NUR’AZIZATURRAHMAH -...
Transcript of NUR’AZIZATURRAHMAH -...
i
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH
INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET
TENTANG PENYEBAB DERMATITIS DAN PENCEGAHANNYA PADA
PEKERJA PROSES FINISHING MEBEL KAYU
DI CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NUR’AZIZATURRAHMAH
109101000011
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M / 1434 H
ii
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, November 2013
Nur’Azizaturrahmah, NIM. 109101000011
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI
PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TENTANG PENYEBAB
DERMATITIS DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA PROSES FINISHING
MEBEL KAYU DI CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013
xxiii + 101 Halaman, 7 Tabel, 2 Gambar, 3 Bagan, 3 Grafik, 7 Lampiran
ABSTRAK
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu perilaku
seseorang (overt behaviour). Berdasarkan studi pendahuluan pekerja proses finishing mebel
kayu memiliki pengetahuan yang minim tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya yang
mengakibatkan 33 pekerja dari 82 pekerja mengalami dermatitis kontak. Untuk itu perlu
dilakukannya suatu langkah intervensi dengan promosi kesehatan berupa penyuluhan dengan
media leaflet untuk dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan mengenai penyebab
dermatitis dan pencegahannya agar mengurangi angka kejadian dermatitis pada pekerja finishing
mebel kayu.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kuasi eksperimen.
Sampel dalam penelitian ini adalah 70 Pekerja pada proses finishing mebel kayu di Ciputat
Timur Tahun 2013. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 35 responden menjadi
kelompok kontrol dan 35 responden menjadi kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol
diberikan penyuluhan mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya, sedangkan kelompok
intervensi diberikan penyuluhan dengan media leaflet mengenai Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara
dengan kuesioner dan data sekunder diperoleh melalui referensi- referensi lainnya.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata perubahan skor pengetahuan pada kelompok
intervensi lebih besar dari pada kelompok kontrol bahwa terdapat perbedaan rata- rata skor
pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi
pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dapat perbedaan skor
pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi
Diharapkan memberi waktu minimal seminggu untuk mengukur pengetahuan pekerja serta
diharapkan pada penelitian selanjutnya melakukan sampai melihat perubahan sikap seseorang
setelah diberikan penyuluhan dengan media leaflet.
Kata Kunci : Media Leaflet, Perbedaan Pengetahuan, Dermatitis Kontak, Finishing Kayu
Daftar Bacaan : 61 (1956-2012)
iv
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
SPECIALISATION OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduated, November 2013
Nur'Azizaturrahmah, NIM. 109101000029
KNOWLEDGE DIFFERENCES BETWEEN BEFORE AND AFTER INTERVENTION
USING MEDIA LEAFLET ABOUT CAUSES DERMATITIS AND PREVENTION ON
FINISHING PROCESS WORKERS OF WOOD FURNITURE AT EAST CIPUTAT IN
2013
xxiii + 101 Pages, 7 Tables, 2 Images, 3 Chart, 3 Graphs, 7 Attachments
ABSTRACT
Knowledge is Domain very important in shaping a person's behavior (overt behavior). Based on
a preliminary study of the process of finishing wood furniture workers have minimal knowledge
about the causes and prevention of dermatitis resulting in 33 workers of 82 workers with contact
dermatitis. It is necessary to do an intervention with health promotion measures in the form of
counseling with a leaflet to improve information and knowledge about the causes of dermatitis
and its prevention in order to reduce the incidence of dermatitis in workers finishing wood
furniture.
This research is a quantitative quasi-experimental study design. The samples in this study were
70 workers in the process of finishing wood furniture in East Ciputat in 2013. Samples were
divided into two groups: 35 responders into a control group and 35 responders to intervention. In
the control group was given counseling about the causes and prevention of dermatitis, whereas
the intervention group with a leaflet giving information about Dermatitis Causes and Prevention.
The data used is primary data obtained through interviews with questionnaires and secondary
data obtained through other references.
The survey results revealed that the average change in knowledge scores in the intervention
group were greater than in the control group that there are differences in the average score of
knowledge about the causes and prevention of dermatitis before and after the intervention in the
intervention group, whereas in the control group could not score difference of knowledge about
the causes and prevention of dermatitis before and after intervention
It is expected to give at least a week to measure knowledge worker and is expected to do further
research to see change in one's attitude after leaflets giving information to the media.
Keyword : Leaflet Media, Knowledge Difference, Contact Dermatitis, Wood Finishing
Reading List : 61 (1956-2012)
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur’Azizaturrahmah
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 11 Maret 1992
Alamat : Pamulang 2 E 69/ 18 . Pamulang- Tangerang Selatan 15416
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Materital : Belum Menikah
Telp/Hp : 087885051737
Golongan Darah : O
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
1997 – 2003 : SD Waskito 4, Pamulang
2003 – 2006 : SMP Daar El- Qolam, Tangerang
2006 – 2009 : SMA Daar El- Qolam, Tangerang
2009 – sekarang : S-1 Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku YANG SELALU MENCINTAIKU DAN MENDUKUNGKU SETIAP HARINYA
serta rekan-rekan yang mencintai ilmu dan mengamalkannya
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim….
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
serta salam yang selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat- sahabatnya.
Berkat Rahmat Allah SWT dan dorongan keinginan yang kuat, sehingga penulis
dapat menyusun skripsi dengan judul " Perbedaan Pengetahuan Antara Sebelum Dan
Sesudah Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Tentang Penyebab
Dermatitis Dan Pencegahannya Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu Di Ciputat
Timur Tahun 2013” dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak
kesulitan yang dihadapi, tapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. ; selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Ir. Febrianti MSi ; selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x
3. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Pertama, dan sebagai penanggung jawab peminatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tiada henti selalu sabar dan selalu
memberikan arahan, bimbingan dan masukan yang berarti bagi penulis selama
dan sesudah penyusunan skripsi ini, terima kasih banyak sebelumnya ibuu kuuu
tercinta sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. H. Arif Sumantri SKM. MKes ; selaku Dosen Pembimbing Kedua,
terima kasih bapak atas bimbingan, saran-saran, arahan, motivasi, dan doa yang
selalu ada selama penyusunan skripsi.
5. Ibu Fase Badriah, Ph.D, Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM, Ibu Rostini,
MKM, selaku penguji sidang skripsi, terima kasih ibu atas bimbingan, arahan
serta kesediaan untuk memberikan waktu konsultasi selama penyusunan skripsi.
6. Ibu Raihana Nadra Alkaff dan Ibu Catur Rosidati, selaku dosen pembimbingnya
Henny dan Ipeh, Terima kasih ibu atas bimbingan, arahan dalam pembuatan dan
penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para Dosen Tamu
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
8. Para pekerja proses finishing mebel kayu di wilayah Ciputat Timur terimakasih
atas kerjasamanya dalam proses pengumpulan data dan proses pemberian materi
intervensi penyuluhan melalui media Leaflet.
xi
Selain itu dengan segala kerendahan hati penulis juga bermaksud mengucapkan
Special Thanks To :
1. Ayah dan Mamah yang selalu mengingatkan, memberikan dukungan, serta kasih
sayang yang tiada batas yang mereka berikan kepada saya. Untuk cepat- cepat
menyelesaikan skripsi ini. Love you mamah ayahhhh.
2. Buat adekku yang tersayang dan satu- satunya bagi penulis, terima kasih M. Nur
Arsyad Ell Hajj yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepadaku, dan
yang selalu memberikan senyuman. Buat kak Ahmad Nur Wahid yang rela
mendoakan ku dari surga agar aku cepet menyelesaikan skripsi ini, makasih
kakak walaupun aku belum pernah melihat dirimu.
3. Sahabat2 benkyu tersayang : Denisa, Nia, Seno Bayu, Ubay, Ersa, Muhfil, Ana
yang selalu ada bagi VJ dalam suka maupun duka dan sering memberikan
motivasi dan dukungan yang sama- sama berjuang untuk mendapatkan gelar
SKM. Love Youu.
4. Temen- temen K3 2009, satu perjuangan dalam meraih SKM (Diana, Amel,
Reza, Desi, Defri, Dio, Sandi, Novan, Sca, Lina) atas semangat juangnya untuk
selalu kompak, semoga kita bisa lulus dan wisuda sama- sama yah teman. Amien
5. Temen- temen satu penelitian Bu Iting : Henny dan Ipeh yang selalu sharing
bareng- bareng dalam penyusunan laporan skripsi ini. Yang selalu bareng-
bareng jika bimbingan ke Bu Iting, Bu Raihana, Bu Catur, dan Pak Arif. Kita
harus bisa Sidang Skripsi bulan November ini yah. ( Keep Fighting, We Can DO
IT ).
xii
6. Fadil dan Henny Sholatia makasih buat waktunya yang rela membantu VJ dalam
menyusun skripsi ini.
7. Bapak Ahmad Ghozali yang telah membantu administrasi mahasiswa Kesmas
dari awal hingga akhir perkuliahan
8. Kak Nur Najmi 2007, Kak Septi, Kak Ida yang sedikit banyak direpotkan untuk
penelitian ini, seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu
Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan,
petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna, meskipun demikian semoga masih dapat memberikan sumbangan
betapapun kecilnya kepada dunia ilmu pengetahuan, masyarakat dan penulis lain.
Jakarta, Oktober 2013
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vii
LEMBAR PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xviii
DAFTAR GAMBAR xx
DAFTAR BAGAN xxi
DAFTAR GRAFIK xxii
DAFTAR LAMPIRAN xxiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Pertanyaan Penelitian 6
1.4 Tujuan
xiv
1.4.1. Tujuan Umum 7
1.4.2. Tujuan Khusus 7
1.5 Manfaat
1.5.1. Bagi Peneliti 8
1.5.2. Bagi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu 8
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN 8
1.6. Ruang Lingkup 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Kontak 10
2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak 10
2.1.2. Penyebab Dermatitis Kontak 11
2.1.3. Pencegahan Dermatitis 12
2.2. Promosi Kesehatan 18
2.3. Pengetahuan 21
2.3.1. Definisi Pengetahuan 21
2.3.2. Tingkatan Pengetahuan 22
2.3.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 24
2.4. Pendidikan Kesehatan 31
2.4.1. Definisi Pendidikan Kesehatan 31
2.4.2. Metode Pendidikan Kesehatan 31
2.4.3. Model Pendidikan Kesehatan 35
2.4.4. Penyuluhan Kesehatan Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan 36
2.4.5. Media Pendidikan Kesehatan 39
xv
2.4.5.1.Definisi Media Pendidikan Kesehatan 39
2.4.5.2.Fungsi Media Pendidikan Kesehatan 41
2.4.5.3.Macam- Macam Media Pendidikan Kesehatan 42
2.4.5.4.Pesan Dalam Media Pendidikan Kesehatan 45
2.4.6. Media Leaflet 46
2.5. Kerangka Teori 47
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS
PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep 51
3.2 Definisi Operasional 54
3.3 Hipotesis Penelitian 57
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Studi 58
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 59
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 59
4.4 Instrumen Penelitian 61
4.5 Langkah- Langkah Kegiatan Penelitian 66
4.5.1. Persiapan Penelitian 66
4.5.2. Kegiatan Pemilihan Sampel Pada Kedua Kelompok 69
4.5.3. Kegiatan Pre Test 71
4.5.4. Kegiatan Penyuluhan 71
4.5.5. Kegiatan Post Test 72
4.6 Pengumpulan Data 72
xvi
4.7 Pengolahan Data 73
4.8 Tekhnik Analisis Data 74
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1.Gambaran Lokasi Penelitian 76
5.2.Analisis Univariat 78
5.2.1. Gambaran Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya
Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada
Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 78
5.2.2. Gambaran Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya
Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada
Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun
2013 79
5.2.3. Sumber Informasi dan Hubungan Sosial 80
5.3.Analisis Bivariat 81
5.3.1. Perbedaan Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya
sebelum dan sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media
Leaflet Pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses Finishing Mebel
Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 81
5.3.2. Perbedaan Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya
sebelum dan sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media
Leaflet Pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finishing Mebel
Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 83
xvii
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.Keterbatasan Penelitian 85
6.2. Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya
Sebelum Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Pekerja Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 85
6.3.Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya
Sesudah Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Pekerja Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 89
6.4.Perbedaan Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan
Pencegahannya Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada
Pekerja Proses Finising Mebel Kayu antara Kelompok Intervensi
dengan Kelompok Kontrol 94
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.Kesimpulan 99
1.2.Saran 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional 54
Tabel 4.1. Materi Pada Media Leaflet 62
Tabel 4.2. Data yang di coding 73
Tabel 5.1. Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media
Leaflet pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur
Tahun 2013 78
Tabel 5.2. Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan
Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada
Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 80
Tabel 5.3. Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sebelum dan Seduah diberi Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses
Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 82
Tabel 5.4. Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sebelum dan Seduah diberi Intervensi Penyuluhan
xix
dengan Media Leaflet pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses
Finishing
Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 83
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Langkah Cuci Tangan 17
Gambar 2.2. Kerucut Edgar Dale 40
xxi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Teori Perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo 48
Bagan 2.2. Kerangka Teori 50
Bagan 3.1. Kerangka Konsep 51
xxii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 6.1. Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok Intervensi 90
Grafik 6.2. Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok Kontrol 92
Grafik 6.3. Mean Skor Pengetahuan 95
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Pre Test dan Post Test
Lampiran 2 Kuesioner Sumber Informasi dan Hubungan Sosial
Lampiran 3 Uji Rekap Media
Lampiran 4 Hasil Uji Rekap Media
Lampiran 5 Leaflet Sebelum Uji Rekap Media
Lampiran 6 Leaflet Sesudah Uji Rekap Media
Lampiran 7 Output Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dermatitis kontak merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan
di tempat Kerja. Sekitar 40% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit
kulit dermatitis kontak (Afifah, 2012). Dermatitis kontak adalah dermatitis yang di
sebabkan oleh bahan dan substansi yang menempel pada kulit. Biasanya penyakit
ini ditandai dengan peradangan kulit polimorfik yang mempunyai ciri – ciri yang
luas, meliputi : rasa gatal, eritema (kemerahan), endema (bengkak), papul (tonjolan
padat diameter kurang dari 55mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter lebih dari
55mm), crust dan skuama (Freedberg, 2003).
Menurut Fregert (1988), beberapa pekerjaan yang mempunyai risiko terjadi
dermatitis kontak adalah petani, industri mebel dan petukangan kayu, pekerja
bangunan, tukang las dan cat, salon dan potong rambut, tukang cuci, serta industri
tekstil. Kemudian referensi lain mengemukakan bahwa pekerjaan dengan risiko
besar untuk terpapar bahan iritan yaitu pemborong, pekerja industri mebel, pekerja
rumah sakit (perawat, cleaning services, tukang masak), penata rambut, pekerja
industri kimia, pekerja logam, penanam bunga, dan pekerja di gedung (Perdoski,
2009).
Survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja
adalah dermatitis Kontak. Dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama
dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengan 14%-20%
2
(Taylor et al, 2008). Data dari United Stases Bureau of Labor Statistict Annual
Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapatkan 24 %
kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Data di Inggris
menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja.
Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95 %
merupakan dermatitis kontak (Djunaedi dan Lokananta, 2003 dalam Suryani 2011 ).
Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Perdoski
(2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik
iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak
sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena
sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389
kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak
iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi (Hudyono, 2002).
Penelitian yang dilakukan pada pekerja penebang kayu di Palembang, 30%
pekerja mengalami dermatitis kontak dan 11,8% pekerja perusahaan kayu lapis di
Palembang menderita dermatitis kontak (Siregar, 1996). Laporan dari poliklinik
perusahaan pembuatan triplek (plywood) di Kalimantan, menemukan 10%
pekerjanya mengalami penyakit kulit akibat kerja. Sedangkan hasil penelitian
Astono & Sudardja (2002) yang dilakukan pada pekerja industri plywood di
Kalimantan Selatan, menemukan bahwa 35% (696 orang) dari 2000 sampel
mengalami penyakit kulit, dan 21,3% (148 orang) diantaranya mengalami dermatitis
kontak. Kejadian dermatitis kontak didukung oleh berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Ruhdiyat, 2006)
3
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah (2012)
pada pekerja proses finishing mebel kayu Kecamatan Ciputat Timur didapatkan
bahwa dari 82 pekerja yang menjadi sampel terbukti 33 pekerja yang mengalami
dermatitis kontak dimana terdapat faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak adalah : usia (rata-rata 35 tahun), masa kerja (rata-rata 7 tahun atau
lebih), riwayat atopi, dan riwayat penyakit kulit sebelumnya. Disamping itu,
presentase personal hygiene yang buruk dan tidak menggunakan APD sarung tangan
mencapai 100% menimbulkan kecurigaan bahwa kedua faktor ini lah yang justru
berpengaruh besar terhadap kejadian dermatitis kontak. Hal ini dikarenakan bahan
yang digunakan pada saat proses finishing yang berupa wood filler, wood stain,
sanding sealer, thinner dan spirtus ini merupakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan iritasi pada kulit. Untuk itu dianjurkan bagi pengelola mebel kayu
menyediakan sarana dan prasarana personal hygiene yang sesuai dan terjangkau oleh
pekerja saat bekerja, dan menerapkan aturan yang mengharuskan pekerja menjaga
personal hygiene dengan baik, untuk menyediakan alat pelindung diri yang berupa
sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan pekerja saat kontak
dengan bahan kimia. Sedangkan, bagi pekerja dianjurkan untuk menjaga personal
hygiene yang baik dengan cara mencuci tangan secara benar setelah kontak dengan
bahan kimia serta dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri yang berupa
sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan saat kontak dengan
bahan kimia.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 13 pekerja proses
finishing mebel kayu di Kecamatan Ciputat Timur, ditemukan bahwa sebanyak 85%
4
pekerja memiliki pengetahuan yang minim tentang dermatitis yaitu mulai dari
bahaya penggunaan bahan tertentu, penyebab, gejala, dan pencegahan dermatitis
kontak. Maka dari itu perlu dilakukannya suatu langkah intervensi dengan promosi
kesehatan untuk dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan bagi pekerja
bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk megurangi potensi
penyebab dermatitis yang menempel pada kulit tangan setelah bekerja yang dapat
menimbulkan penyakit dermatitis kontak bagi pekerja, agar mereka mampu
mengatasi masalah dan memelihara kesehatan dirinya. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan
pemberian media leaflet. Metode ceramah dapat dipakai pada sasaran dengan
tingkat pendidikan rendah maupun tinggi, pada waktu penyuluhan dilakukan sasaran
bisa berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi
penyuluhan yang diberikan. Leaflet dipilih sebagai media karena mudah disimpan,
ekonomis dan bisa berfungsi sebagai remainder bagi sasaran. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Nafisa (2010) didapatkan nilai p value sebesar 0,001, karena
nilai p value < 0,05, maka promosi kesehatan dengan media leaflet efektif dalam
meningkatkan pengetahuan kelelahan kerja pada pekerja bagian pelipatan di PT.
Karya Toha Putra Semarang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui Perbedaan
Pengetahuan Antara Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Menggunakan
Media Leaflet Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Pada Pekerja
Proses Finishing Mebel Kayu Di Ciputat Timur Tahun 2013. Sehingga kemudian
dapat memberikan masukan bagi pekerja untuk melakukan tindakan upaya
5
peningkatkan pengetahuan tentang tindakan preventif yang dilakukan dalam
mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja yaitu dermatitis kontak.
1.2.Rumusan Masalah
Penyakit dermatitis terjadi pada pekerja proses finishing kayu yang
umumnya kurang memperhatikan personal hygiene kesehatan dirinya sendiri,
dermatitis yang terjadi pada pekerja proses finishing ini terjadi akibat bahan yang
digunakan pada saat proses finishing mengenai kulit dan tidak dibersihkan dengan
benar. Kejadian dermatitis kontak ini seharusnya dapat dicegah dengan pemakaian
APD dan perilaku cuci tangan yang baik.
Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan bahwa sebanyak 85% pekerja
proses finishing kayu yang berada di wilayah kecamatan Ciputat Timur, diketahui
bahwa semua pekerja tersebut tidak mengetahui bahwa semua bahan yang
digunakan pada saat proses finishing tersebut berbahan kimia yang dapat membuat
iritasi pada kulit dan dapat menimbulkan penyakit kulit atau dermatitis. Selain itu,
semua pekerja juga tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja karena tidak
disediakan oleh pemilik toko mebel. Hal ini diperparah dengan kebiasaan cuci
tangan pekerja yang buruk.
Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan bahwa sebanyak 85% pekerja
proses finishing kayu, diketahui bahwa pekerja hanya mencuci tangannya sebelum
atau setelah bekerja dan hanya mencuci tangannya dengan air saja, padahal sudah
tersedia sabun di tempat kerjanya. Mereka mengetahui bahwa cuci tangan dengan
air saja sudah cukup untuk membersihkan tangan mereka.
6
Hal tersebut terjadi karena pekerja memiliki pengetahuan yang minim
tentang bahayanya bahan kimia yang digunakan pada proses Finishing, tentang
penyakit dermatitis dan cara cuci tangan yang baik sebagai pencegahan dermatitis.
Dari studi pendahuluan diketahui bahwa para pekerja tidak pernah mendapatkan
penyuluhan tentang dermatitis dan pencegahannya. Jika keadaan ini dibiarkan terus
maka pekerja akan selalu memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian dermatitis
kontak. Pengetahuan mengenai bahaya bahan yang digunakan dan pencegahan
dermatitis kontak dapat menjadikan pekerja sadar mengenai kesehatan mereka.
Maka dari itu perlu dilakukannya suatu langkah intervensi dengan promosi
kesehatan dengan pendidikan kesehatan untuk dapat meningkatkan informasi dan
pengetahuan bagi pekerja bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar
untuk megurangi potensi penyebab dermatitis yang menempel pada kulit tangan
setelah bekerja yang dapat menimbulkan penyakit dermatitis kontak bagi pekerja,
agar mereka mampu mengatasi masalah dan memelihara kesehatan dirinya. Salah
satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan metode
ceramah dan pemberian media leaflet terhadap perubahan pengetahuan pekerja
tentang penyebab dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja proses
finishing mebel kayu di wilayah Ciputat Timur tahun 2013.
1.3.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet
7
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel
kayu di Ciputat Timur tahun 2013?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel
kayu di Ciputat Timur tahun 2013?
3. Apakah ada perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan
media leaflet pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun
2013?
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan
antara sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet
tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya pada pekerja proses finishing
mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan media
leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses
finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013
8
2. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan media
leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses
finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013
3. Adanya perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan
dengan media leaflet pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat
Timur tahun 2013
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari semasa kuliah dan
mampu mengembangkan kemampuan dan kompetensi dalam meneliti masalah
yang berkaitan dengan efektivitas promosi kesehatan melalui media terhadap
perubahan pengetahuan pekerja proses finishing mebel kayu tentang mencuci
tangan yang baik dan benar
1.5.2. Bagi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
peningkatkan pengetahuan tentang tindakan preventif yang dilakukan dalam
mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja yaitu dermatitis kontak
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun bahan
bacaan untuk penelitian selanjutnya
9
1.6.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Afifah (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat
Timur Tahun 2012. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sampel yang bersedia
untuk menjadi responden peneitian sebesar 82 pekerja, diantaranya yang terbukti
mengalami dermatitis kontak sebesar 33 orang dari jumlah sampel yang bersedia,
dari keseluruhan sampel yang di teliti mereka memiliki personal hygiene yang
buruk, salah satunya adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
bekerja. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi promosi kesehatan tentang cuci
tangan yang baik kepada pekerja proses finishing mebel kayu tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2013.
Lokasi penelitian ini adalah tempat pembuatan mebel kayu yang ada di wilayah
kecamatan Ciputat Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan
pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan menggunakan
media leaflet tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya pada pekerja proses
finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013. Penelitian ini bersifat kuantitatif
dengan desain studi yag digunakan adalah Quasi- Experimental Design dengan
bantuan istrumen penelitian berupa kuesioner dan media leaflet.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Dermatitis kontak
2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau
substansi yang menempel pada kulit (Djuanda, 2007). Menurut Firdaus (2003),
Dermatitis kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang
dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan eksternal
yang mengenai kulit. Sedangkan menurut Michael (2005), dermatitis kontak
merupakan suatu respon inflamasi dari kulit terhadap antigen atau iritan yang
bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa malu dan merupakan kelainan
kulit yang paling sering pada para pekerja. Definisi lainnya pun diketahui
bahwa dermatitis kontak merupakan inflamasi non-alergi pada kulit yang
diakibatkan senyawa yang kontak dengan kulit tersebut (Hayakawa, 2000) dan
sedangkan meurut Hudyono (2002), dermatitis kontak adalah kelainan kulit
yang disebabkan oleh bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme
imunologik (melalui reaksi alergi), maupun non-imunologik (dermatitis kontak
iritan). Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang ditandai oleh
eritema (kulit merah), edema (pembengkakan), serta rasa gatal dan panas di
kulit yang biasanya terjadi di tangan, lengan bawah, atau wajah (Suma’mur,
1996).
11
Dermatitis kontak yang terjadi di tangan bersifat persistent atau menetap
karena kondisi yang mengharuskan pekerja kontak langsung dengan bahan
kimia. Untuk itu kondisi ini seharusnya para pekerja lebih bertindak hati-hati
dalam melakukan aktivitas pekerjaannya. Pemeriksaan kesehatan secara rutin,
kebersihan perorangan (personal hygiene), pemakaian alat pelindung diri
(APD), dan peningkatan pengetahuan pekerja dalam memelihara kesehatannya
adalah sangat penting (Ernasari, 2012).
2.1.2. Penyebab Dermatitis Kontak
Salah satu penyebab dari dermatitis kontak akibat kerja yaitu bahan kimia
yang kontak dengan kulit saat melakukan pekerjaan. Dermatitis kontak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Suma’mur, 1996):
1. Faktor fisik, seperti tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari,
sinar X, dan sinar lainnya
2. Bahan-bahan berasal dari tanaman, seperti daun, ranting, getah, akar, umbi-
umbian, bunga, buah, sayur, debu kayu, dan lainnya
3. Makhluk hidup, seperti bakteri, virus, jamur, serangga, cacing, dan kutu
4. Bahan-bahan kimia.
Salah satunya bahan kimia yang dilakukan pada pekerja proses finishing
mebel kayu adalah wood filler untuk pendempulan, wood stain untuk
pewarnaan, sanding sealer untuk politur sebagai cat dasar, thinner dan spirtus
sebagai bahan campuran, dan sanding melamic clear sebagai cat akhir untuk
pengkilapan. Bahan dasar dari bahan-bahan tersebut adalah resin nitrosellulosa
12
(diasamkan dengan asam nitrat & asam sulfat), melamine (formaldehid &
fenol), alkyd (glyserol &asam phtalat), shellac (kelenjar insekta) dan pigmen.
Kemudian spirtus dan thinner yang digunakan sebagai bahan campuran
mengandung methanol, xylen, toluene, butyl alcohol, butyl cellosove, isopropyl
alcohol. Bahan-bahan tersebut seperti formaldehid, asam nitrat, asam sulfat,
xylen, dan toluen merupakan bahan yang berbahaya pada kulit karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah pada
pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2012 di dapatkan
faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak adalah : usia (rata-
rata 35 tahun), masa kerja (rata-rata 7 tahun atau lebih), riwayat atopi, dan
riwayat penyakit kulit sebelumnya. Pelaksanannya personal hygiene dan tidak
memakai APD berupa sarung tangan ini, tidak menjadi variable yang diteliti
oleh Afifah dikarenakan homogen, akan tetapi kedua variable ini sangat
mempengaruhi untuk terjadinya kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses
finishing mebel kayu ini.
2.1.3. Pencegahan Dermatitis
Menurut Partogi 2008, Dermatitis kontak dapat dicegah dengan berbagai
macam cara pencegahan sebelum dan sesudah bekerja. Berikut cara
pencegahannya menggunakan :
13
1. Barrier creams
Krim ini digunakan untuk mencegah atau mengurangi penetrasi dan absorbi zat
iritan ke kulit, mencegah terjadinya lesi kulit atau efek pajanan ke dermis,
barrier creams ini juga membentuk lapisan tipis film yang melindungi kuli.
Biasanya krim ini dipakai untuk mencegah dan mengobati dermatitis kontak di
lingkungan industri dan rumah.
2. Baju dan sarung tangan pelindung
Sarung tangan memiliki efek protektif terhadap pajanan deterjen, baju pelindung
juga mempunyai peranan penting sebagai pelindung tubuh di lingkungan
industri. Akan tetapi perlu juga diingat bahwa baju ini dapat menangkap zat
kimia yang kemungkinan membahayakan kulit untuk jangka waktu yang lebih
lama dan meningkatkan kemungkinan terjadinya dermatitis. Juga perlu
diperhatikan bahwa zat kimia dengan berat molekul rendah tetap dapat
berpenetrasi menembus sarung tangan.
Menurut Suma’mur (2009) hal yang perlu diperhatikan untuk pencegahan
dermatitis yaitu masalah kebersihan perseorangan (personal hygiene) dan
sanitasi lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan
yang baik. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum
pulang kerja, pakaian bersih dan berganti pakaian tiap hari, alat pelindung diri
yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan
ketatarumahtanggaan meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri,
pembersihan debu, penerapan proses produksi yang tidak menimbulkan
14
pencemaran udara dan juga permukaan, cara sehat dan selamat penimbunan dan
penyimpanan barang dan lainnya.
Terkait dengan penyakit dermatitis yang terjadi pada pekerja proses
finishing mebel kayu Ciputat Timur yang sudah di teliti oleh Afifah ( 2012 )
bahwa pencegahan yang baik untuk dilakukan adalah :
1. Pemakaian Alat Pelindung Diri Berupa Sarung Tangan
Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan
oleh pekerja yang berada di area kerja yang berbahaya untuk melindungi para
pekerja. APD yang digunakan untuk bahan kimia berbahaya umumnya adalah
sarung tangan. Sarung tangan ini biasa disebut sebagai safety gloves yang
bergungsi dalam melindungi kulit yang terpapar oleh bahan kimia. Untuk itu
juga pula sarung tangan agar menjadi efektif, maka diperlukannya hal layak
pakai, memberikan perlindungan pada tangan agar terbebas dari bahaya bahaya
yang ada di pekerjaan, yang tidak mengganggu pada saat bekerja, serta praktis
dan nyaman bila digunakan
2. Cara mencuci tangan yang baik dan benar
Cuci tangan adalah salah satu cara pencegahan infeksi yang paling tua, paling
sederhana, dan paling konsisten. Menurut Fewtrell ( 2005 ) dalam Humayda
(2010 ) perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Sedangkan menurut
15
Depkes ( 2007 ), mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Mencuci tangan dengan air saja sudah sangat umum banyak dilakukan oleh
masyarakat, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan
dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam
mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan
waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi
efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan
digosok dan bergerak dalam upaya melepasnya. Di dalam lemak dan kotoran
yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah, tangan
menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa
kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan
sabun menjadi menarik untuk dilakukan [ Fewtrell ( 2005 ) dalam Humayda
(2010) ].
Seharusnya pada saat pelaksanaannya cuci tangan juga harus dilakukan
dengan menggosok- gosokkan tangan sampai di sela- sela jari, ini berfungsi
untuk memutuskan rantai penyakit dengan membunuh kuman- kuman yang ada
di tangan yang bersamaan dengan air yang mengalir. Perlu diperhatikan pula air
yang digunakan pada saat mencuci tangan ini haruslah mengalir, tidak harus
mengalir dari keran, arti dari mengalir itu sendiri adalah air yang tidak diam pada
satu wadah, dan juga perlu diperhatikan pada saat penggunaan air mengalir,
gunakanlah air yang tidak berbau, yang tidak berwarna, yang tidak berasa. Cuci
tangan yang baik dan benar ini memiliki tujuan dan manfaatnya, serta agar
16
kuman yang ada di tangan menjadi mati maka dilakukannya langkah- langkah
mencuci tangan :
a. Tujuan dan manfaat mencuci tangan
Tujuan cuci tangan menurut Depkes ( 2007 ) adalah untuk
menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi atau
membunuh jumlah mikroorganisme serta mencegah infeksi yang ditularkan
melalui tangan. Manfaat dari mencuci tangan ini adalah memotong jalur
penyebaran/ penyaluran kuman dan penyakit.
b. Langkah- langkah mencuci tangan
Langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai berikut
(WHO, 2005):
1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir dan
gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah, ratakan dengan
kedua telapak tangan.
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan kiri.
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan.
4. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya.
7. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air bersih dan mengalir. Lalu
keringkan dengan lap tangan atau tisu.
17
8. Jangan menutup kran dengan tangan, tetapi gunakan siku atau tisu dan
hindari menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan agar kuman
yang terdapat di benda-benda tersebut tidak menempel di tangan.
Gambar 2.1
Langkah Cuci Tangan
c. Waktu Cuci Tangan
Mencuci tangan yang baik dan benar sebaiknya dilakukan sebelum dan
sesudah beraktifitas. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan (WHO, 2005,
Markkanen, 2004):
a. Sebelum dan sesudah makan
18
b. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah
memegang bahan mentah
c. Sebelum dan sesudah mengiris sesuatu
d. Setelah buang air besar dan buang air kecil
e. Sebelum dan setelah bekerja
f. Setelah bersentuhan dengan larutan atau zat kimia
g. Saat berpindah proses kerja
2.2. Promosi Kesehatan
Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005) menyebutkan bahwa promosi
kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sedangkan
menurut WHO, promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial,
masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,
dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan piagam (Ottawa Charter,1986) dalam (Notoatmodjo, 2007).,
sebagai hasil rumusan konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa,
Canada menyatakan bahwa :
19
“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and
social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “.
Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah
suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor
perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi
kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi
perilaku itu sendiri). Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2003) dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung,
faktor penguat.
a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain
sikap, pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, persepsi
berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak.
20
b. Faktor Pemungkin (Enabling factor)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan, personalia sekolah, klinik atau sumber daya
yang hampir sama. Ketersediaan sarana & prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat ini berupa :air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagaianya.
Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, RS,
Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos obat desa, Dokter/Bidan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana prasarana pendukung,
misalnya : perilaku Pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa
hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja.
Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung/memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau
faktor pemungkin. Hal ini meluaskan peran dari penyelenggara-
penyelenggara kesehatan dengan mantap. Secara kebiasaan praktek dari
penyelenggara- penyelenggara kesehatan untuk menyediakan informasi
kepada masyarakat-masyarakat tentang permasalahan kesehatan yang
tertentu. Penyelenggara-penyelenggara kesehatan sering kali
mengembangkan bahan-bahan (phamplets dan brosur-brosur, adakalanya
video-video) dan menghamburkan mereka sepanjang suatu masyarakat
sering kali di dalam sesi-sesi pendidikan kelompok kecil di dalam rumah
21
sakit, tempat kerja dan sekolah-sekolah, atau pada masyarakat
menggolongkan pertemuan-pertemuan atau melalui belanja.
c. Faktor Penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung
pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal
dari perawat, dokter, pasien lain, keluarga. Apakah penguat itu positif atau
negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan.
Misalnya pada pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah lanjutan
tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru, pejabat
sekolah. Penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa perilaku
penggunaan obat di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh dorongan
teman-teman, terutama teman dekat.
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang
diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang
merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
22
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa,
dimulai pada domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih
dahulu tahu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek. Seseorang
mendapat pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar
diperoleh melalui indera penglihatan (mata) yaitu sebesar 83% dan indera
pendengar (telinga) yaitu sebesar 11%, sedangkan sisanya melalui indera
perasa (lidah) 1%, indera peraba (kulit) 2%, dan indera penciuman
(hidung) 3% (Depkes RI, 2008, Notoatmodjo, 2003,).
2.3.2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat
yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam enam
tingkat pengetahuan, yaitu (Efendi, 2009, Notoatmodjo, 2005, Bloom,
1956) :
a. Tahu (know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam
tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
23
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi
yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu
sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek, di mana penilaian berdasarkan pada
kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.
24
2.3.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut:
1. Umur
Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan
seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak pula
pengetahuannya. Berdasarkan Soetjiningsih (2004) dalam Rosyari
(2008), semakin bertambahnya umur seseorang semakin memahami
dirinya dan dapat menerima informasi mengenai berbagai hal dari
berbagai sumber.
Asnita (2001) mengemukakan hasil penelitiannya tentang hubungan
faktor sosio demografi dengan pengetahuan dan sikap tenaga kerja
Indonesia tentang HIV/AIDS, bahwa terdapat hubungan bermakna secara
statistik antara variabel umur dengan pengetahuan responden tentang
HIV/AIDS dengan Pvalue = 0,001.
Pada orang dewasa, umur dikelompokkan menjadi (Hurlock, 1999):
a. Dewasa awal (18-40 tahun)
Pada masa dewasa awal individu mulai dapat merencanakan atau
membuat hipotesis tentang masalah-masalah mereka, pemikiran lebih
realistis, bertanggung jawab, menerima perbedaan pendapat, dan
melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi
besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan
25
pengetahuan. Selain itu, kemampuan kognitif semakin meningkat
pada dewasa awal ini.
b. Dewasa Madya (41-60 tahun)
Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami penurunan
karena daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk
diingat adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak
sering digunakan. Daya ingat juga cenderung menurun untuk
mengingat (recall) daripada untuk mengenali (recognize).
c. Dewasa Akhir (61 tahun keatas)
Pada masa ini, kemampuan kognitif semakin mengalami penurunan
karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.
2. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan
pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidik. Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok
modal pengetahuan meningkat. Pendidikan memiliki peran penting dalam
kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan.
Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah
sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik
26
(pelaku pendidikan); proses (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain); dan output (meningkatnya pengetahuan
sehingga melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmodjo, 2003). Jika
pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat, kebersihan
pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, cenderung kurang
terutama kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri (Resti, 2005)
dalam (Nina, 2007 ). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang
rendah pula. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bentuk pendidikan
dapat berupa: penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, iklan-
iklan yang bersifat mendidik, spanduk, billboard.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan
mempengaruhi pengetahuan. Hasil penelitian Hariyanto (1997) dalam
Rosyari (2008) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang penyakit AIDS dan sikap terhadap penderita AIDS,
membuktikan bahwa ternyata ada hubungan bermakna antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dengan Pvalue =
0,0071. Begitu juga dengan hasil penelitian [Wirni (1997) dalam Rosyari
(2008)], dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan formal ibu balita
dengan pengetahuan, sikap, praktek tentang penyakit Infeksi Cacing Usus
(ICU) di RW 03, Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur tahun 1997,
menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan
pengetahuan tentang ICU dengan Pvalue = 0,0003. Serta hasil penelitian
27
Salmah (1995) dalam Rosyari (2008) yang menunjukkan adanya
perbedaan pengetahuan yang bermakna pada tingkat pendidikan ibu
antara kelompok kartu berjodoh dengan kelompok lembar balik (Pvalue =
0,003).
Tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi (Wulan, 2010):
a. Pendidikan dasar: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
b. Pendidikan menengah: Sekolah Menengah Atas (SMA)
c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Magister, Doktor
3. Sumber Informasi
Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang
diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan
mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan
mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan
kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media
cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenaga
kesehatan.
Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari
orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) dalam Nina
(2007 ) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain:
masyarakat, baik teman bergaul maupun media. Dalam proses
peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat
28
bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang
menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan media
dalam penyuluhan terbukti efektif meningkatkan pengetahuan seseorang
terhadap materi penyuluhan. Berdasarkan penelitian Susilowati Herman
yang berjudul “Pengaruh Leaflet dalam Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya
terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu” diperoleh hasil bahwa pengetahuan
kelompok ibu yang mendapatkan intervensi penyuluhan menggunakan
leaflet lebih baik dari kelompok ibu yang tidak mendapatkan intervensi
(kelompok pembanding) (Herman, 1990). Hal ini sejalan dengan
penelitian Supardi et al, bahwa penyuluhan obat dengan metode ceramah
dan pemberian leaflet yang telah dikembangkan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan secara
bermakna dibandingkan dengan kelompok pembandingnya yang hanya
mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah (Supardi et al, 2004)
dalam Rosyari (2008). Berdasarkan Khomsan (2000), dalam ceramah
pengenalan suatu inovasi, uraian panjang lebar dari penyuluh seringkali
belum cukup membuat sasaran mengerti yang dimaksud oleh penyuluh.
Baru setelah ditampilkan alat peraga baik berupa gambar, poster atau
film, sasaran yang sudah mengenal sedikit menjadi lebih dan yang belum
pernah mengenal sama sekali menjadi tahu dan dapat mereka-reka yang
dimaksud.
29
4. Status ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibanding
keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang
termasuk kebutuhan sekunder (Wulan, 2010).
Status ekonomi ini dapat dilihat atau diukur dari penghasilan atau
pendapatan per bulan. Penghasilan atau pendapatan dibagi atas 3
kelompok, yaitu (Maesaroh, 2009):
a. Pendapatan rendah yaitu jika pendapatan rata-rata dibawah UMR
(Upah Minimum Regional) per bulan
b. Pendapatan sedang yaitu jika pendapatan rata-rata UMR per bulan
c. Pendapatan tinggi yaitu jika pendapatan rata-rata lebih dari UMR per
bulan
Dari pengelompokkan penghasilan atau pendapatan per bulan
tersebut, status ekonomi dapat dikelompokkan menjadi (Maesaroh,
2009):
a. Status ekonomi atas yaitu yang termasuk kelompok pendapatan
tinggi
b. Status ekonomi menengah yaitu yang termasuk kelompok
pendapatan sedang
c. Status ekonomi bawah yaitu yang termasuk kelompok pendapatan
rendah
30
5. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Hubungan sosial atau
disebut juga dengan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik
antara individu yang satu dengan individu yang lain, saling
mempengaruhi, dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong
(Saraswati, 2008). Hubungan sosial atau interaksi sosial juga
didefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau lebih
individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah, atau
mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi (Wulan,
2010).
Hubungan sosial dapat diklasifikasikan menjadi (Saraswati,
2008):
a. Hubungan sosial primer
Hubungan sosial ini terjadi apabila orang yang berinteraksi bertatap
muka secara langsung, misalnya kontak antara guru dan murid di
kelas, atau pembicaraan ayah dan anak di ruang makan.
b. Hubungan sosial sekunder
Hubungan sosial sekunder terjadi bila interaksi berlangsung melalui
suatu perantara atau media seperti telepon, sms, televisi, internet,
facebook, dan media sosial lainnya.
31
2.4.Pendidikan Kesehatan
2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO, pendidikan kesehatan merupakan proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental, dan sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar
menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku
aman atau berisiko rendah (Depkes RI, 2004).
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu metode yang biasa
digunakan dalam Promosi kesehatan yang penekanannya pada perubahan/
perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, dan upaya pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan. dibawah ini menjelaskan tentang metode dan
media yang membantu dalam proses pendidikan kesehatan.
2.4.2 Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi:
1. Metode pendidikan individual
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual
ini digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya
32
membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu
hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja
memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang
digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut
segera minta imunisasi, adalah pendekatan secara perorangan.
Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang
bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat
serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain: bimbingan dan penyuluhan (guidance
and counceling), wawancara (interview).
2. Metode pendidikan kelompok
Harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal
dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada
besarnya sasaran pendidikan. Metode pendidikan kelompok dibagi menjadi:
a. Kelompok besar
Kelompok besar adalah apabila peserta promosi kesehatan lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar yaitu ceramah
dan seminar
33
b. Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini
antara lain:
1) Diskusi kelompok
Agar semua kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi,
formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa agar dapat saling
berhadapan satu sama lain. Pemimpin diskusi juga duduk diantara
peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan pertanyaan
untuk memulai diskusi terkait dengan topik yang dibahas. Agar terjadi
diskusi yang hidup maka pemimpin diskusi harus mengarahkan dan
mengatur jalannya diskusi agar semua orang dapat kesempatan
berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
2) Curah pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada
permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah
dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau
tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua
peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh
34
siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang)
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih
kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka
tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap-tiap pasang yang telah sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya
sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
4) Kelompok kecil (buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)
kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan
kelompok lain. Kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan
permasalahan tersebut dan selanjutnya hasil dari tiap kelompok
didiskusikan kembali serta disimpulkan.
5) Memainkan peranan (role play)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu dan mereka memperagakan peran tersebut.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli.
35
3. Metode pendidikan massa
Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti
tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan
yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi,
dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.
Namun demikian bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan
perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan
(cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau
melalui media massa. Metode yang cocok untuk pendekatan massa :
ceramah umum ( public speaking ), pidato- pidato/ diskusi tentang kesehatan
melalui media, simulasi, tulisan- tulidsan di majalah atau koran, billboard.
(Notoatmodjo, 2007).
2.4.3. Model Pendidikan Kesehatan
Upaya agar masyarakat berperilaku kesehatan melalui pendidikan
kesehatan memang memiliki dampak yang lama terhadap timbulnya
perubahan perilaku. Namun, bila perilaku tersebut berhasil diadopsi
masyarakat, perilaku tersebut akan selamanya dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
36
Dalam teori Benjamin Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga domain,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori yang
disebut dengan taksonomi pendidikan ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan (Bloom, 1956, Effendi, 2009).
2.4.4. Penyuluhan Kesehatan Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan
Salah satu kegiatan pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi
atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau
meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang tentang kesehatan melalui
teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk dapat lebih mandiri agar memudahkan terjadinya perilaku
sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses
yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus
diamati terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Machfoed, 2007).
Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah
meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan
sikap dan gaya hidup. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah
37
perubahan perilaku dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan
meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat
dilakukan perubahan dengan memberikan pendidikan kesehatan.
Sasaran penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku, sehingga
diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengaplikasikan pesan yang
disampaikan dalam penyuluhan. Materi atau pesan yang akan disampaikan
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan sasaran penyuluhan sehingga
materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi atau
pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau alat bantu
pendidikan untuk membantu pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan serta untuk menarik perhatian sasaran pendidikan (Notoatmodjo,
2003).
Mengukur efektifitas penyuluhan memang tidak mudah, apalagi bila
dihubungkan pada perubahan sikap dan perilaku sasaran penyuluhan.
Penyuluhan yang efektif tergantung kepada penerimaan sasaran terhadap
materi penyuluhan. Efektifitas suatu proses penyuluhan paling tidak
menimbulkan lima hal, yaitu (Suri, 2009):
1. Menimbulkan kesenangan
Munculnya kesenangan pada awal komunikasi sangat berhubungan dengan
materi pesan atau penyuluhan. Sasaran penyuluhan akan merasa senang terhadap
proses penyuluhan apabila pesan atau materi penyuluhan sesuai dengan
kebutuhan sasaran.
38
2. Menimbulkan hubungan sosial yang baik
Pertemuan antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan melibatkan perasaan
senang atau tidak senang dan emosi. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
penyuluhan perlu terlebih dahulu menciptakan rasa senang dan persahabatan
serta emosi yang dapat mendukung penerimaan inovasi baru.
3. Menimbulkan pengertian
Dalam proses penyuluhan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menimbulkan pengertian pada sasaran penyuluhan, yaitu:
a. Gunakan bahasa yang dimengerti oleh sasaran penyuluhan.
b. Hindari penggunan istilah-istilah yang asing bagi sasaran penyuluhan.
c. Bicaralah sesuatu yang bisa dimengerti oleh kemampuan berpikir sasaran,
yaitu hal-hal yang bersifat konkrit dan observable (dapat dilihat, didengar,
diraba, dan dirasakan).
d. Kemukakan materi penyuluhan secara singkat, jelas, terfokus, dan terukur
pencapaiannya.
4. Menimbulkan pengaruh pada sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu
dan bertindak atas dasar interpretasi yang telah diciptakannya. Untuk dapat
menimbulkaan perubahan pada sikap diperlukan proses penyuluhan yang lama
dan intensif.
5. Menimbulkan tindakan
Menimbulkan tindakan yang sesuai dengan materi penyuluhan memerlukan
pemantauan dari penyuluh, bukan hanya pada penerimaan materi penyuluhan
39
oleh sasaran tetapi yang lebih penting adalah evaluasi diri terhadap apa yang
dilakukan penyuluh dalam memberikan penyuluhan mulai dari proses
menciptakan kesenangan, pengertian, dan proses perubahan pada sikap.
2.4.5. Media Pendidikan Kesehatan
2.4.5.1. Definisi Media Pendidikan Kesehatan
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media
penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu
melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran
dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo,
2007).
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media
pengajaran, yakni ( Rosyari, 2008 ):
1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau
didengar.
3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
4. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu siswa.
40
5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam
proses pembelajaran siswa.
Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam
media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya.
Masing-masing media tersebut mempunyai intensitas yang berbeda-beda
dalam mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale
membagi alat bantu atau media promosi kesehatan menjadi 11 macam
dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut
dalam sebuah kerucut (Nototmodjo, 2007).
Gambar 2.2
Kerucut Pembelajaran Edgar Dale
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar
adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, Radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
10. Benda tiruan
11. Benda asli
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
41
menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan benda asli mempunyai
intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan
atau pengajaran, sedangkan penyampaian bahan-bahan hanya dengan
kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah.
2.4.5.2. Fungsi Media Pendidikan Kesehatan
Pada dasarrnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan
belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman
visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas,
dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih
sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Dengan demikian media dapat
berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi
pembelajaran (Usman, 2002).
Penelitian di bidang pendidikan menunjukkan bahwa kegiatan belajar
mengajar lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan alat peraga. Pada saat
ini media pendidikan mempunyai fungsi :
1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan
mengajar bagi guru.
2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi
konkrit).
3. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak
membosankan).
42
4. Semua indera murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indera dapat
diimbangi oleh kekuatan indera lainnya.
5. Lebih menarik perhatian.
6. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya (Usman, 2002).
2.4.5.3. Macam-Macam Media Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media
dibedakan menjadi tiga, yaitu (Machfoedz, 2007, Notoatmodjo, 2007, Depkes
RI, 2004).
1. Menurut bentuk umum penggunaannya
Penggolongan media penyuluhan berdasarkan penggunaannya, dapat dibedakan
menjadi:
a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, dan lain
sebagainya.
b. Bahan peragaan: poster tungal, poster seri.
2. Menurut cara produksi
Berdasarkan cara produksi, media penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi
beberapa, yaitu:
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual dan untuk menyampaikan
pesan- pesan kesehatan yang sangat bervariasi, biasanya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk
dalam media ini adalah:
43
1. Booklet : media untuk menyampaikan pesan- pesan kesehatan dan bentuk
buku, baik tulisan maupun gambar.
2. Leaflet : bentuk penyampaian informasi disampaikan melalui lembaran
yang dilipat. Isi informasinya bisa dalam bentuk kalimat, gambar,
maupun kombinasi keduanya.
3. Flyer ( selebaran ) : sama seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan
4. Flip chart ( lembar balik ) penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap
lembar halamannya berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat
sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5. Rubric atau tulisan- tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan
dengan kesehatan
6. Poster : media cetak berisi pesan- pesan informasi kesehatan yang
biasanya di tempel di tembok- tembok, di tempat- tempat umum atau di
kendaraan umum.
7. Foto yang mengungkapkan informasi- informasi kesehatan
Ada beberapa kelebihan media cetak ini antara lain: tahan lama,
mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak
perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Tetapi media ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimulir efek gerak dan efek suara, dan mudah terlipat.
44
b. Media elektronika
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang
termasuk dalam media ini adalah: televisi, radio, film, video film, CD dan
VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini juga memiliki
kelebihan antara lain: lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal
masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera,
penyajian dapat dikendalikan dan diulang-ulang, serta jangkauannya relatif
besar. Selain itu pula keuntungan penyuluhan dengan media film dan video
adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh
mata dan pikiran sasaran, dapat memacu diskusi mengenai sikap dan
perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif kecil dan sedang, dapat
dipakai untuk belajar mandiri dan penyesuaian oleh sasaran, dapat dihentikan
ataupun dihidupkan kembali, serta setiap episode yang dianggap penting
dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan
yang gelap. Kelemahan dari media ini adalah: biaya lebih tinggi, sedikit
rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu
keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media ini menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak
maupun elektronik, misalnya: papan reklame, spanduk, pameran, banner dan
televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,
45
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan
jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini antara lain: biaya lebih
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu
penyimpanan dan perlu keterampilan untuk mengoperasikannya.
2.4.5.4. Pesan dalam Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Depkes RI (2004), Pesan adalah terjemahan dari tujuan
komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak
sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan
harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Perhatian dalam memerintah
Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain
suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
khalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
b. Pesan yang jelas , mudah dipahami dan sederhana
Pesan haruslah mudah, sederhana, dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Bila
pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut
gagal.
c. Pesan yang dimuat haruslah terpecaya
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Seperti
masyarakat percaya cuci tangan menggunakan sabun dapat mencegah
46
penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau
dan mudah didapat di daerah tempat tinggalnya.
d. Menghasilkan Manfaat
Pesan yang dimuat haruslah menghasilkan suatu pesan yang dapat
menguntungkan bagi seseorang, sehingga hasil pesan diharapkan akan
memberikan manfaat. Misalnya khalayak sasaran termotivasi membuat
jamban, karena mereka akan memperoleh keuntungan di mana anaknya
tidak terkena penyakit diare.
e. Konsisten
Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama di media
apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan
tetap sama jangan sampai maknanya berbeda.
f. Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang efektf tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Pesan yang ada di dalam media lebih mendorong untuk mengajak agar kita
ikut melakukan sesuatu.
2.4.6. Media Leaflet
Menurut Suraya 2011, Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Adapun keuntungan menggunakan
leaflet antara lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis
karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya di saat
santai dan sangat ekonomis. Berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh
47
anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan dan dapat memberikan
informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah
dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok
sasaran.
Media Leaflet ini memiliki keunggulan yaitu sederhana dan murah, serta
orang yang membacanya pada saat santai sehingga para pembacanya dapat
menyesuaikan dan belajar mandiri. Ketika kita membuat leaflet, banyak yang
harus kita perhatikan dalam pembuatannya, seperti ( Depkes RI, 2004 )
1) Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai
2) Tuliskan apa tujuannya
3) Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet
4) Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan
5) Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya
bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya
6) Buatkan konsepnya
2.5. Kerangka Teori
Dermatitis kontak yang banyak terjadi di industri disebabkan oleh
penggunaan bahan kimia yang kontak langsung dengan kulit dan tidak
dibersihkan dengan benar. Dermatitis kontak dapat dicegah dengan perilaku
penggunaan alat pelindung diri berupa sarung tangan dan juga perilaku cuci
tangan yang baik dan benar. Menurut Lawrence Green dalam teori preceed,
perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, salah satunya adalah faktor
48
pendorong (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan
faktor penguat (reinforcing factors). Secara skematik teori preceed Lawrence
Green ini dpat digambarkan seperti pada bagan 2.1 berikut :
Bagan 2.1.
Teori Perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)
Promosi kesehatan sebagai salah satu pendekatan terhadap faktor perilaku
kesehatan, maka kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa faktor
yang menentukan perilaku tersebut. Dengan kata lain, kegiatan promosi
kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku itu
sendiri, salah satunya adalah faktor pendorong (enabling factors) yang
Faktor Pendorong
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Keyakinan
d. Kepercayaan
e. Nilai- nilai
f. Tradisi
Faktor Pemungkin
Sarana dan Prasarana yang
tersedia
Faktor Penguat
a. Peraturan
b. Tokoh masyarakat
c. Tokoh agama
d. Sikap dan perilaku
petugas kesehaatan
Perilaku
Kesehatan
49
mempermudah terbentuknya perilaku seseorang, yang termasuk dalam faktor ini
salah satunya adalah pengetahuan.Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama
pada orang dewasa dimulai dengan pengetahuan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain umur, tingkat pendidikan,
sumber informasi, dan hubungan sosial. Oleh karena itu, untuk mengubah
perilaku penggunaan APD dan cuci tangan dilakukan upaya dalam proses
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dan dibantu dengan media penyuluhan
yang dipakai adalah leaflet dapat merubah pengetahuan seseorang agar lebih baik
lagi dalam memperhatikan kesehatan dirinya sendiri.
50
Mengacu pada teori tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka
kerangka teori dalam penelitian ini yaitu:
Bagan 2.2.
Kerangka Teori
Modifikasi Teori Preceed Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarok (2007)
Pendidikan Kesehatan
Metode
- Penyuluhan
- Seminar
- Diskusi kelompok
- Bermain peran
Media
- Leaflet - Lembar balik
- Poster
- Booklet - Video
- Film
Faktor Pendorong
(Predisposing Factors)
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
- Kepercayaan
- Nilai-nilai
- Tradisi
Faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan:
- Umur
- Tingkat pendidikan
- Sumber informasi
- Hubungan sosial
51
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori taksonomi pendidikan Benjamin S Bloom (1956),
serta disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan menggunakan
media leaflet tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya pada pekerja
proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013, maka kerangka
konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet
Pengetahuan pekerja proses
finishing mebel kayu mengenai
penyebab dermatitis dan
pencegahannya
Sumber Informasi
Hubungan Sosial
Variabel
Independen
Variabel Dependen
52
Berdasarkan kerangka konsep di atas, yang menjadi variabel dependen
adalah pengetahuan pekerja proses finishing mebel kayu (selisih skor menjawab
kuesioner sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan). Variabel independennya
adalah intervensi penyuluhan dengan media leaflet dan variabel karakteristik invidu
(umur, pendidikan, sumber informasi dan hubungan sosial) diduga sebagai variabel
pengganggu yang untuk dikendalikan.
Peningkatan pengetahuan dinilai berdasarkan hasil skor pre-test dan post-
test pada dua kelompok pekerja proses finishing mebel kayu, yaitu kelompok yang
diberi intervensi dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media
leaflet dan yang satu kelompok lagi diberi intervensi dengan media ceramah tidak
terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun. Sesudah
diketahui hasil skor pre-test dan post-test sebelum dan sesudah penyuluhan, maka
dapat diketahui selisih skor pengetahuan antara sebelum dan dan sesudah
penyuluhan pada masing-masing kelompok, kemudian dibandingkan antara kedua
kelompok tersebut. Selain itu juga dilihat berapa persentase pekerja proses finishing
mebel kayu yang pengetahuannya berubah sesudah dilakukan penyuluhan dengan
media leaflet dan yang satu tidak, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok
tersebut.
Dalam penelitian ini hanya diteliti variabel pengetahuan (kognitif) saja,
sedangkan variabel sikap (afektif) dan psikomotor (tindakan) tidak diteliti. Hal ini
karena terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu terhadap
53
stimulus yang berupa materi atau objek. Dengan pengetahuan, seseorang dapat
mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak.
54
3.2.Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Intervensi Penyuluhan Perlakuan yang diberikan sebagai
upaya pendidikan tentang penyebab
dermatitis dan pencegahannya
dengan menggunakan alat bantu
berupa media leaflet
Wawancara Kuesioner 1. Kelompok yang
mendapatkan intervensi
media leaflet.
2. Kelompok kontrol (tidak
mendapatkan intervensi
media leaflet).
Ordinal
2. Pengetahuan sebelum
intervensi tentang
penyebab dermatitis
dan pencegahannya
Tahu atau tidaknya responden
mengenai penyebab dermatitis dan
pencegahannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan menjawab
dengan benar pertanyaan pada
kuesioner sebelum intervensi
Kuesioner Soal pre-
test
Skor Nilai Rasio
55
penyuluhan.
3. Pengetahuan sesudah
intervensi tentang
penyebab dermatitis
dan pencegahannya
Tahu atau tidaknya responden
mengenai penyebab dermatitis dan
pencegahannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan menjawab
dengan benar pertanyaan pada
kuesioner setelah intervensi
penyuluhan.
Kuesioner Soal post-
test
Skor Nilai Rasio
4 Sumber Informasi Pernah memperoleh pengetahuan
mengenai penyebab dermatitis dan
pencegahannya selain dari intervensi
penyuluhan yang dilakukan peneliti
Kuesioner Lembar
Kuesioner
1. Pernah
2. Tidak Pernah
Ordinal
5 Hubungan Sosial Hubungan antara responden dengan
keluarga/teman/tetangga/internet
Kuesioner Lembar
Kuesioner
1. Ya
2. Tidak
Ordinal
56
sehingga terjadi pertukaran informasi
mengenai penyebab dermatitis dan
pencegahannya
57
3.3.Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya
sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada pekerja proses finishing mebel
kayu di Ciputat Timur tahun 2013
58
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Desain Studi
Rancangan penelitian ini adalah suatu studi Nonequivalent Control Group
Design. Nonequivalent Control Group Design adalah salah satu bentuk Quasi-
Experimental Design dengan 2 kelompok yang tidak dipilih secara random,
kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2008). Kemudian setelah
penyuluhan kedua kelompok tersebut diberi post-test. Berdasarkan Sugiyono (2008),
rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut :
O1______________________(x) 02
O3______________________(-) 04
Keterangan :
O1 = Pre-test pada kelompok 1 O2 = Post-test pada kelompok 1
O3 = Pre-test pada kelompok 2 O4 = Post-test pada kelompok 2
O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test) yang dilakukan
sebelum intervensi kepada kedua kelompok. Setelah itu diberikan intervensi berupa
penyuluhan. (X) adalah intervensi yang dilakukan dengan metode ceramah terkait
dermatitis dibantu dengan media leaflet, sedangkan (-) adalah intervensi yang
dilakukan dengan metode ceramah yang tidak terkait sama sekali tentang dermatitis
dan tidak diberi media leaflet. Kemudian dilakukan pengukuran pengetahuan akhir
59
(post-test) yang dilakukan setelah adanya intervensi. Sesudah diketahui hasil skor
pre-test dan post-test sebelum dan sesudah intervensi, maka dapat diketahui selisih
skor pengetahuan antara sebelum dan dan sesudah diberikan intervensi dengan
metode ceramah pada masing-masing kelompok, kemudian dibandingkan antara
kedua kelompok tersebut. Selain itu juga dilihat berapa persentase pekerja proses
finishing mebel kayu yang pengetahuannya berubah sesudah dilakukan intervensi
dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet dan yang
satu kelompok lagi diberi intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama sekali
tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun, kemudian dibandingkan antara
kedua kelompok tersebut.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pekerja proses finishing mebel kayu di
Ciputat Timur. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni- Oktober tahun 2013
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah 82 pekerja yang sudah terbukti mengalami
dermatitis kontak pada penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Afifah
pada tahun 2012. Untuk menjadi sampelnya semua populasi ini dibagi dua untuk
menjadi sampel yang mendapatkan media leaflet dan yang satu tidak diberi media
apapun.sampel yang dipilih memiliki Kriteria Inklusi sebagai berikut :
1. Pekerja finishing yang bersedia menjadi sampel
2. Pekerja finishing yang umurnya tergolong dewasa awal yaitu umur 18-40
tahun
60
3. Pekerja finishing yang memiliki pendidikan hanya sampai pendidikan dasar
saja yaitu pendidikan SD- SMP
Estimasi besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus hipotesis
untuk satu populasi sebagai berikut:
( )
( )
Keterangan:
n : besar sampel
: Standar Deviasi skor pengetahuan = 1,612 (Isnaini, dkk, 2011)
: Rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan ceramah = 11 (Isnaini, dkk,
2011)
: Rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan = 14 (Isnaini, dkk.
2011)
Z 1- : nilai Z pada derajat kemaknaan 5 % = 1,64
Z 1- : Nilai Z pada kekuatan uji power 95% = 1,96
n = 2.2,598544 [1,64+ 1,96]²
(11-14)²
= 67,35416
9
= 7,48
61
Berdasarkan perhitungan sampel di atas, jumlah sampel minimum yang
diperoleh adalah sebanyak 7 orang untuk masing-masing kelompok (total sampel =
14 orang). Namun berdasarkan pertimbangan peneliti, untuk lebih menggambarkan
hasil penelitian maka jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian
ini adalah seluruh populasi yang mendapatkan intervensi dengan metode ceramah.
Adapun total populasi pada pekerja proses finishing mebel kayu yang ada di
Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 82 orang, tetapi sampel yang dipilih untuk
menjadi sampel ada 70 orang. 35 orang yang akan mendapatkan intervensi dengan
metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet, dan 35 orang
lainnya mendapatkan intervensi dengan metode ceramah tidak terkait sama sekali
tentang dermatitis dan tidak ada pemberian media leaflet.
4.4.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner
yang digunakan berupa kuesioner pre- test dan post test. Dimana kuesioner pre- test
dan post- test ini untuk melihat pengetahuan pekerja. Selain kuesioner, media leaflet
juga merupakan instrument dalam penelitian yang berisi tentang penyakit dermatitis,
bahan kimia yang digunakan dalam proses finishing kayu yang dapat menyebabkan
dermatitis, sarung tangan yang digunakan dalam bekerja, pentingnya menggunakan
sarung tangan, pengertian cuci tangan yang baik dan benar, langkah-langkah cuci
tangan yang baik dan benar, manfaat mencuci tangan, dan waktu mencuci tangan.
Sedangkan pada media leaflet, peneliti akan membagikan leaflet kepada
peserta penyuluhan setelah diadakan pre- test atau sebelum kegiatan penyuluhan
dimulai. Peserta diberi waktu 15 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu,
62
peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta penyuluhan. Leaflet
akan diambil dari peserta penyuluhan saat akan diadakan post-test dan akan
diberikann lagi setelah post-test selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari peserta
mencontek pada leaflet saat mengerjakan soal post-test
Tabel 4.1
Materi pada Media Leaflet
No. Materi Isi Materi Keterangan
1. Dermatitis 1. Pengertian Dermatitis adalah peradangan kulit
yang biasanya terdapat di tangan,
lengan bawah, dan wajah
2. Gejala Kulit merah, gatal, panas di kulit,
pembengkakan, permukaan kulit
bergelembung berisi cairan
3. Penyebab Penyebab dermatitis kontak di pekerja
proses finishing kayu adalah bahan
pendempul, bahan pengkilapan, cat
kayu, dan cairan pernis yang digunakan
pada saat proses finishing kayu yang
mengenai kulit dan tidak dibersihkan
dengan benar
4. Dampak Dermatitis dapat menghambat
pekerjaan akibat rasa terbakar dan
63
panas di tangan sehingga meningkatkan
hari tidak masuknya pekerja dan
mengurangi penurunan pendapatan
bagi pekerja
2. Pencegahan dermatitis
APD 1. APD yang
digunakan
Pada pabrik yang banyak bersentuhan
dengan zat-zat kimia biasanya
menggunakan jenis sarung tangan yang
terbuat dari karet dan tahan terhadap
ancaman terkontaminsasi cairan yang
berbahaya dan tidak boleh kendur
Cuci tangan
yang baik
dan benar
1. Pengertian
cuci
tangan
yang baik
dan benar
Cuci tangan yang baik dan benar
adalah aktivitas membersihkan bagian
telapak tangan, punggung tangan dan
jari dengan sabun dan air mengalir
2. Jenis
sabun
yang
digunakan
untuk
mencuci
Jenis sabun yang digunakan dapat
menggunakan semua jenis sabun yang
biasa digunakan untuk mandi
64
tangan
3. Air yang
digunakan
untuk
mencuci
tangan
Air yang digunakan adalah air
mengalir dan yang tidak diam pada
suatu wadah dan bersih yaitu air yang
tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
berwarna.
4. Langkah-
Langkah
mencuci
tangan
yang baik
dan benar
a. Basahi tangan setinggi pertengahan
lengan bawah dengan air mengalir
dan gunakan sabun di bagian telapak
tangan yang telah basah, ratakan
dengan kedua telapak tangan.
b. Gosok punggung tangan dan sela-
sela jari tangan kanan dan tangan
kiri.
c. Gosok kedua telapak tangan dan
sela-sela jari tangan.
d. Jari-jari sisi dalam kedua tangan
saling mengunci.
e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam
genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
f. Gosokkan dengan memutar ujung
65
jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
g. Setelah itu, bilas kedua tangan
dengan air bersih dan mengalir. Lalu
keringkan dengan lap kering atau
tisu.
h. Jangan menutup kran dengan tangan,
tetapi gunakan siku atau tisu dan
hindari menyentuh benda
disekitarnya setelah mencuci tangan
agar kuman yang terdapat di benda-
benda tersebut tidak menempel di
tangan
5. Manfaat
mencuci
tangan
Manfaat mencuci tangan yang baik dan
benar dalam mencegah dermatitis
kontak pada pekerja finishing kayu
adalah untuk membersihkan bahan
melamic, bahan pendempulan, bahan
pengkilapan yang dipakai pada saat
proses finishing kayu yang menempel
pada kulit tangan
6. Waktu a. Sebelum dan setelah bekerja
66
yang
tepat
untuk
mencuci
tangan
b. Setelah bensentuhan dengan bahan
kimia atau bahan yang digunakan
pada saat proses finishing kayu
c. Saat berpindah proses kerja
d. Sebelum dan sesudah makan
e. Sebelum dan setelah menyiapkan
makanan
f. Sebelum dan sesudah mengiris
sesuatu
g. Setelah buang air besar dan buang
air kecil
4.5.Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian
4.5.1. Persiapan Penelitian
Proses persiapan penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Adapun
kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu:
a. Pembuatan rancangan penelitian
Tahap ini terdiri dari penyusunan rencana penelitian baik pendahuluan,
kepustakaan, kerangka konsep, dan definisi operasional, serta metode
penelitian yang dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan pekerja proses
finishing kayu di Kecamatan Ciputat Timur mengenai penyebab dermatitis
67
dan pencegahannya, sehingga diperlukan intervensi penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan bagi pekerja.
b. Pemilihan Media Penyuluhan dan Perancangan Media
Media penyuluhan yang diguakan adalah media leaflet. Alasan pemilihan
media ini adalah karena kelebihannya yaitu : mudah disimpan, ekonomis
dan bisa berfungsi sebagai remainder bagi sasaran dan dapat dibawa
kemana-mana, biaya murah, sehingga media ini cocok untuk penyuluhan
pada pekerja proses finishing meubel kayu. Selain itu, leaflet dapat
digunakan untuk pembuka serta memfokuskan topik yang dibahas jika
diberikan sebelum penyuluhan dimulai (Dirjem PPM & PL, 2003).
Dalam tahap perancangan, peneliti merancang media leaflet yang isinya
berdasarkan pada tabel 4.1, kemudian leaflet tersebut diuji pada mahasiswa
peminatan promosi kesehatan yang berjumlah 5 orang dan 1 orang laboran
pengembangan media promosi kesehatan dengan memberikan kuesioner
yang memiliki 10 soal terlampir pada lampiran 3 mengenai design warna,
design huruf, design gambar dan isi leaflet yang benar. Setelah itu
mahasiswa peminatan promosi kesehatan dan laboran promosi kesehatan
memberikan masukan yang terlampir pada lampiran 4 pada leaflet yang
akan dibuat agar leaflet terlihat lebih baik lagi untuk disajikan kepada
pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur.
Materi penyuluhan yang diberikan adalah materi mengenai penyebab
dermatitis dan pencegahannya . Materi yang akan disampaikan antara lain:
materi dermatitis kontak (definisi dermatitis, gejalanya, penyebabnya,
68
dampaknya), pencegahan dermatitis kontak dengan penggunaan sarung
tangan dan pencegahan dermatitis dengan cara mencuci tangan yang baik
dan benar (air dan sabun yang digunakan, langkah- langkah cuci tangan,
manfaat cuci tangan, dan waktu yang tepat untuk cuci tangan). Dengan
materi-materi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para
pekerja proses finishing mebel kayu di Kecamatan Ciputat Timur tentang
dermatitis kontak dan pencegahannya sehingga dapat menjaga kebersihan
tangan mereka dengan benar ketika sebelum dan sesudah bekerja agar tidak
menimbulkan dermatitis atau memperparah dermatitis yang dialami.
c. Tekhnik penyuluhan
Teknik penyuluhan yang digunakan adalah penyuluhan dengan metode
ceramah dengan alat bantu berupa media penyuluhan ( media leaflet ) .
Teknik penyuluhan yang dilakukan di setiap toko mebel kayunya yaitu
dengan membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan setelah diadakan
pre-test atau sebelum kegiatan penyuluhan dimulai. Setelah itu peserta
diberi waktu 10 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu, peneliti
akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta penyuluhan sekitar 20-
30 menit. Untuk menghindari kegiatan contek- mencontek, peneliti
mengambil lagi leaflet yang sudah dibaca oleh peserta. Setelah itu peneliti
membagikan soal post-test, setelah itu leaflet akan diberikan kembali
kepada peserta penyuluhan setelah peserta penyuluhan selesai mengerjakan
soal post test dan diberikan kembali setelah post-test selesai. Sedangkan
pada pekerja yang tidak diberikan penyuluhan, tekhniknya sama seperti
69
pekerja yang diberikan penyuluhan, hanya saja pada saat peneliti
menjelaskan isi leaflet yang berkaitan dengan dermatitis diisi dengan
penyuluhan tentang bagaimana menerapkan cara bekerja yang aman pada
pekerja kayu, yang tidak menjelaskan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya.
d. Permohonan Izin
Tahap permohonan izin penelitian ini dilakukan sehari sebelum
dilakukannya penyuluhan dengan meminta izin kepada pemilik toko kayu
atau perwakilan dari pekerjanya.
e. Uji validitas dan reabilitas
Sebelum pelaksanaan penelitian, dilaksanakan uji validitas dan reabilitas dari
kuesioner penelitian yang akan digunakan. Uji kuesioner ini dilakukan pada
pekerja proses finishing mebel kayu yang memiliki karakteristik sama
dengan pekerja proses finishing mebel kayu yang ada di Kecamatan Ciputat
Timur, yaitu pada pekerja proses finishing mebel kayu di daerah Pamulang
Tangerang Selatan
4.5.2. Kegiatan Pemilihan Sampel Pada Kedua Kelompok
Kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan di beberapa toko mebel kayu di
Kecamatan Ciputat Timur Pekerja yang masuk kedalam sampel penelitian yaitu
pekerja yang berumur 18 sampai 40 tahun dengan pendidikan terakhir maksimal
SMP. Sample ditentukan berdasarkan random sampling, yaitu dengan langkah
sebagai berikut :
70
1. Peneliti membuat kertas undian yang bertuliskan A ( Mendapatkan
Penyuluhan terkait dermatitis) dan B (Mendapatkan penyuluhan tidak
terkait dengan dermatitis).
2. Peneliti membuat kertas undian yang sama bertuliskan pembagian
tempat area yang akan diteliti:
a. Area Kertamukti sampai Ke Cirendeu
b. Area Kampung Utan
c. Area Rempoa
d. Area Sebelum Pasar Jumat
3. Kertas undian yang berisi penyuluhan tersebut di gulung kecil dan di
masukan ke dalam sebuah wadah kecil atau dapat berupa gelas plastik
yang atasnya di tutup rapat dengan kertas dan di lubangi kecil dibagian
permukaannya.
4. Kertas undian yang berisi area yang akan diteliti juga di gulung kecil
dan di masukan ke dalam sebuah wadah kecil atau dapat berupa gelas
plastik yang atasnya di tutup rapat dengan kertas dan di lubangi kecil
dibagian permukaannya
5. Kedua gelas tersebut di kocok secara bersamaan untuk mengetahui
area mana yang diberi intervensi dengan metode ceramah terkait
dermatitis dan pemberian media leaflet dan yang satu area lagi diberi
intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama sekali tentang
dermatitis dan tidak diberi media apapun.
71
6. Diketahui dari hasil pengocokan kertas pembagian area didapatkan
bahwa area yang diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet
adalah area Kertamukti sampai ke Cirendeu dan area Sebelum Pasar
Jum’at, begitu pun sebaliknya area yang tidak mendapatkan penyuluhan
dengan media leaflet yaitu area Kampung Utan dan area Rempoa
4.5.3. Kegiatan Pre-test
Setelah dilakukan pemilihan kelpompok, pekerja finishing yang
memenuhi kriteria inklusi diberi pengarahan dan selanjutnya dilakuka kegiatan
pre- test. Pekerja yang menjadi responden diminta untuk mengisi data
karakteristik responden (nama, dan nomor telepon) dan harus menjawab 20
pertanyaan seputar penyebab dermatitis dan pencegahannya yang terdapat pada
kuesioner pre-test. Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit.
4.5.4. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan penyuluhan. Untuk kelompok
penyuluhan dengan media leaflet, peneliti akan membagikan leaflet kepada
peserta penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan dimulai. Peserta diberi waktu
10 menit untuk membaca leaflet tersebut. Penyuluhan akan dilakukan oleh peneliti
sendiri untuk menghindari perbedaan kualitas penyuluhan dan kualitas hasill
penelitian. Kegiatan penyuluhan akan berlangsung selama 20- 30 menit.
72
4.5.5. Kegiatan Post-test
Setelah kegiatan penyuluhan selesai, selanjutnya pekerja finishing pada
masing-masing kelompok akan mengikuti kegiatan post-test. Untuk kelompok
penyuluhan dengan media leaflet, sebelum dibagikan kuesioner post-test, leaflet
akan diambil dari peserta penyuluhan dan akan diberikan lagi setelah post-test
selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari peserta mencontek pada leaflet saat
mengerjakan soal post-test.
Pekerja yang menjadi responden diminta untuk mengisi data karakteristik
responden (nama, dan nomor telepon) dan harus menjawab 20 pertanyaan yang
sama seperti soal pre- test seputar penyebab dermatitis dan pencegahannya yang
terdapat pada kuesioner post-test. Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang
lebih 10 menit.
4.6.Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yakni data primer dan data
sekunder. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap
pekerja finishing mebel kayu serta pengamatan langsung di lapangan dengan
bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data primer penelitian berupa
data karakteristik responden, data hasil pre-test dan post-test serta untuk melihat
tingkat pengetahuan. Sedangkan data sekunder didapatkan dari sumber- sumber
dan referensi- referensi lainnya, karena sulit untuk mendapatkan data perusahaan
proses finishing mebel kayu ini merupakan perusahaan informal yang biasanya
73
tidak memperdulikan adanya laporan bulanan atau tahunan dan yang mencakup
data kecelakaan kerja.
4.7.Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilakukan melalui beberapa proses yakni :
1. Editing, tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terkumpul
dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan pengisian kuesioner
untuk memastikan data yang diperoleh telah lengkap dapat dibaca dengan baik,
relevan, dan konsisten.
2. Coding, setelah melakukan proses editing kemudian dilakukan pengkodean
terhadap setiap variabel sebelum diolah dengan komputer dengan tujuan untuk
memudahkan dalam melakukan analisa data. Data yang dicoding adalah data
pengetahuan sebelum dan sesudah di intervensi dan perubahan pengetahuan
mengenai cuci tangan yang baik dan benar serta intervensi penyuluhan dengan
media leaflet.
Tabel 4.2.
Data yang dicoding
1 Kelompok penyuluhan Kelompok Intervensi 1
Kelompok Kontrol 2
2 Sumber Informasi Pernah 1
Tidak Pernah 2
3 Hubungan Sosial Ya 1
Tidak 2
74
3. Entry data, tahap ini merupakan proses memasukkan data dari kuesioner ke
dalam komputer untuk kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak
komputer.
4. Cleaning, proses pengecekan kembali dan pemeriksaan kesalahan pada data yang
sudah dientry untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan data yang telah
dikumpulkan.
4.8.Tekhnik Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-
masing variabel yang diteliti. Analisis univariat bertujuan untuk mendapat
gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen dan independen. Pada
penelitian ini variabel yang akan dianalisis menggunakan analisis univariat
adalah pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol serta pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara
variabel dependen dan independen. Uji yang dilakukan pada penelitian ini, untuk
melihat ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol maka menggunakan Uji T. Uji T yang
digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah uji beda mean
dependen ( Uji T Dependent ). Menurut Hastono (2001) uji beda mean dependen
75
(Uji T dependen) digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua
kelompok data yang dependen. Dari uji tersebut diperoleh nilai probabilitas
(Pvalue), lalu dibandingkan dengan nilai = 0,05 (derajat kepercayaan 95%).
Asumsi yang dipakai adalah apabila signifikansi t lebih besar dari tingkat
alpha ( ) yang ditetapkan, maka variable independent tersebut tidak berpengaruh
terhadap variabel dependent atau hipotesis yang diajukan tidak didukung oleh
data. Tetapi sebaliknya apabila nilai signifikansi t lebih kecil dari tingkat alpha
yang digunakan maka data mendukung hipotesis penelitian. Bila Pvalue ≤ 0,05
maka Ho ditolak, perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan media
leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing
mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013. Namun sebaliknya bila Pvalue > 0,05
maka Ho gagal ditolak, tidak ada perbedaan pengetahuan tentang penyebab
dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan
dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja
proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013. Penelitian akan
menggunakan level of significance (α) = 5%, hal ini didasarkan pada penelitian-
penelitian sebelumnya yang sejenis.
76
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1.Gambaran Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai penelitian ini adalah, semua toko
mebel kayu yang didalamnya ada kegiatan proses finishing yang ada di
Kecamatan Timur. Jumlah toko mebel kayu yang menjadi tempat penelitian
diwilayah Kecamatan Ciputat Timur, sebagai berikut :
1. Area 1 ( Kertamukti dan Cirendeu ) berjumlah 6 toko mebel kayu yang
berjumlah 15 orang
2. Area 2 ( Kampung Utan ) berjumlah 3 toko mebel kayu yang
berjumlah 10 orang
3. Area 3 ( Rempoa ) berjumlah 9 toko mebel kayu yang berjumlah 25
orang
4. Area 4 ( Sebelum Pasar Jumat ) berjumlah 10 toko mebel kayu yang
berjumlah 20 orang
Area 1 dan 4 merupakan area yang diberikan intervensi dengan
metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet sedangkan
area 2 dan 3 diberi intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama
sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun. Berdasarkan hasil
observasi penelitian yang dilakukan pada pekerja proses finishing mebel
kayu di Ciputat Timur, pekerja proses finishing mebel kayu yang ada di
77
keempat area tersebut melakukan beberapa proses kerja diantaranya
pengamplasan/penghalusan mebel, pendempulan mebel jika ada kayu yang
bolong dengan menggunakan wood filler, pemlituran mebel yang
menggunakan wood stain, dimana politur sebagai cat dasar, thinner dan
spirtus yang digunakan sebagai bahan campuran untuk melakukan
pengecatan akhir pada mebel, serta pengkilapan mebel yang merupakah
tahap akhir proses finishing menggunakan bahan sanding melamic clear.
Hampir keseluruhan prasarana cuci tangan yang disediakan di
semua toko dikeempat area tersebut menyediakannya, kebanyakan dari
mereka menyediakan kamar mandi yang berisikan bak dan air keran yang
mengalir, serta sabun yang disediakan adalah sabun batang.
Jumlah total awal responden adalah 82 orang pekerja proses
finishing, akan tetapi saat turun lapangan, didapatkan 70 orang pekerja
yang bersedia untuk menjadi responden penelitian, dikarenakan
kebanyakan dari mereka banyak yang kerja di luar tokonya, dan
kebanyakan dari mereka tidak bekerja lagi setelah libur lebaran. Dengan
jumlah total responden 70 orang, sudah cukup untuk memenuhi sampel
minimum yang berjumlah 14 orang yang diketahui melalui perhitungan
sampel sebelumnya, sehingga berkurangnya responden penelitian tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penelitian.
78
5.2. Analisis Univariat
5.2.1. Gambaran Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet Pada Pekerja Proses Finishing Mebel
Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
Penelitian ini melihat pengetahuan pekerja tentang
penyebab dermatitis kontak dan pencegahannya . Berikut tabel
5.1 ini dapat dilihat gambaran pengetahuan pekerja finishing
sebelum diberikan intervensi dengan media leaflet
Tabel 5.1.
Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet pada Pekerja Proses Finishing
Mebel Kayu di Ciputat TimurTahun 2013
Kelompok Mean SD Min- Max
Intervensi 3, 02 0,89 0,5 – 4,5
Kontrol 2, 91 1,05 1 - 6
Dari hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai
10, diketahui bahwa pekerja finishing pada kelompok intervensi
memiliki rata- rata skor pengetahuan responden sebelum
diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok
intervensi adalah 3,02 yang mendapatkan skor terendah 0,5
sebanyak 1 orang dari hasil kuesioner dan skor tertinggi 4,5
79
sebanyak 1 orang juga. Begitu sebaliknya dari hasil perhitungan,
didapatkan hasil bahwa rata- rata pengetahuan responden sebelum
diberi penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 2, 91 dengan
skor terendah 1 sebanyak 2 orang dan skor tertinggi 6 sebanyak 1
orang.
5.2.2. Gambaran Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet Pada Pekerja Proses Finishing Mebel
Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
Responden dalam penelitian ini diberikan intervensi
penyuluhan dengan media leaflet. Kelompok intervensi diminta
untuk membaca leaflet yang diberikan oleh peneliti dan diminta
untuk mendengarkan penyuluhan terkait penyebab dermatitis dan
pencegahnnya. Pada kelompok kontrol, responden diminta untuk
mendengarkan penyuluhan selain penyebab dermatitis dan
pencegahannya yaitu terkait keselamatan pekerja pada pekerja
mebel kayu
80
Tabel 5.2.
Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis
dan Pencegahannya Sesudah diberi Intervensi
Penyuluhan dengan Media Leaflet pada
Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu
di Ciputat TimurTahun 2013
Kelompok Mean SD Min- Max
Intervensi 6,20 1,66 2,5 – 8,5
Kontrol 3,01 1, 03 1 – 6,5
Hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10,
didapatkan hasil bahwa rata- rata pengetahuan responden sesudah
diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok
intervensi adalah 6,20 yang mendapatkan skor terendah 2,5
sebanyak 1 orang dan skor tertinggi 8,5 sebanyak 2 orang. Begitu
sebaliknya dari hasil perhitungan, didapatkan hasil bahwa rata-
rata pengetahuan responden sesudah diberi penyuluhan pada
kelompok kontrol adalah 3,01 dengan skor terendah 1 sebanyak 2
orang dan skor tertinggi 6,5 sebanyak 1 orang.
5.2.3. Sumber Informasi dan Hubungan Sosial
Pada Kuesioner sumber informasi dan hubungan sosial
didapatkan bahwa pekerja tidak pernah mendapatkan sumber
informasi seperti tayangan televisi, radio, internet, koran, majalah
atau sejenis lainnya mengenai penyebab dermatitis dan
81
pencegahannya. Selain itu juga pekerja tidak pernah mendapatkan
penyuluhan.
Hampir keseluruhan pekerja tidak mendapatkan
informasi dari sanak saudara, tetangga, kerabat mengenai
penyebab dermatitis dan pencegahannya. Maka dapat dipastikan
bahwa pekerja belom pernah terpapar informasi mengenai
penyebab dermatitis dan pencegahnnya.
5.3.Analisis Bivariat
5.3.1. Perbedaan Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya sebelum dan sesudah diberi Intervensi
Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Kelompok Intervensi
Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur
Tahun 2013
Diketahui Hasil uji normalitas yakni 3, 03 bahwa data
berdistribusi normal, Berdasarkan hasil tersebut maka digunakan
uji T Dependent untuk analisis bivariatnya.
Berikut ini dapat diketahui perbedaan pengetahuan
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok
intervensi pada tabel 5.3
82
Tabel 5.3.
Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya Sebelum dan Sesudah diberi
Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet
pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses
Finishing Mebel Kayu di Ciputat
TimurTahun 2013
Pengetahuan Mean SD P value N
Pre test 3,028 0,89 0,000 35
Post test 6,200 1,66
Dari hasil tabel 5.3. diatas, diketahui bahwa rata- rata skor
pengetahuan sebelum dilakukannya penyuluhan pada kelompok
intervensi adalah 3,028 dengan standar deviasi 0,89. Sedangkan
rata- rata skor pengetahuan sesudah dilakukannya penyuluhan
pada kelompok intervensi adalah 6,200 dengan standar deviasi 1,
66. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas ( P value )
sebesar 0,000 artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan rata- rata
skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
intervensi.
83
5.3.2. Perbedaan Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan
Pencegahannya sebelum dan sesudah diberi Intervensi
Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Kelompok Kontrol
Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur
Tahun 2013
Diketahui Hasil uji normalitas yakni 2,91 bahwa data
berdistribusi normal, Berdasarkan hasil tersebut maka digunakan
uji T Dependent untuk analisis bivariatnya.
Berikut ini dapat diketahui perbandingan pengetahuan
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok
kontrol pada tabel 5.4
Tabel 5.4.
Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis
danPencegahannya Sebelum dan Sesudah diberi
Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet
pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses
Finishing Mebel Kayu di Ciputat
TimurTahun 2013
Pengetahuan Mean SD P value N
Pre test 2,941 1,05 0,281 35
Post test 3,014 1,04
Dari hasil output uji T dependent pada tabel 5.4. diatas
diketahui bahwa rata- rata skor pengetahuan sebelum
dilakukannya penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 2,914
dengan standar deviasi 1,05. Sedangkan rata- rata skor
84
pengetahuan sesudah dilakukannya penyuluhan pada kelompok
kontrol adalah 3,014 dengan standar deviasi 1,04. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,281
artinya pada alpha 5 % tidak terdapat perbedaan yang signifikan
rata- rata skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
kontrol.
85
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1.Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian,antara lain:
1. Lokasi penyuluhan berada di dekat jalan raya sehingga tidak dapat
dihindarkan dari suara bising kendaraan bermotor. Hal ini dapat
menyebabkan sedikit gangguan pada konsentrasi peserta yang akhirnya dapat
mempengaruhi hasil pre dan post test terhadap pengetahuan responden.
2. Pada beberapa responden, penyuluhan dilakukan pada lokasi dan waktu yang
berbeda. Kondisi tersebut terjadi akibat setiap pemilik toko mebel tidak
mengizinkan pekerjanya dikumpulkan dalam satu tempat dan waktu yang
sama.
3. Gambar langkah- langkah pada media leaflet kurang jelas, sehingga membuat
pekerja masih menjawab tertukar pada setiap langkahnya
4. Pada saat pengukuran pengetahuan seharusnya ada jeda waktu selama
seminggu untuk melihat perubahan pengetahuan, tetapi pada penelitian ini
tidak diberi jeda waktu untuk melihat perubahan pengetahuan tersebut.
6.2. Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sebelum
Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pekerja
Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk
bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan.
86
Pengetahuan juga merupakan komponen pembentuk suatu perilaku baru terutama
pada orang dewasa. Dengan pengetahuan, seseorang dapat mempertimbangkan
untuk bersikap dan bertindak (Benjamin S Bloom, 1956)
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian
sebelum intervensi dan penelitian sesudah intervensi. Pengetahuan sebelum
intervensi tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya adalah hal-hal yang
diketahui responden mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya yang
dinilai berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar pertanyaan pada
kuesioner sebelum intervensi (Listyowati, 2012). Sedangkan pengetahuan
sesudah intervensi tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya adalah hal-
hal yang diketahui responden mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya
yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar pertanyaan pada
kuesioner setelah intervensi (Listyowati, 2012).
Berdasarkan hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10
bahwa rata- rata pengetahuan responden sebelum diberikan intervensi
penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol mendapatkan skor rendah, yakni 3, 02 untuk kelompok intervensi dan 2,
91 untuk kelompok kontrol. Skor yang rendah ini didapatkan karena mayoritas
pekerja tidak mengetahui tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya, dan
keseluruhan dari pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan mengenai
penyebab dermatitis dan pencegahannya.
Diketahui dari pertanyaan kuesioner pre test soal pilihan ganda, dari total
pekerja 35 orang pada Kelompok Intervensi, banyak responden menjawab benar
87
pada pertanyaan penelitian mengenai pengertian dermatitis sebanyak 18 orang,
gejala dermatitis sebanyak 8 orang, dampak dermatitis sebanyak 8 orang, jenis
sabun yang digunakan pada saat cuci tangan sebanyak 14 orang, manfaat cuci
tangan sebanyak 14 orang, waktu yang tepat pada saat cuci tangan sebanyak 14
orang. Sedangkan pada kelompok kontrol, banyak yang menjawab benar pada
pertanyaan mengenai pengertian dermatitis sebanyak 16 orang, gejala dermatitis
sebanyak 18 orang, dampak dermatitis sebanyak 18 orang, bahan sarung tangan
yang digunakan sebanyak 14 orang, pengertian cuci tangan yang baik dan benar
sebanyak 12 orang, jenis sabun yang digunakan sebanyak 20 orang, air
digunakan sebanyak 14 orang. Hal ini dikarenakan orang yang menjadi
responden penelitian ini berpendidikan dasar dan status ekonomi yang
mendapatkan penghasilan rendah, jadi sulit bagi mereka untuk mengakses
internet untuk mendapatkan informasi tentang apa itu penyakit dermatitis,
penyebabnya serta pencegahan bagi penyakit ini
Selain itu, pada soal menjodohkan gambar tentang langkah- langkah
mencuci tangan yang baik dan benar; Hampir semua responden pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol ini mayoritas pekerja menjawab salah semua,
karena mayoritas pekerja menjawab asal- asalan. Hampir semua responden pada
setiap langkah- langkah menjawab salah, umumnya responden mengisi langkah 1
adalah gambar A (gambar memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya) seharusnya jawaban yang benar pada langkah 1 terletak pada
gambar C (membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun).
Selain itu, responden umumnya tertukar antara langkah 2 dan langkah 3. Karena
88
pekerja berpendapat bahwa yang harus dibersihkan terlebih dahulu adalah
telapak tangan, setelah itu punggung tangan, sehingga responden mengisi
langkah 2 gambar B (menggosok telapak tangan dan sela jari) dan langkah 3
gambar D (menggosok punggung tangan dan sela jari), seharusnya jawaban yang
benar adalah langkah 2 terletak pada gambar D dan langkah 3 terletak pada
gambar B. Pekerja juga tertukar antara langkah 7 dan langkah 8. Hal tersebut
terjadi karena mayoritas pekerja yang salah dalam menjawab pertanyaan ini
dikarenakan sebelumnya pekerja tidak pernah sama sekali mendapatkan
informasi dari keluarga, sahabat, lingkungan, serta media informasi seperti
tayangan televisi, dan semua pekerja juga tidak pernah mendapatkan
penyuluhan mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya. Menurut teori,
paparan informasi (pesan) yang didapatkan dari orang, media, maupun dari
pendidikan seperti penyuluhan (Informan) akan mempengaruhi perubahan pada
pengetahuan seseorang (receiver) (Sarwono, 1997). Oleh sebab itu, mayoritas
pekerja menjawab pertanyaan dengan salah dari pertanyaan penelitian.
Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa kelompok intervensi dan
kelompok kontrol memiliki kesamaan pada saat menjawab pertanyaan yang
diberikan peneliti, yaitu sama- sama kurang dalam menjawab di beberapa bagian
pertanyaan penelitian, seperti; Pengetahuan dermatitis, gejala dermatitis, dampak
dermatitis, manfaat mencuci tangan. Kondisi ini bertujuan untuk menghindari
bias informasi. Menurut Murti (2003) menegaskan bahwa sebelum melakukan
penelitian eksperimental hendaknya kondisi kelompok intervensi harus
mempunyai kemampuan yang sebanding ( sama- sama banyak menjawab salah
89
pada pertanyaan pre test ) dengan kelompok kontrol, kejadian ini dilakukan
untuk menghindari bias pada skor post test.
6.3.Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sesudah
Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pekerja
Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
Pengetahuan sesudah dilakukannya intervensi lebih terlihat lebih tinggi
dibandingkan pengetahuan sebelum dilakukannya intervensi, hal ini bisa terjadi
dikarenakan para pekerja mendapatkan intervensi berupa penyuluhan dengan
bantuan media leaflet. Perbedaan skor rata- rata yang didapatkan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol cukup jauh berbeda, yakni 6,20 untuk
kelompok intervensi dan 3, 01 untuk kelompok kontrol.
Diketahui pada saat pekerja menjawab petanyaan penelitian, mayoritas
pekerja sebelumnya banyak yang menjawab salah dalam beberapa bagian di
pertanyaan penelitian, akan tetapi setelah diberikannya intervensi penyuluhan
dengan media leaflet mayoritas pekerja menjawab benar. Hal ini bisa terlihat
pada kelompok intervensi, kelompok ini mengalami peningkatan skor setelah
dilakukannya intervensi penyuluhan dengan media leaflet. Sebaliknya, pada
Kelompok Kontrol pekerja tidak mengalami peningkatan, melainkan skor yang
didapat pada saat pertanyaan post test pun mengalami perubahan bahkan
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan paparan informasi mengenai
penyebab dermatitis dan pencegahnnya tidak mereka dapatkan. Berikut ini dapat
diketahui kenaikan skor pre test dan post test pada soal pilihan ganda yang
dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi pada grafik 6.1 dibawah ini:
90
Grafik 6.1
Skor Pre test dan Post Test pada Kelompok Intervensi
Dari hasil grafik 6.1 diatas, diketahui bahwa pada Kelompok Intervensi,
mayoritas mengalami peningkatan skor yang signifikan pada soal post test
dari soal pilihan ganda diantaranya; pada pengertian dermatitis terjadi
peningkatan skor pre test dari 18 orang yang menjawab benar menjadi 30
orang yang menjawab benar pada post test, gejala dermatitis terjadi
peningkatan skor pre test dari 8 orang yang menjawab benar menjadi 22
orang yang menjawab benar pada post test, pada penyebab dermatitis terjadi
peningkatan skor pre test dari 24 orang yang menjawab benar menjadi 34
orang yang menjawab benar pada post test, pada bahan APD yang menjadi
pencegahan pada penyakit dermatitis terjadi peningkatan skor pre test dari 24
orang yang menjawab benar menjadi 35 orang yang menjawab benar pada
0
5
10
15
20
25
30
35
Skor Pre Test jawaban yangbenar
Skor Post Test jawaban yangbenar
91
post test, pada jenis sabun yang digunakan untuk mencuci tangan terjadi
peningkatan skor pre test dari 14 orang yang menjawab benar menjadi 27
orang yang menjawab benar pada post test. Hal tersebut dikarenakan pada
kelompok ini mendapatkan intervensi berupa penyuluhan dengan media
leaflet, oleh sebab itu terjadi peningkatan skor post test dibandingkan skor
pre test.
Menurut teori, peningkatan ini dikarenakan paparan informasi yang
diperoleh dari media leaflet. Informasi atau pesan penyuluhan yang
disampaikan dengan menggunakan media atau alat bantu pendidikan ini
membantu pendidik dalam menyampaikan pesan tersebut agar terlihat
menarik perhatian pada sasaran pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Informasi
yang diberikan oleh media leaflet ini karena informasi dapat langsung dibaca
dan dapat dipahami, pada dasarnya isi dari media leaflet ini berupa gambar
dan tulisan sehingga terlihat lebih menarik bagi sasaran pendidikan agar
mempermudah sasaran pendidikan menerima pesan atau informasi. Dengan
demikian fungsi dari media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap
dan retensi seseorang terhadap materi pembelajaran (Usman,2002).
Pada Pertanyaan penelitian mengenai langkah- langkah mencuci tangan,
hampir seluruh pekerja pada kelompok intervensi menjawab salah dalam
mengurutkan langkah- langkah yang baik dan benar pada saat mencuci
tangan, tetapi pada saat setelah diberikannya penyuluhan kebanyakan pekerja
masih menjawab salah dalam mengurutkan langkah- langkah, dikarenakan
gambar yang tertera pada leaflet ini kurang begitu jelas dan kurang begitu
92
besar agar pekerja dapat memahami urutan langkah- langkah mencuci tangan
sehingga banyak pekerja yang masih menjawab tertukar pada langkah cuci
tangan. Untuk itu saran bagi penelitian selanjutnya, agar membuat media
yang mudah di baca dengan jelas dan mudah untuk dipahami. Begitupun
sebaliknya pada Kelompok Kontrol tidak terdapat peningkatan skor post test,
berikut terlihat skor pre test dan post test pada soal pilihan ganda yang
dilakukan penyuluhan pada kelompok kontrol pada grafik 6.2 dibawahini:
Grafik 6.2.
Skor Pre test dan Post Test pada Kelompok Kontrol
Dari hasil grafik 6.2 diatas, diketahui bahwa pada Kelompok Kontrol,
mayoritas pekerja tidak mengalami peningkatan skor yang signifikan pada
soal post test dari soal pilihan ganda bahkan mengalami penurunan
0
5
10
15
20
25
Skor Pre Test jawaban yangbenar
Skor Post Test jawaban yangbenar
93
diantaranya; pada pengertian dermatitis tidak terjadi perubahan skor pre test
dan post test, gejala dermatitis terjadi penurunan skor pre test dari 16 orang
yang menjawab benar menjadi 14 orang yang menjawab benar pada post
test, pada penyebab dermatitis terjadi penurunan skor pre test dari 18 orang
yang menjawab benar menjadi 17 orang yang menjawab benar pada post test,
pada bahan APD yang menjadi pencegahan pada penyakit dermatitis terjadi
peningkatan skor pre test yang tidak besar dari 14 orang yang menjawab
benar menjadi 15 orang yang menjawab benar pada post test, pada jenis
sabun yang digunakan untuk mencuci tangan dan manfaat dari mencuci
tangan tidak terjadi perubahan skor pre test dan post test sama sekali. Hal
tersebut dikarenakan pada kelompok ini mendapatkan intervensi dengan
ceramah dan tidak diberi media leaflet, oleh sebab itu tidak terjadi
peningkatan skor post test bahkan tidak terjadi perubahan antara skor pre test
dan post test.
Pada Pertanyaan penelitian mengenai langkah- langkah mencuci tangan,
hampir seluruh pekerja menjawab salah dalam mengurutkan langkah-
langkah yang baik dan benar pada saat mencuci tangan, tetapi pada saat
setelah diberikannya penyuluhan kebanyakan pekerja makin menjawab asal
asalan dalam mengurutkan langkah- langkah, dikarenakan gambar yang
tertera pada leaflet ini kurang begitu jelas dan kurang begitu besar agar
pekerja dapat memahami urutan langkah- langkah mencuci tangan. Untuk itu
saran bagi penelitian selanjutnya, agar membuat media yang mudah di baca
dengan jelas dan mudah untuk dipahami.
94
Dilihat dari hasil skor kuesioner sebelum pekerja mendapatkan intervensi
dengan hasil skor kuesioner sesudah pekerja mendapatkan intervensi, bahwa
pekerja yang mendapatkan intervensi berupa penyuluhan dengan media
leaflet lebih dapat meningkatkan pengetahuan penyebab dermatitis dan
pencegahannya dibandingkan dengan kelompok kontrol.
6.4.Perbedaan Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya
Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Pekerja Proses Finising
Mebel Kayu Antara Kelompok Intervensi Dengan Kelompok Kontrol
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan kemampuan
seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk
bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2007).
Diketahui Rata- rata nilai pre test pengetahuan pekerja pada kelompok
intervensi adalah 3,028 dan post test rata-rata nilai pengetahuan adalah 6,200.
Hasil rata-rata nilai pengetahuan responden menunjukan peningkatan yang
cukup besar yaitu peningkatan mencapai 3,172. Peningkatan nilai tersebut
menunjukkan adanya perbedaan rata- rata skor pengetahuan tentang penyebab
dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
95
intervensi (P=0,000;α = 0,05). Sebaliknya rata- rata nilai pre test pengetahuan
pekerja pada kelompok kontrol adalah 2,941 dan post test rata-rata nilai
pengetahuan adalah 3, 014. Hasil rata-rata nilai pengetahuan responden
menunjukan peningkatan sedikit hanya mengalami peningkatan 0,073.
Peningkatan nilai tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan rata- rata skor
pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok kontrol (P=0,0281 ≥ α = 0,05). Berikut grafik
perbedaan mean skor pre dan post test pengetahuan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontol, terlihat pada grafik 6.3 di bawah ini:
Grafik 6.3.
Mean Skor Pengetahuan
0
1
2
3
4
5
6
7
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Mean Skor PengetahuanKelompok Kontrol
Mean Skor PengetahuanKelompok Intervensi
96
Dari hasil gambar 6.3 di atas, diketahui bahwa pada kelompok intervensi
mengalami peningkatan rata- rata antara sebelum dilakukannya intervensi
dengan sesudah dilakukannya intervensi yang signifikan sebesar 3,172,
sedangkan pada kelompok kontrol hanya mengalami peningkatan rata- rata
hanya sebesar 0,073.
Hasil analisis perbedaan pengetahuan pada kelompok intervensi sebelum
dan sesudah, pemberian pendidikan kesehatan menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna. Demikian juga dengan hasil analisis perbedaan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dihasilkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hasil ini menunjukkan, bahwa intervensi pendidikan kesehatan yang dilakukan
dengan singkat akan berdampak positif dalam meningkatkan pengetahuan
seseorang.( Fauziah, 2012 )
Peningkatan tersebut diartikan sebagai hasil dari pendidikan kesehatan
dengan pemberian penyuluhan dengan alat bantu berupa media leaflet. Menurut
Notoatmodjo (2005) salah satu kegiatan pendidikan kesehatan adalah suatu
kegiatan pemberian informasi atau pesan berupa penyuluhan dari pemberi pesan
kepada penerima pesan yang tersampaikan, akan membuat peningkatan
pengetahuan dan merubah sikap seseorang tentang kesehatan dengan tujuan
merubah perilaku manusia secara individu, kelompok ataupun masyarakat agar
lebih baik lagi dalam menciptakan perilaku sehat (Notoatmodjo,2005).
Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang
dilakukan dengan menyebarkan pesan ataupun informasi, sehingga masyarakat
mengetahui dan mengerti untuk bisa melakukan anjuran- anjuran yang ada
97
hubungannya dengan kesehatan (Machfoed, 2007). Adapun tujuan dari
pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan
pengetahuan seseorang. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Fauziah
(2012) tentang "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Singkat tentang Nutrisi
Prakonsepsi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat
Wanita Pranikah" menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada
pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,039), dan praktik (p=0,000) sebelum dan
sesudah intervensi, dikarenakan adanya jarak atau rentang waktu selama
seminggu seseorang mendapatkan sumber informasi yang pendek pada saat
pengukuran antara pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan sikap dan praktik,
akan mempengaruhi pemahaman dan kemampuan ingatan sesorang dalam
menerima informasi pendidikan tersebut
Menurut Notoatmodjo (2003) untuk mendapatkan hasil yang efektif pada
peningkatan pengetahuan diperlukan alat bantu media, adapun fungsi dari media
itu adalah membantu pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan dan
untuk menarik perhatian sasaran pendidikan. Pemilihan dan penggunaan alat
bantu media merupakan salah satu komponen yang penting dilakukan, dengan
tujuan agar membantu penggunaan indera sebanyak- banyaknya. Seseorang
mendapat pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar
diperoleh melalui indera penglihatan (mata) yaitu sebesar 83% dan indera
pendengar (telinga) yaitu sebesar 11%, sedangkan sisanya melalui indera perasa
1%, indera peraba 2%, dan indera penciuman 3% (Depkes RI, 2008,
Notoatmodjo, 2003,). Dengan penggunaan leaflet, informasi yang disampaikan
98
melalui mata lebih banyak, sehingga informasi akan lebih mudah diterima oleh
pekerja sebagai sasaran pendidikan.
Penyebarluasan informasi penggunaan media pendidikan kesehatan
seperti booklet, poster, leaflet dalam penelitian pendidikan kesehatan telah
banyak dilakukan dan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2005) di Jepara
menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media
leaflet, pengetahuan kelompok intervensi meningkat secara bermakna dibanding
kelompok kontrol, dikarenakan penelitian di bidang pendidikan kesehatan yang
dilakukan ini menunujukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif
dan mudah meningkatkan pengetahuan, apabila pendidikan kesehatan ini
dibantu dengan alat peraga atau alat bantu media pendidikan kesehatan Hal ini
juga sejalan dengan hasil penelitian Koshi dan Vijayalaxmi (2009) tentang
perangkat pendidikan kesehatan nutrisi untuk meningkatkan sikap diet dan
pengetahuan, menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan media booklet
dan metode diskusi efektif meningkatkan pengetahuan, dikarenakan pengukuran
pada pengetahuan dan sikap yang dilakukan dengan penggabungan antara
pemberian metode dan pemberian alat bantu media pendidikan kesehatan, akan
sangat efektif dalam peningkatan pengetahuan seseorang dalam menerima
informasi atau pesan yang disampaikan oleh pendidik.
99
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kejadian
dermatitis kontak pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran pengetahuan pekerja finishing sebelum diberikan intervensi
dengan media leaflet bahwa:
a. Kelompok Intervensi: rata- rata skor pengetahuan responden sebelum
diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi
adalah 3,02
b. Kelompok Kontrol: rata- rata pengetahuan responden sebelum diberi
penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 2, 91
2. Gambaran pengetahuan pekerja finishing sesudah diberikan intervensi
dengan media leaflet bahwa:
a. Kelompok Intervensi: rata- rata skor pengetahuan responden sesudah
diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi
adalah 6,20
c. Kelompok Kontrol: rata- rata pengetahuan responden sesudah diberi
penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 3,01
3. Adanya Perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan
media leaflet pada kelompok intervensi pekerja proses finishing mebel kayu
100
4. Tidak Adanya Perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
pencegahannya sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan
media leaflet pada kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu
7.2. SARAN
1. Bagi Pengelola Mebel Kayu
a. Dianjurkan untuk menyediakan sarana dan prasarana personal hygiene
yang sesuai dan terjangkau oleh pekerja saat bekerja, seperti
menyediakan air keran yang mengalir dan sabun pencuci tangan yang
sesuai dan penyediaan sarana pencuci tangan yang dekat dengan pekerja.
b. Dianjurkan untuk meningkatkan disiplin pekerja dengan menerapkan
aturan yang mengharuskan pekerja menjaga personal hygiene dengan
baik dan melakukan pengawasan terhadap berjalannya aturan tersebut.
c. Dianjurkan untuk meningkatkan disiplin pekerja dengan menerapkan
aturan yang mengharuskan pekerja untuk menggunakan alat pelindung
diri (sarung tangan) dengan baik dan melakukan pengawasan terhadap
berjalannya aturan tersebut.
d. Dianjurkan untuk menyediakan alat pelindung diri yang berupa sarung
tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan pekerja saat kontak
dengan bahan kimia.
2. Bagi Pekerja
a. Dianjurkan untuk menjaga personal hygiene yang baik dengan cara
mencuci tangan secara baik dan benar pada saat sebelum dan sesudah
101
bekerja, setelah bersentuhan dengan bahan kimia atau bahan yang
digunakan pada saat proses finishing kayu, saat berpindah proses kerja.
b. Dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri yang berupa sarung
tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan saat kontak dengan
bahan kimia.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Disarankan agar pada saat pembuatan media, media dapat mudah dibaca
dengan jelas dan mudah untuk dipahami.
b. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh
leaflet terhadap perubahan sikap pekerja.
c. Disarankan untuk melakukan pengukuran pengetahuan dari melihat jeda
waktu selama seminggu.
d. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kelayakan
media leaflet sehingga dapat lebih menarik lagi terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap dan, perilaku pekerja dalam penyebab dermatitis dan
pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Niswah. Faktor- Faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja proses finishing meubel kayu di wilayah ciputat timur tahun 2012. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Asnita. 2001. Hubungan Faktor Sosiodemografi Dengan Pengetahuian Dan Sikap Tenaga Kerja
Indonesia Tentang HIV/ AIDS. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok
Astono, Sudidan Sudarja, Herliani. 2002. Penyakit Kulit di Kalangan Tenaga Kerja
Industri Plywood di Propinsi Kalimantan Selatan. Program Pasca Sarjana Hiperkes Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran No 136.
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy Of Educational Objectives. London: Longmans, Green and
Co Ltd
Depkes RI. 2004. Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2007. Pedoman Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya : kesiapan mengahadapi emerging infectious disease”.
Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2008. Field Book Metode dan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Dirjen PPM & PL. 2003. Panduan Penggunaan Media Penyuluhan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Djunaedi H, Lokananta MD. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia Nomor 3 volume 31.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Ernasari. 2012. Pengaruh Penyuluhan Dermatitis Kontak Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011. Tesis. Universitas
Sumatera Utara
Fauziah. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi Prakonsepsi Terhadap Tingkat
Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat Wanita Pranikah. Tesis.
Universitas Indonesia
Fewtrell, lorna, et al. 2005. Water, sanitation, and hygiene interventions to reduce diarrhea in less
developed countries: a systematic review and meta analysis. The kancet infectious
diseases, vol. 5, issue 1;42-52. Also, Curtis, v. and cairncross, s. 2003. “ effect of washing
hands with soap on diarrhea risk I the community; A systematic review”. The Lancent
Infectious Diseases, vol. 3, may 2003, pp 275-281.
Firdaus U. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja: Penyakit Kulit Akibat Kerja Terbanyak di
Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat, Vol. II no.5.
Fredberg I.M, et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th Ed, McGraw-
Hill Professional, New York.
Fregert, Sigfird. Contact Dermatitis (Manual of Contact Dermatitis). Yayasan Essentia Medika.
Yogyakarta. 1988.
Hayakawa, R. 2000. Contact Dermatitis. Med.Sci. Nagoya.
Heri, Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Herman, Susilowati. 1990. Penggunaan Leaflet Dalam Pendidikan Gizi Dan Pengaruhnya
Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi, 39- 46:
Bogor
Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, November
Humayda, Lisdayanti 2010, Gambaran Perilaku Mencuci Tangan Pada Kaeyawan Penjamah
Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Rsud Sekarwangi, Cibadak,
Kabupaten Sukabumi Tahun 2009. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2009
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Isnaini. 2011. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pekerja Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tesis. Universitas Indonesia
Joshi, N., and Vijayalaxmi, KG. (2009). Nutritional education tool to improve overall diaetary
attitude and knowledge among young women. J Hum Ecol, 25(3): 187-191.
Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Institut Pertanian Bogor 1- 35 :
Bogor
Listyowati, Dewi. 2012. Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Sikap,
dan Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas 5 di SDN Pengasinan IV Kota
Bekasi Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia
Machfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta:
Fitramaya
Maesaroh, Siti. 2009. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Lingkungan Sekolah dan
Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS
di MAN Kota Blitar. Tesis. UIN malang
Markkannen, Pia K. 2004. Kertas Kerja 9: Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia.
Filipina: ILO Subregional Office for South-East Asia and the Pasific
Michael, J. A. 2005. Dermatitis, Contact, Emedicine; www.emedicine.com, Diakses
Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar..
PT. Rineka Cipta : Jakarta
Middlebrook. 1974. Social psychology and Modern Life. New York: Alfred Knopf, Inc
Murti, B.2003. Prinsip dan Metodologi Riset Epidemiologi. Ed. Kedua, Jilid Pertama,
Yogyakarta; Gajah Mada University Press.
Nafisa, Muhammad Hasan. 2010. Keefektifan Promosi Kesehatan Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Kelelahan Kerja Pada Pekerja bagian Pelipatan di PT. Karya Toha
Putra Semarang.Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Nina, Eka. 2007. Hubungan Faktor- Factor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Dengan Tingkat
Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Perilaku Fisik Dan Psikososial Pada Masa
Pubertas Di SMU Negeri 2 Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT ASDI MAHASATY :
Jakarta
, 2005. Promosi Kesehatan : Teori Dan Aplikasi. PT. Rineka Cipta :
Jakarta
. 2007. Promosi Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta
, 2010. Promosi Kesehatan dan Aplikasi. Rhineka Cipta : Jakarta
Nurazizah, Dhiena. 2012. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif
dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia
Partogi, Donna. 2008. Dermatitis Kontak Iritan. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK USU
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
(PERDOSKI).2009.http://www.perdoski.org/index.php/public/information/news-
detail/17 tanggal 28 April 2013.
Rosyari, Fitri Nur Afrianthie. 2008. Perbedaan Pengaruh Intervensi Penyuluhan Antara Media
Kartu Berjodoh Dengan Media Lembar Balik Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi
Dan Faktor Yang Berhubungan Pada Ibu Balita Di Kecamatan Babelan, Kabupaten
Bekasi Tahun 2008. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ruhdiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis
Kontakakibat Kerja Pada Pekerja Laboratorium Kimia Di PT Sucofindo Area Cibitung
Bekasi Tahun 2006. Tesis. Universitas Indonesia.
Saraswati, Mila dan Ida Widaningsih. 2008. Be Smart IPS. Bandung: Grafindo Media Pratama
Sarwono, S, W. 2006. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Setyowati, A. (2005). Pengaruh leaflet ispa / pnemonia terhadap perilaku (pengetahuan, sikap
dan praktek) ibu bayi / balita dan kader tentang penatalaksanaan kasus ispa di kabupaten
Jepara.Http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/litbang/kumpulan_abstrak.pdf.
Diperoleh tanggal 10 September 2013.
Siregar, RS. 1996. Dermatosis Akibat Kerja. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat, Palembang.
Cermin Dunia Kedokteran Vol 107.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta 114- 116 : Bandung
Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko Gunung Agung
Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto
Supardi, Sudibyo. 2002. Pengaruh Metode Ceramah Dan Metode Leaflet Terhadap Pengobatan
Sendiri Yang Sesuai Aturan Untuk Keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk Dan Pilek.
Disertasi. Universitas Indonesia : Depok
Suraya, Rani. 2011. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Leaflet Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp
Asi) Pada Anak 6-24 Bulan Di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat Tahun 2011. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Suri, Sufyan. 2009. Pengaruh Penyuluhan Flu Burung Terhadap Peningkatan Pengetahuan,
Sikap, dan Praktik Penceghan Flu Burung Pada Siswa SDN Cisalak I Tahun 2009.
Tesis. Universitas Indonesia
Suryani, Febria. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada
Pekerja Bagian Processing dan Filling Di PT.Cosmar Indonesia. Tahun 2011. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Taylor S, Sood A. 2003. Occupational Skin Diseases. In : Fritzpatricks et al, editors
Dermatology in General Medicine 6 th ed. New York : Mc Graw Hill Book co.
Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Ciputatpers: Jakarta
World Health Organization (WHO). 2005. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care
(Advance Draft): A Summary. Switzerland: WHO Press.
Wulan,Wita. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Ibu Hamil di RSU
Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. USU
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Pre Test dan Post Test
1. Kuesioner Pre Test
KUESIONER PRE-TEST
PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA DAN PENANGGULANGAN
DERMATITIS
Nama :
No.Telp/HP :
A. Berilah tanda silang (x) pada pilihan A, B, C, atau D yang menurut Anda tepat
1. Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit biasanya terjadi di .....
a. Tangan, Lengan bawah, dan wajah
b. Lengan bawah, tangan, dan kaki
c. Kaki, wajah, dan lengan bawah
d. Tangan, wajah, dan kaki
2. Gejala dermatitis atau eksim yaitu .....
a. Gatal, panas di kulit, kulit merah, bengkak, tangan kesemutan
b. Permukaan kulit bergelembung, bengkak, kesemutan, tangan kaku
c. Kulit merah, gatal, panas di kulit, bengkak, permukaan kulit bergelembung
d. Bengkak, permukaan kulit bergelembung, kulit merah, tangan kaku, tangan kesemutan
3. Penyebab dermatitis ( eksim ) pada pekerja proses finishing mebel kayu adalah …..
a. Cat kayu, air hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan tidak
dibersihkan dengan benar
b. Air panas, sanding melamic, dan wood stain ( pewarnaan ) yang mengenai tangan dan
tidak dibersihkan dengan benar
c. Cat kayu, sanding melamic, dan wood filler ( pendempulan )yang mengenai tangan dan
tidak dibersihkan dengan benar
d. Air Kobokan, Air Hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan
tidak dibersihkan dengan benar
4. Berikut ini merupakan dampak dermatitis (eksim ), yaitu …..
a. Penurunan pendapatan
b. Meningkatnya hari tidak masuk kerja
c. A dan B Benar
d. A dan B Salah
5. Dermatitis ( eksim ) dapat dicegah dengan menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan
dengan menggunakan .....
a. Air kobokan dan sabun colek
b. Air kobokan dan sabun mandi
c. Air selang dan sabun colek
d. Air selang dan sabun mandi
6. Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja proses finishing mebel kayu
yaitu ....
a. Kulit
b. Karet
c. Plastik
d. Asbes
7. Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian .....
a. Telapak tangan, Punggung tangan, dan jari,
b. Telapak tangan, punggung tangan, dan kuku
c. Punggung tangan, jari, dan kuku
d. Telapak tangan, punggung tangan, dan lengan bawah
8. Sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan adalah sabun …..
a. mandi cair
b. mandi batang
c. colek
d. detergen
9. Yang diperlukan untuk cuci tangan yang baik dan benar yaitu .....
a. Sabun detergen, air kobokan, dan lap
b. Sabun detergen, air selang, dan lap
c. Sabun mandi, air selang, dan lap
d. Sabun mandi, air kobokan dan lap
10. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air mengalir yang bersih. Ciri-ciri air yang
bersih yaitu …..
a. Berwarna Kekuningan, tidak berasa, tidak berbau
b. Tidak berwarna, tidak berasa, berbau endapan kayu
c. Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
d. Berwarna putih, tidak berasa, berbau endapan kayu
11. Berikut ini Manfaat cuci tangan bagi penyakit dermatitis ( eksim ) yaitu…..
a. Membersihkan bahan melamic yang menempel di kulit tangan
b. Memboroskan sabun dan air yang digunakan pada saat mencuci tangan
c. Mencegah penularan penyakit
d. Mencegah penyebaran bakteri dan kuman
12. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah,
a. Setelah bersentuhan dengan bahan melamic
b. Saat berpindah proses kerja
c. Semua benar
d. Semua salah
B. Urutkanlah langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar dengan gambar yang
sesuai di sebelah kanan
1. Langkah 1 [.....]
2. Langkah 2 [.....]
3. Langkah 3 [.....]
4. Langkah 4 [.....]
5. Langkah 5 [.....]
a.
b.
c.
e.
d.
2. Kuesioner Post Test
KUESIONER POST-TEST
PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA DAN PENANGGULANGAN
DERMATITIS
Nama :
No.Telp/HP :
A. Berilah tanda silang (x) pada pilihan A, B, C, atau D yang menurut Anda tepat
1. Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit biasanya terjadi di .....
a. Tangan, Lengan bawah, dan wajah
b. Lengan bawah, tangan, dan kaki
c. Kaki, wajah, dan lengan bawah
d. Tangan, wajah, dan kaki
2. Gejala dermatitis atau eksim yaitu .....
a. Gatal, panas di kulit, kulit merah, bengkak, tangan kesemutan
b. Permukaan kulit bergelembung, bengkak, kesemutan, tangan kaku
c. Kulit merah, gatal, panas di kulit, bengkak, permukaan kulit bergelembung
d. Bengkak, permukaan kulit bergelembung, kulit merah, tangan kaku, tangan kesemutan
7. Langkah 7 [.....]
8. Langkah 8 [.....]
6. Langkah 6 [.....]
f.
h.
g.
3. Penyebab dermatitis ( eksim ) pada pekerja proses finishing mebel kayu adalah …..
a. Cat kayu, air hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan tidak
dibersihkan dengan benar
b. Air panas, sanding melamic, dan wood stain ( pewarnaan ) yang mengenai tangan dan
tidak dibersihkan dengan benar
c. Cat kayu, sanding melamic, dan wood filler ( pendempulan )yang mengenai tangan dan
tidak dibersihkan dengan benar
d. Air Kobokan, Air Hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan
tidak dibersihkan dengan benar
4. Berikut ini merupakan dampak dermatitis (eksim ), yaitu…..
a. Penurunan pendapatan
b. Meningkatnya hari tidak masuk kerja
c. A dan B Benar
d. A dan B Salah
5. Dermatitis ( eksim ) dapat dicegah dengan menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan
dengan menggunakan .....
a. Air kobokan dan sabun colek
b. Air kobokan dan sabun mandi
c. Air selang dan sabun colek
d. Air selang dan sabun mandi
6. Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja proses finishing mebel kayu yaitu
.....
a. Kulit
b. Karet
c. Plastik
d. Asbes
7. Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian .....
a. Telapak tangan, Punggung tangan, dan jari,
b. Telapak tangan, punggung tangan, dan kuku
c. Punggung tangan, jari, dan kuku
d. Telapak tangan, punggung tangan, dan lengan bawah
8. Sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan adalah sabun …..
a. mandi cair
b. mandi batang
c. colek
d. detergen
9. Yang diperlukan untuk cuci tangan yang baik dan benar yaitu .....
a. Sabun detergen, air kobokan, dan lap
b. Sabun detergen, air selang, dan lap
c. Sabun mandi, air selang, dan lap
d. Sabun mandi, air kobokan dan lap
10. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air mengalir yang bersih. Ciri-ciri air yang
bersih yaitu …..
a. Berwarna Kekuningan, tidak berasa, tidak berbau
b. Tidak berwarna, tidak berasa, berbau endapan kayu
c. Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
d. Berwarna putih, tidak berasa, berbau endapan kayu
11. Berikut ini Manfaat cuci tangan bagi penyakit dermatitis ( eksim ) yaitu…..
a. Membersihkan bahan melamic yang menempel di kulit tangan
b. Memboroskan sabun dan air yang digunakan pada saat mencuci tangan
c. Mencegah penularan penyakit
d. Mencegah penyebaran bakteri dan kuman
12. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah,
a. Setelah bersentuhan dengan bahan melamic
b. Saat berpindah proses kerja
c. Semua benar
d. Semua salah
B. Urutkanlah langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar dengan gambar yang
sesuai di sebelah kanan
1. Langkah 1 [.....]
2. Langkah 2 [.....]
3. Langkah 3 [.....]
a.
b.
c.
4. Langkah 4 [.....]
5. Langkah 5 [.....]
7. Langkah 7 [.....]
8. Langkah 8 [.....]
6. Langkah 6 [.....]
f.
h.
e.
g.
d.
Lampiran 2
Kuesioner Sumber Informasi dan Hubungan Sosial
KUESIONER SUMBER INFORMASI DAN HUBUNGAN SOSIAL
Nama :
No.Telp/HP :
1. Apakah sebelumnya Anda pernah mendapatkan informasi tentang penyakit
dermatitis dan pencegahannya (penggunaan sarung tangan dan cuci tangan
yang baik dan benar)?
a. Pernah, dari (Jawaban boleh lebih dari satu)
1) Keluarga
2) Teman
3) Penyuluhan sebelumnya
b. Tidak pernah
2. Apakah Anda dengan keluarga/teman/tetangga pernah membicarakan
mengenai :
Ya Tidak
Penyakit dermatitis (eksim)
Penggunaan sarung tangan di tempat kerja
Mencuci tangan yang baik dan benar
3. Apakah dari media seperti TV, radio, koran, internet (google, twitter,
facebook,dsb), Anda pernah mendapatkan informasi mengenai:
Ya Tidak
Penyakit dermatitis (eksim)
Penggunaan sarung tangan di tempat kerja
Mencuci tangan yang baik dan benar
Lampiran 3
Uji Rekap Media
Angket Penilaian Media
PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI
PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TENTANG PENYEBAB
DERMATITIS DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA
PROSES FINISHING MEBEL KAYU
DI CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr. Wb
Saya Nur’azizaturrahmah, mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3 Universitas Islam Negeri Jakarta. Saat ini saya sedang
melakukan penilaian media pembelajaran yang akan digunakan dalam tugas akhir (skripsi). Atas perhatian dan kerjasama saudara saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
ANGKET PENILAIAN MEDIA “LEAFLET”
Nama :
No.HP :
Email :
Isilah kolom keterangan dengan tanda silang (X) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan teori yang Anda pernah pelajari.
* Jika mengisi kolom Tidak, harap mengisi kolom Saran
No. Pertanyaan Keterangan Saran
Ya Tidak*
1. Apakah anda mengerti informasi yang ada dalam media?
2. Apakah informasi dalam media memberikan pengetahuan
bagi anda?
3. Apakah pesan yang tertuang dalam media memberikan
kesinambungan informasi?
4. Apakah ada kata-kata yang tidak dipahami?
5. Apakah bahasa yang digunakan di dalam media leaflet
cukup jelas?
6. Apakah anda mengalami kesulitan dalam membaca
informasi di media leaflet?
7. Apakah hurufnya terlalu kecil bagi anda?
8. Apakah gambar pada media leaflet ini mudah terlihat?
9. Apakah gambar-gambar yang ditampilkan menarik
perhatian Anda?
10. Apakah gambar yang ditampilkan terlalu banyak?
11. Apakah warna-warna dalam media leaflet menarik bagi
anda?
12. Apakah penempatan teks dan gambar sudah sesuai?
Lampiran 4
Hasil Rekap Uji Media
Mahasiswa 1 Mahasiswa 2 Mahasiswa 3 Mahasiswa 4 Laboran
Apakah anda mengerti
informasi yang ada
dalam media?
Ya Ya bahasa dermatitis lebih
disederhanakan dengan
menggunakan bahasa sehari –
hari.
Sebaiknya lebih diperjelas
keterkaitan antara tujuan
penelitian dan maksud
pembuatan leaflet.
Informasi yang terkandung
didalam leaflet harus lebih
diperkaya lagi, karena
leaflet tidak memerlukan
gambar yang banyak.
(menurut saya bentuk
leaflet bukan seperti ini,
leaflet biasanya hanya
berisi 1 atau 2 gambar saja,
ini lebih cendurung seperti
brosur, terlalu banyak
gambar yang digunakan)
Ya
Apakah informasi dalam
media memberikan
pengetahuan bagi anda?
Ya Ya Ya Masih kurang banyak
pengetahuan yang harusnya
diberikan.
Ya
Apakah pesan yang
tertuang dalam media
memberikan
kesinambungan
informasi?
Ya Setiap gambar
yang ada di
perjelas dengan
kata-kata biar
tidak terjadi
ambiguitas
Kalau tujuan materinya hanya
memberikan informasi sekilas
tentang penyakit dan
Jika ingin memberikan
pengetahuan kepada
pekerja di pabrik tahu
sebaiknya isi yang
terkandung di dalam media
diberikan keterkaitan
dengan keadaan yang ada di
dalam pabrik tahu itu
sendiri sehingga ada
Di judul tambahin gambar
pekerja proses finishing
kayu supaya jelas
sasarannya siapa
kesinambungan informasi.
Apakah ada kata-kata
yang tidak dipahami?
Lebih
menggunakan
bahasa yang
awam yg dapat
di ketahui oleh
semua lapisan
masyarakat
seperti kata
dermatitis,
mungkin ada
bahasa yang
masyarakat
awam lebih
mengenal
penyakit ini
dengan nama
lain
Mungkin
dermatitisnya
ada penjelasan
secara definisi
masyarakat
awam
Bahasa dermatitis lebih
disederhanakan dengan
menggunakan bahasa sehari –
hari. Dan untuk penyebab dan
dampak, seharusnya ada
sedikit penjelasan setidaknya 1
kalimat. Contoh pendapatan
berkurang, apa hubungannya
dengan dermatitis.
Bahasa dermatitis lebih
disederhanakan dengan
menggunakan bahasa sehari
– hari. Dan untuk penyebab
dan dampak, sebaiknya
ditambahkan penjelasan
lagi setidaknya 1 kalimat.
Contoh pendapatan
berkurang, apa
hubungannya dengan
dermatitis.
Tidak
Apakah bahasa yang
digunakan di dalam
media leaflet cukup
jelas?
Ya Ya Ya Ya Ya
Apakah anda mengalami
kesulitan dalam
membaca informasi di
media leaflet?
Tidak Terkait
penjelasan
gambar
mungkin di beri
tanda gambar
1.1 jadi ketika
menjelaskan
bisa tidak
pusing gambar
mana yang di
Untuk sasaran dengan
pendidikan di bawah SMP
sepertinya kurang sampai.
bahasa yang digunakan juga
harus disesuaikan dengan
tingkat pendidikan para
pekerja. Ambil pendidikan
yang terendah agar dapat
lebih mudah dimengerti
oleh sasaran.
Tidak
maksud
Apakah hurufnya terlalu
kecil bagi anda?
ukuran huruf
pada bagian
penyejalasan
lebih
diperbesar
Pada sub judul
lebih di
tebalkan.
Huruf monoton,
font d buat
menarik dan
ukuran di
sesuaikan
dengan gambar
( hampir sama
besarnya atau
setengah dari
gambar)
Ya Gunakan font yang agak
besar, sebaiknya huruf
kapital semua, dan di bold
agar lebih jelas.
Fontnya tidak serasi,
spasinya tidak sama
Subjudul tujuan cuci
tangan kenapa tidak di
tulis kayak gini “ apa
sih tujuan mencuci
tangan?” kayak yang
tulisan “apa itu
dermatitis?”
Ada beberapa tulisan
yang di Bold
Apakah gambar pada
media leaflet ini mudah
terlihat?
Ya Ya Ya Kurangi jumlah gambar
yang ada di dalam media.
Semakin banyak gambar
semakin sedikit informasi
yang bisa dimasukkan.
Ya
Apakah gambar-gambar
yang ditampilkan
menarik perhatian Anda?
Ya Ya (ada baiknya
ada gambar
orisinal dan
coba di perhalus
border
gambarnya
Ya Ya Untuk judul lebih eye
catching biar menarik
Gambarnya kotak-
kotak terkesan kaku
Nomor gambar
langkah- langkah,
warna kotaknya jangan
hitam
Apakah gambar yang
ditampilkan terlalu
banyak?
Tidak (sudah
sesuai dengan
penjelasan)
Tidak
(Sebenarnya
cukup cuman
lebih di perjelas
maksud dari
gambarnya)
Sudah ideal jumlah gambar
yang ditampilkan
Ya Subjudul waktu cuci
tangan, kenapa tidak di
tambahin ada gambar
jamnya
Apakah warna-warna
dalam media leaflet
menarik bagi anda?
Ya Warna masih
kurang, terlihat
monoton dan
standar leaflet
biasa yang ada
Hurufnya terlalu datar
warnanya
Warna untuk huruf lebih
diperkaya lagi, misalnya
dengan warna ungu, pink,
dll.
Tulisan dan warna
backgroundnya
diperhatikan, biar jelas
kebacanya, gak samar
Apakah penempatan teks
dan gambar sudah
sesuai?
Seharusnya
pada bagian
muka, tidak
hanya
tercantumlogo
uin saja tetapi
judul dari
leaflet tersebut
juga di
cantumkan
pada bagian
muka leaflet
ini.
Terkait
penjelasan
gambar
mungkin di beri
tanda gambar
1.1 jadi ketika
menjelaskan
bisa tidak
pusing gambar
mana yang di
maksud
Ya Cukup kurangi jumlah
gambar yang digunakan.
Banyakin lagi gambarnya
Lampiran 5
Leaflet Sebelum Uji Rekap Media
1. Leaflet 1
2. Leaflet 2
Lampiran 6
Leaflet Sesudah Uji Rekap Media
Lampiran 7
OUTPUT ANALISIS DATA
Univariat
1. Gambaran Pengetahuan sebelum dan sesudah pada Kelompok Intervensi
Frequencies
Statistics
Pretest Posttest Perubahan Pretest2 Posttest2 Perubahan2
N Valid 35 35 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 3.0286 6.2000 3.1714 1.37 1.06 1.09
Median 3.0000 6.5000 3.0000 1.00 1.00 1.00
Mode 3.50 8.00 3.00 1 1 1
Std. Deviation .89066 1.65920 1.57622 .490 .236 .284
Minimum .50 2.50 .50 1 1 1
Maximum 4.50 8.50 6.00 2 2 2
Pretest
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0.5 1 2.9 2.9 2.9
1.5 2 5.7 5.7 8.6
2 3 8.6 8.6 17.1
2.5 7 20.0 20.0 37.1
3 5 14.3 14.3 51.4
3.5 9 25.7 25.7 77.1
4 7 20.0 20.0 97.1
4.5 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
Posttest
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2.5 1 2.9 2.9 2.9
3 1 2.9 2.9 5.7
4 5 14.3 14.3 20.0
4.5 1 2.9 2.9 22.9
5 1 2.9 2.9 25.7
5.5 3 8.6 8.6 34.3
6 5 14.3 14.3 48.6
2. Gambaran Pengetahuan sebelum dan sesudah pada Kelompok Kontrol
Frequencies
Statistics
Pretest Posttest Perubahan Pretest2 Posttest2 Perubahan2
N Valid 35 35 35 35 35 35
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 2.9143 3.0143 .1000 1.49 1.83 1.91
Median 3.0000 3.0000 .0000 1.00 2.00 2.00
Mode 2.50 2.50 .00 1 2 2
Std. Deviation 1.05361 1.03955 .53961 .507 .382 .284
Minimum 1.00 1.00 -1.00 1 1 1
Maximum 6.00 6.50 1.50 2 2 2
6.5 4 11.4 11.4 60.0
7 1 2.9 2.9 62.9
7.5 5 14.3 14.3 77.1
8 6 17.1 17.1 94.3
8.5 2 5.7 5.7 100.0
Total 35 100.0 100.0
Pretest
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 2 5.7 5.7 5.7
2 7 20.0 20.0 25.7
2.5 8 22.9 22.9 48.6
3 7 20.0 20.0 68.6
3.5 6 17.1 17.1 85.7
4 2 5.7 5.7 91.4
4.5 1 2.9 2.9 94.3
5.5 1 2.9 2.9 97.1
6 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
Posttest
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 1 2.9 2.9 2.9
1.5 1 2.9 2.9 5.7
2 4 11.4 11.4 17.1
2.5 10 28.6 28.6 45.7
3 8 22.9 22.9 68.6
3.5 5 14.3 14.3 82.9
4 2 5.7 5.7 88.6
4.5 2 5.7 5.7 94.3
5 1 2.9 2.9 97.1
6.5 1 2.9 2.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
Bivariat
1. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Intervensi
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest Posttest
N 35 35
Normal Parametersa Mean 3.0286 6.2000
Std. Deviation .89066 1.65920
Most Extreme Differences Absolute .187 .155
Positive .109 .108
Negative -.187 -.155
Kolmogorov-Smirnov Z 1.109 .916
Asymp. Sig. (2-tailed) .171 .372
a. Test distribution is Normal.
2. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Kontrol
NPar Tests
3. Uji T- Dependent ( Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada
kelompok Intervensi )
T-Test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest - Posttest -3.17143 1.57622 .26643 -3.71288 -2.62998 -11.903 34 .000
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest Posttest
N 35 35
Normal Parametersa Mean 2.9143 3.0143
Std. Deviation 1.05361 1.03955
Most Extreme Differences Absolute .153 .191
Positive .153 .191
Negative -.136 -.139
Kolmogorov-Smirnov Z .907 1.131
Asymp. Sig. (2-tailed) .383 .155
a. Test distribution is Normal.
4. Uji T- Dependent ( Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada
kelompok kontrol )
T-Test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pretest - Posttest -.10000 .53961 .09121 -.28536 .08536 -1.096 34 .281