Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
-
Upload
mulyati-rahman -
Category
Education
-
view
18.751 -
download
54
description
Transcript of Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
BAB III.
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN
A. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Optimalisasi
Peran Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik
1. Rasional
Esensi sebuah pendidikan di sekolah adalah proses
pembelajaran. Tidak ada kualitas pendidikan di sekolah tanpa kualitas
pembelajaran. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan di
sekolah dapat dianggap kurang berguna bilamana belum menyentuh
perbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah, Pemerintah dalam hal ini
Depatemen Pendidikan Nasional, mengembangkan berbagai program
yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Di antara keseluruhan komponen dalam pembelajaran, guru
merupakan komponen yang sangat berperan penting dalam
peningkatan kualitas pembelajaran. Tidak ada kualitas pembelajaran
tanpa kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan oleh Pemerintah,
namun yang pasti adalah peningkatan kualitas pembelajaran tidak
mungkin ada tanpa kualitas guru, sehingga peningkatan kualitas
pembelajaran, juga tidaklah mungkin ada tanpa peningkatan kualitas
para gurunya. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur
28
pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam
upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan
keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan.
Begitu sangat strategisnya kedudukan guru sebagai tenaga
profesional, di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tepatnya Bab III Pasal 7,
diamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan
yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
(i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Lebih
lanjut di dalam bab dan pasal yang sama juga diamanatkan bahwa
pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan
diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif,
29
dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi.
Salah satu program yang dapat diselenggarakan dalam
rangka pemberdayaan guru adalah supervisi akademik. Supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
demi pencapaian tujuan akademik. Supervisi akademik merupakan
upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan akademik. Dengan demikian, esensi supervisi
akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan
bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala
sekolah adalah kompetensi supervisi. Dengan Permendiknas tersebut
berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan
supervisi akademik terhadap guru-guru yang dipimpinnya. Supervisi
akademik secara umum digunakan sebagai istilah untuk memantau
perkembangan belajar siswa dalam merencanakan, pelaksanakan,
dan mengevaluasi kemajuan belajar. Pengawasan dilakukan untuk
memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa
mengoptimalkan potensi dirinya dalam meraih target akademis
30
mereka. Untuk mendapatkan prestasi yang terbaik, siswa perlu
didorang untuk menyadari adanya prosedur standar yang harus
mereka lalui dan ada target yang harus mereka capai sesuai dengan
standar kompetensi lulusan (SKL). Oleh karena itu, sasaran esensial
dari supervisi akademik adalah siswa. Namun, dalam pengaturan
kegiatan supervisi akademik Indonesia guru yang yang berkaitan
dengan rancangan pemanfaatan sumber daya yang siswa miliki
serta memenuhi standar prosedur pembelajaran.
Karena efektifnya pelaksanaan pembelajaran diukur dengan
kemampuan siswa mencapai target sesuai dengan SKL. Sekali pun
yang wajib dipantau adalah prilaku profesinal guru dalam
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, namun perlu efektivitas
hasilnya harus dilihat dari prilaku siswa belajar dan hasil belajar yang
siswa capai. Permikiran ini menegaskan bahwa supervisi akademik
baru dinyatakan akuntabel jika pemantau melihat proses siswa belajar
dalam kelas dan hasil belajarnya.
Sehubungan dengan pentingnya kegiatan supervisi akademik
dalam peningkatan mutu pembelajaran kepala sekolah merupakan
salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam upaya
tersebut. Oleh karena itu diperlukan kepala sekolah yang kompeten
dan efektif. Efektivitas Kepala Sekolah menurut Dirjen PMPTK (2007)
adalah dapat dilihat dari kreteria-kreteria ; 1) mampu memberdayakan
guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar
31
dan produktif, 2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan, 3) mampu menjalin hubungan
yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan
mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan, 4) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang
sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lainnya di
sekolah, 5) bekerja dengan tim manajemen, serta 6) berhasil
mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Salah satu kompetensi yang harus dipenuhi adalah kompetensi
supervisi. Kompetensi supervisi yang harus dilakukan kepala
sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut.
a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan
pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis
dan naluri kewirausahaan.
b. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di
sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi
dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
c. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/
metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa.
32
d. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/
bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk
mengembangkan potensi siswa.
e. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran.
f. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran.
2. Kualitas Pembelajaran Matematika
a. Kualitas Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek,
karena dalam kegiatan pembelajaran senantiasa mengintegrasikan
berbagai komponen dan kegiatan, yaitu siswa dengan lingkungan
belajar untuk diperolehnya perubahan perilaku (hasil belajar)
sesuai dengan tujuan (kompetensi) yang diharapkan.
Setiap individu/siswa merupakan obyek yang dihadapi oleh
guru dengan berbagai kompleksitas permasalahannya, karena
menyangkut dengan segi fisik dan psikis. Perilaku yang ingin
dihasilkan dari pembelajaran juga komplek, karena menyangkut
berbagai kemampuan (kompetensi) seperti kognitif, afektif, dan
psikomotor. Demikian pula dengan interkasi pembelajaran dan
lingkungan pembelajarannya itu sendiri juga komplek, karena
menyangkut materi, pendekatan, model, strategi, metode serta
33
media yang digunakan dalam mengkomunikasikannya dengan
siswa untuk diperolehnya tujuan (kompetensi) pembelajaran yang
diharapkan.
Mengingat serba kompleknya tugas-tugas pembelajaran,
maka setiap guru dipesyaratkan memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran. Secara khusus dalam PP
Nomor 19 tahun 2005 ditegaskan bahwa kompetensi yang harus
dimiliki oleh para guru meliputi: (1) kompetensi pedagogik, (2)
kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, dan (4)
kompetensi sosial.
Salah satu kompetensi yang sangat berperan penting dalam
peningkatan kualitas pembelajaran adalah pentingnya guru
mendesaian rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
dan mengevaluasi pembelajaran. Keterampilan dasar pelaksanaan
pembelajaran merupakan kemampuan pokok (basic skill) yang
harus dikuasai oleh setiap guru. Jika dikaitkan dengan keempat
kompetensi di atas, maka keterampilan dasar pelaksanaan
pembelajaran termasuk ke dalam kompetensi profesional. Dalam
menerapkan setiap jenis keterampilan dasar mengajar tersebut
tentunya harus disesuaikan dengan kondisi siswa, karena itu
keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran terkait pula dengan
kompetensi pedagogik.
34
Pada garis besarnya setiap kegiatan pembelajaran melewati
tiga tahap kegiatan, yaitu kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Adapun penerapan keterampilan dasar
mengajar dilakukan pada ketiga tahapan pembelajaran tersebut.
Karena itu keterampilan dasar mengajar merupakan bagian
integral dari seluruh proses pembelajaran. Melalui keterampilan
dasar mengajar dimaksudkan untuk memfasilitasi proses
pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena
itu guru harus menguasai jenis-jenis keterampilan dasar
pelaksanaan pembelajaran.
Keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran pada
dasarnya adalah kemampuan-kemampuan khusus berkenaan
dengan aspek-aspek pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap orang yang memiliki
profesi sebagai guru, tutor, pelatih maupun fasilitator dalam
melaksanakan pembelajaran. Adapun beberapa kemampuan
khusus berkaitan dengan kompetensi dasar pelaksanaan
pembelajaran tersebut, dikemukakan oleh Allen dan Ryan (1987)
dalam Dirjen PMPTK (2008) sebagai berikut: keterampilan
membuka, memberikan stimulus yang bervariasi, bertanya,
membuat ilustrasi/contoh, menggunakan isyarat, komunikasi,
penguatan dan balikan, serta keterampilan menutup pembelajaran.
35
Untuk dimilikinya setiap jenis keterampilan dasar
pelaksanaan pembelajaran tersebut, tidak cukup hanya dengan
dihafal, akan tetapi perlu diasah, dilatih secara sistematis dan
terkontrol sehingga diperoleh kemahiran yang siap untuk
digunakan dalam setiap kesempatan pembelajaran. Oleh karena
itu agar penerapan setiap keterampilan dasar pelaksanaan
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, maka
dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan unsur-unsur lain
dalam sistem pembelajaran itu sendiri antara lain dengan kondisi
siswa, tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, karakteristik
materi yang disajikan, sarana dan fasilitas pendukung, dan
lingkungan.
Untuk menjaga dan memelihara suasana proses
pembelajaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan, maka
kepedulian dan kerjasama berbagai pihak yang terkait dengan
proses pendidikan/pembelajaran di sekolah sangat diperlukan.
Oleh karena itu sebagai upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah perlu dukungan berbagai pihak terutama
kepala sekolah. Kepala sekolah perlu memberdayakan guru dalam
kegiatan persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran agar kualitas pembelajaran dapat terpelihara dan
ditingkatkan. Dengan meningkatkan kualitas pembelajaran
diharapkan hasil belajar peserta didik juga meningkat.
36
Oleh karena itu kepala sekolah harus senantiasa menjadi
motor penggerak bagi berfungsi dan berkembangnya kualitas
proses pembelajaran karena keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah, secara kelembagaan merupakan tanggung jawab kepala
sekolah yang bersangkutan. Untuk itu setiap kepala sekolah harus
mampu memerankan dirinya sebagai manajer pendidikan yang
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas serta mendalam,
baik yang menyangkut konsep, pengelolaan, maupun operasional
pendidikan dan pembelajaran.
b. Pembelajaran Matematika
Secara bahasa matematika berasal dari bahasa Yunani
yaitu “mathema” yang berarti hal-hal yang dipelajari
(Abdusysyakir, 2007: 5). Menurut Mohammad Soleh (998: 6-7)
salah satu sifat matematika yang membedakannya dengan ilmu
lain adalah: pembahasannya menggunakan tata nalar, dan
pengertian/konsep/pernyataan sifat konsisten.
Berdasarkan sifat tersebut maka matematika bersifat
hirarkis, yaitu materi matematika itu tersusun rapi, ada urut-
urutannya mulai yang rendah ke tinggi atau dari yang tinggi ke
yang rendah. Implikasinya adalah dalam belajar matematika harus
dengan pemahaman bukan hapalan. Pemahaman terjadi jika
pengetahuan di otak merupakan satuan-satuan yang terkoneksi
37
satu dengan yang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Andersen,
J.R., et al (2000) bahwa pengetahuan dibangun melalui konstruksi
pengetahuan di otak siswa sehingga terbentuk hubungan dan
saling keterkaitan antara materi. Pendapat ini juga sesuai dengan
karakteristik teori belajar konstruktivisme berikut (Boudourides,
2005) :
1) Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa,
2) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar
3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan
relevan dengan kehidupan sehari-hari (Contextual Teaching
and Learning/CTL),
4) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan
terjadinya interaksi dan kerja sama dengan orang lain atau
lingkungannya,
5) Memanfaatkan berbagai media, sehingga pembelajaran efektif,
6) Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga
matematika menjadi menarik dan siswa mau belajar,
c. Kualitas Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan aktivitas dari kehidupan manusia.
Ajaran agama sebagai pedoman hidup juga menganjurkan
manusia untuk selalu belajar. Secara etimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Baharudin &
38
Esa Nur Wahyuni, 2007: 34). Aktivitas belajar sangat terkait
dengan proses pencarian ilmu yang disebut proses belajar.
Setelah berakhirnya proses belajar, maka siswa
memperoleh hasil belajar (Dimyati dan Mujiono, 2006: 3 - 4).
Salah satu hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku,
yang biasanya berupa penguasaan terhadap keterampilan dan
perubahan berupa sikap. Perubahan perilaku merupakan hasil
dari kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun
pengalaman (Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2007: 34).
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mujiono (2006: 10)
dalam kegiatan belajar terdapat proses berpikir di mana siswa
menyusun hubungan-hubungan antara informasi yang diperoleh
sebelumnya, sehingga siswa paham dan menguasai hubungan-
hubungan itu, yang merupakan perwujudan hasil belajar.
Hasil belajar dari pendapat di atas merupakan hasil yang
diperoleh dari serangkaian usaha dalam pembelajaran matematika
untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku. Hasil belajar matematika
dapat berupa penguasaan terhadap sejumlah materi matematika
melalui hasil tes (kognitif) maupun perubahan sikap (afektif).
Agar peserta didik memperoleh hasil belajar yang optimal
salah satu faktor yang sangat berperan penting adalah proses
pembelajaran yang berkualitas. Agar pelaksanaan pembelajaran
39
berkualitas maka diperlukan upaya-upaya pendukung untuk
menjalankan proses pembelajaran tersebut. Upaya-upaya tersebut
meliputi tahapan persiapan pembelajaran, perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi proses
pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu kualitas
pembelajaran matematika merupakan serangkaian upaya kegiatan
(persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi) dalam
pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar matematika yang
optimal.
3. Peran Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam
mendorong guru untuk melakukanan proses pembelajaran yang
berkualitas sehingga mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas,
daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan
memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu
sistem pendidikan. Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus
memiliki kompetensi kepemimpinan yang memadai.
Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan
diterapkan dalam bebagai organisasi/institusi, baik profit maupun non
profit, namun model kepemimpinan yang paling cocok untuk
diterapkan di sekolah adalah kepemimpinan pembelajaran
(Kemdiknas, 2010c). Tentang penerapan kepemimpinan pembelajaran
40
di sekolah, banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa kepala
sekolah yang memfokuskan kepemimpinan pembelajaran
menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik dari pada kepala
sekolah yang kurang memfokuskan pada kepemimpinan
pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan sekolah tidak menerapkan
model kepemimpinan pembelajaran.
Beberapa alasan mengapa banyak sekolah tidak menerapkan
kepemimpinan pembelajaran antara lain kurangnya pelatihan tentang
kepemimpinan pembelajaran, kurangnya waktu untuk melaksanakan
kepemimpinan pembelajaran, banyaknya kegiatan administratif yang
harus dilaksanakan, dan adanya harapan dari masyarakat bahwa
peran kepala sekolah utamanya adalah seorang manager
(Kemendiknas, 2010c).
Kepemimpinan pembelajaran sangat cocok diterapkan di
sekolah karena misi utama sekolah adalah mendidik semua siswa dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa depan
yang belum diketahui dan yang sarat dengan tantangan-tantangan
yang sangat turbulen. Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah
sebagai organisasi harus memfokuskan pada kualitas pembelajaran
yang meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil
belajar.
41
Agar kualitas pembelajaran dapat tercapai, hal ini sangat
menuntut peran kepala sekolah dalam proses pelaksanaan dan
pemantauan kegiatan pembelajaran tersebut. Proses ini dapat
dilakukan dengan kegiatan supervisi akademik. Hal tersebut sangat
sesuai dengan tuntutan salah satu kompetensi kepala sekolah dalam
Permendiknas No 13 Tahun 2007 yaitu kompetensi supervisi.
Kompetensi yang diharapkan adalah: (1) merencanakan program
supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru,
(2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, (3)
menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Agar proses supervisi dapat berjalan sesuai rencana dan
memperoleh hasil sesuai target yang ditetapkan, maka sangat
menuntut kemampuan seorang kepala sekolah dalam menerapkan
kepemimpinannya, karena kepemimpinan kepala sekolah sangat
berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan hidup dan
keberhasilan suatu sekolah. Pada kenyataannya kepa[a sekolah
dapat mempengaruhi semangat guru dan kualitas pembelajaran di
suatu sekolah.
Seorang kepala sekolah harus mampu mengembangkan
profesionalisme warga sekolahnya terutama guru secara terus
menerus agar diperoleh hasil belajar seoptimal mungkin. Seorang
42
kepala sekolah mempunyai peran yang sangat kritis dalam
membantu guru mencapai tujuan dengan cara meningkatkan
motivasinya sehingga kompetensi guru yang dipimpinnya dapat
meningkat. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai strategi
kepemimpinan yang kuat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari
seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan
bawahan pada lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah.
Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam
mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran agar mampu
menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan
pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa
kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan.
Desentralisasi dan otonomi pendidikan seperti sekarang ini
membuat posisi Kepala Sekolah memegang peran sangat penting
untuk kemajuan sekolah. Dalam pengelolaan sekolah model
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan Kepala Sekolah
yang dapat mengimplementasikan upaya-upaya pembaharuan dalam
pendidikan dan aspiratif terhadap perubahan. Agar proses
pembelajaran berlangsung sesuai dengan harapan, maka Kepala
Sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.
Satu di antara tugas kepala sekolah sebagai pemimpin yang efektif
adalah melaksanakan supervisi akademik. Oleh sebab itu, setiap
43
Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam
melaksanakan supervisi akademik.
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (LPPKS, 2010).
Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran. Praktek nyata penilaian kinerja guru dalam
supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk
tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas, apa yang
sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas, aktivitas-
aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang
bermakna bagi guru dan murid, apa yang telah dilakukan oleh guru
dalam mencapai tujuan akademik, apa kelebihan dan kekurangan
guru dan bagaimana cara mengembangkannya.
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di
sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti telah
selesai pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan
dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi
akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
44
Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya di sekolah
berfungsi sebagai administrator, manajer, supervisor, dan leader.
Dalam melaksanakan tugas kesupervisian, salah satu kemampuan
yang harus dikuasai adalah kemampuan di bidang evaluasi supervisi
pendidikan. Evaluasi supervisi pendidikan sangat penting bagi
kelancaran dan peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
Kemampuan supervisi akademik tersebut juga merupakan salah
satu wujud implementasi kepemimpinan pembelajaran sebagai upaya
memimpin para guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya
dapat memperbaiki prestasi belajar siswanya. Kepemimpinan
pembelajaran juga tidak hanya terfokus pada guru saja tetapi juga
pada kegiatan-kegiatan berikut (Kemdiknas, 2010c):
a. Kepala sekolah mensosialisasikan dan menamkan isi dan makna
visi sekolahnya dengan baik. Dia juga mampu membangun
kebiasaan-kebiasaan berbagi pendapat atau urun rembug dalam
merumuskan visi dan misi sekolahnya, dan dia selalu menjaga
agar visi dan misi sekolah yang telah disepakati oleh warga
sekolah hidup subur dalam implementasinya,
b. Kepala Sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam
pengelolaan sekolah (manajemen partisipatif). kepala sekolah
melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengambilan
45
keputusan dan dalam kegiatan operasional sekolah sesuai dengan
kemampuan dan batas-batas yuridiksi yang berlaku.
c. Kepala sekolah memberikan dukungan terhadap pembelajaran,
misalnya dia mendukung bahwa pengajaran yang memfokuskan
pada kepentingan belajar siswa harus menjadi prioritas.
d. Kepala sekolah melakukan pemantauan terhadap proses belajar
mengajar sehingga memahami lebih mendalam dan menyadari
apa yang sedang berlangsung didalam sekolah.
e. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator sehingga dengan
berbagai cara dia dapat mengetahui kesulitan pembelajaran dan
dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut.
Ruang lingkup peran kepala sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran dalam supervisi akademik mencakup kurikulum (apa
yang diajarkan) mencakup pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) yang meliputi kegiatan perumusan visi, misi, dan
tujuan sekolah; pengembangan struktur dan muatan kurikulum; dan
pembuatan kalender. Proses belajar mengajar meliputi penyusunan
silabus, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran,
pengembangan bahan ajar, pemilihan buku pelajaran, pemilihan
metode mengajar dan metode belajar, penggunaan media
pembelajaran dan fasilitas belajar lainnya, pengelolaan kelas, dan
pemotivasian siswa. Asesmen (evaluasi hasil belajar) meliputi aspek
yang di evaluasi, metode evaluasi, dan pelaporan. Penilaian kinerja
46
guru dan pengembangan profesinya juga merupakan prioritas
kepemimpinan pembelajaran, dan tidak kalah penting, kepemimpinan
pembelajaran mengutamakan layanan prima terhadap pembelajaran
siswa serta membangun warga sekolahnya menjadi komunitas
pembelajaran.
Tujuan kepemimpinan pembelajaran utamanya supervisi adalah
untuk memfasilitasi pembelajaran agar siswanya meningkat prestasi
belajarnya, meningkat kepuasan belajarnya, meningkat motivasi
belajarnya, meningkat keingintahuannya, kreativitasnya, inovasinya,
jiwa kewirausahaannya, dan meningkat kesadarannya untuk belajar
secara terus-menerus sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni berkembang dengan pesat.
Peran kepala sekolah dalam kepemimpinan pembelajaran
khususnya supervisi akademik sangat penting untuk diterapkan di
sekolah karena seperti disebut sebelumnya bahwa kepemimpinan
pembelajaran berkontribusi sangat signifikan terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa. Kepemimpinan pembelajaran mampu
memberikan dorongan dan arahan terhadap warga sekolah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswanya. Kepemimpinan pembelajaran
juga mampu memfokuskan kegiatan-kegiatan warganya untuk menuju
pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah. Kepemimpinan
pembelajaran penting diterapkan di sekolah karena kemampuannya
dalam membangun komunitas belajar yang mampu:
47
a. Memberdayakan warga sekolah seoptimal mungkin, memfasilitasi
warga sekolah untuk belajar terus dan belajar ulang,
b. mendorong kemandirian setiap warga sekolahnya, memberi
kewenangan dan tanggungjawab kepada warga sekolahnya,
mendorong warga sekolah untuk akuntabilitas terhadap proses
dan hasil kerjanya, mendorong teamwork yang (kompak, cerdas,
dinamis, harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan
utama yaitu siswa), mengajak warga sekolahnya untuk menjadikan
sekolahnya berfokus pada layanan siswa,
c. mengajak warga sekolahnya untuk siap dan akrab menghadapi
perubahan, mengajak warga sekolahnya untuk berpikir sistem,
mengajak warga sekolahnya.
d. untuk komitmen terhadap keunggulan mutu, dan mengajak warga
sekolahnya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
Sebagai seorang supervisor kepala sekolah harus
mengarahkan dan membimbing program pembelajaran di sekolah
yang akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap
peningkatan efektivitas pembelajaran di sekolah, yang meliputi hal-hal
berikut: meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa semua siswa
dapat belajar dengan efektif dan efisien, mengetahui dan mampu
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang baik,
menyebarluaskan praktik-praktik proses belajar mengajar yang efektif
terhadap guru-guru lain, menetapkan harapan atau target kualitas
48
kurikulum melalui penggunaan standar kurikulum dengan
pembelajaran dan penilaian, tetapkan kegiatan kurikulum yang
diprioritaskan, dan monitor pelaksanaan kurikulum, mengecek
kemajuan siswa secara berkala berdasarkan data kinerja yang ada,
dan publikasikan kepada para guru agar mereka dapat melihat
kesenjangan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja
yang dicapai oleh siswa, sehingga guru bisa merefleksi apa
kekurangan dan kelebihannya.
Selain itu kepala sekolah harus memiliki harapan yang tinggi
terhadap seluruh guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan
standar yang baik, melakukan kunjungan kelas untuk mengamati
pembelajaran, memfokuskan kegiatan supervisi untuk meningkatkan
pembelajaran, dan mempersiapkan serta monitor kegiatan-kegiatan
pengembangan guru, dan mengkomunikasikan program pembelajaran
yang telah disepakati sesuai dengan rencana, strategi peningkatan
yang sistematis, prioritas kegiatan yang jelas, dan pendekatan-
pendekatan baru, harus dilaksanakan dengan baik.
Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk memperhatikan
apa yang sebenarnya terjadi di ruang kelas, melakukan
pengamatan proses pembelajaran, dan mendorong peningkatan
kinerja guru dan siswa untuk mencapai hasil belajar maksimal,
49
b. Menelusuri hasil-hasil tes siswa dan indikator-indikator lainnya
untuk membantu guru dalam memfokuskan perhatiannya terhadap
siswa yang mengalami kesulitan dan yang memerlukan bantuan
guru untuk mengatasinya,
c. Memfokuskan sebagian besar waktunya untuk meningkatkan mutu
guru dan pemanfaatannya secara optimal dalam pembelajaran,
d. Memberikan tantangan baru kepada guru untuk meneliti tentang
dirinya sendiri apakah yang bersangkutan masih tergolong guru
tradisional (out of date) atau guru moderen (update), dan
e. Memberikan kesempatan kepada para guru untuk berbagi
informasi dan bekerja sama untuk mengembangkan kurikulum dan
pembelajarannya.
B. Kerangka Pemikiran
Selama ini kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa peran
kepala sekolah dalam kegiatan akademis sangat berkurang, karena
disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan rutin yang bersifat administratif,
pertemuan-pertemuan, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat non-
akademis sehingga waktu untuk mempelajari pembaruan/inovasi
kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar siswa
kurang mendapatkan perhatian secara serius.
50
Padahal, ketiga hal yang terakhir sangat erat kaitannya dengan
peningkatan mutu proses belajar mengajar, yang pada gilirannya, mutu
proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas siswa dan kualitas sekolah secara keseluruhan. Untuk itu, sudah
selayaknya peran kepala sekolah sebagai supervisor memperoleh porsi
waktu yang lebih besar dibanding dengan peran-peran yang lain.
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya kepala sekolah
harus melakukan pengelolaan dan pembinaan sekolah melalui kegiatan
administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung
pada kemampuannya. Sehubungan dengan itu, kepala sekolah sebagai
supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengkoreksi dan
mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di lingkungan sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran seorang kepala
sekolah harus mampu meningkatkan kinerja para guru atau bawahannya.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sekolah harus mampu
memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak
untuk melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kinerja mereka
akan lebih baik. Kinerja guru dapat meningkat jika ada program dari
kepala sekolah untuk selalu memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
pembelajarannya. Oleh karena itu penerapan supervisi akademik secara
terencana dan terprogram merupakan langkah yang tepat untuk
dilakukan.
51
Berdasarkan pemikiran tersebut, dibuat kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 4.Kerangka Pemikiran
52
KUALITAS PEMBELAJARAN
RENDAH
OPTIMALISASI PELAKSANAAN
SUPERVISI AKADEMIK
KUALITAS PEMBLAJARAN
MENINGKAT
RENCANA TINDAKAN KEPEMIMPINAN
(1)
RENCANA TINDAKAN KEPEMIMPINAN
(2)
C. Implementasi Program
1. Rancangan Tindakan Kepemimpinan (RTK 1)
Secara umum, cara-cara menerapkan rencana tindak
kepemimpinan adalah sebagai berikut.
a. Memahami tujuan pelaksanaan supervisi akademik
b. Menentukan tujuan perencanaan supervisi yaitu membantu guru
mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c. Menyusun dukomen perencanaan dan pelaksanaan supervisi
akademik berupa jadwal dan program supervisi
d. Menyusun dokumen pemantauan supervisi akademik
e. Memahami kompetensi guru yang diperlukan untuk mewujudkan
target yang akan disupervisi dengan studi literatur yang relevan
tentang tugas pokok guru dan peraturan yang menaunginya
f. Menentukan lingkup kajian supervisi akademik. Dalam RTK ini
lingkup kajian supervisi akademik adalah instrumen administrasi
pembelajaran guru yang meliputi: kajian pengembangan silabus,
kajian penyusunan RPP, kajian pelaksanaan pembelajaran,
kelengkapan administrasi pembelajaran dan administrasi penilaian
yang dimiliki guru.
g. Menentukan model supervisi akademik, di mana dalam RTK ini
model supervisi akademik tradisional dengan observasi langsung.
53
h. Menyusun instrumen supervisi akademik.
Instrumen supervisi merupakan alat untuk mengumpulkan data
mengenai kinerja guru dalam administrasi pengembangan silabus,
RPP, kegiatan pembelajaran di kelas, dan administrasi penilain.
pembelajaran di kelas.
Instrumen supervisi pengembangan silabus dan RPP disusun
berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) Sedangkan instrumen kegiatan
pembelajaran pada RTK 1 meliputi:
1). Kegiatan pendahuluan, meliputi: kesiapan alat bantu dan
media, motivasi, apersepsi, kejelasan kompetensi dasar dan
kesiapan bahan ajar/sumber belajar.
2). Kegiatan inti pembelajaran meliputi, penguasaan materi,
pengelolaan kelas, pengelolaan waktu, metode/pendekatan
yang digunakan, pendekatan alat bantu media, peran guru
sebagai fasilitator, teknik bertanya, penggunaan papan tulis,
interaksi guru dan peserta didik, interaksi antar peserta didik,
aktifitas peserta didik, sikap peserta didik, dan pencapaian
KD/indikator.
3). Penutup, meliputi kegiatan rangkuman da tugas untuk
pertemuan berikutnya
54
Untuk instrumen administrasi pembelajaran meliputi dokumen
yang harus dimiliki guru yang terdiri dari: kalender pendidikan,
program tahunan, program semester, perhitungan minggu efektif,
perhitungan alokasi waktu SK/KD, pemetaan SK/KD dan indikator,
Silabus, RPP, jadwal tatap muka, agenda harian, pressensi siswa,
buku referensi, dokumen penghiungan KKM dan administrasi
penilaian
h. Menentukan teknik supervisi. Pada Rancangan Tindakan 1 ini
teknik supervisi yang direncanakan adalah teknik supervisi
individual, dimana teknik supervisi dilaksanakan tehaap seorang
guru.
i. Memberitahukan rencana pelaksanaan kegiatan kepada sekolah
(dalam hal ini diwakili wakil kepala seklah) dan guru yang akan
disupervisi dan menentukan rentang waktu jadwal
pelaksanaannya.
Pada kegiatan RTK 1 guru yang ditunjuk adalah Ibu Sti Nurjanah,
S.Pd. yang mengampu kelas VII. Kegiatan direncanakan pada
Jum’at, 16 September 2011.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan RTK 1 dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
55
a. Pertemuan awal antara supervisor dengan guru. Pertemuan awal
supervisor digunakan untuk menyampaikan tujuan dan
menghimpun informasi yang mendukung pelaksanaan tugas.
b. Tahap persiapan, yaitu dengan memeriksa kelengkapan
administrasi pembelajaran guru yang telah disusun,
pengembangan silabus, penyusunan RPP dan administrasi
penilaian. Kemudian dicocokkan dengan instrumen kajian yang
telah disiapkan.
c. Tahap pengamatan selama kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini supervisor wajib mencatat semua data yang nyata
ada dan relevan dengan pemenuhan standar. Pengamatan
kegiatan supervisi dapat dilakukan dengan mengamati proses
yang sedang berlangsung, melihat dokumen, atau memperhatikan
situasi yang seungguhnya. Pada tahap ini supervisor mengamati
jalannya proses pembelajaran yang berlangsung, kemudian
mencocokkannya dengan instrumen yang telah disusun mulai dari
kegiatan pendahuan, kegiatan inti dan penutup
d. Tahap akhir kunjungan pembelajaran.
Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan pertemuan
untuk membicarakan tentang hasil-hasil yang telah diperoleh
selama tahap persiapan dan tahap pengamatan selama kegiatan
pembelajaran.
56
3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan (RTK 1)
Monitoring adalah serangkaian kegiatan pengecekan atau
perunutan jejak program atau kegiatan guna memastikan bahwa:
kegiatan dilakukan sesuai dengan perencanaan, dilaksanakan sesuai
rencana dan menghasilkan sesuatu sesuai yang diharapkan.
Kegiatan monitoring dilaksankan untuk mendeskripsikan keadaan
yang sesungguhnya sehinga dapat dikembangkan rekomendasi,
saran dan masukan, dan perbaikan ringan sepanjang yang mampu
sekolah laksanakan. Catatan harus dibuat berdasarkan kerangka
program dan target yang hendak diraih.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi, dilakukan pihak sekolah,
dalam hal ini dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah (Drs. Anung
Prawoto Hadi, M.M.) untuk memastikan apakah proses kegiatan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan
dilakukan sebagai evaluasi apakah penyelenggaraan efektif dan
efisien serta dapat menjaring informasi yang optimal dan akurat.
Dengan adanya kesesuaian rencana yang jelas maka masing-masing
pihak akan berusaha untuk melaksanakan kegiatan seuai dengan
jadwal yang telah disepakati guru dan supervisor.
Pemantauan dilaksanakan secara langsung melihat
pembelajaran di kelas dan wawancara akhir setelah kegiatan supervisi
dengan supervisor. Hasil monitoring dan evaluasi ini nantinya akan
digunakan untuk bahan untuk melakukan tindak lanjut dan melakukan
57
4. Hasil yang diperoleh
Berdasarkan RTK yang telah dilaksanakan menunjukkan hasil-
hasil sebagai berikut:
a. Dalam pengembangan silabus, guru belum mengembangkan
silabus secara mandiri. Guru masih mengadopsi silabus yang
dibuat oleh kelompok MGMP, dengan mengintegrasikan
pendidikan karakter
b. Dalam penyusunan RPP, guru sudah menyusun RPP secara
mandiri. RPP yang disusun guru sudah mengacu pada Permen 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses, di mana pada langkah-
langkah pembelajaran sudah mengacu pada kegiatan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
c. Antara silabus dan RPP pada kegiatan pembelajaran belum ada
keterpaduan khususnya dalam alokasi waktu dan kegiatan
pembelajaran
d. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sudah melakukan kegiatan
yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar aktif, tetapi guru
masih dominan dalam pembelajaran. Guru juga belum
memanfaatkan media pembelajaran/alat peraga.
5. Rancangan Tindakan Kepemimpinan (RTK 2)
Secara umum, cara-cara menerapkan rencana tindak
kepemimpinan pada RTK 2 adalah:
58
a. Melakukan tindak lanjut hasil RTK 1 dengan merencanakan
pertemuan untuk diskusi dengan guru (Siti Nurjanah S.Pd.)
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan supervisi akademik yang
pertama.
b. Menentukan tujuan perencanaan supervisi sebagai tindak lanjut
RTK1 yaitu membantu guru melengkapi administrasi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan instrumen penilaian
c. Menyusun dukomen perencanaan dan pelaksanaan supervisi
akademik berupa jadwal dan program supervisi kedua di sekolah
sendiri dan di sekolah magang
d. Memahami kompetensi guru yang diperlukan untuk mewujudkan
target yang akan disupervisi dengan studi literatur yang relevan
dalam hal ini sesuai dengan Standar Isi.
f. Menentukan lingkup kajian supervisi akademik. Dalam RTK 2 ini
sama dengan lingkup kajian supervisi akademik pada RTK 1 yaitu
administrasi pembelajaran guru yang meliputi: kajian
pengembangan silabus, kajian penyusunan RPP, kajian
pelaksanaan pembelajaran, kelengkapan administrasi
pembelajaran dan administrasi penilaian yang dimiliki guru.
g. Menentukan model supervisi akademik tradisional atau
kontemporer (masa kini).
Dalam RTK 2 ini model supervisi akademik tradisional dengan
observasi langsung sama dengan RTK 1
59
h. Pemantapan instrumen supervisi
Pada RTK 2 dilakukan dengan mengevaluasi instrumen pada RTK
1, khususnya dalam instrumen supervisi kegiatan pembelajaran.
Sedangkan instrumen administrasi pengembangan silabus, RPP,
kegiatan pembelajaran di kelas, dan administrasi penilain.
pembelajaran di kelas sama dengan RTK 1. Instrumen kegiatan
pembelajaran pada RTK 2 menggunakan prosedur kegiatan
seperti pada Standar Proses.
1). Kegiatan pendahuluan, meliputi:
2). Kegiatan inti pembelajaran meliputi kegiatan elaborasi,
eksplorasi dan konfirmasi.
3). Penutup, meliputi kegiatan rangkuman da tugas untuk
pertemuan berikutnya
Untuk instrumen administrasi pembelajaran masih sama seperti
pada RTK 1, meliputi dokumen yang harus dimiliki guru yang terdiri
dari: kalender pendidikan, program tahunan, program semester,
perhitungan minggu efektif, perhitungan alokasi waktu SK/KD,
pemetaan SK/KD dan indikator, Silabus, RPP, jadwal tatap muka,
agenda harian, pressensi siswa, buku referensi, dokumen
penghiungan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan administrasi
kelengkapan penilaian yang dimiliki oleh guru.
60
h. Menentukan teknik supervisi. Pada Rancangan Tindakan 2 ini
teknik supervisi yang direncanakan adalah teknik supervisi
individual, dimana teknik supervisi dilaksanakan tehaap seorang
guru.
i. Memberitahukan rencana pelaksanaan kegiatan kepada sekolah
magang kedua dan ketiga dan meminta kepala sekolah menunjuk
dan guru yang akan disupervisi dan menentukan jadwal
pelaksanaannya.
Pada kegiatan RTK 2 guru yang ditunjuk di sekolah magang 1
sama dengan RTK 1 adalah Ibu Sti Nurjanah, S.Pd. yang
mengampu kelas VII. Kegiatan direncanakan pada Selasa, 27
September 2009.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan RTK 2 dilaksanakan dengan tahapan sama
dengan RTK 2 sebagai berikut:
d. Pertemuan awal antara supervisor dengan guru. Pertemuan awal
supervisor digunakan untuk menyampaikan tujuan dan
menghimpun informasi yang mendukung pelaksanaan tugas.
e. Tahap persiapan, yaitu dengan memeriksa kelengkapan
administrasi pembelajaran guru yang telah disusun, meliputi
pengembangan silabus, penyusunan RPP dan administrasi
61
penilaian. Kemudian dicocokkan dengan instrumen kajian yang
telah disiapkan.
f. Tahap pengamatan selama kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini supervisor wajib mencatat semua data yang nyata
ada dan relevan dengan pemenuhan standar. Pengamatan
kegiatan supervisi dapat dilakukan dengan mengamati proses
yang sedang berlangsung, melihat dokumen, atau memperhatikan
situasi yang seungguhnya. Pada tahap ini supervisor mengamati
jalannya proses pembelajaran yang berlangsung, kemudian
mencocokkannya dengan instrumen yang telah disusun mulai dari
kegiatan pendahuan, kegiatan inti dan penutup
d. Tahap akhir kunjungan pembelajaran.
Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan pertemuan
untuk membicarakan tentang hasil-hasil yang telah diperoleh
selama tahap persiapan dan tahap pengamatan selama kegiatan
pembelajaran.
3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan (RTK 2)
Kegiatan monitoring pada RTK 2 dilaksanakan hampir sama
dengan kegiatan pada RTK1. Kegiatan monitoring dilaksankan untuk
mendeskripsikan keadaan yang sesungguhnya sehinga dapat
dikembangkan rekomendasi, saran dan masukan, dan perbaikan
62
ringan sepanjang yang mampu sekolah laksanakan. Catatan harus
dibuat berdasarkan kerangka program dan target yang hendak diraih.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi, dilakukan pihak sekolah
magang pertama untuk kegiatan supervisi yang kedua, dalam hal ini
dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah (Drs. Anung Prawoto Hadi,
M.M.) untuk memastikan apakah proses kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan dilakukan
sebagai evaluasi apakah penyelenggaraan efektif dan efisien serta
dapat menjaring informasi yang optimal dan akurat. Dengan adanya
kesesuaian rencana yang jelas maka masing-masing pihak akan
berusaha untuk melaksanakan kegiatan seuai dengan jadwal yang
telah disepakati guru dan supervisor.
Sedangkan untuk sekolah magang kedua dan ketiga dilakukan
langsung oleh kepala sekolah masing-masing, yaitu kepala SMP N. 24
yaitu Drs. Suharno dan kepala SMP 2 Surakarta yaitu Drs. H. Triyoto,
M.M.
Pemantauan dilaksanakan secara langsung melihat
pembelajaran di kelas dan wawancara akhir setelah kegiatan supervisi
dengan supervisor. Hasil monitoring dan evaluasi ini nantinya akan
digunakan untuk bahan untuk melakukan tindak lanjut dan melakukan
63
4. Hasil yang diperoleh
Berdasarkan RTK 2 yang telah dilaksanakan menunjukkan hasil-
hasil sebagai berikut:
a. Dalam pengembangan silabus, guru masih sama pada hasil RTK 1
di mana guru belum mengembangkan silabus secara mandiri.
Guru masih mengadopsi silabus yang dibuat oleh kelompok
MGMP, dengan mengintegrasikan pendidikan karakter
b. Dalam penyusunan RPP, guru sudah menyusun RPP secara
mandiri. RPP yang disusun guru sudah mengacu pada Permen 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses, di mana pada langkah-
langkah pembelajaran sudah mengacu pada kegiatan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
c. Antara silabus dan RPP pada kegiatan pembelajaran sudah ada
keterpaduan khususnya
d. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sudah melakukan kegiatan
yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar aktif, tetapi guru di
sekolah magang kedua dan ketiga juga belum memanfaatkan
media pembelajaran, meskipun ada fasilitas LCD di kelas.
Setelah melaksanakan RTK 1 dan RTK 2 maka dibuat
rangkuman hasil penilaian kemudian menyampaikannya pada pihak
yang berkepentingan dalam hal ini kepala sekolah tempat magang.
64
Berikut ini disajikan beberapa dokumentasi kegiatan pada RTK 1
dan RTK 2.
Gambar 5.Kegiatan Pembelajaran pada RTK 1 di SMP N 25 Surakarta
Guru Model: Siti Nurjanah, S.Pd
65
Gambar 6.Kegiatan Pembelajaran pada RTK 2 di SMP N 25 Surakarta
Guru Model: Siti Nurjanah, S.Pd
66
Gambar 7Suasana Pembelajaran pada RTK 2 di SMP N 24 Surakarta
Guru Model: Suparmi, S.Pd.
67
Gambar 8.Suasana Pembelajaran pada RTK 2 di SMP N 2 Surakarta
Guru Model: Fajarwiyati Tyas Arudatin, S.Pd.
68