Omsk

31
BAB I PENDAHULUAN Upaya peningkatan sumber daya manusia untuk kecerdasan dan produktivitas kerja tidak terlepas dari unsur audio visual. Menyadari hal itu Departemen Kesehatan telah mengembangkan upaya kesehatan indera salah satunya adalah indera pendengaran dengan kegiatan antara lain mencari data dasar penyakit ketulian serta sikap prilaku masyarakat terhadap kesehatan indera pendengaran. 1 Salah satu penyebab ketulian yang sering kita jumpai di masyarakat adalah radang telinga tengah yang dapat menyebabkan ketulian tipe konduksi pada berbagai tingkatan. Di masyarakat sering dikenal dengan istilah- istilah seperti congek, curek untuk menyatakan penyakit radang yang berlokasi di telinga bagian tengah dengan ditandai keluarnya cairan dari liang telinga. Di dalam dunia kedokteran disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). 2 OMSK dulu disebut otitis media perforata atau dalam sehari-hari sering disebut congek. Otitis media ini dapat timbul sebagai kelanjutan dari otitis media akut. Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. 1 Otitis media supuratif kronis merupakan penyakit di bidang THT yang 1

Transcript of Omsk

Page 1: Omsk

BAB I

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan sumber daya manusia untuk kecerdasan dan produktivitas

kerja tidak terlepas dari unsur audio visual. Menyadari hal itu Departemen

Kesehatan telah mengembangkan upaya kesehatan indera salah satunya adalah

indera pendengaran dengan kegiatan antara lain mencari data dasar penyakit

ketulian serta sikap prilaku masyarakat terhadap kesehatan indera pendengaran.1

Salah satu penyebab ketulian yang sering kita jumpai di masyarakat adalah radang

telinga tengah yang dapat menyebabkan ketulian tipe konduksi pada berbagai

tingkatan. Di masyarakat sering dikenal dengan istilah-istilah seperti congek,

curek untuk menyatakan penyakit radang yang berlokasi di telinga bagian tengah

dengan ditandai keluarnya cairan dari liang telinga. Di dalam dunia kedokteran

disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).2

OMSK dulu disebut otitis media perforata atau dalam sehari-hari sering

disebut congek. Otitis media ini dapat timbul sebagai kelanjutan dari otitis media

akut. Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan infeksi kronis pada telinga

tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga

tengah terus menerus atau hilang timbul.1 Otitis media supuratif kronis merupakan

penyakit di bidang THT yang sering dijumpai di masyarakat. Angka insiden dari

penyakit ini disebutkan sekitar 39 kasus per 100.000 orang pada anak-anak atau

remaja.2 Di Inggris, disebutkan 0,9% anak-anak dan 0,5% dewasa pernah

menderita OMSK.2 Data dari WHO menunjukkan bahwa prevalensi OMSK 1-2%

tergolong rendah, sedangkan prevalensi 3-6% termasuk tinggi.3 Angka prevalensi

tertinggi atau > 4% terdapat di India, Bangsa Aborigin Australia, Kepulauan

Solomon, dan Guam.3

Sebagian besar OMSK berawal dari infeksi akut telinga tengah yang

sering terjadi pada bayi dan anak-anak, yang apabila tidak diobati dengan cepat

dan tepat akan berlanjut menjadi OMSK saat dewasa. Dengan mengetahui seluk

beluk penyakit ini, diharapkan dokter umum sebagai garis pertahanan terdepan

mampu mendiagnosis penyakit ini secara dini, memberikan penanganan yang

adekuat, sehingga dapat mengurangi prevalensinya di masyarakat.

1

Page 2: Omsk

Diagnosis penyakit OMSK dapat dilakukan melalui anamnesis,

pemeriksaan THT, dan pemeriksaan penunjang berupa kultur dan uji resistensi

dari sekret telinga. Diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan penyakit yang

lebih awal akan menentukan prognosis pasien dan dapat mencegah perburukan

atau menghindari terjadinya komplikasi penyakit otitis media supuratif kronis ini.3

2

Page 3: Omsk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1 Otitis media

supuratif kronis adalah inflamasi kronis pada telinga tengah dan ruang mastoid

dengan cairan yang keluar atau otore melalui perforasi membran timpani.3

Otitis media kronis dapat berkembang melalui otitis media akut akibat

terjadi perforasi membran timpani dan otore yang menetap dan berlangsung lama

disertai kerusakan telinga tengah yang semakin hebat dan terganggunya

pendengaran. Otitis media subakut yaitu bila otitis yang terjadi lebih dari tiga

minggu dan kurang dari dua bulan. Otitis media supuratif kronik terjadi pada otitis

media akut yang sudah lebih dari dua bulan.1

2.2 Tipe Perforasi Membran Timpani

Perforasi membran timpani bervariasi baik dalam ukuran, bentuk, dan

lokasi. Berdasarkan suatu studi di Nigeria disebutkan tipe perforasi tersering yaitu

sentral sebesar 57,6%, subtotal sebesar 33,3%, total 6,1%, dan tipe marginal

sebesar 3,0%. Penyebab perforasi tersering yaitu otitis media supuratif kronis

sebesar 90,9% dan trauma sebesar 3,0%.4 Ada 3 tipe perforasi membran timpani

berdasarkan letaknya, yaitu :

1. Perforasi Sentral

Perforasi terletak pada pars tensa membran timpani, dengan masih tersisa

membran timpani di sekitar

perforasi.1,4

Gambar 1. Perforasi sentral4

3

Page 4: Omsk

2. Perforasi Marginal

Pada perforasi marginal, sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan

anulus atau sulkus timpanikum.1

Gambar 2. Perforasi marginal

3. Perforasi Atik

Perforasi atik yaitu perforasi yang terjadi di

area pars flaksida.1

Gambar 3. Perforasi atik

Sekret yang ditemukan saat pemeriksaan menunjukkan sifat-sifat dari proses

patologi yang mendasarinya. Umumnya sekret pada otitis media kronik bersifat

purulen (kental dan/atau putih), atau mukoid (seperti air dan encer). Sekret

mungkin juga encer atau kental, bening atau berupa nanah.4,5

2.3 Anatomi Telinga Tengah

Batas luar telinga tengah yaitu membrane timpani, batas depan yaitu tuba

eustachius, batas bawah yaitu vena (bulbus) jugularis, sedangkan batas belakang

4

Page 5: Omsk

yaitu aditus ad antrum dan kanalis fasialis. Batas atas yaitu tegmen timpani.

(meningen) dan batas dalam yaitu kanalis semisirkularis. Telinga tengah terdiri

dari membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, tuba eustachius.4,6

Gambar 4. Anatomi telinga

2.3.1 Membran Timpani

Membran timpani merupakan suatu bangunan dengan puncaknya umbo

mengarah ke medial. Membran timpani tersusun atas lapisan epidermis di bagian

luar, lapisan fibrosa di bagian tengah dengan tangkai maleus yang melekat, dan

lapisan mukosa pada bagian dalam.5 Membran timpani dibagi dalam 2 bagian

yaitu pars tensa dan pars flaksida. Pada umbo merman timpani akan bermula

suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk

membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan.1,5,6

5

Page 6: Omsk

Gambar 5 Membran Timpani5

2.3.2 Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal,

bentuknya bikonkaf. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior.

Dinding superior berbatasan dengan dasar fossa kranii media. Pada bagian atas ini

terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya merupakan saraf

fasialis. Otot stapedius muncul pada daerah saraf fasialis dengan tendonnya

menuju ke stapes. Saraf korda timpani juga muncul dari saraf fasialis di bawah

stapedius menuju inkus atau lebih medial dari stapes lalu bergabung dengansaraf

lingualis untuk memberi pengecapan pada 2/3 anterior lidah.5,6

Dasar telinga tengah merupakan bulbus jugularis yang di sebelah

superolateral menjadi sinus sigmoideus dan ke tengah menjadi sinus transverses

yang merupakan aliran vena di otak. Bagian bawah dinding anterior terdapat

kanalis karotikus. Di atas kanal ini terdapat tuba eustachius dan otot tensor

timpani. Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan

nasofaring. Terdapat otot tensor veli palatine, levator veli palatine, tensor timpani,

dan salpingofaringeus yang melayani tuba eustachius. Bagian lateral tuba

merupakan tulang sedangkan 2/3 bagian medial bersifat kartilago. Otot tensor

timpani terletak pada bagian atas tulang sedangkan kanalis karotikus terletak di

bagian bawahnya. Tuba eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan

udara pada kedua sisi membran.5

Dinding lateral kavum timpani merupakan dinding tulang epitimpanum

bagian atas, membran timpani, dan tulang hipotimpanum di bagian bawah.

Terdapat tulang pendengaran pada kavum timpani yaitu maleus, inkus, dan stapes.

Terdapat otot tensor timpani (muskulus tensor timpai) dan otot stapedius

(muskulus stapedius).5,6,7

6

Page 7: Omsk

Pada dinding medial terdapat promontorium yang berjalan saraf

timpanikus melalui daerah ini. Tingkap lonjong terletak superior dari

promontorium ini sedangkan tingkap bundar terletak inferior dari promontorium

ini. Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid dengan puncak mengarah ke

kaudal. Atap mastoid merupakan fosa kranii media. Sinus sigmoideus terletak di

bawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus

ad antrum dengan kanalis semisirkularis yang menonjol ke dalam antrum.5,6

2.4 Fisiologi Pendengaran

Transmisi gelombang suara masuk ke liang telinga dan menggetarkan

membran timpani. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang

berhubungan satu sama lain melalui maleus, inkus, dan stapes. Stapes

menggerakkan tingkap lonjong yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala

vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran vestibularis yang mendorong

endolimfe dan membran basilar. Impuls diterima oleh organ Corti melalui sel

rambut dalam dan sel rambut luar sebagai reseptor sensorik. Pembelokan rambut

ke satu arah akan mendepolarisasi sel rambut, sedangkan pembelokan kea rah

berlawanan menyebabkan hiperpolarisasi sel rambut. Hal ini akan menyebabkan

eksitasi serabut saraf yang bersinaps dengannya. Pergerakan sel rambut ini

menyebabkan pembukaan kanal kation dan masuknya ion kalium dari cairan skala

media menyebabkan depolarisasi yang diteruskan ke nervus koklearis.

Rangsangan ini diteruskan ke pusat pendengaran di otak pada lobus temporalis.2,3,6

2.5 Klasifikasi

Klasifikasi dibagi menjadi dua jenis yaitu tipe jinak dan tipe bahaya, serta

ada pula klasifikasi berdasarkan aktivitas sekret yang keluar (OMSK aktif dan

OMSK tenang).5

2.5.1 OMSK tipe tubo-timpanik atau tipe mukosa/benigna

7

Page 8: Omsk

Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa dan tidak

mengenai tulang. Pada tipe ini tidak ditemukan adanya kolesteatoma. Perforasi

membran timpani biasanya terjadi dengan tipe sentral.1,7

2.5.2 OMSK tipe atiko-antral atau tipe tulang/maligna

Pada OMSK maligna sering ditemukan perforasi pada marginal atau pada

atik. Pada tipe ini dapat menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran

dan mastoid.1,7 Pada kasus lanjutan dapat ditemukan abses dan fistel

retroaurikuler, kolesteatoma pada telinga tengah, dan sekret berbentuk nanah dan

berbau.1 Kolesteatoma merupakan suatu kista epitel yang berisi deskuamasi epitel

atau keratin. Epitel kulit yang biasanya keratinizing stratified squamous

epithelium berada pada lokasi yang terpapar dengan dunia luar sehingga bila

terdapat serumen dalam waktu yang lama, epitel kulit medial dari serumen seakan

terperangkap membentuk kolesteatoma.1

Gambar 6. Kolesteatoma6

2.6 Patogenesis OMSK

Otitis media supuratif kronik merupakan kelanjutan dari otitis media akut

yang telah berlangsung lebih dari 2 bulan. Sebuah studi case control berusaha

menunjukkan hubungan berkembangnya OMSK dari otitis media akut melalui

pemasangan tuba timpanostomi.8 Pemasangan tuba timpanoplasti dilakukan pada

pasien dengan otitis media efusi menetap. Subjek merupakan pasien setelah

pemasangan tuba timpanoplasti dengan OMSK dan pasien dengan pemasangan

tuba timpanoplasti tanpa OMSK.8 Hasil studi menunjukkan pasien dengan tuba

timpanoplasti lebih cenderung berkembang menjadi OMSK bila terdapat riwayat

otitis media akut yang berulang.8 Riwayat berulang untuk lebih dari tiga kali

episode otitia media akut dalam satu tahun sebelumnya.8

Proses terjadinya OMSK diawali melalui proses infeksi, alergi, perubahan

tekanan udara tiba-tiba, sumbatan akibat sekret atau tumor yang menyebabkan

gangguan pada tuba.1 Proses ini dapat menyebabkan terjadinya tekanan negatif

8

Page 9: Omsk

telinga tengah dan bila disertai infeksi menyebabkan terjadinya otitis media akut.1

Infeksi dalam hal ini disebutkan dapat berasal dari infeksi saluran napas atas,

tonsillitis, adenoitis, atau rhinitis.

Tuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan telinga tegah

dan nasofaring. Pada bayi, tuba berukuran pendek dan lebih horizontal sehingga

lebih sering terkena otitis berbeda dengan pada dewasa.5 Panjang tuba pada bayi

17,5 mm sedangkan pada orang dewasa 37,5 mm.1 Tuba ini berfungsi sebagai

ventilasi, drainase, dan proteksi telinga tengah dari sekresi nasofaring.5 Sekresi

dari telinga tengah dapat dialirkan ke nasofaring dalam keadaan normal. Bila

terjadi sumbatan, maka dapat terjadi penumpukan produksi cairan di telinga

tengah. Cairan dapat bersifat serosa akibat transudasi dari pembuluh darah

kedalam telinga tengah terutama akibat perbedaan tekanan hidrostaik.5 Cairan

yang bersifat mukoid berasal dari sekresi aktif kelenjar pada lapisan epitel celah

telinga.5 Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah

melalui perforasi membran timpani. Berenang dan masuknya benda yang tidak

steril ke liang

telinga juga dapat

menyebabkan infeksi eksaserbasi akut.3

Gambar 7 Sumbatan Tuba Eustachius

9

Page 10: Omsk

Pada OMSK tipe maligna proses patologis yang terjadi pada telinga tengah

tidak saja pada mukoperiosteum tetapi merusak pula jaringan tulang yang ada di

bawahnya.5 Perforasi membran timpani terjadi di daerah posterosuperior atau pada

pars flaksida dan merusak annulus timpanikus.5 Terjadi pula kerusakan pada

tulang-tulang pendengaran dan mastoid. Pada OMSK ini ditandai dengan

pembentukan kolesteatoma yang bersifat destruktif terhadap jaringan sekitarnya.

2.7 Gejala Klinis

Gejala klinis dari OMSK meliputi otore atau telinga yang berair, gangguan

pendengaran, otalgia atau nyeri telinga dan vertigo.

Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Umumnya otore bersifat purulen,

kental atau putih, atau mukoid seperti air dan encer.5 Pada OMSK stadium inaktif

tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang bercampur darah berhubungan

dengan adanya jaringan granulasi atau tanda adanya kolesteatoma. Biasanya

dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Pada OMSK

keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya

durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda infeksi telah mengenai sistem

vestibular. Dapat terjadi fistel labirin akibat erosi dinding oleh kolesteatoma.

Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.6,7,8

2.8 Pemeriksaan Fisik

Untuk melengkapi keluhan yang didapatkan melalui anamnesis, dapat dilakukan

pemeriksaan tambahan. Pada pasien OMSK dapat dilakukan pemeriksaan

audiometrik. Pada pasien OMSK biasanya ditemukan tuli konduktif. Uji dengan

garpu panala dapat membedakan pasien dengan tuli konduktif atau tuli

sensorineural. Derajat ketulian nilai ambang pendengaran yaitu normal : -10 dB

sampai 26 dB, tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB, tuli sedang : 41 dB sampai 55

dB, tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB, tuli berat : 71 dB sampai 90 dB, tuli

total : lebih dari 90 dB.1 Pemeriksaan fisik vertigo juga dapat dilakukan untuk

mengetahui apakah infeksi sudah menyebabkan gangguan pada fungsi labirin.

10

Page 11: Omsk

Pemeriksaan bakteri melalui sekret yang diperoleh dari telinga. Bakteri patogen

yang dapat dijumpai pada otitis media meliputi Pseudomonas aeruginosa, Proteus

vulgaris dan stafilokokus sedangkan bakteri anaerob yang paling sering dijumpai

dari Bacteroides sp. Pemeriksaan yang lebih awal pada otitis media akut, dapat

dijumpai bakteri Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Streptococcus

beta hemolitikus, dan Staphylococcus aureus.8,9

2.9 Penatalaksanaan

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-

ulang. Prinsip terapi OMSK tipe benigna melalui konservatif atau dengan

medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka berikan obat

pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% diberikan selama 3-5 hari. Setelah sekret

berkurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid, tidak lebih dari 1-2 minggu karena

obat bersifat ototoksik.1 Secara oral diberikan obat antibiotik. Antibiotik dapat

diberikan pada setiap fase aktif dan disesuaikan dengan kuman penyebab.

Antibiotika yang dapat diberikan sepeti ampisilin atau eritromisin. Dapat juga

diberikan campuran ampisilin dengan asam klavulanat bila diduga pasien telah

resisten dengan ampisilin.8,9

Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi

selama 2 bulan maka idealnya dilakukan timpanoplasti atau miringoplasti. Operasi

ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Pada OMSK

maligna, pengobatan yang harus dilakukan adalah dengan operasi untuk eradikasi

kolesteatoma. Infeksi pada telinga tengah juga dapat mencapai mastoid

menyebabkan mastoiditis, sehingga pada OMSK dengan mastoiditis kronis dapat

dipertimbangkan mastoidektomi.9

2.10 Komplikasi

Komplikasi dari otitis media supuratif kronis meliputi komplikasi intratemporal

dan komplikasi intrakranial.

11

Page 12: Omsk

Komplikasi intratemporal meliputi:

1. Petrositis

2. Paralisis nervus fasialis

3. Mastoiditis akut

4. Labirinitis

5. Perforasi membrane timpani

Komplikasi ekstrakranial meliputi:

1. Abses otak

2. Tromboflebitis sinus lateralis

3. Abses ekstradural

4. Meningitis

5. Hidrosefalus otikus

Petrositis terjadi jika infeksi berkembang sampai mengenai tulang

petrosus. Adanya pertosis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien otitis media

terdapat keluhan diplopia, karena kelemahan nervus VI. Seringkali disertai dengan

rasa nyeri di daerah parietal, temporal karena terkenanya nervus V.10

Paresis nervus fasialis terjadi karena nervus VII berjalan bersamaan

dengan nervus VIII. Otot stapedius muncul pada daerah saraf fasialis dengan

tendonnya menuju ke stapes. Saraf korda timpani juga muncul dari saraf fasialis

di bawah stapedius menuju inkus atau lebih medial dari stapes lalu bergabung

dengan saraf lingualis untuk memberi pengecapan pada 2/3 anterior lidah.5

Gangguan yang terjadi yaitu terjadinya hiperageusia, hiperakusis, dan

kelumpuhan otot wajah.9,10

Labirinitis terjadi jika infeksi menyebar sampai ke telinga bagian dalam

mencapai labirin. Labirinitis menyebabkan keluhan vertigo yang berat dan tuli

saraf. Labirinitis diakibatkan perluasan infeksi ke ruang perilimfa.1,5

Tromboplebitis sinus lateralis terjadi akibat invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika

melewati tulang mastoid akan menyebabkan terjadinya trombosis sinus lateralis.

Trombus dapat pecah dan menyebaban emboli yang infeksius.9,10

Meningitis merupakan komplikasi yang terjadi akibat penyebaran infeksi

langsung secara hematogen. Gambaran klinik meningitis biasanya berupa kaku

kuduk, tanda Kernig positif, dan panas badan.

12

Page 13: Omsk

Abses otak sebagai komplikasi otitis media dapat ditemukan di serebelum, fosa

kranial posterior atau di lobus temporal dan di fosa kranial media. Abses otak

biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau

tromboflebitis. Pengobatan abses otak ialah dengan antibiotika parenteral dosis

tinggi, dengan atau tanpa operasi untuk melakukan drainase dari lesi.10

2.11 Prognosis

Prognosis OMSK tipe benigna lebih baik daripada OMSK tipe maligna.

Pada OMSK tipe maligna prognosis lebih buruk karena sering menimbulkan

komplikasi. Pada OMSK maligna, kolesteatoma dapat menekan organ

disekitarnya dan menimbulkan nekrosis tulang.1 Kolesteatoma juga menjadi

media pertumbuhan kuman dan memperburuk proses penyembuhan. Proses

nekrosis juga dapat menyebabkan komplikasi berupa labirinitis, meningitis, dan

abses otak.10

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : MIK

No. RM : 01.49.71.94

13

Page 14: Omsk

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Hindu

Pendidikan : Tamat SLTA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Br. Tauka Tiyingtali Abang Karangasem

Tanggal Pemeriksaan : 10 September 2012

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri.

Pasien datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri. Cairan yang keluar

dari telinga tersebut berwarna kuning dengan konsistensi kental, tidak bercampur

darah dan tidak berbau sejak ± 4 bulan yang lalu. Keluhan ini hilang timbul dan

bertambah berat sejak 1 minggu yang lalu. Pendengaran pasien pada kedua telinga

menurun karena saat berkomunikasi dengan pasien, pasien cukup sulit untuk

mendengar suara pemeriksa. Keluhan batuk dan pilek disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan :

Sebelum pasien datang berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, pasien

sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Karangasem oleh anak pasien. Di Rumah

Sakit Umum Karangasem pasien diberikan obat tetes telinga, antibiotik dan

vitamin. Namun keluhan pasien tidak hilang-hilang. Akhirnya anak pasien

memutuskan untuk membawa ke Rumah Sakit Umum Sanglah.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Pasien mengatakan bahwa dia pernah mengalami hal yang sama sebelumnya, dan

dimulai dari saat pasien masih anak-anak. Namun karena biasanya keluhan yang

terjadi dapat hilang sendiri, maka pasien biasanya tidak mengobatinya. Gangguan

pendengaran yang dialami pasien sudah dialami sejak pasien masih anak – anak.

Pasien tidak pernah mengalami penyakit kronis dan penyakit sistemik tertentu.

Pasien tidak pernah menjalani operasi maupun tranfusi darah.

Riwayat Alergi :

14

Page 15: Omsk

Pasien menyangkal adanya riwayat asma, alergi terhadap makanan tertentu,

maupun terhadap obat-obatan tertentu.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota yang mengalami sakit yang sama seperti yang dialami pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan juga membawa traktor sedangkan istri

pasien juga bekerja sebagai petani. Pasien tinggal bersama istri dan kedua

anaknya. Penghasilan yang mereka dapatkan sebagai seorang petani dapat

mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Keluhan Tambahan :

Dari penuturan langsung dan rekam medik Pasien didapatkan data-data

sebagai berikut :

Telinga Kanan Kiri Hidung Kanan Kiri Tenggorok Keterangan

Sekret - + Sekret - - Riak -

Tuli + + Tersumbat - -Gangguan

SuaraN

Tumor - - Tumor - - Tumor -

Tinitus - - Pilek - - Batuk -

Sakit - - Sakit - -Korpus

Alienum-

Korpus

Alienu

m

- -Korpus

Alienum- - Sesak

Napas-

Vertigo - - Bersin - -

PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi : 76 x/menit

15

Page 16: Omsk

Respirasi : 20 x/menit

Temperatur : 36,8 °C

Berat badan : 64 kg

Status General :

Kepala : Normocephali

Muka : Simetris, parese nervus fasialis (-/)

Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor

THT : Sesuai status lokalis

Leher : Kaku kuduk (-)

Pembesaran kelenjar limfe (-/-)

Pembesaran kelenjar parotis (-/-)

Kelenjar tiroid (-)

Thorak : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (–)

Po : Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas : dalam batas normal

Status lokalis THT :

Telinga

Status Kanan Kiri Status Keterangan

Daun Telinga Normal NormalTes

Pendengaran

Liang Telinga Lapang Lapang Berbisik Tdk dievaluasi

Discharge -+

mukopurulenWeber Lateralisasi -

Membran

Timpani

Perforas

i Sentral

Perforasi

SentralRinne -/-

Tumor - - Schwabach Tdk dievaluasi

16

Page 17: Omsk

Mastoid Normal NormalTes Alat

KeseimbanganTdk dievaluasi

Hidung

Status Kanan Kiri

Hidung Luar Normal Normal

Kavum Nasi Lapang Lapang

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

Discharge - -

Mukosa Merah muda Merah muda

Tumor - -

Konka Dekongesti Dekongesti

Sinus Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)

Koana Normal Normal

Tenggorok

Status Keterangan Status Keterangan

Dispneu - Stridor -

Sianosis - Suara Normal

Mukosa Merah Muda

Tonsil

Kanan Kiri

Dinding

BelakangPost Nasal Drip (-)

T1,

Tenang

T1,

Tenang

Laring

Status Keterangan Status Keterangan

17

Page 18: Omsk

Epiglotis Tdk dievaluasi Plika Vokalis Tdk dievaluasi

Aritenoid Tdk dievaluasi Rimaglotis Tdk dievaluasi

Plika

VentrikularisTdk dievaluasi Kelenjar Limpe Leher PK (-)

DIAGNOSA

Otitis Media Supuratif Kronis Fase Aktif Sinistra + Otitis Media Supuratif Kronis

Fase Tenang Dekstra

IV. PENATALAKSANAAN

Toilet telinga (H2O2 3%) 10 cc / 3 dd gtt II

Antibiotika : Ciprofloksasin 500mg 2x1

Analgetik dan Antiinflamasi : Asam Mefenamat 500mg 2x1

KIE

V. PROGNOSIS

Dubius ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien didiagnosis Otitis Media Supuratif Kronis sinistra fase aktif dan

Otitis Media Supuratif Kronis Fase Tenang Dekstra. Dari anamnesis didapatkan

pasien mengeluh keluar cairan dari telinga kiri. Cairan yang keluar dari telinga

tersebut berwarna kuning dengan konsistensi kental, tidak bercampur darah dan

tidak berbau sejak ± 4 bulan yang lalu. Keluhan ini hilang timbul dan bertambah

berat sejak 1 minggu yang lalu. Pendengaran pasien pada kedua telinga menurun

18

Page 19: Omsk

karena saat berkomunikasi dengan pasien, pasien cukup sulit untuk mendengar

suara pemeriksa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan telinga terdapat sekret

mukopurulen pada telinga kiri dan terjadi perforasi sentral pada membran timfani

kedua sisi telinga.

Berdasarkan pustaka, OMSK merupakan penyakit kronik, dimana menurut

WHO gejala-gejala yang biasanya timbul akibat OMSK onsetnya minimal sudah

terjadi selama 2 minggu. Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, nampak jelas

sekret pada pasien MAE, serta adanya perforasi dimana pada kasus bentuk

perforasi adalah perforasi sentral.1,7

Pasien juga mengalami penurunan pendengaran. Untuk memastikan

adanya penurunan fungsi pendengaran dapat dilakukan tes dengan garpu tala.

Sesuai dengan pustaka, pasien dengan OMSK dapat mengalami tuli konduksi.

Pada tes weber akan ditemukan hasil berupa lateralisasi ke telinga yang sakit,

pada tes rinne negatif dan tes schwabach memanjang.3 Pada pasien ini dilakukan

tes Rinne dengan hasil negatif pada kedua sisi telinga. Secara klinis pasien

memang mengeluhkan pendengaran pada telinga kiri dirasakan menurun.

Prinsip terapi OMSK benigna adalah konservatif atau medikamentosa.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, pengobatan yang diberikan ada 3

macam. Yang pertama, adalah toilet telinga. Otorea juga dapat dibersihkan dengan

aspirasi (suction) sehingga tetap kering.8

Pemberian H2O2 3% diberikan apabila sekret keluar terus dari telinga kiri.

Obat ini diberikan selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang atau bila sudah

tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan

kortikosteroid, tidak lebih dari 1-2 minggu karena obat bersifat ototoksik.8

Ciprofloksasin diberikan untuk pengobatan infeksi yang terjadi. Antibiotik

ini diberikan selama 5 hari. Antibiotik dapat diberikan pada setiap fase aktif dan

disesuaikan dengan kuman penyebab. Patogen OMSK terutama kuman gram

negatif yaitu Pseudomonas Aeruginosa yang tidak sensitif lagi dengan antibiotika

klasik seperti penisilin, amoksisilin, eritromisin, dan tetrasiklin. Antibiotik

sistemik pertama dapat langsung dipilih yang sesuai dengan keadaan klinis,

penampilan sekret yang keluar serta riwayat pengobatan sebelumnya. Sekret hijau

19

Page 20: Omsk

kebiruan menandakan Pseudomonas sebagai kuman penyebab, sekret kuning

pekat seringkali disebabkan oleh staphylococcus, sekret berbau busuk sering kali

mengandung golongan anaerob.

Asam mefenamat berperan sebagai anti nyeri dan anti inflamasi. Pada

pasien ini tidak mengalami keluhan rasa nyeri, namun diberikan asam mefenamat

untuk digunakan bila pasien ada keluhan nyeri.

Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi

selama 2 bulan maka idealnya dilakukan timpanoplasti. Operasi ini bertujuan

untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani

yang perforasi, mencegah kerusakan pendengaran yang lebih berat.2

Prognosis pasien pada kasus ditinjau dari kondisi perforasi dan lokasi

adalah baik, dimana sesuai dengan pustaka pasien ini belum didapatkan adanya

tanda-tanda komplikasi baik intratemporal maupun komplikasi intrakranial.

Diharapkan pada kasus ini dengan terapi yang adekuat, perforasi pada membran

timpani dapat menutup kembali.

20

Page 21: Omsk

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi EA, Iskandar HN (eds).

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 6th

ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p 49-62.

2. Emedicine. 2011. Chronic Suppurative Otitis Media: Epidemiology.

Available at: http://emedicine.medscape.com/article/859501-overview#a0156.

(Accesed: March 28, 2012).

3. WHO. 2004. Chronic Suppurative Otitis Media: Burden of Illness and

Management Options. Available at: http://www.who.int/pbd/deafness/

activities/hearing_care/otitis_media.pdf (Accessed: March 28, 2012).

4. Olowookere SA, Ibekwe TS, Adeosun AA. Pattern of Tympanic Membrane

Perforation in Ibadan: A Retrospective Study. Annals of Ibadan Postgraduate

Medicine. 2008;6(2):31-33.

5. Boies LR, Adams GL, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.

Jakarta: EGC; 1997. p 88-118.

6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 th ed. Jakarta: EGC;

2007. p. 681-90

7. Ludman H. Discharge from the Ear. In: Ludman H, Bradley P (eds). ABC of

Ear, Nose, and Throat. 5th ed. USA: Blackwell Publishing; 2007. p. 6-9.

8. Veen VD, Anne GM, Heerbeek NV. Predictors of Chronic Suppurative Otitis

Media in Children. Arch Otolaryngol Head and Neck Surg. 2006;132:1115-

1118.

9. Emedicine. 2011. Chronic Suppurative Otitis Media: Treatment and

Management. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/859501-

treatment. (Accessed: March 31, 2012)

9. Zapatac JS, Billings KR, Schwade ND. Suppurative Complications of Acute

Otitis Media in the Era of Antibiotic Resistance. Arch Otolaryngol Head Neck

Surg. 2002;128:660-663.

10. Lodhi M, Aziz K, Munir T. Chronis Suppurative Otitis Media: Empiric

Quinolones in Children. Proffesional Med J. 2010;17(3):420-424.

21