Oke
-
Upload
achmadimam -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
description
Transcript of Oke
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Proses Produksi Semen dan Pencemaran Udaranya
3.1.1 Proses produksi semen
3.1.1.1 Proses Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku utama semen yang berupa bahan baku akan
diperoleh dari mining atau tambang. Bahan baku berupa batu kapur dan
tanah liat akan dihancurkan untuk memperkecil ukuran agar mudah
dalam proses penggilingan. Alat untuk menghancurkan bahan baku
tersebut dinamakan Crusher.
Crusher adalah equipment atau alat yang berfungsi untuk
memecahkan material, seperti batu kapur, clay, coal, dan clinker. Untuk
material Limestone (batu kapur), ukuran umpan maximum yang
diperbolehkan yaitu 1.500 mm. Sedangkan ukuran produk diharapkan
maximal 75 mm. Untuk material Clay/High Silica, mesin yang
digunakan adalah Impact Roller Crusher dan Jaw Crusher. Adapun
ukuran umpan maximum sebesar 500 mm, sedangkan ukuran produk
maksimal 75 mm.
Setelah itu raw material akan mengalami proses pre-
homogenisasi. Tujuan pre-homogenisasi material adalah untuk
memperoleh bahan baku yang lebih homogen.
Gambar 3.1 Bahan pembuatan semen
3.1.1.2 Proses Pengolahan Bahan
Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan
pengeringan bahan baku adalah Vertical Roller Mill (VRM). Media
pengeringnya adalah udara panas yang berasal dari siklon-preheater.
Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai media pembawa bahan-
bahan yang telah halus menuju alat proses selanjutnya.
3.2 Gambar Vertical Roller Mill
3.1.1.3 Proses Pembakaran
a) Pemanasan Awal (Pre-heating)
Alat utama yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan
baku adalah suspension pre-heater, sedangkan alat bantunya adalahkiln
feed bin. Setelah mengalami homogenisasi di blending silo, material
terlebih dahulu ditampung ke dalam kiln feed bin. Bin ini merupakan
tempat umpan yang akan masuk ke dalam pre-heater. Suspension
preheater merupakan suatu susunan 4-5 buah cyclone dan 1 buah
calciner yang tersusun menjadi 1 string. Suspension pre-heater yang
digunakan terdiri dari 2 bagian, yaitu in-line calciner (ILC) dan separate
line calciner (SLC). Material akan masuk terlebih dahulu pada cyclone
yang paling atas hingga keluar dari cyclone kelima. Setelah itu, material
akan masuk ke dalam rotary kiln.
Gambar 3.3 Preheater
b) Pembakaran (Firing)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary
kiln. Rotary kiln adalah alat berbentuk silinder
memanjang horizontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu.
Kemiringan rotary kilnumumnya sekitar 3 – 4 o dengan arah menurun
(declinasi). Dari ujung tempat material masuk (inlet), sedangkan di
ujung lain adalah tempat terjadinya pembkararn bahan bakar (burning
zone). Jadi material akan mengalami pembakaran dari temperatur yang
rendah menuju ke temperatur yang lebih tinggi.
Gambar 3.1.4 Klin
Bahan bakar semen yang digunakan adalah batu bara,
sedangkan untuk pemanasan awal digunakan Industrial Diesel
Oil (IDO). Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses
pembakaran bahan bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan gas
analyzer. Gas analyzer ini berfungsi untuk mengendalikan kadar O2,
CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi kelebihan atau kekurangan,
maka jumlah bahan bakar dan udara akan disesuaikan.
Daerah proses yang terjadi di dalam kiln dapat dibagi menajadi
4 bagian yaitu:
1. Daerah transisi (transition zone)
2. Daerah pembakaran (burning zone)
3. Daerah pelelehan (sintering zone)
4. Daerah pendinginan (cooling zone)
3.1.1. 4. Proses Penggilingan Akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana
terjadinya pula penggilingan clinker dengan gypsum adalah tube mill.
Peralatan yang menunjang proses penggilingan akhir ini adalah:
1. Tube Mill / Horizontal Mill
2. Separator
3. Bag Filter
Gypsum adalah bahan tambahan dalam pembuatan semen yang
akan dicampur dengan clinker pada penggilingan akhir. Gypsum yang
dapat digunakan adalah gypsum alami dan gypsum
sintetic. Gypsum disimpan di dalam stock pile gypsum, kemudian
dengan menggunakan dump truck, gypsum tersebut dikirim ke
dalam bin gypsum untuk siap diumpankan ke dalam penggilingan akhir
dan dicampur denganclinker.
Clinker yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum,
terlebih dahulu ditransfer dari clinker silo menuju clinker bin. Dengan
menggunakan bin maka jumlah clinker yang akan digiling dapat diatur
dengan baik oleh weight feeder.
Alat yang digunakan untuk melakukan
penggilingan clinker dengan gypsum disebut tube mill. Alat ini
berbentuk silinder horizontal. Bagian dalam tube mill terbagi menjadi
dua kompartemen. Yang dari masing-masing kompartemen tersebut
diisi dengan bola-bola baja dengan beragam ukuran. Kompartemen
pertama diisi dengan bola-bola baja yang berdiameter lebih besar
daripada bola-bola yang ada di kompartemen kedua. Prinsip
penggunaan bola-bola baja dari ukuran yang besar ke ukuran yang kecil
adalah bahwa ukuran bola-bola baja yang lebih kecil menyebabkan luas
kontak tumbukan antara bola-bola baja dengan material yang akan
digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya akan
lebih halus. Material yang telah mengalami penggilingan kemudian
diangkut oleh bucket elevator menuju separator. Separator berfungsi
untuk memisahkan semen yang ukurannya telah cukup halus dengan
ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup halus akan dibawa udara
melalui cyclone, kemudian ditangkap oleh bag filter yang kemudian
akan ditransfer ke dalam cement silo. Sedangkan semen yang keluar
dari bawah cycloneakan dimasukkan kembali ke dalam tube mill untuk
digiling kembali.
Gambar 3.1.5 Cement Mill
3.1.1.5. Proses Pengemasan (Packing)
Silo semen tempat penyimpanan produk dilengkapi dengan sistem
aerasi untuk menghindari penggumpalan/koagulasi semen yang dapat
disebabkan oleh air dari luar, dan pelindung dari udara ambient yang
memiliki humiditas tinggi. Setelah itu Semen dari silo dikeluarkan dengan
menggunakan udara bertekanan (discharge) dari semen silo lalu dibawa ke
bin penampungan sementara sebelum masuk ke mesin packer atau loading ke
truck. kapasitas dan jenis kantong semen yang digunakan tergantung
kebutuhan dan permintaan pasar.
Gambar 3.1.6 Proses Pengemasan Semen
Disini dilakukan proses pengemasan atau pengepakan yang dilakukan
sebelum semen dijual kepasaran. Fungsinya adalah agar semen lebih mudah
dijual kepasaran, dalam bentuk sak, dan juga agar semen yang dijual dapat
dihitung jumlahnya, karena adanya penimbangan. Mempermudah distribusi
produk sampai ke pelanggan. Melindungi produk dari pengaruh lingkungan.
Biasanya packer dikategorikan menjadi dua jenis yaitu stationary packer dan
rotary packer.
Adapun sistem transport yang biasa digunakan pada packer berupa:
1. air slide
2. screw conveyor
3. bucket elevator
4. air lift/pneumatic conveying
5. belt conveyor
Untuk pengontrolan pada sistem packing dilakukan penimbangan
untuk pengecekan. Pengecekan berat semen yang dilakukan yaitu:
1. Penimbangan di Packer
2. Random cek ( packing, proses quality control )
3. Belt weigher ( continous weighing )
Dari cement silo, semen kemudian dikantongi dan siap dipasarkan.
Ada juga semen curah yang dimasukkan ke dalam bulk truck.
3.1.2 Pencemaran Udara yang ditimbulkan
3.1.2.1 Proses Penyiapan Bahan Baku
Pada proses penyiapan bahan baku, terdapat beberapa
pencemar terutama pada bagian penghalusan bahan sebelum ke proses
selanjutnya bahan harus di haluskan, dalam proses penghalusan bahan
banyaknya debu yang bisa berbaya bila terhirup.
3.1.2.2 Proses Pengolahan Bahan
Proses pengolahan bahan adalah proses dimana penggilingan ,
pengeringan , dan pengangkut untuk proses selanjutnya, pencemaran
lingkugan terjadi pada, bahan bakar yang dipakai dari disel yang terjadi
pembakaran yang tidak sempurna yang menyebabkan, pembakaran tak
sempurna membentuk karbon monoksida dan uap air. Pembakaran tak
sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak
sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar. Kerugian lain dari
pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya asap yang mengandung
gas karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga), dan sisa bahan
bakar (hidroksida) yang bersifat racun. Oleh karena itu, pembakaran tak
sempurna akan mencemari udara. Pada proses penggilingan akan
menghasilkan partikel-partikel kecil dan debu yang bila masuk ke dalam
sistem pertamasan dan menggendap ke dalam paru-paru bisa berbahaya.
3.1.2.3 Proses Pembakaran
Pada proses pembakaran dengan bahan bakar berupa batu bara,
Polutan-polutan penting yang dihasilkan dari proses pembakaran
batubara antara lain adalah SO2, NOx, CO, dan material partikulat.
Selain itu ada bahan polutan lain yang disebut udara beracun. Polutan
yang sangat berbahaya meskipun jumlahnya hanya sedikit dihasilkan
oleh pembakaran batubara tapi dengan dilakukan terus menerus bisa
membahayakan kesehatan pekerja yang setiap bekerja terpapar dengan
polutannya.
3.1.2.4 Proses Penggilingan Akhir
Pada proses penggilingan akhir, tidak adanya pencemaran keudara
dapan di lihat di gambar 3.1.5 dengan keadaan yang tertutup sehingga
partikel-partikel dari semen tidak keluar dan membahayakan.
3.1.2.4 Proses Pengemasan
Proses pengemasan dilakukan dengan mesin dan bantuan manusia,
pencemaran udara terjadi disaat pemasukan dari semen kedalam sak-sak
semen, dan sedikit pencemaran saat pemasukan semen ke dalam truk
pengangkun semen.
3.2Penyakit bahaya
3.3Mengurangi dampak pencemaran udara terhadap kesehatan tenaga kerja
dan masyarakat
3.3.1 Program pengendalian
Program pengendalian bahaya yang bisa di lakukan ditempat kerja antara
lain sebagai berikut :
Pengendalian bahaya- bahaya kesehatan
Bahan baku dari segi produksi dan faktor resiko
Proses produksi yang aman dan dipahami oleh tenaga kerja
Isolasi peralatan produksi
Perlengkapan kerja tenaga kerja
Perlengkapan alat pengaman untuk mesin/alat, maupun untuk tenaga
kerja (personal protective equipment)
Melaksanakan pengukuran dan monitoring lingkungan kerja
(monitoring and measurement procedures)
Prosedur tetap keadaan darurat (emergency respone procedures)
Pengendalian tekinis(engineering control)
Isolasi
Isolasi yang dimaksud disini adalah mengisolir tempat atau ruangan -
ruangan yang mengandung kosentrasi debu dari para pekerja atau
tidak kontak langsung kosentrasi debu tersebut, cukup dilakukan
dengan mengontrol dari luar atau tempat lain.
Jaga Jarak atau menggunakan pelindung (antara pekerja dg bahan
kosentrasi debu)
Pemagaran seluruh mesin
Menutup titik- titik daerah penyebar debu dari ban berjalan/conveyors
Ventilasi Industri
Penerapan sistem ventilasi industri berkaitan dengan ; sistem
pabrik, perbedaan pemakaian bahan baku, perbedaan proses,
perbedaaan senyawa kimia karena penggunaan bahan kimia. Karena
banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik dengan pabrik lain
maka banyak pula, berbagai macam ventilasi yang digunakan di
industri antara lain, seperti ; ventilasi sistem pengenceran,
ventilasi pengeluaran setempat, ventilasi sistem tertutup, ventilasi
kenyamanan dan lain- lain sebagainya
BAB IV PENUTUP
Selain itu, kesadaran manusia untuk menanggulangi limbah hasil industry sangat
penting. Para pemilik serta pengolah industry adalah pihak pertama yang
seharusnya memiliki kesadaran tersebut tanpa kesadaran dari mereka limbah hasil
industri tidak akan berkurang begitu saja. Berbagai tindakan dan upaya perlu
dilakukan agar pabrik-pabrik di Negara kita bisa menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi tanpa menimbulkan limbah yang berbahaya bagi masyarakat
serta lingkungan sekitar.
Tetapi upaya pemerintah saat ini masih kurang, sehingga masih banyak
pemilik industry melakukan pembuangan limbah sewenang-wenang. Oleh karena
itu, pemilik industry bisa dengan segera melakukan penaggulangan limbah dengan
benar mulai dari sekarang.
Undang-undang No.23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, adapun saran-saran yang ingin penulis
berikan adalah sebagai berikut : Ubah mur sesuaikan aja
1. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan faktor individu, faktor
kelompok dan organisasi karena ketika faktor ini dapat memberikan
pengaruh ke kinerja karyawan.
2. Perusahaan perlu memperhatikan, serta menjaga stabilitas stress kerja
yang disebabkan oleh faktor individu, kelompok dan organisasi
melalui kegiatan yang memotivasi seperti ESQ, rekreasi, out bond,
waktu relaksasi, pembagian jam kerja, saluran komunikasi seperti forum
diskusi, kotak saran, keterbukaan pimpinan yang pada akhirnya
berimplikasi pada kinerja karyawan yang optimal.
3. Perusahaan harus memberikan perhatian eksra untuk karyawan yang
berada pada lingkungan pabrik. Kondisi lingkungan pabrik yang berdebu,
bising, panas dan tuntutan kerja yang yang diatur oleh waktu
menyebabkan karyawan akan lebih mudah mengalami tekanan.
4. Untuk peneliti selanjutnya, diharapakan untuk menambah variabel
lain untuk dijadikan indikator dalam penelitian lanjutan. Hal ini karena
masih adanya variabel-variabel yang belum ditemukan penulis yang
kiranya masih memiliki hubungan yang berkaitan dengan Stres kerja dan
Kinerja karyawan.