NALAR KRITIS TERHADAP SISTEM PENANGGALAN IM YANG...
Transcript of NALAR KRITIS TERHADAP SISTEM PENANGGALAN IM YANG...
NALAR KRITIS TERHADAP SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh:
ROUDLOTUL FIRDAUS NIM. 082111097
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini berisi
materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini sama
sekali tidak berisi pikiran-pikiran orang lain,
kecuali untuk informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 28 Mei 2012
Deklarator,
Roudlotul Firdaus NIM. 082111097
ABSTRAK
Penanggalan Im Yang Lik merupakan penanggalan yang memiliki keunikan karateristik proses akulturasi nilai lokal (local wisdom) yang bersentuhan dengan nuansa mitologi-astronomi petani Cina tradisional. Penanggalan ini mengadopsi sistem lunisolar yang memadukan konsep penanggalan bulan-matahari. Sementara pada tataran implementasi, penanggalan ini nyaris terbengkalai, pasalnya komunitas Tionghoa hanya memfungsikannya sebagai acuan dasar perayaan budaya lokal Cina atau hari besar dan ranah praksis seremonial (Fengshui) menurut kepercayaan mereka. Maka dalam penelitian ini pokok permasalahan dapat terangkum dalam pertanyaan bagaimana sistem lunisolar (bulan-matahari) melatarbelakangi regulasi komponen dasar dalam sistem penanggalan Im Yang Lik?.
Untuk menjawab pokok permasalahan, metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan desain penelitian deskriptif-analisis. Jenis data bersifat library research yang didalamnya menggunakan sumber data utama berupa penanggalan Im Yang Lik dan sumber data pendukung berupa data-data yang berhubungan secara tidak langsung dengan persoalan yang diangkat seperti hasil wawancara, literatur-literatur yang bertalian erat dengan sistem penanggalan Im Yang Lik, dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian. Data-data kemudian ditelaah, dideskripsikan, dianalisa secara verbal mengenai konsep sistem penanggalan Im Yang Lik serta beberapa persoalan primordial yang melingkupinya.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penanggalan Im Yang Lik penanggalan tertua didunia warisan konsep astronomi-mitologi petani Cina tradisional sejak abad 13 SM yang hingga kini masih terus dijadikan pedoman penentuan waktu yang berkenaan dengan perayaan dan praksis bagi etnis Tionghoa pada umumnya. Selanjutnya dalam sistem lunisolar yang diadopsi sistem penanggalan Im Yang Lik, terdapat tiga komponen utama, yaitu konsep hari, bulan dan tahun, serta musim, yang masih relevan untuk diaplikasikan dalam konteks kekinian. Tetapi sesungguhnya penanggalan tersebut bersifat rigid karena hanya mengacu pada regularitas iklim Cina klasik dan ekslusif karena hanya berdasarkan pedoman local mean time (LMT) daerah Cina, meskipun perhitungan bisa dilakukan dengan LMT daerah manapun didunia. Dalam pada itu, untuk sebuah sistem pedoman waktu yang mengacu terhadap musim, penanggalan ini belum bisa secara konsisten menyesuaikan dengan iklim yang sebenarnya berlangsung, karena kerap kali terjadi anomali musim jika dikomparasikan dengan sistem solar calendar.
Key words: lunisolar calendar, penanggalan Im Yang Lik.
MOTTO
Artinya:
“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran
dan Al-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman Allah)”.
(QS. Al-Baqarah [2]:269)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayah (H. M. Dalih) yang selalu membimbing dan menasihati penulis.
Semua bimbingan dan nasihat berharga itu menjadi pelecut semangat yang terus
terpompa mengiringi kehidupan.
Ibu (Hj. Maryamah) atas segala kasih sayang tak bertepi dan doa sepanjang
masa. Doa ibunda yang sering terucap dengan linangan air mata disepertiga
malam menjadi pelita penerang jalan bagi penulis.
Seluruh kakak (Lina Martini & Hendra Gunawan, Lisaudah, Nursofiah & Ronald,
Marhadi Anshorul Muslim & Makiyah, Aziz Muslim & Qona’ah) yang telah
membantu penulis dengan segenap hati dan jiwa menuju gerbang kesuksesan
ilmu dan amal.
Semua keponakan menggemaskan (Akhdan Makarim Zufar, Syifa Aulia Sakinah,
Ariq Musyafa Hadi, Nisrina Nida Hanana, Mutiara Aprilliza Kartini, Nazma
Naili Mumtaz, Abdul Noufal Hadi, Muhamad Rayyan Ghazali) yang membuat
penulis ingin secepat mungkin menyelesaikan skripsi untuk segera bersua
dengan wajah lucu dan mungilnya.
Habibati ruhi wa qolbi (Arrikah Imeldawati) dan seluruh keluarga besar
Aba H. Ahmad Marzuki yang selalu menemani setiap saat dengan doa,
perhatian, kesabaran, dan cinta yang tulus.
Sahabat-sahabat dari keluarga besar Together (KIF 2008),
santriwan/wati PPDN Semarang, PP Al-Hikmah Brebes, CSS MoRA IAIN
Walisongo, Regional Tengah, dan Nasional meskipun tidak dapat disebutkan
satu per satu namun peran dalam men-support penulis
tidak akan pernah terlupa.
KATA PENGANTAR
Lantunan puji beriring rasa syukur atas segala nikmat yang dikaruniakan
Allah SWT sehingga kita dapat menunaikan segala rutinitas kehidupan. Sholawat
beserta salam semoga tercurah kepada kekasih mulia Rosulullah Muhammad saw.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih
payah penulis semata, namun terdapat dalam banyak peran dan doa dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, ungkapan terima kasih sudah sepantasnya penulis haturkan
kepada segenap pihak yang turut andil yang telah membantu selama proses skripsi
ini, diantaranya kepada:
1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo dan segenap Pembantu Dekan,
atas segala masukan dan dukungan kepada penulis selama menjalani
studi.
2. Drs. Sahidin, M.Si, selaku pembimbing I atas segala pengarahan dan
motivasi berharga yang selalu diberikan.
3. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu untuk mengarahkan dan membimbing.
4. Seluruh jajaran pengelola Konsentrasi Ilmu Falak (KIF) atas semua
bantuan dan dukungan tiada henti.
5. Para perangkat kerja (Kajur, Sekjur, Dosen, dan pegawai) di lingkungan
fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang atas segala perhatian dan
kerjasamanya.
6. Kedua orang tua penulis (H. M. Dalih dan Hj. Maryamah) beserta
segenap keluarga yang selalu mencurahkan perhatian, kasih sayang, dan
lantunan do’a.
7. Pengurus DPD PITI Kota Semarang dan segenap narasumber etnis
Muslim Tionghoa Semarang yang sangat apresiatif dengan meluangkan
waktu bersedia untuk diwawancarai serta memberikan semua informasi
yang penulis butuhkan.
8. Keluarga besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Semarang dan CSS
MoRA yang selalu memberikan dukungan.
9. Seluruh sahabat Konsentrasi Ilmu Falak (KIF) yang telah banyak
membantu dalam berbagi pengalaman dan ilmu hingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya permohonan maaf setulus hati penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu, atas segala kekhilafan tutur kata dan tingkah laku
tidak berkenan yang luput dari kesadaran.
Meskipun dalam proses penyelesaian skripsi ini upaya maksimal telah
dilakukan, akan tetapi penulis menyadari bahwa didalamnya masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semua itu adalah karena
keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu diharapkan kebesaran hati para
pembaca, dosen pembimbing, civitas akademika, serta rekan sejawat untuk
menyampaikan kritik, saran, dan komentar demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca umumnya. Amien.
Semarang, 28 Mei 2012
Penulis,
Roudlotul Firdaus NIM. 082111097
Daftar Skema, Gambar, dan Tabel
Skema 1. Proses Kerja Penelitian ................................................................. 19
Gambar 1. Periode Musim Tahun Tropis ...................................................... 81
Gambar 1. Periode Musim Tahun Tropis ...................................................... 107
Tabel 1. Bulan Baru Tahun 2009 Masehi atau 2560 Tahun Cina .................. 6
Tabel 2. Penanggalan Masehi 753 SM .......................................................... 30
Tabel 3. Penanggalan Masehi 700 SM .......................................................... 31
Tabel 4. Penanggalan Masehi 46 SM ............................................................ 32
Tabel 5. Daftar Bulan dan Jumlah Hari Penanggalan Masehi ........................ 35
Tabel 6. Satu Daur ‘Urfi .............................................................................. 39
Tabel 7. Penanggalan Hisab ‘Urfi ................................................................. 40
Tabel 8. Penanggalan Hisab Istilahi ............................................................. 41
Tabel 9. Rekap Hasil Perhitungan Hisab dari Berbagai Metode .................... 44
Tabel 10. Makna Bulan Kamariah Arab Pra-Islam ....................................... 49
Tabel 11. Nama-Nama Bulan Kamariah Arab Pra-Islam .............................. 50
Tabel 12. Penanggalan Hijriah ..................................................................... 52
Tabel 13. Satu Siklus (60 Tahun) ................................................................. 59
Tabel 14. Kronologi Reformasi Penting Sistem Penanggalan ....................... 64
Tabel 15. Klasifikasi Penanggalan ................................................................ 66
Tabel 16. Pembagian Waktu ......................................................................... 70
Tabel 17. Pembagian Jeiqi ........................................................................... 71
Tabel 18. Pembagian Zhongqi ...................................................................... 72
Tabel 19. Durasi Konjungsi .......................................................................... 73
Tabel 20. Nama-Nama Bulan ....................................................................... 76
Tabel 21. 10 Arah Langit dan 12 Cabang Bumi ............................................ 79
Tabel 22. Shio dalam Siklus Tahunan (60 tahun) .......................................... 80
Tabel 23. Musim-Musim Penanggalan Im Yang Lik ..................................... 83
Tabel 24. Awal Bulan Cina Tahun 2563 ........................................................ 85
Tabel 25. Ecliptic Longitude Matahari (ELM) jeiqi (J) dan zhongqi (Z) ....... 85
Tabel 26. Mengidentifikasi Bulan Sisipan (Lun) ........................................... 86
Tabel 27. Daftar Perayaan ............................................................................ 90
Tabel 28. Hari Libur Utama ......................................................................... 93
Tabel 29. Komparasi Awal Bulan Penanggalan Hijriah dengan Im Yang Lik . 101
Tabel 30. Perbandingan Waktu .................................................................... 103
Tabel 31. Estimasi Bulan Purnama Tahun 1984-2049 .................................. 109
Tabel 32. Durasi Hari Penanggalan Im Yang Lik Tahun 1911-2110 .............. 112
Tabel 33. Siklus 19 Tahun Tropis ................................................................. 112
Tabel 34. Perayaan Imlek Tahun 1986-2023 ................................................ 114
Tabel 35. Siklus Musim Sepanjang Tahun .................................................... 116
Tabel 36. Komparasi Periode Musim Tahun Tropis dengan Khi ................... 117
Tabel 37. Periode Musim Khi ........................................................................ 118
Tabel 38. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Penanggalan Im Yang Lik ....... 119
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................. viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................... x
HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 11
D. Telaah Pustaka .................................................................... 12
E. Metode Penelitian ................................................................ 16
F. Sistematika Penelitian .......................................................... 20
BAB II : KERANGKA TEORITIK SISTEM PENANGGALAN
A. Sistem Penanggalan Perspektif Astronomi-Syar’i ............... 23
B. Klasifikasi Sistem Penanggalan ........................................... 27
1. Sistem Solar Calendar .................................................... 28
2. Sistem Lunar Calendar ................................................... 36
3. Sistem Lunisolar Calendar .............................................. 53
BAB III : DISKURSUS SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK
A. Sistem Penanggalan Im Yang Lik
1. Historisitas Reformasi Sistem .......................................... 60
2. Klasifikasi Penanggalan Im Yang Lik .............................. 65
B. Komponen-Komponen Penanggalan Im Yang Lik
1. Konsep Hari .................................................................... 67
2. Konsep Bulan dan Tahun ................................................ 72
3. Konsep Musim ................................................................ 81
C. Ragam Perayaan dalam Penanggalan Im Yang Lik ............... 88
D. Pandangan Astronomi-Syar’i ............................................... 96
BAB IV : ANALISI SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK
A. Konsep Hari ........................................................................ 102
B. Konsep Bulan dan Tahun ..................................................... 108
C. Konsep Musim .................................................................... 115
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 126
B. Saran ................................................................................... 129
C. Penutup ............................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejauh penelusuran penulis, kajian ilmu falak di Indonesia dalam
konteks sistem penanggalan hanya berkutat pada ranah perhitungan
penentuan awal bulan kamariah dalam penanggalan Hijriah yang tersaji
melalui beberapa metode, baik klasik maupun kontemporer melalui acuan
dasar perhitungan yang banyak merujuk kepada kitab klasik, panduan
perhitungan praktis, atau software yang familiar di kalangan peminat ilmu
falak. Sehingga porsi terbanyak dirkursus ilmu falak diberikan kepada
penanggalan Hijriah yang identik dengan perdebatan tiada berkesudahan.
Imbasnya, karya intelektual yang lahir selain sistem penanggalan Hijriah
tidak banyak ditemui bahkan cenderung terbengkalai.
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1987 menyimpulkan bahwa
terdapat sekitar 40 sistem penanggalan yang berkembang di dunia,1 akan
tetapi dari 40 macam sistem penanggalan tersebut, secara umum hanya
dikategorikan menjadi tiga kelompok (cluster) besar, yaitu:
1. Sistem penanggalan yang mengacu terhadap pergerakan semu matahari.
Dalam istilah lain disebut penanggalan Syamsiyah atau Solar Calendar.
Konsep perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama
1 Alan Longstaff, Calendars from Around the World, National Maritime Museum, 2005, h.
3. Baca juga Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyah dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007, h. 48.
perjalanan bumi melakukan revolusi terhadap matahari. Jumlah rata-rata
waktu tempuh perjalanannya adalah 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m
46d,2 contoh sistem penanggalan ini adalah penanggalan Masehi.
2. Sistem penanggalan yang berpedoman terhadap bulan. Sistem ini disebut
pula dengan penanggalan kamariah atau Lunar Calendar. Konsep
perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama perjalanan rotasi
bulan mengelilingi bumi. Jumlah rata-rata lama rotasi bumi adalah
29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d, sehingga dalam satu bulan terdiri
atas 29 hari atau 30 hari,3 contohnya adalah penanggalan Hijriah.
3. Sistem penanggalan yang berpedoman terhadap bulan-matahari. Dalam
istilah astronomi dikenal dengan Lunisolar Calendar. Model ini
merupakan paduan dari kedua sistem di atas. Penanggalan ini memiliki
jumlah bulan yang mengacu pada fase bulan, namun pada beberapa tahun
tertentu terdapat penambahan sebuah bulan sisipan (intercalary month)
untuk menyesuaikan dengan pergerakan semu matahari,4 contohnya adalah
penanggalan Yahudi, Arab Pra-Islam, dan Cina.
Khusus penanggalan yang terakhir, yaitu penanggalan Cina, jenis
penanggalan ini merupakan salah satu penanggalan yang memiliki beberapa
keunikan terkait hal krusial dalam konsep dasar sistem perhitungan yang
tidak ditemukan diantara sekian penanggalan lain yang umumnya berlaku di
dunia.
2 Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: Penerbit ITB, 2001, h. 1.
3 Moedji Raharto, ibid, h. 49. 4 Susiknan Azhari, op.cit, h. 95.
Penanggalan Cina acapkali disebut dengan beragam istilah seperti
tarikh Imlek, Khongcu, dan petani.5 Disebut tarikh Imlek karena perhitungan
awal tahun diawali dengan perayaan Imlek menyambut musim semi, selain
itu juga terdapat pengertian bahwa penanggalan ini mengacu terhadap siklus
bulan − dalam bahasa Cina dikenal Imlek−, meskipun pada kenyataannya
penanggalan Cina juga mengacu terhadap matahari atau musim. Penanggalan
ini disebut dengan tarikh Khongcu karena dinisbatkan kepada tokoh spiritual
masyarakat Cina yang juga pemimpin sentral agama Konghucu yaitu nabi
Khonghucu yang hidup pada tahun 551-479 SM. Hal ini juga yang menjadi
dasar penetapan bahwa tahun pertama penanggalan ini mulai dihitung sejak
kelahiran tahun khonghucu tepatnya pada tanggal 27 delapan Imlek tahun 551
SM. Terakhir adalah penanggalan petani karena pada tataran
implementasinya, penanggalan ini relevan dengan periode musim yang
kerapkali dijadikan panduan bercocok tanam bagi para petani.
Penanggalan Cina –secara sederhana− dapat diartikan sebagai
penanggalan yang didasarkan pada rotasi bulan kemudian diselaraskan
dengan peredaran bumi yang berevolusi terhadap matahari. Dengan prinsip
itu, penanggalan ini bisa memprediksi kapan terjadinya awal bulan, fase
purnama, dan siklus musim,6 maka dalam penelitian ini penulis menyebutnya
dengan istilah penanggalan Im Yang Lik.
5 Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif dan
Harmonis, 2000, h. 36. 6 Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, The Chinese Calendar of the Later Han Period,
Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2000, h. 7. Baca juga Hendrik Agus Winarso, ibid, h. 32 dan Susiknan Azhari, op.cit, h. 95.
Im Yang Lik diambil dari beberapa penggalan kata, kata Im berarti
penanggalan ini mengacu pada siklus rotasi bulan, lalu Yang berarti
penanggalan ini juga mengacu pada siklus bumi yang berevolusi terhadap
Matahari, sedangkan Lik merupakan istilah untuk menyebut penanggalan.
Sehingga jika dipadukan penggalan kata-kata tersebut menjadi Im Yang Lik
bermakna penanggalan yang didasarkan pada rotasi bulan kemudian
diselaraskan dengan peredaran bumi yang berevolusi terhadap matahari.
Maka lebih tepat jika menggunakan istilah Im Yang Lik untuk menyebut
penanggalan Cina.7
Sebagaimana umumnya sistem penanggalan, satu tahun memiliki 12
bulan dengan asumsi total 354 atau 355 hari untuk penanggalan Hijriah dan
365 atau 366 untuk penanggalan Masehi. Jika merujuk pada kategorisasi di
atas dengan adanya penyisipan bulan agar sistem penanggalan ini tetap
sinkron dengan penanggalan musim, maka dapat dipahami bahwa
penanggalan Im Yang Lik termasuk kategori sistem penanggalan lunisolar
calendar.
Dalam sistem penanggalan ini, jumlah bulan dalam satu tahun pada
tahun-tahun tertentu mencapai 13 bulan dengan asumsi jumlah hari mencapai
383, 384, atau 385 hari yang biasa dikenal dengan beberapa istilah yaitu
Kabisat, Tahun Panjang, dan Tahun Loncat (leap year). Sedangkan Tahun
7 Untuk selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan redaksi Im Yang Lik dalam
menyebut penanggalan Cina.
Basitoh atau dalam istilah lain disebut Tahun Pendek selama 12 bulan dengan
jumlah hari selama 353, 354 atau 355 hari.8
Sementara dalam perhitungan awal bulan mengacu kepada periode
sinodis, yaitu rentang waktu yang dibutuhkan oleh bulan antara satu fase
bulan baru (newmoon) ke fase bulan baru berikutnya (dua konjungsi) selama
29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d.9 Maka prinsip dalam sistem
penanggalan ini, awal bulan mulai dihitung pada hari tepat saat terjadi
konjungsi atau ijtimak10 pada meridian 1200 Bujur Timur (BT).11 Artinya
waktu terjadinya konjungsi menggunakan local mean time (LMT) Cina yaitu
Greenwich Mean Time (GMT) ditambah delapan jam (GMT + 8).
Untuk memperjelas keterangan di atas, penulis contohkan secara
singkat penanggalan Im Yang Lik pada tahun 2560 atau 2009 Masehi. Pada
tahun tersebut jumlah bulan mencapai 13 bulan. Berikut langkah-langkah
perhitungannya.12
Langkah pertama yaitu mengecek apakah tahun yang dihitung terdapat
bulan sisipan. Caranya dengan menentukan bulan ke-11 dalam penanggalan
8 Helmer Aslaksen, Heavenly Mathematics: The Mathematics of the Chinese, Indian,
Islamic, and Gregorian Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010, h. 32. Baca juga Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010 h. 48.
9 Mengenai pengertian tentang periode sinodis bulan selengkapnya dapat dilihat dalam Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab-Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008, h. 37.
10 Konjungsi atau ijtimak adalah peristiwa saat bulan dan matahari berada pada posisi garis bujur yang sama sebagai perhitungan awal bulan kamariah. Susiknan Azhari, ibid, h. 93.
11 Chin Hei Ting Veronica, The Mathematics of the Chinese Calendar, t.t, h. 4. 12 Shofiyullah, Mengenal Penanggalan Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul
Huda, 2006, h. 11-12.
Im Yang Lik tahun sebelumnya dan bulan ke-11 pada tahun yang sedang kita
hitung.13
Selanjutnya mengecek jumlah bulan baru (newmoon) yang terdapat
setelah bulan ke-11 tahun sebelumnya sampai pada bulan ke-11 pada tahun
yang sedang dihitung, tetapi dengan catatan bahwa jika newmoon berjumlah
12, maka pada tahun tersebut tidak terdapat bulan sisipan atau bulan ke-13.
Namun sebaliknya jika newmoon berjumlah 13, maka pada tahun tersebut
terdapat bulan sisipan.
Langkah kedua adalah menentukan newmoon setelah 27 November
2008 bulan ke-11, yaitu 1 Cap It Gwee 2559 (tahun sebelumnya) sampai 16
Desember 2009 bulan ke-11, yaitu 1 Cap It Gwee 2560 (tahun yang dihitung).
Jumlah newmoon setelah 27 November 2008 sampai 16 Desember 2009
adalah 13 kali.14 Secara rinci tertulis dalam tabel sebagai berikut:
Bulan Baru Konjungsi Bulan Baru Konjungsi
1 28 Desember 2008 8 23 Juli 2009
2 26 Januari 2009 9 20 Agustus 2009
3 25 Februari 2009 10 19 September 2009
4 26 Maret 2009 11 19 Oktober 2009
5 25 April 2009 12 17 November 2009
6 24 Mei 2009 13 16 Desember 2009
7 22 Juni 2009
Tabel 1. Bulan Baru Tahun 2009 Masehi atau 2560 Tahun Cina
13 Data-data newmoon atau konjungsi yang akurat bisa di peroleh dari beberapa software, seperti Winhisab, Almanac Nautica atau Mawaqit dengan menggunakan time zone Greenwich mean time (GMT) +8 jam (daerah sekitar Beijing Cina).
14 Hasil perhitungan untuk tahun 2009 M dengan data-data astronomik yang diambil dari software Winhisab. Tanggal-tanggal yang tertera tersebut merupakan tanggal tepat terjadinya konjungsi, dimana cahaya bulan (fraction illumination) berada pada angka terkecil.
Kaitannya dengan penambahan bulan ke-13 atau bulan sisipan dalam
sistem penanggalan ini, pada beberapa penanggalan memang mengacu
terhadap suatu sistem astronomi yang mengikuti aturan tetap, akan tetapi
beberapa sistem penanggalan lain juga banyak yang mengacu pada sebuah
aturan abstrak dan hanya mengikuti sebuah siklus berulang tanpa memiliki
arti astronomik. Sementara jika melihat penanggalan Im Yang Lik,
penanggalan ini lebih mengacu pada kombinasi konsep astrologi filosofis
hewan dan arah mata angin.
Nuansa sarat mitologi Cina kuno yang terefleksikan dalam metode yang
memadukan 10 arah langit di sekitar alam raya dengan 12 cabang Bumi yang
diambil dari nama hewan (shio). Nama 10 arah langit yaitu: Jia (Timur), Yi
(Tenggara), Bing (Selatan), Xin (Barat Daya), Geng (Barat), Ding (Barat
Laut), Ren (Utara), Gui (Timur Laut), Wu (Atas), dan Ji (Bawah). Sedangkan
nama 12 cabang Bumi yang dipersonifikasikan dengan nama-nama hewan
yaitu: Zi (Tikus), Chou (Kerbau), Yin (Harimau), Mau (Kelinci), Chen
(Naga), Si (Ular), Wu (Kuda), Wei (Kambing), Shen (Monyet), You (Ayam),
Xu (Anjing), dan Hai (Babi).15
Jika nama-nama 10 arah langit dan 12 cabang bumi dipadukan secara
berpasangan, akan menghasilkan siklus sebanyak 60 tahun atau enam kali
pengulangan arah langit dan lima kali pengulangan cabang bumi. Tentu
berbeda dengan penanggalan Masehi yang hanya mempunyai siklus empat
15 Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, op.cit, h. 46. Baca juga Shofiyullah, op.cit, h. 8
dan Tono Saksono, op.cit, h. 51.
tahun (tiga tahun basitah dan satu tahun kabisat) dan penanggalan Hijriah
dengan siklus sebanyak 30 tahun (19 tahun basitah dan 11 tahun kabisat).16
Di samping itu, terdapat keunikan pula bahwa tahun baru Cina atau
Imlek yang dirayakan oleh segenap warga Tionghoa di seluruh belahan dunia
hampir pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling
akhir) setiap tahun. Pasalnya peraturan yang ada dalam penanggalan Im Yang
Lik menyatakan bulan ke-11 harus jatuh pada bujur 2700.17 Berarti berselang
dua bulan, tahun baru Imlek hanya dapat terjadi antara tanggal 20 Januari
(3000) sampai 19 Februari (3300). Sehingga tidak dimungkinkan terjadi
perayaan tahun baru Imlek diperingati selain pada jenjang waktu itu.
Sistem penanggalan ini juga memiliki konsep perhitungan hari yang
berbeda dengan sistem penanggalan lainnya. Perhitungan hari tidak
didasarkan pada jumlah hari seminggu (tujuh hari), tetapi berdasarkan
pasaran (lima hari) yang disebut Hou. Dalam pada itu, tahun pertama
penanggalan ini dihitung sejak kelahiran Khonghucu (seorang nabi menurut
kepercayaan masyarakat Tionghoa) yang hidup pada 551-479 SM. Sehingga
sebagian kalangan menyebutnya dengan penanggalan Konghucu Lik karena
pengkultusan terhadap figur sentral agama Konghucu ini.18
Sehingga jika diringkas dari beberapa persoalan krusial terkait local
wisdom yang hanya terdapat dalam sistem penanggalan Im Yang Lik yaitu:
16 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka,
Cet. III, 2008, h. 111. 17 Hng Wee Kwan (ed), Chinese Calendar, h. 10. 18 Hendrik Agus Winarso, op.cit, h. 36-37.
1. Jumlah bulan dalam satu tahun pada tahun-tahun tertentu mencapai 13
bulan dengan jumlah hari mencapai 383, 384, atau 385 hari.
2. Tahun baru Imlek selalu jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20
Februari (paling akhir) pada setiap tahunnya.
3. Perhitungan hari tidak didasarkan pada jumlah hari dalam seminggu (tujuh
hari), tetapi berdasarkan pasaran (lima hari).
4. Siklus penanggalan adalah dengan memadukan salah satu dari 10 arah
langit dengan 12 cabang Bumi atau nama hewan (shio) secara
berpasangan, sehingga jumlahnya 60 tahun (enam kali pengulangan arah
langit dan lima kali pengulangan cabang bumi).
Memang tidak dipungkiri, keunikan-keunikan yang terdapat dalam
penanggalan Im Yang Lik merupakan local wisdom warisan kebudayaan Cina
yang hingga sekarang tetap dipertahankan. Proses akulturasi nilai lokal yang
bersentuhan dengan disiplin ilmu astronomi menghasilkan kombinasi apik
sebuah cipta karsa manusia sebagai warisan kebudayaan tidak ternilai. Fakta
berbicara bahwa sistem penanggalan lain pun memiliki karateristik tersendiri.
Seperti penanggalan Caka Bali yang berkembang di daerah Bali19 dan
penganut kepercayaan sistem Aboge di sebagian wilayah pulau Jawa.20
19 Dinamakan Caka Bali karena pada mulanya mengadopsi sistem yang terdapat dalam
penanggalan Saka. Namun karena penanggalan Saka yang menyebar di daerah Bali mengalami berbagai perubahan sistematika perhitungan, maka penanggalan Saka yang terdapat di Bali lebih populer dengan nama penanggalan Caka Bali. Selengkapnya baca Shofiyullah, op.cit, h. 18.
20 Sebuah aliran penanggalan Jawa Islam dalam penentuan hari raya Idul Fitri (riyaya) didasarkan dengan pijakan bahwa setiap tahun Alip hari raya jatuh pada Rabo Wage (Aboge). Susiknan Azhari, op.cit, h. 7. Baca juga Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah: Menyatukan NU &
Jika dicermati, kalangan Tionghoa memfungsikan penanggalan Im
Yang Lik tidak lebih hanya sebagai acuan dasar perayaan dan hari besar dan
untuk melakukan ritual yang erat kaitannya dengan momentum penting,
seperti pernikahan, kematian, pindah rumah, membuka usaha, nama, umur,
dan lain sebagainya yang lebih dikenal dengan fengshui.21
Hal ini dapat dipahami mengingat etnis Tionghoa masih meyakini hal-
hal yang terkait persoalan di atas karena merupakan komitmen sosial
kepatuhan mereka sebagai warga keturunan Tionghoa untuk tetap
menggunakan produk lokal Cina. Menarik, karena rupanya mereka
memandang bahwa penanggalan Im Yang Lik merupakan tradisi lokal
masyarakat Cina semata, bukan sebagai produk agama Konghucu seperti
banyak dituduhkan oleh sebagian kalangan.22 Beberapa perayaan seperti
tahun baru Imlek (tanggal 1 Chia Gwee) atau Cap Go Meh (15 hari setelah
perayaan Imlek) dirayakan dengan mengelaborasikan tradisi Cina dengan
tradisi lokal masyarakat setempat tempat mereka menetap, karena warga
Tionghoa cenderung tidak ekslusif dan ekstravagan, akan tetapi terbuka
menerima segala keyakinan dan tradisi masyarakat sekitar.
Penelitian ini secara parsial akan menampilkan juga peran sistem
penanggalan Im Yang Lik terhadap tingkat implementasi komunitas Tionghoa
dalam bidang praksis. Peran itu dapat dilihat dalam konteks pelaksanaan
Muhammadiyah Dalam Penentuan Awal Ramadlan, Idul Fitri, dan Idul ‘Adha, Jakarta: Erlangga, 2007, h. 82-84.
21 Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Maksum Pinarto pada Jum’at, 6 Januari 2011 di kantor PITI Semarang.
22 Hendrik Agus Winarso, op.cit, h. Vi.
aktifitas ritual beberapa perayaan tradisional yang terkait erat dengan musim.
Penanggalan Im Yang Lik sendiri sebagai produk klasik masyarakat Cina
masih menyisakan problema, karena kerap kali terjadi disparitas antara
penanggalan Im Yang Lik dengan fenomena musim, bahkan belum bisa secara
konsisten menyesuaikan dengan iklim yang sebenarnya berlangsung.
Kajian ini merupakan upaya penting dalam rangka memperkaya
khazanah intelektual ilmu falak, khususnya mengenai sistem penanggalan,
lebih spesifik lagi penanggalan Im Yang Lik yang tampaknya kian
terbengkalai dari ramainya perdebatan wacana pemikiran dan gagasan tentang
ilmu falak keindonesiaan dalam konteks kekinian pada masa proses
pelestarian dan perkembangan keilmuan dewasa ini yang semakin masif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, pokok
permasalahan utama adalah upaya melacak beberapa hal penting terkait
sistem penanggalan Im Yang Lik yang terangkum dalam pertanyaan
bagaimana sistem lunisolar (bulan-matahari) melatarbelakangi regulasi
komponen dasar dalam sistem penanggalan Im Yang Lik?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
yaitu merupakan sebuah karya ilmiah untuk mengetahui secara komprehensif
mengenai bunga rampai kategorisasi sistem penanggalan yang diadopsi oleh
regulasi penanggalan di dunia, komponen-komponen utama dalam sistem
lunisolar yang melatarbelakangi sistem penanggalan Im Yang Lik, serta peran
sistem penanggalan Im Yang Lik terhadap implementasi aktifitas ritual
berbagai perayaan tradisional komunitas Tionghoa yang terkait erat dengan
musim serta nuansa kental astrologi-mitologi Cina klasik yang
melingkupinya.
D. Telaah Pustaka
Kaitannya dengan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak informasi
dari beberapa sumber relevan. Akan tetapi sumber-sumber rujukan tersebut
tidak dimungkinkan untuk menjadi rujukan utama, karena lebih
mengkhususkan pada bunga rampai dan sekelumit metode perhitungan.
Nyaris tidak ada perbedaan signifikan antara satu referensi dengan yang
lainnya. Sehingga penulis berhipotesis bahwa hingga saat ini –dalam sekup
Indonesia−, belum ada penelitian yang secara komprehensif menyentuh
persoalan konsep dasar sistem penanggalan Im Yang Lik.
Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa tulisan yang yang
sedikit banyak berbicara tentang penanggalan Im Yang Lik. Diantaranya
sebuah buku yang ditulis secara ringkas oleh Shofiyullah berjudul “Mengenal
Penanggalan Lunisolar di Indonesia”.23 Dalam buku tersebut, dia menyajikan
beberapa metode penanggalan yang menganut sistem Lunisolar (bulan-
matahari). Didalamnya terdapat tiga metode penanggalan dalam buku
tersebut, yaitu penanggalan Cina, Caka Bali, dan Budha. Namun stressing
23 Shofiyulloh, Mengenal Penanggalan Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda, 2005. Buku ini sebenarnya merupakan makalah yang disampaikannya pada acara kajian Ilmiah Ahli Hisab PWNU Jawa Timur pada 18 April 2004 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.
point pembahasan Im Yang Lik hanya memfokuskan pada ringkasan sejarah
dan langkah-langkah penyusunannya, di samping informasi lain mengenai
hari raya kaum Konghucu serta beberapa aturan dan langkah dasar untuk
menentukan tahun baru Imlek. Sebenarnya cukup disayangkan karena
penyajian informasi ditulis begitu singkat, mengingat sebenarnya banyak
informasi penting yang perlu dijabarkannya secara detail. Misalnya
pergumulan segmen astronomi-mitologi Cina dalam kaitannya dengan
penanggalan Im Yang Lik, paparan komponen-komponen penanggalan Im
Yang Lik, dan sebagainya.
Terdapat pula buku karangan Hendrik Agus Winarso yang berjudul
“Mengenal Hari Raya Konfusiani”.24 Tidak jauh beda dengan buku
sebelumnya, dalam buku ini juga disajikan informasi mengenai sejarah
singkat penanggalan Im Yang Lik hanya saja lebih mendetail pada persoalan
perayaan-perayaan etnis Tionghoa. Akan tetapi −pada umumnya− secara
substansi, informasi yang diberikan dalam buku ini tidak jauh berbeda dengan
apa yang ditulis oleh Shofiyullah dalam bukunya di atas. Meskipun
mengkhususkan diri pada penanggalan Im Yang Lik, namun tetap tidak
mencoba untuk mengurai informasi penting yang disampaikannya dalam
buku tersebut.
24 Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif &
Harmonis, Cet. III, 2003. Buku ini lebih didedikasikan tentang pemaknaan beberapa hari besar yang dirayakan umat Khonghucu.
Dalam buku karangan Tono Saksono, “Mengkompromikan Rukyah dan
Hisab”,25 dia mencoba mesepintas lalu mengulas sistem penanggalan Im
Yang Lik, namun sayangnya tidak menampilkan metode praktis perhitungan
penanggalan ini. Hal itu dimaklumi, pasalnya pengarang buku ini memang
berasal dari background yang berada di luar pakem falak an sich, maka wajar
jika dia hanya menampilkan gagasan-gagasan dari kacamata spesifikasi yang
dimilikinya dalam bidang sains murni.26 Walaupun sebenarnya dalam buku
tersebut sangat mungkin dikombinasikan metode perhitungan penanggalan Im
Yang Lik dengan metode perhitungan astronomi praktis sebagaimana
penentuan arah kiblat dengan metode Nappier.27
Dari buku Susiknan Azhari berjudul Ilmu Falak: Perjumpaan
Khazanah Islam dan Sains Modern, penulis hanya sepintas menyinggung
tentang penanggalan Im Yang Lik melalui kajian tentang tiga kategorisasi
sistem penanggalan yang berlaku di dunia.28 Selain itu, buku Almanak
25 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007. 26 Tono Saksono seorang konsultan dalam bidang Mapping Science. Alumnus Fakultas
Tekhnik UGM (1979). Gelar masternya diraih dari Department of Geodetic Science, Ohio State University (1984) dan gelar Ph.D dibidang Remote Sensing dari Department of Geomatic Engineering, University College London (1988). Baca selengkapnya dalam Mengkompromikan Rukyat dan Hisab oleh Tono Saksono, Jakarta: Amythas Publicita, 2007, h. 277.
27 Kumpulan kaidah dan rumus matematis untuk menyelesaikan persoalan yang bertalian dengan segitiga bola. Uraian kaidah Nappier selengkapnya dapat dibaca dalam Ilmu Ukur Segitiga Bola oleh Koesdiono, Buku Panduan pada Jurusan Geodesi Fak. Sipil dan Perencanaan, Bandung: ITB, 1983, h. 25-26.
28 Susiknan Azhari salah satu ahli falak kenamaan di Indonesia. Aktifitasnya disamping sebagai staf pengajar fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan program pasca sarjana IAIN Walisongo Semarang adalah sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2005-2010). Tulisannya tentang hisab-rukyah banyak dipublikasikan baik dalam bentuk buku, artikel, maupun jurnal pemikiran.
Sepanjang Masa karangan Slamet Hambali juga menampilkan overview
kajian penanggalan Cina dalam bahasan almanak sistem lunisolar.29
Literatur tentang astrologi dan horoskop Cina penulis himpun dari buku
berbahasa asing oleh Shelly Wu berjudul Chinese Astrology: Exploring the
Eastern Zodiac dan buku Astrologi Cina oleh Mama Ira Triyonggo. Dalam
dua buku tersebut banyak terdapat persoalan mitos, ramalan, sampai bidang
praksis seperti peruntungan hidup sebagaimana wetonan astrologi Jawa.
Memang pada kenyataannya, penanggalan Cina identik dengan nuansa mitos
yang menjadi mindset sekumpulan aturan kredo etnis Tionghoa terhadap
tradisi lokal para leluhur mereka.
Literatur berbahasa asing juga oleh Helmer Aslaksen yang berjudul the
Mathematics of the Chinese Calendar dan Heavenly Mathematics: The
Mathematics of the Chinese, Indian, Islamic, and Gregorian Calendar, artikel
dengan judul Calendar and Their History oleh L.E. Doggett dari sebuah buku
Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac Calendars oleh
Kenneth Seidelmann, artikel Chinese Calendar oleh Hng Wee Kwan (ed) dan
lain sebagainya. Beberapa sumber tersebut berbicara banyak mengenai
informasi penting terkait perhitungan astronomis, historisitas, hingga paduan
konsep mitologi Cina kuno dengan konsep astronomi tradisional penanggalan
Im Yang Lik.
29 Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi
Hijriah, dan Jawa, Semarang: IAIN Walisongo, 2009.
Penulis meyakini, terdapat beberapa kajian atau penelitian mengenai
penanggalan Im Yang Lik yang pernah dilakukan. Namun hingga kini, penulis
belum menemukan penelitian yang relevan dengan kajian ini. Maka tidak
menutup kemungkinan jika kemudian hari dalam proses penyelesaian
penelitian, penulis menemukan referensi utama (primary reference) atau
sumber informasi lain, baik berupa buku, artikel, media cetak, atau lainnya
yang memberikan ragam informasi penting yang belum diperoleh dari
beberapa rujukan di atas.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang memfokuskan diri untuk mengungkap objek kajian penelitian yaitu
penanggalan Im Yang Lik. Penelitian dengan metode ini akan
mendeskripsikan objek penelitian secara verbal berupa gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat yang berasal dari sumber-sumber relevan.30
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data bersifat kepustakaan (library research) yang didalamnya
menggunakan sumber data utama dan data pendukung. Pertama, sumber
30 Metode ini −dalam pengertian lain− tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan
penyusunan data telah yang diperoleh, tapi menganalisa dan menginterpretasi makna yang terkandung didalamnya. Selain itu, dapat pula menggambarkan interaksi simbolik yang terjadi atau sifat suatu keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan. Imam Suprayogo dan Thobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 136-137.
utama (primary sources) yang diperoleh langsung dari penanggalan Cina
(Im Yang Lik).
Kedua, penulis menggunakan sumber data pendukung (secondary
sources) yang berhubungan secara tidak langsung dengan objek penelitian,
baik berupa bunga rampai penanggalan, metode perhitungan, atau segmen
sosio-historis. Data-data tersebut meliputi keterangan yang didapat dari hasil
wawancara narasumber berkompeten dan beberapa sumber lain, seperti
dokumen, catatan, transkripsi, artikel, dan literatur lainnya yang
mengantarkan pada perkenalan terhadap penanggalan Im Yang Lik.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Mengenai proses pengumpulan data, terdapat dua metode yang
digunakan. Pertama dokumentasi dengan menganalisis sumber data tertulis
atau kepustakaan (library sources) yang termuat dalam dokumen, catatan,
transkripsi, artikel, dan bahan-bahan lainnya yang relevan. Maksud dari
metode ini adalah untuk mendukung kelengkapan data dan informasi
penting dalam laporan penelitian. Selain itu, data-data juga dihimpun dari
beberapa media, diantaranya penelusuran pada situs-situs internet akuntabel
mengenai kebenarannya.
Kedua adalah wawancara (interview) dengan mengajukan beberapa
pertanyaan secara lisan kepada para narasumber (informan) tentang objek
permasalahan. Informasi pangkal yang dirujuk adalah eksponen Tionghoa,
kemudian dicari informan lain yang dipandang memiliki kompetensi
melalui rekomendasi dari informan pangkal tersebut sehingga ditemukan
key person of research. Metode snow ball ini akan memudahkan peneliti
untuk mengeksplorasi informasi dan mengungkap interaksi simbolik yang
terjadi tentang implementasi praksis komunitas Tionghoa terhadap
penanggalan Im Yang Lik.
4. Metode Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian ditelaah melalui metode
kualitatif dengan memeriksa kelengkapannya untuk dipilah berdasarkan sub
pokok bahasan yang mengacu pada rumusan masalah.31 Penulis mencoba
mendeskripsikan lalu menganalisa secara verbal tentang metode yang
digunakan dalam konsep sistem penanggalan Im Yang Lik.
Berikut ini penulis tampilkan skema proses kerja penelitian mengenai
kajian sistem penanggalan Im Yang Lik. Skema ini dimaksudkan untuk
memperoleh alur penelitian yang sistematis dan tetap terfokus terhadap
kajian yang diteliti.32
31 Metode ini bertujuan untuk memberikan diskripsi mengenai subjek penelitian
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari mazhab subjek yang diteliti dan tidak dimaksud untuk menguji hipotesis. Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 126.
32 Alur penelitian secara lengkap lihat Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. XII, 2002, h. 21.
Sistem solar, cth: penanggalan
Sistem lunar, cth: penanggalan
Sistem lunisolar, cth: penanggalan Cina (Im Yang
Lik)
Penelitian sistem penanggalan Im Yang Lik
Bagaimana sistem lunisolar (bulan-matahari) melatarbelakangi sistem penanggalan Im Yang Lik?
Teori
Konsep astronomi-syar’i penanggalan Im Yang Lik
Metode analisis deskriptif
Hasil penelitian Teori sistem penanggalan Im Yang Lik yang mengadopsi lunisolar system
Skema 1. Proses Kerja Penelitian
Sumber Data
Sumber primer meliputi wawancara dan penanggalan Im Yang Lik
Sumber sekunder meliputi buku-buku teori penanggalan, buku, artikel dan sumber relevan lainnya
Penjelasan tentang interaksi simbolik komunitas Tionghoa terhadap implementasi penanggalan Im Yang Lik
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami kajian penelitian
ini, maka terlebih dahulu penulis akan mengurutkannya dalam sistematika
pembahasan. Secara garis besar, penelitian ini terbagi dalam lima bab utama,
yaitu pendahuluan, isi materi yang terdiri atas tinjauan umum diskursus
sistem penanggalan dalam kelompok tiga kategorisasi, komponen-komponen
utama penanggalan Im Yang Lik, dan analisis sistem penanggalan ini,
kemudian terakhir penutup. Pada setiap bab, terdapat beberapa sub bab
pembahasan yang terjalin inheren dan tidak bisa dipisahkan.
Secara rinci, urutan pembahasan dalam sistematika penelitian ini
sebagai berikut:
BAB I: Bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah mengenai
penelitian yang diangkat. Lalu rumusan masalah yang berusaha
memfokuskan penelitian agar tidak keluar dari track kajian yang
diteliti. Kemudian dilanjutkan tujuan penelitian dan manfaat
penelitian. Selanjutnya telaah pustaka yang bertujuan memperoleh
gambaran umum tentang beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dan relevan dengan penelitian ini. Hal ini menjadi
penting, karena untuk menghindari upaya plagiasi terhadap
penelitian. Berikutnya metode penelitian untuk menjelaskan
bagaimana teknis dan analisis yang diterapkan dalam penelitian.
Terakhir adalah sistematika penelitian yang berisi kerangka umum
penelitian.
BAB II: Dalam bab kedua ini akan menyinggung perspektif astronomi-syar’i
tentang penanggalan, kemudian pembahasan difokuskan pada
eksplorasi klasifikasi sistem penanggalan yang umum diterapkan di
dunia dalam konteks keindonesiaan. Sistem penanggalan tersebut
adalah solar calendar yang mencontohkan salah satu jenis
penanggalan yang mengadopsi sistem ini yaitu penanggalan Masehi.
Pembahasan meliputi pengertian, sejarah, dan karateristik dasar.
Kemudian sistem penanggalan lunar calendar yang mengambil
contoh penanggalan Hijriah. Adapun pembahasannya meliputi
pengertian, sejarah, pemahaman konsep umum penentuan awal bulan
kamariah melalui metode hisab-rukyat, dan karateristik dasar. Sistem
penanggalan terakhir adalah lunisolar calendar yang mencontohkan
penanggalan Im Yang Lik, meliputi pengertian, sejarah, serta
karateristik dasar.
BAB III: Bab ini akan dipaparkan mengenai komponen-komponen utama
penanggalan Im Yang Lik meliputi konsep hari, bulan dan tahun,
serta musim. Pembahasan tersebut juga dilengkapi dengan
perpaduan konsep mitologi tradisi lokal Cina dengan segmen
astronomi hingga mempengaruhi konfigurasi sebuah sistem
penanggalan, perayaan-perayaan dalam penanggalan Im Yang Lik,
baik yang berkaitan erat dengan musim atau yang mengikuti
pedoman penanggalan Masehi, dant terakhir tentang perspektif
astronomi-syar’i terhadap sistem penanggalan Im Yang Lik.
BAB IV: Bab keempat ini akan menganalisis secara kritis terhadap sistem
penanggalan Im Yang Lik serta beberapa hal yang masuk dalam
ruang lingkup kajian sistem penangggalan Im Yang Lik secara
terintegrasi.
BAB V: Merupakan bab akhir dari proses penelitian yang didalamnya berisi
kesimpulan, saran, dan terakhir adalah penutup.
BAB II
KERANGKA TEORITIK SISTEM PENANGGALAN
Dalam mengatur rutinitas aktifitas kehidupan, manusia berpedoman pada
gejala-gejala (reguralitas) alam yang rutin terjadi. Seperti para petani yang sangat
bergantung pada posisi rasi bintang di langit dan peredaran musim untuk memulai
menanam padi, memanen, dan menyimpan hasil panen ke lumbung padi sebagai
persiapan menghadapi musim berikutnya.
Namun seiring berkembangnya zaman dan kemajuan tingkat intelegensi
pengetahuan, manusia merumuskan sebuah sistem perhitungan yang lebih praktis
dari hanya sekedar melihat reguralitas alam. Dalam pada itu, sistem perhitungan
baku juga mulai dipergunakan sebagai panduan dalam manentukan waktu. Sistem
tersebut adalah penanggalan.
Penanggalan memiliki peranan signifikan dalam kehidupan umat manusia,
karena segala hal yang dilakukan oleh manusia selalu bersinggungan dengan
waktu. Apalagi melihat perkembangannya sekarang, kebutuhan akan penanggalan
tidak dapat lepas dari kehidupan manusia dalam segala aktifitas sehari-hari.
Beragam rutinitas mulai dari pendidikan, perekonomian, perindustrian, dan lain
sebagainya semua memerlukan penanggalan. Maka dari itu tidak bisa dipungkiri
bahwa urgensi penanggalan merupakan keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia.
A. Sistem Penanggalan Perspektif Astronomi-Syar’i
Kata penanggalan dalam berbagai literatur biasa disebut dengan kalender,
almanak, tarikh, dan taqwim.33 Dari semua istilah itu, pada prinsipnya memiliki
makna yang sama yaitu sebuah regulasi sistem sebagai pedoman waktu.
Terminologi penanggalan tersebut secara eksplisit tidak dijumpai dalam
redaksi teks al-Qur’an, tetapi hanya ditemukan beberapa ayat al-Qur’an yang
secara tersirat berbicara mengenai ihwal penanggalan. Almanak hisab-rukyat
yang diterbitkan oleh Kementerian Agama mengungkapkan ada 15 ayat yang
merujuk kepada makna penanggalan.34 Sementara M. Quraish Shihab
beranggapan hanya ada satu ayat al-Qur’an yang berbicara mengenai prinsip
penanggalan.35
Jika ditelusuri, sebenarnya dari 15 ayat yang merujuk kepada makna
parsial penanggalan serta satu ayat seperti yang disampaikan M. Quraish
Shihab, maka hanya terdapat tiga ayat yang sesungguhnya representatif
terhadap kajian mengenai penanggalan beserta sistemnya di dalam al-Qur’an.
33 Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern,
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet. II, 2007, h. 82. 34 Ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan penanggalan menurut buku Almanak hisab-
rukyat oleh Kementrian Agama dapat dijumpai pada Q.S. al-Baqarah [2]: 185, al-Baqarah [2]: 189, Q.S. Yunus [10]: 5, Q.S. al-Isra’ [17]: 12, Q.S. an-Nahl [16]: 16, Q.S. at-Taubah [9]: 36, Q.S. al-Hijr [15]: 16, Q.S. al-Anbiya’ [21]: 33, Q.S. al-An’am [6]: 96-97, Q.S. ar-Rahman [55]: 5, dan Q.S. Yasin [36]: 38-40. Selengkapnya lihat Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, h. 5-8.
35 M. Quraish Shihab menyatakan hanya surat al-Kahfi [18] ayat 25. Quraish Shihab menyatakan bahwa penambahan sembilan tahun adalah akibat perbedaan penanggalan syamsiyah dan kamariah. Penanggalan syamsiyah memilki selisih 11 hari dengan penanggalan kamariah apabila terakumulasi kemudian menjadi sekitar sembilan bulan hasil perkalian 300 tahun x 11 hari = 3.300 hari. Baca M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet.IV, 1997, h. 551.
Ayat pertama yaitu surat at-Taubah [9] ayat 36 yang isinya merupakan
bentuk afirmasi Allah bahwa dalam satu tahun hanya terdapat 12 bulan.
“Sesunguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa”.36
Selain surat at-Taubah [9] ayat 36, selanjutnya adalah al-Kahfi [18] ayat
25. Ayat ini mengisahkan tentang jumlah tahun lamanya kelompok yang
dikenal ashab al-kahfi tertidur dalam gua. Menurut Quraish Shihab ayat ini
memberi pelajaran penting tentang kuantitas tahun dalam konversi (perubahan)
tahun masehi dengan hijriah.
“dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”.37
As-Suyuti mengatakan bahwa ayat ini turun sebagai jawaban atas
kebimbangan terhadap sebuah pertanyaan, apakah maksud dari tiga ratus
(tsalatsa miatin), tahun atau bulan?. Sehingga turun ayat selanjutnya yang
36 Empat bulan haram dalam ayat tersebut merupakan bulan-bulan larangan untuk
melakukan penyerangan atau berperang yaitu bulan Muharram, Rajab, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jumanatul Ali, 2005, h. 192.
37 Lihat Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Depag RI, ibid, h. 296.
mempertegas bahwa tiga ratus pada ayat itu berarti jumlah tahun (sinin
wazdadu tis’a).38
Terakhir adalah surat al-Baqarah [2] ayat 189 yang menjelaskan prinsip
sebuah sistem penanggalan.
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”.39
Ayat ini turun sebagai respon atas pertanyaan kepada rosulullah yang
diajukan oleh dua orang sahabat, Muadz bin Jabal dan Tsa’labah bin
Ghumamah.
يا رسول اللة، ما بال اهلالل يبدو فيطلع دقيقا مثل اخليط، مث يزيد حىت يعظـم
.وى ويستبدر، مث ال يزال ينتقص ويدق حىت يكون كما كانويست
“Ya rosulullah, mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian membesar hingga bundar dan kembali lagi seperti semula, tidak pernah bentuknya tetap”.40
Sebenarnya kajian mengenai penanggalan dalam sumber lain berupa
hadis sangat banyak, namun redaksi hadis-hadis itu hanya membincang
mengenai ihwal penanggalan Hijriah. Secara sarkastik dapat dikatakan bahwa
dari sekian banyak hadis yang berbicara tentang penanggalan Hijriah, ternyata
38 As-Suyûti, ad-Durur Mansûr fi Tafsir al-Ma’tsur, Beirut: Dâr al-Kutub, Cet.I, 1990, Juz.
IV, h. 396. Mengenai ayat ini juga lihat Abu Ja’far Ibn Jarîr at-Tabari, Tafsîr al-Tabari, Beirut: Dâr al-Fikr, 1978, Juz.XV, h. 153.
39 Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Depag RI, op.cit, h. 29. 40 Abi Ali Al-Hasan bin Ahmad al-Wahidy an-Naisabury, Asbâb Nuzûl al-Qur’an, Beirut:
Dâr al-Kutub al-´Alamiyah, t.t., h. 200.
hanya berkutat pada persoalan mengawali dan mengakhiri puasa, tidak
ditemukan yang mengarah kepada sebuah sistem pananggalan an sich.41
B. Klasifikasi Sistem Penanggalan
Terdapat beberapa penanggalan yang berkembang di dunia sejak zaman
kuno hingga era modern. Menurut Susiknan Azhari, beberapa penanggalan
yang berkembang di dunia yaitu: sistem penanggalan primitif (primitive
calendar sistems), penanggalan Barat (Western calendar), penanggalan Cina
(Chinese calendar), penanggalan Mesir (Egyptian calendar), penanggalan
Hindia (Hindia calendar), penanggalan Babylonia (Babylonia calendar),
penanggalan Yahudi (Jewish calendar), penanggalan Yunani (Greek calendar),
penanggalan Islam (Islamic calendar), dan terakhir penanggalan Amerika
Tengah (Middle American calendar).42
Namun dari sepuluh sistem penanggalan yang berbeda-beda di atas,
ternyata semua berpangkal pada tiga kelompok besar sistem penanggalan yaitu
solar calendar, lunar calendar, dan lunisolar calendar. Oleh karena itu, dalam
bab ini penulis mencoba mengulas beberapa hal terkait klasifikasi tiga sistem
penanggalan tersebut.
41 Susiknan Azhari mencoba menghimpun hadis-hadis dengan redaksi yang hampir sama
dengan konotasi yang merujuk kapada persoalan awal bulan kamariah dalam penanggalan Hijriah berjumlah 56 hadis yang diriwayatkan oleh beberapa rowi, seperti al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, an-Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad. Diantara hadis tersebut salah satunya yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. “Berpuasalah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Bila hilal tertutup, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari”. Redaksi hadis dapat dilihat pada Abu Husain Muslim bin al-Hajjâj, Shahih Muslim, Beirut: Ihyâ al-Turâts al-Araby, 1991, Cet. IV, Juz. II, h. 13. Bandingkan dengan Susiknan Azhari, Ilmu Falak: Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet. II, 2007, h. 192-201.
42 Susiknan Azhari, ibid, h. 94.
1. Sistem Solar Calendar
a. Pengertian
Sistem ini dalam istilah lain disebut penanggalan Syamsiah,
Miladiah, atau Masehi. Secara etimologi, solar calendar adalah sistem
penanggalan yang mengacu terhadap siklus matahari, sehingga sebagian
kalangan menyebutnya penanggalan surya atau matahari. Konsep
perhitungan sistem penanggalan ini didasarkan pada lama perjalanan
revolusi bumi mengorbit matahari.
Terdapat dua macam periode tahun lama revolusi bumi terhadap
matahari dalam waktu satu tahun, yaitu tahun sideris dan tahun tropis.
Tahun sideris adalah periode revolusi bumi mengelilingi matahari satu
putaran (elips) penuh yang membutuhkan waktu selama 365,2564 hari
atau 365h 6j 9m 10d, sedangkan tahun tropis adalah periode relatif
revolusi bumi mengelilingi matahari terhadap titik musim semi yang
membutuhkan waktu selama 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m 46d.43
Salah satu jenis penanggalan yang masuk dalam kategori sistem ini
yaitu penanggalan Masehi. Penanggalan Masehi yang digunakan
43 Angka tersebut didapat dari jumlah busur satu lingkaran penuh (3600) dikurangi
perubahan lintasan matahari ke arah barat pada equator langit di titik vernal equinox sebesar 00 0’ 50,2” busur atau 10 dalam 27 tahun. Kemudian dikalikan dengan jumlah tahun sideris (365,2564 hari). Langkah terakhir hasil lalu di bagi 3600. Maka hasilnya adalah 365,2422518 hari. Selengkapnya baca Moedji Raharto, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: Penerbit ITB, 2001, h. 12.
sekarang menggunakan pedoman perubahan musim sebagai
konsekuensi dari gerak semu matahari.44
b. Sejarah
Penanggalan Masehi dirancang oleh seorang bangsa Romawi
bernama Romulus sejak pendirian kota Roma pada 753 SM. Acuan
yang digunakan adalah perubahan musim dari gerak semu matahari.
Pijakan awal perhitungan adalah permulaan musim semi yang terjadi
pada saat posisi matahari berada di titik vernal equinox sekitar tanggal
21 Maret.45
Penanggalan ini pada mulanya terdiri atas 10 bulan dalam satu
tahun yang berumur total 304 hari. Dari 10 bulan tersebut, terdapat
empat bulan yang berumur 31 hari dan enam bulan yang umurnya 30
hari. Namun dalam regularitas perjalanan sistem ini, sekitar tahun 700 SM
terdapat penambahan bulan oleh raja Numa Pompilus sebagai acuan
musim dingin yang saat itu belum terprediksi, yaitu dengan
menambahkan bulan ke-11 dan ke-12. Melalui reformasi sistem
penanggalan ini, mereka bisa menentukan dengan tepat kapan harus
melaksanakan agenda upacara yang terkait perubahan musim yang
44 L.E. Doggett, Calendar and Their History, the article is reprinted from Explanatory
Supplement to the Astronomical Almanac, P. Kenneth Seidelmann (ed), University Science Books, Sausalito, California, 2009, h. 4.
45 L.E. Doggett, ibid, h. 5.
lazim mereka rayakan. Dalam perkembangannya kemudian, secara
berurut bulan ke-11 dan ke-12 dinamakan Ianuarius dan Februarius.46
Secara rinci nama-nama bulan, makna dan jumlah harinya pada
masa itu adalah sebagai berikut:47
Urut Bulan Makna Umur
1 Martius Mars (Dewa perang) 31
2 Aprilis Apru (Dewa asmara bangsa Etruscan) 30
3 Maius Maia (saudara tertua Atlas) 31
4 Junius Juno (isteri Jupiter) 30
5 Quintilis Bulan ke-5, lalu diubah Julius,
(dinisbatkan raja Julius Caesar) 31
6
Sextilis Bulan ke-6. Lalu diganti Augustus
(dinisbatkan kepada raja Augustus
Caesar)
30
7 Septalis Bulan ke-7 30
8 Octolis Bulan ke-8 31
9 Novelis Bulan ke-9 30
10 Decemberis Bulan ke-10 30
Tabel 2. Penanggalan Masehi 753 SM
Reformasi penanggalan kembali dilakukan dengan mengurangi
satu hari pada tiap bulan yang memiliki angka genap (30 hari) sehingga
menjadi ganjil (29 hari). Sementara bulan Ianuarius dan Februarius
46 Ianuarius merupakan malaikat berwajah dua yang bertugas menjaga gerbang Roma.
Sedangkan Pebruarius adalah hari pembalasan. http://en.wikipedia.org/wiki/Gregorian_calendar (diunduh pada Sabtu, 25 Pebruari 2012).
47 David Le Conte, Calendars, 2008, h. 8. Bandingkan dengan Ruswa Darsono, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010 h. 36.
masing-masing berumur 28 hari. Maka jumlah hari dalam satu tahun
adalah 354 hari.48
Urut Bulan Umur Urut Bulan Umur
1 Martius 31 7 Septalis 29
2 Aprilis 29 8 Octolis 31
3 Maius 31 9 Novelis 29
4 Junius 29 10 Decemberis 29
5 Quintilis 31 11 Ianuarius 28
6 Sextilis 29 12 Februarius 28
Tabel 3. Penanggalan Masehi 700 SM
Pada perkembangan selanjutnya, satu hari ditambahkan pada
bulan Ianuarius menjadi 29 hari, sehingga jumlah hari dalam satu tahun
menjadi 355 hari. Akan tetapi masih terjadi disparitas ketepatan hari
pelaksanakan terkait perayaan tahunan menyambut perubahan musim.
Hingga pada 46 SM, raja Julius Caesar dibantu seorang matematikawan
bangsa Alexandria bernama Sosigenes kemudian mereformasi sistem
penanggalan ini. Dia mengawali konsep radikalnya dengan
menyesuaian penanggalan dengan tahun tropis matahari, yaitu 365,25
hari. Selain itu, bulan ke-11 dipindahkan menjadi awal tahun dan
Decemberis menjadi bulan ke-12. Maka jadilah sebuah sistem
penanggalan hasil reformasi Julius Caesar ini secara berurutan adalah
sebagai berikut:49
48 David Le Conte, ibid, 2008, h. 3. 49 Sistem ini kemudian terkenal dengan sistem Julian. Selengkapnya baca L.E. Doggett,
op.cit, h. 4. Baca juga Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyah dan Hisab, Jakarta: Amythas Publitica, 2007, h.57-58.
Urut Bulan Umur Urut Bulan Umur
1 Ianuarius 31 7 Quintilis 31
2 Februarius 28 8 Sextilis 31
3 Martius 31 9 Septalis 30
4 Aprilis 30 10 Octolis 31
5 Maius 31 11 Novelis 30
6 Junius 30 12 Decemberis 31
Tabel 4. Penanggalan Masehi 46 SM
Namun dalam perjalanan sistem ini ternyata masih terdapat
kelebihan waktu dari titik musim yang sebenarnya. Terjadinya anomali
yaitu selama kurun waktu 400 tahun, penanggalan ini mundur 3 hari.50
Kenyataan ini tentu menyulitkan bagi komunitas masyarakat yang
berkeinginan memiliki acuan tetap untuk suatu perayaan yang bersandar
pada pola sistem solar calendar. Sehingga apabila pergeseran ini
dibiarkan, penanggalan ini tidak dapat dipergunakan kembali sebagai
acuan perayaan karena terjadi carut-marut reguralitas musim dalam
setahun.
Pada akhir abad XVI, para ahli kosmologi semakin
memperhatikan anomali tersebut, yaitu awal musim semi tidak lagi
jatuh pada 21 Maret. Kesalahan itu ternyata terletak pada kala revolusi
bumi bukan 365h 6j, tetapi 365h 5j 56m atau 365h 6j kurang 4 menit. Jadi
tahun Julian mempunyai kelebihan 4 menit tiap tahunnya. Imbasnya
musim semi jatuh terlalu awal.
50 Terdapat kelebihan bilangan yang diabaikan, yaitu 0,780 hari per 100 tahun atau 00 11’
14” dalam 400 tahun, Selengkapnya baca Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi Hijriah, dan Jawa, Semarang: IAIN Walisongo, 2009, h. 20.
Terdapat bukti kongkret yang terjadi tentang adanya disparitas
perayaan keagamaan. Pada tahun 1582 M, saat kalangan Kristiani
meyakini peristiwa wafatnya Isa Al-Masih yang jatuh pada Minggu
setelah fase bulan purnama pasca matahari berada pada titik Aries atau
sekitar 21 Maret, tetapi perayaan itu telah jatuh beberapa hari
sebelumnya.51
Kemudian oleh Paus Gregorius XIII yang dibantu pendeta ahli
astronomi, Christopher Clavius pada tahun 1502 membuat terobosan
dengan dua koreksi terhadap tahun Julian, yaitu koreksi terhadap
kelebihan hitungan empat menit pada tiap tahun. Revolusi konsep
radikal itu dilakukan melalui ketetapan bahwa tiap 100 tahun lebih
menjadi 400 menit, 400 tahun lebih menjadi 1.600 menit atau 26j 40m
atau 1h 2j 40m. Jadi dengan adanya koreksi satu hari setiap 400 tahun
hanya tersisa kesalahan 2j 40m. Imbasnya, setelah tanggal 4 Oktober
1582 M, hari berikutnya langsung ditetapkan tangggal 15 Oktober 1582
menafikan sepuluh hari dari tanggal 5-14 Oktober 1582 yang dianggap
tidak pernah ada.
Dalam pada itu, Paus Gregorius XIII menetapkan pula bahwa
tahun pertama mengacu pada tahun kelahiran Isa Al-Masih, sehingga
51 Selengkapnya baca Slamet Hambali, ibid, h. 22.
penanggalan ini juga dikenal dengan penanggalan Masehi atau
penanggalan Gregorian.52
c. Karateristik Dasar
Penanggalan Masehi memiliki beberapa karateristik yang
didasarkan pada ketetapan Paus Gregorius XIII ketika melakukan
reformasi terhadap sistem penanggalan Julian. Beberapa karateristik
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Satu kali siklus Masehi adalah sebanyak empat tahun. Siklus itu
dirinci menjadi tiga tahun basitah (pendek) yang berumur 365 hari
dan satu tahun kabisat (panjang) yang berumur 366 hari.
2. Tahun kabisat yang berumur 366 hari adalah tahun yang habis
setelah dibagi empat. Sedangkan pada tahun abad (kelipatan 100
tahun) adalah tahun yang habis dibagi 400. Sementara tahun basitah
yang berumur 365 hari adalah kebalikan dari kabisat, yaitu tahun
yang tidak habis atau memiliki nilai pecahan setelah dibagi empat.53
52 Tanggal 25 Desember dirayakan masyarakat Romawi sebagai hari Dies Natalis Solis Invicti
(hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan). Tanggal inilah yang kemudian dianggap sebagai tanggal kelahiran Yesus Kristus (hari Natal), karena memang tak ada catatan sejarah tanggal pastinya kelahiran Nabi Isa tersebut. Penetapan tahun Masehi baru dilakukan pada tahun 532 M atas usulan rahib Denys Le Petit. Berdasarkan penelitiannya, dia menyimpulkan tahun kelahiran Nabi Isa bertepatan dengan tahun Romawi 753. Maka tahun Romawi 753 tersebut ditetapkan sebagai tahun 1 Masehi. Walaupun belakangan kalangan gereja menemukan bukti lain bahwa kelahiran Nabi Isa sebenarnya dilahirkan beberapa tahun sebelum itu. Selengkapnya baca Moedji Raharto, op.cit, h. 35. Bandingkan dengan Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cet. III, 2008, h. 107.
53 Misalnya tahun 2011 dan tahun 2012. Pada tahun 2011 dikatakan tahun basitah karena angka 2011 setelah dibagi empat hasilnya adalah berupa pecahan atau berupa angka desimal yaitu 502,75. Sedangkan tahun 2012 dikatakan tahun kabisat karena angka 2012 setelah dibagi empat hasilnya adalah berupa bilangan genap yaitu 503.
3. Pada tahun basitah yang berumur 365 hari, umur bulan Februari 28
hari. Sedangkan pada tahun kabisat yang berumur 366 hari, umur
bulan Februari 29 hari.
4. Terdapat penambahan 13 hari sebagai koreksi waktu, karena adanya
perubahan-perubahan yang dilakukan dalam koreksi Gregorian,
tepatnya sejak 15 Oktober 1582 M ditambah 10 hari dan
penambahan satu hari pada setiap bilangan abad yang tidak habis
dibagi empat. Sejak tanggal tersebut yang dikalkulasikan sebanyak
tiga hari, sehingga kurun waktu tahun 1900 sampai 2099 ada
penambahan koreksi 13 hari (10+3).54
Urut Bulan Umur Jumlah Hari
Basitah Kabisat
1 Januari 31 31 31
2 Februari 28/29 59 60
3 Maret 31 90 91
4 April 30 120 121
5 Mei 31 151 152
6 Juni 30 181 182
7 Juli 31 212 213
8 Agustus 31 243 244
9 September 30 273 274
10 Oktober 31 304 305
11 Nopember 30 334 335
12 Desember 31 365 366
Tabel 5. Daftar Bulan dan Jumlah Hari Penanggalan Masehi
54 Moedji Raharto, ibid, h. 6. Bandingkan dengan Slamet Hambali, op.cit, h. 25.
2. Sistem Lunar Calendar
a. Pengertian
Sistem lunar calendar merupakan sistem penanggalan yang
perhitungannya didasarkan pada pergerakan bulan, sehingga sistem ini
disebut juga dengan penanggalan kamariah. Konsep perhitungan sistem
penanggalan ini didasarkan pada lama perjalanan rotasi bulan
mengelilingi bumi. Jumlah rata-rata lama rotasi bumi adalah 29,530588
hari atau 29h 12j 44m 2,8d (periode sinodis bulan).55
Jika menilik pergerakan bumi bersama-sama bulan mengelilingi
matahari, maka terjadi dua waktu peredaran yang dimiliki bulan,
periode sideris dan perode sinodis. Periode sideris adalah rentang waktu
yang dibutuhkan bulan untuk mengitari bumi satu lingkaran penuh
selama 27,32166 hari atau 27h 7j 43m. Sedangkan periode sinodis adalah
rentang waktu yang dibutuhkan oleh bulan antara satu fase bulan baru
ke fase bulan baru berikutnya (dua konjungsi) yaitu selama 29,530588
hari atau 29h 12j 44m 2,8d, maka dalam satu bulan kadang berumur 29
hari atau 30 hari.56
Waktu yang dibutuhkan bulan mengelilingi bumi untuk sekali
putaran (sideris) merupakan periode yang sebenarnya, namun waktu
55 Novi Sopwan (ed), The Gradual Changes of Synodic Period of the Moon Phase,
Bandung: Penerbit ITB, 2008, h. 1-2. 56 Kata sinodis yang berarti periode waktu dari satu bulan baru (konjungsi) ke bulan baru
berikutnya berasal dari kata Yunani synodos atau rapat yang mengacu pada hubungan Bulan dengan Matahari. Antara 1000 SM dan 4000 Masehi itu berkisar dari 29 hari 6 jam dan 26 menit (29,27 hari) untuk 29 hari 20 jam 6 menit (29,84 hari) dengan rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik (29,530588853 hari). Novi Sopwan (ed), ibid.
peredaran ini tidak dipergunakan dalam perhitungan bulan, karena
belum terjadinya bulan baru yang ditandai dengan wujudnya hilal.57
Sehingga dalam regulasi sistem lunar calendar, waktu peredaran yang
dipergunakan adalah periode sinodis, contoh penanggalan yang
termasuk sistem ini adalah penanggalan Hijriah.
Susiknan Azhari yang mengutip pernyataan Muhammad Ilyas
mengatakan bahwa penanggalan Hijriah yaitu penanggalan yang
berdasarkan perhitungan kemungkinan hilal pertama kali terlihat
(visibilitas hilal) dari suatu tempat pada sebuah negara. Penanggalan
Hijriah yang masuk kategori sistem lunar merupakan penanggalan yang
awal perhitungan bulan barunya didasarkan apabila telah terjadi
konjungsi matahari terlebih dahulu dibandingkan bulan (moonset after
sunset).58 Sangat berbeda jika dibandingkan penanggalan Masehi yang
menekankan pada konsistensi terhadap perubahan musim, tanpa
memperhatikan tanda perubahan hariannya.
Penanggalan Hijriah hanya berumur 354,3667 hari dalam setahun,
artinya pada tiap tahun terdapat selisih kurang 11 hari jika
dikomparasikan dengan penanggalan Masehi yang berumur
365,2422518 hari.59 Akibatnya, semua perayaan yang terdapat dalam
penanggalan Hijriah seperti puasa Ramadlan, Idul Fitri, atau Idul Adha
57 Susiknan Azhari, op.cit, h. 103. 58 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008,
h. 96-97. Bandingkan dengan Leong Wen Xin, Lunar Visibility and the Islamic Calendar, Department of Mathematics National University of Singapore, 2001, h. 14.
59 Ben Abrahamson and Joseph Katz, The Islamic Jewish Calendar, 2004, h. 1.
selalu terjadi mundur setiap tahun. Maka semua bulan ddalam
penanggalan Masehi akan mengalami beberapa perayaan penanggalan
Hijriah tersebut.
b. Konsep Penentuan Penanggalan Hijriah
Sistem penanggalan Hijriah sangat erat kaitannya dengan dua
konsep penting dalam penentuan awal bulan kamariah, yaitu hisab dan
rukyat. Secara sederhana, hisab merupakan bidang keilmuan yang
didalamnya mengkaji tentang perhitungan awal bulan. Selanjutnya
rukyat adalah prosesi pengamatan langsung (observasi) pada lokasi
yang memungkinkan dapat melihat hilal untuk menguji secara empiris
kebenaran hasil perhitungan awal bulan dari metode hisab. Keduanya
memiliki keterkaitan, karena ranah kerja hisab masih sebatas pada
kebenaran hipotesis sehingga masih membutuhkan verifikasi melalui
observasi secara empiris.60 Oleh karena itu, pada bab ini pula akan
disinggung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemahaman
umum konsep hisab dan rukyat.
60 Ahmad Izzuddin, Hisab Rukyat antara Kebenaran Hipotesis dan Verifikasi, makalah
disampaikan dalam stadium general Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang pada Rabu, 29 Februari 2012, h. 5.
1. Hisab
Hisab dalam konteks penentuan awal bulan kamariah adalah
metode perhitungan analisis numeris61 untuk mengetahui hilal
(newmoon). Terdapat berbagai metode perhitungan dalam
penentuan awal bulan yang berkembang di Indonesia. Berdasarkan
tingkat akurasinya, ragam metode tersebut dapat diklasifikasikan ke
dalam lima kategori, yaitu:
a). Hisab ‘urfi
Metode hisab urfi’ dalam Jawa Islam menetapkan satu
siklus sebanyak delapan tahun yang disebut Windu. Setiap
delapan tahun ditetapkan ada tiga tahun kabisat atau Wuntu
yang umurnya 355 hari pada tahun ke 2, 4, dan 7. Selain itu,
terdapat tahun basitah atau Wastu yang umurnya 354 hari pada
tahun ke 1, 3, 5, 6, dan 8.62
No Nama Tahun No Nama Tahun
1 Alip (ا) 5 Dal (د)
2 Ehe (ه) 6 Be (ب)
3 Jim awal (ج) 7 Wawu (و)
4 Ze (ز) 8 Jim akir (ج)
Tabel 6. Satu Daur ‘Urfi
61 Analisis numeris adalah cabang ilmu matematika yang menangani penggunaan
perhitungan kuantitatif secara berulang-ulang untuk memecahkan masalah. Selengkapnya baca Ruswa Darsono, op.cit, h. 22.
62 Takhrir Fauzi, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah (Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo) 2011, h. 31. Bandingkan dengan Purwadi dan Siti Maziyah, Horoskop Jawa, Yogyakarta: Media Abadi, 2010, h. 12.
Umur bulan ditetapkan 30 hari untuk bulan-bulan ganjil
dan 29 hari untuk bulan-bulan genap kecuali bulan Besar atau
Dzulhijjah pada tahun kabisat berumur 30 hari. Di samping
itu, tiap 120 tahun mengalami pengunduran satu hari, yaitu
dengan menghitung bulan Besar yang semestinya berumur 30
hari dihitung hanya 29 hari.63
No Nama Bulan Umur No Nama Bulan Umur
1 Suro 30 7 Rejeb 30
2 Sapar 29 8 Ruwah 29
3 Mulud 30 9 Poso 30
4 Bakdomulud 29 10 Sawal 29
5 Jumadilawal 30 11 Dulkangidah 30
6 Jumadilakir 29 12 Besar 29/30
Tabel 7. Penanggalan Hisab ‘Urfi
Beberapa kalangan menyebut model hisab ini dengan
sebutan hisab istilahi, karena metode perhitungan juga didasarkan
kepada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi. Akan tetapi
hal yang membedakan adalah hisab ini telah menetapkan adanya
siklus tiga puluh tahun untuk penanggalan Hijriah. Setiap tiga
puluh tahun itu ditetapkan adanya 11 tahun kabisat yang
berumur 355 hari pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24,
63 Purwadi dan Siti Maziyah, ibid, h. 11.
26 dan 29. Sedangkan 19 tahun selain tahun-tahun tersebut
adalah tahun basitah yang berumur 354 hari.64
No Nama bulan Umur No Nama bulan Umur
1 Muharram 30 7 Rajab 30
2 Safar 29 8 Sya’ban 29
3 Rabiul Awal 30 9 Ramadan 30
4 Rabiul Akhir 29 10 Syawal 29
5 Jumadil Awal 30 11 Dzulqa’dah 30
6 Jumadil Akhir 29 12 Dzulhijah 29/30
Tabel 8. Penanggalan Hisab Istilahi
b). Hisab Haqiqi bi al-Taqrib
Hisab haqiqi bi al-taqrib adalah metode perhitungan
penanggalan yang didasarkan kepada peredaran rata-rata bulan
mengelilingi bumi sebenarnya. Data-data hasil pengamatan yang
didasarkan pada teori geosentris (bumi sebagai pusat peredaran
benda-benda langit).65 Menurut hisab ini umur bulan tidak
konstan, tetapi tergantung posisi hilal pada setiap awal bulan.
Artinya umur bulan 29 atau 30 hari berjalan eskalatif.
Dalam mencari ketinggian hilal, menurut sistem hisab ini
dihitung dari titik pusat bumi, bukan dari permukaan bumi. Hisab
ini masih belum dapat memberikan informasi secara lengkap,
64 Leong Wen Xin, op.cit, h. 11. 65 Hisab yang bersumber dari data yang disusun dan dikumpulkan oleh Muhammad
Turgai Ulughbek al-Samarqandiy (w.1420M). Susiknan Azhari, op.cit, h. 9. Bandingkan dengan Roudlotul Firdaus (ed), Karya-Karya Pandangan Goesentris (makalah fakultas Syariah), 2009, h. 8.
pasalnya perhitungan hisab ini hanya menentukan konjungsi,
ketinggian hilal, lama hilal di atas ufuk, dan cahaya hilal. Selain
itu, hasil perhitungan belum menyertakan nilai azimuth hilal dan
matahari, sehingga sangat memungkinkan terjadi kesalahan arah
penglihatan hilal.66
c). Hisab Haqiqi bi al-Tahqiq
Perhitungan metode hisab ini merupakan metode yang
perhitungannya didasarkan pada data-data astronomis yang
telah disajikan melalui ilmu trigonometri (ilmu ukur segitiga)
dengan koreksi-koreksi gerak bulan maupun matahari yang
lebih teliti.67
Dalam praktik perhitungannya telah menggunakan
perangkat elektronik modern seperti kalkulator atau komputer,
walaupun tetap bisa diselesaikan dengan menggunakan daftar
logaritma empat desimal dan Rubu' Mujayyab (kuadran sinus)68,
namun hasilnya masih kurang akurat. Hal ini disebabkan
adanya pembulatan angka-angka dari daftar logaritma.
66 Azimuth yaitu busur pada lingkaran horizon diuukur dari titik utara ke arah timur, atau
dari titik selatan ke arah barat. Jika dimulai dari titik utara, maka titik utara adalah 0 derajat, timur 90 derajat, selatan 180 derajat, dan barat 270 derajat hingga kembali ke utara membentuk lingkaran busur 360 derajat. Susiknan Azhari, op.cit, h. 38.
67 Departemen Agama RI. Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah, Jakarta: Ditbinbapera, Cet. II, 1995, h. 7. Lihat pula Roudlotul Firdaus (ed), Peranan Ilmu Falak dalam Penentuan Awal dan Akhir Ramadlan serta Dzulhijjah (maalah fakultas Syariah) 2009, h. 5.
68 Rubu' Mujayyab adalah suatu alat yang berbentuk seperempat lingkaran untuk menghitung goniometris yang berfungsi memproyeksikan peredaran benda langit pada lingkaran vertikal. Hendro Setyanto, Petunjuk Penggunaan Rubu’ al-Mujayyab, Pudak Scientific: Bandung, 2002, h.1.
Dalam menghitung ketinggian hilal, sistem hisab ini telah
memperhatikan posisi lintang dan bujur tempat lokasi
observasi, deklinasi bulan,69 asensio rekta (sudut waktu
bulan),70 refraksi (pembiasan sinar),71 paralaks (beda lihat),72 dip
(kerendahan ufuk)73 dan semi diameter bulan.74 Hisab ini juga
mampu memberikan informasi tentang waktu terbenamnya
matahari setelah terjadi ijtimak,75 ketinggian hilal, serta azimuth
matahari dan bulan.
d). Hisab Haqiqi bi al-Tadzqiq (Kontemporer)
Metode ini memiliki kemiripan dengan hisab haqiqi bi al-
tahqiq, metode perhitungannya berdasarkan pada data
astronomis yang diolah dengan spherical trigonometry (ilmu
69 Deklinasi dalam bahasa Arab disebut Mail yaitu busur pada lingkaran pada lingkaran
waktu yang diukur mulai dari titik perpotongan antara lingkaran waktu dengan lingkaran equator ke arah utara atau ke selatan sampai ke titik pusat benda langit. Susiknan Azhari, Ibid, h. 53.
70 Asensio Rekta (apparent right ascention) dalam bahasa arab disebut al-Matali’ al-Baladiyah yaitu jarak titik pusat bulan dari titik Aries diukur sepanjang lingkaran ekuator. Data ini diperlukan antara lain dalam perhitungan Ijtimak, ketinggian hilal, dan gerhana. Susiknan Azhari, ibid, h. 33.
71 Refraksi dalam bahasa Arab disebut Daqo’iq al-Ikhtilaf yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang terlihat dengan tinggi benda langit yang sebenarnya sebagai akibat adanya pembiasan/pembelokan sinar. Slamet Hambali, Ilmu Falak 1: Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh Dunia, Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2011, h. 73-74.
72 Parallax dalam bahasa Arab disebut Ikhtilaf al-Mandzor yang berarti beda lihat. Parallax yaitu sudut antara garis yang di tarik dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis yang di tarik dari benda langit ke mata si pengamat. Slamet Hambali, ibid, h. 77.
73 Kerendahan ufuk atau Dip dalam bahasa Arab disebut Ikhtilaf al-Ufuq yaitu perbedaan kedudukan antara kaki langit (horizon) sebenarnya (ufuk hakiki) dengan kaki langit yang terlihat (ufuk mar’i) seorang pengamat. Perbedaan ini dinyatakan dalam besar sudut. Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, h.33.
74 Semi diameter atau jari-jari dalam bahasa Arab Nisf al-Qotr adalah jarak titik pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya. Muhyidin Khazin, op.cit, h. 61.
75 Ijtimak juga disebut Iqtiran merupakan pertemuan atau berkumpulnya dua benda yang berjalan secara aktif. Pengertian Ijtimak dalam konteks awal bulan kamariah yaitu peristiwa saat bulan dan matahari berada pada posisi garis bujur astronomi (Dawairu al-Buruj) yang sama bila diliihat dari arah timur maupun barat. Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, op.cit, h. 219.
ukur segi tiga bola) disertai koreksi-koreksi gerak bulan dan
matahari yang sangat teliti.
Namun hal yang membedakan adalah mengenai data
yang ditampilkan. Data-data tersebut telah tersaji lengkap
dalam aplikasi untuk kemudian dimasukkan dalam rumus
segitiga bola. Selain itu, pada metode ini dilakukan beberapa
kali koreksi yang tentu memiliki hasil lebih akurat.
Untuk lebih jelas dalam mengidentifikasi hasil akhir
dari kategorisasi hisab di atas, penulis lampirkan hasil hisab
dari berbagai sistem yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia.76
- 2º 02' 09,6"19:45SelasaStarry Night Pro 519
- 01º 51'19:45Astro Info18
- 02º 51'19:45Ascript17
- 03º 02' 24"19:44:30Mawaqit16
- 02º 09' 17"19:45Al Falakiyah15
-02º 00' 01"19:45:10Ephemeris Hisab Rukyat14
-02º 09' 37,2"19:45Almanak Nautika13
19:44:10E.W. Brouwn12
- 2º 02’59,63”18:28:45,6Jeen Meeus11
- 02º 00' 15"19:38:35New Comb10
- 02º 17' 19"19:45Menara Kudus9
- 02º 05’ 19”19:38:36Nurul Anwar8
- 02º 07'19:43Al Manahij al Hamidiyah7
-2º 10’14,33”19:45:40Al Khulashah al Wafiyah6
- 01º 54' 18"19:42:09Badi'ah al Mitsal5
- 02º 04'19:45Hisab Hakiki4
- 01º 35'20:07Al Qawa'id al Falakiyah3
- 01º 00'20:00Fath al Rauf al Manan2
- 00º 30' 19:00Sullam al Nayyirain1
HILAL J A MTGL.H A R I
TINGGI IJTIMA'SISTEM
NO.SISTEM HISAB
AWAL RAMADLAN 2007 M / 1428 H MENURUT BERBAGAI MACAM SISTEM*)
REKAP HASIL PERHITUNGAN IJTIMA' DAN TINGGI “HILAL”
*) Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat Tahun 2007, Tgl. 16 s.d 18 Maret 2007 di Wisma bahtera Cipayung, Bogor
I. HISAB HAQIQI TAQRIBI
II. HISAB HAQIQI TAHQIQI
III. HISAB KONTEMPORER
Selasa
Selasa
Selasa
SelasaSelasa
Selasa
Selasa
Selasa
SelasaSelasa
Selasa
Selasa
Selasa
Selasa
Selasa
Selasa
SelasaSelasa
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘07
11 September ‘0711 September ‘07
11 September ‘07
-2º 46' 23,26"
11 September ‘07
Tabel 9. Rekap Hasil Perhitungan Hisab dari Berbagai Metode
76 M. Rifa Jamaluddin, Pemikiran Hisab KH. Ma’shum bin Ali al-Maksumambangi (Skripsi
Fakultas Syariah IAIN Walisongo), 2011, h. 3.
2. Rukyat
Pengertian rukyat secara garis besar terbagi menjadi tiga.
Pertama adalah melihat dengan mata yang dapat dilakukan oleh
siapa saja. Kedua melihat melalui hati (intuisi). Ketiga adalah
melihat dengan ilmu pengetahuan bagi siapapun yang memiliki
kompetensi di bidang ilmu ini.77
Dalam konteks penanggalan Hijriah, makna rukyat adalah
proses pengamatan (observation) melihat bulan baru (hilal) sebagai
tanda masuknya awal bulan dalam penanggalan Hijriah dan
dilaksanakan pada saat matahari terbenam yaitu tanggal 29 bulan
kamariah. Apabila hilal berhasil dilihat, maka malam itu dan
keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal satu bulan baru.
Sedangkan apabila hilal tidak berhasil dilihat, maka tanggal satu
bulan baru ditetapkan pada malam hari berikutnya (istikmal).78
Mengacu pada hasil musyawarah ulama ahli hisab rukyat dan
ormas Islam tentang kriteria kemungkinan hilal dapat dilihat (imkân
al-ru’yah) yang dilaksanakan pada tangal 24-26 Maret 1998/25-27
Dzulqo’dah 1418 H di hotel USSU Cisarua Bogor bahwa kesaksian
rukyat dapat diterima apabila ketingian hilal mencapai 2 derajat dan
jarak ijtimak ke terbenam (ghurub) matahari minimal 8 jam, apabila
77 Susiknan Azhari, op.cit, h. 114. 78 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat: Menyatukan NU & Muhammadiyah Dalam
Penentuan Awal Ramadlan, Idul Fitri, dan Idul ‘Adha, Jakarta: Erlangga, 2007, h. 4.
ketingian hilal kurang dari 2 derajat maka awal bulan didasarkan
istikmal.79
Hal menarik yang hingga kini menimbulkan polemik tiada
berkesudahan adalah pandangan beberapa kelompok mengenai
acuan awal bulan. Menurut ahli hisab, dalam menentukan awal bulan
adalah posisi hilal berada di atas ufuk pada saat matahari terbenam,
kelompok ini tidak mempermasalahkan terlihat atau terhalangnya
hilal. Sedangkan menurut ahli rukyat, awal bulan ditandai dengan
keberadaan hilal di atas ufuk pada saat matahari terbenam dan dapat
dirukyat. Sedangkan ahli astronomi menyatakan awal bulan ditandai
dengan terjadinya konjungsi matahari dan bulan berada pada garis
bujur yang sama.80
c. Sejarah
Dalam lintasan sejarah Islam, penanggalan Hijriah telah dirintis
sejak Umar bin Khathab diangkat menjadi khalifah. Ketika terjadi
perdebatan tentang sebuah dokumen yang absurd, yaitu dokumen yang
terdapat pada bulan Sya’ban itu memunculkan berbagai spekulasi
mengenai validitas tahun pada bulan tersebut. Sehingga Umar
kemudian memanggil beberapa eksponen sahabat terkemuka guna
membahas masalah terkait. Lalu dibuatlah regulasi penanggalan untuk
79 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyat Indonesia: Sebuah Upaya Penyatuan Madzhab
Hisab dan Madzhab Rukyat, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003, h. 80-81. 80 Muhyiddin Khazin, op. cit, h. 32.
jangka waktu panjang dengan tujuan agar persoalan seperti itu tidak
terulang lagi.
Atas opsi yang diajukan Ali bin Abi Thalib, maka penanggalan
dimulai pada tahun ketika nabi Muhammad saw. hijrah dari Mekkah ke
Madinah tepatnya tanggal 9 Rabiul Awal atau 20 September 622 M.
Penanggalan ini mulai diberlakukan pada Rabu tanggal 20 Jumadil
Akhir 17 H pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Maka dalam
aplikasi perhitungan, penanggalan Hijriah diberlakukan mundur
sebanyak 17 tahun.81
Bangsa Arab saat itu belum memberi nama secara tetap pada tiap
bulan dalam penanggalan Hijriah, tetapi hanya mendasarkan kepada
peristiwa penting yang terjadi pada tahun tersebut. Mereka pernah
memberi nama tahun pertama Hijriah itu dengan nama al-Iznu (izin),
karena pada tahun itu telah diberikan izin oleh Allah swt. untuk
berpindah tempat (hijrah) dari Makkah ke Madinah. Tahun kedua
dinamai tahun amar (perintah), karena Allah telah memerintahkan
untuk berperang melawan musuh-musuh Islam. Tahun ketiga dinamai
tahun tamhish (percobaan), karena pada tahun itu telah terjadi perang
Uhud sebagai ujian bagi umat Islam melalui pertempuran yang
mengakibatkan beberapa pejuang Islam terluka parah. Seterusnya
hingga tahun-tahun berikutnya sampai kepada tahun wafanya
81 Leong Wen Xin, op. cit, h. 10. Baca juga Ben Abrahamson and Joseph Katz, op.cit, h. 10
dan Slamet Hambali, op.cit, h. 37.
Rasulullah saw., mereka memilih nama-nama tahun sesuai dengan
peristiwa penting yang terjadi pada tahun itu.82
Tidak hanya nama tahun, mereka juga menamakan bulan sesuai
keadaan insidental-fenomenal yang melingkupi mereka pada waktu dan
musim saat itu. Sebelumnya pada masa Arab pra-Islam telah memiliki
sistem penanggalan untuk memperhitungkan bulan dan tahun
berdasarkan peredaran matahari. Mereka menggunakan sistem lunisolar
untuk bulan-bulan kamariah itu lalu mengakumulasi kekurangan 11 hari
sistem lunar dengan penambahan bulan ke-13 dalam kurun waktu tiga
tahun sekali.83
Tidak dipungkiri bahwa nama-nama bulan erat dipengaruhi oleh
aspek sosio-historis yang dialami masyarakat. Aspek ini selalu berubah,
maka tak pelak penanggalan Hijriah pun mengalami beberapa
perubahan. Tercatat bahwa nama-nama bulan kamariah telah beberapa
kali berganti nama. Secara rinci, asal-usul nama bulan-bulan kamariah
sebagai berikut:84
82 Misalnya memberi nama tahun kelahiran nabi Muhammad saw. dengan tahun Gajah,
karena pada masa itu Abrahah seorang wakil Negus dari Ethiopia yang ada di Yaman beserta pasukan besarnya datang ke kota Mekkah untuk menghancurkan ka’bah dengan mengendarai Gajah. Kejadian tersebut di anggap sangat penting sehingga bangsa Arab menamai tahun itu dengan tahun Gajah. Selengkapnya lihat mengenai asal-usul nama bulan kamariah dan nama tahun yang diambil sejak masa Arab pra-Islam Ben Abrahamson and Joseph Katz, op.cit, h. 5.
83 Bulan ke-13 oleh kalangan Arab diberi nama Nasi’ yang berarti lupa atau lalai, karena pada bulan sisipan tersebut umumnya kalangan Arab merayakannya dengan bersenang-senang hingga lupa diri. Selengkapnya baca Ben Abrahamson and Joseph Katz, ibid, h. 5.
84 Ben Abrahamson and Joseph Katz, ibid, h. 14-16. Bandingkan dengan Ruswa Darsono, op.cit, h. 76.
No Bulan Makna 1 Muharam Bulan yang dimuliakan (seluruh suku di
semenanjung Arab sepakat mengharamkan penyerangan)
2 Safar Pasar di daerah Yaman yang selalu ramai setelah Muharram. Dalam versi lain kata Shafar diambil dari kata kuning, karena pada saat itu daun-daun menguning menjelang musim gugur.
3 Rabiul Awal Musim gugur (pertama) 4 Rabiul Akhir Musim gugur (kedua) 5 Jumadil Awal Musim dingin (pertama) 6 Jumadil Akhir Musim dingin (kedua) 7 Rajab Menahan diri dari permusuhan. Dalam versi
lain kata Rajab diambil dari kata mencair, karena salju mulai mencair memasuki musim semi.
8 Sya’ban Diambil dari nama lembah Syi’b, karena pada musim semi masyarakat Arab turun ke lembah ini untuk bercocok tanam dan menggembala.
9 Ramadan Musim panas 10 Syawal Cuaca panas semakin terik (meningkat). 11 Dzulqa’dah Setelah musim panas usai, masyarakat Arab
lebih suka duduk santai dari pada melakukan perjalanan dan berperang
12 Dzulhijah Berbondong-bondong menuju kota Makkah untuk menunaikan haji
13 Nasi’ Lupa diri karena terlalu bergembira. Tabel 10. Makna Bulan Kamariah Arab Pra-Islam
Hingga pada tahun 412 M nama-nama bulan dalam penangggalan
Hijriah yang kita kenal sekarang mulai dipatenkan. Berikut adalah
nama-nama bulan kamariah dalam penanggalan Hijriah berdasarkan
kurun tahun abad (100 tahun) pada abad empat masehi.85
85 Susiknan Azhari, op.cit, h. 162.
No NAMA-NAMA BULAN KAMARIAH
I II III IV
1 Natiq Mujab Al-mu’tamar Muharram
2 Thaqil Mujar Najir Safar
3 Taliq Murad Khawan Rabiul Awal
4 Najir Malzam Sawan Rabiul Akhir
5 Samah Masdar Hantam Jumadil Awal
6 Amnah Hubar Zubar Jumadil Akhir
7 Ahlak Hubal Al-Asam Rajab
8 Kasa’ Muha’ ‘Adil Sya’ban
9 Zahir Dimar Nafiq Ramadan
10 Bari Dabir Waghil Syawal
11 Harf Hifal Hawagh Dzulqa’dah
12 Na’s Musbal Burak Dzulhijah
Tabel 11. Nama-Nama Bulan Kamariah Arab Pra-Islam
d. Karateristik Dasar
Beberapa karateristik yang terdapat dalam penanggalan Hijriah
adalah sebagai berikut:
1. Lama rata-rata rotasi bulan terhadap bumi menurut peredaran sinodis
adalah 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d. Awal perhitungan
adalah sesaat setelah matahari terbenam atau penampakan bulan baru
(hilal) setelah terjadinya ijtimak pada suatu daerah.
2. Awal tahun Hijriah (1 Muharram 1 H) bertepatan dengan hari Kamis
tanggal 15 Juli 622 M berdasarkan hisab sedangkan menurut rukyat
awal tahun Hijriah yaitu Jum’at tanggal 16 Juli 622 M.86
3. Pada tahun basitah (pendek) yang berumur 354 hari, umur bulan
Dzulqo’dah 29 hari. Sedangkan pada tahun kabisat (panjang) yang
berumur 355 hari, umur bulan Dzulqo’dah 30 hari.
4. Satu siklus berumur 30 tahun. Dalam periode 30 tahun, terdapat 11
tahun kabisat dan 19 tahun basitah. Tahun kabisat jatuh pada tahun
ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26 dan 29. Kenyataan ini
merupakan kalkulasi dari peredaran sinodis bulan dalam satu tahun.
Jika dihitung jumlah harinya dalam setahun yaitu 12 x 29,53059 hari
berjumlah 354,36708 hari (terdapat pecahannya yaitu 0,36708 hari).
Kemudian jika persoalan ini dibiarkan, maka tiap tahun akan
bertambah 0h 08j 48 m (hasil dari pecahan 0,3670 dikalikan satu hari
(24 jam) yakni 08j 48 m. Pecahan ini selama kurun waktu 30 tahun
menjadi 11 hari. Berarti jika kita hanya mengambil jumlah 354 hari,
tentu kita akan menemui kekurangan tiap 30 tahun sebanyak 11 hari.
Oleh karena itu, 11 hari ini harus ditambah kedalam tahun-tahun
yang tertentu diantara 30 tahun di atas.
86 Pada tanggal tersebut, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam pada rabu pukul
17:39:37 waktu pertengahan Makkah, sementara tinggi hilal adalah 00 27’ 55”. Selengkapnya lihat Slamet Hambali, op.cit, h. 36.
Adapun secara lengkap daftar umur bulan dan jumlah hari dalam
bulan-bulan dan jumlah hari dalam satu siklus (30 tahun) penanggalan
Hijriah sebagai berikut:87
No Bulan Umur Jml.Hari
1 Muharram 30 30
2 Safar 29 59
3 Rabiul Awal 30 89
4 Rabiul Akhir 29 118
5 Jumadil Awal 30 148
6 Jumadil Akhir 29 177
7 Rajab 30 207
8 Sya’ban 29 236
9 Ramadan 30 266
10 Syawal 29 295
11 Dzulqa’dah 30 325
12 Dzulhijah 29/30 354/355
Tabel 12. Penanggalan Hijriah
87 Perhitungan ini menggunakan hisab ‘urfi. Dimana setiap bulan ganjil berumur 30 hari
dan bulan genap berumur 29 hari. Acuan ini tidak dapat dijadikan rujukan dalam penentuan awal bulan Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah, karena pada bulan-bulan tersebut menggunakan hisab hakiki dengan memperhitungkan waktu ijtimak dan posisi hilal. Selengkapnya baca L.E. Doggett, op.cit, h. 10.
3. Sistem Lunisolar Calendar
a. Pengertian
Regulasi sebuah sistem penanggalan yang menggunakan periode
bulan mengelilingi bumi untuk satuan bulan, namun untuk penyesuaian
musim dilakukan penambahan satu bulan (interkalasi) pada tahun-tahun
tertentu dinamakan lunisolar calendar. Dalam sistem ini, sebagaimana
sistem solar calendar yang sama sekali tidak mengacu pada siklus
periode bulan, umur satu tahun lamanya 365,2422 hari, tetapi dalam
persoalan pergantian bulan disesuaikan dengan periode fase bulan yang
berumur 29,530588 hari.88
Jika diakumulasikan, dalam kurun waktu 12 bulan (1 tahun) x
29,5306 hari berumur 354,367056 hari. Maka sistem ini lebih cepat
sekitar 11 hari dari tahun tropis yang berumur 365,2422518 hari.
Sehingga perlu ditambahkan satu bulan pada tahun-tahun tertentu
sebagai penyeimbang agar sistem ini selalu konsisten dengan
pergerakan matahari.89 Salah satu penanggalan yang termasuk dalam
kategori sistem ini adalah penanggalan Cina atau Im Yang Lik.
Penanggalan Im Yang Lik masuk dalam kategori penanggalan
astronomik yaitu penanggalan yang dihitung menggunakan rumus
88 Helmer Aslaksen, the Mathematics of the Chinese Calendar, Singapore: Department of
Mathematics National University of Singapore, 2010, h. 9. Bandingkan dengan Susiknan Azhari, op.cit, h. 95.
89 Helmer Aslaksen, ibid. Baca juga Ruswa Darsono, op.cit, h. 33.
perhitungan astronomi yang lebih rumit.90 Penanggalan Im Yang Lik
masuk kedalam mazhab lunisolar calendar yang berarti penanggalan
bulan-matahari disebut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia
pribumi dan Tionghoa dengan nama Tarikh Imlik (dalam artikulasi
dialek Tionghoa dikatakan “Imlek”), ada juga yang menyebutnya
kalender Konghucu lik, Tarikh Bulan, dan penanggalan petani.91
Penanggalan ini memang bukan penanggalan bulan murni karena
di samping berdasarkan peredaran bulan, dicocokan pula dengan
peredaran musim yang dipengaruhi oleh posisi matahari. Sehingga
penanggalan ini dapat digunakan untuk menentukan terjadinya bulan
baru (newmoon), purnama, dan memprediksi peredaran musim. Maka
dalam istilah lain disebut penanggalan Im Yang Lik.
Kata Im Yang Lik sendiri diambil dari beberapa penggalan kata,
yaitu kata Im yang berarti penanggalan ini mengacu pada siklus rotasi
bulan. Lalu kata Yang berarti penanggalan juga mengacu pada siklus
bumi yang berevolusi terhadap matahari. Sedangkan Lik merupakan
istilah untuk menyebut penanggalan.92 Jika penggalan kata-kata tersebut
dipadukan, memiliki makna terminologi sistem penanggalan yang
90 Zhang Jieping, String of Short Months and Long Months in the Chinese Calendar,
Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2002, h. 10. Baca juga Shofiyullah, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda. 2006, h. 4.
91 Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif & Harmonis, 2000, h. 36.
92 Kuan Shao Hong, The Chinese Calendar of the Later Han Period, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2000, h. 5. Baca juga Hendrik Agus Winarso, ibid, h. 32.
perhitungannya didasarkan pada rotasi bulan yang diselaraskan dengan
peredaran bumi berevolusi terhadap matahari.
b. Sejarah
Pada zaman dahulu, telah menjadi tradisi yang mengakar kuat di
wilayah daratan Cina dimana setiap dinasti penguasa menggunakan
sistem penanggalan sendiri yang tentunya memiliki acuan primordial
beragam. Perbedaan penanggalan hanya terkonsentrasi pada persoalan
acuan penentuan awal tahun baru. Misalnya dinasti Han (202-220 M)
yang menetapkan tahun baru pada saat Kian Len (kejadian manusia)
yang jatuh tanggal satu bulan Cia Gwee yaitu awal musim semi sekitar
akhir Januari sampai awal Februari tahun Masehi.93
Melihat rutinitas kehidupan masyarakat masa itu, tahun baru
memegang peranan penting. Penetapan tahun baru menjadi pedoman
mereka untuk menyiapkan pekerjaan tahun mendatang. Pada zaman
tersebut, tidak terdapat manuskrip penanggalan yang dimiliki
masyarakat secara personal, karena belum ditemukan alat-alat tulis.
Sehingga untuk mengetahui momentum tahun baru, selain melihat
reguralitas alam mereka juga menanti saat-saat petugas kerajaan datang
di jalan-jalan umum untuk menyampaikan informasi.94
93 Kuan Shao Hong, ibid, h. 7. Bandingkan dengan L. E. Doggett, op.cit, h. 16. 94 Hal itu dapat dilihat pada kitab Su King peninggalan masa dinasti terdahulu. Dalam
kutipan kitab itu dinyatakan: ”Tiap tahun pada saat datang permulaan musim semi (Bing Cun) diperintahkanlah orang dengan membawa genta logam (Bok Tok) yang dipukul dengan kayu berjalan sepanjang jalan”. Selengkapnya lihat Hendrik Agus Winarso, ibid, h. 56-57.
Pada tahun 104 SM ketika pemerintahan dikuasai dinasti Han,
negara Cina secara resmi menggunakan sistem penanggalan dinasti ini.
Karena dinasti Han tampak lebih jeli dalam melihat realita aktifitas
masyarakat yang mempersiapkan pekerjaan untuk menghadapi tahun
berikutnya yang −pada umumnya− dilakukan pada musim semi.
Langkah tersebut juga dilakukan sebagai wujud kepatuhan total
masyarakat Cina terhadap intruksi Khongcu selaku pemimpin spiritual
tunggal agama Khonghucu.95
Bahkan hinggga saat ini, sistem penanggalan yang telah dirintis
sejak abad 13 SM pada masa kejayaan dinasti Shang (1600-1046 SM)
telah digunakan sebagai acuan perayaan oleh beberapa belahan negara
di dunia khususnya benua Asia. Dalam perkembangannya, sistem
penanggalan tertua ini tetap digunakan sampai terjadi reformasi sistem
penanggalan oleh pemerintah republik Cina pada 1912 M.96
c. Karateristik Dasar
Sebagaimana penanggalan Masehi dan Hijriah, penanggalan Im
Yang Lik juga memiliki beberapa karateristik dasar. Beberapa aturan
primordial yang membedakan terkait keunikan dan karateristik
95 Sebagaimana instruksi Khongcu yang termuat dalam kitab Lun Gi XVI; 11 untuk
menggunakan penanggalan dinasti He dalam mengatur pemerintahan. Kutipan intruksi dalam kitab tersebut berbunyi ”....pakailah penanggalan dinasti Han....”. Penggunaan sistem penanggalan dinasti He menjadi lambang kemenangan perjuangan dan semangat umat Khonghucu dalam mengembangkan agama Khonghucu sebagai agama yang mendominasi di negara Cina, karena pada tahun yang bersamaan pula agama Khonghucu diresmikan oleh otoritas kerajaan. Hendrik Agus Winarso, ibid, h. 57-58.
96 Nathan Sivin, Granting the Seasons, Philadelphia: Department of History and Sociology of Science University of Pennsylvania, 2009, h. 228. Lihat juga Helmer Aslaksen, op.cit, h. 40.
penangggalan ini yang tidak ditemukan dalam penanggalan lain adalah
sebagai berikut:
1. Tahun pertama penanggalan Im Yang Lik dihitung mulai tanggal 27
bulan 8 tahun 551 SM.97 Sehingga selisih tahun penanggalan Im
Yang Lik dengan tahun Masehi adalah 551 tahun dan selisih 1130
tahun dengan penanggalan Hijriah.
2. Hari pertama awal bulan (newmoon) dalam penanggalan Im Yang Lik
adalah hari tepat terjadinya ijtimak atau konjungsi. Acuan penting
terjadinya saat konjungsi dalam konteks penanggalan ini yaitu
konjungsi dihitung pada meridian 120⁰ Bujur Timur kota Greenwich
(sekitar pantai timur Cina) atau waktu Green Mean Time (GMT)
ditambah delapan jam (GMT + 8).
3. Pada tahun pendek atau tahun biasa (ordinary year) mempunyai 12
bulan yang berumur 353, 354 atau 355 hari, sedangkan pada tahun
panjang atau tahun kabisat (leap year) mempunyai 13 bulan yang
berumur 383, 384, atau 385 hari. Penambahan satu bulan (leap
month) terjadi tujuh kali dalam kurun waktu 19 tahun.
4. Musim dingin (winter solstice) dalam istilah Cina dikenal Dhongzhi
yang terjadi sekitar tanggal 22 Desember harus selalu menjadi bulan
97 Tahun 551 merupakan tahun kelahiran nabi Khongcu yang hidup dalam kurun tahun
551–479 SM). Tanggal kelahiran Khongcu dipilih sebagai acuan perhitungan awal tahun karena penanggalan ini diproklamirkan kembali oleh pemerintahan dinasti Han yang −notebene-nya− mayoritas penganut agama Khongchu. Ini dibuktikan perihal pemberian legalitas agama Khonghucu sebagai agama resmi kerajaan. Selengkapnya lihat Hendrik Agus Winarso, op.cit, h. 37.
ke-11 atau bulan cap it gwee dalam penanggalan Im Yang Lik. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan penangggalan ini
dengan regulasi musim, yaitu agar awal tahun baru Imlek harus jatuh
pada awal musim semi yang terjadi sekitar 3000 sampai 3300.
5. Bulan sisipan (intercalary month) yang terjadi ketika bulan ke-11
dengan bulan ke-11 berikutnya dipisahkan dengan 13 bulan baru
(new moon) adalah bulan yang didalamnya tidak terdapat Zhongqi.98
6. Pembagian hari berdasarkan hou (pasaran) sebanyak 5 hari dan tidak
mengenal nama-nama hari.
7. Satu siklus merupakan kombinasi antara 10 arah langit, yaitu: Jia
(Timur), Yi (Tenggara), Bing (Selatan), Xin (Barat Daya), Geng
(Barat), Ding (Barat Laut), Ren (Utara), Gui (Timur Laut), Wu
(Atas), dan Ji (Bawah) berpadu dengan 12 cabang bumi yang
diambil dari nama-nama bintang (shio), yaitu: Zi (Tikus), Chou
(Kerbau), Yin (Harimau), Mau (Kelinci), Chen (Naga), Si (Ular), Wu
(Kuda), Wei (Kambing), Shen (Monyet), You (Ayam), Xu (Anjing),
dan Hai (Babi).99 Jika dipadukan antara 10 arah langit dengan 12
cabang bumi ini akan menghasilkan satu siklus tahunan (60 tahun)
penanggalan Im Yang Lik.100
98 Zhongqi merupakan istilah yang digunakan sebagai interval waktu 150 dalam kurun
waktu satu bulan. Biasanya dipasangkan dengan istilah lain, yaitu Jeiqi. Dalam satu bulan terdapat 2 musim yang diistilahkan jeiqi (J) dan zhongqi (Z). Zhang Jieping, op.cit, h. 11. Bandingkan dengan Shofiyulloh, loc.cit.
99 Selengkapnya mengenai 12 cabang Bumi dan 10 batang langit lihat L. E. Doggett, op.cit, h. 14. Baca juga Slamet Hambali, op.cit, h. 13 dan Tono Saksono, op.cit, h. 51.
100 Hng Wee Kwan (ed), Chinese Calendar, t.t. h. 13.
No Nama No Nama No Nama
1 Jia-Zi 21 Jia-Shen 41 Jia-Chen
2 Yi-Chou 22 Yi-You 42 Yi-Si
3 Bing-Yin 23 Bing-Xu 43 Bing-Wu
4 Ding-Mao 24 Ding-Hai 44 Ding-Wei
5 Wu-Chen 25 Wu-Zi 45 Wu-Shen
6 Ji-Si 26 Ji-Chou 46 Ji-You
7 Geng-Wu 27 Geng-Yin 47 Geng-Xu
8 Xin-Wei 28 Xin-Mao 48 Xin-Hai
9 Ren-Shen 29 Ren-Chen 49 Ren-Zi
10 Gui-You 30 Gui-Si 50 Gui-Chou
11 Jia-Xu 31 Jia-Wu 51 Jia-Yin
12 Yi-Hai 32 Yi-Wei 52 Yi-Mao
13 Bing-Zi 33 Bing-Shen 53 Bing-Chen
14 Ding-Chou 34 Ding-You 54 Ding-Si
15 Wu-Yin 35 Wu-Xu 55 Wu-Wu
16 Ji-Mao 36 Ji-Hai 56 Ji-Wei
17 Geng-Chen 37 Geng-Zi 57 Geng-Shen
18 Xin-Si 38 Xin-Chou 58 Xin-You
19 Ren-Wu 39 Ren-Yin 59 Ren-Xu
20 Gui-Wei 40 Gui-Mao 60 Gui-Hai
Tabel 13. Satu Siklus (60 Tahun)
BAB III
DISKURSUS SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK
Bab ini secara khusus memaparkan stressing research yaitu tentang sistem
penanggalan Im Yang Lik serta beberapa instrumen yang masuk didalamnya.
Dalam penjabarannya meliputi regulasi komponen dasar dalam sistem
penanggalan, kategorisasi penanggalan, metode perhitungan efektif untuk
memprediksi adanya bulan sisipan dalam suatu tahun serta perhitungan lainnya,
perpaduan konsep astrologi-mitologi Cina klasik, dan relasi simbolik antara
penanggalan ini dengan perayaan-perayaan tradisional komunitas Tionghoa.
Pembahasan selanjutnya adalah perspektif astronomi-syar’i mengenai sistem
penangggalan Im Yang Lik.
A. Sistem Penanggalan Im Yang Lik
1. Historisitas Reformasi Sistem
Regulasi sistem penanggalan Im Yang Lik sebenarnya telah
mengalami beberapa kali perubahan. Menurut catatan Helmer Aslaksen,
penanggalan Im Yang Lik mengalami reformasi hingga 100 kali. Beberapa
sumber modern menyatakan penanggalan Im Yang Lik telah dirancang pada
abad 13 SM pada masa dinasti Shang (1600-1046 SM).101 Kemudian pada
masa dinasti Zhou (1046-256 SM) tercatat tiga kali mengalami reformasi,
101 Beberapa referensi lain mengatakan penanggalan Im Yang Lik telah diperkenalkan sejak
dinasti Cina pertama yaitu dinasti Huang Di (2698–2070 SM) lalu dipopulerkan dinasti Han (202 SM-220 M). Helmer Aslaksen, the Mathematics of the Chinese Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010, h. 40. Bandingkan dengan Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi Hijriah, dan Jawa, Semarang: IAIN Walisongo, 2009, h. 15.
yaitu tahun 841 SM dengan perubahan beberapa aturan penanggalan yang
lebih rinci, tahun 621 SM mulai mengadopsi bulan sabit (newmoon) sebagai
acuan penentuan awal bulan dan tahun 589 SM mengusung konsep siklus
metonik.102
Reformasi dinasti Zhou paling fenomenal terjadi pada paruh kedua,
tepatnya tahun 621 SM ketika keterampilan astronomi Cina mulai
berkembang, sebagian besar masyarakat beralih memulai bulan baru dengan
berpedoman pada visibilitas pertama bulan sabit dari pada bulan purnama
yang diwariskan sejak tahun 841 SM. Mereka beranjak meninggalkan fase
bulan purnama sebagai pedoman awal bulan yang telah melahirkan
beberapa perayaan terkait erat dengan purnama karena diperingati pada
tanggal 15 setiap bulannya, seperti Cap Go Meh (15 hari setelah Imlek),
Tiong Gwan atau persembahan arwah leluhur (Jit Gwee), dan He Gwan atau
persembahan malaikat bumi (Cap Gwee).
Untuk ukuran sebuah penanggalan tradisional, aturan-aturan
didalamnya yang menggunakan sistem lunar-observasional, baik yang
dimulai dengan visibilitas pertama bulan sabit (newmoon) atau dengan bulan
purnama (fullmoon) sudah teruji untuk dijadikan pedoman waktu
masyarakat Cina saat itu. Sangat dimengerti bahwa metode perhitungan
dalam penanggalan semi-astronomi seperti penanggalan Im Yang Lik saat itu
belum bisa secara akurat menjawab persoalan waktu.
102 Penjabaran mengenai siklus metonik akan diulas pada sub bab berikutnya tentang
penanggalan Im Yang Lik.
Perubahan aturan penanggalan Im Yang Lik berikutnya yang tidak
akan terlewatkan dalam lintasan sejarah penanggalan dunia ketika
penanggalan Im Yang Lik berpedoman pada solstice December (musim
dingin) untuk memulai perhitungan tahun ketika dinasti Han (202-220 M)
tepatnya tahun 104 SM.
Disusul kemudian reformasi penanggalan masa dinasti Tang (618-907
M) pada tahun 619 M yang menemukan konsep jeiqi dan zhongqi untuk
menselaraskan penanggalan Im Yang Lik dengan siklus musiman sistem
solar. Selanjutnya dinasti Yuan (1206-1368) kembali melakukan reformasi
sistem penanggalan pada tahun 1280 M atas prakarsa seorang astronom
kenamaan Cina, Guo Sounjing. Pada masa ini, penanggalan Im Yang Lik
disebut-sebut sebagai penanggalan terakurat di dunia.
Reformasi terakhir masa kekuasaan dinasti terjadi pada masa dinasti
Qing (1616-1912) tahun 1645 M dengan konsep perhitungan yang lebih
akurat menggunakan acuan konjungsi bulan-matahari. Pada tahun itu, para
astronom Cina kembali melakukan reformasi frontal penanggalan Im Yang
Lik, karena mereka menemukan metode perhitungan yang digunakan
sebelumnya tidak akurat dengan realitas musim sebenarnya. Namun upaya
ini tidak serta merta diterima oleh masyarakat Cina yang mayoritas petani,
karena mereka telah familiar dengan sistem sebelumnya. Maka pada saat itu
upaya reformasi ini berjalan stagnan sehingga belum bisa diterapkan
terhadap masyarakat Cina yang apriori.
Upaya tersebut membuahkan hasil setelah meletus revolusi Cina pada
tahun 1911 atas prakarsa seorang tokoh sentral visioner Cina, Ma Zedong
pada tahun 1912 oleh pemerintah republik Cina yang mengoreksi dan
memodifikasi terhadap sistem penanggalan Im Yang Lik peninggalan
periode dinasti Qing. Kemudian hasil tersebut disempurnakan lagi pada
tahun 1929 ketika kemajuan astronomi Cina mengalami kemajuan masif.
Pada tahun itu pula pedoman waktu lokal (local mean time) untuk
penanggalan Im Yang Lik didasarkan pada letak geografis kota Beijing yang
terletak pada meridian 1160 25’ Bujur Timur (BT). Penetapan ini pun
kemudian diperbaiki kembali pada tahun 1949 dengan mengadopsi waktu
standar zona negera Cina daerah pesisir Nanjing 1200 BT.
Kronologi perubahan mengenai pedoman letak bujur astronomis lebih
didasari karena daerah Nanjing yang terletak pada meridian 1180 46’ BT
terdapat sebuah Institut Astronomi yang bertanggung jawab terhadap
perhitungan penanggalan di Cina. Dalam pada itu, di sekitar daerah tersebut
juga terdapat sebuah tempat pengamatan (observasi) yaitu Purple Mountain
Observatory,103 maka karena alasan itulah local mean time (LMT) yang
pada awalnya berpedoman pada bujur astronomis 1160 25’ BT lalu dirubah
menggunakan pembulatan bujur 1200 BT yang dianggap paling representatif
mengingat tempat observasi di Nanjing terletak pada bujur 1180 46’ BT,
103 Purple Mountain Observatory merupakan nama sebuah tempat pengamatan benda-
benda langit (observatorium) yang terletak di daerah Nanjing yang dibangun pasca meletusnya peristiwa revolusi Cina tahun 1911. Selengkapnya lihat Helmer Aslaksen, ibid, h. 18.
sehingga bujur 1200 BT yang dijadikan pedoman LMT untuk seluruh
wilayah Cina.
No Dinasti Hasil reformasi
1 Shang (1600-1046 SM) Menggagas sistem penanggalan baku yang diterapkan di seluruh wilayah Cina
2 Zhou (1046-256 SM) Mengadakan reformasi tiga kali, yaitu tahun 841 SM dengan perubahan beberapa aturan penanggalan yang lebih rinci, tahun 621 SM mulai mengadopsi bulan sabit (newmoon) sebagai acuan penentuan awal bulan dan tahun 589 SM mengusung konsep siklus metonik.
3 Han (202-220 M) Penanggalan berpedoman pada solstice December (musim dingin) untuk perhitungan awal tahun
4 Tang (618-907 M) Menggunakan konsep jeiqi dan zhongqi untuk menselaraskan penanggalan dengan siklus musiman sistem solar.
5 Yuan (1206-1368) Bersama seorang astronom kenamaan Cina, Guo Sounjing mendesain secara detail dan akurat aturan penanggalan Im Yang Lik, bahkan disebut-sebut sebagai penanggalan terakurat di dunia saat itu.
6 Qing (1616-1912) Mengadopsi konsep perhitungan yang mengacu terhadap konjungsi bulan-matahari.
7 Ma Zedong (1912), sistem dinasti telah dihapus pasca revolusi Cina tahun 1911.
Mengoreksi dan memodifikasi sistem penanggalan warisan dinasti Qing, lalu disempurnakan lagi pada tahun 1929. Pada tahun itu pula pedoman waktu lokal (local mean time) yang didasarkan letak geografis kota Beijing pada bujur 1160 25’ BT. Kemudian tahun 1949 dengan mengadopsi waktu standar zona negera Cina daerah pesisir Nanjing 1200 BT.
Tabel 14. Kronologi Reformasi Penting Sistem Penanggalan
2. Klasifikasi Penanggalan Im Yang Lik
Dilihat dari aspek tingkat perhitungan, terdapat dikotomi model sistem
penanggalan yang umumnya berlaku di dunia, yaitu penanggalan aritmatik
dan penanggalan astronomik. Penanggalan aritmatik merupakan
penanggalan yang dapat dihitung secara mudah karena hanya menggunakan
instrumen-instrumen perhitungan sederhana dengan rumus aritmatik,
contohnya adalah penanggalan Masehi.
Sementara penanggalan astronomik didefinisikan sebagai penanggalan
yang dihitung menggunakan aneka rumus perhitungan astronomi dengan
tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Sebagian kalangan astronom
mengartikannya dengan penanggalan yang mengacu secara langsung
terhadap peristiwa astronomi,104 contohnya adalah penanggalan Hijriah dan
Im Yang Lik.
Dari dikotomi di atas serta pembahasan ragam sistem penanggalan
sebelumnya, maka beberapa model penanggalan di dunia dapat
teridentifikasi. Misalnya penanggalan Masehi (Gregorian) masuk kategori
solar-aritmatik, penanggalan Yahudi105 masuk kategori lunisolar-aritmatik,
104 Yi Zhang (ed), the History of Calendar, t.t., h. 4-5. Bandingkan dengan Chin Hei Ting
Veronica, The Mathematics of the Chinese Calendar, t.t, h. 1. Baca juga Shofiyulah, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda. 2006, h. 4.
105 Penangggalan Yahudi adalah penanggalan resmi bangsa Israel yang digunakan untuk prosesi kegamaan etnis Yahudi diseluruh dunia. Penanggalan ini digagas oleh Hillel II seorang ketua dewan Yahudi kuno (dalam istilah Yahudi dikenal Sanhedrin) pada tahun 395 M. Penangggalan Yahudi merupakan salah satu penanggalan −yang juga menggunakan− sistem lunisolar. Terdapat tiga macam istilah tahun, yakni jika umur hari dalam satu tahun berjumlah 353/383, maka disebut tahun “Tidak Sempurna”, jika berjumlah 354/384, maka disebut tahun “Reguler”, dan jika berjumlah 353/383, maka disebut tahun “Sempurna”. Selengkapnya baca Alan Longstaff, Calendars from Around the World, National Maritime Museum, 2005, h.16-18.
dan penanggalan Arab pra-Islam106 merupakan lunar-aritmatik. Sedangkan
penanggalan revolusi Prancis107 masuk kategori solar-astronomik,
penanggalan Hijriah masuk kategori lunar-astronomik, dan penanggalan Im
Yang lik merupakan lunisolar-astronomik.108
Sistem Penanggalan
Aritmatik Astronomik
Solar Masehi Revolusi Prancis
Lunisolar Yahudi Im Yang Lik
Lunar Arab Pra-Islam Hijriah
Tabel 15. Klasifikasi Penangggalan
Penanggalan Im Yang Lik memang bukan penanggalan bulan
murni, karena di samping berdasarkan peredaran bulan dicocokan pula
dengan peredaran musim yang dipengaruhi oleh posisi matahari.
Sehingga penanggalan ini dapat digunakan juga untuk menentukan
Bandingkan dengan Ruswa Darsono, Penanggalan Islam: Tinjauan Sistem, Fiqh dan Hisab Penanggalan, LABDA Press: Yogyakarta, 2010, h. 52-55.
106 Penanggalan Arab Pra-Islam adalah penanggalan yang sempat digunakan sebelum periode khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Penanggalan Arab pra-Islam merupakan salah satu penanggalan sistem lunisolar yang digunakan untuk aktifitas masyarakat di semenanjung Timur Tengah. Nama-nama tahun disesuaikan dengan peristiwa penting yang terjadi didalamnya, seperti tahun al-Iznu (izin), karena pada tahun itu telah diberikan izin oleh Allah untuk berpindah tempat dari Makkah ke Madinah. Tahun kedua dinamai tahun amar (perintah), karena Allah telah memerintahkan untuk berperang melawan musuh-musuh Islam. Selengkapnya baca bab II, h.47-48.
107 Dalam penanggalan Revolusi Perancis, tahun baru jatuh pada saat autumnal ekuinox (September). Sehingga panjang tahun disesuaikan dari autumnal ekuinox ke autumnal ekuinox berikutnya. Sistem ini pada satu sisi memiliki kemudahan karena selalu selaras dengan tahun tropis, akan tetapi sulit untuk memprediksi terjadinya tahun kabisat, terutama untuk tahun ketika terjadi ekuinoks September terjadi menjelang tengah malam. Selengkapnya lihat Helmer Aslaksen, loc.cit.
108 Helmer Aslaksen, Heavenly Mathematics: The Mathematics of the Chinese, Indian, Islamic, and Gregorian Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010, h. 10.
terjadinya bulan baru (newmoon), purnama (fullmoon) dan memprediksi
peredaran musim (season).109
B. Komponen-Komponen Penanggalan Im Yang Lik
Terdapat beberapa komponen perhitungan sebagai instrumen utama
penanggalan Im Yang Lik. Penulis membagi komponen tersebut menjadi tiga,
yakni konsep hari, bulan dan tahun, serta musim.
1. Konsep Hari
Perhitungan waktu selama satu hari (24 jam) dalam penanggalan Im
Yang Lik dibagi menjadi 12 waktu (Sie) yang menggunakan nama 12 nama
hewan (shio), berarti untuk setiap sie memiliki durasi 2 jam yang dimulai
pada pukul 23.00-01.00.110
Penggunaan 12 hewan juga didasarkan pada dua konsep yang selalu
memiliki prinsip-prinsip kontras, yakni Yin dan Yang. Yang merupakan
refleksi prinsip positif seperti aktif, agresif, logis, rasional, berinisiatif, serta
mandiri. Sementara Yin adalah refleksi prinsip negatif seperti pasif, penurut,
intuitif, emosional, dan ketergantungan. Dalam hal ini, enam hewan agresif
109 Zhang Jieping, String of Short Months and Long Months in the Chinese Calendar,
Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2002, h. 24. Baca juga Hng Wee Kwan (ed), Chinese Calendar, t.t, h. 26.
110 Helmer Aslaksen, the Mathematics of the Chinese Calendar, h. 19 dan Heavenly Mathematics, h. 38. Lihat juga Roudlotul Firdaus (ed), Sistem Penanggalan Cina (makalah fakultas Syariah), 2009, h. 10.
yaitu tikus, harimau, naga, kuda, monyet, dan anjing, dipadukan dengan
enam hewan liar yaitu kerbau, kelinci, ular, kambing, ayam, dan babi.111
Selain penggunaan 12 hewan, perhitungan waktu juga diselaraskan
dengan lima elemen yaitu air, tanah, kayu, logam, dan api. Elemen
memberikan pemaknaan lebih terhadap karakteristik hewan dalam shio.
Dalam mitologi Tionghoa, elemen merupakan refleksi simbol kekuatan
yang ada dari semua entitas penjuru dunia.112
Perhitungan waktu pertama yaitu jam Tzu (11:00-01:00), pada jam ini
kekuatan unsur Yin mencapai titik utama. Pada jam tersebut terdapat
keheningan, penipuan dan kegelapan. Untuk alasan ini, tikus dikaitkan
dengan unsur Yin sebagai hewan yang biasanya menyembunyikan diri
dalam kegelapan, tersembunyi dari semua orang. Ini adalah kebalikan
dengan jam Wu (11:00-13:00) ketika unsur Yang mencapai ketinggian yang
terbesar. Terdapat isyarat terang, kemudahan gerakan, ketegasan dan
tindakan yang kuat. Untuk alasan ini, kuda adalah hewan paling tepat karena
hewan ini dianggap paling cepat dan kuat.
111 Dalam konteks ini, Yang dianggap prinsip positif dan Yin prinsip negatif bukan
perrsoalan baik atau buruk, karena Yin dan Yang dapat menjadi baik atau buruk. Terminologi positif dan negatif tergantung bagaimana kedua prinsip tersebut diimplementasikan. Prinsip kuno mengenai dualitas Yin dan Yang dalam terminologi Cina ini dari menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta diproduksi oleh interaksi harmonis dari dua kekuatan yang berlawanan. Orang Cina mempercayai bahwa perpaduan dua kekuatan yang saling berlawanan ini sumber keselarasan mereka. Selly Wu, Chinese Astrology: Exploring the Eastern Zodiac, Franklin: New Page Books and The Career Press inc, 2005, h. 15. Baca juga Mama Ira Triyonggo, Astrologi Cina, Yogyakarta: Cosmic Books, 2009, h. 21-22.
112 Masyarakat Cina tradisional mempercayai bahwa segala sesuatu saling berhubungan dan semua hal yang terjadi ditentukan oleh teori hukum kausalitas (sebab-akibat) yang dipersonifikasikan dalam teori lima elemen. Lihat Selly Wu, ibid, h. 163.
Pada jam Chou (01:00-03:00) adalah unsur Yin yang menunjukkan
makna kebaikan dan cinta orang tua kepada keturunannya, merawat dan
memenuhi setiap kebutuhan mereka. Waktu ini diproyeksikan dengan
kerbau yang selalu menjilati betis mereka dengan kelembutan orang tua.
Begitu pula dengan jam Wei (13:00-15:00) yang masuk unsur Yang.
Didalamnya terdapat makna ketaatan dan kesopanan. Kambing adalah
hewan yang dianggap paling tepat karena selalu berada dalam posisi berlutut
saat meminum susu dari ibunya yang merupakan tanda kesopanan dan bakti
anak terhadap orang tua.
Selanjutnya pada jam Yin (03:00-05:00) adalah awal fajar dan akhir
istirahat malam yang masuk unsur Yang. Pada jam ini momentum supremasi
keuntungan dan agresifitas. Jam ini dikaitkan dengan harimau karena sikap
ganas dan temperamen yang dimilikinya. Sebaliknya jam Shen (15:00-
17:00) adalah unsur Yin yang menyiratkan kecerdasan. Monyet adalah
hewan paling tepat untuk diproyeksikan pada jam ini karena pada dasarnya
hewan ini cerdas dan licik.
Lalu jam Mao (05:00-7:00) dan jam Yu (17:00-19:00) adalah jam
ketika kedua benda langit matahari dan bulan serta dua hewan menjadi satu.
Kelinci dikaitkan dengan Mao dan ayam dengan Yu. Hewan kelinci dipilih
karena melihat hewan itu menjilati kelinci betina dengan sentuhan sensitif
lalu menghamilinya, sementara ayam sering terlihat naik di bagian belakang
ayam betina ketika berhubungan.
Kemudian jam Chen (07:00-09:00) dan jam Su (09:00-11:00) masuk
unsur Yang. Pada jam ini merupakan semangat transformasi. Naga dan ular
adalah hewan reptil yang dinilai tepat dalam bertransformasi, karena
keduanya mampu mengubah bentuk.
Terakhir jam Sut (19:00-21:00) dan jam Hai (21:00-23:00) masuk
unsur Yin. Pada jam ini merupakan saat-saat penjagaan, baik dalam
pengertian aktif (menjaga) maupun pasif (dijaga). Hewan yang masuk pada
jam ini adalah anjing untuk peran penjaga dan babi hewan tenang yang
dijaga.113
No Nama Waktu Shio Unsur Elemen
1 Tzu 23.00 – 01.00 Tikus Yin Air
2 Chou 01.00 – 03.00 Kerbau Yin Tanah
3 Yin 03.00 - 05.00 Harimau Yang Kayu
4 Mao 05.00 – 07.00 Kelinci Yin Kayu
5 Chen 07.00 – 09.00 Naga Yang Logam
6 Su 09.00 – 11.00 Ular Yang Api
7 Wu 11.00 – 13.00 Kuda Yang Api
8 Wei 13.00 – 15.00 Kambing Yang Tanah
9 Shen 15.00 – 17.00 Monyet Yin Logam
10 Yu 17.00 – 19.00 Ayam Yang Logam
11 Sut 19.00 – 21.00 Anjing Yin Tanah
12 Hai 21.00 – 23.00 Babi Yin Air
Tabel 16. Pembagian Waktu
Pembagian hari ditetapkan menurut hou (5 hari). Sementara yang kita
ketahui bahwa dalam satu hari terdapat 12 sie, apabila satu sie berjumlah 2
113 Mengenai pembagian waktu secara lengkap baca Hng Wee Kwan (ed), op.cit, h. 24-25.
jam, maka 60 sie atau 5 hari merupakan 1 hou. Selanjutnya 3 hou atau 15
hari adalah satu jeiqi, berarti dalam satu tahun terdapat 24 jeiqi dan zhongqi
(12 jeiqi dan 12 zhongqi).114
No Nama Makna Prediksi115
1 Lichun Awal musim semi 4 Februari
2 Jingzhe Menjaga tanaman dari hama 6 Maret
3 Quingming Terang 5 April
4 Lixia Awal musim panas 6 Mei
5 Mangzhong Menanam (total) 6 Juni
6 Xiaoshu Panas (parsial) 7 Juli
7 Liqiu Awal musim gugur 8 Agustus
8 Bailu Awal turun embun 8 September
9 Hanlu Turun embun (parsial) 8 Oktober
10 Lidong Awal musim dingin 8 November
11 Daxue Salju (total) 7 Desember
12 Xiaohan Dingin (parsial) 6 Januari
Tabel 17. Pembagian Jeiqi
114 Masyarakat Cina kuno memandang bahwa segala sesuatu di alam semesta merupakan
interaksi harmonis dari dua entitas yang berlawanan, sebagaimana terminologi Yin dan Yang. Sehinggga untuk memudahkan mereka dalam mengidentifikasi musim-musim, maka muncul terminologi jeiqi dan zhongqi. Jeiqi disebut juga musim kecil merupakan urutan musim yang memiliki bujur ganjil seperti 150, 450, 750, dan seterusnya. Sedangkan zhongqi disebut musim utama yaitu urutan musim yang memiliki bujur matahari genap, seperti 00, 300, 600, dan seterusnya. Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, The Chinese Calendar of the Later Han Period, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2000, h. 6. Baca juga Roudlotul Firdaus (ed), Sistem Penanggalan Cina, op.cit, h. 6.
115 Untuk mengetahui tanggal secara hakiki, bisa menggunakan data winhisab, almanac nautika, atau software lain, dengan cara mencari pada tanggal berapa bujur matahari mencapai 3150, tanggal berapa bujur matahari mencapai 3300 dan seterusnya. Time zone yang digunakan adalah local mean time yaitu waktu GMT + 8 (meridian 120 BT atau daerah kota Beijing Cina). Zhang Jieping, String of Short Months and Long Months in the Chinese Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2002, h. 24. Baca juga Shofiyulloh, ibid, h. 10.
Begitu pula dengan jarak waktu yang dibutuhkan antara satu satu
zhongqi dengan zhongqi lainnya juga sekitar 30 hari.116
No Nama Makna Prediksi
1 Yushui Hujan 19 Februari
2 Chunfen Pertengahan musim semi 21 Maret
3 Guyu Menabur benih 20 April
4 Xiaoman Menanam (parsial) 21 Mei
5 Xiazhi Pertengahan musim panas 22 Juni
6 Dashu Panas (total) 23 Juli
7 Chushu Akhir cuaca panas 23 Agustus
8 Qiufen Pertengahan musim gugur 23 September
9 Shuangjiang Turun Embun (total) 24 Oktober
10 Xiaoxue Salju (parsial) 22 November
11 Dhongzhi Pertengahan musim dingin 22 Desember
12 Dahan Dingin (total) 20 Januari
Tabel 18. Pembagian Zhongqi
2. Konsep Bulan dan Tahun
Sebagaimana penanggalan Masehi dan Hijriah, penanggalan Im Yang
Lik juga memiliki jumlah bulan sebanyak 12 bulan, hanya saja tidak ada
ketetapan pasti mengenai jumlah hari dalam bulan-bulan itu. Pasalnya
prinsip awal bulan dimulai saat terjadinya konjungsi yang mengacu pada
periode sinodis atau rentang waktu yang dibutuhkan oleh bulan antara satu
fase bulan baru (newmoon) ke fase bulan baru berikutnya (dua konjungsi)
116 Selengkapnya tentang pembagian jeiqi dan zhongqi lihat Helmer Aslaksen, op.cit, h. 16
dan L.E. Doggett, Calendar and Their History, the article is reprinted from Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, P. Kenneth Seidelmann (ed), University Science Books, Sausalito, California, 2009, h. 15-16.
yaitu selama 29,530588 hari atau 29h 12j 44m 2,8d, maka durasi hari dalam
satu bulan berumur 29 atau 30 hari secara eskalatif.117
Durasi bulan ditentukan secara astronomik mengikuti tanggal
terjadinya konjungsi pada jam berapa pun, meskipun −pada umumnya−
konjungsi terjadi secara tetap periodik. Helmer Aslaksen, seorang peneliti
penanggalan dunia menyatakan bahwa konjungsi yang terjadi pada tanggal
1 Mei pukul 13 GMT, maka konjungsi berikutnya terjadi pada tanggal 31
Mei pukul 1 GMT, sehingga umur bulan 30 hari.
Tetapi jika konjungsi terjadi pada tanggal 1 Mei pukul 1 GMT, maka
konjungsi berikutnya akan terjadi pada tanggal 30 Mei pukul 13 GMT,
sehingga umur bulan maju satu hari menjadi 29 hari dalam bulan tersebut.
Maka dapat dipastikan rata-rata umur bulan adalah 29,5 hari.118
Bulan Baru Bulan Baru Berikutnya Durasi
1 Mei pkl 13 GMT 31 Mei pkl 1 GMT 30 hari
1 Mei pkl 1 GMT 30 Mei pkl 13 GMT 29 hari
Tabel 19. Durasi Konjungsi
Dalam penanggalan Im Yang Lik, dikenal dua model tahun berbeda
yang dikenal dengan istilah sui dan nian. Sui adalah periode tahun dari titik
balik matahari Desember (musim dingin atau winter soltice) ke titik balik
matahari Desember berikutnya. Panjang hari periode sui terjadi secara
117 Mengenai pengertian periode sinodis bulan selengkapnya dapat dilihat dalam Susiknan
Azhari, Ensiklopedi Hisab-Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008, h. 37. 118 Helmer Aslaksen, op.cit, h.19.
konstan sama seperti tahun tropis yaitu 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m
46d.119
Berbeda dengan sui, tahun nian adalah periode tahun dari satu tahun
baru Cina ke tahun baru Cina berikutnya. Tahun Cina periode nian dapat
berisi 12 atau 13 bulan dan masing-masing berumur 29 atau 30 hari.
Panjang nian pada tahun biasa (tahun pendek atau ordinary year) berumur
353, 354 atau 355 hari dalam 12 bulan. Sedangkan pada tahun kabisat
(tahun panjang atau leap year) umur hari berjumlah 383, 384 atau 385 hari
yang terakumulasi dalam 13 bulan.120
Penambahan satu bulan dalam penanggalan Im Yang Lik terjadi tujuh
kali dalam kurun waktu 19 tahun. Penambahan satu bulan (leap month)
sebagai sisipan (lun) ini dilakukan sebagai aturan baku supaya penanggalan
ini selaras dengan regulasi musim, yaitu awal tahun baru Cina tepat terjadi
pada awal musim semi (Lichun).121
119 Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, op,cit, 2000, h. 7-8. 120 Di Cina modern, kata Sui hanya digunakan ketika berbicara tentang usia seseorang.
Secara tradisional, orang Cina menghitung umur mereka dari titik balik matahari Desember, tetapi dalam beberapa bagian Cina mereka malah menghitung dari tahun baru Cina. Menggunakan kata sui ketika berbicara tentang usia seseorang mungkin terkait dengan kebiasaan ini. Nathan Sivin, Granting the Season, USA: Department of History & Sociology of Science University of Pennsylvania Philadelphia, 2000, h. 18.
121 Pada bab II sub sistem lunisolar telah disampaikan mengenai beberapa karateristik yang terdapat dalam penanggalan Im Yang Lik. Khusus mengenai perhitungan, pada point 2, 4, dan 5 karateristik tersebut secara eksplisit disampaikan bahwa regulasi penanggalan ini secara umum yaitu musim dingin (winter solstice) sekitar tanggal 22 Desember harus selalu menjadi bulan ke-11 (cap it gwee). Selanjutnya hari pertama awal bulan (new moon) adalah hari tepat terjadinya ijtima atau konjungsi. Dan terakhir adalah mengenai bulan sisipan (lun) yang terjadi diantara bulan ke-11 dengan bulan ke-11 berikutnya dipisahkan dengan 13 bulan baru (new moon) adalah bulan yang didalamnya tidak terdapat Zhongqi. Panduan penting mengenai terjadinya saat konjungsi dalam konteks penanggalan ini yaitu konjungsi dihitung pada meridian 1200 Bujur Timur kota Greenwich (berada pada posisi sekitar pantai timur Cina/kota Beijing).
Adanya konsep sui dan nian merupakan hasil pengamatan panjang
masyarakat Cina terhadap fenomena fase bulan yang memberi mereka
gagasan mengenai siklus lengkap dari bulan baru ke bulan baru berikutnya.
Mereka juga mengamati bahwa butuh waktu 12 bulan untuk melalui empat
musim (semi, gugur, panas, dan dingin), sehingga muncul gagasan tahun sui
dan nian. Pada tahun pertama menggunakan istilah sui namun kemudian
dalam perkembangan selanjutnya menggunakan istilah nian karena lebih
kompatibel dengan keadaan masyarakat yang kala itu mayoritas berprofesi
sebagai petani.122
Perubahan sporadis dari tahun sui ke nian tampak lebih didasari pada
hasil perhitungan yang tidak aplikatif dalam masyarakat Cina. Karena antara
bulan baru dan bulan baru berikutnya tidak 29 atau 30 hari, tetapi 29,5 hari
dan ketika dikalkulasi terdapat 11 hari lebih pendek dari 365 hari dalam satu
tahun penuh. Jadi untuk menjadikan agar penanggalan ini akurat, maka
perlu menyisipkan satu bulan lompatan dalam setiap dua atau tiga tahun
untuk mengejar ketertinggalan hari dengan gerakan bumi.123
Mengenai urutan bulan disesuaikan menurut urutan cabang bumi. Jika
dalam waktu satu tahun terdapat 13 bulan, maka harus mengidentifikasi
terlebih dahulu letak bulan sisipan pada tahun tersebut. Setelah diketahui,
122 Nathan Sivin, ibid, h, 275. Bandingkan dengan Helmer Aslaksen, op.cit, h. 21. 123 Pada setiap tahun pendek (durasi 12 bulan), terdapat kekurangan sekitar 11 hari,
sehingga sejatinya solstice (titik balik matahari pada bulan Juni dan Desember) dan ekuinox (titik balik matahari pada bulan Juni dan Desember). Lalu pada setiap tahun panjang (durasi 13 bulan), solstice dan ekuinox bergerak terlambat sekitar 19 hari kemudian, sehingga harus melompat 19 hari sebelumnya.
nama bulan sisipan mengikuti nama bulan sebelumnya dengan penambahan
kata lun sebelum nama bulan.124
Bulan Nama Shio Bulan Nama Shio
1 Cia Gwee Harimau 7 Cit Gwee Monyet
2 Jie Gwee Kelinci 8 Pe Gwee Ayam
3 Sa Gwee Naga 9 Kauw Gwee Anjing
4 Si Gwee Ular 10 Cap Gwee Babi
5 Go Gwee Kuda 11 Cap It Gwee Tikus
6 Lak Gwee Kambing 12 Cap Jie Kerbau
Tabel 20. Nama-Nama Bulan
Hasil temuan penulis mengenai metode efektif untuk
mengidentifikasi tahun yang didalamnya terdapat bulan sisipan
(intercalary month) yaitu jika pada suatu tahun yang terdapat
didalamnya titik musim dingin (winter solstice) bulan Desember
pada bujur matahari (ecliptic longitude) yang berkisar antara 2700
sampai 2800 tepat berada pada jam konjungsi dan tanggal terjadinya
konjungsi tepat atau lewat tanggal 22 Desember, maka dapat
dipastikan pada tahun setelahnya terdapat bulan sisipan. Sebaliknya
apabila pada suatu tahun yang terdapat didalamnya titik winter
solstice bulan Desember pada ELM yang berkisar antara 2700
sampai 2800 tidak tepat berada pada jam konjungsi dan tanggal
124 Contoh bulan sebelumnya adalah Jie Gwee, maka jika terdapat bulan sisipan nama bulan
setelahnya adalah Lun Jie Gwee, dan sebagainya. Jika ditemukan dalam tahun yang terdapat interkalasi, tetapi ada dua bulan yang tidak memiliki zhongqi, maka yang dijjadikan sebaggai bulan sisipan adalah bulan pertama setelah musim dingin (winter solstice/dhongzhi). Selengkapnya mengenai metode perhitungan baca Shofiyullah, op.cit, h. 11.
terjadinya konjungsi sebelum tanggal 22 Desember, maka dapat
dipastikan pada tahun setelahnya tidak terdapat bulan sisipan.
Untuk memverifikasi keabsahan hipotesis di atas, dapat dicek melalui
contoh pada tahun-tahun berikut. Contoh pada tahun Cina 2562 atau 2011
M terdapat bulan sisipan, karena titik winter solstice bulan Desember tepat
berada pada jam terjadinya konjungsi dan tanggal terjadinya konjungsi
terjadi setelah 22 Desember, maka pada tahun berikutnya (2012 M) terdapat
bulan sisipan. Dalam data winhisab terlihat konjungsi terjadi pada 24
Desember 2011 pukul 18 GMT dengan bujur matahari (ELM) 2720,
mengingat penanggalan Im Yang Lik menggunakan LMT, maka tanggal
yang digunakan adalah 25 Desember 2011, karena 18 GMT + 8 jam = 26
LMT, artinya awal bulan jatuh pada hari berikutnya pukul 02.00 LMT.125
Contoh berikutnya pada tahun Cina 2563 atau 2012 M tidak terdapat
bulan sisipan, karena pada tahun 2012 M, winter solstice bulan Desember
dengan bujur matahari (ELM) sebesar 2700 tidak tepat berada pada jam
terjadinya konjungsi dan tanggal terjadinya konjungsi terjadi sebelum 22
Desember.
Dalam data ephemeris terlihat konjungsi terjadi pada 13 Desember
2012 pukul 8 GMT dengan ecliptic longitude matahari sebesar 2610, maka
125 Mengenai data-data bulan dan matahari pada tanggal 24 dan 25 Desember 2011 lihat
bagian lampiran.
dapat dipastikan pada tahun berikutnya (2013) tidak terdapat bulan
sisipan.126
Selanjutnya sebagaimana diketahui bahwa dalam satu siklus
penanggalan Im Yang Lik berjumlah 60 tahun yang merupakan paduan dua
unsur antara 10 arah langit dan 12 cabang bumi. Tahun pertama dalam
siklus penanggalan Im Yang Lik dimulai dengan Jia-Zi (arah timur shio
tikus), kemudian Yi-Chou (arah tenggara shio kerbau) tahun kedua, sampai
tahun kesepuluh disebut Gui-You (arah timur laut shio ayam).
Selanjutnya Jia-Xu (arah timur shio anjing) tahun ke-11, lalu Yi-Hai
(arah tenggara shio babi) tahun ke-12 dan Bing-Zi (arah selatan shio tikus)
sebagai tahun ke-13, begitu seterusnya hingga tahun ke-60 adalah Gui-Hai
(arah timur laut shio babi) telah terjadi lima kali pengulangan 10 arah langit
dan enam kali pengulangan cabang bumi.
Setelah melewati tahun ke-60 yaitu Gui-Hai (arah timur laut shio
babi), maka awal siklus kembali tahun pertama yaitu Jia-Zi (arah timur shio
tikus). Metode penggabungan dua unsur antara arah langit dengan cabang
bumi ini disebut sistem siklus Hua-chia.127
126 Mengenai data-data bulan dan matahari pada tanggal 13 Desember 2012 lihat bagian
lampiran. 127 L. E. Doggett, op.cit, h. 14. Lihat juga Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, op,cit,
2000, h. 24 dan Helmer Aslaksen, op.cit, h. 36.
No Nama Makna Elemen Unsur No Nama Makna
1 Jia Timur Kayu Yang 1 Zi Tikus
2 Yi Tenggara Kayu Yin 2 Chou Kerbau
3 Bing Selatan Api Yang 3 Yin Harimau
4 Ding Barat Laut Api Yin 4 Mou Kelinci
5 Wu Atas Tanah Yang 5 Chen Naga
6 Ji Bawah Tanah Yin 6 Si Ular
7 Geng Barat Logam Yang 7 Wu Kuda
8 Xin Barat Daya Logam Yin 8 Wei Kambing
9 Ren Utara Air Yang 9 Shen Monyet
10 Gui Timur Laut Air Yin 10 You Ayam
11 Xu Anjing
12 Hai Babi
Tabel 21. 10 Arah Langit dan 12 Cabang Bumi
Untuk mencari shio, tahun yang sedang dihitung kurangi 3 lalu dibagi
12. Metode ini lalu dirubah menjadi angka pecahan campuran, kemudian
lihat tabel 21, nilai pembilang adalah nama shio. Misalnya nama tahun Cina
2562 atau 2011 M adalah xin-mao, karena hasil perhitungan sebagai berikut:
2011 – 3 = 2008 2008 = 167 4 12 12
nilai pembilang 4 = Mou (kelinci)
Kemudian untuk mencari arah langit, tahun yang sedang dihitung kurangi 3
lalu dibagi 10. Selanjutnya sama seperti cara di atas dengan nilai pembilang
adalah nama arah langit.
2011 – 3 = 2008 2008 = 200 8 10 10
nilai pembilang 8 = Xin (barat daya) elemen logam dan unsur Yin
Jadi tahun 2011 atau 2562 bernama xin-mao (kelinci barat daya)
dengan elemen logam dan unsur Yin. Nama tahun ini akan terulang kembali
60 tahun kemudian yaitu pada tahun 2071 masehi atau 2622 tahun Cina
dalam siklus Hua-chia selama 60 tahun.
Th. Nama Shio Th. Nama Shio 1 Jia-Zi Tikus 31 Jia-Wu Kuda 2 Yi-Chou Kerbau 32 Yi-Wei Kambing 3 Bing-Yin Macan 33 Bing-Shen Monyet 4 Ding-Mao Kelinci 34 Ding-You Ayam 5 Wu-Chen Naga 35 Wu-Xu Anjing 6 Ji-Si Ular 36 Ji-Hai Babi 7 Geng-Wu Kuda 37 Geng-Zi Tikus 8 Xin-Wei Kambing 38 Xin-Chou Kerbau 9 Ren-Shen Monyet 39 Ren-Yin Macan 10 Gui-You Ayam 40 Gui-Mao Kelinci 11 Jia-Xu Anjing 41 Jia-Chen Naga 12 Yi-Hai Babi 42 Yi-Si Ular 13 Bing-Zi Tikus 43 Bing-Wu Kuda 14 Ding-Chou Kerbau 44 Ding-Wei Kambing 15 Wu-Yin Macan 45 Wu-Shen Monyet 16 Ji-Mao Kelinci 46 Ji-You Ayam 17 Geng-Chen Naga 47 Geng-Xu Anjing 18 Xin-Si Ular 48 Xin-Hai Babi 19 Ren-Wu Kuda 49 Ren-Zi Tikus 20 Gui-Wei Kambing 50 Gui-Chou Kerbau 21 Jia-Shen Monyet 51 Jia-Yin Macan 22 Yi-You Ayam 52 Yi-Mao Kelinci 23 Bing-Xu Anjing 53 Bing-Chen Naga 24 Ding-Hai Babi 54 Ding-Si Ular 25 Wu-Zi Tikus 55 Wu-Wu Kuda 26 Ji-Chou Kerbau 56 Ji-Wei Kambing 27 Geng-Yin Macan 57 Geng-Shen Monyet 28 Xin-Mao Kelinci 58 Xin-You Ayam 29 Ren-Chen Naga 59 Ren-Xu Anjing 30 Gui-Si Ular 60 Gui-Hai Babi
Tabel 22. Shio dalam Siklus Tahunan (60 tahun)
3. Konsep Musim
Upaya untuk menjadikan semua musim relevan dengan penanggalan
seperti yang seharusnya adalah mengetahui terlebih dahulu empat musim
utama yang memiliki kaitan terhadap matahari, ada empat titik musim ini
yang sangat penting sebagai acuan regulasi sistem.
Titik empat musim tersebut adalah musim semi (vernal equinox) saat
bujur matahari (ecliptic longitude) berada pada nilai 00 yang terjadi tanggal
21 Maret di belahan bumi utara dan tanggal 23 September di belahan bumi
selatan. Musim gugur (autumnal equinox) merupakan kebalikan dari musim
semi saat bujur matahari berada pada nilai 1800 yang terjadi tanggal 23
September untuk belahan bumi utara dan tanggal 21 Maret untuk belahan
bumi selatan.
Musim panas (summer solstice) saat bujur matahari berada pada nilai
900 yang terjadi tanggal 22 Juni di belahan bumi utara dan 22 Desember di
belahan bumi selatan. Terakhir musim dingin (winter solstice) saat bujur
matahari berada pada nilai 2700 yang terjadi tanggal 22 Desember di belahan
bumi utara dan 22 Juni di belahan bumi selatan.128
Gambar 1: Periode Musim Tahun Tropis
128 http://universetoday.com (diunduh pada Senin, 19 Desember 2011)
Melihat regulasi musim di atas, penanggalan Im Yang Lik juga
mengadopsinya. Terdapat 24 titik yang dikenal dengan istilah jieqi dan
zhongqi, urutan musim ganjil disebut musim kecil (jieqi) sedangkan urutan
musim genap disebut musim utama (zhongqì).129
Kemudian dari 24 titik itu ada delapan musim utama yang
menunjukkan awal dan akhir musim. Delapan titik tersebut adalah awal
musim semi, awal musim panas, awal musim gugur, awal musim dingin,
pertengahan musim semi (vernal equinox), pertengahan musim gugur
(autumnal equinox), pertengahan musim panas (summer solstice) dan
pertengahan musim dingin (winter solstice).
Pada tabel 23, musim kecil dalam astronomi Cina terletak pada J-1 (4
Februari), J-4 (6 Mei), J-7 (8 Agustus), dan J-10 (8 Nopember), sedangkan
musim utama dalam astronomi modern terletak pada Z-2 (21 Maret), Z-5
(22 Juni), Z-8 (23 September), dan Z-11 (22 Desember).
129 Zhang Jieping, op.cit, h. 11. Bandingkan dengan Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat,
op.cit, h. 6 dan Helmer Aslaksen, op.cit, h. 11.
No. Nama Makna Tanggal130 ELM131
J–1 Lichun Awal musim semi 4 Februari 3150
Z–1 Yushui Hujan 19 Februari 3300
J–2 Jingzhe Menjaga tanaman dari hama 6 Maret 3450
Z–2 Chunfen Pertengahan musim semi 21 Maret 00
J–3 Quingming Terang 5 April 150
Z–3 Guyu Menabur benih 20 April 300
J–4 Lixia Awal musim panas 6 Mei 450
Z–4 Xiaoman Menanam (parsial) 21 Mei 600
J–5 Mangzhong Menanam (total) 6 Juni 750
Z–5 Xiazhi Pertengahan musim panas 22 Juni 900
J–6 Xiaoshu Panas (parsial) 7 Juli 1050
Z–6 Dashu Panas (total) 23 Juli 1200
J–7 Liqiu Awal musim gugur 8 Agustus 1350
Z–7 Chushu Akhir cuaca panas 23 Agustus 1500
J–8 Bailu Awal turun embun 8 September 1650
Z–8 Qiufen Pertengahan musim gugur 23 September 1800
J–9 Hanlu Turun embun (parsial) 8 Oktober 1950
Z–9 Shuangjiang Turun Embun (total) 24 Oktober 2100
J–10 Lidong Awal musim dingin 8 November 2250
Z–10 Xiaoxue Salju (parsial) 22 November 2400
J–11 Daxue Salju (total) 7 Desember 2550
Z–11 Dhongzhi Pertengahan musim dingin 22 Desember 2700
J–12 Xiaohan Dingin (parsial) 6 Januari 2850
Z–12 Dahan Dingin (total) 20 Januari 3000
Tabel 23. Musim-Musim Penanggalan Im Yang Lik
130 Untuk mengetahui tanggal secara hakiki, bisa menggunakan data winhisab, almanac nautika, atau software lain dengan cara mencari pada tanggal berapa ELM mencapai 3150, tanggal berapa ELM mencapai 3300 dan seterusnya.
131 ELM merupakan singkatan dari ecliptic longitude matahari atau biasa disebut sabak matahari yaitu kecepatan perjalanan matahari sepanjang lintasannya dalam satu jam. Kecepatan matahari rata-rata dalam satu jam 2’302. Sedangkan kecepatan sebenarnya dicatat dalam suatu daftar ephemeris. Selengkapnya lihat Susiknan Azhari, op.cit, h. 61 dan 187.
Melihat aturan baku penanggalan Im Yang Lik, bahwa saat terjadinya
konjungsi pada bulan Desember harus selalu jatuh pada bulan ke-11 sistem
penanggalan Cina (bulan Cap It Gwee) dan bulan baru ke-2 setelah bulan
ke-11 pada tahun sebelumnya adalah awal tahun baru Cina. Namun jika
bulan baru berjumlah 13 bulan, maka pada tahun tersebut terdapat bulan
sisipan, sehingga kita tentukan terlebih dahulu letak dari bulan sisipan itu
dengan cara melihat bulan yang tidak ada zhongqi (Z). Setelah bulan yang
didalamnya tidak terdapat Z ditemukan, maka itulah bulan sisipanya.132 Jika
sudah dapat teridentifikasi tahun yang didalamnya terdapat bulan sisipan,
maka konjungsi bulan Desember menjadi bulan ke-12 (bulan Cap Jie) dan
konjungsi sebelumnya yaitu bulan Nopember menjadi bulan ke-11 (bulan
Cap It Gwee).
Sedangkan cara untuk mengetahui bulan sisipan adalah menentukan
bulan ke-11 tahun yang sebelumnya dan tahun yang sedang dihitung.
Kemudian mengurutkan dan menghitung jumlah bulan baru (newmoon)
setelah bulan ke-11 tahun sebelumnya sampai bulan ke-11 tahun yang
sedang dihitung.
Contoh pada tahun Cina 2563 atau 2012 M terdapat bulan sisipan
sehingga jumlah bulan menjadi 13. Apabila diurutkan jumlah bulan baru
setelah konjungsi 25 Nopember 2011 (bulan ke-11/Cap It Gwee 2562)
132 Sebelum menentukan letak bulan sisipan, hendaknya mengecek kembali tanggal
terjadinya konjungsi dan tanggal musim-musim dalam satu tahun. Kemudian mengecek waktu tepat terjadinya perubahan besaran bujur matahari (ecliptic longitude) sebagaimana yang telah ditentukan. Pada tahun Cina 2562 (2011 M) terdapat 12 bulan dan pada tahun 2563 (2012 M) terdapat 13 bulan. Mengenai tanggal musim-musim dalam satu tahun, pada penanggalan Im Yang Lik telah ditetapkan besaran bujur matahari (ecliptic longitude) seperti tampilan pada tabel 23 tentang 24 musim penanggalan Im Yang Lik.
sampai konjungsi 13 Desember 2012 (bulan ke-11/Cap It Gwee 2562)
terjadi 13 kali dan bulan sisipan jatuh pada bulan ke-4 (Si Gwee)
penanggalan Im Yang Lik (tabel 20).
Bulan Baru Konjungsi Bulan Baru Konjungsi
1 25 Desember 2011 8 19 Juli 2012
2 23 Januari 2012 9 17 Agustus 2012
3 22 Pebruari 2012 10 16 September 2012
4 22 Maret 2012 11 15 Oktober 2012
5 21 April 2012 12 14 Nopember 2012
6 21 Mei 2012 13 13 Desember 2012
7 19 Juni 2012
Tabel 24. Awal Bulan Cina Tahun 2563
Langkah selanjutnya adalah mencari letak bulan sisipan. Terlebih
dahulu melihat panduan nilai ecliptic longitude matahari (ELM) pada
tanggal jeiqi (J) dan zhongqi (Z).
J & Z ELM J & Z ELM J & Z ELM
J – 1 3150 J – 5 750 J – 9 1950
Z – 1 3300 Z – 5 900 Z – 9 2100
J – 2 3450 J – 6 1050 J – 10 2250
Z – 2 00 Z – 6 1200 Z – 10 2400
J – 3 150 J – 7 1350 J – 11 2550
Z – 3 300 Z – 7 1500 Z – 11 2700
J – 4 450 J – 8 1650 J – 12 2850
Z – 4 600 Z – 8 1800 Z – 12 3000
Tabel 25. Ecliptic Longitude Matahari (ELM) jeiqi (J) dan zhongqi (Z)
Berikutnya mengidentifikasi letak bulan sisipan (lun) pada tanggal-
tangggal newmoon di atas dengan cara sebagai berikut:
No J/Z Tanggal ELM
12 Konjungsi 25 Nopember 2011 (bulan ke-11/Cap It Gwee 2562)
J – 11 7 Desember 2011 2550
Z – 11 22 Desember 2011 2700 (winter solstice)
1 Konjungsi 25 Desember 2011 (bulan ke-12/Cap Jie Gwee 2562)
J – 12 6 Januari 2012 2850
Z – 12 21 Januari 2012 3000
2 Konjungsi 23 Januari 2012 (bulan ke-1/Cia Gwee 2563)
J – 1 4 Pebruari 2012 3150
Z – 1 19 Pebruari 2012 3300
3 Konjungsi 22 Pebruari 2012 (bulan ke-2/Jie Gwee 2563)
J – 2 5 Maret 2012 3450
Z – 2 20 Maret 2012 00 (vernal equinox)
4 Konjungsi 22 Maret 2012 (bulan ke-3/Sa Gwee 2563)
J – 3 4 April 2012 150
Z – 3 20 April 2012 300
5 Konjungsi 21 April 2012 (bulan ke-4/Si Gwee 2563)
J – 4 5 Mei 2012 450
Pada konjungsi 21 April 2012 tidak
terdapat zhongqi (Z), karena letak Z – 4
dengan nilai ELM 600 terjadi bersamaan
dengan konjungsi, yaitu tanggal 21 Mei.
Maka bulan sisipan terletak di bulan ini,
yaitu bulan ke-4 (Lun Sa Gwee 2563).
600
6 Konjungsi 21 Mei 2012 (bulan ke-4/Si Gwee 2563)
J – 5 5 Juni 2012 750
Z – 5 21 Juni 2012 900 (summer solstice)
7 Konjungsi 19 Juni 2012 (bulan ke-5/Go Gwee 2563)
J – 6 7 Juli 2012 1050
Z – 6 22 Juli 2012 1200
8 Konjungsi 19 Juli 2012 (bulan ke-6/Lak Gwee 2563)
J – 7 7 Agustus 2012 1350
Z – 7 23 Agustus 2012 1500
9 Konjungsi 17 Agustus 2012 (bulan ke-7/Cit Gwee 2563)
J – 8 7 September 2012 1650
Z – 8 22 September 2012 1800 (autumnal equinox)
10 Konjungsi 16 September 2012 (bulan ke-8/Pe Gwee 2563)
J – 9 8 Oktober 2012 1950
Z – 9 23 Oktober 2012 2100
11 Konjungsi 15 Oktober 2012 (bulan ke-9/Kauw Gwee 2563)
J – 10 7 Nopember 2012 2250
Z – 10 22 Nopember 2012 2400
12 Konjungsi 14 Nopember 2012 (bulan ke-10/Cap Gwee 2563)
J – 11 7 Desember 2012 2550
Z – 11 21 Desember 2012 2700
13 Konjungsi 13 Desember 2012 (bulan ke-11/Cap It Gwee 2563)
J – 12 5 Januari 2013 2850
Z – 12 20 Januari 2013 3000
Tabel 26. Mengidentifikasi Bulan Sisipan (Lun)
C. Ragam Perayaan dalam Penanggalan Im Yang Lik
Masyarakat Cina dikenal memiliki kepatuhan total terhadap kebudayaan
dan adat yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Dalam tingkat pengamalan
pun, mereka memercayai dan mengamalkan secara penuh setiap apa yang
sudah menjadi tradisi (local wisdom) secara turun-temurun, tidak terkecuali
segmen penanggalan.133
Terbukti mengenai persoalan penanggalan Im Yang Lik, para eksponen
Tionghoa tidak melakukan perhitungan sendiri, mereka hanya menginduk pada
hasil perhitungan yang telah dilakukan di negeri Cina. Bahkan dalam pedoman
local mean time (LMT)134 mempunyai ketentuan spesifik yaitu hanya
menggunakan time zone135 waktu daerah ibukota kota Cina di Beijing sebesar
1200 BT, berarti jika menggunakan waktu Universal Time (UT)/Greenwich
Mean Time (GMT) ditambahkan delapan jam (GMT +8).
Mencoba mengetahui tipikal komunitas Tionghoa terhadap penanggalan
produk leluhur mereka sendiri (Im Yang Lik) sebenarnya dapat digeneralisir
dalam tiga kelompok, yaitu:136
133 Hasil wawancara dengan Joko Darmawan, Magister tekhnik dan pengajar di Universitas
17 Agustus (Untag) Semarang pada Minggu 12 Februari 2012 di stand Untag “Semarang Education Expo” di Java Mall Semarang. Dia merupakan salah satu pakar fengshui yang telah menulis banyak buku mengenai korelasi dengan mitologi Cina kuno dengan letak suatu bangunan (arsitektur), diantaranya mengenai arsitektur budaya, arsitektur fengshui, dan sebagainya.
134 Local mean time dapat diartikan waktu setempat, dalam konteks ini waktu tempat Beijing Cina. Selengkapnya tentang local mean time lihat Susiknan Azhari, op.cit, h. 134.
135 Time zone yaitu perbedaan waktu yang berlaku setempat dengan waktu umum (universal time) yang dipakai sebagai pedoman. Tempat-tempat yang berada di sebelah barat Greenwich (bujur 00) mempunyai nilai negatif. Sedangkan tempat-tempat yang berada di sebelah timur Greenwich (bujur 00) mempunyai nilai positif. Susiknan Azhari, op.cit, h. 217.
136 Hasil wawancara dengan H. Maksum Pinarto pada Jum’at, 6 Januari 2012 di kantor PITI Semarang dan Mulyono Chandra (tokoh masyarakat Muslim Tionghoa yang juga pemerhati budaya Cina) pada Kamis, 2 Februari 2012 di kantor toko kaca Surya Jl. Pekojan No.10.
1. Tionghoa yang memiliki kesadaran untuk mempertahankan penanggalan Im
Yang Lik dan menjalankan beberapa perayaan didalamnya sebagai wujud
komitmen sikap kepatuhan total terhadap tradisi Cina.
2. Tionghoa yang hanya merayakan beberapa hari besar dan perayaan
penanggalan Im Yang Lik sebagai wujud komitmen sosial sebagai warga
keturunan Tionghoa.
3. Tionghoa yang hanya mengetahui dan mengerjakan beberapa hari raya
penting penanggalan Im Yang Lik tanpa mengetahui tentang aturan-aturan
didalamnya.
Meskipun tingkat pemahaman komunitas Tionghoa terhadap
penanggalan ini relatif minim, tetapi pada persoalan pengamalan konsep-
konsep penanggalan Cina tetap terejawentahkan dalam rutinitas kehidupan.
Mereka begitu memegang teguh prinsip-prinsip astrologi Cina atau fengshui,
seperti ramalan, garis nasib, peruntungan, jodoh, dan lain sebagainya. Selain
itu komunitas Tionghoa juga ikut meramaikan beberapa momentum perayaan
dalam penanggalan Im Yang Lik.137
Sebenarnya kalangan Tionghoa memiliki berbagai adat istiadat. Mereka
mengenal bermacam-macam perayaan atau festival tradisional. Adat istiadat ini
merupakan refreksi nilai-nilai kehidupan rutinitas sehari-hari, tradisi, dan mitos
masyarakat lokal Cina. Pada perkembangan modern, bermacam perayaan
tradisional mengalami perubahan karena pengaruh interaksi dan asimilasi
dengan masyarakat lokal pribumi. Realita ini menunjukkan kuatnya wajah
137 Lihat harian Kompas, 22 Januari 2012, h. 13.
toleransi yang tercermin dari pemahaman literal atas kredo tradisionalisme
budaya lokal etnis Tionghoa.
Terdapat beberapa momentum perayaan yang terkait ritual ibadah
kepercayaan masyarakat Tionghoa yaitu:138
No. Tanggal Perayaan
1 1 Chia Gwee Tahun baru Imlek
2 8 Chia Gwee Sembahyang King Thi Kong
3 15 Chia Gwee Cap Go Meh
4 18 Jie Gwee Ci Sing Ki Sien atau hari wafat Konghucu
5 5 April Qingming atau ziarah makam leluhur
6 5 Go Gwee Twan Wang Ciat atau dayung perahu naga
7 15 Jit Gwee Sembahyang Tiong Gwan atau arwah leluhur
8 29 Jit Gwee Sembahyang King Ho Ping atau arwah umum
9 15 Pe Gwee Sembahyang Tong Cu Pia
10 27 Pe Gwee Lahir Khonghucu
11 15 Cap Gwee Sembahyang He Gwan atau malaikat bumi
12 22 Desember Tang Cik atau genta rohani
13 4 Cia Gwee Ji Si Siang Ang atau hari malaikat dapur
14 29 Cap Jie Gwee Tie Sek atau sembahyang tutup tahun
Tabel 27. Daftar Perayaan
138 Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif &
Harmonis, 2000, h. 17-18.
Dari 14 perayaan di atas, bagi komunitas Tionghoa kerap merayakan
lima peringatan utama yang hingga kini rutin mereka laksanakan. Perayaan-
perayaan tersebut antara lain:139
1. Tahun baru Imlek setiap tanggal 1 Chia Gwee
2. Cap Go Meh tanggal 15 Chia Gwee
3. Qingming atau ziarah makam leluhur sekitar tanggal 5 April
4. Sembahyang Tiong Gwan atau persembahan terhadap arwah leluhur setiap
tanggal 15 Jit Gwee
5. Sembahyang Tong Cu Pia atau perayaan pertengahan musim gugur pada
tanggal 15 Pe Gwee
Perayaan Imlek yang menandai hari pertama tahun penanggalan Im Yang
Lik diperingati oleh komunitas Muslim Tionghoa secara internal dengan
seluruh sanak keluarga dan kerabat yang turut merayakan Imlek. Mereka
berkumpul bersama pada hari itu dan saling berkunjung ke rumah keluarga dan
kerabat. Sementara acara Cap Go Meh merupakan puncak sekaligus akhir
perayaan Imlek. Ritual Cap Go Meh diisi dengan pembacaan do’a-do’a, dalam
acara ini juga dimanfaatkan sebagai ajang kumpul keluarga sambil memakan
kue sejenis lontong yang diberi nama Lontong Cap Go Meh.140
139 Hasil wawancara dengan H. Maksum Pinarto dan Susanto pada Jum’at, 6 Januari 2012
di kantor PITI Semarang. Wawancara juga dilakukan kepada Mulyono Chandra Kamis, 2 Februari 2012 di kantor toko kaca Surya dan Joko Darmawan pada Minggu, 12 Februari 2012 di stand Untag “Semarang Education Expo” di Java Mall Semarang. Bandingkan dengan Hng Wee Kwan (ed), op.cit, h. 33 dan Hendrik Agus Winarso, op.cit, h. 97-115.
140 Lihat harian Seputar Indonesia, 22 Januari 2012, h.3. Lihat juga harian Media Indonesia 6 Februari 2012, h. 8.
Berikutnya Qing Ming (dalam dialek Tionghoa Indonesia dikatakan
“Ceng Beng”) atau hari raya Sadranan sekitar tanggal 5 April dalam rangka
menyambut musim cerah. Tradisi Qing Ming yang hingga kini tetap dilakukan
yaitu mengunjungi kuburan nenek moyang untuk berdo’a dan membersihkan
makam. Sementara sembahyang Tiong Gwan atau persembahan terhadap
arwah leluhur yang dilakukan setiap tanggal 15 Jit Gwee juga mengunjungi
makam leluhur.141
Resepsi terakhir yang masih tetap dilakukan oleh komunitas Muslim
Tionghoa Semarang yaitu sembahyang Tong Cu Pia. Acara ini merupakan
perayaan pertengahan musim gugur pada tanggal 15 Pe Gwee atau sekitar
tanggal 23 September. Resepsi dilaksanakan rutin oleh seluruh lapisan
masyarakat Tionghoa dengan berkumpul bersama sebagai lambang persatuan
dan keharmonisan keluarga serta ungkapan syukur masyarakat Tionghoa
setelah melewati tahun yang baik.142
Sementara dalam konteks penanggalan Im Yang Lik, sebenarnya hanya
terdapat delapan peringatan utama yang ditetapkan sebagai libur nasional di
negara Cina yaitu:143
141 Suplemen harian Suara Merdeka, 22 Januari 2012, h. 7. 142 Suplemen harian Suara Merdeka, ibid, h. 6. 143 Hng Wee Kwan (ed), op.cit, h. 28.
No. Perayaan Tanggal
1 Tahun Baru (New Year’s Day) 1 Januari
2 Imlek (Chinese New Year) 1 Chia Gwee
3 Cap Go Meh (Lentern Festival) 15 Chia Gwee
4 Qing Ming 5 April
5 Hari Buruh (Labour Day) 1 Mei
6 Peh Cun (Dragon Boat Festival) 5 Go Gwee
7 Tong Cu Pia (Mid-Autumn Festival) 15 Pe Gwee
8 National Day 1 Oktober
Tabel 28. Hari Libur Utama
Peringatan tahun baru menyambut awal tahun masehi dirayakan oleh
seluruh negara belahan manapun di dunia, sedangkan tahun baru Imlek yang
juga dikenal sebagai festival musim semi merupakan hari pertama penanggalan
Im Yang Lik yang menandai awal tahun sementara Cap Go Meh merupakan
perayaan purnama pertama (tanggal 15) setelah Imlek. Imlek dan Cap Go Meh
adalah hari raya utama komunitas Tionghoa di beberapa negara Asia lain,
seperti Taiwan, Hong Kong, Korea, Singapura, Indonesia, Malaysia, Brunei,
Vietnam dan sebagainya.
Selanjutnya Qingming yang dirayakan sekitar tanggal 5 April dalam
penanggalan Masehi merupakan ritual menyambut musim cerah. Tradisi yang
rutin dilakukan masyarakat Tionghoa dalam menyambut Qingming adalah
setiap keluarga Tionghoa mengunjungi kuburan nenek moyang mereka untuk
menyapu makam.144
Dua perayaan yang sering kali disebut Minggu Emas, yaitu Hari Buruh
(labour day) dan hari kemerdekaan (national day) Cina. Dinamakan Minggu
Emas karena perayaan tersebut merupakan liburan panjang nasional yang
dimulai sejak tahun 1999 dengan maksud untuk mendorong konsumsi dan
meningkatkan jumlah wisatawan domestik, serta memudahkan bagi yang
memperingati untuk melakukan perjalanan jauh dalam rangka mengunjungi
keluarga.145 Hari Buruh adalah salah satu perayaan penanggalan Im Yang Lik
yang diperingati setiap tanggal 1 Mei oleh hampir seluruh negara di dunia.146
Begitu juga dengan peringatan nasional hari bersejarah bagi negera Cina yaitu
hari kemerdekaan Cina yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober.147
Perayaan Peh Cun rutin dilakukan masyarakat Tionghoa dengan tradisi
simbolik makan bakcang (sayur dan daging yang dipotong kecil) dan
144 Suplemen harian Suara Merdeka, op.cit, h. 7. 145 http://id.wikipedia.org/wiki/Minggu_Emas (diunduh pada Senin, 2 April 2012) 146 Hari buruh atau May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk
meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut reduksi jam kerja (19 sampai 20 jam seharinya) menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat. http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Buruh (diunduh pada Senin, 2 April 2012).
147 Pada tanggal itu perang dunia II berakhir tetapi perang saudara di Cina kembali meletus. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis ini, Mao Zedong (1893-1976) salah satu tokoh terpenting dalam sejarah modern Cina menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya dimenangkannya pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan dan pemimpin Cina nasionalis http://id.wikipedia.org/wiki/Mao_Zedong (diunduh pada Senin, 2 April 2012).
perlombaan perahu naga. Begitu tenarnya tradisi lomba perahu naga, sehingga
festival Peh Cun juga sering kali disebut dragon boat festival.148
Berikutnya adalah perayaan Tong Cu Pia atau dikenal juga Qiufen yang
diperingati pada pertengahan musim gugur sekitar 23 September atau tanggal
15 Pe Gwee menurut peanggalan Im Yang Lik. Perayaan ini biasanya dilakukan
pasca panen, saat mereka merayakan hasil panen dan menyimpannya dalam
lumbung padi. Dalam perayaan ini, setiap keluarga berkumpul bersama sambil
menikmati hidangan kue bulan. Tradisi pertengahan musim gugur juga sering
kali disebut Harvest moon festival (festival hasil panen).149 Resepsi ini
merupakan lambang persatuan dan keharmonisan keluarga serta ungkapan
syukur masyarakat Tionghoa setelah melewati tahun yang baik.150
148 Suplemen harian Suara Merdeka, op.cit, h. 7. 149 Hasil wawancara dengan H. Maksum Pinarto dan Susanto pada Jum’at, 6 Januari 2012
di kantor PITI Semarang. Bandingkan dengan Hendrik Agus Winarso, op.cit, h. 150. 150 Suara Merdeka, ibid, h. 6.
D. Pandangan Astronomi-Syar’i
Sejujurnya tidak ada keterkaitan sama sekali jika membincangkan
penanggalan Im Yang Lik dalam pandangan syar’i, karena penanggalan ini
merupakan entitas lain di luar “pagar” syar’i. Namun jika kita melihat dari
sudut pandang kesamaannya dengan penangggalan lain, dalam konteks ini
penanggalan Islam (Hijriah), maka akan diperoleh titik korelasi antara
keduanya. Sehingga penanggalan Im Yang Lik –ex officio− masuk jangkauan
pandangan syar’i.
Pada sistem penanggalan lunar-observasional astronomik seperti
karakter dalam penanggalan Hijriah dan penanggalan Im Yang Lik di masa
awal, visibilitas bulan sabit pertama (hilal) atau bulan purnama dijadikan
pedoman dalam menentukan awal bulan. Keduanya pernah memiliki pedoman
sistem penanggalan yang serupa, yaitu sama-sama mengacu pada sistem lunar
calendar. Akan tetapi pada perkembangnya, penanggalan Im Yang Lik lantas
memadukan sistem lunar calendar dengan sistem solar calendar melalui upaya
asimilasi kedua entitas sistem itu dalam kesatuan sistem penanggalan secara
terintegrasi. Maka jadilah penanggalan Im Yang Lik mengadopsi sistem
lunisolar calendar.
Sementara itu, penanggalan Hijriah berjalan stagnan hanya mengacu
pada sistem lunar. Akibatnya semua perayaan dalam penanggalan Hijriah
seperti awal muharam, puasa Ramadlan, Idul Fitri, atau Idul Adha selalu terjadi
mundur setiap tahun apabila dikomparasikan dengan penanggalan Masehi yang
berumur 365,2422518 hari. Pasalnya penanggalan Hijriah hanya berumur
354,3677 hari dalam setahun, sehingga kurang 11 hari dibanding penanggalan
Masehi, menyebabkan penanggalan Hijriah tidak akan bisa konsisten dengan
musim sebagaimana awal penamaan bulan didalamnya.151 Artinya semua
perayaan keagamaan penanggalan Hijriah dapat ditemui pada semua bulan
dalam penanggalan Masehi.
Sebenarnya masa Arab pra-Islam telah memiliki sistem penanggalan
untuk menyeimbangkan fase bulan dengan peredaran matahari atau musim.
Mereka mengakumulasi kekurangan 11 hari sistem lunar dengan
menambahkan bulan ke-13 dalam kurun waktu tiga tahun sekali.152
Namun pada praktiknya, bulan ke-13 oleh kalangan Arab pra Islam kerap
dijadikan momentum euforia untuk berhura-hura, maka turun ayat al-Qur’an
surat at-Taubah [9] ayat 36 yang secara implisit menyinggung perilaku hedonis
ini dengan melarang adanya bulan ke-13 melalui bentuk afirmasi Allah bahwa
dalam satu tahun hanya terdapat 12 bulan.
“Sesunguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiayaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa”.153
151 Lihat tabel 10, h. 49. 152 Penggunaan penanggalan Arab pra-Islam yang memasukkan bulan sisipan masih
digunakan hingga tahun 541 M. Ben Abrahamson and Joseph Katz, The Islamic Jewish Calendar, h. 5.
153 Ayat ini masuk dalam kelompok madaniyah yang diturunkan kepada nabi Muhammad pasca perang tabuk pada tahun 9 H/630 M. Empat bulan haram yang dilarang untuk melakukan penyyerangan atau berperang yaitu bulan Muharram, Rajab, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jumanatul Ali, 2005, h. 192.
Ahli tafsir di Indonesia melalui Kementrian Agama −dalam persoalan
penerjemahan al-Qur’an− pada ayat itu lebih memaknai redaksi ‘asyara
syahran adalah jumlah bulan dalam penanggalan Hijriah dan ditarik sebagai
prinsip dasar jumlah bulan pada sistem penanggalan Hijriah, sehinggga
dijadikan pegangan final untuk sebuah pertanyaan, mengapa penanggalan
Hijriah hanya 12 bulan?. Dari beberapa literatur juga dapat dijumpai pengertian
serupa yang membenarkan bahwa jumlah bulan dalam sistem penanggalan
Hijriah hanya 12 bulan, bukan 13 bulan seperti penanggalan Im Yang Lik.154
Padahal sudah jelas bahwa kronologi (asbab al-nuzul) ayat di atas
merupakan respon Allah swt. atas ekspresi jahiliyah yang dilakukan oleh
kalangan Arab pra-Islam yang menjadikan bulan ke-13 sebagai momentum
untuk bersenang-senang. Dalam pada itu, menurut para ahli tafsir seperti at-
Tabari dan Sayyid Qutb, ayat ini sebenarnya hanya memfokuskan kajiannya
pada pemaknaan empat bulan (arba’atun hurum) yang berarti bulan Muharram,
Rajab, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah, bukan terkonsentrasi pada pengertian
sistem penanggalan yang mengharuskan 12 bulan.155
Tampak sekali beberapa pendapat yang menyimpulkan surat at-Taubah
[9] ayat 36 secara normatif-tekstual. Padahal sebelum ayat ini turun, bangsa
Arab telah mengadopsi sistem lunisolar calendar sebagaimana penanggalan Im
Yang Lik mengalami penambahan satu bulan (interkalasi) sebagai penyeimbang
154 Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Ruswa Darsono yang secara parsial menegaskan
penolakan adanya bulan ke-13 dalam memaknai al-Qur’an surat at-Taubah [9] ayat 36 dengan mendasarkan teks ayat tersebut secara final. Ruswa Darsono, Penanggalan Islam: Tinjauan Sistem, Fiqh dan Hisab Penanggalan, LABDA Press: Yogyakarta, 2010, h. 113.
155 Ibn Jarir at-Tabari, Tafsir at-Tabari, Beirut: Daar al-Fikr, t.t., Juz. X, h. 88-90. Lihat juga Sayyid Qutb, fi Zilal al-Qur’an, Beirut: Daar al-Arabiyah, Cet. IV, Juz. X, h. 190-193.
sehingga menjadi 13 pada beberapa tahun tertentu. Maka disinilah letak
“benang merah” mengenai kesamaan penanggalan Hijriah dan penanggalan Im
Yang Lik. Bahkan dua penanggalan ini tetap bertalian, keduanya merupakan
sistem penanggalan lunar-observasional astronomik visibilitas hilal dijadikan
pedoman dalam menentukan awal bulan, bedanya prinsip ini diadopsi
penanggalan Im Yang Lik pada masa awal ketika terjadi reformasi penanggalan
paling fenomenal dalam sejarah Cina pada tahun 621 SM oleh dinasti Zhou
(1046-256 SM).
Ayat lain yaitu surat al-Baqarah [2] ayat 189 yang berbicara tentang
prinsip penanggalan yang turun sebagai jawaban atas pertanyaan Muadz bin
Jabal dan Tsa’labah bin Ghumamah kepada Rosulullah mengenai ihwal
bulan.
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”.
Dalam Kamus al-Munawir kata bulan sabit (hilal) memiliki 12 makna
dengan berbagai deviasi.156 Sementara al-Qamus al-Muhit menjelaskan makna
kata hilal adalah bulan sabit antara 2-3 malam pertama atau 7-2 malam terakhir
awal bulan.157
Telah dipaparkan di awal mengenai penanggalan Im Yang Lik sebagai
sistem penanggalan lunar-observasional astronomik yaitu visibilitas bulan
156 Makna-makna kata hilal dalam Kamus al-Munawir antara lain bulan sabit, bulan yang
terlihat pada awal bulan, curah hujan, permulaan hujan, air sedikit, dan sebagainya, Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pustaka Progresif, Cet. XXV, 2002, h. 319.
157 Al-Fairuzzabâdi, al-Qomûs al-Muhît, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Alamiyah, Juz. III, 1995, h. 641.
sabit pertama (hilal) pada hakikatnya dijadikan pedoman dalam menentukan
awal bulan. Meskipun sebenarnya penanggalan Im Yang Lik menggunakan
prinsip konjungsi yang tentu belum bisa dikatakan sebagai awal bulan dalam
konteks hisab-rukyah, namun jika melihat ketentuan spesifik penanggalan ini
yang menggunakan local mean time waktu daerah ibukota kota Cina di Beijing
sebesar 1200 BT, maka itu berarti tanggal terjadinya konjungsi telah mendekati
awal bulan karena awal bulan yang menggunakan visibilitas bulan sabit
pertama (hilal) pada umumnya berselang satu atau dua hari setelah terjadi
konjungsi atau ijtimak pada suatu daerah.
Dari penjelasan tersebut, titik pertemuan antara penanggalan Hijriah
dengan Im Yang Lik, diantaranya bahwa keduanya merupakan sistem
penanggalan lunar-observasional astronomik yang mengacu terhadap
konjungsi untuk menentukan awal bulan. Proses perhitungan awal bulan
kamariah dalam penanggalan Hijriah sebelum menentukan tinggi hilal, terlebih
dahulu harus menentukan konjungsi. Pasalnya berawal dari konjungsi ini lalu
dipadukan dengan penambahan koreksi-koreksi lain, maka tinggi hilal dapat
diketahui secara akurat.
Berdasarkan hipotesis di atas, terkait simpul persamaan antara
penanggalan Hijriah dengan Im Yang Lik yang sama-sama mengadopsi sistem
penanggalan lunar-observasional astronomik dengan acuan konjungsi untuk
menentukan awal bulan, penulis tampilkan komparasi antara sistem
penanggalan Masehi (solar system), visibilitas hilal penanggalan Hijriah (lunar
system), dan konjungsi penanggalan Im Yang Lik (lunisolar system).
Bulan Hijriah Bulan Im Yang Lik
2 26 Desember 2011 M 1 Safar 1433 H
12 25 Desember 2011 M 1 Cap Jie Gwee 2562
3 25 Januari 2012 M 1 Rabiul Awal 1433 H
1 23 Januari 2012 M 1 Cia Gwee 2563
4 23 Pebruari 2012 M 1 Rabiul Akhir 1433 H
2 22 Pebruari 2012 M 1 Jie Gwee 2563
5 24 Maret 2012 M 1 Jumadil Awal 1433 H
3 22 Maret 2012 M 1 Sa Gwee 2563
6 23 April 2012 M 1 Jumadil Akhir 1433 H
4 21 April 2012 M 1 Si Gwee 2563
7 22 Mei 2012 M 1 Rajab 1433 H
Lun 21 Mei 2012 M 1 Lun Si Gwee 2563
8 21 Juni 2012 M 1 Sya’ban 1433 H
5 19 Juni 2012 M 1 Go Gwee 2563
9 21 Juli 2012 M 1 Ramadlan 1433 H
6 19 Juli 2012 M 1 Lak Gwee 2563
10 19 Agustus 2012 M 1 Syawal 1433 H
7 17 Agustus 2012 M 1 Cit Gwee 2563
11 17 September 2012 M 1 Dzulqo’dah 1433 H
8 16 September 2012 M 1 Pe Gwee 2563
12 17 Oktober 2012 M 1 Dzulhijjah 1433 H
9 15 Oktober 2012 M 1 Kauw Gwee 2563
1 15 Nopember 2012 M 1 Muharram 1434 H
10 14 Nopember 2012 M 1 Cap Gwee 2563
2 15 Desember 2012 M 1 Safar 1434 H
11 13 Desember 2012 M 1 Cap It Gwee 2563
Tabel 29. Komparasi Awal Bulan Penanggalan Hijriah dengan Im Yang Lik
BAB IV
ANALISIS SISTEM PENANGGALAN IM YANG LIK
Sebuah kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa penanggalan Im Yang
Lik merupakan produk lokal peradaban Cina hasil interaksi rutinitas agenda
kegiatan masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani melalui
pengamatan panjang regularitas alam berpadu dengan konsep filosofi Cina kuno
yang dikemas melalui segmen astronomi. Pergumulan dua aspek ini kemudian
melahirkan sebuah sistem penanggalan sarat nuansa mitologi-astrologi (ramalan)
yang secara parsial merupakan bagian lain dalam sistem penanggalan Im Yang
Lik. Proses akulturasi nilai-nilai lokal yang bersentuhan dengan disiplin ilmu
astronomi menghasilkan kombinasi sistem penanggalan sebagai warisan
kebudayaan tidak ternilai. Proses akulturasi ini tentu tidak lantas menafikan
urgensi penanggalan sebagai sebuah regulasi pedoman waktu dan isyarat adanya
kehidupan.
Dalam sistem lunisolar, sebenarnya terdapat beberapa komponen
perhitungan sebagai instrumen dasar sebuah sistem penanggalan. Namun dalam
kajian penelitian ini, oleh penulis sistem penanggalan Im Yang Lik dibagi menjadi
tiga komponen utama, yaitu konsep hari, bulan dan tahun, serta musim.
A. Konsep Hari
Perhitungan waktu terbagi menjadi 12 waktu (sie) dengan durasi 2 jam
selama satu hari (24 jam). Pembagian hari ditetapkan menurut hou atau
pasaran yang terdiri atas 5 hari. Maka 60 sie atau 5 hari merupakan 1 hou.
Selanjutnya 3 hou atau 15 hari adalah satu jeiqi dan berselang 3 hou
selanjutnya adalah satu zhongqi. Berarti dalam satu bulan terdapat 1 jeiqi dan
1 zhongqi, maka dalam satu tahun terdapat 24 jeiqi dan zhongqi (12 jeiqi dan
12 zhongqi).
1 sie 2 jam
12 sie 24 jam (1 hari)
60 sie (1 hou) 120 jam (5 hari)
1 ciat/khi 15 hari
24 ciat/khi 1 tahun
Tabel 30. Perbandingan Waktu
Pada ranah aplikasi, penanggalan Im Yang Lik memadukan tiga
instrumen sekaligus dalam satu hari, yaitu 12 cabang bumi,158 prinsip kontras
Yin dan Yang,159 dan lima elemen.160 Tiga istrumen tersebut menjadi prinsip
integrasi yang melahirkan makna simbolis dan alegoris yang termanifestasi
dalam bentuk pemilihan 12 hewan yang didasarkan pada Yin atau Yang lalu
diselaraskan pula dengan lima elemen.
Dari terminologi di atas, terdapat sebuah hipotesis bahwa perhitungan
waktu dalam penanggalan Im Yang Lik terdiri atas kombinasi tiga instrumen,
158 Nama-nama ke-12 hewan atau shio (tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda,
kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi) dalam mitologi Cina dianggap telah mewakili cabang dunia. Selengkapnya lihat bab III, h. 67-68.
159 Yang merupakan refleksi prinsip positif seperti aktif, agresif, logis, rasional, berinisiatif, serta mandiri. Sementara Yin adalah refleksi prinsip negatif seperti pasif, penurut, intuitif, emosional, dan ketergantungan. Lihat catatan kaki no. 11, bab III, h. 68.
160 Masyarakat Cina mempercayai bahwa segala sesuatu saling berhubungan dan semua hal ditentukan oleh teori kausalitas (sebab-akibat) yang dipersonifikasikan dalam lima bentuk air, tanah, kayu, logam, dan api. Lihat catatan kaki no. 12, ibid.
yaitu 12 shio, lima elemen, dan dua unsur. Selanjutnya dari kombinasi 3
komponen tersebut menghasilkan nilai 60 tidak lain merupakan periode siklus
dalam penanggalan Im Yang Lik memakan waktu selama 60 tahun.161
Sehingga apabila tahun 2012 Masehi yang bertepatan dengan 2563 tahun
Cina dengan siklus Naga elemen Air unsur Yang akan kembali terulang pada
tahun 2623 (60 tahun kemudian).162
Setiap tahun dalam penanggalan Im Yang Lik pasti memiliki nama
tersendiri, nama tersebut akan kembali terulang setelah 60 tahun kemudian.
Nama tahun tersebut terdiri atas perpaduan dua komponen, 10 arah langit dan
12 hewan (shio). Untuk mengetahui nama tahun, maka harus dengan dua
langkah perhitungan, yaitu mencari nama arah langit dan nama shio. Ketika
mencari arah langit, tahun yang sedang dihitung kurangi 3 lalu dibagi 10.
Metode ini lalu dirubah menjadi angka pecahan campuran, kemudian lihat
tabel 21, nilai pembilang adalah nama arah langit.
Sedangkan untuk mencari shio, tahun yang sedang dihitung kurangi 3
lalu dibagi 12. Kemudian untuk mencari arah langit, tahun yang sedang
dihitung juga kurangi 3 lalu dibagi 10. Metode ini lalu dirubah menjadi angka
pecahan campuran, kemudian lihat tabel 21, nilai pembilang adalah nama
161 Angka 60 diperoleh dari kelipatan nilai terkecil atau KPK dari bilangan 12, 5 dan 2.
Metode lain yaitu angka 60 marupakan penggabungan dua unsur secara berpasangan antara 10 arah langit dan 12 cabang bumi atau shio menjadi siklus tahunan selama 60 tahun.
162 Pada masa dahulu, siklus ini sangat umum di semenanjung Timur Asia dan digunakan untuk pemberian nomor dan penunjukan tahun. Penggunaan nama 12 hewan terutama digunakan sebagai ukuran populer bagi petani yang mayoritas buta huruf dan mereka yang tidak mampu secara teknis untuk mengidentifikasi tahun. Helmer Aslaksen, the Mathematics of the Chinese Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010, h. 21.
shio dan arah langit. Misalnya nama tahun Cina 2563 atau 2012 M adalah
ren-chen, karena hasil perhitungan sebagai berikut:
2012 – 3 = 2009
2009 = 167 5 12 12 nilai pembilang 5 = chen (naga)
2009 = 200 9 10 10
nilai pembilang 9 = ren (utara) elemen air dan unsur Yang
Jadi tahun 2012 atau 2563 bernama Ren-Chen (naga utara) dengan
elemen air dan unsur Yang. Nama tahun ini akan terulang kembali 60 tahun
kemudian yaitu pada tahun 2072 masehi atau 2623 tahun Cina.
Secara mitologis-filosofis, terdapat pola hubungan hewan dengan jam
dan alasan mengapa hewan-hewan itu dipilih untuk diproyeksikan dalam
setiap jam. Seperti jam Tzu (23.00 - 01.00) kekuatan unsur Yin dianggap
mencapai titik utama pada saat puncak keheningan malam. Sebaliknya jam
Wu (11.00 - 13.00) ketika unsur Yang mencapai ketinggian yang terbesar saat
puncak siang hari. Contoh lain yaitu jam Mao (05.00 – 07.00) unsur Yin
mencapai kekuatannya pada pagi hari, saat peralihan waktu saat fajar ke pagi
hari. Sedangkan kebalikannya yaitu jam Yu (17.00 – 19.00) dengan energi
Yang di sore hari, peralihan dari waktu sore ke malam hari.163
Dalam pada itu, melihat realita pedoman awal perhitungan hari
penanggalan Im Yang Lik pada tabel 16, terlihat jelas perbedaan signifikan
163 Mengenai konsep hari dalam jam lihat tabel 16, h. 70.
antara penanggalan Hijriah, Masehi, dan Im Yang Lik. Pada penanggalan
Hijriah, visibilitas bulan sabit pertama yang terjadi di langit sebelah barat
setelah matahari terbenam, dijadikan permulaan perhitungan hari (setelah
matahari terbenam). Sementara dalam penanggalan Masehi yang memiliki
jumlah hari konstan dan menggunakan pedoman waktu Greenwich Mean
Time (GMT) atau Universal Time (UT),164 maka awal perhitungan hari adalah
tengah malam.
Berbeda dengan penanggalan Im Yang Lik, mengingat sistem
penanggalan ini menggunakan pedoman periode konjungsi dalam memulai
perhitungan awal bulan serta menggunakan pedoman waktu local mean time
(LMT), maka awal perhitungan hari dimulai pada jam berapa pun saat tepat
jam terjadinya konjungsi, tetapi pergantian hari dimulai pada waktu tengah
malam yaitu jam Tzu (23.00 - 01.00). Namun yang perlu diingat bahwa batas
bujur barat (BB) dan bujur timur (BT) suatu wilayah merupakan batas hari,
seseorang yang berada di wilayah bujur barat pada hari Ahad lalu
menyebrang ke wilayah bujur timur, maka harus mengganti hari menjadi
Senin. Begitu juga sebaliknya apabila menyebrang dari bujur timur menuju
bujur barat, maka harus memundurkan hari menjadi Ahad. Sayangnya tidak
ada ketetapan mengenai nama-nama hari dalam penanggalan ini, karena
hanya mengikuti siklus waktu (jam) yang terulang dari jam (23.00 - 01.00)
sampai jam Hai (21.00 – 23.00).
164 GMT merupakan singkatan dari Greenwich Mean Time atau International Civil Time dalam bahasa Arab dikenal al-waqt al-wasathi al-griniti atau al-waqt al-wasathi al-alami yaitu waktu rata-rata yang didasarkan pada bujur 00 (bujur kota Greenwich Inggris) yang berlaku internasional diseluruh dunia. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab-Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008, h. 28.
Gambar 2. Greenwich Mean Time/Universal Time165
Daerah yang mempunyai garis bujur sama akan mempunyai waktu yang
sama pula, tetapi berbeda perbandingan siang dan malamnya. Setiap
perbedaan sebesar 150 akan terjadi perbedaan 1 jam, setiap 10 akan berbeda 4
m, setiap 15’ akan berbeda 1 m, setiap 1’ akan berbeda 4d, setiap 150 akan
berbeda 1d.166 Jenis waktu yang terkait dengan gerakan matahari yang diamati
di meridian Greenwich (bujur 00) adalah Universal Time (UT) atau
Greenwich Civil Time yang sering disebut Greenwich Mean Time (GMT).
Negara Cina yang memiliki bujur 1200, terdapat perbedaan 8 jam dari
waktu GMT, mengingat 1200 ÷ 150 = 8 jam. Bagi yang tinggal di Cina, waktu
lokal (local mean time/LMT) Cina adalah GMT + 8 jam atau lebih tepat UT +
8 jam.167 Sehingga apabila konjungsi terjadi pada pukul 22.00 UT hari
Jum’at, maka di negara Cina adalah pukul 06.00 LMT hari Sabtu.
165 http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/time.htm (diunduh pada Jum’at, 27
April 2012). 166 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1: Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia, Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2011, h. 96. 167 Rinto Anugraha, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Jurusan Fisika Universitas
Gadjah Mada, 2012, h. 20.
B. Konsep Bulan dan Tahun
Penanggalan Im Yang Lik bukanlah sebuah sistem penanggalan lunar
murni, karena di samping berdasarkan peredaran bulan juga diselaraskan
dengan peredaran musim yang dipengaruhi oleh letak matahari. Sehingga
penanggalan ini dapat digunakan untuk menentukan bulan baru, purnama, dan
peredaran musim.
Seiring dengan perkembangan ilmu astronomi Cina yang pernah
menjadikan konsep pijakan awal bulan dengan purnama yang dapat
dibuktikan dengan ragam perayaan yang diperingati setiap tanggal 15, seperti
perayaan Cap Go Meh pada tanggal 15 Chia Gwee, sembahyang Tiong Gwan
pada tanggal 15 Jit Gwee, atau He Gwan pada tanggal 15 Cap Gwee yang
menggunakan perhitungan penanggalan Im Yang Lik murni. Akan tetapi
untuk memastikan bulan purnama benar-benar terjadi pada tanggal 15 sangat
relatif karena dipengaruhi fase bulan yang fluktuatif.
Kita dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata bulan purnama dapat
jatuh pada variasi tanggal antara 14, 15, 16 atau 17. Berdasarkan data tanggal
terjadinya bulan purnama dalam kurun waktu tahun 1984-2049, paling sering
terjadi adalah pada hari ke-16 yang berjumlah 380 kali. Setelah itu hari ke-15
sebanyak 306 kali, hari ke-17 sebanyak 124 kali, dan hari ke-14 terjadi
purnama enam kali.168
168 Helmer Aslaksen, loc.cit.
Tanggal 14 15 16 17
Kuantitas 6 306 380 124
Tabel 31. Estimasi Bulan Purnama Tahun 1984-2049
Selanjutnya, sebagaimana paparan pada bab sebelumnya bahwa
penanggalan Im Yang Lik memiliki jumlah bulan sebanyak 12 bulan pada
tahun biasa dan mencapai 13 bulan pada tahun panjang, hanya saja tidak ada
ketetapan jumlah hari dalam bulan-bulan didalamnya, bisa berumur 353, 354
atau 355 hari bahkan berumur 383, 384 atau 385 hari. Kenyataan ini
disebabkan karena penanggalan Im Yang Lik mengadopsi dua prinsip kontras,
perhitungan tahun menggunakan periode tahun tropis yang membutuhkan
masa 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m 46d sementara perhitungan bulan
menggunakan periode sinodis yang berdurasi 29,530588 hari atau 29h 12j 44m
2,8d. Sehingga periode sinodis selalu mengalami kekurangan jumlah hari
untuk mengejar defisit hari periode tahun tropis, maka durasi hari dalam satu
bulan berjumlah 29 atau 30 hari dalam 12 atau 13 bulan.
Apabila penanggalan Im Yang Lik konsisten terhadap pedoman fase
bulan baru dengan periode sinodis bulan, ketika diakumulasikan dalam kurun
waktu satu tahun (12 bulan x 29,530588 hari), maka berjumlah 354,367056
hari. Menjadikan penanggalan ini sekitar 11 hari lebih pendek dari tahun
tropis seperti yang terjadi pada penangggalan Hijriah. Padahal aplikasi
penggunaan penangalan Im Yang Lik sangat bertalian erat dengan peredaran
musim yang harus patuh berpedoman pada periode tahun tropis.
Konsekuensi akibat kekurangan ini jika terakumulasi maka diperlukan
satu bulan sisipan (interkalasi) yang ditambahkan pada tahun-tahun tertentu
sebagai penyeimbang untuk penyesuaian agar sistem ini selaras dengan
pergerakan matahari atau musim. Dapat dikatakan bahwa penanggalan Im
Yang Lik yang menganut sistem lunisolar calendar menggunakan periode
sinodis bulan sebagai unit dasar dan menambahkan satu bulan untuk
menyesuaikan dengan periode tahun tropis.
Dengan penambahan bulan ini, pada tahun yang didalamnya terdapat
interkalasi (tahun kabisat atau tahun panjang) jumlah hari mencapai 383, 384
atau 385 hari yang terakumulasi dalam 13 bulan. Adanya bulan ke-13 atau
bulan sisipan merupakan konsekuensi dari perbedaan antara tahun matahari
(Yang Lik) dengan tahun bulan (Im Lik) yaitu 11 hari tiap tahun atau 7 bulan
tiap 19 tahun. Sehingga cara menyeimbangkan tahun matahari dengan tahun
bulan adalah dengan rumus 19 tahun = 19 tahun solar + 7 bulan lunar.
Dengan demikian dalam kurun waktu 19 tahun solar terdapat tujuh lunar
sebagai bulan sisipan. Ini dinamakan siklus metonik.169
Perhitungan dalam siklus metonik menyatakan bahwa 19 tahun tropis
hampir sama dengan 235 bulan sinodis, kesimpulan ini dilihat dari keduanya
yang memiliki jumlah hari sama sebanyak 6939 hari. Dalam pada itu, terdapat
169 Siklus Metonik telah dikenal oleh astronom Yunani Meton sejak 432 SM, sementara di
daerah Babilonia sekitar 500 SM dan didataran Cina sekitar 600 SM. Siklus Metonic digunakan dalam beberapa konsep perhitungan, seperti pedoman penanggalan Yahudi, acuan perhitungan Paskah, dan pedoman penanggalan Cina. Baca L. E. Doggett, Calendar and Their History, the article is reprinted from Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, P. Kenneth Seidelmann (ed), University Science Books, Sausalito, California, 2009, h. 5. Baca juga Zhang Jieping, String of Short Months and Long Months in the Chinese Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2002, h. 9.
pula kecocokan perhitungan apabila 19 tahun x 12 bulan + 7 lompatan
hasilnya 235 bulan. Maka kita mendapatkan formula absolut perhitungan
penanggalan lunisolar yang tepat apabila memasukkan 7 bulan lompatan
dalam setiap periode 19 tahun.
Namun jika ditelusuri bahwa antara 19 tahun tropis dengan 235 bulan
sinodis masih terdapat perbedaan dua jam. Perbedaan ini merupakan
akumulasi hasil komparasi perhitungan keduanya. Dari 19 tahun tropis sama
dengan 6939,6018 hari atau 6939h 14j 26m 36d berdasarkan hasil perhitungan
19 tahun x 365,2422 hari, sementara dari 235 bulan sama dengan 6939.6884
hari 6939h 16j 31m 18d berdasarkan hasil perhitungan 235 bulan x 29,53
hari.170
Disparitas jumlah hari ini merupakan konsekuensi lain atas regulasi
sistem tradisional yang diadopsi oleh penanggalan Im Yang Lik. Penanggalan
ini menggunakan periode tahun seperti halnya periode tahun tropis, namun
yang membedakan yaitu permulaan tahun dimulai dari tahun baru Cina ke
tahun baru Cina berikutnya yang harus jatuh pada musim semi (lichun).
Imbasnya jumlah hari berjalan eskalatif. Dalam istilah Cina, periode ini
dikenal dengan nian171 yang diterapkan dalam penanggalan Im Yang Lik.
170 Helmer Aslaksen, Heavenly Mathematics: The Mathematics of the Chinese, Indian,
Islamic, and Gregorian Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010, h. 8.
171 Tahun nian adalah periode tahun dari satu tahun baru Cina ke tahun baru Cina berikutnya. Dalam konsep Cina mengukur waktu dari satu titik balik matahari Desember ke Desember berikutnya dan menyebutnya tahun tropis karena mengukur kembalinya Matahari untuk tropis yang sama. Sedangkan dalam astronomi barat mengukur waktu antara dua equinoxes Maret dan menyebutnya tahun tropis. Lihat bab III, h. 74.
Menurut catatan Helmer Aslaksen, jumlah hari dalam periode nian
antara tahun 1911 hingga 2110 terdapat varian umur hari.172 Selengkapnya
lihat tabel berikut.
Jml. Hari 353 354 355 383 384 385
Kuantitas 1 84 41 5 66 3
Tabel 32. Durasi Hari Penanggalan Im Yang Lik Tahun 1911-2110
Untuk memperjelas keterangan mengenai periode siklus metonik yang
berdurasi 19 tahun, berikut penulis lampirkan daur 19 tahun tropis dengan
letak tahun kabisat beserta bulan sisipan antara tahun 1986-2023.
Tahun Jml. Th. Kurun Waktu Th. Lun Bl. Lun
1 – 3 3 1986 - 1988 1987 ke-6
4 – 6 3 1989 - 1991 1990 ke-5
7 – 9 3 1992 - 1994 1993 ke-3
10 – 11 2 1995 - 1996 1995 ke-8
12 – 14 3 1997 - 1999 1998 ke-5
15 – 17 3 2000 - 2002 2001 ke-4
18 – 19 2 2003 - 2004 2004 ke-2
1 – 3 3 2005 - 2007 2006 ke-7
4 – 6 3 2008 - 2010 2009 ke-5
7 – 9 3 2011 - 2013 2012 ke-4
10 – 11 2 2014 - 2015 2015 ke-9
12 – 14 3 2016 - 2018 2017 ke-6
15 – 17 3 2019 - 2021 2020 ke-4
18 – 19 2 2022 - 2023 2023 ke-2
Tabel 33. Siklus 19 Tahun Tropis
172 Helmer, loc.cit.
Tabel di atas memperlihatkan tahun kabisat untuk menyeimbangkan
tahun matahari dengan tahun bulan didalamnya terdapat bulan sisipan
(interkalasi) terjadi tujuh kali dalam kurun waktu 19 tahun solar, tujuh lunar
sebagai sisipan terjadi dengan urutan pada tahun 3, 3, 3, 2, 3, 3, dan 2.
Dalam pada itu, melihat aturan baku penanggalan Im Yang Lik, bahwa
saat terjadinya konjungsi pada bulan Desember harus selalu jatuh pada bulan
ke-11 sistem penanggalan Cina (bulan Cap It Gwee) dan bulan baru ke-2
setelah bulan ke-11 tahun sebelumnya adalah awal tahun baru Cina, namun
jika bulan baru berjumlah 13 bulan, maka pada tahun tersebut terdapat bulan
sisipan, sehingga kita tentukan terlebih dahulu letak dari bulan sisipan itu
dengan cara melihat bulan yang tidak ada zhongqi (Z). Setelah bulan yang
didalamnya tidak terdapat Z ditemukan, itulah letak bulan sisipanya. Jika
sudah dapat teridentifikasi tahun yang didalamnya terdapat bulan sisipan,
maka konjungsi bulan Desember menjadi bulan ke-12 (bulan Cap Jie) dan
konjungsi sebelumnya yaitu bulan Nopember menjadi bulan ke-11 (bulan
Cap It Gwee).
Sehingga dapat dipastikan pula bahwa tahun baru Cina akan selalu jatuh
antara 21 Januari (3000) hingga 21 Februari (3300). Bujur matahari pada
kisaran tersebut adalah posisi strategis untuk menempatkannya sebagai
permulaan tahun Cina, mengingat bujur matahari yang berkisar 2700 sampai
2800 dijadikan bulan ke-11 dalam penanggalan Im Yang Lik. Maka secara
otomatis konjungsi yang terjadi antara 21 Januari hingga 21 Februari adalah
perayaan tahun baru Imlek. Untuk memastikan hipotesis tersebut, berikut
penulis tuliskan perayaan Imlek mulai tahun 1986 sampai tahun 2023 masehi.
Tahun Th. Baru Imlek Tahun Th. Baru Imlek
1986 9 Februari 2005 9 Februari
1987 29 Januari 2006 29 Januari
1988 17 Februari 2007 18 Februari
1989 6 Februari 2008 7 Februari
1990 27 Januari 2009 26 Januari
1991 15 Februari 2010 14 Februari
1992 4 Februari 2011 3 Februari
1993 23 Januari 2012 23 Januari
1994 10 Februari 2013 10 Februari
1995 31 Januari 2014 31 Januari
1996 19 Februari 2015 19 Februari
1997 7 Februari 2016 8 Februari
1998 28 Januari 2017 28 Januari
1999 16 Februari 2018 16 Februari
2000 5 Februari 2019 5 Februari
2001 24 Januari 2020 25 Januari
2002 12 Februari 2021 12 Februari
2003 1 Februari 2022 1 Februari
2004 22 Januari 2023 22 Januari
Tabel 34. Perayaan Imlek Tahun 1986-2023
Pada tahun 2012 M, perayaan Imlek 2563 terjadi pada tanggal 23
Januari 2012 M. Pasalnya bujur matahari pada bulan ke-11 atau Cap It Gwee
2562 tanggal 22 Desember 2011 M bernilai 2700, sehingga –sebagaimana
dalam aturan bahwa bulan ke-2 setelah konjungsi bulan ke-11 atau Cap It
Gwee− konjungsi tanggal 23 Januari 2012 adalah bulan ke-1 atau Cia Gwee
2563.
Berikutnya tahun 2013 M, perayaan Imlek 2564 terjadi pada tanggal 10
Februari 2013 M. Pasalnya bujur matahari pada bulan ke-11 atau Cap It Gwee
2563 tanggal 21 Desember 2012 M bernilai 2700, sehingga bulan ke-2 setelah
konjungsi bulan ke-11 atau Cap It Gwee− konjungsi tanggal 10 Februari 2013
M adalah bulan ke-1 atau Cia Gwee 2564, dan seterusnya.
C. Konsep Musim
Mengingat posisi geografis negeri Cina (kota Beijing) yang terletak
pada 390 56’ LU dan 1160 17’ BT173 merupakan salah satu negara di Asia
Timur dengan iklim sub tropis,174 maka daerah didalamnya terdapat empat
musim, semi (vernal equinox), panas (summer solstice), gugur (autumnal
equinox), dan dingin (winter solstice).
Empat musim tersebut pada belahan bumi utara memiliki pedoman
tanggal, musim semi terjadi sekitar periode Februari-April, musim panas
173 http://ind.timegenie.com/city.time (diunduh pada Selasa, 21 Februari 2012). 174 Subtropis adalah wilayah bumi yang berada di utara dan selatan setelah wilayah tropis
yang dibatasi oleh garis balik utara dan garis balik selatan pada lintang 23,50 utara dan selatan. Daerah subtropis di Bumi terbagi menjadi dua wilayah, yaitu subtropis belahan bumi utara yang meliputi sebagian besar wilayah eropa (kecuali Skandinavia), kawasan Asia (Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Barat sebelah utara), Amerika Serikat, Afrika Utara dan Afrika Selatan. Sedangkan iklim subtropis dibelahan bumi sebelah selatan meliputi Australia dan Amerika Selatan. Khumaedi, (ed), Rotasi dan Revolusi Bumi. Dapat dilihat pada situs http://bptikp-jateng.net/data/mpi/mpi/IPA/sd/rotasirevolusibumi.swf (Diunduh pada Selasa, 21 Februari 2012).
terjadi sekitar periode Mei-Juni, musim gugur terjadi sekitar periode Agustus-
Oktober, dan musim dingin terjadi sekitar periode November-Januari.175
Sedangkan pada wilayah bumi belahan selatan mengalami musim
kebalikan dari belahan bumi utara, musim gugur terjadi sekitar periode
Februari-April, musim dingin terjadi sekitar periode Mei-Juni, musim semi
terjadi sekitar periode Agustus-Oktober, dan musim panas terjadi sekitar
periode November-Januari.
Periode Bumi Utara Bumi Selatan
Februari – April Semi Gugur
Mei – Juli Panas Dingin
Agustus – Oktober Gugur Semi
November – Januari Dingin Panas
Tabel 35. Siklus Musim Sepanjang Tahun
Dari paparan mengenai empat titik musim di atas, korelasi musim-
musim yang terdapat dalam penanggalan Im Yang Lik dikenal dengan istilah
khi (pedoman peredaran matahari) dalam satu tahun terdapat 12 khi (tabel
18). Tetapi dari 12 khi tersebut, hanya empat khi yang relevan dengan konsep
empat titik musim peredaran matahari astronomi modern.
1. Chunfen (pertengahan musim semi) yang terjadi sekitar tanggal 21 Maret.
2. Xiazhi (pertengahan musim panas) yang terjadi sekitar tanggal 22 Juni.
175 Aturan tradisional untuk tanggala pada titik-titik equinoxes dan solstices adalah 25
Maret, 24 Juni, 24 September, dan 25 Desember. Sedangkan aturan kontemporer berdasar fenomena iklim sebenarnya adalah 21 Maret, 22 Juni, 23 September, dan 22 Desember.
3. Qiufen (pertengahan musim gugur) yang terjadi sekitar tanggal 23
September.
4. Dhongzhi (pertengahan musim dingin) yang terjadi sekitar tanggal 22
Desember.
Empat titik musim tersebut mempunyai periode tersendiri, periode
vernal equinox mulai 4 Februari sampai 20 April, periode summer soltice
mulai 6 Mei sampai 23 Juli, periode autumnal equinox mulai 8 Agustus
sampai 24 Oktober, dan terakhir periode winter soltice mulai 8 Nopember
sampai 20 Januari.176
Khi Periode Musim ELM
Chunfen 4 Februari - 20 April Vernal Equinox (Semi) 00 BT
Xiazhi 6 Mei - 23 Juli Summer Soltice (Panas) 900 BT
Qiufen 8 Agustus - 24 Oktober Autumnal Equinox (Gugur) 1800 BT
Dhongzhi 8 Nopember - 20 Januari Winter Soltice (Dingin) 2700 BT
Tabel 36. Komparasi Periode Musim Tahun Tropis dengan Khi
Selanjutnya dalam penanggalan Im Yang Lik dikenal pembagian 24 titik
musim yang sebenarnya berpedoman terhadap siklus tropis matahari yang
menempuh jarak 3600 dalam satu tahun (12 bulan) dan dibagi menjadi 24
musim, maka satu bulan terdapat dua musim dengan rentan bujur 150.
Besaran bujur tersebut merupakan generalisasi dari solstices dan ekuinoks
176 Mengenai komparasi musim Cina dengan astronomi modern lihat Hendrik Agus
Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif & Harmonis, 2000, h. 51.
yang memotong musim pada lintasan ekliptika177 menjadi empat busur utama
sebesar 900.178 Dalam istilah Cina dikenal jieqi (J) dan zhongqi (Z).179
No. Nama Periode Tanggal ELM J–1 Lichun Chunfen 4 Februari 3150 Z–1 Yushui Chunfen 19 Februari 3300 J–2 Jingzhe Chunfen 6 Maret 3450 Z–2 Chunfen Chunfen 21 Maret 00 J–3 Quingming Chunfen 5 April 150 Z–3 Guyu Chunfen 20 April 300 J–4 Lixia Xiazhi 6 Mei 450 Z–4 Xiaoman Xiazhi 21 Mei 600 J–5 Mangzhong Xiazhi 6 Juni 750 Z–5 Xiazhi Xiazhi 22 Juni 900 J–6 Xiaoshu Xiazhi 7 Juli 1050 Z–6 Dashu Xiazhi 23 Juli 1200 J–7 Liqiu Qiufen 8 Agustus 1350 Z–7 Chushu Qiufen 23 Agustus 1500 J–8 Bailu Qiufen 8 September 1650 Z–8 Qiufen Qiufen 23 September 1800 J–9 Hanlu Qiufen 8 Oktober 1950 Z–9 Shuangjiang Qiufen 24 Oktober 2100 J–10 Lidong Dhongzhi 8 November 2250 Z–10 Xiaoxue Dhongzhi 22 November 2400 J–11 Daxue Dhongzhi 7 Desember 2550 Z–11 Dhongzhi Dhongzhi 22 Desember 2700 J–12 Xiaohan Dhongzhi 6 Januari 2850 Z–12 Dahan Dhongzhi 20 Januari 3000
Tabel 37. Periode Musim Khi
177 Lintasan ekliptika yaitu lingkaran besar dalam bola langit yang merupakan lintasan
tahunan matahari. Ekliptika memiliki sudut kemiringan 23° 26‘ derajat terhadap ekuator. Iratius Radiman, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu Yang Bertautan, Bandung: Penerbit ITB, 1980, h. 26.
178 Bandingan dengan gambar 1, h, 83. 179 Keduanya memiliki peran penting sebagai panduan perhitungan petani Cina tradisional
dan penyeimbang antara penanggalan Im Yang Lik dengan regulasi musim dalam sistem solar (lihat tabel 37). Alasan utama pengunaan variasi musim jieqi dan zhongqi adalah untuk tanggal penanda musiman yang digunakan pedoman para petani masa lalu. Selengkapnya mengenai jeiqi dan zhongqi lihat bab III, h. 83.
Sebenarnya banyak terjadi anomali keselarasan antara tanggal
penanggalan Im Yang Lik dengan fenomena musim idealnya. Anomali
mencolok yaitu pada tanggal 8 Agustus di sebagian besar wilayah Eropa
masih mengalami puncak musim panas, sedangkan dalam penanggalan Im
Yang Lik merupakan awal musim gugur. Kemudian tanggal 8 Nopember di
sebagian besar wilayah Eropa masih musim gugur tetapi dalam penanggalan
Im Yang Lik merupakan musim dingin, dan lain sebagainya.180
Selanjutnya pembahasan mengenai sistem penanggalan Im Yang Lik
sebagaimana penjabaran dari bab-bab sebelumnya, penulis mencoba
menampilkan secara objektif kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam
sistem penanggalan ini.
Penanggalan Im Yang Lik
No. Kelebihan Kekurangan
1 Dalam konsep hari, penanggalan ini mengikuti konsep yang terus berulang secara konstan, hanya tinggal mengurutkan.
Tidak terdapat nama-nama hari sebagaimana sistem penanggalan lain, sehingga kesulitan dalam memprediksi jumlah hari.
2 Penentuan awal bulan yang berpedoman terhadap konjungsi dapat teridentifikasi secara akurat melalui perhitungan modern.
Penanggalan ini terlalu rigid dan ekslusif karena perhitungan hanya menggunakan waktu lokal (LMT) Cina sebesar 1200 BT.
3 Penanggalan ini selalu relevan dengan titik musim yang mengikuti tahun tropis, menjadikannya dapat diterapkan sebagai acuan musim.
Meskipun relevan dengan musim, namun masih inkonsisten dengan tanggal musim-musim dalam konsep astronomi modern.
Tabel 38. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Penanggalan Im Yang Lik
180 Untuk mengecek musim penanggalan Im Yang Lik lihat tabel 23, h. 84. Sementara data
analisis mengenai anomali musim dengan penanggalan lihat Halmer Aslaksen, op.cit, h. 16.
Maka tidak ada keraguan bahwa memang sering kali terdapat inrelevan
antara penanggalan Im Yang Lik dengan musim yang sebenarnya
berlangsung, bahkan bisa dikatakan penanggalan ini masih belum bisa secara
konsisten menyesuaikan dengan fenomena iklim yang sebenarnya. Tentu
lebih konsisten jika menentukan musim dengan acuan sistem penanggalan
Masehi yang mengadopsi sistem solar.
Pasalnya penanggalan Masehi memang didesain mengikuti siklus
musim, tetapi −dari sudut pandang simetri tradisional− aturan sistem solar
dalam penanggalan Masehi melanggar keseimbangan harmonis yang begitu
dihargai oleh pikiran sebagian besar komunitas Tionghoa. Tidak jarang
eksponen Tionghoa mengorbankan realitas obyektif demi simetri tradisional,
karena komunitas Tionghoa selalu menikmati kepuasan estetika dan
keamanan psikologi mengetahui bahwa beberapa fase bulan akan selalu jatuh
pada hari yang sama setiap bulan.181
Bagaimanapun, aturan-aturan dalam penanggalan Cina telah
memungkinkan untuk menselaraskan dengan refleksi kebudayaan mereka.
Namun pada sisi lain, sistem penanggalan Im Yang Lik menghindari inrelevan
antara penanggalan dengan musim seperti terjadi pada sistem lunar yang
diadopsi oleh penanggalan Hijriah yang berjalan regresif tanpa upaya
periodik untuk menyesuaikan dengan pergerakan matahari.
Tidak dipungkiri bahwa penanggalan Im Yang Lik merupakan produk
zaman klasik yang lahir dari konteks kebudayaan astronomi Cina kuno yang
181 Lihat kolom Suplemen harian Suara Merdeka, 22 Januari 2012, h. 1.
sarat nuansa mitologi-astrologi. Persoalan yang banyak ditakutkan adalah
problem serius mengenai pudarnya pesona dan kesakralan suatu tradisi
absolut, dalam konteks ini penanggalan Im Yang Lik, tetapi kekhawatiran itu
tidak terjadi. Pasalnya menilik pada epistemologi diskursus sistem
penanggalan yang berkembang dan berlaku di dunia secara hipotesis dapat
dinyatakan bahwa kajian sistem penangggalan Im Yang Lik sesungguhnya
telah bersentuhan bahkan mengadopsi astronomi modern lebih awal
dibanding sistem penanggalan Masehi atau Hijriah182 dan hingga kini tetap
dilestarikan.
Meskipun regulasi penanggalan Im Yang Lik telah lahir sejak abad 13
SM dengan berbagai reformasi mengiringi dinamika perjalanan waktu
manusia, namun tetap terjadi interaksi secara intensif antara kehidupan statis
para petani Cina klasik yang mengandalkan realitas alam dengan
perkembangan astronomi kontemporer yang semakin mutakhir.
Transformasi pengetahuan dan nilai-nilai tradisional penanggalan Im
Yang Lik secara turun-temurun dari generasi ke generasi terus berlanjut
menjadi kredo tradisi Cina yang tetap disakralkan hingga era modern seperti
sekarang.
Ekspresi kepatuhan terhadap nilai-nilai tradisional penanggalan Im
Yang Lik klasik terefleksi melalui sikap penjagaan dan keterikatan tinggi
182 Penanggalan Im Yang Lik dengan regulasi sistem kontemporer mulai diberlakukan sejak abad 2 SM, penanggalan Masehi (Gregorius) sejak akhir abad 15 M, dan penanggalan Hijriah sejak abad 6 M. Para ahli mengakui bahwa penanggalan Im Yang Lik merupakan penanggalan tertua yang digunakan didunia. Selengkapnya lihat Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi Hijriah, dan Jawa, Semarang: IAIN Walisongo, 2009, h. 15.
(high commitment) bahwa pada kenyataannya para eksponen Tionghoa di
Indonesia tidak melakukan perhitungan sendiri, mereka hanya menginduk
pada hasil perhitungan yang telah dilakukan di negeri Cina. Bahkan dalam
pedoman local mean time (LMT) sekalipun hanya menggunakan time zone183
waktu daerah Beijing (ibukota Cina) sebesar 1200 BT.184
Berkenaan momentum hari besar dalam penanggalan Im Yang Lik
menurut kepercayaan masyarakat Cina berjumlah 14 perayaan.185 Akan tetapi
dari 14 perayaan tersebut, hanya terdapat lima peringatan utama terkait
musim yang disakralkan dan rutin dilaksanakan di beberapa negara di belahan
dunia, perayaan itu antara lain Imlek menyambut musim semi yang menandai
awal tahun Cina, Cap Go Meh memperingati purnama pertama pasca Imlek,
Qingming menyambut musim cerah, Peh Cun menyambut pertengahan
musim panas, dan Tong Cu Pia menyambut pertengahan musim gugur.186
183 Local mean time dapat diartikan waktu setempat, dalam konteks ini waktu tempat
Beijing Cina. Sementara Time zone yaitu perbedaan waktu yang berlaku setempat dengan waktu umum (universal time) yang dipakai sebagai pedoman. Tempat-tempat yang berada di sebelah barat Greenwich (bujur 00) mempunyai nilai negatif. Sedangkan tempat-tempat yang berada di sebelah timur Greenwich (bujur 00) mempunyai nilai positif. Selengkapnya lihat bab III, catatan kaki no. 35.
184 Hasil wawancara dengan Prof. Thomas Djamaluddin (peneliti LAPAN Bandung) pada Sabtu, 17 Desember 2012 tentang wacana memunculkan gagasan penanggalan Cina konteks keindonesiaan oleh penulis yang disanggah olehnya dengan argumen diatas.
185 Terdapat 14 momentum perayaan dalam penanggalan Im Yang Lik yang terkait ritual ibadah kepercayaan komunitas tionghoa secara umum yaitu, 1. Tahun baru Imlek (1 Chia Gwee), 2. Sembahyang King Thi Kong (8 Chia Gwee), 3. Cap Go Meh (15 Chia Gwee), 4. Ci Sing Ki Sien/hari wafat Konghucu (18 Jie Gwee), 5. Qingming/ziarah makam leluhur (5 April), 6. Twan Wang Ciat/dayung perahu (5 Go Gwee), 7. Sembahyang Tiong Gwan/arwah leluhur (15 Jit Gwee), 8. Sembahyang King Ho Ping/arwah umum (29 Jit Gwee), 9. Sembahyang Tong Cu Pia/pertengahan musim gugur (15 Pe Gwee), 10. Lahir Khonghucu (27 Pe Gwee), 11. Sembahyang He Gwan/malaikat bumi (15 Cap Gwee), 12. Tang Cik/genta rohani (22 Desember), 13. Ji Si Siang Ang/hari persaudaraan/malaikat dapur (4 Cia Gwee), dan 14. Tie Sek/sembahyang tutup tahun (akhir Cap Jie Gwee). Lihat tabel 27, h. 91.
186 Hng Wee Kwan (ed), op.cit, h. 33.
Dari lima perayaan masyarakat Tionghoa tersebut, terlihat jelas bahwa
perayaan Qingming, Peh Cun, dan Tong Cu Pia menggunakan pedoman yang
mengacu terhadap solar sistem (matahari). Perayaan Qingming diperingati
pada titik cerah musim semi (vernal equinox) dibelahan bumi utara yang
terjadi sekitar tanggal 4 April pada tahun kabisat atau 5 April pada tahun
biasa. Selanjutnya adalah Peh Cun yang dirayakan menyambut datangnya
pertengahan musim panas (mid-summer solstice) yang terjadi sekitar tanggal
22 Juni di belahan bumi utara. Sedangkan Tong Cu Pia juga berpedoman
terhadap sistem solar, karena perayaan ini terjadi sekitar tanggal 23
September merupakan pertengahan titik musim gugur (mid-autumn equinox)
di belahan bumi utara.187
Berbeda dengan tiga perayaan sebelumnya, Imlek dan Cap Go Meh
tetap konsisten berpedoman pada perhitungan yang tersaji dalam sistem
penanggalan Im Yang Lik. Imlek yang diperingati setiap tanggal 1 Cia Gwee
dan Cap Go Meh tanggal 15 Cia Gwee memang murni mengacu pada
perhitungan penanggalan Im Yang Lik, tetapi untuk mengetahuinya tetap
harus mendeteksi dua hal terlebih dulu. Dua hal tersebut yaitu
memperhitungkan terjadinya konjungsi pada bulan Desember (bulan ke-11
187 Hasil wawancara dengan Mulyono Chandra (tokoh masyarakat Muslim Tionghoa yang
juga pemerhati budaya Cina) pada Kamis, 2 Februari 2012 di kantor toko kaca Surya Jl. Pekojan No.10. Mengenai empat perayaan tersebut dapat dibandingkan pula dengan Hng Wee Kwan (ed), op.cit, h. 33.
atau perayaan dongzhi) dan tanggal terjadinya konjungsi pada bulan tepat saat
perayaan Imlek.188
Dalam pada itu, mengenai perayaan Cap Go Meh dan sembahyang
Tong Cu Pia yang dirayakan tiap tanggal 15 atau memasuki fase bulan
purnama, Cap Go Meh dirayakan pada bulan Chia Gwee dan Tong Cu Pia
pada bulan Pe Gwee. Khusus perayaan Tong Cu Pia, selain mengikuti solar
system pada pertengahan titik musim gugur atau sekitar tanggal 23 September
juga diselaraskan dengan penanggalan Im Yang Lik murni yaitu pada tanggal
15 Pe Gwee.
Adanya perayaan ketika terjadi fase purnama ini tidak bisa dilepaskan
mengenai sebuah fakta historis bahwa periodesasi awal lahirnya sistem
penanggalan Im Yang Lik pada abad 13 SM pada masa dinasti Shang (1600-
1046 SM) pernah mengadopsi aturan tentang fase purnama yang dijadikan
awal perhitungan penanggalan bulan di samping acuan fase bulan baru
(newmoon).
Kemudian seiring dengan semakin berkembangnya keilmuan astronomi
secara masif menjadikan konsep pijakan awal bulan dengan purnama yang
dulu pernah digunakan pada tahun 841 SM, namun kini telah ditinggalkan.
Tetapi beberapa perayaan yang menandai fase purnama seperti Cap Go Meh
188 Dalam sistem penanggalan Im Yang Lik bulan ke-11 merupakan perhitungan awal untuk
menentukan kapan terjadinya Imlek atau awal tahun Cina. Dongzhi terjadi enam minggu sebelum tahun baru Imlek dan biasanya akan jatuh antara 21 sampai 23 Desember. Dongzhi memainkan peranan penting dalam penanggalan Im Yang Lik. Karena berawal dari titik ini dapat teridentifikasi awal bulan dan tahun serta banyaknya jumlah bulan (12 atau 13 bulan) dalam tahun Cina, sebagaimana hipotesis penulis pada sub bab diawal. Dalam pada itu, konjungsi yang terjadi pada titik ini juga dijadikan panduan sebagai bulan ke-11 dalam urutan penanggalan Im Yang Lik.
pada tanggal 15 Cia Gwee, Tiong Gwan tanggal 15 Jit Gwee, Tong Cu Pia
tanggal 15 Pe Gwee, dan He Gwan tanggal 15 Cap Gwee masih tetap
dilestarikan hingga kini.
Lima perayaan tersebut, di samping mengacu pada konsep perhitungan
sistem penanggalan yang berpedoman pada fase bulan (lunar), ternyata juga
diselaraskan terlebih dahulu melalui acuan sistem matahari (solar). Sehingga
melahirkan kombinasi apik sebuah sistem penanggalan lunisolar. Hal ini
yang semakin menegaskan tentang integrasi secara bersinergi yang berawal
dari paduan kombinasi solar system, lunar system, dan lunisolar system.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis
dapat kemukakan simpulan bahwa penanggalan Im Yang Lik merupakan
penanggalan tertua di dunia warisan konsep astronomi-mitologi petani Cina
tradisional sejak abad 13 SM pada masa kejayaan dinasti Shang (1600-1046
SM) yang hingga kini masih terus dijadikan pedoman dalam bidang praksis
dan penentuan perayaan atau hari besar bagi komunitas Tionghoa pada
umumnya.
Dalam sistem lunisolar yang diadopsi sistem penanggalan Im Yang Lik,
terdapat tiga komponen utama, konsep hari, bulan dan tahun, serta musim.
1. Konsep Hari
Perhitungan hari dalam penanggalan Im Yang Lik terdiri atas kombinasi tiga
instrumen, yaitu 12 shio, lima elemen, dan dua unsur. Mengingat sistem
penanggalan ini menggunakan pedoman konjungsi dalam memulai
perhitungan awal bulan serta menggunakan pedoman waktu local mean time
(LMT), maka awal perhitungan hari dimulai pada jam berapa pun saat tepat
terjadinya konjungsi, tetapi pergantian hari dimulai pada waktu tengah
malam, yaitu jam Tzu (23.00 - 01.00).
2. Konsep Bulan dan Tahun
Penanggalan Im Yang Lik memiliki 12 bulan (tahun biasa) yang berumur
353, 354 atau 355 hari dan mencapai 13 bulan (tahun kabisat) yang berumur
383, 384 atau 385 hari. Akan tetapi tidak ada ketetapan jumlah hari dalam
bulan-bulan didalamnya, pasalnya penanggalan ini mengadopsi dua prinsip
yang “berlawanan”, perhitungan tahun menggunakan periode tahun tropis
yang membutuhkan waktu 365,2422518 hari atau 365h 5j 48m 46d sementara
perhitungan bulan menggunakan periode sinodis yang berdurasi 29,530588
hari atau 29h 12j 44m 2,8d. Ketika diakumulasikan berjumlah 354,367056
hari atau 354h 8j 48m 34d , menjadikan penanggalan ini sekitar 11 hari lebih
pendek dari periode tahun tropis. Akibat kekurangan ini maka diperlukan
satu bulan sisipan (interkalasi) yang ditambahkan pada tahun-tahun tertentu
sebagai penyeimbang agar sistem ini selaras dengan pergerakan matahari
atau musim. Cara menyeimbangkan tahun tropis dengan bulan sinodis
dengan rumus 19 tahun = 19 tahun solar + 7 bulan lunar, artinya dalam
kurun waktu 19 tahun solar terdapat tujuh lunar sebagai bulan sisipan yang
dinamakan siklus metonik. Sehingga penanggalan Im Yang Lik yang
menganut sistem lunisolar calendar menggunakan periode sinodis bulan
sebagai unit dasar dan menambahkan satu bulan untuk menyesuaikan
dengan periode tahun tropis.
3. Konsep Musim
Penanggalan Im Yang Lik mengenal 24 titik musim yang sebenarnya
berpedoman terhadap siklus tropis matahari yang menempuh jarak 3600
dalam satu tahun (12 bulan) dan dibagi menjadi 24 musim, maka satu bulan
terdapat dua musim dengan rentan bujur 150 yang dikenal jieqi (J) dan
zhongqi (Z). Besaran bujur tersebut merupakan generalisasi dari solstices
dan ekuinoks yang memotong musim pada lintasan ekliptika menjadi empat
busur utama sebesar 900. Kemudian busur utama 900 ini masing-masing
dibagi empat musim yang bernilai 150 sehingga dalam putaran tahun tropis
3600 terdapat 24 musim. Empat busur utama atau titik musim tersebut
mempunyai periode tersendiri, periode vernal equinox (musim semi) atau
Chunfen mulai 4 Februari - 20 April, periode summer soltice (musim panas)
atau Xiazhi mulai 6 Mei - 23 Juli, periode autumnal equinox (musim gugur)
atau Qiufen mulai 8 Agustus - 24 Oktober, dan terakhir periode winter
soltice (musim dingin) atau Dhongzhi mulai 8 Nopember - 20 Januari.
Dari tiga konsep tersebut memang masih relevan untuk diaplikasikan
dalam konteks kekinian. Tetapi sesungguhnya penanggalan tersebut bersifat
rigid karena hanya mengacu pada regularitas iklim Cina klasik dan ekslusif
karena hanya berdasarkan pedoman local mean time (LMT) daerah Cina,
meskipun perhitungan bisa dilakukan dengan LMT daerah manapun di
dunia.
Dalam pada itu, untuk sebuah sistem pedoman waktu yang mengacu
terhadap musim, penanggalan ini belum bisa secara konsisten menyesuaikan
dengan iklim yang sebenarnya berlangsung, karena kerap kali terjadi
anomali musim jika dikomparasikan dengan sistem solar calendar.
Meskipun demikian, pada kenyataannya beberapa perayaan tradisional Cina
seperti Imlek, Cap Go Meh, Qingming, Tiong Gwan, dan Tong Cu Pia,
penentuannya mengacu pada konsep perhitungan penanggalan lunar system
dan diselaraskan melalui acuan penanggalan solar system, sehingga
melahirkan kombinasi terintegrasi sebuah penanggalan lunisolar system.
B. Saran
Saran penulis setelah rangkaian proses penyelesaian penelitian ini
sebagai berikut:
1. Perlu adanya transformasi penanggalan Im Yang Lik dengan konsep
perhitungan astronomi modern. Upaya ini dilakukan agar metode dalam
penanggalan Im Yang Lik tetap relevan terhadap regularitas iklim dan akurat
untuk diaplikasikan dalam konteks kekinian. Sehingga pada ahirnya tetap
digunakan sebagai salah satu sumber rujukan penanggalan di dunia.
2. Pemerintah dengan segala perangkat instansinya, khususnya Kementrian
Agama yang memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan hisab rukyat
di Indonesia, dipandang perlu melakukan upaya terintegrasi dalam
melestarikan salah satu penanggalan tradisional ini. Karena nyaris belum
ditemukan kajian yang membahas penanggalan Im Yang Lik secara
komprehensif. Padahal basis massa etnis Tionghoa di Indonesia yang
notebene-nya pengguna penanggalan ini sangat besar jumlahnya.
3. Masyarakat etnis Tionghoa dikenal memiliki kepatuhan total dengan
kebudayaan dan adat yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Pada
tingkat pengamalan pun, mereka mempercayai dan mengamalkan secara
penuh setiap apa yang sudah menjadi tradisi (local wisdom) secara turun-
temurun, salah satunya segmen penanggalan. Maka sudah seharusnya
seluruh pihak perlu menanamkan rasa tasammuh (toleransi) terhadap
refleksi kredo mereka, demi terciptanya persatuan, kesatuan dan
kemaslahatan bersama.
4. Menghadirkan penelitian holistik mengenai penanggalan Im Yang Lik secara
spesifik belum dapat penulis penuhi, karena keterbatasan kompetensi
keilmuan yang penulis kuasai. Terdapat beberapa konsep yang belum
penulis telaah, khususnya pada segmen astronomi penanggalan murni.
Sehingga diharapkan penelitian ini menjadi pembuka pintu awal bagi
penelitian-penelitian linear selanjutnya.
5. Kajian ini merupakan upaya penting dalam rangka memperkaya khazanah
intelektual falak, khususnya mengenai sistem penanggalan. Lebih spesifik
lagi penanggalan Im Yang Lik yang tampaknya kian terbengkalai dalam
perdebatan wacana. Sebuah upaya menjaga eksistensi ilmu falak di tengah
arus perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin masif dan mengglobal.
Selain itu, agar ilmu ini tetap eksis dan turut meramaikan ragam persoalan
falakiyah keindonesiaan dalam konteks kekinian.
C. Penutup
Alhamdulillah penelitian ini telah penulis susun. Meskipun dalam proses
pengerjaannya upaya maksimal telah dilakukan, akan tetapi penulis menyadari
bahwa didalamnya masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kebesaran hati para pembaca, dosen
pembimbing, civitas akademika, serta teman-teman untuk menyampaikan
kritik, saran, dan komentar yang bersifat konstruktif positif demi
kesempurnaan tulisan ini. Semoga melalui media ini, Allah memberikan ilmu
yang bermanfaat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta menjadi
amal ibadah yang terus mengalir. Amin.
Akhir kata penulis kutip dua baris syair yang diambil dari pengantar kitab
Jauharul Maknun oleh Imam Abdurahman al-Akhdlori:
لكــل من یقـرؤه ورافـعــا* واهللا أرجوا ان یكـون نافعـا
لجملة اإلخوان واألصحاب* وان یكـون فـاتحـا للـبـــاب
واهللا أعـلم بالصواب
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fairuzzabâdi, al-Qomûs al-Muhît, Beirut: Dâr al-Kutub al-´Alamiyah, Juz. III, 1995.
Al-Hajaj, Abu Husain Muslim bin, Shahih Muslim, Beirut: Ihyâ al-Turâts al-Araby, Juz. II, Cet. IV, 1991.
Al-Naisabury, Abi Ali Al-Hasan bin Ahmad al-Wahidy, Asbâb Nuzûl al-Qur’an, Beirut: Dâr al-Kutub al-´Alamiyah, t.t.
Al-Suyûti, al-Duru al-Mansûr fi Tafsir al-Ma’tsur, Beirut: Dâr al-Kutub, Cet.I, Juz. IV, 1990.
al-Tabari, Abu Ja’far Ibn Jarîr, Tafsîr al-Tabari, Beirut: Dâr al-Fikr, Juz.XV, 1978.
Anugraha, Rinto, Mekanika Benda Langit, Yogyakarta: Jurusan Fisika Universitas Gadjah Mada, 2012.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. XII, 2002.
Aslaksen, Helmer, the Mathematics of the Chinese Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010.
________________, Heavenly Mathematics: The Mathematics of the Chinese, Indian, Islamic, and Gregorian Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2010.
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak; Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet. II, 2007.
______________, Ensiklopedi Hisab-Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 2008.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Badan Hisab dan Rukyah Departemen Agama RI, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
Ben Abrahamson and Joseph Katz, the Islamic Jewish Calendar, 2004.
Conte, David Le, Calendars, 2008.
Coppel, Charles A. (ed), Tionghoa Indonesia Dalam Krisis, diterjemahkan oleh Tim Penerjemah PSH dari “Indonesian Chinese in Crisis”, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet. II, 1994.
Darsono, Ruswa, Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqh, dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Penerbit J-Art, 2004.
Doggett, L.E, Calendar and Their History, California: University Science Books Sausalito, 2009.
Fauzi, Tahrir, Studi Analisis Penetapan Awal Bulan Kamariah Sistem Aboge di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah (Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang), 2011.
Firdaus, Roudlotul, Karya-Karya Pandangan Goesentris (makalah Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang), 2009.
______________, Peranan Ilmu Falak dalam Penentuan Awal dan Akhir Ramadlan serta Dzulhijjah” (makalah Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang) 2009.
Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa: Sejarah Sistem Penanggalan Masehi Hijriah, dan Jawa, Semarang: IAIN Walisongo, 2009.
______________, Ilmu Falak 1: Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh Dunia, Semarang: Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo, 2011.
______________, Pengantar Ilmu Falak, Yogyakarta: Basmallah, 2011.
Imam Suprayogo dan Thobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah Dalam Penentuan Awal Ramadlan, Idul Fitri, dan Idul ‘Adha, Jakarta: Erlangga, 2007.
________________, Fiqh Hisab Rukyah Indonesia: Sebuah Upaya Penyatuan Madzhab Hisab Dan Madzhab Rukyah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2003.
________________, Hisab Rukyat antara Kebenaran Hipotesis dan Verifikasi, (makalah stadium general Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang), 2012.
Jamaluddin, Muhammad Rifa, Pemikiran Hisab KH. Ma’shum bin Ali al-Maksumambangi (Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang), 2011.
Jieping, Zhang, String of Short Months and Long Months in the Chinese Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2002.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cet. III, 2008.
________________, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.
Koesdiono, Ilmu Ukur Segitiga Bola: Buku Panduan Fakultas Tekhnik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung: ITB, 1983.
Kuan Shao Hong and Teng Keat Huat, The Chinese Calendar of the Later Han Period, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2000.
Kwan, Hng Wee, Chinese Calendar, t.t.
Longstaff, Alan, Calendars from Around the World, National Maritime Museum, 2005.
Novi Sopwan (ed), The Gradual Changes of Synodic Period of the Moon Phase, Bandung: Penerbit ITB, 2008.
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. XI, 2009.
Munawir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pustaka Progresif, Cet. XXV, 2002.
Pius Partanto dan Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Penerbit Arkola, 1994.
Purwadi dan Siti Maziyah, Horoskop Jawa, Yogyakarta: Media Abadi, 2010.
Qutb, Sayyid, fi Zilal al-Qur’an, Beirut: Dâar al-Kutub al-Arabiyah, Cet. IV, Juz.X, t.t.
Radiman, Iratius, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu Yang Bertautan, Bandung: Penerbit ITB, 1980.
Raharto, Moedji, Sistem Penanggalan Syamsiyah/Masehi, Bandung: Penerbit ITB, 2001.
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publicita, 2007.
Setyanto, Hendro, Petunjuk Penggunaan Rubu’ al-Mujayyab, Bandung: Pudak Scientific, 2002.
Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet.IV, 1997.
Shofiyulloh, Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia, Malang: PP. Miftahul Huda, 2005.
Sivin, Nathan, Granting the Season, Philadelphia: Department of History & Sociology of Science University of Pennsylvania, 2009.
Triyonggo, Mama Ira, Astrologi Cina, Yogyakarta: Cosmic Books, 2009.
Veronica, Chin Hei Ting, The Mathematics of the Chinese Calendar, t.t.
Winarso, Hendrik Agus, Mengenal Hari Raya Konfusiani, Semarang: Efektif & Harmonis, Cet. III, 2003.
Wu, Selly, Chinese Astrology: Exploring the Eastern Zodiac, Franklin: New Page Books and The Career Press inc, 2005.
Xin, Leong Wen, Lunar Visibility and the Islamic Calendar, Singapore: Department of Mathematics National University of Singapore, 2001.
Kompas, hari Minggu tanggal 22 Januari 2012.
Media Indonesia, hari Senin tanggal 6 Februari 2012.
Seputar Indonesia, hari Minggu tanggal 22 Januari 2012.
Suara Merdeka, hari Minggu tanggal 22 Januari 2012.
http://en.wikipedia.org/wiki/Gregorian_calendar
http://id.wikipedia.org/wiki/Minggu_Emas
http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Buruh
http://universetoday.com
http://ind.timegenie.com/city.time
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Roudlotul Firdaus
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 21 September 1987
Alamat
- Asal : Jl. Prepedan no.47 RT. 011/IX Kamal Kalideres Jakarta
Barat 11810
- Domisili : PP. Daarun Najaah Jl. Stasiun Jrakah Tugu Semarang
50151
Pendidikan Formal
- MI Al-Islamiyah Jakarta Barat Tahun 1996 – 2000
- MTs. Tahdzibun Nufus Jakarta Barat Tahun 2000 – 2003
- MA Al-Hikmah Brebes Tahun 2003 – 2007
Pendidikan Non Formal
- PP. Al-Hikmah Brebes Tahun 2003 – 2008
- PP. Daarun Najaah Semarang Tahun 2008 – 2012
- Pendidikan Leadership Santri CSS MoRA Bogor Tahun 2009
- Pendidikan Bahasa Inggris Acess Pare Kediri Tahun 2009
Pengalaman Organisasi
- Ketua Umum PP. Al-Hikmah tahun 2007/2008.
- Ketua dan penggagas Islamic Boarding Education Training PP. Al-
Hikmah tahun 2008.
- Ketua Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS
MoRA) tahun 2009/2010.
- Team expo Pekan Olahraga dan Seni Santri (PORSENI) nasional di
Surabaya tahun 2009.
- Team perumus Ikrar Santri Nusantara di Jakarta tahun 2009.
- Team observasi pesantren Kemeterian Agama RI di Bali tahun 2009.
- Presiden Partai Kebangkitan Mahasiswa (PKM) IAIN Walisongo
Semarang tahun 2010/2011.
- Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Konsentrasi Ilmu Falak (HMJ KIF)
tahun 2010/2011.
- Konseptor pemecahan rekor Rubu’ Mujayyab (kuadran sinus) terbesar 4 x
4 m dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) tahun 2011.
- Team event organizer (EO) expo IAIN Walisongo Semarang tahun 2011 –
sekarang.
- Koord. Forum Komunikasi (Forkom) CSS MoRA Kementrian
Pemberdayaan dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) tahun
2011 – sekarang.
Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya untuk
menjadi maklum dan periksa adanya.
Semarang, 28 Mei 2012
Roudlotul Firdaus
NIM. 082111097