Nilai dalam tembawang
-
Upload
liu-purnomo -
Category
Documents
-
view
229 -
download
2
description
Transcript of Nilai dalam tembawang
Fakta tembawang
Tiga Nilai Utama Tembawang# Ekologi #Lifelyhood # Culture And History
tembawang.com
Dukung kampanye kami untuk menyerukan pelestarian dan penyelamatan tembawang dengan cara like Fans-page FB http://www.facebook.com/tembawang/ dan tweet dengan hastag twitter #SaveOurTembawangCopyright (c) Tembawang.com
Fakta tembawang
Tiga Nilai Utama Tembawang# Ekologi #Lifelyhood # Culture And History
Pengantar
Tembawang adalah suatu wilayah/tempat yang ditumbuhi oleh pepohonan, yang didominasi oleh tanaman buah-buahan dan tumbuhan lainnya, yang merupakan hasil proses perkem-bangan pemukiman dan budidaya sesuai dengan sistem dan hukum adat yang berlaku, serta memiliki manfaat ekonomi, ekologi, tradisi seni dan budaya.
Tembawang merupakan salah satu dari beberapapraktik terbaik pengelolaan dan pemanfaatan hutan dan lahan oleh masyarakat dari berbagai generasi. Tidak heran, kondisi tem-bawang dibanyak tempat masih terjaga dengan baik. Aturan sosial yang berlaku di masyarakat didesign untuk memastikan tetap terjaganya kondisi tembawang. Secara tidak langsung menjadikan temawang sebagai salah satu pilar penting bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat (Olivera, McDougall 2000:178).
Keberadaan tembawang sedang berada dalam keterancaman serius. Meskipun dipandang sebagai bentuk pengelolaan lestari dan berkelanjutan, tembawang tidak mendapat ru-ang pengakuan oleh negara dalam bentuk kebijakan daerah. Indigenous agroforesty knowlegde system ini akhirnya terges-er dengan keberadaan investasi berbasis hutan dan lahan. Tergesernya tembawang tentu sama dengan menghilangkan manfaat ekonomi, ekologi, tradisi seni dan budayamasyarakat.
Tembawang Sebagai1. Sumber Hidup Masyarakat2. Tempat Pelestarian Budaya3. Penyangga Ekosistem
Tembawang Sebagai Sumber Hidup Masyarakat1
Tembawang merupakan sumber cadangan pangan masyarakat. Tem-bawang menggambarkan bagaimana manfaat hutan dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat di berbagai generasi (Olivera, Mc-
Dougall 2000:178).
Terdapat berbagai jenis tanaman buah-buahan (durian, nangka, cempedak, pekawai, tembranang, mentawa, pinang, kelapa, kekapol, kekalik, rambutan, kopi, lada, tengkawang), tanaman bumbu-bumbuan (kunyit, serai, lengkuas, liak, sahang, cabai, dll), dan sayur-sayuran (ubi kayu, terong, kacang-kacangan, cangkok) baik yang tumbuh alami maupun ditanam untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Tidak hanya mengambil langsung, jenis tanaman hutan seperti kayu rotan, bambu, dan perupuk diolah untuk keperluan rumah tangga.Kayu rotan, bam-bu, dan perupuk biasa diolah menjadi bubu’ dan takalak untuk menangkap ikan di sungai, jorat dan belantik untuk menangkap hewan yang ada di darat. Untuk kebutuhan rumah tangga, ragak untuk tempat barang-barang atau-pun bumbu-bumbu dapur, timpakuntuk tempat mencuci beras, takitn untuk tempat padi, tengkalakng untuk tempat kayu api dan buah-buahan. Dalam perkembangannya, berbagai hasil bumi maupun hasil olahan dari tembawang selain dikonsumsi juga dijual sebagai tambahan penghasilan keluarga.
Tembawang Sebagai Tempat Pelestarian Budaya2
Tembawang tidak hanya berfungsi sebagai sumber cadangan pangan masyarakat, tetapi sumber bahan baku dan tempat terlaksananya ritual-ritual adat. Secara tidak langsung menjadikan temawang se-
bagai salah satu pilar penting bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat (Olivera, McDougall 2000:178).
Tembawang sebagai penyedia bahan-bahan untuk menyelenggarakan rit-ual adat. Berbagai macam tumbuhan dilokasi tembawang dimanfaatkan untuk kebutuhan ritual seperti kumpakng, plai, larak, mpahukng, mamali, tatatabar, pakuk tobakng, bombatn, topus, segolakng, garukng, pakobukng, bringin, dan lain sebagainya.
Keberadaan tembawang juga mempertahankan pengetahuan asli mas-yarakat dalam bidang pengobatan tradisional. Kumis kucing, patar wali, cengkodok, pasak bumi, hahidup, daun ketepeng dan beberapa jenis tana-man digunakan masyarakat untuk mengobati segala jenis penyakit.
Tembawang Sebagai Penyangga Ekosistem3
Hutan tembawang memiliki struktur dan komposisi spesies yang beragam dibandingkan dengan hutan primer (de jong 2002). Tembawang merupa-kan sebuah ekosistim hutan yang didalamnya terdapat berbagai macam ke-
hidupan (biotik) dan tidak hidup (abiotik) dan memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Jenis rerumputan sampai jenis tanaman keras tumbuh didalam tembawang dengan diameter yang bervariasi, mulai dari 1 sentimeter hingga dapat mencapai 100 sentimeter. Komposisi itu membentuk keanekaragaman yang kom-pleks sehingga menyerupai ekosistim hutan alam.
Tembawang merupakan hutan yang telah dimodifikasi yang tumbuh dalam lanskap yang dilindungi oleh masyarakat. (Brookfield 2013:150). Oleh sebab itu, masyarakat tidak dapat begitu saja menebang pohon berdiameter besar didalam tembawang tanpa seijin seluruh anggota keluarga. Terdapat sanksi yang akan diperoleh jika hal tersebut tetap dilakukan.Oleh sebab itu, tengkawang, durian, kempas, belian (ulin), bengkirai, tekam, dan beberapa jenis tanaman kerastumbuh dengan diameter besar dan membentuk kanopi/tajuk yang multilayer.
Kanopi yang multilayer memberikan perlindungan terhadap kesuburan tanah, baik melalui masukan bahan organik yang berasal dari seresah air yang jatuh, maupun dari kemampuan menahan terpaan air hujan yang dapat merusak struktur tanah.
Komposisi tanaman yang menyerupai ekosistim hutan alam juga memungkinkan jenis satwa datang ke tembawang, baik untuk mencari makan atau bertempat ting-gal. Dinamika pergerakan satwa dalam mencari makan secara tidak langsung dapat membantu penyerbukan dan pemencaran biji yang pada akhirnya berperan dalam pengaturan sistem regenerasi tumbuhan didalam tembawang.
www.tembawang.comCredit By
Liu Purnomo2014