Muamalah Keuangan Syariah
-
Upload
rosyada-amiirul-hajj -
Category
Documents
-
view
28 -
download
2
description
Transcript of Muamalah Keuangan Syariah
Muamalah Keuangan Syariah
PENGERTIAN SYIRKAH
الشركة في اللغة خلط النصيبي�ن فصاعدا� بحيث ال يتميز الواحد عن اآلخر
Pengertian bahasaMencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya.(An-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, hal. 134).
SYIRKAH
PENGERTIAN SYIRKAH
د# بين والشركة شرعا� هي ع%ْق�ي�ِه* على اِن* ف* ْق% اثنين فأكَث%ر% ي%ت.ِف*
د* ص� الْقيام بعمٍل4 مالي2 بْق%ب�ِح* الر9
Menurut makna syariatSyirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha/bisnis dengan tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, hal. 134).
SYIRKAH
HUKUM SYIRKAH
Hukumnya jâ’iz (mubah). Dalilnya As-Sunnah, a.l.
(1) Nabi SAW men-taqrir muamalah syirkah.(2) Nabi SAW bersabda :
أحد:هما ي%ُخ:ن لم ما الشريكين ثالث أنا تعالى اللِه قالبينهما من خرجُت: خاِن فإِن صاحب%ِه،
"Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-syirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya." [HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni]
RUKUN & SYARAT SYIRKAH
1. Dua pihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnya : memiliki ahliyah at-tasharruf (kecakapan melakukan tindakan hukum);
2. Obyek akad (ma’qûd ‘alayhi), mencakup pekerjaan (amal) dan/atau modal (mâl);
3. Shighat (ijab-kabul).
SYARAT SYIRKAH
1. Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu perbuatan atau perkataan yang mempunyai akibat hukum. Contoh : menerima barang (perbuatan), atau mengadakan akad jual-beli (perkataan).
2. Obyek akadnya dapat diwakilkan (qabilun li al-wakalah), agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra usaha). (An-Nabhani, 1990: 146).
MACAM-MACAM SYIRKAH
1. SYIRKAH AMLAK= kepemilikan bersama oleh dua pihak atau lebih atas suatu barang yang diperoleh melalui salah satu sebab kepemilikan, seperti hibah, jual beli, waris, dll.
2. SYIRKAH AKAD = akad antara dua pihak atau lebih dalam pekerjaan (amal) dan/atau modal (mal) atau keuntungan.
MACAM-MACAM SYIRKAH
(1) SYIRKAH INAN(2) SYIRKAH ABDAN (3) SYIRKAH MUDHARABAH(4) SYIRKAH WUJUH(5) SYIRKAH MUFAWADHAH
MODEL SYIRKAH INAN
Adalah Syirkah Antara 2 (Dua) Pihak Yaitu :Pihak Pertama, Pengelola Sekaligus PemodalPihak Kedua, Pengelola Sekaligus Pemodal
PENGELOLA& PEMODAL
PENGELOLA& PEMODAL
SYIRKAH INAN
Syirkah Inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi konstribusi kerja (‘amal) dan modal (mâl).
Modal harus berupa uang (nuqûd); barang (‘urûdh) (misal rumah) tidak boleh dijadikan modal syirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya (qîmah al-‘urûdh) pada saat akad.
SYIRKAH INAN
• Keuntungan didasarkan pada kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha (syarîk) berdasarkan porsi modal.
• Diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam kitab Al-Jâmi’, Ali bin Abi Thalib ra. berkata :
عليه اصطلحوا ما على الربح و المال على الوضيعة"Kerugian didasarkan atas besarnya modal, sedangkan keuntungan didasarkan atas kesepakatan mereka (pihak-pihak yang bersyirkah)." (An-Nabhani, 1990: 151).
MODEL SYIRKAH ABDAN
Adalah Syirkah Antara 2 (Dua) Pihak Yaitu :Pihak Pertama, Berkontribusi Amal (Pekerjaan)Pihak Kedua, Berkontribusi Amal (Pekerjaan)
Pengelola di sini, maksudnya orang yang berkontribusi kerja, tanpa memberi modal.
PENGELOLAPENGELOLA
SYIRKAH ABDAN
Konstribusi kerja dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis) ataupun kerja fisik (seperti pekerjaan tukang kayu, sopir, pemburu, nelayan, dst)
Tidak disyaratkan kesamaan keahlian, boleh berbeda profesi. Jadi, boleh misalnya terdiri dari beberapa tukang kayu dan tukang batu.
SYIRKAH ABDAN
Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal. Tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya, merampok, membunuh, berburu babi hutan (celeng), dll
Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syarîk).
SYIRKAH MUDHARABAH
Syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak memberikan konstribusi kerja (‘amal), sedangkan pihak lain memberikan konstribusi modal (mâl)
Dalam syirkah ini, kewenangan melakukan tasharruf hanyalah menjadi hak pengelola (mudhârib/‘âmil). Pemodal tidak berhak turut campur dalam tasharruf. Namun pengelola terikat dengan syarat yang ditetapkan pemodal.
BEBERAPA MODEL MUDHARABAH
MODEL PERTAMA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, PEMODAL (SHAHIBUL MAL), 2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA (AMIL / MUDHARIB)
PEMODAL PENGELOLA
BEBERAPA MODEL MUDHARABAH
MODELKEDUA: SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, PEMODAL, 2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA SEKALIGUS PEMODAL
PEMODAL PENGELOLA & PEMODAL
BEBERAPA MODEL MUDHARABAH
MODEL KETIGA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, GABUNGAN DUA PEMODAL ATAU LEBIH2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA
PEMODAL
PENGELOLA
PEMODAL
SYIRKAH MUDHARABAH
Dalam syirkah mudhârabah, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan di antara pemodal dan pengelola modal, sedangkan kerugian ditanggung hanya oleh pemodal.
Namun pengelola modal turut menanggung kerugian, jika kerugian itu terjadi karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal.
(Al-Khayyath, Asy-Syarîkât fî asy-Syarî‘ah al-Islâmiyyah, 2/66).
SYIRKAH WUJUH
Syirkah wujûh adalah syirkah yang didasarkan pada wujûh (kedudukan, ketokohan, atau keahlian) seseorang di tengah masyarakat.
Terdapat 2 (dua) bentuk/model syirkah wujuh :1. Syirkah wujuh yang termasuk kategori syirkah
mudharabah.2. Syirkah wujuh yang termasuk kategori syirkah
abdan.
SYIRKAH WUJUH MODEL I
MODEL PERTAMA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, GABUNGAN DUA PENGELOLA ATAU LEBIH2. PIHAK KEDUA, PEMODAL
PEMODAL
PENGELOLA
PENGELOLA
SYIRKAH WUJUH
Syirkah wujûh model pertama ini, adalah syirkah antara dua pihak (misal A dan B) yang sama-sama memberikan konstribusi kerja (‘amal), dengan pihak ketiga (misalnya C) yang memberikan konstribusi modal (mâl). Pihak A dan B adalah tokoh masyarakat.
Syirkah semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah mudhârabah sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudhârabah padanya
SYIRKAH WUJUH MODEL II
MODEL KEDUA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, PENGELOLA (A)2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA (B)
MEMBELI BARANG SECARA KREDIT DARI C.
PEDAGANG ©
PENGELOLA (A)
PENGELOLA (B)
SYIRKAH WUJUH
Syirkah wujûh model kedua, adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang ber-syirkah dalam barang yang mereka beli secara kredit, atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, tanpa konstribusi modal dari masing-masing pihak (An-Nabhani, 1990: 154).
Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan.
Syirkah wujûh kedua ini hakikatnya termasuk dalam syirkah ‘abdan (An-Nabhani, 1990: 154).
SYIRKAH MUFAWADHAH
Syirkah mufâwadhah = syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah di atas (syirkah inân, ‘abdan, mudhârabah, dan wujûh). (An-Nabhani, 1990: 156; Al-Khayyath, 1982: 25).
Syirkah mufâwadhah dalam pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya. (An-Nabhani, 1990: 156).
SYIRKAH MUFAWADHAH
Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan.
Kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkah-nya; 1. Ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi
modal, jika berupa syirkah inân, 2. Ditanggung pemodal saja, jika berupa syirkah
mudhârabah, 3. Ditanggung mitra-mitra usaha berdasarkan
persentase barang dagangan yang dimiliki, jika berupa syirkah wujûh.
Jenis Syirkah
M P M + P
M x M M
P M A M
M + P M M I
• X : Bathil• M : Mudharabah• A : Abdan• I : Inan (musyarokah)• Wujuh : Mudharabah +• Mufawadhah : Campuran
Shahibul Maal Mudhorib
MODAL 100 %
PENDAPATAN/KEUNTUNGAN
PROYEK
SKILL
x % y %
SYIRKAH MUDHARABAH
NISBAH atau RATIO BAGI HASIL
Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang melakukan akad kerja sama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang tertuang dalam akad dan telah ditandatangani pada awal sebelum dilaksanakan kerja sama usaha
Misalnya, porsi bagi hasil berdasarkan suatu perbandingan 40 : 60, maksudnya adalah hasil usaha didistribusikan : 40% kepada pemilik dana/investor (shahibul maal) 60% kepada pengelola dana (mudharib)
Mekanisme perhitungan bagi hasil didasarkan pada cara,
Profit Sharing (Bagi Laba)Perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba, yaitu pendapatan usaha dikurangi beban usaha.
Berbeda dengan yg digunakan di hampir semua bank syariah : Revenue Sharing
Revenue Sharing (Bagi Pendapatan)Perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada pendapatan usaha tanpa dikurangi beban usaha.
Contoh bagi hasil
Ahmad dan Mahmud melakukan kerjasama bagi hasil. Ahmad memberikan modal 20 juta dan Mahmud 30 juta. Kesepakatannya adalah keuntungan dibagi dengan nisbah 30% Ahmad dan 70% Mahmud. 1. Jika usahanya mendapatkan keuntungan 5 juta, berapa bagi hasil
Ahmad dan Mahmud? 2. Jika usahanya merugi 10 juta, siapa yang menanggung kerugian?
UntungAhmad = 30% x 5 juta = 1,5 jutaMahmud = 70% x 5 juta = 3,5 juta
RugiAhmad = 20jt/50jt x 10jt = 4 jutaMahmud = 30jt/50jt x 10 jt = 6 juta
al-Bay’
Definisi
mubâdalah mâl bi mâlin tamlîkan wa tamallukan ‘alâ sabîl at-tarâdhiy
(pertukaran harta dengan harta sebagai pertukaran pemilikan berdasarkan kerelaan)
RUKUN
1. Al-’Âqidân (penjual dan pembeli)
2. Shighat (Ijab dan Qabul)
3. Al-Ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu al-mabî’ (barang yang dijual-belikan)
al-Bay’ Syarat-Syarat Bay’
Syarat al-’âqid
Harus berakal atau minimal mumayyiz. Akad anak kecil yang mumayyiz sah tetapi bergantung kepada izin dari wali, mushi atau orang yang bertanggungjawab terhadapnya
Syarat al-Ma’qûd ‘alayh
1. Suci zatnya
2. Secara syar’i bisa dimanfaatkan
3. Kepemilikan al-’âqid –kecuali dalam bay’ as-salaf atau al-istishnâ’
4. Kemampuan al-’âqid untuk menyerahkannya
5. Jelas (ma’lûm)
6. Memenuhi ketentuan tentang al-qabdh (serah terima)
al-Bay’ Jenis-Jenis Bay’ dari sisi harga dan tawar menawar:
Bay’ al-Mu’athâ, yaitu bay’ dimana tidak perlu ada tawar menawar karena harga sudah diketahui secara umum. Biasanya untuk barang yang tidak mahal
Bay’ al-Musâwamah, yaitu bay’ yang bersifat tawar menawar
Bay’ al-Amânah yaitu bay’ dimana harga dikaitkan dengan harga awal/modalnya. Macamnya:
Bay’ al-Wadhî’ah, yaitu bay’ dengan harga awal disertai kerugian yang disepakati penjual dan pembeli
Bay’ at-Tawliyah, yaitu bay’ dengan harga pembelian awal
Bay’ al-Murâbahah, yaitu bay’ dengan harga awal dan keuntungan yang disepakati penjual dan pembeli
al-Bay’ Jenis-Jenis Bay’ dari Sisi Cara Pembayaran :
Bay’ un hâlun, dimana jual beli secara kontan, barang dan harga diserahkan pada saat akad di majelis akad
Bay’ as-Salaf atau Bay’ as-Salam, dimana harga dibayarkan pada saat akad dan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh penjual diserahkan setelah tempo tertentu. Hanya untuk barang yang termasuk al-ma’dûd wa al-makîl wa al mawzûn
Termasuk al-Istishnâ’, pesan sesuatu yang termasuk barang shinâ’ah (dibuat lebih dahulu), dimana harga dibayar oleh mustashni’ (pemesan) pada saat akad baik seluruhnya atau sebagiannya dan lunas saat serah terima barang, sedangkan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh Shâni’ diserahkan setelah tempo tertentu.
Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth, dimana barang diserahkan di depan pada saat akad, sedang harga dibayar setelah tempo tertentu baik sekaligus atau dengan diangsur
PENJUALPEMBELI
Syarat & rukun1. Ada Penjual 6. Keuntungan diketahui bersama2. Ada pembeli 7. Harga jual tidak boleh berubah (bertambah)3. Ada harga 8. Barang yang dibeli halal4. Ada Barang5. Ada akad
Definisi :
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
1. Pesan barang
3. Jual-beli Rp. X + marjin
SUPPLIER2. Jual-beli Rp. X
4. Bayar (tunai/cicilan) Rp. X + marjin
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’
Di sini terjadi :
Tahap kesepakatan saling berkomitmen –marhalah at-tawâ’ud–
Tahap pembelian barang oleh si B dari si C
Tahap si B menjual barang secara kredit atau murabahah secara kredit kepada si A
Yang Banyak Terjadi:
Si A ingin membeli barang milik si C tetapi uangnya tidak cukup, lalu ia datang kepada si B, dan si A berjanji (berkomitmen) jika B mau membeli barang dari C lalu menjualnya secara kredit maka A berjanji akan membelinya dari B secara kredit. Si B setuju dan berjanji akan membeli barang dari si C dan akan menjualnya secara kredit kepada A. Lalu B membeli barang si C dan setelah itu menjualnya secara kredit kepada si A
2. Pembelian B kepada C:
Harus sah dan sempurna bukan hanya formalitas dan barang sempurna berpindah kepemilikannya dari C kepada B
Yang Harus Diperhatikan Dalam Kasus Ini:
1. Tentang Janji (Komitmen) itu: Tidak bersifat mengikat (ghayr mulzim) tidak bersifat wajib Tidak dinilai di dalam akad jual beli yang terjadi nanti Karena tidak mengikat, jika ada sejumlah uang yang dibayar sering
disebut uang muka, tidak boleh disepakati jika batal uang itu untuk pedagang (B)
Tetapi orang yang berkomitmen (A) boleh memberi B sebagai hibah, untuk penawar hati
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’
3. Penjualan B Kepada A:
Barang harus sudah sah dan sempurna menjadi milik B
Tidak harus dengan alasan komitmen sebelumnya, artinya B boleh saja menjualnya kepada orang lain
Si A dan si B sama-sama memiliki hak khiyar (pilihan)
Tidak memperhitungkan komitmen sebelumnya
Boleh terjadi tawar menawar. Boleh kontan ataupun kredit. Jika kredit harus memenuhi ketentuan jual beli secara kredit
Boleh secara murabahah baik kontan ataupun kredit, dan harus memenuhi ketentuan murabahah
Begitu sempurna transaksi jual belinya, kepemilikan barang berpindah dari B kepada A
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’
Jual beli dengan tunai dan barang diserahkan kemudian Dapat diterapkan pada barang yang ditimbang, diukur atau
dihitung Saat aqad ditentukan:
Sifat / spesifikasi barang Tempo dengan jangka atau waktu, bukan kondisi Harga, dihindari ghabn fakhisy (penipuan)
Bay’ as-Salam
PEMBELIPENJUAL (Petani)
Syarat & Rukun
1. Ada Penjual 6. Harga jual tidak boleh berubah (bertambah)2. Ada pembeli 7. Barang yang dibeli halal3. Ada harga 8. Pembayaran di muka 100%, sedangkan penghantaran kemudian4. Ada Barang 9. Ukuran/takaran barang yang dipesan/dibeli harus jelas5. Ada akad
PENGADAAN (Misal tanam padi)
1. Pesan padi X ton harga Rp. Y, bayar dimuka 100%
2. Tanam padi3. Saat panen mengirimkan pesanan padi X ton
Syarat & Rukun
1. Ada Penjual 6. Harga jual tidak boleh berubah (bertambah)2. Ada pembeli 7. Barang yang dibeli halal3. Ada harga 8. Pembayaran boleh di muka, dicicil atau di akhir4. Ada Barang 9. Spesifikasi barang yang dipesan5. Ada akad 11. Barang yang dipesan harus dibuat dulu (proses manufacture)
DefinisiKontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang, dimana si pembeli memesan barang
dengan kriteria khusus. Penjual & pembeli bersepakat masalah harga dan cara pembayaran apakah pembayaran di muka, dicicil atau di akhir
PEMBELIPENJUAL (Petani)
PENGADAAN (Misal pembuatan lemari
1. Pesan barang tipe X harga Rp. Y, bayar uang muka Rp. Z
2. Pembuatan barang 3. Setelah selesai mengirimkan pesanan harga Rp. Y
4. Pembeli bayar Rp (Y-Z)
Bay’ Al-Istishna’
Diperbolehkan memberi dua harga atau tawar menawar karena belum dianggap jual beli
Tidak diperbolehkan 2 aqad jual beli dalam satu transaksi ( بيعة في ( بيعتان
Tambahan dari pembayaran yang disepakati adalah riba
Jual Beli Kredit
Syarat & Rukun
1. Ada penyewa 2. Ada yang menyewakan3. Ada asset yang disewa 4. Ada harga sewa 5. Ada jangka waktu sewa6. Penggunaan asset yang disewa halal7. Ada akad sewa
DefinisiPemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah aset
sebagai ganti dari pembayaran
PEMILIK ASSET PENYEWA
1. Menyewakan asset
2. Membayar sewa sbg ganti atas pemanfaatan benda
3. Mengembalikan hak pemanfaatan asset setelah selesai jangka waktu sewa
Ijarah
Yang mewakilkanWakil
Syarat & Rukun Wakalah
1. Ada yang mewakilkan2. Ada wakil3. Ada hal yang diwakilkan & halal4. Ada akad5. Ada jangka waktu/batas yang disepakati
Pekerjaan yang diwakilkan
1. Mewakilkan pekerjaan -- bayar fee ---
2. Melakukan pekerjaan yg diwakilkan
3. Menyerahkan/melaporkan hasil pekerjaan
4. Bayar fee (jika belum dibayar)
PenjaminPenjamin Syarat & Rukun1. Ada penjamin2. Ada yang dijamin (pemilik proyek) & obyek jaminan serta syarat penjaminan/klausul klaim3. Ada yang meminta penjaminan 4. Ada besaran penjaminan5. Ada jangka waktu penjaminan6. Obyek yang dihamin harus halal6. Ada akad
Definisi :Jaminan yang diberikan oleh penanggung kpd pihak ketiga (pemilik proyek)
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (nasabah) atau yang ditanggung (nasabah)
Peminta jaminan Peminta jaminan
2. Meminta jaminan
Obyek yg dijaminObyek yg dijamin
3. Melakukan penjaminan
Pihak yg memintapenjaminan
Pihak yg memintapenjaminan
1. Meminta penjaminan dr pihak lain
Pen
jam
ian
bis
a m
emin
ta f
ee
Syarat & Rukun
1. Ada yang berhutang/piutang2. Ada yang mengambil alih hutang/piutang3. Ada yang diambil alih hutang/piutangnya4. Ada jumlah hutang/piutang yang diambil alih5. Ada jangka waktu pembayaran hutang/piutang yg diambil alih6. Hutang/piutang yang diambil alih terjadi karena transaksi halal6. Ada akad
Pengambil alih hutangPengambil alih hutangPihak berhutangPihak berhutang Pihak berpiutangPihak berpiutang
Definisi :Pengalihan hutang/piutang dari orang yang berhutang/berpiutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya,
1. Hutang piutang
3. Membayarkan hutang2. Meminta dibayarkan hutang
Dapat memberikan biayapembayaran hutang
kpd pengambil alih hutang
?
Syarat & Rukun
1. Ada yang berhutang/piutang2. Ada yang mengambil alih hutang/piutang3. Ada yang diambil alih hutang/piutangnya4. Ada jumlah hutang/piutang yang diambil alih5. Ada jangka waktu pembayaran hutang/piutang yg diambil alih6. Hutang/piutang yang diambil alih terjadi karena transaksi halal6. Ada akad
Pengambil alih piutangPengambil alih piutangPihak berpiutangPihak berpiutang Pihak berhutangPihak berhutang
Definisi :Pengalihan hutang/piutang dari orang yang berhutang/berpiutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya
1. Hutang piutang
3. Piutang dibayar
2. Meminta piutang dibayar 4. Hutang dibayar
Rukun & Syarat
1. Ada yang peminjam2. Ada yang meminjamkan3. Ada barang yang dijaminkan4. Ada harga barang yang dijaminkan & halal5. Ada besar pinjaman & jangka waktu pengembalian6. Pihak yang meminjamkan dapat melelang barang jika si peminjam tdk dapat melunasi hutangnya7. Tujuan meminjam untuk sesuatu yang halal8. Ada akad
DefinisiMenahan salah satu harta milik si peminjam sbg jaminan atas pinjaman yang
diterima
Pihak berpiutangPihak berpiutang Pihak berhutangPihak berhutang
1. Mengajukan pinjaman dgn menyerahkan jaminan
2. Memberikan pinjaman (berdasar nilai jaminan)
3. Membayar pinjaman saat jatuh tempo
Pihak berhutang dapat membayar biaya administrasi(misal untuk pemeliharaan jaminan)
Jika pihak berhutang tidak mampu membayar hutang saat jatuh tempojaminan dapat dilelang
Rahn - Agunan
Jika barang yang dibeli diagunkan kembali kepada penjualnya:
1. Belum pasti ada dayn (utang)
2. Harga belum pasti menjadi hak penjual karena barang belum sempurna menjadi milik pembeli
3. Jika dalam akad bay’ bi ad-dayn itu, disyaratkan Barang diagunkan kepada penjualnya, maka sama saja mensyaratkan pembatasan tasharruf pembeli terhadap Barang. Syarat demikian adalah syarat yang batil
Agunan harus barang lain, bukan barang yang dibeli
Rahn - Agunan
Eksekusi terhadap agunan:
1. Debtor tak sanggup bayar dan kreditor tidak memberi kelonggaran
2. Agunan dijual dg izin debitor melalui penjualan yang wajar menurut pasar
3. Hasil penjualan untuk melunasi utang, jika ada kelebihan dikembalikan kepada debitor, dan jika masih kurang kekuarangannya tanggung jawab debitor
ن%ِه:، ل%ِه: ه% ب*ِه* ال.ِذ*ْي� َر% اح* ه:ن: م*ن� ص% »ال% ي:غ�ل%ُق: الر.ِه:« م: ِه: و%ع%ل%ي�ِه* ُغ:ر� ُغ:ن�م:
Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya, dan wajib
menanggung kerugian (penyusutan)-nya. (HR. Syafi’i, al-Bayhaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni)
Syarat & Rukun :
1. Ada yang peminjam2. Ada yang meminjamkan & yang meminjamkan tdk boleh mensyaratkan imbalan atas pinjaman3. Tidak ada barang yang dijaminkan5. Ada besar pinjaman & jangka waktu pengembalian6. Tujuan meminjam untuk sesuatu yang halal8. Ada akad
Definisi :Pemberian harta kpd orang lain yang dapat ditagih/diminta kembali
tanpa imbalan & tanpa jaminan
Pihak berpiutangPihak berpiutang Pihak berhutangPihak berhutang
1. Mengajukan pinjaman
2. Memberikan pinjaman
3. Membayar pinjaman saat jatuh tempo
Jا ِرKب JوMُهJف OةJعJَفQ مJْن SرJَج UٍضQرJَق XُّلM ُك
“Setiap hutang yang mengambil manfaat (komersil )adalah riba”
(HR. Baihaqi)
Leasing (Sewa-Guna-Usaha) Definisi
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala (kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing) )
Macam :
Operating lease
Finance Lease : Dengan hak Opsi atau Tanpa hak Opsi
Yang umum dilakukan Finance Lease dengan hak Opsi, dimana di akhir jangka
waktu leasing pemilikan barang otomatis berpindah dari Lessor kepada Lessee
Sering dikatakan sebagai kredit atau jual beli kredit
Leasing (Sewa-Guna-Usaha) Ketentuan Leasing –umumnya- :
1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat mengadakan Barang sesuai yang diminta oleh Lessee (nasabah)
2. Lessor sepakat setelah Barang dia beli, dia sewakan kepada Lessee selama jangka waktu Leasing
3. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas dibayar, Lessee akan langsung memiliki Barang itu.
4. Selama jangka waktu Leasing sampai seluruh angsuran lunas, Barang itu milik Lessor. Setelah berakhir jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas, pemilikan Barang langsung berpindah kepada Lessee
5. Selama jangka waktu leasing semua resiko ditanggung Lessee
6. Barang dijadikan jaminan secara Fidusia untuk transaksi Leasing tersebut
7. Jika Lessee (Fulan) telat mengangsur dikenakan denda dan ganti kerugian.
Leasing (Sewa-Guna-Usaha)
Muamalah Leasing seperti ini secara syar’i batil, karena :
1. Terjadi dua transaksi dalam satu akad (shafqatayn fî shafqah wâhidah), yaitu akad ijârah (sewa) dan akad tamlîk (pemindahan pemilikan) baik dalam bentuk bay’, hibah atau hadiah
2. Akad tamlîk bukan dalam bentuk ‘aqd al-munjaz, tetapi dalam bentuk ‘aqd al-mu’allaq sekaligus ‘aqd al-mudhâf. Secara sya’i akad tamlîk harus dalam bentuk ‘aqd al-mujaz
3. Selama jangka waktu leasing diberlakukan akad ijârah, tapi dalam praktek menyalahi ketentuan akad ijârah yaitu barang yang disewakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemiliknya yaitu pihak yang menyewakan
Leasing (Sewa-Guna-Usaha)
6. Menyalahi ketentuan syariah tentang rahn (agunan)
a. Rahn harus dipastikan ada dayn, sementara dalam Leasing ini tidak ada dayn
b. Eksekusi agunan menyalahi ketentuan syariat tentangnya
7. Sewa menyewa sesuatu yang belum dimiliki oleh al-Muajjir (Lessor) dan memindahkan pemilikan sesuatu (secara bay’, hibah atau hadiah) yang belum dimiliki oleh penjual, pemberi hibah atau hadiah.
4. Denda keterlambatan angsuran adalah riba nasiah
5. Uang muka tidak jelas sebagai uang muka sewa atau uang muka pembelian