Novel.docx

12
 Novel: Salah Asuhan Pengarang: Abdul Muis (1886-17 Juli 1959) Penertbit: Balai Pustaka Tahun Terbit: 198! "etakan #$#! 199% SIPNOSIS &ana'i adalah euda ribui asal Minangkabau* +esungguhn,a! ia terasuk rang ,ang sangat beruntu ng daat bersek lah di Beta.i saai taat &B+* $bun,a ,ang sudah /anda! eang berusaha agar anakn,a tidak segan-segan enitikan &ana'i ada keluarga Belanda .al au un utn uk ebia, aann,a ia har us eint a ban tuan aakn, a! +utan Bat uah * +etaat &B+! &ana'i kebali ke +lk dan beker/a sebagai klerek di kantr Asisten 0esiden +lk* T ak laa keudian! ia diangkat en/adi kis (lihat halaan 7)* Pen did ikan dan er gau lan ,an g serb a Bel and a! eung kikan &ana'i ber hub ung an erat dengan "rri e e Busse ! ga di s $nd-Peran2i s* &ana'i ki ni e rasa tel ah be bas da ri kungkungan tradisi dan adat negerin,a* +ika! eikiran dan 2ara hidun,a /uga sudah kebarat-baratan* Tidaklah heran /ika hubungann,a dengan "rrie dita'sirkan lain leh &ana'i karena ia kini sudah bukan lagi sebagai rang 3inlander4 (bangsa ribui ,ang di /a/ah leh Belanda)* leh karena itu! ketika "rrie datang ke +lk dala rangka engisi liburan sekla hn,a ! bukan ain senangn,a hati &ana'i* $a daat ber/ua kebali dengan sahabat dekatn,a* &ana'i ul ai er asak an tubuh n,a er asaan asa ra* +ik a "r rie ter hadan,a /uga diangga sebagai ga,ung bersabut kata ter/a.ab* Maka! betaa terke/utn,a &ana'i ketika ia eba2a surat dari "rrie* "rrir engingatkan bah.a erka.inan 2auran bukan han,a tidak lai untuk ukuran .aktu itu! tetai /uga akan endatangkan berbagai asalah* 3Tiur tinggal tiur! Barat tinggal Barat! tak akan daat ditubuni /urang ,ang ebatasi kedua  bahagian itu4 (lihat halaan 59)* Perasaan "rrie sendiri sebenarn,a engatakan lain*  aun! engingat dirin,a ,ang $nddan dengan sendirin,a rilaki dan sika hidun,a  /uga beri/ak ada kebuda,aan barat s erta &ana'i ,ang ribui! ,ang tidak akan begitu sa/a daat eleaskan akar buda,a leluhurn,a*

Transcript of Novel.docx

Novel: SalahAsuhanPengarang: Abdul Muis (1886-17 Juli 1959)Penertbit: Balai PustakaTahun Terbit: 1928, Cetakan XIX, 1990

SIPNOSISHanafi adalah pemuda pribumi asal Minangkabau. Sesungguhnya, ia termasuk orang yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai tamat HBS. Ibunya yang sudah janda, memang berusaha agar anaknya tidak segan-segan menitipkan Hanafi pada keluarga Belanda walaupun utnuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan Batuah. Setamat HBS, Hanafi kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di kantor Asisten Residen Solok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis (lihat halaman 27).Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkikan Hanafi berhubungan erat dengan Corrie De Busse, gadis Indo-Perancis. Hanafi kini merasa telah bebas dari kungkungan tradisi dan adat negerinya. Sikap, pemikiran dan cara hidupnya juga sudah kebarat-baratan. Tidaklah heran jika hubungannya dengan Corrie ditafsirkan lain oleh Hanafi karena ia kini sudah bukan lagi sebagai orang inlander (bangsa pribumi yang di jajah oleh Belanda). Oleh karena itu, ketika Corrie datang ke Solok dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya.Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrie terhadapnya juga dianggap sebagai gayung bersambut kata terjawab. Maka, betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca surat dari Corrie. Corrir mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untuk ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. Timur tinggal timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditumbuni jurang yang membatasi kedua bahagian itu (lihat halaman 59). Perasaan Corrie sendiri sebenarnya mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya yang Indodan dengan sendirinya prilaki dan sikap hidupnya juga berpijak pada kebudayaan barat serta Hanafi yang pribumi, yang tidak akan begitu saja dapat melepaskan akar budaya leluhurnya.Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi mau memutuskan pertallian hubnungannya itu. Surat itu membuat Hafani patah semangat. Ia pun kemudian sakit. Ibunya berusaha menghibur agar anak satu-satunya itu, sehat kembali. Di saat itu pula ibunya menyarankan agar Hanafi bersedia menikah dengan Rapiah, anak mamaknya. Sutan Batuah. Ibunya menerangkan bahwa segala biaya selama ia bersekolah di Betawi tidak lain karena berkat uluran tangan mamaknya, Sutan Batuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah sebagai istrinya.Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalan mulus. Hanafi tidak merasa bahagia, meskipun dari hasil perkawinannya dengan Rapiah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Syafei. Hanafi beranggapan bahwa penyebabnya adalah Rapiah. Rapiah kemudian menjadi tempat segala kemarahan Hanafi. Meskipun Rapiah diperlakukan begitu oleh Hanafi, Rapiah tetap bersabar.Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri di kebun. Ibunya menghampiri anaknya dan berusaha menyadarkan kembali kelakukan anaknya yang sudah lewat batas itu. Namun, Hanafi justru menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama, tiba-tiba seekor anjing gila menggigit tangan Hanafi.Dokter segera memeriksa gititan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter menyarankan agar Hanafi berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat menyenangkan hatinya. Sebab, bagaimanapun, kepergiannya ke Betawi itu sekaligus memberi kesempatan kepada untuk bertemu dengan Corrie.Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan yang dialami Corrie, Hanfi yang sedang berada di Betawi, justru menjadi penolong Corrie. Pertemuan itu sangat menggembirakan keduanya. Corrie yang sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa sebenarnya bahwa ia memerlukan sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil suatu keputusan. Ia bermaksud tetap tinggal di Betawi, Untuk itu, ia telah pula mengurus kepindahan pekerjaannya. Setelah itu, ia mengurus surat persamaan hak sebagai bangsa Eropa. Dengan demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus meluruskan jalan baginya untuk mengawini Corrie.Semua rencana Hanafi berjalan lancar. Namun, kini justru Corrie yang menghadapi berbagai persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi mendapat antipati dari teman-teman sebangsanya. Akhirnya, dengan cara diam-diam mereka melangsungkan pernikahan.Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi, tetap tinggal di Solok bersama anaknya, Syafei, dan ibu Hanafi.Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang mereka bayangkan. Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai menjauhi. Di satu pihak menggapnya Hanafi besar kepala dan angkuh, tidak menghargai bangsanya sendiri. Di lain pikah, ia menganggap Corrie telah menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupan Barat. Jadi, keduanya tidak lagi mempunyai status yang jelas, tidak ke Barat tidak juga ke Timur. Inilah awal malapetaka dalam kehidupan rumah tangga mereka.Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api nera dunia. Corrie yang semua supel dan lincah, kini menjadi nyonya pendiam. Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang kasar dan bengis, bahkan Hanafi selalu diluputi perasaan curiga dan selalu berprasangka buruk, lebih-lebih lagi Corrie sering dikunjungi Tante Lien, soerang mucikari.Puncak bara api itu pun terjadi. Tanda diselidiki terlebih dahulu, Hanafi telah menuduh istrinya berbuat serong, tentu sajaa, Corrie tidak mau dituduh dan diperlakukan sekehendak hati suaminya. Maka, dengan ketepatan hati, Corrie minta diceraikan. Sekarang kita bercerai, buat seumur hidup. Bagiku tidak menjadi kepentingan, karena aku tidak sudi menjadi istri lagi dan habis perkara (lihat halaman 183). Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat ke Semarang. Ia bekerja di sebuah panti asuhan.Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah. Ia menyesal dan mencora menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie tetap pada pendiriannya. Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi, ditambah lagi, teman-temannya makin menjauhi. Hanfi dipandang sebagai seorang suami yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Dalam keadaan demikian, barulah ia menyesal sejadi-jadinya. Ia juga ingat kepada ibu, istri, dan anaknya di Solok.Akibat tekanan batin yang berkelanjutan, Hanafi jatuh sakit. Pada saat itu datang seorang temannya yang mengatakan tentang pandangan orang terhadapnya. Ia sadar dan menyesal. Ia kembali bermaksud minta maaf kepada Corrie dan mengajaknya rujuk kembali. Ia pergi ke Semarang, namun rupanya, pertemuamnnya dengan Corrie di Semarangan merupakan pertemuan terkahir. Corrie terserang penyakit kolera yang kronis. Sebelum mengehembuskan nafasnya yang terakhir, Corrie bersedia memaafkan kesalahan Hanafi. Perasaan menyesal dan berdosa tetap membuat Hanafi sangat menderita. Batinnya goncang, ia pun jatuh sakit.Setelah sembuh Hanafi bermaksud pulang ke kampungnya. Ia ingin minta maaf kepada ibunya dan Rapiah, istrinya. Di samping itu ia juga ingin melihat keadaan anaknya sekarang. Ia berharap agar anaknua kelak tidak mengikuti jejak ayahnya yang sesat. Dengan kebulatan hatinya, berangkatlah Hanafi kembali tanah kelahirannya.

Dian yang Tak KunjungPadamPengarang : S. Takdir AlisjahbanaDian yang Tak Kunjung Padam, merupakan sebuah novel karya S. Takdir Alisjahbana. Novel ini mengisahkan sebuah perjalan cinta yang panjang antara Molek dan Yasin. Yasin, seorang nelayan, dan Molek, seorang anak hartawan nan terhormat.Ketika kita baru membaca novel ini, mungkin yang terpintas di benak kita adalah bahwa cinta keduanya memang tidak mungkin terjalin. Namun, ada sisi lain yang membuat novel ini kemudian berkembang. Bukan karena Yasin seorang nelayan yang kemudian mencintai Molek, sehingga Yasin ditolak habis-habisan oleh Molek. Namun justru sebaliknya. Molek ternyata juga mencintai Yasin.Orang Palembang, terutama bangsawan-bangsawannya terbilang amat benci pada orang yang datang dari Uluan. Tentu cintanya akan sia-sia belaka dan ia akan menjadi si cebol yang merindukan bulan.(Halaman 14)Diceritakan, Molek merupakan seorang yang cantik, baik fisik dan perangainya. Sehingga kedua orang tua Molek sagat menyayaginya. Terlebih-lebih Molek adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.Raden Mahmud dan isterinya amat sayang pada anaknya yang seorang itu, karena perangainya yang amat berbeda dengan yang lain. Ia rendah hati, pengiba dan penyayang, baik pada manusia, maupun pada hewan.(Halaman 9)Hal itulah mungkin yang membuat Molek kemudian jatuh cinta kepada Yasin yang hanya seorang nelayan. Kisah percintaan mereka pun tidaklah layaknya kisah-kisah percintaan remaja jaman sekarang. Keduanya hanya bertatapan dan berbicara seperlunya saja, itu pun dilakukan sembunyi-sembunyi, karena takut ketahuan Raden Mahmud, ayah Molek. Mereka bertemu di tempat mandi, tempat di mana Yasin dapat menyandarkan perahunya, karena rumah Molek berada di tepian Sungai Musi. Atau sengaja berkirim-kiriman surat untuk melepas rindu.Tiada dapat adinda katakana betapa girang hari adinda menerima surat kakanda itu. Sekarang seakan-akan sudah terbuka bagi adinda suatu jalan kea rah tempat yang mulia, yang telah lama terbayang-bayang kepada adinda..(Halaman 56)Yasin sendiri pun mempunyai perangai yang sama dengan Molek. Ia juga berhati lembut dan penyayang. Hanya saja ia berasal dari kaum yang tidak berada dan bukan orang terhormat. Hal ini lah yang kemudian menjadi jurang pemisah antara keduanya.Dengan alur maju dan flashback, novel ini tidak hanya menggambarkan kisah keduanya, namun juga menggambarkan bagaimana Sungai Musi di masa lalu. Selain itu, novel ini juga cukup menggambarkan kebiasaan dan kehidupan masyarakat Palembang di tahun 30an, yang saat itu terpusat pada perdagangan dan nelayan.Kembali ke inti novel ini, cinta keduanya pun semakin kuat dengan adanya jurang pemisah tersebut. Tak terpisahkan walaupun cobaan datang. Hingga pada klimaksnya, Molek akan dijodohkan dengan seorang kaya raya, Sayid Mustafa.Pada suatu hari Molek dipinang pula oleh Sayid Mustafa, yaitu seorang Arab yang ternama kaya dan berharta di kota Palembang. Pinangan itu diterima oleh Raden Mahmud..(halaman 93)Namun keduanya tak gentar untuk mewujudkan mimpi mereka yang ingin hidup bersama. Maka disusunlah sebuah rencana untuk melarikan Molek, tepat di malam pertunangannya dengan saudagar kaya raya tersebut.Bukan karena Yasin seorang penakut, kemudian ingin membawa Molek pergi begitu saja. Namun karena mereka tak punya cara lain untuk hidup bersama. Yasin pun pernah meminang Molek, namun pinangan itu ditolak mentah-mentah oleh ibu Molek.Perempuan keturunan Raden akan bersuamikan seorang Uluan..Baginya tak ada yang lebih hina, lebih aib rasanya daripada itu. Dan keaiban itu akan menimpa dirinya!!(halaman 78)Namun, jangan bayangkan akhir dari novel ini seperti sinetron-sinetron yang sering kita tonton. Akhir dari kisah ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ketika pada malam itu, Yasin yang telah lama berencana membawa pergi Molek, ternyata mengurungkan niatnya. Yasin sadar, dengan membawa pergi Molek, maka hanya akan memberika penderitaan kepada keluarga Molek, terlebih lagi kedua orang tuanya. Dan Yasin tak ingin membuat Molek durhaka kepada kedua orang tuanya. Maka dengan berat hati, Yasin kemudian pergi meninggalkan Molek yang saat itu berdiri diambang pintu dan telah bersiap-siap pergi dengan Yasin. Molek pun jatuh pingsan dan seketika itu keluarlah seluruh kerabat dan tamu untuk melihat Molek.Tidak diceritakan bagaimana kemudian, apakah Molek menikah dan hidup bahagia atau menderita. Namun kemudian diceritakan, dengan alur flashback, seorang Yasin yang seakan dipaksa mengingat kembali kisah cintanya yang pahit. Ketika Rahman, seorang anak muda yang berasal dari Kroi, membawa lari seorang gadis dan kemudian singgah di rumah Yasin.Aku melarikan anak gadis dari dusun Jepara. Mobilku rusak di jalan dan mala mini aku hendak menumpang di rumah mamak.(halaman 130) Maka terbayanglah dalam kenang-kenangannya malam ia hendak melarikan kekasihnya itu. Mula-mila dengan harapan besar harapan dan kepercayaan, tetapi kesudahannya kecewa kecewa yang tiada berhingga.(halaman 132)

Belenggu Roman Karya Armijn PaneSaya bingung mau baca apa sebenarnya, hingga akhirnya membuka lemari buku dan menemukan buku Belenggu karya Armijn Pane. Eh setelah membuka lembar demi lembar ternyata roman atau sekarang kita latah menyebut novel ini menarik dan kubaca terus hingga selesai dalam waktu tiga hari.Tema novel/roman ini rumah tangga yang tak harmonis hingga muncullah orang ketiga yang sekarang disebut selingkuh. Tokoh prianya Sukartono atau dokter Tono yang menikah dengan Tini yang cantik. Namun sayang rumah tangga mereka hambar karena Tini lama-lama tak lagi mesra bahkan cenderung mengabaikan dan kadang menyakiti hati dokter Tono. Demikian pula Tono yang menjauh, sibuk dengan pasien-pasiennya dan kadang lupa untuk menyapa atau mau berbaik-baik dulu dengan Tini. Intinya dua-duanya kurang komunikasi karena bahkan mereka bisa serumah namun tak lagi bercakap-cakap apa lagi mesra selayaknya pasangan.Di saat rumah tangga di ambang keretakan ini munculah tokoh Yah yang pura-pura jadi pasien. Ternyata Yah teman lama dan tetangga Tono saat masih kecil dan remaja di Bandung. Yah yang kemudian diceritakan punya profesi sebagai perempuan jalan raya (nah istilah untuk PSK zaman itu sangat halus) akhirnya berhasil memikat hati Tono yang serasa pernah mengenal Yah dan merasa diperlakukan dengan baik dan mesra.Dalam roman ini ditampilkan juga tentang perempuan. Di satu pihak ada Tini yang digambarkan sebaai perempuan modern yang punya kehendak sendiri, aktif di pergerakan perempuan, aktif pada kegiatan sosial, namun karena terlalu modern tak mau lagi melayani suami sebagaimana istri tradisional, seperti melepaskan sepatu suami dan melepaskan bajunya sepulang dari kantor. Di lain pihak ada Yah yang mau dengan senang hati melepas sepatu, melepas jas Tono, menyalakan sigaret (rokok) Tono, mengajaknya bercakap-cakap, menghilangkan rusuh hatinya.Ternyata tipe perempuan tradisional seperti Yah lah yang menang. Dia memenangkan hati Tono dan bahkan mampu membuat Tini merasa kalah hingga dia pergi ke Surabaya untuk menjadi pengurus panti asuhan sekaligus meninggalkan Tono karena tak sanggup menjadi istrinya.Mengapa Tini yang mau menikah dengan Tono tak mau mencintai Tono dengan tulus dan menjadi istri yang baik? Ada ternyata jawabannya karena Tini pernah menyerahkan cintanya pada Hartono hingga dia merasa tinggal pasir yang kering tak lagi punya cinta.Novel/roman ini banyak menampilkan percakapan batin tokoh atau monolog interiur (kalau tidak salah, itu saya pelajari dulu saat kuliah tahun 1988-1994). ContohTerbitlah pikirannya :Mengapakah mesti aku yang menghampiri dirinya? Mengapa bukan dia?. (Armijn Pane:65).Para tokoh diperlihatkan wataknya dengan penggambaran langsung mau pun dengan percakapan dengan tokoh lain. Bukan percakapan biasa, karena percakapan yang panjang-panjang. Bisa dikatakan roman ini merupakan roman psikologis. Menilik para tokoh sampai ke pikiran dan perasaannya, bahkan ke masa lalu tokoh yang menyebabkan sikapnya di masa kini.Di akhir roman diceritakan setelah hubungan Tono dengan Yah diketahui Tini dan Tini datang ke rumah Yah berniat untuk mengalahkan Yah, namun ternyata justru Tinilah yang kalah karena Yah walau perempuan jalan raya namun ternyata pandai berkata-kata. Yah kemudian pergi ke Kaledonia Baru, di kapal dia ingat Tono, dan di saat itulah radio menyiarkan ceramah Tono tentang kesehatan (TBC) dan Yah pun hanyut. Di akan masuk ke pintu kamar kapal dan inilah kalimat terakhirnya, sangat indah untuk mengakhiri novel yang terbuka atau masih penuh teka-teki bagi pembacanya :Dia hampir ke pintu terbuka, tempat suara Tono datang. Dia sudah berdiri di hadapannya, dia pun melangkah hendak masukPintu ke manakah itu! (Belenggu : 150).Dari awal sampai akhir kita selalu diberi gambaran tentang perasaan Tono, Tini mau pun Yah. Cinta segi tiga yang ternyata sudah ada di karya sastra Indonesia yang terbit pertama pada tahun 1940. Bahkan karena tema yang tak biasa untuk ukuran saat itu roman ini ditolak oleh Balai Pustaka.Jadi kata siapa selingkuh baru jadi trend di fiksi saat ini saja?Judul : BelengguPengarang : Armijn PanePenerbit : Dian RakyatKota/tahun terbit : Jakarta/ cetakan ketujuh belas 1995Tebal buku : 150 halaman

NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK HAMKA( Haji Abdul Muhammad Kharim Amrullah) Tahun1939Di wilayah Mengkasar, di tepi pantai, di antara Kampung Baru dan Kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Mengkasar. Di sanalah hidup seorang pemuda berumur 19 tahun. Pemuda itu bernama Zainuddin. Saat ia termenung, ia teringat pesan ayahnya ketika akan meninggal. Ayahnya mengatakan bahwa negeri aslinya bukanlah Mengkasar.Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lampau, seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih, yang merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Karena tak bersaudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh mamaknya. Datuk Mantari labih hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk kemenakannya tak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan ingin menikah namun tak diizinkan menggunakan hartany atersebut, terjadilah pertengkaran yang membuat Datuk Mantari labih menemui ajalnya. Pendekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia dibuang ke Cilacap, kemudian dibawa ke Tanah Bugis. Karena Perang Bone, akhirnya ia sampai di Tanah Mengkasar. Beberapa tahun berjalan, Pendekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian, lahirlah Zainuddin.Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian ayahnya menyusul ibunya. Ia diasuh Mak Base. Pada suatu hari, Zainuddin meminta izin Mak Base untuk pergi ke Padang Panjang, negeri asli ayahnya. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi.Sampai di Padang Panjang, Zainuddin langsung menuju Negeri Batipuh. Sesampai di sanan, ia begitu gembira, namun lama-lama kabahagiaannya itu hilang karena semuanya ternyata tak seperti yang ia harpakan. Ia masih dianggap orang asing, dianggap orang Bugis, orang Mengkasar. Betapa malang dirinya, karena di negeri ibunya ia juga dianggap orang asing, orang Padang. Ia pun jenuh hidup di padang, dan saat itulah ia bertemu Hayati, seorang gadis Minang yang membuat hatinya gelisah, menjadikannya alasan untuk tetap hidup di sana. Berawal dari surat-menyurat, mereka pun menjadi semakin dekat dan kahirnya saling cinta.Kabar kedekatan mereka tersiar luas dan menjadi bahan gunjingan semua orang Minang. Karena keluarga Hayati merupakan keturunan terpandang, maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya. Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh.Zainuddin pindah ke Padang Panjang dengan berat hati. Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berkiriman surat. Suatu hari, Hayati datang ke Padang Panjang. Ia menginap di rumah temannya bernama Khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindu pun terbayang di benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak ketiga, yaitu Aziz, kakak Khadijah yang juga tertarik oleh kecantikan Hayati.Mak Base meninggal, dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin. Karena itu ia akhirnya mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh. Hal itu bersamaan pula dengan datangnyarombongan dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ditolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab.Zainuddin tak kuasa menerima penolakan tersebut. Apalagi kata sahabatnya, Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat moralnya. Hayati juga merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya. Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin jatuh sakit.Untuk melupakan masa lalunya, Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Karyanya dikenal masyarakat dengan nama letter Z. Zainuddin dan Muluk pindah ke Surabaya, dan ia pun akhirnya menjadi pengarang terkenal yang dikenal sebagai hartawan yang dermawan.Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya. Semakin lama watak asli Aziz semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang. Mereka diusir dari kontrakan, dan secara kebetulan mereka bertemu dengan Zainuddin. Mereka singgah di rumah Zainuddin. Karena tak kuasa menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Aziz. Yang pertama berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun karena masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayat pulang ke kampung halamannya saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck.Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis aku cinta engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku di dalam mengenang engkau. Maka segeralah ia hendak menyusul Hayati ke Jakarta. Saat sedang bersiap-siap, tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck tenggelam. Seketika Zainuddin langsung syok, dan langsung pergi ke Tuban bersama Muluk untuk mencari Hayati.Di sebuah rumah sakit di daerah Lamongan, Zainuddin menemukan Hayati yang terbarng lemah sambil memegangi foto Zainuddin. Dan hari itu adalah pertemuan terakhir mereka, karena setelah Hayati berpesan kepada Zainuddin, Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin.Sejak saat itu, Zainuddin menjadi pemenung. Dan tanpa disadari siapapun ia meninggal dunia. Kata Muluk, Zainuddin meninggal karena sakit. Ia dikubur bersebaelahan dengan pusara Hayati.

SINOPSIS ROMANPERCOBAAN SETIA

Percobaa Setia merupakan roman karya sastrawan Balai Pustaka, Suman H.S. Roman ini diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1931. Roman ini berkisah tentang kesabaran, ketakwaan, kejujuran, dan perbuatan baik lainnya yang pasti akan mendapat ganjaran yang baik pula. Demikian pula halnya dengan perbuatan buruk pun akan mendapatkan ganjaran yang buruk pula. Dengan kata lain, perbuatan buruk akan dikalahkan oleh perbuatan baik.

Peristiwa-peristiwa dalam roman ini terjadi di Sumatra Barat (Sungai Kampar dan Taratak Buluh), dan Malaka, dengan melibatkan tokoh-tokoh sebagai berikut: Syainsuddin, seorang pemuda yatim yang taat beragama, jujur, sabar. Haji Djamin, seorang detektif. Abdul Fatah, seorang penipu. Haji Salwah, wanita saleh, anak seorang saudagar kaya tempat Syamsuddin bekerja. Ia juga merupakan orang tua angkat Syamsuddin.

Syamsuddin sejak kecil telah menjadi anak yatim. Ayahnya meninggal dunia ketika ia baru berumur 4 tahun. Bersama ibunya ia tinggal di Sungai Kampar. Ketika ia menginjak usia 8 tahun, ibunya menikah lagi, namun untung baginya karena ayah tiriya sangat mencintai dan menyayanginya. Ayah tirinya kemudian membawa Syamsuddin, ibu, dan adiknya yang baru berumur satu tahun ke Tatarak Buluh. Di tempat yang baru inilah, Syamsudin dididik belajar agama oleh ayah tirinya dan ia pun belajar mengaji kepada seorang guru agama.

Ketika Syamsuddin menginjak usia 16 tahun, ia meminta izin kepada orang tuanya untuk pergi merantau. Permintaan itu dikabulkan oleh kedua orang tuanya. Pada awal-awal perantauannya, nasib Syamsuddin sangat beruntung karena ia langsung mendapat pekerjaan dan majikannya mengangkatnya sebagai anak. Namun, ia harus meninggalkan rumah orang tua angkatnya ketika ada seorang gadis teman sekerja yang menaruh hati kepadanya. Gadis itu berusaha menggoda Syamsuddin untuk melakukan perbuatan terlarang. Namun, karena keimanan dalam diri pemuda itu tidak mudah tergoyahkan. Syamsuddin berhasil mencegah dirinya dan godaan nafsu. Karena merasa sakit hati, wanita itu kemudian memfitnah Syamsuddin, sehingga pemuda itu dikeluarkan dari pekerjaannya.

Syamsuddin meneruskan perantauan ke Malaka. Di tempat ini pun ia mempunyai majikan yang menyayanginya. Bahkan, mereka menganggap Syamsuddin seperti anaknya sendiri. Majikannya Semakin mempercayai dan menyayangi dirinya ketika ia berhasil menyelamatkan Haji Salwah, anak gadis majikannya dari kobaran api. Setelah kejadian itu, Haji Salwah menaruh hati kepadanya dan majikannya pun menyetujuinya. Namun, karena anak mereka sudah menjadi haji, maka majikannya memerintahkan Syamsuddin untuk menunaikan ibadah haji, ke Mekah. Hal itu dilakukan untuk menghindari gunjingan orang.

Syamsuddin pun berangkat ke Mekah dengan menggunakan kapal laut. Dalam perjalanan menuju kota tersebut, ia bertemu dengan Jamin, salah seorang sahabatnya. Sejak saat itu, keduanya selalu tampak bersama-sama dalam keadaan susah dan senang. Ketika dompet Jamin hilang dicuri orang, Syamsuddin membantu sahabatnya dengan berjualan rujak di atas kapal agar uang Jamin terkumpul kembali untuk melanjutkan perjalanannya. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke Mekah dan sampai di kota itu sebulan kemudian.

Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, Syamsuddin harus berpisah dengan Jamin karena pemuda itu bermaksud untuk menuntut ilmu di kota Mekah. Syamsuddin menginap di Pulau Pinang. Di penginapan ini, ia bertemu dengan Abdul Fatah yang mengenal keluarga Haji Salwah. Syamsuddin menceritakan rencana pernikahannya dengan Haji Salwah kepada lelaki itu. Ternyata Abdul Fatah pun mencintai Haji Salwah dan ia bermaksud untuk menggagalkan rencana pernikahan Syamsuddin. Ia mengatakan bahwa Haji Salwah telah menikah dengan orang lain beberapa saat setelah kepergian Syamsuddin. Namun, Syamsuddin tidak mempercayai kabar itu.

Mengetahui siasatnya tidak berhasil, Abdul Fatah kemudian menjalankan siasatnya yang kedua. Ia berusaha merekayasa sebuah tabrakan yang menyebabkan Syamsuddin mengalami luka parah dan harus menjalani perawatan di rumah sakit, sedangkan ia sendiri hanya mengalami luka ringan. Ia kemudian membawa barang-barang milik Syamsuddin dan mengatakan kepada keluarga Haji Salwah bahwa Syamsuddin telah meninggal. Dengan demikian, rencana pernikahannya dengan Haji Salwah akan berjalan mulus.

Siasatnya itu hampir berhasil kalau saja Jamin tidak segera pulang ke tanah air dan menerangkan perihal yang sebenarnya kepada keluarga Haji Salwah. Pemuda itu telah mengetahui semua akal bulus Abdul Fatah dan sahabatnya, Syamsuddin. Pada mulanya ia juga mempercayai kabar kematian Syamsuddin, namun salah seorang temannya memberitahukan bahwa Syamsuddin sedang dirawat di rumah sakit. Ia pun segera menengok Syamsuddin dan saat itulah ia mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

Atas penipuan yang dilakukannya, Abdul Fatah, dijatuhi hukum penjara selama 6 tahun. Sementara itu, setelah sembuh, Syamsuddin kembali ke tanah airnya dan melangsungkan pernikahan dengan Haji Salwah.