OLEH: - ariistani140692.files.wordpress.com€¦ · Web viewSistem perkemihan memiliki fungsi:...
Transcript of OLEH: - ariistani140692.files.wordpress.com€¦ · Web viewSistem perkemihan memiliki fungsi:...
ANATOMI FISIOLOGISISTEM URINARY
OLEH:
Ni Luh Made Ari Istani(10E10394)
DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bali
Tahun Ajaran 2010/2011
ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM URINARIA
Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan memiliki fungsi:
1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut
2. Ekskresi zat buangan
3. Menyimpan nutrient
4. Mengatur keseimbangan asam basa
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah, erithropoietin dan
metabolisme kalsium
6. Membentuk urin
Sistem perkemihan disebut juga urinary sistem atau renal system. Terdiri dari:
1. Dua buah ginjal yang membuang zat-zat sisa metabolisme atau zat yang berlebihan
dalam tubuh serta membentuk urin.
2. Dua buah ureter yang mentransport urin ke kandung kencing/bladder.
3. Kandung kencing/bladder: tempat penampungan urin
4. Uretra : saluran yang mengalirkan urine dari bladder/kandung kencing keluar tubuh
B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
GINJAL
ANATOMI GINJAL
Secara anatomis, ukuran ginjal ± panjang = 11,25 cm, lebar = 5 cm, tebal = 2,5 cm.
Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar.
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah
kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat
ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron.
NEFRON :
Nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Masing-masing ginjal memiliki
sekitar 1 juta nefron, nefron terdiri lima komponen:
1. Kapsula bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal: tempat reabsorpsi dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle: Tempat pengenceran dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal: Reabsorpsi dan lebih banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus: Pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
Gambar : Nefron
Secara garis besar dikatakan bahwa tiap-tiap nefron terdiri atas dua komponen
yaitu komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan tubulus exretori dan
komponen vascular yang terdiri dari kapiler glomerulus & kapiler. Komponen vaskuler
terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang
mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus –
tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul
dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan
parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler
golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel
berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara
pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal,
bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus
proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus
yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena
membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut
sebagai tubulus kontortus distal.
Lapisan-lapisan pembungkus ginjal:
1. Bagian dalam : capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang merupakan jaringan lemak untuk melindungi
ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya dg dinding abdomen posterior. Jaringan flexibel
memungkinkan ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu
bernafas, mencegah penyebarab infeksi dari ginjal ke yang lain.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal
(pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Kortek)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai
bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk
kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh
yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
Gambar : Ginjal
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis,
mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena
terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan
pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus
ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagaiproses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor
yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang
terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
Fungsi Ginjal:
1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin)
dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau
basa.
b. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1. Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke
dalam urine.
2. Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas
kadar normal (20 – 40) mg%.
3. Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi
berat jenisnya naik.
c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris
kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang
menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh
alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan
kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke
vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini barjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat
di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam
hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
Filtrasi darah di renal melewati 3 lapis :
Lap 1 : Lapisan endotel yang mengandung lubang-lubang tipis yang disebut jendela
Lap 2 : Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lap 3 : lap viseral glomerulus kapsul & sel podocyte. Podocyte ukurannya besar-besar dan
seperti tangan punya jari-jari, disebut foot processes atau pedicels
Pembentukan Urine
Pembentukan urin dalam nefron melalui tiga proses yaitu filtrasi Glomerulus, reabsorpsi
tubulus dan sekresi tubulus.
Filtrasi Glomerulus
Proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent
maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri
dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
Filtrasi glomerulus merupakan proses yang pasif, tidak selektif, dimana cairan dan zat-zat
terlarutnya terdorong melalui membran semi permeabel melalui tekana hidrostatik.
Sejumlah volume cairan yang terfiltrasi dari darah ke dalam kapsula bowman dalam setiap
menitnya disebut dengan glomerular filtration rate (GFR). GFR dipengaruhi oleh tiga
faktor:
1. Total permukaan yang memungkinkan untuk proses filtras
2. Permeabilitas membran filtrasi
3. Total tekanan filtrasi
Tekanan filtrasi ditentukan oleh kekuatan tekanan yaitu tekanan hidrostatik yang
mendorong dan tekanan osmotik yang menarik. Perbedaan kedua tekanan tersebut yang
menentukan tekanan total dari tekanan filtrasi.
GFR normal pada orang dewasa adalah 120-125 ml/menit. Keadaan tersebut
dipertahankan tetap oleh kontrol intrinsik yang disebut dengan autoregulasi renal.
Autoregulasi dicapai dengan beberapa mekanisme yaitu: mekanisme myogenik yang
mengontrol diameter arteriol afferen yang berespon terhadap perubahan tekanan pada
pembuluh darah. Tekanan darah yang meningkat menyebabkan pembuluh darah renal
kontriksi.
Kontrol intrinsik yang lain adalah mekanisme renin-angiotensin. Sel khusus yang
disebut dengan aparatus jukstaglomerullus yang berada di tubulus distal. Renin
dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus kebanyakan dipacu oleh adanya penurunan tekanan
dalam sistem sirkulasi.
Filtrasi glomerulus juga dikontrol oleh mekanisme ekstrinsik melalui sistem syaraf
simpatis. Dalam keadaan gawat atau stress, sistem syaraf simpatis menyebabkan
vasokonstriksi yang kuat pada arteriol afferen dan menghambat pembentukan filtrt. Sistem
syaraf simpatis merangsang sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin yang nantinya
akan meningkatkan tekanan darah sistemik.
Reabsorpsi Tubulus
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, asam
amino, laktat, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal
dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal
bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan
akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
Pada ginjal yang sehat, nutrien organik seperti asam amino dan glukosa
direabsorpsi. Kecepatan dan banyaknya air yang direabsorpsi tergantung dari respon ginjal
terhadap hormon-hormon yang berperan.
Sekresi Tubulus
Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah
melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi
secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah
terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada
tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam
sekresi hidrogen dan ion- ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier
membawa natrium keluar dari cairan tubular,cariernya bisa hidrogen atau ion
kalium kedalam cairan tubular “perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion
natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.
Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan
ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang
pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa
hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau
mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis
berat dikoreksi secara theurapeutik.
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis
renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih
sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Banyak zat seperti hidrogen, kalium kreatinin, amonia, dan asam organik berpindah
dari darah di kapiler peritubular kedalam tubulus sebagai filtrat. Zat lain yang disekrsikan
juga seperti obat-obatan dan zat-zat lain yang tidak dibutuhkan ole tubuh. Proses sekresi
ini juga penting dalam mengatur keseimbangan asam basa.
Mempertahankan volume dan komposisi urin normal
Proses mempertahankan komposisi dan volume urin normal terjadi melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
1. Bagian dsenden lengkung henle lebih permeabel terhadap air, natrium dan klorida,
masuk melalui proses diffusi. Bagian interstisial yang hiperosmotik menyebabkan
air bergerak keluar dari bagian desenden sehingga filtrat menjadi lebih pekat.
2. Lumen bagian asenden lengkung henle impermeabel terhadap air, tetapi dapat
dilewati oleh natrium dan klorida masuk ke interstisial di medula. Dengan
demikian filtrat di medula menjadi hipoosmotik dan interstisial menjadi
hiperosmotik. bagian dalam medulla.
3. Saat filtrat melewati bagian asenden lengkung henle dan memasuki tubulus distal,
natrium dan klorida dikeluarkan/berpindah sedangkan air ditahan sehingga filtrat
menjadi lebih encer
4. Saat filtrat melewati ar kan air.
Urin terdiri dari sebagian besar volumenya sekitar 95% adalah air dan 5% zat
terlarutnya. Jumlah terbesar zat terlarut adalah urea. Zat terlatur lain adalah natrium,
kalium, fosfat, sulfat, kreatinin, asam urat, kalsium, magnesium dan bikaarbonat. Pada
orang dewasa yang sehat, produksi urin dalam sehari jumlahnya sangat bervariasi dari
yang paling sedikitnya 300 ml saat tubuh tidak mendapatkan asupan air atau saat tubuh
kehilangan bnayak air sampai 23 liter pada keadaan banyak minum. Pada keadaan sehat,
volume urin tidak memungkinkan dibawah 300 ml karena volume ini merupakan jumlah
minimal yang dibutuhkan untuk urin dapat mengeluarkan zat-zat buangan yang berbahaya.
Kadar natrium dan volume air diatur oleh 3 hormon yaitu:
1. ADH
2. Aldosteron
3. Atrial Natriuretic peptide
ADH disekresi dari hipofisis anterior sebagai respon dari adanya peningkatan
osmolalitas plasma. Osmoreseptor yang ada dihipotalamus mendeteksi walaupun sangat
kecil adanya perubahan osmolalitas plasma dan mengirimkan sinyalnya ke hipofisis
anterior untuk mensekresi ADH. Kadar natrium mempengaruhi sekitar 95% terhadap
osmolalitas cairan ekstraseluler maka konsentrasi natrium pada cairan ekstraseluler sangat
nyata mempengaruhi sekresi ADH. Reseptor ADH ditemukan juga di duktus kolektivus
dan ADH berperan untuk membuka saluran air disini sehingga memungkinkan air
berdiffusi ke interstisial.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresikan oleh korteks adrenal. Ia
mempengaruhi tubulus distal. Semakin banyak aldosteron disekresi maka semakin banyak
natrium di reabs orpsi. Sekresi aldosteron tidak seperti ADH yang dipengaruhi oleh
osmolalitas plasma, aldosteron tidak dipicu oleh osmolalitas plasma tetapi diatur oleh
peptida, angiotensin II. Atrial Natriuretik Peptide. Peptida ini disekresikan dari sel natrium
jantung sebagai respon dari peningkatan regangan pada atrium. Peptida ini memiliki 5 efek
antara lain:
a. Menghambat sekresi aldosteron
b. Mengurangi pelepasan renin oleh ginjal
c. Mengurangi pelepasan ADH oleh hipofisis posterior
d. Vasodilatasi
e. Natriuresis dan diuresis.
Aldosteron dan kontrol kadar kalium.
Kalium terfiltrasi secara bebas di glomerulus dan 65% direabsorpsi di tubulus
proksimal. Sekresi kallium juga dikaitkan dengan natrium dan ion hidrogen. Tidak seperti
pengaturan natrium, saat aldosteron hanya salah satu faktor dalam pengatran kadar
natrium, hanya hormon aldosteron yang terlibat dalam pengaturan kalium dan memiliki
peran yang sangat penting. Peningkatan kadar kalium sedikit saja di ekstraseluler secara
langsung merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal
Efek aldosteron di tubulus distal adalah meningkatkan sekresi kalium kedalam urin.
Pelepasan aldosteron dirangsang oleh peningkatan kadar kalium ekstraseluler secara kuat
dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Saat konsentrasi kalium normal kembali maka
stimulus untuk melepaskan aldosteron terhenti dengan cepat.
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium dalam pertukaran dengan kalium atau
hidrogen. Jika ion alium dibutuhkan untuk banyak disekresi maka sedikit ion hidrogen
yang dapat disekresi dan demikian sebaliknya. Di klinis fenomena ini menghasilkan suatu
hubungan antara metabolik asidosis dengan hiperkalemia atau sebaliknya metabolik
alakalosis dengan hipokalemia. Saat pasien mengalami asidosis maka tubulus distal akan
meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen (untuk mencegah jatuhnya pH plasma)
dengan mengurangi kecepatan sekresi ion kalium sehingga terjadi retensi ion klaium dlam
darah yang menyebabkan hiperkalemia.
Peran hormon paratiroid,vitamin D dan kalsitonin dalam pengaturan keseimbangan
kalsium dan posfat di ginjal.
Dua pengatur utama keseimbangan kalisum dan posfat adalah hormon paratiroid
dan vitamin D. Kalsium dan posfat dapat memasuki plasma dari usus dan tulang. Kalsium
dan posfat dapat meninggalkan plasma dengan redeposisi di tulang atau dikeluarkannya
oleh ginjal. Pengeluaran hormon paratiroid dikeluarkan oleh menurunnya kadar kalisum
plasma dan berkurang saat kadar kalsium plasma meningkat. Efek utamanya adalah
meningkatkan kadar kalisum plasma dengan cara meninkatkan pemecahan di tulang,
melepaskan ion kalisum.
Efek vitamin D dan paratiroid dalam meningkatkan kadar kalisum plasma diatur
sedemikian rupa dengan sangat hati-hati melalui umpan balik negatif untuk mencegah
kadar kalsium yang terlalu tinggi. Jika kadar kalsium scera tiba-tiba meningkat (setelah
mengkonsumsi makanan dengan kadar kalsium tinggi) maka kalsitonin dirangsang untuk
dilepaskan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan kalsium di redeposisi di tulang. Efek
hormon ini cepat dan elatif bekerja dalam waktu yang singkat. Peranan ion kalisum sangat
penting dalam pengaturan sistem persyarafan dan otot serta dalam pembekuan darah
Pembersihan produk-produk buangan
Ginjal mampu mengeluarkan produk buangan yang larut dalam air dan beberapa
zat kimia dari tubuh. Proses tersebut disebut dengan renal plasma clearance yaitu
kemampuan ginjal untuk membersihkan zat buangan dalam satu menit.
Ginjal membersihkan sekitar 25-30 gr urea (zat buangan nitrogen yang dibentuk di
hati dari pemecahan asam amino) sehari. Membersihkan kreatinin (produk akhir dari
kreatinin fosfat yang di temukan di otot rangka), membersihkan asam urat (sisa metabolik
nucleic acid), membuang amonia, toksin bakteri dan obat-obat yang larut dalam air
Hormon dan Nutrien di Ginjal
1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus.
Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau dari perubahan
kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit. Aktivasi vitamin ini terjadi
melalui dua tahap: yan gpertama di hati dan yang kedua di ginjal. Pada tahapan
yang terjadi di ginjal distimulasi oleh hormon paratiroid sebagai respon dari
penurunan kadar kalisum plasma
2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah
sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang merangsang pengeluaran
eritropoietin di ginjal adalah penurunan kadar oksigen sel ginjal.
URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Ureter berfungsi mentransport urin dari ginjal ke kandung kemih. Lapisan dinding
ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal
dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Gambar : Vesika Urinaria
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm.
Gambar : Uretra
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis
(sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Gambar : Uretra Laki-laki
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan: 1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
o Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.
o Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
o Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
o Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
o Baerat jenis 1.015 – 1.020.
o Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
o Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
o Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
o Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
o Pigmen (bilirubin, urobilin)
o Toksin
o Hormon
Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 –
125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150
– 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar
sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
MIKSI/BERKEMIH/BUANG AIR KECIL
Miksi merupakan proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Dua langkah utama yaitu: jika kandung kemih terisi secara progresif sampai tegangan
dindingnya meningkat diatas nilai ambang akan mencetuskan refleks miksi dan refleks
miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih, menimbulkan kesadaran akan
keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah autonom medula spinalis, refleks ini
bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak
Persyarafan Kandung kemih
Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan
dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medulla
spinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding
kandung kemih. Saraf mototrik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis.
Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang penting untuk kandung
kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter
eksternus. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik
pada sfingter. Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervus hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla spinalis.
Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi
kandung kemih. Beberapa serat syaraf sensorik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan
penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri. Urin yang terbentuk
sepanjang perjalanannya dari glomerulus sampai dengan duktus kollektivus akan
memasuki kaliks minor, kaliks mayor dan pelvic ginjal. Setelah terkumpul di pelvic ginjal
urin masuk ke ureter dan dengan pergerakan peristaltik dari ureter urin dikirim ke vesika
urinaria untuk disimpan sementara sampai saatnya di keluarkan. Pengeluaran urin diatur
oleh refleks mikturisi dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan pada kandung
kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan diteruskan melalui
syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik parasimpatis dan
melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang akan dihantarkan ke otak
sehingga manusia mempersepsikan keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf efferen ke otot
detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk berkontraksi.
5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya tekanan di kandung
kemih, tetapi urin tidak keluar sampai spingter internal dan eksternal relaksasi
(Relaksasi spingter uretra internal dan eksternal ini di bawah kontrol volunter).
6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan 500 ml akan
meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter uretra internal
terbuka sehingga spingter uretra eksternalpun terangsang relaksasi dan terjadilah
pengeluaran urin.
8. Diakhir proses mikisi kurang dari 10 ml urin akan tetap berada di kandung kemih.
Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.