Muhammad Ali Akbar 106011000124 -...
-
Upload
nguyenduong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Muhammad Ali Akbar 106011000124 -...
PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ)
DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK DI KALANGAN
REMAJA
Kampung Rawa, Johar Baru
Jakarta Pusat
Study Kasus: Remaja TPQ. Ihsan Makmur
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh:
Muhammad Ali Akbar
106011000124
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
2011/1432 H
i
ABSTRAK
Muhammad Ali Akbar. Peranan TPQ dalam Pembentukan Akhlak di Kalangan Remaja Kampung Rawa Jakarta. Studi Kasus Remaja TPQ Ihsan Makmur. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada dunia pendidikan, terutama dalam TPQ dijadikan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak pada perkembangan pendidikan al-Qur’an. Banyak pihak yang menaruh harapan kepada TPQ. TPQ merupakan lembaga pendidikan non formal yang ikut serta dalam memajukan dan mencerdaskan anak bangsa. Dengan demikian TPQ memiliki peranan untuk membentuk manusia berakhlak mulia dan bermartabat. TPQ diharapkan dapat menjadi sebuah tempat pencerahan baik pendidikan moral maupun agama. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana peranan TPQ dalam pembentukan akhlak remaja? Penelitian ini dilaksanakan di TPQ. Ihsan Makmur Kampung Rawa Johar Baru, Jakarta. Pada bulan Maret sampai April 2011. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik angket (Questionnare) dan wawancara. Sampel penelitian ini adalah seluruh remaja TPQ. Ihsan Makmur yang berjumlah 44 orang yang disebut penelitian populasi. Dan mewawancarai ustadz yang berperan penting dalam pembentukan akhlak remaja dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data penelitian peranan TPQ dalam pembentukan akhlak remaja ini diperoleh dengan menggunakan angket yang terdiri dari 43 item dan wawancara guru. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan rumus frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peranan TPQ yang cukup signifikan dalam pembentukan akhlak remaja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan TPQ memiliki peranan dalam pembentukan akhlak remaja.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah swt., zat yang Maha Rahman dan
Maha Rahim terhadap seluruh makhluk-Nya. Dia-lah yang menganugerahkan
berbagai nikmat dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga dengan hidayah dan
inayah-Nya yang tidak pernah berhenti mencurahkan itu semua dasn memberikan
kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tiada terlupakan shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
pahlawan revolusi Islam se-Dunia, penyelamat umat manusia di dunia, Baginda Nabi
Besar Muhammad saw., sebagai insan utama pilihan Allah yang telah memancarkan
cahaya kebenaran dalam setiap sisi kehidupan manusia.
Setelah sekian lama mengikuti proses bimbingan akhirnya penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terwujud
bukan semata-mata atas upaya pribadi sendiri, melainkan berkat bantuan dan
dorongan dari semua pihak. Dan tentunya tidak sedikit kendala, hambatan serta
kesulitan yang dihadapi, namun berkat keyakinan, kesungguhan hati dan kerja keras
yang optimal serta bantuan dari semua pihak, segala kesulitan tersebut dapat penulis
hadapi dan atasi sebaik-baiknya. Oleh karena itu sebagai rasa syukur kepada Allah
swt., dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan dan terima
kasih yang terdalam serta tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
beserta stafnya, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
dapat belajar dan menambah wawasan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
iii
2. Bapak Bahrissalim, MA., Ketua Juruasan PAI, Bapak Safiuddin, MA.,
sebagai sekretaris Jurusan PAI, serta seluruh bapak dan ibu dosen Jurusan PAI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mendewasakan
penulis dengan berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang sangat beguna
selama mengikuti studi dikampus.
3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag., selaku Penasehat Akademik dan
pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu serta mencurahkan
pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan beserta stafnya, yang telah
berkenan meminjam buku-buku perpustakaan kepada penulis.
5. Ustadz Asep Wahyu, sebagai pimpinan TPQ. Ihsan Makmur, yang telah
memberikan bantuan untuk riset penelitian (obsevasi, dan wawancara) kepada
penulis dalam penelitian ini.
6. Ayahanda Munaf Chaeruddin dan Ibunda Sari Manis tercinta yang tak henti-
hentinya memberikan dorongan dan motivasi serta doa yang tulus bagi penulis
dalam mengukir kehidupan yang bermakna.
7. Kakak dan adik-adikku tersayang, Syahrial, Rijal, Novi, Riyan, Vina, Siti
Suwarni, dan Nisa, yang selalu memberikan motivasi untuk berjuang meraih
mimpi-mimpi dan menggapai cita-cita.
8. Teman-teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, Mega, Jihad, Habibi, Arief,
Mulyanti, Fajrin, Hendra, Rifki, dan semua kelas PAI-C. semoga kita selalu
diberikan kemudahan dan dirahmati Allah SWT.
9. Teman-teman seperjuangan dalam PPKT (Jamil, Aan, Nia, Uwi, Aji, Himma,
Asmiya, Arifah, dan Evie Shofia). Dan guru-guru MTsN 2 Ciganjur serta
murid-murid yang berkualitas.
Semoga Allah swt., membalasnya dengan balasan yang lebih baik dan belipat
ganda. Amin Ya Mujiba Al-Sailin.
iv
Akhirnya, penulis menyadari bahwa penuilisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dengan rendah
hati penulis akan selalu menerima kriktik dan saran yang bersifat mendukung demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wa Allahu al-Muwafiq Ila Aqwami al-Thariq
Jakarta, 29 April 2011
Penulis
Muhammad Ali Akbar
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN SENDIRI
ABSTRAK……………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..... vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………..………….... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………….……… 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………...……… 8
D. Tujuan Penelitian ………………………………..…………………….… 8
E. Manfaat Penelitian ………………………………..…………………… . 9
BAB II. KAJIAN TEORITIS
A. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) …………………………… 10
1. Pengertian Peranan …………………...……………………………… 10
2. Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)……..………………………..… 11
3. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) ………………….…… 13
B. Akhlak Remaja…………………………………………………………... 14
1. Pengertian Remaja …………………………………………………… 14
2. Keberagamaan Remaja ………….…………………………………… 17
3. Pengertian Akhlak…..……….……………………………………….. 20
4. Akhlak Remaja……………………………………….………………. 25
C. Kerangka Berfikir ……………………………………………………..… 28
vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu ……………………………………………………...… 31
B. Pendekatan dan Metode Penelitian …………………………….………… 31
C. Variabel Penelitian ……………………………………………………… 32
D. Populasi dan Sampel …………………………………………………...… 32
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….…… 32
F. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………….… 33
G. Teknik Analisa Data ……………………………………...……………… 35
H. Instrumen Penelitian ………………………………………………….…. 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TPQ. Ihsan Makmur ……………………………….… 38
1. Sejarah Singkat TPQ. Ihsan Makmur ……………………………...… 38
2. Keadaan Tenaga Pendidik …………………………………………… 39
3. Keadaan Siswa …………………………………………………..…… 40
4. Sarana dan Prasarana ………………………………………………… 41
B. Deskripsi Data …………………………………………………………… 42
BAB V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………….… 65
B. Saran …………………………………………………………………...… 66
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..… 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ……………………………………………………… 36
Tabel 2. Daftar Tenaga Pendidik…………………………………………………... 39
Tabel 3. Keadaan Sarana dan Prasarana…………………………………………… 41
Tabel 4. Pembacaan al-Qur’an di Majelis Taklim ……………………………..… 43
Tabel 5. Pelajaran Sejarah Islam di Majelis Taklim ………………………………. 44
Tabel 6. Kegiatan Keagamaan Peringatan Hari Besar Islam ……………………… 45
Tabel 7. Latihan Kesenian di Majelis Taklim ………………………………….….. 45
Tabel 8. Berwudhu dengan Baik ……………………………………………….….. 46
Tabel 9.Proses Pembelajaran di Majelis Taklim ………………………………… . 47
Tabel 10. Mengkaji Ulang Materi Pelajaran di Rumah ……………………………. 48
Tabel 11. Melaksanakan Shalat ……………………………………………………. 49
T.abel 12. Melaksanakan Puasa ……………………………………………………. 50
Tabel 13. Bershalawat kepada Nabi ……………………………………………….. 51
Tabel 14. Memakai Wangi-wangian ketika Shalat ………………………………… 52
Tabel 15. Membiasakan Diri untuk Bersikap Jujur ……………………………..… 53
Tabel 16. Membiasakan Diri untuk Berdisiplin …………………………………… 53
Tabel 17. Mendoakan Kedua Orang Tua ………………………………………...… 54
Tabel 18. Bebrbicara yang Baik kepada Orang Tua …………………………….…. 54
Tabel 19. Menolak Perintah Kedua Orang Tua ………………………………….… 55
Tabel 20. Mengajarkan Orang Tua untuk Membaca al-Qur’an …………………… 56
Tabel 21. Memberi Hadiah di Waktu-waktu Tertentu …………………………….. 56
viii
Tabel 22. Menyantuni Anak Yatim ………………………………………………... 57
Tabel 23. Menebarkan Senyum kepada Orang Lain …………………………….… 57
Tabel 24. Membela Sahabat yang Bersengketa ………………………………….… 58
Tabel 25. Menunda Pembyaran Hutang kepada Orang Lain ……………………… 59
Tabel 26. Mengambila Barang Orang Lain tanpa Izin Pemiliknya ………………. 59
Tabel 27. Memberi Makan kepada Binatang ………………………………………. 60
Tabel 28. Menanam Tanaman Hias di Rumah …………………………………….. 61
Tabel 29. Membuang Sampah ……………………………………………………... 61
Tabel 30. Rata-rata Keseluruhan Akhlak Remaja ……………………………….… 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Berita Wawancara
Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 3. Surat Pengajuan Proposal
Lampiran 4. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 5. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
Lampiran 6. Nama-nama Responden
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembentukan karakter
manusia. Menurut Ahmad D. Marimba yang dinamakan pendidikan Islam adalah
“Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam”.1 Seseorang
tidak mampu memahami dan menjalani tanpa aspirasi (cita-cita) untuk maju.
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah maka pendidikan menjadi sarana
utama yang di kelola secara sitematis dan konsisten berdasarkan berbagai
pandangan teoritikal dan pratikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan
hidup manusia itu sendiri.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi
telah banyak berpengaruh dalam kehidupan manusia, termasuk bangsa Indonesia.
Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia sebagai akibat dari
1 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam 2, (Bandung: PT. Al-Ma’ary, 1992), h. 11.
2
pengaruh global tidak hanya memiliki dampak positif saja, melainkan juga
memiliki dampak negatif. Dalam kehidupan modern ini bangsa Indonesia sudah
dijangkit sifat-sifat hedonistic, materialistik, pragmatism, dan economic oriented.
Selain itu, pengaruh lainnya yang melanda negeri ini antara lain krisis
kepercayaan, demoralisasi, cultural lag, juvenile delinquency, dan konflik antar
umat beragama dan sebagainya.
Dalam pada itu kondisi kehidupan yang berlangsung saat ini tak dapat
dihindari telah melahirkan berbagai pergeseran bahkan perubahan, termasuk
perubahan prilaku keagamaan. Gejala ini dapat dilihat dari tumbuhnya gerakan
keagamaan yang menjurus ke arah eksklusifisme, kurang mendengarkan
himbauan tokoh-tokoh agama, menurunnya minat dan aspirasi masyarakat untuk
menyekolahkan putra putrinya ke lembaga pendidikan keagamaan. Munculnya
pluralism agama, konflik intern antar umat beragama yang menjurus kepada
arogansi dan anarkis, merupakan contoh dari adanya perubahan perilaku
keagamaan. Demikian juga adanya perluasan pemahaman cakrawala keagamaan,
maraknya pasaran buku keagamaan. Di perkotaan maupun pedesaan merupakan
contoh dari adanya perubahan prilaku keagamaan di Indonesia.
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling
ketergantungan antar negara dan antar bangsa. Negara-negara dan bangsa-bangsa
di dunia kini bukan saja saling terbuka terhadap satu sama lain, kalaupun saling
ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa bersifat asimetris, artinya
satu negara lebih tergantung pada negara lain dari pada sebaliknya. Karena saling
ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua negara pada prinsipnya akan
terbuka terhadap pengaruh globalisasi.
Bila dicermati perubahan prilaku keagamaan bermula dari adanya perubahan
penafsiran atau pemahaman terhadap teks-teks suci yang menjadi sumber acuan,
kemudian disusul dengan pengaruh globalisasi melalui teknologi informasi dan
serta merta menimbulkan budaya tiruan yang boleh jadi mengesampingkan nilai-
3
nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga budaya asing banyak
mempengaruhi kebudayaan bangsa dalam masyarakat.
Perubahan pemahaman dan prilaku keagamaan secara positif disebabkan
karena adanya kontak langsung maupun tidak langsung melalui lektur keagamaan
sehingga pengambilan unsur-unsur yang dianggap berguna dan lebih
menguntungkan apa yang telah ada selama ini. Faktor keuntungan inilah yang
menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan.
Manakala penafsiran atau pemahaman baru ajaran agama diterima oleh para
penganut agama bersangkutan dan kemudian disosialisasikan oleh para tokoh atau
pemimpin keagamaan, maka ajaran baru tersebut lambat laun akan menjadi nilai-
nilai yang ditaati dan dijunjung oleh para penganut agama tersebut dan
selanjutnya akan menjadi sebuah pranata keagamaan dan pranata keluarga yang
mengatur kehidupan masyarakat.2
Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah,
batiniyah, dunia dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai
jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya.
Secara optimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses pendidikan adalah
suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk
mencapai tujuan atau cita-cita yang diharapkan oleh setiap pendidik dalam proses
pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan di masa-masa yang akan
datang.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan
manusia. Jhon Dewey berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan dan sarana
2 M. Yusrie Abady, APU, dkk., Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan, (Jakarta: Puslitbang Agama, 2002), cet. 1, h. 1-2.
4
pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin
hidup.3
Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui,
dan membentuk jasmani dan rohani yang matang, sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS):
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4
Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan yang
bertujuan mengembangkan aspek rohaniah dan jasmaniah. Dengan demikian
secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak
didik menjadi manusia berkualitas tidak saja berkualitas dalam segi skill, kognitif,
afektif tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai
andil besar dalam mengarahkan anak didik dalam mengembangkan diri
berdasarkan potensi dan bakatnya melalui pendidikan anak mungkin menjadi
pribadi yang sholeh, pribadi berkualitas dalam segi skill, kognitif dan spiritual.
Masalah remaja merupakan topik yang selalu hangat di bicarakan oleh semua
orang, sehingga tidak jarang permasalahan remaja seringkali ditulis dalam buku-
buku, majalah dan artikel-artikel bahkan dijadikan topik di dalam seminar-
seminar.
Usia remaja adalah usia yang rawan dan seringkali menerima apa saja yang
datangnya dari luar, dimana kemampuan berfikir logis mulai berkembang,
kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi pendidikan akan mempercepat
perkembangan daya tangkap dan pemahaman, namun kemampuan menyaring dan
3 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 35. 4 Depdiknas, UU SISDIKNAS 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5.
5
memilih yang baik dan buruk belum tumbuh sempurna kecenderungan untuk
meniru masih tinggi, segala bentuk tingkah laku dalam kehidupan banyak
terpengaruh oleh hal-hal yang terlihat, terbaca, terdengar. Oleh karena itu,
perlunya diberikan pendidikan yang menyeluruh baik itu pendidikan yang berupa
agama atau pendidikan lainnya yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa
lainnya.
Dalam keadaan terganggu secara emosional itu mereka menjadi lupa daratan.
Mereka menjadi tidak sadar atau setengah sadar, sehingga emosinya menjadi
tinggi dan sangat agresif, untuk kemudian tanpa berfikir panjang melakukan
bermacam-macam tindak asusila. Dalam keadaan terganggu jiwanya ini hati
nuraninya sering tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya mereka melakukan
perbuatan yang merugikan dan membahayakan diri sendiri maupun
lingkungannya.
Kartini Kartono menggambarkan wujud perilaku anak-anak dalam kondisi
lingkungan yang buruk, sebagai berikut:
1. Kriminalitas anak remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan pengancaman, intimidasi, merampas, maling, mencuri, mencopet, dan menjambret.
2. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.
3. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan menaruh sehingga mengakibatkan kriminalitas.
4. Berpesta pora sambil mabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks bebas yang menimbulkan keadaan kacau balau yang menggangu lingkungan .
5. Perkosaan, agresivitas dan pembunuhan dengan motif seksual, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita, dan lain-lain.
6. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompentensi, disebabkan adanya organ-organ. 5
5 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Presada, 2006), h. 2.
6
Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu
menghasilkan anak didik yang berkualitas keseluruhan. Kenyataan ini dapat
dicermati dengan banyaknya prilaku tidak terpuji yang terjadi di masyarakat.
Sebagai contoh merebaknya penggunaan narkoba, penyalahgunaan wewenang,
korupsi, perampokkan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran Hak Asasi
Manusia, dan lain-lain. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan
belum mampu membentuk anak didik berkepribadian sempurna. Anggapan
tersebut menjadikan pendidikan sebagai institusi yang dianggap gagal membentuk
akhlak. Padahal tujuan pendidikan diantaranya adalah membentuk pribadi yang
watak, bermartabat beriman, dan bertakwa serta berakhlak.
Dalam pendidikan Islam, agama merupakan salah satu aspek yang perlu
ditanamkan pada diri peserta didik. Karena melalui pendidikan Islam, bukan
hanya pengetahuan dan pegembangan potensi yang akan terbentuk secara
keseluruhan dari mulai pengetahuan agama latihan-latihan, sehari-hari
keberagamaannya dan prilaku (akhlak) yang sesuai dengan ajaran agama baik
yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia
lain, serta manusia dengan dirinya sendiri. Maka penanaman akhlak yang mulia di
kalangan remaja sangat dianjurkan.
Begitu pentingnya pendidikan Islam dalam kehidupan manusia oleh karena
itu pendidikan Islam berperan dalam membina remaja yang sedang dalam masa
pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat
tuntunan dan bimbingan. Hal yang senada dikemukakan pula oleh Mahmud
Yunus, bahwa: “Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling
mulia karena pendidikan Islam menjamin untuk memperhatikan akhlak anak-anak
dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam
kehidupannya”.6
Sementara kenyataan sekarang membuktikan banyak remaja yang terjangkit
demoralisasi dan dekadensi moral yang buruk. Akhlak di anggap usang, akhlak
6 Mahmud Yunus, H, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya, 1992), hal. 7.
7
tidak perlu lagi dalam tatanan kehidupan dan tata pergaulan hidup sehari-hari. Ini
terbukti dengan maraknya berbagai kemaksiatan baik pemakaian narkoba serta
pergaulan bebas pria dan wanita yang dilakukan pada generasi muda terlebih
dilakukan oleh remaja yang masih berada di bangku sekolah. Jadi kurangnya
kesadaran pada diri remaja untuk masa depan yang cerah.
Kenyataan ini sangat relevan dengan kondisi dan situasi yang ada di TPQ.
Ihsan Makmur di Kelurahan Kampung Rawa kec. Johar Baru Jakarata Pusat,
adanya remaja yang melakukan kekurangan dalam penanaman akhlak.
Untuk mengatasi hal ini perlu adanya pendidikan Islam yang baik dalam
penerapan pendidikan akhlak agar tercipta generasi muda yang berakhlak yang
baik. Pendidikan Islam merupakan penawar dan berperan dalam mengatasi
problem tersebut. Pendidikan Islam merupakan konsep yang sangat relevan untuk
menangani hal tersebut. Dan pendidikan Islam merupakan faktor pendukung
untuk menyelesaikan persoalan remaja dan masyarakat yang rentan sekali dengan
tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai Islami dalam masyarakat. Generasi
Islam harus dibekali dengan pendidikan Islam sebagai pedoman moral untuk
mengendalikan dampak perkembangan zaman yang dapat menggeserkan nilai-
nilai moral dan kemanusiaan.
Melihat fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membahas
permasalahan ini dalam skripsi yang berjudul: “Peranan Taman Pendidikan al-
Qur’an (TPQ) dalam Pembentukkan Akhlak di Kalangan Remaja Kampung
Rawa Kec. Johar Baru Jakarta Pusat”. Dengan alasan sebagai berikut:
1. Karena TPQ mampu membentuk generasi muda yang berakhlak mulia.
2. Karena akhlak remaja merupakan barometer runtuh dan tegaknya suatu
bangsa.
8
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi
permasalahan yang berkaitan dengan akhlak remaja sebagai berikut:
1. Kurangnya kesadaran remaja dalam pengembangan keagamaan untuk
masa depan.
2. Kurang efektifnya peranan Pendidikan Islam di TPQ kalangan remaja,
disebabkan oleh pergaulan bebas.
3. Belum optimalnya penanaman akhlakul karimah di kalangan remaja.
4. Banyaknya penyimpangan-penyimpangan prilaku di kalangan remaja
5. Tingginya pengaruh negatif di lingkungan masyarakat kampung rawa.
C. Pembatasan dan Perumusan masalah
Agar pembahasan hasil penelitian ini dapat lebih terarah, maka penulis
membatasi masalah yang diteliti yaitu:
1. Kurang efektifnya peranan TPQ di kalangan remaja.
2. Belum optimalnya penanaman akhlak di kalangan remaja.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut: Bagaimana peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dalam
pembentukan akhlak remaja?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan TPQ terhadap akhlak remaja.
2. Untuk memperkaya khazanah keislaman.
9
E. Manfaat Penelitian
Sebagaimana tujuan penelitian diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi pihak TPQ. Ihsan Makmur dalam mengupayakan
dan membina akhlak anak remaja.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)
1. Pengertian Peranan
Arti peranan yaitu “sesuatu hal yang berlaku, berpindah, memerankan, dan
pola prilaku”. 1 Menurut Muhammad Ali, peranan adalah “sesuatu yang jadi bagian
atau memegang pembinaan yang terutama dari suatu hal atau peristiwa”.2 Sedangkan
menurut Soejono Soekanto, bahwa peranan merupakan “pola prilaku yang dikaitkan
dengan status atau kedudukan”.3 Dari ketiga pengertian peranan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa peranan adalah sesuatu pekerjaan yang dipegang oleh seseorang
ataupun instansi dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu hal atau peristiwa
tertentu.
1 Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiyah Populer, (Surabaya: Kartika, 2000), h. 90. 2 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern,(Jakarta: Pustaka Amarin, 1999), h. 304. 3 Soejono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1995), Cet.2, h. 34
11
2. Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)
a. Pengertian
Taman pendidikan al-Qur’an yang lebih dahulu dikenal dengan singkatan TPA
dan sekarang menjadi TPQ adalah sebuah sistem pendidikan dan sarana pelayanan
keagamaan non formal yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim.4
Sebagaimana namanya, Taman Pendidikan al-Qur’an menekankan pada upaya
bagaimana anak-anak bisa mengenal aksara al-Qur’an dengan baik dan benar serta
menjadikan kebiasaan dan kegemaran membaca al-Qur’an (tadarus) secara fasih
menurut kaidah ilmu tajwid ditambah dengan materi keagamaan lainnya dengan
mengguanakan metode bermain, bercerita, dan menyanyi (BBM) sehingga dalam
proses belajar mengajar tercermin dan tercipta suasana belajar yang menyenangkan
dan tidak menjenuhkan.
Jadi, yang dimaksud taman di sini bukan berarti taman yang sebenarnya, tapi
hanya suasana belajarnya saja yang dibuat menyenagkan yaitu dengan metode
bermain, bercerita, dan menyanyi, sehingga anak merasa senang dan tidak merasa
terbebani.
b. Ruang Lingkup Bahan Pengajaran
Ruang lingkup bahan pengajaran TPQ meliputi paket materi pokok, penunjang,
dan muatan lokal yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Materi Pokok
a. Bacaan Iqra atau al-Qur’an
b. Hafalan bacaan shalat
c. Hafalan Surat Pendek
d. Latihan praktek shalat dan amalan ibdah shalat
e. Bacan tadarus bittartil
f. Ilmu ajwid
g. Hafalan ayat pilihan
4 Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan, Pedoman Pembinaan TPQ, (Jakarta: 1995), h. 2
12
2. Materi Penunjang
a. Doa dan adab harian
b. Dinul Islam
c. Tahsinul kitabah
3. Muatan Lokal
a. Bahasa Arab praktis
b. Bahsa Inggris praktis
c. Krativitas seni
d. Olahraga
e. Seni beladiri5
c. Tujuan Kelembagaan, dan Pengajaran
Taman pendidikan al-Qur’an TPQ sebagai lembaga pendidikan non formal
mempunyai tujuan kelembagaan sebagai berikut:
1. Membantu Pengembangan potensi anak kearah pembentukn sikap,
pengetahuan, dan keterampilan keagamaan, melalui pendekatan yang
disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak berdasarkan
tuntunan al-Qur’an dan sunnah rasul.
2. Mempersiapkan anak agar mamapu mengembangkan sikap, pengatahuan,
dan keterampilan keagamaan yang dimiliknya melalui program pendidikan
lanjutan.
Adapun tujuan pengajaran TPQ adalah sebgai berikut:
1. Santri dapat mengagumi dan mencintai al-Qur’an sebagai bacaan Istimewa
serta pedoman utama
2. Santri dapat terbiasa membaca al-Qur’an dengan lancar dan pasih serta
memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid
3. Santri dapat mengerjakan shalat lima waktu dengan tata cara yang benar
dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari
5 U. Syamsudin MZ, Tasyrifin Karim, dan Mamsudi AR, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 1998), h.36
13
4. Santri dapat menguasai hafalan sejumlah surat pendek, ayat-ayat pilihan,
dan doa sehari-hari
5. Santri dapat mengembangkan prilaku sosial yang baik sesuai tuntutan islam
dan pengalaman pendidikannnya
6. Santri dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar6
Karena itu penyelenggaran TPQ dapat dikatakan sebagai sub sistem dari
pendidikan nasional yang mengandung Keterkaitan dengan tujuan pendidikan
nasional yaitu tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, yang merupakan
unsure terdepadan dalam ujuan nasional hal ini menunjukan pentingnya TPQ pada
tiap lembaga pendidikan di Indonesia, baik pada pendidikan formal (sekolah) maupun
pendidikan non formal (luar sekolah).Oleh nilai strategis tersendiri dalam upaya
mengkondisikan kpribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)
Lembaga Pembinaan TPQ memiliki peranan sebagai berikut:
a. Memfasilitasi dalam pembelajaran al-Qur’an.
b. Mengontrol dan memonitoring secara periodik perkembangan pendidikan al-
Qur’an.
c. Melakukan pembinaan secara menyeluruh dan berkelanjutan kepada unit-
unit tertentu.
d. Melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi-instansi terkait baik
instansi horizontal maupun vertikal.7
Berdasarkan uraian dan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa peranan TPQ sangat menentukan berhasil atau tidaknya dalam membentuk
akhlak remaja, baik keberhasilan akhlak di rumah maupun di TPQ. Peranan-peranan
6 Tim Penyusun, Kurikulum TK/TPQ, (Jakarta: Kanwil Depag DKI Jakarta, 2003), h.8 7 Tim Direktoran Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (DEPAG RI), Regulasi Pendidikan
Pedoman Pembinaan dan Peranan TKQ/TPQ, (Jakarta: Depag RI, 2009), cet. 1, h. 8.
14
tersebut dapat dijalankan oleh guru TPQ dengan cara memberikan bimbingan dan
latihan yang meliputi:
a. Membentuk akhlak yang baik. b. Membiasakan baca al-Qur’an dengan baik. c. Mengembangkan prilaku sosial. d. Mengontrol perkembangan pendidikan al-Qur’an.
B. Akhlak Remaja
1. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata kerja adolescere yang
berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata ”remaja” diartikan “mulai dewasa, muda, atau pemuda”.8 Sedangkan
menurut Hurlock yang dikutip oleh Drs. Zahrotun Nihayah, M. Si., dkk., dalam
bukunya Psikologi Perkembangan menjelaskan bahwa “remaja dalam bahasa latin
dari kata benda yaitu Adolescentia berarti remaja yang tumbuh atau menjadi
dewasa”.9
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,
ditandai oleh petumbuhan fisik dengan cepat. Pertumbuhan cepat tejadi pada tubuh
remaja luar dan dalam itu akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap,
prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
Ada beberapa pandangan atau pendapat tentang pengertian remaja dari berbagai
lingkungan dan profesi, yaitu tinjauan menurut psikologi dan pendidikan, masyarakat
serta hukum dan perundang-undangan. Di sini terjadi perbedaan pendapat para pakar,
karena kematangan seseorang tidak saja diukur dari dalam diri remaja, akan tetapi
tegantung pula kepada penerimaan masyarakat sekitar dimana remaja tersebut berada.
8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:
Gramedia Pusaka Utama, 2008), edisi ke-4, h. 1160. 9 Zahrotun Nihayah, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), h. 105-106.
15
Menurut Heny Narendrany Hidayati, di dalam bukunya Psikologi Agama10,
pengertian remaja sebagai berikut:
Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik dengan cepat. Sedangkan remaja dalam pengertian masyarakat adalah tergantung kepada penerimaan masyarakat terhadap remaja, yang mana masa remaja dikalangan masyarakat maju lebih panjang waktunya daripada masyarakat sederhana. Lebih lanjutnya remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan adalah seseorang yang berumur 17 tahun.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, “masa
remaja adalah perpanjangan kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa”.11 Masa
remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang-kadang
bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa kertergantungan kepada orang tua, belum
lagi dapat dihindari, mereka tak ingin orang tua terlalu banyak campur tangan dalam
urusan pribadinya. Kita seringkali melihat remaja terombang ambing dalam gejolak
emosi yang tidak dikuasai itu, yang kadang-kadang membawa pengaruh terhadap
kesehatan jasmaninya.
Prof. Dr. Zakiah Darajat mengemukakan bahwa “masa remaja itu terbagi dua
tingkatan yaitu masa remaja awal (13-16 tahun), di mana pertumbuhan dan
kecerdasan berjalan sangat cepat dan masa remaja akhir (17-21 tahun), yang
merupakan pertumbuhan dan perubahan terakhir dalam pembinaan pribadi dan
sosial”.12
Sedangkan Menurut Harold Alberty yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Abin
Syamsudin Makmun, M.A, bahwa “masa remaja adalah suatu periode dalam
10 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007), cet. ke-1, h. 103-105. 11 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. Ke-17, h.82. 12 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa …, hal. 141
16
perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa
kanak-kanak sampai datang masa dewasanya”.13
Menurut Heny Narendrany Hidayati, di dalam bukunya Psikologi Agama,
bahwa “masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa dalam
peralihan, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan
dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri”.14
Sedangkan Dr. Hendriati Agustiani mengemukakan di dalam bukunya
Psikologi Perkembangan, bahwa “masa remaja merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, pada masa ini akan mengalami
berbagai perubahan baik fisik maupun psikis”.15 Beliau menambahkan “secara umum
masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: masa remaja awal (12-15 tahun), masa
remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (19-22 tahun)”.
Lebih lanjutnya Soerjono Soekanto di dalam bukunya Sosiologi Suatu
Pengantar mengemukakan, bahwa “masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang
berbahaya karena pada periode ini, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-
anak untuk menuju ke tahap kedewasaan”.16
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan remaja adalah masa yang penuh
dengan goncangan ataupun tantangan sehingga mengakibatkan remaja terombang-
ambing dalam kehidupannya. Remaja harus ada pondasi dalam kehidupannya, agar
dalam menjalani kehidupan tersebut terlaksana dengan baik. Pondasi itu adalah
dengan mengamalkan ajaran agama Islam. Sehingga terbentuklah akhlak yang mulia
dan juga berada dalam masyarakat yang Islami.
13 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
cet. 7, h. 130. 14 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi …, h. 103-105. 15 Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan
Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung : Refika Aditama, 2006), cet.1, h. 28. 16 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h.
326.
17
2. Keberagamaan Remaja
Pertumbuhan tentang arti ajaran agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan
manusia. Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk
Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah. Dalam
struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan
dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut
potensialitas. Dalam pandangan Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut
fitrah.
Ajaran-ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seseorang pada masa
kecilnya. Dan apa yang tumbuh dan berkembang dari masa kecil itulah yang menjadi
pedoman terhadap pengalaman-pengalaman yang dirasakannya. Pertumbuhan tentang
ide-ide agama sejalan dengan perkembangan kecerdasannya. Pengertian-pengertian
tentang hal abstrak, seperti tentang akhirat, syurga neraka dan lain-lainnya baru dapat
diterima apabila perkembangan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu.
Menurut Sururin di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, “ekspresi dan
pengalaman beragama pada remaja dapat dilihat dari sikap-sikap beragama”. Adapun
sikap-sikap remaja dalam beragama, yaitu:17
a. Percaya dengan ikut-ikutan.
b. Percaya dengan kesadaran.
c. Percaya tetapi agak ragu-ragu.
d. Tidak percaya atau cenderung pada ateis.
Dari pendapat di atas bahwa ada satu sikap yang bisa membawa anak remaja
kepada kebaikan dalam beragama yaitu percaya dengan kesadaran, sedangkan yang
tiga lainnya cenderung kepada kurang baik dalam sikap beragama pada remaja.
Dengan kesadaran remaja maka akan timbul semangat dalam beragama. Semangat ini
harus yang positif sehingga remaja merasakan akan nikmatnya beribadah kepada
17 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), cet. 1, h. 72-77. Lihat
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama…, h. 106-122
18
Tuhan serta dapat membersihkan agama dari segala macam hal yang mengurangi
kemurnian agama.
Remaja yang mendapatkan didikan agama dengan cara yang tidak memberi
kesempatan untuk berfikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk
akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut
agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang.18
Di antara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja
adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam
kehidupan, baik yang terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam
masyarakat umum atau di sekolah.19
Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan
jasmani dan rohaninya. Menurut W. Starbuck yang dikutip dari Jalaluddin dan
Ramayulis di dalam bukunya Pengantar Ilmu Jiwa Agama, perkembangan rohani dan
jasmani anak adalah sebagai berikut:20
a. Pertumbuhan pikiran dan mental
b. Perkembangan perasaan
c. Pertimbangan sosial
d. Perkembangan moral
e. Sikap dan minat
f. Ibadah
Sedangkan menurut Robert H. Thoules, ada empat faktor keberagamaan remaja,
yang dikutip oleh Sururin di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, yaitu:
a. Pengaruh-penagruh sosial
b. Berbagai pengalaman
c. Kebutuhan, dan
18 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007), cet. ke-1, hal. 119-120. 19 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. ke-17, h. 91. 20 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), cet.
ke-4, h. 39-41.
19
d. Proses pemikiran21
Pembinaan kehidupan beragama remaja biasanya berada pada pada masa
remaja akhir, yang mana mempunyai ciri-ciri tersendiri. Adapun ciri-ciri tersebut
adalah:22
a. Pertumbuhan jasmani berjalan dengan cepat.
b. Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai.
c. Pertumbuhan pribadi belum selesai.
d. Pertumbuhan jiwa sosial yang masih berjalan
Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat mengemukakan tentang konflik yang dialami oleh
remaja adalah sebagai berikut:
a. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka.
b. Koflik antara kebutuhan akan bebas dan ketergantungan kepada orang tua.
c. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. d. Konflik nilai-nilai.23
Dari pendapat Zakiah Darajat, bahwa dengan konflik-konflik tersebut dapat
menimbulkan tentang keberagamaan seseorang itu. Semakin bagus pemikirannya
tentang keberagamaan maka akan mewujudkan keberagamaan yang baik.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa keberagamaan pada
remaja harus dibentengi dengan kesadaran dan pemikiran remaja untuk hal yang baik.
Sehingga keberagamaan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak menurut bahasa, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal
dari kosakata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata (Khuluq)
21 Sururin, Ilmu …, h. 79 22 Zakiah Daradjat, Ilmu …, h. 142-144 23 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Bandung: Ruhama, 1994), cet. 1, h. 60-
62.
20
yang berarti al-Sajiyyah (perangai), al-Tabi’ah (watak), al-‘Adah (kebiasaan), dan al-
Din (keteraturan).24 Menurut Louis Ma’luf, kata akhlak berasal dari bahasa Arab,
jamak dari kata khuluk di dalam kamus al-Munjid Fil Lughati wa ‘Alam yang artinya
adalah “Akhlak adalah tabiat, budi pekerti, perangai, tingkah laku adat atau
kebiasaan”.25
Akhlak merupakan tujuan dari pendidikan Islam, karena akhlak merupakan
perbuatan manusia yang baik yang harus dikerjakan dan perbuatan yang harus
dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan, manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya
oleh kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai dan moral.26 Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian akhlak adalah “budi pekerti,
watak, tabiat”.27
Adapun akhlak dari segi terminologi (istilah), sebagaimana tertulis dalam
Ensiklopedia Pendidikan bahwa “akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan
(kesadaran, etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia”.28
Pengertian akhlak menurut Ibnu Atsir dalam bukunya al-Nihayah menerangkan
“Hakikat makna khuluk itu adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan
sifatnya), sedangkan khalqun merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, tinggi
rendahnya tubuh, dan lain sebagainya)”.29 Sedangkan menurut Khalil Al-Musawi
“bahwa kata akhlak berasal dari akar kata khalaqa yang berarti lembut, halus, dan
lurus juga dapat di artikan bergaul dengan akhlak yang baik”.
24 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Etika Berkeluarga, Bermasyrakat dan Berpolitik
(Tafsir Al-Qur’an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), cet. 1, h. 1. 25 Louis Ma’luf, Kamus Munjid Asy-Syarkiyah, Beirut: al-Maktabah Asy-Syarkiyah, cet.ke-28,
hal. 194. 26 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet.ke-3,
hal. 5. 27 WJS Poerwardaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada), 2002, cet.ke-3 hal. 15. 28 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung), 1976, h. 9. 29 A. Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet.ke-1, h. 11.
21
Menurut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA., di dalam bukunya, Pendidikan dalam
Perspektif Hadis, pengertian akhlak dirujuk dari beberapa pendapat, diantaranya:
Ibn Miskawaih mengemukakan di dalam bukunya Tahzib al-Akhlak wa Tharir al-A’raq, akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Imam al-Ghozali mengatakan di dalam bukunya Ihya ‘Ulum al-Din, bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Menurut Da’irat al-Ma’arif, akhlak yaitu “Sifat-sifat manusia yang terdidik”. Kemudian Ibrahim Anas dalam al-Mu’jam al-Wasith, mengemukakan bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.30
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khalik dengan makhluk dan antara makhluk dengan
makhluk. Lebih jelasnya bahwa akhlak merupakan tata aturan atau norma prilaku
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama
manusia dan juga manusia dengan alam sekitarnya sebagaimana firman Allah swt.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4, yang berbunyi:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.31
Manusia merupakan makhluk yang selalu berhubungan atau berinteraksi
dengan makhluk lain, baik itu sesama manusia maupun makhluk ciptaan Tuhan
lainnya. Dengan demikian maka prilaku manusia (perilaku baik maupun buruk) akan
menjadi modal seseorang dalam kehidupannya dan sebagai sesuatu yang harus ada
dalam tata pergaulan sehari-hari.
30 Abudin Nata, MA., Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-1, h. 274.
31 Departemen Agama, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: Thoha Putra), 1996, h. 450.
22
Untuk itulah akhlak selalu mendapat pujian dari orang yang ada di sekitarnya.
Sedangkan akhlak yang buruk akan menimbulkan sebuah permasalahan dalam
kehidupan seseorang walau terkadang kebaikan seseorang itu sering kali diartikan
sebagai sesuatu yang tidak mengenakan bagi orang yang tidak memiliki akhlak yang
kurang baik, namun sesuatu yang baik pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik
pula, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ (17), ayat 7, yang
bebunyi:
...
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) …”.
Jelaslah di sini bahwa jika manusia dapat membawa dirinya pada sebuah
pergaulan yang baik, maka akan mendapatkan perlakuan yang baik pula dari
lingkungan yang ada di sekitarnya. Meskipun tidak semua kebaikan itu mendapat
perlakuan yang baik pula akan tetapi hal tersebut bukan bermaksud untuk
mendidiknya menjadi seseorang yang mendapat julukan munafik.
Menurut al-Ghazali, bahwa akhlak memiliki tiga dimensi, yaitu:
1. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah,
puasa, dan shalat.
2. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pememrintah, dan pergaulannya dengan
sesamanya.
3. Demensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasar.32
Menurut Said Aqil Husin Al Munawar dalam bukunya Aktualisasi Nilai-nialai
Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam, dilihat dari segi bentuk dan macamnya
akhlak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
32 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet.2, h. 28.
23
a. Akhlak terpuji (akhlakul karimah)
Yang dimaksud akhlak terpuji adalah segala macam sikap dan tingkah laku
yang baik (terpuji). Adapun contoh dari akhlak terpuji adalah berlaku jujur, amanah,
ikhlas, sabar, tawakal, bersyukur, memelihara diri dari dosa, menerima pemberian
Tuhan (qana’ah), berbaik sangka, suka menolong, pemaaf, dan sebagainya.33
Akhlak mulia banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia
dengan Tuhan dan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian,
yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah.
2. Akhlak terhadap diri sendiri
3. Akhlak terhadap sesama manusia.34
b. Akhlak tercela (akhlakul mazmumah)
Akhlak tercela adalah sikap yang mengarah perbuatan jelek, contoh dari akhlak
tercela adalah mengingkari janji, menyalahgunakan kepercayaan, berbuat kejam,
pemarah, berbuat dosa dan sebagainya. Akhlak tercela berasal dari penyakit hati yang
keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, berprasangka
buruk, dan penyakit-penyakit hati lainnya. Akhlak yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain disekitarnya
maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contoh yakni kegagalan dalam
membentuk masyarakat yang berakhlak mulia.
Menurut M. Yatimin Abdullah di dalam bukunnya Studi Akhlak dalam
Perspektif al-Qur’an, bahwa akhlakul mazmumah adalah sifat yang tercela dan
dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, apabila
33 Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005),cet. 2, h. 28 . 34 Mohammad Ardani, Akhlak …, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet.2, h. 49.
24
seseorang melaksanakannya niscaya akan mendapat dosa dari Allah karena
perbuatannya.35
Dari beberapa definisi akhlak yang ada dapat disimpulkan bahwa akhlak secara
bahasa dapat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat,
karakter dan juga kebiasaan. Perkataan akhlak tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya
dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
4. Akhlak Remaja
Peran remaja dalam Islam amat strategis, karena remaja merupakan aset bangsa
dan penerus syiarnya ajaran agama Islam serta penentu perjalanan bangsa di masa
berikutnya. Dalam akselerasinya generasi muda memiliki kelebihan dalam pemikiran,
semangat, daya kritis, kematangan berorganisasi dengan bingkai idealisme-nya.
remaja juga motor penggerak utama perubahan.
Hadirnya tokoh-tokoh muda yang tampil sebagai pemimpin nasional dan daerah
serta agama kini jadi isu hangat di Indonesia. Hal yang cukup beralasan sebab peran
generasi muda dalam proses perjuangan demi kemajuan suatu negara sudah
diterapkan sejak dulu oleh para pendiri bangsa ini.
Tokoh-tokoh pemimpin yang kini tampil di pemerintahan baik di tingkat
eksekutif maupun legislatif adalah generasi muda dengan macam latar belakang
organisasi yang berbeda, termasuk ideologi dan kulturnya. Harapan kita adalah
bagaimana remaja bisa beperan turut mewarnai dan mengawal program pembangunan
serta pengembangan ajaran agama Islam. Remaja harus bisa memberikan kontribusi
pemikiran, gagasan dan ide brilian demi kemajuan negara dan juga perkembangan
akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan bekal kemampuan tersebut, sudah sepatutnya peran remaja harus
dibalut dengan kepribadian berakhlak mulia yang senantiasa meneladani Rasulullah.
35 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Hamzah, 2007), cet. 1, h. 57.
25
Karena nilai–nilai akhlak yang baik harus tetap diwujudkan dan ditegakkan. Akhlak
seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang
terkandung didalam Al-Qur’an.
Mentalitas remaja harus dibentengi dengan pribadi akhlak mulia diyakini akan
mampu mendorong terwujudnya khasanah negara yang berakhlakul karimah. Remaja
harus senantiasa meneladani sifat Nabi Muhammad yakni : Siddiq, Amanah,
Fathonah, Tabligh.
Siddiq berarti benar dalam perkataan dan perbuatan. Mustahil jika seorang nabi
dan rasul seorang pembohong yang suka berbohong. Esensinya adalah kejujuran,
remaja yang baik harus jujur dalam bersikap, santun dalam perbuatan serta bijak
dalam setiap keputusan. Maka remaja dianjurkan untuk bersikap jujur dalam
kehidupan sehari-hari.
Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Mustahil jika seorang nabi
dan rasul seorang pengkhianat yang suka khianat. Sejatinya, remaja harus memiliki
keteguhan dalam berprinsip, komitmen mengemban kepercayaan yang dipikul dan
tegak lurus dalam cita-cita membangun masyarakat yang berakhlakul karimah.
Dengan sifat nabi yang terpercaya, remaja harus bisa menepati janjinya dan dapat
dipercaya oleh masyarakat.
Fathonah artinya cerdas, pandai atau pintar. Mustahil jika seorang nabi dan
rasul seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa. Intinya, remaja dipersiapkan
sebagai kader pemimpin masa depan. Maka, remaja harus cakap, pintar dan cerdas,
kaya wawasan pengetahuan, punya spirit belajar tinggi dan mengutamakan
pendidikan. Pada zaman modern sekarang ini, remaja harus pandai dalam teknologi
supaya tidak ketinggal dengan perkembangan zaman.
Tabligh artinya menyampaikan wahyu atau risalah dari Allah SWT kepada
orang lain. Mustahil jika seorang nabi dan rasul menyembunyikan dan merahasiakan
wahyu atau risalah Allah SWT. Hakikatnya, remaja harus mampu menuangkan
gagasan-pemikiran, ide-die dan argumentasi yang konstruktif. Remaja juga harus
berani tampil di depan forum publik sebagai orator atau pendakwah sejati.
26
Dengan akhlak remaja yang tercermin dari perilaku sifat-sifat Rasul ini niscaya
akan menjadi amunisi terbaik dalam perjuangan menuju bangsa Indonesia menjadi
bangsa berperadaban maju dan modern, namun tetap mulia, santun dan bermartabat.
Niscaya pula, semangat remaja dalam syiar Islam akan menumbuhkan kerja keras,
skill dan ketahanan mental.
Bermacam langkah nyata yang dapat dilakukan remaja dalam penanaman
akhlak, diantaranya:
Pertama, remaja harus giat menuntut ilmu pengetahuan. Kedua, remaja harus
berprestasi dalam hal apa pun, misalnya, pendidikan, olah raga, seni, budaya dan
lainnya serta pendidikan Islam. Ketiga, remaja harus memiliki karakter memimpin.
Keempat, remaja harus cakap dalam hal teknologi dan informasi (TI), karena dengan
menguasai TI remaja akan siap bersaing. Kelima, remaja harus memiliki jiwa
wirausahawan (entrepreneurship). Keenam, remaja harus memiliki integritas moral
dan akhlak mulia.
Pondasi akhlak adalah pendidikan Islam dan peran keluarga. Remaja sekarang
harus terbebas dari narkoba, pergaulan sex bebas, bebas penyakit HIV, AIDS, dan
lain-lain. Sejatinya, dengan meneladani kepribadian Rasulullah, niscaya remaja dalam
kiprahnya, tidak sekedar kontribusi pemikiran, tapi suatu karya nyata bermanfaat,
dengan bingkai akhlak mulia. Kita berharap peran remaja bisa menjadi teladan di
masyarakat dan generasi berikutnya
Pembinaan akhlak di kalangan remaja menurut Ibn Miskawaih adalah “dititik
beratkan kepada pembersihan pribadi dari sifat-sifat yang berlawanan dengan
tuntunan agama seperti takabur, pemarah dan penipu.”36 Keluhuran akhlak sebagai
media untuk menduduki tingkat kepribadian remaja yang berbobot Islam.
Kegunaan lain yang dapat dipetik dari hasil pembinaan akhlak, yakni:
terhindarnya anak-anak remaja dari tabiat-tabiat tercela. Dengan demikian pembinaan
36 Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. ke-2,
h. 147.
27
akhlak menurut Ibn Miskawaih dapat memberi sumbangan positif bagi ketentraman
dan keamanan masyarakat dari kejahatan pada umumnya.
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan Islam di TPQ bagi remaja akan memberi pengaruh kuat terhadap
pembentukan akhlak. Pendidikan Islam yang memadai akan menghasilkan
pengetahuan dan penanaman agama yang tinggi sehingga dapat
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam dari orang tua
itu akan membentuk akhlak dan dapat mencegah anak tersebut untuk melakukan hal-
hal yang menyimpang. Demikian juga sebaliknya, ketika pendidikan Islam dari orang
tua minim maka kualitas anak dalam pengetahuan agama akan minim juga, dan bisa
saja anak tersebut melakukan perbuatan hal-hal yang menyimpang dari norma-norma
yang berlaku.
Pada saat ini, akhlak remaja sangat kurang dalam pergaulannya. Ini terjadi di
karenakan masih rendahnya pendidikan Islam di kalangan remaja dan juga remaja
rendahnya minat untuk menuntut ilmu agama Islam. Banyak kalangan remaja yang
belum bisa menghadapi pergaulan yang sangat cepat, sehingga budaya asing yang
masuk dalam pergaulan mereka. Ini mengakibatkan banyaknya remaja yang
menyimpang dalam pergaulannya.
Begitu banyak bukti untuk mengatakan bahwa anak remaja pada saat ini sedang
sakit parah dalam pergaulan. Sehingga harus ada upaya yang ditempuh untuk
memperbaiki kondisi mereka. Sebagai muslim, tentunya kita menginginkan
perubahan remaja yang rusak saat ini menjadi remaja yang Islami. Dan juga anak
remaja sekarang di harapkan dapat berprilaku baik (berakhlakul karimah) demi
mewujudkan generasi muda yang Islami. Maka umat Islam akan maju dan
berkembang di muka bumi ini.
Perubahan atau penurunan nilai akhlak terjadi di kalangan remaja, perubahan
tersebut sangat terlihat dari cara berpakaian, berbicara serta dalam berperilaku dalam
28
kehidupan sehari-hari. Perubahan pergaulan mereka di sebabkan oleh rendahnya
akhlak pada diri remaja.
Untuk mencapai akhlak yang baik, yakni pembentukan akhlakul karimah, maka
pendidikan Islam harus di berikan sejak anak masih kecil terutama pendidikan yang
diberikan orang tua serta pengawasan dan bimbingan hingga mereka dewasa yang
tentunya dibantu oleh lembaga-lembaga pendidikan sekolah dan masyarakat ataupu
majelis taklim. Anak remaja membutuhkan pembinaan yang konsisten terutama
dalam keluarga dan pergaulan mereka. Akhlak yang ada pada remaja bukanlah
pembawaan sejak manusia dilahirkan, karena itu adalah salah besar jika di katakan
bahwa akhlak remaja terjadi dengan sendirinya dan merupakan sesuatu yang tidak
dapat di ubah.
Beberapa cara yang dapat menolong remaja untuk membentuk akhlak yaitu
melalui program pembinaan pendidikan Islam seperti pengajian atau Majelis Taklim,
pesantren kilat, ceramah agama dan lain-lain. Dan menambah waktu untuk program
pembinaan Islam serta materinya. Sedangkan melalui program pembinaan akhlak
dalam pergaulan seperti menerapkan ilmu-ilmu agama dalam sopan santun.
Pendidikan Islam juga dapat dijadikan wahana untuk selalu mengingatkannya pada
ajaran agama. Dan akhlak juga dapat membatasi tentang pergaulan-pergaulan yang
ada pada masa remaja saat ini. Dan langkah-langkah tersebut diharapkan pendidikan
Islam itu akan membentuk akhlak yang baik sehingga terwujudlah generasi remaja
yang baik.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Tempat yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah remaja TPQ. Ihsan
Makmur, yang terletak di Jl. Kampung Rawa II No. 10 Rt. 04/06 Kel. Kampung
Rawa Kec. Johar baru Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan mulai 8 Maret
sampai 6 April 2011.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ada, maka penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dalam bentuk metode survey, di mana
data akan dikumpulkan melalui teknik utama angket.
32
Adapun dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai peran
pendidikan Islam di kalangan remaja dalam pembentukan akhlak, tentunya dengan
cara menganalisa data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
C. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan “segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian”.1
Variabel dalam penelitian ini dibedakan dalam dua variable, yaitu variable bebas dan
variabel terikat. Variabel penelitian ini adalah Peranan TPQ yang merupakan variabel
bebas dan variabel terikatnya yaitu akhlak.
D. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan dari remaja
TPQ. Ihsan Makmur, yang berjumlah 44 orang. Karena populasi kurang dari 100,
maka penulis tidak mengambil sampel, tetapi menjadikan populasi sebagai responden
penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian populasi. Mengacu
kepada pendapat Suharsimi Arikunto : “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik di ambil semua. Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.2
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah field research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan
langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4, h. 82. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta),
1993, h. 134.
33
1. Angket, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pendidikan
majelis taklim dan akhlak remaja. Dalam penelitian ini, yang menjadi
responden adalah remaja TPQ. Ihsan Makmur.
2. Observasi, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi
ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi TPQ. Ihsan Makmur
yang akan diteliti dan juga data mengenai peranan TPQ. Ihsan Makmur dan
akhlakul karimah di kalangan remaja.
3. Interview, yaitu komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab antara
peneliti dengan responden. Metode ini di gunakan untuk mengetahui dan
memperoleh informasi secara langsung dengan jalan wawancara langsung.
Adapun wawancara yang dilakukan dengan pimpinan TPQ. Ihsan Makmur
tentang gambaran umum majelis taklim tersebut dan juga sistem
pembelajaran yang digunakan.
F. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengolahan Data Angket
Pengolahan data angket terdiri dari empat tahap, yaitu:
a Editing (pemeriksaan data), yaitu merupakan proses di mana peneliti
melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang
terkumpul. Proses klarifikasi terkait dengan pemberian penjelasan
mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah
konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data.
34
b Coding (pembuatan kode), merupakan usaha menyederhanakan data
dengan memberikan simbol angka pada masing-masing kategori jawaban
dari seluruh responden.
c Scoring, setelah melalui editing dan coding maka langkah selanjutnya
scoring, yaitu memberi skor terhadap data yang ada dalam angket.
d Tabulating, yaitu kegiatan mengelompokkan data ke dalam tabel frekuensi
guna mempermudah dalam proses menganalisa.3
2. Data observasi dan Interview:
Data observasi dan interview akan diolah melalui proses sebagai berikut:
a Klasifikasi, yakni proses pengelompokkan jawaban-jawaban yang
diperoleh dari responden.
b Kategorisasi, adalah proses pengelompokkan jawaban-jawaban responden
berdasarkan aspek-aspek masalah.
c Interpretasi, yaitu proses penafsiran terhadap aspek masalah berdasarkan
kerangka berfikir yang telah ditetapkan.
Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sedangkan untuk
menganalisa setiap variabel data yang sudah terkumpul dari hasil angket atau
kuesioner, penulis menggunakan analisa frekuensi untuk memberikan penjelasan
yang lebih rinci.
3 Husein Umar, Metode Penelitian Ilmiah untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT.Gramedia, 1997), h. 5-7.
35
G. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, maka langkah untuk selanjutnya data dideskripsikan,
dianalisa, di tafsirkan, dan disimpulkan. Maka hasilnya merupakan data yang konkret,
yaitu sebuah data kualitatif.
Dengan mengolah data kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan data ke dalam
bahasa yang mudah dipahami maka data yang diperoleh di lapangan kemudian
diklasifikasikan, diolah, dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu suatu proses
pemecahan masalah yang menggambarkan objek yang diteliti berdasarkan data yang
diperoleh pada saat meneliti yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah
kesimpulan.
Hasil yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah mengenai peranan TPQ
dalam pembentukan akhlak di kalangan remaja Kampung Rawa, Jakarta Pusat.
Dalam menghitung data-data yang diperoleh penulis menggunakan rumus
prosentase sebagai berikut:
Keterangan: P : Angka Persentase
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu
F : Frekuensi jawaban
100% : Bilangan tetap/konstanta
36
H. Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen penelitian dilakukan berdasarkan teori-teori yang telah
dipaparkan pada Bab II. Adapun kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.
Kisi-kisi Instrumen
No. Variabel Dimensi Indikator Jumlah Item
No. Item
1. Pendidikan TPQ. Ihsan Makmur
a. Pendidikan Agama di TPQ
1. Membaca al-Qur’an.
2. Sejarah Islam. 3. Pelajaran Fiqh 4. Akhlak dalam
belajar
4
3 2 5
1, 2, 3, 4
5, 6 9, 10, 11, 12, 13, 14,
15 b. Kegiatan
di TPQ. Ihsan Makmur
1. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
2. Latihan kesenian
1
1
7 8
2. Akhlak a. Akhlak kepada Allah
1. Melaksanakan shalat.
2. Melakukan puasa. 3. Membaca al-
Qur’an.
4
2 1
1, 2, 3, 4
5, 6 7
b. Akhlak kepada Rasul
1. Menjawab shalawat
2. Menzikirkan shalawat.
1
1
8 9
c. Akhlak kepada diri sendiri
1. Melakukan sikap Jujur
2. Membiasakan disiplin
3. Memakai wangi-wangian.
1
2
1
11
12, 13
10
37
d. Akhlak
kepada orang tua
1. Mentaati perintah. 2. Membantu
pekerjaan rumah. 3. Mengajarkan
dalam hal agama.
3
2
16, 17 15
14, 18
e. Akhlak kepada orang lain
1. Memberikan sedekah
2. Menebarkan senyum.
3. Menolong sahabat.
4. Melaksanakan pembayaran hutang.
5. Meminjamkan barang.
2
1
1
1
1
19, 20
21
22
23
24
f. Akhlak kepada alam
1. Memberi makan binatang.
2. Menanam tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah.
3. Membuang sampah pada tempatnya.
1
1
2
25
26
27, 28
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum TPQ Ihsan Makmur
1. Sejarah Singkat TPQ Ihsan Makmur
TPQ. Ihsan Makmur didirikan pada tanggal 17 Juli 1992, oleh Ust. Elmo
Wasma, Ustzh. Ruqiyah, dan Ust. Asep Wahyu. Pertama berdirinya TPQ. Ihsan
Makmur terdiri dari 2 tingkat. Seiring dengan besarnya minat masyarakat untuk
mendidik anaknya melalui pengajian di TPQ sehingga tempat yang tersedia
dirasa kurang mencukupi, maka pada tahun 1995 TPQ. Ihsan Makmur
memperluas tempat pembelajaran, maka tempat pembelajaran menjadi 3
tingkat.
39
Pada awal nama TPQ. Ihsan Makmur adalah Majelis Taklim Ihsan
Makmur. Pada tahun 2005, TPQ. Ihsan Makmur sudah terdaftar di DEPAG
dengan SK.TPQ.DEPAG: K809.03/6/BA.04/1725/2005, No. INDUK:
K3./125/136/XI/2005. Sekarang namanya Yayasan Taman Pendidikan al-
Qur’an (TPQ) Ihsan Makmur dan Majelis Taklim Ihsan Makmur tetap
digunakan juga.
Pendirian TPQ. Ihsan Makmur dilatarbelakangi oleh keprihatinan
masyarakat terhadap perkembangan modernisasi, perkembangan pergaulan
yang sangat cepat, dan perkembangan teknologi yang diiringi dengan kesadaran
masyarakat yang dapat mempengaruhi keberagamaan.1
Sebagaimana yang dituturkan oleh Asep Wahyu, bahwa tujuan didirikan
Majelis Taklim Ihsan Makmur adalah untuk membina generasi muda yang
beradab, beretika, dan dapat mewujudkan pergaulan yang Islami serta guru
dapat mengamalkan atau mengembangkan ilmu agama yang diperoleh.2
2. Keadaan Tenaga Pendidik
Untuk lebih meningkatkan efektifitas dalam proses belajar mengajar
(PBM) TPQ Ihsan Makmur melakukan perlengkapan dalam sektor tenaga
kependidikan khususnya guru. Adapun jumlah guru di TPQ. Ihsan Makmur
berjumlah 10 orang, dengan rincian sebagaimana tertera dalam tabel berikut:
Tabel 2.
Daftar Tenaga Pendidik
NO Nama Pendidikan
Terakhir
Jabatan Mengajar
1 Asep Wahyu , Kepala Majelis Taklim Ihsan Makmur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Maret 2011. 2 Asep Wahyu , Kepala Majelis Taklim Ihsan Makmur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Maret 2011.
40
1 Ust. Elmo Wasma Madrasah
Aliyah (MA)
Kep.
Yayasan
Kelas I
2 Ruqayah MA Guru Kelas II
3 Ust.Asep Wahyu Madrasah
Aliyah (MA)
Guru Remaja
4
Syamsul Rijal SLTA Guru Kelas V (Al-
Qur’an)
5 Fairuz Fajriatul
Maulidany
Madrasah
Aliyah (MA)
Guru Kelas IV (Al-
Qur’an)
6 Heni Herdiyanti SLTA Guru Kelas III (Al-
Qur’an)
7 Rini Rahmawati Madrasah
Aliyah (MA)
Guru Kelas II-A
(Iqra’ 3)
8 Rieska Aprilia SLTA Guru Kelas II-B
(Iqra’ 2)
9 Ayu Listyanisa SLTA Guru Kelas I-B
(Iqra’ 1)
10 Sartika SLTA Guru Kelas I-A
(Iqra’ 1)
Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah tenaga pengajar di TPQ Ihsan
Makmur sudah memadai. Namun, dilihat pendidikan akhir mereka masih belum
memadai untuk mengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan.
3. Keadaan Peserta Didik
Adapun peserta didik di TPQ Ihsan Makmur secara keseluruhan
berjumlah 240 anak. Dengan rincian siswa kelas I-A berjumlah 42 santri, kelas
I-B berjumlah 25 santri, kelas II semua berjumlah 40 santri, kelas III berjumlah
41
30 santri, kelas IV berjumlah 29 santri, kelas V berjumlah 30 santri, dan kelas
VI (remaja) berjumlah 44 santri.3 Dari data diatas yang akan diteliti adalah
remaja TPQ. Ihsan Makmur
4. Sarana dan Prasarana
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, TPQ Ihsan Makmur terus
melakukan pembenahan dalam segala bidang, salah satunya adalah melengkapi
sarana-sarana pendidikan. Dari hasil observasi diketahui bahwa sarana dan
prasarana di TPQ Ihsan Makmur cukup memenuhi standar minimal pelayanan
lembaga pendidikan nonformal pada umumnya. Adapun sarana dan prasarana
yang telah dimiliki oleh TPQ Ihsan Makmur adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Keadaan Sarana dan Prasarana
NO Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang Kelas 5 Baik
2 Ruang kantor 1 Baik
3 Papan Tulis (Blackboard) 2 Baik
4 Kapur Tulis 1 kotak Baik
5 Meja Guru 5 Baik
6 Kursi 7 Baik
7 Kantin 1 Kurang
8 Komputer 0 -
9 Alat-alat kebersihan 3 Baik
10 Kamar Mandi 1 Baik
11 Telepon 1 Baik
Dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPQ Ihsan Makmur sudah
dapat dikatakan cukup memadai dalam menunjang kegiatan belajar mengajar.
3 Dokumentasi Majelis Taklim Ihsan Makmur, Observasi Penulis, tanggal 20 Maret 2011.
42
Agar perkembangan TPQ Ihsan Makmur lebih baik, maka harus ada
penambahan sarana dan prasarana yang lain.
B. Deskripsi Data Seperti telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa salah satu teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket, yang bertujuan untuk memperoleh data tentang
pendidikan Islam dan akhlak remaja. Angket ini terdiri dari 43 point. Teknik
pengukuran angket ini menggunakan skala persentase dengan bobot nilai untuk
setiap jawaban sebagai berikut:
a. Untuk pertanyaan yang mengandung nilai positif, skornya yaitu selalu
(SL) = 4, sering (SR) = 3, kadang-kadang (KD) = 2, dan tidak pernah
(TP) = 1.
b. Sedangkan pertanyaan yang mengandung nilai negatif, skornya yaitu
nilai-nilai sebaliknya, selalu (SL) = 1, sering (SR) = 2, kadang-kadang
(KD) = 3, dan tidak pernah (TP) = 4.
Pembahasan mengenai hasil angket dengan menggunakan tabulasi yang
merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket)
menjadi tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut dengan
menggunakan rumus:
۾ = ۴× ۼ %
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Frekuensi
43
Untuk mengetahui apakah ada peranan TPQ. Ihsan Makmur terhadap
pembentukan akhlak remaja, maka hal ini dapat dilihat dari data yang telah
diperoleh dan dinyatakan dengan persentase, kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.
Pembacaan al-Quran di TPQ. Ihsan Makmur
No. Indikator
Alternatif
SL SR KD TP
Frekuensi
1. Pembacaan al-Qur’an di TPQ.
Ihsan Makmur
18,2% 43,2% 36,3% 2,3%
8 19 16 1
2. Pembacaan al-Qur’an dengan
menerapkan ilmu tajwid.
31,8% 27,3% 36,3% 4,5%
14 12 16 2
3. Pembacaan al-Quran dengan
memahami isi kandungannya.
0% 6,8% 75% 18,2%
0 3 33 8
4. Pembacaan al-Quran dengan
terbata-bata.
0% 6,8% 84,1% 9,1%
0 3 37 4
Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar (43,2%) remaja sering
membaca al-Quran di TPQ Ihsan Makmur, sebagian kecil (36,3%) kadang-
kadang. Namun sedikit sekali (18,2% dan 2,3%) yang selalu dan tidak pernah.
Sedangkan sebagian besar (36,3%) remaja yang kadang-kadang membaca al-
Qur’an dengan ilmu tajwid, sebagian kecil (31,8%) yang selalu. Akan tetapi
sedikit sekali (27,3% dan 4,5%) yang sering dan tidak pernah membaca al-
Qur’an dengan menerapkan ilmu tajwid. Kemudian sebagian besar (75%)
remaja kadang-kadang membaca al-Qur’an dengan memahami isi
44
kandungannya, sebagian kecil (18,2%) yang tidak pernah memahaminya.
Namun sedikit sekali (6,8%) yang sering dan tak seorangpun yang selalu
melaksanakannya. Setelah itu ada sebagian besar (84%) remaja dalam membaca
al-Qur’an masih terbata-bata, sebagian kecil (9,1%). Tetapi sedikit sekali
(6,8%) yang sering dan tak seorangpun (0%) yang selalu membacanya dengan
terbata-bata. Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa remaja hanya
dapat membaca al-Qur’an saja belum mendalami isi kandungannya. Mereka
membaca al-Qur’an masih tahap belajar untuk menerapkan ilmu tajwid dan isi
kandungannya.
Tabel 5.
Pelajaran Sejarah Islam di TPQ
No Indikator
Alternatif Jawaban
SS S TS STS
Frekuensi
1. Sejarah Islam pelajaran yang
disenangi.
40,9% 47,7% 11,4% 0%
18 21 5 0
2. Mengetahui sejarah Nabi
Muhammad dari Majelis
Taklim.
45,5% 50% 4,5% 0%
20 22 2 0
Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar (47,7% dan 50%) remaja
menyatakan setuju bahwa sejarah Islam adalah pelajaran yang disenangi dan
pengetahuan sejarah Nabi Muhammad saw diperoleh di TPQ. Ihsan Makmur.
45
Sebagian kecil (40,9% dan 45,5%) menyatakan sangat setuju. Tetapi sedikit
sekali (11,4% dan 4,5%) menyatakan tidak setuju dan tak seorangpun (0%)
yang menyatakan sangat tidak setuju. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh
bahwa pelajaran sejarah Islam di TPQ. Ihsan Makmur adalah pelajaran yang
disenangi oleh remaja.
Tabel 6.
Kegiatan Keagamaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 27 61,4%
B Sering 13 29,5%
C Kadang-kadang 4 9,1%
D Tidak pernah 0 0%
JUMLAH 44 100%
Tabel di atas menunjukkan sebagian besar (61,4%) remaja selalu
mengikuti kegiatan keagamaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), sebagian
kecil (29,5%) yang sering. Namun sedikit sekali (9,1%) yang kadang-kadang
dan tidak ada seorangpun (0%) yang tidak pernah yang mengikutinya. Dari data
di atas dapat disimpulkan remaja selalu mengikuti Peringatan Hari Besar Islam
(PHBI) setiap tahunnya.
Tabel 7.
Latihan Kesenian di TPQ. Ihsan Makmur
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
46
A Selalu 14 31,8%
B Sering 5 11,4%
C Kadang-kadang 12 27,3%
D Tidak pernah 13 29,5%
JUMLAH 44 100%
Data di atas menunjukkan sebagian besar (31,8%) remaja selalu
mengikuti latihan kesenian di TPQ. Ihsan Makmur, sebagian kecil (29,5%)
tidak pernah mengikuti latihan tersebut. Namun sedikit sekali (27% dan 11,4%)
sering dan kadang-kadang mengikutinya. Maka dapat disimpulkan remaja
dalam mengikuti latihan kesenian di TPQ sesuai dengan minat, bakat, dan
keterampilan yang ada pada diri mereka.
Tabel 8.
Berwudhu dengan Baik di Majelis Taklim
No Indikator
Alternatif Jawaban
SL SR KD TP
Frekuensi
1. Berwudhu dengan baik sebagaimana
diajarkan oleh guru TPQ. Ihsan
Makmur.
56,8
%
18,2% 22,7% 2,2
%
25 8 10 1
2. Menjaga wudhu dalam kehidupan
sehari-hari.
6,8% 9,1% 47,7% 36,
4%
3 4 21 16
47
Tabel di atas menunjukkan sebagian besar (58%) remaja yang
mempraktekan wudhu sebagaimana diajarkan guru TPQ. Ihsan Makmur,
sebagian kecil (18,2%) yang sering mempraktekannya. Namun sedikit sekali
(22,7% dan 2,2%) yang kadang-kadang dan tidak pernah mempraktekannya.
Kemudian sebagian besar (47,7%) remaja dapat menjaga wudhu dalam
kehidupan sehari-hari, sebagian kecil (36,4%) yang kadang-kadang
melakukannya. Namun sedikit sekali (9,1% dan 6,8%) yang sering dan selalu
melakukannya. Kesimpulannya remaja bisa mempraktekan wudhu dengan baik
sebagaimana yang diajarkan oleh guru. Tetapi dalam menjaga wudhu dalam
kehidupan sehari-hari masih kurang dalam melakukannya.
Tabel 9.
Proses Pembelajaran di TPQ. Ihsan Makmur
No Indikator
Alternatif Jawaban
SL SR KD TP
Frekuensi
1. Memperhatikan dengan baik ketika
guru menjelaskan materi pelajaran.
27,3% 47,7% 25% 0%
12 21 11 0
2. Bertanya kepada guru tentang materi
yang belum paham.
0% 9,1% 52,3
%
38,6
%
0 4 23 17
Bersarkan data di atas dapat diketahi bahwa sebagian besar (47,7%)
remaja sering memperhatikan dengan baik ketika guru menjelaskan pelajaran,
48
sebagian kecil (27%) selalu melakukan hal tersebut. Selanjutnya ada beberapa
remaja (25%) kadang-kadang memperhatikan dengan baik ketika guru
menjelaskan materi pelajaran dan tak seorangpun tidak pernah
memperhatikannya. Kemudian sebagian besar (52,3%) remaja yang kadang-
kadang bertanya kepada guru dan 38,6% yang tidak pernah melakukannya.
Namun sedikit sekali (9,1%) remaja yang bertanya kepada guru dan tak ada
satupun yang selalu melakukan hal tersebut. Penulis dapat menyimpulkan
remaja dapat memahami penjelasan guru. Sehingga sebagian besar remaja
hanya kadang-kadang bertanya kepada guru.
Tabel 10.
Mengkaji Ulang Materi Pelajaran di Rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 0 0%
B Sering 7 15,9%
C Kadang-kadang 22 50%
D Tidak pernah 15 34,1%
JUMLAH 44 100%
Dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar (50%) remaja
kadang-kadang membaca kembali materi pelajaran di rumah dan 34,1% yang
tidak pernah membacanya. Namun sedikit sekali (15,9%) remaja sering
membacanya dan tak seorangpun yang selalu membaca kembali materi
pelajaran di rumah. Banyak remaja yang sibuk dengan kegiatannya sehingga
untuk membaca kembali pelajaran di rumah sangat sedikit.
49
Tabel 11.
Melaksanakan Shalat
No Indikator
Alternatif Jawaban
SL SR KD TP
Frekuensi
1. Melaksanakan shalat lima
waktu.
27,3% 31,8% 34,1% 6,8%
12 14 15 3
2. Shalat apabila waktunya hampir
habis.
0% 6,8% 65,9% 27,3
%
0 3 29 12
3. Melaksanakan shalat jiwa
mendapatkan ketenangan.
63,7% 22,7% 9,1% 4,5%
28 10 4 2
4. Melaksanakan shalat sunnah
rawatib.
0% 4,5% 43,2% 52,3
%
0 2 19 23
Data di atas dapat diperoleh sebagian besar (34,1% dan 65,9%) remaja
yang kadang-kadang melaksanakan shalat lima waktu dan dilaksanakan ketika
watunya hampir habis. Setelah itu sebagian kecil (27,3%) yang melaksanakan
shalat fardhu tidak pernah waktunya hampir habis. Namun sedikit sekali (6,8%)
remaja yang melaksanakan shalat fardhu dan waktunya hampir habis.
Kemudian 31,8% yang sering melaksanakan shalat fardhu dan tak seorangpun
50
yang selalu dikerjakan waktunya hampir habis. Selanjutnya sedikit sekali
(4,5%) remaja yang tidak pernah merasakan ketenangan ketika shalat dan
sering melaksanakan shalat sunnah rawatib. Kemudian 43,2% dan 9,1% remaja
kadang-kadang mendapat ketenangan dan shalat sunnah rawatib. Namun
sebagian besar (63,7% dan 52,3%) remaja selalu melaksanakan shalat jiwa
mendapat ketenangan dan tidak pernah mengerjakan shalat sunnah rawatib.
Maka dapat disimpulkan bahwa remaja dalam pengabdiannya kepada Allah,
sekedar shalat fardhu saja. Sedangkan shalat sunnah rawatib sedikit sekali yang
mengerjakannya.
Tabel 12.
Melaksanakan Puasa
N
o Indikator
Alternatif Jawaban
SL SR KD TP
Frekuensi
1 Meninggalkan puasa Ramadhan
tanpa alasan yang jelas.
0% 2.2% 27,3% 70,5%
0 1 12 31
2 Melaksanakan puasa sunnah
Senin dan Kamis .
0% 6,8% 56,8% 36,4%
0 3 25 16
Tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya sedikit sekali (2,2% ) remaja
yang meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang jelas dan 6,8% yang
melaksanakan puasa sunnah Senin dan Kamis. Kemudian Sebagian besar
51
(70,5%) remaja yang tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan
yang jelas dan 56,8% yang kadang-kadang melaksanakan puasa sunnah Senin
dan Kamis. Selanjutnya sebagian kecil (27%) remaja yang kadang-kadang
meninggalkan puasa Ramadhan dan 36,4% yang tidak pernah melaksanakan
puasa sunnah Senin dan Kamis. Dan tak ada seorangpun yang selalu
meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang jelas dan melaksanakan
puasa sunnah Senin dan Kamis. Hal ini menunjukkan bahwa remaja masih ada
kesadaran untuk berpuasa Ramadhan dan Senin-Kamis. Walaupun sebagian
besar remaja kadang-kadang puasa sunnah Senin dan Kamis. Dari data di atas
dapat disimpulkan bahwa remaja berpuasa Ramadhan dengan baik serta puasa
Senin dan Kamis mereka laksanakan.
Tabel 13.
Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.
No Indikator
Alternatif Jawaban
SL SR KD TP
Frekuensi
1. Menjawab shalawat ketika
mendengar nama Nabi
Muhammad saw.
29,5% 36,4% 31,8% 2,3
%
13 16 14 1
2. Menzikirkan shalawat kepada
Nabi Muhammad saw setiap
selesai shalat.
18,2% 15,9% 59,1% 6,8
%
8 7 26 3
52
Tabel di atas menunjukkan bahwa sedikit sekali (6,8% dan 2,3%) remaja
yang tidak pernah menzikirkan dan menjawab atas Nabi Muhammad saw.
Namun sebagian besar 36,4% remaja yang sering menjawab dan 59,1% yang
menzikirkan shalawat atas nabi Muhammad saw. Masih ada remaja (29,5% dan
31%) selalu dan kadang-kadang menjawab shalawat ketika mendengar nama
Nabi Muhammad saw. Serta remaja (18,2% dan 15,9%) selalu dan sering
menzikirkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Di sini dapat kita lihat
bagaimana kecintaan remaja TPQ. Ihsan Makmur kepada Nabi Muhammad
saw yang selalu menzikirkan dan menjawab shalawat atasnya.
Tabel 14.
Memakai Wangi-wangian ketika Shalat
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 7 15,9%
B Sering 5 11,4%
C Kadang-kadang 25 56,8%
D Tidak pernah 7 15,9%
JUMLAH 44 100%
Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (56%) remaja yang
kadang-kadang memakai wangi-wangian ketika shalat. Selanjutnya sebagian
kecil (15%) selalu dan tidak pernah memakai wangi-wangian ketika shalat.
Kemudian 11,9% remaja yang sering memakai wangi-wangian. Kesimpulannya
remaja dapat mengamalkan sunnah Nabi Muhammad saw dengan memakai
wangi-wangian ketika melaksanakan shalat fardhu.
53
Tabel 15.
Membiasakan Diri untuk Bersikap Jujur
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 6 13,6%
B Sering 22 50%
C Kadang-kadang 13 29,6%
D Tidak pernah 3 6,8%
JUMLAH 44 100%
Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar (50%) remaja yang sering
membiasakan diri untuk bersikap jujur. Sebagian kecil (29,6%) remaja yang
kadang-kadang dan 13,6% yang selalu membiasakan diri untuk bersikap jujur.
Namun sedikit sekali (6,8%) remaja yang tidak pernah membiasakan bersikap
jujur. Jadi, sebagian besar remaja TPQ. Ihsan Makmur membiasakan bersikap
jujur.
Tabel 16.
Membiasakan Diri untuk Berdisiplin
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 18 40,9%
B Sering 15 34.1%
C Kadang-kadang 10 22,7%
D Tidak pernah 1 2,3%
JUMLAH 44 100%
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (40,9%) remaja yang
selalu membiasakan diri untuk berdisiplin. Sebagian kecil (22,7%) remaja yang
54
kadang-kadang dan 34,1% yang selalu membiasakan diri untuk berdisiplin.
Namun sedikit sekali (2,3%) remaja yang tidak pernah membiasakan
berdisiplin. Jadi, sebagian besar remaja TPQ. Ihsan Makmur membiasakan
berdisiplin.
Tabel 17.
Mendoakan Kedua Orang Tua
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 28 63,6%
B Sering 11 25%
C Kadang-kadang 4 9,1%
D Tidak pernah 1 2,3%
JUMLAH 44 100%
Dari data dapat diperoleh bahwa sebagian besar (63,6%) remaja selalu
mendoakan kedua orang tua. Selanjutnya sebagian kecil (25% dan 9,1%)
remaja yang sering dan kadang-kadang mendoakannya. Namun sedikit sekali
(2,3%) yang tidak pernah mendoakan orang tua. Ini membuktikan bahwa
remaja masih sayang kepada orang tua sehingga sebagian besar mendoakan
kepadanya.
Tabel 18.
Berbicara yang Baik kepada Kedua Orang Tua
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 20 45,5%
B Sering 11 25%
55
C Kadang-kadang 12 27,3%
D Tidak pernah 1 2,2%
JUMLAH 44 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (45,5%) remaja selalu
berbicara yang baik kepada orang tua dan 27,3% kadang-kadang melakukan hal
tersebut. Ada juga sebanyak 25% sering melakukannya. Namun masih ada juga
2,2% tidak pernah berbicara yang baik kepada orang tua. Jadi, kesimpulannya
remaja masih banyak yang berbicara yang baik kepada orang tua, ini
merupakan bekal mereka dalam menjaga lisan dalam hal berbicara.
Tabel 19.
Menolak Perintah Kedua Orang Tua
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 1 2,2%
B Sering 5 11,4%
C Kadang-kadang 22 50%
D Tidak pernah 16 36,4%
JUMLAH 44 100%
Menolak perintah orang tua adalah hal yang dilarang oleh Allah, dalam
hal ini masih ada (2,2%) remaja yang selalu menolak perintah orang tua mereka
dan 11,4% yang sering melakukan hal tersebut. Sebagian besar (50%) remaja
yang kadang-kadang menolak perntah orang tua dan 36% yang tidak pernah
melakukannya. Ini menunjukkan masih kurangnya akhlak remaja kepada orang
tua. Kemungkinan adanya lingkungan yang kurang mendukung pada diri
remaja.
56
Tabel 20.
Mengajarkan Orang Tua untuk Membaca al-Qur’an
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 0 0%
B Sering 2 4,5%
C Kadang-kadang 5 11,4%
D Tidak pernah 37 84,1%
JUMLAH 44 100%
Dapat kita lihat dari tabel menunjukkan sebagian besar (84,1%) remaja
yang tidak pernah mengajarkan orang tua untuk membaca al-Qur’an dan 11,4%
yang sering melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali (4,5%) yang sering
mengajarkan orang tua untuk membaca al-Qur’an dan tak seorangpun yang
selalu melakukannya. Ini menunjukkan bahwa remaja masih dalam tahap
belajar, dan sebagian besar belum bisa mengajarkannya kepada orang tua. Maka
mereka harus belajar yang lebih baik lagi supaya dapat mengajarkannya kepada
orang tua.
Tabel 21.
Memberi Hadiah kepada Adik di Waktu-waktu Tertentu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 0 0%
B Sering 7 15,9%
C Kadang-kadang 22 50%
D Tidak pernah 14 31,8%
JUMLAH 44 100%
57
Dapat diketahui dari tabel bahwa sebagian besar (50%) remaja yang
kadang-kadang memberi hadiah kepada adik dan 31,8 % yang kadang-kadang
melakukan hal tersebut. Sedikit sekali (15,9) remaja yang sering memberi
hadiah kepada adiknya dan tak seorangpun yang selalu melakukan hal tersebut.
Maka penulis dapat menyimpulkan masih ada remaja yang kurang peduli
kepada adiknya, kemungkinan masih dalam tahap belajar.
Tabel 22.
Menyantuni Anak Yatim
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 0 0%
B Sering 3 6,8%
C Kadang-kadang 19 43,2%
D Tidak pernah 22 50%
JUMLAH 44 100%
Tabel di atas dapat kita ketahui bahwa kepedulian remaja dalam tingkat
sosial yang membutuhkan dana masih terbilang wajar, karena remaja masih
dalam fase belajar belum pada masa fase mencari nafkah sendiri dalam artian
remaja dalam keuangan masih bergantung pada orang tuanya, maka dari sebab
itu tidak ada seorang pun remaja yang menyantuni anak yatim, dan 6,8%
remaja yang sering melakukan hal tersebut. Sebagian besar (50%) tidak pernah
melakukan dan selebihnya (43,2%) yang kadang-kadang menyantuni anak
yatim.
Tabel 23.
Menebarkan Senyum kepada Orang Lain ketika Bertemu seperti
Nabi
58
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 13 29,5%
B Sering 15 34,1%
C Kadang-kadang 15 34,1%
D Tidak pernah 1 2,3%
JUMLAH 44 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 29,5% remaja yang selalu menebarkan
senyum kepada orang lain dan sebagian besar (34,1%) remaja yang sering dan
kadang-kadang melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali (2,3%) remaja
yang menebarkan senyum kepada orang lain. Penulis dapat menyimpulkan
remaja dapat menerapkan sunnah Rasulullah saw yaitu senyum kepada orang
lain ketika bertemu walaupun masih ada yang tidak pernah melakukannya.
Tabel 24.
Membela Sahabat yang Bersengketa tanpa Melihat Akar
Masalahnya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 1 2,3%
B Sering 4 9,1%
C Kadang-kadang 22 50%
D Tidak pernah 17 38,6%
JUMLAH 44 100%
Dalam hal ini sebagian besar (50%) remaja yang kadang-kadang
membela sahabat yang bersengketa tanpa melihat akar masalahnya. Sebagian
59
kecil (38,6%) yang tidak pernah melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali
(9,15% dan 2,3%) remaja yang sering dan selalu membela sahabat yang
bersengketa tanpa melihat akar masalahnya. Ini menunjukkan bahwa remaja
masih berpikir yang lebih baik untuk membela sahabat, dilihat akar masalah
terlebih dahulu.
Tabel 25.
Menunda Pembayaran Hutang kepada Orang Lain
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 0 0%
B Sering 4 9,1%
C Kadang-kadang 24 54,5%
D Tidak pernah 16 36,4%
JUMLAH 44 100%
Dapat kita lihat dari tabel bahwa sebagian besar (54,5%) remaja kadang-
kadang menunda pembayaran hutang kepada orang lain dan 36,4% yang tidak
pernah melakukannya. Namun sedikit sekali (9,1%) yang sering menunda
pembayaran hutang kepada orang lain dan tak ada seorangpun yang
melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja dalam hutang kepada orang
lain selalu dibayar sesuai kesepakatan.
Tabel 26.
Mengambil Barang Orang Lain tanpa Izin Pemiliknya
No Alternatif Jawabar Frekuensi Persentase
A Selalu 0 0%
B Sering 1 2,3%
60
C Kadang-kadang 17 38,6%
D Tidak pernah 26 59,1%
JUMLAH 44 100%
Dapat kita lihat dari tabel di atas bahwa tidak ada seorangpun yang selalu
mengambil barang orang lain izin pemiliknya. Masih ada pula remaja yang
kadang-kadang mengambil barang orang lain tanpa izin pemiliknya yaitu
sebanyak 38,6 % dan sebagian besar (59,1%) remaja yang tidak pernah
melakukan hal tersebut. Ini menunjukan bahwa remaja harus bias membiasakan
diri sejak dini untuk memakai barang atau benda yang bukan haknya. Karena
dikhawatirkan hal tersebut dapat menjadi kebiasaan dalam diri remaja untuk
masa yang akan datang. Dan kebiasaan sejak dini biasanya sulit untuk
dihilangkan di masa tua nanti.
Tabel 27.
Memberi Makan kepada Binatang
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 2 4,5%
B Sering 10 22,7%
C Kadang-kadang 32 72,7%
D Tidak pernah 0 0%
JUMLAH 44 100%
Dapat kita lihat sebagian besar (72,7%) remaja yang kadang-kadang
memberi makan kepada binatang dan 22,7% yang sering melakukan hal
tersebut. Namun sedikit sekali (4,5%) remaja yang selalu memberi makan
kepada binatang dan tak seorangpun yang tidak pernah melakukan hal tersebut.
Ini menunjukkan remaja masih kurang respon terhadap binatang.
61
Tabel 28.
Menanam Tanaman Hias di Rumah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
A Selalu 3 6,8%
B Sering 3 6,8%
C Kadang-kadang 16 36,4%
D Tidak pernah 22 50%
JUMLAH 44 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) remaja yang
tidak pernah menanam tanaman hias di rumah dan sebagian kecil (36,4%) yang
kadang-kadang melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali (6,8%) remaja
yang selalu dan sering menanam tanaman hias di rumah. Maka dapat kita
simpulkan bahwa remaja masih kurang minatnya untuk menanam tanaman hias
di rumah.
Tabel 29.
Membuang Sampah
No Indikator
Alternatif Jawaban
SL SR KD TP
Frekuensi
1. Membuang sampah pada
tempatnya.
11,4% 29,5% 56,8% 2,3%
5 13 25 1
62
2. Menegur teman yang membuang
sampah sembarangan.
9,1% 27,3% 54,5% 9,1%
4 12 24 4
Tabel di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar (56,8%) remaja yang
kadang-kadang membuang sampah pada tempatnya dan dan 54,5% yang
menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Tetapi sedikit sekali
(2,3%) remaja yang tidak pernah membuang sampah pada tempatnya.
Kemudian ada sebagian kecil (29,5% dan 11,4%) yang sering dan selalu
membuang sampah pada tempatnya serta 27,3% yang sering menegur teman
yang membuang sampah sembarangan. Sedikit sekali (9,1) remaja yang selalu
dan tidak pernah menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Ini
menunjukkan bahwa remaja masih tahap pembelajaran untuk menjaga
kebersihan. Kebersihan adalah sebagian dari iman, semboyan ini harus
ditanamkan pada diri remaja.
Untuk mengetahui apakah pendidikan majelis taklim memiliki peranan
dalam pembentukan akhlak di kalangan remaja TPQ Ihsan Makmur, maka
penulis pada kesempatan ini menghitung rata-rata keseluruhan, baik akhlak
kepada Allah, akhlak kepada Rasul, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada
orang lain, dan akhlak kepada alam. Dapat kita lihat tabel di bawah ini:
Tabel 30.
Rata-rata Keseluruhan Akhlak Remaja
Alternatif Jawaban Frekue
nsi Persen
Keteranga
n Positif Negatif
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak pernah
Kadang-kadang
Sering
Selalu
478
563
589
272
25,13%
29,60%
30,97%
14,30%
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Buruk
63
Berdasarakan tabel di atas dapat diketahui bahwa 25,13% remaja
memiliki akhlak yang sangat baik, 29,60% remaja yang berakhlak baik, 30,97%
remaja yang berakhlak cukup baik, dan 14,30% remaja yang berakhlak buruk.
Dengan demikian bahwa pembentukan akhlak di TPQ Ihsan Makmur sudah
berhasil, tetapi masih kurang memuaskan. Maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa remaja TPQ. Ihsan Makmur sebagian besar memiliki akhlak yang baik.
Walaupun masih ada sebagian kecil remaja yang memiliki akhlak yang buruk.
Terdapatnya akhlak remaja yang buruk dikarenakan adanya hambatan-
hambatan dalam pelaksanaan pembinaan akhlak remaja di antaranya:
a. Hambatan dari remaja itu sendiri, karena setiap remaja memiliki
kemampuan. Bermacam-macam latar belakang remaja, sehingga beragam
pula tingkah laku remaja yang kemudian berdampak pada sikap remaja
bertingkah laku kurang baik.4
b. Kurang adanya kerja sama antara pihak TPQ Ihsan Makmur dengan orang
tua remaja dalam pembinaan akhlak, ketika berada di rumah seakan-akan
nilai-nilai yang ditanamkan di TPQ hilang lagi.
c. Dari segi budaya, pengaruhnya banyak sekali seperti banyak remaja
mengikuti budaya asing yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi
akhlak mereka.
Setelah diperhatikan hambatan-hambatan dalam pembinaan akhlak, solusi
yang bisa ditempuh untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah:
a. Membangun pendekatan secara emosional, mengayomi remaja dengan
sebaik-baiknya dan membina akhlak secara kontinu dengan menanamkan
nilai-nilai moral dan keagamaan yang tinggi.
b. Orang tua sebagai pendidik utama bagi anaknya dalam kehidupan dan
pergaulan mereka. Begitupun dengan guru, sebagai pendidik seorang guru
4 Asep Wahyu, Kepala Majelis Taklim Ihsan Makmur, Wawancara Pribadi, Jakarta: 1 April 2011.
64
harus bisa mengadakan pendidikan dengan baik di dalam maupun di
TPQ, memberikan pengarahan apabila terdapat tingkah laku remaja yang
menyimpang dan memberikan penjelasan dalam setiap perbuatan dari
sisi baik dan buruknya.
c. Adanya kerja sama antar orang tua dengan pihak TPQ. Ihsan Makmur
karena remaja mendapatkan pendidikan bukan hanya di TPQ saja
melainkan di rumah juga.
d. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme
guru dengan harapan memiliki wawasan luas dan tidak kaku dalam
berfikir. Sehingga proses belajar dan mengajar serta pembinaan akhlak di
dalam maupun di luar TPQ. Ihsan Makmur menjadi lebih baik.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian tentang peranan pendidikan
majelis taklim dalam pembentukan akhlak remaja, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Peranan TPQ dalam membentuk akhlak remaja terlihat dari kegiatan-
kegiatan yang telah diprogramkan oleh TPQ. Ihsan Makmur sedemikian
rupa, baik program harian, mingguan maupun bulanan terlaksana dengan
baik. Disamping itu pendidik atau guru selalu kontinu dalam membina
akhlak remaja dengan memberikan suri tauladan yang baik, nasehat-
nasehat maupun pembiasaan-pembiasaan yang baik berupa kegiatan-
kegiatan positif. Berdasarkan data yang telah di teliti maka dapat
disimpulan peranan TPQ berjalan dengan baik dalam membentuk akhlak
remaja.
2. Akhlak remaja di TPQ Ihsan Makmur sudah cukup baik. Hal ini ditandai
dengan hasil angket dan wawancara yang menunjukkan bahwa remaja
telah memiliki akhlak yang baik.
66
3. Pendidikan di TPQ memiliki peranan yang signifikan dalam membentuk
akhlak remaja. Hal ini terbukti dengan akhlak remaja sudah cukup baik,
seperti tidak melawan orang tua, berdisiplin, dan dapat menunaikan
shalat lima waktu.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Kepada remaja, hendaknya remaja berusaha untuk menanamkan
kesadaran akan nilai-nilai akhlak yang luhur, memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif di
dalam maupun luar TPQ. Dengan begitu semua pihak berharap agar para
remaja menjadi muslim yang berkualitas dalam segi keilmuan dan
akhlaknya, menjadi remaja yang intelektual yang tinggi, berkualitas serta
diiringi dengan keimanan dan ketakwaan yang mulia.
2. Kepada guru, diharapkan selalu istiqomah dalam membentuk akhlak
remaja, yaitu selalu mengayomi akhlak remaja dengan pendekatan
emosional, selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik dan
mengarahkan kepada hal-hal yang positif. Ketika berada di majelis
taklim diharapkan selalu menjadi guru yang baik, professional dan
menarik dalam menyampaikan materi-materi pelajaran. Serta mampu
menjadi suritauladan yang baik bagi remaja sehingga remaja secara
otomatis terbentuk kepribadiannya karena figur guru yang baik.
3. Kepada pihak TPQ, hendaknya terus memberikan kesempatan guru
ataupun remaja untuk mengembangkan potensinya, mengadakan
pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang proses belajar mengajar dan
pembentukan akhlak pada remaja serta menunjang tenaga pendidik untuk
mengembangkan pendidikan yang lebih baik.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abady, Yusrie APU, M., dkk., Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan,
Jakarta: Puslitbang Agama, 2002, cet. 1.
Abdullah, Yatimin M., Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Hamzah,
2007, cet. 1.
Agustiani, Hendriati, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya
dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Bandung : Refika
Aditama, 2006, cet.1
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Modern,Jakarta: Pustaka Amarin, 1999
Ardani, Mohammad, Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah
dan Tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, cet.2.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1993,
Asmaran, AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002,
cet.ke-3.
Daradjat, Zakiah Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: Ruhama, 1994, cet. 1.
______, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet. ke-17.
Departemen Agama, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, Semarang: Thoha
Putra, 1996.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2008, edisi ke-4.
Depdiknas, UU SISDIKNAS 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan,
Pedoman Pembinaan TPQ, Jakarta: 1995
Fadjar, Malik, A., Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999
Gunawan, Adi, Kamus Praktis Ilmiyah Populer, Surabaya: Kartika, 2000
68
Hidayati, Heny Narendrany dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007, cet. ke-1.
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998,
cet. ke-4.
Kartono, Kartini, Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Presada, 2006
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Etika Berkeluarga, Bermasyrakat dan
Berpolitik (Tafsir Al-Qur’an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2009, cet. 1.
Ma’luf, Louis, Kamus Munjid Asy-Syarkiyah, Beirut: al-Maktabah Asy-Syarkiyah,
cet.ke-28.
Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), cet. 7.
Mamsudi AR, dkk., Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta:
LPPTKA BKPRMI Pusat, 1998
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 4,
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Islam 2, Bandung: PT. Al-Ma’ary, 1992
Musthofa, A., Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 199), cet.ke-1.
Nata, Abudin, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005,
cet. ke-1.
Nihayah, Zahrotun, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976.
Poerwardaminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002, cet.ke-3
Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005,cet. 2.
Soekanto, Soejono, Memperkenalkan Sosiologi, Jakarta: Rajawali, 1995, Cet.2.
______, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, cet. 1.
69
Tim Direktoran Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (DEPAG RI), Regulasi
Pendidikan Pedoman Pembinaan dan Peranan TKQ/TPQ, Jakarta: Depag RI,
2009, cet. 1.
Tim Penyusun, Kurikulum TK/TPQ, (Jakarta: Kanwil Depag DKI Jakarta, 2003), h.8
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hidakarya, 1992
ANGKET
I. Biodata Responden Nama: Umur:
II. Petunjuk Pengisian A. Bacalah terlebih dahulu sebelum menentukan jawaban pada pernyataan di bawah
ini. B. Jawablah Pertanyaan dengan jujur C. Berikan tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai. D. Jawaban dijamin dan dijaga kerahasiaan
III. Butir-butir Pertanyaan A. Pendidikan Majelis Taklim
1. Saya belajar qiraatul Qur’an di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Saya membaca al-Qur’an dengan menerapkan ilmu tajwid. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Saya membaca al-Qur’an dengan memahami isi kandungannya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Saya membaca al-Qur’an dengan terbata-bata. a. Selalu b. Sering c. Kadang- Kadang d. Tidak pernah
5. Sejarah Islam adalah pelajaran yang saya senangi diTPQ. Ihsan makmur. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
6. Setelah belajar di TPQ. Ihsan Makmur, Saya mengetahui sejarah Nabi Muhammas saw. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju
7. Saya mengikuti kegiatan keagamaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Maulid dan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Saya mengikuti latihan kesenian di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Saya berwudhu dengan baik sebagaimana yang diajarkan oleh guru TPQ.Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Selain dalam shalat, saya menjaga wudhu dalam kehidupan sehari-hari. a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah
11. Ketika guru menerangkan materi pelajaran, saya memperhatikan dengan baik. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Setelah guru memberikan materi pelajaran, saya bertanya kepada guru tentang materi yang belum paham. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Saya mengulang materi pelajaran yang telah di sampaikan oleh guru di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
14. Saya mengikuti pengajian di Majelis Taklim Ihsan Makmur, karena tertarik dengan cara mengajar guru. a. Sangat setuju b. Setuju. c. Kurang setuju. d. Tidak setuju.
15. Saya mempersiapkan diri dengan belajar di rumah sebelum pelajaran diberikan oleh guru.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
B. Akhlak 1. Saya melaksanakan shalat lima waktu.
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
2. Saya shalat apabila waktunya sudah hampir habis. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Setelah saya melaksanakan shalat jiwa mendapatkan ketenangan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
4. Saya melaksanakan shalat sunnah rawatib. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
5. Saya meninggalkan puasa ramadhan tanpa alasan/udzur yang jelas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
6. Saya puasa sunnah senin dan kamis. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
7. Saya membaca al-Qur’an di rumah atau di tempat lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
8. Saya bershalawat ketika mendengar nama nabi Muhammad Saw., disebut. a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
9. Saya menzikirkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw setiap selesai shalat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
10. Saya memakai wangi-wangian saat melaksanakan shalat lima waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
11. Saya membiasakan diri untuk bersikap jujur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
12. Saya membiasakan diri untuk berdisiplin mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
13. Saya terlambat dalam mengikuti pengajian di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
14. Saya mendo’akan kedua orang tua untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
15. Saya melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
16. Saya berbicara yang baik kepada kedua orang tua. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
17. Saya menolak perintah kedua orang tua untuk kebaikan. a. Selalu
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
18. Saya mengajarkan baca al-Qur’an kepada orang tua. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
19. Saya memberikan hadiah kepada adik atau keponakan di saat waktu-waktu tertentu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
20. Saya suka menyantuni anak-anak yatim. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
21. Saya menebarkan senyum kepada orang lain ketika berjumpa seperti Nabi Muhammad saw. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
22. Saya membela sahabat yang sedang bersengketa dengan orang lain tanpa melihat akar masalahnya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
23. Saya menunda pembayaran hutang kepada orang lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
24. Saya mengambil barang orang lain tanpa meminta izin kepada pemiliknya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
25. Ketika ada seekor kucing yang merengek minta makan, saya memberikan makanan kepada kucing. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
26. Saya menanam tanaman hias di rumah, a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
27. Ketika melihat sampah berserakan, saya membuangnya ke tempat sampah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
28. Saya menegur teman yang membuang sampah sembarangan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Nama-nama Responden
No Nama Umur
1. Achmad Suhandi 16 tahun
2. Ahmad Ade Fadli 19 tahun
3. Adinda Kharisma 13 tahun
4. Amelia Silvia 13 tahun
5. Andi Rosi Melissa 20 tahun
6. Anis Sentika 16 tahun
7. Ayu Listianisa 17 tahun
8. David Fitrianto 20 tahun
9. Dea Shofro Nurmaulidah 13 tahun
10. Dede Rosyadi 18 tahun
11. Deliyana Fitri Fauzy 17 tahun
12. Diah Agustini 14 tahun
13. Dianah Tirta Sari 16 tahun
14. Dini Putri Triana 17 tahun
15. Duwi Waluyo 14 tahun
16. Dwi Rianingsih 17 tahun
17. Fairuz Fajriatul Maulidany 17 tahun
18. Fenny Lestarina 14 tahun
19. Fitri Eka Anggraini 15 tahun
20. Irwan Ardiansyah 13 tahun
21. Lisa Anggraeni 16 tahun
22. Melina Febiana 16 tahun
23. Mitha Mar’atus Shalihah 13 tahun
24. Muhammad Anjar Mahardhika 13 tahun
25. Muhammad Arif 17 tahun
26. Muhammad Labib Zahran 14 tahun
27. Muhammad Fadjri Hidayat 13 tahun
28. Muhammad Fajar Siddiq 13 tahun
29. Mutiara Indah Prihatin 16 tahun
30. Neneng Nur Komala Sari 17 tahun
31. Nurul Af’idah 18 tahun
32. Prabowo Susanto 13 tahun
33. Raka Aditya Saputra 17 tahun
34. Riesca Afrilliani 16 tahun
35. Riki Andrian 14 tahun
36. Rini Rahmawati 16 tahun
37. Sarah Erdiana 17 tahun
38. Sartika 17 tahun
39. Siti Purnama 13 tahun
40. Siti Fariani 17 tahun
41. Sudirman 17 tahun
42. Suryati 16 tahun
43. Syamrizal 21 tahun
44. Yanto 18 tahun