraka menjadi terpencar ada yang

kembali ke Aceh, ada yang ke arah selatan dan utara pulau Nias danada juga yang

masih tinggal bersama dengan Teuku Polem.Sejak saat itu mulailah ramai

pedagang-pedagang dari Aceh, Padang, Natal yang datang berdagang ke Gunung

Sitoli, pulau Nias.

Teuku polem sangat betah tinggal di Gunung Sitoli, karena ini telah

menjadi niat/tekad semula.Juga karena beliau telah menikah dengan Bowo’Ana’a

dan mempunyai 3 orang anak dan serta mereka semakin tua.Lebih- lebih karena

ketiga iparnya tidak mengijinkan adik mereka Bowo’Ana’a jauh dari samping

mereka, sebab Bowo’Ana’a hanyalah saudara perempuan mereka satu-satunya.

Selama 11 tahun Teuku Polem tinggal dan berusaha di Siwulu, kemudian pada

tahun 1655 beliau bersama keuarga dan rombongannya yang masih tinggal,

memindahkan tempatnya di dekat Hele Duna dimana disana dijadikan sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

tempat pemukiman baru dan terdapatnya sumber mata air yang lebih besar dan

tidak begitu jauh dari kampung iparnya di Lasara. Walaupun Teuku polem telah

pindah dari Siwulu, namun penduduk warga Siwulu/Gari’i yang masih ingin tetap

tinggal di Siwulu tetap mempunyai ikatan adat/kekluargaan dan peraturan lainnya

sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama.

Pada tahun 1675 datanglah serombongan utusan Teuku Imeum Bale (adik

Teuku Polem) dari Meulaboh, dengan tujuan menjemput Teuku Polem untuk

kembali ke Meulaboh Aceh. Namun Teuku Polem menolaknya, supaya agar para

utusan Teuku Imeum Bale adiknya, apalagi ini adalah kedatangan mereka yang

kedua kalinya, yang petama datang tahun 1647, oleh karena itu dengan keadaan

terpaksa Teuku Polem mengutus anaknya sebagai penggantinya, yaitu Simeugang

yang berumur 22 tahun bersama dengan Si Acah Harefa, anak iparnya Balugu

Mangaraja Fagöwa untuk pergi ke Meulaboh Aceh, Selama berada di Meulaboh

mereka belajar tentang hukum dan ajaran-ajaran Islam.

Sewaktu Simeugang masih berada di Meulaboh atau satu tahun sebelum

kembali dari Meulaboh tetapnya pada tahun 1690, adiknya Siti Zohora telah

dikawinkan dengan datuk Ahmad, seorang bangsawan yang datang dari padang

Pariaman tahun 1690 dan mereka di karuniakan seorang anak laki-laki. Pada

suatu, ketika Siti Zohora membuaikan anaknya, terkenanglah ia kepada

Simeugang, yang merupakan kakak satu-satunya dari Siti zohora. Beliau pun

menangis karena anaknya lahir tanpa Sibaya (paman) dan lebih-lebih mengingat

orang tua mereka semakin tua. Mendengar hal itu Datuk Ahmad pun bersedih

melihat istrinya menangis, oleh karena itu beliau bermusyawarah dengan

mertuanya Teuku Polem, dan akhirnya rencana Datuk Ahmad dan Siti Zohora

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

untuk menjemput iparnya Simeugang dan si Acah Harefa di setujui Teuku Polem.

Dalam adat minang, Simeugang sebagai seorang paman dari anak Datuk Ahmad

dan adiknya Siti Zohora, sangat didambakan oleh seorang kemenakan. Pada

tahun1691 Datuk Ahmad beserta Simeugang dan si Acah Harefa kembali ke

Pulau Nias dengan membawa sebagai tanda kenang-kenagan dari peninggalan

neneknya T.Cik dua pucuk meriam, badi suasa, cerana perak dan barang-barang

berharga lainnya.

3.2. Pesta Owasa dan Fondrakö

Fondrakö adalah upacara penetapan hukum adat yang disertai dengan

penyumpahan dan kutuk bagi si pelanggar. Ketetapan Fondrakö merupakan

kumpulan dan sumber segala hukum yang menjadi landasan hidup Ono Niha

(masyarakat Nias), salah satu hasil rumusan dari Fondrakö adalah penetapan

berbagai skala timbangan dan volume takaran (Lauru, tumba, falie’ra, afore).

Adat Fondrakö sampai sekarang masih dipraktekkan dalam kehidupan sosial

masyarakat Nias, seperti penetapan hukum desa, adat pernikahan.

Teuku Polem meninggal dunia pada tahun 1698. Sesuai kesepakatan

bersama T.Simugang dengan pihak pamannya dan iparnya, Teuku Polem di

kebumikan di tempat yang jaraknya sama jauh dari rumah Simeugang dengan

rumah adiknya Siti Zohora adiknya.Karena kematian ayahnya, sebagai

penggantinya ialah T.Simeugang sebagai anak pertamanya. Pesta adat (Owasa)

yang pertama diadakan, yaitu setelah dua tahun T.Simeugang menjadi raja (1696-

1735). Beliau mengundang Si Tiga Tua yaitu Balugu marga Harefa, Zebua dan

Telaumbanua, dan dalam pesta ini Simeugang diberi gelar oleh Si Tiga Tua yaitu

Balugu Ndruru Tanö.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Sesudah pesta adat (Owasa) tersebut, lalu disusul dengan mengadakan

Mondrakö pertama di Hele Duna pada tahun 1686, yang didukung oleh Si Tiga

Tua, yaitu

1. Mado Harefa di bawah pimpinan Balugu Ama Zihönö

2. Mado Zebua di bawah pimpinan Balugu Tua Laso Kanea

3. Mado Aceh di bawah pimpinan T. Simeugang

Supaya keputusan Mondrakö dipatuhi, mereka mengangkat sumpah

dengan membakar seorang manusia.Sebagai keputusan Mondrakö pertama di

Helu Duna.Yang terpenting diantaranya adalah penentuan wilayah pemukiman

yang menjadi wilayah T.Simeugang, yaitu” Ndraso kebumi onombini’ö, ba hili ba

niha. Balö fahare ana’a ita. Fuli mböwö gana’a nawöu.Lö fahare ana’a I’otarai

moroi yöu katambai (Labua Angi) isisi gahe hili irugi gamaudu Ziwulu.I’otarai

Ziwulu ihene gahe hili irugi gamaudu dögi Zaeru (Sabango). Na lasiwawöi da’a,

ba asila hulumi ibe’e fondrakö andre. Pada waktu Fondrakö di Hele Duna

pertama dilangsungkan ndraso lingkungan Kota Gunung Sitoli masih hutan

belukar dan belum didiami oleh manusia, kecuali Hele Duna tempat Simeugang,

dan siwulu tempat pertama mereka sebelumnya.

Pada tahun 1735, T.Simeugang meninggal dunia dan posisinya digantikan

oleh anaknya si Ma’af (1735-1755) dan setelah si Ma’af di gantikan oleh anaknya

yang pertama yaitu raja Sulaeman (1755-1790). Raja Sulaeman bersama keluarga

dan cucu T.Simeugang dan kerabat-kerabat lainnya masih bermukim di

lingkungan tempat pemukinan T.Simeugang dekat Hele Duna.Tempat ini

kemudian disebut balai Rung (Nahia Gödo).Lingkungan ini terdapat sebuah

kolam, tempat peliharaan dua ekor buaya putih jantan betina. Tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

bermukimini semakin lama terus berkembang karena jumlah penduduknya yang

semakin bertambah banyak. Tempat tersebut akhirnya disebut Mudik, dan oleh Si

Tiga Tua dinamakan Dawa Sowanua artinya suku Melayu Aceh yang telah

mempunyai kampung (so tanö). Sejak saat itu suku Melayu Aceh telah

mempunyai hak yang sama dengan pendudukasli Pulau Nias. Hubungan ini terus

berkembang dan intim, setelah terjadi pertalian darah secara terus menerus yang

timbal balik antara kedua suku.

Pada tahun 1756, pesta adat (Owasa) yang kedua, yang akan diadakan

oleh keturunan Teuku Polem, adalah pesta adat yang diadakan oleh Raja

Sulaeman. Pesta ini bertujuan untuk melanjutkan dan melestarikan tradisi-tradisi

pada masa lampau seperti yang telah dilakukakan oleh kakeknya

T.Simeugang.Dalam adat ini Raja Sulaeman mengundang Si Tiga Tua dan atas

kesepakatan mereka bersama kepada Raja Sulaeman diberi gelar Balugu

Sogömbanua. Tak lama setelah pesta adat tersebut diadakan oleh Raja Sulaeman

(Balugu Sogömbanua) usai, dilanjutkan dengan Mondrakö Hele Duna ke-II oleh

Balugu dari antara Si Tiga Tua dan Balugu Sogömbanua (Raja Sulaeman). Dalam

Mondrakö tersebut dihadiri juga oleh Balugu-Balugu diantaranya:

1. Balugu Kumandru mado Harefa

2. Balugu Kauko mado Zebua

3. Balugu Sogömabanua (Raja Sulaeman) mado Melayu

Untuk memperkuat dan agar dipatuhi keputusan Mondrkö kedua ini,

terlebih mereka mengangkat sumpah dengan membakar anjing. Ini adalah

perumpamaan terhadap siapa yang dengan sengaja melanggar ketentuan

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Fondrakö, maka akan dibakar seperti anjing itu. Keputusan-keputusan Fondrakö

di Hele Duna yang terpenting adalah:

1. Dalam menghadapi musuh ditetapkan : “ Na so mbazo moroi ba nasi,

ba la bözi garamba ba hili, fangombakha ba niha föna ndrawa ba furi

niha. Ba na so mbazoo ba danö ba la bözi duria garamba ba hili

fangombakha ba niha, ba niha föna niha ba furi ndrawa.

2. Mengenai adat (Hada) : “ Nahadia danömö gö ba ndrawa, ba lö toroi

moroi yawa Si Tiga Tua. Sia’a manema gö Dahana, awena

Ononamölö ba awena labe’e gö zato. Ba naso gö’I danömö gö ba Zi

Tölu Tua, ba lakaoni ndrawa, sia’a manema gö ba mudik, awena

labe’e gö zato

3. Sangsi: “ Na lasiwawöi da’a ba asila Hulu mi ibe’e fondrakö andre.”

Kemudian kira-kira pada tahun 1775 M atau 1210 H pada Raja Sulaeman

Di mudik oleh Datuk Maharajalelo di Ilir membangun sebuah yang disebut Koto

sebagai benteng pertahanan dengan diperlengkapi beberapa pucuk meriam.

Sekarang telah dipindahkan oleh anak-anak cucu Datuk Ahmad ke kelurhan Ilir,

kampung Baru, Gunung Sitoli. Selain dari pada meriam-meriam di atas sudah ada

terlebih dahulu dua meriam yang sudah kian ada di Mudik.

Kira-kira pada tahun 1786 terjadi siatu konflik/perbedaan pendapat

intern/kekeluargaan antara raja pemucak (Raja Sulaeman) di Mudik dengan raja

pemucak di Ilir. Berhubung karena kejadian ini antara sesama pemimpin dalam

suatu kelaurga, maka cara penyelesaiannya harus sebaik-baiknya didasarkan pada

hukum agama. Oleh karena itu dengan persetujuan bersama antara kedua belah

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

pihak diundang oleh seorang ulama besar dari Natal bernama Tuanku Daeng

Rafiz, anak Raja Bugis dari Makassar. Berkat usaha dan prakarsa yang didasarkan

pada hukum Agama Islam dan kekeluargaan, pokok permasalahan dapat

diselesaikan dalam waktu yang singkat, dan semua keputusan diterima oleh kedua

belah pihak dengan ucapan puji dan syukur kepada Allah SWT supaya seluruh

keputusan yang telah ditetapkan dapat diingat dan dilaksanakan, keputusan ini

diperbuat dalam suatu surat perdamaian pada tahun 1786 M, yang menetapkan

antara lain: mengenai adat dan istiadat yang bersendikan syarat/agama, hubungan

kerja sama dalam menjalankan adat lembaga/agama dan sanksi-sanksi terhadap

pelanggaran ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam surat tersebut

sudah tertera nama Gunung Sitoli telah berumur 199 tahun hingga sekarang,

bahwa dengan demikian sebelum kedatangan Hindia Belanda ke Nias, nama

Gunung Sitoli sudah ada. Bahkan kemungkinan lain, jauh sebelum surat tersebut

dibuat nama Gunung Sitoli sudah ada. Lalu yang menjadi pertanyaan siapa yang

memberi nama atau menyebut pertama kali Gunung Sitoli?.

Setelah kematian Raja Sulaeman dia digantikan oleh adiknya Raja Teuku

Maliga (1790-1800) dan kemudian digantikan oleh Raja Teuku Setangkai (1800-

1810) dan seterusnya digantikan oleh Raja Teuku pemuncak Zikirullah (1810-

1830). Pada masa raja Zikirullah di Mudik dan Raja Pemuncak di Hilir secara

bersama-sama membangun perkampungan baru di Arah Kota ( sepanjang Tepi

sungai Nou) mulai pada saat itu arah ke Hilir disebit Ilir dan arah Hulu/ Mudik

tetap dinamakan Mudik. Dan di tengah-tengah, antara Ilir dan Mudik, didirikan

sebuah Mesjid Jamik Ilir Mudik. Raja Teuku pemucak Zikirullah digantiakn

oleh Datuk Raja Bendaharo pada tahun 1830-1859. Pada masa itulah luaha Luaha

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

atau Kuala bertambah ramai didatangi perahu-perahu layar yang datang dari

dalam ,aupun dari luar daerah Pulau Nias untuk berdagang. Oleh karena itu Si

Tiga Tua dan raja-raja melayu mengadakan yang disebut Mombuwu atau

mengambil tempat setentang muara sungai Nou arah sebelah selatan (Tanö raya).

Balugu Si Tiga Tua dan raja-raja Melayu yang mengadakan Mombuwu

tersebut adalah:

1. Balugu haji mado Harefa

2. Balugu Kandraoha mado Zebua

3. Balugu Kadjusa mado Telaumbanua

4. Raja Datuk Bendaharo dari Mudik

5. Datuk Raja Marah Gombak dari Ilir

Ketetapan/keputusan Mombuwuyaitu:

1. Menetapkan persamaan ukuran, timbangan, dan takaran seperti

manekho bawa lauru, manuwu afore, mamagölö ondrekhata ana’a

2. Manguhuku mböli sambua daga, onolauru sambua rufia gulitö.

Pembagian hasil Kuala/pelabuhan dari perahu-perahu yang berlabuh,

yaitu:

3. Fondrare ba mado Harefa

4. Fogala bam ado Zebua

5. Karaza ba mado Telaumbanua

6. Kalanga ba Tua Ndrawa (Ilir Mudik)

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Oleh karena gangguan keamanan bertambah buruk, baik yang dilakukan

oleh bajak-bajak laut dari Aceh Trumon dan dari dataran Nias sendiri tidak dapat

lagi diatasi, maka balugu-balugu Si Tiga Tua dan raja-raja Melayu Ilir Mudik

mengutus Raja Ibrahim dari Ilir dan bantuan itu akhirnya datang pada tahun 1840.

Dan sejak saat itu pemerintahan Belanda secara resmi mulai berkuasa di Gunung

Sitoli, Nias.Karena masalah gangguan keamanan ini, rumah-rumah pada masa

lampau baik di dataran maupun di pesisir diperbuat tinggi dengan memakai

tonggok-tonggakyang tinggi.Sebab dengan bentuk tersebut, masalah seperti bajak

laut dan maling mudah terlihat dan mudah untuk mengalahkannya.

Tahun 1843 atau tahun tiga tahun setelah Belanda berkuasa, Datuk Raja

Bendaharo diangkat menjadi raja di Mudik dengan surat keputusan Gubernur

Jendral Hindia Belanda tanggal 24 September 1843 nomor 10. Selain dari pada itu

kepada beliau diberikan sebuah tongkat perak berkepala perak dengan stempel/cap

mahkota kerajaan Hindia Belanda sebagai tanda kebesaran. Bersamaan dengan

pengangkatan tersebut diangkat juga balugu di Dahana dengan surat keputusan

Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan mendapat tongkat yang sama dan

demikian seterusnya kepada Balugu Tiga tua. Pemerintah Belanda memang tidak

dapat dipungkiri lagi sebagai suatu negara colonial dan imperialism. Di samping

keburukan-keburukan yang ada padanya, terdapat pulahal-hal yang baikyang perlu

dicontoh, karena sulit atau tidakmudah ditemukan bagi pihak lain. Mereka pada

umumnya sangat menaruh perhatian terhadap perbuatan-perbuatan dan prestasi-

prestasi yang baik. Ini dapat dilihatdari surat keputusan nomor 2, tanggal 17 Mei

1852,yang diberikan kepada Datuk Raja Bendaharo di Mudik oleh pemerintah

Belanda. Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa Datuk Raja

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Bendaharo adalah salah satu dari dua kepala kampung melayu yang terkemuka

dalam kepemimpinan dan pengasih masyarakat yang baikdan dalam

kepemimpinannya itu beliau hidup dalam kekeluargaan dengan Datuk Marah

Gombak, kepala kampung Ilir,dan selalu menyanggupi maelakukan kepentingan

dari gubernur.

Berkenaan dengan pengangkatan tersebut seperti dijelaskan tadi pada

tahun 1852, pemerintah Belanda mengangkat Datuk Marah Gombak menjadi raja

di Ilir.Seterusnya di sepanjang pantai Gunung Sitoli didirikan kampung-kampung

seperti pasar dan Saombö. Sedang kampung Ilir yang sudah kian diperluas

dengan kampung baru, Landatar, Tohia, Kalimbunga, dan yang terakhir didirikan

kampung Keling (asia timur asing) dan kampung Cina. Raja Datuk Bendaharo

digantikan oleh Raja yakub (1859-1869). Beliau diangkat menjadi Raja di Mudik

oleh pemerintah Hindia Belanda dengan surat keputusan tertanggal 8 Oktober

1859. Kemudian Raja Yakub digantikan oleh anaknya Raja Ma’aruf gelar Mageh

Maharaja (1869-1896) dengan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara tanggal

11 November, nomor 834.

Raja Ma’aruf/Mageh Maharaja pada saat itu diangkat menjadi raja pada

tahun 1869, beliau mengadakan pesta adat (Owasa). Pesta adat tersebut bertujuan

untuk melestarikan kebudayaan masa lampau yang didalamnya terkandung nilai-

nilai luhur.Dalam pesta ini diundang Balugu Si Tiga Tua, Raja Ilir serta penghulu-

penghulu pesisir pantai dan pemerintah Belanda.Sebagaitanda penghargaan, baik

dalam menjalankan tugas pemerintahan maupun terhada prakarsa beliau dalam

menjalin hubungan kekeluargaan/kemasyarakatan dan lain-lain, kepada beliau

oleh Si Tiga Tua diberikan gelar Balugu Amazihönö.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Pada tahun 1871 terjadi suatu kemelut mengenai tapal batas antara Mudik

dan Lasara, yaitu pada masa Raja Ma’aruf di Mudik dengan penghulu Raja

Fondaru di Lasara.Sebab timbulnya permasalahan ini, karena penentuan wilayah

dalam Mondrakö pertama di Hele Duna batas-batas wilayah masing-masing tidak

begitu jelas atau belum ditentukan secara positif.Kedua belah pihak setuju

penyelesaian masalah ini diserahkan kepada pemerintah Belanda. Pemerintah

Belanda mengundang Balugu Si Tiga Tua, Raja Ilir serta penghulu-penghulu

pesisir, dan kemudian dibentuk badan komisi yang diketuai lansung oleh tuan

kumandur Kraijenhoft dan Angota-angota komisi terdiri dari Balugu Si Tiga Tua,

raja Ilir dan penghulu. Akhirnya pada tanggal 17 Mei 1871, nomoe 2,diambil

keputusan sesuai dengan proses verbal yang ditanda-tangani oleh semua angota

komisi. Melihat isi keputusan tersebut pada hakekatnya adalah untuk memperjelas

dan memperkuat kembali keputusan Mondrakö pertama di Hele Duna.Landasan

pemikiran atas keputusan ini adalah sangat tepat, karena sikap tersebut marupakan

perwujudan dari ciri khas masyarakat Nias, yang tetap teguh dan yakin terhadap

keputusan yang telas ditetapkan bersama, apalagi kalau hal itu menjadi

konsekwensi akibat sangsi yang telah ditentukan.

Kampung pasar dahulunya termasuk wlayah Mudik. Tetapi berhubung

dengan mulai bertambahnya penduduk di pasar Gunung Sitoli, baik sebagai akibat

perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi), maupun yang datang dari

luar. Pemerintah Belanda pada tahun 1877 mengangkat datuk pasar yang pertama

yaitu Datuk Penghulu Mara Hasan Chaniago.Mulai saat itu pasar terlepas dari

Mudik terutama dalam urusan pemerintahan. Pengangkatan Datuk pasar ini dapat

dilihatdalam surat tuan Kontroleur Van Leeden bualn Februari 1890 tentang

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Verhouding van de passer tot demoodor kampung Ilir en Mudik.Dimaksudkan

bahwa datuk pasar hanya berwenang dalam bidang pemerintahan saja seperti

penagihan belasting, urusan rodi herendienst serta urusan keamanan.Sedangkan

urusan keagamaan di dan adat (Hada) masih dalam kekuasaan raja Ilir dan

Mudik.Kemuduan dengan ketetapan Gubernur Sumatera Westkust dari Padang

tanggal 18 januari nomor 20 ditetapkan, bahwa Datuk Pasar berdiri sendiri

menjalankan urusan pemerintahan, adat dan agama. Setelah Datuk Mara Hasan,

beliau digantikan oleh Datuk Mahbud Waruwu sebagai Datuk Pasar.

Raja Ma’aruf atau Balugu Amazihönö sukses dalam melaksanakan tugas

pemerintahn, kepada beliau dianugrahkan bintang kehormatan oleh pemerintah

Belanda bersamaan dengan keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal9

Januari 1878 nomor 6.Pada tauhn 1895 Raja Ma’aruf naik haji dan meninggal

pada saat naik haji di Mekah. Pada waktu beliau pergi naik haji, sebenarnya beliau

diberi cuti selama 6 bulan dengan surat keputusan dari Aro Koto dipindahkan

pada tahun 1870 dengan menbangun pemukiman baru yang selanjutnya disebut

Mudik hingga saat ini.

Raja Ma’aruf digantikan oleh Raja Muhd Aiyub, gelar baginda Sulaeman

(1896-1920), yang diangkat denga surat keputusan Resident Van Tapanuli

tertangal Padang Sidempuan, 28 Juli 1896 nomor 290. Baginda Sulaeman adalah

raja Mudik terakhir dan juga yang mengadakan pesta adat (Owasa) terakhir

hingga pada saat ini. Dalam pesta adat yang diadakan, yang diundang antara lain

Balugu-balugu Si Tiga Tua, Raja Ilir, Kapten Der Chineze ( kapten orang-orang

Tionghoa), Kapten Arab, datuk-datuk sekitar Gunung Sitoli dan pemerintah

Belanda sendiri. Dalam pesta adat tersebut beliau diberi gelar oleh Si Tiga Tua

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

gelar Balugu Angalita dan sejak saat tahun 1920 jabatan raja di Mudik dihapuskan

oleh pemerintah Belanda dan diganti dengan sebutan Salawa ( kepala kampung)

yang dipakai hingga sampai saat ini. Salawa pertama yang mengantikan Baginda

Suleman adalah Zutan Mangkuto Alam (1920-1923). Setelah itu beliau

digantikan oleh Khuldin gelar Sutan Sidik (1923-1931), dilanjutakn oleh N.I. st

Indra Bongsu (1931-1964), sekaligus merangkap sebagi kepala negeri Gunung

Sitoli dari tahun1951-1963. Kemudian digantikan oleh Baharmin Harefa (1964-

1968) dan tahun 1968-1971 digantikan oleh AB. Harefa dan setelah itu, digantiak

oleh M.I. Polem tahun 1971 hingga sekarang.

Penyebab lainnya datangnya agama Islam di Pulau Nias juga diperkuat oleh,

sekitar tahun 1215 atau 1794 M dibawah pimpinan Haji Daeng Hafiz yang berasal

dari suku Bugis yang tinggal dan menetap di Gunung Sitoli. Pada tahun 1810 M

orang Arab dibawah pimpinan Said Abdullah dari Kotaraja Banda Aceh sampai

dan menetap di Gunung Sitoli dan yang terakhir sekitar pada tahun 1863 M. orang

India dibawah pimpinan Mustan Sahib dari Meulaboh dan Menetap Di Gunung

Sitoli.

3.3.Peninggalan bersejarah

3.3.1. Dua Pucuk Meriam

Peningalan bersejarah pemeluk agama Islam pertama di pulau Nias adalah

2 pucuk meriam yang dibawa oleh T. Simeugang dan Si Acah ketika mereka

berkunjung ke tanah minang pada tahun 1691. Meriam tersebut berada di depan

rumah bpati KHD. Tk.II kabupaten Nias yang berada di Kota Gunung Sitoli dan

satu di depan Mesjid Jamik Mudik. Pada masa pemerintahan Belanda, atas izin

dari cucu-cucu Teuku Polem di ambil oleh Asisten Resident Nias dan di letakan di

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Muka kediaman Asisten Resident Nias, Namun tidak banyak yang tahu benda

sepanjang 1,5 M dan diameter 35 CM adalah benda sejarah di kota tersebut,

banyak masyarakat Nias khusus nya warga Kota Gunung Sitoli yang tidak tau asal

meriam tersebut. Ini tentunya karna kurangnya penegtahuan tentang sejarah

peradaban datangnya Islam di Pulau Nias.

Gambar 03 : Meriam yang berada di depan rumah Dinas Bupati Nias.

kota Gunung Sitoli

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3.3.2. Mesjid Jami Ilir kota Gunung Sitoli

Adalah Mesjid tertua di pulau Nias, yang masih berdiri kokoh sampai

sekarang walaupun pulau Nias dilanda Gempa hebat pada 2004 silam, menjadi

bukti sejarah perkembangan Islam di Pulau Nias. Mesjid yang belamat di jalan

Diponegoro, kelurahan Ilir, Kota gunung Sitoli mempunyai luas bangunan 1.323

M dan luas bangunan 540 M dan memiliki dua lantai mempunyai gaya artsitektur

Mesjid pada umumnya mempunyai satu kubah utama, dan di keempat sudutya

terdapat empat kubah kecil.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Sejarah berdirinya Mesjid Jami ini, pasti tidak lepas dari pengaruh

kedatangan Agama Islam di Pulau Nias, yaitu mulai dari kedatangan orang-orang

Aceh terutama yang bermarga Aceh dan Polem dan juga pendatang dari tanah

Minang yang bermarga Chaniago. Sekitar tahun 1115 atau 4 tahun setelah

kedatangan Datuk Rajda Ahmad, masyarakat muslim Nias pesisir, mendirikan

Mesjid di pusat kota karena merupakan pusat pertahanan.

Karena perkembangan dan kepentingan dari dua suku pendatang, maka

diadakan pembagian wilayah kekuasaan antara suku polem/Aceh dan suku

Chaniago, arah ke hulu Mesjid menjadi wilayah Suku dari Polem/Aceh sedangkan

yang hilir menjadi bagian wilayah suku Chaniago yang sekarang dinamakan Ilir.

Meskipun terjadi pembagian wilayah, Mesjidini tetap dipergunakan secara

bersama-sama oleh penduduk dari wilayah tersebut.

Mesjid Ilir ini telah menjadi tempat ibadah umat Islam pada masa kekuasaan Raja

Teuku Polem, Raja Teuku Pameuggang dan Raja Teuku Sulaiman, sedangkan

penguasa wiilayah pada wilayah Ilir pada saat itu adalah Raja Ahmad, Datuk Raja

Malimpah, sampai Raja Maharia. Dengan pertumbuhan penduduk maka dua

wilayah ini semakin berkambang dan membuat kampung-kampung di daerah lain

di Pulau Nias.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar 04 : Mesjid Jami Keluarahan Ilir, kota Gunung Sitoli

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

3.3.3. Mesjid Al-Furqan Gunung Sitoli

Mesjid yang sekarang ini berdiri kokoh dan megah di pinggir laut kota

Gunung Sitoli ini, juga di kenal dengan nama mesjid Pasar, karena lokasinya

berada di jalan Gomo. kota Gunung Sitoli. Mesjid ini dirikan oleh para pendatang

kaum Muslim baik dari Aceh dan Minang pada tahun 1950 sebagai perwujudan

perkembangan Islam di Nias setelah Mesjid Jami di keluarahan Ilir Kota Gunung

Sitoli. Bangunan yang sekarang ini bukanlah wujud asli dari bangunan mesjid

tersebut kerena roboh akibat bencana alam gempa bumi yang melanda Pulau Nias

pada 2004 silam, Namun pada tahun 2009 telah di bentuk panitia pembangunan

dan pada tanggal 8 agustus 2009 adalah peletakan batu pertama oleh panitia dan

pemerintah setempat pada saat itu. Dan pembangunan mesjid telah rampung pada

tahun ini berkah dari sumbangan dari berbagai pihak di Indonesia.Mesjid Al-

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Furqan adalah mesjid terbesar dan termegah di pulau Nias Sekarang dan

merupakan simbol eksintensi umat Islam di Pulau Nias.

Gambar 05 : Mesjid Al-Furaqn setelah di renovasi pasca gempa bumi

tahun 2004

(Sumber : Dokumen pribadi)

Agama Islam lebih berkembang di daerah kota terlebih di kota Gunung

Sitoli, yang menjadi pusat perekonomian di Nias, ini di buktikan dengan

banyaknya mesjid yang berdiri megah di kota Gunung sitoli, Namun tidak semua

di kota ini adalah asli suku Nias melainkan para pendatang baik dari Padang,

Aceh, maupun dari daerah lain di Sumatera Utara dan mereka telah lama tinggal

dan beraptasi dengan budaya Nias seperti halnya fasih berbahasa Nias, dan

pengunaan nama anak pertama sebagai nama Keluarga seperti halnya adat di Nias

contohnya, Ama/Ina Taufik Polem atau Ama/Ina Asran aceh. Hal tersebut telah

lazim dan lumrah bagi mereka yang pendatang di kota Gunung Sitoli.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

3.4.Sejarah datangnya Islam di Desa Bozihöna

Berbeda dengan datangnya Islam pertama Kali yang dibawa oleh Teuku

Polem dari Aceh. Syiar agama Islam di Desa Bozihöna punya cerita tersendiri,

berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa informan salah satunya adalah

Bapak Faigimböwö Warasi yang adalah seorang tetua di desa tersebut . Menurut

beliau Agama Islam datang ke Desa Bozihöna, dibawa oleh para pendatang

pedagang yang bernama Simeugang yang merupakan anak dari Teuku Polem dan

Si Acah harefa yang merupakan anak iparnya Balugu Mangaraja Fagöwa. Ada

banyak hal yang membuat kedatangan Simugang danSi Acah Harefa sangat di

terima oleh masyarakat desa, salah satunya ialah meraka berusaha beradaptsi

dengan kaum muda desa pada saat itu dan di tambah dengan kondisi masyarakat

desa pada miskin, maka Si Acah banyak membantu kondisi ekonomi warga desa.

Menurut sepengetahuan Bapak Faigiböwö Warasi, tujuan utama dari

kedatangan Si Acah Harefa bukanlah mensyiarkan Agama Islam, tapi untuk

berdagang, tapi karena kebaikan hatinya, maka banyak warga desa mau menerima

dia dan belajar tentang Islam. Warga desa Bozihöna yang pertama kali jadi Islam

ialah Datuk Warasi atau datuk Kete ini adalah nama setelah dia menjadi Islam

yang adalah seorang Mualaf dari Kristen.

Sekarang ini desa Bozihöna di kenal sebagai daerah Muslim di Kabupaten

Nias, karena dimata masyarakat lainya, warga desa Bozihöna sangat di kenal

dengan para pedagang ikan dan penjual ikan asin dan teri. Perkembangan Agama

Islam di desa Ini dari tahun ke tahun semakin bertambah, walupun tidak begitu

signifikan, ini di karenakan adanya para pendatang dari luar seperti warga

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

bermarga koto dan aceh yang menikah dengan warga desa tersebut dan tinggal

menetap.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB IV

SISTEM KEKERABATAN DAN TRADISI PERNIKAHAN

Menurut Koentjaraningrat, Bapak Antropologi Indonesia,kebudayaan

sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar. Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah laku manusia

dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun, seringkali

kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni.Sebaliknya,

segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya bisa

dikategorikan sebagai kebudayaan. Misalnya, cara makan, sopan santun, upacara

perkawinan hingga cara memilih pimpinan pun merupakan bentuk kebudayaan

manusia.

Menurut C Kluckhohn Antropolog dari Amerika unsur-unsur dari

kebudayaan yaitu:

1. Sistem religi, sistem kepercayaan

2. Sistem organisasi kemasyarakatan

3. Sistem pengetahuan, bahasa dan kesenian

4. Sistem mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi

5. Sistem teknologi dan peralatan

Namun perlu kita ketahui kebudayaan juga mengalami suatu

perubahan.hal ini secara umum dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Proses perubahan kebudayaan dapat terjadi secara evolusi dan revolusi. Dalam

perubahan kebudayaan diatas tidak jarang terjadi Cultural Lag yaitu suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

keadaan masyarakat yang mengalami kesenjangan antara budaya dan material

dengan budaya non material, misalnya dapat dilihat dengan semakin jauhnya jarak

antara kebudayaan ideal dengan kebudayaan nyata atau real. Kesenjangan budaya

yang berlarut-larut dapat menimbulkan berbagai masalah sosial atau kawanan

sosial. perilaku menyimpang, muncul Subculture dalam masayarakat (Horton, dan

Hunt,1991).

Maka sehubungan dengan hal itu, maka terus diupayakan adanya berbagai sistem

pengendalian sosial.Dengan nuansa socialcultural atau kearifan lokal masyarakat

setempat, baik yang bersifat formal maun nonformal (Maduna, 2000). Tentunya

unsur unsur dari kebudayan dan perubahan budaya diatas tersebut juga terjadi di

masyarakat Desa Bozihöna, terkhusus untuk masyarakat Muslim yang

mempunyai kebudayaan baru yang telah berubah karena pengaruh Agama Islam.

4.1. Sistem Kekerabatan

`kehidupan sosial masyrakat desa Bozihöna yang menganut Agama Islam

tidak jauh berbeda dengan Nias pada umumnya. Seperti pada pemberian salam

kepada sesama yang sangat tinggi nilainya terhadap satu dengan yang lain,

biasanya dengan menggunakan kata Ya’ahowu atau bagi yang Muslim

mengunakan Assalamualaikum dan kalimat Basa-basi seperti hawisa mboto/apa

kabar atau Ya’e nafoda dan bologö dödö lö hadöi nafoda/ ini sirih kita dan maaf

saya btidak ada sirih.

Suku Nias mengikuti garis keturunan melalui garis keturanan dari ayah

(Patrineal). Anak laki-laki maupun perempuan harus mengikuti garis keturunn

ayah salah satunya ialah memngunakan marga/mado ayah dalam identitas. Anak

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

laki-laki yang sudah menikah akan membawa istri ke rumah orang begitu juga

dengan anak perempuan akan tinggal bersama dirumah suaminya.

Dalam hal garis keturunan dalam suku Nias, masyarakat Nias berasal dari

satu keturunan yang di sebut Sisambua Mado. setiap nenek moyang dan keluarga

memiliki Atia nadu. Artinya sampai generasi yang kesembilan perkawinan

diantara keturunan dilarang untuk generasi selanjutnya diantranya keturunan

tidak ada masalah lagi.

Hanya ada satu persyaratan harus dipenuhi yaitu, memisahkan Atia nadu

keturunan tersebut dari kumpulan Atia nadu nenek moyang dengan membayar

pemisah itu dengan memotong babi sebesar 4 alisi. Babi tersebut diberikan kepada

oleh pihak laki-laki. Jadinya dengan terjadinya perkawinan ini, berarti perkawinan

dalam lingkungan marga atau mado yang sama. Itulah kadang ditemukan di

daerah Nias bisa di jumpai suami/istri yang marganya sama.

Kekerabatan suku Nias yang terkecil adalah rumah tangga atau

songambatö. Tetapi kelompok yang terbesar dan penting adalah songambatö

sebua, yakni kelaurga besar. Dalam rumah tangga kecil. Ayah dipanggil Ama dan

Ibu adalah Ina, namum bagi yang beragama Islam Ayah akan tetap dipanggil

Ayah dan ibu dengan sebutan Uma. Kakak perempuan adalah Ga’a lawe dan

kakak Laki-laki adalah Ga’a matua dan adek adalah Nakhi. Istilah lain seperti

pangilan bagi perempuan yang sudah dewasa yang sudah menikah di panggil Ete

dan laki-laki di panggil dengan sebutan Udo.

Dalam hal sopan santun dalam kekerbatan juga sama halnya dengan Adat

Nias pada umumnya hanya saja jika dalam adat Nias Menggunakan babi, namum

bagi yang Muslim di desa Bozihona akan diganti dengan kerbau, kambing atau

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

ayam. Semua anggota keluarga dan kerabat boleh saling menyapa, hanya saja cara

menyapa di bedakan kepada yang lebih tua, daripada yang lebih muda. Kepada

yang lebih tua harus lebih hormat daripada yang lebih muda umurnya. Antara

mertua dengan menantunya perempuan dan antara mertua dengan menantunya

laki-laki mempunyai hubungan yang erat sama seperti hubungan orangtua dengan

anak kandungnya. Demikian juga diantara yang beripar yaitu suami dengan istri

saudara laki-laki istrinya atau istri dengan saudara perempuan suaminya dianggap

seperti saudara kandung. Tidak ada garis pemisah antara mereka, boleh bebas

berbicara, hanya saja yang muda harus menghormati yang lebih tua. Kelakar

diantara kedua kelompok di atas boleh tapi harus dalam batas-batas kesopanan.

Yang tidak bebas berkelakar ialah antara suami dengan saudara perempuan

istrinya.

Kelompok keluarga pihak istri lebih-lebih orangtua atau saudara laki-laki istri

mendapat penghormatan yang lebih tinggi dari kelompok keluarga lainnya. Kalau

mereka baru pertama kali datang/berkunjung kerumah saudara perempuannya,

mereka harus memotong seekor anak babi minimal satu alisi. Tidak ada alasan

tidak ada persediaan, harus dicari biarpun berutang. Selain memotong anak babi

biasanya pemilik rumah tersebut haruslah memberikan oleh-oleh/bawaan berupa

satu ekor anak babi. Jika tidak dia akan merasa malu terhadap tetangga dan orang

sekampungnya apalagi kalau mereka mengetahui kepergiannya itu. Itu sebabnya

pihak keluarga istri jarang datang kerumah anak perempuan, jika dilihatnya

anaknya itu masih diperkirakan belum baik jalan hidupnya/sengsara.

Perlu juga diketahui bahwa babi yang disuguhkan sebagai lauk, tidaklah

dipotong secara sembarangan, karena yang disuguhkan dari babi itu adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

rahangnya beserta daging yang senyawa dengan rahang tersebut, jerohan

atau alakhaö dan beberapa potong daging pahanya serta rusuknya. Inilah makanan

penghormatan yang paling tertinggi, karena rahang atau simbi merupakan

lambang sangkutan atau tempat bergantung. Cara memasak daging babi itu

menurut adat hanya direbus saja bersama garam sedikit.

Jika fadono atau ono alawe yang datang dan baru pertama kali datang atau jika dia

telah panen maka ia akan membawa olöwöta/molöwö atau membawa bingkisan

makanan) berupa daging anak babi yang sudah direbus, nasi dan afo atau sirih

kemudian ia akan dijamu dengan memotong seekor anak babi, tetapi yang lebih

ditonjolkan untuk disuguhkan yakni kaki babi depan atau tangan babi

bersama simbi. Tangan melambangkan kecekatan, jadi yang disuruh-suruh. Jika

mereka pulang harus diserahkan manu atau ayam dan satu ekor anak babi bersama

bingkusan makanan.

Selain itu bagi masyarakat desa, adanya organisasi sosial adalah salah satu

cara mengikat tali kekeluargaan sesama kaum Muslim. Selain organisasi dalam

mesjid seperti pengajian, ikatan remaja mesjid, ada juga organisasi seperti

kelompok nelayan bersama dan arisan. Tidak hanya oraganisai sesama muslim

saja, ada juga organisasi desa yang menyatukan semua aspek masyarakat desa, hal

ini tentu bertujuan untuk mempererat hubungan semua masyarakat.

4.2. Sistem Religi

Dalam sistem kepercayaan tentunya warga desa bozihöna adalah penganut

Agama Islam yang taat dengan menjauhi larangan agamanya dan melaksanakan

perintah agamanya walaupun dengan begitu dengan tidak melupakan jatidirinya

Universitas Sumatera Utara

Page 83: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

sebagai orang Nias. Penganut Agama Islam di desa Bozihöna banyak yang

beraliran Islam NU (Nahdatul Ulama) dan sebagian adalah aliran Muhamadiyah.

Semua aktivitas keagaman dilakukan dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-

hari.

Menurut yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dia

rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala

sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun

perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Maka salat,

zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua

orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang

ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan

munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil

(orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau

hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al

Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa

cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat)

kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar

terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa

ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat

(kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua

juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah.”

Menurut salah satu ustad di Mesjid yang ada di desa yaitu Azhar

Zendratö, beliau menuturkan aktivitas ibadah masyarakat Muaslim di desa

Bozihöna. Bagi masyarakat umat Islam di desa Bozihöna, pelaksanaan ibadah

Universitas Sumatera Utara

Page 84: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

atau sembahyang diistilahkan sebagai Shalat. Dalam Islam sendiri, salat

merupakan ibadah yang paling utama di antara banyak ibadah-ibadah lain yang

diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW selama dia mendakwahkan agama ini. Dan

menjadi posisi ke 2 dari 5 (lima) pilar ajaran Islam yang utama atau yang disebut

dengan rukun.. Salat dikerjakan 5 kali/waktu setiap harinya, yaitu; subuh, zuhur,

ashar, maghrib dan isya. Namun tambahan dari mengatakan bahwa pelaksaan

ibadah tidak hanya shalat saja namun melakukan yang baik seperti menolong

orang yang membutuhkan adalah bagian dari ibadah juga.

Berikut ini akitivitas pelaksaan ibadah masyarakat desa Bozihöna sebagai

kaum Muslim.

A.Thaharan

Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah

adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan

hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat Islam.Thaharah atau bersuci

adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam ibadah. Seperti

dalam QS Al-maidah ayat : 6.

[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,

maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah

kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu

junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali

dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak

memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah

mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,

Universitas Sumatera Utara

Page 85: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya

bagimu, supaya kamu bersyukur.

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu :

A. Bersuci lahiriah

Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat

tinggal dan lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis.Membersihkan

diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari

kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4[74:4]

dan pakaianmu bersihkanlah,

B. Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa

dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya

dengan taubatan nashoha yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan

mengulanginya lagi.

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk

bersuci misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa

menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk

menggantikan air jika tidak ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang

boleh dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah Air mutlak yaitu

air yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan

2. Air sumur

3. Air laut

4. Air sungai

5. Air danau/ telaga

6. Air salju

7. Air embun

QS Al- Anfal ayat : 11 [8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu

mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan

kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan

menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan

hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu). Air yang suci tetapi tidak

dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi tidak dapat digunakan

untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.Air musyammas yaitu air

yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan perak.Air ini makruh

digunakan untuk bersuci.Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk

bersuci.Air ini tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa,

bau maupun warnanya. Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik

yang sudah berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam

jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut ulama

kontemporer)

Universitas Sumatera Utara

Page 87: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti

berwudhu dan mandi junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan

menggunakan debu, tanah yaitu dengan bertayamum. Dan bisa juga menggunakan

air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu masuk kategori kayu) yaitu dengan

beristinja.Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya

1. Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki

yang belum makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari

2 tahun. Cara membersihkan najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian

yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)

Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing

dsb.Cara membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan

air sampai najis tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).

3. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan

dalil yang pasti (qat’i) .yaitu anjing dan babi.Cara membersihkannya yaitu dengan

menghilangkan barang najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih

sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah atau batu.

B. Shalat

Dalam ajaran Islam shalat Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap muslim

"Innash Sholata Kaanat Alal Mu'miniina Kitaaban Mauquuta : Sholat itu wajib

dikerjakan oleh muslim/mu'min yang sudah ditentukan waktu-waktunya", dan

akan mendapat pahala dari Allah Swt - bila mengerjakannya, serta akan mendapat

Universitas Sumatera Utara

Page 88: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

siksa dari Allah Swt - bila tidak mengerjakannya).Adapun macam-macam sholat

wajib/fardlu sebagaimana "ISLAM", berikut Sholat Sunnah Rawatib sbb :

1. Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali

tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam

pukul 19:00 s/d menjelang fajar yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah

(sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.

2. Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali

salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar pukul 04:10 yang

hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah dilarang.

3. Sholat Dhuhur yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua

kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at

matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) pukul 12:00 siang, yang diiringi

dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at

atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).

4. Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali

tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah

matahari tergelincir pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan mata yang hanya

diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at atau empat raka'at (satu

kali salam).

5. Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali

tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah

matahari terbenam pukul 18:00 yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua

raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah qobliyah

Universitas Sumatera Utara

Page 89: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

hanya dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan (karena akan

kehabisan waktu).

Bila dalam keadaan normal sholat wajib harus dikerjakan sesuai waktunya,

tapi bila dalam keadaan bepergian (antara + 81 Km) atau dalam keadaan

masyaqot/kesulitan keadaan, boleh dilakukan dengan cara Jama' dengan ketentuan

jumlah raka'atnya tidak berkurang. Jama' terbagi dua yaitu :

1. Jama' Taqdim : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan menarik

waktu yang terbelakang, seperti : sholat Ashar dilakukan pada waktu

sholat Lohor (Dhuhur), dan sholat Isya dilakukan pada waktu sholat

Maghrib, kesemuanya itu dilakukan secara bersama-sama.

2. Jama' Ta'khir : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan

mengakhirkan waktu yang pertama, seperti : sholat Lohor dilakukan pada

waktu sholat Ashar dan sholat Maghrib dilakukan pada waktu sholat Isya.

Adapun sholat Jama' dapat pula dilakukan dengan cara mengqoshor

(mengurangi) raka'at disebut Jama' Qoshor, seperti : Lohor = 2 raka'at, Ashar = 2

raka'at, Maghrib = 3 raka'at (tetap) dan Isya = 2 raka'at, kecuali sholat shubuh

tidak boleh dijama' saja, ataupun dijama' qoshor.

Selain shalat wajib ada juga shalatsunnat merupakan shalat yang boleh

dikerjakan boleh juga tidak, yang tentu saja apabila kita mengerjakannya maka

kita akan mendapat pahala dan kebaikan, namun tidak berdosa jika kita tidak

mengerjakannya.

Berikut jenis-jenis shalat sunnah seperti Shalat Wudhu, Shalat Tahiyatul

Mesjid ,Shalat Dhuha, Shalat Rawatib, Shalat Tahajud, Shalat IstikharahShalat

Universitas Sumatera Utara

Page 90: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Hajat, Shalat TaubatShalat Gerhana,Shalat Istikharah,Shalat Tasbih. Masing-

masing dari jenis shalat ini mempunyai aturan dan manfaat tersendiri dalam

pelaksanaannya.

Selanjutnya adalah shalat jumat yang dikhususkan bagi kaum laki-laki saja

dan hukum sholat jumat bagi laki-laki adalah wajib.Hal ini berdasarkan dalil

sholat Jumat yang diambil dari Al Qur’an, As-Sunnah dan ijma atau kesepakatan

para ulama.Dalilnya adalah surat Al Jumu’ah ayat 9 yang berbunyi,Hai orang-

orang yang beriman, apabila diserukan untuk menunaikan sholat Jumat, maka

bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli."

Sedangkan hadist Nabi yang memerintahkan untuk melaksanakan sholat

Jumat adalah dari hadist Thariq bin Syihab yang bunyinya,Jumatan adalah hak

yang wajib atas setiap muslim dengan berjamaah, selain atas empat (golongan),

yakni budak sahaya, wanita, anak kecil atau orang yang sakit." Jadi, hukum shalat

Jum’at bagi laki-laki adalah fardhu ‘ain, yakni wajib dilakukan bagi setiap laki-

laki.Sedangkan bagi wanita tidak diwajibkan, namun tetap harus melaksanakan

sholat Dhuhur.

C. Puasa atau Fuasö

Puasa adalah karakteristik moral dan spiritual yang unik dalam Islam.

Secara harfiah Puasa dalam Islam didefinisikan untuk menjauhkan diri

"sepenuhnya" dari makanan, minuman, hubungan intim dan merokok, mulai dari

dari fajar sampai matahari terbenam, selama seluruh bulan Ramadhan, bulan

kesembilan dalam tahun Islam, Selain bermanfaat untuk kesehatan, dalam ajaran

Islam puasa mempunyai hikmat bagi setiap orang yang melakukannya yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 91: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

diantaranya: adalah juga mengosongkan hati hanya untuk berfikir dan berdzikir.

Sebaliknya, jika berbagai nafsu syahwat itu dituruti maka bisa mengeraskan dan

membutakan hati, selanjutnya menghalangi hati untuk berdzikir dan berfikir,

sehingga membuatnya lengah. Berbeda halnya jika perut kosong dari makanan

dan minuman, akan menyebabkan hati bercahaya dan lunak, kekerasan hati sirna,

untuk kemudian semata-mata dimanfaatkan untuk berdzikir dan berfikir.Puasa

akan membiasakan umat Islam untuk hidup disiplin, bersatu, cinta keadilan dan

persamaan, juga melahirkan perasaan kasih sayang dalam diri orang-orang

beriman dan mendorong mereka berbuat kebajikan.

Tiap Kegiatan Mulia Dan Kebaikan Merupakan Ibadah. Setiap langkah

kaki menuju Mesjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia

ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai

tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan

ibadah.Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah.Artinya semua dapat bernilai

ibadah.Bila kesemuanya ini berdasarkan syariat aturan dan diniatkan untuk

beribadah kepada Allah Ta'ala.

Jenis-jenis puasa yang biasa dilakukan oleh masyarakat Muslim desa

Bozihöna yaitu:

1. Puasa wajib

Puasa Wajib yaitu puasa yang dilakukan pada bulan kesembilan dalam kalender

Islam, yaitu bulan ramadhan, dilakukan selama satu bulan penuh dan diakhiri

deangan salat idul fitri.

2. Puasa sunna

Universitas Sumatera Utara

Page 92: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

3. Ada kalanya dianjurkan untuk melakukan puasa sunah, sepeti Tradisi Nabi

Muhammad saw. Di antara waktu:

Setiap hari Senin dan Kamis dari seminggu

Hari ke-13, 14, dan 15 setiap bulan lunar

Enam hari di bulan Syawal (bulan setelah Ramadhan)

Hari Arafat (tanggal 9 Dzulhijjah di (Hijriah) Islam kalender)

Hari Ashuraa (10 Muharram dalam (Hijriah) Islam kalender), dengan satu

hari lagi puasa sebelum atau setelahnya.

4. Puasa kafaratYakni bayaran yang diberikan karena tidak mampu

memberikan apa yang seharusnya dari hukum yang dilanggar karena lalai

menjalankan kewajiban. Penyebab puasa ini berdasarkan antara lain:

a. Apabila seseorang tidak mampu memberi makan sepuluh fakir miskin

sebanyak atau membebaskan seorang budak, maka ia harus berpuasa

selama tiga hari.

b. Jika seseorang membunuh seorang mukmin dan ia tidak mampu

membayar uang darah (tebusan) atau mungkin memerdekakan seorang

budak, maka ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

Puasa Ramadhan adalah wajib atas setiap muslim, laki-laki atau

perempuan, yang memiliki kualifikasi ini: Secara mental dan fisik sehat, yang

berarti waras dan mampu.Untuk menjadi dewasa, usia pubertas dan yang biasanya

sekitar umur empat belas. Anak di bawah usia ini harus didorong untuk memulai

Universitas Sumatera Utara

Page 93: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

praktek yang baik pada tingkat mudah, sehingga ketika mereka mencapai usia

pubertas mereka akan mental dan fisik siap untuk menjalankan ibadah puasa.

Tidak berada jauh di pemukiman permanen seseorang, kota asal Anda,

pertanian seseorang, dan tempat usaha seseorang, dll Ini berarti Anda tidak berada

dalam perjalanan sekitar lima puluh mil atau lebih. Merasa yakin bahwa puasa

tidak mungkin menyebabkan Anda bahaya, fisik maupun mental, selain reaksi

normal terhadap lapar, haus, dll.

Orang-orang yang tidak diwajibkan untuk berpuasa:

1) Anak di bawah usia pubertas, kurang dari 14 tahun

Anak anak tidak yang belum dianggap mampu berpuasa tidak diwajibkan

untuk menjalankan ibadah puasa.Namun, sejak dini anak harus dibiasakan

terlatih untuk berpuasa.

2) Pria dan wanita yang terlalu tua dan lemah untuk melakukan kewajiban

berpuasa dan tidak dapat menanggung kesulitan nya. Orang tersebut

dibebaskan dari tugas ini, tapi mereka harus memberi makan, fakir miskin

Muslim makanan penuh rata-rata atau setara nilai makanan orang per hari.

3) Sakit yang tidak diperbolehkan untuk berpuasa. Setelah merasa mampu

menjalankan, maka sudah sepantasnyalah ia menjalankan ibadah puasa.

4) Orang yang sedang dalam perjalanan tidak diwajibkan untuk berpuasa,

namun ia dapat menggantinya di hari kemudian sesuai dengan jumlah hari

yang ia tinggalkan.

5) Wanita hamil dan wanita menyusui anak-anak mereka juga dapat

membatalkan puasa, jika puasa cenderung membahayakan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 94: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

mereka sendiri atau bayi mereka. Tapi mereka harus menebus puasanya

dikumudian hari, satu hari untuk satu hari.

6) Perempuan di masa-menstruasi.

D. Zakat

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus dijalankan.Zakat

merupakan ukuran/kadar harta tertentu yang dikeluarkan oleh pemilikuntuk

diserahkan kepada golongan/orang yang berhak menerimanya dengan syarat

tertentu. Dengan kata lain bersedekah atau membantu orang lain. Orang yang

memberi zakat disebut Muzakki dan yang menerima disebut Mustahik

Hukum zakat yaitu Fardhu Ain/Wajib Ain artinya wajib hanya kepada

orang yang mampu atau memenuhi syarat. Maksdunya seorang muslim yang telah

memiliki harta dengan jumlah tertentu yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan

zakatnya.

Tujuan dari zakat ini sendiri bagi kaum Muslim adalah,Zakat adalah salah

satu ibadah terpenting dalam Islam.Al-Qur’an menyebutkannya dalam dua puluh

delapan ayat.Zakat dalam Islam sangat berbeda dengan sistem zakat di manapun.

Pada saat pajak hanya bertujuan pada pengumpulan dana untuk menggerakkan

proyek dan politik Negara, kita dapati zakat dilakukan dengan sasaran yang

bermacam-macam, di sudut kehidupan yang membentang dari pribadi sampai

masyarakat.

Pertama kali zakat merupakan ibadah seorang muslim yang dilakukan

untuk menggapai ridha Allah, dengan niat yang ikhlas agar diterima. Dengan itu,

maka terealisasi tujuan utama keberadaan manusia di muka bumi ini, yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 95: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

beribadah kepada Allah. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyat: 56).

Sebagai penganut Agama Islam tentunya bagi masyarakat desa Bozihöna

juga mempunyai hari-hari besar untuk diperingati diantaranya:

1. Nuzulul Qur’an

Yaitu peringatan turunnya Al-Qur’an yang berupa firman-firman Allah

kepada nabiyullah Muhammad SAW melalui perantara malikat Jibril yang

kemudian dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur’an.Nuzulul Qur’an diperingati

pada tanggal 17 Ramadhan.

2. Lailatul Qodar

Lailatul Qodar ini merupakan 10 malam ganjil terakhir di bulan Ramadhan

dan merupakan malam terpenting yang terjadi hanya pada bulan Ramadhan dan

tidak ada yang mengetahuinya kapan malam lailatul qodar ini tiba.Lailatul Qodar

ini juga merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan dan banyak sekali

keistimewaannya.Laitaul Qodar biasanya juga diperingati Nuzulul Qur’an.

3. Hari Raya Idul Fitri

Biasa kita sebut dengan lebaran yang diperingati pada tanggal 1 syawal.

Hari raya Idul Fitri ini merupakan hari kemenangan bagi Umat Islam yang telah

melakukan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan dimana puasa ini merupakan

latihan bagi umat Islam untuk menjaga hatinya, lisannya, pikirannya dan seluruh

anggota tubuhnya sehingga pada hari kemenangan tersebut, umat manusia

kembali dalam fitrahnya atau kembali suci.

4. Hari Raya Idul Adha

Universitas Sumatera Utara

Page 96: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Merupakan hari raya kurban yang diperingati pada tanggal 10 Dzulhijjah

yang biasa kita menyebutnya dengan lebaran haji. Pada hari inilah orang-orang

Islam melakukan ibadah hai di Makkah dan diseluruh dunia umat Islam

melaksanakan sholat Idul Adha dan setelah itu melakukan penyembelihan kurban

yang merupakan hewan ternak seperti unta, sapi, kambing, maupun kerbau.

Daging yang telah disembelih kemudian dibagikan sesuai dengan ketentuannya.

5. Tahun Baru Islam

Merupakan peringatan tahun baru Islam atau tahun baru hijriyah yang

diperingati pada tanggal 1 Muharram.

6. Maulid Nabi

Merupakan hari peringatan kelahiran Nabiyullah Muhammad SAW yang

diperingati pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal.Hari peringatan maulid nabi ini

pertama kali dilakukan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi.Dalam peringatannya

beliau menceritakan tentang sejarah kelahiran nabi sampai dengan perjuangan

Nabi untuk Umatnya yang patut dijadikan contoh atau sebagai suri tauladan yang

baik untuk umatnya.Hukum memperingati maulid nabi adalah bid’ah hasanah

yang bertujuan untuk meneladani akhlak terpuji dan membesarkan junjungan nabi

Agung kita Muhammad SAW.

7. Isra’ Mi’raj

Yakni sebuah peristiwa tentang perjalanan Nabi Muhammad dari Mesjidil

Haram ke Mesjidil Aqsho sampai ke Sidratil Muntaha untuk menerima tugas atau

kewajiban sholat lima waktu yang sebelumnya adalah 50 waktu, atas berbagai

kebijakan pada akhirnya hanya sholat 5 waktu yang wajib dilaksanakan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 97: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

sehari semalam. Peristiwa isra’ mi’raj ini terjadi dalam satu malam.Isra’ Mi’raj

diperingati pada tanggal 27 Rajab.

Selain dari pelaksanan ibadah, ada juga beberapa hal atau kebiasaan lain

yang sesuai dengan tuntutan agama seperti:

a. Sunat / laboto

Tidak hanya bagi laki-laki yang beragama Islam saja.Sebenarnya bagi laki-laki

Nias yang sudah beranjak dewasa, semua di wajibkan untuk sunat sebagian besar

karena hukum adat dan kesehatan juga.Namun dalam ajaran Agama Islam

mempunyai arti dan tujuan tersendiri bagi penganutnya.

b. Kebisaan saat orang meninggal

Tidak seperti pada adat Nias pada umumnya yang mempunyai adat saat ada orang

meninggal, berbeda dengan masyarakat Nias yang beragama Islam yang lebih

sederhana seperti.Memandikan jenazah adalah kegiatan yang melambangkan agar

jenazah bersih dari segala hadas, kotoran, dan dosa-dosa yang dilakukan semasa

jenazah hidup dan selajutnya ialah Menyolatkan jenazah ialah persembahan shalat

terakhir bagi jenazah yang dilakukan secara berjamaah.Shalat terakhir ini

ditujukan kepada jenazah sebagai wujud kegiatan keagamaan terakhir bagi

jenazah. Ta’ziahPergi melayat (ta’ziah) ke rumah orang yang meninggal

merupakan adat bagi masayarakat desa.Tidak hanya karena dianjurkan ajaran

Islam, tapi juga karena hubungan kemasyarakatan yang sangat akrab membuat

mereka malu bila tidak datang melayat.Selanjutnya acara peringatan, seperti

peringatan tujuh hati (manujuah hari), peringatan duo puluah satu hari, peringatan

hari ke-40, lalu peringatan pada hari yang ke-100 (manyaratuih hari).Acara ini

Universitas Sumatera Utara

Page 98: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

yakni mengadakan pengajian atau yasinan dirumah orang yang meninggal. Dalam

upacara kematian penghulu dipasang peralatan seperti (kain berwarna kuning,

hitam, dan merah) di depan rumah dan jalan, biasanya, ada payung kuning yang di

bawahnya digelar tikar, tapi sekarang ini tidak banyak yang melakukan itu hanya

membuat kain berwarna saja di depan rumah.

Hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaa ibadah masyarakat muslim

desa Bozihöna, yang berkaitan dengan organisasi sosial dan organisasi keagamaan

seperti. Perkumpulan remaja mesjid, taman baca Al-Quran, dan organisasi

swadaya masayarakat seperti, kelompok nelayan dan arisan.

4.3. Adat Pernikahan Muslim Nias

Berhubungan dengan datangnya Agama Islam di Pulau Nias telah banyak

memberi pengaruh yang sangat kuat bagi setiap kehidupan pengikutnya, terlebih

untuk masyarakat Desa Bozihöna sehingga terjadinya perubahan budaya dalam

masyarakat menurut Koentjaraningrat perubahan budaya ialah proses pergeseran,

penguragan, penambahan, dan perkembangan unsur-unsur dalam suatu

kebudayaan. Masyarakat selalu mengamalkan dan mengaplikasikan setiap ajaran-

ajaran dalam pola-pola kehidupan mereka baik dalam bersosial dan berbudaya.

Seperti halnya pengaruh Agama Islamterhadap adat dan tata cara pernikahan

masyarakat Muslim di Pulau Nias.

Menurut bapak Yasmin Harefa (Ama Syam Harefa) Yang merupakan

kepala desa dari desa Bozihöna.“Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal yang

Universitas Sumatera Utara

Page 99: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

disahkan secara agama Islam Dan Secara adat dan juga merupakan suatu ibadah”

seperti juga di sebutkan dalam Al-Quran.Allah berfirman: “nikahilah kalian

wanita yang bagus untuk kalian dua,tiga dan empat” (QS,An-Nisa’:3) dan Nabi

Muhamad bersabda: “maka barang siapa meninggalkan nikah karena takut fakir,

maka ia bukan golonganku”. Menurutnya juga pernikahan adalah “Famakhai oi

sitenga bö’ö, dalam pernikahanIslam bukan hanya menimbulkan hubungan baru

antara laki-laki dan perempuan saja atau anatara pribadi yang bersangkutan,

melainkan menyambung hubungan yang panjang antara keluarga dari kedua pihak

tersebut.Pernikahan juga memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dari

masing-masing pihak, karena bisa adanya latar belakang antara keluarga yang

berbeda bisa seperti asal ususl dari kedua pihak, tingkat sosial, kebiasaan, bahasa

dan adat istiadat. Tentu ini sangat perlu karena untuk memperoleh keserasian atau

keharmonisan dan keserasian dalam hubungan berumah tangga nantinya.

Perkawinan dalam Islam juga memuntut suatu tanggung jawab yang sangat besar,

antara menyangkut nafkah lahir dan batin.

Pernikahan dalam adatmuslim Nias pada umumnya disebut “Fangowalu”

dan pengantin laki-laki disebut “Marafule” dan pengantin wanita disebut

“Ni’owalu” sama seperti pada adat Nias. Namun perlu kita ketahui, adat

pernikahan Muslim Nias masih sangat berbeda dengan adat fangowalu suku Nias

pada umumnya, dalam hal ini yang beragama Kristen, bahkan di daerah terdalam

pulau Nias, banyak yang tidak tahu kalau kaum Muslim punya ada pernikahan

tersediri. Banyak yang beranggapan pernikahan Muslim Nias tidak ada adat hanya

Ijab kabul saja di Mesjid ataupun di rumah. Adat pernikahan Muslim Nias telah

mengalami percampuran dengan adat Minang dan Aceh dan penagruh Agama

Universitas Sumatera Utara

Page 100: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Islam sehinggga adanya perubahan yang kontras dengan adat perniakahan suku

Nias pada umumnya.

Pernikahan antara adat dan agama Islam dalam kehidupan muslimNias

Karena ini tentunya membawa konsekwensi tersediri dalam kehidupan sosial dan

budaya. Baik ketentuan adat maupun ketentuan dalam agama Islam, tidak dapat

diabaikan khususnya dalam pelaksanaan pesta perkawinan. Menurut Bapak

Yasmin Harefa (Ama Syam Harefa ), pernikahan haruslah menjadi sesuatu yang

agung dan suci, jika ada penolakan terhadap salah satu ketentuan-ketentuan adat

maupun ketentuan dalam agama Islam, maka akan membawa konsekwensi yang

sangat besar dan pahit yang akan dirasakan sepanjang hayat dan berkelanjutan

dengan semua keturunan nantinya. Maka segala syarat dalam pernikahan Muslim

Nias harus diikuti dan dilaksanakan jika tidak maka adanya hukuman sosial dari

masyarakat desa berupa pengucilan dan pengasingan dari desa, perkawinan yang

dilakukan tanpat sayrat maka akan menjadi pernikahan yang bisu dan sumbang,

maka semua ketentuan-ketentuan adat dan agama harus dilaksanakan, karena

pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup.

Pernikahan umumnya mempunyai ketentuan dan syarat, demikian juga

dalam pernikahan Muslim Nias. Syarat dan ketentuan harus diikuti dan

dilaksanakan agar tidak adanya sangsi sosial dan hukum adat dan juga menjaga

nama baik keluarga dari kedua belah pihak.

Syarat-syarat adat dan agama Islam dalam pernikahan Muslim Nias

Universitas Sumatera Utara

Page 101: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

1. Tentunya kedua belah pihak harus beragama Islam. Ini menjadi syarat yang

paling utama dalam pernikahan. Di Nias sekarang ini ada banyak mualaf yang

telah menjadi Islamkarena tertarik dengan pasangan yang beragama Islam.

2. Mahar pernikahan bagi masyarakat Muslim khususnya di Desa Bozihona,

mahar pernihakah tidak sama lagi dengan adat Nias pada Umumnya. Namum

ada adat beberapa pertimbangan seperti status adat/sosial keluarga perempuan

dalam masyarakat dalam masyarakat mahar pernikahan akan berupa uang dan

emas saja dan biaya pesta pernikahan tentunya yang akan di tanggung oleh

laki-laki.

3. Kedua mempelai tidak mempunyai hubungan darah atau mempunyai hubungan

keluarga.

4. Kedua calon mempelai tidak mempunyai marga saya sama seperti Harefa

dengan Harefa, haruslah dari marga yang berbeda, karena masih mempunyai

hubungan keluarga.

5. Calon (marafule) harus sudah mempunyai sumber penghasilan sendiri dan

menjamin kehidupan keluarga nantinya.

6. Kedua calon mempelai (marafule) dan (ni’owalu) haruslah saling menghormati

dan menghargai satu sama lain serta keluarga kedua belah pihak.

Menurut informasi yang penulis terima dari pak Yasmin, pesta pernikahan

(fangowalu) ada dua jenis yaitu akad nikah secara agama dan akan nikah secara

agama dan adat (fangowalu ba hada)Maksudnya ialah pernikahan secara agama

yaitu pernikahan atau akad nikah yang dilakukan di Mesjid (Musagi) yang diakan

disaksikan oleh penguhulu dan saksi dari kedua belah pihak dan ini tidak

menggunakan acara adat lagi sedangkan fangowalu secara agama dan adat adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 102: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

ialah pengesahan dari keduanya baik secara agama maupun secara adat muslim.

Hal ini merupakan hal yang sah dalam kehidupan masyarakat sosial muslimNias.

Menurut beberapa informan saya pernikahan yang hanya secara agama ,biasanya

hanya dilakukan oleh masyarakat yang tidak mampu dalam memunuhi acara adat.

Namun dimasa sekarang pesta fangowalutanpa mengunakan adat adalah

hal yang sangat memalukan ini terjadi jika pernikahan tersebut tidak disetujui oleh

kedua orang tua pihak pengantin atau terjadi hal-hal uyang tidak diinginkan

seperti hamil diluar nikah. Pernikahan secara adat (fangowalu ba hada ) adalah

pernikahan yang sah dimata sosial dan budaya masyarakat muslim Nias, tentu ini

karena menyangkut aspek yang sangat luas seperti harga diri, strata sosial dan

tentunya cara untuk menghormati masyarakat desa.

4.3.1. Pesta pernikahan Secara Agama (Fangowalu Ba Agama)

Pernikahan hanya secara agama biasanya dilakukan oleh masyarakat desa

yang tidak mampu dalam melakukan kegiatan pernikahan secara adat dan akan

acara ini bisa dilakukan di Musagi (Mesjid) atau dirumah. Bagi setiap muslim

juga wajib juga mengetahui syarat dan rukun yang sempurna sebelum menikah.

Hal ini sangat penting agar pernikahan menjadi sah dimata syariat dan sah juga

dimata undang-undang pernikahan yang ada di Negara kita Indonesia. Dalam

pernikahan Islam ada 5 (lima) rukun yang harus dipenuhi agar pernikahan

menjadi sah. Yaitu:

1. Wali Nikah

Wali nikah adalah orang yang berhak mengawinkan seorang wanita, dan

jika tanpa wali nikah maka pernikahan tidak akan sah. Secara besar wali

Universitas Sumatera Utara

Page 103: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

nikah ada dua macam yaitu wali nikah khusus dan wali nikah khusus.

Wali nikah khusus adalah semua laki-laki yang berhak jadi wali

pernikahan seperti orang tua maupun kerabatnya, sedangkan wali nikah

umum bisa disebut juga dengan wali hakim yaitu petugas dari kantor

agama (KUA). “Perempuan mana saja yang menikah tanpa izin walinya,

maka nikahnya batal, nikahnya batal, nikahnya batal” (HR. Ahmad, Abu

Daud, dishahihkan oleh As Suyuthi dan albani. Jadi kehadiran wali nikah

adalah sesuatu yang sangat penting dalam pernikahan muslim.

2. Calon istri/ Ni’owalu

Dalam sebuah pernikahan calon istri harus jelas adanya.

3. Calon suami/ marafule

4. Adanya saksi

“tidak ada pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil” (HR.

Ibnu Hibban, Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Adz Dzahabi) dan syarat

untuk menjadi saksi adalah

4.3.2. Pesta Pernikahan Secara Adat (Fangowalu Ba Agama Faoma Ba

Hada)

Pesta perrnikahan bagi muslimNias adalah akad nikah yang sah dimata

agama dan masyarakat sosial desa.pernikahan muslim Nias juga harus sah

dikedua baik itu akad nikah dari agama dan secara adat sama. Syarat dan

ketentuan juga harus diikuti dan dilaksanakan.Fangowalu ba hada dalam

masyarakat muslimNias yang telah terakulturasi dari adat Minangmempunyai

perbedaan dengan adat suku Nias pada umumnya. Jelas hal ini menimbukan

Universitas Sumatera Utara

Page 104: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

banyak pertanyaan seperti bagaimana acara adat, mahar, pakaian adat, dan

kedudukan seoarang ni’owalu atau pengantin wanita.

Sesuai dengan wawancara dan observasi penulis dilapangan, adat

pernikahan muslimNias juga mempunyai tahap-tahap yang sangat banyak dan

sangat rumit. Yaitu:

1. Famaigi Niha/famörögö Gego

Famaigi Niha/famörögö Gego adalah penjajakan pertama sebagai

permulaan dari segala rangkaian pelakasanaan pesta pernikahan.Peran perantara

sangatlah panjang dan penting dalam tahap ini. perantara mempunyai banyak

nama tergantung dari daerahnya seperti Si’o, Halöluo, Talake dan towi-towi

bawazuasa, namun di desa Bozihöna menyebutnya sebagai Si’o. pada masyarakat

desa Bozihöna dulu keputusan pernikahan sepenuhnya ada ditangan orang tua

karena biaya sepenuhnya ditanggung oleh orang tua berbeda dengan sekarang

dimana harus adanya masyawarah dari orang tua dan anak, dan hal yang paling

penting lagi dalam melihat seorang calon istri maupun suami adalah

mempertimbangkan asal-asul keluarga calon tersebut seperti apakah dia berasal

dari keturunan solakhömi (terpandang) contohnya: ono mbalugu (anak raja) ini

dengan tujuan agar status sosial keluarga jadi baik.

2. Famofanö Ana’a

Proses ini merupakan adalah langkah yang panjang dalam menentukan

jumlah uang jujuran dan hari pernikahan .Awalnya orang tua akan menyuruh Si’o

ke pihak perempuan dan disampaikan ke perantara juga artinya tidak langsung

Universitas Sumatera Utara

Page 105: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

kepada perempuan maupun kepada orang tua perempuan, lalu Si’o pihak

perempuan akan menyampaikan kabar baik tersebut dan jika meraka setuju

dengan kabar tersebut maka peran Si’o pihak perempuan lagi yang akan

menyampaikan perseutujuan dari pihak perempuan. Peran Si’o laki-laki

selanjutnya ialah menanyakan berapa biaya atau soguna bazimaökhö yang akan

digunakan untuk keperluan pesta nantinya (bukan mahar), ini adalah biaya yang

akan digunakan untuk biaya membeli keperluan rumah tangga saat pesta nantinya.

selanjutnya ialah melalui musyawarah khusus oleh kedua orang tua pihak

perempuan telah menetukan jumlah uang berapa ekor kambing dan jumlah beras

putih dan beras ketan yang akan ditanggung oleh pihak laki-laki, dan akan

memusyawarahkannya dengan kepala adat,kepala desa dan semua kerabat dan

masyarakat desa, secara rahasia kepala adat telah mengetahui jumlah biaya tadi

dari kedua orang tua pihak perempuan, namun kepala adat tetap menanyakannya

kepada khalayak umum dengan maksud menghormati semua aspek-aspek yang

ada dalam desa tersebut,namun keputusan jumlah uang tetap berada ditangan

kepala adat bukan orangtua maupun masyarakat desa dan jika jumlah telah

dipertimbangkan bersama maka akan di sampaikan lagi ke perantara pihak laki-

laki, dan terjadilah musyawarah (fobanuasa) dipihak laki-laki bersama dengan

kepala adat dan semua masyarakat desa jika mereka setuju dengan biaya tersebut,

maka Si’o pihak laki-laki akan membawa uang tersebut kerumah pihak

perempuan, dengan tujuan adanya pertanda adat. Si’oakan membawa uang dan

sirih (Bola Nafo) dalam bungkusan kain bewarna kuning (beras dan kambing bisa

menyusul maupun langung tergantung kesepakatan pihak laki-laki) bersama

dengan kepala adat dan sejumlah masyarakat ke rumah pihak perempuan dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 106: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

menyerahkannya kepala adat pihak perempuan. Pembicaraan selanjutnya dalam

tahap ini ialah menetukan hari yang baik seperti melihat Desa’a/ fama’ötö mbongi

dan jika hari telah ditentukan maka pihak perempuan akan memberi pesan kepada

pihak perantara laki-laki dengan janji akan membawa marafule atau pengantin

laki-laki ini adalah pertanda bahwa acara adat akan dilaksanakan.

3. Famotu Bene’ö

Proses ini terjadi dirumah pengantin perempuan dan dihadiri oleh keluarga

dan kerabat serta kepala adat dimana pengantin perempuan akan diberi nasehat-

nasehat oleh orangtuanya dan kerabatnya tentang agar menjadi istri dan ibu rumah

tangga yang baik nantinya. dalam adat suku Nias maupun muslim Nias kegiatan

ini disebut juga dengan fame’e Ni’owalu artinya membuat pengantin perempuan

menangis. Proses ini masih dilakukan oleh berbagai daerah dikepulauan Nias

termasuk di desa Bozihöna dan biasanya dilakukan sebelum hari pernikahan.Pada

saat ini juga rumah pengantin perempuan akan dibenahi seperti pamansangan kain

untuk langit-langit rumah, kain tabi yaitu kain akan dipasangkan di dinding

rumah, umumnya ialah berwarna merah atau kuning dan mempuyai berbagai

macam motif, dan Gabasara tempat khusus untuk pengantin perempuan.

Pemasangan dekorasi-dekorasi tersebut ialah juga sebagai tanda-tanda adanya

pesta pernikahan.

4. Fangosara Banua / Malam Kedudukan

Proses terjadi di kediaman pihak pengantin laki-laki dimana persiapan dan

perlangkapan pengantin laki-laki dilengkapi baik itu persiapan rumah seperti

membuat Bagasara, tempat para ketua ketua adat dan menghias rumah pengantin

laki-laki ini disebut Mamologö dufo ( ini juga dilakukan di rumah pengantin

Universitas Sumatera Utara

Page 107: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

wanita pada malam Binai. Namun Sebelum pada malam kedudukan, pada pagi

hari akan diadakan acara dimana pengantin laki-laki memangil Döla-Döla Hada

untuk dilaksankannya Fame afo (sirih)proses ini biasanya ini dilakukan dengan

tujuan menghormati aspek-aspek masyarakat. Döla-Döla Hada terdiri dari yaitu:

raja penghulu adat, kepala kampung (salawa), penghulu, agama, kepala muda,

induk ina, dan dubala yaitu orang yang akan bertugas sebagia pemangil orang dan

semua kegiatan ini dan semua proses adat akan dipimpin oleh raja adat atau

Salawa hada. Setelah acara ini selesai pengantin laki-lakiakan dipangkas

ramutnya secara khusus dengan tujuan agar dia rapi dan terlihat siap dan

selanjutnya akan diarak keliling desa dengan arti bahwa masyarakat desa

mengehetahui bahwa dia akan menikah/mengumumkan secara umum. Sebagai

tanda bahwa adanya pernikahan dirumah pengantin laki-laki ialah dengan

berdirinya bendera dengan payung di depan rumah, jumlah pemasangan bendera

juga sangat diperhatikan, jika pengantin laki-laki adalah keturunan terpandang

maka jumlah bendera adalah 11 bendera dan jika dia anak penhulu/imam, jumlah

payung ialah 9 bendera dan dari kalangan biasa ialah 7 atau 5 bendera. Urutan

pemasangan bendera ini juga harus sesuai dengan Döla-Döla Hada tadi,

urutannya ialah pada posisi pertama ialah bendera berwarna hitam yaitu bendera

Dubala atau pemanggil orang, kedua bendera kuning yaitu bendera untuk raja

adat, ketiga merah yaitu bendera kepala muda/kaum muda, keempat bendera putih

yaitu untuk agama, selanjutnya ialah warna bebas ini diperuntukan untuk induk

ina, nalayan atau pedagang.

Pada malam kedudukan kepala muda/kaum muda yang berperan sangat

banyak, diantaranya mempersiapkan bagasaraatau tempat khusus pengantin laki-

Universitas Sumatera Utara

Page 108: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

laki,menghias rumah pengantin, memukul rafai atau rebana, memasang lahine

sejenis daun pacar merah atau daun inai pada kuku. Selanjutnya pada malam

kedudukan ini pengantin akan lantunkan ayat-ayat suci dan syalawat (Dagawa)

dan pengantin laki-laki akan berpantun dan Dawuo Sebua atau Silat. Setelah

semua selesai pengantin laki-laki akan dibawa ke Bagasara dan akan diberi gelar,

pemberian nama gelar bagi pengantin laki-laki dengan mempertimbangkan dia

berasal dari keturunan dan pekerjaan contohnya. Ia dari keturunan Rajo (Raja)

maka namanya Rajo Fa’omasi, Rajo si sökhi, bila ia keluarga sultan maka

gelarnya Sultan Fa’omasi atau Sultan kesejahtraan dan lain sebaginya. Acara

malam kedudukan biasanya berakhir sampai pagi, namun tergantung kondisi dan

kesepakatan bersama.intinya pada malam kedudukan ini pengantin laki-laki akan

diberi nasehat atau La Fotu bahwa ia akan mempunyai tanggung jawab yang

sangat besar dalam membina rumah tangganya kedepan dan terlebih untuk

menjaga kesoponan dan tingkah lakunya pada hari pernikahanya nantinya.

Gambar06 :Tempat Kedudukan Mempelai Pria (Bagasara),

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

Page 109: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

5. Malam Bainai/ La Konde

Tradisi ini merupakan ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para

kerabat pengantin perempuan. Bainai artinya melekatkan Lahine yang terbuat dari

tumbuhan hine atau pacar merah ke kuku-kuku pengantin perempuan, biasanya ini

dilakukan pada malam hari sebelum akad nikah. Perlengkapan lain yang

digunakan antara lain air yang berisi kembang 7 macam, payung kuning, kain

berwarna kuning atau disebut dengan kain jajakan, daun kursi untuk mempelai

perempuan yang di sebut Bagasara. Tujuan penting dari malam Binai ini adalah

untuk mengungkapkan rasa kasih sayang orang tua dan keluarga kepada calon

pengantin yang akan segera membina keluarga yang barun, untuk memberikan

doa restu kepada calon pengantin yang akan meninggalkan masa remajanya,

untuk menyucikan diri calon pengantin lahir dan batin sebelum melaksanakan

acara yang sacral yaitu akad nikah, untuk membuat pengantin perempuan

kelihatan lebih cantik,segar dan cemerlang selama ia menjadi pengantin.

Dalam acara ini pengantin perempuan didandani dengan pakaian yang

khusus dengan baju hada atau toka dan bersunting rendah.Baju hada atau Toka

adalah semacam selendang yang dibalutkan menyilang di dada sehingga bagian

bahu dan lengan tanpak terbuka. Dalam acara malam Binai orang tua pengantin

juga harus mengunakan yang khusus dengan warna cerah seperti merah dan

kuning dengan tujuan supaya lebih semarak. Biasanya tamu dan sanak saudara

juga yang hadir pada saat itu juga mengunakan hal yang sama seperti mengunakan

kain selimut sebagai bawahan dan baju kebaya atasnyanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar 07 : kegiatan adat La Konde atau La Fotu pada malam Bainai

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Acara malam Binai ini sangatlahsakral dan mengandung banyak Simbol-

simbol seperti memandikan calon pengantin,mamasangkan Lahine ke kuku.

Dalam adat dari di Nias seperti memandikan pengantin perempuan hanya oleh

orang orang tertentu saja seperti orang tua dan sanak saudara saja atau melekatkan

Lahineke kuku calon pengantin.Pelaksanaan acara ini, Biasanya dipimpin oleh

perempuan yang telah ahli mengenai acara ini dan dalam acara ini juga seringkali

juga dimeriahkan dengan menampilkan kesenian-kesenian tradisional seperti

lagu-lagu yang bernafaskan Islam atau melayu yang sangat kental dengan rebana

dan gendangnya, yang bisa secara spontan mengundang para hadirin untuk

bergoyang.

6. Famenema’ö marafule

Universitas Sumatera Utara

Page 111: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Bila akad nikahnya dilakukan dirumah mempelai wanita bukan di Mesjid,

maka acara penyambutan kedatangan calon pegantin laki-laki dengan

rombonganya dilakukan di halaman calon mempelai wanita.Acara ini juga dikenal

sebagai Folohe Ba Hele atau Famaondragö Marafule. Kedatangan mempelai laki-

laki akan di sambut oleh suara-suara alat musik seperti biola, rebana, gendang,

biasanya di Desa Bozihöna pengantin laki-laki akan juga di sambut dengan alat

musik Garamba (gendang besar yang di bunyiakan dengan di pukul oleh dua bilah

bambu), Gong, dan Doli-Doli (gong kecil) ini dilakukan untuk mengikuti adat

mengikuti adat Nias pada umumnya. Pengantin laki-laki di payungi dengan

payung berwarna Kuning, dan juga adanya barisan laki-laki dari pihak pengantin

wanita dan laki-laki masing-masing tujuh orang dari setiap pihak, yang akan

membukakan atau memberi jalan kepada pengantin laki-laki dengan tujuan

memberi penghormatan dan pertanda menjaga sisi kanan kiri jalan yang akan

dilewati oleh rombongan dan masing-masing mempunyai pemimpin yang akan

melakukan silat, para pemuda ini nemakai kostum silat dan kopiah di atas

kepalanya dan diikuti juga remaja perempuan yang memakai baju adat biasanya

warna merah atau kuning dan memakai hiasan kepala. Mereka ini yang akan

menawarkan sirih kepada para tamu demikan juga dari pihak laki-laki yang kan

mewarkan sirih kepada pihak wanita.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar08 :Penyambutan Mempelai Pria Oleh Ketua Adat dari Pihak

Mempelai Wanita

Sumber : Dokumentasi pribadi

Selanjutnya adanya Fangowai atau sapa menyapa antara juru bicara dari

pihak pengantin wanita dan pihak rombongan laki-laki, ini dilakukan di depan

gerbang sebelum masuk ke dalam pekarangan rumah kostum yang kan di pakai

juru bicara adalah pakain sarung, berkemeja dilapisi jas diluarnya dan memakai

kopiah hitam dan yang menjadi juru bicara haruslah orang yang terpilih dan mahir

dan tidak jarang ini menjadi acarang saling memamerkan keahliandari masing-

masing juru bicara dari kedua belah pihak. Sapaan akan diawali oleh juru bicara

dari mempelai wanita dengan kalimat sapaan kehormatan atas adatangnya tamu

dan rombongan ke rumah mereka. Selanjutnya akan disusul oleh Ina-Ina Satua

atau perempuan tua yang akan menaburkan Böra sause atau beras kuning kepada

calon pengantin laki-laki sambil berpantun dan kemudian sebelum akan naik

Bagasara sebelumnya calon pengantin laki-laki akan dicuci kaki pengantin laki-

Universitas Sumatera Utara

Page 113: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

laki dengan menuangkan sedikit air ke ujung sepatu pengantin laki-laki sebelum

masuk kedalam rumah atau ke tempat akad nikah, pengantin laki-laki akan

melawati kain putih yang dibentangkan di pintu masuk dengan tujuan bahwa

pengantin laki-laki membawa segala sesuatu yang baik kedalam rumah,kebersihan

dan niat yang baik calon laki-laki dalam melaksanakan niatnya mengawini

istrinya dan meningalkan segala yang kotor di luar rumah.

Menurut adat kebiasaan adat pernikahan Muslim Nias pengantin laki-laki

akan membawa sirih (Bola-bola Nafo) ini akan disuguhkan kepada para ketua

adat dan orang tua yang hadir pada acara tersebut, ini juga sama dengan adat Nias

pada umumnya hanya saja tidak adanya fangowai hanya memberikan nya saja

secara langsung kepada para ketua adat. Dan selanjutnya setelah pengantin laki-

laki telah sampai kedalam rumah, ia akan didudukan di Bagasara dan pengantin

wanita tidak langsung disandingkan dengan pengantin laki-laki, pengantin wanita

akan menunggu di dalam kamar, disitu dia akan dipersiapkan. Untuk menunggu

acara akad nikah sebelum acara akad nikah akan ada acara-acara tambahan seperti

kata sambutan dari ke ketua adat dan kepala desa dan adanya pementasan tradisi

Muslim pesisir. Setelah itu akan diadakan akad nikah, sesuai dengan hukum dan

tata cara baku Hukum Islam dan Undang-Undang Negara Republik indonesia

disini pengantin laki-laki akan melafaskan izab kabulnya dihadapan penghulu,

wali orang tau dan tamu yang hadir pada saat itu.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar 0 : Proses akad Nikah

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Hal lain yang ada pada hari pernikahan adalah makan Bajamba ini

merupakan tradidi makan dari Minang Kabau dengan cara duduk bersama dalam

satu ruangan dan dalam satu piring besar yang berisi jenis-jenis makanan seperti

nasi, ikan, sayur, dan daging. Dalam satu piring besar bisa berjumlah 3 atau 4

orang mereka akan duduk bersama melingkar dalam menikmati makanan. makan

dengan cara seperti ini mempunyai makna yang sangat dalam dimana akan ada

rasa kebersamaan tampa melihat perbedaan status sosial.

4.3.3. Acara Sesudah Akad Nikah

1. Fangowai Sibaya

Fangowai sibaya artinya pengantin laki-lakiakan diperkenalkan kepada

seluruh sanak keluarga pengantin wanita, demikian juga sebaliknya akan

dilakukan kepada penganti wanita dengan tujuan supaya mereka mengenal dan

menghormati sanak saudara dari kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

2. Fanörö Ni’owalu

Kegiatan ini dilakukan setelah beberapa hari acara pernikahan, harinya

sesuai dengankesepakatan antara kedua keluarga misalnya seminggu setelah pesta

pernikahan. Dalam adat Nias Fanörö Ni’owalu, pengantin laki-laki akan

membawa istrinya ke rumah orang tuanya untuk jalan-jalan dengan membawa

sanak dan keluarganya besarnya dan membawa beberapa buah tangan untuk

kedua orang tua wanita. Namum dalam adat masyarakat Muslim, pengantin hanya

membawa beberapa orang saja sebagai pendamping, biasanya pengantin laki-laki

langsung membonceng istrinya dengan sepeda motor dan diikuti oleh pendamping

mereka. Dalam acara adat ini pengantin laki-laki memakin baju kameja putih

dengan setelah dasi dan pengantin perempuan memakin kain panjang dan

berkerudung berwarna merah. Sebenarnya tujuan dari acara ini adalah untuk

memberi tahu kepada keluarga istrinya bahwa bahwa anak perempuan mereka

baik-baik saja.

3. Resepsi/ Syukuran

Seperti pada acara umum biasanya, acara resepsi akan di adakan di rumah

pengantin laki-laki dengan mengundang keluarga, warga desa dan termasuk

kelurga besar dari mempelai perempuan. Dalam acara syukuran ini bertujuan

untuk mengucakan syukur kepada Tuhan atas berlangsungnya akad nikah dan

semua acara adat. Dalam acara syukuran biasanya selain makan bersama dan juga

pemberian kado kepada kedua mempelai dari tamu-tamu undangan. Acara

syukuran ini merupakan akhir dari semua kegiatan acara adat, walaupun ada juga

yang tidak melakukan acara syukuran ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB V

SISTEM MATA PENCAHARIAN

5.1. Nelayan Desa Bozihöna

Desa Bozihöna merupakan wilayah pesisir di Kecamatan Idanögawo,

Kabupaten Nias, dan juga penghasil bahan pangan ikan bagi masyarakat. Dan

tentunya sudah pasti mata pencaharian sebagain besar masyrakatnya adalah 90%

Nelayan, sebagian lainnya adalah pedangan dan petani. Namun karena desa ini

adalah daerah pesisir maka penulis hanya menyoroti tentang kearifan lokal

nelayan dan sebagian besar keluarga yang menjadi pembuat ikan teri atau ikan

asin.

1. Kearifan lokal masyarakat Nelayan desa Bozihöna

Menurut Bapak Amibudin Gea (Ama Ilham Gea ) yang seorang nelayang

berumur 50 tahun yang sudah melaut sejak dari kecil. Nelayan di desa ini

mempunyai kebisaan, aturan dan pengetahun tersendiri tentang cara melaut yang

baik dan benar, yang sudah secara turun temurun sudah di turunkan oleh orang tua

meraka, dan tujuannya demi untuk menjaga kelangsungan ekosistem laut yang

akan sangat berguna bagi keluarga mereka kalak nantinya.

a) Pengetahuan membuat kapal atau Göfa Nasi

Walaupun sebagian kecil nelayan mempunyai perahu/ Tundrahayang terbuat

dari mesin seperti Bot, namum masyarakat desa akan membuatnya sendiri dengan

mengunakan bahan-bahan di alam sekitar. Ukuran-ukuran kapal-kapal nelayan di

desa tidaklah begitu besar, ada yang panjang 10 M dan lebar 5 meter dan panjang

5 Meter dan lebar 2 meter saja biasanya ini adalah ukuran yang dipakai nelayan

Universitas Sumatera Utara

Page 117: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

untuk melaut jarak jauh, serta ada juga perahu kecil yang di dalam jarak dekat

saja. Jenis kayu yang biasa digunakan dalam pembuatan perahu oleh masyarakat

seperti kayu Jati, kayu Fösi (sejenis kayu keras yang hanya ada di Nias) jenis

lainnya seperti Fösi Soyo dan yang paling bagusadalahFösi saitö. Jenis kayu

sangat kuat, awet dan tidak mudah busuk dan pecah dan tahan dari binatang

laut.Jenis kayu untuk membuat perahu kecil bisa digunakan seperti kayu Nangka

dan sawo.Biasanya nelayan mendapatkan kayu-kayu ini seperti di hutan atau

kebun yang sudah di tanam selama bertahun-tahun. Proses pembuatan kapal

langsung dikerjakan dekat pinggir pantai dengan alasan supaya mudah

meimidahkannya. Proses pembuatan membutuhkan waktu selama 5 bulan atau 1

tahun bahkan lebih dan Pengetahuan membuat kapal sudah diperkenalkan oleh

orang tua meraka sejak dari mereka kecil.

Gambar :perahu-perahu nelayan yang digunakan untukmelaut.

Sumber :Dokumentasi Pribadi

4.3.4. Pengetahuan cara melaut yang benar/ Moloyo

Universitas Sumatera Utara

Page 118: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Bagi masyarakat nelayan desa Bozihöna ada bebarapa aturan dan larangan yang

sudah secara turun temurun dilakukakan dan ditaati oleh nelayan, yang sudah

menjadi hukum adat dan mempunyai sangsi bagi yang melangarnya seperti tidak

boleh melaut pada hari tertentu misalnya pada hari jumat, karena wajib bagi setiap

laki-laki untuk shalat jumat,hari Idul Fitri, hari raya Idul adha, dan tanggal 26

Desember dan 28 Maret ini diakibatkan masih adanya nelayan yang takut melaut

akibat tsunami dan gempa yang melanda Pulau Nias, namun menurut pak

Aminudin (Ama Ilham Gea) larangan dan aturan ini sudah mulai banyak

dihiraukan oleh sebagian nelayan, ini karena ada nelayan yang bukan berasal dari

desa tersebut dan bukan beragama Islam.

Pengetahuan lainnya ialah tentang mengetahui fenomena alam yang menjadi

pertanda baik bagi para nelayan sepertimengandalkan gugusan bintang, arah angin

dan arus gelombang laut untuk menentukan arah boat dan perahu saat mencari

ikan, Selain pada gugusan bintang, gejala-gejala alam yang menjadi pedoman para

nelayan adalah, gumpalan awan yang berarak, serta ketika burung bangau dan

elang turun mendekati permukaan air laut pertanda air mulai surut, Taburan

bintang digunakan sebagai pedoman arah dalam pelayaran di malam hari, seperti

bintang pari untuk menandai arah selatan dan bintang fajar yang menandai ufuk

timur. Berdasarkan bintang-bintang tersebut kami para nelayan tidak mudah

kehilangan arah atau tersesat dalam pelayarannya di tengah laut.Sementara untuk

gumpalan awan, gambaran awan yang biasanya kami jadikan pedoman adalah

oleh awan yang memerah di ufuk barat, biasanya pada saat menjelang

senja.Apabila awan tersebut tanpak, maka itu pertanda ikan-ikan di laut sudah

banyak, kami sebagai nelayan beranggapan sudah tiba saatnya untuk melaut.

Universitas Sumatera Utara

Page 119: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Kemudian ketika burung bangau dan elang mendekati permukaan laut ketika air

surut menandakan lebih banyak akan keberadaan hewan dan biota laut yang dapat

ditangkap oleh nelayan.

Sejalan dengan peredaran siang dan malam, para nelayan juga mempunyai

perangkat pengetahuan tentang peredaran musim yaitu musim barat dan musim

timur. Musim timur dianggap baik untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan

karena di hari musim timur kondisi laut saat tenang, tidak ada badai dan arus

gelombang laut tidak terlalu kuat sehingga ikan – ikan banyak berada ke pinggir

atau tepi laut yang memudahkan para nelayan untuk menangkap/menjaring ikan

dan Pada musim timur aneka jenis burung camar akan banyak berdatangan untuk

memangsa ikan, karena memang pada musim itu jumlah ikan dan hewan laut

lainnya sangat melimpah. Sedangkan pada musim barat justru sebalikanya

c. Cara memasarkan hasil melaut

Karena daerah desa Bozihöna adalah daerah pesisir dan jauh dari kota.

Biasanya nelayan akan menjualnya langsung dipinggir pantai atau pasar ikan yang

ada di desa tersebut. Harga yang ditawarkan dipinggir pantai akan lebih murah

dibandingkan jika di jual ke pasar kota. Biasanya ikan yang dijual langung

dipinggir pantai adalah ikan-ikan kecil yang cocok untuk yang biasanya

dijadikan ikan teri dan ikan asing sebagian lainnya adalah orang-orang yang akan

membeli untuk kebutuhan pangan mereka dan sebagaian ikan akan dijual ke pasar

kota dengan harga yang lebih mahal.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Cara membawa hasil melaut ke pasar kota dibawa menggunakan sepeda

motor sebutan warga Honda siregen artinya sepeda motor dengan jerigen besar

sebagai tempat menampung ikan.

Menurut pak Aminudin (Ama Ilham Gea) keuntungan dari menjual ikan

tidaklah besar tertantung banyaknya hasil melaut dan cuaca, jika cuaca tidak

bagus maka hasil melaut sedikit tapi harga ikan akan naik dan begitu juga

sebaliknya jika cuaca bagus harga ikan tidaklah seperti kalau cuacanya tidak

bagus.

Gambar09 : Pasar Ikan di desa Bozihöna

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

5.2.Pembuat Ikan Teri dan Asin

Sebenarnya pera pembuat ikan teri dan asin/ Ia Nia’sö ini adalah para

nelayan dan keluarganya. Jika ada hasil melaut yang lebih dan tidak habis dijual

maka akan dibuat ikan asin dan ikan teridan akan kembali. Jenis-jenis ikan teri

Universitas Sumatera Utara

Page 121: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

yang biasa dijual sepert ikan Badar dan Rebon (sejenis udang Kecil ) dan jenis

ikan asin seperti, sedangkan jenis ikan asin seperti ikan yang berukuran lebih

besar. Proses pembuatan ikan teri dan asin oleh masyarakat desa Bozihöna

tidaklah terlalu rumit. Seperti pembuatan ikan teri hanya mengunakan metode

pengeringan dengan sinar matahari langsung. Pengeringan ikan dengan matahari

langsung membuat kualitas ikan lebih tahan lama. Proses pengeringan biasanya 3

sampai 5 hari tergantung cuaca. Sedangkan proses pembuatan ikan asin memakan

waktu sedikit lama dan rumit seperti persiapan ikan sesuai ukuran dengan

memperhatikan jenis ikan dan ketebalan dagingnya. Prosedur pengeringan,

pengasinan, jenis garam yang dipakai, dan pengemasan hingga sampai kepada

pembeli nantinya.

Proses pembuatan ikan asin seperti berikut:

a. Alat dan bahan yang digunakan seperti garam ( garam yang digunakan

biasanya adalah garam dapur yang mengandung banyak NaCL dan

unsur-unsur lainnya), drum (sebagai tempat peremdaman ikan bersama

dengan garam), anyaman bamboo (tempat menjemur ikan).

b. Cara membuat ikan asin. pertama ikan akan di rendam dalam drum

berisikan air garam, dalam proses ini ada banyak hal yang diperhatikan

seperti kelembaban udara dalam drum, apabila udara banyak masuk

dalam drum maka ikan tidak akan terlalu asin. Jika waktu

perendamannya 5-10 jam maka setengah asin sedangkan waktunya

perendamanya 24 jam maka kualitas ikan akan asin. Setelah itu,

sebelum di keringkan ikan akan dicuci dengan air bersih untuk

menghilangkan garam-garam yang menempel pada ikan, ikan akan

Universitas Sumatera Utara

Page 122: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

dijemur dengan cahaya matahri langsung dengan waktu yang berbeda-

beda seperti jika ukuran ikannya besar sekitar 24 hari sedangkan

ukuran yang kecil sekitar 1 minggu tergantung cuaca. Pemasaran ikan

teri dan ikan asin biasanya dilakukan di pasar Bozihöna dan pasar kota,

ikan teri akan dijual perkilo sesuai dengan jenis ikannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Masuknya Agama Islam di Pulau Nias sudah terlebih dahulu sejak kedatangan

Teuku Polem di Luaha Laraga, Gunung Sitoli pada tahun(1643), sebelum adanya

agama lain seperti Kristen Protestan(1865), Khatolik(1854) maupun Budha.

Namum tidak begitu berkembang dikalangan masyarakat Nias pada saat itu

karena bertentangan dengan adat nias, seperti larangan babi yang diharamkan

dalam agama islam, namum babi dalam adat masyarakat Nias sangat lah tinggi.

Selain dalam adat, babi juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu.

Agama islam hanya di terima oleh kaum-kaum tertentu pada awal masuknya ke

Pulau Nias.

Para pendatang dari seberang memperoleh daerah kekuasan di Pulau Nias

karena adanyapesta adat Owasa yaitu pada tahun 1698 dan disusul dengan

Mondrakö ( pembuatan peraturan) pada tahun 1686 . keputusan dari Mondrakö

ialah pembagian wilayah, peraturan tentang berperang jika ada musuh dan

melestarikan tradisi-tradisi pada saat itu. Agar peraturan-peraturan tidak dilanggar

mereka mengangkat sumpah akan membakar manusia yang melanggar peraturan

tersebut.

Agama Islam dan nilai adat akan terus berjalan bersama ke tiap-tiap generasi

selanjutnya. Menjadi penganut Islam yang taat adalah suatu keharusan bagi setiap

pemeluknya, dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya,

walupun begitu tidak melupakan jatidiri sebagai orang nias, dengan menjunjung

nilai-nilai adat.

Universitas Sumatera Utara

Page 124: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penelitian ini

menyampaikan saran bagi masyarakat sebagai berikut. Dengan berbagai

penjelasan dalam Skripsi ini tentang dunia Islam diPulau Nias, saya sebagai

pembuat makalah ini sangat berharap semoga makalah ini bisa menjadi sumber

penambah wawasan kita tentang suku Nias dan dan berbagai kebudayaan

didalamnya. Dan juga saya berharap dapat menjadi motivasi bagi kita untuk

semakin menjaga kelestarian budaya terlebih bagi kaum muda Nias.

Berdasarkan kondisi pembangun yang masih kurang di desa Bozihona.

Banyak masyarakat yang menginginkan percepatan pembangunan seperti Jalan,

pasar dan mesjid. Tentunya jika pembangunan lebih di percepat maka taraf

ekonomi warga akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 125: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Budhisantoso, S. 1988. Sistem kekerabatan dan pola Pewarisan. Jakarta: PT.

Pustaka Grafika Kita.

Duha, Nata’alui. 2000. Mengenali perbedaan Kultur Masyarakat Nias.

Ghazali, Muchtar, Adeng. 2011. Antropologi Agama “ Upaya Memahami

Keragaman, Kepercayaan, Keyakinan, dan Agama”. Alfabeta.

Hȁmmerle, P. Johanenes. 2001.Asal-Usul Masyarakat Nias, Suatu

Interperestasi. Yayasan Pusaka Nias, Gunung sitoli.

Hȁmmerle, P. Johanenes. 2008. Tuturan Tiga Sosok Nias. Gunung Sitoli:

Yayasan Pusaka Nias.

Harefa, Faogȍli. 1939. Hikayat dan Tjeritera Bangsa Serta Adat Nias. Seri C.

Nr. 1. Sibolga: Rapatfonds Residentie Tapanoeli.

Ihromi. 2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan obor.

James, Spadley.1987. Readings in Culture Antrhoropology. Brown and

Company.

Laiya, Sitasi Z. 1985. Kamus Nias- Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Media Warisan, Edisi No.22, Yayasan Pusaka Nias.

Mendrȍfa, Sȍkhi’ aro Welther. 1981. Fondrakȍ Ono Niha. Agama Purba,

Hukum Adat, hikayat dan Mitologi Masyarakat Buas. Jakarta: Inkultra

Foundation.

Mendrȍfa, snk. B., Ama Wohada. 1983/1984 Li ba Li Indonesia. Kamus

Bahasa Nias Indonesia. Medan: Perdana

Mintargo, Bambang S. 2000. Tinjauan Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta:

Penerbit Universitas Triksakti.

Universitas Sumatera Utara

Page 126: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Poewarto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Persepektif

Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian sosial. Medan. PT. Grasindo

Monoratama.

Sirait, Rostina. 1984. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Nias.

Depdikbud Provinsi Sumatera Utara.

Spradley, James P. 2006. Etnografi.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sumber Lainya:

http://www.museum-nias.org/info-nias/ diakses 1 Agustus 2017.

http://niasmunity.blogspot.co.id/2007/02/kronologi-masuknya-islam-di-nias.html diakses

1 Agustus 2017.

http://unzilaturrahmah.blogspot.co.id/2012/12/islam-dan-budaya-lokal.html diakses 12

Agustus 2017.

Nurkholish, Madjid. “Akulturasi Islam dan Budaya Lokal. 2015.

http://paramadina.or.id/2015/08/07/akulturasi-islam-dan-budaya-lokal/

https://almanhaj.or.id/173-konsep-islam-tentang-perkawinan.html

Imanulhaq, Maman. “Islam dan Kearifan Lokal. 2011.

https://www.kompasiana.com/kang_maman72/islam-dan-kearifan-lokal

Universitas Sumatera Utara

Page 127: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

LAMPIRAN

Gambar : Salah satu sudut perumahan masyarakat, bantuan dari pemerintah di desa Bozihȍna.

Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Gambar : Suasana pasar Tradisonal masyrakat desa Bozihona yang hanya ada pada hari sabtu saja.

Universitas Sumatera Utara

Page 128: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Sumber : Dokumentasi pribadi.

Gambar : Model Bagasara untuk pengantin laki-laki pada malam kedudukan/ dan hiasan hiasan dinding lainnya.

Sumber : Dokumentasi pribadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 129: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar : Tampak persiapan-persiapan yang dilakukan oleh para keluarga, menghias dan memasang kain-kain pada seluruh rumah.

Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Gambar : Tampak beberapa anak-anak turut hadir dalam meramaikan dengan mencoba memukul gambus yang akan dijadikan sebagai alat-alat musik pada hari pernikahan nantinya.

Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 130: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar : Tujuh bendera dengan berbagai warga yang melambangkan segala aspek yang ada dalam masyarakat.

Sumber : Domentasi Pribadi.

Gambar : Tampak seorang anak mememai ayahnya berjualan dengan memotong ikan yang nantinya akan dijual nantinya.

Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 131: ONO NIHA NDRAWA - repositori.usu.ac.id

Gambar : Salah satu mesjid Al-Amin yang ada di desa Bozihona, yang merupakan mesjid bersejarah yang ada di desa tersebut.

Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Universitas Sumatera Utara