NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK...
Transcript of NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ANAK...
-
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG
KARYA AKMAL NASERY BASRAL
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
ZAHIRAH SURYANI AFIFAH
23010150150
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
-
ii
-
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG
KARYA AKMAL NASERY BASRAL
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
ZAHIRAH SURYANI AFIFAH
23010150150
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
-
iv
-
v
KEMENTERIAN AGA MA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Salatiga Km 2 Telepon : (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website ; tarbitah.iainsalatiga.ac.id Email : [email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG
KARYA AKMAL NASERY BASRAL
disusun oleh
ZAHIRAH SURYANI AFIFAH
NIM : 23010 15 0150
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 14 Agustus 2019 dan telah dinyatakan telah
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji :
Ketua Penguji : Hammam, M. Pd. Ph. D.
Sekretaris Penguji : Dr. Maslikhah, M. Si.
Penguji I : Dr. Wahyudhiana, M.Pd.
Penguji II : Roko Patriajati, M.Pd.
Salatiga, 14 Agustus 2019
Dekan
Prof. Dr. Mansur, M.Ag.
NIP. 196806131994031004
mailto:[email protected]
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Zahirah Suryani Afifah
NIM : 23010150150
Progdi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan pada e-respository
IAIN Salatiga. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 28 Juni 2019
Penulis
Zahirah Suryani Afifah
NIM. 23010150150
-
vii
MOTTO
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat
baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang diantara
keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”
-Q.S. Al-Isra‟ ayat 23-
-
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Dan Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
1. Untuk Ayahanda Suryono dan Ibu Siti Isrowiyani yang selalu memberikan
dukungan kepadaku, baik secara material maupun dalam bentuk do'a.
Terimakasih karena tak henti-hentinya berkorban demi kebahagiaan dan
kesuksesan putrinya.
2. Keluarga Besarku Mlahar Mas Mat, Om Sidik, Om Puri, Pakde bambang dll
yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, kemudian untuk keluarga besarku di
Ngembik Mas Sigit, Mas Amin, Mas Hamid, Mas Nunu dll yang tak bisa
saya sebutkan satu persatu, serta adikku Muhammad Ryo Fauzan yang selalu
membuatku semangat dan termotivasi untuk menjadi hidup yang lebih baik.
3. Seluruh kerabat yang selalu mendo‟akan dan mendukungku untuk selalu
menuntut ilmu.
4. Bapak Fauzi Al Hidayat sebagai pengasuh PP Al-Ihsanul Amin Kecandran
Salatiga yang telah banyak membantuku baik material maupun non material
dan selalu memberikan motivasi sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar dan tepat waktu.
5. Bapak Muhammad Hanif sebagai Pengasuh PP Al Ihsanul Amin Kecandran
Salatiga yang selalu menasehatiku dan memberikan dorongan untuk menjadi
manusia yang lebih baik.
6. Dosen pembimbingku, Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah memberikan
pengarahan dari awal mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
-
ix
7. Bapak/Ibu Dosen, khususnya dosen PAI yang telah memberikan ilmunya
kepadaku, semoga ilmu yang engkau berikan bermanfaat. amin.
8. Teman spesial ku Fery Ardianto yang semoga menjadi teman hidupku
terimakasih atas motivasinya, dan menemaniku dalam suka dan duka.
9. Sahabat-sahabatku Fatimatuz Zahra, Firdha Avivia, Eni Nur Safitri, Ulfah
Masfufah, Alif, Wijayanti yang selalu menemani perjuanganku, menghiburku
dan mendukungku dari awal proses kuliah hingga skripsi.
10. Keluargaku PP Al-Ihsan (Putri)Fitri, Ifah, Zahro,Dina, Iin, Annisa, Agnes,
Alfi, Ambar dll yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, (Putra) Gugun, Azza,
Nirvan, Kholil, Hakim, Nugroho, Aziz dll yang telah banyak membantuku
dan selalu menghiburku.
11. Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang selalu memberikan kebahagiaan
dan memberiku semangat.
12. Teman-teman Ku di Rajeg Teh Nisa, Fajar Dwi Utomo, Wawan Julianto,
Endah, Yoni Febrianti, Yuni, Rio Ibrahim, dll yang tak bisa ku sebutkan satu
persatu terima kasih kalian sudah mau memberiku semangat tanpa henti dan
selalu menghiburku.
13. Teman-teman ku Petualang Ares, Wiwit, Wahyono, Oppah, Tommi, gugun,
Ifrat, Riris, Takim, dll yang tak bisa ku sebutkan satu persatu ku ucapkan
terima kasih kepada kalian karena telah menghiburku dikala gundah dalam
mengerjakan skripsi ini.
14. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.
-
x
15. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang
telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis
dan pelayanan hingga studi ini selesai.
16. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat khususnya PAI 2015 semua yang telah
membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripi ini.
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis sadar bahwa dalam penulis ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi
pengetahuan dunia pendidikan. Amin ya robbal 'alamin.
Salatiga, 28 Juni 2019
Penulis
Zahirah Suryani Afifah
NIM. 23010150150
-
xi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai-
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal
Nasery Basral”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu
setia dan menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah satu-satunya umat
manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju
zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr.Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Bapak Prof. Dr.
Mansur, M.Ag,
3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Dr. Asdiqoh, M.Si.
4. Dosen Pembimbing Akademik, Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
5. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Kedua orang tuaku dan Keluarga besar yang telah memberikan do'a, motivasi,
serta dukungan moril dan material kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
8. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2015 IAIN Salatiga yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
-
xii
9. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam
penyusunan skripsi ini.
Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa
berdo'a kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh
Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca
pada umumnya.Amin.
Salatiga, 28 Juni 2019
Penulis
Zahirah Suryani Afifah
NIM. 23010150150
-
xiii
ABSTRAK
Afifah, Zahirah Suryani. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel
Anak Sejuta Bintang Karya Akmal Nasery Basral. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata Kuci: Nilai-nilai Pendidikan Karakter, Novel Anak Sejuta Bintang.
Penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam novel
Anak Sejuta Bintang, serta implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam
pendidikan moralitas remaja. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mendeksripsikan dan menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam novel Anak Sejuta Bintang, dan mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter tersebut dalam pendidikan moralitas remaja.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian library research, yaitu penelitian
kepustakaan dengan mengambil objek Novel Anak Sejuta Bintang sebagai
sasaran penelitian ini adalah Novel Anak Sejuta Bintang. Pengumpulan data
dilakukan dengan mencari berbagai jenis media cetak (buku, majalah, koran,
dll) dokumen atau non cetak dapat disimpan di perpustakaan. Analisis data
adalah metode deskriptif dengan teknik analisis isi, yaitu menganalisis dari
Novel Anak Sejuta Bintang dan dikorelasi dengan nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung di dalamnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam novel Anak Sejuta Bintang mencakup nilai jujur, religius,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, peduli sosial, cinta tanah air,
cinta damai, tanggung jawab,ikhlas, pantang menyerah, bijaksana, (2) relevansi
nilai pendidikan karakter remaja saat ini.
-
xiv
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... i
Halaman Berlogo .................................................................................................... ii
Halaman Judul ....................................................................................................... iii
Nota Pembimbing................................................................................................... iv
Pengesahan Kelulusan ............................................................................................ v
Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Dipublikasikan ............................... vi
Motto ..................................................................................................................... vii
Persembahan ........................................................................................................ viii
Kata Pengantar ....................................................................................................... xi
Abstrak ................................................................................................................. xiii
Daftar Isi............................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah .......................................................................................... 6
F. Metode Penelitian ........................................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan ................................................................................... 13
-
xv
H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu ......................................................................... 15
B. Kajian Pustaka .............................................................................................. 17
1. Deskripsi Pendidikan Karakter ............................................................... 17
a. Pengertian Pendidikan ...................................................................... 17
b. Pengertian Karakter .......................................................................... 22
c. Pengertian Pendidikan Karakter ....................................................... 24
2. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................... 26
3. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ..................................................... 27
4. Fungsi Pendidikan Karakter .................................................................. 27
5. Ciri-ciri Pendidikan Karakter ................................................................. 28
6. Prinsip Pendidikan Karakter ................................................................... 29
7. Macam-macam Pendidikan Karakter ..................................................... 31
a) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa ........................................................................................ 31
b) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri ..... 32
c) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Sesama ........... 37
d) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Negara .......... 39
C. Gambaran Umum Novel .............................................................................. 40
a. Pengertian Novel ................................................................................... 40
-
xvi
b. Unsur-Unsur Novel ............................................................................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG KARYA
AKMAL NASERY BASRAL
A. Biografi Akmal Nasery Basral ..................................................................... 46
B. Karya-karya Akmal Nasery Basral ............................................................... 47
C. Novel ........................................................................................................... 53
1. Profil Novel ............................................................................................ 53
2. Sinopsisi Novel ...................................................................................... 54
a. Tema ................................................................................................. 59
b. Alur ................................................................................................... 59
c. Penokohan ........................................................................................ 60
d. Latar .................................................................................................. 77
e. Sudut Pandang .................................................................................. 81
f. Gaya Bahasa .................................................................................... 81
g. Amanat ............................................................................................. 82
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya
Akmal Nasery Basral .................................................................................. 84
1. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa ......................................................................................................... 84
-
xvii
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Diri Sendiri............ 85
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Sesama .............. 101
4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungan dengan Negara ................. 108
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Remaja Saat ini ...................... 111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 116
B. Saran ........................................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
2. Lembar Konsultasi Skripsi
3. Riwayat Hidup Penulis
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak-anak sangat rentan terhadap apa yang mereka baca/ saksikan
dari media massa, khususnya media televisi. Media televisi pada waktu
yang relatif singkat dapat membuat penilaian secara kritis tentang realitas
apa yang disaksikan anak di televisi. Lebih-lebih jika anak menyaksikan
acara yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwanya. Misalnya, anak di
bawah umur menyaksikan adegan film yang seharusnya tidak boleh
disaksikan oleh anak seusianya.
Pengaruh media elektronik pada tingkah laku anak amat
membahayakan. Terlebih lagi untuk jangka panjang. Jika tidak dibekali
dengan nilai-nilai moral, terlebih lagi nilai-nilai agama sejak dini,
dikhawatirkan dampak negatif di media televisi akan mengakar
pengaruhnya pada perilaku yang negatif. Hal ini amat cocok dengan ilmu
kejiwaan bahwa sikap dan pengetahuan sangat mempengaruhi tindakan.
Dalam hal ini tentu saja adalah tindakan anak yang tidak terpuji.
Memang dengan media massa, anak akan mudah memperoleh
pengetahuan baru dan wawasan baru, yang dapat meningkatkan kreativitas
anak. Di samping itu, media massa juga dapat menjadi pengisi waktu dan
juga sebagai hiburan. Namun, di Indonesia porsi hiburan ini begitu
mendominasi sehingga amat mengkhawatirkan bagi pendidikan anak.
Dalam keadaan tersebut media sering mengambil peran yang tidak
-
2
menguntungkan bagi perkembangan anak, baik fisik maupun psikis (Chan
dan Sam, 2011: 170-171).
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang NO. 2/ 89 Sistem Pendidikan Nasional dengan
tegas merumuskan tujuannya pada Bab II, Pasal 4 yaitu mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Maksud manusia Indonesia seutuhnya yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur. Di samping itu, juga memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Jika dilihat dari persentase jumlah anak yang ada di Indonesia, baru
sekitar 12 persen yang dapat mengikuti program wajib belajar. Selebihnya
tidak memperoleh kesempatan belajar yang selayaknya. Dapat
dibayangkan jumlah yang tersisa masih sekitar 88% justru menjadi pekerja
anak untuk membantu ekonomi keluarga. Jika mereka membantu orang
tua berarti mereka sendiri tidak mempunyai kesempatan belajar di rumah
maupun di sekolah, khususnya belajar penanaman nilai-nilai budi pekerti
luhur (Chan dan Sam, 2011: 17-21).
Pendidikan karakter adalah budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak
tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup
anak. Kemudian menurut Foerster, tujuan pendidikan adalah untuk
pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subjek
dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foester, karakter
-
3
merupakan sesuatu yang mengualifikasi pribadi seorang karakter menjadi
identitas mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah.
Aspek terpenting pembentukan karakter yaitu pendidikan harus
mampu mendorong anak didik melakukan proses pendakian terjal (the
ascent of man). Karena di dalam diri anak didik terdapat dua dorongan
esensial yaitu; yaitu dorongan mempertahankan diri dalam lingkungan
eksternal yang ditandai dengan perubahan cepat, serta dorongan
mengembangkan diri atau dorongan untuk belajar terus guna mencapai
cita-cita tertentu. Ketika anak didik telah mampu menyeimbangkan dua
dorongan esensial itu, maka akan menjadi pribadi dengan karakter yang
matang (Wibowo, 2012: 25-26).
ُهَو يَِعظُُه يَا بُ ََنَّ ال ُتْشرِْك بِاللَِّه ِإنَّ َوِإْذ َقاَل لُْقَماُن الْبِنِه وَ
ْرَك َلظُْلٌم َعِظيمٌ الشِّ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar" (Q.S. Al-Luqman: 13).
Kata (يعظه) ya‟izhuhu‟ terambil dari kata (وعظ) wa‟zh yaitu
nasihat menyakut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati.
Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung
peringatan dari ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata
untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau
sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi dengan penuh kasih sayang
-
4
sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak. Kata ini
juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukannya dari saat ke saat,
sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pada
kata (يعظه) ya‟izhuhu‟. Sementara ulama yang memahami kata (وعظ) wa‟zh
dalam arti ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman,
berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu
adalah seorang musyrik sehingga sang ayah yang menyandang hikmah itu
terus menerus menasehatinya sampai akhirnya sang anak mengakui
Tauhid.
Kata (بني) bunnayya adalah patron yang menggambarkan
kemungilan. Asalnya adalah (إبني) ibny dari kata (إبن) ibn yakni anak laki-
laki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini, kita
dapat berkata bahwa ayat diatas memberi isyarat bahwa mendidik
hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik. Luqman
memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari
syirik/mempersekutukan Allah SWT. Larangan ini sekaligus mengandung
pengajaran tentang wujud dan keesaan Tuhan. Bahwa redaksi pesannya
berbentuk larangan jangan mempersekutukan Allah SWT untuk
menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum
melaksanakan yang baik. Memang, “At-takhliyah muqaddamun „ala at-
tahliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama daripada menyandang
perhiasan) (Shihab, 2002: 295-298).
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
pendidikan karakter dalam novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasrel
Basral sehingga mengambil judul penelitian tentang “Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter dalam Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal
Nasery Basral”
-
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam novel
Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery Basrel?
2. Bagaimana relevansinya dengan pendidikan karakter remaja saat ini ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang
terkandung dalam novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery
Basral.
2. Untuk mengetahui relevansinya dengan pendidikan karakter remaja
saat ini.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, adapun beberapa
manfaatnya yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan khususnya mengenai pendidikan karakter yang pada
novel ini sebagai sarana pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat:
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca alam
mengetahui pendidikan karakter secara praktis.
-
6
b. Meningkatkan efektifitas terhadap kehidupan sosial dan sebagai
masukan yang membangun, guna untuk meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan Islam yang berkarakter.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalah pahaman dalam
mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini maka
dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang menjadi ultimate goal (tujuan akhir)
dari segala aktivitas (penyelidikan) ontologis dan epistermologis dalam
telaah filosofis realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita
masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi penting dalam kehidupan, sampai pada suatu tingkat, dimana
ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan tertentu.
Adapun sumber nilai ada dua yaitu: a) Aqal, berpangkal pada manusia
melalui filsafat, b) Naqal, berpangkal dari Tuhan melalui agama
(Rosyadi, 2004: 114-124).
Secara umum nilai adalah seluas potensi kesadaran manusia,
variasi kesadaran manusia sesuai dengan individualitas dan keunikan
kepribadiannya. Ada manusia yang memuja materi, karena baginya
hidup ini ditentukan oleh materi, ada manusia yang memuja keindahan
karena didalamnya manusia menikmati kebahagian, ada pula manusia
yang mengembara atau menjelajahi untuk mencari nilai hidupnya.
Banyak manusia yang mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan,
-
7
semuanya adalah perwujudan kesadaran nilai dalam masing-masing
pribadi. Nilai-nilai sedemikian universal dan tak terbatas, tetapi ada
pula orang yang membatasi nilai-nilai dalam arti tertentu yakni sebagai
norma.
Nilai bukan semata-mata untuk memenuhi dorongan intelek dan
keinginan manusia, nilai justru berfungsi untuk membimbing dan
membina manusia supaya menjadi lebih luhur, lebih matang sesuai
dengan martabat human-diginty. Dan human-diginty ini ialah tujuan itu
sendiri, tujuan dan cita manusia. Dalam pandangan idealisme, nilai
adalah suatu yang bersifat normatif dan obyektif, berlaku umum.
Bahkan nilai itu menjadi idealisme, cita-cita tiap pribadi yang mengerti
dan menyadarinya. Sebaliknya nilai itu menjadi norma, ukuran untuk
suatu tindakan seseorang apakah itu baik, buruk dan sebagainya
(Syam, 1988: 130-135).
Menurut Hoffmeister nilai adalah implikasi hubungan yang
diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda
dengan satu ukuran (para ahli) (Rosyadi, 2004: 115). Menurut Lorens
nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
dinginkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan (Akbar,
Winarni, Andayani, 2013: 58).
Menurut Ensiklopedia, nilai adalah sungguh-sungguh ada dalam
arti bahwa ia praktis dan efektif di dalam jiwa dan tindakan manusia
dalam melembaga secara obyektif di dalam masyarakat. Nilai-nilai itu
sungguh realita dalam arti bahwa ia valid sebagai suatu cita-cita yang
-
8
benar yang berlawanan dengan cita-cita yang palsu dan khayali (Syam,
1988: 133).
Menurut analisis nilai adalah abstrak, nilai bukan benda yang
konkrit, dan tidak hanya benar ataupun salah yang menuntut sebuah
pembuktian secara fakta.
2. Pendidikan Karakter
Istilah Pendidikan Karakter tersusun atas 2 kata; pendidikan dan
karakter. Secara bahasa, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian
yang setinggi-tingginya (Wibowo, 2012: 17-18).
Adapun karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter
adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku (Samani dan Hariyanto, 2014: 42).
Pendidikan Karakter adalah sebuah gerakan nasional yang
menciptakan sekolah yang menumbuhkan etika, bertanggung jawab,
dan mengasuh generasi muda dengan memodelkan dan mengajarkan
karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang
kita semua berbagi (Suyadi, 2013: 6).
-
9
Dengan demikian menurut analisis pendidikan karakter adalah
wawasan atau pembelajaran yang diberikan lalu ditanamkan dalam
pengembangan perilaku anak secara utuh dengan baik dan benar.
3. Novel
Novel juga merupakan karya sastra yang mengambil sisi kehidupan
masyarakat. Pengarang berusaha menggambarkan bentuk kehidupan
masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk novel. Sisi kehidupan
masyarakat dalam novel sangat erat kaitannya dengan pengarang serta
penikmat karya sastra. Sehingga sangat berpengaruh juga terhadapt
suatu perkembangan novel (Wijakangka, 2008: 191).
Dengan demikian menurut penulis novel adalah suatu yang realistis
dan masuk akal dalam kehidupan yang dilukiskan bukan hanya
kehebatan dan kelebihan tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi
juga cacat dan kekurangannya.
4. Akmal Nasery Basral
Akmal lahir 28 april 1968 dari pasangan Basral Sutan Ma‟ruf
(ayah) dan asmaniar (ibu) yang berasal dari minangkabau, kemudian
mempunyai istri bernama Sylvia dan mempunyai 3 orang anak Jihan,
Aurora, Ayla, pada saat itu setelah menyelesaikan pendidikan
menengah atas di SMA Negri 8 Jakarta, ia melanjutkan pendidikan di
Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
Indonesia.
Beliau sekarang bekerja sebagai sastrawan, Akmal telah
menghasilkan beberapa karya sastra, di antaranya novel Imperia yang
-
10
merupakan karya pertamanya dibuat tahun 2005, pada tahun 2010 ia
menyelesaikan novel Sang Pencerah, sebuah novel yang berkisar
tentang kehidupan dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan, pada tahun
2012 Akmal meluncurkan novel Anak Sejuta Bintang, novel tentang
masa kecil Aburizal Bakrie, karya yang lain adalah sebuah cerpen
yaitu Legenda Bandar Angin, yang pernah dinobatkan sebagai cerpen
terbaik harian Pikiran Rakyat pada tahun 2006, sebelum dikenal
sebagai sastrawan, Akmal merupakan wartawan media cetak sejak
tahun 1994. Pada tahun 2010, Akmal meninggalkan dunia jurnalistik
dan memfokuskan pikirannya pada dunia sastra, bahkan ia juga
berkiprah di dunia perfilman dan musik (Basral, 2012: 404-405).
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (library reseacrh), yaitu data-data atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam menyelesaikan penelitian tersebut yang berasal dari
perpustakaan baik berupa buku, ensklipedia, kamus, jurnal, dokumen,
majalah, dan lain sebagainya (Harahap, 2014: 68).
Penelitian ini juga menggunakan literatur dan teks sebagai objek
utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel Anak Sejuta
Bintang yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan
dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai
pendidikan karakter dengan menguraikan dan menganalisis serta
memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.
-
11
Menurut penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
keputakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis (descriptive of analysis research). Deskriptif analisis
ini mengenai blibliografi, yaitu pencarian fakta, hasil, ide, pemikiran
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi,
serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan
(Moeleng, 2005: 29).
2. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data, yakni
sumber data primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu, data-data yang biasa diperoleh
langsung dari sang tokoh, jika tokoh tersebut masih hidup atau
data-data yang diperoleh dari tulisan-tulisan yang pernah ditulis
oleh si tokoh tersebut (Harahap, 2014: 71).
Data pokok yang diperoleh melalui novel Anak Sejuta Bintang
oleh Akmal Nasrel Basral.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu, data-data yang diperoleh dari
informan lain yang dekat dan mengerti tentang tokoh tersebut atau
dari hasil tulisan orang lain tentang tokoh tersebut (Harahap, 2014:
71).
Dalam studi ini data sekundernya adalah buku-buku yang
mendukung penulis melengkapai isi serta interprestasi dari novel
-
12
maupun buku dari sumber data primer. Dalam hal ini, sumber data
sekunder berupa tulisan-tulisan yang sudah mencoba membahas
mengenai pemikiran Akmal Nasrel Basral dan literatur-literatur
lain yang relevan dengan penelitian ini. Sehingga dapat membantu
memecahkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian skripsi
ini.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mencari
berbagai jenis media cetak (buku, majalah, koran, dll) dokumen
atau non cetak dapat disimpan di perpustakaan. Kemudian
dikoleksi dengan menggunakan katalog, atau bentuk koleksi yang
lain. Dalam koleksi tersebut telah diklasifikasi berdasarkan
kelompok ilmu pengetahuan di berbagai disiplin ilmu, dengan
adanya klasifikasi berbagai disiplin ilmu dengan koleksi
perpustakaan yang secara umum digunakan (katalog), peneliti
dengan mudah dapat meneliti kepustakaan (Khatibah, 2011: 38).
d. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah
analisis isi, yaitu dengan menguraikan dan menanalisis serta
memberikan pemahaman atas teks-teks yang didiskripsikan. Isi
dalam metode analisis ini terdiri atas dua macam yaitu: isi laten da
isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam
dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang
terkandung sebagai akibat yang terjadi (Ratna, 2007, 49).
-
13
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel Anak
Sejuta Bintang, yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data:
1. Langkah Deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel
Anak Sejuta Bintang yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan karakter.
2. Langkah Interprestasi, yaitu menjelaskan teks-teks yang ada di
dalam novel Anak Sejuta Bintang yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan karakter.
3. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel
Anak Sejuta Bintang yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan karakter.
4. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu: mengambil kesimpulan
dari novel Anak Sejuta Bintang, yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan karakter.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah
sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini
menjadi satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini
bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud
penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari
lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
-
14
Bab I : Pendahuluan , Bab ini akan menguraikan: Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah , Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori, Bab ini akan menguraikan: Kajian Penelitian
Terdahulu, Kajian Pustaka: Deskripsi Pendidikan Karakter, Tujuan
Pendidikan Karakter, Ruang Lingkup Pendidikan Karakter, Fungsi
Pendidikan Karakter, Prinsip Pendidikan Karakter.
Bab III : Gambaran Umum Novel Anak Sejuta Bintang Karya Akmal
Nasery Basral, Bab ini akan menguraikan: Biografi Pengarang, Karya-
Karya Pengarang, Tentang Novel: Deskripsi Novel, Sinopsis Novel :
Tema, Alur, Latar (Setting), Penokohan, Sudut Pandang, Gaya Bahasa,
Amanat.
Bab IV : Analisis Dan Pembahasan, Bab ini akan menguraikan: Nilai-
Nilai Pendidikan Karakter yang terdapat dalam Novel Anak Sejuta Bintang
karya Akmal Nasery Basral, Relevansinya dengan pendidikan karakter
remaja saat ini.
Bab V : Penutup, Bab ini akan menguraikan: Kesimpulan, Saran, Daftar
Pustaka, Lampiran-Lampiran.
-
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan
perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan
perbandingan dan persamaan tidak terlepas dari topik penelitian yaitu
mengenai Pendidikan Karakter.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dapat
dijadikan perbandingan oleh si peneliti dalam memahami kualitas
skripsi diantaranya sebagai berikut:
1. Skripsi Reny Nawang Sakti tahun 2013 dari Universitas Negeri
Yogyakarta, dengan judul : “Nilai Pendidikan Karakter Novel
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Relevansinya
Terhadap Materi Pembelajaran Sastra Di SMA”
Pada penelitian tersebut dijelaskan tentang nilai pendidikan
karakter dalam novel Bumi Cinta, serta relevansinya terhadap
materi pembelajaran sastra pada siswa SMA. Adapun tujuan adalah
untuk mendeskripsikan dan menganalisis nilai pendidikan karakter
apa saja yang terkandung dalam novel Bumi Cinta, yang dapat
diterapkan dalam materi pembelajaran sastra pada siswa SMA
melalui novel Bumi Cinta.
2. Skripsi Ahmad Faisol tahun 2015 dari Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul : “Nilai-Nilai
-
16
Pendidikan Karakter dalam Novel (Study Tentang Pendidikan
Karakter Pada Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata)”.
Pada penelitian tersebut dijelaskan metode pendidikan
karakter pada novel Laskar Pelangi adalah: sedikit pengajaran,
banyak peneladanan, banyak pembiasaan, banyak pemotivasian,
banyak pendekatan aturan. Dan terdapat 18 nilai karakter novel
Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata, diantaranya: nilai religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
3. Skripsi Rohmatul Laelah tahun 2016 dari Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul : “Upaya Penanaman
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Siswa Melalui Kegiatan
Keagamaan di MI Ma‟rif Bego Sleman”
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
secara mendalam upaya penanaman nilai karakter melalui kegiatan
keagamaan pada siswa, hasil penanaman nilai karakter melalui
kegiatan keagamaan, dan faktor yang dapat menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan penanaman karakter di MI Ma‟arif
Bego. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan dan pengembangan bagi sekolah, guru, dan orang tua
dalam menanamkan nilai karakter pada anak.
-
17
Penelitian dari Reny Nawang Sakti, Ahmad Faisol tentang
pendidikan karakter dalam sebuah novel yang sangat berhubungan
dengan judul skripsi yang sedang penulis teliti. Serta skripsi
Rohmatul Laelah tentang pendidikan karakter pada siswa dalam
kegiatan keagamaan dan faktor yang dapat menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan penanaman karakter di MI Ma‟arif
Bego. Namun yang perlu dicari benang merah bahwa penelitian
sekarang bermaksud untuk mencari bagaimana nilai-nilai
pendidikan karakter dalam sebuah novel Anak Sejuta Bintang
dengan menanamkan karakter sejak usia dini maka diyakini anak
akan terbentuk karakter sejak dini dan saat remaja, anak tersebut
telah memiliki mentalitas dan budi pekerti yang baik sehingga
tidak melakukan kenakalan remaja disamping itu pendidikan anak
juga tidak hanya dilakukan oleh lembaga keluarga saja, tetapi perlu
saling mendukung dari berbagai elemen masyarakat: keluarga,
sekolah, lingkungan serta lembaga terkait yang menjadikan
pendidikan karakter harus dilakukan sejak usia dini oleh semua
elemen masyarakat sehingga tujuan pendidikan karakter akan
tercapai.
B. Kajian Pustaka
1. Deskripsi Pendidikan Karakter
a. Pendidikan
Pendidikan adalah berbicara tentang keyakinan, pandangan
dan cita-cita tentang hidup dan kehidupan umat manusia dari
-
18
generasi ke generasi. Dalam Islam, mengenyam pendidikan
dipandang sebagai kewajiban personal sepanjang hayat
manusia. Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia dibekali
oleh Sang Khaliq dengan potensi kodrat yang sempurna yaitu
potensi cipta, rasa, dan karsa. Potensi berharga inilah yang
mengantarkan bahwa manusia adalah khalifah di dunia ini.
Dengan dukungan potensi tersebut manusia di didik agar
memiliki orientasi yang tinggi untuk mendapatlan nilai-nilai
kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung pada
realitas yang ada di alam semesta ini (Mujtahid, 2011: 31).
Pendidikan adalah wahana paling efektif untuk memperkuat
integrasi sosial politik. Di dalam sistem persekolahan,
pendidikan dapat merangsang tumbuhnya kesadaran sosial di
kalangan anak didik, kemudian di Indonesia sarana paling
efektif untuk memperkuat integrasi sosial politik adalah
melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan warisan paling
berharga dari para tokoh pergerakan nasional, seperti Boedi
Oetomo pada zaman sebelum kemerdekaan. Karena kesadaran
menjaga integrasi sosial politik itulah maka pada Kongres
Pemuda pada pelopor gerakan nasional yang kebanyakan
berasal dari suku jawa, justru lebih memilih bahasa Indonesia
(yang berinduk dari bahasa Melayu) dan bukan bahasa Jawa,
sebagai bahasa nasional (Muslich, 2011: 46-47).
-
19
Menurut Driyarkara (1980) mengatakan, pendidikan adalah
memanusiakan manusia muda, mengangkat manusia muda ke
taraf mendidik. Dalam Undang-Undang Nomor 29 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Rousseau bahwa pendidikan adalah memberi kita
perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi
diperlukan pada masa dewasa. Adapun menurut Ki Hajar
Dewantara memberi definisi pendidikan sebagai tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan
menuntun segala kekuatan pada anak-anak itu agar mereka
sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya (Kadir,
2012 : 61-62).
Dictionary of Eucation menyatakan bahwa pendidikan
adalah: a) proses seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap, dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat
mereka hidup, b) proses sosial yang terjadi pada orang yang
dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
-
20
terkontrol, sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu optimal. Dengan
kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu
untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya
permanen (tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan sikap
(Syukur, 2011: 11).
Mengambil salah satu contoh buku yang berjudul Planning
for Teaching an Introduction karya Rechey yang menjelaskan
istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat
terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru
(generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan
tanggung jawabnya di tengah masyarakat. Jadi, proses
pendidikan jauh lebih luas dari pada proses yang berlangsung
di sekolah, keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial
sangat erat sehingga mungkin saja mengalami proses
spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang kompleks dan modern. Meskipun demikian
proses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari
proses pendidikan informal yang berlangsung di sekolah
(Sudarto, 2016: 44-45).
Dalam definisi di atas, sekurang-kurangnya tiap pribadi
manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan dalam arti yang
lebih luas. Sebab, tiap manusia kenyataannya sekaligus adalah
-
21
warga masyarakat, dan pendidikan dalam arti luas itu
berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat. Bahkan
menurut Lodge, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan
adalah hidup”. Dengan demikian pendidikan meliputi seluruh
umat manusia, sepanjang sejarah adanya manusia, sepanjang
hidup manusia. Jadi pendidikan informal ini tak terbatas seperti
pula pengaruhnya tak terukur. Sebaliknya pendidikan dalam
arti sempit ialah pendidikan formal hanya menyangkut pribadi
yang secara sukarela mengikutinya (Syam, 1988: 57).
Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk
berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup,
melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi),
serta strategi, dan teknik penilaian yang sesuai, kegiatan
pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah serta
masyarakat. Apabilai dikaitkan dengan keberadaan dan hakikat
kehidupan manusia, maka arah pendidikan adalah untuk
pembentukan kepribadian manusia, sebagai makhluk individu,
makhluk sosial, makhluk sosial, dan makhluk
beragama(religius). Untuk itu maka individu perlu diberi
berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal,
seperti konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab, dan
keterampilan (Syukur, 2011: 11-12).
-
22
b. Karakter
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” (menandai) dan memfokuskan, bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak
jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang berkarakter
jelek, semetara orang yang berperilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah
karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian)
seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a
person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah
moral (Zubaedi, 2011: 12).
Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons
situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata
melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat
terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.
Dalam konteks pemikiran Islam, karakter berkaitan dengan
iman dan ikhsan. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles,
bahwa karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasan
terus menerus di praktikan dan diamalkan (Mulyasa ,2014: 3-
4).
Paterson dan Seligman (dalam Raka, 2007)
mengindentifikasi 24 jenis karakter yang baik atau kuat
(character strength). Karakter-karakter ini diakui sangat
-
23
penting artinya dalam berbagai agama dan budaya di dunia.
Dari berbagai jenis karakter, untuk Indonesia ada 5 jenis
karakter yang sangat penting dan sangat mendesak dibangun
dan dikuatkan sekarang yaitu: kejujuran, kepercayaan diri,
apresiasi terhadap kebhinekaan, semangat belajar, dan
semangat kerja. Karakter ini diperlukan sebagai modal besar
untuk memecahkan masalah besar yang menjadi akardari
kemunduran bangsa Indonesia selama ini yaitu: korupsi,
konflik horizontal yang berkepanjangan, perasaan sebagai
kebangsaan kelas dua, semangat belajar dan semangat kerja
yang rendah.
Karakter adalah sebuah cara berpikir, bersikap, dan
bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi
kebiasaan yang di tampilkan dalam kehidupan bermasyarakat
(Zuchdi, 2011: 49-50).
Wyne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari
Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan
dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh sebab itu
seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam, rakus
dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek.
Sedangkan yaang berperilaku jujur, dan suka menolong
dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik/mulia
(Mulyasa ,2014: 3-4).
-
24
Adapun Lickona dalam bukunya Educating for Character
(dalam Paul Suparno, dkk. 2002) menekankan pentingnya
memperhatikan tiga unsur dalam menanamkan moral, yaitu:
pengertian atau pemahaman moral, perasaan moral, dan
tindakan moral. Ketiga unsur ini saling berkaitan, guru pun
perlu memperhatikan ketiga unsur ini agar nilai-nilai moral
yang ditanamkan tidak sekedar sebagai pengetahuan saja, tapi
benar-benar menjadikan tindakan-tindakan bermoral
(Budiningsih, 2013: 6).
c. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah aspek kognitif, afektif, dan
perilaku moralitas, sehingga menjadikan individu sebagai
pribadi dan warga negara yang baik, maka sekolah dan
universitas pun bertanggung jawab penuh memberikan bantuan
peserta didik dalam menguasai nilai-nilai moralitas dan
kebangsaan, sehingga menjadi warga negara yang baik
(Zuchdi, 2011: 69-70).
Pendidikan karakter lebih memfokuskan kepada perubahan,
sebenarnya tidak pendidikan karakter saja semua pendidikan
(matematika, bahasa, dan sebagainya) memfokuskan pada
perubahan. Bedanya pendidikan karakter sangat membutuhkan
upaya lebih dalam transfer ilmunya, karena hasilnya
berorientasi pada perilaku dan sikap, berbeda dengan
pendidikan yang lain yang mungkin sebagian besar berorientasi
-
25
pada nilai, angka, diselembar kertas ujian. Sebelum manusia
berubah maka dia harus mendapatkan input terlebih dahulu,
input ini akan diterima serta di proses oleh pikirannya sehingga
terjadilah keputusan berubah atau tidaknya.
Pendidikan karakter yang dibahas ini akan lebih
menekankan pada aspek psikologi manusia, sehingga banyak
sekali action yang harus dilakukan, lalu pendidikan karakter
bukan hanya dibicarakan dan dibahas (masuk ketelinga kiri,
keluar dari mulut, alias debat terus) tetapi harus dilakukan ingat
fokus pendidikan karakter adalah perilaku. Maka dari itu
kebanyakan manusia sebenarnya sudah memahami apa itu
pendidikan karakter tetapi kebanyakan manusia lupa akan hal :
Praktek, Lakukan, Do It, Action. Menurut Elkind dan Sweet
(2004), pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk
membantu manusia memahami, peduli tentang, dan
melaksanakan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang
jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak, maka jelaslah
bahwa kita mengharapkan mereka mampu menilai apakah
kebenaran, peduli secara sungguh-sungguh terhadap kebenaran,
dan kemudian mengerjakan apa yang diyakini sebagai
kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan dari luar dan
upaya dari dalam (Zubaedi, 2011: 15).
Dalam pendidikan karakter (Muslich, 2017: 130) sangat
penting dikembangkan nilai-nilai etika inti seperti kepedulian,
-
26
kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap
diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja
pendukung seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan
kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Dalam bukunya
“Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” Balitbang Puskur
2010 (Aqib, 2012: 75). Pendidikan karakter bangsa diartikan
sebagai: pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif, dan kreatif.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati (Samani dan Hariyanto, 2014: 45-46).
Adapun tujuan pendidikan karakter yang lainnya yaitu: 1)
memfasilitasi dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga
terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun
setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah), 2) mengkoreksi
perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai
yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna
-
27
bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan
berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif, 3)
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memetankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses
pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses
pendidikan di keluarga (Kesuma, dkk, 2012: 9-11).
3. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Upaya membangun karakter bangsa akan berhasil apabila
antar komponen lingkungan pendidikan dapat bekerja sama dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Oleh karena itu, diperlukan
educational networks yang satu dengan yang lain agar saling
berkesinambungan. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah
terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat (Aqib, 2012: 75).
4. Fungsi Pendidikan Karakter
Dalam fungsi pendidikan nasional sebagaimana tertuang
dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 bersesuaian dengan pendidikan
karakter memiliki 3 fungsi yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan: Mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia. Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
-
28
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
b. Fungsi pembentuk watak: bahwa pendidikan nasional yang
diarahkan pada pembentukan watak, dalam perspektif
pedagogik lebih memandang pendidikan karakter itu
mengembangkan/ menguatkan/ mamfasilitasi watak.
c. Fungsi peradaban bangsa: bahwa fungsi ini dikaitkan dengan
pembangun bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa untuk
menjadikan manusia terdidik akan menjadikan bangsa yang
beradab (Wiyani, 2013 : 32).
5. Ciri-ciri Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mempunyai 4 ciri dasar yaitu:
a. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan
seperangkat nilai, nilai menjadi pedoman normatif setiap
tindakan.
b. Koherensi yang memberikan keberanian yang membuat
seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing
pada situasi. Koherensi ini merupakan dasar yang membangun
rasa percaya satu sama lain, tanpa koherensi maka kredibilitas
seseorang akan runtuh.
c. Otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai-nilai
dari luar sehingga menjadi keputusan bebas tanpa paksaan dari
orang lain.
-
29
d. Keteguhan dan kesetiaan, keteguhan merupakan daya tahan
seseorang guna mengingini apa yang ddipandang baik, lalu
kesetian merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen
yang dipilih (Adisusilo ,2013: 78).
6. Prinsip Pendidikan Karakter
Lickona dkk (2007), mengemukakan sebelas prinsip agar
pendidikan karakter dapat berjalan efektif yaitu:
a. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja
pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik .
b. Definisi „karakter‟ secara komprehensif yang mencakup
pikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan
proaktif dalam pengembangan karakter.
d. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian.
e. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
f. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter,
dan membantu siswa untuk berhasil.
g. Usahakan mendorong motivasi diri siswa.
h. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan
moral yang berbagai tanggung jawab dalam pendidikan
karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama
yang membimbing pendidikan siswa.
-
30
i. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
j. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter.
k. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik
karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter
yang baik (Muslich, 2017: 129).
Adapun prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
karakter yaitu:
a. Berkelanjutan: mengandung makna bahwa protes
pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang
tiada henti, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai
selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun
kemasyarakatan.
b. Melalui semua mata pelajaran pengembangan diri dan budaya
sekolah, serta muatan lokal.
c. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan,
satu hal yang selalu harus diingat bahwa suatu aktivitas belajar
dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan. Guru harus merencanakan kegiatan belajar
yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan,
mencari sumber informasi, mengumpulkan informasi dari
-
31
sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, dan
menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka
melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah,
dan tugas-tugas di luar sekolah (Zubaedi, 2016: 138).
7. Macam-Macam Pendidikan Karakter
Telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentukan karakter
yang merupakan hasil kajian Kurikulum. Nilai-nilai yang
bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Nilai-nilai pendidikan karakter dikelompokan menjadi
lima yaitu: 1) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya
dengan Allah SWT, 2) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam
hubungannya dengan diri sendiri, 3) Nilai-nilai pendidikan karakter
dalam hubungannya dengan sesama, 4) Nilai-nilai pendidikan
karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, 5) Nilai-nilai
pendidikan karakter dalam hubungannya dengan negara.
1) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa
Nilai pendidikan karakter ini berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa yaitu religius adalah sikap dan perilaku yang
patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain (Sahlan dan Prastyo, 2017:
39). Orang yang yang memiliki sikap religius ini biasanya
sudah di tanamkan sejak kecil oleh orang tuanya, untuk
-
32
mengikuti sesuai ajaran yang dianutNya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
2) Nilai-nilai Kendidikan karakter Hubungannya dengan Diri
Sendiri
a. Jujur
Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan
seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan,
kata-kata dan perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak
dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang
lain untuk keuntungan dirinya (Kesuma, dkk , 2012: 16-
21). Orang yang jujur itu banyak di senangi oleh semua
orang, karakter jujur jarang dimiliki oleh banyakan orang
namun karakter jujur ini harus ditanamkan dahulu kepada
diri sendiri terlebih dahulu baru kita bisa mengajarkan
banyak orang apa pentingnya arti jujur dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah keberanian mengambil
resiko terhadap tantangan, hambatan ataupun rintangan
yang mungkin akan menghalangi tercapainya pekerjaan-
pekerjaan yang telah dianggap/diyakini kebaikan dan
kebenarannya (Roqib dan Nurfuadi, 2009: 53). Orang yang
mempunyai sikap tanggung jawab berani menerima tugas
nya yang sudah dipercaya banyak orang, sikap tanggung
-
33
jawab ada pada diri kita karena menjalankan amanat yang
harus dijalankan dengan baik dan benar.
c. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Sahlan dan
Prastyo, 2017: 39). Orang yang memiliki sikap disiplin ini
biasanya tepat waktu segala aktivitas yang dilakukan,
sudah merancang kegiatan yang ingin dilakukan,
mematuhi segala peraturan yang ada entah itu di sekolah,
di rumah, maupun di masyarakat.
d. Kerja Keras
Makna kerja keras adalah suatu istilah yang
melingkup suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah
menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/ yang menjadi
tugasnya sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja
sampai tuntas maksudnya adalah mengarah pada visi besar
yang harus dicapai untuk kebaikan/ kemaslahatan manusia
(umat) dan lingkungannya (Kesuma, dkk , 2012: 16-21).
Orang yang mempunyai sikap kerja keras berarti seseorang
tersebut memiliki tujuan atau cita-cita yang ingin
dicapainya, tapi seseorang pun itu mengerti untuk
mencapai tujuan atau cita-cita tidak lah semudah
membalik telapak tangan seseorang itu harus kerja keras
dan pantang menyerah walaupun keadaan yang sangat
-
34
menghimpit dan yakin bahwa apa yang di tujukan atau di
cita-citakan suatu saat nanti akan dicapainya.
e. Kreatif
Kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk
menemukan dan menciptakan hal-hal yang baru (Roqib
dan Nurfuadi, 2009: 163-164). Orang yang memiliki sikap
kreatif biasanya ingin membuat percobaan-percobaan yang
belum dilakukan oleh orang banyak, seseorang yang
kreatif daya berpikirnya dipakai agar menciptakan anak-
anak yang memiliki potensi-potensi kreativitasnya
bermacam-macam, sebab itu sangat penting bagi
masyarakat dan anak-anak di kehidupan saat ini maupun
masa depan nanti. Atau bisa juga sebagai seorang guru
hendaknya memiliki daya kreativitas yang tinggi, misalnya
dalam bentuk penulisan buku-buku atau dalam
menciptakan media pembelajaran sederhana untuk
membantu kelancaran proses belajar mengajar.
f. Mandiri
Karakter ini muncul dari penanaman nilai-nilai
humanisasi dan liberasi. Dengan pemahaman bahwa tiap
manusia dan bangsa memiliki potensi dan sama-sama
subjek kehidupan maka ia tidak akan membenarkan
adanya penindasan sesama manusia. Darinya
memunculkan sikap mandiri sebagai bangsa (Muslich,
-
35
2011: 76-77). Orang yang memiliki sikap mandiri cara
berpikir dan kemauan nya akan dilakukan nya sendiri
tanpa bantuan atau campur tangan orang lain, dan
semampu seseorang itu untuk melakukan tugasnya
mandiri. Biasanya karakter mandiri ini diajarkan oleh
orang tua yang ingin mengajarkan anak nya mandiri ntah
untuk persiapan masa depan nanti agar tidak bergantung
kepada orang lain.
g. Ikhlas
Ikhlas adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang
dikerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha
dari Allah SWT dan menjadikan tujuan dalam kehidupan
(Kesuma, dkk , 2012: 20). Orang yang memiliki sikap
ikhlas biasanya ditanamkan sejak kecil yang diajarkan oleh
orang tua nya, ikhlas tidak hanya dari mulut atau kelakuan
saja tapi hati pun kita harus belajar arti ikhlas karena apa
yang dikerjakan semata-mata hanya menhgharapkan ridha
dari Allah SWT.
h. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Sahlan dan Prastyo,
2017: 39). Orang yang memiliki sikap rasa ingin tahu
biasanya cerdas sebab dia ingin memperluas wawasan
-
36
yang tidak hanya diajarkan itu-itu saja tetapi lebih
mendalam pengetahuannya. Rasa ingin tahu yang besar
maka banyaknya pengetahuan yang dimiliki seseorang
tersebut, sikap seperti itu haus akan pengetahuan jika
seseorang tersebut tidak mengerti maksud ataupun tujuan
seseorang itu pun akan terus bertanya sampai seseorang
tersebut mengerti maksud ataupun tujuannya itu.
i. Pantang Menyerah
Kemajuan sebuah bangsa hanya bisa diperoleh jika
masyarakatnya tahan banting, kerja keras, tidak menyerah,
tekun, berulang kali gagal tetapi tidak patah semangat, dan
selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang bermanfaat
(Naim, 2012: 200). Orang yang memiliki sifat pantang
menyerah biasanya ingin memberikan yang terbaik untuk
sekarang maupun masa depan nya kelak. Keberhasilan
memang butuh proses yang panjang dan berliku dan tentu
saja tidak secara instan mendapatkannya, tapi jika kita
punya keyakinan keberhasilan akan didapat sikap pantang
menyerah yang harus ditanamkan di hati dan jangan
sampai tergoyah oleh apapun.
-
37
3) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan
Sesama
a. Bijaksana
Karakter ini muncul karena keluasan wawasan
seseorang. Dengan keluasan wawasan , ia akan melihat
banyaknya perbedaan yang mampu diambil sebagai
kekuatan. Karakter bijaksana ini dapat terbentuk dari
adanya penanaman nilai kebhinekaan (Muslich, 2011: 76-
77). Orang yang bijaksana itu biasanya memilki wawasan
yang luas dalam berpendapat, tidak hanya mementingkan
diri sendiri saja namun sikap bijaksana disini juga
mementingkan orang lain.
b. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Sahlan dan Prastyo, 2017: 40). Orang yang
memiliki sikap peduli sosial biasanya pandai bergaul entah
di sekolah, masyarakat, maupun di rumah. Sikap peduli ini
perlu diajarkan sejak kecil agar seseorang tersebut mau
membantu ataupun menolong sesama yang membutuhkan
pertolongan tidak pilih-pilih siapapun seseorang tersebut.
Sikap peduli jarang dimiliki banyak orang tanamkan dulu
sikap peduli sosial dari diri sendiri nantipun akan ada
interaksi sosial dari orang lain.
-
38
c. Bersahabat/ Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain
(Sahlan dan Prastyo, 2017: 39). Orang yang memiliki sikap
bersahabat /komunikatif biasanya bisa pandai bergaul dan
tidak memilih teman-teman, mudah berbincang-bincang
sewajarnya dan tidak terlalu pesimis, muah bekerja sama.
4) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan
Lingkungan
a. Toleransi
Toleransi adalah sikap yang adil dan obyektif
terhadap semua orang yang memiliki perbedaan gagasan,
ras, atau keyakinan dengan kita, toleransi juga bisa
dikatakan sesuatu yang membuat dunia ini menjadi tempat
yang aman bagi keberagaman (Lickona, 2013: 62-65).
Orang yang memiliki sikap toleransi tidak membedakan
seseorang tersebut maupun dia berbeda keyakinan, ras, dan
pemahaman kita harus saling menghormati, sikap toleransi
ini diajarkan orang tua dari kecil agar bisa saling berbagi
kepada semua manusia.
b. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Sahlan dan
Prastyo, 2017: 39). Orang yang memiliki sikap demokratis
-
39
biasanya tindakan yang tidak pandangan bulu antar sesama
ras, keyakinan, dll. Sikap demokratis juga boleh bebas
berpendapat mengenai pemahaman nya masing-masing dan
tidak boleh ada membatasi pendapat sebelum ada jalan
keluar mengenai permasalahan tersebut.
5) Nilai-nilai Pendidikan Karakter Hubungannya dengan
Negara
a. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya (Sahlan dan Prastyo,
2017: 39). Orang yang memiliki sikap semangat
kebangsaan berarti seseorang tersebut memiliki rasa
nasionalisme kita sebagai warga negara yang mempunyai
semangat kebangsaan akan tumbuh karna cinta kita kepada
tanah air.
b. Cinta Tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa (Sahlan dan Prastyo, 2017:
39). Orang yang memiliki sikap cinta tanah air
menunjukkan kita sebagai warga negara harus menjunjung
tinggi harkat martabat, menjaga persatuan dan kesatuan
-
40
negara, negara kita harus tetap kokoh jangan biarkan
negara kita dijajah lagi oleh negara lain.
c. Cinta Damai
Damai adalah hidup dalam keselarasan dan tidak
ada pertengkaran dengan orang lain, dunia ini adalah dunia
yang damai jika setiap orang di dunia ini memiliki rasa
damai. Damai itu menjadi tenang di dalam hati, kemudian
harus dimulai dari diri sendiri dengan menjadi tenang kita
menemukan cara baru dan kratif untuk memelihara sifat
pengertian, persahabatan, dan kerjasama diantara semua
orang (Munawar dan Rachman, 2017: 4-5). Orang yang
cinta damai dapat dimaknai dengan sikap yang tidak suka
permusuhan antar sesama keyakinan maupun beda
keyakinan. Cinta damai akan terwujudkan jika kita
menghormati satu sama lain, tidak saling mengejek antar
ras, suku, kebudayaan, maupun keyakinan.
C. Gambaran Umum Novel
1. Pengertian Novel
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Tokoh didalam
novel lebih banyak dan permasalahan di dalam novel lebih
kompleks dari pada cerpen. Novel juga mempunyai unsur
pembangun, unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel adalah
-
41
komponen-komponen penting yang harus ada untuk membangun
sebuah novel (Kurniasari, 2014: 160).
Adapun novel adalah cerita fiksi yang mengisahkan sisi
utuh dari problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang
tokoh. Kisah novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang
dialami oleh tokoh hingga tahap penyelesaiannya. Novel memiliki
ciri-ciri umum sebagai berikut:
a. Alur ceritanya lebih rumit dan lebih panjang yang ditandai oleh
perubahan nasib pada diri sang tokoh.
b. Tokohnya lebih banyak dan dalam berbagai karakter.
c. Latarnya meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu
yang lebih lama.
d. Temanya lebih kompleks dan ditandai oleh adanya tema-tema
bawahan (Kosasih, 2007: 69).
2. Unsur-unsur Novel
Dalam penyusunan novel terdapat unsur-unsur yang
membangun novel tersebut. Unsur pada novel terbagi kedalam dua
bagian, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
yakni unsur yang terdapat di dalam novel tersebut, sedangkan
unsur ekstrinsik merupakan unsur yang terdapat di luar novel.
Berikut ini merupakan unsur intrsinsik dari sebuah novel:
a. Tema
Tema merupakan satu kalimat utuh, lengkap, dan hanya
mengandung satu pokok pikiran yang dapat dikembangkan.
-
42
Dalam merumuskan sebuah tema ada tiga hal yaitu: tema harus
hal yang orisinil dan khas artinya bukan merupakan tiruan atau
hal yang sudah umum diketahui atau sudah pernah ditulis orang
lain (spesifik), tema harus dapat dirinci atau dikembangkan
sebagai suatu pemikiran yang logis dan objektif, tema haruslah
satu kesatuan pikiran atau gagasan yang berfungsi sebagai arah
atau tujuan penulisan (Barus, 2010: 192).
Tema adalah inti atau ide pokok sebuah cerita. Tema
merupakan pangkal tolak pengarang dalam menyampaikan
ceritanya (Kosasih, 2007: 69).
b. Alur (Plot)
Alur adalah rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa
yang lain dalam hubungan sebab akibat. Untuk mengetahui
satuan-satuan peristiwa terjalin dan terangkai penikmat harus
menelusurinya lewat dialog. Melalui dialog pula para pelaku
memperoleh gambaran tentang struktur cerita, sesuatu yang
telah terjadi atau kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
diketahui semuanya menjadi dialog (Nuryanto, 2017 : 10). Alur
adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab dan akibat. Alur terdiri dari: pengenalan
situasi cerita, pengungkapan peristiwa, terjadi konflik, puncak
konflik, dan penyelesaian (Kosasih, 2007 : 69-70).
-
43
c. Latar (Setting)
Latar (setting) adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya
perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh (Kosasih,
2007 : 70).
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang
berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya
peristiwa dalam ceita. Latar dapat dibedakan kedalam tiga
unsur pokok yaitu tempat, waktu, suasana (Kurniasari, 2014 :
160).
d. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan
dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita
(Kosasih, 2007: 70).
Penokohan adalah individu ciptaan pengarang yang
mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai
peristiwa cerita pada umumnya tokoh berwujud manusia,
namun dapat pula berwujud binatang atau benda-benda yang
diinsankan (Kurniasari, 2014 : 160).
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang penulis dalam
menempatkan dirinya pada posisi tertentu dalam cerita novel
tersebut. Dalam sebuah novel, sudut pandang terbagi menjadi
dua yaitu: sudut pandang orang pertama dan sudut pandang
orang ketiga (Kurniasari, 2014: 161).
-
44
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita posisi pengarang dalam menyampaikan
ceritanya dapat dilakukan dengan: berperan langsung sebagai
orang pertama, dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan
sebagai pengamat (Kosasih, 2007 : 70).
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suasana tertentu
yang mampu memperlihatkan suatu hubungan dan interaksi
antara sesama tokoh. Bahasa dan gaya bahasa dapat pula
digunakan pengarang untuk menandai karakter seorang tokoh
(Kosasih, 2007 : 70).
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh
pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup
dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi
(pemilihan kata) yang tepat (Kurniasari, 2014: 161).
g. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis melalui novelnya. Sebagaimana
tema, amanat dapat disamapaikan secara implisit yaitu dengan
cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku
atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita
berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu
dengan menyampaian seruan, saran peringatan, nasehat
amjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan
-
45
utama cerita (Kurniasari, 2014: 161). Amanat adalah
kesimpulan tentang nilai yang dihimbaukan atau dipesankan,
atau disampaikan penyair kepada pembaca (Gannie, 2015: 68).
Kemudian unsur esktrinsik novel meliputi latar belakang
pengarang, psikologi pengarang, keadaan sosial, dan budaya
waktu cerita tersebut ditulis (Kurniasari, 2014: 161).
-
46
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG
KARYA AKMAL NASERY BASRAL
A. Biografi Pengarang
Akmal Nasery Basral lahir di Jakarta, 28 April 1968, ayahnya bernama
Basral Sultan Ma‟aruf dan ibunya Asmaniar yang berasal dari Minangkabau.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA 8 Jakarta, ia
melanjutkan pendidikannya di Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik di Universitas Indonesia. Pekerjaannya Sastrawan dan Wartawan
Akmal mempunyai istri bernama Sylvia dan 3 orang anak Jihan, Aurora,
Ayla. Sebagai seorang sastrawan, Akmal Nasery basral telah menghasilkan
beberapa karya sastra diantaranya: novel Imperia(yang merupakan karya
pertamanya yang dibuat tahun 2005); Ada seseorang di Kepalaku yang Bukan
Aku (kumpulan cerpen) pada tahun 2006, Nagabonar jadi 2 (2007), Sang
Pencerah (2010), Presiden Prawiranegara (2011), Batas (2011), dan Simfoni
Untuk Negeri: Twilite Orchestra dan Magenta Orchestra (non fiksi). Untuk
tahun 2012 selain novel Anak Sejuta Bintang ini, Tadarus Cinta Buya
Pujangga (2013). Kemudia karyanya beliau yang akan terbit adalah novel
sejarah Napoleon dan Tanah Rencong, dan nobel bigrafis tentang ulama-
sastrawan Buya Hamka. Penulis bisa dihubungi lewat akun twitternya :
@akmal_n_basral (Basral, 2012: 405).
-
47
B. Karya-Karya Pengarang
1. Imperia (2005)
Bercerita tentang seorang wartawan baru yang harus membuktikan
kemampuannya di tengah keraguan dirinya sebagai seorang reporter.
Wikan, sarjana UI lulusan terbaik melalui hari pertamanya sebagai
reporter dengan masam. Rapat perencanaan yang pertama diikutinya
membuat dirinya tertohok. Dipermalukan wakil direksi karena tidak
memiliki sudut pandang dalam suatu hal, ia berjuang untuk
membuktikkan pada orang itu bahwa ia memiliki kemampuan. Tugas
pertamanya ketika meliput sebuah konfrensi pers seorang diva,
mengantarkannya pada olokan dan hinaan lain yang terlempar pada
dirinya karena dianggap tidak berbakat. Kegagalan pertamanya
membuatnya terus berusaha hingga ia menemukan berita pagi tentang
pembunuhan seorang pengacara yang memiliki hubungan erat dengan
sang diva. Wikan merasa memiliki kartu tarot karena ia sebelumnya telah
berbincang santai dengan sang diva yang memiliki segudang misteri.
Dengan semangat menggebu, ia telusuri pembunuhan itu hingga ke luar
kota.
Tidak berhenti sampai disana, keawaman Wikan membuatnya
terus-terusan dipermalukan karena dianggap meloloskan berita penting
tentang sang diva. Ia harus berjuang, hingga akhirnya ia menerima
tawaran mengejar sang diva yang sedang berada di Kostanz, Jerman.
Disana, ia disuguhi pemandangan mencengangkan tentang pertengkaran
sang diva dengan sahabatnya, disana sahabatnya mengungkapkan semua
-
48
perasaan yang ia pendam selama ini, kenyataan yang di sembunyikan,
serta kebenaran dibalik sikap nya selama ini.
2. Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku (2006)
Kumpulan cerpen-cerpen yang akan membuat banyak pola otak
pembaca, semua pola sama dengan tanda-tandanya cerpen ini bersifat
realis yang terjadi pada kehidupan sehari-sehari yang terkadang
ditambhakan dunia yang tidak realis. Seperti Cerita pertama yang
judulnya menjadi judul buku ini, menarik. Menceritakan pergulatan
orang dengan, mungkin, gangguan psikologis. Cerita tentang seorang
penulis yang mati dibunuh oleh karakter buatannya sendiri juga menarik
dan sureal. Kisah cinta masa lalu di Kensington cukup menyentak.
3. Nagabonar Jadi 2 (2006)
Alur cerita berputar tentang hubungan Nagabonar dan Bonaga
dalam suasana kehidupan anak muda metropolis. Bonaga, seorang
pengusaha sukses, mendapat proyek pembangunan resort dari perusahaan
Jepang. Sialnya, lahan yang diincar perusahaan Jepang tersebut tak lain
adalah lahan perkebunan sawit milik ayahnya, Nagabonar. Maka Bonaga
pun memboyong ayahnya ke Jakarta agar dia membujuk Nagabonar
menjual lahan tersebut. Usaha Bonaga tak berhasil, kekeraskepalaan
Nagabonar untuk mempertahankan lahan perkebunan (di mana di sana
juga terdapat makam istri, Ibu, dan teman-temannya si bengak Bujang)
semakin menjadi-jadi ketika tahu calon pembeli tanahnya adalah
perusahaan Jepang (yang masih dianggapnya penjajah). Sementara
Nagabonar dan Bonaga berusaha untuk saling memahami cara pandang
-
49
dan nilai-nilai satu sama lain, tenggat waktu untuk Bonaga semakin
mendekat. Namun, pada akhirnya Bonaga membatalkan perjanjian
tersebut, karena ia tahu ayahnya sebenarnya berat untuk menyetujui hal
tersebut, ia tidak mau membuat ayahnya sedih karena ia sangat
menyanyangi ayahnya.
4. Sang Pencerah (2010)
Sepulang dari Mekah Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21
tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng kearah
Bid‟ah/ sesat. Melalui langgar/ surau nya Ahmad Dahlan mengawali
pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar
Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi,
Kyai penghulu Kamaludiningrat sehingga surau Ahmad Dahlan
dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan
juga dituduh sebagai kyai kafir hanya karena membuka sekolah yang
menempatkan muridnya duduk dikursi seperti sekolah modern Belanda.
Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena
dekat dengan lingkungan cendikiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi