ms fix
-
Upload
shelviaagita -
Category
Documents
-
view
223 -
download
2
Transcript of ms fix
![Page 1: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/1.jpg)
BAGIAN KARDIOVASKULAR LAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2015UNIVERSITAS HASANUDDIN
MITRAL STENOSIS
DISUSUN OLEH:
Suci Ananda A.R
C 111 09 293
SUPERVISOR:
Prof.Dr.Peter Kabo, PhD, Sp.FK, Sp.JP(K), FIHA, FASCC
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2015
![Page 2: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/2.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Suci Ananda A.R
NIM : C111 09 293
Judul Laporan kasus : Mitral Stenosis
Telah menyelesaikan Laporan Kasus dalam rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan
klinik pada bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Makassar, September 2015
Mengetahui,
Prof.Dr.Peter Kabo, PhD, Sp.FK, Sp.JP(K), FIHA, FASCC
![Page 3: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/3.jpg)
LAPORAN KASUS
MITRAL STENOSIS
IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. N
TANGGAL LAHIR : 06 – 11 - 1976
UMUR : 38 tahun
ALAMAT : Dusun mammi II
NO REKAM MEDIS : 723258
TANGGAL MASUK RS : 23 Agustus 2015
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA :Sesak nafas
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Dialami sejak ± 3 bulan terakhir, dan meberat sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dada tidak ada
FAKTOR RESIKO :
Penyakit jantung koromer
PEMERIKSAAN FISIS
Status Present : Sakit Sedang/Gizi baik/GCS E2 M6 V2
Tekanan Darah : 110/60 mmHg Nadi : 80 x/menit ireguler
Pernapasan : 24x/menit Suhu : 36.5oC
![Page 4: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/4.jpg)
Kepala
Rambut : Hitam, beruban, berombak, sukar dicabut
Ukuran : Normosefal
Bentuk : Mesosefal
Mata
Eksoptalmus : Tidak ada Enoptalmus : Tidak ada
Konjugtiva : Anemi (+) Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Refleks kornea (+) Pupil : Isokor, 2,5mm/2,5mm
Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : Tidak ada
Hidung
Pendarahan : Tidak ada Sekret : Tidak ada
Mulut
Bibir : Kering (-) Lidah : Kotor (-)
Tonsil : T1-T1, Hiperemis (-) Faring : Hiperemis (-)
Leher
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
JVP : R+3 cmH2O
![Page 5: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/5.jpg)
Paru
Palpasi : Fremitus raba simteris kiri=kanan
Nyeri tekan (-)
Perkusi : Batas paru hepar ICS VI kanan
Batas paru belakang kanan ICS IX
Batas paru belakang kiri ICS X
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler
Ronchi minimal dibasal paru/, Wheezing -/
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas ICS II kiri
Batas kanan ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiriICS V linea axillarisanterior sinistra
Auskultasi : BJ I/II iregular
Murmur (+) 3/6 apeks distolik
Abdomen
Inspeksi :Datar, ikut gerak napas
Palpasi : Massa tumor (-), Nyeri Tekan (-)
Hepardan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Tidak edema, akral hangat
![Page 6: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/6.jpg)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram
Sinus : Atrial fibrilasi
Denyut jantung : 100-150x/menit
Axis : +130 derajat
Gelombang P : ireguler
Interval PR : tidak bisa dihitung
Kompleks QRS : 0,06 detik, R/S >1 di V1
Segmen ST : Normal
Gelombang T : Normal
Kesimpulan : Atrial fibrilasi rapid ventricular respon, RAD, RVH
![Page 7: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Foto Thorax PA:
Hasil Pemeriksaan:
-Corakan bronkovaskular prominent
-Cor : Membesar dengan cardiothoracic index 0,77, conus pulmonalis dan
auricle menonjol, apex terangkat (RVE), aorta normal
-kedua sinus dan diafragma baik
-tulang-tulang intak
Kesan:
-Cardiomegaly dengan gambaran mitral heart disease
![Page 8: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/8.jpg)
3. Echocardiography
- Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun, ejeksi fraksi 42% (TEICH), EF
42% BIPLANE
- Dimensi ruang-ruang jantung : Dilatasi semua ruang jantung, SEC di
atrium kiri
- (LVEDd 7,2cm, LA mayor 8,3cm, LA minor 6,2, RA mayor 6,5cm, RA
minor 6,2cm, RVDB 3,7cm) Hipertropy Ventrikel kiri : positif eksentrik
(LVMI 343 g/m2,RWT 0,31)
- Pergerakan baik : Global hipokinetik
- Fungsi sistolik ventrikel kanan cukup, TAPSE 1,6cm
- Katup-katup jantung :
![Page 9: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/9.jpg)
Mitral : mitral stenosis sedang- berat (MVA planimetri 1,1cm2, MVA
PHT 0,5cm2) Wiliknsscore 3-2-3-3, Mitral regurgitasi berat (MR ERO 0,8
cm2, RV 152 ml)
Aorta : 3 cupis, kalsifikasi (+), aorta regurgitasi ringan (AR PHT 824 ms)
Trikuspid : Trikuspid regurgitasi sedang (TVG 76mmHg, RAP 10mmHg)
Pulmonal : PV acc 89 ms, pulmonal regurgitasi ringan
- E/A on atrial fibrilasi
Efusi pericard (diameter inferior 0,9cm, diameter posterior 0,8cm,
diameter basal 0,7cm)
Conclusion :
On atrial fibrilasi
Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun
Dilatasi semua ruang jantung
Hipertropy ventrikel kiri eksentrik
Mitral stenosis sedang – berat, mitral regurgitasi berat, aorta regurgitasi
ringan, tricuspid regurgitasi sedang
Pulmonal hipertensi sedang
Efusi pericard ringan
4. Laboratorium
Hemoglobin 14,4 gr/dl
Leukosit 12,59 103/uL
Trombosit 4,94 103/uL
Glukose Darah Sewaktu (GDS) 112mg/dl
Elektrolit Natrium (Na) : 137 mmol/lKalium (K) : 4,1 mmol/l
![Page 10: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/10.jpg)
Klorida (Cl) : 106 mmol/l
CK 120,00 U/L
CK-MB 35.0 U/L
Ureum 34 mg/dl
Kreatinin 0,61 mg/dl
DIAGNOSIS
Mitral stenosis moderate - severe
PENGOBATAN
• IVFD NaCl 0,9%
• Furosemid 40mg/ 8jam/ intravena
• Digoxin 0,25mg/ 24jam/ oral
• Laxadin syr 10cc / 24jam/ oral
• Ambroxol 30mg/ 8jam/ oral
PEMBAHASAN
![Page 11: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/11.jpg)
STENOSIS MITRAL
Definisi dan etiologi stenosis mitral
Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari
atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral.
Penyebab stenosis mitral paling sering demam rematik, penyebab lain adalah
karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis dan
kelainan bawaan.
Stenosis mitral merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung kongestif
di negara-negara berkembang.Di Amerika Serikat, prevalensi dari stenosis mitral
telah menurun seiring dengan penurunan insidensi demam rematik. Pemberian
antibiotik seperti penisilin pada streptococcal pharyngitis turut berperan pada
penurunan insidensi ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diberbagai tempat di
Indonesia, penyakit jantung valvular menduduki urutan ke-2 setelah penyakit jantung
koroner dari seluruh jenis penyebab penyakit jantung. Dari pola etiologi penyakit
jantung di poliklinik Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang selama 5 tahun
(1990-1994) didapatkan angka 13,94% dengan penyakit katup jantung.
Tabel 1. Etiologi stenosis mitral
Demam Rematik Karditis dengan kerusakan katup mitral(>95%).
Kongenital Hipoplasia atau fusi dari muskuluspapilaris, pemendekan dan penebalandari korda.
Metabolik Penyakit whippleMucopolysaccharidosisPenyakit Fabry
![Page 12: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/12.jpg)
CarcinoidTerapi Methysergide
Patogenesis stenosis mitral
Rematik karditis akut adalah pankarditis yang melibatkan perikardium,
miokardium, dan endokardium. Daerah dengan iklim sedang serta negara maju
interval terjadinya rematik karditis dengan munculnya stenosis mitral berkisar antara
10-20 tahun. Negara tropis, subtropis dan negara-negara berkembang interval dapat
lebih pendek. Tanda khas dari rematik karditis akut adalah aschoffnodule. Lesi paling
sering pada rematik endokarditis adalah mitral valvulitis.Katup mitral mengalami
vegetasi pada garis penutupan katup dan korda. Stenosis mitral biasanya terjadi akibat
episode berulang dari karditis yang diikuti dengan penyembuhan dan ditandai dengan
deposisi jaringan fibrosa. Stenosis mitral terjadi akibat dari fusi dari komisura, kuspis,
korda atau kombinasi dari ketiganya. Hasil akhir katup yang mengalami deformitas
terjadi fibrosis dan kalsifikasi. Lesi tersebut akan berlanjut dengan fusi dari komisura,
kontraktur dan penebalan dari leaflets katup. Korda mengalami pemendekan dan fusi.
Kombinasi ini akanmenyebabkan penyempitan dari orifice katup mitral yang
membatasi aliran darah dari LA (Left Atrium) dan LV (Left Ventricle).
Patofisiologi stenosis mitral
Orang dewasa normal orifisium katup mitral adalah 4 sampai 6 cm2. Adanya
![Page 13: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/13.jpg)
obstruksi yang signifikan, misalnya, jika orifisium kurang lebih kurang dari 2 cm2,
darah dapat mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri hanya jika didorong oleh
gradien tekanan atrioventrikel kiri yang meningkat secara abnormal, tanda
hemodinamik stenosis mitral. Apabila orifisium katup mitral berkurang sampai 1
cm2, tekanan atrium kiri kurang lebih 25 mmHg diperlukan untuk mempertahankan
curah jantung (cardiac output) yang normal. Tekanan atrium kiri yang meningkat,
selanjutnya, meningkatkan tekanan vena dan kapiler pulmonalis, yang mengurangi
daya kembang (compliance) paru dan menyebabkan dispnea pada waktu pengerahan
tenaga (exertional dyspnea, dyspnea d’ effort). Serangan pertama dispnea biasanya
dicetuskan oleh kejadian klinis yang meningkatkan kecepatan aliran darah melalui
orifisium mitral, yang selanjutnya mengakibatkan elevasi tekanan atrium kiri. Untuk
menilai beratnya obstruksi, penting untuk mengukur gradien tekanan transvalvuler
maupun kecepatan aliran. Gradien tekanan bergantung tidak hanya pada curah
jantung tapi juga denyut jantung Kenaikan denyut jantung memperpendek diastolik
secara proporsional lebih daripada sistolik dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
aliran yang melalui katup mitral. Oleh karena itu, pada setiap tingkat curah jantung
tertentu, takikardia menambah tekanan gradien transvalvuler dan selanjutnya
meningkatkan tekanan atrium kiri.
Diastolmemendek
Stenosis mitral (takikardia) Kehilangan
![Page 14: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/14.jpg)
sinkronisasiGradien katup mitral atrioventriku
lerLVDEP (atrial
fibrilasi) Peningkatan
Tekanan atrium kiri aliran venapulmonalis
Pembesar Tekanan vena pulmonalisan atrium
kiriEdema pulmonal
Aritmia atriumHipertensi pulmonal
Gejala RVH dan hipertensi RV, TR dan RVE
Gambar 1. Patofisiologi gejala stenosis mitral
Tekanan diastolik ventrikel kiri normal pada stenosis mitral saja; penyakit
katup aorta, hipertensi sistemik, regurgitasi mitral, penyakit jantung iskemik yang
terjadi secara bersamaan dan mungkin kerusakan sisa yang ditimbulkan oleh
miokarditis reumatik kadang-kadang bertanggung jawab terhadap kenaikan yang
menunjukan fungsi ventrikel kiri yang terganggu dan/atau menurunkan daya
kembang ventrikel kiri. Disfungsi ventrikel kiri, seperti yang ditunjukan dalam
berkurangnya fraksi ejeksi dan kecepatan memendek serabut yang mengelilingi,
terjadi pada sekitar seperempat pasien dengan stenosis mitral berat, sebagai akibat
berkurangnya preload kronik dan luasnya jaringan parut dari katup ke dalam
![Page 15: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/15.jpg)
miokardium yang berdekatan.
Stenosis mitral murni dengan irama sinus, tekanan atrium kiri rata-rata dan
pulmonal artery wedge pressure biasanya meningkat,denyut tekanan
menunjukankontraksi atrium yang menonjol (gelombang a) dan tekanan bertahap
menurun setelah pembukaan katup mitral (y descent). Pada pasien dengan stenosis
mitral ringan sampai sedang tanpa peningkatan resistensi vaskuler paru, tekanan arteri
pulmonalis mungkin mendekati batas atas normal pada waktu istirahat dan meningkat
seiring dengan exercise. Pada stenosis mitral berat dan kapan saja ketika resistensi
vaskuler paru naik, tekanan arteri pulmonalis meningkat bahkan ketika pasien sedang
istirahat, dan pada kasus ekstrim dapat melebihi tekanan arterial sistemik. Kenaikan
tekanan atrium kiri, kapiler paru, dan tekanan arteri pulmonalis selanjutnya terjadi
selama latihan. Jika tekanan sistolik arteri pulmonalis melebihi kira-kira 50 mmHg
pada pasien dengan stenosis mitral, atau pada keadaan dengan lesi yang mengenai sisi
kiri jantung, peningkatan afterloadventrikel kanan menghalangi pengosongan
ruangan ini, sehingga tekanan diastolik akhir dan volume ventrikel kanan biasanya
meningkat sebagai mekanisme kompensasi.
Klasifikasi stenosis mitral
Stenosis mitral diklasifikasikan menjadi tiga kelas dari ringan hingga berat
![Page 16: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/16.jpg)
sesuai dengan mitral valve area (MVA).
Tabel 2. Klasifikasi stenosis mitral
Klasifikasi Mitral Valve Area (MVA) dalamcm2
Ringan >1,5 cm2
Sedang 1,0-1,5 cm2
Berat <1,0 cm2
Gejala dan tanda stenosis mitral
Gejala yang lazim dirasakan oleh pasien dengan stenosis mitral adalah cepat
lelah, sesak nafas bila aktivitas (dyspnea d’ effort) yang makin lama makin berat.
Pada stenosis mitral yang berat, keluhan sesak nafas dapat timbul saat tidur malam
(nocturnal dyspnea), bahkan dalam keadaan istirahat sambil berbaring (orthopnea).
Irama jantung berdebar terkadang juga dapat didengar apabila terdapat
fibrilasi atrium. Keadaan lebih lanjut bisa ditemukan batuk darah (hemoptysis), akibat
pecahnya kapiler pulmonalis karena tingginya tekanan arteri pulmonalis; keluhan ini
bisa disalahartikan sebagai batuk darah akibat TBC, apalagi pasien stenosis mitral
berat biasanya kurus. Pasien stenosis mitral juga kadang baru diketahui setelah
terkena stroke, terutama bila ada fibrilasi atrium yang mempermudah terbentuknya
trombus di atrium kiri dan kemudian lepas menyumbat pembuluh darah otak.
Tabel 3. Gejala stenosis mitral
Gejala stenosis mitralAktivitas
![Page 17: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/17.jpg)
Dispnea, mengi, batuk Kelelahan
Keterbatasan aktivitas Palpitasi
SinkopIstirahat Batuk, mengi
Paroxysmal nocturnal dyspneaOrthopneaHemoptisis
Suara serak (sindrom ortner)
Pemeriksaan fisik dapat dijumpai malar facial flush, gambaran pipi yang
merah keunguan akibat curah jantung yang rendah, tekanan vena jugularis yang
meningkat akibat gagal ventrikel kanan. Kasus yang lanjut dapat terjadi sianosis
perifer. Denyut apikal tidak bergeser ke lateral, dorongan kontraksi ventrikel kanan
pada bagian parasternal dapat dirasakan akibat dari adanya hipertensi arteri
pulmonalis. Auskultasi dapat dijumpai adanya S1 akan mengeras, hal ini hanya terjadi
bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila sudah terdapat kalsifikasi dan
atau penebalan pada katup mitral, S1 akan melemah. S2 (P2) akan mengeras sebagai
akibat adanya hipertensi arteri pulmonalis. Opening snap terdengar sebagai akibat
gerakan katup mitral ke ventrikel kiri yang mendadak berhenti, opening snap terjadi
setelah tekanan ventrikel kiri jatuh di bawah tekanan atrium kiri pada diastolik awal.
Jika tekanan atrium kiri tinggi seperti pada stenosis mitral berat, opening snap
terdengar lebih awal. Opening snap tidak terdengar pada kasus dengan kekakuan,
fibrotik, atau kalsifikasi daun katup. Bising diastolik bersifat low-pitched, rumbling
dan dekresendo, makin berat stenosis mitral makin lama bisingnya. Tanda auskultasi
stenosis mitral yang terpenting untuk menyokong beratnya stenosis adalah A2-OS
![Page 18: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/18.jpg)
interval yang pendek dan lamanya rumble diastolik.
Pemeriksaan penunjang dari rontgen toraks pada pasien stenosis mitral
didapatkan pembesaran segmen pulmonal, pembesaran atrium kiri, karina bronkus
yang melebar dan bisa didapatkan gambaran hipertensi vena pulmonalis, serta efusi
pleura.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan
utama berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue. Pada stenosis mitral yang
bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal nokturnal
dispnea, ortopnea atau oedema paru.
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering
terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih lanjut
atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal
ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis.
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti
tromboemboli, infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya
atrium kiri seperti disfagia dan suara serak.
Diagnosis
![Page 19: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/19.jpg)
Diagnosis dari mitral stenosis ditegakkan dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks, elektrokardiografi (EKG) atau
ekokardiografi. Dari riwayat penyakit biasanya didapatkan adanya:
Riwayat demam rematik sebelumnya, walaupun sebagian besar penderita
menyangkalnya.
Dyspneu d’effort.
Paroksismal nokturnal dispnea.
Aktifitas yang memicu kelelahan.
Hemoptisis.
Nyeri dada.
Palpitasi.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Sianosis perifer dan wajah.
Opening snap.
Diastolic rumble.
Distensi vena jugularis.
Respiratory distress.
Digital clubbing.
Systemic embolization.
Tanda-tanda kegagalan jantung kanan seperti asites, hepatomegali dan oedem
perifer.
![Page 20: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/20.jpg)
Dari pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri serta
pembesaran arteri pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tanda
bendungan pada lapangan paru.
Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral berupa takik
pada gelombang P dengan gambaran QRS kompleks yang normal. Pada tahap lebih
lanjut dapat terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser ke kanan dan kemudian
akan terlihat gambaran RS pada hantaran prekordial kanan.
Dari pemeriksaan ekokardiografi akan memperlihatkan
E-F slope mengecil dari anterior leaflets katup mitral, dengan menghilangnya
gelombang a,
Berkurangnya permukaan katup mitral,
Berubahnya pergerakan katup posterior,
Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.
Penatalaksanaan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan
hanya bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung, atau
pencegahan terhadap infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan
penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam rematik atau
pencegahan endokardirtis. Obat-obatan inotropik negatif seperti ß-blocker atau Ca-
![Page 21: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/21.jpg)
blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus yang memberi
keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang
bermakna akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta
frekuensi ventrikel yang cepat. Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan
indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium.
Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan
fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk
mencegah fenomena tromboemboli.
Valvotomi mitral perkutan dengan balon, pertama kali diperkenalkan oleh
Inoue pada tahun 1984 dan pada tahun 1994 diterima sebagai prosedur klinik.
Mulanya dilakukan dengan dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan
dalam teknik pembuatan balon, prosedur valvotomi cukup memuaskan dengan
prosedur satu balon.
Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup (komisurotomi) pertama kali
diajukan oleh Brunton pada tahun 1902 dan berhasil pertama kali pada tahun 1920.
Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena adanya mesin
jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat jelas antara pemisahan komisura, atau
korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik.
Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil apakah itu reparasi atau
penggantian katup mitral dengan protesa.
![Page 22: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/22.jpg)
Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut:
Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan
keluhan,
Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,
Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
Usia tua dengan fibrilasi atrium,
Pernah mengalami emboli sistemik,
Pembesaran yang nyata dari appendage atrium kiri.
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Closed mitral commissurotomy, yaitu pada pasien tanpa komplikasi,
2. Open commissurotomy(open mitral valvotomy), dipilih apabila ingin dilihat
dengan jelas keadaan katup mitral dan apabila diduga adanya trombus di dalam
atrium,
3. Mitral valve replacement, biasa dilakukan apabila stenosis mitral disertai
regurgitasi dan kalsifikasi katup mitral yang jelas.
Sesuai dengan petunjuk dari American Collage of Cardiology/American Heart
Association (ACC/AHA) dipakai klasifikasi indikasi diagnosis prosedur terapi sebagai
berikut:
1. Klas I: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur
atau pengobatan itu bermanfaat dan efektif,
![Page 23: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/23.jpg)
2. Klas II: keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat tentang manfaat atau efikasi
dari suatu prosedur atau pengobatan,
a. II.a. Bukti atau pendapat lebih ke arah bermanfaat atau efektif,
b. II.b. Kurang/tidak terdapatnya bukti atau pendapat adanya menfaat
atau efikasi.
3. Klas III: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur
atau pengobatan itu tidak bermanfaat bahkan pada beberapa kasus
berbahaya.
Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angka harapan
hidup 10 tahun) dibandingkan pada kelompok irama sinus (46% angka harapan hidup
10 tahun). Hal ini dikarenakan angka resiko terjadinya emboli arterial secara
bermakna meningkat pada atrium fibrilasi.
![Page 24: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/24.jpg)
DISKUSI
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran
darah pada tingkat katup mitral oleh karena adanya perubahan pada struktur mitral
leaflets, yang menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri saat diastol. Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah
endokarditis reumatik, akibat reaksi yang progresif dari demam reumatik oleh infeksi
kuman Streptococcus. Diagnosis dari stenosis mitral ditegakkan dari riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, foto thoraks, EKG dan Ekokardiografi.
Pada pasien ini didapatkan adanya riwayat sesak napas yang disertai batuk-
batuk serta nyeri di dada kiri, peningkatan JVP serta tanda-tanda pembesaran jantung,
atrium fibrilasi dan bising sistolik (+). Dipikirkan bahwa pasien menderita suatu
kegagalan jantung kongestif. Adanya gambaran kardiomegali, dan adanya tanda-
tanda pembesaran jantung kanan pada EKG dipikirkan adanya komplikasi akibat
stenosis mitral terhadap terjadinya hipertensi pulmonal, yang selanjutnya akan
menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diastol, regurgitasi trikuspudal dan
pulmonal dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti sistemik.Dari
gambaran ekokardiografi didapatkan gambaran stenosis mitral sedang-berat mitral
regurgitasi berat, aorta regurgitasi kananm trikusid regurgitasi sedang, maka pada
pasien ini diduga adanya gagal jantung disebabkan oleh stenosis mitral. Penyebab
stenosis mitral pada pasien ini dipikirkan oleh karena penyakit jantung reumatik yang
pernah dialami pasien.
![Page 25: ms fix](https://reader030.fdocument.pub/reader030/viewer/2022020102/563db829550346aa9a91214b/html5/thumbnails/25.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Topol, Eric J et al. Textbook of Cardiovascular Medicine: Elsevier. 2002
2. Lily, Leonard S et al. Pathophysiology of Heart Disease. 5th Edition: Lippincott.
2011
3. Bonow, Robert O et al. Braunwald’s Heart Disease, a Textbook of
Cardiovascular medicine Volume 1. 9th Edition: Elsevier. 2012
4. Valentino, Marcello di et al. Sinus Arrest in a Patient With History of Syncope.
Kardiovaskulare Medizin 2008; 11(6): 217-218