Mukokel Sinus Paranasal
-
Upload
indah-sandy-simorangkir -
Category
Documents
-
view
782 -
download
3
Transcript of Mukokel Sinus Paranasal
REFERAT
MUKOKEL SINUS PARASANAL
Penyusun
Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan (THT)
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Agustus 2009
BAB. I
PENDAHULUAN
Mukokel adalah suatu kantong epithelial yang berisi cairan mukus pada sinus
paranasal. Mukosil bersifat tumbuh lambat, ekspansif dan dapat mendestruksi
jaringan sekitarnya. Cairan mukokel steril dan jika terdapat infeksi sehingga
cairannya mukopurulen disebut mukopiokel. Istilah mukokel pertama kali
dikemukakan oleh Rollet pada tahun 1896. (1,2,3,4,5,6,7)
Penyebab utama dari timbulnya mukokel adalah adanya obstruksi drenase
sekret di daerah sinus paranasal yang menyebabkan akumulasi mukus dengan
lapisan epitel kolumnar membentuk seperti kantong. (1,3,6)
Pengetahuan tentang mukokel berkaitan erat dengan pengetahuan sinus
parasanal. Mukosa sinus paranasal adalah mukosa yang serupa dengan saluran
pernapasan, memiliki silia yang dapat bergerak untuk fungsi drenase sekret.
Gangguan pada pergerakan silia dapat menyebabkan obstruksi yang kemudian dapat
menimbulkan munculnya mukokel.
Data epidemiologis mukokel di Indonesia sendiri belum begitu jelas.
Umumnya timbul pada usia dekade ketiga atau bahkan keempat. Berdasarkan lokasi
sinus paranasal yang sering terkena adalah sinus frontal, kemudian pada sinus
etmoid. Jarang ditemukan pada sinus sfenoid dan sinus maksila. Gejala klinis
mukokel sinus bervariasi tergantung pada ukuran mukokel dan daerah yang dikenai.
Mukokel sinus maksila umumnya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
Seringkali ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan radiologi. Maka dari
itu, sampai saat ini, pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang
utama untuk diagnosis mukokel.
Foto polos sinus paranasal 3 posisi seringkali tidak dapat mendeteksi adanya
mukokel. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain posisi, lokasi dan ukuran
mukokel. Pemeriksaan CT Scan memberikan hasil yang lebih baik karena dapat
menilai struktur jaringan lunak mukokel dan jaringan tulang di sekitarnya. Sehingga
dapat menilai perluasan mukokel dan sebagai tolak ukur terapi. (4,5,6,7)
BAB. II
PEMBAHASAN
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
1
I. SINUS PARANASAL
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Terdapat empat pasang sinus
paranasal, dan semua sinus mempunyai muara ke dalam rongga hidung.(1)
Gambar 1. Sinus Paranasal(2)
1.1 Embriologi
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari hasil invaginasi mukosa
rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali
sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat
bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada
anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai
pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung.
Sinus paranasal umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15 – 18
tahun.(1)
Sinus maksila dan sinus frontal secara bertahap terbentuk saat
pertumbuhan kepala, tidak seperti sinus etmoid yang sudah mengalami
pneumatisasi saat lahir. Sehingga pada klinisnya, sinusitis pada anak-anak
umumnya melibatkan sel etmoid (dengan resiko penetrasi orbita seperti mata
yang membengkak dan merah).(2)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
2
Gambar 2. Pneumatisasi Sinus Frontal dan Sinus Maksila(2)
1.2 Anatomi
Struktur pusat dari sinus paranasal adalah tulang etmoid (warna merah
pada gambar). Lempeng kribriform membentuk bagian anterior dari dasar
tengkorak. Sinus frontal dan sinus maksila terletak di sekitar tulang etmoid.
Meatus nasi inferior, media dan superior terletak di bagian lateral rongga hidung
di dalam konka. Di bawah konka media dan di atas ostium sinus maksila,
terletak bula etmoid, yang terdiri dari sel etmoid. Konka media merupakan
bangunan yang berguna dalam proses operasi sinus maksila dan sinus etmoid
anterior. Dinding lateral yang memisahkan tulang etmoid dari orbita dalam
lempeng tipis yang disebut lamina papirasea.(2)
Gambar 3. Struktur Tulang Kerangka Sinus Paranasal. (2)
1. Sinus Maksila
Merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sudah ada sejak lahir dengan
volume 6-8 ml, kemudian berkembang hingga mencapai ukuran maksimal 15 ml
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
3
saat dewasa. Pada saat lahir, sinus maksila berbentuk bulat atau elongasi,
secara perlahan akhirnya membentuk piramid saat gigi tetap pertama tumbuh.
Pada umur 13 tahun, sinus maksila mencapai bentuk tetap dan menjadi
proporsional saat umur 18 tahun.(1)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila.(1)
a.Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2). Bahkan akar gigi tersebut dapat
menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas
menyebabkan sinusitis.
b. Sinusitis maksila dapat menyebabkan komplikasi orbita.
c. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase
hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drenase juga harus melewati
infundibulum yang sempit, yang merupakan bagian dari sinus etmoid
anterior.
2. Sinus Frontal
Terbentuk sejak bulan ke-empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal
atau dari sel infundibulum etmoid. Sinus frontal mulai berkembang pada usia 8
sampai 10 tahun dan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus
frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan dipisahkan oleh sekat yang
terletak di garis tengah. Tepi sinus berlekuk-lekuk, sehingga tidak adanya
gambaran lekuk-lekuk pada foto Rontgen sinus frontal menunjukkan adanya
infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita
dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah mengenai
daerah ini. (1)
3. Sinus Etmoid
Terdiri dari beberapa sel etmoid atau rongga-rongga kecil di dalam labirin
etmoid yang terletak di antara orbita dan rongga hidung. Infeksi sinus etmoid
akan dengan mudah menyebar ke orbita dengan proses erosi lapisan tulang tipis
yang membatasi sinus sphenoid dengan orbita yang disebut lamina papirasea.
Sinus etmoid dapat dibagi dengan 3 bagian yaitu etmoid posterior dengan
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
4
drenase menuju meatus nasi superior, etmoid media dengan drenase menuju
meatus nasi media melalui bula etmoid, dan etmoid anterior dengan drenase
menuju meatus nasi media melalui hiatus semilunaris.(2)
4. Sinus Sfenoid
Sinus sphenoid terletak dalam os sphenoid di belakang sinus etmoid
posterior. Terbagi menjadi dua bangian oleh sekat yang disebut septum
intersfenoid. Volumenya bervariasi antara 5 sampai 7,5 ml. Saat sinus
berkembang, pembuluh darah dan saraf di bagian lateral os sfenoid akan
menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi
pada dinding sinus sfenoid. Batas sinus sfenoid di sebelah superior adalah fosa
serebri media dan kelenjar hipofisa. Di sebelah inferiornya atap nasofaring,
sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna dan di
posterior berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons. (1)
1.3 Sistem Mukosiliar
Sinus paranasal diliputi mukosa yang serupa dengan hidung, yaitu
pseudostratified respiratory epithelium yang memiliki silia dan sel goblet.
Bersamaan dengan hasil produksi kelenjar serosa dan seromukosa yang terletak
dalam jaringan ikat, mukus hasil produksi sel goblet akan bersatu menjadi lendir
yang meliputi mukosa sinus paranasal. Silia berguna untuk mengatur aliran
lendir menuju ostium. Bila terjadi gangguan pada koordinasi gerak silia, maka
lendir akan terakumulasi di dalam sinus dan menjadi sarana yang
menguntungkan bagi pertumbuhan kuman. (2)
1.4 Kompleks Ostio-Meatal
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus nasi media,
ada muara-muara saluran dari sinus maksila, frontal, dan etmoid anterior.
Daerah ini dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM). Terdiri dari ifundibulum
etmoid yang terdapat di belakan prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula
etmoid dan sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.(1)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
5
Gambar 4. Kompleks Ostio-Meatal.(2)
Bila mukosa yang meliputi kompleks ini oedem akibat proses inflamasi akan
menyebabkan sumbatan sekresi sinus paranasal Akibat dari sumbatan ini, akan
menyebabkan mikroorganisme terperangkap di dalam rongga sinus sehingga
bisa menyebabkan inflamasi mukosa sinus paranasal (sinusitis).(2)
Kompleks ostio-meatal tidak dapat dinilai melalui pemeriksaan rinoskopi
anterior maupun posterior. Foto sinus paranasal 3 posisi pun tidak bisa menilai
kompleks ostio-meatal. Pemeriksaan untuk melihat jelas patensi kompleks ostio-
meatal adalah CT Scan.(7)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
6
1.5 Fungsi Sinus Paranasal
Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal namun sampai
saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal.
Fungsinya antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu,
membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam
perubahan tekanan udara dan membantu produksi mukus untuk membersihkan
rongga hidung. (1)
II. MUKOKEL SINUS PARANASAL
Pertumbuhan kantong sejenis kista yang terletak di sinus paranasal
sesungguhnya telah dikenal hampir lebih dari 160 tahun yang lalu, namun istilah
mukokel pertama kali dikemukakan oleh Rollet pada tahun 1896. Mukokel adalah
lesi ekspansif yang terdapat di rongga sinus, yang mengandung mukus dengan
permukaannya dilapisi oleh membran. Sifatnya jinak, terletak dalam kapsul,
berisi mukus, dan dilapisi oleh epitel kolumner skuamosa. Keadaan dalam
mukokel biasanya steril, tetapi apabila terjadi infeksi sekunder akan berkembang
menjadi mukopyokel.(3,4,7,8)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
7
Gambar 5. CT Scan Kompleks Ostio-Meatal Normal(9)
Gambar 5.a. Potongan koronal dengan gambar panah menunjukkan konka nasalis superior, media dan inferior. Gambar anak panah kecil menunjukkan bula etmoid. Gambar 5.b. Potongan koronal. Panah besar menunjukkan prosesus unsinatus, panah lengkung menunjukkan infundibulum, panah kecil menunjukkan hiatus semilunaris dan anak panah kecil menunjukkan bula etmoid.
Mukokel paling sering timbul pada sinus frontal, kemudian etmoid. Jarang
ditemukan pada sinus sfenoid dan maksila. Menurut Steinberg dkk, mukokel
paranasal dapat mengenai pria dan wanita pada perbandingan yang sama, dan
insiden tertinggi terjadi pada dekade ketiga dan ke-empat. (3,7,9)
2.1 Patogenesis
Penyebab pasti mukokel belum jelas. Ada teori yang mengatakan bahwa
obstruksi ostium sinus merupakan penyebab utama. Mukokel dapat timbul
akibat adhesi (post-inflamasi, post-trauma atau post-operasi) yang
menyebabkan obstruksi drenase sinus. Massa yang besar seperti tumor atau
polip juga dapat menyebabkan obstruksi dan obliterasi saluran drenase sehingga
menimbulkan pembentukan mukokel. Produksi mukus yang terus menerus
dalam mukokel, menyebabkan mukokel bertambah besar sehingga memberikan
tekanan pada dinding sinus. Pada proses lebih lanjut, mukokel dapat
menyebabkan penipisan tulang dinding sinus sehingga dapat melibatkan
struktur sekitar sinus seperti orbita.(3,4)
Proses erosi tulang oleh mukokel dapat diterangkan dengan dua teori yaitu
pertama, terdapatnya interleukin-1 dan yang kedua akibat teori penekanan.
Resorpsi tulang terjadi karena antigen merangsang pelepasan IL-1, sementara
itu sel mononuklear yang terdapat pada periostium mengeluarkan sitokin yang
menghasilkan prostaglandin E2 (PGE2), sedangkan fibroblas menghasilkan
kolagenase. PGE2 dan fibroblas menyebabkan terjadinya penyerapan tulang.
Didapatkan kadar PGE2 dan kolagenase yang dihasilkan oleh fibroblast dalam
mukokel dua kali lipat lebih banyak daripada mukosa normal.(10)
2.2 Manifestasi Klinis
Gejala bervariasi tergantung ukuran mukokel dan lokasi sinus yang terkena.
1. Mukokel Sinus Frontal
Sumbatan duktus nasofrontal, inflamasi kronik, trauma atau operasi sinus
frontal dapat menyebabkan timbulnya mukokel. Manifestasi dini dari
pembentukan mukokel adalah nyeri daerah supraorbital yang hilang timbul atau
bahkan bisa menetap. Seiring perluasan mukokel, didapatkan penipisan tulang
dinding sinus frontal. Perluasan terutama terjadi pada daerah tulang dinding
sinus yang paling rentan atau tipis yaitu atap dari sinus frontal. Struktur orbita
dapat terdorong ke bawah dan lateral menimbulkan proptosis dan diplopia. Pada
tahap dini, ditemukan nyeri tekan daerah orbita. Kemudian pada tahap lanjut
bisa terdapat massa besar yang muncul bersamaan dengan defek pada daerah
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
8
orbita. Mukokel dapat mengerosi septum interfrontal sehingga sinus frontal
kontralateral ikut terlibat. Dapat juga meluas ke dalam labirin etmoid, melalui
dinding anterior sinus menyebabkan deformitas eksternal atau melalui dinding
posterior ke dalam fosa kranii anterior. (4,8)
Gambar 6. Mukokel Sinus Frontal(4)
Penonjolan di bagian dahi tempat lokasi mukokel sinus frontal
2. Mukokel Sinus Etmoid
Perluasan mukokel sinus etmoid umumnya melalui lapisan tipis lamina
papirasae menyebabkan struktur orbita terdorong ke lateral atau ke bawah.
Terapi untuk mukokel sinus etmoid adalah etmoidektomi eksternal komplit.(6,8)
3. Mukokel Sinus Sfenoid
Perluasan mukokel sinus sfenoid dapat menyebabkan dektruksi dinding
posterior bahkan bisa melibatkan kelenjar pituitari. Perluasan dapat mendorong
orbita ke arah atas menyebabkan orbital apex sindrom dengan gangguan
penglihatan, oftalmoplegia, dan diplopia. Komplikasi yang mungkin terjadi dari
mukokel sinus sfenoid adalah neuritis optikus dan enoftalmus. (6,8)
d. Mukokel Sinus Maksila
Umumnya mukokel sinus maksila kecil dan asimptomatis. Gejala klinis
mukokel di sinus maksila yang ditemukan akibat perluasan antara lain
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
9
deformitas struktur orbita kea rah atas menimbulkan proptosis, ptosis pada
kelopak mata atas sebagai akibat dari restriksi sebagian kelopak mata bawah,
enoftalmus disebabkan hilangnya atap antrum maksila, diplopia, benjolan di
daerah pipi di atas antrum yang terkena, sumbatan hidung sebagai akibat
pendorongan ke arah medial hidung, dan defek pada lantai antrum. Terapi
operatif dengan teknik Caldwell-Luc. (3,4,6)
Gambar 7. Mukokel Sinus Maksila Kanan(4)
Pendorongan struktur orbita kanan ke atas oleh mukokel sinus maksila kanan
2.3 Gambaran Radiologis
Foto polos menunjukkan opasifikasi sinus dan ekpansi, serta kemungkinan
adanya erosi tulang, sclerosis atau remodeling. Dengan CT Scan, didapatkan
gambaran lebih baik karena dapat menunjukkan struktur anatomi sekitar yang
terkena, baik jaringan tulang maupun jaringan lunak. Hasil MRI bisa bervariasi
mulai dari hiperintensitas dengan T1-weighted MRI dan hipointensitas dengan
T2-weighted membantu untuk membedakan mukokel dari neoplasma. Selain itu,
penilaian radiologi penting untuk menentukan tindakan terapi yang akan
diambil.(3,4,7)
1. Mukokel Sinus Frontal
Terdapat gambaran hilangnya batas jelas dinding sinus, depresi atau erosi
batas supraorbita, perluasan ke sinus kontralateral melalui erosi septum
interfrontal. Pada kebanyakan pasien, didapatkan gambaran daerah sinus yang
terkena lebih opaque daripada yang normal, berhubungan dengan hilangnya
udara dalam rongga sinus dan akumulasi mukus. (7)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
10
Gambar 8. CT Scan Potongan Axial Mukokel Sinus Frontal Kiri. (9)
2. Mukokel Sinus Etmoid
Mukokel etmoid lebih banyak terjadi di bagian anterior daripada posterior.
Hal ini berhubungan dengan perbedaan jalur drenase. Mukokel etmoid posterior
umumnya disertai dengan mukokel sfenoid. Pemeriksaan Rontgen konvensional
sulit menentukan adanya mukokel sinus etmoid. Umumnya terdeteksi dengan
pemeriksaan fisik ditemukan adanya massa di bagian medial kantus dengan
proptosis dan pergeseran bola mata ke lateral, serta pemeriksaan CT-Scan.(7)
3. Mukokel Sinus Sfenoid
Pada foto Rontgen konvensional, mukokel sinus sfenoid sering keliru
terdeteksi sebagai tumor kelenjar pituitari atau sebagai perluasan karsinoma
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
11
Mukokel
Gambar 9. CT Scan Mukokel Sinus Etmoid Kiri (9)
nasofaring ke sinus sfenoid. Terlihat gambaran opaque baik di salah satu
maupun kedua sinus sfenoid. (4)
4. Mukokel Sinus Maksila
Foto Rontgen menunjukkan densitas yang lebih opaque dan harus dapat
dibedakan dengan sinusitis dengan tidak adanya air fluid level pada sinus. Pada
tahap lanjut, didapatkan defek dinding sinus. Umumnya mukokel pada sinus
maksila ukurannya kecil dan tidak menimbulkan gejala sehingga terkadang tidak
diperlukan terapi operatif. Namun bila dari hasil pemeriksaan radiologi baik foto
polos maupun CT scan memberikan hasil perluasan mukokel maksila ke jaringan
sekitarnya, maka terapi operatif harus dilakukan. (4,7)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
12
Gambar 10. CT Scan Mukokel Sinus Sfenoid (9)
2.4 Penatalaksanaan
Eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua mukosa yang
terinfeksi dan berpenyakit serta memastikan suatu drenase yang baik, atau
obliterasi sinus merupakan prinsip-prinsip terapi. Mukokel sinus frontal diterapi
dengan operasi etmoidektomi atau dengan osteoplastik flap frontal mengunakan
insisi koronal. Mukokel sinus sfenoid diterapi dengan etmoidektomi eksternal
atau dengan pendekatan transseptal sfenoid. Mukokel bisa di tatalaksana
transnasal atau eksternal, melalui teknik terbaru yaitu operasi sinus mikronasal.(3) Mukokel etmoid, sfenoid dan maksila dapat diterapi dengan dekompresi
endoskopik dan marsupialisasi. (4,5)
Ada dua cara terapi operatif mukokel. Yang pertama adalah marsupialisasi
dan pembuatan jalur drenase baru. Metode yang kedua adalah pendekatan
eksternal seperti Lynh-Howarth frontoetmoidektomi eksternal.
Beberapa keuntungan dari marsupialisasi endoskopik adalah kerangka
tulang penyusun sinus dipertahankan, waktu operasi yang relatif singkat, tidak
ada insisi luar, dan tidak diperlukan rawat inap yang lama setelah operasi.
Dengan teknik ini, mukosa dan fungsi sinus paranasal dipertahankan. (9)
Namun ada beberapa keadaan yang tidak memungkinkan dilakukannya
dekompresi endoskopik ini seperti pasien yang memiliki tulang yang tebal,
hipertrofi yang mengelilingi resesus frontalis dan pasien dengan kasus
perluasan mukokel ke lateral, orbital bahkan rongga kranial.(9)
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
13
Gambar 11. CT Scan Mukokel Sinus Maksila Kanan (9)
Evaluasi pasca terapi bedah juga penting pada penatalaksanaan mukokel.
Maka sebaiknya dilakukan CT Scan ulang sekitar jangka waktu 6 bulan setelah
operasi untuk menilai kembali kondisi sinus setelah pengangkatan mukokel. (9)
Terapi mukokel yang terinfeksi, mukopyokel dengan menggunakan
antibiotik baik sebelum dan sesudah operasi. Kultur sekret dapat memberikan
panduan memberikan antibiotic yang tepat. (5,6)
BAB.III
KESIMPULAN
Mukokel adalah suatu kantong yang berisi cairan mukus pada sinus paranasal.
Kantong ini terliputi oleh lapisan epitel kolumner serupa dengan lapisan mukosa
sinus paranasal. Cairan mukokel steril dan jika terdapat infeksi sehingga cairannya
mukopurulen disebut mukopiokel. Mukosil bersifat tumbuh lambat, ekspansif dan
dapat mendestruksi jaringan tulang di sekitarnya melalui aktivitas prostaglandin E2
bersama fibroblast dan melalui efek penekanan langsung ke tulang.
Penyebab utama dari timbulnya mukokel adalah adanya gangguan drenase
sekret di daerah sinus paranasal yang menyebabkan akumulasi mukus. Obstruksi
ostium sinus dapat disebabkan karena proses peradangan kronis, trauma, post
operasi, massa yang besar seperti tumor atau polip.
Lokasi sinus paranasal yang sering terkena adalah sinus frontal, kemudian
pada sinus etmoid. Jarang ditemukan pada sinus sfenoid dan sinus maksila. Gejala
klinis mukokel sinus bervariasi tergantung pada ukuran mukokel dan daerah sinus
yang dikenai.
Foto polos sinus paranasal 3 posisi seringkali tidak dapat mendeteksi adanya
mukokel. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain posisi, lokasi dan ukuran
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
14
mukokel. Pemeriksaan CT Scan memberikan hasil yang lebih baik karena dapat
menilai struktur jaringan sekitar sebagai tolak ukur terapi.
Prinsip terapi mukokel adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk
mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan berpenyakit serta memastikan suatu
drenase yang baik, atau obliterasi sinus paranasal.
Mukokel Sinus Paranasal [ ] Indah Sandy Simorangkir, S.Ked
15