NOVIA AS BARU - · PDF fileanemis, turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, frekuensi nadi 82...
Transcript of NOVIA AS BARU - · PDF fileanemis, turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, frekuensi nadi 82...
i
ii
iii
iv
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA NY. S DENGAN DISPEPSIA DI RUANG BOUGENVILE RS
PANTI WALUYO SURAKARTA.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan sekaligus
penguji yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes
Kusuma Husada Surakarta dan yang berkenan memberikan masukan-masukan,
saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian sidang serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan, pembimbing, dan penguji yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta dan telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
3. Amalia Agustin, S.Kep.Ns, selaku dosen penguji yang berkenan memberikan
masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian sidang serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Semua dosen Progam Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat.
5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi, doa dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
6. dr. Fransisco Ivan Santadista, yang selalu memberikan semangat dan motivasi
untuk menyelesaikan tugas akhir pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin
Surakarta, Juni 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ...................................................................... 6
B. Pengkajian ............................................................................ 6
C. Perumusan Masalah Keperawatan ....................................... 9
D. Perencanaan ......................................................................... 10
E. Implementasi ........................................................................ 11
F. Evaluasi ................................................................................ 13
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan .......................................................................... 15
B. Simpulan dan Saran ............................................................. 24
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah.
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data kunjungan didapatkan 20-40% orang dewasa yang ke
klinik gastroenterologi pernah mengalami penyakit dispepsia, dan juga
merupakan 2-5% dari kunjungan ke fasilitas kesehatan dasar umum. Beragamnya
angka prevaleni ini disebabkan perbedaan persepsi dari definisi dispepsia. Data
survei pada populasi umum biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan data di
rumah sakit/pelayanan kesehatan, karena hanya 20-25% yang akan mencari
pertolongan medis. Berdasarkan penelitian pada populasi umum di Indonesia
didapatkan prevalensi dispepsia berkisar antara 12-45% dengan estimasi rerata
adalah 25%. Insidens dispepsia per tahun diperkirakan antara 1-11,5%. Belum
didapatkan data epidemiologi di Indonesia (Rani, 2011).
Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa. Prevalensi
dispepsia ini dipengaruhi oleh faktor : jenis kelamin, umur, indeks massa tubuh,
perokok, konsumsi alkohol dan psikis, faktor psikis ini mempunyai korelasi yang
kuat dengan keluhan dispepsia, faktor demografi dan lingkungan korelasinya
lemah. Keluhan dispepsia dialami dalam waktu tertentu dan bersifat kronik dapat
berdampak pada kualitas hidup penderita dan beban ekonomi secara langsung
maupun tidak langsung (Soegondo, 2006).
2
Berbagai keluhan yang dirasakan pada pasien dispepsia disebabkan oleh
adanya kelainan di saluran makan. Umumnya keluhan yang timbul diasosiasikan
akibat kelainan dari saluran makan bagian atas. Kumpulan gejala tersebut
disebut sindroma dispepsia. Untuk menentukan penyebab yang pasti perlu
dilakukan pemeriksaan dengan berbagai sarana penunjang diagnostik dispepsia
erat kaitannya dengan kelainan di saluran makan sehingga mempengaruhi
pemenuhan nutrisi (Sujono, 2002).
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan yang menjadi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan. Lemak
merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang
larut dalam lemak. Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam
pembentukan protoplasma sel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang
cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan
untuk keseimbangan osmotik. Protein terdiri dari dua puluh empat asam amino
diantaranya sembilan asam amino essensial diantaranya threonin, valin, leusin,
isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin dan histidin, selebihnya asam
amino nonessensial (Hidayat, 2006).
Kebutuhan nutrisi mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
dan air. Karbohidrat menjadi sumber energi utama dan sumber erat pangan.
Tersusun dari unsur karbon (C), oksigen (O) dan hidrogen (H). Protein memberi
energi 4 kkal/g, pencernaan protein terjadi di lambung. Protein dicerna dengan
bantuan pepsin yang akan menghidrolisis ikatan peptide diubah menjadi
proteosa, pepton, polypeptide. Tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase dan
3
proelastase di usus halus mencerna polipeptide dan protein yang belum tercerna
menjadi polopeptide dan asam amino. Lemak merupakan bentuk penghasil energi
tubuh yang utama. Lemak memberi energi 9 kkal/g, lemak mulai dicerna di
mulut dengan bantuan lipase lingual. Vitamin berfungsi sebagai antioksidan,
yaitu substansi yang menetralisir radikal bebas. Mineral merupakan bahan
makanan anorganik yang berfungsi antara lain menjaga keseimbangan tubuh
serta bahan penyusun tubuh. Air merupakan komponen terbesar penyusun tubuh
manusia. Pemenuhan kebutuhan air dapat berasal dari minuman, makanan dan
sayuran (Saryono, 2010).
Fungsi utama nutrisi adalah memberikan energi bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh serta mengatur berbagai proses
kimiawi tubuh (Nurachmah, 2001). Menurut Wilkinson (2006) status nutrisi
berhubungan dengan sistem gastrointestinal dalam perspektif keperawatan.
Perawat menemukan berbagai masalah keperawatan yang berhubungan dengan
nutrisi pada kondisi klinik gangguan gastrointestinal seperti masalah keperawatan
aktual/risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Ketidak-
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana
individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Apabila masalah kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak
ditangani akan memberikan dampak terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan seseorang (Hidayat, 2006). Pengalaman penulis praktek klinik di
ruang Bougenvile pada tanggal 22 April 2013 diperoleh data bahwa ada 2 pasien
dari 13 pasien salah satunya Ny.S yang menderita dispepsia dengan data
4
subyektif pasien mengatakan tidak nafsu makan dan data obyektif berat badan
menurun, makan kurang lebih 3-5 sendok per hari dan konjungtiva anemis.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan pengelolaan kasus asuhan
keperawatan yang dirangkum penulisan KTI dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Ny.S Dengan Dispepsia Diruang Boegenvile
RS Panti Waluyo Surakarta’’
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan nutrisi pada Ny. S dengan dispepsia
di RS Panti Waluyo Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada dispepsia di RS Panti Waluyo Surakarta.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada dispepsia di RS Panti Waluyo
Surakarta.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Ny. S dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada dispepsia di RS Panti Waluyo
Surakarta.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada dispepsia di RS Panti Waluyo Surakarta.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada dispepsia di RS Panti Waluyo Surakarta.
5
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada Ny. S dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada dispepsia di RS Panti Waluyo Surakarta.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan menerapkan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada dispepsia.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa khususnya
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
dengan dispepsia.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada dispepsia.
4. Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada dispepsia.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00
WIB dan pasien masuk rumah sakit tanggal 22 April 2013 jam 08.00 WIB. Dari
pengkajian diperoleh data yaitu, nama Ny. S pasien berjenis kelamin wanita
umur 64 tahun, beragama kristen, alamat Gawanan Colomadu, pendidikan
terakhir adalah SD dan sudah tidak bekerja. Penanggung jawab dari Ny. S
adalah Ny. Su umur 33 tahun, bekerja sebagai karyawan swasta dengan
pendidikan terakhirnya adalah SMA. Hubungan Ny. S dengan pasien adalah
anak pasien.
B. Pengkajian
Pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan
oleh pasien adalah tidak nafsu makan, mual, dan muntah. Riwayat penyakit
sekarang, keluarga mengatakan tanggal 22 April 2013 jam 07.00 WIB mengeluh
tidak nafsu makan, mual kadang sampai muntah dan badan terasa lemas.
Kemudian oleh keluarga dibawa ke IGD RS Panti Waluyo di IGD jam 08.00
WIB, pasien dipasang infuse RL 20 tpm, kemudian dipindahkan ke Bougenvile
1 kamar 7A dengan diagnosa medis dispepsia. Riwayat kesehatan dahulu, pasien
mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dideritanya saat ini.
Riwayat kesehatan keluarga Ny.S mengatakan dalam keluarganya ada yang
mempunyai riwayat penyakit menurun Diabetes Mellitus yaitu neneknya.
7
Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit dengan hasil antropometri
diketahui berat badan pasien 38 kg, tinggi badan 140 cm, LILA 28 cm,indeks
masa tubuh dengan rumus BB/ (TB)2, TB dalam satuan meter. Didapatkan hasil
19,4 (nilai normal 18-24) biochemical tidak diketahui, clinical dengan hasil
penampilan pasien, untuk rambut hitam ada sedikit uban, kulit normal, mukosa
bibir kering, turgor kulit baik, diet dengan hasil pasien mengatakan makan 3 kali
sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan minum 5 gelas sehari. Sedangkan
selama sakit dengan hasil antropometri berat badan klien 38 kg, tinggi badan
140 cm, LILA 28 cm, indeks masa tubuh 19,4, biochemical dengan hasil
laboratorium, hemoglobin 10,4 g/dl menurun nilai normal (12,0 – 16,0 g/dl),
hematokrit 34 % menurun nilai normal (37 – 48%), albumin 2,7 g/dl menurun
nilai normal (3,2 – 4,6 g/dl), clinical sign dengan hasil penampilan klien, rambut
mudah rontok, mudah dicabut, kulit kering dan pecah-pecah, konjungtiva
anemis, turgor kulit jelek, mukosa bibir kering, frekuensi nadi 82 kali per menit
dan irama teratur, tekanan darah 130/90 mmHg, pasien tampak lemah, diet
dengan hasil klien mengatakan tidak nafsu makan, mual. Makan 3 kali sehari
dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur. Makan pagi hanya 3
sendok, makan siang kurang lebih 5 sendok. Pasien hanya minum air putih 2
gelas.
Pemeriksaan fisik, keadaan umum dari pasien adalah baik, kesadaran
composmentis, untuk pemeriksaan tanda-tanda vitalnya didapatkan hasil tekanan
darah Ny. S 130/90 mmHg, frekuensi nadi 82 kali per menit, suhu 36,8 ºC,
frekuensi pernafasan 18 kali per menit. Pemeriksaan fisik, untuk kepala bentuk
8
mesochepal, rambut lurus dan uban. Mata klien simetris antara kanan dan kiri,
sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil mengecil jika terdapat rangsangan
sinar, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bersih, tidak terdapat
secret, tidak terpasang oksigen. Telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak
banyak serumen, tidak ada gangguan pendengaran. Mulut tidak terdapat
stomatitis, lidah sedikit kotor. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Pada
pemeriksaan dada paru, untuk inspeksi, pengembangan dada simetris antara
kanan dan kiri, ekspansi dada sama antara kanan dan kiri, palpasi vocal fremitus
antara kanan dan kiri sama, saat perkusi bunyi paru sonor, dan saat auskultasi
suara nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung saat inspeksi ictus cordis tidak
tampak dan teraba tidak terlalu kuat di sub intercosta 5 saat di palpasi, bunyi
pekak saat diperkusi, auskultasi bunyi jantung I dan II murni, tidak ada suara
tambahan. Pemeriksaan abdomen inspeksi perut datar, tidak ada jejas, auskultasi
bising usus 30 kali per menit, saat dilakukan perkusi terdengar bunyi timpani
dan saat dilakukan palpasi terdapat nyeri tekan di epigastrik. Pemeriksaan
genetalia dan anus bersih tidak terpasang kateter. Pemeriksaan ekstremitas,
untuk ekstremitas atas kanan dan kiri kekuatan otot 5, tangan kanan terpasang
infus Asering 20 tetes per menit, tidak ada oedema, ektermitas bawah kanan dan
kiri kekuatan otot 5 kanan dapat digerakkan tidak oedema, ektermitas bawah
kiri dapat digerakkan tidak ada oedema.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin tanggal 22 April 2013 pukul
05.00 WIB yaitu hemoglobin menurun 10,4 g/dl (nilai normal 12,0-16,0),
hematokrit menurun 34 % (nilai normal 37-48), leukosit meningkat 21 ribu/ul
9
(nilai normal 4,5-11,0), eritrosit normal 4,35 juta/ul (nilai normal 4,10-5,10),
trombosit menurun 140 ribu/ul (nilai normal 150-450). Pemeriksaan index
eritrosit: MCV menurun 78.5 /um (nilai normal 80,0-96,0), MCH 24,0 pg (nilai
normal 28-33), MCHC menurun 30,5 g/dl (nilai normal 33-36), RDW 16,2%
(nilai normal 11,6-14,6), MPV 6,4 fL (nilai normal 7,2-11). Pemeriksaan kimia
klinik : SGOT 42 u/l (nilai normal 0-35), alkali fosfatase 50 u/l (nilai normal 53-
141), bilirubin total meningkat 1,33 mg/d (nilai normal 0,00-0,30), albumin
menurun 2,7 g/d (nilai normal 3,2-4,6), kreatinin meningkat 1,8 mg/dl (nilai
normal 0,6-1,4), ureum meningkat 131 mg/dl (nilai normal <50), asam urat
meningkat 11,8 mg/dl (nilai normal 2,4-6,1), kolesterol total meningkat 203
mg/dl (nilai normal 50-200), HDL kolesterol 7 mg/dl (nilai normal 33-92),
trigliserida 422 mg/dl (nilai normal <150), kalium 3,1 mmol/L (nilai normal 3,7-
5,4), kalsium ion 1,13 mmol/L (nilai normal 1,17-1,29).
Therapi yang diberikan pada tanggal 22 April 2013 ranitidine 50 mg/12
jam, ceftriaxone 10 mg, RL 20 tpm, vitamin B1 (tiamin).
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Analisa data dilakukan tanggal 22 April 2013 jam 10.00 WIB, didapatkan
data subyektif yaitu pasien mengatakan makan pagi hanya 3 sendok, makan
siang kurang lebih 5 sendok, pasien minum air putih 2 gelas, jika makan terasa
mual dan terkadang muntah. Data obyektif yaitu dengan hasil antropometri
dengan hasil berat badan klien 38 kg, tinggi badan 140 cm, LILA 28 cm, indeks
masa tubuh 19,4, biochemical dengan hasil laboratorium, hemoglobin menurun
10,4 g/dl, hematokrit menurun 34%, albumin menurun 2,7 g/d clinical sign
10
dengan hasil penampilan klien, untuk rambut lurus dan beruban, mokosa bibir
kering, turgor kulit kering, kulit kering dan pecah-pecah, konjungtiva anemis,
nadi 82 kali per menit dan irama teratur, tekanan darah 130/90 mmHg, pasien
tampak lemah, diet dengan hasil klien mengatakan tidak nafsu makan, mual.
Makan 3 kali sehari dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur.
Makan pagi hanya 3 sendok, makan siang kurang lebih 5 sendok. Pasien hanya
minum air putih 2 gelas.
Berdasarkan analisa data penulis diatas penulis merumuskan masalah
keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ditegakan diagnosa
keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.
D. Perencanaan
Tindakan keperawatan dilakukan pada Ny. S selama 3x24 jam dan
diharapkan asupan nutrisi dapat adekuat dengan kriteria hasil nafsu makan
meningkat,berat badan tidak mengalami penurunan, turgor kulit kering, Hb, Ht
dan albumin dalam batas normal (hemoglobin nilai normal 12,0-16,0, hematokrit
nilai normal 37-48, dan albumin normal 3,2-4,6). Intervensi atau rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi status nutrisi (antropometri,
biochemical, clinical sign, dietary history), dengan rasional untuk menunjukkan
faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi. Beri makan porsi sedikit tapi
sering, dengan rasional dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu
cepat setelah periode puasa, pantau nilai laboratorium khususnya albumin dan
11
elektrolit, hemoglobin dan hematokrit, dengan rasional kadar albumin serum
menunjukkan status protein tubuh. Beri makanan kesukaan pasien, dengan
rasional untuk memungkinkan variasi sediaan makanan akan memampukan
pasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian ranitidin dan vitamin B1 dalam
program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi, dengan rasional untuk
pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 22 April 2013 jam 12.00
WIB yaitu mengobservasi status nutrisi (antropometri, biochemical, clinical sign,
dietary history) dengan respon subyektif pasien yaitu klien mengatakan tidak
nafsu makan, makan pagi 3 sendok dan makan siang 5 sendok, minum 2 gelas air
putih. Respon obyektif yaitu dengan hasil antropometri dengan hasil berat badan
klien 38 kg, tinggi badan 140 cm, lingkar lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh
19,3, biochemical dengan hasil laboratorium, hemoglobin 10,4 g/dl, hematokrit
34 %, albumin 2,7 g/dl, clinical sign dengan hasil penampilan klien, untuk
rambut lurus dan beruban dan kering. Kulit kering dan pecah-pecah, konjungtiva
anemis, nadi teratur dan lemah, tekanan darah 130/90 mmHg pasien tampak
lemah, diet dengan hasil pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual. Makan 3
kali sehari dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur. Makan pagi
hanya 3 sendok, makan siang kurang lebih 5 sendok. Pasien hanya minum air
putih 2 gelas. Implementasi pada jam 12.15 WIB adalah menganjurkan keluarga
untuk memberikan makan dengan porsi sedikit tapi sering, perawat
12
menganjurkan makan sedikit-sedikit supaya tidak terjadi rasa mual bahkan
muntah. Respon subyektifnya yaitu keluarga mengatakan akan memberikan
makanan dengan porsi sedikit tapi sering. Respon obyektif yaitu pasien tampak
makan dengan teratur menghabiskan 2-3 sendok.
Tindakan yang dilakukan tanggal 23 April 2013 pada jam 08.00 WIB
adalah memberikan terapi medis vitamin B1 (tiamin) 100 mg per 8 jam dan
ranitidine 50 mg per 8 jam. Respon subyektif pasien mengatakan bersedia diberi
obat. Respon obyektif yaitu pasien sudah minum obat vitamin B1 100 mg per
oral dan obat injeksi ranitidine masuk 50 mg per 8 jam. Melakukan observasi
nutrisi pada jam 10.00 WIB dengan respon subyektif pasien yaitu klien
mengatakan tidak nafsu makan, makan pagi 5 sendok dan makan siang 8 sendok,
minum 3 gelas air putih. Respon obyektif yaitu dengan hasil antropometri dengan
hasil berat badan klien 38 kg, tinggi badan 140 cm, lingkar lengan atas 28 cm,
indeks masa tubuh 19,4, biochemical dengan hasil laboratorium, hemoglobin
10,4 g/dl, hematokrit 34 %, albumin 2,7 g/dL, clinica sign dengan hasil
penampilan klien, rambut mudah rontok, kulit kering, konjungtiva anemis, nadi
teratur dan lemah, tekanan darah 130/90 mmHg, pasien tampak lemah, diet
dengan hasil pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual. Makan 3 kali sehari
dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur, makan pagi 5 sendok dan
makan siang 8 sendok, minum 3 gelas air putih.
Tindakan yang dilakukan tanggal 24 April 2013 jam 07.30 WIB adalah
memberikan terapi medis vitamin B1 (tiamin) 100 mg per 8 jam dan ranitidine 50
mg per 8 jam. Respon subyektif pasien mengatakan bersedia diberi obat. Respon
13
obyektif yaitu pasien sudah minum obat vitamin B1 100 mg per oral dan obat
injeksi ranitidine masuk 50 mg per 8 jam. Melakukan observasi nutrisi pada jam
10.00 WIB dengan respon subyektif pasien yaitu klien mengatakan tidak nafsu
makan, makan sehari tiga kali setiap makan menghabiskan setengah porsi dari
rumah sakit, minum 5 gelas air putih per hari. Respon obyektif yaitu dengan hasil
antropometri dengan hasil berat badan klien 38 kg, tinggi badan 140 cm, lingkar
lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh 19,4, biochemical dengan hasil
laboratorium, hemoglobin 10,4 g/dl, hematokrit 34 %, albumin 2,7 g/dL, clinical
sign dengan hasil penampilan klien, rambut mudah rontok, kulit kering,
konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah, tekanan darah 130/90 mmHg pasien
tampak lemah, diet dengan hasil pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual.
Makan 3 kali sehari dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur,
Pengkajian pola nutrisi dan metabolisme pada Ny. S didapatkan data yaitu
antropometri berat badan pasien 38 kg, tinggi badan 140 cm, lingkar lengan atas
28 cm, indeks masa tubuh (19,4), biochemical hemoglobin 10,4 g/dl, hematokrit
34%, albumin 2,7 g/d, clinical sign Pasien tampak lemah, rambut hitam ada
sedikit uban dan kering, kulit kering dan pecah-pecah, konjungtiva anemis, nadi
teratur dan lemah. diit klien tidak nafsu makan, makan 3 kali sehari dengan menu
bubur kurang lebih 3 sampai 5 sendok, minum 2 gelas air putih. Hasil
pemeriksaan laboratorium tanggal 24 April 2013 didapatkan nilai hemoglobin
10,4 g/dl (nilai normal 12,0-16,0), hematokrit 34% (nilai normal 37-48), albumin
2,7 g/d (nilai normal 3,2-4,6). Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik vitamin B1 jam 11.15 dengan respon subyektif pasien
14
mengatakan bersedia. Respon obyektif yaitu dengan hasil analgesik vitamin B1
100 mg.
F. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 hari, evaluasi
tanggal 22 April 2013 jam 13.55 adalah subyektif, pasien mengatakan tidak nafsu
makan. Obyektif, pasien menghabiskan 3 sendok untuk makan pagi dan 5 sendok
untuk makan siang, berat badan klien 38 kg, tinggi badan 140 cm, lingkar lengan
atas 28 cm, indeks masa tubuh 19,4, hemoglobin 10.4 g/dl, hematokrit 34%,
albumin 2,7 g/d, rambut mudah rontok, kulit kering, konjungtiva anemis, nadi
teratur tapi lemah, tekanan darah 130/ 90 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi
18 kali per menit, suhu 36,8°C. Analisis, masalah kebutuhan nutrisi belum
teratasi. Rencana, intervensi dilanjutkan yaitu: observasi status nutrisi, beri porsi
makan sedikit tapi sering, pantau hasil laboratorium, berikan makanan kesukaan
klien, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis dan dalam
program pengobatan rumah sakit sesuai indikasi.
Evaluasi tanggal 23 April 2013 jam 14.00 adalah subyektif, pasien masih
mengeluh mual. Obyektif, pasien menghabiskan 5 sendok untuk makan pagi dan
8 sendok untuk makan siang, berat badan klien 38 kg, tinggi badan 140 cm,
lingkar lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh 19,4, hemoglobin 10.4 g/dl,
hematokrit 34 %, albumin 2,7 g/d, rambut mudah rontok, kulit kering,
konjungtiva anemis, nadi teratur tapi lemah, tekanan darah 130/ 90 mmHg, nadi
82 kali per menit, respirasi 18 kali per menit, suhu 36,8°C. Analisis, Masalah
belum teratasi lanjutkan intervensi beri makan dengan porsi sedikit tapi sering
15
dan berikan makan kesukaan pasien. Rencana, intervensi dilanjutkan yaitu:
observasi status nutrisi, beri porsi makan sedikit tapi sering, pantau hasil
laboratorium, berikan makanan kesukaan klien, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi medis dan dalam program pengobatan rumah sakit sesuai
indikasi.
Evaluasi tanggal 24 April 2013 jam 14.00 subyektif, pasien masih
mengeluh mual. Obyektif, makan sehari tiga kali setiap makan menghabiskan
setengah porsi dari rumah sakit, berat badan klien 38 kg, tinggi badan 140 cm,
lingkar lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh 19,4, hemoglobin 10.4 g/dl,
hematokrit 34%, albumin 2,7 g/d, rambut mudah rontok, kulit kering,
konjungtiva anemis, nadi teratur tapi lemah, tekanan darah 130/ 90 mmHg, nadi
82 kali per menit, respirasi 18 kali per menit, suhu 36,8°C. Analisis, masalah
belum teratasi lanjutkan intervensi beri makan dengan porsi sedikit tapi sering
dan berikan makan kesukaan pasien. Planing, intervensi dilanjutkan yaitu:
observasi status nutrisi, beri porsi makan sedikit tapi sering, pantau hasil
laboratorium, berikan makanan kesukaan pasien, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi medis dan dalam program pengobatan rumah sakit sesuai
indikasi.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 di bangsal
Bougenvile RS Panti Waluyo Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan
memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan. perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Tahap yang pertama dilakukan penulis adalah pengkajian kepada
pasien. Pengkajian keperawatan pada sistem gastrointestinal adalah salah satu
dari komponen asuhan keperawatan yang merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi
usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin,
2011).
Keluhan utama pada penderita dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak
nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut
penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada sampai
muntah, tidak nafsu makan. Dinding usus mempunyai berbagai reseptor,
termasuk reseptor kimiawi, reseptor mekanik, dan nociceptor. Dispepsia
17
mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau
duodenum sehingga menyebabkan nyeri, sedangkan rasa tidak nyaman di
abdomen disebabkan oleh peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap
asam. Distensi yang berlebihan atau iritasi pada duodenum menyebabkan
suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah (Soegondo, 2006). Keluhan
dari Ny. S tidak jauh berbeda dengan teori. Keluhan utama pada penderita
dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,
kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh (Soegondo, 2006).
Pengkajian ABCD yaitu : A (antropometri), meliputi berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, indeks masa/tubuh. B (biochemical data),
meliputi hasil laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, albumin. C
(clinical sign), meliputi penampilan umum yaitu lesu, apatis, kakeksia. Berat
badan kurang dari 20% berat badan ideal. Postur yaitu bahu kendur, dada
cekung, punggung bungkuk. Otot yaitu penampilan lemah, tonus buruk, nyeri;
edema, tidak mampu berjalan dengan baik. Kontrol sistem saraf yaitu kurang
perhatian. Fungsi gastrointestinal yaitu anoreksia, tidak dapat mencerna,
konstipasi atau diare. Fungsi kardiovaskuler yaitu nadi diatas 100 kali per
menit, irama tidak normal, tekanan darah meningkat. Rambut yaitu kusam,
kusut, kering, tipis dan kasar, helai rambut mudah terlepas. Kulit yaitu kasar,
kering, bersisik, pucat. Bibir yaitu penampilan kering, bersisik, bengkak. Gusi
yaitu bengkak dan mudah berdarah. Mata yaitu konjungtiva pucat atau
anemis. D (dietary history), meliputi status kesehatan, pemasukan makanan,
kultur dan agama, status sosioekonomi, pilihan pribadi, faktor psikologis,
18
alkohol dan obat, kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan.
(Perry & Potter, 2005).
Pengkajian pola nutrisi dan metabolisme pada Ny. S didapatkan data
yaitu antropometri berat badan pasien 38 kg, tinggi badan 140 cm, lingkar
lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh (19,4), biochemical hemoglobin10,4
g/dl, hematokrit 34%, albumin 2,7 g/d, clinical. Pasien tampak lemah, rambut
hitam ada sedikit uban dan kering, kulit kering dan pecah-pecah, konjungtiva
anemis, nadi teratur dan lemah. diit klien tidak nafsu makan, makan 3 kali
sehari dengan menu bubur kurang lebih 3 sampai 5 sendok, minum 2 gelas air
putih. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 22 April 2013 didapatkan nilai
hemoglobin 10,4 g/dl (nilai normal 12,0-16,0), hematokrit 34% (nilai normal
37-48), albumin 2,7 g/d (nilai normal 3,2-4,6).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Perry & Potter, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh pada pengkajian terhadap Ny. S
dapat diambil kesimpulan bahwa Ny. S mengalami masalah keperawatan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini dapat dilihat dari tanda-tanda
klinis pasien yang mengarah kedalam status nutrisi kurang yaitu anoreksia,
nadi teratur tetapi lemah, konjungtiva anemis, rambut kering, kulit kering dan
pecah-pecah. Dari pemeriksaan antropometri pasien nilai indeks masa tubuh
kurang dari 20, lingkar lengan atas klien 28 normalnya 28,5 cm. (Wahit,
19
2007). Melihat di pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin 10,4 g/dl
normalnya adalah 12-16 g/dl, hematokrit 34% normalnya adalah 37-48 %,
albumin 2,7 g/d normalnya adalah 3,2-4,6 g/d, indeks masa tubuh 19,4
normalnya adalah 18-24 (Potter & Perry, 2005). Penulis memprioritaskan
diagnosa nutrisi karena merupakan diagnosa prioritas dan aktual, hal ini
didasarkan pada teori hierarki Maslow.
3. Intervensi
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan
kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan
klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dan NOC
(Nursing Outcomes Classification). Intervensi yang akan dilakukan tuliskan
sesuai dengan kriteria intervensi NIC (Nursing interventions Classification)
oleh penulis disesuaikan dengan kebutuhan dan respon pasien, sehingga
rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable
(dapat diukur), acceptance, rasional dan timing (Perry & Potter, 2005).
Diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilangnya nafsu makan, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan asupan nutrisi dapat adekuat
dengan kriteria hasil nafsu makan meningkat, nilai laboratorium dalam
batas normal khususnya albumin 2,7 g/d, melaporkan keadekuatan tingkat
energi. Rencana tindakan keperawatannya yaitu pencegahan dan penanganan
pembatasan diet yang berat dan aktivitas berlebih atau makan dalam satu
waktu dalam jumlah banyak, pemberian asupan diet makanan cairan yang
20
seimbang, fasilitasi pencapaian kenaikan berat badan, pantau hasil
laboratorium khususnya albumin, transferin, elektrolit, ketahui makanan
kesukaan klien, pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan,
timbang pasien pada interval yang tepat, berikan informasi yang tepat tentang
pentingnya kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya, tentukan dengan
kolaborasi bersama ahli gizi secara tepat jumlah kalori dan jenis gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Wilkinson, 2006).
Rencana tindakan keperawatan yang ingin penulis lakukan pada Ny. S
yang mengalami masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
meliputi: kaji status nutrisi (antropometri, biochemical data, clinical sign,
dietary history), pantau hasil laboratorium khususnya albumin, transferin,
elektrolit, beri makanan kesukaan pasien, beri makan porsi sedikit tapi
sering, berikan informasi yang tepat tentang pentingnya kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya, kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi dalam
pemberian terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit sesuai
indikasi.
Terdapat kesenjangan antara teori dan intervensi terhadap Ny. S yaitu
penulis tidak mencantumkan intervensi fasilitasi pencapaian kenaikan berat
badan karena dalam kasus Ny. S tidak ditemui berat badan kurang dari berat
ideal. Untuk intervensi pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan
asupan juga tidak dicantumkan penulis karena memantau kandungan nutrisi
dan kalori sudah dilakukan oleh ahli gizi.
4. Implementasi
21
Implementasi jam 12.00 WIB adalah tindakan keperawatan yang
penulis lakukan kepada klien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan
klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Tindakan asuhan keperawatan
diagnosa kekurangan nutrisi, tindakan yang sudah dilakukan penulis adalah
pertama, mengobservasi status nutrisi (antropometri, biochemical data,
clinical sign, dietary history). Respon subyektif yaitu klien mengatakan
masih tidak nafsu makan, klien makan pagi sebanyak 3 sendok dan makan
siang sebanyak setengah porsi. Respon obyektif yaitu berat badan 38 kg,
tinggi badan 140 cm, lingkar lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh 19,4,
konjungtiva anemis, rambut hitam ada sedikit uban dan kering, kulit
kering dan pecah-pecah, nadi teratur yaitu 82 kali per menit tetapi lemah,
tekanan darah 130/90 mmHg. Pengukuran antropometri adalah suatu sistem
pengukuran susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Antropometri terdiri dari
berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, (menunjukkan lemak yang ada
di tubuh), lingkar lengan atas (Strawn Lm et al, 2002).
Kedua, mengajarkan keluarga untuk memberikan makan dengan porsi
sedikit tapi sering karena dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian
makan terlalu cepat. Disfungsi persarafan vagal berperan dalam
hipersensitivitas gastrointestinal pada dispepsia. Adanya neuropati vagal juga
berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung waktu
menerima makanan, sehingga menimbulkan akomodasi lambung dan rasa
cepat kenyang (Djojoningrat, 2006).
22
Ketiga, mengukur tanda-tanda vital,untuk mengetahui keadaan secara
umum pasien. Pemeriksaan nadi diatas 100 kali per menit, irama tidak normal,
tekanan darah meningkat menandakan status nutrisi yang buruk. (Perry &
Potter, 2005). Dalam kasus di lapangan didapatkan pemeriksaan tanda-tanda
vital, tekanan darah Ny. S selalu berubah-ubah yaitu 130/90 mmHg pada
tanggal 22 April 2012, 160/80 mmHg pada tanggal 23 April 2013, 130/90
mmHg pada tanggal 24 April 2013. Dalam pemeriksaan nadi terjadi
kesenjangan antara teori dan fakta yaitu di teori, untuk menunjukkan status
nutrisi buruk frekuensinya nadi harus lebih dari 100 kali per menit tetapi di
kasus yang ditemukkan penulis frekuensi masih dalam batas normal hanya
saja kekuatannya yang lemah.
Keempat, memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya. Karbohidrat sebagai bahan bakar dan sumber
energi banyak ditemukan di tumbuhan seperti zat tepung. Protein berfungsi
sebagai sumber membangun jaringan otot/organ dan sebagai bahan bangun
sel. Contoh makanan yang mengandung protein yang lengkap adalah daging,
susu, telur. Lemak, sebagai sumber pembangun jaringan lemak khususnya
asam lemak esensial tak jenuh, juga sebagai sumber energi. Lemak hewan
memiliki proporsi asam lemak jenuh yang tinggi, sedangkan lemak sayuran
memiliki jumlah yang tinggi akan asam lemak tidak jenuh dan tidak jenuh
majemuk. Serat berhubungan dengan penurunan insiden divertikulosis, kanker
kolon, penyakit kardiovaskular, dan diabetes mellitus. Serat yang mudah larut
terdapat dalam sayuran dan buah akan menurunkan kadar kolesterol darah.
23
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makanan yang
esensial untuk metabolisme normal. Vitamin terdapat pada makanan segar
yang digunakan dengan cepat setelah terpapar panas, udara, dan air yang
minimal (Muttaqin, 2011).
Ranitidine adalah obat untuk saluran cerna yaitu golongan antasida
dan ulkus, antibusa. Indikasi ranitidine adalah pengobatan jangka pendek
tukak di duodenum aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks
esofagitis. Agen ini mempunyai mekanisme sebagai penghambat reseptor
histamine. Histamin mempunyai peran penting dalam sekresi asam lambung.
Penghambat H2 secara efektif akan menekan pengeluaran asam oleh makanan
dari system saraf. Pada dispepsia dapat juga ditemukan dispepsia tukak,
refluks gastroesofageal, ulkus peptic (ISO, 2010: 454).
Vitamin B1 (tiamin) berperan dalam oksidasi nutrient dan pelepasan
energi dalam tubuh. Defisiensi tiamin menyebabkan terhambatnya oksidasi
glukosa dalam tubuh. Bila pemecahan glukosa terhenti akan terjadi
peningkatan asam piruvat dalam darah yang dapat mengakibatkan kelemahan
otot dan degeneratif saraf (Iqbal, 2007). Menurut dari teori diatas untuk itu
vitamin B1 penting untuk penderita dispepsia.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang penulis ingin capai dari klien sesuai dengan
diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi
(Wilkinson, 2006).
24
Penulis dalam melakukan evaluasi sudah sesuai teori yang ada yaitu
sesuai SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning), terdiri dari
subyektif yaitu pernyataan klien atau keluarga, obyektif yaitu hasil dari
pemeriksaan dan observasi, assessment yaitu kesimpulan dari hasil tindakan,
planning yaitu rencana tindakan.
Evaluasi diagnosa keperawatan yang utama yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data subyektif
yaitu pasien mengatakan masih tidak nafsu makan. Data obyektif yaitu indeks
masa tubuh dan lingkar lengan atas masih di bawah normal, nilai hemoglobin
masih di bawah normal, dan klien tampak lemah. Analisa masalah belum
teratasi. Planing, intervensi dilanjutkan yaitu dengan observasi status nutrisi
pasien, pantau hasil laboratorium, berikan makan dalam porsi sedikit tapi
sering, laksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat ranitidine 50 mg,
vitamin BI 100 mg.
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan penulis selama 3 hari dari
tanggal 22 sampai 24 April 2013 adalah masalah Ny.S belum teratasi karena
menurut kriteria hasil nafsu makan belum meningkat, nilai laboratorium
seperti hemoglobin 10,4 g/dl nilai normal (12,0 – 16,0 g/dl), albumin 2,7 g/dl
nilai normal (3,2 – 4,6 g/dl) belum mencapai batas normal.
Penulis dalam melakukan evaluasi sudah sesuai teori yang ada yaitu
sesuai SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Plaining), terdiri dari subyektif
yaitu pernyataan pasien atau keluarga, obyektif yaitu hasil dari pemeriksaan
25
dan observasi, assessment yaitu kesimpulan dari hasil tindakan, planning
yaitu rencana tindakan.
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Pengkajian yang dilakukan terhadap Ny. S didapatkan data subyektif
makan pagi hanya 3 sendok, makan siang kurang lebih 5 sendok,
pasien minum air putih 2 gelas. data obyektif berat badan pasien 38 kg,
tinggi badan 140 cm, indeks masa tubuh 19,4, lingkar lengan atas 28 cm.
Pemeriksaan tanggal 22 April 2013 nilai hemoglobin10,4 g/dl, hematokrit
34 %, albumin 2,7 g/d. Pemeriksaan tanggal 23 April 2013, nilai
hemoglobin 10,4 g/dl, hematokrit 34%. Pasien tampak lemah, rambut
hitam ada sedikit uban dan kering, kulit kering dan pecah-pecah,
konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah. Tekanan darah 130/90
mmHg, suhu 36,5ºC, respirasi 16 kali per menit, nadi 82 kali per menit.
b. Diagnosa utama yang muncul saat dilakukan pengkajian pada Ny. S
adalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hilangnya nafsu makan.
c. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan asupan
nutrisi dapat adekuat, dengan kriteria hasil nafsu makan meningkat, nilai
laboratorium dalam batas normal, melaporkan keadekuatan tingkat energi.
26
Observasi kaji status nutrisi (antropometri, biochemical data, clinical
sign, dietary history).
d. Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny. S tanggal 22 sampai 24
April 2013 adalah mengobservasi status nutrisi, mengukur tanda-tanda
vital, menganjurkan kepada keluarga klien untuk memberi makan porsi
sedikit tapi sering, memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi dan bagaimana memenuhinya, memberikan injeksi, ranitidine 50
mg, vitamin B1 100 mg.
e. Evaluasi tanggal 24 April 2013 jam 12.00 yaitu pasien mengatakan tidak
ingin makan. Makan pagi 3 sendok dan makan siang setengah porsi.
Tekanan darah pasien 130/ 90 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi 16
kali per menit, suhu 36,5ºC. Berat badan masih tidak berubah yaitu 38 kg,
pasien tampak masih lemas. Masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi
yaitu observasi status nutrisi, beri makanan kesukaan klien, berikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering, pantau hasil laboratorium,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi medis dan ahli gizi
untuk pemberian terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit
sesuai indikasi.
f. Analisa kondisi pada hari terakhir kelolaan Ny. S yang mengalami
masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
pengkajian antropometri dengan hasil berat badan klien 38 kg, tinggi
badan 140 cm, lingkar lengan atas 28 cm, indeks masa tubuh 19,4,
biochemical dengan hasil laboratorium, hemoglobin 10,4 g/dl, hematokrit
27
34 %, albumin 2,7 g/d, Pasien tampak lemah, clinical dengan hasil
penampilan klien, untuk rambut hitam ada sedikit uban dan kering. Kulit
kering dan pecah-pecah, konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah,
tekanan darah 130/90 mmHg, diet dengan hasil klien mengatakan tidak
nafsu makan, mual. Makan 3 kali sehari dengan menu yang disiapkan
rumah sakit yaitu bubur. Makan pagi hanya 3 sendok, makan siang
kurang lebih 5 sendok. Pasien hanya minum air putih 2 gelas.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal
mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan
prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui
praktek klinik dan pembuatan laporan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan,
keterampilan, dan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan pada klien secara optimal.