NEFROLITIASIS

7
NEFROLITIASIS 1.1 Epidemiologi Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih yang ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara berkembang penyakit batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. 1.2 Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor intrinsik antara lain : 1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

description

TINJAUAN PUSTAKA

Transcript of NEFROLITIASIS

Page 1: NEFROLITIASIS

NEFROLITIASIS

1.1 Epidemiologi

Abad ke-16 hingga abad ke-18 tercatat insiden tertinggi penderita batu saluran kemih yang

ditemukan diberbagai negara di Eropa. Berbeda dengan eropa, di negara-negara berkembang

penyakit batu ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya Indonesia, Thailand, India,

Kamboja, dan Mesir.

1.2 Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,

gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih

belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah

terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik

yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang

berasal dari lingkungan di sekitarnya.

Faktor intrinsik antara lain :

1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan

dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang

lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.

1. Iklim dan temperatur

2. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

dikonsumsi.

Page 2: NEFROLITIASIS

3. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.

4. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk

atau kurang aktifitas atau sedentary life.

1.4 Patofisiologi

Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan

yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari

batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien. Peningkatan konsentrasi larutan akibat dari

intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau

urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi

meningkatkan kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium dan

magnesium pospat. Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

1.Teori supersaturasi : Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal

mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi

kristal kemudian timbul menjadi batu.

2.Teori matriks : Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose,

3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga

menjadi batu.

3.Teori kurang inhibitor : Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang

melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat

mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi

kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.

4.Teori epistaxi : Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersama-sama, salauh

satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya

ekskresi asam urayt yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium

dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.

5.Teori kombinasi : Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

Page 3: NEFROLITIASIS

1.5 Gejala Klinis

Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya

gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada

penderita batu ginjal antara lain :

1.Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu

berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya

lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral. (Barbara.

1996:324)

2.Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma

yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (Ilmu kesehatan anak, 2002:840)

3.Infeksi : Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi

asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.

4.Kencing panas dan nyeri

5.Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

1.7 Diagnosa

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal

perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk

menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.

A. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset

kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya

nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang

sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang

sama.

Pemeriksaan Fisik

Page 4: NEFROLITIASIS

Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan

nausea.

Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan

hidronefrosis.

Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi

urin.

Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan

urosepsis.

C. Pemeriksaan penunjang

- Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk

berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan.

Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.

Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu

ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan

bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras

akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan

adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.

Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd.

Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu

pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita

yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat

Page 5: NEFROLITIASIS

ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu

selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.

Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang

dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan

penyebab batu.

1.8 Tatalaksana

1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik

berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak

dan pemberian diuretik.

2. Litotripsi

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa

tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu

alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock

Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan

menggunakan gelombang kejut.

3. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila

cara non-bedah tidak berhasil.