OLEH: ELPERA SISKA DEARNI DAMANIKrepo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/658... ·...
Transcript of OLEH: ELPERA SISKA DEARNI DAMANIKrepo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/658... ·...
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA
3-5 TAHUN DI DESA SUKARAYA
KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2018
OLEH:
ELPERA SISKA DEARNI DAMANIK
P07524414013
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA
3-5 TAHUN DI DESA SUKARAYA
KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2018
Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
OLEH:
ELPERA SISKA DEARNI DAMANIK
P07524414013
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN, PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, JULI 2018
ELPERA SISKA DEARNI DAMANIK [email protected]
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kesulitan Makan pada Anak Usia 3-5
Tahun di Desa Sukaraya Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang Tahun 2018
ix + 39 Halaman + 8 tabel + 2 gambar + 9 lampiran
ABSTRAK
Anak usia prasekolah yaitu anak yang mengalami perkembangan psikis menjadi balita yang lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta dapat lebih mengekspresikan emosinya. Sifat perkembangan khas yang terbentuk ini turut mempengaruhi pola makan anak. Pola asuh merupakan bagaimana sikap atau prilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap kesulitan makan pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling dengan sampel sebanyak 61 sampel. Data di kumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian dianalisa menggunakan chi square dengan nilai signifikan p < 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya kebanyakan otoriter 24 (39,3%), demokratis sebanyak 23 (37,7%), dan permisif sebanyak 14 (23,0%). Sedangkan yang mengalami kesulitan makan sebanyak 22 (36,1%), dan tidak mengalami kesulitan makan sebanyak 39 (63,9%.) Berdasarkan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar 0,006 (p value < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu.
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada orang tua untuk menerapkan pola asuh yang baik dan benar kepada anaknya untuk lebih tepat dalam mengatur pola makan anak.
Kata Kunci : Pola Asuh, Kesulitan Makan, Anak usia 3-5 Tahun
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmat-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi yang berjudul
“HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KESULITAN MAKAN
PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SUKARAYA KECAMATAN PANCUR
BATU TAHUN 2018” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Program Studi Diploma IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,
yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan skripsi.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes RI
Medan sekaligus selaku dosen pembimbing II dan dosen penguji I yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan dan selaku ketua penguji, yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan dalam menyusun skripsi. .
4. Elizawarda, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan banyak bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Budi Santoso selaku Kepada Desa Sukaraya yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian pembuatan skiripsi.
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta penulis, Bapak (Johansen Damanik)
dan Ibu (Rasmita Ginting) atas Doa, cinta, kasih sayang dan dukungan moril
maupun materi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7. Terimakasih untuk saudara penulis Elvina Natalika Damanik, Elsa Riani
Damanik & Donni Sianturi, Rafika Eltri Desi Damanik, Nella El Nanda
Damanik dan Gresella Anjani Damanik atas support, motivasi, doa dan
dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Terimakasih untuk bou dan kela serta sepupu penulis Annie Christyana
Purba dan Andrie Purba atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Seluruh dosen dan staf jurusan DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI
Medan atas bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di
Poltekkes Kemenkes RI Medan.
10. Terima kasih untuk sahabat-sahabat penulis Evi Mariense Barus, Rika
Anggrenisa Ginting, dan Yolanda Damaris Sembiring atas kebersamaannya
selama 4 tahun dan selalu saling mendukung sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi.
11. Terimakasih untuk sahabat penulis Immanuel Saputra Purba, SE yang selalu
memberikan semangat, doa dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi.
12. Terimakasih untuk teman satu bimbingan skripsi penulis Reni Boby Lestari
dan Ivo Yuliana atas kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Terima kasih untuk adik-adik sayang penulis Astri Ulina Saragih, Adela
Violeta, Citra Arini Simanjuntak, Lidia Sinaga, Alresa Oktaviana Saragih,
Meiarti Yessiephine Tarigan, Nur Khairunisa, dan Zhillu Arsy dan sahabat
seperjuangan Novita Yolanda Tambunan yang selalu memberi support, doa
dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
14. Terima kasih untuk adek PJ penulis Puji, Husna, Dea, Murni, Nur Esa, Yuli,
Rohima, Utari, Nazli, Cut Irna, Annes, Nurin, Perbi, Mei, Yeni atas doa dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
15. Seluruh teman-teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan
khususnya kelas D-IV Kebidanan angkatan pertama, terima kasih atas
kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita sama-sama tuntas dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Skripsi ini berguna bagi semua
pihak yang memanfaatkan.
Medan, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................ LEMBAR PENGESAHAN.................................................. ABSTRAK ......................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................... v DAFTAR GAMBAR ........................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4 C.1. Tujuan Umum ............................................................................... 4 C.2. Tujuan Khusus ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4 D.1 Manfaat Teoritis ............................................................... 4 D.2 Manfaat Praktis................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7 A. Tinjauan Teori ................................................................................ 7 A.1Sulit Makan Pada Anak .................................................................. 7
A.1.1 Pengertian Kesulitan Makan ......................................... 7 A.1.2 Penyebab Kesulitan Makan............................................ 8 A.1.3 Dampak Kesulitan Makan .............................................. 11 A.1.4 Penatalaksanaan ............................................................ 12
A.2 Pola Asuh Orang Tua .............................................................. 13 A.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua .................................. 13 A.2.2 Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ........................... 14 A.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua .................................................... 15
B. Kerangka Teori ............................................................................... 17 C. Kerangka Konsep ........................................................................... 17 D. Defenisi Operasional ...................................................................... 18 E. Hipotesis ......................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 19 A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 19 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 19
B.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 19 B.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 19
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 19 C.1 Populasi ......................................................................................... 19 C.2 Sampel ........................................................................................... 20
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 21 D.1 Jenis Data ...................................................................................... 21 D.2 Cara Pengumpulan Data ............................................................... 22
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ................................... 23 F. Validitas dan Reabilitas .................................................................. 23 F.1 Hasil Uji Validitas .......................................................................... 23 F.2 Hasil Uji Reabilitas ........................................................................ 24
G. Prosedur Penelitian ................................................................ 24 H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 25
H.1 Pengolahan Data ........................................................................... 25 H.2 Analisa Data .................................................................................. 25 H. Etika Penelitian ................................................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 29 A. Hasil penelitian ............................................................................... 29 A.1 Gambara Umum Lokasi Penelitian .............................................. 29 A.2 Karakteristik Responden .............................................................. 29
B. Analisis Univariat .................................................................................. 30 B.1 Pola Asuh Orangtua ...................................................................... 30 B.2 Kesulitan Makan ............................................................................ 30
C. Analisis Bivariat .................................................................................... 31 D. Pembahasan ......................................................................................... 32
D.1 Pola Asuh Orangtua ...................................................................... 32 D.2 Kesulitan Makan pada Anak.......................................................... 34 D.3 Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua
dengan Kesulitan Makan pada Anak ............................................ 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 38
A. Kesimpulan .................................................................................... 38 B. Saran ............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... LAMPIRAN.........................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 5
Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan
Penelitian Terdahulu........................................................................ 6
Tabel 2.1 Definisi Operasional ......................................................................... 18
Tabel 3.1 Rincian Besar Sampel Tiap-Tiap Dusun ......................................... 21
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi karakteristik Orangtua dan Anak .................... 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh Orangtua ................. 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesulitan Makan ....................... 31
Tabel 4.4 Hubungan Antara Pola Asuh dengan Kesulitan
Makan pada Anak ............................................................................ 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................... 17
Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................. 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Survei tempat penelitian Skripsi Prodi D-IV Kebidanan
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Persetujuan Responden ( Informed Consent )
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner
Lampiran 5 : Lembar Kuesioner
Lampiran 6 : Master Tabel
Lampiran 7 : Hasil Olahan Data
Lampiran 8 : Lembar Konsultasi
Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia balita merupakan usia yang sangat penting dalam pertumbuhan fisik
dan psikologi seorang anak. Masa balita merupakan masa kritis dalam upaya
menciptakan sumber daya yang berkualitas. Masa tersebut disebut masa emas
(golden ages) dimana sel-sel otak sedang mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal dan berada pada perkembangan terbaik untuk fisik
dan otak anak. Dan, otak merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan
anak. Periode ini dimulai sejak janin dalam kandungan hingga usia 6 (enam)
tahun. Pertumbuhan dan perkembangan otak anak mencapai 80% dari otaknya
di masa dewasa kelak. Artinya, di atas periode ini, perkembangan otak hanya
20% saja. Selebihnya hanyalah perluasan permukaan otak dan jalinan dendrit
yang lebih rumit (Suyadi, 2010: 23-24).
Proses pertumbuhan otak berjalan sesuai dengan pertumbuhan badan.
Ketika seorang anak berusia 5 tahun, pertumbuhan otaknya sudah 80%
sempurna. Saat anak usia 6 tahun, proses pertumbuhan otaknya bisa dikatakan
sudah sempurna. (Maimunah Hasan, 2010: 318-319). Sebagian besar
pertumbuhan anak terjadi pada usia dibawah enam tahun yaitu pada usia emas
tersebut. Oleh karenanya, tingkat keberhasilan pertumbuhan anak akan
ditentukan pada usia tersebut. Salah satu bentuk persiapan untuk menunjang hal
tersebut adalah pemberian makan. Pemenuhan kebutuhan makan akan tercipta
dengan baik apabila anak memperlihatkan perilaku makan yang baik pula.
Pada masa tertentu, nafsu makan anak kadang berkurang. Penelitian
menyebutkan banyak anak yang mengalami kesulitan makan, terutama pada
usia balita. Gejala kesulitan makan pada anak yaitu: kehilangan nafsu makan,
memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di
mulut anak, sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau
menutup mulut rapat, memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis
suapan dari orangtua, dan tidak menyukai banyak variasi
makanan(Judarwanto,2016). Hal ini seringkali membuat para orang tua menjadi
khawatir karena dapat mengganggu pertumbuhan anaknya. Masalah kesulitan
makan pada anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak. Anak
dapat mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi (Underweight)
karena makanan yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit sehingga tidak
memenuhi kebutuhan nutrisinya (Fadillah,2009).
Data WHO menunjukkan bahwa kasus anak usia prasekolah underweight
di dunia sebesar 15,7% dan anak usia prasekolah overweight sebanyak 6,6%
(WHO, 2013). Pada tahun 2010 Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan
regional dengan prevalensi tertinggi Asia Tenggara sebesar 27,3%. Berdasarkan
laporan dari Riskesdas pada tahun 2013 menjelaskan bahwa prevalensi gizi
kurang pada balita (BB/U<-2SD) meningkat dari 19,6 persen terdiri dari 5,7
persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang (tahun 2013) menjadi 21,0 persen
(tahun 2015). Pada tahun 2015, secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang
pada anak balita sebesar 21,0 persen, yang berarti masalah gizi berat-kurang di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati
prevalensi tinggi.
Diantara 33 provinsi di Indonesia,18 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-
kurang di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2 persen
sampai dengan 33,1 persen, salah satunya adalah provinsi Sumatera Utara.
Prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Sumatera Utara pada tahun 2013
sebesar 22,4% yang terdiri dari 8,3% gizi buruk dan 14,1% gizi kurang. Angka ini
lebih tinggi 2,8% dengan angka prevalensi gizi berat kurang nasional yaitu
19,6%. Dengan angka sebesar 22,4% prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di
Sumatera Utara masih termasuk dalam kategori tinggi (standar WHO; 5-9%
rendah, 10-19% medium, 20-39% tinggi, >40% sangat tinggi). Bila dibandingkan
dengan pencapaian sasaran MDG’s tahun 2015 yaitu 15,5 persen maka
prevalensi gizi berat kurang di provinsi Sumatera Utara masih diatas angka
sasaran MDG tahun 2015 (Profil Kesehatan Profil Sumatera Utara Tahun 2014).
Permasalahan komunikasi yang tidak terjalin dengan baik saat proses
makan dapat memicu terbentuknya perilaku kesulitan makan pada anak.
Perilaku makan yang baik akan terbentuk berdasarkan pemberian makan dan
contoh yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Salah satu hal yang
menunjang praktik pemberian makan pada anak adalah cara penyajian dan
komunikasi yang terjadi saat makan antara anak dengan orang tua.
Penelitian Arum Rohmasari (2013) dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi sulit makan pada balita bahwa faktor nafsu makan berpengaruh
terhadap sulit makan pada balita, faktor psikologis anak berpengaruh terhadap
sulit makan pada balita, faktor kondisi fisik anak berpengaruh terhadap sulit
makan pada balita dan faktor perilaku pemberian makan orang tua pada anak
berpengaruh terhadap sulit makan pada balita. Penelitin lain oleh Suciati Ningsih
(2015) dengan hubungan perilaku ibu dengan status gizi kurang pada anak
mengatakan ada hubungan perilaku pemberian makan yang diberikan orang tua
dipengaruhi oleh pendidikan orang tua terhadap status gizi kurang, hal ini sesuai
dengan hasil wawancara mayoritas ibu banyak yang beranggapan bahwa
anaknya selalu sehat dengan keadaan status gizi yang kurus, ibu membiarkan
anaknya mengkonsumsi makanan cepat saji dan mayoritas ibu banyak yang
tidak mengontrol anaknya dalam hal pemberian makan.
Dalam hal ini orang tua harus berperan agar tidak terjadi kesulitan makan
pada anak misalnya dengan menyediakan makanan yang menarik agar anak
tidak bosan dengan makanan yang diberikan, membatasi konsumsi snack dan
cemilan yang akan membuat anak kenyang sebelum waktu makan makanan
utama, dan memberikan jenis makanan yang bergizi pada anak sesuai
kebutuhan gizi balita. Berusaha agar anak mau makan dengan cara menyuapi
dan mengajarkan anak untuk makan jenis makanan baru agar tidak cepat bosan
pada satu jenis makanan, jenis makanan yang dikonsumsi anak harus lebih
diperhatikan orang tua untuk mencegah terjadinya gangguan faktor gizi (Idris,
2015).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kesulitan makan pada anak
pra sekolah (3-5 tahun) di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu?”.
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui “hubungan pola asuh orang tua dengan kesulitan makan
pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu”.
C.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan
usia anak di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu.
b. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya
Kecamatan Pancur Batu.
c. Mengetahui kesulitan makan pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya
Kecamatan Pancur Batu.
d. Menganalisis hubungan antara pola asuh dengan kesulitan makan pada
anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu.
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan dapat
dijadikan pertimbangan dalam upaya meningkatkan perkembangan anak dan
pola asuh orang tua kaitannya dengan perilaku sulit makan dan dapat
memberikan kajian ilmu di bidang ilmu tumbuh kembang anak.
D.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Orangtua
Penelitian ini memberikan informasi kepada orangtua mengenai pola asuh
dan perilaku sulit makan, serta diharapkan orangtua dapat memahami dan
menerapkan pola asuh yang benar sesuai dengan karakter anak masing-
masing.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Meningkatkan kesadaran dan motivasi kader, bidan, dan tenaga kesehatan
setempat untuk memberikan informasi tentang pendidikan kesehatan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada anak usia prasekolah.
c. Bagi peneliti lain
Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah dapat digunakan sebagai
dasar penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No
Judul
Penelitian
Nama,Tahun
& Tempat
Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
kesulitan
makan
pada anak
usia 3-5 tahun
di TK Gowata
Desa Taeng
Kec.
Pallangga
Kab. Gowa
Hariani,
Mangsur M
Nur,
Nurhidayah
2015,
Makassar
Cross
sectional
Variabel
bebas :
Peran orang
tua,
lingkungan,
jenis
makanan,
dan
gangguan
psikologis
Variabel
terikat :
Kesulitan
makan pada
anak.
Hasil analisis bivariat
di dapatkan hubungan
antara peran orang tua
dengan kesulitan
makan pada anak
(ρ=0,006), terdapat
hubungan antara
lingkungan dengan
kesulitan makan pada
anak (ρ=0,001),
terdapat hubungan
antara jenis makanan
dengan kesulitan
makan pda anak
(ρ=0,001), dan
terdapat hubungan
antara gangguan
psikologis
dengan kesulitan
makan pada anak
(ρ=0,007).
2 Hubungan
pola asuh
orang tua
terhadap
kejadian
pilih-pilih
makanan
(picky eaters)
pada balita di
Riska
Apriliyadani
Haryansyah,
2017,
Yogyakarta
Cross
sectional
Variabel
bebas : Pola
asuh orang
tua
Variabel
terikat : pilih-
pilih makan
(picky
Hasil uji chi square
diperoleh nilai
signifikansi sebesar
0,919 (p>0,05). Tidak
terdapat hubungan
antara pola asuh
orang tua terhadap
kejadian pilih-pilih
makanan (picky
Bantul
Yogyakarta
eaters) eaters) pada balita.
Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
Pembeda
Hariani, Mangsur
M Nur, Nurhidayah
Esther Silaban Elpera Siska
Dearni Damanik
Judul Penelitian Faktor-faktor yang
berhubungan
dengan kesulitan
makan pada anak
usia 3-5 tahun di TK
Gowata Desa Taeng
Kec. Pallangga Kab.
Gowa
Hubungan pola
asuh orang tua
terhadap kejadian
pilih-pilih makanan
(picky eaters) pada
balita di Bantul
Yogyakarta
Hubungan pola
asuh orang tua
dengan kejadian
kesulitan makan
pada anak usia 3-5
tahun di Desa
Sukaraya
Kecamatan Pancur
Batu.
Tahun,Tempat
Penelitian
2015, Makassar 2017, Yogyakarta 2018, Medan
Rancangan
penelitian
Cross sectional Cross sectional Cross Sectional
Jenis penelitian Survey Analitik Kuantitatif Descriptive
Correlation
Variabel Penelitian Variabel bebas :
Peran orang tua,
lingkungan, jenis
makanan, dan
gangguan psikologis
Variabel terikat :
Kesulitan makan
pada anak.
Variabel bebas :
Pola asuh orang
tua
Variabel terikat :
Pilih-pilih makanan
(picky eaters)
Variabel bebas :
Pola asuh orang
tua
Variabel terikat :
Kesulitan makan
pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
A.1 Sulit Makan Pada Anak
A.1.1 Pengertian Kesulitan Makan
Makan merupakan proses terpenting dalam tumbuh kembang seorang
anak. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara zat
gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan,
tidak mau atau tidak mampu untuk makan, padahal makanan yang tidak disukai
tersebut mengandung gizi yang seimbang sehingga harapan dalam pemenuhan
gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana.
Definisi kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk
makan, atau megalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan
jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai
dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai
terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin
dan obat tertentu (Hidayati,2011). Keluhan mengenai anak yang sulit makan
menjadi masalah yang sering diungkapkan oleh orangtua ketika membawa
anaknya ke dokter. Keluhan ini terjadi hampir merata tanpa membedakan jenis
kelamin, etnis, dan status sosial ekonomi. Kesulitan makan terjadi paling tidak
selama 1 bulan dengan pertanda tidak bisa makan dalam jumlah yang adekuat
sehingga tidak bisa mencapai berat badan yang seharusnya, bahkan kehilangan
berat badan, pada usia sebelum 6 tahun.
Gejala kesulitan makan pada anak antara lain:
1. Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa
makanan lunak atau cair.
2. Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk
ke mulut.
3. Makan berlama-lama dan memainkan makanan.
4. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup
mulut rapat-rapat.
5. Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari
orangtua.
6. Tidak menyukai banyak variasi makanan.
7. Kebiasaan makan yang ganjil misalnya senang makan rumput, tanah dan
tembok.
Kesulitan/gangguan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi
merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan atau kelainan yang sedang
terjadi pada tubuh anak. Kesulitan makan dialami oleh 25-40% anak-anak
(Soetjiningsih, Gde Ranuh.2016).
A.1.2 Penyebab Kesulitan Makan
Kesulitan makan dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Kelainan kebiasaan makan
Masalah makan pada umumnya terjadi pada umur 2-5 tahun, karena
kesalahan cara pemberian makan selama bayi. Berbagai masalah menyebabkan
anak kehilangan selera makan atau kurang nafsu makan (anoreksia). Di lain
pihak, balita memiliki lingkungan dan ruang gerak yang semakin luas, sehingga
mudah terpajan terhadap kuman atau penyebab penyakit lainnya dan anak
sering sakit, misalnya penyakit infeksi, infestasi cacing, dan lain-lain. Di samping
itu, antara masing-masing anak terdapat perbedaan perilaku dalam
mengkonsumsi makanan, yang mungkin dapat terlihat sejak usia dini.
2. Kelainan psikologis
Menurut Sunarjo (2009) menguraikan kelainan psikologis yang
menyebabkan anak mengalami kesulitan makan, yaitu:
a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya.
Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau
kekurangan yang menimbulkan ketidak seimbangan. Orang membutuhkan
makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada
kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang di dalam
tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka
tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan. Hal
ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan
makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan
seperti memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua
menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak
menyenangkan. Nafsu makan tidak saja dipengaruhi oleh rasa lapar,
melainkan pula oleh emosi. Anak yang merasa tidak mendapatkan kasih
sayang ibunya dapat kehilangan nafsu makannya dan akan mengalami
gangguan pertumbuhannya. Ibu atau pengasuh harus tahu mengenai anak
dan perasaannya terhadap makanannya.
b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang
kebetulan tidak disukai. Ibu yang terlalu memperhatikan anaknya biasanya
mempunyai fixed idea yang terlalu terpaku tentang makanan apa yang harus
dimakan anaknya. Sikap suka memaksakan makanan menyebabkan anak
merasakan proses makan sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini
berakibat menimbulkan sikap anti terhadap makanan Hal ini perlu
pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang
mungkin tidak disukai.
c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual
atau muntah dan dalam keadan ini anak dipaksa untuk makan.
d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi
antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak
baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes
terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras,
pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.
3. Kelainan organik
a. Kelainan gigi-geligi/rongga mulut
1) Kelainan bawaan: celah bibir (labioschisis), celah palatum
(palatoschisis), labiognatopalatoschisis, frenulum lidah pendek,
makrogolosi, dan sebagainya.
2) Gangguan mengisap, mengunyah, dan pendorongan makanan ke faring
(makroglossia, ankilosis temporamandibuler, tumir lidah); serta
hambatan transportasi makanan ke dan esofagus (tumor/divertikula
faring, stenosis/striktura esofagus serta penekanan esofagus dari luar,
tumor mediastinum, vascular ring, dan sebagainya).
3) Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis. Kelainan di rongga
mulut juga dapat menyebabkan gangguan pada proses menelan.
4) Kelainan neuro-muscular: paresis/paralisis lidah dan otot di sekitar faring
dan laring menimbulkan gangguan refleks yang mendasari proses
mengisap, menggigit, mengunyah, dan menelan.
b. Kelainan pada saluran cerna
1) Kelainan bawaan: atresia esofagus, akhlasia, spasme duodenum
penyakit Hirschsprung, hernia hiatus.
2) Penyakit infeksi: diare akut/kronis, infestasi cacing, muntah, kembung,
kolik, konstipasi. Dalam satu studi pada penderita diare yang
disebabkan oleh Sigella, E.coli dan V.cholera, pada fase akut anak
hanya menghabiskan makanan 60% dari kecukupan makanan yang
dianjurkan.
c. Penyakit infeksi secara umum
Penyakit infeksi akut yang dapat menimbulkan gangguan makan adalah
infeksi saluran napas akut atas/bawah. Sementara itu, penyakit infeksi kronis
yang dapat mengakibatkan gangguan makan adalah tuberkulosis paru,
malaria.
d. Kelainan non-infeksi
Kelainan bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna berupa penyakit
jantung bawaan dan sindrom Down. Penyakit neuromuskuler adalah palsi
serebral. Enderita palsi serebral atau keadaan disfungsi umum susunan
saraf pusat dapat menimbulkan berbagai derajat disfagia. Sesuai dengan
derajat penyakit, secara berturut-turut akan hilang kemampuan mengunyah,
mengisap, dan menelan. Kenyataan ini menerangkan mengapa pada
sebagian penderita masih dapat menerima makanan cair atau lembek
secara aktif karena kemampuan menelan masih baik, meskipun kemampuan
mengunyah atau mengisap hilang.
e. Penyakit lainnya
Penyakit keganasan antara lain adalah tumor Willems. Penyakit hematologi
berupa anemia dan leukimia. Penyakit metabolik/endokrin adalah diabetes
mellitus, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit-penyakit lainnya.
A.1.3 Dampak Kesulitan Makan
Kesulitan makan pada anak memberikan dampak yang kurang baik pada
anak. Dampak tersebut tidak saja pada kesehatan, melainkan juga berdampak
pada aktivitas sehari-hari dan juga tumbuh kembang anak. Dampak kesulitan
makan tersebut antara lain adalah malnutrisi.
Malnutrisi yang timbul akibat gangguan makan mengakibatkan defisiensi
berbagai macam mineral, vitamin, dan protein. Sintesis protein yang tidak
adekuat menurunkan daya tahan tubuh termasuk fungsi imun. Dengan demikian,
daya tahan tubuhnya menurun dan anak mudah mengalami infeksi. Status nutrisi
berperan penting terhadap infeksi begitu juga sebaliknya, infeksi juga dapat
memperburuk malnutrisi. Malnutrisi memperlambat proses penyembuhan
penyakit.
Malnutrisi juga dapat menurunkan daya intelegensi pada anak. Secara
garis besar ada tiga jenis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan, salah satunya adalah pertumbuhan fisik biomedik
otak. Faktor fisik biomedis otak memerlukan peran penting nutrisi. Nutrisi ini akan
terkandung di dalam makanan. Makanan dengan kualitas kadar gizi dan
kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang optimal.
Kekurangan salah satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak anak, sehingga anak
berkurang daya kecerdasannya.
Dampak gangguan makan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak
jangka pendek dan dampak jangka panjang.
1. Dampak jangka pendek
a) Motilitas gastrointestinal yang lambat dan konstipasi, gambaran fungsi
hati yang abnormal;
b) Peningkatan kadar urea darah, serta peningkatan risiko terbentuknya
batu ginjal;
c) Lekopeni, anemia defisiensi besi, dan trombositopeni.
2. Dampak jangka panjang
a) Pubertas terlambat
b) Pertumbuhan terlambat dan perawakan pendek
c) Gangguan pembentuka mineral tulang (osteopeni, osteoporosis)
d) Gangguan psikologi (cemas dan depresi)
A.1.4 Penatalaksanaan
Menurut Hidayati (2011) untuk mengatasi anak sulit makan dapat dilakukan
dengan cara:
1. Biarkan anak merasa bahwa makan adalah kebutuhan.
Ibu dapat menjelaskan bahwa kita harus makan agar dapat hidup dan beri
anak makanan saat ia benar-benar lapar sehingga ia merasa membutuhkan
makanan. Snack yang diberikan terlalu sering juga membuat anak kenyang
terus sehingga tidak mau makan makanan utama yang lebih bergizi.
2. Jelaskan tentag pentingnya makanan
Ibu bisa mencari berbagaii informasi dan gambar mengenaii pentingnya
makan dan minum serta tunjukkan pula gambar orang kelaparan/busung
akibat tidak makan.
3. Batasi waktu makan
Kadang orangtua menyuapi anak sambil jalan-jalan sehingga waktu makan
jadi lebih lama. Waktu makan yang lama akan membuat anak leih cepat
kenyang sebelum makanan habis. Jika waktu makan dibatasi lebih singkat
maka rasa lapar akan lebih cepat datang.
4. Biasakan makan bersama di meja makan
Makan sambil bermain adalah kebiasaan yang tidak baik karena watu makan
jadi lebih lama dan anak akan menganggap makan adalah proses tiidak
sengaja dan buka suatu kebutuhan. Mengajak anak makan bersama di meja
makan akan membuatnya lebig berkonsentrasi saat makan dan anda juga
bisa memberi cobtoh tata cara makan yang baik.
5. Jangan memaksa
Semakin emosional orangtua dalam menghadapi anaknya yang sulit makan,
anak akan semakin sulit makan. Kalau orang tua mengancam, anak-anak
akan semakin menolak. Pemaksaan akan membuat anak trauma dan
menganggap wwaktu makan adalah waktu yang menyiksa.
6. Biarkan memilih
Biarkan anak memilih makanan dari daftar yang ditawarkan. Mungkin
dengan membiarkannya memilih sesuai dengan daftra pilihan dapat
membuat anak lebih lahap karena makan makanan yang disukai.
7. Makan berkelompok
Ibu bisa membuat kelompok makan anak-anak dengan tetangga dengan
tujuan memberikan suasana yang berbeda daripada makan sendiri.
8. Membuat makanan menjadi lebih menarik
Cobalah berkreaasi dengan bentuk makanan agar si kecil tertarik. Anak akan
lebih tertarik makan tempe goreng yang ditusuk seperti sate dibandingkan
disajikan biasa.
9. Siklus menu
Buatlah siklus menu agar bervariasi sehingga tidak membosankan.
A.2 Pola Asuh Orang Tua
A.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan
model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan mendidik anak,
sedangkan orangtua memiliki arti ayah dan ibu, jadi dapat disimpulkan pola asuh
orangtua memiliki arti cara atau sistem ayah dan ibu dalam merawat atau
mendidik anak. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,
lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau prilaku orang tua saat berinteraksi
dengan anak, termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang (Martina Nafratilawati,2014). Pola
pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap,
dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, merawat, memberi kasih
sayang,dan sebagainya (Bety,2015). Peranan ibu dalam pola pengasuhan anak
juga meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti memberi makan, mandi,
menyediakan dan memakaikan pakaian buat anak.
A.2.2 Macam-Macam Pola Asuh Orangtua
a. Pola asuh otoriter (parent centered)
Pola asuh ini memiliki ciri orangtua sebagai pusat dalam interaksi ini. Pola
ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada
anak. Anak harus menuruti semua perkataan orang tua tanpa diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapat. Orang tua bertindak keras, memaksa, dan
semena-mena terhadap anak serta orangtua yang menentukan dan mengontrol
porsi, waktu, dan menu makan. Orangtua akan selalu memaksakan anak untuk
selalu mengkonsumsi makanan yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak dan biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman,
misalnya kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara (Chakra, 2013).
Pola makan anak pada tipe pola asuh ini akan cenderung merasa tidak
nyaman karena adanya tekanan-tekanan yang dirasakan oleh anak, sehingga
anak tidak memiliki kemandirian dalam memilih makanan (Dewi, 2008 dalam
Martina, 2014). Pola asuh otoriter ini juga bersifat kekerasan. Pola asuh ini dapat
mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan,
kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain dan
mudah stress.
b. Pola asuh permisif (children centered)
Pola asuh ini memiliki ciri anak sebagai pusat dalam interaksi ini, yakni pola
asuh yang cenderung memberikan kebebasan ditangan anak tanpa kontrol sama
sekali. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan
cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya sedangkan menerima apa
adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja.
Pola asuh ini menyebabkan pola makan yang tidak teratur, makan apa saja yang
disuka tanpa ada batasan dan kurang terkontrol dalam memilih makanan.Tidak
ada paksaan makan terhadap anak meskipun anak tergolong gizi kurang.
Orangtua sering kecewa karena anak lebih suka makanan yang disukai
dari pada makanan yang lebih bergizi. Jika ibu sudah merasa bosan dengan
kesulitan makan anak, maka orangtua akan bersikap acuh tak acuh dalam
mengurus makanan yang harus diberikan untuk anak dalam memenuhi
kebutuhan gizi anak (Chakra, 2013). Pola asuh ini membentuk pribadi yang
manja, agresif, tidak patuh pada orang tua, serta anak menggunakan
kebebasannya tanpa rasa tanggung jawab dan kurang disiplin dalam aturan-
aturan sosial yang ada (Pramawaty & Hartati, 2012).
c. Pola asuh demokratis (authoritative)
Pola asuh demokratis ini adalah pola asuh dimana kedudukan orangtua
dan anak adalah sama. Orangtua dan anak mempunyai kebebasan yang sama
dalam mengutarakan pendapat masing-masing. Setiap keputusan yang diambil
akan berdasarkan kesepakatan bersama. Orang tua sangat memperhatikan
kebutuhan anak dan mencukupiya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan
kebutuhan. Orangtua akan selalu berada dekat dengan anaknya, mereka selalu
merespon tangisan anak mereka dengan memberinya makan. Perilaku ibu ini
akan berpengaruh dalam pemilihan dan penyiapan makanan dan keamanannya,
yang akan mempengaruhi fungsi endokrin dan fungsi fisiologis lainnya. Pola
asuh demokratis mempunyai prinsip mendorong anak untuk mandiri dalam
memilih makanan, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol.
Pola asuh ini akan mendorong anak untuk belajar bertanggungjawab
dengan apa yang dikatakannya namun kebebasan yang diberikan pada anak
tetap dalam pengawasan orangtua, sehingga orangtua masih dengan mudah
mengontrol apa yang dilakukan anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangan usia anak. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri,
mempunyai kontrol diri, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dapat
berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress,
mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa,
penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.
A.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua
1. Jenis pola asuh yang diterima oleh orangtua sebelumnya
Tidak sedikit orangtua yang menerapkan pola asuh yang sama pada
anaknya seperti yang mereka terima dari orangtua mereka sebelumnya
tanpa melihat perkembangan zaman yang juga memiliki peran dalam
pembentukan perilaku anak. Sangat disayangkan jika pola asuh yang
mereka terima sebelumnya termasuk kedalam pola asuh yang kurang benar,
maka mereka akan menerapkannya pada anak-anak mereka dan jika kita
melihat perkembangan zaman sekarang yang begitu pesat, jika pola asuh
tersebut tidak dikendalikan dengan tepat, maka akan menghasilkan perilaku
anak yang tidak diinginkan.
2. Usia orangtua
Usia dapat menentukan tingkat kedewasaan orangtua berdasarkan
pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Akibat usia yang masih terlalu
muda, anak cenderung mendapatkan pengawasan yang lebih longgar
karena sifat toleransi orangtua (Permatasari, 2015).
3. Status sosial ekonomi orangtua
Terpenuhinya kebutuhan pokok sebuah keluarga dapat menentukan perilaku
keluarga tersebut. Terdapat keterkaitan antara pola asuh orangtua dengan
status sosial ekonomi keluarga.
4. Dominasi orangtua
Ibu adalah seseorang yang mengandung dan melahirkan anak, tidak heran
jika ibu memiliki ikatan yang sangat kuat dengan anaknya. Ikatan batin yang
dimiliki ibu ini akan membentuk pola asuh yang lebih lembut dibandingkan
pola asuh ayah (Khairani, 2011). Hal serupa juga dinyatakan dalam
penelitian Teviana & Yusiana (2012) bahwa orangtua perempuan cenderung
menerapkan pola asuh autoratif, sedangkan orangtua laki-laki cenderung
menerapkan pola asuh otoriter.
5. Jenis kelamin dan kondisi anak
Anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki. Anak perempuan
cenderung memiliki perasaan yang lebih lembut, karena memilih bermain
boneka, sedangkan anak laki-laki lebih memilih bermain dengan berlarian.
Terutama dalam hal bergaul. Anak perempuan lebih rentan untuk terjerumus
kedalam pergaulan yang membahayakan masa depannya (Khairani, 2011).
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel dependen
(variabel bebas) (variabel terikat)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Kesulitan makan
Kelainan
psikologis Kelainan
kebiasaaan
makan
Kelainan
organik
1. Kelainan gigi-geligi/rongga
mulut
2. Kelainan pada saluran cerna
3. Penyakit infeksi secara umum
4. Kelainan non-infeksi
5. Penyakit lainnya
Pola asuh
orang tua
Pola asuh orang tua
1. Pola asuh otoriter
2. Pola asuh demokratis
3. Pola asuh permissif
Kesulitan makan pada
anak
D. Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
operasional
Alat
ukur
Hasil ukur Skala
1 Pola asuh
orang tua
Kebiasaan
perilaku yang
diterapkan
orang tua pada
anak.
Kuisioner Dikelompokkan :
1. Pola asuh
Otoriter
2. Pola asuh
demokratis
3. Pola asuh
permissif
Ordinal
2 Kesulitan
makan pada
anak
Masalah
makan pada
anak yang
meliputi
ketidak
mampuan
untuk makan
atau
penolakan
terhadap
makanan.
Kuisioner Penilaian :
1. Mengalami
kesulitan
makan
Jawaban YA ≥
60%
2. Tidak
mengalami
kesulitan
makan
Jawaban TIDAK
≤ 50%
Ordinal
E. Hipotesis
Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kesulitan makan pada
anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross secsional, yaitu
rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada
saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit
(Hidayat,2014)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun
di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu. Desa Sukaraya dipilih sebagai
tempat penelitian karena banyak terdapat masalah kesulitan makan pada anak di
desa tersebut.
B.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari awal bulan November 2017 sampai akhir
bulan Juli 2018. (Jadwal rencana penelitian terlampir).
C. Populasi dan Sampel Penelitian
C.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Iman,2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 3-5 tahun di Desa
Sukaraya Kecamatan Pancur Batu. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
154 orang.
C.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sedangkan sampling berarti mengambil sampel atau
mengambil sesuatu bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil
(respresentasi) populasi atau semesta itu (Iman,2016). Teknik sampling yang
digunakanan pada penelitian ini adalah adalah Proportional Random samping,
pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek
dalam masing-masing strata atau wilayah. Besar sampel dalam penelitian ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :
𝑛 =𝑁
1+𝑁(𝑑)2
Keterangan :
𝑛 = Besar Sampel
𝑁 = Jumlah populasi
𝑑 = Tingkat kesalahan yang ditolerir 90%(0,1)
Maka sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
𝑛 = 154
1+154 (0,1)2
𝑛 =61
Jadi, jumlah sampel yang diambil adalah 61 orang.
Pembagian sampel untuk masing-masing keseluruhan dengan menggunakan
rumus :
n = x
N x N1
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diinginkan tiap strata
N = Jumlah seluruh populasi Ibu akseptor KB di Desa Sei Glugur
X = Jumlah populasi pada setiap strata
N1 = Sampel
Berdasarkan formula tersebut untuk rincian besar sampel untuk tiap-tiap
dusun adalah sebagai berikut :
Dusun 1 : 28 x 61 = 11 orang
154
Dusun 2 : 15 x 61 = 6 orang
154
Dusun 3 : 35 x 61 = 14 orang
154
Dusun 4 : 42 x 61 = 17 orang
154
Dusun 5 : 34 x 61 = 13 orang
154
Tabel 3.1
Rincian Besar Sampel Untuk Tiap-Tiap Dusun
NO WILAYAH DESA SUKARAYA POPULASI SAMPEL
1 Dusun 1 28 11
2 Dusun 2 15 6
3 Dusun 3 35 14
4 Dusun 4 42 17
5 Dusun 5 34 13
Total 154 61
Setelah menentukan proportional random sampling, kemudian dilakukan
teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
sederhana dengan cara di undi (lottery technique).
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1 Jenis Data
Sumber Data :
a. Data Primer
Data yang diambil secara langsung pada responden meliputi data identitas
ibu dan data anak, data pola asuh orang tua dan data perilaku sulit makan
pada anak di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh berdasarkan data yang sudah ada yaitu jumlah anak usia
3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu. Data yang dikumpulkan
adalah data yang langsung diperoleh dilapangan dengan menyebarkan
kuesioner yang berisi pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden.
Kemudian peneliti menjelaskan tentang petunjuk pengisian kuesioner, setelah
responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan
untuk di isi. Peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuesioner untuk
memudahkan responden jika ada hal-hal yang tidak dimengerti, dapat di
tanyakan langsung kepada peneliti.
D.2 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terdiri
dari 2 kuisioner yaitu:
1. Kuisioner I
Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data tentang pola
asuh orang tua (variabel independen), untuk mengetahui jenis pola asuh
yang diterapkan orang tua kepada anaknya di Desa Sukaraya Kecamatan
Pancur Batu. Kuesioner tentang pola asuh orang tua terdiri dari 21
pertanyaan yang dibagi menjadi 3 yaitu: 7 pertanyaan untuk pola asuh
otoriter, 7 pertanyaan untuk pola asuh demokratis, dan 7 pertanyaan untuk
pola asuh permissif. Skala yang digunakan adalah skala Likert yang
dimodifikasi dalam 4 pilihan jawaban yaitu SS(sangat setuju), S(setuju),
TS(tidak setuju), dan STS(sangat tidak setuju). Skor yang diberikan untuk
pilihan SS = 4, S = 3, TS = 2, S = 1. Kategorisasi dilakukan berdasarkan
kecenderungan pola asuh yang dilakukan oleh ibu. Nilai pola asuh otoriter,
demokratis dan permissif setiap responden dibandingkan. Skor tertinggi
antara ketiga pola asuh tersebut menunjukkan kecenderungan pola asuh
yang dilakukan ibu terhadap anak.
2. Bagian II
Kuesioner tentang perilaku kesulitan makan (variabel dependen) pada
anak pra sekolah (usia 3-5 tahun) di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur
Batu. Kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mendapatkan data tentang
perilaku kesulitan makan pada anak pra sekolah (3-5 tahun) di Desa
Sukaraya Kecamatan Pancur Batu. Kuesioner tentang perilaku kesulitan
makan terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban YA dan TIDAK.
Setiap pilihan jawaban diberi nilai 1. Berikut ini pengelompokan pertanyaan
tentang perilaku kesulitan makan berdasarkan scor :
1. Mengalami kesulitan makan dengan scor :
Jawaban YA ≥ 60%
2. Tidak mengalami kesulitan makan dengan scor :
Jawaban TIDAK ≤ 50%
E. Alat Ukur/Instrumen Dan Bahan Penelitian
Alat pengumpulan data/instrumen yang dipergunakan pada penelitian ini
adalah kuesioner atau angket yang ditujukan kepada ibu-ibu yang
mempunyai anak usia 3-5 tahun. Pengumpulan data diperoleh secara
langsung atau door to door dari pengisian kuesioner atau angket oleh
responden yang lebih dahulu diberikan pengarahan oleh peneliti.
F. Validitas dan Reabilitas
F.1 Hasil Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalitan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2010 : 211). Validitas
atau kesahihan ini berkaitan dengan permasalahan apakah instrumen yang
dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara
tepat sesuatu yang akan diukur tersebut. Menurut Sugiyono (2017)
keputusan ujinya adalah:
1. Bila r hitung > r tabel artinya variabel tersebut valid.
2. Bila r hitung < r tabel artinya variabel tersebut tidak valid.
Untuk jumlah responden 20 orang berdasarkan r tabel adalah 0,378.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan di Desa Sei Glugur Kecamatan Pancur Batu
terhadap 20 responden pada tanggal 25 Mei 2018 menunjukkan bahwa dari 20
pernyataan tentang pola asuh orang tua dengan r hitung (0,384 – 0,815) dan 10
pernyataan tentang kesulitan makan dengan r hitung (0,430 – 0,825) semuanya
mempunyai lebih besar dari 0,378 sehingga kedua variabel dikatakan valid.
F.2 Hasil Uji Reabilitas
Instrumen yang baik selain valid, juga harus reliabel, artinya dapat
diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,
yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila
datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun
diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu (Suharsimi Arikunto, 2010).
Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Uji signifikan
dilakukan pada taraf α = 0.05. Intrumen dapat dikatakan reliabel jika nilai alpha
lebih besar dari r tabel (0,60).
Hasil uji reabilitas diperoleh nilai koefiensi reliabilitas kuisioner pola asuh
sebesar 0,746 dan kuisoner sulit makan 0,750. Berdasarkan nilai koefiensi
reabilitas tersebut disimpulkan bahwa semua kuisioner dalam penelitian ini
realiabel atau konsisten sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
G. Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan izin kepada program studi diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Medan.
2. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti mengajukan
izin ke Kepala desa Sukaraya.
3. Setelah mendapatkan izin dari Kepala desa Sukaraya melakukan
pendekatan kepada klien untuk mendapat persetujuan sebagai responden
penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti memberi kejelasan kepada
responden tentang maksud dan tujuan penelitian ini.
4. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden untuk ditanda
tangani.
5. Responden diberi kuesioner untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang telah
diberikan dalam format pertanyataan kuesioner.
6. Responden diarahkan supaya mengisi semua pernyataan yang ada.
7. Peneliti memeriksa kelengkapan data dan pengisian kuisioner setelah
pengambilan data.
8. Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data terkumpul dan
selanjutya melakukan analisis data.
H. Pengolahan dan Analisis Data
H.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik yaitu
pengolahan data yang menggunakan analisis statistik dengan bantuan alat
komputer (Notoatmojo, 2016). Pengolahan data dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengeditan
Merupakan kegiatan pengecekan kuesioner apakan jawaban dikuesioner
sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. Data yang diperoleh
selanjutnya diedit sesuai kebenarannya dan kevalidannya, ini dilakukan
untuk mengetahui penyimpangan data-data yang didapatkan selama
pengukuran jika ditemui data yang salah pengisian maka data itu tidak
dipergunakan.
b. Pengkodean (coding)
Coding merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan.
c. Memasukkan data (Data Entry) atau Procesing
Data jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer.
d. Pembersihan data (Cleaning)
Setelah semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, perlu di cek
kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
H.2 Analisa Data
Dalam melakukan analisa data dan pengolahan data, digunakan program
komputer. Analisa data disesuaikan dengan tujuan dan skala data variabel yang
akan diuji. Data yang diperoleh dianalisa dengan teknik :
1. Univariat
Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian dan digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap variabel. Variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini
adalah variabel pola asuh dan variabel perilaku kesulitan makan.
Rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut :
PF
𝑛𝑥100%
P = Prosentase
F = Frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang menjadi pilihan
yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan
n = Jumlah seluruh frekuensi seluruh alternatif jawaban yang
menjadi pilihan responden selaku sampel penelitian
100% = Bilangan genap
2. Bivariat
Untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen maka dilakukan uji statistic Chi-Square program komputer dengan ⍺ =
0,05. Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima bila didapatkan nilai p ≤ 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen dan Ho diterima dan Ha
ditolak bila didapatkan nilai p > 0,05.
Adapun rumus Chi-squareyang digunakan adalah sebagai berikut :
𝑥2 = ∑(0 − E)2
E
Dimana : 𝑥2 = Chi-square
0 = Nilai hasil observasi
E = Nilai yang diharapkan
I. Etika Penelitian
Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat
prinsip yang harus dipegang teguh (Milton,1999 dalam Bondan Palestin
(Notoatmodjo,2016)), yakni :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Sebagai ungkapan peneliti menghormati harkat dan martabat subjek
penelitian, peneliti seyogianya mempersiapkan formulir persetujuan
subjek (inform concent) yang mencakup :
a. Penjelasan manfaat penelitian.
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan.
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek penelitian
kapan saja.
f. Jaminan anominitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi
yang diberikan oleh responden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Settiap orang
berhak untuk tidak memberikan apa yanng diketahuinya kepada orang
lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenaai identitas daan kerahasiaan identitas ssubjek peneliti
seyogianya cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, katerbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan
penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,
yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini
menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan subjek. Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian
tersebut, maka setiap penelitian yang dilakukan oleh siapa saja,
termasuk para peneliti kesehatan hendaknya:
a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani,
moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.
b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan,
martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari segala sesuatu
yang menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
A.2 Karateristik Responden
Dari hasil penelitian diperoleh karakteristik responden orangtua dan anak
berdasarkan umur orangtua, pendidikan, pekerjaan, dan usia anak dengan
jumlah responden 61 anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur
Batu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orangtua dan Anak usia 3-5 Tahun di
Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu, 2018
Karateristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
Umur orang tua <20 Tahun 3 4,9 20-35 Tahun 50 82,0 >35 Tahun 8 13,1
Total 61 100
Pendidikan Orangtua Dasar (SD, SMP) 20 32,8 Menengah (SLTA sederajat) 33 54,1 Tinggi (D3, S1) 8 13,1
Total 61 100
Pekerjaan Orangtua Tidak Bekerja 35 57,4 Bekerja 26 42,6
Total 61 100
Usia anak 3 Tahun 20 32,8 4 Tahun 15 24,6 5 Tahun 26 42,6
Total 61 100 Sumber: Data Primer, 2018
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur responden adalah antara
20-35 tahun yaitu 50 responden atau 82%. Mayoritas pendidikan responden
berada pada tingkat menengah (SLTA Sederajat ) yaitu 33 responden atau
54,1%. Mayoritas pekerjaan responden adalah tidak bekerja yaitu 35 responden
atau 57,4%. Dan mayoritas usia anak responden merupakan 5 tahun yaitu
sebesar 26 responden atau 42,6%.
B. Analisis Univariat
B.1 Pola Asuh Orangtua
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan pola asuh orangtua di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Asuh Orangtua yang Memiliki Anak
Usia 3-5 Tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu, 2018
Pola Asuh Orangtua Frekuensi (f) Persentase (%)
Otoriter 24 39,3 Demokratis 23 37,7 Permissif 14 23,0
Total 61 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa orangtua yang
memiliki anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
mayoritas menerapkan pola asuh otoriter dan demokratis dalam mengasuh
anaknya, yaitu otoriter sejumlah 24 orang (39,3%) dan demokratis 23 orang
(37,7%).
B.2 Kesulitan Makan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan perilaku sulit makan pada anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya
Kecamatan Pancur Batu yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesulitan Makan pada Anak Usia 3-5
Tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu, 2018
Kesulitan Makan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Kesulitan Makan 39 63,9 Kesulitan Makan 22 36,1
Total 61 100
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa dari 61 anak usia 3-5
tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu mayoritas tidak mengalami
kesulitan makan, yaitu sejumlah 39 anak (63,9%).
C. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel,
yaitu variabel bebas adalah pola asuh orangtua dan variabel terikat adalah
perilaku sulit makan. Hasil tabulasi “Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan
Perilaku Sulit Makan pada Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Sukaraya Kecamatan
Pancur Batu” dengan menggunakan uji Chi-Square, dapat diketahui sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hubungan Antara Pola Asuh dengan Kesulitan Makan pada Anak Usia 3-5
Tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu, 2018
Pola asuh
Kesulitan Makan Total
P-value Tidak Kesulitan
Makan Kesulitan Makan
f % F %
Otoriter 17 70,8 7 29,2 24 0,006 Demokratis 18 78,3 5 21,7 23
Permissif 4 28,6 10 71,4 14
Jumlah 39 63,9 22 36,1 61
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 24 anak yang
mendapat pola asuh otoriter yang tidak mengalami kesulitan makan sebanyak 17
orang (29,2%) dan yang mengalami kesulitan makan sebanyak 7 orang (29,2%).
Dari 23 anak yang mendapat pola asuh demokratis yang tidak mengalami
kesulitan makan sejumlah 18 orang (21,7%) dan yang mengalami kesulitan
makan sebanyak 5 orang (21,9%). Sedangkan dari 14 anak yang mendapat pola
asuh permissif yang tidak mengalami kesulitan makan hanya 4 orang (28,6%)
yang mengalami kesulitan makan sebanyak 10 orang (71,4%). Ini menunjukkan
bahwa anak yang mengalami kesulitan makan lebih banyak terjadi pada anak
dengan pola asuh permisif, dibandingkan anak dengan pola asuh otoriter atau
demokratis.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square menghasilkan
nilai p-value sebesar 0,006. Nilai uji p-value 0,006 yang lebih kecil dari 0,05
menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pola asuh orang tua dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5 tahun di Desa
Sukaraya Kecamatan Pancur Batu dengan p-value = 0,006 < α (0,05).
D. Pembahasan
D.1 Pola Asuh Orang Tua
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa orangtua yang memiliki
anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu lebih banyak
yang menerapkan pola asuh otoriter dalam mengasuh anaknya, yaitu sebanyak
24 orang (39,3%) karena kebanyakan pendidikan orang tua berada pada tingkat
rendah dan menengah (SLTA sederajat). Salah satu faktor yang berperan dalam
pengasuhan orang tua adalah pendidikan orang tua. Menurut Sekartini (1998)
dalam Suharsono (2009) menjelaskan bahwa status pendidikan ibu sangat
menentukan kualitas pengasuhan. Jenjang pendidikan juga mempengaruhi pola
pikir, sehingga dimungkinkan mempunyai pola pikir yang terbuka untuk
menerima informasi baru serta mampu untuk mempelajari hal-hal yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif dan psikologis anak.
Data yang didapatkan menunjukkan bahwa dari 61 responden mayoritas
pendidikan orang tua berada pada tingkat menengah (SLTA Sederajat) sebanyak
33 orang (54,1%) dan rendah (SD, SMP) sebanyak 20 orang (32,8%). Hasil ini
sejalan dengan penelitian Adawiah (2017) yang mengatakan orang tua yang
memiliki latar belakang pendidikan terbatas, memiliki pengetahuan dan
pengertian yang terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak
sehingga kurang menunjukkan pengertian dan cenderung akan memperlakukan
anaknya dengan ketat dan otoriter.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Desa Sukaraya Kecamata Pancur
Batu dapat diketahui bahwa orangtua yang memiliki anak prasekolah lebih
banyak yang menerapkan pola asuh otoriter dalam mengasuh anaknya, karena
orangtua tipe ini tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya
bersifat satu arah. Orangtua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya
untuk mengerti mengenai anaknya (Baumrin dalam Riyanto, 2017).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yusuf (2013), bahwa pola asuh yang baik diberikan
terhadap anak akan berdampak baik terhadap perilaku sikap anak. Pola asuh
yang demokratis akan mengarahkan sikap dan perilaku anak dengan
menekankan peraturan dan menguatkan penyimpangan negatif.
Pola asuh adalah salah satu faktor dalam pembentukan karakter anak,
hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan utama
dan pertama bagi anak. Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam interaksi
dengan anak-anaknya. Pola asuh sebagai suatu perlakuan orangtua dalam
rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam
kesehariannya.
Faktor lain yang berperan dalam pengasuhan orangtua adalah pekerjaan
orangtua. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa orangtua anak mayoritas
tidak bekerja sebanyak 35 orang (57,4%). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
(Nelista & Fembi, 2013), mengatakan bahwa pekerjaan orangtua merupakan
sumber penghasilan bagi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi,
fisik, psikologis, dan spiritual. Menurut penelitian bahwa kondisi ekonomi
keluarga kelas menengah kebawah cenderung lebih keras terhadap anak dan
lebih sering menggunakan hukuman fisik. Keluarga ekonomi kelas menengah
cenderung lebih memberi pengawasan dan perhatian sebagai orangtua.
Sementara keluarga ekonomi kelas atas cenderung lebih sibuk untuk urusan
pekerjaannya sehingga anak sering terabaikan. Keluarga (Orangtua) adalah
lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana hal ini
akan menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya dibutuhkan pola
asuh yang tepat agar anak tumbuh dan berkembang optimal. Citra diri
senantiasa terkait dengan proses tumbuh kembang anak berdasarkan pola asuh
dalam membesarkannya (Nafratilawati, 2014).
Anak umumnya menyukai makanan yang padat energi. Orangtua sering
kecewa karena anak lebih suka makanan yang disukai dari pada makanan yang
lebih bergizi. Jika ibu sudah merasa bosan dengan kesulitan makan anak, maka
orangtua akan bersikap acuh tak acuh dalam mengurus makanan yang harus
diberikan untuk anak dalam memenuhi kebutuhan gizi anak. Berbeda dengan
orangtua yang bersikap otoriter atau demokratis, orangtua akan selalu
memaksakan anak untuk selalu mengkonsumsi makanan yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena usia sekolah merupakan masa
dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
(Chakra, 2013).
Menurut peneliti bahwa dilihat dari hasil penelitian dan analisis
menunjukkan adanya hubungan yang berarti antara pola asuh ibu dengan
perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah, ini berarti bahwa pola asuh ibu
sangat penting terhadap pembentukan perilaku dan karakter anak, karena anak
seringkali meniru kebiasaan dan perilaku dari orang tua baik ibu atau ayahnya
termasuk menirukan kebiasaan makan ibu atau ayahnya. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariani (2015) yang mengatakan bahwa
ada hubungan antara peran orang tua dengan kesulitan makan pada anak usia
3-5 tahun di TK Gowata Desa Taeng Kec. Pallangga Kab. Gowa. Oleh sebab itu,
pola asuh sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak terlebih kebiasaan
makan sehingga pola asuh yang kurang baik dapat menyebabkan anak
mengalami perilaku sulit makan.
D.2 Kesulitan Makan pada Anak
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 61 anak usia 3-5
tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu, lebih banyak yang tidak
mengalami kesulitan makan, yaitu sejumlah 39 anak (63,9%). Dari hasil
penelitian yang dilakukan di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu anak yang
lebih banyak mengalami kesulitan makan yaitu anak dengan orangtua yang
menerapkan pola asuh permissif sebesar 71,4% karena orangtua cenderung lalai
dan mengabaikan kehidupan anak serta membebaskan anak untuk melakukan
apa yang ingin di lakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak
menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan pun kurang diberikan
sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak.
Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan untuk memberi keputusan untuk
dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan berperilaku menurut apa yang
diinginkannya tanpa ada kontrol dari orang tua. Namun orangtua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh anak (Hurlock dalam
Adawiah,2017).
Hasil yang telah dilakukan peneliti sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Idris (2015), penelitian menunjukkan bahwa anak lebih banyak sulit
makan karena kurangnya pengawasan atau pola asuh orangtua, karena
sebagian besar orangtua berpendidikan SMA dan tidak bekerja, hal ini yang
menyebabkan kurangnya pola asuh orangtua sehingga anak lebih susah dalam
mendapatkan pola asuh yang baik. Orang tua serba membolehkan anak berbuat
apa saja dan cenderung memanjakan dan menuruti keinginnannya. Sehingga
dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa,
kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah,
pola makan yang tidak teratur, makan apa saja yang disuka tanpa ada batasan
dan kurang terkontrol dalam memilih makanan (Baumrin dalam
Nafratilawati,2017).
Anak-anak mempunyai pola makan yang unik dari segi jenis, waktu, dan
selera. Keunikan ini terkadang membuat pengasuh kelabakan. Para pengasuh
sering menyerah menghadapi anak yang sulit makan tanpa berusaha mencari
tahu penyebab anak tersebut sulit makan. Jalan pintas pun kadang menjadi
pilihan yaitu memberikan makanan yang diinginkan anak agar tenang tanpa
mempedulikan kandungan gizi dari makanan tersebut (Kusumawati, 2011). Masa
anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, untuk itu
kebutuhan akan zat gizi yang tinggi harus terpenuhi. Masa anak juga merupakan
masa yang rentang mengalami masalah gizi manfaat zat gizi bagi anak
diantaranya untuk proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
memelihara kesehatan dan memulihkan kesehatan bila sakit, melaksanakan
berbagai aktivitas, dan mendidik kebiasaan yang baik dengan menyukai
makanan yang mengandung gizi yang diperlukan oleh tubuh (Mariana Hanna,
2013).
Kesimpulan yang didapatkan, anak yang lebih banyak mengalami kesulitan
makan yaitu anak dengan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif
dengan jumlah 71,4% karena biasanya memberikan pengawasan yang sangat
longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh anak. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arum Rohmasari (2013) yang
mengatakan bahwa faktor perilaku pemberian makan orang tua pada anak
berpengaruh terhadap sulit makan pada balita sebanyak 25 responden atau
(62,5%).
D.3 Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kesulitan Makan pada
Anak
Berdasarkan uji Chi Square didapat nilai pvalue 0,006. Oleh karena p-value
= 0,006 < α (0,05), maka Ho ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5 tahun di
Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Eko Cahya (2017) dimana terdapat hubungan pola asuh ibu dengan
perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Desa
Sadangwetan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hadi Riyanto
(2017) yang menunjukkan bahwa ada hubungan pola asuh orangtua dengan
perilaku sulit makan pada anak prasekolah di TK Karta Rini Godean, Sleman,
Yogyakarta. Nilai koefisiensi korelasi yaitu sebesar -0,489 menunjukkan bahwa
tingkat keeratan hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku sulit
makan pada anak prasekolah dalam tingkat sedang, ini menunjukkan bahwa
pola asuh ibu yang diterapkan pada anak berpengaruh terhadap perubahan pola
makan anak seperti terjadinya perilaku sulit makan.
Menurut Soetjiningsih (2013) kesulitan makan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain kelainan kebiasaan makan, kelainan psikologis, dan
kelainan organik. Menurut peneliti kelainan kebiasaan makan biasanya
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti mengikuti kebiasaan makan teman
sebaya atau orang-orang sekitar, menyukai dan menolak jenis makanan yang
sama pada waktu yang berbeda, atau suka memakan makanan yang tidak
sesuai dengan usianya. Faktor psikologis sebenarnya masih ada hubungannya
dengan pola asuh karena psikologis anak sangat ditentukan dari cara
pengasuhan, lingkungan dan juga hubungan didalam keluarga, semakin baik
hubungan dalam keluarga maka semakin kecil kemungkinan untuk anak
mengalami anoreksia psikogenik atau kesulitan makan karena gangguan
psikologis. Dan faktor organik biasanya terjadi sulit makan pada anak akibat
suatu penyakit infeksi atau kelainan pada organ-organ tertentu seperti gigi dan
mulut, gangguan menghisap dan mengunyah, penyakit bawaan/genetik, dan
penyakit infeksi saluran cerna. Hasil penelitian oleh Nurafriani (2013) didapatkan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5
tahun berupa jenis makanan dan gangguan psikologis.
Gangguan psikologis berhubungan dengan kesulitan makan pada anak,
dimana sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan
untuk terjadinya gangguan psikologis, misalnya bila hubungan antara orang tua
tidak harmonis, hubungan antar anggota keluarga lainnya tidak baik atau
suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang
tinggi akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, stres, kecemasan, tidak
bahagia, atau sedih. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman
sehingga bisa membuat anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga
termasuk aktifitas makannya (Abdoerrachman, 2007 dalam Nurafriani,2013).
Berdasarkan tabel hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa anak yang mendapat pola asuh permisif yang mengalami kesulitan makan
sejumlah 71,4%, karena biasanya memberikan pengawasan yang sangat
longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh anak (Ubaedy dalam
Nafratilawati,2014) sedangkan anak yang mendapat pola asuh otoriter yang
mengalami kesulitan makan sejumlah 29,2% karena cenderung menetapkan
standar yang mutlak harus dituruti, basanya dibarengi dengan ancaman-
ancaman, misalnya kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua yang memiliki anak usia 3-5 tahun
di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu lebih banyak yang menerapkan
pola asuh otoriter dalam mengasuh anaknya, yaitu sejumlah 24 responden
(39,3%), sisanya menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 23 responden
(37,7%) dan pola asuh permisif sebanyak 14 responden (23,0%).
2. Diketahui juga bahwa dari 61 anak usia 3-5 tahun di Desa Sukaraya
Kecamatan Pancur Batu, lebih banyak yang tidak mengalami kesulitan
makan, yaitu sejumlah 39 anak (63,9%) dan yang mengalami kesulitan
makan sebanyak 22 anak (36,1%).
3. Dan dari hasil penelitian tersebut di dapatkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5
tahun di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu dengan p-value = 0,006 <
α (0,05).
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi dan edukasi
mengenai pentingnya penerapan pola asuh yang tepat yang dapat
membantu anak yang mengalami kesulitan makan dalam menerapkan
intervensi.
2. Bagi Orang tua
Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para orang tua dapat memberikan
dorongan / motivasi dan tambahan pengetahuan bagi orang tua supaya lebih
memahami pola asuh agar tidak terjadi kesulitan makan pada anak mereka
dan diharapkan dapat memberikan gambaran informasi tentang pentingnya
kesehatan terutama dalam mengasuh anak supaya selalu terjaga
kesehatannya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Karena penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka hasil penelitian
ini bisa dijadikan sebagai pertimbangankedepan untuk melakukan penelitian
yang lebih baik dari sekarang yang bisa berguna bagi masyarakat maupun
tenaga kesehatan. Peneliti juga berharap penelitian selanjutnya bisa meneliti
dan membahas variabel yang sama secara lebih kritis dan mendalam
dengan sasaran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Chakra, F. (2013). Diari Parenting. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer. Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Elvina., Karyadi., dan R. Kolopaking. 2007. Kiat Mengatasi Anak Sulit Makan.
Cetakan Pertama. Intisari Mediatama. Jakarta. Fitriani, F., F. Febri, dan R. Mutahar. 2009. Gambaran Penyebab Kesulitan
Makan Pada Anak Prasekolah Usia 3-5 Tahun Di Perumahan Top Amin Mulya Jakabaring Palembang. Skripsi. Palembang.
Hariani, M.M.N dan Nurhidayah. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kesulitan Makan Pada Anak Usia 3-5 Tahun Di Tk Gowata Desa Taeng Kec. Pallangga Kab. Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Volume 5 Nomor 6 Tahun 2015.
Hasan, M. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Cetakan VII. DivaPress.
Yogyakarta. Idris, V. F. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Sulit Makan Anak Usia Pra
Sekolah Di Tk Anggrek Mekar Desa Haya-Haya Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Jurnal.
Judarwanto W. (2016). Picky eaters sulit makan pada anak. Direktorat Bina Gizi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Muhammad I. 2016. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah. Cetakan kelima. Ciptapustaka Media Perintis. Bandung.
Nafratilawati M. 2014. Hubungan Antara Pola Asuh Dengan Kesulitan Makan
Prasekolah (3-5 Tahun) Di Tk Leyangan Kabupaten Semarang. Jurnal Artikel. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran, Semarang.
Ningsih S. 2015. Hubungan Perilaku Ibu Dengan Status Gizi Kurang Anak Usia
Toddler di wilayah kerja Puskesmas Sumurgung Kabupaten Tuban. Jurnal Pediomaternal Vol. 3 No. 1 Tahun 2015.
Notoatmodjo S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Profil Kesehatan Profil Sumatera Utara. 2014. Status Gizi Masyarakat. Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Medan. Rohmasari, A. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sulit Makan Pada Balita
di Kelurahan Tonatan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Skripsi thesis. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Septiari BB. 2015. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Cetakan
Kedua. Nuha Medika. Yogyakarta. Soetjiningsih. G Ranuh. 2016. Tumbuh Kembang Anak. Edisi dua. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta Sunarjo, D. 2009. Kesulitan Makan Pada Anak. Jurnal Kesahatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Anak Usia Dini. PEDAGOGIA. Yogyakarta.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
“HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KESULITAN MAKAN
PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SUKARAYA KECAMATAN PANCUR
BATU TAHUN 2018”
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsure paksaan, sebagai bukti saya akan
menandatangani surat persetujuan penelitian.
Medan, 2018
( )
Hasil Uji Validitas Kuisioner Pola Asuh
No item Pertanyaan r-hitung r-table 5% Keterangan
Pertanyaan 1 0.384 0.378 Valid
Pertanyaan 2 0.545 0. 378 Valid
Pertanyaan 3 0.803 0. 378 Valid
Pertanyaan 4 0.623 0. 378 Valid
Pertanyaan 5 0.536 0. 378 Valid
Pertanyaan 6 0.437 0. 378 Valid
Pertanyaan 7 0.449 0. 378 Valid
Pertanyaan 8 0.621 0. 378 Valid
Pertanyaan 9 0.433 0.378 Valid
Pertanyaan 10 0.682 0.378 Valid
Pertanyaan 11 0.555 0.378 Valid
Pertanyaan 12 0.429 0.378 Valid
Pertanyaan 13 0.484 0.378 Valid
Pertanyaan 14 0.605 0,378 Valid
Pertanyaan 15 0.608 0,378 Valid
Pertanyaan 16 0.803 0,378 Valid
Pertanyaan 17 0.815 0.378 Valid
Pertanyaan 18 0.815 0,378 Valid
Pertanyaan 19 0.782 0,378 Valid
Pertanyaan 20 0.436 0,378 Valid
Hasil Uji Validitas Kuisioner Sulit Makan
No item Pertanyaan r-hitung r-table 5% Keterangan
Pernyataan 1 0.459 0.378 Valid
Pernyataan 2 0.706 0.378 Valid
Pernyataan 3 0.825 0.378 Valid
Pernyataan 4 0.430 0.378 Valid
Pernyataan 5 0.652 0.378 Valid
Pernyataan 6 0.457 0.378 Valid
Pernyataan 7 0.777 0.378 Valid
Pernyataan 8 0.767 0.378 Valid
Pernyataan 9 0.468 0.378 Valid
Pernyataan 10 0.516 0.378 Valid
Hasil Uji Reabilitas Pola Asuh dan Sulit Makan
Variabel r-hitung Keterangan
Pola Asuh 0,746 Reliabel
Sulit Makan 0,750 Reliabel
KUESIONER
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KESULITAN MAKAN
PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SUKARAYA
KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2018
Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai sikap anda sebagai orang tua.
• Untuk pilihan pendidikan dan pekerjaan anda cukup memberi tanda (√) pada
kotak yang telah disediakan.
• Pilih salah satu jawaban yang Bapak/Ibu yakini paling benar dengan
memberikan tanda silang (X) di kolom yang telah disediakan.
Keterangan : SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
• Isilah jawaban sesuai dengan pendapat dan keadaan yang sebenarnya.
Usahakan tidak ada satupun pernyataan yang terlewatkan.
• Tanyakan jika ada hal yang kurang jelas atau kurang mengerti.
✓ Kode Responden : ........... (diisi peneliti)
✓ Biodata Responden :
- Nama Responden : ....
- Umur :
- Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP
SMA Perguruan Tinggi
- Pekerjaan :
✓ Nama anak : An. .... (inisial)
✓ Umur anak : ..... tahun
Kuisioner Pola Asuh Orang Tua
a. Pola Asuh Otoriter
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Dalam porsi makan anak saya
menentukan porsi makan anak.
2 Saya menentukan jadwal makan anak
dan harus mematuhi jadwal makan.
3 Ketika anak makan maka saya akan
menemani disamping hingga anak
menghabiskan makannya.
4 Bila anak tidak nafsu makan saya
tetap menyuapi anak demi memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
5 Bila saya tahu anak tidak
menghabiskan makan saya menyuruh
anak menghabiskannya.
6 Pada waktu jam makan bersama
keluarga saya mengharuskan anak
untuk makan bersama anggota
keluarga.
7 Bila menyuruh anak untuk makan
siang, tetapi anak masih asyik
menonton televisi, maka saya
mematikan televisi dan langsung
menyuruh anak untuk makan.
b. Pola Asuh Demokrasi
8 Dalam porsi makan anak, selaku orang
tua mengingatkan anak untuk makan
secukupnya.
9 Bila anak sering meminta jajan, maka
saya mengingatkan anak untuk tidak
sering jajan.
10 Ketika anak makan, maka saya akan
menyarankan anak untuk
menghabiskan makannya.
11 Bila anak tidak nafsu makan, saya
menanyakan mengapa anak tidak mau
makan.
12 Bila saya tahu anak tidak
menghabiskan makan menanyakan
mengapa anak tidak menghabiskan
makannya.
13 Pada waktu jam makan bersama
keluarga, saya mengingatkan anak
untuk makan bersama anggota
keluarga.
14 Ketika anak mengkonsumsi jajan di
luar tanpa sepengetahuan saya
memberi pengertian pada anak
jika tidak boleh jajan di luar
tanpa sepengetahuan saya.
c. Pola Asuh Permissif
15 Saya menuruti semua menu makanan
yang diinginkan anak.
16 Saya memberi kebebasan pada anak
untuk makan kapan saja.
17 Ketika anak makan, maka saya akan
memenuhi semua kebutuhan anak
saat makan.
18 Bila anak tidak nafsu makan, saya
memberikan kebebasan anak untuk
memilih menu makanan sesuai
dengan keinginannya.
19 Bila saya tahu anak tidak
menghabiskan makan saya
memperingatkan anak agar lain kali
menghabiskan makanannya.
20 Pada waktu jam makan bersama
keluarga saya memberi kebebasan
pada anak untuk memilih makan
bersama anggota keluarga lain atau
makan di luar jam makan.
21 Ketika anak mengkonsumsi jajan di
luar tanpa sepengetahuan saya tidak
marah dan tidak memerlukan alasan
apapun dari anak karena anak
menyukai makanan itu.
Kuisioner Kesulitan Makan Pada Anak
• Pilih salah satu jawaban yang Bapak/Ibu yakini paling benar dengan
memberikan tanda silang (X) di kolom YA atau TIDAK.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Anak makan bersisa (tidak habis).
2 Anak suka menyembur-nyemburkannya
makanan keluar dari mulut.
3 Anak tidak membuka mulutnya saat
makan.
4 Anak memilih-milih makanan.
5 Anak menunjukkan penolakan atau
melawan pada waktu makan.
6 Anak saya mau makan jika disuapin oleh
orangtua.
7 Anak tidak mau makan tanpa ada
perjanjian. Misalnya akan diberi hadiah
jika makanannya habis.
8 Anak memiliki alergi terhadap makanan
tertentu.
9 Anak tidak bisa mengunyah makanan.
10 Anak cepat bosan terhadap makanan
yang diberikan.
KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KESULITAN MAKAN
PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI DESA SUKARAYA
KECAMATAN PANCUR BATU
TAHUN 2018
Variabel
Sub Variabel
Jumlah soal
Jenis dan item soal
Soal
Favourable
Soal
Unfavourable
Pola asuh
orang tua
1. Pola asuh
otoriter
1,2,3,4,5,6,7 (7) 1,2,3,4,5,6,7
2. Pola asuh
demokratis
8,9,10,11,12,13,14
(7)
8,9,10,11,1
2,13,14
3. Pola asuh
permissif
15,16,17,18,19,20,
21 (7)
15,16,17,18,
19,20,21
Faktor-faktor
yang
mempengaru
hi sulit
makan pada
anak
1. Nafsu
makan
1,2,3,4,10 (5) 1,2,3,4,10
2. Psikologis 5,6,7,8 (4) 5,6,7,8
3. Kelainan
neurogik
9 (1) 9
MASTER TABEL UMUR IBU, PENDIDIKAN IBU, PEKERJAAN
IBU, UMUR ANAK, POLA ASUH DAN KESULITAN MAKAN
Responden Umur Pendidikan Pekerjaan Umur Anak
Pola Asuh
Kesulitan Makan
1 2 2 2 3 1 1
2 2 2 1 2 1 1
3 2 2 1 1 1 1
4 2 2 1 1 1 1
5 2 2 2 3 1 1
6 2 2 1 3 2 1
7 2 2 2 1 2 2
8 2 2 2 3 2 1
9 2 2 1 1 2 1
10 2 2 1 1 1 2
11 2 2 1 1 1 1
12 2 3 2 2 1 1
13 2 2 2 3 1 2
14 2 2 2 1 3 1
15 3 2 2 3 2 1
16 3 2 1 3 2 1
17 2 2 2 3 1 1
18 3 2 1 3 3 1
19 2 1 2 1 1 1
20 3 2 2 3 2 1
21 2 1 1 1 3 2
22 3 3 2 3 1 2
23 3 1 1 3 1 1
24 3 3 2 2 2 1
25 2 3 2 3 2 2
26 2 2 1 2 2 2
27 2 2 1 3 2 1
28 2 1 2 1 1 1
29 2 3 2 2 3 2
30 2 3 2 1 3 2
31 2 1 1 2 3 1
32 2 2 2 1 1 1
33 2 2 2 1 1 1
34 2 1 2 3 1 2
35 2 1 1 2 3 2
36 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 2
38 2 1 2 2 1 1
39 2 1 2 2 3 2
40 2 2 1 2 2 2
41 2 3 2 3 1 1
42 2 1 1 2 1 2
43 2 2 1 3 2 1
44 1 1 1 1 3 2
45 2 2 1 1 1 1
46 2 1 1 2 2 1
47 2 2 1 3 3 2
48 2 2 1 3 2 1
49 2 3 1 1 2 2
50 2 2 1 3 2 1
51 2 1 1 3 2 1
52 2 1 1 3 2 1
53 2 2 2 3 3 1
54 2 2 1 3 3 2
55 3 1 1 1 2 1
56 2 2 2 2 3 2
57 2 2 1 3 2 1
58 2 2 1 1 3 2
59 2 1 1 2 1 2
60 2 1 2 3 2 1
61 2 1 1 2 2 1
Keterangan :
➢ Umur : 1. <20 tahun
2. 20-35 tahun
3. >35 tahun
➢ Pendidikan : 1. Dasar (SD,SMP)
2. Menengah (SMA)
3. Perguruan tinggi
➢ Pekerjaan : 1. Tidak bekerja
2. bekerja
➢ Umur anak : 1. 3 tahun
2. 4 tahun
3. 5 tahun
➢ Pola Asuh : 1. Otoriter
2. Demokratis
3. Permissif
➢ Kesulitan makan: 1. Tidak Mengalami Kesulitan Makan
2. Mengalami Kesulitan Makan
HASIL UJI HUBUNGAN
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pola_asuh * Kesulitan_makan 61 100,0% 0 0,0% 61 100,0%
Pola_asuh * Kesulitan_makan Crosstabulation
Count
Kesulitan_makan
Total
Tidak Kesulitan
Makan Kesulitan Makan
Pola_asuh Otoriter 17 7 24
Demokratis 18 5 23
Permissif 4 10 14
Total 39 22 61
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10,135a 2 ,006
Likelihood Ratio 9,952 2 ,007
Linear-by-Linear Association 5,121 1 ,024
N of Valid Cases 61
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,05.
V
HASIL DOKUMENTASI PENELITIAN DI DESA SUKARAYA