Mud Logging

29
1. MUD LOGGING Logging adalah salah satu metode pengukuran perekaman besaran-besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Logging memberikan data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kuantitas banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi yang sesungguhnya. Logging juga dapat diartikan sebagai teknik pengambilan data atau cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor. Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud dancutting pada sumur selama pemboran (Bateman, 1985). Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud logger yaitu : 1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan aman dan lancar. 2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum engineering department. Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut meliputi: Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf

description

logging

Transcript of Mud Logging

Page 1: Mud Logging

1. MUD LOGGING

Logging adalah salah satu metode pengukuran perekaman besaran-

besaran fisik batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Logging

memberikan data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kuantitas

banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi yang

sesungguhnya. Logging juga dapat diartikan sebagai teknik pengambilan

data atau cara untuk mendapatkan rekaman log yang detail mengenai

formasi geologi yang terpenetrasi dalam lubang bor.

Mud logging merupakan proses mensirkulasikan dan memantau

perpindahan mud dancutting pada sumur selama pemboran (Bateman,

1985). Menurut Darling (2005) terdapat dua tugas utama dari seorang mud

logger yaitu :

1. Memantau parameter pengeboran dan memantau sirkulasi

gas/cairan/padatan dari sumur agar pengeboran dapat berjalan dengan

aman dan lancar.

2. Menyediakan informasi sebagai bahan evaluasi bagi petroleum

engineering department.

Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor

pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut

meliputi:

Pembacaan gas yang diperoleh dari detektor gas atau kromatograf

Pengecekan terhadap ketidakhadiran gas beracun (H2S, SO2)

Laporan analisis cutting yang telah dideskripsi secara lengkap

Rate of Penetration (ROP)

Indikasi keberadaan hidrokarbon yang terdapat di dalam sampel

Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di

dalam mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005)

menyatakan bahwa mud logdigunakan untuk hal – hal berikut ini:

Identifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor

Identifikasi zona yang porous dan permeabel

Picking of coring, casing, atau batas kedalaman pengeboran akhir

Page 2: Mud Logging

Memastikan keberadaan hidrokarbon sampai pada tahap membedakan

jenis hidrokarbon tersebut apakah minyak atau gas

Deskripsi Cutting

Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan

deskripsi cutting. Cuttingmerupakan material hasil hancuran batuan oleh

mata bor yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan

(Bateman,1985). Sebagian sampel dimasukkan ke dalam

plastikpolyethene sebagai sampel basah sementara sebagian sampel lain

yang telah dicuci dan dikeringkan dikenal sebagai sampel kering. Sampel

yang telah dibersihkan diamati di bawah mikroskop yang ada di mud-

logging unit. Hasil deskripsi kemudian diserahkan ke kantor pusat

pengolahan data.

Agar informasi tersebut berguna maka ada standar deskripsi baku yang

harus dilakukan. Darling (2005) menyatakan bahwa deskripsi tersebut harus

meliputi:

1. Sifat butir

Tekstur

Tipe

Warna

Roundness dan sphericity

Sortasi

Kekerasan

Ukuran

Kehadiran mineral jejak (misalnya pirit, kalsit, dolomit, siderit)

Tipe partikel karbonat

Partikel skeletal (fosil, foraminifera)

Partikel non-skeletal (lithoclast, agregat, rounded particles)

2. Porositas dan permeabelitas

Tipe porositas (intergranular, fracture, vuggy)

Permeabelitas (permeabelitas rendah, menengah, atau tinggi)

Page 3: Mud Logging

Deteksi Hidrokarbon

Dapat dilakukan melalui natural fluorescence, solvent cut, acetone test,

visible staining, dan analisis odor

Page 4: Mud Logging

2. WELL LOGING

Well logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan

yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis & Singer,2008).

Data yang dihasilkan disebut sebagai well log. Berdasarkan proses

kerjanya, logging dibagi menjadi dua jenis yaituwireline

logging dan logging while drilling bor (Ellis & Singer,2008). Wireline

loggingdilakukan ketika pemboran telah berhenti dan kabel digunakan

sebagai alat untuk mentransmisikan data. Pada logging while

drilling, logging dapat dilakukan bersamaan dengan

pemboran. Logging jenis ini tidak menggunakan kabel untuk

mentransmisikan data. Saat ini logging while drilling lebih banyak

digunakan karena lebih praktis sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien

walaupun masih memiliki kekurangan berupa transmisi data yang tidak

secepat wireline logging.

Tujuan dari well logging adalah:

1. Formation Evaluation

Mengetahui apakah reservoir mengandung minyak atau tidak

Mengetahui banyaknya minyak atau HC yang terkandung

2. Korelasi Well

Apakah well1 dengan well2 punya korelasi antara satu sama lainnya.

Mengetahui struktur geologi yang ada dibawah permukaan.

3. Mendeteksi Zona Abnormal

Mendeteksi zona yang memiliki pressure yang abnormal. Perlu

dilakukan deteksi agar bias melakukan proses drilling dengan safe.

4. Mengidentifikasi Fracture

Mendeteksi apakah ada rekahan dibawah permukaan.

Apabila ada fracture, produksi akan lebih besar dan dapat dilihat dari

porosity lognya.

Page 5: Mud Logging

5. Analisa Kualitas Semen

Untuk dapat mengetahui kualitas penyemenan dapat dilakukan dengan

Cased hole log diantaranya ada CBL (Cement Bond Log).

6. Reservoir Mapping

Memperoleh data statistiknya, kemudian dibuat mappingnya (porositas,

saturasi)

Page 6: Mud Logging

Bagan alur well logging:

Mulai End of hole telah dicapai

Flushing

Meletakkan winch di dekat lubang bor

Menghubungkan Recording unit dan winch pada power

supply

Memasang tripod di atas lubang bor

Menurunkan Tool

Data out put berupa grafik

Menancap elektroda

kedalam tanah

Memasang radioaktif

selesai

Reflushinggagal

Page 7: Mud Logging

Macam-macam logging:

1. Log Natural Gamma Ray

Sesuai dengan namanya, Log Gamma Ray merespon radiasi gamma alami

pada suatu formasi batuan (Ellis & Singer,2008). Pada formasi batuan

sedimen, log ini biasanya mencerminkan kandungan unsur radioaktif di

dalam formasi. Hal ini dikarenakan elemen radioaktif cenderung untuk

terkonsentrasi di dalam lempung dan serpih. Formasi bersih biasanya

mempunyai tingkat radioaktif yang sangat rendah, kecuali apabila formasi

tersebut terkena kontaminasi radioaktif misalnya dari debu volkanik atau

granit (Schlumberger,1989)

Log GR dapat digunakan pada sumur yang telah di-

casing (Schlumberger,1989). Log GR juga sering digunakan bersama-

sama dengan log SP (lihat gambar 4.1) atau dapat juga digunakan sebagai

pengganti log SP pada sumur yang dibor dengan menggunakan salt mud,

udara, atau oil-base mud (Schlumberger,1989). Log ini dapat digunakan

untuk korelasi sumur secara umum

Karakteristik Gamma Ray

Gamma ray dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik berenergi tinggi

yang dikeluarkan secara spontan oleh elemen radioaktif

(Schlumberger,1989). Hampir semua radiasi gamma yang ditemukan di

bumi berasal dari isotop potassium yang mempunyai berat atom 40 (K40)

serta unsur radioaktif uranium dan thorium (Schlumberger,1989).

Setiap unsur tersebut menghasilkan gamma rays dengan jumlah dan energi

yang berbeda untuk masing – masing unsur. Potassium (K40)

mengeluarkan gamma ray sebagai energi tunggal pada 1,46 MeV,

sedangkan uranium dan thorium mengeluarkan berbagai variasi gamma

ray (Ellis & Singer,2008)  (lihat gambar 4,2).

Untuk melewati suatu materi, gamma ray bertumbukan dengan atom dari

zat penyusun formasi (Ellis & Singer,2008). Gamma ray akan kehilangan

Page 8: Mud Logging

energinya setiap kali mengalami tumbukan, Setelah energinya hilang,

gamma ray diabsorbsi oleh atom formasi melalui suatu proses yang

disebut efek fotoelektrik (Ellis & Singer,2008). Jadi gamma ray diabsorbsi

secara gradual dan energinya mengalami reduksi setiap kali melewati

formasi. Laju absorbsi berbeda sesuai dengan densitas formasi

(Schlumberger,1989). Formasi dengan jumlah unsur radioktif yang sama

per unit volum tapi mempunyai densitas yang berbeda akan menunjukkan

perbedaan tingkat radioaktivitas Formasi yang densitasnya lebih rendah

akan terlihat sedikit lebih radioaktif. Respon GR log setelah dilakukan

koreksi terhadap lubang bor dan sebagainya sebanding dengan berat

konsentrasi unsur radioaktif yang ada di dalam formasi

(Schlumberger,1989).

Peralatan

GR sonde memiliki detektor untuk mengukur radiasi gamma yang terjadi

pada formasi di dekat sonde. Detektor scintillation umumnya digunakan

untuk pengukuran ini (Schlumberger,1989). Detektor ini lebih efisien

dibandingkan dengan detektor Geiger-Mueller yang digunakan di masa

lalu (Schlumberger,1989). Panjang detektor ini hanya beberapa inchi

sehingga detil formasi bisa diperoleh dengan baik.

2. Spectral Gamma Ray Log

Sama seperti GR log, spectral gamma ray log mengukur radioaktivitas

alami dari formasi. Namun berbeda dengan GR log yang hanya mengukur

radioakivitas total, log ini dapat membedakan konsentrasi unsur

potassium, uranium, dan thorium di dalam formasi batuan

(Schlumberger,1989).

Prinsip Pengukuran

Log spektral menggunakan detektor sodium iodide

scintillation (Schlumberger,1989). Sinar gamma yang dikeluarkan oleh

Page 9: Mud Logging

formasi jarang yang langsung ditangkap oleh detektor. Hal ini disebabkan

karena sinar tersebut menyebar dan kehilangan energinya melalui tiga

jenis interaksi dengan formasi; efek fotoelektrik, hamburan compton, dan

produksi berpasangan (Ellis & Singer,2008). Karena tiga jenis interaksi

tersebut dan respon dari detektor sodium iodide scintillation, kurva yang

dihasilkan mengalami degradasi sehingga menjadi lebih lentur.

Gelombang energi yang dideteksi dibagi menjadi tiga jendela energi yaitu

W1, W2, dan W3; dimana tiap – tiap jendela merefleksikan karakter dari

tiga jenis radioaktivitas yang berbeda. Dengan mengetahui respon alat dan

jumlah yang dihitung pada tiap jendela kita dapat mendeterminasi

banyaknya thorium 232, uranium 238, dan potassium 40 yang ada di

dalam formasi (Schlumberger,1989).

Log spektral merekam jumlah potassium, thorium, dan uranium yang ada

di dalam formasi (Schlumberger,1989). Unsur – unsur tersebut biasanya

ditampilkan di dalam Track 2 dan 3 dari log . Konsentrasi thorium dan

uranium ditampilkan dalam bentuk berat per juta (bpj) sedangkan

konsentrasi potassium ditampilkan dalam bentuk persentase

(Schlumberger,1989).

Jumlah total ketiga unsur radioaktif tersebut direkam di dalam kurva GR

yang ditampilkan di Track 1  (Schlumberger,1989). Respon total tersebut

dideterminasi berdasarkan kombinasi linear dari konsentrasi potassium,

uranium, dan thorium  (Schlumberger,1989). Kurva GR standar

ditampilkan dalam bentuk API units. Jika diperlukan, nilai CGR juga bisa

ditampilkan  (lihat gambar 4.3). Nilai tersebut merupakan jumlah sinar

gamma yang berasal dari potassium dan thorium saja, tanpa uranium 

(Schlumberger,1989).

3. Log SP

Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di

permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor

Page 10: Mud Logging

yang bergerak turun naik (Harsono,1997). Potensial listrik tersebut disebut

‘potentiels spontanes’, atau ‘spontaneous potentials’ oleh Conrad

Schlumberger dan H.G. Doll yang menemukannya (Rider,1996). Supaya

SP dapat berfungsi, lubang harus diisi oleh lumpur konduktif.

Secara alamiah, karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya

mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor

(Harsono,1997). Pada lapisan serpih, tidak ada aliran listrik sehingga

potensialnya konstan. Hal ini menyebabkan kurva SP-nya menjadi rata dan

menghasilkan garis yang disebut sebagai garis dasar serpih (shale base

line) (lihat gambar 4.4). Kurva SP akan menunjukkan karakteristik yang

berbeda untuk tiap jenis litologi (lihat gambar 4.5)

Saat mendekati lapisan permeabel, kurva SP akan mengalami defleksi ke

kiri (negatif) atau ke kanan (positif). Defleksi ini dipengaruhi oleh salinitas

relatif dari air formasi dan lumpur penyaring (Harsono,1997). Jika

salinitas air formasi lebih besar daripada salinitas lumpur penyaring maka

defleksi akan mengarah ke kiri sebaliknya apabila salinitas lumpur

penyaring yang lebih besar daripada salinitas air formasi maka defleksi

akan mengarah ke kanan (Harsono,1997).

Penurunan kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang

berbeda melainkan selalu mempunyai sudut kemiringan (Harsono,1997).

Jika lapisan permeabel itu cukup tebal maka kurva SP menjadi konstan

bergerak mendekati nilai maksimumnya sebaliknya bila memasuki lapisan

serpih lain maka kurva akan bergerak kembali ke nilai serpih secara teratur

(Harsono,1997).

Kurva SP tidak dapat direkam di dalam lubang bor yang diisi dengan

lumpur non-konduktif, hal ini karena lumpur tersebut tidak dapat

menghantarkan arus listrik antara elektroda dan formasi (Harsono,1997).

Selanjutnya apabila resistivitas antara lumpur penyaring dan air formasi

Page 11: Mud Logging

hampir sama, defleksi akan sangat kecil dan kurva SP menjadi tidak begitu

berguna (Harsono,1997).

4. Log Densitas

Log densitas merekam bulk density formasi batuan

(Schlumberger,1989). Bulk densitymerupakan   densitas total dari batuan

meliputi matriks padat dan fluida yang mengisi pori. Secara geologi, bulk

density merupakan fungsi dari densitas mineral yang membentuk batuan

tersebut dan volume fluida bebas yang menyertainya (Rider,1996).

Sebagai contoh, batupasir tanpa porositas mempunyai bulk

density 2,65g/cm3, densitasnya murni berasal dari kuarsa. Apabila

porositasnya 10%, bulk density batupasir tersebut tinggal 2,49g/cm3, hasil

rata – rata dari 90% butir kuarsa (densitasnya 2,65g/cm3 ) dan 10% air

(densitasnya 1,0g/cm3) (Rider,1996).

Prinsip Kerja

Sebuah sumber radioaktif yang diarahkan ke dinding bor mengeluarkan

sinar gamma berenergi sedang ke dalam formasi (Schlumberger,1989).

Sinar gamma tersebut bertumbukan dengan elektron yang ada di dalam

formasi. Pada tiap kali tumbukan, sinar gamma kehilangan sebagian

energinya yang diserap oleh elektron (Schlumberger,1989). Sinar gamma

tersebut terus bergerak dengan energinya yang tersisa. Jenis interaksi ini

dikenal sebagai hamburan Compton (Schlumberger,1989). Hamburan

sinar gamma tersebut kemudian ditangkap oleh detektor yang ditempatkan

di dekat sumber sinar gamma. Jumlah sinar gamma yang kembali tersebut

kemudian digunakan sebagai indikator dari densitas formasi

(Schlumberger,1989).

Nilai hamburan Compton dipengaruhi oleh jumlah elektron yang di dalam

formasi (Schlumberger,1989). Sebagai akibatnya, respon density

tool dibedakan berdasarkan densitas elektronnya (jumlah elektron tiap

centimeter kubik). Densitas elektron berhubungan dengan true bulk

Page 12: Mud Logging

density yang bergantung pada densitas matriks batuan, porositas formasi,

dan densitas fluida yang mengisi pori (Schlumberger,1989).

Perlengkapan

Untuk mengurangi pengaruh dari mud column, maka detektor

dan skidmounted sourceharus dipasangi perisai (Schlumberger,1989).

Sebuah koreksi diperlukan ketika kontak antara skid dan formasi tidak

sempurna. Jika hanya ada satu detektor yang digunakan, koreksi tidak

mudah untuk dilakukan karena pengoreksian bergantung pada ketebalan,

berat, dan komposisi mudcake atau mud interposed di antara skid dan

formasi (Schlumberger,1989).

Pada formation density logging (FDC), digunakan dua buah detektor

dengan ruang dan kedalaman yang berbeda (Schlumberger,1989). Dengan

demikian maka koreksi dapat lebih mudah dilakukan.

5. Log Neutron

Log Neutron digunakan untuk mendeliniasi formasi yang porous dan

mendeterminasi porositasnya (Schlumberger,1989). Log ini mendeteksi

keberadaan hidrogen di dalam formasi. Jadi pada formasi bersih dimana

pori – pori telah terisi oleh air atau minyak, log neutron merefleksikan

porositas yang terisi oleh fluida (Schlumberger,1989).

Zona gas juga dapat diidentifikasi dengan membandingkan hasil

pengukuran log neutron dengan log porositas lainnya atau

analisis core (Schlumberger,1989). Kombinasi log neutron dengan satu

atau lebih log porositas lainnya dapat menghasilkan nilai porositas dan

identifikasi litologi yang lebih akurat dibandingkan dengan evaluasi

kandungan serpih (Schlumberger,1989).

Prinsip Kerja

Neutron merupakan bagian dari atom yang tidak memiliki muatan namun

massanya ekuivalen dengan inti hidrogen (Schlumberger,1989). Neutron

berinteraksi dengan material lain melalui dua cara, yaitu melalui kolisi dan

Page 13: Mud Logging

absorbsi: kolisi umumnya terjadi pada tingkat energi tinggi sedangkan

absorbsi terjadi pada tingkat energi yang lebih rendah

(Schlumberger,1989).

Jumlah energi yang hilang setiap kali terjadi kolisi tergantung pada massa

relatif inti yang betumbukan dengan neutron tersebut

(Schlumberger,1989). Kehilangan energi terbesar terjadi apabila neutron

bertumbukan dengan material lain yang memiliki massa sama dengannya,

misalnya inti hidrogen (Schlumberger,1989) . Tumbukan dengan inti yang

berat tidak akan terlalu memperlambat laju dari neutron. Jadi, penurunan

terbesar jumlah neutron yang kembali ditentukan oleh seberapa besar

kandungan air di dalam formasi batuan tersebut (Schlumberger,1989).

Dalam waktu beberapa mikrodetik, neutron yang telah diperlambat

melalui kolisi akan bergerak menyebar secara acak tanpa kehilangan

banyak energi (Schlumberger,1989). Neutron tersebut baru akan berhenti

apabila ditangkap oleh inti dari atom seperti klorin, hidrogen, atau silikon

(Schlumberger,1989).

Saat konsentrasi hidrogen di dalam material yang mengelilingi sumber

neutron besar, sebagian besar neutron akan bergerak semakin lambat dan

dapat ditangkap pada jarak yang dekat dengan sumber

(Schlumberger,1989). Sebaliknya, apabila konsentrasi hidrogennya

sedikit, neutron akan bergerak jauh dari sumbernya baru kemudian

ditangkap oleh inti atom lain (lihat gambar 4.6). Berdasarkan hal tersebut

maka kandungan hidrogen di dalam suatu formasi batuan dapat ditentukan

(Schlumberger,1989).

Peralatan

Peralatan logging neutron meliputi GNT (gamma neutron tool) tool series,

dan SNP(sidewall neutron porosity) tool (Harsono,1997). GNT merupakan

detektor yang sensitif terhadap energi tinggi sinar gamma dan panas dari

neutron. GNT dapat digunakan pada lubang bor dengan atau

tanpa casing (Harsono,1997). Meskipun perlengkapan ini respon

Page 14: Mud Logging

utamanya adalah terhadap  porositas, GNT juga bisa mendeteksi pengaruh

akibat salinitas fluida, suhu, tekanan, ukuran lubang

bor, mudcake, standoff, dan berat lumpur (Harsono,1997).

Pada peralatan SNP, detektornya hanya mampu mendeteksi neutron yang

memiliki energi sekitar 0,4 eV (epitermal). Harsono (2007) menyebutkan

sejumlah keunggulan SNP dibandingkan dengan NGT yaitu:

- Efek lubang bor lebih sedikit

- Neutron yang diukur adalah neutron epithermal, hal ini mengurangi

efek negatif dari penyerap neutron thermal kuat (seperti boron dan

klorin) pada air formasi dan matriks.

- Koreksi yang diperlukan dilakukan secara otomatis oleh instrumen

yang ada di permukaan

- SNP menghasilkan pengukuran yang baik pada lubang kosong

Perlengkapan SNP dirancang hanya bisa dioperasikan pada open holes,

baik yang terisi oleh cairan maupun yang kosong. Diameter minimal

lubang bor yang diperlukan adalah 5 inchi (Harsono,1997).

6. Log Resistivitas

Log resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh

kuat arus listrik, dinyatakan dalam ohmmeter (Schlumberger,1989).

Resistivitas ini mencerminkan batuan dan fluida yang terkandung di dalam

pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon akan mempunyai tahanan

jenis lebih tinggi (lebih dari 10 ohmmeter), sedangkan apabila terisi oleh

air formasi yang mempunyai salinitas ringgi maka harga tahanan jenisnya

hanya beberapa ohmmeter (Schlumberger,1989). Suatu formasi yang

porositasnya sangat kecil(tight) juga akan menghasilkan tahanan jenis

yang sangat tinggi karena tidak mengandung fluida konduktif yang dapat

menjadi konduktor alat listrik (Schlumberger,1989). Menurut jenis

alatnya, log ini dibagi menjadi dua yaitu laterolog, dipakai untuk

pemboran yang menggunakan lumpur pemboran yang konduktif dan

induksi yang digunakan untuk pemboran yang menggunakan lumpur

Page 15: Mud Logging

pemboran yang  fresh mud (Harsono,1997). Berdasarkan jangkauan

pengukuran alatnya, log ini dibagi menjadi tiga yaitu dangkal (1-6 inci),

medium (1,5-3 feet) dan dalam (>3 feet).

Page 16: Mud Logging

3. CORING

Suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan ( core ) dari formasi di

bawah permukaan untuk di analisa secara lansung. Sedankan analisa core

dalah kegiatan pengukurn sifat – sifat fisik batuan yang dilakukan di lab

terhadap contoh batuan.

Metode coring :

Bottom hole coring yaitu cara pengambilan core pada saat pemboran

berlangsung. Pada umumnya banyak menggunakan daimon bit, karena

lebih maximum.

Side wall coring yaitu cara pengambilan core yang dilakukan setelah

pengemboran selesai atau pada waktu pemboran selesai.

Bottom Hole Coring

Metode bottom hole coring mempergunakan sejenis pahat yang ditengahnya

terbuka dan mempunyai sejenis pemotong pahat berupa dougnot shapeg

hole, sehingga meninggalkan plug silindris ( core ) ditengahnya. Core ini

menepati core barrel yang berada diatas pahat dan aakan tetap berada disana

sampai bit diangkat kepermukaan.

Klasivikasi dari bottom hole coring berdasarkan peralatan ada tiga yaitu:

Conventional coring . pengambilan core pada convetional coring

dilakukan dengan menggunakan bit jenis khusus yang disebut dengan

rotary core drill. Pada waktu bit bergerak kebawah maka core akan

masuk kedalam core barel dan core tidak dapat keluar karena core barrel

terdapat roll dan ball bearing. Di atas barrel ini di tutupi dengan check

valve yang bekerja berdasarkan aliran fluida. Untuk mendapatkan yang

baik maka diusahakan beban bit dan kecepatan putar pipa bor kecil saja.

Core yang didapat berukuran 2 3/8” – 3 9/16” dengan panjang 20 feet.

Diamond coring , pengambilan core dengan diamond bit. Bit ini lebih

cocok untuk batun sedimen yang keras da memberikan penetrasi rate

yang lebih besar serta tidak perlu menambah kecepatan untuk memotong

Page 17: Mud Logging

core. Panjang core maksimum 90 feet dengan diameter 2 7/8” – 4 7/8”.

Tapi metode ini memerlukan biaya yang mahal.

Wireline coring , pengambialn core dengan jalan menurunkan peralatan

semacam inner barrel kedalam drill pipe, kemudian core yang telah

didapt akan masuk dalam inner barrel dan akan ditarik kepermukaan

dengan cara menarik pull barrel dengan wireline tanpa harus menarik

pipa bor. Ukuran core panjangnya 10 feet – 20 feet dengan diameter 1” –

2 3/6”.

Kekurangan dan keuntungan BHC

Conventional coring

Keuntungan

Core yang dibawa keatas terlindungi

Kekurangan

Core berdiameter kecil ( 2 5/8” – 3 9/16”).

Kurang resprentatif karena data yang diperoleh core tidak

sebesar yang sihasilkan.

Tiap pahat bit hanya bisa dipergunakan pada formasi tertentu.

Diamond coring

Keuntungan

Data yang diperoleh cukup besar dan resprentatif operasi yang

dilaksankan menjadi maksimal.

Diameter corenya besar ( 2 7/8” – 4 7/8” ).

Presentase perolehan core besar.

Dapat disesuakan untuk berbagai macam formasi

Tidak diperlukan peralatan khusus

Kekurangan

Setiap akan mengambil core dari core barrel di lakukan round

trip.

Wireline coring

Keuntungan

Page 18: Mud Logging

Core dan inner barrel dapat di ambil tanpa harus mencabut

rangkaian pipa.

Biaya operasi lebih rendah.

Penghematan waktu untuk round trip terutama untuk lapisan

tebal atau suur dalam.

Kekurangan

Metode ini hanya dipergunakan untuk formasi lunak.

Core yang diperoleh berdiameter kecil ( 1”- 2 3/6” ).

Biasanya perolehan core lebih rendah.

Side Wall Coring

Pengambilan core dengan SWC dilakukan pada dinding lubang bor.

Caranya menurunkan peralatan SWC kedalam lubang bor dengan

menggunakan kabel logging dan self potential electrode. Gun body dapat

ditembakkan secara sendiri-sendiri kedining lubang bor melalui mesin yang

dijalankan secara elektrikdari permukaan. Dengan menembusnya gun body

pada dinding lubang bor maka core akan terpotong dan lepas dari formasi.

Ukuran core 3/4" – 1 3/4”

Dan panjang 2 ¼”.

Keuntungan

Dapat menetuakan Fm yang akan ditets.

Penghematan waktu coring.

Kekurangan

Diameter core kecil (3/4” – 1 ¾” )

Data kurang akurat.

Analisa core

Setelah di lab core tersebut disusun sesuai dengan nomor sampel dan urutan

kedalamanya.

Analisa core adalah tahap analisa batuan setelah contoh inti batuan bawah

permukaan diketahui. Tujuan analisa core adalah untuk mengetahui

Page 19: Mud Logging

informasi langsung tentang sifat – sifat fisik batuan yang ditembus salama

pemboran berlansung.

Core yang diperoleh sedikitnya telah mengalami 2 proses, yaitu proses

pemboran dan proses perubahan tekanan dan temperature. Dalam proses

pemboran adalah pengaruh air fitra lumpur pada harga saturasi core.

Sedakan pada proses perubahan tekanan dan temperature pengauhnya akan

banyak terjadi pada harga saturasi fluida padda core, karena pengaruh

adanya ekspansi gas maka saturasi air dan minyaknya menjadi berkurang.

Analisa core ada 2 macam yaitu.

Analisa core rutin meliputi pengukuran porositas ( Ф ), permeabilitas

( K ), saturasi fluida ( Sw ), dan tekanan kapiler ( Pc ).

Analisa core special dikembangkan untuk memperoleh data sifat fisik

batuan yang lebih akurat, khususnya pengukuran data distribusi fluida

dari batuaan reservoir yang merupakan hal penting untuk studi reservoir

secara detail. Secara umum parameter yang dat diukur atau ditentukan

dengan analisa core special adalh distribusi fluida ( minyak dan air atau

gas dan air ) di reservoir. Analisa core special meliputi pengukuran

kompersibilitas, wettabilitas,dan tekanan kapiler.

Perbedaan analisa core special dan rutin adalah pada corenya, jika core

pada analisa rutin harus dicuci dan dikeringkan dahulu maka pada analisa

special tidak core harus fress.