Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto...
Transcript of Motto dan Persembahan - IAIN Gorontalopai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/...Motto...
Motto dan Persembahan “Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransinya” (K.H. Abdurrahman Wahid) “Ilmu bukan hanya sebuah ucapan melainkan sebuah perbuatan yang diiringi dengan kebaikan” (Moh. Jani A. Lewan) Terima kasih ku persembahkan kepadamu ya Allah, Tuhan semesta alam yang memudahkan setiap langkahku, sehingga aku berhasil melewati suatu rintangan untuk sebuah keberhasilan…
Karya ini ku persembahkan dengan segenap baktiku untuk kedua orangtua ku, atas semua pengorbanan dan jerih payah yang engkau berikan untuk ku agar bisa menggapai cita-cita ku…
Untuk kakak-kakak ku yang tersayang terima kasih telah menjadi penyemangat dalam kehidupan dengan kata-kata humoris kalian, serta semua keluarga yang turut mendukung dalam pencapaian keberhasilan..
Serta sahabat-sahabat ku seakidah dan seperjuangan, semoga persaudaraan kita menjadi persaudaraan yang abadi, bersama kalian warna indah dalam hidup, dan suka duka berbaur kasih…
(Moh Jani A. Lewan)
KATA PENGANTAR
ین اما بعدالحمد � رب العالمین والصالة والسالم على اشرف االنبیاء والمرسلین وعلى آلھ واصحابھ اجمع
Tiada kata yang pantas penulis ungkapkan selain puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah membimbing umatnya menuju jalan
yang di ridhai Allah. Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademik di
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dalam rangka menggapai gelar sarjana
pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan motivasi maupun dorongan materil. Ucapan
terimakasih khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag.,selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.
2. Dr. Sofyan AP Kau, S.Ag., M.Ag., Dr. Ahmad Faisal, M.Ag., dan Dr.
Mujahid Damopolii, S.Ag., M.Pd., Masing-masing Sebagai Wakil Rektor I,
Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, dilingkungan IAIN SultanAmai Gorontalo.
3. Dr. H. Lukman Arsyad M.Pd., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.
4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.pd., Dr. Hj Lamsike Pateda S.Pd., M.Pd., Dr. H. Arten
Mobonggi, S.Ag., M.Pd., Masing-masing sebagai Wakil dekan I, II, III, di
lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
5. Dr. Rajak H. Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munira, M.Pd., Selaku Ketua dan
Sekertaris Jurusan Pendidikan agama Islam.
6. Drs. H. Ramoen Manahung, M.Sos.I, selaku Kepala Perpustakaan IAIN
Sultan Amai Gorontalo
7. Pembimbing I Dr. H. Muh Arif, M.Ag. dan Pembimbing II Dr. Sulaiman
Ibrahim, M.A. yang telah memberikan arahan dalam skripsi ini.
8. Staf Perpustakaan yang telah menyediakan Referensi untuk dapat
memudahkan dan menyelesaikan Skripsi ini.
9. Seluruh Keluarga tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
senantiasa mendoakan dalam setiap aktifitas dan usaha penulis.
Akhirnya, tiada kesempurnaan kecuali milik Allah SWT semata. Tidak
ada manusia yang sempurna, oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan
demi semaraknya dunia intelektual. Wallahua’lam bis-showab
Gorontalo, 29 Juli 2019
Penulis
Moh Jani A. Lewan
NIM. 151012015
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv-v DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................... viii BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian ............................................................ 4 C. Pengertian Judul dan Definisi Operasioanl. ........................................... 4 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 5 E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional ............................................ 6
BAB II. Landasan Teori
A. HakikatGuru ........................................................................................... 9 B. Pendidikan Agama Islam ....................................................................... 10 C. Kajian Konseptual Radikalisme. ............................................................ 12 D. Radikalisme pada Pendidikan ................................................................ 20 E. Menanngulangi Radikalisme di Sekolah ................................................ 21 F. UpayaGuru PAI dalam Menanggulangi Paham Radikalisme. ............... 23
BAB III. Metode Penelitian
A. Jenis danPendekatan Penelitian.............................................................. 25 B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 25 C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 25 D. Sumber Data ........................................................................................... 25 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27 F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 28 G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................ 30 H. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................................... 31
BAB IV. Hasil Penelitian DanPembahasan
A. Profil Sekolah ......................................................................................... 34 B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo .... 34 C. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Gorontalo ...................................... 35 D. Visi Misi dan Tujuan MAN 1 Kab. Gorontalo ...................................... 37 E. Pandangan Guru Pendidikan Agama Islam terkait Permasalahan Paham Radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo ................................................................................... 41
F. Kendalah Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah 1 Kabupaten Gorontalo .......................... 45 G. Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah 1 Kabupaten Gorontalo ............................................... 49
BAB V. Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................ 53 B. Saran ....................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 56 LAMPIRAN ............................................................................................................ 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang menganut paham Bhineka Tunggal Ika
ternyata belum mampu menunjukkan ketangguhannya untuk meminimalisir sikap-
sikap radikal dan ekstrim dari sebagian pemeluk agamanya. Pendangkalan
terhadap agama dan fanatisme mengakibatkan rasa superioritas atas pemeluk
agama lain.
Radikalisme agama terjadi akibat tindakan penuh kekerasan disebabkan
pemaknaan yang tersial terhadap konsep jihad dalam Islam, konsekuensi logis dari
interpretasi ini adalah penyandingan terorisme sebagai buah dari radikalisme.
Hipotesa ini adalah sesuatu yang wajar mengingat segala aktivitas terror
diberbagai belahan dunia yang senantiasa mengatas namakan jihad yang
dilakukan umat Islam sebagai bentuk ketaatan kepada sang khalik.
Istilah Radikalisme akhir-akhir ini semakin hangat dibicarakan di
Indonesia. Sebagaimana yang di katakan oleh Eggi Sudjana jika istilah
radikalisme sering disebut dengan istilah reaksioner. Menurutnya radikalisme
merupakan sikap atau tindakan terhadap berbagai perubahan tatanan kehidupan
yang sudah lama dan mapan. Perbedaan antara reaksioner dan radikalisme
menurut Eggi Sudjana yaitu pada aspek tujuannya.1
Kaum reaksioner menginginkan perubahan tatanan masyarakat dalam batas-batas
tertentu dan masih mentolerir sebagian tatanan yang ada, sedangkan kaum
radikalis justru mengingingkan perubahan tatanan yang ada ke akar-akarnya
bahkan jika perlu dilakukan dengan menggunakan kekerasan (revolusi berdarah).2
Di era globalisasi sekarang ini, aksi radikalisme bukan hanya ditujukan
untuk merubah tatanan pada suatu daerah atau negara saja tetapi sudah ditujukan
untuk merubah tatanan dunia hingga ke akar-akarnya. Itulah dampaknya yang
menjadikan Musthafa Muhammad Ath-Thahan mengungkapkan bahwa
1http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/554, (27 November
2017 ) 2Eggi Sudjana, Islam Fungsional, (Jakarta: Rajawali, 2008), h. 100.
2
radikalisme telah menjadi fenomena Skala Internasional. Ia mengungkapkan
bahwa dalam dataran aksi, kaum radikalis memiliki beberapa asumsi/pendapat
dan yang paling pokok adalah asumsi bahwa mereka memonopoli kebenaran,
berfikir dogmatik, menolak perbedaan atau pluralitas, menggunakan idiom atau
terminologi-terminologi yang kasar seperti khianat, kufur, kafir, dan lainnya.
Kemudian Sayyid Thanthawi mengatakan bahwa orang yang di sebut
radikal (mutatharrif) sebagai orang yang melampaui batas-batas syar’iyah dalam
hal apapun sampai dalam hal Ibadahnya. Selain itu Yusuf Qardhawi
mengemukakan bahwa penyebab dari radikalisme adalah fanatisme (taashub)
pendapat, tidak mau mengakui pendapat lain. Indikasinya adalah kaum radikalis
kasar dalam berdakwah dan berburuk sangka terhadap orang lain. Radikalisme
mencapai puncaknya jika orang yang radikal tersebut dapat menjatuhkan
kehormatan pihak lain, menghalalkan harta dan darah mereka.3
Salah seorang Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta
Azyumardi Azra mengatakan bahwa, “Paham Radikal yang menganggap
pemahamannya paling benar telah menyusup kesekolah menengah melalui guru”.
Hal ini bisa diperkuat oleh survey Lembaga Kajian Islam (LKI) dan Perdamaian
(LAKIP), yang dipimpin oleh Prof. Dr. Bambang Pranowo, yang juga guru besar
di sosiologi Islam di UIN Jakarta, pada oktober 2010 hingga januari 2011,
mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju tindakan radikal.
Data itu menyebutkan 25% siswa dan 21% guru menyatakan pancasila
tidak relevan lagi. Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan
penerapan syariat Islam di Indonesia. Jumlah yang menyatakan setuju dengan
kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52,3% siswa dan 14,2%
membenarkan serangan bom.
Penelitian ini menunjukkan peran penting guru Pendidikan Agama Islam
di sekolah umum karena beberapa alasan:
Pertama, kurikulum Pendidikan Agama Islam beserta standar isi dan
kompetensinya sangat dipengaruhi oleh kecenderungan paham yang diajarkan
3Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Rekonstruksi Pemikiran Islam Menuju Gerakan Islam Modern, (terj) oleh Salafuddin Abu Sayyid dan Jasiman, (Solo: Era Intermedika, 2000), h. 191.
3
oleh para guru kepada para siswa. Oleh karenanya, guru dituntut dapat
mengajarkan islam dengan cara yang tidak mendorong peserta didik untuk
menjadi radikal.
Kedua, siswa/siswi SMA yang tidak memiliki background pendidikan
agama (pesantren) sangat mudah terpengaruh oleh model-model islam harfiah
yang diajarkan oleh guru atau ustad mereka.
Ketiga, pihak sekolah dan guru perlu meningkatkan kemampuan untuk
deteksi dini (early warning) peserta didik yang mulai “menyimpang” dari
keumuman paham keislaman yang ada. Siswa siswi yang mulai “sok alim”
menyendiri atau eksklusif dengan kelompok sendiri, gampang mengharamkan dan
mengafirkan, mengikuti pengajian berhari-hari tanpa ijin, mengikuti pengajian
yang didalamnya ada baiat, fanatic, menyerang kelompok Islam lain, mulai berani
kepada guru dan orang tua, memiliki cita-cita jihad dan mendirikan negara Islam,
adalah sebagian kecil tanda-tanda yang harus diwaspadai oleh guru-guru
Pendidikan Agama Islam.
Disini peran guru sangat penting dalam mencegah radikalisme islam
disekolah karena guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang mampu
memberikan pengaruh terhadap pola pikir siswa siswinya, terutama sekali guru
pendidikan agama Islam, yang dipandang sebagi sosok yang sangat moderat
dalam menyampaikan ajaran agama Islam di sekolah. Pasalnya, dalam
permendikbud atau silabus yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang kemudian
dijadikan acuan dasar bagi guru Pendidikan Agama Islam, materi pengajaran tidak
mengandung radikalisme.
Pendidikan Islam yang memiliki fungsi sebagai media pembentukan
akhlaq, etika, ataupun karakter peserta didik dapat dijadikan sebagai alternatif
solusi untuk mencegah bahkan menghilangkan aksi-aksi terorisme yang muncul
sebagai akibat dari gerakan Radikalisme Islam. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan pembelajaran PAI berbasis pendidikan anti
terorisme di SMA.
Di Madrasah Aliyah Negeri I Kabupaten Gorontalo peneliti melakukan
observasi awal dengan mewawancarai salah seorang guru mata pelajaran
4
pendidikan agama Islam terkait dengan upaya guru dalam menanggulangi Paham
Radikalisme di sekolah. Untuk menanggulangi paham radikalisme di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, guru tersebut melakukan beberapa hal di
antaranya: Menumbuhkan rasa Nasionalisme kepada peserta didik dengan cara
membuat lomba desain vidio yang bertema cinta Tanah Air, memberikan arahan
agama atau siraman rohani saat apel pagi kepada peserta didik agar terhindar dari
taklik buta, serta memberitahukan kepada para pengasuh di asrama sekolah agar
memberikan bimbingan sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an
dan Hadis agar supaya pemikiran peserta didik tidak menyimpang baik agama
maupun terhadap Negara4
Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul “Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme
(Studi pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo)”
B. Fokus dan sub fokus penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, di kemukakan fokus
penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo dan yang
menjadi sub fokus adalah pengetahuan paham radikalisme, yang menjadi
narasumber adalah guru Pendidikan Agama Islam yang terdapat di sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apa pandangan guru pendidikan agama Islam terkait permasalahan paham
radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Gorontalo ?
2. Apa kendala guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham
radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten gorontalo ?
3. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi
paham radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo ?
4Ibu Nurmiaty S.Ag M.Pd., Guru MAN 1 Gorontalo, Wawancara, 25 Juli 2018
5
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini bertujuan mengetahui pandangan guru pendidikan agama
Islam terkait permasalahan paham radikalisme yang tersebar
dilingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.
b. Penelitian ini bertujuan mengetahui apa kendala guru pendidikan agama
Islam dalam menanggulangi paham radikalisme di Madrasah Aliyah
Negeri 1 kabupaten gorontalo.
c. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana upaya guru pendidikan
agama Islam dalam menanggulangi paham radikalisme di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai 2 kegunaan yaitu :
a. Secara teoritis, dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat
memunculkan ide alternative atau masukan untuk penelitian yang lebih
luas dalam dunia pendidikan khususnya tentang paham radikalisme.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
keilmuan para akademisi pendidikan, yang dijadikan tambahan
pengetahuan tentang Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo.
6
E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional
1. Pengertian Judul
Untuk menghindari kekiliruan dalam memahami judul penelitian ini, maka
penulis memberikan pengertian judul sebagai berikut:
a. Upaya adalah kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran
untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (perbuatan , prakarsa, iktiar daya
upaya) untuk mencapai sesuatu.
b. Guru pendidikan agama Islam yang di maksud disini adalah mendidik
dalam bidang keagamaan, merupakan taraf pencapaian yang diinginkan
atau hasil yang telah diperoleh dalam menjalankan pengajaran
pendidikan agama Islam baik di tingkat dasar,menengah atau perguruan
tinggi.
c. Paham Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menuntut
perubahan dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara
kekerasan. Secara bahasa kata Radikalisme berasal dari bahasa Latin,
yaitu kata “radix” yang artinya akar. Esensi dari radikalisme adalah sikap
jiwa dalam mengusung perubahan.5
2. Definisi Operasional
Berdasarkan pengertian di atas diberi definisi bahwa upaya guru
pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham radikalisme adalah
kegiatan guru pendidikan agama Islam untuk mencegah suatu pemahaman atau
suatu aliran yang ingin melakukan perubahan atau suatu pembaharuan terhadap
soasial dan politik dengan cara menggunakan kekerasan atau ektrim.
Guru Pendidikan Agama Islam: yang di maksud disini adalah mendidik
dalam bidang keagamaan, merupakan taraf pencapaian yang diinginkan atau
hasil yang telah diperoleh dalam menjalankan pengajaran pendidikan agama
islam baik di tingkat dasar, menengah atau perguruan tinggi.6
5Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 919. 6 Ibid., h. 854.
7
Radikalime: suatu pemahaman atau suatu aliran yang ingin melakukan
perubahan atau suatu pembaharuan terhadap soasial dan politik dengan cara
menggunakan kekerasan atau ektrim.
Paham radikal seperti ini dapat berkembang secara demokratis, dan
menggunakan teror. Dengan demikian radikalisme adalah paham radikal
yang memiliki idiologi dan mazhab pemikiran. Seseorang dapat terpengaruh
menjadi paham radikal dan memilki paham radikal (Radikalisme)
tergantung dengan lingkungan sekitarnya.
3. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini,sebelumnya peneliti menelaah beberapa hasil
skripsi yang terkait dengan apa yang peneliti akan dipaparkan skripsi ini
nantinya. Adapun skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran
umum tentang sasaran yang akan di sajikan dalam skripsi ini dengan melihat
posisi yang telah ada yang nantinya akan menghindarkan kesamaan dari skripsi
yang telah ada sebelumnya. Sehubungan dengan ini, ada beberapa skripsi yang
secara langsung berkaitan dengan pembahasan skripsi ini di antaranya :
Pertama: Abdul Munip Jurusan Pendidikan Agama Islam Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yokyakarta, dengan judul mengenal
Radikalisme Agama Di Sekolah. Hasil dari jurnal tersebut menunjukan bahwa
pengaruh radikalisme agama sudah ada di depan mata, perlu segera di
waspadai. Perlu adanya kerjasama yang erat antara berbagai elemen seperti
kepala sekola, guru, siswa, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar agar
paham-paham radikalisme tidak tumbu subur disekolah.7
Kedua: Khamami zada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan judul Radikalisme Dalam Paham Keagamaan
Guru Dan Mata Pelajaran Fiqh Di Madrasah Aliyah. Hasil jurnal tersebut
menunjukan bahwa paham radikalisme yang berpotensi masuk kedalam
madrasah, khususnya dalam mata pelajaran fiqh tidak terbukti.karena tidak
ditemukan paham intoleran dan radikal dalam SKKD, buku ajar,dan
7Abdul Munip “Mengenal Radikalisme Agama di Sekolah”, Jurnal Jurusan Pendidikan
Agama Islam Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kali Jaga Yokyakrta. V. 01.
8
pemahaman guru-guru fiqih MA. Melainkan sekedar pembatasan hak-hak non
muslim.8
Ketiga: Erizal Syaputra jurusan pendidikan islam pascasarjana UIN sunan
kalijaga yokyakarta, dengan judul Peran Rohis Dalam Membendung Faham
(Radikalisme di SMA). Kecamatan Kanan, Aceh Singkil. Hasil dari tesis
tersebut menunjukan bahwa rohis sma negri 01 simpang kanan bisa dikatakan
bersih dari ancaman-ancaman paham radikalisme ataupun paham keagamaan
yang ekstrim.
Hal ini terlihat dari ketegasan pembina rohis untuk menagkal dan
melarang organisasi tersebut untuk mendapat celah masuk baik secara terbuka
maupun menyeludup masuk dalam pengarunya.9 Meskipun sudah banyak
jurnal dan tesis yang membahas tentang paham radikalisme, namun terdapat
perbedaan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan, sehingganya untuk
menjaga kesamaan dalam penelitian maka dari itu peneliti akan membahas
tentang Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham
Radikalisme (Survey Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kabupaten Gorontalo)
8Khamami Zada “Radikalisme dalam paham keagamaan guru dan mata pelajaran fiqh di
madrasah aliyah, Jurnal Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. v. 2. 9Erizal Syaputra “Peran rohis dalam membandung paham radikal di SMA 01 kecamatan
kanan, aceh singki”, Tesis Jurusan Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Kali Jaga Yokyakarta, h. 105.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Guru
Guru dituntut untuk memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta
kesehatan jasmani dan rohani. Bila merujuk pada tujuan pendidikan nasional yang
bermaktub dalam pembukaan UUD 1945, maka guru bertanggung jawab dalam
membentuk manusia yang beriman, bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung
jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.
Guru adalah seseorang yang akan ditiru dan diguguh yang artinya segala
perbuatan juga tingkah laku secara otomatis akan di ikut oleh anak didik bahkan
akan menjadi tolok ukur penilaian tersendiri. Menjadi seorang guru bukan hanya
sekedar mangajar saja namun juag akan menjadi suri tauladan yang baik
akhlaknya.1
Menjadi seorang guru tidak lah mudah, membutuhkan wawasan yang luas
dan memiliki karakter yang dapat di tiru atau di contoh bagi para peserta didik,
sebagaimana yang yang dikemukakan oleh Djamarah “Guru merupakan semua
orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina
peserta didik, baik secara individual (sendiri), secara kelompok, maupun klasikal
disekolah, bahkan di luar lingkungan sekolah dengan memanfaatkan informasi
dengan para orang tua dari peserta didik.Selain itu, guru juga sangat berperan
dalam menjadikan peserta didik menjadi anak yang berguna bagi Nusa, Bangsa
dan yang paing penting adalah Agama”.2
1Muh. Arif, Profesi Kependidikan Pedoman dan acuan Guru mencintai Profesinya, (Cet.
1, Gorontalo; Sultan Amai Pres, 2012), h. 2. 2Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo, Najamuddin Petta Solong, Teori Variabel
Keguruandan Pengukurannya, (Cet. 1, Gorontalo; Sultan Amai Press, 2014), h. 2.
10
Sebagaimana di katakan Imran, guru adalah jabatan propesi yang
memerlukan keahlian khusus di bidangnya dan tugas utamanya adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa
pendidikan pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
menengah.
Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah
seseorang yang akan ditiru dan diguguh yang bertanggung jawab dalam
membentuk manusia yang beriman, bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung
jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, Pendidikan adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap peserta didik dengan
tujuan membimbing kearah yang lebih sempurna yakni dengan menggunakan
sarana atau alat belajar berupa media pembelajaran dan berlangsung pada suatu
tertentu.3
Pengertian pendidikan Islam sebagaimana yang di kemukakakan oleh
Ahmad Tafsir ialah; Pendidikan Islam merupakan bimbingan yang diberikan
oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.
Ilmu pendidikan Islam dapat juga diartikan sebagai studi tentang proses
kependidikan yang didasrkan kepada al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad
saw. Ilmu Pendidikan Islam akan menerima pengaruh yang luas dari berbagai
disiplin ilmu yang sesuai dan terus berkembanag yaitu; ilmu psikologi, filsafat,
sejarah, sosiologi, kebudayaan, politik, hukum dan lainnya.
Selain itu, Ilmu pendidikan Islam tidak memiliki karakter yang sekuler
sebagaimana yang terdapat dalam budaya barat. Kata “Islam” yang berada di
belakang kata “Ilmu Pendidikan” selain menjadi sumber motivasi, inspirasi,
3Muh. Arif dan Munirah, Ilmu Pendidikan Islam, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2013), h. 1.
11
sublimasi, dan itergrasi bagi pengembangan ilmu pendidikan, dan sekaligus
menjadi karakter dari ilmu pendidikan Islam itu sendiri.
2. Landasan Pendidikan Islam
a. Landasan Al-Qur’an dan Hadis
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya
adalah Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah. Kedua sumber tersebut, para
intelektual muslim kemudian menegmbangkannyadan mengklasifikasinya
ke dalam dua bagian yaitu; pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan
dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan
amal nyata. Oleh karena itu pendidikantermasuk amal nyata, maka
pendidikan tercakup dalam bidang syariah.Sehubungan dengan pendidikan
terdapat beberapa ayat di dalam Al-Qur’an. Hal ini dapat di lihat dalam Q,S
al-Alaq; 1-54
رأابسم ربك الذي خلق. خلق ربك االكرم. الذي علم اب االنسان من علق. اقـرأو اقـ
.لقلم.علم االنسان مامل يـعلم
Terjemahnya:
Bacalah dengan (menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang
Maha Mulia.Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Salah satu ayat Pendidikan dalam al-Qur’an ada pun hadis pendidikan
sebagai berikut; Dari Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
bersabda; “Barang siapa yang menempuh jalan menuntt ilmu akan
dimudahkan Allah jalan untuknya ke surge”.(HR, Muslim, At-Trimidzi,
Ahmad dan Al-Baihaqi)5
4Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci al- Qur’an, 2014), h. 597. 5Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Azmah, 2012), h. 23.
12
Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat memperngaruhinya. Karena
itulah pendidikan Islam berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk
dan mengembangkan, serta memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan
Islam yang dicapai.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah Ilmu, yang mempunyai ruang lingkup yang begitu
luas karena di dalamnya terdapat aspek yang ikut terlibat, baik secara
langsung maupun tidak secara langsung. Berikut adalah ruang lingkup
pendidikan Islam Adalah: 1) Perbuatan mendidik; 2) Adanya Perserta didik;
3) Adanya dasar dan tujuan; 4) Adanya Pendidik; 5) Adanya materi
pendidikan; 6) adanya metode pendidikan; 7) Adanya alat pendidikan; 8)
Adanya evaluasi pendidikan; 9) Adanya lingkungan pendidikan6
C. Kajian Konseptual Radikalisme
1. Hakikat Radikalisme
Seperti kita ketahui bersama bahwa Radikal berasal dari bahasa latin
(radix) yang artinya akar. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata radical dapat
bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra dan fundamental.7
Sedangkan radicalism artinya adalah doktrin atau suatu ajaran yang harus
di jalankan bagi setiap pengikutnya, baik di kerjakan secara baik-baik maupun
dengan cara yang ekstrim, untuk mencapai suatu tujuan yang di inginkan sesuai
dengan pemahaman atau idiologi mereka.8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang di maksud dengan
paham radikalisme radikalisme dapat di artikan sebagai paham atau aliran
yang menginginkan terjadinya suatu perubahan baik dengan cara kekerasan
atau ekstrim.9
6 Muh. Arif dan Munirah, Ilmu Pendidikan Islam, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2013),
h. 19 7A.S.Hornby, oxford Advenced, Dictionary of current English, (UK: Oxford university
press, 2000), h. 691. 8Nuhrison M. Nuh, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan Islam Radikal
di Indonesi, (HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol VIII Juli-September 2009), h. 36.
9Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 354.
13
Selain itu sebagaimana yang di kemukakan oleh Sartono Kartodirdjo
bahwa yang di maksud dengan radikalisme yaitu: Sebagai gerakan sosial yang
menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai
oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan
kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa salian itu
Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan.10
Dalam ruang lingkup keagamaan, paham radikalisme merupakan gerakan-
gerakan keagamaan yang ingin berusaha merombak secara total tatanan sosial,
politik yang berlaku di suatu daerah dengan cara baik dengan cara halu
maupung menggunakan kekerasan.
Ada lima ciri Sebagaimana gerakan radikalisme menurut Rubaidi:
Pertama, menjadikan Islam sebagai suatu ideologi final dalam mengatur
kehidupan secara individual dan juga politik ketatanegaraan dalam suatu
negara.
Kedua, nilai-nilai Islam yang dianut oleh pahama radikalisme mengadopsi
sumbernya ditimur tengah secara apa adanya tanpa memikirkan
perkembangan sosial dan politik, ketika Al-Quran dan Hadis hadir dimuka
bumi ini dengan realitas lokal kekinian.
Ketiga, karena perhatian lebih terfokus pada teks Al-Quran dan Hadis,
maka purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non
asal Islam (budaya timur tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi
lokal karena khawatir mencampuri Islam dengan bidah.
Keempat, menolak segala macam ideologi non-timur tengah termasuk
ideologi yang di milki oleh barat barat, seperti demokrasi, sekularisme dan
liberalism. Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus merujuk pada
Al-Qur’an dan Hadis.
Kelima, gerakan kelompok ini sering bersebrangan dengan masyarakat luas
termasuk pemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi suatu gesekan
10Sartono Kartodirdjo, Ratu Adi, (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), h. 38.
14
ideologis bahkan samapi ke fisik dengan kelompok lain, termasuk
menentang pemerintah pemerintah.11
2. Ciri-ciri Radikalisme
Mengenai ciri-ciri radikalisme, menurut Yusuf Al-Qardhawi sebagaimana
dikutip oleh Irwan Masduqi diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, Selalu mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan
kelompok lain yang tak sependapat dengan mereka. Maksudnya apabila
ada kelompok lain tidak sependapat dengan idiologi atau pemahaman yang
mereka miliki maka mereka akan menganggap pemahaman itu salah atau
tidak benar. Padahal Klaim kebenaran tidak dapat di benarkan karena
manusia hanya memiliki kebenaran yang relatif dan hanya Allah swt yang
tahu kebenaran absolut. Oleh sebab itu, jika ada kelompok yang merasa
benar sendiri maka secara langsung mereka telah bertindak melampaui
batas atau merebut otoritas Allah swt.
Kedua, Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional
dalam berdakwah. Ketiga, kelompok radikal kebanyakan berlebihan dalam
beragama yang tidak pada tempatnya, sehingga dapat dengan mudah
membenci seseorang yang berbeda pemahaman dengan dengan mereka.12
3. Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme
Sebagaimana yang di katakan Yusuf al-Qardawi bahwa radikalisme
disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
a. Pengetahuan agama yang setengah-setengah melalui proses belajar
yang doktriner. sering memberikan klaim kebenaran tunggal dan
menyalahkan kelompok lain yang tak sependapat. Klaim kebenaran
selalu muncul dari kalangan yang seakan- akan mereka tidak pernah
melakukan kesalahan, padahal mereka hanya manusia biasa. Klaim
kebenaran tidak dapat dibenarkan karena manusia hanya memiliki
11 A.Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan Moderatisme Islam di
Indonesia, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007), h. 33. 12 Irwan Masduqi, Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren,
(Jurnal Pendidikan Islam, Volume I, Nomor 2, Desember 2012), hlm. 2.
15
kebenaran yang relative dan hanya Allah swt yang mengerti
kebenaran absolut.
b. Literal dalam memahami teks-teks agama sehingga kalangan
radikalhanya memahami Islam dari kulitnya saja tetapi minim
wawasan tentang esensi agama. Radikalisme mempersulit agama
Islam yang sejatinya ringan dengan menganggap ibadah sunnah
seakan-akan wajib dan makruh seakan- akan haram. Radikalisme
dicirikan dengan perilaku beragama yang lebih memprioritaskan
persoalan-persoalan sekunder dan mengesampingkan yang primer.
c. Tersibukkan oleh masalah-masalah sekunder seperti menggerak-
gerakkan jari ketika tasyahud, memanjangkan jenggot, dan
meninggikan celana sembari melupakan masalah-masalah primer.
kelompok radikal mayoritas berlebihan dalam beragama yang titik
pada tempatnya. Dalam berdakwah, mereka mengesampingkan
metode gradual yang digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah yang
mereka sampaikan justru membuat umat Islam yang masih awam
merasa keberatan dan ketakutan.
d. Berlebihan dalam mengharamkan banyak hal yang justru
memberatkan umat. kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara
dan emosional dalam berdakwah. Ciri-ciri dakwah seperti ini
sangat bertolakbelakang dengan kesantunan dan kelembutan dakwah
Nabi Muhammad saw.
e. Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa
mereka sering bertentangan dengan kemaslahatan umat, akal sehat,dan
semangat zaman. kelompok radikal mudah berburuk sangka kepada
orang lain di luar golongannya. Mereka senantiasa memandang orang
lain hanya dari aspek negatifnya dan mengabaikan aspek positifnya.
Hal ini seyogyanya harus dijauhi oleh umat Islam, sebab pangkal
radikalisme adalah berburuk sangka pada orang lain. Kelompok
16
radikal sering tampak merasa suci dan menganggap kelompok lain
bid‟ah dan sesat.13
f. Perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik
ditengah-tengah masyarakat. Mudah mengkafirkan orang lain yang
berbeda pendapat. Kelompok ini mengkafirkan orang lain yang
berbuat maksiat, mengkafirkan pemerintah yang menganut
demokrasi, mengkafirkan rakyat yang rela terhadap penerapan
demokrasi, mengkafirkan umat Islam di Indonesia yang menjunjung
tradisi lokal, dan mengkafirkan semua orang yang berbeda
pandangan dengan mereka sebab mereka yakin bahwa pendapat
mereka adalah pendapat Allah.
Radikalisme tidak jarang muncul sebagaiekspresi rasa frustasi dan
pemberontakan terhadap ketidakadilansosial yang disebabkan oleh mandulnya
kinerja lembaga hukum.Kegagalan pemerintah dalam menegakkan keadilan
akhirnya di respon oleh kalangan radikal dengan tuntutan penerapan syari’at
Islam.
4. Salah satu Aliran yang tergolong Radikal
A. Khawarij
Berdasarkan fakta-fakta yang terdapat dalam sejarah, kita dapat dijumpai
adanya beberapa aliran-aliran atau kelompok-kelompok dalam Islam yang
berfaham fundamentalisme, walaupun tidak sepenuhnya muncul sebagai
reaksi terhadap modernisme. Dalam bidang teologi misalanya, dapat dijumpai
ada aliran khawarij. Kelompok ini muncul sebagai reaksi terhadap sikap dari
khalīfah Ali bin Abī Tālib dan Mu’awiyah bin abi sofyan pada peristiwa
arbitrase, yang berakhir dengan kekaklahan dari pihak Ali Bin Abi Talib dan
kemenangan dari pihak Mua’wiyah. peristiwa itu tidak dapat diterima oleh
sekelompok orang yang terlibat dalam peperangan tersebut, pada akhiranya
13Ibid., h. 3.
17
mereka memisahkan diri dan membentuk suatu aliran yang di kenal dengan
Khawarij.14
B. Dokrin Ajaran Khawarij
a. Seorang Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh
umatislam.
b. Seorang Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab.
c. Orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat.
d. Setiap Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan adil
dan dapat menjalankan syariat Islam. Ia jabatannya dapat di cabut bahkan
dibunuh jika melakukan suatu kezaliman.
e. Seorang Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) dianggap
sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a.
dianggap sah
f. Setiap Khalifah Ali juga sah, akan tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di
anggap menyeleweng
g. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari juga
dianggap menyeleweng dan telah menjadi orang kafir
h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali dianggap kafir
i. Seseorang yang memilki dosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya
harus dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi
muslim (kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah
dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan
pula
j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan mereka. Apabila
tidak mau bergabung, maka wajib diperangi karena hidup dalam dar al
harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada
dalam dar al islam (Negara islam)
k. Seseorang wajib menghindar dari pimpinan yang menyeleweng
14 Harun Nasution, Teologi Islam, (Cet. I ; Jakarta: UI Press, 1972), h. 11.
18
l. Memililki pemahaman wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk
surga, sedangkan yang jahat harus masuk kedalam neraka)
m. Wajib melakukan amar makruf nahi mungkar
n. Mereka memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat
(samar-samar)
o. Al- Qur’an di anggap adalah makhluk
p. Manusia bebas melakukan perbuatannya bukan dari Tuhan.15
Dengan menerapkan aturan syari’at mereka merasa dapat mematuhi
perintah agama dalam rangka menegakkan keadilan. Namun, tuntutan
penerapan syariah sering diabaikan oleh negara-negarasekular sehingga mereka
frustasi dan akhirnya memilih caracarakekerasan.16
Selain itu adapun menurut Zada Khammami, kemunculan radikalisme
Agama (Islam Radikal) di Indonesia ditengarai oleh dua faktor: Pertama,
faktor internal dari dalam umat Islam sendiri. Faktor ini terjadi karenaadanya
penyimpangan norma-norma agama. Kehidupan sekuler dalam kehidupan
masyarakat mendorong mereka untuk kembali pada otentitas (fundamen)
Islam.
Faktor ini ditopang dengan pemahaman agama yangtotalistic (kaffah) dan
formalistik yang bersikap kaku dalam memahamiteks-teks agama.Kajian
terhadapa agama hanya dipandang dari satu arahyaitu tekstual, tidak melihat
dari faktor lain, sehingga tindakan-tindakanyang mereka lakukan harus
merujuk pada perilaku Nabi secara literal. Kedua, faktor eksternal di luar umat
Islam yang mendukung terhadappenerapan syari`at Islam dalam sendi-sendi
kehidupan.17
Adanya radikalisme keagamaan sebenarnya merupakan fenomena yang
biasa terjadi didalam agama apapun, radikalisme sangat berkaitan dengan
fundamentalisme yang ditandai kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar
15 Syed Amir Ali, The Spirit Of Islam, Terjemahan H.B. Yasin, Bulan Bintang, cet. III; Jakarta), h. 228.
16Yusuf Al-Qardhawi, Al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tattarruf, (Cairo: Bank al- Taqwa, 1406 H), h. 59.
17Zada Khammami, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2002), h. 7.
19
agama, fundamentalisme akan memnculkan radikalisme ketika kebebasan
untuk kembali keagama dihalangi oleh situasi sosialpolitik yang mengelilingi
masyarakat. Fenomena ini akan menimbulkan konflik bahkan kekerasan antar
dua kelompok yang berhadapan.18
D. Radikalisme Pada Pendidikan
Para pendukung faham radikalisme Islam menggunakan berbagai sarana
dan media untuk menyebarluaskan paham mereka, termasuk melalui
pendidikan formal. Upaya diseminasi paham radikal dilakukan baik dalam
rangka pengkaderan internal anggota maupun untuk kepentingan sosialisasi
kepada masyarakat luas. Berikut merupakan beberapa sarana yang digunakan
untuk menyebarluaskan paham radikalisme.19
a. Melalui pengkaderan organisasi. Pengkaderan organisasi adalah
pembinaan terhadap anggota dan atau calon anggota dari organisasi
pengusung radikalisme. Bentuk pengkaderan ini dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok, dilakukan secara kelompok melalui yang
sering disebut dengan pencucian otak (brainwashing).
b. Melalui penerbitan majalah, buletin, dan booklet. Penyebaran ideologi
radikalisme juga dilakukan melalui majalah dan buletin. Seringkali
majalah atau buletin yang beredar memberikan kesan Islami dan
nuansa religious, sehingga banyak orang tertarik untuk membaca dan
mempelajarinya.
c. Melalui penerbitan buku-buku. Paham radikalisme juga disebarkan melalui
buku-buku, baik terjemahan maupun tulisan mereka sendiri.
d. Memanfaatkan masjid-masjid yang berhasil “dikuasai”. Kelompok
Islam radikal juga sangat lihai memanfaatkan masjid yang kurang “diurus”
oleh masyarakat sekitar. Paham radikal disebarkan melalui kegiatan-
kegiatan dakwah di masjid
e. Melalui internet, selain menggunakan media kertas, kelompok radikal juga
18Endang Turmudzi dkk, Islam dan Radikalisme di Indoneesia, (Jakarta: LIPI Press,
2004), H. 5. 19Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, (Jurnal Pendidikan Islam.
Vol. I. No. 2. Desember 2014), h. 165
20
memanfaatkan dunia maya untuk menyebarluaskan buku-buku dan
infromasi tentang jihad.
f. Melalui lembaga pendidikan. Sekolah atau kampus menjadi salah satu
target penyebaran paham radikal. Dipilihnya pemuda adalah rasa
keingintahuan mereka yang cukup besar untuk memahami sesuatu. Ketika
keinginan itu ada, apapun jalan dan caranya akan dilakukan. Keadaan
seperti inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk
mengajak mereka dalam diskusi serta kegiatan kelompok radikal20
E. Radikalisme di Sekolah
Kecenderungan radikalisme Islam di Indonesia terus merambah ke jantung
pendidikan Islam. Di sinilah disemai kader-kader baru yang militan yang dapat
menjadi generasi handal dalam melakukan proses mempengaruhi
kehidupan sosial masyarakat kenegaraan. Hal demikian berlangsung cukup
lama, karena ideologi yang disebarkan di sekolah dibungkus dengan perilaku
Islam yang santun, sehingga dipandang oleh guru justru membanggakan.
Dalam konteks inilah, pendidikan Islam sebagai media pembebasan umat
dihadapkan pada tantangan bagaimana mengembangkan moderatisme
sehingga pada gilirannya di dalam masyarakat akan tumbuh pemahaman yang
inklusif. Tertanamnya kesadaran keagamaan yang moderat di masyarakat, akan
menghasilkan corak paradigma beragama yang hanif dan toleran 21. Ini semua
harus dikerjakan pada level bagaimana membawa pendidikan Islam ke dalam
paradigma yang toleran dan humanis.
20 Taslim Syahlan, Menangkal Gerakan Radikalisme Islam Melalui Sekolah, (Magistra,
Vol. 6, No.2, Oktober 2015). 21 Zada Khamami, Radikalisme di Jantung Pendidikan Islam, (Edukasi Jurnal Penelitian)
21
Fenomena masuknya paham radikalisme Islam ke sekolah tentu perlu
segera diambil langkah-langkah penanggulan dan pencegahannya. Beberapa
upaya yang bisa ditempuh yaitu:22
a. Memberikan penjelasan tentang Islam secara memadai. Misi ajaran Islam yang
sebenarnya sangat mulia dan luhur seringkali justru mengalami distori
akibat pemahaman yang keliru terhadap beberapa aspek ajaran Islam yang
berpotensi menimbulkan paham radikalisme. Beberapa diantaranya adalah:
1) Penjelasan tentang jihad. Jihad adalah konsep ajaran Islam yang paling
sering menimbulkan kontrovesi di kalangan umat. Bagi kaum radikalis,
jihad selalu bemakna peperangan atau perjuangan dengan mengangkat
senjata.
2) Penjelasan tentang toleransi. Ajaran Islam sebenarnya sangat sarat dengan
nilai-nilai toleransi. Namun, toleransi sering difahami secara sempit
sehingga tidak mampu menjadi lem perekat intra dan antar umat beragama.
3) Pengenalan tentang hubungan ajaran Islam dengan kearifan lokal.
Memahami Islam tidak bisa dicerabut dari akar sosio-historis dimana
Islam berada. Keberadaan Islam di Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari
kondisi soiso-historis masyarakat Indonesia yang juga telah memiliki
kearifan lokal. Dengan pemahaman tersebut, Islam bisa diterima dan
hidup secara berdampingan dengan tradisi lokal yang sudah mengalami
proses Islamisasi.
b. Mengedepankan dialog dalam pembelajaran agama Islam. Pembelajaran
Agama Islam yang mengedepankan indoktrinasi paham tertentu dengan
mengesampingkan paham yang lain hanya akan membuat para siswa
memiliki sikap eksklusif yang pada gilirannya kurang menghargai keberadaan
yang lain. Sudah saatnya para guru PAI membekali dirinya dengan
pemahaman yang luas dan lintas madzhab sehingga mampu memenuhi
kehausan spiritual siswa dengan pencerahan yang bersendikan kedamaian dan
kesejukan ajaran Islam.
22Ibid. , h.174
22
c. Pemantauan terhadap kegiatan dan materi mentoring keagamaan. Jika guru
PAI tidak melakukan pendampingan dan monitoring, dikhawatirkan terjadi
pembelokan dalam kegiatan-kegiatan siswa.
d. Pengenalan dan penerapan pendidikan multicultural. Pendidikan
multikultural pada dasarnya adalah konsep dan praktek pendidikan yang
mengedepankan nilai-nilai persamaan tanpa melihat adanya perbedaan latar
belakang budaya, sosial-ekonomi, etnis, agama, dan gender.
F. Upaya Guru PAI dalam Menanggulangi Paham Radikalisme
Berdasarkan kajian teori yang di kemukakan oleh sejumlah ahli, yang di
maksud dengan upaya guru pai dalam menanggulangi paham radikalisme adalah
suatu pola yang terbentuk berdasarkan sebagai berikut:
1. Radikalisme di Kalangan Sekolah
Radikalisme di kalangan sekolah bisa terjadi karena ada ciri-ciri
radikalisme yang terdapat dalam buku-buku Pendidikan Agama Islam. Oleh
karena itu, upaya guru Pendidikan Agama Islam di sini adalah untuk
memberi umpan balik kepada peserta didik, seperti memberikan bimbingan
terkait dengan keaagamaan agar supaya peserta didik tidak terjerumus ke
paham radikal. agar materi-materi Pendidikan Agama Islam tidak
bermuatan radikal.
2. Evaluasi Setiap Bahan Ajar
Meyeleksi setiap materi atau bahan ajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam, untuk mengantisipasi atau mencegah masuknya materi-materi yang
bisa menjerumuskan para peserta didik ke dalam paham radikalisme,
khususnya guru pendidikan agama Islam harus berhati-hati-hati dalam
memberikan reverensi terhadap peserta didik agar supaya peserta didik
mampu membedakan mana yang paham radikal dan yang mana yang bukan
paham radikal.
3. Melakukan bimbingan kepada peserta didik
Setiap guru wajib memberikan bimbingan terhdap perserta didik, ini semua
di lakukan untuk menjaga atau memantau perkembangan peserta didik di
lingkungan sekolah agar terhindar dari paham radikalisme. Untuk itu
23
sebagai seorang guru khususnya guru pendidikan agama Islam wajib
memberikan siraman rohani terhdap para peserta didik agar terhindar dari
paham radikalisme.
4. Kerja Sama dengan Orang Tua
Di harapkan setiap guru harus menjalin kerja sama dengan orang tua
peserta didik, ini semua di lakukan untuk upaya memantau perkembangan dari
peserta didik, khususnya guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan
penting dalam proses mendidik di bidang keagamaan. Untuk itu agar terhindar
dari paham radikalisme guru pendidikan agama Islam harus selalu memantau
perkembangan dari peserta didik, baik di lingkunag sekolah maupun di
lingkungan rumah dari peserta didik. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh
Rubaidi seperti yang dikutip Abdul Munip dalam tulisannya menguraikan ciri
gerakan radikalisme.23
23Abdul Munip. Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, (Jurnal Pendidikan Islam.
Vol. I. No. 2. Desember 2014. h.165)
27
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan
pendekatan kualitatif. Kirk dan Miller mengemukakan penelitian kualitatif
sebagai suatu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.1
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam
Madrasah Aliya Negeri 1 kabupaten Gorontalo. Dalam hal ini guru
agama adalah sumber utama untuk mengetahui bagaimana upaya guru
Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi paham Radikalisme.
2. Peserta didik Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo sebagai
subyek yang akan diamati dalam kesehariannya.
3. Objek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya
guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham
radikalisme.
D. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
peneliti akan menggunakan tehnik wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden (orang yang merespon/menjawab
pertanyaanpertanyaan dari peneliti). Apabila peneliti menggunakan teknik
observasi, maka sumber datanya berupa benda gerak/proses sesuatu.2Apabila
peneliti menggunakan tehnik dokumentasi, maka catatan (data) yang diperoleh.
menjadi sumber data. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian
1Lexy J moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 4.
2Ibid., h. 108.
27
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumentasi dan lain-lain.
1. Sumber Tertulis
Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber
dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmis.
a. Foto
Di era globalisasi yang makin canggih ini fot lebih banyak dipakai
sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai
dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskritif yang cukup
berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan
hasilnya sering dianalisis secara induktif.3
b. Data statistika
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistika yang telah
tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya.Statistika
misalnya dapat membantu menberi gambaran tentang
kecenderungansubjek pada latar belakangan.
Adapun data menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa sumber
data dibagi menjadi tiga macam, yakni:
1. Person
Sumber data yang berupa orang, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum,
guru, komite sekolah dan lain-lain.
2. Place
Sumber data yang berupa tempat (sarana dan prasarana) yang ada di
Lingkungan sekolah Madarasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo
3Ibid., h. 109.
28
E. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara
penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
metode dalam pengumpulan data sebagai berikut:4
1. Metode Observasi (pengamatan)
Dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera
lainnya. Marshall menyatakan bahwa, “Through observation, the researcherlearn
about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi,
penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.Adapun observasi
yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis observasi partisipasif.
Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.Sambil melakukan
pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dalam
metode observasi ini penulis tidak hanya mengamati obyek studi tetapi juga mencatat
hal-hal yang terdapat pada obyek tersebut. Selain itu metode ini penulis gunakan
untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara universal dari obyek
penelitian, yakni letak geografis/lokasi sekolah, kondisi sarana dan prasarana, struktur
organisasi yang ada di sekolah Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gorontalo
Metode Wawancara (Interview).
Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara
dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara.5
4Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),
h.142. 5Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 310.
29
Dalam menggunakan metode ini peneliti mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan
tentang hal-hal yang akan ditanyakan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan
untuk mencari data tentang upaya guru pendidikaan agama islam dalam
menanggulangi paham radikalisme dalam meningkatkan berpikir logis siswa
madrasah aliya negeri I Kabupaten Gorontalo yang kemudian satu per-satu di
perdalam dan mengoreknya lebih lanjut.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menelusuri data historis.6 Adapun metode dokumen yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah buku-buku, catatan-catatan, majalah-majalah, surat kabar,
internet, koran, transkrip nilai yang berhubungan langsung dengan penelitian
dalam skripsi ini yaitu tentang upaya guru pendidikan agama islam dalam
menaggulangi paham radikallisme dalam meningkatkan berpikir logis siswa di
sekolah Madrasah Aliya Negeri I Kabupaten Gotontalo.
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya
mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.7
Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang
6Burhan Bungin, Metodologi…, 133. 7Lexy J. Moleong, Metode. h. 248.
30
berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.8
2. Display Data
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar
data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan yang tepat.9
3. Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulansimpulan
sementara.Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali
(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya
kearah simpulan yang mantap.Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan
simpulan tentative yang masih perlu disempurnakan.Setelah data masuk terus
menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat
simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas.Simpulan adalah intisari dari
temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang
berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.10
Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan
penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah
ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu mengetahui
kredibilitasnya dengan menggunakan teknik perpanjangan kehadiran peniliti di
lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan
teori) dan pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat
8Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
UNESA University Press, 2007), h. 32. 9Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h ,194. 10Ibid., h. 34.
31
atau tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability), ketergantungan pada
konteksnya (dependability) dan dapat tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya
(confirmability).
Jadi, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan
harus memenuhi; (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar
agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat
dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan
keputusan-keputusannya.11
1. Perpanjangan Keikustsertakan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada penelitian dilapangan. Perpanjangan
keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sapai kejenuhan
pengumpulan data tercapai.Jika hal tersebut.12dilakukan maka akan membatasi:
a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
b. Membatasi kekeliruan (biases) penelitian.
c. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative.
Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai pengaruh dan mencari apa yang
dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.
Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan
rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian
ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemerikasaan
11Lexy J. Moleong, Metode..., h. 320. 12Ibid., h. 327.
32
tahap awal tempak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami
dengan cara yang biasa.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sember lainnya.
Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3) membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prespektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
H. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Pra-lapangan
Dalam tahap pra-lapangan, ada beberapa tahap kegiatan yang telah peneliti
siapkan demi lancarnya proses penelitian dilapangan. Tahapantahapan tersebut
yaitu:
a. Menyusun Rancangan Penelitian
b. Menyusun Rancangan Penelitian
c. Mengurus Perizinan
d. Menjajaki dan Menilai Lapangan
e. Memilih dan Memanfaatkan Informan
f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
g. Persoalan Etika Penelitian
33
2. Tahap Pekerjaan Lapangan.
Di dalam tahap pekerjaan lapangan atau proses di lapangan nantinya, maka
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
1. Pembatasan Latar dan Peneliti.
2. Penampilan
3. Pengenalan Hubungan Peneliti di Lapangan
4. Jumlah Waktu Studi
b. Memasuki Lapangan
1. Keakraban Hubungan
2. Mempelajari Bahasa
3. Peranan Peneliti
c. Peran Serta (Pengumpulan Data)
1. Pengarahan Batas Studi
2. Mencatat Data
3. Petunjuk tentang Cara Mengingat data
4. Kejenuhan, Keletihan dan Istirahat
5. Meneliti Suatu Latar yang di dalamnya terdapat Pertentangan
6. Analisis di Lapangan
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data telah penulis kemukakan diatas yaitu: upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.13
13Ibid., h. 330.
34
BAB VI
HASIL PENENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah
NPSN : 40503128
Nama Madrasah : Madrasah Al iyah Negeri 1 Kabupaten
Gorontalo
Alamat : Jalan Idris Dunggio
Kelurahan : Kayu Merah
Kecamatan : Limboto
Kabupaten : Gorontalo
Provinsi : Gorontalo
Telepon / HP : -
Jenjang : MA
Status : Negeri
Tahun Berdiri : 1992
Hasil Akreditasi : A
B. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada
standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas: Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana Dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Dan Standar Penilaian Pendidikan. Dua dari kedelapan standar
35
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
Untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan
madrasah pada khususnya, MAN 1 Kabupaten Gorontalo sebagai lembaga
pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan
Kurikulum mengacu kepada perubahan kurikulum 2013.
Melalui Pengembangan Kurikulum diharapkan personal madrasah dapat
melaksanakan program pendidikan sesuai dengan karakteristik, potensi, dan
kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pelibatan seluruh warga madrasah
sangat dibutuhkan melalui koordinasi dan kerjasama dengan pemangku
kepentingan di lingkungan madrasah.
C. Sejarah Singkat MAN 1 Kabupaten Gorontalo
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo awalnya berdiri atas
inisiatif usaha perbaikan Pendidikan Islam asuhan GOLKAR pada tahun 1976
yang menjabat Kepala Madrasah adalah bapak Drs. Barfis Rahim.
Kemudian pada tanggal 26 pebruari 1979 atas inisiatif Kepala Kantor
Departemen Agama Kabupaten Gorontalo Bapak Moh. Abd. Gani Usman, BA
bersama Kepala Swasta (MAS) yang beralokasi di Islamic Centre sekarang
menjadi Universitas Gorontalo (UG) dengan jumlah siswa 17 orang (1 kelas)
yang berasal dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tilamuta, Kecamatan Bone
Pantai dan Limboto. Pada saat itu Kepala Seksi Pendidikan merangkap sebagai
Kepala Madrasah Definitif. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) selama 13 tahun ,
dari tahun 1979 s.d 1992.
Pejabat Kepala Madrasah pada periode berstatus swasta adalah:
1. Pada tahun 1979 s.d 1980 Bapak Drs. A. Dayan Puluhulawa
2. Pada tahun 1980 s.d 1983 Bapak Drs. H. Ibrahim Ajuna
3. Pada tahun 1983 s.d 1988 Bapak Drs. H. Ismail Mahmud
4. Pada tahun 1988 s.d 1990 Bapak Drs. H. A. Sorean
5. Pada tahun 1990 s.d 1992 Bapak Drs. H. Adam K. Tadu
36
Madrasah Aliyah Swasta Limboto kini berstatus Negeri menjadi Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, pengalihan status ini berdasarkan SK
Menteri Agama No. 137/1991 dan diresmikan pada tanggal 21 mei 1992
yang beralokasi di Jln. Hasan Bunga sekarang Jln. Idris Dunggio Kelurahan
Kayumerah Kecamatan Limboto Kabuapate Gorontalo dengan Pejabat
Kepala Madrasah sebagai berikut :
1. Pada tahun 1992 s.d 1997 Bapak Drs. H. Syamsudin Tuli
2. Pada tahun 1997 s.d 2000 Bapak Zakaria Mootalu
3. Pada tahun 2000 s.d 2002 Bapak Drs. Rusdianto Podungge
4. Pada tahun 2002 s.d 2005 Bapak Drs. H. Marwan Razak
5. Pada tahun 2005 s.d 2010 Ibu Dra. Sarkia Hasiru
6. Pada tahun 2011 s.d 2014 Bapak Jajang Soebari, S.Ag, M.Th.I
7. Pada tahun 2014 s.d 2017 Bapak Drs. Faizal Fatah SN. Tuli, M.Pd
8. Pada tahun 2018 s.d 2018 Bapak H. Mohamad D. Lachmudin, M.Pd
9. Pada tahun 2018 s.d sekarang Ibu Hj. Karsum Suleman, M.Pd.I
Demikianlah Selayang Pandang Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Gorontalo MAN 1 Kabupaten Gorontalo didirikan pada tahun
1979 dengan Pimpinan madrasah yang pernah bertugas di MAN 1 Kabupaten
Gorontalo sejak awal berdirinya Hingga Sekarang adalah:
No Nama Periode Tugas
1. Drs. A. Dayan Puluhulawa 1979 – 1980
2. Drs. H. Ibrahim Ajuna 1980 – 1983
3. Drs. H. Ismail Mahmud 1983 – 1988
4. Drs. H. A. Sorean 1988 – 1990
5. Drs. H. Adam K. Tadu 1990 – 1992
6. Drs. H. Syamsudin Tuli 1992 – 1997
37
7. Zakaria Mootalu 1997 – 2000
8. Drs. Rusdiyanto Podungge 2000 – 2002
9. Drs, H. Marwan Radjak 2002 – 2005
10. Dra. Sarkiyah Hasiru 2005-2010
11 Zazang Soebari, M.Th.I 2011-2014
12 Drs. Faizal Tuli, M.Pd 2014-2017
10. H. Moh. Docmi Lachmudin,
M.Pd. 2018-2018
10. Hj. Karsum Suleman,
M.Pd.I 2018- Sekarang
D. Visi Misi dan Tujuan MAN 1 Kab. Gorontalo
Perkembangan global memicu lahirnya berbagai tuntutan dalam seluruh
sektor pembangunan, termasuk pelibatan sektor pendidikan, karena memiliki
kontribusi yang cukup penting dalam menentukan arah lahirnya peradaban
yang sangat dibutuhkan dalam membangun tatanan kehidupan umat secara
berkelanjutan, maka visi dan misi sebagai orientasi yang menjadi target
capaian menjadi sangat penting dirumuskan untuk kemudian
diimplementasikan dalam setiap kelembagaan termasuk MAN Model
Gorontalo yang menjadi bagian integral dari pembangunan sektor pendidikan,
rumusan visi misi serta tujuan dilahirkan dengan mengacu pada standar
kepentingan baik berkaitan dengan kepentingan peserta didik maupun
masyarakat.
1. Visi
“TERWUJUDNYA GENERASI ISLAM YANG BERKUALITAS”
Visi tersebut mencerminkan cita-cita madrasah yang berorientasi ke
depan dengan memperhatikan potensi kekikinian, sesuai dengan norma dan
38
harapan masyarakat. Untuk mewujudkannya, Madrasah menentukan
langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut:
2. Misi
1) Meningkatkan Pemahaman dan Ketaatan Beragama
2) Meningkatkan Kualitas Layanan Pembelajaran
3) Meningkatkan Keterampilan Hidup (Life Skill)
4) Meningkatkan Wawasan Global melalui Kemampuan Berbahasa Asing
dan Penguasaan ICT
3. Tujuan
a. Menciptakan hubungan sesama seluruh pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan secara komunikatif.
b. Melahirkan peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual serta
emosional yang dilandasi oleh nilai-nilai etika dan moral serta akhlakul
karimah.
c. Menjadikan nilai-nilai ke Islaman sebagai standar acuan dalam seluruh
kegiatan, baik yang berkaitan dengan kegiatan akademik dan non
akademik.
d. Melahirkan sumber daya manusia yang terterima dalam seluruh aktivitas
sosial yang kompetetif dan profesional sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
e. Melahirkan tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik yang
trampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kepala Madrasah dan Para Guru melalui persetujuan Komite Madrasah
menetapkan sasaran program, baik untuk jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Sasaran program dimaksudkan untuk
mewujudkan visi dan misi madrasah.
39
Sasaran Program Madrasah
SASARAN
PROGRAM
TAHUN
PELAJARAN
(2016/2017)
SASARAN PROGRAM
TAHUN PELAJARAN
(2017/2019)
SASARAN PROGRAM
TAHUN PELAJARAN
(2019/2019)
1. Kehadiran Peserta
didik, Guru dan
Karyawan lebih
dari 95%.
1. Kehadiran Peserta
didik, Guru dan
Karyawan lebih dari
97%.
1. Kehadiran Peserta didik,
Guru dan Karyawan
lebih dari 98 %.
2. Target pencapaian
rata-rata Nilai
Ujian Akhir 6,0.
2. Target pencapaian
rata-rata NUAN
lulusan 6,5.
2. Target pencapaian rata-
rata NUAN lulusan 7,0.
3. 30% lulusan dapat
diterima di PTN,
baik melalui jalur
PMDK maupun
UMPTN.
3. 50% lulusan dapat
diterima di PTN baik
melalui jalur PMDK
maupun UMPTN.
3. 70% lulusan dapat
diterima di PTN baik
melalui jalur PMDK
maupun UMPTN.
4. 80% peserta didik
dapat membaca
Al-Qur’an dengan
baik dan benar.
4. 90% peserta didik
dapat membaca Al-
Qur’an dengan baik
dan benar.
4. 100% peserta didik
dapat membaca Al-
Qur’an dengan baik dan
benar.
5. Memiliki ekstra
kurikuler
unggulan (KIR &
Olah Raga )
5. Extra kurikuler
unggulan dapat
menjuarai tingkat
provinsi dan Nasional
5. Ekstrakurikuler
unggulan dapat meraih
prestasi tingkat nasional
6. 25 % peserta didik
dapat aktif
berbahasa Inggris
dan arab
6. 40% peserta didik
dapat aktif berbahasa
Inggris dan arab
6. 75% peserta didik dapat
aktif berbahasa Inggris
dan arab
40
7. 70 % peserta didik
dapat
mengoperasikan
program Word
dan Excel
7. 75% peserta didik
dapat mengoperasikan
2 program komputer
(Microsoft Word ,
Excel, Power point
dan Internet).
7. 100% peserta didik
dapat mengoperasikan 2
program komputer
(Microsoft Word, Excel,
Power point dan
Internet).
8. 15% Peserta didik
mampu
mengembangkan
skill dan
agrobisnis
8. 30% Peserta didik
mampu
mengembangkan skill
dan agrobisnis
8. 75% Peserta didik
mampu
mengembangkan skill
dan agrobisnis
9. 15% Peserta didik
mampu berwira
usaha
9. 30% Peserta didik
mampu berwira usaha
9. 75% Peserta didik
mampu berwira usaha
Sasaran program tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan strategi pelaksanaan
yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga madrasah sebagai berikut:
1. Mengadakan pembinaan terhadap peserta didik, guru dan karyawan secara
berkelanjutan;
2. Melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah daerah dan dunia usaha
yang ada di wilayah Provinsi Gorontalo untuk membantu pembiayaan bagi
peserta didik yang mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi;
3. Mengadakan Tadarusan menjelang pelajaran dimulai, membaca Q.S Ar-
Rahman setiap jumat pagi, kegiatan Rohani Islam setiap jumat, yasinan ,
peringatan hari besar Islam, dan membentuk kelompok-kelompok
pengajian peserta didik Model yang diwadahi oleh ROHIS
41
4. Menjalin komunikasi yang baik dengan Dinas Olah Raga, dan instansi lain
di Kabupaten Gorontalo;
5. Pemberdayaan seluruh Laboratorium dan keterampilan;
6. Membentuk kelompok gemar Bahasa, English club.
7. Membentuk kelompok belajar;
8. Pengadaan buku penunjang dan buku referensi yang lain
9. Pengadaan komputer;
10. Mengintesifkan kelompok belajar di Asrama Pelajar Putra dan Putri; dan
kegiatan keagamaan yang lain
11. Mengintensifkan komunikasi dan kerjasama dengan orang tua;
12. Pelaporan kepada orang tua secara berkala;
13. Kerjasama dengan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Gorontalo dalam
penerimaan Peserta didik baru dan kegiatan lain.
E. Pandangan Guru Pendidikan Agama Islam terkait Permasalahan Paham
Radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Gorontalo.
Pengetahuan tentang keberadaan Paham Radikalisme di MAN 1 KAB.
Gorontalo berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, dari berberapa
penjelasan informan terkait dengan Paham Radikalisme, saya dapat mengambil
keputusan paham radikalisme sudah mulai masuk di lingkungan sekolah akan
tetapi dari pihak sekolah kewalahan dalam menanggapi persoalan ini.
Hal ini di buktikan dari pernyataan beberapa informan di antaranya:
Sebagaimana yang dikatakan oleh “Ibu Nurmiyaty” mengatakan bahwa dari
tahun 2016 sampai 2018 itu sudah mulai terlihat (Paham Radikalisme), bahkan
kabar yang terbaru mereka tidak mau ikut berpartisipasi, dengan kami di dalam
acara perpisahan yang di adakan oleh pihak sekolah, mereka mengganggap
bahwa akan terjadi ikhtilaf maksudnya akan terjadi percampuran antara laki-
laki dan perempuan dalam satu ruangan atau satu tempat. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibu Nurmiyati selaku informan tentang paham radikalisme,
bahwa yang di maksud dengan paham radikalisme adalah Suatu kelompok
yang ketika kita ingin bergabung dengan mereka, maka mereka akan menutup
42
diri dan tidak mau terus terang. Selain itu mereka kurang dalam pergaulan,
bahkan kadang tidak mendukung kegiatan madrasah yang sebagaimana yang di
katakan oleh Ibu Nurmiyaty di atas (Terlalu fanatik dengan apa yang mereka
yakini atau pelajari).
Selain itu pada saat kegiatan praktek dalam pembelajaran olah raga penjas
, mereka tidak mau menggunakan celana panjang atau celana olah raga pada
saat oleh raga. Hal ini yang membuat salah paham atau mis komunikasi antara
guru-guru dan para peserta didik, karena ketika mereka di berikan penjelasan
mereka selalu menjawab dengan pengetahuan yang mereka miliki. Padahal
para guru sudah menjelaskan bahwa, ini masih di lingkungan sekolah atau
madrasah jadi kalian masih terikat oleh peraturan yang ada di sekolah.
Kami memberikan penjelasan, bahwa yang kalian sampaikan sudah benar,
tapi sekolah punya aturan jadi kalian harus mentaati aturan sekolah, kalau tidak
mau menggunakan celana panjang atau celana olah raga silahkan celana olah
raga di lapis dengan rok agar suapaya tidak membentuk lekuk tubuh kalian.
Selain itu kami berupaya menyampaikan terus-menerus bahkan sempat
saya kumpulkan para peserta didik, ini semua untuk mencegah agara mereka
terhindar dari paham radikalisme. Karena ada di antara mereka yang
melakukan mendoktrin terhadap adik-adiknya secara sembunyi-sembunyi
tanpa sepengetahuan guru, mereka mengubungi adik kelas mereka padahal
belum tentu apa yang menjadi pemahaman mereka benar bisa saja apa yang
mereka dapat bertentangan dengan syari’at Islam.
Untuk itu Selain kami dari pihak sekolah mengadakan kegiatan kegiatan
komunitas “Tahfidz”, ini semua di lakukan agar suapaya mereka yang
terpengaruh dengan pemahaman yang radikal atau terlalu fanatik terhadap
beragama kami berikan pembinaan. Selain itu ada tanya jawab, antara mereka
yang memiliki pemahaman seperti itu (terlalu fanatik dalam beragama) dengan
para peserta didik yang tidak memiliki pemahaman seperti itu (terlalu fanatik
dalam beragama) untuk memperjelas mana yang boleh dilakukan dan yang
mana tidak boleh di lakukan sesuai dengan ketentuan Islam.
43
Ada suatu peristiwa di mana para peserta didik ikut terlibat di dalamnya,
yaitu demo yang di lakukan oleh organisasi eksternal yang berada di luar
lingkungan sekolah. Pada saat itu para peserta didik yang memilki paham
(fanatik dalam beragama) ikut dalam kegiatan tersebut. Akibatnya ada dari
mereka yang tidak masuk sekolah di karenakan ikut kegiatan tersebut, kami
dari guru-guru berupaya agar para peserta didik dapat melakukan pembelajaran
dengan baik untuk itu kami mengundang mereka yang ikut kegiatn tersebut
kemuadian di bina di ruang BK.
Sebagaimana yang dikatakann oleh Ibu Nurmiaty bahwa, paham-paham
atau aliran-aliaran tersebut masuk di kerenakan ada beberapa dari perguruan
tinggi, tapi di sini beliau tidak bisa menyebutkan nama dari perguruan tinggi
tersebut. Mereka biasanya masuk atau minta izin ke sekolah dengan
berkelompok-kelompok ada yang 3, 4 orang, 9 orang bahkan sampai 10 orang
dalam satu kelompok.
Dari peristiwa itu kemuadian para peserta didik, sudah mulai berubah,
sering ikut-kut kajian baik guru, orang tua tidak tau, sehingga mempengaruhi
baik dari sikap mereka, prilaku mereka dan sebagainya. Bahkan apabila ada
yang tidak sependapat dengan mereka, mereka akan menjauhinya atau menutup
diri dari baik itu dari kalangan peserta didik maupun guru-guru yang ada di
lingkungan sekolah.
Selain itu ada mereka selalu beralasan untuk ikut kajian-kajian tersebut,
pernah kami dari guru-guru bertanya-tanya, kemana mereka sudah pulang
pulang sekolah tapi tidak langsung pualng ke rumahnya. Kalau selaku guru
sudah bersih keras menegur para peserta didik akan tetapi mereka bersih keras
menjawab dengan berkata bahwa ini kan hak asasi kami (hak kami) mereka
merasa hebat, merasa pintar mereka mengatakan bahwa apa yang mereka ikuti
tidak buruk.
Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan Ibu Nurmiaty
tentang Pandangan guru Pendidikan Agama Islam terkait Permasalahan Paham
Radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Gorontalo: Sebagaimana yang dikatakan bahwa, paham-paham atau aliran-
44
aliaran tersebut masuk di kerenakan ada beberapa dari perguruan tinggi, tapi di
sini beliau tidak bisa menyebutkan nama dari perguruan tinggi tersebut.
Mereka biasanya masuk atau minta izin ke sekolah dengan berkelompok-
kelompok ada yang 3, 4 orang, 9 orang bahkan sampai 10 orang dalam satu
kelompok.
Dari peristiwa itu kemuadian para peserta didik, sudah mulai berubah,
sering ikut-kut kajian baik guru, orang tua tidak tau, sehingga mempengaruhi
baik dari sikap mereka, prilaku mereka dan sebagainya. Bahkan apabila ada
yang tidak sependapat dengan mereka, mereka akan menjauhinya atau menutup
diri dari baik itu dari kalangan peserta didik maupun guru-guru yang ada di
lingkungan sekolah.1
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dari seorang peserta didik
mengatakan tentang permasalahan Paham Radikalisme yang tersebar di
lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo sebagai berikut:
Narasumber yang berinisial NZ; dia mengatakan bahwa kajian –kajian seperti
itu telah terjadi di MAN 1 KAB. Gorontalo mereka memang melanggar aturan
akan tetapi ada hal positif yang bisa di ambil di dalamnya.
Kebanyakan yang mengikuti kajian itu pandai dalam berbicara dan
berpendapat. Dorang tidak mau pake-pake baju olah raga, tapi tidak mau pake
celana olah raga pake rok bagitu. Walaupun kebiasaanya dari mereka tidak
mau menggunakan pakaian olah raga dalam pembalajaran Penjas akibatnya
sebagian besar guru-guru marah dengan mereka karena di anggap melanggar
aturan sekolah.
Selain itu yang biasanya memberikan kajian adalah kakak-kakak kelas XI
dan XII.
Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan Narasumber
NZ tentang Permasalahan Paham Radikalisme yang tersebar di lingkungan
Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo: Bahwa Paham Radikalisme
belum sepenuhnya di ketahui oleh para peserta didik khususnya mereka yang
1Nurmiaty, S.Pd., M.Pd., Guru MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancarap, 16 Juni 2019.
45
baru memasuki kelas X dan XI, hal ini bisa terlihat dari cara mereka
memandang memahami paham radikalisme mereka menganggap bahwa ketika
para peserta didik melanggar aturan sekolah itu di sebut dengan paham radikal.
Hal ini di buktikan dengan salah satu pernyataan oleh narasumber “Jadi
sebagian dari dorang kebiasaan tidak sesuai dengan ketentuan sekolah bagitu.
Biasa juga kalau ada apa depe nama kayak peraktek pasti tidak mo ikut jadi
tidak dapa nilai begitu baru jadi sebagian besar guru-guru mo marah”.2
F. Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham
Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo
Sebagaimana yang di kemukakan oleh Bapak Yon Gani selaku Guru
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) bahwa pernah ada, karena terkadang para
peserta didik bukan hanya menerima materi agama di lingkungan sekolah
melainkan di luar lingkungan sekolah akibatnya doktrin-doktrin atau ajaran-
ajaran yang mereka temukan di luar sekolah akan berbeda dengan apa yang
mereka dapat di lingkungan sekolah.
Akibatnya materi-materi kajian seperti doktrin-doktrin mengarah kepada
radikalisme karena paham radikalisme itu kan pengetahuan atau pemahaman
mereka yang mereka yakini dan mati-matian mereka mempertahankan itu,
karena memang mereka memahaminya seperti itu bukan mereka mengganggap
paling benar karena sesuai dengan apa yang mereka yakini.
Contoh “mereka menerima bahwa ajaran tentang bahwa satu-satu yang
harus di hormati, yang di junjung tinggi itu hanya Allah swt. salah satu contoh
itu. Dan itu pemahaman mereka apapun kegiatan-kegitan di luar dari itu tidak
meyakini itu, sehingganya anak memamahami itu bahwa menghormat bendera
itu berdosa itukan Paham Radikalisme karena mereka meyakini yang patut di
sembah hanya Allah dan itu memunculkan paham-paham radikalisme mereka
mengaganggap selain dari Al-qur’an dan Hadist yang sudah mereka yakini
otomatis mereka tidak menerima itu itu Paham Radikalisme.
2NZ, Siswa Kelas XI IPA 2, wawancara, 20 Juni 2019.
46
Tidak mau menerima hasil ijtihad baik itu dari para sahabat, maupun
ulama tabi’tabi’in, itu paha Radikalisme karena mereka hanya meyakini kedua
itu Al-qur’an dan Hadist di luar dari konteks itu mereka pasti tida mau
meyakini itu. Persoalnnya kan mereka hanya menerima itu hanya dari satu
sumber itupun yang melaukan kajian itu,itupun yang melakukan kajian itu
perlu harus cari tau biodatanya dulu apalagi kalau hanya baca satu buku dua
buku baru kemudian dia membuat kajian dan mendoktrin orang yang
menjastifikasi.
Dampaknya itu, satunya dampaknya mereka melakukan kajian itu tanpa
sepengetahuan oran tua, mereka diam-diam mala mereka memberikan alasana
ada kegiatan-kegitn madrasah padahal mereka lakukan kajian-kajian seperti itu,
kemudian yang ke-2 mereka tidak mau ikut terlibat dengan kegiatan-kegitan
karna itu di anggap tidak sesuai dengan dokrin dengan apa yang mereka terima
sama dengan kegiatan misalnya ada keramaian-keraimaia mereka tidak mau,
sampai wisuda pun mereka tidak mau ikut. Karena mereka beranggapan bahwa
di dalam wisuda itu kan sudah tercampur laki-laki dan perempuan.
Mereka tetap di panggil, tetap di panggil di berikan bimbingan itu sala satu
solusi dari Madrasah, Cuma namanya orang yang sudah memiliki pemahaman-
pemahaman radikalisme seperti itu doktrin seperti itu ya memang susah juga
berubah. Orang tua ketika di kofirmasi seperti itu kan kaget juga, nah dari situ
orang tua bertanggung jawab kepada anak mereka itu, karena pasti orang tua
juga tidak mau anak mereka memiliki paham-paham seperti itu. Karena
kegiatan mereka di luar itu kepala madrasah tidak tau, hanya mereka sendiri
yang tau, jadi orang tua juga tidak ada komplen mereka kepada pihak
Madrasah.
Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan bapak Yon
Gani, tentang Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi
Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, bahwa
Paham Radikalisme sangat berpengaruh terhadap para peserta didik, mereka
yang sering melakukan kajian-kajian di luar sekolah akan cepat terpengaruh
paham radikalisme, selain itu ketika kita memberikan penjelasan terkait dengan
47
pemahaman agama mereka berpendapat bahwa selain dari Al-Qur’an dan
Hadis mereka tidak meyakini.
Bahkan yang lebih parahnya lagi, ada peserta didik yang tidak mau
menghormat benderah, ini semua di buktikan dengan pernyaan dari narasumber
“mereka menerima bahwa ajaran tentang bahwa satu-satu yang harus di
hormati, yang di junjung tinggi itu hanya Allah swt. Salah satu contoh itu. Dan
itu pemahaman mereka apapun kegiatan-kegitan di luar dari itu tidak meyakini
itu, sehingganya anak memamahami itu bahwa menghormat bendera itu
berdosa itukan Paham Radikalisme karena mereka meyakini yang patut di
sembah hanya Allah dan itu memunculkan paham-paham radikalisme mereka
mengaganggap selain dari Al-qur’an dan Hadist yang sudah mereka yakini
otomatis mereka tidak menerima itu itu Paham Radikalisme”.3
Selain itu berdasarkan apa yang dikemukakan oleh salah seorang peserta
didik dengan inisial WA Bagi saya kalau terlalu berpatokan di situ akan
menggangganggu sistem pembelajaran, karena terlalu fokus dengan kajian
sedangkan pembelajaran sekolah dia tidak terlalu fokus. Kalau untuk sekolah,
ada orang tua yang berkomentar kepada seorang guru soal kajian, katanya
anaknya lambat pulang sekolah kemudian guru tersebut menjawab mereka ikut
kajian tapi itu bukan kajian dari sekolah. Selain itu mereka susah di terima
menerima pendapat dari orang lain.
Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan narasumber
WA, tentang kendala dalam menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, bahwa Paham Radikalisme sangat sulit
di bendung, akibatnya para peserta didik dapat terpengaruh dengan Paham
Radikal. Hal bisa terjadi melihat para peserta didik sangat tertarik dengan hal
yang baru, sehingganya mereka ingin tau dan mempelajari hal tersebut.
Ini semua semua dapat di buktikan dengan pernyaan dari narasumber WA,
“Bagi saya kalau terlalu berpatokan di situ akan menggangganggu sistem
pembelajaran, karena terlalu fokus dengan kajian sedangkan pembelajaran
sekolah dia tidak terlalu fokus. Kalau untuk sekolah, ada orang tua yang
3Yon Gani, S.Pd., M.Pd., Guru MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 18 Juni 2019.
48
berkomentar kepada seorang guru soal kajian, katanya anaknya lambat pulang
sekolah kemudian guru tersebut menjawab mereka ikut kajian tapi itu bukan
kajian dari sekolah. Selain itu mereka susah di terima menerima pendapat dari
orang lain.4
G. Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Paham
Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Darmawati Lumani bahwa, ada
pemahaman yang seperti itu, mereka tidak mau berbaur antara laki-laki dan
perempuan. Mereka mendapatkan paham seperti itu, pernah ada guru honorer
yang mengajar di sini dan sempat mengajak kepada peserta didik untuk ikut
kajian. Pada akhirnya mereka mengikuti kajian tersebut dan mereka memiliki
pemahaman seperti itu (fanatik dalam beragama bahkan bisa di kategorikan
radikal dalam bersikap).
Akan tetapi pada akhirnya guru tersebut sudah tidak mengajar atau sudah
pindah dari sekolah ini, sehingganya mereka yang mengikuti kajian-kajian
tersebut menyalurkan kepada adik-adik tingkat mereka. Akibat dari kajian-
kajian tersebut paling banyak nilai mereka menurun. Di akibatkan mereka ikut
kajian-kajian di luar yang berhubungan dengan pemahaman mereka, akibatnya
sering terlambat ke sekolah karena sering pulang larut malam.
Upaya yang kami selaku guru adalah melakukan bimbingan terhadap para
peserta didik, walaupun terkadang mereka harus menutup diri dengan kami
para guru akan tetati kami selalu memberikan bimbingan kepada mereka agar
supaya jangan terlalu fanatik atau berlebihan dalam beragama. Walau demikian
mereka tetap saja, tidak mau berubah ketika kami memberikan penjelasan
mereka menjawab bahwa kami selaku guru tidak paham.
Padahal kami selau guru-guru selalu memberikan penjelas bahwa, yang
seperti itu baik tapi ini kan di lingkungan sekolah jadi kamu harus mematuhi
aturan yang ada di sekolah. Kamu bisa melakukan hal tersebut jika kamu sudah
4WA, Siswa Kelas X Agama MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 20 Juni 2019.
49
keluar dari sekolah atau lanjut keperguruan tinggi, karena apa yang kamu ikuti
akan berpengaruh terhadap para peserta didik yang lainnya.
kami selaku guru-guru melakukan pembinaan terhadap seluruh peserta
didik, baik dengan cara pembinaan pada saat Upacara, apel pagi, maupun pada
saat rapat dengan orang tua. Hal ini di lakukan agar supaya para peserta didik,
tidak terjerumus ke dalam paham radikalisme.
Selain itu kami selalu berkoordinasi dengan para orang tua dari peserta
didik, terkait dengan tingkah laku atau siakp mereka abaik di lingkingan
sekolah maupung di rumah mereka. Hal ini di lakukan agar kami bisa
memantau perkembangan dari para peserta didik dan terutama menjaga mereka
dari paham-paham atau alira-aliran yang mengarah kepada paham radikalisme.
Bahkan orang tua terlibat dalam mengontrol anak-anak mereka misalnya,
apabila anak mrea belum pualng sekolah maka mereka akan melakukan
komunikasi kepada pihak sekolah baik di bidang humas maupun wali kelas
dari anak merea. Ini semua di lakukan para orang tua siswa, agar suapaya anak
mreka terhindar dari paham radikalisme.
Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara penelili dengan Ibu Darmawati
Lumani tentang Bagaimana Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten
Gorontalo, bahwa Paham Radikalisme sangat sulit untuk di bendung di
lingkungan sekolah, hal ini dapat terlihat dari para peserta didik yang mulai
ikut-ikut kajian di luar sekolah, setelah ikut kajian di luar sekolah.
Setelah aktif dalam kajian, mereka sudah mulai berubah dari sisi pakaian,
perilaku dan sifat. Bahkan mereka tidak mau berbaur dengan guru yang tidak
sependapat dengan mereka, tapi alhamdulillah kami guru-guru selalu kordinasi
dengan orang tua para peserta didik, untuk terus menjaga agar anak mereka
tidak terjerumus ke dalam paham rahadikalisme. Walaupun terkadang para
peserta didik harus berbohong kepada kedua orang tua untuk melakukan kajian
di luar. Tapi kami dari pihak sekolah selalu memberikan informasi kepada
50
orang tua dari para peserta didik melalui bidang humas sekolah maupun
perwalian kelas.5
Sementara berdasakan apa yang dikemukakan oleh seorang peserta didik
dengan inisial MS dia mengatakan bahwa ada paham (berlebihan dalam
beragama atau fanatik), akan tetapi dia tidak tau kalau itu paham radikal atau
ajaran agama Islam., menurut dia MS cara menangani yang seperti ini atau
mereka yang memilki paham tersebut dengan cara menasehati untuk jangan
terlalu percaya, maksudnya jangan langsung percaya terhadap hal-hal yang
belum jelas sumbernya.
Selain itu kalau ada kajian di luar, jangan di terapkan di dalam lingkungan
sekolah agar suapaya tidak mempengaruhi para peserta didik yang ada di MAN
1 KAB. Gorontalo. Kemudian yang paling penting adalah penekanan dari
orang tua agar supaya dapat memantau perkembangan anaknya dengan baik,
agar supaya anak mereka terhidar dari paham radikalisme.
Kesimpulan: Berdasarakan hasil wawancara peneliti dengan informan MS
tentang Bagaimana Upaya Menanggulangi Paham Radikalisme di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, bahwa Paham Radikalisme sangat
berpengaru terhadap peserta didik. Akan tetapi kurangnya pengetahuan tentang
Paham Radikalisme membuat para peserta didik tidak mampu membedakan
mana yang radikal dan mana yang termasuk aliran sehingganya apa yang di
kerjakan oleh teman mereka yang mereka anggap baru mereka akan
menngecap bahwa itu radikal.
Selain itu faktor pendukung dari orang tua dan guru di butuhkan agar
suapaya para peserta didik tidak terjerumus kedalam paham radikalisme, upaya
yang dapat di lakukan oleh orang tua yaitu; dengan melakukan pembinaan
terhdap anak setiap minggu yang berkaitan dengak aktifitasnya setaiap hari,
sama halnya dengan guru harus memantau perkembangan dari perta didik di
5Damawati Lumani, S.Pd, Guru MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 18 Juni 2019.
51
lingkungan sekolah hal ini dapat mengatahui perkambangan perserta didik dan
mampu menghindari paham radikalisme.6
6MS, Siswa Kelas X Agama MAN 1 KAB. Gorontalo, wawancara, 20 Juni 2019.
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari deskripsi hasil penelitian Upaya guru pendidikan Agama Islam dalam
menanggulangi paham radikalisme (study kasus) Man 1 Kabupaten Gorontalo
di atas dapat penulis dapat simpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Apa pandangan guru pendidikan agama Islam terkait permasalahan paham
radikalisme yang tersebar di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1
Kabupaten Gorontalo, guru pendidikan agam Islam memilki pengetahuan
yang berbeda tentang paham radikalisme itu semua di buktikan dengan
pernyataan dari setiap guru yang saya wawancarai, selain itu terjadi
perbedaan pemahaman tentang Paham Radikalisme di kalangan peserta
didik yang saya wawancarai.
Ini membuktikan bahwa pengetahuan tentang Paham Radikalisme perlu di
sosialisasikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo, Agar
supaya tidak terjadi perbedaan pemahaman antara guru dan peserta didik
terkait dengan pemahaman Paham Radikalisme.
2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi
paham radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Gorontalo,
upaya ynag di lakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam
menanggulangi Paham Radikalisme adalah dengan melakukan bimbingan
khusus terhadap para peserta didik yang di nilai mulai ada perbedaan dalam
memahami agama, untuk mengetahui peserta didik yang mulai memiliki
ciri-ciri Paham Radikalisme kami selaku guru-guru memantau pergerakan
dari peserta didik.
3. Apa kendala guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi paham
radikalisme di Madrasah Aliyah Negeri 1 kabupaten gorontalo
2
kendala dari guru pendidikn agama Islam dalam menanggulangi Paham
Radikalisme adalah, mereka tidak mau terbuka dengan kami selaku guru
Pendidikan Agama Islam.
4. Selain itu mereka kebanyakan melanggar aturan sekolah seperti tidak mau
menggunakan pakaian olah raga dalam mata pelajaran penjas, tidak mau
menari di hadapan guru seni karena di anggap akan mempelihatkan lekuk
tubuh mreka, tidak mau berbaur dengan lawan jenis, terlalu fokus dalam
kajian, bahkan ada peserta didik yang beranggapan bahwa menghormat
bendera tidak benar, mereka mengatakan yang berhak di hormati adalah
Allah swt, bukan bendera merah putih.
5. Selain itu yang menjadi kendala guru pendidikan agama Islam adalah, ada
beberapa siswa yang ikut-ikut kajian entah apa kajian yang di ikuti sampai-
sampai berbohong kepada kedua orang tua mereka dengan mengatakan
bahwa ada kegiatan ekskul yang harus di ikuti makanya mereka pulang
terlambat.
6. Bahkan yang lebih parahnya lagi mereka mendoktrin adik-adik kelasnya
agar bisa satu pemahaman dengan mereka, meraka melakukan doktrin
tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi melalui telpon, dan bicara berdua.
B. Saran
Upaya guru pendidikan agam Islam untuk menangkal paham radikalisme
di sekolah harus di dukung dengan wawasan pengetahuan tentang paham
radikalisme, agar supaya mampu menjelaskan kepada siswa/siswi materi
tentang paham radikalisme. Sehingganya para siswa, dapat dengan mudah
memahami dan bisa terhindar dari paham radikalisme.
Selain itu, sebagai guru pendidikan agama Islam harus hati-hati dalam
menyampaikan materi kepada para siswa, pastikan bahwa materi tersebut
sesuai dengan kurikulum. Maksudnya jangan mengambil perumpamaan yang
dapat membuat para siswa berfikir menjadi radikal. Harapannya semoga Man 1
Kab.Gorontalo bisa terhindar dari paham radikalisme, dan selalu menggapai
prestasi yang lebih gemilang.
3
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana Eggi, Islam Fungsional, Jakarta: Rajawali, 2008.
Muhammad Ath-Thahhan Musthafa, Rekonstruksi Pemikiran Islam
Menuju Gerakan Islam Modern, (terj) oleh Salafuddin Abu Sayyid Salafuddin dan
Jasiman, Solo: Era Intermedika, 2000.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Munip Abdul “Mengenal Radikalisme Agama di Sekolah”, Jurnal Jurusan
Pendidikan Agama Islam Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kali Jaga
Yokyakrta.
Zada Khamami “Radikalisme dalam paham keagamaan guru dan mata
pelajaran fiqh di madrasah aliyah, Jurnal Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syaputra Erizal “Peran rohis dalam membandung paham radikal di SMA
01 kecamatan kanan, aceh singki”, Tesis Jurusan Pendidikan Islam Pascasarjana
UIN Sunan Kali Jaga Yokyakarta.
Arif Muh. , Profesi Kependidikan Pedoman dan acuan Guru mencintai
Profesinya, Cet. 1, Gorontalo; Sultan Amai Pres, 2012.
Hamzah B. Uno Hamzah, Lamatenggo Nina, Najamuddin Petta Solong
Najamuddin, Teori Variabel Keguruandan Pengukurannya, Cet. 1, Gorontalo;
Sultan Amai Press, 2014.
Arif Muh. dan Munirah, Ilmu Pendidikan Islam, Gorontalo: Sultan Amai
Press, 2013.
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci al- Qur’an, 2014.
Umar Bukhari, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Azmah, 2012.
Hornby A.S., oxford Advenced, Dictionary of current English, UK:
Oxford university press, 2000.
4
M. Nuh Nuhrison, Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/ Gerakan
Islam Radikal di Indonesi, HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol
VIII Juli-September 2009.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Kartodirdjo Sartono, Adi Ratu, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.
Rubaidi A., Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan
Moderatisme Islam di Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007.
Masduqi Irwan, Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah
Pesantren, Jurnal Pendidikan Islam, Volume I, Nomor 2, Desember 2012.
Nasution Harun, Teologi Islam, Cet. I ; Jakarta: UI Press, 1972.
Amir Ali Syed, The Spirit Of Islam, Terjemahan H.B. Yasin, Bulan Bintang, cet.
III; Jakarta.
Al-Qardhawi Yusuf, Al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-
Tattarruf, Cairo: Bank al- Taqwa, 1406 H.
Khammami Zada, Islam Radikal, Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis
Keras di Indonesia, Jakarta: Teraju, 2002.
Turmudzi Endang dkk, Islam dan Radikalisme di Indoneesia, Jakarta: LIPI
Press, 2004.
Munip Abdul, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. I. No. 2. Desember 2014.
Syahlan Taslim, Menangkal Gerakan Radikalisme Islam Melalui Sekolah,
Magistra, Vol. 6, No.2, Oktober 2015.
Khamami Zada, Radikalisme di Jantung Pendidikan Islam, (Edukasi
Jurnal Penelitian)
Lexy J moleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga
University Press, 2001.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.
5
Riyanto Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan
Kuantitatif, Surabaya: UNESA University Press, 2007.
Suprayogo Imam, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001.
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/554,
27 November 2017.
RIWAYAT HIDUP
Moh. Jani A. Lewan, adalah seorang aktifis pendidikan Islam, lahir di gorontalo pada tanggal 15 Januari 1996, merupakan putra ketiga dalam keluarga, jani lebih banyak menghabiskan waktunya dalam menakar beberapa persoalan yang terkait dengan dunia pendidikan islam gorontalo. saat menggeluti pendidikan formal jani mengawalinya di sebuah sekolah dasar milik muhammadiyah yang terletak di Dehwalolo, selanjutnya
memasuki sekolah menengah pertama di Madrasah tsanawiyah negeri telaga biru, kemudian melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kab. Gorontalo, dan selanjutnya menggeluti pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2015 - 2019.