MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi...

26
NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DALAM LIRIK LAGU SONG OF SABDATAMA KARYA JOGJA HIP HOP FOUNDATION (Analisis Wacana Kritis pada Lirik Lagu Song of Sabdatama Karya Jogja Hip Hop Foundation) Mutiara Zipora Abigail Sri Herwindya Baskara Wijaya Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The embodiment of Javanese cultural values among young people began to get rid of the modern culture. The younger generation who were supposed to uphold these values, were increasingly interested in the modern culture adopted from Western culture. In Yogyakarta, there is a community of young hip hop music lovers formed by Marzuki Mohamad in 2003. This research is a kind of qualitative research by using critical discourse analysis of Norman Fairclough model to analyze discourse of Javanese cultural values in Song of Sabdatama song lyrics of Jogja Hip Hop Foundation. Fairclough shares discourse analysis in a three- dimensional approach: text, discourse practice, and sociocultural practice. The results of this study indicate that the lyrics of Song of Sabdatama by Jogja Hip Hop Foundation contains discourse of Javanese cultural values. In the text dimension, Song of Sabdatama's lyrics of the Javanese cultural values are expressly represented in the text of the song through various vocabulary choices. While in discourse practice dimensions found that in the process of production and consumption of text, elements of Javanese cultural values also affect the formation of a song lyrics. In the dimension of sociocultural practice reveals that in the social and cultural aspects, there is a Javanese cultural value. Keywords: Critical Discourse Analysis, Javanese Cultural Values, Song Lyrics. 1

Transcript of MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi...

Page 1: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DALAM LIRIK LAGU SONG OF SABDATAMA KARYA JOGJA HIP HOP FOUNDATION

(Analisis Wacana Kritis pada Lirik Lagu Song of Sabdatama Karya Jogja Hip Hop Foundation)

Mutiara Zipora AbigailSri Herwindya Baskara Wijaya

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractThe embodiment of Javanese cultural values among young people began

to get rid of the modern culture. The younger generation who were supposed to uphold these values, were increasingly interested in the modern culture adopted from Western culture. In Yogyakarta, there is a community of young hip hop music lovers formed by Marzuki Mohamad in 2003. This research is a kind of qualitative research by using critical discourse analysis of Norman Fairclough model to analyze discourse of Javanese cultural values in Song of Sabdatama song lyrics of Jogja Hip Hop Foundation. Fairclough shares discourse analysis in a three-dimensional approach: text, discourse practice, and sociocultural practice. The results of this study indicate that the lyrics of Song of Sabdatama by Jogja Hip Hop Foundation contains discourse of Javanese cultural values. In the text dimension, Song of Sabdatama's lyrics of the Javanese cultural values are expressly represented in the text of the song through various vocabulary choices. While in discourse practice dimensions found that in the process of production and consumption of text, elements of Javanese cultural values also affect the formation of a song lyrics. In the dimension of sociocultural practice reveals that in the social and cultural aspects, there is a Javanese cultural value.Keywords: Critical Discourse Analysis, Javanese Cultural Values, Song Lyrics.

Pendahuluan

Seiring berkembangnya zaman, perwujudan nilai-nilai budaya Jawa di

kalangan anak muda mulai tersingkirkan dengan budaya modern. Generasi muda

yang seharusnya memegang teguh nilai-nilai tersebut, justru semakin tertarik

dengan budaya modern yang diadopsi dari budaya Barat. Di Yogyakarta, terdapat

komunitas anak muda pecinta musik hip hop yang dibentuk oleh Marzuki

Mohamad pada tahun 2003. Jogja Hip Hop Foundation merupakan suatu

1

Page 2: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

komunitas yang berpegang teguh untuk menyampaikan nilai-nilai budaya Jawa

dalam lantunan lagu hip hop yang diciptakannya. Musik hip hop yang identik

dengan budaya Barat, justru dijadikan Jogja Hip Hop Foundation sebagai inovasi

dalam menyampaikan nilai-nilai budaya Jawa. Walaupun hip hop berasal dari

Amerika namun berkembang di seluruh dunia. Hip hop telah berkembang dalam

komunitas global dari segala umur, gender, agama, kelas ekonomi, bahkan ras.

Lagu adalah rangkaian nada yang dipadukan dengan irama yang harmonis

dan dilengkapi dengan syair yang membentuk sebuah harmonisasi indah. Lagu

merupakan salah satu hal yang kerap dijadikan sebagai media untuk

menyampaikan pesan terhadap orang lain. Pesan yang disampaikan melalui lirik

lagu atau syair merupakan contoh dari komunikasi verbal dan non verbal. Lagu

adalah media yang merupakan komunikasi verbal dan non verbal. Lagu

merupakan komunikasi verbal jika dilihat dari sisi lirik. Lirik biasanya berisikan

pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

Lirik lagu dikatakan sebagai media komunikasi verbal karena memiliki

makna pesan di dalamnya dan dapat digunakan sebagai media penyampaian

pesan. Melalui lirik lagu, sang pencipta lagu menggambarkan, mengkespresikan,

dan mengkritik kenyataan sosial yang terjadi di sekitarnya, kemudian pendengar

sebagai komunikan akan menerima pesan yang terkandung dalam lirik lagu

tersebut. Sebuah syair pada lagu memiliki arti dan makna dalam kiasan dan

keadaan nyata, sesuai dengan ide yang komponis dan hal ini sangat berpengaruh

bagi masyarakat umum, terutama masyarakat yang hadir dalam pementasannya

(Banoe, 2013:54).

Teks lagu atau lirik lagu mengandung unsur-unsur dalam proses komunikasi

yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Penulis lirik dalam proses

komunikasi berperan komunikator. Sebagai komunikator, penulis lirik berusaha

menyampaikan informasi berupa pesan kepada komunikannya, yakni para

pendengar lagu itu sendiri. Lirik lagu biasanya menggunakan diksi yang unik,

bahasa yang indah, makna yang interpretatif dan merupakan ungkapan perasaan

yang sedang dihadapai oleh penulis lagu saat proses penulisan lagu berlangsung.

Pesan dalam lirik lagu merupakan hasil realitas yang dilihat atau dijumpai oleh

2

Page 3: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

penulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa

yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman penulis

lagu tersebut yang dikemas dalam bentuk simbol-simbol pada lirik tersebut. Lirik

tersebut tentunya akan dimaknai secara interpretatif oleh pendengarnya.

Musik hip hop memiliki daya tarik yang sangat kuat untuk menghibur

masyarakat Indonesia khususnya anak remaja, musik tersebut dapat dinikmati

oleh berbagai kalangan sosial baik elemen masyarakat menengah ke bawah

hingga eleman masyarakat menengah ke atas. Musik hip hop banyak digemari

karena ciri khasnya berupa beat yang kuat, ditambah dengan lirik-lirik yang

mengalir dengan enak karena kata-katanya seperti puisi dan biasanya

menceritakan kehidupan masyarakat pada umumnya. Di Yogyakarta musik hip

hop sudah tidak asing lagi, berawal dari kelompok hip hop Jahanam yang populer

dengan lagu Tumini, kemudian Rotra, Kill the DJ, Bondan & Fade 2 Black dan

Jogja Hip hop Foundation (JHF). Bisa dikatakan salah satu inspirator bagi musisi

hip hop Indonesia, khususnya di Yogyakarta adalah Marzuki Mohammad, sebagai

pendiri Jogja Hip hop Foundation.

Begitu banyak karya musik yang diciptakan oleh Jogja Hip Hop

Foundation. Kaitannya dengan penelitian ini, menurut personil Jogja Hip Hop

Foundation lirik lagu yang paling sarat akan nilai-nilai budaya Jawa adalah lagu

berjudul “Song of Sabdatama”. Lagu yang dinyanyikan dalam tiga bahasa ini

dirilis pada tahun 2012. Judul lagu ini terinspirasi dari Sabdatama (Sabda Utama

atau perintah tertinggi) yang dikeluarkan oleh Sri Sultan Hamengkubhuwono X

pada bulan Mei 2012 lalu, selaku raja Yogyakarta, sebagai suatu sikap atas

beberapa konflik tindak kekerasan atas nama suku dan agama yang bermotif

konspirasi politik yang terjadi di Yogyakarta beberapa bulan pada tahun yang

sama. Dikutip dari artikel tempo.co yang berjudul “4 Sabdatama Raja Yogya

untuk Warganya” tanggal 10 Mei 2012, sejarawan dan budayawan Universitas

Gadjah Mada Prof Djoko Suryo menafsirkan maksud Sultan menyampaikan

sabdatama itu karena munculnya kegelisahan akan adanya keadaan yang kacau

khususnya di tingkat lokal Yogyakarta yang membuat masyarakat bingung dan

cemas. Melalui karyanya tersebut, Jogja Hip hop Foundation berhasil meraih

3

Page 4: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

prestasi hingga ke mancanegara karena keunikan lagu hip hop yang mereka bawa

dengan menggunakan lirik berbahasa Jawa.

Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai budaya Jawa dalam lirik lagu Song of Sabdatama

dalam struktur teks?

2. Bagaimana nilai-nilai budaya Jawa dalam lirik lagu Song of Sabdatama

dalam analisis praktik wacana?

3. Bagaimana nilai-nilai budaya Jawa dalam lirik lagu Song of Sabdatama

dalam praktik sosiokultural?

Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian

ini antara lain:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Jawa dalam lirik lagu Song of

Sabdatama dalam struktur teks.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Jawa dalam lirik lagu Song of

Sabdatama dalam analisis praktik wacana.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya Jawa dalam lirik lagu Song of

Sabdatama dalam praktik sosiokultural.

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi Massa

Joseph Devito (dalam Nurudin, 2009: 55) menyatakan bahwa

komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,

kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Komunikasi massa ditujukan

kepada khalayak tersebar, heterogen dan membutuhkan media alat-alat

elektronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak

dan dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan menurut W.Gamble dan

4

Page 5: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

Teri Kwal (dalam Nurudin, 2009: 8-9) komunikasi massa mencakup hal-

hal berikut:

a) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan

modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat

kepada khalayak yang luas dan tersebar.

b) Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-

pesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian kepada jutaan

orang yang tidak saling kenal dan mengetahui satu sama lain.

c) Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan

dan diterima oleh banak orang.

2. Nilai-Nilai Budaya Jawa

Sulaksono (2015: 1) menjelaskan bahwa suku Jawa merupakan

salah satu suku besar dan maju yang ada di Indonesia. Sebagai suku yang

besar tentu saja mempunyai kebudaaan yang diwariskan secara turun-

temurun. Budaya Jawa terkenal sebagai budaya yang adi-luhung, hal ini

walaupun budaya tersebut sudah berumur ratusan tahun akan tetapi masih

ada dan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Manusia Jawa dengan

kebudayaannya berusaha untuk melihat dan memahami lingkungannya

yang selanjutnya digunakan untuk menghadapi dan menjalani hidupnya.

Nilai-nilai budaya Jawa menurut Kluckhohn dalam

Koentjaraningrat (2015: 30) bahwa masyarakat Jawa memiliki sistem nilai

budaya yang terdiri dari lima hakekat pokok, yaitu:

a) Hakekat Hidup

Orang Jawa memandang hakekat hidup sangat dipengaruhi oleh

pengalaman masa lalu dan konsep religiusitas yang bernuansa mistis.

Mereka sangat menghormati budaya, agama (Hindu dan Islam), dan

kondisi geografis. Pada dasarnya masyarakat Jawa menerima yang

telah diberikan Tuhan secara apa adanya, harus tabah dan pasrah

dengan takdir serta ikhlas menerima segala hal yang diperolehnya.

Adapun kebudayaan-kebudayaan lain memandang hidup manusia itu

pada hakikatna buruk, tetapi manusia dapat mengusahakan untuk

5

Page 6: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

menjadikan hidup suatu hal yang baik dan menggembirakan

(Koentjaraningrat, 2015: 30-31).

b) Hakekat Karya

Bagi masyarakat Jawa kelas bawah yang tinggal di pedesaan

maupun perkotaan cenderung beranggapan bahwa mereka harus terus

berikhtiar dan bekarya. Bagi mereka, berkarya merupakan suatu

keharusan untuk mempertahankan hidup. Sebaliknya bagi masyarakat

kelas menengah dan atas telah memiliki tujuan dari hakekat karya,

sehingga usaha yang dijalankannya selalu dihubungkan dengan hasil

yang diharapkan.

c) Hakekat Waktu

Banyak orang berpendapat bahwa orang Jawa itu kurang

menghargai waktu. Hal ini disebabkan karena ada pemahaman mereka

bahwa melakukan segala sesuatu tidak usah terburu-buru, yang

penting selesai. Melakukan sesuatu pekerjaan dengan perlahan-lahan

memang sudah merupakan sifat orang Jawa.

Diknas (dalam Haryanto, 2013: 37) menjelaskan bahwa

pandangan hidup orang Jawa dalam hal ini lebih beroriantasi pada

masa depan. Hal ini termanifestasi dalam berbagai ungkapan seperti:

alon-alon waton kelakon, urip mung mampir ngombe, aja nggege

mangsa, ngunduh wohing pakarti, dan sebagainya.

d) Hakekat Hubungan Manusia dengan Sesamanya

Masyarakat Jawa menghendaki hidup yang selaras dan serasi

dengan pola pergaulan saling menghormati. Hidup yang saling

menghormati akan menumbuhkan kerukunan, baik di lingkungan

rumah tangga maupun di masyarakat. Dua prinsip yang paling

menentukan dalam pola pergaulan masyarakat Jawa adalah rukun dan

hormat. Dengan memegang teguh prinsip rukun dalam berhubungan

dengan sesama, maka tidak akan terjadi konfik.

6

Page 7: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

3. Lirik Lagu

Lirik lagu merupakan simbol verbal yang diciptakan oleh manusia.

Manusia adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi, tidak hanya

terhadap lingkungan fisiknya, namun juga pada simbol-simbol yang

dibuatnya sendiri (Rivers, 2003:28). Dari pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa lirik merupakan reaksi simbolik dari manusia yang

merupakan respon dari segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan oleh

lingkungan fisiknya (yang dipengaruhi oleh akal sehat dan rasionalitas).

Simbol digunakan oleh manusia untuk memaknai dan memahami

kenyataan yang tidak dapat dilihat secara langsung, namun kenyataan

tersebut dapat terlihat dan dirasakan oleh indera manusia, stimulus ini

kemudian diolah oleh pikiran, kemudian tercipta konsep atau penafsiran

tertentu dan kemudian simbol yang diciptakan tersebut akan membentuk

makna tertentu sesuai dengan apa yang akan diungkapkan.

Pencipta menyampaikan isi pikiran dibenaknya berupa nada dan lirik

agar audiens mampu menerima pesan didalamnya. Disinilah terjadi proses

komunikasi melalui lambang musik berupa nada dan lirik berupa teks

dalam sebuah lagu antara pencipta lagu dengan audiensnya. Komunikasi

antara pencipta dan penikmat lagu berjalan ketika sebuah lagu

diperdengarkan kepada audiens. Pesan yang disampaikan dapat berupa

cerita, curahan hati, atau sekedar kritik yang dituangkan dalam bait-bait

lirik. Lirik sendiri memiliki sifat istimewa. Tentunya dibandingkan pesan

pada umumnya lirik lagu memiliki jangkauan yang luas didalam benak

pendengarnya.

Demikian pula dengan penyanyi sebagai komunikator untuk

menyampaikan pesannya yang berbentuk lagu dengan media seperti kaset,

CD (compact disk) maupun VCD (video compact disk). Musik dapat

dimasukkan dalam suatu bentuk komunikasi massa karena memiliki

beberapa unsur, karakteristik dan fungsi yang sama dengan komunikasi

massa.

7

Page 8: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

4. Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis dalam pandangan kritis, bahwa pandangan

kritis ingin mengoreksi pandangan konstruksivisme yang kurang sensitif

pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis

maupun institusional. Pandangan konstruktivisme masihbelum

menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap

wacana, yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis

subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Hal inilah yang melahirkan

paradigma kritis. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai

representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema

wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya. Oleh karena itu,

analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap

proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan yang jadi wacana,

perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.

Norman Fairclough membangun suatu model yang mengintegrasikan

secara bersama-sama analisis wacana yang didasarkan pada linguistik

pemikiran sosial, politik, dan secara umum diintegrasikan pada perubahan

sosial. Oleh karena itu, analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa

itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu

(Eriyanto, 2001: 286). Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga

dimensi: teks, discourse practice, dan sosiocultural practice. Dalam model

Fairclough, teks di sini dianalisis secara linguistik, dengan melihat

kosakata, semantik, dan tata kalimat. Ia juga memasukkan koherensi dan

kohesivitas, bagaimana antarkata atau kalimat tersebut digabung sehingga

membentuk pengertian. Analisis discourse practice memusatkan perhatian

pada bagaimana produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu

praktik diskursus, yang akan menentukan bagaimana teks tersebut

diproduksi. Sedangkan sosiocultural practice adalah dimensi yang

berhubungan dengan konteks di luar teks.

8

Page 9: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

Metodologi

Metode penelitian yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah

metode kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Pawito (2007: 84) mengatakan

bahwa metode penelitian kualitatif digunakan sebagai prosedur-prosedur

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif, baik yang ditulis

atau yang diucapkan orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati.

Oleh karena itu, Bungin (2008: 68) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

bertujuan untuk menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau

fenomena realita sosial yang ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian,

dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai sutu ciri, karakter, sifat,

model, tanda, tau gambaran tentang kondisi asituasi ataupun fenomena tertentu.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Wacana Kritis dengan model Norman Fairclough. Pendekatan Fairclough intinya

menekankan bahwa wacana merupakan bentuk penting praktik sosial yang

memproduksi dan mengubah pengetahuan, identitas dan hubungan sosial yang

mencakup hubungan kekuasaan dan sekaligus dibentuk oleh struktur dan praktik

sosial yang lain (Jorgensen and Phillips, 2007:123). Fairclough membagi wacana

menjadi tiga dimensi yaitu text, discourse practice,dan sociocultural practice.

Validitas data berguna untuk membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai

dengan keadaan sebenarnya. Peneliti menggunakan teknik Triangulasi untuk

mengecek keabsahan data. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara (Moleong, 2004:330). Menurut Nasution (2003:115) Triangulasi dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda, yaitu wawancara, observasi,

dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data

juga dapat berguna untuk memperkaya data.

Sajian dan Analisis Data

1. Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Lirik Lagu Song of Sabdatama dalam

Struktur Teks

9

Page 10: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

Berikut merupakan lirik lagu Song of Sabdatama:

We are from JogjaThe heart of JavaOur rhyme is mantraFlows down like lavaWe are from JogjaThe heart of JavaOur culture is weaponYeah, this Song of Sabdatama

Merapi ya iku, Keraton ya iku, segara ya iku pancer ing TuguMijil tuwuh saka kono dumunungkuYo Ngayogyokarto Hadiningrat NegerikuNagari gemah ripah kang merdikaKaya kang kaserat ing SabdatamaMerapi ngelingake marang ing gustiSegara ngelingake kudu ngidak bumi

Ngono kuwi jiwa JawiManunggaling kawula rajamBalung sungsum pada diugemiMinangka tekad dadi sesantiSadumuk bathuk sanyari bumi,Ditohi pecahing dada luntaking ludira nganti patiNegeri merdika bakal tak belani

Merapi horeg, laut kidul gedegAngin ribut, udan bledekTanda bumi reresik nandang gaweMarang donya lan manungsaneMarang sedulur sikep kudu ngajeni lan ngopeniBumi pertiwi adalah saudara kamiYang harus dijaga dan dihormatiMenerima sekaligus memberiBudaya adalah senjataMemanusiakan manusiaBangun jiwanya, Bangun raganyaSentausa dalam puspa warna

In our land where we standNever afraid coz we all friends

10

Page 11: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

We may vary but hand in handAppreciate and understandWhy democracy if occupied by oligarchy?Nggo opo demokrasi nek mung ngapusi?Why religion if only to kill humanity?Nggo apa agama nek mung mateniHey oxymoron, you don’t need to teach meRasah nggurui merga ora migunaniWhat Jogja want is harmony in diversityUrip iku amrih nemu harmoniWe don’t care of what you sayYour ridiculous words will go awayCoz in this land where we standWe’ll fight to the death until the end

Berdasarkan hasil wawancara kepada personil Jogja Hip Hop

Foundation, dalam penulisan lirik Song of Sabdatama mereka memiliki

maksud tertentu dalam setiap baitnya. Pada bait pertama sebagai pembuka

mereka memperkenalkan identitas sebagai orang Yogyakarta, kota yang

menjadi ‘jantung’ atau pusat kebudayaan Jawa. Di bait kedua Jogja Hip

Hop Foundation menjelaskan posisi geografis kota Yogyakarta dengan

menyebutkan beberapa icon,seperti gunung Merapi, keraton, dan laut

selatan. Selain itu mereka juga menceritakan tentang kemakmuran alam

Yogyakarta, seperti yang tertulis dalam Sabdatama. Lirik tersebut juga

memberikan nasehat bahwa keindahan alam Yogyakarta mengingatkan

agar kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tetap

rendah hati. Pada bait tengah, yaitu bait ketiga, mulai mengarah ke isi

Sabdatama. Menunjukkan sikap pemerintah dan rakyat yang bersatu padu

membela Yogyakarta sampai titik darah penghabisan. Orang Jawa adalah

orang yang tak lupa kepada Tuhan, memiliki semangat dan tekad yang

kuat, serta memiliki semangat juang untuk membela negara. Pada bait

keempat Jogja Hip Hop Foundation ingin mengingatkan kkita kepada

Tuhan dan juga alam. Bahwa ketika di bumi terjadi bencana alam, bukan

semata-mata karena Tuhan menghukum manusia. Namun karena Tuhan

ingin membersihkan dan menyucikan dunia ini dari hal-hal yang jahat

11

Page 12: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

kemudian Tuhan memperbaharui dengan jiwa baru bagi manusia. Selain

itu, dalam lirik tersebut memiliki makna bahwa manusia harus bisa

menjaga dan menghormati alam dan seisinya, terutama kepada sesama

manusia. Sikap tersebut harus dipelihara karena sesama manusia saling

bersaudara. Saling memberi dan menerima, serta menghargai perbedaan

dalam bermasyarakat. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut

adalah berpegang pada budaya, yang dalam lirik dituliskan sebagai senjata.

Di bait terakhir, Jogja Hip Hop Foundation menceritakan tentang sikap

masyarakat Yogyakarta yang bersedia menerima keanekaragaman dan

tetap bersatu cintai tanah air. Dalam lirik ini terdapat seruan untuk

masyarakat Jogja, pada khususnya agar tidak cemas karena di tanah ini

(Yogyakarta), semuanya adalah teman . Terdapat pula ajakan untuk saling

mengapresiasi dan mengerti, walaupun terdapat perbedaan dalam

bermasyarakat. Kalimat dalam lirik juga memprotes fungsi dari demokrasi

dan agama yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, sekaligus

menegaskan sikap Jogja Hip Hop Foundation bahwa mereka (mewakili

masyarakat Yogyakarta) tidak peduli terhadap isu dan ancaman saat itu.

Mereka akan berjuang hingga akhir untuk mewujudkan Yogyakarta yang

aman dan tentram dalam keberagaman.

2. Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Lirik Lagu Song of Sabdatama dalam Praktik

Wacana (Discourse Practice)

Dalam analisis praktik wacana, Norman Fairclough membagi praktik

wacana menjadi dua sisi, yaitu proses produksi dan konsumsi teks. Proses

produksi teks merupakan analisis yang dilakukan untuk mendalami

bagaimana proses kerja kolektif yang menyertakan banyak orang pada saat

teks itu dibuat. Sedangkan pada proses konsumsi wacana, penelitian akan

dilakukan untuk mengetahui konsumsi teks yang dilakukan oleh pendengar

lagu Song of Sabdatama, serta bagaimana mereka menafsirkan pesan-pesan

yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.

12

Page 13: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

Pada proses produksi teks, lagu “Song of Sabdatama” dirilis pada

tahun 2012. Judul lagu ini terinspirasi dari Sabdatama (Sabda Utama atau

perintah tertinggi) yang dikeluarkan oleh Sri Sultan Hamengkubhuwono X

pada bulan Mei 2012 lalu, selaku raja Yogyakarta, sebagai suatu sikap atas

beberapa konflik tindak kekerasan atas nama suku dan agama yang bermotif

konspirasi politik yang terjadi di Yogyakarta beberapa bulan pada tahun yang

sama.

Pada proses penulisan lirik lagu Song of Sabdatama, Jogja Hip Hop

Foundation terlebih dahulu memohon izin kepada Sri Sultan Hamengku

Buwono X untuk menjadikan naskah Sabdatama sebagai sebuah lagu.

“Kami jelas meminta izin dulu sama Sri Sultan. Solanya itu Sabdatama beliau yang buat. Jadi udah kewajiban kami kalo mau pake naskah itu ya harus izin sama yang bikin. Alhamdulilah dapet izin kok. Selama menghasilkan hal-hal yang positif, beliau mengizinkan.” (Wawancara dengan Marzuki Mohamad, 22 Mei 2017)

Setelah mendapatkan izin, personil Jogja Hip Hop Foundation mulai

merangkai kata-kata untuk dijadikan lirik lagu Song of Sabdatama.

“Di lagu ini kami pake tiga bahasa mbak, bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Kami menambahkan bahasa Inggris karena sasaran kami adalah masyarakat luas, tidak menutup kemungkinan lagu ini akan sampai di telinga orang luar negeri. Kami pengen melalui lagu kami ini, masyarakat di berbagai belahan dunia dapat mengetahui Yogyakarta dan budaya Jawa.” (Wawancara dengan Marzuki Mohamad, 22 Mei 2017)

Berdasarkan jawaban Marzuki di atas tampak bahwa selain ingin

melagukan naskah Sabdatama, Jogja Hip Hop Foundation juga memiliki niat

untuk membawa kebudayaan Jawa hingga ke internasional.

Dalam penulisan lirik lagu, personil Jogja Hip Hop Foundation

mengaku tidak mengalami banyak kesulitan karena lirik yang mereka tulis

tersebut seperti orang yang sedang mengutarakan perasaan cintanya, dalam

hal ini cinta kepada kota Yogyakarta.

13

Page 14: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

Selanjutnya adalah dari proses konsumsi teks. Peneliti melihat

konsumsi teks dari penggemar Jogja Hip Hop Foundation yang diberi nama

JHF Fans Club. Salah satu anggota JHF Fans Club bernama Budi Marhadi

yang kami temui tidak jauh dari basecamp Jogja Hip Hop Foundation

berpendapat bahwa lirik lagu ini secara keseluruhan menyiratkan nasehat

sekaligus ajakan, bagaimana seharusnya sebagai manusia, khususnya orang

Jawa bersikap terutama terhadap sesama dan bersatu menciptakan

perdamaian. Selain itu, lagu ini juga menyiratkan protes terhadap kondisi

Yogyakarta yang tidak stabil karena isu SARA dan konspirasi politik, baik

kondisi sosial masyarakat maupun kondisi pemerintahan, saat lagu ini

diciptakan.

3. Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam Lirik Lagu Song of Sabdatama dalam Praktik

Sosiokultural (Sociocultural Practice)

Praktik Sosiokultural menentukan bagaimana teks diproduksi dan

dipahami. Pada sub bagian ini peneliti akan menganalisis faktor kontekstual

secara situasional, institusional, dan sosial yang ditemukan pada proses

pembuatan lirik lagu Song of Sabdatama.

a) Situasional

Dalam level situasional, perlu diperhatikan kapan teks diproduksi.

Teks adalah hasil dari suatu keadaan dan suasana tertentu. Dalam lirik lagu

Song of Sabdatama, situasi yang ada pada saat lirik ini dibuat adalah

keadaan masyarakat sedang merasakan permasalahan yang terjadi di

Yogyakarta. Kemudian dikeluarkannyalah Sabdatama oleh Sri Sultan

Hamengkubhuwono X pada bulan Mei 2012

b) Institusional

Dengan tetap berpegang teguh pada prinsipnya, Jogja Hip Hop

Foundation menciptakan lagu Song of Sabdatama bukan semata-mata

untuk keperluan pasar. Buktinya mereka tidak menggunakan label musik

manapun untuk mempublikasikan karyanya. Mereka mengedepankan nilai

intrinsik yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.

14

Page 15: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

c) Sosial

Dalam dimensi praktik sosial, Song of Sabdatama hadir dalam

kondisi warga Yogyakarta banyak mengutarakan penolakannya atas

beberapa tindak kekerasan atas nama suku dan agama yang bermotif

konspirasi politik yang terjadi di Yogyakarta. Dikeluarkannya Sabdatama

merupakan suatu bentuk kepeduliaan Raja kepada rakyatnya, ini sejalan

dengan hakekat hubungan manusia dengan sesamanya, yang dalam hal ini

dari seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi kepada yang

kedudukannya lebih rendah.

Kesimpulan

Bedasarkan penelitian yang sudah dilakukan menggunakan analisis

wacana kritis model Norman Fairclough terhadap lagu karya Jogja Hip Hop

Foundation yang berjudul Song of Sabdatama melalui tiga tahap yaitu dimensi

teks, praktik kewacanaan, dan praktik sosiokultural, maka peneliti mendapatkan

kesimpulan bahwa lirik lagu ini mengandung wacana nilai-nilai budaya Jawa.

Dalam lirik lagu Song of Sabdatama nilai-nilai budaya Jawa secara tersurat

direpresentasikan ke dalam teks lagu. Pada lagu ini nilai-nilai budaya Jawa yang

terkandung yaitu hakekat hubungan manusia dengan sesamanya. Sedangkan

dalam praktik kewacanaan menganalisis bagaimana teks itu diproduksi

menggambarkan nilai-nilai budaya Jawa yang mendorong Jogja Hip Hop

Foundation menciptakan lirik lagu tersebut dengan mendapatkan inspirasi dari isi

Sabdatama oleh Sri Sultan Hamengkubhuwono X. Pada aspek konsumsi lagu,

ditemukan kesimpulan bahwa penggemar Jogja Hip Hop Foundation ternyata

tidak memahami adanya nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam lirik lagu

tersebut. Dalam dimensi praktik sosiokultural, lagu Song of Sabdatama hadir

dalam kondisi warga Yogyakarta banyak mengutarakan penolakannya atas

beberapa tindak kekerasan atas nama suku dan agama yang bermotif konspirasi

politik yang terjadi di Yogyakarta. Dikeluarkannya Sabdatama merupakan suatu

bentuk kepeduliaan Raja kepada rakyatnya, ini sejalan dengan nilai-nilai budaya

Jawa dalam hakekat hubungan manusia dengan sesamanya, yang dalam hal ini

15

Page 16: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

dari seseorang yang memiliki kedudukan lebih tinggi kepada yang kedudukannya

lebih rendah.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam ketiga dimensi

tersebut menunjukkan adanya nilai-nilai budaya Jawa yaitu hakekat hubungan

manusia dengan sesamanya. Hanya saja pada dimensi praktik kewacanaan

terdapat ketidaksesuaian antara maksud Jogja Hip Hop Foundation memproduksi

lirik yang berisi pesan tentang nilai-nilai budaya Jawa dengan penerimaan

konsumen yang menjadi pendengar lagu tersebut. Pendengar ternyata tidak

menyadari adanya nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam lagu tersebut.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Nilai-Nilai Budaya Jawa dalam

Lirik Lagu Song of Sabdatama Karya Jogja Hip Hop Foundation (Analisis

Wacana Kritis pada Lagu Song of Sabdatama Karya Jogja Hip Hop Foundation),

maka diperoleh beberapa saran terkait peran masyarakat dalam melestarikan

budaya lokal. Saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat diharapkan lebih bisa menghargai kebudayaan mereka sendiri

dengan cara yang mereka bisa, seperti yang dilakukan oleh Jogja Hip Hop

Foundation yang berupaya melestarikan budaya di Indonesia dengan dikemas

secara modern yaitu dengan kreativitas dan kesenangan mereka terhadap

musik hip hop.

2. Bagi penikmat musik di tanah air agar lebih memperhatikan isi dari lirik lagu

yang dikonsumsinya. Diharapkan penikmat musik bisa lebih objektif dalam

melihat sebuah musik, bukan hanya dari siapa pencipta atau penyanyinya,

tapi apa isi yang terkandung dari lagu tersebut.

3. Bagi siapapun yang tertarik melakukan penelitan terhadap sebuah lagu. Masih

banyak musik di Indonesia yang bisa dijadikan objek untuk penelitian,

banyak dari musisi-musisi di tanah air yang lebih mementingkan nilai

intrinsiknya namun malah meremehkan isi lirik lagunya. Diharapkan

penelitain selanjutnya dapat memilih objek penelitain yang lebih menarik dan

dapat mengungkap nilai-nilai lain yang terkandung di dalamnya.

16

Page 17: MUTIARA D0213064.docx · Web viewpenulis lagu kemudian diproses, dinterpretasikan secara pribadi sesuai dengan apa yang ia lihat dan disesuaikan dengan pola pemikiran serta pengalaman

Daftar PustakaBanoe, Pono. (2013). Metode Kelas Musik. Jakarta: PT Indeks.Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.Eriyanto. (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

PT LkiS Printing Cemerlang.Haryanto, Sindung. (2013). Dunia Simbol Orang Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.Koentjaraningrat. (2015). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara.Nurudin. (2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.Rivers, William. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern. Cetakan Kedua.

Jakarta: Balai Pustaka. Sulaksono, Djoko. (2015). Diktat Budaya Jawa. Surakarta: UNS Press.

17