Oleh - digilib.uns.ac.id/Kinerja...kinerja unit pasar dinas perindustrian perdagangan
-
Upload
truongkhanh -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Oleh - digilib.uns.ac.id/Kinerja...kinerja unit pasar dinas perindustrian perdagangan
KINERJA UNIT PASAR DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN
KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN KLATEN DALAM PENATAAN
PASAR DELANGGU TAHUN 2011
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
KURNIAWANTO
NIM. D0105092
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal sesuatu itu baik bagi kalian.
Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu tapi sesuatu itu buruk untuk kalian.
Dan Alloh Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.”
(Q.S. Al Baqarah: 216)
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan perbuatan baik (ihsan) atas segala
sesuatu ."
(Riwayat Muslim)
Kesuksesan bukanlah kunci kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci kesuksesan.
Jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan Anda akan sukses.
(Haryanto Kandani)
“Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena
persiapan,kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan"
(General Colin Powell)
“Orang yang mampu merubah diri mereka adalah mereka yang menetapkan
perubahan kemudian pada saat itu juga mereka langsung meninggalkan apa yang
mereka ingin tinggalkan”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
- Bapak dan Ibuku untuk segala kasih sayang, cinta, doa, dan
kesabaran yang selama ini kalian berikan dan takkan pernah terputus
- Kakak kakakku tercinta, terimakasih buat canda tawanya, supportnya
dan doanya
- Almamater ku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala
rahmat, berkah, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ”Kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Dalam Penataan Pasar Delanggu Kabupaten Klaten
Tahun 2011”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis menyadari berbagai
hambatan yang tidak mungkin terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, dengan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Drs. Pawito Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNS yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini.
2. Drs. Is Hadri Utomo, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dra. Lestariningsih, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
4. Drs. Sudarto,M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam menempuh perkuliahan.
5. Bapak Bambang Budi Susilo dan pegawai Unit Pasar Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
yang telah membantu dan memberi kemudahan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Bapak Sigit Harjoko selaku Lurah Pasar Delanggu dan para pedagang Pasar
Delanggu yang berkenan bekerja sama dan membantu memudahkan penulis
memperoleh informasi bagi penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku (Punto, Ikhwan, Hilmi, Arif W, Sigit, Anton, Fadlan,
Hendro, Dipta, Dian, Puguh, Budy, Mas Teguh, Sugiyanto)
8. Seluruh teman-teman AN angkatan 2005
9. Kakak kakakku (Sasongko,Fitri,Latif dan Jadmini) serta adikku Mila dan Fira.
10. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan pengorbanan yang
telah diberikan kepada penulis menjadi amal baik dan mendapat imbalan dari
Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi perbaikan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta
pihak-pihak yang berkepentingan dengan penulisan skripsi ini.
Wassalamu‟alaikum wr. wb.
Surakarta, 24 November 2011
Kurniawanto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...................................................................................
PERSETUJUAN..........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
MOTTO........................................................................................................
PERSEMBAHAN........................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR BAGAN.......................................................................................
ABSTRAKSI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................
B. Perumusan Masalah.................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................
D. Manfaat Penelitian...................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Pustaka.......................................................................
2. Kerangka Berfikir.....................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
xi
xii
xiii
1
12
12
13
14
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian......................................................................
2. Jenis Penelitian.........................................................................
3. Sumber Data.............................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data........................................................
5. Teknik Penarikan Sampel.........................................................
6. Validitas Data............................................................................
7. Teknik Analisis Data.................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi......................................................................
1. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Visi dan Misi Dinas..............
a) Tugas Pokok Dinas ...................................................
b) Visi dan Misi Dinas...................................................
c) Tujuan Dinas...............................................................
d) Fungsi Dinas...............................................................
e) Susunan Organisasi Dinas..........................................
2. Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten
Klaten.................................................................................
a) Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi........................
b) Susunan Organisasi....................................................
c) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi..............................
44
45
45
46
47
47
48
50
50
50
51
52
53
54
60
60
61
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Pasar Delanggu..................................................................
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan...........................................
1. Responsivitas...................................................................
2. Responsibilitas................................................................
3. Efektifitas........................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
66
67
68
73
77
81
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1 Daftar Wilayah, Tempat Kedudukan dan Wilayah Kerja Unit
Pasar...............................................................................................
Tabel 2 Tabel pengelompokan jenis dagangan...........................................
64
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 1 Model Analisis Interaktif................................................................
Bagan 2 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten...................
Bagan 3 Struktur Organisasi Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten...
Bagan 4 Mekanisme Pengaduan Pelayanan Unit Pasar...............................
49
58
63
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Kurniawanto, D0105092, KINERJA UNIT PASAR DINAS
PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN DALAM PENATAAN PASAR DELANGGU TAHUN 2011, Skripsi, Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012,
83 halaman.
Eksistensi pasar tradisional zaman sekarang terusik oleh keberadaan
pasar modern. Namun ternyata pasar tradisional mampu bertahan dan bersaing
karena dipengaruhi faktor karakter atau budaya masyarakat, revitalisasi pasar
tradisional dan regulasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan dengan menata
dan membenahi pasar tradisional sehingga memberi kenyamanan pengunjung
dan pedagang dalam transaksi jual beli. Disamping kondisi bangunan pasar yang
sudah tua dan kurang layak, revitalisasi dapat menambah keindahan tata ruang
kota. Revitalisasi Pasar Delanggu yang resmi beroperasi 15 Desember 2007
namun kondisinya sampai saat ini masih sepi dari aktifitas ekonomi. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui apakah kinerja Unit Pasar dalam revitalisasi
Pasar Delangggu sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan
memanfaatkan data primer dan sekunder yang diperoleh melalui wawancara, dan
telaah dokumen. Data diolah menggunakan model analisis data interaktif untuk
memperoleh makna data yang sebenarnya dengan melakukan validitas data
melalui triangulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian kinerja Unit Pasar dalam penataan Pasar
Delanggu dilihat dari indikator responsivitas, responsibilitas dan efektifitas.
Secara menyeluruh kinerja belum optimal karena masih adanya beberapa
kekurangan dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu. Responsivitas Unit Pasar
masih belum optimal karena masih banyak permasalahan seperti pedagang yang
masih bertahan di pasar darurat dan belum adanya sarana pos pengaduan yang
dimiliki oleh Unit Pasar. Dari segi responsibilitas dapat dikatakan sudah
terlaksana karena sudah sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan
dalam segi efektifitas Unit Pasar belum optimal dilihat dari masih sepinya jumlah
pedagang dan pengunjung Pasar Delanggu walaupun dalam pelaksanaan tujuan
proyek revitalisasi Pasar Delanggu dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
Kurniawanto, D0105092, THE PERFORMANCE OF UNIT PASAR
DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI AND USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH KLATEN CITY ABOUT
ARRANGEMENT DELANGGU MARKET YEAR 2011, Bachelor Tesis, Public
Administration of Faculty of Social Science and Political Science of Sebelas
Maret University, Surakarta, 2012, 83 pages.
The existence of traditional markets today disturbed by the existence of
the modern market. However, traditional markets are able to survive and compete
because it influence of factor character or cultural of communities, revitalization
of traditional markets and regulation. Revitalization of traditional markets is done
by arranging and the fix the traditional markets, so it can give the comfort of
visitors and seller in trading activity. Beside condition of the market building is
old and less worthy, revitalization can also add to the beauty of urban spatial
structure. Revitalization Pasar Delanggu which officially opened December 15,
2007, but conditions are still devoid of economic activity. The purpose of this
study was to determine whether performance of Unit Pasar in the arrengement
Delanggu market are conformity with that expected.
The research was conducted using qualitative methods to utilize primary
and secondary data obtained through interviews and document review. Data
processed using interactive data analyse model to obtain the actual meaning of the
data by performing data validity through data triangulation.
Based on the results of research performance in the arrengement of Unit
Pasar about Delanggu market seen from the indicators of responsivity,
responsibility and effectivity. Overall performance is not optimal because there
are still some deficiencies in revitalization projects Delanggu market.
Responsivity Unit Pasar is still not optimal because there are still many problems
such as market traders who persist in an emergency and the lack of complaints
means the post held by the Unit Pasar. In terms of responsibility can be said to
have implemented appropriate laws and regulations. While in terms of effectivity,
Unit Pasar hasn‟t optimal been seen from the still quiet number of seller and
visitors Delanggu market, although in the implementation of the revitalization
project objectives Delanggu market can be achieved.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar adalah tempat dimana transaksi jual beli dilaksanakan. Pasar
(tradisional) merupakan sarana yang dapat menyerap dan menyediakan semua
hasil serta kebutuhan masyarakat. Pasar tradisional masih menjadi wadah
utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para
pelaku ekonomi berskala menengah dan kecil. Mereka adalah para petani,
nelayan, pengrajin dan home industry (industri rakyat). Jumlah mereka
adalah puluhan juta dan sangat menyandarkan hidupnya kepada pasar
tradisional.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta disertai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Di
pasar tradisional nilai-nilai kekeluargaan dibangun dari hasil interaksi dan
komunikasi antar masyarakat. Di pasar tradisional pula interaksi antara
penjual dan pembeli menemukan eksistensinya dalam proses tawar menawar
antara penjual dan pembeli. Tawar menawar tersebut menghilangkan
monopoli harga oleh penjual yang menjadi ciri dari sistem ekonomi kapitalis.
Selain itu, pola bangunan pasar tradisional sangatlah khas dimana pasar
tradisional memiliki los-los yang memungkinkan interaksi antara penjual dan
pembeli berlangsung dengan terbuka. Dengan kata lain, bagi bangsa
Indonesia, pasar tradisional tidak saja merupakan penyangga ekonomi namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
juga merupakan aset bangsa yang harus dilestarikan.
Keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan
konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat kita.
Pasar modern saat ini tidak hanya di kota metropolitan tetapi sudah
merambah sampai kota kecil di tanah air dalam bentuk minimarket,
supermarket bahkan hypermarket. Memang pasar modern menjanjikan
tempat belanja yang nyaman dan aman dengan harga yang tidak kalah
menariknya. Pasar modern tersebut kini dikemas dalam tata ruang yang apik,
terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja tidak akan lagi disuguhi
dengan suasana yang kotor, panas, pengap, dan becek. Kejadian yang kurang
mengenakkan seperti kecopetan atau berhadapan dengan penjual yang tidak
ramah niscaya akan sangat sulit dijumpai di pasar modern.
Dengan segudang kelebihan yang ditawarkan, tentu saja dengan
mudah pasar-pasar modern akan menarik perhatian masyarakat. Pangsa pasar
yang selama ini dikuasai pasar tradisional dan peritel konvensional perlahan
tapi pasti mulai beralih. Ditambah dengan dukungan manajemen dan sistem
informasi yang tertata apik bukan tidak mungkin pasar-pasar modern tersebut
akan memimpin pasar dalam waktu sekejap. Kedatangan pasar-pasar modern
tersebut memang mustahil untuk dielakkan. Sebagai konsekuensi dari
globalisasi dan liberalisasi ekonomi, cepat atau lambat mereka akan
melakukan investasi untuk merebut pangsa pasar di Indonesia.
Fokus krisis pasar tradisional mengupas secara substansial tentang
memudarnya peran pasar tradisional (sumber: Harian Kompas, Sabtu 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
November 2007). Secara keseluruhan uraian masalah yang dihadapi pasar
tradisional termaksud dapat dirumuskan menurut beberapa point, yakni:
1. Jumlah pedagang yang kian meningkat.
Jumlah pedagang yang ingin berjualan di pasar tradisional dari
waktu ke waktu mengalami peningkatan. Hal ini berdampak pada
kebutuhan tempat yang juga semakin meningkat. Jika tempat tidak
tersedia, maka timbul pemaksaan dan mengabaikan tata ruang pasar.
2. Kesadaran rendah terhadap kedisiplinan, kebersihan dan
ketertiban.
Para pedagang yang umumnya berpendidikan rendah, tidak
memiliki kesadaran yang tinggi tentang perlunya kedisiplinan, kebersihan
dan ketertiban. Kondisi ini dibiarkan oleh para pengelola pasar tanpa ada
keinginan untuk melakukan proses edukasi atau pelatihan secara berkala
terhadap pada pedagang.
3. Pemahaman yang rendah terhadap perilaku konsumen.
Selera konsumen selalu berubah-ubah, tetapi para produsen dan
pedagang tidak bisa mengikutinya karena terbatasnya pengetahuan dan
informasi. Mereka pada umumnya berkembang secara alamiah tanpa ada
persiapan untuk memasuki era persaingan.
4. Visi dan misi pengelolaan pasar tidak jelas.
Pihak pengelola pasar (Dinas Pasar di tingkat kebijakan dan
Perusahaan Daerah di tingkat manajemen) belum memiliki visi dan misi
yang jelas tentang arah dan bentuk pasar tradisional yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dikembangkan ke depan.
5. Pengelola pasar belum berfungsi dan bertugas secara efektif.
Tugas pokok pengelola pasar adalah melakukan pembinaan
terhadap pedagang, menciptakan kondisi pasar yang kondusif dan layak
untuk berusaha serta mengupayakan kelancaran distribusi barang sehingga
tercipta kestabilan harga barang, terutama kebutuhan pokok masyarakat.
Saat ini, pengelola pasar baik Dinas Pasar maupun Perusahaan Daerah
yang menangani manajemen pasar belum memahami tugas dan fungsinya
sebagai pengelola. Orientasi pemerintah daerah masih lebih cenderung
pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) daripada peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.
6. Standard Operation Procedure ( SOP ) yang tidak jelas.
Ciri manajemen yang baik adalah apabila setiap fungsi/jabatan di
dalam struktur organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas,
kinerjanya dapat diukur yang tertuang di dalam SOP. Saat ini, SOP pasar
tradisional dan implementasinya di lapangan belum mencerminkan
diterapkannya manajemen yang baik dan benar, masih banyak terjadi salah
kelola dan pelanggaran tanpa adanya sanksi yang tegas.
7. Manajemen keuangan yang tidak akuntabel dan tidak transparan.
Fakta di lapangan menunjukkan masih banyaknya pengelola dan
manajemen pasar yang tidak akuntabel dan transparan dalam hal laporan
keuangannya. Mereka dengan mudah menyatakan rugi walaupun dalam
kondisi nyata di lapangan menunjukan bahwa mereka sangat potensial
untuk mendapatkan keuntungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
8. Kurang perhatian terhadap pemeliharaan fisik.
Umur ekonomis bangunan pasar dapat menjadi pendek, apabila
tidak dilakukan pemeliharaan yang tepat dan berkala. Di beberapa pasar
tradisional, ditemukan bahwa pemeliharaan dilakukan setiap 5 tahun dan
umumnya dilakukan atas inisiatif para pedagang sendiri tetapi dengan cara
tambal sulam. Kondisi ini menyebabkan pasar tradisional semakin menjadi
tidak indah, bersih dan nyaman. Dampaknya, sarana pasar yang
seharusnya diperuntukkan untuk bisa bertahan lebih dari 25 tahun menjadi
tidak terwujud. Dengan mudah, pasar yang baru dibangun, kembali
menjadi kumuh dalam waktu singkat.
9. Pedagang kaki lima yang tidak tertib karena mendapatkan tempat
yang tidak layak.
Pedagang kaki lima memerlukan tempat untuk menjajakan
dagangannya. Mereka selalu mencari tempat yang ramai dikunjungi
pembeli. Sayangnya, belum ada solusi yang memadai untuk mereka.
Cenderung dibiarkan saja, sehingga mereka menempati pinggiran jalan
untuk menjual. Akibatnya, terjadi kemacetan lalu lintas angkutan barang
dan mengganggu kenyamanan pembeli. Konsep pasar yang dibangun tidak
mengakomodasi tempat penjualan sektor informal yang layak dan sesuai
dengan yang mereka inginkan (tidak harus di pinggir jalan).
10. Premanisme.
Salah satu ciri pasar tradisional saat ini adalah banyaknya praktek
premanisme yang sangat mengganggu kelancaran dan efisiensi transaksi
antara pembeli dan penjual. Mereka terkadang bertindak sebagai perantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
yang sebenarnya tidak diperlukan karena hanya melakukan pemaksaan dan
percaloan. Selain itu, mereka juga adalah pelaku kriminal yang melakukan
praktek perjudian dan pemerasan. Secara langsung, yang menjadi korban
adalah para pedagang, tetapi secara tidak langsung pihak konsumen juga
menjadi korban karena harus membeli barang dengan harga yang lebih
tinggi.
11. Tidak ada pengawasan terhadap barang yang dijual serta
standarisasi ukuran dan timbangan.
Karena sifatnya terbuka, maka sangat sulit dilakukan pengawasan
terhadap barang yang dijual di pasar tradisional. Begitu pula dengan
standarisasi ukuran dan timbangan barang yang seringkali tidak dilakukan
dengan benar oleh pedagang. Pengelola pasar belum melakukan koordinasi
dengan pihak yang berkompeten untuk melaksanakan pengawasan secara
rutin demi melindungi kepentingan konsumen.
12. Masalah fasilitas umum.
Kelemahan mendasar lainnya dari pasar tradisional adalah kurang
tersedianya fasilitas umum yang memadai. Tempat parkir yang sempit,
toilet yang kotor dan kadang tidak berfungsi dengan baik, tempat
pembuangan sampah sementara yang menggunung dan menimbulkan bau
menyengat, koridor atau lorong yang sempit adalah merupakan
pemandangan umum yang diketemukan di hampir semua pasar tradisional
di Indonesia.
13. Penataan los/kios/lapak yang tidak beraturan.
Pasar tradisional yang acak-acakan juga disebabkan oleh karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
tidak adanya kemampuan dan ketegasan oleh manajemen pasar dalam
mengatur kios dan lapak secara baik dan rapi. Pengelola cenderung
bersikap masa bodoh dan tidak bisa bertindak tegas dalam menertibkan
serta mengenakan sanksi terhadap para pelanggar yang menggunakan
ruangan yang bukan peruntukannya.
Di balik beberapa kelemahan, pasar tradisional menyimpan peran
penting bagi masyarakat luas yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh
pasar-pasar modern. Pasar tradisional oleh sebagian konsumen dianggap
memiliki 3 (tiga) karakteristik yang khas yaitu pertama, suasana dimana
adanya proses tawar-menawar harga yang dapat menjalin kedekatan personal
dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan
ketika berbelanja di pasar modern. Dalam proses tawar-menawar ini ada rasa
“trust” di antara pembeli dan pelanggan yang terbangun baik. Kedua, para
pedagang di pasar tradisional sudah mengetahui persis keinginan pelanggan
terhadap barang yang dibelinya. Ketiga, pasar tradisional mampu
menawarkan produk yang diinginkan masyarakat dengan harga yang menarik
pada barang/produk khusus yang tidak didapatkan di pasar-pasar modern.
Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan
begitu hebat oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional
menjadi sedikit terusik. Namun demikian, pasar tradisional yang dibangun
berdasarkan pola-pola tradisional ini ternyata masih mampu untuk bertahan
dan bersaing di tengah serbuan pasar modern dalam berbagai bentuknya.
Kenyataan ini dipengaruhi oleh beberapa sebab:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Karakter/Budaya Konsumen.
Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah
diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk
tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan
yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern.
Perbedaan itu adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar-
menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai
dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan
personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin
didapatkan ketika berbelanja di pasar modern.
2. Revitalisasi Pasar Tradisional.
Pemerintah menyadari bahwa keberadaan pasar tradisional sebagai
pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Perhatian pemerintah tersebut dibuktikan dengan melakukan revitalisasi
pasar tradisional di berbagai tempat. Target yang dipasang sangat
sederhana dan menyentuh hal yang sangat mendasar. Selama ini pasar
tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta
bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas
bawah. Gambaran pasar seperti di atas harus diubah menjadi tempat yang
bersih dan nyaman bagi pengunjung. Revitalisasi pasar ini juga dengan
membenahi pengelolaan pasar tradisional sehingga lebih profesional yang
pada akhirnya membuat pasar tradisional mampu bersaing dengan pasar
modern. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik
untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Regulasi.
Pemerintah memang mempunyai hak untuk mengatur keberadaan
pasar tradisional dan pasar modern. Tetapi aturan yang dibuat pemerintah
itu tidak boleh diskriminatif dan seharusnya justru tidak membuat dunia
usaha mandek. Pedagang kecil, menengah, besar, bahkan perantara
ataupun pedagang toko harus mempunyai kesempatan yang sama dalam
berusaha. Menunjuk Pasar Delanggu sebagai hasil rintisan para pedagang
tradisional setempat yang sejalan perkembangan waktu menjadi potensi
ekonomi yang menunjukkan tanda “keuntungan” yang besar namun saat
ini cenderung terdesak oleh intervensi modal raksasa kapitalis maupun
adanya kepentingan pemerintah atas nama fungsi fasilitasi dan penataan.
(http://pristality.wordpress.com)
Revitalisasi pasar tradisional berarti mensinergikan sumberdaya
potensial yang dimiliki oleh pasar tradisional dengan mempertimbangkan
seluruh aspek secara komprehensif, terintegrasi dan holistik sehingga mampu
meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan tetap mempertahankan ciri
khusus maupun keunggulan yang dimiliki pasar tradisional tersebut.
Revitalisasi pasar tradisional dapat dilakukan dengan menata dan membenahi
pasar tradisional, dimana kelemahan-kelemahan pada pasar tradisional yang
menyebabkan penurunan dayasaing pasar tradisional sendiri harus segera
dibenahi. Tentunya, revitalisasi pasar tradisional membutuhkan kebijakan
yang berpihak (affirmative action), baik pemerintah maupun seluruh
stakeholder yang terkait.
Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pemerintah dalam rangka merevitalisasi pasar tradisional kita, adalah
pertama, pemerintah seyogianya mampu merubah “wajah” pasar tradisional
agar bisa lebih higienis, lebih nyaman dan lebih teratur. Pembenahan pasar
tradisonal ini hendaknya mengedepankan kepentingan para pedagangnya dan
konsumen bukan kepentingan investor semata. Kedua, pemerintah harus terus
melakukan kampanye massal untuk mendorong kesadaran pedagang dalam
melakukan sanitasi lingkungan, kesehatan dan menjual produk yang hygienis.
Ketiga, pemerintah juga senantiasa mendorong dan membangun kesadaran
masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu dan keamanan
produk. Keempat, pemerintah dapat menggunakan instrumen CSR
(Corporate Social Responsibility) perusahaan-perusahaan distributor untuk
membina pedagang pasar tradisional. Kelima, diperlukan koordinasi dan
kerjasama yang erat antar semua pihak agar tidak terjadi kerancuan dalam
menyikapi kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan. Regulasi
pemberdayaan pasar tradisional hendaknya diupayakan dengan memfasilitasi
pedagang pasar tradisional agar mendapatkan iklim usaha yang kondusif.
Salah satu pasar tradisional di wilayah Kabupaten Klaten yang
direvitalisasi adalah Pasar Delanggu. Pasar Delanggu yang terletak di tepi
jalan Solo-Yogyakarta mempunyai nilai yang cukup stategis. Pasar Delanggu
sebelum proyek revitalisasi memiliki luas 7.765 m² dengan . Fasilitas sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh pasar ini secara estetika, fungsional maupun
kesehatan dirasa sangatlah kurang layak untuk digunakan, sebagai contoh
tidak tersedianya fasilitas parkir yang mencukupi mengakibatkan banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kendaraan pengunjung pasar maupun aktifitas bongkar muat barang
dilakukan di tepi jalan sehingga seringkali mengakibatkan kemacetan lalu
lintas.
Melihat kenyataan tersebut Pemerintah Kabupaten Klaten mengambil
langkah untuk merenovasi kembali Pasar Delanggu, dengan melibatkan pihak
swasta dalam hal ini PT. Karsa Batu Bangun Persada. Renovasi kembali
(revitalisasi) Pasar Delanggu dilaksanakan mulai 12 Maret 2007-30 Oktober
2007 dengan Kantor Pengelolaan Pasar (KPP) Klaten yang saat itu bertugas
melaksanakan proyek revitalisasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten.
Revitalisasi Pasar Delanggu resmi dioperasikan pada tanggal 15 Desember
2007, namun hingga saat ini kondisi pasar masih tergolong sepi.
Unit Pasar sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan Penataan pasar tradisional di
Kabupaten Klaten. Dalam proses Penataan Pasar Delanggu memerlukan biaya
yang tidak sedikit namun dalam pelaksanaannya belum sesuai yang
diharapkan dikarenakan banyak pedagang yang masih memilih bertahan di
pasar darurat yaitu Lapangan Merdeka. Oleh karena itu menyebabkan penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “KINERJA UNIT
PASAR DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN
USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN
DALAM PENATAAN PASAR DELANGGU TAHUN 2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu:“ Bagaimanakah Kinerja Unit Pasar
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu Tahun 2011?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Operasional.
Untuk mengetahui kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu Tahun 2011.
2. Tujuan Fungsional.
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami kinerja Unit Pasar Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar Delanggu
Tahun 2011.
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat
kepada Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam
Penataan Pasar Delanggu.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi Unit Pasar Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten dan semua pihak yang terkait dengan
masalah Pasar Delanggu untuk memperbaiki pelaksanaan Penataan
pasar tradisional di Kabupaten Klaten
2. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai referensi
tambahan bagi penelitian sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kinerja seperti: pengukuran kinerja,
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, indikator kinerja, beberapa macam
definisi revitalisasi dan hal-hal yang berkaitan dengan pasar serta kerangka
berfikir.
A. Tinjauan Pustaka
1. Kinerja
Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam Bahasa
Indonesia berasal dari kata dasar "kerja" yang diterjemahkan dari bahasa asing
prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi
merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan (http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja).
Kinerja berasal dari akar kata “ to performance” dan menurut (The Scibner
Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat dan Kanada tahun 1979
dalam Sedarmayanti,2009 : 259), diartikan sebagai berikut:
1. To do or carry out execute (melakukan, menjalankan,
melaksanakan).
2. To discharge of full fill as a vow (memenuhi atau menjalankan
kewajiban suatu nazar).
3. To portray, as a character in a play (menggambarkan suatu karakter
dalam suatu permainan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. To render by the voice or a musical instrument (menggambarkan
dengan suara atau alat musik).
5. To execute or complete an undertaking (melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab).
6. To act a part in a play (melakukan suatu kegiatan dalam suatu
permainan).
7. To perform music (memainkan atau pertunjukan musik).
8. To do what is expected of a person or machine (melakukan sesuatu
yang diharapkan oleh seseorang atau mesin).
Arti kata performance merupakan kata benda (noun) dimana salah
satu arti adalah “thing done” (sesuatu hasil yang telah dikerjakan).
Kinerja terjemahan dari “performance”, berarti:
1. Perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi kerja, pelaksanaan
pekerjaan yang berdaya guna.
2. Pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas yang
diberikan kepadanya.
3. Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu
organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus
dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur
(dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
4. Performance is defined as the record of outcomes produced on a
specific job function or activity during a specific time period. Kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
didefinisikan sebagai catatan mengenai outcome yang dihasilkan dari
suatu aktivitas tertentu, selama kurun waktu tertentu pula.
5. Hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral maupun etika.
Pengertian kinerja sebagaimana telah digambarkan hakikatnya
berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam
menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Kinerja individu perorangan (individual
performance) dan organisasi (organizational performance) memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa
dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang
digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang berperan aktif
sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.
Sementara itu, individu/sekelompok orang sebagai pelaksana dapat
menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan baik sangat
tergantung kepada struktur (manajemen dan teknologi) dan sumber daya
lain seperti peralatan dan keuangan yang dimiliki oleh organisasi.
Dengan demikian, kinerja lembaga (organisasi) salah satunya
ditentukan oleh kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi.
Sebaliknya, kinerja sekelompok orang sebagai pelaku organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ditentukan oleh struktur, peralatan dan keuangan yang dimiliki oleh
organisasi. Sekelompok orang akan mempunyai rasa tanggung jawab dan
dapat mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku, dan sepak
terjangnya yang dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan, kecakapan
dan harapan-harapan.
Dalam (Encyclopedia of Public Administration and Public Policy
tahun 2003 dalam Yeremias T.Keban, 2004:193), kinerja
menggambarkan sampai seberapa jauh organisasi tersebut mencapai hasil
ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous
performance), dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking) dan
sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.
Untuk dapat melakukan perbandingan atau pengukuran pencapaian
tujuan tersebut dibutuhkan suatu definisi operasional yang jelas tentang
tujuan dan sasaran, output (hasil kerja) dan outcomes (keluaran)
pelayanan dan pendefinisian terhadap tingkat kualitas yang diharapkan
dari output atau outcomes tersebut secara kuantitatif dan kualitatif.
Bastian dalam Hessel Nogi (2005:175) mendefinisikan kinerja
organisasi sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
tugas dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan visi organisasi. Yuwono, dkk dalam Hessel Nogi (2005:178)
juga mengatakan bahwa konsep kinerja organisasi berhubungan dengan
berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada
organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering
digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu
maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu
atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau
target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan dan target,
kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena
tidak ada tolok ukurnya. (Mohammad Mahsun, 2006 : 25).
Pengertian kinerja dari berbagai pendapat di atas, pada dasarnya
menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau
apa yang keluar (outcome). Apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau
jabatan, bila disimak lebih lanjut merupakan suatu proses yang mengolah
input menjadi output (hasil kerja). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah hasil kerja dari seseorang atau kelompok orang
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan dan disepakati
bersama.
1) Pengukuran Kinerja
Menurut Robertson dalam Mohammad Mahsun (2006 : 25),
pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses
penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan
jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan
sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan
dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan
dalam mencapai tujuan.
Dalam (Int. J. Business Performance and Supply Chain Modelling,
Vol. 1, No. 1, 2009 copyright “Metrics for performance measurement of a
reverse/closed-loop supply chain”, Rolstandas, 1995; Waggoner et al.,
1999) menyatakan bahwa “Performance measurement is generally
defined as the process of quantifying the effectiveness and efficiency of
action (Neely et al., 1995). In the modern era, performance measurement
has a far more significant role than just quantification and accounting. It
provides the management important feedback to monitor performance,
reveal progress, diagnose problems and enhance transparency among the
several tiers of the supply chain, thus, making a phenomenal contribution
to decision-making particularly in redesigning business goals and
reengineering processes”. (www.inderscience.com)
Pengukuran kinerja secara umum didefinisikan sebagai proses
mengukur efektifitas dan efisiensi tindakan. (Neely et al,1995). Dalam
era modern, pengukuran kinerja memiliki peran yang jauh lebih penting
dari sekedar kuantifikasi dan akuntansi. Hal ini menyediakan umpan
balik yang penting bagi manajemen untuk memantau kinerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mengungkap kemajuan, menganalisa masalah dan meningkatkan
tranparansi di antara beberapa tingkat pelayanan sehingga membuat
kontribusi luar biasa untuk pengambilan keputusan khususnya dalam
menyusun kembali tujuan bisnis dan proses rekayasa ulang.
Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian
target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Jadi
pengukuran kinerja harus berbasis pada strategi organisasi. Pemilihan
indikator dan ukuran kinerja dan penetapan target untuk setiap ukuran ini
merupakan upaya konkrit dalam memformulasikan tujuan strategis
organisasi sehingga lebih berwujud dan terukur. Pengukuran kinerja juga
harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Hal ini
terutama diperlukan untuk mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja
yang digunakan. Organisasi dengan karakteristik operasional yang
berbeda membutuhkan ukuran kinerja yang berbeda pula. (Mohammad
Mahsun, 2006 : 29-30).
Dalam (Int. J. Business Performance Management, Vol. 10, No. 1,
2008 Copyright “The strategic management of operations system
Performance”, Edson Pinheiro de Lima, 2008: 109) menyatakan bahwa:
“The strategic dimension of the organisations’ performance and needs an
in-depth comprehension about the interplay between action and
measurement, the performance information use in their decision-making
processes and their subsequently actions.
Dimensi strategis dari kinerja organisasi‟ dan membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pemahaman yang mendalam tentang hubungan yang saling
mempengaruhi antara tindakan dan pengukuran, informasi kinerja yang
digunakan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan mereka
selanjutnya). (http://www.inderscience.com/sample.php?id).
Sementara menurut Mahmudi (2005 : 7), pengukuran kinerja
meliputi aktivitas penetapan serangkaian ukuran atau indikator kinerja
yang memberikan informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja
sektor publik untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output
dan outcome terhadap masyarakat. Pengukuran kinerja bermanfaat untuk
membantu manajer unit kerja dalam memonitor dan memperbaiki kinerja
dan berfokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan
akuntabilitas publik.
Elemen pokok pengukuran kinerja menurut Mohammad Mahsun
(2006 : 26) adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.
Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit)
tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan
organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai
batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau tehnik yang
digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan,
sasaran dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada
visi dan misi organisasi.
2.Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak
langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-
indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja
secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat
dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran,
strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama dan indikator kinerja kunci. Faktor keberhasilan utama adalah
suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja
organisasi. Area ini menggambarkan preferensi manajerial dengan
memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non finansial
pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus
segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi.
Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator
yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat
finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan
kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk
mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran
organisasi.
Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran
organisasi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan
ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual
dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
positif, penyimpangan negatif atau penyimpangan nol.
Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil
mencapai serta melampaui indikator dan ukuran kinerja yang
ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan
belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.
Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil
mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang
ditetapkan.
4. Evaluasi kinerja.
Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima
informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi.
Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran
tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan
reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar
peningkatan kualitas pengambilan keputusan dari akuntabilitas.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Mahmudi (2005 : 21), kinerja merupakan suatu konstruk
multi dimensional yang mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :
1) Faktor personal/individual, meliputi : pengetahuan, ketrampilan
(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen
yang dimiliki oleh setiap individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan
manajer dan team leader.
3) Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap
sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
4) Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi,
dan kultur kinerja dalam organisasi.
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan
perubahan lingkungan eksternal dan internal.
Dalam Yeremias T. Keban (2004 : 203) untuk melakukan kajian
secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa
faktor penting sebagai berikut :
1. Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk
melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam
kenyataannya, orang menilai secara subyektif dan penuh dengan
bias tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur atau
mengendalikan perbuatan tersebut.
2. Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi
dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja.
Aturan main menyangkut siapa yang harus menilai, kapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
menilai, kriteria apa yang digunakan dalam sistem penilaian
kinerja sebenarnya diatur dalam manajemen sumber daya
manusia tersebut. Dengan demikian manajemen sumber daya
manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan sistem
penilaian kinerja.
3. Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu
organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma
yang dianut masih berorientasi pada manajemen klasik, maka
penilaian selalu bisa kepada pengukuran tabiat atau karakter
pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang seharusnya menjadi
fokus utama kurang diperhatikan.
4. Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik
terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu
memberikan komitmen yang tinggi terhadap efektivitas
penilaian kinerja, maka para penilai yang ada dibawah
otoritasnya akan selalu berusaha melakukan penilaian secara
tepat dan benar.
Dalam (Ruky dalam Hessel 2005 : 180) mengidentifikasi faktor-
faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja
organisasi sebagai berikut :
1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang
digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan,
maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.
2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja,
penataan ruangan, dan kebersihan.
4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang
ada dalam organisasi yang bersangkutan.
5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota
organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan
organisasi.
6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek
kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain.
Sedangkan (Soesilo dalam Hessel 2005 : 180) mengemukakan bahwa
kinerja suatu organisasi birokrasi di masa depan dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut :
1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan
dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.
2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.
3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan
untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan
pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi
kinerja organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada
setiap aktivitas organisasi.
Dalam (Atmosoeprapto dalam Hessel 2005 : 180) mengemukakan
bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor
internal maupun faktor eksternal seperti berikut ini :
1. Faktor eksternal yang terdiri dari :
a. Faktor Politik, yaitu hal yang berhubungan dengan
keseimbangan kekuasaan negara yang berpengaruh pada
keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan
organisasi untuk berkarya secara maksimal.
b. Faktor Ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi
yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai
daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai
suatu sistem ekonomi yang lebih besar.
c. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di
tengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka
terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja
organisasi.
2. Faktor internal yang terdiri dari :
a. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa
yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.
c. Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan
anggota organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara
keseluruhan.
d. Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi
dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang
bersangkutan.
3) Indikator kinerja
Indikator kinerja (performance indicators) sering disamakan dengan
ukuran kinerja (performance measure). Meskipun keduanya merupakan
kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja
mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya
cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja
yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga
bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja
ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran,
dan strategi (Mohammad Mahsun, 2006 : 71).
Dalam Mohammad Mahsun (2006 : 71) definisi indikator kinerja
adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
Sementara menurut (Lohman dalam Mohammad mahsun 2006 : 71),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang
digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan
efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan
tujuan organisasi.
Ada berbagai macam indikator yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja organisasi publik. Menurut Mohammad Mahsun (2006 : 77), jenis
indikator kinerja pemerintah daerah meliputi :
1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan
agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan
keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti
anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material dan
masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Dengan meninjau distribusi sumber daya manusia, suatu lembaga
dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah
sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat
pula digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan
lembaga-lembaga relevan.
2. Indikator proses (process). Dalam indikator proses, organisasi
merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan,
maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang
paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis
pelaksanaan kegiatan tersebut. Efisiensi berarti besarnya hasil yang
diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dimaksud dengan ekonomis adalah bahwa suatu kegiatan
dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau
waktu yang telah ditentukan untuk itu.
3. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non
fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur
keluaran yang dihasikan dari suatu kegiatan. Dengan
membandingkan keluaran, instansi dapat menganalisis apakah
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator
keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan
apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi
dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran, harus
sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Misalnya untuk
kegiatan yang bersifat penelitian, indikator kinerja berkaitan dengan
keluaran paten dan publikasi ilmiah.
4. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran pada jangka menengah (efek langsung).
Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan indikator
keluaran. Indikator outcome lebih utama dari sekedar output.
Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu
outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan
tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup
kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam
bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.
5. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan
manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru
tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka
menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang
diharapkan dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat
lokasi dan waktu)
6. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif.
Menurut (Bastian dalam Zainal Syaffruddin dalam Hessel Nogi
S.Tangkilisan 2004:21) indikator kinerja organisasi adalah ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen-elemen
indikator berikut ini:
1. Indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan
agar organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau
jasa, yang meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan
sebagainya.
2. Indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek
langsung).
4. Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impact), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik
positif maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan
asumsi yang telah ditetapkan.
Selanjutnya menurut Dwiyanto (2006 : 50 ), ada beberapa indikator
yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu
sebagai berikut:
1. Produktivitas.
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi
juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas
dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office
(GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang
lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu
memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja
yang penting.
2. Kualitas Layanan.
Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting
dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayaan publik. Banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik
muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan
yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan
masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja
organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan
masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai
kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah.
Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali
dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik, akibat akses
terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas
layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja
organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan
masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi
publik.
3. Responsivitas.
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas
disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan
pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas
dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas
secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan
dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan
masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi
dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik. Organisasi
yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki
kinerja yang jelek pula.
4. Responsibilitas.
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang
benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit
maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu
ketika berbenturan dengan responsivitas.
5. Akuntabilitas.
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang
dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik
tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu
merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep
dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa
besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan
kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya
bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya
harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik
memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar
dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005 : 174) menjelaskan bahwa
indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks
penelitian yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan
indikator tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. (McDonald dan Lawton dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih
2005 : 174) mengemukakan : output oriented measure thgroughput,
efficiency, effectiveness.
a. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran
dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi.
2. (Salim dan Woodward dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih 2005
: 174) mengemukakan : economy, efficiency, effectiveness, equity.
a. Economy atau ekonomis adalah penggunaan sumber daya yang
sedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
b. Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran
dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
c. Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi.
d. Equity atau keadilan adalah pelayanan publik yang
diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.
3. Lenvinne dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005 : 175)
mengemukakan : responsiveness, responsibility, accountability.
a. Responsiveness atau responsivitas ini untuk mengukur daya
tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta
tuntutan customers.
b. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik
itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan.
c. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang
ada di masyarakat dan dimiliki oleh stake holders, seperti nilai
dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4. Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi
Winarsih (2005 : 175) mengemukakan : tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, emphaty.
a. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya ketampakan fisik dari
gedung peralatan, pegawai dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki
oleh providers.
b. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
c. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk
menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara
ikhlas.
d. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para
pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan
kepada customers.
e. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan
oleh providers kepada customers.
2. Penataan.
Penataan adalah kegiatan mengatur dan menata dalam suatu susunan
yang sistematis dengan memperhatikan kegunaan, bentuk dan sifatnya.
Penataan pasar tradisional disini dapat berupa proyek revitalisasi.
Revitalisasi sendiri adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi
kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada
tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan
potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada
penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan
peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada.
Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung
aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain
itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan
tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti
luas.(http://www.idonbiu.com/2009/05/apa-yang-dimaksud-revitalisasi.
html)
3. Pasar.
Menurut Jennifer Alexander, memahami pasar secara analitis
didasarkan pada konseptualisasi masyarakat pasar sebagai „dagang”,
“pedagang”, dan “perdagangan”. Konseptualisasi dagang
memperlakukan pasar sebagaimana suatu sistem tukar menukar barang,
memeriksa secara geografis penyebaran pasar serta produksi dan
sirkulasi barang-barang dagangan. Dalam perspektif pedagang, pasar
adalah suatu sistem sosial dan penekanannya pada penggambaran tipe-
tipe pedagang, karier mereka dan lembaga-lembaga sosial yang
menyalurkan mereka ke jaringan rumit hubungan-hubungan yang
melembaga yang secara simultan bersifat ekonomi dan sosial. Bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
ekonomi karena mereka menghubungkan pasokan-pasokan barang dan
uang. Bersifat sosial karena mereka menghubungkan anggota keluarga
pelanggan dan klien atau para anggota kelompok yang sama.
(Alexander.1987, dalam Robert W Hefner,2000;291).
Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan Dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih
dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar
Tradisonal adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) termasuk kerjasama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat
atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli
barang dagangan melalui tawar menawar. Pasar modern yaitu pasar yang
dikelola dengan manajemen modern dan umumnya terdapat di perkotaan.
Bentuk pasar modern seperti minimarket, supermarket, department store,
hypermarket dan grosir yang berbentuk perkulakan.
Dalam buku ekonomi mikro, pasar dijelaskan sebagai kumpulan para
penjual dan pembeli yang saling berinteraksi, saling tarik menarik untuk
kemudian menciptakan harga barang di pasar. (Agus Priyanto;2008:10)
Menurut Mahendra Wijaya dalam bukunya yang berjudul Perspektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sosiologi Ekonomi mengungkapkan bahwa pasar lokal (dalam artian
tradisional) pada dasarnya adalah pasar yang di daerah yang bertetangga
dan walaupun penting bagi kehidupan komunitas, sama sekali tidak
menunjuukkan adanya pengurangan sistem ekonomi yang sudah
merupakan pola dasar komunitas tersebut. Pasar lokal mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Ada kelompok yang menyediakan dan kelompok yang
membutuhkan. Kalau salah satu kelompok di atas tidak ada, maka
disebut pranata jenis pasar dan bila kedua-duanya ada maka disebut
pasar.
2. Unsur setara yaitu nilai tukar menukar kesetaraan itu pasar
merupakan pasar harga tetap/pasar pencipta harga.
3. Persaingan adalah ciri lain pranata seperti pasar pencipta harga dan
lelang. Dia tidak terdapat di pasar harga tetap tetapi hanya terbatas
pada pasar.
4. Unsur -unsur fungsional : lokasi fisik dan barang, adat istiadat,
hukum.
5. Harga pada mulanya adalah jumlah yang telah ditetapkan dengan
tegas terlebih dahulu dan bahwa tanpa ini kegiatan dagang tidak
dapat dimulai. Harga berubah-ubah atau berfluktuasi karena
persaingan harga adalah perbandingan kuantitatif antara barang
berbagai jenis yang lahir melalui barter/tawar menawar harga adalah
bentuk ekuivalensi yang khas dijumpai pada ekonomi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
terintegrasi melalui perilaku tukar menukar. (Mahendra
Wijaya;2007:1900).
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan landasan berfikir seseorang yang bertujuan
untuk menjelaskan fakta atau suatu hubungan antar faktor maupun variabel
dengan berpijak pada landasan teori.
Unit Pasar sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kabupaten Klaten yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang dinas di
bidang pengelolaan pasar. Makanya sangatlah penting ketika kita menilai
kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dalam revitalisasi
pasar tradisional. Mengingat tanggung jawab dalam proses revitalisasi pasar
tradisonal berada di pihak Unit Pasar.
Kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten
Klaten dalam revitalisasi pasar Delanggu dapat dilihat/di ukur melalui
beberapa indikator diantaranya melalui indikator kinerja yang diungkapkan
oleh di ungkapkan oleh Atik dan Ratminto dalam manajeman pelayanan
yaitu:
Responsivitas adalah kemampuan organisasi publik dalam mengenali
kebutuhan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
responsivitas digunakan untuk mengetahui kemampuan Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Kabupaten Klaten dalam melaksanakan revitalisasi
pasar tradisional, bagaimana kinerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten dalam mengenali, merespon, dan memenuhi
tuntutan pedagang, yaitu dalam hal ini pedagang pasar Delanggu di
Kabupaten Klaten.
Responsibilitas adalah kemampuan yang menunjukkan tingkat
kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum dan
peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan, indikator ini digunakan untuk
mengetahui pelaksanaan revitalisasi pasar tradisional apakah sudah sesuai
dengan peraturan dan system yang telah ditetapkan atau tidak.
Efektifitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu
dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Dalam
penelitian ini, indikator efektifitas digunakan untuk mengetahui apakah Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yaitu Unit Pasar
dalam pelayanannya sudah tercapai tujuan yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan
dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan berencana dengan dilandasi metode
ilmiah. Penjabaran yang sitematis akan menjadikan penelitian ini memiliki
kualitas dan mutu yang berbobot. Dalam penulisan penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi di beberapa tempat,yaitu:
a. Unit Pasar sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten yang berada di Jalan Mayor Kusmanto No.
25 Klaten. Telepon. 0272-328074. Pertimbangan yang mendasari
pemilihan lokasi penelitian ini adalah Unit Pasar merupakan unsur
pelaksana pemerintah daerah yang mempunyai kedudukan, fungsi, dan
tugas yang cukup penting dalam pengelolaan dan penataan pasar
tradisional di Kabupaten Klaten.
b. Pasar Delanggu. Pertimbangan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian
ini karena Pasar Delanggu merupakan pasar tradisional semi modern
pertama yang dibangun di kabupaten Klaten. Pasar tradisional semi
modern yaitu pasar tradisional yang secara fisik bangunan/gedung lebih
modern dan sarana fasilitasnya lebih mendukung, misal bongkar muat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
barang, parkir dsb. Di beberapa daerah pasar tradisonal semi modern bisa
juga menempatkan pasar tradisional dilantai bawah sedangkan untuk lantai
2 dan selanjutnya adalah pasar modern ataupun mal.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan suatu keadaan sebagaimana
adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif
tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Oleh sebab itu
bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
bermaksud memberikan gambaran secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Bentuk penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif, menurut H.B Sutopo (2002:35) dalam penelitian
kualitatif data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau
gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi.
3. Sumber Data
Data merupakan fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Menurut
(Lofland dalam Moleong 2002) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lainnya. Sumber data penelitian diperoleh dari informan
melalui wawancara secara langsung dan informan yang peneliti tunjuk adalah
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten
Klaten.
b. Kepala Pasar Delanggu
c. Pedagang Pasar Delanggu.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode :
a. Wawancara
Merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dengan
memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan
dalam proses wawancara (Lexy J. Moleong, 2002:136). Teknik ini
dilakukan secara mendalam dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan
yang akan diajukan kepada responden yaitu informan yang telah
disebutkan diatas, untuk memperoleh informasi yang jelas dan mendalam
tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian ini.
b. Dokumentasi
Merupakan teknik pengumpulan data-data dengan cara mencatat data-
data, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian yang
diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penganalisaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
5. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut H.B Sutopo (2002:36) dalam Purposive
sampling pilihan sampel diarahkan pada sumber yang dipandang memiliki
data yang penting berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam
teknik ini seperti yang dijelaskan H.B Sutopo (2002:56) memiliki
kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi
dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber
data yang mantap.
Tetapi tidak menutup kemungkinan penulis juga menggunakan snowball
sampling, sepanjang data-data yang diperoleh belum lengkap dan mendalam.
Teknik ini digunakan, apabila informasi yang didapat sangat terbatas, yaitu
dengan cara bertanya kepada informan pertama barangkali informan pertama
mengetahui siapa yang lebih mengetahui informasi, sehingga penulis bisa
menemui informan berikutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam,
demikian seterusnya.
6. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang
diperoleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan
di lokasi penelitian. Untuk menguji validitas data menggunakan teknik
triangulasi data. Menurut H. B Sutopo (2002:79), triangulasi data atau sumber
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data
yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh dari narasumber (manusia) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga
informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari
narasumber lainnya.
7. Teknik Analisis Data
Model analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa
interaktif dimana model ini mempunyai tiga komponen analisis, yaitu:
reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya yang
berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus.
Dalam proses analisis terdapat tiga komponen yang saling berkaitan serta
menentukan hasil akhir analisis, tiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian
dapat dilakukan.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam betuk narasi, kalimat, matriks, gambar/skema, tabel maupun grafik
yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dilihat, dibaca
dan dipahami yang mempermudah melakukan penarikan simpulan.
c. Penarikan Simpulan
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus mulai mengerti
apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang
mungkin, arahan sebab akibat dan berbagai proporsi sehingga
memudahkan dalam penarikan kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam proses analisisnya, ketiga komponen tersebut akan beraktifitas
secara interaktif dengan proses pengumpulan data dalam sebuah siklus.
Data yang digali dan dikumpulkan di lapangan dianalisis berdasarkan
dimensi context, input, process dan product untuk selanjutnya dianalisis
keterkaitan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya. Proses analisis
data dengan menggunakan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Bagan 1
Model Analisis Interaktif
(Sumber : H. B. Sutopo, 2002 : 96)
Pengumpulan Data
Penarikan Simpulan
Reduksi Data Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI
1. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Kabupaten Klaten.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro,Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten adalah instansi pemerintah di lingkup
Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten yang beralamat di Jl. Pemuda No.220
Klaten Telp.(0272) 321320. Adapun Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kabupaten Klaten diatur dalam Paraturan Bupati Klaten No 49 Tahun 2008
tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten.
a) Tugas Pokok Dinas Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah Kabupaten Klaten mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintahan daerah di bidang perindustrian, perdagangan,
koperasi, dan usaha mikro kecil dan menengah.
b) Visi dan Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1. Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten adalah Terwujudnya
Industri, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah yang tangguh, mandiri dalam tatanan perekonomian
yang kondusif.
2. Adapun Misi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten sebagai
berikut:
a) Menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja
dengan pemanfaatan sumber daya yang ada sehingga menjadi
pelaku ekonomi yang tangguh dan penggerak perekonomian
daerah.
b) Peningkatan pasar ekspor dan pasar industri perdagangan
melalui promosi dan pameran, investasi dan jaringan
kemitraan.
c) Penyuluhan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan
pengawasan terhadap perkembangan produk usaha Indakop
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah baik PMA, PMDN,
maupun non fasilitas yang berwawasan lingkungan.
d) Penyediaan data dan informasi tentang Indakop serta investasi
kepada konsumen melalui berbagai media penguat
kelembagaan dan pendukung jalinan pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
e) Penyediaan barang dan jasa untuk masyarakat dengan berbasis
perlindungan konsumen.
c) Tujuan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
1. Mempermudah dan mempercepat perijinan industri,
perdagangan koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
2. Meningkatkan kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri
dalam rangka peningkatan SDM. Pelaku-pelaku usaha dan
pengembangan kerjasama guna menarik investor.
3. Penataan kelembagaan industri, perdagangan koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk menuju lembaga yang
profesional (efektif, produktif dan budaya asing).
4. Memfasilitasi dukungan perkuatan keuangan dan membiayai
bagi Indakop dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
5. Peningkatan kwalitas kepengurusan dan keanggotaan koperasi.
6. Penyempurnaan AD/ART koperasi
7. Perluasan jaringan pasar untuk produk unggulan Klaten melalui
bursa-bursa di kota-kota besar seperti pameran,promosi,
pemasangan website internet baik di tingkat lokal
regional,nasional dan internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
8. Pengembangan kawasan industri, perdagangan pariwisata
dengan penataan yang berwawasan lingkungan.
9. Penyediaan barang dan jasa, data dan informasi Indakop dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah kepada masyarakat dan
konsumen dengan berbasis perlindungan konsumen.
d) Fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perindustrian, perdagangan,
koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil
dan menengah
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perindustrian,
perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
e) Susunan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
Sesuai dengan Peraturan daerah kabupaten Klaten nomor 18 tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten, susunan
organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat:
a. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Perindustrian
a. Seksi Sarana Usaha dan Produksi
b. Seksi Pengawasan dan Pengendalian
c. Seksi Pengembangan Usaha Industri.
4. Bidang Perdagangan
a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan
b. Seksi Perlindungan Konsumen
c. Seksi Usaha dan Promosi Perdagangan
5. Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Seksi Pemberdayaan Koperasi
b. Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
c. Seksi Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
6. UPTD
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Dengan uraian tugas sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
1. Kepala Dinas
Mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan usaha mikro kecil dan
menengah, meliputi perumusan kebijakan teknis perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian, pemberian bimbingan dan pembinaan pegawai dan UPTD.
2. Sekretariat
Mempunyai tugas mengelola urusan administrasi ketatausahaan, meliputi
urusan umum, kepegawaian, keuangan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan.
3. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
Mempunyai tugas menyusun rencana program kegiatan, pengumpulan dan
pengolahan data, evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas.
4. Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) yang
melaksanakan fungsi pengelolaan keuangan dinas.
5. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, penggandaan, ekpedisi,
kearsipan, rumahtangga, pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan kantor
serta melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian.
6. Bidang Perindustrian
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang
perindustrian, meliputi pembinaan sarana usaha dan produksi, pengawasan
dan pengendalian dan pengembangan usaha industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
7. Seksi Sarana Usaha dan Produksi
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perindustrian meliputi
pengelolaan pembinaan sarana usaha dan produksi
8. Seksi Pengawasan dan Pengendalian
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perindustrian,
meliputi penanganan pengawasan dan pengendalian industri
9. Seksi Pengembangan Usaha Industri
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perindustrian yang
menangani pengembangan usaha industri
10. Bidang Perdagangan
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang perdagangan,
meliputi pengawasan dan pengendalian perdagangan, perlindungan
konsumen, usaha dan promosi perdagangan.
11. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang perdagangan,
meliputi pengelolaan pengawasan dan pengendalian perdagangan
12. Seksi Perlindungan Konsumen
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perdagangan yang
menangani perlindungan konsumen
13. Seksi Usaha dan Promosi Perdagangan
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang perdagangan yang
mengelola pembinaan usaha dan promosi perdagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
14. Bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas bidang Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, meliputi pemberdayaan koperasi,
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima
15. Seksi Pemberdayaan Koperasi
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Koperasi, Usaha
Mikro, Keci dan Menengah yang mengelola pemnberdayaan Koperasi
16. Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, meliputi pengelolaan Pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah
17. Seksi Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah yang mengelola Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima
18. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sesuai bidang keahliannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Bagan 2
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN
USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN
Sumber: Dinperindagkop dan UMKM Kab Klaten
Kepala Dinas
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Bidang
Perindustrian
Bidang
Perdagangan
Bidang Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah
Sekretaris
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian Perencanaan
dan Pelaporan
Unit Pelaksana
Teknis Dinas
Sub Bagian Umum
dan Kepegawaian
Seksi Sarana Usaha
dan Produksi
Seksi Pengawasan
dan Pengendalian
Seksi Pengembangan
Usaha Industri
Seksi Pengawasan dan
Pengendalian Perdagangan
Seksi Perlindungan
Konsumen
Seksi Usaha dan
Promosi perdagangan
Seksi Pemberdayaan Koperasi
Seksi Pemberdayaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah
Seksi Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Unit Pelaksana Teknis Dinas (Unit Pasar) Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kabupaten Klaten
Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten yaitu Unit Pasar.
Unit Pasar beralamat di Jl. Mayor Kusmanto No 25 Bramen Klaten. Hal-hal
yang diatur mengenai Unit Pasar pada Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten sesuai
Peraturan Bupati Klaten No. 26 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten.
a) Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Unit Pasar merupakan UPT pada Dinas yang dipimpin oleh seorang
kepala yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Dinas. Unit Pasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang
pengelolaan pasar. Untuk melaksanakan tugas pokoknya Unit Pasar
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana teknis operasional bidang pengelolaan pasar
2. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang pengelolaan pasar
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan pasar
4. Pengelolaan ketatausahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
b) Susunan Organisasi
Susunan Organisasi Unit Pasar terdiri dari:
1) Kepala
2) Sub Bagian Tata Usaha
3) Kelompok Jabatan Fungsional
c) Rincian Tugas Pokok dan Fungsi
Rincian tugas Kepala Unit Pasar adalah sebagai berikut:
1. Menyusun program kerja/rencana kegiatan Unit Pasar untuk wilayah
kerjanya
2. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan tugas Unit Pasar
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pelayanan di bidang
pengelolaan pasar
4. Menyediakan, mencatat dan mendistribusikan karcis retribusi kepada
petugas
5. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pengembangan sistem
pelayanan pengelolaan pasar
6. Mengumpulkan data-data sumber pendapatan, menghimpun retribusi
dan menyelenggarakan pembukuan hasil retribusi serta menyetorkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kepada Bendahara Penerimaan, menerima dan menghimpun tanda
bukti setoran
7. Menyelenggarakan pembinaan terhadap petugas pengelolaan pasar
yang meliputi pemberian ketrampilan, ketertiban, keamanan,
kebersihan, kelancaran lalu lintas, penanggulangan bahaya
kecelakaan dan bahaya lain yang berhubungan dengan pengelolaan
pasar
8. Melakukan hubungan kerja dengan unit kerja terkait dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
9. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan pelaksanaan tugas Unit Pasar dan memberikan petunjuk
pemecahan masalah
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
bidang tugasnya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah
tangga dan perlengkapan. Rincian tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha
adalah sebagai berikut:
1) Menghimpun, mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan,
pedoman dan petunjuk teknis ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,
urusan umum, perencanaan, evaluasi dan pelaporan
2) Menyusun rencana program dan melaksanakan kegiatan ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan pemeliharaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3) Menyiapkan, melaksanakan dan melakukan pengawasan terhadap
kegiatan administrasi urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan,
material, inventaris dan aset, urusan keuangan, kepegawaian, surat
menyurat, kearsipan dan kegiatan administrasi lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
4) Mengkoordinasikan, membagi tugas dan memberi petunjuk kepada
bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar sesuai
ketentuan yang berlaku
5) Menilai hasil kerja bawahan dengan jalan memonitor dan mengevaluasi
hasil kerja untuk bahan pengembangan karier
6) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja terkait dalam
rangka kelancaran pelaksanaan tugas
7) Mengkoordinasikan dan menyusun laporan kegiatan Unit Pasar
8) Mengevaluasi pelaksanaan tugas dan menginventarisasi permasalahan
yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan pemeliharaan
dan mencari alternatif pemecahan masalah
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang
tugasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Bagan 3
STRUKTUR ORGANISASI UNIT PASAR
DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KLATEN
Sumber : Unit Pasar Dinperindagkop dan UMKM Kab Klaten
Unit Pasar Wilayah II terdiri atas 20 pegawai diantaranya yang berada di
pusat yaitu di Unit Pasar 4 pegawai dan di daerah yaitu di pasar Delanggu 8
pegawai dengan 1 koordinator dan di pasar Tanjung 8 orang dengan 1
koordinator. Selain itu ada tenaga kontrak (pemungut) di Pasar delanggu 4 orang
dan di Pasar Tanjung 2 orang.
SUB BAGIAN TATA
USAHA
KEPALA UPTD
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 1
DAFTAR WILAYAH, TEMPAT KEDUDUKAN DAN
WILAYAH KERJA UNIT PASAR
No WILAYAH TEMPAT KEDUDUKAN WILAYAH KERJA
1 Unit Pasar Wilayah I Klaten Tengah - Kecamatan Klaten Tengah
- Kecamatan Klaten Utara
- Kecamatan Klaten Selatan
- Kecamatan Wedi
- Kecamatan Kebonarum
- Kecamatan Ngawen
- Kecamatan Kalikotes
2 Unit Pasar Wilayah II Delanggu - Kecamatan Delanggu
- Kecamatan Juwiring
- Kecamatan Wonosari
- Kecamatan Ceper
3 Unit Pasar Wilayah III Jatinom - Kecamatan Jatinom
- Kecamatan Karanganom
- Kecamatan Tulung
- Kecamatan Polanharjo
4 Unit Pasar Wilayah IV Pedan - Kecamatan Pedan
- Kecamatan Cawas
- Kecamatan Trucuk
- Kecamatan Karangdowo
- Kecamatan Bayat
5 Unit Pasar Wilayah V Jogonalan - Kecamatan Jogonalan
- Kecamatan Prambanan
- Kecamatan Gantiwarno
- Kecamatan Karangnongko
- Kecamatan Manisrenggo
- Kecamatan Kemalang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. PASAR DELANGGU
Letak/Lokasi : Desa Sabrang, Kecamatan Delanggu
Status pasar : Tradisional semi modern
Klasifikasi pasar : Pasar Pemda
Komoditas : Umum
Komoditi khusus : -
Pola operasional : Harian
Luas pasar : 7.765 m
Jumlah seluruh pedagang : 958
Jumlah pedagang kios : 217
Jumlah pedagang los : 654
Jumlah pedagang Adegan : 87
Jumlah kios : 319
Jumlah los : 63
(Sumber : UPTD Pasar Dinperindagkop dan UMKM Klaten 2008)
Pasar Delanggu merupakan pasar tradisional yang dibangun semi modern,
terletak di lokasi yang strategis yaitu di tepi jalan utama Klaten – Solo
tepatnya di desa Sabrang, Delanggu yang menjadi pusat tarikan pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ekonomi di wilayah Kabupaten Klaten bagian timur laut perbatasan dengan
Kabupaten Sukoharjo dan Boyolali.
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kinerja organisasi publik sebagai gambaran hasil kerja suatu instansi
pemerintah dalam bidang tertentu dapat digunakan untuk menilai kinerja
suatu instansi dalam bidang tersebut. Kinerja organisasi publik sangat penting
untuk mengetahui/mengukur tingkat pencapaian hasil suatu instansi publik
sehingga dapat diketahui sejauh mana pemerintah telah bekerja untuk
masyarakat. Penilaian kinerja organisasi publik merupakan suatu kegiatan
yang amat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai misinya. Dengan melakukan penilaian terhadap
kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih
terarah dan sistematis. Adanya penilaian kinerja organisasi publik dapat
membantu dalam membentuk pencitraan diri/image pemerintah di hadapan
publik. Karena jika kualitas pelayanan publik semakin baik tingkat kepuasan
masyarakat (publik) dapat meningkat dan dapat membangun kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah.
Perbaikan kinerja organisasi publik dalam memberikan pelayanan publik
menjadi suatu hal yang sangat penting karena berhubungan erat dengan
kepentingan orang banyak sehingga memerlukan penanganan yang serius
untuk dapat menghasilkan pelayanan yang optimal. Perbaikan kinerja akan
memiliki implikasi yang luas terutama dalam memperbaiki tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kepercayaan masyarakat kepada pemeritah. Buruknya kinerja birokrasi
menjadi salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis
kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pelayanan yang optimal
diwujudkan dalam suatu bentuk kinerja organisasi yang mana di dalam
kinerja organisasi tersebut memuat indikator-indikator yang digunakan
sebagai tolok ukur keberhasilannya.
Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai kinerja Unit Pasar Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM kabupaten Klaten dalam
penataan Pasar Delanggu Tahun 2011. Untuk mengetahui kinerja Unit Pasar
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM kabupaten Klaten
dalam penataan Pasar Delanggu Tahun 2011 dapat dilihat dari indikator
responsivitas, responsibilitas dan efektivitas sebagai berikut:
1. Indikator Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi publik dalam
mengenali kebutuhan masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan
publik. Indikator responsivitas digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh kemampuan Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan UMKM kabupaten Klaten dalam penataan Pasar Delanggu. Dalam
operasionalisasinya, indikator responsivitas diukur dari tingkat
penanganan atas keluhan dari masyarakat pengguna jasa.
Dalam pelaksanaannya Unit Pasar sebagai unit dinas yang
bertanggungjawab terhadap pengelolaan pasar tradisional harus mampu
menanggapi berbagai keluhan dan tuntutan dari para pedagang, termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dalam revitalisasi pasar delanggu. Para pedagang pasar Delanggu
menyampaikan keluhannya antara lain, (Ibu Sumiyati, pedagang bumbu
di lantai dua bangunan baru pasar delanggu)
“kalau dilihat disini masih banyak kios yang kosong malah ada
yang sempat jualan disini pindah karena sepinya pembeli”
(wawancara , 14 Juni 2011)
Hal tersebut hampir sesuai dengan pendapat beberapa pedagang
(informan), pengaduan yang disampaikan oleh sebagian pedagang yang
sudah bertempat di bangunan baru pasar Delanggu. Ibu Sri Suwarni,
seorang penjual beras lantai dua menuturkan:
“kami sudah sering berdemo ke pemerintah menuntut
ketegasan pemerintah namun hanya janji hingga saat ini belum
ada keseriusan. Sepinya pasar ya karena pedagang sana belum
pindah ke sini. Kalau sudah pindah nanti otomatis pembeli
akan terpusat ke sini.
(wawancara , 14 Juni 2011)
Menanggapi adanya permasalahan tersebut, dalam wawancara
dengan Bapak Bambang Budi Susilo selaku Kepala Unit Pasar Wilayah
II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten menyatakan bahwa:
“Ada keluhan yang kami tangkap yaitu pedagang yang tidak
mampu membeli walaupun sudah disubsidi pemerintah dan
merasa keberatan dengan pembayaran tersebut.”
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Dari pemaparan informan di atas terlihat bahwa kendala dalam
pelaksanaan pyoyek revitalisasi Pasar Delanggu yang dialami oleh Unit
Pasar. Kendala tersebut yaitu belum memusatnya tempat pasar sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
harapannya pasar Delanggu dalam satu tempat saja. Keluhan ini juga
diperkuat oleh pedagang pakaian di lantai dasar yang termasuk pedagang
yang belum lama berdagang di Pasar Delanggu yaitu Ibu Sumarni
“maaf kalau saya baru dagang di sini sekitar tahun 2008,
namun sekilas saja dilihat masih sepi tapi ya lumayan daripada
di lantai dua. Dari obrolan yang saya dengar ya masalah sewa
kiosnya yang mahal.
(wawancara , 14 Juni 2011)
Sementara itu Bapak Sridadi, seorang pedagang roti kecil kecilan
yang masih tetap bertahan di pasar darurat menyatakan:
“kalau harga kios belum turun kami masih betah disini,bahkan
disini tidak ada pungutan kebersihan. Jika dilihat saja pedagang
di sana(pasar delanggu yang baru) masih sepi sementara di sini
kan ramai”.
(wawancara , 14 Juni 2011)
Terkait hal itu, ketua Paguyuban Pedagang Pasar Delanggu (P3D),
Sugeng Prayitno, menambahkan sampai sekarang wadah aspirasi
pedagang lama yang berjumlah ratusan itu tetap meneruskan perjuangan
mereka. Berbagai upaya sudah ditempuh, baik lewat alur hukum maupun
mediasi guna memperjuangkan hak-hak para pedagang.
(http://www.klatenonline.com)
Menanggapi keluhan dari pedagang, bapak Bambang Budi
menyatakan bahwa Unit Pasar yang dipimpinnya tersebut telah memiliki
mekanisme pengaduan.
“Untuk mekanisme pengaduan di Unit Pasar tentunya dimulai
dari keluhan dari pedagang disampaikan paguyuban pasar
tentunya pasar delanggu ya HPPD, setelah itu disampaikan ke
lurah pasar baru kemudian dilaporkan kami. Dari laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
keluhan tersebut, kemudian kita olah, keluhan itu masuk ke
kategori disetujui atau ditolak, kalau disetujui maka akan ada
tindak lanjutnya”.
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Berdasarkan pemaparan Bapak Bambang Budi Susilo mekanisme
pengaduan pelayanan Unit Pasar adalah sebagai berikut
1. Keluhan dari pedagang.
2. Keluhan disampaikan ke paguyuban pedagang
3. Keluhan disampaikan ke Lurah Pasar
4. Penerimaan keluhan oleh Unit Pasar
5. Pengkategorian keluhan
6. Penanganan awal dan analisa masalah
7. Tindak lanjut (pemecahan dan penyelesaian).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Bagan 4
Mekanisme Pengaduan Pelayanan Unit Pasar
Sumber: Unit Pasar Kabupaten Klaten
Mengenai upaya yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari keluhan
yang diterima Unit Pasar bapak Bambang Budi menyampaikan
sebagai berikut:
“Upaya yang dilakukan ya menjembatani harga investor dan
pedagang sehingga bertemu dan juga pemerintah dan pedagang
mengadakan musyawarah sehingga akhirnya disepakati pola
pengundian letak kios dan los.”
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 20 Juli 2011)
KELUHAN DARI PEDAGANG
PENERIMAAN KELUHAN OLEH
UNIT PASAR
PAGUYUBAN
PENANGANAN AWAL
ANALISA MASALAH
LURAH PASAR
DITOLAK
TINDAK LANJUT
(PENYELESAIAN)
DISETUJ
UI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Upaya lain yang diusahakan oleh dinas untuk menyelesaikan
permasalahan mengenai biaya sewa kios dan los yang masih
dianggap belum terjangkau sebagian pedagang bapak Bambang
Budi melanjutkan
“Kita berupaya untuk menyelesaikan pedagang yang tidak
mampu itu dengan diberikan yang pertama keringanan
mengangsur angsuran selama waktu yang cukup lama kira –
kira 20 tahun dan itu termasuk sudah disubsidi kemudian
alternatif lain menempatkan//berpindah ke pasar lain, misal ke
pasar Tegalgondo dan menyediakan pasar penampungan bagi
yang tidak mampu, misal bangunan bekas terminal.”
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 20 Juli 2011)
Dari pembahasan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa responsivitas Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten masih berjalan
kurang optimal. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi
belum memuaskan sebagian besar pedagang, penyampaian keluhan yang
belum mendapat reaksi dari pihak UPTD terkait pedagang yang bertahan
di Pasar Merdeka. Hal ini menyebabkan proses transaksi jual beli di
Pasar Delanggu yang terhitung masih sepi.
2. Indikator Responsibilitas
Responsibilitas adalah kemampuan yang menunjukkan tingkat
kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum,
peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Indikator ini digunakan
untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan pasar tradisional apakah
sudah sesuai dengan peraturan dan sistem yang telah ditetapkan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
belum.
Responsibilitas diharapkan dapat diwujudkan dalam melaksanakan
proyek revitalisasi pasar tradisional termasuk Pasar Delanggu oleh Unit
Pasar Kabupaten klaten berupa penyelenggaraan yang sesuai dengan
peraturan, penggunaan kewenangan yang bertanggungjawab, dengan
tanpa meninggalkan responsivitas terhadap publiknya.
Menurut prosedur dan peraturan mengenai pendirian,pembangunan
kembali,penghapusan dan atau pemindahan pasar daerah dilaksanakan
oleh bupati setelah mendapat pesetujuan DPRD dan dilaksanakan dengan
ketentuan:
1. Mengikutsertakan dan mengutamakan kepentingan pedagang yang
telah ada.
2. Memenuhi persyaratan teknis dan estetika sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu sendiri tahapan yang
dilakukan sebagai katentuan yang ada termasuk mendapat persetujuan
DPRD seperti yang diungkapkan Bapak Bambang Budi selaku Kepala
Unit Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
“Mekanisme/tahapan suatu proyek revitalisasi pasar tradisional
berbeda beda antar daerah kalau di kabupaten Klaten terutama
renovasi pasar Delanggu sendiri karena pemda kekurangan dana
sehingga bekerja sama dengan investor. Penunjukan investor
tersebut melalui ijin prinsip yaitu pemilihan dari beberapa
pemerintah daerah pada pelaksanaannya, selanjutnya pembahasan
oleh tim eksekutif atau tim pembangunan, tim legislatif (DPRD),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Panitia Khusus (Pansus) yang terdiri dari perwakilan seluruh fraksi
baru sosialisasi ke masyarakat, pelaksanaannya dan setelah selesai
pedagang menempati pasar baru”
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Dari pemaparan uraian diatas mekanisme tahapan dalam
revitalisasi pasar Delanggu yang diungkapkan oleh Bapak Bambang Budi
adalah sebagai berikut:
a. Surat propodal dari pihak ketiga
b. Penertiban surat ijin prinsip
c. Pembahasan oleh tim eksekutif (Tim Pembangunan)
d. Pembahasan oleh tim legislatif (DPRD)
e. Pembahasan oleh Panitia Khusus (Pansus) yang terdiri dari
perwakilan seluruh fraksi
f. Sosialisasi
g. Pelaksanaan
h. Penempatan kembali ke Pasar Baru
Untuk ketentuan mengenai keterlibatan pedagang dan
mengutamakan kepentingan pedagang yang telah ada, melalui sosialisasi
yang dilakukan pemerintah daerah Klaten kepada para pedagang melalui
pertemuan antara perwakilan pedagang,paguyuban pasar dan lurah pasar
di antaranya mengenai bentuk bangunan, harga sewa los dan kios, pasar
darurat, denah pedagang di Pasar Baru, dan bantuan subsidi pedagang
dari pemerintah. Kepala lurah Pasar Delanggu Bapak Sigit Harjoko
menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
“pada waktu itu sosialisasi yang terjadi antara saya, perwakilan
pedagang, paguyuban pasar dan pemerintah menjelaskan beberapa
hal seperti bentuk bangunan, harga los dan kios, pasar darurat,
denah pedagang di Pasar Baru termasuk juga subsidi pemerintah”.
(wawancara dengan Bapak Sigit Harjoko, 20 September 2011)
Seorang pedagang bumbu lantai dua Ibu Ninik Usmiyati
menuturkan,
“memang pernah ada pertemuan pedagang dengan pemerintah
waktu itu tapi saya menyerahkan pada pedagang lain saja”.
(wawancara , 14 Juni 2011)
Pembangunan kembali atau revitalisasi Pasar Delanggu secara
teknis memang dirasa sangat mendesak untuk dilaksanakan. Apabila kita
melihat kondisi Pasar Delanggu sebelum direvitalisasi sangatlah jauh
berbeda apabila dibandingkan kondisi Pasar Delanggu yang sekarang.
Secara umum kondisi sarana dan prasarana Pasar Delanggu pada saat ini
lebih baik baik dilihat dari segi estetika, fungsional maupun segi
kesehatan termasuk sarana parkir dan tempat bongkar muat barang. Dan
dilihat dari segi tata rung kota Pasar Delanggu di Kabupaten Klaten
sudah lebih memberikan keindahan wajah tata ruang kota Klaten. Sesuai
dengan pernyataan Bapak Aris selaku kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit
Pasar Wilayah II (Delanggu) Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten
“kondisi Pasar Delanggu memang sudah semestinya direnovasi
karena sudah tidak layak dan usianya yang sudah tua. Dan juga saat
ini sarana prasarananya jika dilihat lebih memadai sehingga
memberi kenyamanan bagi pedagang dan pengunjung pasar,
disamping itu sudah lebih enak dipandang mata dibanding ketika
sebelum renovasi”.
(wawancara dengan Bapak Aris, 20 Juli 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Dalam pelaksanaan proyek revitalisasi Pasar Delanggu oleh Unit
Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Mikro dan
Menengah Kabupaten Klaten cukup baik menyelenggarakan peranan dan
tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal seperti ketentuan
persetujuan dari DPRD sudah dijalankan dan persyaratan/kondisi Pasar
Delanggu yang memang sudah mengharuskan mengingat kondisi
bangunan yang sudah tidak layak juga sudah memenuhi penataan tata
ruang kota yang baik. Dalam penempatan kembali pedagang ke pasar
baru, para pedagang lama Pasar Delanggu memperoleh prioritas terlebih
dahulu dan mendapat subsidi pemerintah dalam menyewa kios atau los.
Hal ini diharapkan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
pedagang dan pengunjung pasar sehingga mampu mendorong
perekonomian pedagang.
3. Indikator Efektifitas
Efektifitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator yang dapat
mengukur dan menilai apakah organisasi dalam hal ini yaitu Unit Pasar
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten sudah berjalan baik atau belum. Suatu
organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-nilai
yang telah disepakati bersama antara para stakeholder dari organisasi
sebagaimana ditetapkan dalam visinya dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan revitalisasi Pasar Delanggu untuk menilai
kinerja dari Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Usaha Mikro Kecil dan Menengah kabupaten Klaten mengenai
efektivitas maka dapat dilihat dari:
1. Luas tanah Pasar Delanggu antara sebelum dan sesudah revitalisasi
sama yaitu 7.765 m² dengan panjang kira-kira 5.870 m² dan lebar kira-
kira 1.895 m². Namun dengan adanya revitalisasi Pasar Delanggu yang
dibangun menjadi dua lantai maka sebenarnya luas Pasar Delanggu
bertambah dua kali lipat.
2. Perbandingan jumlah kios dan los.
i. Kios
Sebelum revitalisasi kios sekitar 155 kios dan pasca revitalisasi
menjadi 322 kios. Namun dari 322 kios yang ada hanya sekitar 98
pedagang yang beroperasi.
ii. Los
Sebelum revitalisasi los sekitar 246 menjadi 803 los pasca
revitalisasi dan dari 803 los sekitar 154 pedagang yang menempati.
3. Jumlah pedagang
i. Jumlah pedagang seselum revitalisasi yaitu sekitar 634
pedagang dengan rincian: kios 155 pedagang, los 246 pedagang,
adegan dalam 184 pedagang dan adegan luar 49 pedagang.
ii. Jumlah pedagang pasca revitalisasi sekitar 280 pedagang dengan
rincian: kios 98 pedagang, los 154 pedagang, adegan 28 pedagang.
4. Pengelompokan jenis dagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Penempatan pedagang sayur mayur dan bumbu-bumbuan yang
lazimnya ditempatkan di lantai satu, pedagang jenis ini justru
ditempatkan di lantai dua Pasar Delanggu. Hal ini akan menyulitkan
para calon pembeli yang berusia lanjut, dan juga pertimbangan para
pedagang untuk membeli kios di Pasar Delanggu karena rata-rata
pedagang sayur mayur dan bumbu-bumbuan adalah wanita yang
sudah cukup berumur.
Seperti yang diungkapkan Ibu Tuminem, pedagang buah di
pasar merdeka,
“Lokasi dagangan di pasar delanggu belum tepat, pedagang
sayur dan bumbu koq ditempatkan di atas kan banyak
pedagang yang sudah tua. Kalau naik turun tangga kan
kasihan”.
wawancara, 14 Juni 2011)
Dari informasi diatas terlihat bahwa dalam pengelompokan
jenis dagangan kemungkinan menjadi salah satu penyebab sepinya
pedagang dan pengunjung yang mengarah kepada kurang efektifnya
revitalisasi pasar delanggu. Hal ini dibantah oleh Bapak Aris yang
menyatakan,
“Penataan jenis dagangan bukan menjadi penyebab kurang
efektifnya pelaksaanaan revitalisasi pasar delanggu. Penyebab kurang
efektifnya lebih disebabkan pedagang yang masih bertahan di pasar
Merdeka. Jika saja pedagang pasar delanggu berkumpul dalam satu
tempat otomatis pembeli juga akan datang ke tempat itu”.
(wawancara dengan Bapak Aris, 20 September 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bapak Sigit Harjoko
“Kalau saja pedagang di barat jalan itu (pasar Merdeka) pindah
ke sini, mungkin saja pasar delanggu akan ramai”.
(wawancara dengan Bapak Sigit Harjoko, 20 September 2011)
Tabel 2
Pengelompokan jenis dagangan
Lantai Blok Jenis Dagangan
I G Pakaian
Kain
H Sandal
Sepatu
Tas
I Assesorris
Klitikan
Roti
J Daging Basah
Tahu
II G Bumbon
H Buah
I Sayuran
J Atengan
5. Visi yang ditetapkan organisasi
Konsep awal proyek revitalisasi pasar Delanggu ini untuk
memperbaiki kondisi bangunan pasar Delanggu. Berikut penjelasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dari Bapak Bambang Budi, Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu)
Kabupaten Klaten:
“Bangunan pasar (Delanggu) yang berdiri kira-kira tahun 1960 itu
sudah tua,rusak,kumuh dan kotor sehingga kurang nyaman dan
aman bagi pedagang dan pengunjung pasar.”
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Sedangkan tujuan yang ingin diwujudkan dari proyek
revitalisasi pasar Delanggu adalah menata kembali bangunan pasar
Delanggu.Bapak Bambang Budi lebih lanjut menjelaskan:
“Tujuan nya untuk menata kembali bangunan pasar sehingga akan
tertata rapi, tertib, nyaman dan aman bagi pedagang dan
pengunjung pasar serta menambah keindahan wajah kota Klaten.”
(wawancara dengan Bapak Bambang Budi, 5 Juli 2011)
Senada yang diungkapkan pedagang sayuran Ibu Tuminah
“memang tak dipungkiri sarana sekarang sudah baik mulai dari
kamar mandi, mushola dan bongkar muat barangnya dan juga
bangunannya lebih bagus tentunya”.
(wawancara , 14 Juni 2011)
Berdasarkan data yang tersebut diatas maka efektifitas kinerja
Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam pelaksanaan revitalisasi
Pasar Delanggu bisa dikatakan belum optimal. Hal ini dilihat dari masih
sepinya jumlah pedagang dan pengunjung pasar delanggu. Namun dalam
pelaksanaan tujuan proyek revitalisasi pasar delanggu yaitu untuk
menata kembali bangunan pasar dapat tercapai sehingga luas pasar lebih
luas, kios dan los lebih banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam Penataan Pasar
Delanggu secara menyeluruh kinerjanya belum optimal karena masih
adanya beberapa kekurangan dalam proyek revitalisasi Pasar Delanggu. Hal
ini dapat dilihat dari indikator responsivitas, responsibilitas, dan efektifitas
sebagai berikut :
1. Responsivitas
Responsivitas Unit Pasar dalam melaksanakan proyek Penataan
Pasar Delanggu masih kurang optimal mengingat banyaknya
permasalahan/kasus seperti masih sepinya pedagang dan pengunjung
pasar delanggu, masih ada pedagang yang bertahan di pasar darurat,
tidak adanya akses pengaduan yang dimiliki oleh Unit Pasar sehingga
tuntutan dan keluhan dari pedagang juga tidak dapat ditampung secara
optimal, serta perlunya sistem informasi yang lebih baik.
2. Responsibilitas
Responsibilitas dalam kinerja Unit Pasar dalam melaksanakan
proyek Penataan Pasar Delanggu dapat dinyatakan cukup baik dalam
menyelenggarakan peranan dan tugas sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Hal-hal dan kondisi yang berada di luar peraturan ataupun yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
belum di atur sebelumnya melalui peraturan perundangan yang ada dapat
diatasi dengan berpegang pada peraturan yang berlaku dan
menyesuaikan kebutuhan, seperti prioritas bagi pedagang lama yang
kembali ke pasar delanggu, dengan pemberian bantuan subsidi dan
persyaratan tempat tata ruang yang lebih baik dilihat dari segi teknis dan
estetika.
3. Efektifitas
Efektifitas Unit Pasar dalam melaksanakan Proyek Penataan
Pasar Delanggu dapat dikatakan belum optimal. Hal ini dilihat dari
masih sepinya jumlah pedagang dan pengunjung pasar delanggu. Namun
dalam pelaksanaan tujuan proyek revitalisasi pasar delanggu yaitu untuk
menata kembali bangunan pasar dapat tercapai sehingga luas pasar lebih
luas, kios dan los lebih banyak.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan
diatas, maka untuk meningkatkan kinerja Unit Pasar Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten
Klaten dalam proyek Penataan Pasar Delanggu penulis ingin memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu adanya sarana pos pelayanan pengaduan UPTD, sehingga
memudahkan akses bagi pedagang dan pengunjung pasar untuk
memberikan masukan atau keluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2. Perlu adanya komunikasi,koordinasi dan ketegasan dari pemerintah
terkait pedagang yang bertahan di Pasar Merdeka. Apakah
memenuhi persyaratan yang dikehendaki oleh pedagang tersebut
atau tindakan lain untuk kepentingan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto dkk. 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Yogyakarta. UGM Press
Agus Priyanto. 2008. Ekonomi Mikro. Malang: Setara Press
H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan
Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Pusat Penelitian UNS Press.
Mahendra Wijaya. 2007. Perspektif Sosiologi Ekonomi dari Masyarakat Pra
Kapitalis Hingga Kapitalisme Neo-Liberal. Surakarta: Lindu Pustaka
Hefner , Robert W. 2000. Budaya pasar, masyarakat, dan moralitas dalam
kapitalisme Asia baru. Jakarta: Pustaka LP3ES
Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Mohammad Mahsun. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
BPFE.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Ratminto dan Atik Septi Winarsih. 2007. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sedarmayanti, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi birokrasi
dan manajemen pegawai negeri sipil. Bandung: PT Refika Aditama.
Yeremias T Keban. 2004. Enam Dimensi Strategis Admnistrasi Publik.
Yogyakarta: Gaya Media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber Dokumen :
Peraturan Bupati Klaten No. 26 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Kabupaten Klaten.
Peraturan Bupati Klaten No 49 Tahun 2008 tentang rincian tugas,
fungsi dan tata kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten.
Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Pasar
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Kompas. “Fokus krisis pasar tradisional‟. 3 November 2007.
Sumber-Sumber Lain :
http://www.inderscience.com/sample.php?id. Edson Pinheiro de Lima. Int. J.
Business Performance Management, Vol. 10, No. 1, 2008. Diakses :
Rabu, 21 April 2010
http://www.inderscience.com/sample.php?id=3Rolstandas. Int.J. Business
Performance and Supply Chain Modelling, Vol. 1, No. 1, 2009.
Diakses : Rabu, 21 April 2010.
http://www.idonbiu.com/2009/05/apa-yang-dimaksud-revitalisasi.html. Diakses :
Senin, 28 Maret 2011
http://www.klatenonline.com/klaten/ratusan-pedagang-masih-enggan-tempati-
pasar-delanggu.html Diakses : Rabu, 20 April 2011
http://pristality.wordpress.com/2011/01/02/pasar-tradisional-vs-pasar-modern/
Diakses : Rabu, 20 April2011
http://id.wikipedia.org/wiki/kinerja. Diakses : Senin, 28 Maret 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Bapak Bambang Budi Susilo
Pekerjaan : Kepala Unit Pasar Wilayah II (Delanggu)
Alamat :
Umur : 55 Tahun
2. Nama : Bapak Aris
Pekerjaan : Sub Bagian Tata Usaha Unit Pasar Wilayah II
(Delanggu)
Alamat :
Umur : 48 Tahun
3. Nama : Bapak Sigit Harjoko
Pekerjaan : Kepala Pasar Wilayah II (Delanggu)
Alamat :
Umur : 54 Tahun
4. Nama : Sumiyati
Pekerjaan : Pedagang bumbu di lantai dua bangunan baru
pasar delanggu
Alamat :
Umur : 41 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Nama : Sri Suwarni
Pekerjaan : Pedagang beras lantai dua
Alamat :
Umur : 44 Tahun
6. Nama : Sumarni
Pekerjaan : Pedagang pakaian di lantai dasar
Alamat :
Umur : 34 Tahun
7. Nama : Ninik Usmiyati
Pekerjaan : Pedagang bumbu lantai dua
Alamat :
Umur : 52 Tahun
8. Nama : Tuminah
Pekerjaan : Pedagang sayuran lantai dua
Alamat :
Umur : 43 Tahun
9. Nama : -
Pekerjaan : Pedagang roti kecil kecilan di Pasar Merdeka
Alamat : -
Umur : -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Nama : -
Pekerjaan : Pedagang buah di Pasar Merdeka
Alamat : -
Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pedoman Wawancara
1. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kabupaten Klaten
o Responsivitas
1. Apakah dan bagaimana peran Unit Pasar dalam proyek revitalisasi Pasar
Delanggu?
2. Bagaimana sosialisasi dan komunikasi antara Unit Pasar dengan Pedagang
pasar Delanggu?
3. Apakah ada keluhan/kesulitan dari pedagang pasar delanggu yang terima
Dinperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten? Bagaimana upaya yang
dilakukan dalam menanggapi keluhan tersebut?
4. Adakah faktor yang menghambat dalam proses revitalisasi Pasar
Delanggu?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan Unit Pasar dalam mengatasi hambatan
tersebut?
6. Apakah ada keluhan yang disampaikan oleh pedagang pasar delanggu
dalam revitalisasi pasar Delanggu?
7. Bagaimana upaya Unit Pasar dalam merespon keluhan dari pedagang?
o Responsibilitas
1. Bagaimana mekanisme/tahapan dalam proses pelaksanaan revitalisasi
Pasar Delanggu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Dalam revitalisasi pasar delanggu, apakah Dinperindagkop dan UMKM
Kabupaten Klaten berorientasi pada peraturan yang ada?
3. Apa saja kegiatan yang dilakukan Unit Pasar untuk menunjang peranannya
dalam menyelenggarakan revitalisasi Pasar Delanggu?
4. Apakah terjadi hambatan dalam menyelenggarakan revitalisasi pasar
delanggu yang sesuai dengan peraturan yang ada?
5. Jika ada, upaya apa yang ditempuh untuk mengatasinya?
o Efektifitas
1. Apakah tujuan yang ingin dicapai Unit Pasar Dinperindagkop dan UMKM
Kabupaten Klaten terkait revitalisasi Pasar Delanggu?
2. Bagaimana kesesuaian antara jumlah kios dan los yang dibangun dengan
jumlah pedagang? Apakah masih ada kios dan los yang kosong?
3. Bagaiamana mengenai tata letak pedagang/penataan jenis dagangan?
4. Apakah proyek revitalisasi pasar Delanggu memberikan kontribusi
terhadap PAD Kabupaten Klaten?
2. Pedoman wawancara untuk Kepala Pasar Delanggu
a. Bagaimana peran kepala pasar Delanggu dalam proses revitalisasi pasar
delanggu?
b. Bagaimana bentuk pengelolaan sarana prasarana?
c. Besaran biaya sewa kios dan los Pasar Delanggu?
d. Besaran retribusi yang ditanggung pedagang pasar Delanggu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pedagang Pasar Delanggu
a. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap pelaksanaan revitalisasi pasar
delanggu?
b. Menurut bapak/ibu bagaimana sosialiasi dan komunikasi antara unit pasar
dengan pedagang?
c. Apakah bapak/ibu mempunyai keluhan dan saran/masukan bagi pemerintah
(Unit Pasar) dalam kaitan dengan revitalisasi pasar delanggu?
d. Bagaimana tanggapan pemerintah (Unit Pasar) terhadap keluhan yang
disampaikan?
e. Manfaat/dampak yang dirasakan bapak/ibu setelah revitalisasi pasar
delanggu?
f. Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap biaya sewa kios dan los?
g. Bagaimana subsidi yang diberikan oleh Pemda untuk membantu meringankan
beban bapak/ibu?
h. Bagaimana sarana prasarana yang ada pasca revitalisasi pasar delanggu?
i. Bagaimana sistem penempatan pedagang kios dan los di pasar delanggu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user