NASKAH PUBLIKASI

10
EFEK KLOROFIL DAUN KATUK (Sauropus androgynus) DAN Cu-KLOROFILIN TERHADAP KADAR MDA (Malondialdehide) Studi Eksperimental pada Mencit Betina Galur Balb-c yang Diinduksi Natrium Nitrit Galuh Dea Urfani * , Sampurna o , Suparmi # * Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang o Bagian Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang # Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang Corresponding Author: Galuh Dea Urfani, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Jln. Kaligawe KM 4 Semarang 50012 ph. (024) 6583584 fax. (024) 6594366, [email protected] ABSTRAK Stress oksidatif menyebabkan kerusakan membran sel eritrosit dan menimbulkan keadaan anemia hemolitik. Klorofil daun katuk memiliki struktur porphirin yang dapat mereduksi radikal bebas sehingga dapat dijadikan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek klorofil daun katuk dan Cu-klorofilin terhadap kadar Malodialdehide(MDA) mencit betina galur Balb-c yang diinduksi natrium nitrit. Penelitian eksperimental dengan desain post test only control group design ini menggunakan sampel 24 ekor mencit betina galur Balb-c. Natrium nitrit sebanyak 0,3 ml/ekor/hari diberikan selama 18 hari, sedangkan klorofil daun katuk dan Cu-klorofilin sebanyak 0,7 ml/ekor/hari diberikan selama 14 hari. Pemeriksaan kadar MDA dilakukan pada hari ke-33. Rerata kadar MDA plasma darah pada kelompok kontrol, induksi NaNO 2 , induksi NaNO 2 dan klorofil daun katuk, serta induksi NaNO 2 dan Cu-klorofilin merek K- Liquid secara berurutan adalah 2,10 µmol/L, 3,44 µmol/L, 2,31

description

contoh naskah publikasi

Transcript of NASKAH PUBLIKASI

EFEK KLOROFIL DAUN KATUK (Sauropus androgynus) DAN Cu-KLOROFILIN TERHADAP KADAR MDA (Malondialdehide)

Studi Eksperimental pada Mencit Betina Galur Balb-c yang Diinduksi Natrium Nitrit

Galuh Dea Urfani*, Sampurnao, Suparmi#* Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarango Bagian Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang# Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) SemarangCorresponding Author: Galuh Dea Urfani, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Jln. Kaligawe KM 4 Semarang 50012 ph. (024) 6583584 fax. (024) 6594366, [email protected]

ABSTRAKStress oksidatif menyebabkan kerusakan membran sel eritrosit dan menimbulkan keadaan anemia hemolitik. Klorofil daun katuk memiliki struktur porphirin yang dapat mereduksi radikal bebas sehingga dapat dijadikan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek klorofil daun katuk dan Cu-klorofilin terhadap kadar Malodialdehide(MDA) mencit betina galur Balb-c yang diinduksi natrium nitrit. Penelitian eksperimental dengan desain post test only control group design ini menggunakan sampel 24 ekor mencit betina galur Balb-c. Natrium nitrit sebanyak 0,3 ml/ekor/hari diberikan selama 18 hari, sedangkan klorofil daun katuk dan Cu-klorofilin sebanyak 0,7 ml/ekor/hari diberikan selama 14 hari. Pemeriksaan kadar MDA dilakukan pada hari ke-33. Rerata kadar MDA plasma darah pada kelompok kontrol, induksi NaNO2, induksi NaNO2 dan klorofil daun katuk, serta induksi NaNO2 dan Cu-klorofilin merek K-Liquid secara berurutan adalah 2,10 mol/L, 3,44 mol/L, 2,31 mol/L, 2,30 mol/L. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna kadar MDA antara kelompok perlakuan (p0,05). Hal tersebut menandakan bahwa pemberian klorofil daun katuk sama efektifnya dengan Cu-klorofilin dalam menurunkan kadar MDA. Jadi pemberian klorofil daun katuk berefek terhadap penurunan kadar MDA mencit betina galur Balb-c yang diinduksi natrium nitrit.

Kata kunci : Cu-klorofilin, kadar Malondialdehide, klorofil daun katuk, natrium nitrit.

ABTRACTOxidative stress cause damage to cell membranes of erythrocytes and cause hemolytic anemia. Sauropus androgynus chlorophyll porphirin structure can reduce free radicals and can be used as an antioxidant. This study aimed to determine the effect of chlorophyll and Cu-chlorophyllin against Malodialdehide levels (MDA) in female mice Balb-c strain induced sodium nitrite. Experimental research design with post test only control group design uses a sample of 24 female mice strain Balb-c. Sodium nitrite 0.3 ml/head/day given during 18 days, while the chlorophyll and Cu-chlorophyllin as much as 0.7 ml/head/day given during 14 days. The level of MDA be examined on day 33. The mean blood plasma MDA levels in the control group, NaNO2 induction, induction NaNO2 and Sauropus androgynus chlorophyll, induction of NaNO2 and Cu-chlorophyllin brand K-Liquid in sequence is 2.10 mol/L, 3.44 mol/L, 2.31 mol/L, 2.30 mol/L. Results of Kruskal Wallis test showed significant differences between treatment groups MDA levels (p0.05). This indicates that Sauropus androgynus chlorophyll as effective as Cu-chlorophyllin in decrease levels of MDA. So Sauropus androgynus chlorophyll giving effect to the decrease in MDA levels of female mice Balb-c strain induced sodium nitrite.Key Words : Cu-chlorophyllin, Malondialdehyde levels, Sauropus androgynus chlorophyll, sodium nitrite.

PENDAHULUANDaun katuk (Sauropus androgynus) mengandung beberapa senyawa kimia termasuk salah satunya flavonoid sehingga dapat digunakan sebagai sumber antioksidan alami (Zuhra, 2008). Struktur porphirin pada klorofil daun katuk mereduksi radikal bebas DPPH (Diphenilpycrylhydazil) membentuk diphenilpycrylhydrazine yang bersifat non radikal (Nurzana, 2011). Pemberian Natrium nitrit sebagai bahan pengawet yang banyak digunakan tetapi dapat mempengaruhi kemampuan eritrosit membawa oksigen, menyebabkan anemia, serta membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik (Stanojevic, 2009; Widyastuti, 2013). Eritrosit yang mengalami kerusakan membran akan lisis hingga menyebabkan keadaan anemia hemolitik (Riyanti et al., 2012). Keadaan anemia yang tidak segera diterapi akan menyebabkan komplikasi berupa kardiomegali karena eritrosit dan viskositas darah yang menurun menyebabkan peningkatan cardiac output dan aliran darah (Guyton, 2007). Namun, peran klorofil sebagai antioksidan dengan parameter kadar Malondialdehide (MDA) pada hewan coba yang diinduksi Natrium Nitrit sebagai perlakuan patologis anemia belum pernah diteliti. Pradigmurti et al., (2006) melaporkan bahwa sifat antioksidan dari klorofil ekstrak daun suji dapat menurunkan kadar MDA sebesar 70%. Daun katuk (Sauropus androgynus) mengandung flavonoid yang memiliki aktifitas antioksidan kuat dengan nilai yang diperoleh sebesar 80,81 ppm (Zuhra, 2008). Perlakuan patologis anemia dilakukan dengan induksi (Natrium Nitrit) selama 18 hari yang dapat menyebabkan penurunan jumlah eritrosit senilai 11,58 sel/dan kadar hemoglobin senilai 12,83% pada mencit jantan strain DDW (Sianturiet al., 2012). Penelitian ini menguji pengaruh klorofil pada mencit betina anemia. Keadaan anemia diinduksi dengan (Natrium Nitrit) selama 18 hari. Efek antioksidan klorofil diamati setelah pemberian klorofil daun katuk selama 14 hari dengan mengukur kadar MDA plasma darah mencit betina.

METODE PENELITIANPenelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian adalah Post Test Only Control Group Design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Klorofil Daun Katuk dan Cu-klorofilin merek K-liquid klorofil dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Kadar Malondialdehide. Klorofil didapatkan dari ekstraksi daun katuk dengan metode maserasi dilanjutkan dengan metode fraksinasi. Klorofil daun katuk sebanyak 0,7 ml/ekor/hari diberikan melalui sonde lambung selama 14 hari. Cu-klorofilin didapatkan dari apotek dengan merek K-liquid klorofil. Cu-klorofilin sebanyak 0,7 ml/ekor/hari diberikan melalui sonde lambung selama 14 hari. Pengukuran kadar MDA dalam plasma darah mencit diambil dari vena opthalmicus pada hari ke-32, dan diukur pada hari ke- 33 menggunakan metode TBARS C18 (Thiobarbituric Acid Reactive Substance C18). Sampel penelitian dengan menggunakan mencit betina (Mus musculus) galur Balb-c sebanyak 24 ekor yang diambil secara random dari populasinya. Hasil uji Kruskal Wallis ditemukan nilai p < 0,05 dan dilanjutkan dengan uji Man Whitney. HASIL PENELITIANRerata kadar Malondialdehide (MDA) pada kelompok dengan pemberian selama 18 hari meningkat dibandingkan dengan rerata kadar MDA pada kelompok kontrol. Rerata kadar MDA mencit yang diinduksi daun katuk setelah pemberian Natrium nitrit ( mengalami penurunan mendekati control. Tabel 4.1. Kadar MDA pada tiap kelompok perlakuanKelompok perlakuanRerata kadar MDA(mol/L)(Rerata Std. Deviasi)

Kontrol2,10 0,11

Induksi 3,44 0,38

Klorofil daun katuk2,31 0,18

Cu-klorofilin 2,31 0,13

Hasil uji normalitas menggunakan Shaphiro Wilk menunjukkan data kadar MDA pada setiap kelompok perlakuan terdistribusi normal (p > 0,05). Hasil uji homogenitas data dengan menggunakan Levene Test menunjukkan bahwa kadar MDA semua kelompok mencit memiliki varian data yang tidak homogen (p < 0,05). Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa minimal terdapat satu kelompok perlakuan yang memiliki rerata kadar Malondialdehide yang berbeda secara signifikan (p < 0,05). Hasil uji Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kadar MDA antara kelompok kontrol dengan kelompok anemia, kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan Cu-klorofilin, kelompok anemia dengan kelompok perlakuan klorofil daun katuk, dan kelompok anemia dengan kelompok perlakuan Cu-klorofilin (p0,05).PEMBAHASANNatrium nitrit ( dapat meningkatkan keadaan stress oksidatif yang secara tidak langsung akan menyebabkan keadaan anemia hemolitik. Hal tersebut dapat dilihat dari rerata kadar Malondiadehide (MDA) pada kelompok kontrol berbeda bermakna dibandingkan rerata kadar MDA pada kelompok yang diinduksi . Pemberian menyebabkan pembentukan radikal bebas dari ion nitrit yang akan mengalami reaksi berlanjut berupa peroksidasi lipid dengan salah satu hasilnya berupa MDA. Natrium nitrit merupakan suatu zat yang diklasifikasikan dalam toksik sedang (moderatly toxic) berdasarkan nilai . Efek toksik pada penelitian ini ditunjukkan pada 4 ekor mencit yang mati selama perlakuan dengan tanda perubahan kulit dan bulu yang mengelupas serta mata mencit yang mengeluarkan nanah (Endreswari, 2000). Munawaroh (2009) menyatakan bahwa pemberian dengan dosis 0,3 g/ekor/hari menurunkan jumlah eritrosit dari 7,3 menjadi 4,3 Penurunan jumlah eritrosit disebabkan oleh lisisnya struktur membran eritrosit akibat ion nitrit dan metabolisme nitrit serta produk peroksidasi lipid bereaksi dengan gugus sulfhydryl dari lapisan lemak dan komponen protein membran eritrosit. Nitrit menyebabkan radikal bebas karena dapat merangsang oksidasi ion besi pada oksihemoglobin membentuk methemoglobin sebagai ROS (Glucheva et al., 2012). Senyawa oksidan berlebih akan menimbulkan suatu reaksi berantai radikal bebasatau peroksidasi lipid yang melalui beberapa proses akan membentuk MDA. Klorofil daun katuk dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan karena mampu mencegah terhimpunnya senyawa oksidan yang berlebihan (Arkhaesi, 2008). Berdasarkan uji antioksidan in vitro, klorofil juga dapat mereduksi radikal bebas DPPH (diphenilpycrylhydrazil) menjadi diphenilpycrylhydrazine yang bersifat non radikal (Nuzana, 2011). Aktivitas antioksidan klorofil dibuktikan dengan menurunnya rerata kadar MDA pada kelompok yang diberi perlakuan klorofil daun katuk dibandingkan kelompok yang hanya diinduksi .Senyawa oksidan yang berhasil diredam tidak akan menimbulkan reaksi berlanjut atau peroksidasi lipid sehingga kadar MDA akan menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Togatorop (2013) bahwa kandungan klorofil dalam daun katuk mampumenghilangkan zat kimia bersifat racun yang ditimbulkan oleh asam rokok termasukradikal bebas dalam tubuh. Efek antioksidatif klorofil berasal dari struktur porphirin berbentuk tetrapirol dan poliena terkonjugasi yang mampu menangkap singlet oksigen (Pramesti, 2013) serta adanya ion logam Mg yang membuat radikal bebas cenderung memberikan elektronnya pada logam Mg sehingga menetralkan radikal bebas ( Rohimat et al., 2014). Cu-klorofilin juga dapat menurunkan kadar MDA sebagai hasil peroksidasi lipid atau reaksi berlanjut dari suatu radikal bebas. Hal tersebut dibuktikan dengan rerata kadar MDA berbeda bermakna antara kelompok yang mendapat perlakuan Cu-klorofilin dengan kelompok yang diinduksi .Kerentanan suatu jaringan terhadap kerusakan oksidatif tergantung pada mekanisme pertahanan oksidatif yang melibatkan enzim-enzim antioksidan salah satunya enzim SOD. Radikal superoksida pertama akan didismutasi oleh SOD menjadi peroksida ( yang bersifat toksik dan selanjutnya didegradasi oleh katalase menjadi produk yang tidak toksik (Pradigmurti, 2006). Sebagai metaloenzim, aktifitas SOD tergantung adanya logam Cu, Zn, dan Mn (Winarsi, 2007). Cu (tembaga) berada dalam sel darah merah berbentuk metaloenzim superoksida dismutase yang berfungsi sebagai antioksidan (Winarsi, 2007). Nurdin et al. (2008) melaporkan bahwa Cu-klorofilin merupakan salah satu turunan klorofil yang mempunyai aktivitas antioksidan kuat. Rerata kadar MDA antara kelompok yang mendapat klorofil daun katuk dengan kelompok Cu-klorofilin tidak terdapat perbedaan bermakna, sehingga dapat disimpulkan pemberian klorofil daun katuk memiliki efek yang identik dengan pemberian Cu-klorofilin sebagai antioksidan dengan parameter kadar MDA. Perbedaan tidak bermakna juga didapatkan pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan klorofil daun katuk. Hal ini menandakan bahwa keadaan stress oksidatif dari sebagai perlakuan patologis anemia pada mencit betina dapat diredam oleh aktivitas antioksidan dari klorofil daun katuk yangmana kadar MDA kelompok perlakuan klorofil daun katuk identik dengan kadar MDA kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian klorofil daun katuk dapat menurunkan kadar Malondialdehide (MDA). Pada kelompok yang diberi klorofil daun katuk lebih efektif karena terjadi penurunan signifikan mendekati kontrol negatif. Efek penurunannya juga hampir sama dengan efek penurunan pada kelompok dengan pemberian Cu-klorofilin sebagai kelompok kontrol obat. Berdasarkan kesimpulan tersebut, klorofil daun katuk dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan anemia akibat stress oksidatif. Keterbatasan penelitian ini adalah belum mengukur tingkat stress oksidatif yang ditimbulkan dari induksi. Selain itu satuan dosis yang digunakan saat induksi adalah ml/ekor menyebabkan data kadar MDA tidak homogen karena berat badan mencit yang berbeda serta pada penelitian ini belum menguji secara kuantitatif kadar klorofil dari ekstrak klorofil daun katuk dan Cu- klorofilin merek K-Liquid klorofilin.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanPemberian klorofil daun katuk memiliki efek terhadap kadar Malondialdehide (MDA) pada mencit betina galur balb-c yang diinduksi Natrium nitrit (). Tidak didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok mencit betina galur balb-c yang mendapatkan klorofil daun katuk dengan kelompok mencit yang mendapat Cu-klorofilin setelah induksi sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian klorofil daun katuk sama efektifnya dengan Cu-klorofilin dalam menurunkan kadar MDA.SaranPada penelitian selanjutnya perlu mengetahui tingkat stress oksidatif akibat dengan pengukuran aktivitas enzim antioksidan, selain itu dosis dapat dijadikan ml/gBB sesuai dengan berat badan mencit. Penelitian lebih lanjut juga perlu mengukur secara kuantitatif kadar klorofil dari ekstrak klorofil ataupun Cu-klorofilin.DAFTAR PUSTAKAArkhaesi, N., 2008, Serum level of Malondialdehyde (MDA) As A Prognostic Indicator For The Outcome In Neonatal Sepsis, Tesis, Universitas Diponegoro.Endreswari, S., 2000, Penelitian Toksisitas akut Natrium Nitrit Pada Hewan Uji Tikus, Media Litbang Kesehatan Vol X No 2.Glucheva, Y., Ivanov, Petrova, Vladov, 2012, Sodium Nitrite Induced Hematological and Hemorheological Changes in Rats, Series on Biomechanic Vol.27, No 3-4 (2012), 53-58.Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Jakarta: EGC pp. 282-283. Munawaroh, S., 2009, Pengaruh Ekstrak Kelopak Rosela (Hibiscus sabdariffa) Terhadap Peningkatan Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Dalam Darah Tikus Putih (Rattus nurvegicus) Anemia, Skripsi, UIN Malang.Nurdin, Ali, K., Sri, A.M., Faisal, A., Clara, M.K., 2008, The Effect of Cincau ( Premna oblongifolia Merr.) Leaves copper-derivate Chlorophyll Powder on Blood Lipid Profile of Rabbit, Jurnal Gizi dan Keluarga Vol 32(1), 104-114.Nurzana, R.E., Jaya, M.M., Tri, D.W., 2011, The Microalgae (Tetraselmis chuii) Tablet Food Suplements production Assesment Diference Type and Proportion Fillers, Tesis, Universitas Brawijaya. Pradigmurti, E., Deddy M., Made A., Fransiska R., 2006, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Suji (Pleomele angustifolia N.E. Brown), Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, IPB.Riyanti, M.E., Koredianto, U., Achmad, R., 2012, Deteksi dan Klasifikasi Penyakit Anemia (Defisiensi Besi, Hemolitik dan Hemoglobinopati) Berdasarkan Struktur Fisis Sel Darah Merah Menggunakan Pengolahan Citra Digital, Institut Teknologi Telkom. Rohimat, Ita, W., Agus, T., 2014, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Rumput Laut Coklat (Turbina conoides dan Sargassum cristaefolium) Yang Dikoleksi Dari Pantai Rancabuaya Garut Jawa Barat, Jurnal of Marine Research Vol 3, 304-313. Sianturi, S., Masitta, T., Emita, S., 2012, Pengaruh Buah Terong Belanda (Solanum betaceum) Terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculus) Anemia Strain DDW Melalui Induksi Natrium Nitrit, Skripsi, FMIPA USU.Stanojevic, D., Comic, L., Stefanovic, O., Solujic, S.I., 2009, Antimicrobial effects of sodium benzoat, sodium nitrite and potassium sorbate and their synergistic action in vitro, Bulgarian Journal Agriculture Science, Vol 15:307-311.Widyastuti, D.A., 2013, Blood Profiles of Wistar Rats due to Subchronic Caused by Sodium Nitrite, Jurnal Sain Veteriner, Universitas Gajah Mada. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan, Yogyakarta: Kanisius Cetakan ke-5, pp. 122Zuhra, C.F., Juliati, Br.T., Herlince, S., 2008, Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk (Sauropus androgynus) (L) Merr.), Jurnal Biologi Sumatera Vol 31(2)pp. 7-10,FMIPA-USU.