MOTIF TINDAKAN PELAKU PENCURIAN KENDARAAN …...(Perspektif Teori Fenomenologi Alfred Schutz)...
Transcript of MOTIF TINDAKAN PELAKU PENCURIAN KENDARAAN …...(Perspektif Teori Fenomenologi Alfred Schutz)...
MOTIF TINDAKAN PELAKU PENCURIAN
KENDARAAN BERMOTOR: STUDI TERHADAP
WARGA BINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KLAS I CIPINANG
(Perspektif Teori Fenomenologi Alfred Schutz)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhamad Luthfi
1112111000035
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
MOTIF TINDAKAN PELAKU PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR: STUDI TERHADAP
WARGA BINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATANKLAS I CIPINANG
(Perspektif Teori Fenomenolo gi Alfred Schutz)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Di Bawah Bimbingan:
NrP. 197 40512199931000
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF' HIDAYATULLAH
JAKARTA
L438Ht2017 M
Dr. M. Guntur Alting. MA
PERIYYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
MOTIF TII\DAKAN PELAKU PENCURIAN KEIIDARAAN BERMOTOR:STI]DI TERIIADAP WARGA BINAAI\ LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KLAS I CIPINANG(PERSPEKTIF TEORI FENOMENOLOGT ALF'RED SCHUTZ)
1. Menrpakan karya asli saya yang diajukan untuk memenrhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (I\f)Syarif Hidayatullah Jakarta"
2. Semua zumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (tfi\D Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di'Universitas Islam Negeri (tn\t) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Apnl20l7
1l
PERSETUJUAI{ PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Slaipsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama
NIM
Program Studi
Mengetahui,KetuaProgram Studi,
: MuhamadLuthfi
:1112111000035
: Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan slcripsi dengan judul:
MOTIF TINDAKAN PELAKU PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR:STUDI TERIIADAP WARGA BINAAN LEMBAGA PEMASYARAIi{TAIYKLAS I CIPINANG (Perspektif Teori Fenomenologi Alfred Schutz)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 12 Apn120l7
Menyetujui,Pernbimbing
Dr. M. GunturAlting, MANIP. 197405 12199931000
Dr. CucM{urhaytrti, M.Si.NIP. 1 97609t82003122003
111
PENGESAIIAN PANTTIA UJIAN SKRIPSI
SKRTPSI
MOTIF TINDAKAN PELAKU PENCURIAN KENDARAAI\ BERMOTOR:STUDI TERHADAP WARGA BINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KLAS I CIPINAI\G(Perspektif Teori Fenomenologi Alfred Schutz)
oleh
MuhamadLuthfi
11r2111000035
Telah dipertahankan dalam sidang ujian slaipsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05 Mei 2017. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
pada Program Studi Sosiologi.
Ketua,
NIP. 1 97609t82W3122003
Penguji I,
M.Si.
memenuhi syarat kelulusan pada 05 Mei 2017
Ketua Program Studi Sosiologi,
FISIP UIN Jakarta
fi-(Dr. Cudu Nurhayati, M.Si.
NrP. 1 97609182003122003
lv
v
ABSTRAK
Penelitian skripsi ini mengetengahkan persoalan motif tindakan pelaku
pencurian kendaraan bermotor pada Warga Binaan (WBP) Lembaga
Pemasyarakatan klas I Cipinang. Tujuan skripsi ini adalah memberikan penjelasan
because motive dan in-order to motive tindakan pelaku pencurian kendaraan
bermotor. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
memanfaatkan instrumen wawancara dan dokumentasi sebagai teknik
pengumpulan data. Kerangka teoritis yang digunakan skripsi ini adalah teori
fenomenologi dari Alfred Schutz.
Analisa skripsi ini menemukan penjelas because motive (motif sebab) dan
in-order to motive (motif tujuan) tindakan pelaku pencurian kendaraan bermotor
pada WBP Lapas klas I Cipinang. Tindakan pencurian oleh pelaku
dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman secara langsung, yaitu pengalaman dari
kejahatan sebelumnya. Adapun pelaku dalam tindak pencurian dikarenakan
pengalaman secara tidak langsung, yaitu pengalaman rekan seprofesi. Sedangkan,
motif tujuan dari pelaku dalam melakukan pencurian adalah memperoleh uang
yang diperuntukan untuk berfoya-foya, modal membangun usaha, dan ditabung
untuk keperluan anak dikemudian hari.
Kata kunci: because motive, in-order to motive, pencurian kendaraan bermotor.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Penulis mampu menyelesaikan penelitian dalam bentuk
skripsi ini. Untuk sampai kepada penyelesaian skripsi ini, berbagai pihak telah
memberikan dukungan moril. Oleh karenanya penulis mengucapkan terimaksih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Prodi Sosiologi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si., selaku Sekretaris Prodi Sosiologi, FISIP,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Bapak Dr. Muhammad Guntur Alting, MA., selaku Dosen pembimbing,
berbaik hati menyempatkan waktu luang di tengah kesibukan kepada
penulis untuk mendiskusikan berbagai hal terkait substansi skripsi ini.
Terimakasih atas ketelitian, kesabaran, dan dukungan moril yang
diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Dra. Vinita Susanti, M.Si., selaku Dosen pengajar sosiologi kriminal,
FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah memberikan masukan dan
motivasi disaat topik studi ini masih dalam posisi wacana untuk
pengerjaan skripsi bagi penulis;
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah banyak pengetahuan, inspirasi, dan
motivasi yang diberikan, disaat menjalani masa perkuliahan;
vii
7. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, telah membantu dalam kepengurusan berkas dan
administrasi untuk keperluan proses pengerjaan skripsi ini;
8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mencari buku-buku referensi yang diperlukan disaat proses
pengerjaan skripsi ini;
9. Bapak Fitrian, selaku Petugas Pemasyarakatan di Lapas klas I Cipinang,
telah bersedia hati menghantarkan penulis menjemput data primer dan
berbagai data sekunder selama proses penulisan skripsi;
10. Teman se-angkatan 2012 Prodi Sosiologi, FISIP, UIN Jakarta Syarif
Hidayatullah Jakarta, telah banyak memberikan pengalaman ketika
menimba ilmu di kampus tercinta, bersama klik Animal dan klik Bawah
Pohon Rindang. Terima kasih kepada Rusdan, Faisal Macan, Yosi,
Derina, Faisal SID, Runi Kembul, Neneng, dan Hanif, telah berkontribusi
dalam membangunkan skripsi ini;
11. Kanda-Yunda HMI KOMFISIP, Cabang Ciputat, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga, penulis
mengucapkan terimakasih. “Yakin Usaha Sampai;”
12. Teman-teman dari Forum Kajian Sosiologi (Kasogi), bagi penulis telah
banyak memberikan pemahaman untuk teori-teori sosiologi di tengah
perbincangan santai mencerahkan, guna menopang penyelesaian skripsi
ini;
viii
13. Rekan sejawat seperjalanan, Bajaj, Indra, Komeng, Idut, Jaweng, dan
Agung, telah mengisi waktu luang penulis di tengah kesibukan pergaulan
akademis. Keep it strong.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua dan
adik-adik penulis. Penulis menyadari benar akan keterbatasan skripsi ini dalam
mengetengahkan persoalan motif tindakan pencurian kendaraan bermotor pada
Warga Binaan Lapas klas I Cipinang, dari perspektif teori fenomenologi Alfred
Schutz. Oleh karenanya, kritik dan saran menjadi penting bagi penulis dalam
memperbaiki ke arah yang lebih baik untuk pengerjaan penulisan ilmiah di
kemudian hari.
Jakarta, 12 April 2017
Muhamad Luthfi
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ..................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 4
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 5
E. Kerangka Teoritis ....................................................................................... 13
F. Metode Penelitian....................................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 19
BAB II GAMBARAN UMUM ........................................................................... 20
A. Gambaran Umum Lapas Klas I Cipinang .................................................. 20
B. Gambaran Umum WBP Lapas Klas I Cipinang ........................................ 21
C. Gambaran Umum Pencurian Kendaraan Bermotor ................................... 28
x
BAB III ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN ......................................... 33
A. Because Motive Tindakan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor ........... 33
1. Pengalaman dari Kejahatan Sebelumnya ............................................. 33
2. Pengalaman Rekan Seprofesi ............................................................... 45
B. In-order to Motive Tindakan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor ...... 50
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 58
A. Kesimpulan ................................................................................................ 58
B. Saran ........................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ xiv
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.A.1. Tindakan Kriminal Pencurian Skala Nasional Tahun 2012-2016 ......... 1
Tabel II.A.1. Jumlah WBP Lapas Klas I Cipinang .................................................... 23
Tabel II.A.2. Jumlah WBP Menurut Jenis Kejahatan di Lapas Klas I Cipinang ....... 24
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Struktur Lapas Klas I Cipinang ............................................................ 21
Gambar II.2. Struktur Usia WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I Cipinang .......... 25
Gambar II.3. Pendidikan WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I Cipinang .............. 26
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkip Wawancara .............................................................................. xiv
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Mencari Data dan Wawancara .......................... liii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Dewasa ini, kasus kejahatan pencurian menjadi momok yang menakutkan
sebagian besar orang terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan
bermotor dalam menunjang aktivitas keseharian. Jenis kejahatan (pencurian
kendaraan bermotor) ini telah banyak diberitakan di setiap kasus yang terjadi, baik
melalui media elektronik maupun cetak. Besaran angka kasus kejahatan pencurian
kendaraan bermotor yang terjadi di Indonesia, bisa dilihat dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Kriminal. Sepanjang tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, kasus
kejahatan pencurian kendaraan bermotor menempati urutan kedua setelah kasus
pencurian dengan pemberatan (lihat Tabel I.A.1. Tindak Kriminal Pencurian
Skala Nasional Tahun 2012-2015).
Tabel I.A.1. Tindakan Kriminal Pencurian Skala Nasional Tahun 2012-2016
Kasus 2012 2013 2014 2015
Pencurian kendaraan
bermotor
41.816 42.508 42.165 38.389
Pencurian dengan
kekerasan
12.342 12.045 11.758 11.680
Pencurian dengan
pemberatan
46.977 46.064 42.699 41.100
Sumber: BPS Kriminal 2015 dan 2016
Kendati tidak menutup kemungkinan bahwa sejumlah pelaku kejahatan
pencurian kendaraan bermotor bisa terjerat Undang-Undang Hukum Pidana
tentang pencurian dengan kekerasan ataupun pencurian dengan pemberatan.
Pernyatan ini kemudian dipertegas oleh pendapat Adrianus Meliala dari perspektif
2
hukum yang dimuat dalam surat kabar online Suara Merdeka: “ketika motor
belum tercuri, jadi aniaya dan aniaya berat; ketika pencurian terjadi, tetapi tanpa
kontak fisik, jadi pencurian kendaraan bermotor; ketika barang hilang, korban
dipukuli, menjadi pencurian dengan kekerasan.” Masih dalam pendapat Adrianus
Meliala, meskipun terdapat tiga kasus dalam kejahatan pencurian, sejauh objek
sasaran kejahatannya adalah kendaraan bermotor, tetap saja yang muncul
dipermukaan adalah kejahatan pencurian kendaraan bermotor. (dalam
Nurokhman, Bahaya Jika Masyarakat Takut terhadap Kejahatan, 2015:6, dilihat
dari http://epaper.suaramerdeka.com/read/2015/03/22/06EM22C15MGU.pdf).
Sudut pandang umum dalam melihat kasus pencurian tidak terlepas dari
adanya hubungan logis dengan motif pelakunya, terutama dan paling utama
adalah motif ekonomi. Sudut pandang umum tersebut menggiring kepada sebuah
pemahaman bahwa pelaku kejahatannya tidak memiliki pekerjaan
(pengangguran). Asumsi umum ini diperkuat oleh Hugues Lagrange (2003)
melalui penelitiannya yang berjudul “Crime and Social-Economic Context”
dalam jurnal Revue Francaise de Sociologie, menegaskan bahwa pengangguran di
kalangan pemuda tidak berpendidikan berpengaruh terhadap tindak kejahatan
pencurian dan kekerasan.
Lebih lanjut, ketika pelaku kejahatan berhasil melakukan pencurian maka
barang-barang hasil curian akan digulirkan menjadi bernilai uang. Asumsi ini
tampak sudah mendapat kebenaran dengan sendirinya. Asumsi tersebut bukan
hanya memperlihatkan pelaku kejahatannya bermotifkan ekonomi tetapi
melibatkan pula bahwa kemiskinan selalu dianggap sebagai sebab terjadinya
3
kejahatan pencurian. Dalam konteks ini, kemiskinan hanya dilihat dari aspek
ekonomi, Prayetno (2013) dalam Jurnal Media Komunikasi FIS dengan judul
“Kausalitas Kemiskinan Terhadap Perbuatan Kriminal (Pencurian),”
menegaskan bahwa kemiskinan menjadikan seseorang tidak memiliki kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menumbuhkan rasa
kecemburuan sosial sehingga mendukung untuk melakukan kejahatan pencurian
(h.44).
Terdapat asumsi menarik lain, perbuatan mencuri akan mendapatkan tempat
pada seseorang ketika motif ekonomi dikaitkan dengan adanya peluang yang
terbuka untuk melakukan perbuatan itu (Harmeno, Baru Saja Bersandar, Enam
Orang Spesialis Pelaku Pencurian dalam Kapal Dibekuk Polisi, 2017 dilihat dari
http://tribratanews.polri.go.id/?p=182384). Menurut Rosemary Bromley dan Colin
Thomas (1997) dalam jurnal The Town Planning Review dengan judul “Vehicle
Crime in The City Centre: Planning for Secure Parking,” perbuatan mencuri
menjadi kondusif bagi pelakunya apabila dilihat dari lokasi parkir kendaraan
bermotor dan kejahatan dilakukan pada malam hari.
Lebih lanjut, ketiadaan closed circuit television (CCTV) di lokasi-lokasi
tempat parkir kendaraan bermotor menyediakan dukungan untuk melakukan
percobaan pencurian. Sementara, percobaan pencurian oleh pelaku kejahatan
kerapkali dilakukan pada malam hari, mengingat bahwa waktu malam hari dinilai
sangat jauh dari penglihatan orang lain yang dimungkinkan bisa menggagalkan
rencana jahat dari pelaku. Sebagaimana Marcus Felson dan Ronald V. Clarke
(1998) yang berjudul “Opportunity Makes the Thief: Practical Theory for Crime
4
Prevention,” dalam Research Development Statistics, sebab terjadinya sebuah
tindak kejahatan pada seseorang bukan hanya memperlihatkan motivasi dari
pelakunya untuk berbut jahat, melainkan berakar dari adanya kesempatan, yaitu
berupa suitable target, capable guardian (h.4).
Berdasarkan pada penjelasan yang telah terurai di atas, asumsi bahwa jenis
kejahatan ini memiliki kecenderungan besar bermotifkan ekonomi dari pelaku
kejahatannya, berlaku baik pada kasus pencurian kendaraan bermotor. Meskipun
bermotifkan ekonomi dari pelaku, perbuatan mencuri bukan hanya semata-mata
disebabkan oleh persoalan kemiskinan, melainkan juga dikondisikan dengan
adanya unsur kesempatan yang mendukung. Pada titik ini, terjadinya tindak
pencurian pada seseorang menjadi menarik ketika diketengahkan dalam persoalan
motif. Oleh karena itu, penelitian skripsi ini tertarik untuk mendalami dan
memahami motif tindakan pelaku pencurian kendaraan bermotor.
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah because motive tindakan pelaku pencurian kendaraan
bermotor pada Warga Binaan (WBP) Lapas klas I Cipinang?
2. Bagaimanakah in-order to motive tindakan pelaku pencurian kendaraan
bermotor pada Warga Binaan (WBP) Lapas klas I Cipinang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk memberikan penjelasan because motive tindakan pelaku
pencurian kendaraan bermotor pada Warga Binaan (WBP) Lapas klas
I Cipinang;
5
b. Untuk memberikan penjelasan in-order to motive tindakan pelaku
pencurian kendaraan bermotor pada Warga Binaan (WBP) Lapas klas
I Cipinang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis, laporan penelitian dapat menunjang referensi
sosiologi kriminal dalam kajian kejahatan pencurian kendaraan
bermotor;
b. Manfaat praktis, untuk penelitian sejenis yang dilakukan selanjutnya.
Penelitian skripsi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
kerangka berpikir.
D. Tinjauan Pustaka
Peninjauan terhadap penelitian terdahulu dalam skripsi ini dipetakan
berdasarkan pada pencurian (kendaraan bermotor) dan penggunaan konsep
because motive serta in-order to motive tindakan.
Pertama, penelitian Teddy Maulana Budiman (2003) yang berjudul
Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor di Wilayah Hukum Poltabes
Pekanbaru (Suatu Tinjauan Kriminologis tentang Motif yang Melatarbelakangi
serta Modus Operandinya) dalam Tesis kriminologi, FISIP Universitas Indonesia.
Penelitian ini mempertanyakan motif dan modus operandi pelaku pencurian
kendaraan bermotor. Metodologi penelitian yang digunakannya adalah metode
kualitatif. Sementara, kerangka teoritis dalam penelitiannya menerapkan lima
kategori kejahatan dari Charles McCaghy dan teori pilihan rasional dari Larry J
Siegel.
6
Kesimpulan dalam laporan penelitiannya menyebutkan bahwa pelaku
kejahatan pencurian kendaraan bermotor diklasifikasikan menjadi dua tipe
menurut pengoperasian kejahatan, yaitu pelaku amatir dan pelaku profesional.
Ekonomi menjadi motif yang mendominasi dikarenakan para pelaku kejahatan
pencurian kendaraan bermotor dihadapkan pada kesulitan ekonomi. Modus
operandi pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor bersifat konvensional,
kendaraan hasil pencurian dijual oleh pelaku kepada penadah di luar Kota atau
kepada oknum TNI.
Kedua, penelitian Subhan Malik (2004) dengan judul Proses Belajar
Kejahatan Pencurian (Studi Kasus Terhadap Enam Orang Pelaku Pencurian)
dalam Skripsi kriminologi, FISIP Universitas Indonesia. Penelitian ini berusaha
menjelaskan bagaimana proses belajar sosial pelaku pencurian. Pengerjaan
penelitiannya dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teori
asosiasi diferensial dari Sutherland digunakan dalam penelitiannya.
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa proses belajar sosial pelaku
kejahatan pencurian terjadi di dalam kelompok intim. Dorongan dan motivasi ke
arah sikap dan perilaku kejahatan pada seseorang diawali dengan keakraban
dengan rekan lainnya melalui proses komunikasi. Melaluinya, seseorang akan
mengetahui cara-cara dan teknik kejahatan pencurian dengan cakap. Seseorang
yang berkecenderungan berbuat kejahatan (pencurian) dikarenakan mengadakan
kontak dengan pola-pola kriminal dan jauh dari pola-pola non-kriminal.
Ketiga, penelitian Djoko Budi Sutianto (2005) berjudul Pengalaman Belajar
Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor dalam Skripsi kriminologi, FISIP
7
Universitas Indonesia. Penelitiannya berusaha menjelaskan bagaimana proses
belajar kejahatan pada pelaku pencurian kendaraan bermotor. Metodologi yang
digunakannya adalah metode penelitian kualitatif. Perhatian pada proses belajar
pada pelaku pencurian kendaraan bermotor, guna mendapatkan penjelasan
permasalahan yang diketengahkan kemudian menempatkan teori asosiasi
diferensial dari Sutherland sebagai kerangka teoritis dalam penelitiannya.
Laporan penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa proses pembelajaran
pada pelaku pencurian kendaraan bermotor diperoleh dari dalam kelompok intim
yang ditempuh melalui proses komunikasi percakapan dan isyarat, melihat, sikap,
dalam jalinan interaksi antara satu dengan lainnya. Seseorang akan mempelajari
teknik-teknik kejahatan, motivasi, dorongan, dan rasionalisasi ke arah kejahatan
pencurian kendaraan bermotor. Keahlian kejahatan yang dimiliki seseorang bukan
muncul dalam keadaan terisolasi dari orang lain. Hal ini ditunjukkan bahwa
keahlian kejahatan yang dimilikinya diperoleh dari teman dekat yang
berkecimpung dalam kejahatan pencurian kendaraan bermotor.
Keempat, penelitian sosiologi dari Ross L Matsueda, Derek A Kreager, dan
David Huangiz (2006) yang berjudul Dettering Delinquents: A Rational Choice
Model of Theft and Violence dalam jurnal American sociological review.
Penelitiannya menanamkan tiga pertanyaan teoritis: bagaimana pembentukan
risiko yang dirasakan pelaku; bagaimana pilihan rasional atas perilaku pencurian
dan kekerasan; bagaimana perilaku penghindaran potensial atas risiko.
Metodologi yang digunakannya adalah metode penelitian kuantitatif dengan
menerapkan uji random-effects tobit models. Kerangka teoritis dalam
8
penelitiannya menggunakan dua teori, yaitu pada model pembelajaran Bayesian
dan teori pilihan rasional.
Laporan penelitiannya menemukan bahwa tindakan di tingkat individual
tidak terlepas dari peranan lembaga-lembaga yang lebih luas dan kelompok dalam
mengambil keputusan. Lembaga pendidikan menampilkan biaya bagi pelaku
pelanggar dikarenakan peranannya dalam menanamkan komitmen terhadap
pelajar. Lembaga hukum memainkan peranan dalam membentuk persepsi pemuda
terhadap risiko potensial dikarenakan sangsi hukum yang tidak memihak. Adapun
pembentukan risiko kejahatan yang dirasakan pelaku pelanggar, yaitu berdasarkan
kepada pengalaman secara langsung dengan sistem hukum dan sebagian lagi
diperoleh dari informasi rekan sebaya dalam kelompok. Selanjutnya, diketemukan
bahwa keputusan pelaku pelanggar untuk berbuat mencuri dan kekerasan terkait
dengan perolehan status sosial di dalam kelompok, seseorang dengan perilaku
melanggar hukum akan mendapatkan pengakuan dari rekan sebaya dalam
kelompok sebagai keren.
Kelima, penelitian sosiologi dari Mujib Bud Da’wah dan Sugeng Harianto
(2015) yang berjudul Fenomenologi Penggunaan Atribut Militer oleh Anggota
Masyarakat Sipil pada Kendaraan Bermotor dalam jurnal Paradigma. Penelitian
ini berusaha memberikan penjelasan motif sebab dan motif tujuan penggunaan
atribut militer oleh anggota masyarakat sipil pada kendaraan bermotor.
Penelitiannya menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori
fenomenologi dari Alfred Schutz terutama pada konsep because motive dan in-
order to motive.
9
Hasil laporan penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan atribut
militer oleh masyarakat sipil disebabkan adanya relasi kekerabatan dan
pertemanan individu dengan anggota militer, faktor lingkungan, dan atribut
militer bagi individu memiliki prestise. Sementara, tujuan dari penggunaan atribut
oleh masyarakat sipil adalah untuk pertahanan diri (self defense) dan membangun
identitas baru. Pertahanan diri terdiri dari dua tujuan, yaitu self defense dari tindak
penilangan Polisi dan self defence dari kejahatan jalanan (seperti pencurian,
penjambretan, dan pembegalan.
Keenam, penelitian Maulidia Ramli (2016) dengan judul Kekerasan Gang
Motor di Kota Makassar (Perspektif Teori Fenomenologi Alfred Schutz) dalam
Tesis sosiologi, FISIP Universitas Airlangga. Penelitiannya mendiskusikan
persoalan kenakalan di kalangan remaja di dalam kelompok pertemanan di Kota
Makassar, dikenal dengan sebutan gang motor. Kenakalan remaja yang terjadi
kerapkali mengarah kepada tindak kejahatan, seperti perampokan, begal, jambret,
dan pembunuhan. Penelitiannya berusaha menjelaskan motif sebab dan motif
tujuan atas penggunaan kekerasan oleh gang motor. Metode penelitian kualitatif
dan teori fenomenologi dari Alfred Schutz diterapkan dalam menjelaskan
permasalahan penelitiannya.
Dari hasil penelitian diketemukan bahwa, di satu sisi, penjelasan motif
sebab pelaku terlibat dalam gang motor adalah dikondisikan oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti keinginan untuk mencoba
suatu hal baru. Sedangkan pada faktor eksternal adalah ketidakberfungsian secara
baik yang dihadapkan pelaku pada keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
10
Sementara, penjelasan motif bertujuan pelaku terlibat di dalam gang motor, antara
lain mendapatkan rasa aman, menambah kekuatan kelompok, dan eksistensi gang.
Lebih lanjut, di sisi lain, penjelasan motif sebab pelaku gang motor
menggunakan kekerasan, yaitu tidak ingin mengulur waktu pembegalan,
mematuhi perintah senior, mengkonsumsi miras dan narkoba, balas dendam,
kepemilikan senjata tajam oleh pelaku. Sedangkan pada penjelasan motif
bertujuan pelaku di dalam gang motor menggunakan kekerasan adalah untuk
eksistensi pelaku dalam internal gang, eksistensi gang di lingkungannya dimana
kekerasan dijadikan sarana untuk mempertahankan diri dalam mendominasi disaat
melakukan tindakan kriminal. Turut serta adanya mekanisme penggunaan
kekerasan oleh pelaku gang motor dengan melakukan pengintaian, keamanan
lokasi, untuk kemudian memberikan kekerasan kepada para korbannya.
Berdasarkan peninjauan terhadap sejumlah penelitian terdahulu, skripsi ini
menerima banyak masukan yang berkenaan dengan pembahasan kriminalitas dan
penggunaan konsep because motive serta in-order to motive. Selain itu, berguna
untuk memposisikan penelitian skripsi ini diantara penelitian terdahulu lainnya.
Terdapat kesamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan skripsi ini.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif, begitu juga dengan
penelitian Teddy Maulana Budiman (2003), Subhan Malik (2004), Djoko Budi
Sutianto (2005), Mujib Bud Da’wah dan Sugeng Harianto (2015), dan penelitian
Maulidia Ramli (2016). Sementara, penelitian Ross L Matsueda et al (2006)
menerapkan metode penelitian kuantitatif.
11
Penelitian Teddy Maulana Budiman (2003) dengan skripsi ini sama-sama
memperhatikan persoalan motif pelaku pencurian kendaraan bermotor. Teddy
Maulana Budiman menumbuhkan kesimpulan bahwa keterhimpitan ekonomi
menjadikan pelaku pencurian kendaraan bermotor bermotifkan ekonomi.
Sementara, meskipun skripsi ini membahas persoalan motif pelaku pencurian
kendaraan bermotor, akan tetapi tidak dilihat dari sudut pandang rasionalitas
pelaku kejahatan. Hal ini kemudian diperjelas ketika kesimpulan Teddy Maulana
Budiman diperoleh dari penggunaan teori pilihan rasional milik Larry J Siegel dan
kategori kejahatan menurut Charles McCagny. Sedangkan, skripsi ini
menggunakan teori fenomenologi dari Alfred Schutz.
Penelitian Subhan Malik (2004) dan penelitian Djoko Budi Sutianto (2005)
sama-sama mempertanyakan proses belajar sosial pelaku pencurian. Penelitian
Djoko Budi Sutianto diterapkan pada kasus yang lebih spesifik, yaitu pencurian
kendaraan bermotor. Skripsi ini juga melihat kasus pencurian pada kasus
kendaraan bermotor. Dengan mempertanyakan proses belajar sosial, kedua
penelitian tersebut menggunakan teori asosiasi diferensial milik Sutherland.
Sementara, skripsi ini fokus pada motif tindakan pelaku pencurian dengan
menerapkan teori fenomenologi Alfred Schutz.
Penelitian Ross L Matsueda et al (2006) memberikan perhatian kepada
pembentukan risiko, pilihan rasional tindak pencurian dan kekerasan, serta
menghindari risiko potensial. Teori yang digunakan adalah teori pembelajaran
dari model Bayesian dan pilihan rasional. Sementara, skripsi ini hanya
12
mengetengahkan persoalan motif tindakan pelaku pencurian kendaraan bermotor
dengan menggunakan teori fenomenologi yang diperkenalkan Alfred Schutz.
Penelitian Mujib Bud Da’wah dan Sugeng Harianto (2015) apabila
dihadapkan dengan skripsi ini akan terlihat persamaan, yaitu berbicara mengenai
motif tindakan yang melibatkan penggunaan teori fenomenologi Alfred Schutz.
Mujib Bud Da’wah dan Sugeng Harianto mengetengahkan isu mengenai
penggunaan atribut militer oleh masyarakat sipil pada kendaraan bermotor.
Sementara, skripsi ini mengangkat kasus pencurian kendaraan bermotor pada
pelakunya.
Penelitian Maulidia Ramli (2016) dengan skripsi ini sama-sama
memperhatikan isu kriminalitas dan penggunaan teori fenomenologi Alfred
Schutz. Maulidia Ramli dalam mengangkat isu kriminalitas lebih mencakup ke
tindak perampokan, pembegalan, pencurian, penjambretan, dan pembunuhan.
Sedangkan, skripsi ini hanya fokus pada kasus pencurian kendaraan bermotor
pada pelaku pelanggar yang sedang menjalani masa hukuman pidana di sebuah
Lembaga Pemasyarakatan.
Lebih lanjut, Maulidia Ramli dalam memperhatikan kriminalitas terjadi
pada sebuah kelompok atau gang motor, penggunaan kekerasan oleh gang motor
di Kota Makassar. Sementara, skripsi ini hanya sebatas mempertanyakan motif
tindakan pencurian kendaraan bermotor pada orang-per-orangan. Dengan
perkataan lain, skripsi ini berada pada skala penelitian individual, sedangkan
penelitian Maulidia Ramli berada dalam situasi kolektif.
13
E. Kerangka Teoritis
Teori Fenomenologi dari Alfred Schutz memusatkan perhatian pada
tindakan sosial dengan melibatkan konsep because motive (motif sebab) dan in-
order to motive (motif bertujuan) (dalam Supraja, 2012:88). Schutz melihat
tindakan aktor yang membentuk makna subjektif bukan berada pada dunia
personal, melainkan terbentuk dalam dunia sosial yang menghasilkan kesamaan
dan kebersamaan di antara aktor. Tindakan sosial kemudian didefinisikan sebagai
tindakan yang berorientasi ke arah tindakan aktor lain pada masa lalu, sekarang
dan masa depan. (dalam Otniel Takalamingan, 2013)
Motif sebab, penjelasan sebab terjadinya tindakan pada aktor yang
dipersoalkan. Persoalan sebab pada tindakan aktor dilatarbelakangi oleh peristiwa
masa lalu atau berdasarkan pada pengalaman aktor itu sendiri (Schutz, 1967: 91-
96). Menurut M Zaner (1961) bahwa pengalaman masa lalu yang dimiliki aktor
dari pandangan Schutz adalah dikenakan secara sosial (h.84). Sifat kehidupan
sehari-hari yang diikuti oleh aktor bisa memberikan pengalaman, pada gilirannya,
pengalaman itu sendiri menjadi sumber pengetahuan di tangan aktor. Schutz
(dalam Ritzer dan Douglas, 2008) membedakan pembentukan pengalaman masa
lalu menjadi dua bagian menurut sifat kehidupan sehari-hari, yaitu We-
relationship (hubungan-kita) dan They-relationship (hubungan-mereka) (h.235).
Hubungan-kita diasosiasikan dengan pengalaman masa lalu yang dialami
oleh aktor secara langsung dalam situasi tatap muka (Face-to-face). Pada mode
hubungan-kita ini mengandaikan bahwa keberadaan dan pikiran aktor-aktor satu
sama lain saling menyadari sebagai konsekuensi wajar dari kedekatan spasial-
14
temporal. Aktor-aktor yang terlibat dalam situasi tatap muka dimungkinkan bisa
mengorientasikan pandangannya ke arah satu sama lainnya, guna memperoleh
pemahaman terhadap makna subjektif dari tindakan masing-masing aktor. Pada
titik ini, pandangan ke aktor lain menjadi sisi motif resiprokal antar aktor yang
berada dalam mode hubungan-kita. (Schutz, 1967:163-167)
Lebih lanjut, Hubungan-mereka mengandaikan ketiadaan aktor lain.
Pasokan pengetahuan yang diperoleh aktor didasarkan pada pengalaman secara
tidak langsung. Bagian mendasar dari mode hubungan-mereka adalah mediasi dan
deskriptif. Mediasi dipahami sebagai pengalaman aktor secara tidak langsung
akan tetapi mendapat keabsahannya dari pengetahuan aktor lain yang mengalami
secara langsung. Sementara, pada bagian mendasar deskriptif adalah pengalaman
yang dimunculkan dari referensi diri aktor dalam memperoleh pengetahuan.
(Schutz, 1967:181-186)
Motif bertujuan, aktor dalam bertindak memiliki harapan yang
terproyeksikan. Tentu saja harapan ini melibatkan maksud, rencana, antisipasi,
dan prediksi. Oleh karena itu, keberadaan harapan di dalam setiap tindakan aktor
terkait dengan ambisi keinginan untuk menjadikan nyata (Schutz, 1967:86-91).
Pengaplikasian teori fenomenologi Alfred Schutz pada kasus pencurian
kendaraan bermotor dapat diasumsikan bahwa pelaku kejahatan berada dalam
tindakan sosial, mengandaikan adanya motif sebab dan motif tujuan dari pelaku.
Pada konteks motif sebab, peneliti melihat pelaku melakukan kejahatan pencurian
kendaraan bermotor ketika teman-teman mereka berhasil melakukan pencurian
dan menikmati hasil kejahatannya. Untuk motif tujuan, peneliti melihat pelaku
15
pencurian memiliki pandangan untuk meningkatkan daya beli setelah barang hasil
curian menjadi bernilai ekonomi.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif merupakan prosedur untuk mengeksplorasi dan memahami makna
yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2014:2). Berdasarkan pengertian
pendekatan kualitatif, skripsi ini berangkat dari fenomena pelaku kejahatan
pencurian kendaraan bermotor yang dominan berada dalam masalah sosial,
yaitu kemiskinan. Oleh karena itu, pendekatan ini sejalan dalam upaya
menelusuri dan memahami motif tindakan pelaku pencurian kendaraan
bermotor pada WBP Lapas klas I Cipinang.
Skripsi ini menerapkan strategi jenis penelitian deskriptif. Jenis
penelitian deskriptif memfokuskan pada pertanyaan “bagaimana” (dalam
Silalahi, 2009:28). Hal ini sesuai dengan perhatian dalam penelitian skripsi ini
yang mengetengahkan permasalahan tentang bagaimana motif tindakan pelaku
pencurian kendaraan bermotor.
2. Subjek Penelitian
Penetapan informan dalam skripsi ini menggunakan teknik sampling
snowball (sampel bola salju). Hal ini dipertimbangkan atas perhatian skripsi ini
terhadap WBP kasus pencurian kendaraan bermotor sebagai subjek penelitian.
Diketahui bahwa Pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
16
tentang pencurian tidaklah menyebutkan pencurian kendaraan bermotor, yang
ada hanyalah empat macam kategori pencurian, yaitu pencurian biasa,
pencurian ringan, pencurian dengan pemberatan, dan pencurian dengan
kekerasan. Situasi seperti ini menyulitkan peneliti dalam pencarian WBP kasus
pencurian kendaraan bermotor. Oleh karena itu, teknik sampel bola salju dirasa
sesuai, sebagaimana dalam pengoperasiannya:
“Pertama-tama, diidentifikasi orang yang dianggap dapat memberi
informasi untuk diwawancarai. Kemudian, orang ini dijadikan sebagai
informan untuk mengidentifikasi orang lain sebagai sampel yang dapat
memberi informasi dan orang ini juga dijadikan sebagai informan untuk
mengidentifikasi orang lain sebagai sampel yang dianggap dapat
memberi informasi.” (Silalahi, 2009:273-274)
Informan pertama diketahui atas informasi yang diberikan WBP kasus
narkotika kepada Petugas Lapas (pendamping peneliti disaat proses penelitian
berlangsung). Informan pertama memberikan rekomendasi untuk informan
kedua. Setelah peneliti mengantongi identitas diri informan kedua, maka
peneliti mengkonfirmasi ke Petugas Lapas. Begitu pula selanjutnya dalam alur
yang sama sampai kepada informan baru lainnya. Oleh karena itu, model
teknik sampel bola salju yang diterapkan dalam skripsi ini adalah linier
snowball modle atau peneliti bergerak linier untuk menemukan informan baru,
dari satu informan ke informan lain (Johan Castilo dalam Burhan Bungin,
2007: 109).
Teknik sampel bola salju dapat dihentikan apabila data yang diperoleh
sudah mengalami titik jenuh. Hal ini bisa terjadi dikarenakan disetiap
tahapannya perolehan data akan mengalami progresifitas. Oleh karena itu,
peneliti menghentikan tekni sampel ini pada informan keenam. Hal ini
17
didasarkan pada perolehan data yang terkumpul dari informan sudah dirasa
cukup dalam menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini.
3. Lokasi Penelitian
Pengerjaan penelitian skripsi ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) klas I Cipinang, Kanwil DKI Jakarta. Lapas klas I Cipinang, yang
beralamat di Jln. Bekasi Timur No.170 Jakarta Timur. penelitian ini dilakukan
dimulai pada Bulan Juli 2016 sampai dengan Bulan Oktober 2016.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan subjek penelitian, yaitu
WBP kasus pencurian kendaraan bermotor. Teknik pengumpulan data dengan
melakukan tanya jawab secara langsung. Pengumpulan data primer dengan
menggunakan teknik wawancara dimaksudkan supaya peneliti bisa
memperoleh data secara mendalam (Maleong, 2005: 135).
Untuk perolehan data sekunder, sumber data ini berupa studi
dokumentasi. Pengumpulan data dokumentasi menurut Creswell (2014) bisa
bersumber dari dokumen publik (seperti surat kabar dan laporan resmi)
maupun dokumen pribadi (baik berupa buku catatan harian, surat-surat, dan e-
mails) (h.190). Dokumen yang dimanfaatkan dalam skripsi ini bersumber dari
dokumen publik, seperti laporan harian dalam seksi registrasi Lapas, laporan
bulanan UPT dalam sms.ditjenpas.go.id, laporan perkara detail informan dalam
System Data Base Pemaasyarakatan (SDP) Lapas, dan referensi penunjang
lainnya berkenaan dengan kejahatan pencurian (kendaraan bermotor) baik
18
cetak maupun elektronik dalam bentuk buku referensi, artikel jurnal, surat
kabar, dan majalah.
5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Neuman (2013) menjelaskan bahwa teknik pengolahan dan analisis data
semestinya memperhatikan, antara lain pemeriksaan, pemilahan,
penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis, dan pernungan data yang
dikodekan (h.570). oleh karena itu, dalam pengerjaan pengolahan dan analisa
data dalam skripsi ini dibagi ke dalam beberapa proses tahapan, yaitu:
a. Reduksi Data
Pada tahap pertama, peneliti dituntut untuk menjadikan data mentah
ke dalam kode analitis. Hal ini dimaksudkan supaya data yang tersedia
dikenakan pengerjaan penyeleksian atau penyederhanaan data. data disusun
secara sistematis, agar mendapatkan kejelasan dari data yang telah peneliti
peroleh.
b. Penyajian Data
Tahapan kedua, setelah data berhasil difokuskan maka bisa dilakukan
penyajian data. Penyajian data dimaksudkan supaya mempermudah
pemahaman peneliti terhadap data, sehingga pertanyaan penelitia skripsi ini
bisa dijawab. Penyajian data bisa dilakukan dengan pembuatan matriks,
gambar atau skema, dan tabel.
19
c. Penarikan Kesimpulan
Pada tahapan selanjutnya, dilakukan pengerjaan verifikasi dari setip
tahapan analisis data, dengan cara seperti ini pembuatan kesimpulan bisa
menjadi kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dirancang berdasarkan bab-per-bab sekaligus
memberikan perincian konten dalam masing-masing bab. Terdapat empat bab
dalam skripsi ini, sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bagian ini memaparkan pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis,
metode penelitian, dan sistematika penelitian;
Bab II Gambaran Umum, bagian ini berisikan gambaran umum Lapas klas I
Cipinang, WBP Lapas klas I Cipinang, dan gambaran umum pencurian kendaraan
bermotor.
Bab III Analisis dan Temuan Lapangan, bagian ini berisikan pengerjaan
analisis dari temuan data penelitian di lapangan. Data penelitian lapangan berupa
hasil wawancara.
Bab IV Penutup, bagian ini memaparkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan jawaban dari rumusan pertanyaan penelitian. Memberikan saran yang
berguna untuk keperluan penelitian selanjutnya.
20
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Lapas Klas I Cipinang
Transformasi dari penjara ke Lembaga Pemasyarakatan terjadi sejak tahun
1964 yang diawali dengan lahirnya sistem pemasyarakatan di Indonesia dengan
menekankan usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial pada Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP). Dengan begitu, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tidak
hanya semata berfungsi membuat jera para pelanggar hukum di Indonesia, dengan
konotasi pembalasan, penjeraan, dan resosialisasi. Lapas Cipinang beralamat di
Jln. Bekasi Timur No.170 Jakarta Timur, sudah berdiri sejak tahun 1912 oleh
Pemerintah Hindia Belanda. (dilihat dari Pelayanan publik-pemasyarakatan dalam
Jakarta.Kemenkumham.go.id)
Visi dan Misi Lapas klas I Cipinang, sebagai berikut: visi, memulihkan
kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (membangun manusia mandiri); misi, melaksanakan
perawatan tahanan dan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam
kerangka penegakkan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta
pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia. (dilihat dari About us dalam
lpcipinangsatu.wordpress.com)
Lapas Cipinang diklasifikasikan sebagai Lapas klas I, hal ini didasarkan atas
pertimbangan kapasitas hunian. Untuk golongan klas I, kapasitas hunian standar
sebesar 1.500 orang. Sementara untuk Lapas klas II A dan II B, daya tampung
21
kurang dari 1.500 orang. Klasifikasi juga ditinjau dari kegiatan kerja petugas
Lapas, yaitu berdasarkan struktur organisasi yang berbeda-beda (dilihat dari About
us dalam lpcipinangsatu.wordpress.com).
Gambar II.1. Struktur Lapas Klas I Cipinang
Sumber: dilihat dari About us dalam lpcipinangsatu.wordpress.com
B. Gambaran Umum WBP Lapas Klas I Cipinang
Berdasarkan pada peraturan dan tata tertib Warga Binaan Pemasyarakatan
yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM, No. 6 tahun 2013, pasal 3
dan pasal 4.
Pasal 3 menyebutkan bahwa diwajibkan bagi Narapidan dan Tahanan:
1. Taat menjalankan ibadah sesuai agama dan/ atau kepercayaan yang
dianutnya serta memelihara kerukunan beragama;
2. Mengikuti seluruh kegiatan yang diprogramkan;
3. Patuh, taat, dan hormat kepada Petugas;
4. Mengenakan pakaian seragam yang telah ditentukan;
22
5. Memelihara kerapihan dan berpakaian sesuai dengan norma kesopanan;
6. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan hunian serta mengikuti kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka kebersihan lingkungan hunian; dan
7. Mengikuti apel kamar yang dilaksanakan oleh Petugas Pemasyarakatan.
Pada pasal 4 dilarang bagi Narapidana dan Tahanan:
1. Mempunyai hubungan keuangan dengan Narapidana ata Tahanan lain
maupun dengan Petugas Pemasyarakatan;
2. Melakukan perbuatan asusila dan/ atau penyimpangan seksual;
3. Melakukan upaya melarikan diri atau membantu pelarian;
4. Memasuki Steril Are atau tempat tertentu ditetapkan Kepala Lapas atau
Rutan tanpa izin dari Petugas Pemasyarakatan yang berwenang;
5. Melawan atau menghalangi Petugas Pemasyarakatan dalam menjalankan
tugas;
6. Membawa dan/ atau menyimpan uang secara tidak sah dan barang
berharga lainnya;
7. Menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/ atau
mengkonsumsi narkotika dan/ atau prekursor narkotika serta obat-obatan
lain yang berbahaya;
8. Menyimpan, membuat, membawa, mengedarkan, dan/ atau
mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol;
9. Melengkapi kamar hunian dengan alat pendingin, kipas angin, televisi,
dan/ atau alat elektronik lainnya;
10. Memiliki, membawa dan/ atau menggunakan alat elektronik, seperti
laptop atau komputer, kamera, alat perekam, telepon genggam, pager,
dan sejenisnya;
11. Melakukan pemasangan instalasi listrik di dalam kamar hunian;
12. Membuat atau menyimpan senjata api, senjata tajam, atau sejenisnya;
13. Membawa dan/ atau menyimpan barang-barang yang dapat menimbulkan
ledakan dan/ atau kebakaran;
14. Melakukan tindakan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psikis,
terhadap sesama Narapidana, Tahanan, Petugas Pemasyarakatan, atau
tamu/ pengunjung;
15. Mengeluarkan perkataan yang bersifat provokatif yang dapat
menimbulkan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban;
16. Membuat tato, memanjangkan rambut bagi Narapidana atau Tahanan
Laki-laki, membuat tindik, mengenakan anting, atau lainnya yang
sejenis;
17. Memasuki blok dan/ atau kamar hunian lain tanpa izin Petugas
Pemasyarakatan;
18. Melakukan aktifitas yang dapat mengganggu atau membahayakan
keselamatan pribadi atau Narapidana, Tahanan, Petugas Pemasyarakatan
pengunjung, atau tamu;
19. Melakukan perusakan terhadap fasilitas Lapas atau Rutan;
20. Melakukan pencurian, pemerasan, perjudian, atau penipuan;
23
21. Menyebarkan ajaran sesat; dan
22. Melakukan aktifitas lain yang dapat menimbulkan gangguan keamanan
dan ketertiban Laps atau Rutan.
Adapun besaran jumlah WBP Lapas klas I Cipinang, tingkat hunian pada
Bulan Juli 2016 sampai dengan September 2016 (lihat Tabel II.A.1. Jumlah WBP
Lapas Klas I Cipinang) menggambarkan kondisi Lapas Cipinang tergolong
sebagai Lapas klas I. Memperlihatkan besaran hunian lebih dari 1.500 orang di
setiap Bulannya, hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi secara terus
menerus dan memiliki potensi besar berdampak pada daya tampung yang
melebihi kapasitas. Jika demikian kondisinya, penelusuran data mengenai jenis-
jenis kejahatan yang ada di Lapas klas I Cipinang dirasa penting menimbang
bahwa hal ini mewakili tren tindak pidana yang sedang terjadi di tengah-tengah
masyarakat.
Tabel II.A.1. Jumlah WBP Lapas Klas I Cipinang
Periode Tahanan Napi Total
Juli 52 orang 2.786 orang 2.838 orang
Agustus 72 orang 2.799 orang 2.871 orang
September 75 orang 2.843 orang 2.918 orang
Sumber: Laporan Bulanan UPT 2016 dalam smslap.ditjenpas.go.id
Berdasarkan pada Tabel II.A.2. Jumlah WBP Berdasarkan Jenis Kejahatan
di Lapas Klas I Cipinang, apabila diurutkan berdasarkan jumlah WBP yang
terlibat tindak pidana konvensional, kejahatan pencurian menempati posisi urutan
keempat setelah kejahatan pembunuhan dan kejahatan terhadap anak. Kondisi
seperti ini menunjukkan adanya perubahan pola tindak kejahatan dimana
kejahatan konvensional yang memiliki unsur merugikan orang lain kini lebih
besar berkecenderungan ke arah kejahatan tanpa adanya korban, yaitu tindak
24
pidana penyalahgunaan narkoba. Menurut Kapolda Metro Jaya Mochamad
Iriawan, sebagaimana dimuat dalam Megapolitan.Kompas.com, dari sebelas jenis
kejahatan yang menonjol pada tahun 2016, kasus penyalahgunaan narkoba
mencapai peringkat pertama dengan angka sebesar 5.333 kasus, kemudian disusul
dengan tindak pidana pencurian dengan pemberatan mencapai 3.187 kasus
(Nibras Nada Nailufar, Ini 11 Jenis Kejahatan yang Menonjol Selama 2016, 2016,
dilihatdarihttp://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/29/17470511/ini.11.jenis.
kejahatan.yang.menonjol.selama.2016).
Tabel II.A.2. Jumlah WBP Menurut Jenis Kejahatan di Lapas Klas I
Cipinang
Jenis Kejahatan Tahanan Napi
Narkoba 68 orang 2.381 orang
Korupsi - 9 orang
Terorisme - 11 orang
Human trafficking - 7 orang
Money laundry 1 orang 7 orang
Pembunuhan 3 orang 72 orang
Perampokan 3 orang 25 orang
Pencurian - 51 orang
Pengeroyokan - 34 orang
Keimigrasian - 1 orang
Penculikan - 5 orang
Kesehatan - 11 orang
Perlindungan anak - 118 orang
Penipuan - 18 orang
UU drt 12/16 - 8 orang
Kdrt - 8 orang
Lain-lain - 48 orang
Jumlah 75 orang 2.814 orang
Sumber: Laporan Harian, 28 September 2016, dalam Seksi Registrasi
Lapas Klas I Cipinang
Bawengan (1997) dalam Prayetno (2013) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan dan struktur usia dinilai menjadi dua diantara pemicu lainnya dalam
koridor internal seseorang untuk melakukan pelanggaran hukum (pidana). Lebih
25
lanjut, Thomas Shellin, sebagaimana dikutip dalam Prayetno (2013),
kecenderungan seseorang terlibat dalam kejahatan berkecenderungan lebih besar
pada usia 20 – 25 tahun dan terdapat kecenderungan seseorang untuk tidak
melakukan kejahatan sama sekali pada usia lebih dari 25 tahun. (dalam Prayetno,
2013:37-38)
Gambar II.2. Struktur Usia WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I Cipinang
Sumber: Laporan Harian, 11 Oktober 2016, dalam Seksi Registrasi Lapas klas I
Cipinang
Pada Gambar II.2. Struktur Usia WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I
Cipinang, terlihat bahwa dari 53 warga binaan pemasyarakatan kasus pencurian:
presentase tertinggi dimiliki pada usia lebih dari 31 tahun sebesar 30%; pada usia
20-25 tahun mencapai 26%; kemudian disusul pada usia 26-30 tahun dengan
persentase mencapai 25%; untuk usia 31-35 tahun sebesar 19%. Dengan ini, dapat
dikatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian dari yang diyakini oleh Thomas Shellin
dalam Prayetno (2013) apabila ditinjau dari usia WBP kasus pencurian di Lapas
klas I Cipinang. Menimbang bahwa kasus pencurian didominasi oleh usia lebih
26%
25%
19%
30%
20-25
26-30
31-35
>36
26
dari 25 tahun dengan total persentase mencapai 74%, sementara sisanya 26%
dimiliki oleh kelompok usia 20-25 tahun.
Struktur usia WBP kasus pencurian tergolong sebagai usia produktif,
sebagaimana dalam Bappenas.go.id (dalam Prijono Tjiptoherijanto, 2001), dari
usia 15 – 64 tahun. Kemudian Prijono Tjiptoherijanto melanjutkan bahwa
klasifikasi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap munculnya
konsekuensi yang harus diterima dari hasil pergeseran struktur usia: konsekuensi
peningkatan pelayanan pendidikan dan kesempatan kerja terjadi setelah
pergeseran dari usia muda ke usia produktif; pergeseran dari usia produktif ke usia
tua akan membawa konsekuensi persoalan penyantunan, terjadi pada kelompok
usia lanjut. (Prijono Tjiptoherijanto, 2001:4-5)
Keterhimpitan ekonomi menjadikan seseorang berbuat mencuri, adanya
kesenjangan antara kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan alat pemuas
kebutuhan terbatas (Prayetno, 2013).
Gambar II.3. Pendidikan WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I Cipinang
Sumber: Laporan Harian, 11 Oktober 2016, dalam Seksi Registrasi Lapas klas
I Cipinang
Tidak salah apabila dikatakan bahwa kejahatan pencurian bermotifkan ekonomi
dari pelakunya. Alat pemuas kebutuhan yang dimaksudkan salah satu diantaranya
34%
30% 28%
2%
6% SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah
27
adalah berupa investasi ijazah pendidikan formal. Hal ini senada dengan pendapat
Najeemah Mohd Yusof (2010) dalam kesimpulannya menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh seseorang dapat berfungsi penting dalam
melakukan mobilitas sosial, baik pada taraf peningkatan sosial dan ekonomi
sangat tergantung pada ijazah pendidikan formal. Pada WBP kasus pencurian di
Lapas klas I Cipinang, bila dilihat dari investasi pendidikan formal lebih
didominasi pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 34%
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencapai 30%, dan tidak Sekolah sebesar
6% (Lihat Gambar II.3. Pendidikan WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I
Cipinang).
Berdasarkan PP RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 1 pada butir ke-empat menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan
terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Apabila dilihat kembali (Lihat
Gambar II.3. Pendidikan WBP Kasus Pencurian di Lapas Klas I Cipinang),
tingkat pendidikan WBP kasus pencurian pada tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMA) mencapai 28% dan di tingkat Perguruan Tinggi mencapai 2%.
Artinya, standar kompetensi lulusan yang ditetapkan oleh paara pemberi kerja
bukanlah faktor tunggal atas ketidakterserapanya mereka ke dalam pekerjaan.
Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan akan kerja dengan jumlah lapangan
kerja yang tersedia sehingga akan semakin keras persaingan untuk memperoleh
pekerjaan, kondisi sosial yang tidak kondusif seperti ini semakin membuat
seseorang menjadi frustrasi (Dewi Ayu Hidayati, Ikram dan Teuku Fahmi,
2012:90-91). Erlangga Masdiana (2006) menyatakan bahwa pengangguran dapat
28
memunculkan pikiran negatif terhadap diri sendiri tentang ketidakberdayaan
sehingga menjadi frustrasi, kejahatan dilakukan sebagai bentuk strategi bertahan
hidup (h.14).
C. Gambaran Umum Pencurian Kendaraan Bermotor
Kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Indonesia disebut dengan istilah
curanmor. Pada umumnya jenis kejahatan ini kerapkali diasosiasikan ke arah
pencurian terhadap sepeda motor, kendati, kendaraan bermotor roda empat juga
berlaku dalam hal ini (Eko Prasetyo, 2003:8-9). Pusat Informasi Kriminal
Kepolisian RI, kasus pencurian kendaraan bermotor roda dua tercatat lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kasus pencurian terhadap kendaraan bermotor roda
empat (Pusat Informasi Kriminal Nasional Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dilihat dari http://www.ncic.polri.go.id/index.php?p=main&s=sebaran-crime-
street&mode=J&wilayah=all&tahun=2012).
Pelaku kejahatan dalam beroperasi tidak hanya secara sembunyi-sembunyi,
melainkan adanya aksi dari pelaku untuk berhadapan langsung dengan si pemilik
kendaraan bermotor atau calon korban. Adjis dan Dudi (2007) menegaskan bahwa
pencurian kendaraan bermotor memiliki dua mode kejahatan, yaitu perampasan
dan pencurian (h. 49).
Pada mode perampasan, seperti pada pernyataan informan I, “kalo saya kan
ketemu langsung sama korbannya, mau gak mau kan ya harus siap berantem kalo
korbannya melawan” (Wawancara dengan informan I, Lapas klas I Cipinang, 05
September 2016). Begitu juga dengan informan D dengan cara menodong
langsung, guna menjatuhkan calon korban agar merasa terancam, “kami jalan
29
berempat langsung di paranin aja. Langsung dipegang, langsung ditodong...pernah
ada juga yang sebagian korbannya ngelawan, ya dianuin bener, disikat-sikat bener
itu mah kalo ngelawan...” (Wawancara dengan informan D, 19 September 2016).
Berdasarkan pada keterangan informan, mode perampasan bisa dipahami sebagai
kejahatan pencurian dimana pelaku berhadapan secara langsung dengan pemilik
kendaraan bermotor.
Kejahatan pencurian dengan mode perampasan disetiap beroperasi dimana
pelaku kerapkali membekali diri dengan berbagai bentuk senjata tajam sampai
kepada senjata api rakitan. Sebagaimana pengakuan dari informan DD, “...kita
juga pada bawa senjata semua bang, pada bawa celurit, kalo korbannya ngelawan
kita hantem kalo enggak ngelawan kita bawa motornya udah gitu aja”
(Wawancara dengan DD, 11 Oktober 2016). Perbekalan senjata tajam disaat
beroperasi dimaksudkan oleh kebanyakan pelaku kejahatan adalah supaya korban
sasaran bisa dibuat tidak berdaya atau pengambilan kendaraan bermotor secara
paksa tidak diikuti dengan perlawanan dari korban si pemilik kendaraan bermotor.
Lebih lanjut, berdasarkan pada pernyataan informan I, informan D, dan
informan DD, aksi kekerasan oleh pelaku terhadap korban si pemilik kendaraan
bermotor, yaitu bisa berupa kekerasan dengan melibatkan ancaman dan serangan
fisik. Di satu sisi, kekerasan berupa ancaman dilengkapi dengan senjata tajam dan
senjata api yang dimaksudkan oleh pelaku kejahatan supaya si pemilik kendaraan
bermotor menjadi takut, sehingga pelaku dengan mudah merampas kendaraan
bermotor tanpa adanya perlawanan. Di lain sisi, serangan fisik dipergunakan
apabila adanya perlawanan dari si pemilik kendaraan bermotor di saat aksi
30
percobaan pencurian dilakukan, antara lain pemukulan, penusukan, dan
penghilangan nyawa. Sebagaimana pada kasus perampasan sepeda motor yang
dimuat dalam Majalah Pos Kota Online, korban terkena luka sabetan senjata
tajam di jarinya karena mencoba melawan (Saban, Cewek Cabe-Cabean Rampas
Motor,2015,dilihatdarihttp://majalah.pjoskotanews.com/poskotanews/majalahpos
kota/2015/07/kriminal%2024-7-2015/Kriminal%2024-7-2015.pdf). Sebagaimana
Adjis dan Dudi (2007) meyakini mode perampasan adalah bilamana pemilik
menyadari kendaraan bermotornya diambil secara paksa dan tindakan pelaku
melibatkan aksi kekerasan oleh pelaku terhadap korban bisa berupa intimidasi,
menakut-nakuti, memukul, menembak, ancaman fisik, dan psikis (h.51).
Pada mode pencurian, Sykes (1963) berpendapat bahwa pencurian
kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda dengan
melibatkan manipulasi objek daripada eksploitasi terhadap korban. Dalam
pandangan ini, Sykes meyakini bahwa kejahatan terhadap harta benda dimana
sebagian besar pelakunya tidak berinteraksi dengan si pemilik kendaraan
bermotor (h.46-47). Sebagaimana pernyataan informan H, “ya keliling-liling aja
pas waktu Magrib paling enak, sekiranya sepilah gitu kalo misalkan rame ya kita
menghindarlah” (Wawancara dengan informan H, 06 Oktober 2016). Begitu juga
dengan pengakuan yang diutarakan oleh informan C:
“Ya enggak ada strategi cuma kita lihat kelemahan korbannya aja,
kelengahan dia markir motor disini udah ditinggal sama dia kemanalah ke
warung gitu langsung kita embat. Paling tiga puluh detik uda kena
tergantung motornya. Yang dikunci stang itu nah agak lama perlu dirusakin
dulu” (Wawancara dengan informan C, 13 September 2016).
31
Berdasarkan kepada pengakuan informan, mode pencurian terhadap kendaraan
bermotor bukan hanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, melainkan
melibatkan penilaian dari pelaku terhadap calon korban si pemilik kendaraan
bermotor mengenai ketidakberhati-hatiannya mengenai pemasangan sistem
keamanan pada kendaraan bermotor.
Adapun perkakas kejahatan yang umumnya dibawa oleh pelaku kejahatan
pada mode pencurian, informan C mengatakan bahwa, “kunci leter T doang sih
yang saya bawa...teman saya semua yang bikin, saya gak tahu bikin kunci T...”
(Wawancara dengan informan C, 05 dan 13 September 2016). Kunci leter T
tampak sudah menjadi perkakas wajib bagi pelaku pencurian kendaraan bermotor
roda dua dalam mode sembunyi-sembunyi. Meminimalisir potensi menjadi
korban kejahatan pencurian kendaraan bermotor, berbagai usaha preventif dari
diri sendiri dilakukan, dimulai dari penggunaan atribut militer pada kendaraan
bermotor oleh masyarakat sipil (Mujib Bud Da’wah dan Sugeng Harianto, 2015)
sampai kepada menambah kunci keamanan tambahan pada kendaraan bermotor.
Akan tetapi, pelaku kejahatan dalam beroperasi melibatkan perkakas lainnya.
“...Cuma kan alat buka tutup sama kunci T laen buat guna, kalo kunci T kan
buat nyalain motor, kalo itu kunci T juga cuman buat bahan buka tutup.
Sama kunci L buat buka gembok kadangkan kan cakram juga digembok.
Kita bikin sendiri itu semua. Kalo kunci buat buka tutup bahannya dari
kunci baut sepuluh jadi dibolongin di atasnya terus dikasih sama magnet.”
(Wawancara dengan informan W, 21 September 2016)
Sebagaimana pernyataan informan W, kegunaan perkakas kejahatan yang berbeda
diantaranya adalah kunci L untuk merusak gembok, kunci magnet untuk merusak
secure key shutter sepeda motor, sampai kepada senjata api rakitan. Begitu juga
dengan pengakuan informan H, “kunci leter T, ya waktu kita itu cuma itu aja yang
32
dibawa sama kunci buat buka gembok, Kunci yang biasa ini yang buat kunci
pager, gembok yang warna stainles” (Wawancara dengan informan H, 06 Oktober
2016).
33
BAB III
ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Pada kesempatan ini, hasil temuan lapangan dan analisis mendapatkan
tempat. Fokus penelitian skripsi ini mempertanyakan because motive (motif
sebab) dan in-order to motive (motif tujuan) tindakan pelaku pencurian kendaraan
bermotor pada Warga Binaan (WBP) Lapas klas I Cipinang. Pengerjaan analisis
terhadap hasil temuan lapangan menggunakan teori fenomenologi dari Alfred
Schutz.
A. Because Motive Tindakan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor
Berdasarkan temuan lapangan dalam skripsi ini diketahui berbagai alasan
yang melandasi ketertarikan informan untuk turut serta melakukan tindak
pencurian kendaraan bermotor. Berbagai alasan yang mendasari informan tersebut
adalah guna menjawab pertanyaan penelitian skripsi ini, yaitu mempertanyakan
because motive tindakan pelaku pencurian kendaraan bermotor.
1. Pengalaman dari Kejahatan Sebelumnya
Informan I mengakui bahwa dirinya sudah lama melakukan perbuatan
kriminal. Menurut informan I, perbuatan mencuri yang selama ini dilakukan
oleh informan memiliki kaitan dengan pergaulan sehari-hari yang diikutinya,
yaitu lebih mengarah kepada perilaku-perilaku menyimpang. Berawal dari
perilaku-perilaku menyimpang yang pernah dilakukan oleh informan I. Pada
saat itu, informan I kemudian terjerat hukuman pidana dengan kasus
perkelahian. Selama masa hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan,
informan I banyak menemui rekan lain sesama Warga Binaan Pemasyarakatan
34
(WBP). Dalam pada itu, informan I menjalin pertemanan diantara WBP.
Begitu pula pada saat masa hukuman pidana telah selesai, hubungan
pertemanan masih berlanjut di luar Lembaga Pemasyarakatan. Sebagaimana
pengakuan yang diutarakan olehnya:
“Awalnya kita ya namanya bergaul ke tempat-tempat pelacuran bergaul
sama orang akhirnya gak bener. Teman ngajakin hayu apa, apa gimana
gitu. Dari umur 19 tahun sekarang udah ada kali 40 tahun. Pertama saya
masuk dalem di Bulak Kapal (Lapas) Bekasi, kan ketemu teman kita
bergaul sama teman. Akhirnya teman ngajakin saya ya saya ikut aja masa
bodo waktu itu belum bisa apa-apa palingan ngeliatan aja di mobil,
teman kerjanya begini oh begini. Nih teman jalan ya saya gak ngapa-
ngapain ngeliatin aja lagi kerja ya saya lama-lama ngerti sendiri sama aja
kayak sekolah, oh begini caranya oh begitu caranya...” (Wawancara
dengan informan I, 13 September 2016)
Lebih lanjut, berdasarkan keterangan dari informan I di atas terindikasi
adanya keterbukaan rekan sesama WBP terhadap informan. Maksud dari
keterbukaan rekanya tersebut tidak lain ialah untuk melibatkan informan I
dalam perbuatan mencuri. Keterlibatan informan I pada usia remaja diakui
hanya sebatas memperhatikan rekan yang sedang melakukan perbuatan
mencuri.
Dengan memperhatikan terlebih dahulu rekan yang sedang melakukan
pencurian, informan I bisa memahami apa yang sedang dilakukan dan
bagaimana melakukan perbuatan mencuri. Kesediaan informan I untuk
menuruti ajakan rekannya tersebut walaupun hanya sebatas memperhatikan
mereka, bagaimanapun juga hal ini menjadi dasar informan untuk meyakini
bahwa tindak-tinduk perbuatan mencuri yang selama ini dilakukannya
berdasarkan kepada kemauannya sendiri atau tanpa adanya unsur keterpaksaan.
Seperti dalam keterangan yang diakui oleh informan I, “jalannya emang kita
35
(saya) sendiri aja sendiri begini ngeliatin teman, ditanya temen kamu ikut gak
ya kita nya gak ini ya saya mau aja ikut...” (Wawancara dengan informan I, 13
September 2016).
Jauh kebelakang atas perbuatan mencuri yang pernah dilakukan oleh
informan I pada kasus pencurian kendaraan bermotor membuatnya sudah
beberapa kali keluar-masuk Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan. Bahkan,
beberapa dari rekan lainnya dalam kelompok kejahatan (spesialis pencurian
kendaraan bermotor) yang sama dengan informan I diketahui sudah banyak
tertangkap oleh Petugas Kepolisian dan banyak dari mereka juga telah
meninggal dunia akibat tindak kejahatan yang dilakukannya. Sebagaimana
keterangan yang disampaikan oleh informan I:
“Pikir-pikir saya kalo diitung begitu aja namanya kita di jalanan, banyak
kalo dipikir, uda lupa ngelakuinnya banyak aja udah gak inget. Teman
kebanyakankan uda mati juga, masuk polisi, ditangkep ditembak,
ditangkep ditembak, dibunuh. Saya juga sebelumnya udah juga
ketangkep, enam kali ada saya.” (wawancara dengan informan I, 13
September 2016)
Sama seperti informan I, informan D juga mengakui bahwa dirinya sudah
lama menggeluti dunia kriminal. Pengakuan tersebut dibenarkan lewat
perbuatan-perbuatan semasa kecil informan D, dimulai dari perilaku
menyimpang sampai ke arah perbuatan melanggar hukum pidana. Berdasarkan
pada pengakuan informan D, pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan
bersama informan I berawal dari perilaku-perilaku kenakalan semasa kecil,
seperti membolos sekolah, memalak (meminta harta benda milik orang lain
secara paksa) orang lain, sampai kepada penyalahgunaan narkotika.
Menurutnya, perilaku kenakalan yang terjadi pada dirinya semasa remaja
36
dikondisikan oleh pergaulan yang diikuti informan. Lebih dari itu, perilaku-
perilaku menyimpang yang dilakukan semasa remaja memberikan sisi
keberanian dalam diri informan D, yaitu sebagai bekal dalam melakukan tindak
kejahatan dikemudian hari. Sebagaimana penuturan informan D:
“Emang dari kecil saya, ya memang udah hidup di jalan. Maksudnya kan
bukan kayak orang yang di rumah-rumah, saya kan idupnya di terminal
kalo gak di pasar, ya kalo gak di prapatan nongkrong. Ya bergaul sama
orang-orang seperti ituh. Saya aja sekolah terakhir SD, berenti-berenti
kelas 2 SMP. Makanya itu saya mulai dari situ uda malak-malak.”
(Wawancara dengan informan D, 19 September 2016)
Sebagaimana keterangan dari informan D di atas, pergaulan sosial yang
diikuti oleh informan semasa kecil memang terlihat meleburkan diri dalam
kehidupan jalanan, seperti di Terminal Bus dan Pasar-Pasar tradisional. Seperti
pengakuan informan D di atas bahwa hidup di jalanan tidak seperti mereka-
mereka yang hanya terdiam di rumah-rumah, terlibat dalam pergaulan jalanan
bisa menemui berbagai macam orang beserta perilaku-perilakunya, baik dalam
hal perilaku wajar sampai kepada perilaku yang dapat dikatakan sebagai tidak
wajar. Selama menceburkan diri dalam pergaulan jalanan, informan D
memutuskan untuk berhenti Sekolah di tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Hal ini dikarenakan informan D kerapkali membolos di saat jam
Sekolah sedang berlangsung, minum-minuman beralkohol, dan kerapkali
mengkonsumsi narkotika, sehingga niat untuk bersekolah tidak ada lagi dalam
diri informan. Bahkan, ketika orangtua menganjurkan informan D untuk
melanjutkan Sekolah, anjuran ini tidak mendapat respon dari informan.
Sebagaimana pengakuan informan D:
37
“...Orangtua juga ngasih saran masih inget saya, kamu ngelanjutin aja
pendidikan sekolah ajalah begini-begini-begini. Tapi ya saya sekolah aja
tiap harinya begitu ya gimana jadinya, emang begitulah saya dari SMP
uda ngerokok, uda ngegele saya, uda minum, saya begaul SMP sama
orang-orang anak SMA.” (Wawancara dengan informan D, 19 September
2016)
Kehidupan jalanan seperti di Pasar-Pasar dan di Terminal Bus yang
diikuti informan D menghantarkan informan untuk terlibat dalam tindak
kejahatan, hal ini didukung dengan keberadaan rekan yang memiliki perilaku
ke arah itu. Tindak kejahatan yang dilakukan informan D, seperti pencopetan
terhadap barang-barang berharga milik orang lain. Sebagaimana penjelasan
informan D:
“...Saya pernah tuh dulu waktu tinggal di Senen (Jakarta Pusat), diajakin
nyopet ya okelah, nyopetnya juga bukan nyopet-nyopet di pasar tapi di
mol-mol kayak di taman anggrek, di Citralen, ya itulah yang
pungunjungnya menengah ke atas lah. Sempet saya itu ngikut, iya diajak
sama temen cuman saya keahlian gak punya ya enggak ada, tapi gua
enggak bisa apa-apa gituh saya bilangnya ya saya cuman yang bawain
barang-barang aja. Orang dia kan nyopet hp, ngumpulnya ya ke saya
semua dijadiin satu, saya mah cuma ngikut-ngikut aja. Ya itu temen yang
biasa nongkrong aja yang ngajakin, makanya itu yang saya bilang saya
besar di terminal kalo gak di pasar. Maling-maling di sini abis itu saya
pulang ke Lampung, dari Lampung saya balik lagi kesini, yaudah begitu
aja bulak-balik-bulak-balik...” (Wawancara dengan informan D, 19
September 2016)
Berdasarkan pengakuan informan D diatas bahwa pada masa-masa keterlibatan
informan dalam kejahatan pencopetan jauh kebelakang hanya sebatas sebagai
pendamping. Meskipun hanya sebagai pendamping, hal tersebut membawa
dampak bagi informan D untuk tetap menggeluti dunia kriminal sampai
sekarang, ditunjukkan ketika informan D tidak lagi bisa mengingat besaran
jumlah perbuatan melanggar hukum pidana yang selama ini pernah informan
lakukan. Sebagaimana pernyataan informan D, “aduh saya juga gak tau udah
38
berapa kali. Tapi kalo saya ikut disini (tergabung dalam kelompok kejahatan
bersama informan I) dari tahun 2012, (sedangkan) saya ketangkep 2015...”
(Wawancara dengan Informan D, 19 September 2016). Berdasarkan keterangan
informan D, yang teringat oleh informan hanyalah waktu dimana ia tergabung
dalam kelompok pencurian kendaraan bermotor, yaitu sudah beranjak tiga
tahun.
Bahkan lebih dari penjelasan tersebut, sebelum tergabung dalam
kelompok pencurian kendaraan bermotor, informan D kerapkali melakukan
pencurian seorang diri. Sebagaimana dalam pengakuannya, “sendiri, kalo saya
sebelum sama bang I (yang dimaksud adalah informan I) ya sendirian aja...”
(Wawancara dengan informan D, 19 September 2016). Informan D pernah
melakukan perbuatan mencuri yang dilakukannya hanya seorang diri, seperti
misalnya pencurian terhadap kendaraan bermotor roda empat. Sebagaimana
penjelasan informan D:
“...Saya waktu itu cuman kalo maen yang kayak gini langsung pepet.
Kadang kan kalo yang lagi pacaran, ketok aja langsung disitu, mobilnya
juga jangan yang Avanza apa Inova, ya bangsa-bangsanya mobil kelas
lah...Saya kalo kerja seperti itu selalu sendiri, ya saya kerja gak mau
diketahuin orang. Intinya kerja sebagian ya orang gak ada yang kenal
sama saya ya intinya kejahatan saya gak mau diliat sama orang ya begitu
aja... Saya jahat terus mau dipamerin mau jadi wah kata orang jadi
preman begini-begini ya enggak ada. Ya intinya itu satu saya males.”
(Wawancara dengan informan D, 19 September 2016)
Perbuatan mencuri pada informan D yang dilakukan seorang diri memiliki
alasan bahwa kejahatan yang selama ini dilakukan tidak untuk dijadikan
seakan-akan memperlihatkan sisi keberaniannya apabila dilihat oleh orang lain
(teman-teman) yang berada di sekitar informan D.
39
Sebelum menjadi WBP Lapas klas I Cipinang, informan D memiliki
pekerjaan sebagai seorang sopir angkutan umum. Akan tetapi, informan D
masih menyempatkan untuk melakukan pencurian seorang diri terhadap
berbagai barang-barang berharga. Kendati, tindak kejahatan yang dilakukannya
itu tidak berada pada keseharian, melainkan dikondisikan oleh terbukanya
kesempatan barulah akan dilakukan. Sebagaimana pengakuan yang
diutarakannya:
“Ya masih saya cuman gak faktor keseharian itu mah paling kadang-
kadang kalo ada kesempatan ya saya beri, kalo gak ada kesempatan
yaudah enggak. Saya sendirian kalo waktu itu. Sekarang-sekarang ini aja
saya punya temen sama abang I itu (Yang dimaksud adalah informan I),
yang istilahnya punya organisasi lah. Tadinya sendiri saya kadang-
kadang mobil-mobil pribadi makanya saya bisa tau. Ya selain di mobil
pribadi palingan rumah, pergudangan saya ngambil...” (Wawancara
dengan informan D, 19 September 2016)
Bagi informan D, menjadi seorang pencuri adalah lebih baik
dibandingkan dengan kemunafikan orang lain dalam melakukan pekerjaan
yang diteladani oleh masyarakat luas. Seseorang yang munafik dimaksudkan
oleh informan D kepada mereka-mereka yang berada dalam posisi teratas di
dalam struktur pekerjaan. Baginya, mereka ini kerapkali memenggal upah kerja
si penerima atau pekerja bawahan. Anggapan ini dikatakan informan D dalam
narasi:
“...Tapi ya kalo saya lebih baik kayak gini dari pada gimana ya mencuri
secara diam-diam, ya istilahnya, seperti gimana ya, jangan jauh-jauh ya
seperti dikerjaan gitu yah orang kadang kerjaan orang lain dipotong
dikuntit-dikuntit-kuntit, maksudnya dipotongin gajian orang, enggak mau
saya kayak gitu. Lebih baik saya kayak gini, lebih baik terang-terangan
ngerampok. Saya jujur di Merak pernah kerja seperti itu disuruh jadi
mandor, kerjaan kayak gitu itungannya jadi mandor, orang cerita katanya
enaklah tiap orang gajinya diambilin segini-segini, kata lu mah enak tapi
40
itu kan keringet orang yang kita ambil...” (Wawancara dengan informan
D, 19 September 2016)
Pengalaman menjadi seorang Mandor melahirkan keprihatinan informan D
terhadap pekerja bawahan yang kerapkali dihadapkan pada pemotongan upah
kerja, hal ini didasarkan pada ketidakinginannya untuk menambah sulit
penderitaan para pekerja bawahan. Oleh karena itu, perbuatan mencuri yang
selama ini dilakukan olehnya jika dilihat dari sudut pandang informan D adalah
lebih baik daripada menjadi orang munafik.
Selanjutnya, pada kasus informan W, kertarikan dalam melakukan
pencurian kendaraan bermotor dimunculkan dari perbuatan-perbuatan mencuri
yang pernah dilakukan informan semasa kecil di tempat tinggal daerah asal.
Semasa kecil, informan W memang sudah menggeluti perbuatan mencuri
bersama teman-teman sepermainannya. Perbuatan mencuri yang dilakukan
semasa kecil, yaitu pencurian terhadap hewan ternak (Ayam, Kambing, dan
Sapi). Bagi informan W, perbuatan mencuri yang sudah lama dilakukan secara
sadar akan memunculkan sisi keberanian diri untuk melangkah kaki ke arah
perbuatan mencuri terhadap barang-barang berharga lain. Pengakuan informan
W tersebut terkandung dalam penjelasan:
“...Di kampung banyak kan namanya anak-anak satu kampung kenapa
kita gak berani di kampung kita sendiri kan. Dari kecilnya udah kerja
jelek gituh kita, ngikut-ngikut yang badungnya kita di kampung jadi kita
kena juga hawa nafsu mau kerja kayak gitu. Makanya jadi berani aja,
mau aja kita gitu. Di kampung pas ngikut-ngikut yang badung-
badungnya ya paling maling-maling ayam kita, maling kambing apa gitu
kan, sapi di kampung, udah disitu baru kita nyoba yang gede karena
pengalaman kita udah lama udah lancarkan di bidang situ ada
pengalaman udah baru pas punya temen nyebrang kita pergi kesini...”
(Wawancara dengan informan W, 21 September 2016)
41
Munculnya keinginan informan W untuk melakukan perbuatan mencuri
terhadap sasaran kendaraan bermotor adalah berkat informasi yang diterima
informan dari seniornya. Sebagaimana penjelasan informan W:
“...Ya awalnya orang kampung (daerah asal) kita, jadi pas dia pulang kan
kita tanya, gimana nyari duit gampang gak di Jakarta? Ya kata dia
gampang ikut aja kalo mau gampang nyari duit cuman mesti berani aja
jangan takut sama orang, yaudah kita ngikut aja. Abis itu kita kerja
ketemu temen diajak temen akhirnya jadi rame temen kita kan, jadi tau
ini tau itu, kenal ini kenal itu. Ya banyak lah temen-temen kita yang
kerja, asal kita mau aja kerja itu sama kita gak takut gitu aja cuman kalo
kita takut orang gak mau lah sama kita bakal ditinggalin kita gak
mungkin diajak gabung.” (Wawancara dengan informan W, 21
September 2016)
Perolehan informasi dari senior dilihat oleh informan W dari aspek kemudahan
yang lebih menjanjikan, sehingga timbul ketertarikan dari dalam diri informan
W. Selain itu, bekal pengalaman kejahatan yang pernah dilakukan sebelumnya
menjadi penting ketika informan bergabung dengan kelompok pencurian
kendaraan bermotor. Pentingnya sisi keberanian dari sudut pandang informan
W adalah sangat diperlukan sebagaimana dengan harapan anggota lain dalam
kelompok pencurian kendaraan bermotor. Sebab, apabila informan tidak
memiliki keberanian dalam melakukan pencurian, hal ini dapat dimungkinkan
informan W tidak diterima dalam kelompok kejahatan.
Perbincangan informan W terhadap keberadaan senior sesama satu
daerah asal sejauh ini terlihat berperan dalam mendorong informan melakukan
pencurian kendaraan bermotor. Sebagaimana penuturannya dalam kalimat:
“Dari temen yang orang senior kita yang sebelum kita tinggal di Jakarta
dia juga emang udah ngerjain itu cuman uda almarhum dia, uda banyak
yang meninggal, di tembak mati, dianuin massa, udah tinggal kita yang
ngelanjutin, turun ke kita...” (Wawancara dengan informan W, 21
September 2016).
42
Berdasarkan pada penuturan informan W di atas memperlihatkan bahwa berkat
senior yang dikenal oleh informan telah membuatnya menjadi paham terhadap
penggunaan berbagai keterampilan tangan yang diperlukan dalam melakukan
perbuaatan mencuri terhadap kendaraan bermotor. Akan tetapi, penting kiranya
memperhatikan bahwa para senior yang dijelaskan informan W ialah sebagian
besar adalah berprofesi sebagai pencuri kendaraan bermotor. Oleh karena itu,
informan W menyatakan bahwa untuk saat ini dirinya menyadari sebagai
generasi penerus para seniornya dalam menggeluti tindak kejahatan pencurian
kendaraan bermotor, mengingat para seniornya telah banyak kehilangan nyawa
akibat dihakimi massa.
Berbicara mengenai pengalaman di ranah perbuatan mencuri, informan
DD mengakui bahwa sebelum telibat tindak perampasan terhadap kendaraan
bermotor bersama dengan kelompok atau gang motor yang diikutinya,
informan DD kerapkali melakukan pencurian dengan sasaran barang-barang
berharga lainnya seperti sepeda, dan terhadap barang-barang pertokoan. Seperti
penuturannya, “...Posisi berdua, ayo W ( W adalah teman dari informan DD)
jalan! kita (saya) gituin, subuh-subuh kita (saya) bangunin, kita (informan DD
bersama temannya) jalan kaki dapet sepeda...” (Wawancara dengan informan
DD, 11 Oktober 2016).
Begitu juga dengan perbuatan mencuri terhadap barang-barang
pertokoan, sebagaimana pengakuan yang dikemukakan olehnya:
...Ada juga temen dari Solo, emang posisi di Solo abis ngebobol Deler,
empat belas juta, kabur ke jakarta dia. Sisa duit satu juta doang sama
handpone BB. Nah digendoin sama temen kita, diambil duitnya ama
handphone nya. Namanya enggak tau kayak orang asing. Lama-lama
43
akrab dia di situ, orang tongkrongannya enak. Abis itu uda maen-maen
lama. Nah kita tau dari temen kita,ono-noh si J masukin bengkel
Brightstone sendirian, berani banget ampe bengkel-bengkel bang. Di
lantai tiga dia masukin, bengkel samping Mall Citra Klender. Ban-ban
baru dijual-jualin, satunya gopek. Nah kita mulai ikut-ikut tuh sama dia
mulai-mulai dari situ. Ikut ngambilin ban. Dia masuk biasanya sendiri,
kita tau dia kayak begitu, jadi kita berdua sama dia...” (Wawancara
dengan informan DD, 11 Oktober 2016)
Berdasarkan pada pengakuan informan DD, baik pencurian terhadap sepeda
dan terhadap barang-barang yang ada di toko, terinisiasi oleh rekan yang
dikenalnya sangat berani dan mahir dalam setiap aksi-aksi percobaan
pencurian. Sisi keberanian jika dilihat dari sudut pandang informan DD adalah
dalam mana perbuatan mencuri dilakukan hanya seorang diri. Sementara,
dalam setiap aksi-aksi pencurian yang diperlihatkan oleh rekannya itu apabila
dibandingkan dengan rekan lainnya, menurut informan DD sangat jauh
berbeda. Anggapan ini tertuang dalam pengalamannya ketika melakukan
pencurian bersama dengan rekan berinisial J. Sebagaimana dalam keterangan
informan DD:
“...Emang pinter maennya, enggak gerabak-gerubuk, nurunin sepeda aja
dari pager enggak ada suaranya. Kalo orang kan gerabak-gerubuk yang
panik. Ampe dikomplek-komplek kita pura-pura olahraga, dia masuk ke
dalem rumah...Kalo dia mah diem-diem ujung-ujungnya dapet. Udah lu
tunggu disini aja bel, kita disuruh diem, tau-taunya bawa sepeda. Emang
pinter orang Jawa, ngomongnya juga pinter posisi dia ketangkep...”
(Wawancara dengan informan DD, 11 Oktober 2016)
Penilaian informan DD terhadap rekan berinisial J lebih mengarah kepada
kemahiran yang dimiliki dalam melakukan pencurian. Kemahiran melakukan
pencurian menurut informan DD adalah selalu cekatan dalam setiap situasi,
baik itu ketika terbuka peluang untuk mencuri maupun kemampuan untuk
44
menghindari hal yang tidak diinginkan ketika berada dalam posisi terdesak
(diketahui oleh orang lain) dan selalu dalam keadaan tenang disaat beroperasi.
Selain melakukan pencurian terhadap sepeda dan barang berharga di
toko-toko penjualan, informan DD juga pernah melakukan pencurian
kendaraan bermotor dengan mode pencurian (tanpa diketahui oleh si pemilik
kendaraan bermotor dan oranglain di sekitar). sebagaimana pengakuan
informan DD:
“...Kalo di motor bedua doang kita seringnya maen kunci T di komplek-
komplek. Kita mah suruh bawa doang motor, temen aja yang giniin kunci
T nya. Kita suruh nunggu motor ini nih, kita bertiga, nih tungguin motor
inih pas dia dapet motornya udah kita jalan dua motor tiga orang. Kalo
kita belum bisa megang kunci T, temen udah pada lincah-lincah
banget...” (Wawancara dengan informan DD, 11 Oktober 2016)
Sepengalamannya terlibat dalam aksi pencurian terhadap kendaraan bermotor
(sepeda motor) pada informan DD hanya sebatas menunggu teman yang
sedang beroperasi di dekat target sasaran. Hal ini dikarenakan informan tidak
pandai dalam menggunakan perkakas kejahatan (seperti, kunci leter T). Oleh
karena itu, disetiap aksi pencurian, informan DD hanya mengikuti maupun
mengajak rekan yang bisa menggunakan perkakas kejahatan tersebut. Seperti
yang diceritakan olehnya, “kalo sendiri enggak bakalan mungkin sih, enggak
berani juga sih kalo sendiri, kalo masih ada temen masih berani...Paling kita
ngajak temen, kalo enggak kita ngikut-ngkiut temen...” (Wawancara dengan
informan DD, 11 Oktober 2016).
Setelah penguraian panjang dari hasil temuan lapangan, keterlibatan
informan dalam pencurian kendaraan bermotor dilatarbelakangi oleh
pengalaman dari kejahatan sebelumnya. Mengikuti pemikiran Alfred Schutz
45
(1967), penjelasan terhadap motif sebab dari sebuah tindakan aktor dalam hal
ini bisa dipahami sebagai pengalaman yang dialami secara langsung oleh
informan. Sebagaimana penjelasan Schutz (1967) terhadap because motive
berdasarkan pada pengalaman langsung, aktor seperti berada dalam situasi
tatap-muka dengan aktor lain (Schutz, 1967:163-167).
2. Pengalaman Rekan Seprofesi
Informan C mengakui bahwa keterlibatannya dalam tindak pencurian
kendaraan bermotor masih dikatakan terhitung Bulanan. Berawal dari
perkenalan informan C dengan seseorang yang berusia lebih tua darinya.
Perkenalan ini membawa ke arah hubungan akrab diantara keduanya,
keakraban yang terjalin didukung dengan kesamaan daerah asal. Setelah
keakraban terjalin, maka terjadilah keterbukaan rekan dalam mengajak
informan C untuk terlibat dalam tindak pencurian kendaraan bermotor.
Sebagaimana pengakuannya:
“Kurang lebih tujuh kali. Saya begini juga baru, bulanan masih saya, ada
kali empat bulanan...Sama teman satu kampung berdua aja di kontrakan
di daerah Cengkareng, umurnya lebih tua dari saya 40 tahunan dia,
cuman udah pengalaman. Tetangga kontrakan dulunya tuh dia...Lama-
lama kenal sama dia yaudah diajak maen (melakukan kejahatan
pencurian).” (Wawancara dengan informan C, 13 September 2016)
Menurut informan C, ajakan terhadap dirinya tersebut melibatkan berbagi
pengalaman kejahatan yang menceritakan tentang bagaimana untuk bisa
berhasil di saat percobaan pencurian dilakukan. Misalnya, disaat beroperasi
jangan tergesah-gesah, memantau penjagaan atas orang lain disekitar objek
sasaran (kendaraan bermotor roda dua). Munculnya ketertarikan informan C
semakin terlihat ketika mengakui temannya itu sudah memiliki pengalaman
46
panjang dalam melakukan pencurian kendaraan bermotor di tempat daerah
asal. Sebagaimana keterangan yang disampaikan olehnya:
“Awalnya diajak teman yang juga bekerja di pabrik di daerah
Cengkareng, teman sama-sama satu kampung dengan saya dari
Lampung...Diomonginlah sama dia juga maennya rapih tahu aturan
enggak seradak-seruduk aja... emang suaminya dari kampung sana
pemain juga...” (Wawancara dengan informan C, 13 September 2016).
Informan H mengakui bahwa teman sesama daerah asal berperan dalam
menjadikannya sebagai seorang kriminal.
“Ya banyak rekan-rekan yang kerja kayak begitulah diajakin awal
mulanya. Diajakin sehari dua hari, akhirnya saya ngikut juga kan,
lumayan banyak yang kerja kayak begitu bang. Tadinya saya kan kerja di
Priok jadi Security...Ya bisa kerja ranmor gitu, temen-temen banyak yang
kerja kayak gitu diajakin. Pas jadi Security saya belum ngikut kerja ini.
temen kan juga kenalan dari satu kampung, dia mau maen ke Jakarta, dia
enggak punya kerjaan juga karena dia biasa kayak begitu awalnya. Saya
ngikut juga karena uda berenti abis kontrak (kerja).” (Wawancara dengan
informan H, 06 Oktober 2016)
Berdasarkan keterangan informan H di atas terlihat bahwa dirinya pernah
bekerja sebagai seorang Security atau Petugas Keamanan, keterlibatannya
dalam pencurian kendaraan bermotor dilakukan setelah masa kontrak kerja
telah habis. Informan H mengakui keterlibatan dalam perbuatan mencuri
dimaksudkan hanya sebatas keisengan sambil menunggu panggilan kerja.
Sebab, setelah masa kontrak kerja menjadi Petugas Keamanan telah habis,
informan H sudah memasukan beberapa lamaran pekerjaan. Sebagaimana
penjelasan informan H dalam hal ini, “tadinya uda masuk-masukin lamaran,
cuma belum dapet panggilan-panggilan, sembari nunggu-nunggu panggilan”
(Wawancara dengan informan H, 06 Oktober 2016).
47
Perbuatan mencuri yang dilakukan informan H diawali dengan perasaan
prihatin terhadap rekan sesama satu daerah asal. Keprihatinan informan H
muncul karena rekannya itu tiba di tempat daerah tujuan (Jakarta) tidak
memiliki pekerjaan. Oleh karena itu, perbuatan mencuri yang dilakukan
informa H diawali atas nama pertemanan. Menuruti ajakan rekan untuk
melakukan pencurian, akan tetapi pada akhirnya informan H terus melanjutkan
perbuatan mencuri kendaraan bermotor bersma rekannya tersebut.
Sebagaimana pengakuan dari informan H:
“Ya banyak rekan-rekan yang kerja kayak begitulah diajakin awal
mulanya. Diajakin sehari dua hari, akhirnya saya ngikut juga kan,
lumayan banyak yang kerja kayak begitu bang....Ya terpaksa juga sih.
Kasihan gitu mereka lagi butuh uang, minta bantuan gitu...Tolongin dong
katanya. Kasih sekali, ngikutlah namanya juga kawan mau enggak mau
kan, kalo kawan lagi kesusahan kita harus bantu kan.” (Wawancara
dengan informan H, 06 Oktober 2016)
Berdasarkan sepengetahuan informan H, rekan yang mengajak informan diakui
memang sudah lama menggeluti ranah pencurian kendaraan bermotor. Hal ini
tertuang dalam pernyataan, “itu kan uda biasa mereka lakuin, ya kalo kita
sendiri yang ngelakuin kita enggak tau cara, gimana? Enggak bisa kan harus
pake alat apa alat apa kan” (Wawancara dengan informan H, 06 Oktober 2016).
Adapun pernyataan informan H yang memiliki kesan bahwa perbuatan
mencuri yang dilakukannya sesuai dengan besaran jumlah rekan lain di tempat
daerah asalnya yang juga menggeluti dunia pencurian terhadap kendaraan
bermotor (kendaraan bermotor roda dua). Pernyataan ini dijelaskan dalam
kalimat, “...Tau temen kerja kayak begitu uda lumayan lamalah, ada setahunan,
48
ada lumayan di kampung (daerah asal informan H) sindikat-sindikat yang kerja
kayak begitu bang” (Wawancara dengan informan H, 06 Oktober 2016).
Dari apa yang sudah dijelaskan di atas dalam kasus informan H, secara
garis besar bahwa keterlibatannya dalam tindak pencurian kendaraan bermotor
bisa dikatakan kurang memiliki pengalaman di dunia kriminal (kejahatan
terhadap harta benda). Pernyataan ini senada dengan pengakuan yang
diutarakan oleh informan H ketika informan memberikan perbandingan antara
dirinya dengan temannya, “pengalamannya enggak kayak mereka gitu kan uda
berpengalaman...(Wawancara dengan informan H, 06 Oktober 2016).
Sebagaimana penjelasan dari informan H, pengalaman panjang di ranah
pencurian menjadi penting dalam meningkatkan keberanian pada diri seseorang
ketika melakukan kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Sementara,
informan H tidak pernah memiliki pengalaman seperti itu sehingga membuat
dirinya dihantui rasa kekhawatiran untuk melakukan pencurian.
Pengertian yang diberikan rekan terhadap informan H, “...Ya dia juga
bilang, katanya, kita cari yang amanlah yang sekiranya enggak ada orangnya
gitu, tergiur juga sih dari cerita-cerita pengalaman dia untuk kerja kayak gitu
nyari yang aman, tempat yang aman gitu” (Wawancara dengan informan H, 06
Oktober 2016). Pengertian yang diberikan rekan ketika dimaksudkan untuk
mengajak informan H adalah lebih bercerita tentang pengalamannya selama
melakukan pencurian kendaraan bermotor. Pengalaman yang dimiliki rekannya
tersebut bagi informan H sangat memberikan gambaran tentang apa yang bisa
diperoleh dari pekerjaan sebagai seorang pencuri dan mengenai situasi serta
49
kondisi di saat beroperasi dengan memperhatikan keselamatan. Bagian
terpenting dari sharing pengalaman mencuri dari rekannya tersebut bagi
informan H, yaitu sepengetahuan informan terhadap rekannya itu sebagai
seorang kriminal yang ulung kini mendapat pembenaran.
Pemikiran Alfred Schutz (1967) terhadap motif sebab dari sebuah
tindakan adalah menekankan pada perhatiannya terhadap pengalaman aktor
(Schutz, 1967: 91-96). Berdasarkan pada temuan lapangan di atas, informan
cenderung dihadapkan pada cerita rekan mengenai tindak pencurian kendaraan
bermotor, yaitu pengalaman rekan seprofesi. Melalui cerita rekan, hal ini
menunjukkan bahwa ketertarikan informan dalam melakukan pencurian
kendaraan bermotor bukan dikarenakan pengalaman secara langsung.
Rekan yang membawa cerita mengenai tindak pencurian kendaraan
bermotor kepada informan adalah sosok yang sudah lama melakukan aksi-aksi
pencurian. Oleh karena itu, cerita yang disampaikan oleh rekan kepada
informan disesuaikan dengan pengalamannya selama melakukan pencurian
kendaraan bermotor. Dengan menceritakan pengalaman selama melakukan
pencurian kendaraan bermotor dari rekan kepada informan, memungkinkan
informan menjadi mengenal dan mengetahui pekerjaan sebagai seorang
pencuri. Sebagaimana penjelasan Alfred Schutz, pengetahuan aktor yang
diperoleh dari aktor lain yang mengalami secara langsung merupakan bagian
dari mediasi, sehingga pengalaman aktor terbentuk secara tidak langsung
(Alfred Schutz, 1967:181-186). Dengan ini, tindak pencurian kendaraan
50
bermotor pada informan yang dikarenakan pengalaman rekan seprofesi adalah
termasuk sebagai pengalaman secara tidak langsung.
B. In-order to Motive Tindakan Pelaku Pencurian Kendaraan Bermotor
Hasil temuan lapangan menyebutkan, pencurian terhadap kendaraan
bermotor apabila berhasil dilakukan, maka barang curiannya akan dijual ke para
penadah. Menjual kendaraan bermotor hasil curian ke para penadah dihargai
sesuai dengan kondisi dan tipe kendaraan bermotor-nya. Sebagaimana keterangan
yang diutarakan oleh informan C:
“Ditampung dulu dikontrakan abis itu disetorin ke asbak, ya istilahnya
penadah, setor begitu aja dalam bentuk utuh. Paling mahal ya (tipe sepeda
motor) Vixion, kalo Yamaha Mio biasanya satu setengah juta (sampai) dua
juta. Ya tergantung kondisi motornya. Kalau motor (tipe) Satria ada yang
tiga ribu, empat ribu, tergantung motor juga.” (Wawancara dengan informan
C, 13 September 2016)
Perolehan uang dari penjualan barang curian diperlakukan informan C seperti
penghasilan tambahan, disamping pendapatan upah kerja yang diterima sebagai
seorang buruh pabrik. Sebagaimana perkataan yang diutarakannya, “buat
sambilan aja sih, dari hasil pencurian bisa jadi tambahan saya...Gajian di Pabrik
aja dua minggu sekali” (Wawancara dengan informan C, 05 September 2016 dan
13 September 2016).
Untuk informan I, setelah kejahatan pencurian yang dilakukannya berhasil,
kendaraan bermotor hasil curian begitu pula langsung dijual ke penadah, “kita
mah langsung aja jual barangnya” (Wawancara dengan informan I, 13 September
2016). Uang yang diterima dari hasil penjualan barang curian bagi informan I
dipergunakan untuk berfoya-foya dalam menjemput kesenangan pribadi, seperti
untuk modal bermain judi, membeli narkotika, dan dipergunakan untuk
51
memuaskan nafsu seks dengan wanita tunasusila atau WTS di tempat-tempat
prostitusi. Hal ini ditunjukkan dari pengakuan informan I:
“Kalo teman udah begitu udah masing-masing aja. Ya apalagi kan kalo
kayak gitu dari kitanya aja, ya kalo kita foya-foya terus ya duit abis...Tapi
kan kita kadang pengen punya modal, pikiran kan ke keluarga juga. Kalo
sebelum punya keluarga duit abis kemana-mana, judi apa perempuan, nyabu
ya begitu aja. Pas bekeluarga baru saya mikir kita kalo ada duit
dikumpulin.” (Wawancara dengan informan I, 13 September 2016)
sebagaimana pernyataan informan I di atas bahwa setelah memiliki Istri atau
ketika sudah berumahtangga, perolehan uang dari hasil kejahatan lebih
dialamatkan untuk modal awal membangun usaha mandiri dalam rangka
mendukung perekonomian keluarga.
Selanjutnya, informan D mengakui pula bahwa kendaraan bermotor hasil
curian dijual kepada para penadah. Keberadaan para penadah bukan hanya sebagai
pembeli, melainkan berperan sebagai pemesan. Sebagaimana keterangannya:
“...Kami jalan meluncur jadi ya udah taulah bongkar mobil ini tinggal
dijemput aja, pembeli ini kan udah dimana transaksinya gituh. Dimana nih?
disini-disiini, udah itu pembayarankan. Rata-rata jual empat puluh sampe
lima putuh juta, jual ke daerah Jawa, ke Demak apa Solo. Ya pembelinya
dari kenalan bang I. Misalkan, cariin gua nih mobil begini-begini-begini
gituh.” (Wawancara dengan informan D, 19 September 2016)
Setelah kendaraan bermotor hasil curian terjual, uang yang diperoleh dibagikan
sama rata kepada rekan lain yang terlibat. Sebagaimana dalam perkataan informan
D:
“Dapet duit sepuluh juta nih ya, pengeluaran dua juta, ya diambil dulu dua
juta itu. Buat bayar rental mobil dua juta itu, delapan jutanya baru dibagi-
bagi...dapet duit diumbar-umbar buat mabok, judi kartu. Kalo saya nih ya
pulang kerja nih ya kebagianlah dapet limabelas juta, saya beliin nih sabu
lima juta jebret, yah ini bukan cerita ngada-ngada emang pengalaman saya
diluar, lima juta nya lagi masuk kantong saya terus sisanya kasih ke istri
saya. Nah jadi kalo lima juta inih sampenya sebulan apa seminggu ya baru
saya kerja lagi.” (Wawancara dengan informan D, 19 September 2016).
52
Keterangan informan D di atas memperlihatkan bahwa uang dari penjualan
terhadap kendaraan bermotor hasil curian kemudian dipergunakan untuk modal
bermain judi, membeli narkotika, dan untuk menunjang kebutuhan rumahtangga.
Lebih lanjut, informan D mengakui bahwa situasi finansial rumahtangganya
masih bisa dikatakan jauh dari perkataan kesulitan ekonomi. Hal ini dikarenakan
informan D memiliki pekerjaan sebagai sopir angkutan umum. Apabila tidak
melibatkan diri dalam pencurian kendaraan bermotor, penghasilan sebagai sopir
angkutan umum dianggap masih bisa menjamin kebutuhan hidup sehari-hari
keluarganya. Oleh karena itu, penyaluran uang dari hasil kejahatan untuk
menunjang kebutuhan rumahtangga bagi informan D adalah tidak terlalu
mendesak. Malahan, pengeluaran untuk keperluan dirinyalah yang dirasa tidak
tercukupi dari penghasilan kerja sebagai seorang sopir angkutan umum. Seperti
dalam pengakuannya:
“Kalo kita pikir-pikir ya, kalo gaya hidup kitanya lurus-lurus aja ya nutup
lah. Ya saya bawa mobil ya kita itung kecilnya aja ya saya bawa angkot lah
gitu, saya narik dari jam duabelas sampe jam tujuh malem, uang makan saya
dapet paling kecil seratus ribu, kadang dapet seratus limapuluh. Cuman kan
kehidupan saya nya, kalo keluarga okelah cukup, kalo kehidupan saya nya
gak cukup...Makanya saya bilang kalo hidup untuk lurus aja gak ada
beloknya ya cukup-cukup aja...” (Wawancara dengan informan D, 19
September 2016)
Ketidakcukupan atas uang yang diperoleh dari hasil kerja menjadi seorang sopir
angkutan umum tersebut, sebagaimana keterangan informan D di atas, adalah
terutama dalam rangka menjamin kehidupan berfoya-foya. Keterlibatan informan
D dalam pencurian kendaraan bermotor diyakini bisa mengatasi persoalan
keterbatasan penghasilan sebagai seorang sopir angkutan umum.
53
Pada dasarnya, informan D mengakui bahwa seorang kriminal seperti pada
kasus pencurian, berkecenderungan dari pelakunya dimana uang hasil mencuri
dipergunakan untuk berfoya-foya. Sebagaimana dalam keterangan yang dijelaskan
olehnya, “...Ya memang kalo hasil kehidupan orang kayak seperti saya ini ya
kebanyakan ya hidupnya bukan untuk apa namanya masa depan jadi
kehidupannya untuk hura-hura aja udah” (Wawancara dengan informan D, 19
September 2016). Untuk informan D sendiri, sebelum tertangkap dan menjalani
masa hukuman pidana di Lembaga Pemasyarakatan, berdasarkan pada
pengakuannya bahwa dirinya sempat menaruh perhatian terhadap
keberlangsungan finansial rumahtangga dibandingkan untuk pemuasan
kesenangan pribadinya, yaitu dengan menyisihkan uang hasil kejahatan demi
menunjang keperluan buah hati (anak perempuannya) di kemudian hari.
Sebagaimana keterangan yang disampaikannya:
“...Tapi saya kemaren sempetlah nabungin sedikit buat cita-cita masa depan
udah ada lah, anak baru satu kan masi kecil umur empat tahunan. Kalo yang
dulu-dulu itu ya abisnya gak jauh larinya narkoba, hura-hura, judi. Kalo
untuk ya saya bilang buat kedepannya ya waktu itu gak ada kepikiran.”
(Wawancara dengan informan D, 19 September 2016)
Kendaraan bermotor hasil curian dijual ke para penadah terjadi pula pada
informan W.
“...Asbak itu penadah maksudnya pengepul yang beli-beli barang kita, kita
dapet motor dia yang ngebeli. Kadang dia yang ngejemput kita juga, kadang
kita yang nelpon, bos nih udah mutus saya? kata dia yaudah daerah mana?
Pas ketemu kan langsung diambil terus bayar kita pergi kerja lagi...Kalo
udah ditangan penadah yang beli bodoh aja udah risiko dia (pembeli barang
curian) kan. Yah penadah kan emang uda tau yah uda sekongkol sama kita
kan, udah satu jalur cuman kan dia enggak pernah kerja cuman beli doang.”
(Wawancara dengan informan W, 21 September 2016)
54
Pernyataan informan W di atas menerangkan bahwa para penadah berada dalam
lingkaran kejahatan pencurian kendaraan bermotor. Anggapan seperti itu jelas
diperkuat dari keduanya yang memang mengetahui satu sama lain dalam peranan
yang dimainkan, pelaku sebagai eksekutor sekaligus penjual dan para penadah
sebagai pembeli untuk kemudian dijual kembali ke masyarakat. Penerimaan uang
hasil penjualan barang curian oleh informan W diperuntukan untuk pengejaran
kehidupan bersenang-senang, seperti mendatangi klub-klub malam dan
mengkonsumsi minum-minuman beralkohol, serta menghibur diri sejenak dalam
permainan game di tempat-tempat jasa penyewaan.
“...Kadang kita abis telpon-telponan abis kerja nih mutus dapet duit kan
bagi-bagi, kita nelpon kalo kita di Tanggerang nelpon yang ada di Jakarta
malem mingguan happy kita kan, kemana? kadang ke PS, Exo maen kita di
dugem happy mabok-mabokan. Ya seminggu sekali kadang ya tergantung
pas lagi pengennya aja kita telponan aja nyari suasana. Ya gitulah hasilnya
kalo dari ranmor...Kita jual kan dapet duit bagi rata berempat...”
(Wawancara dengan informan W, 21 September 2016)
Informan W memiliki dalih bahwa keterlibatannya dalam pencurian
kendaraan bermotor diinisiasi oleh keinginan merasakan kesenangan hidup
melalui perolehan uang hasil kejahatan. Pernyataan demikian disampaikan oleh
informan W sebagai berikut, “...Ya namanya kita kan hidupnya nyari kesenangan,
kebahagian buat diri kita sendiri...” (Wawancara dengan informan W, 21
September 2016)
Perolehan uang di tangan dari keterlibatannya dalam pencurian kendaraan
bermotor turut pula dirasakan oleh informan H. Menurut informan H, uang hasil
kejahatan diperoleh setelah kendaraan bermotor hasil pencurian dijual kepada para
penadah. Sebagaimana dalam penuturannya, “...Kalo sekali kerja kan dapet dua
55
tiga (juta), ya bagi dua cak rata gitu hasilnya, per unit biasanya dijual 2 juta,
jualnya juga kan ada kenalan dari dia, dimana tempatnya, lokasinya, langsung
dibuang kan barangnya...” (Wawancara dengan informan H, 21 September 2016).
Informan H mengakui bahwa uang hasil kejahatan tersebut dimanfaatkan untuk
menunjang kebutuhan akan barang-barang yang biasa dikonsumsi di kalangan
pemuda dewasa. Hal ini dapat dilihat dalam keterangannya, “...Hasil untuk sehari-
hari lah untuk makan, untuk jajan, namanya juga anak muda kan, untuk beli
pakaian, untuk yang lain, ya buat jajan lah beli rokok” (Wawancara dengan
informan H, 21 September 2016).
Sama seperti informan lainnya, Informan DD juga mengakui bahwa
kendaraan bermotor hasil pencurian digulirkan menjadi bernilai uang, dijual ke
para pendah. Sebagaimana perkataan informan DD:
“...Uda paling kalo uda putus (berhasilnya kejahatan) begitu kita pretelin,
bodi-bodinya kita cet biar enggak ke ciri juga. Enggak dijual utuh ngeri kita
bawa-bawa ke penadahnya ke ciri orang, iya mending dipretelin bodi-
bodinya apa tukeran bodi sama orang paling kayak begitu.” (Wawancara
dengan informan DD, 11 Oktober 2016)
Keterlibatan informan DD dalam pencurian kendaraan bermotor dinilai hanya
sekedar keisengan semata, akan tetapi berujung ke perolehan uang jika kejahatan
berhasil dilakukan. Sebagaimana pengakuan informan DD:
“Kita posisi lagi tiduran di motor, anak-anak yang ratusan motor ini pada
mau jalan. Udah dah DD anak-anak pada mau jalan tuh motor kosong tuh.
Kita mau enggak mau kita taekin kita juga emang seneng jalan-jalan malem
jam satu jam dua pada jalan-jalan tau-taunya pada ngebegal...Kita diajakin
jalan ya namanya kita enggak punya duit, kita ikut ajalah dapet enggak
enggak ngapa, dapet akhirnya, dapet (sepeda motor) Satria F. Dijual cuman
tiga juta tiga ratus. Selebihnya buat makan-makan, sisanya dibagi-bagiin
dicak rata. Kalo uda pada megang duit uda pada maen sendiri-sendiri, ada
yang buat maen warnet, buat jajan, buat mabok juga.” (Wawancara dengan
informan DD, 11 Oktober 2016)
56
Uang yang diperoleh dari penjualan kendaraan bermotor hasil kejahatan, bagi
informan DD kerapkali dipergunakan untuk membeli minuman keras dan bermain
internet di tempat jasa penyewaan komputer (atau warung internet). Menurut
informan DD, melakukan pencurian kendaraan bermotor dimaksudkan supaya
tidak membebani biaya pengeluaran orangtua untuk kebutuhan sehari-hari
informan. Sebagaimana diungkapkan informan DD, “...Ibaratnya enggak mau
nyusahin orangtua, ibaratkan kita nyari duit sendiri tapi duitnya enggak halal,
udah mau enggak mau kita ikut-ikutan aja ama temen” (Wawancara dengan D D,
11 Oktober 2016).
Berdasarkan penguraian panjang atas hasil temuan lapangan dari sejumlah
informan yang dilibatkan dalam penelitian skripsi ini, tindak pencurian kendaraan
bermotor dari informan, secara umum barang hasil curian dijadikan bernilai uang
dengan cara dijual ke para penadah. Menurut Alfred Schutz, in-order to motive
(motif bertujuan) mengandaikan aktor memiliki harapan yang diorentasikan ke
masa depan, harapan aktor melibatkan maksud, rencana, antisipasi, dan prediksi
(Schutz, 1967:86-91).
Mengikuti pandangan Alfred Schutz, uang hasil kejahatan diperuntukan
untuk berfoya-foya, bagi informan lebih mengarah kepada pola konsumsi
bersenang-senang. Perolehan uang hasil kejahatan dimanfaatkan oleh informan
untuk membeli pakaian, bermain game di tempat jasa penyewaan, mendatangi
tempat-tempat hiburan malam, memuaskan nafsuk seks kepada wanita tunasusila
atau WTS di tempat-tempat prostitusi, meminum-muniman beralkohol, dan
membeli narkotika. Pola konsumsi barang-barang dan jasa inilah yang bagi
57
informan selaku pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor diperuntukan
untuk kesenangan dalam jangka waktu pendek.
Adapun penggunaan uang hasil kejahatan diinvestasikan untuk membangun
usaha kecil mandiri dan dihimpun sebagai upaya menjamin keperluan biaya hidup
buah hati (anak-anak) mereka dikemudian hari. Dengan ini, penjelasan motif
tujuan tindakan pelaku pencurian kendaraan bermotor pada Warga Binaan
Pemasyarakatan klas I Cipinang, menurut penggunaan uang hasil pencurian
diperuntukan untuk berfoya-foya, modal membangun usaha, dan ditabung untuk
keperluan anak dikemudian hari.
58
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motif tindakan pelaku pencurian kendaraan bermotor pada Warga Binaan
(WBP) Lapas klas I Cipinang, diketahui berdasarkan penjelasan terhadap because
motive (motif sebab) dan in-order to motive (motive tujuan) tindakan.
Pertama, because motive. Tindak kejahatan pencurian kendaraan bermotor
dilatarbelakangi dengan adanya pengalaman langsung dari informan, yaitu
pengalaman dari kejahatan sebelumnya. Kemudian, terdapat pula informan yang
terlibat dalam tindak pencurian kendaraan bermotor dikarenakan oleh pengalaman
secara tidak langsung, yaitu pengalaman rekan seprofesi.
Kedua, in-order to motive. Kendaraan bermotor hasil curian dijadikan oleh
informan bernilai uang. Diketahui bahwa penggunaan uang hasil kejahatan
pencurian diperuntukan informan untuk berfoya-foya, modal membangun usaha,
dan ditabung untuk keperluan anak dikemudian hari.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini terdapat petunjuk yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penelitian selanjutnya untuk diaplikasikan pada
kejahatan pencurian kendaraan bermotor dalam kajian disiplin ilmu sosiologi.
Indikasi tersebut berupa pembenaran atas keterlibatan pelaku kejahatan dalam
pencurian kendaraan bermotor, terutama pada penjelasan informan bahwa
melakukan pencurian lebih baik daripada memotong upah kerja milik pekerja
rendahan. Dengan perkataan lain, peneliti menyarankan, penelitian selanjutnya
59
mengelaborasi lebih mendalam pada penjelasan penggunaan teknik peyangkalan
oleh pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor, yaitu dengan menggunakan
pendekatan netralisasi dari Sykes dan Matza.
60
DAFTAR PUSTAKA
Adjis, A Chairil, dan Dudi Akasyah. 2007. “Kriminologi Syariah.” Cetakan 1.
Jakarta: RMBooks.
Bungin, Burhan, 2007. “Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya.” Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Carnoy, Martin. 1986. “Pendidikan dan Penempatan Tenaga Kerja: Sebuah
Penilaian yang Kritis.” Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Creswell, W John, 2014. “Research Design: Qualitative, Quantitative, & Mixed
Methods Approaces.” Fourth Edition. Sage Publications, Inc.
Maleong, Lexy J. 2002. “Metodelogi Penelitian Kualitatif.” Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Masdiana, Erlangga. 2006. “Kejahatan dalam Wajah Pembangunan.” Cetakan 1.
Jakarta: nfu publishing.
Neuman, W Laurance. 2013. “Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif.” Edisi 7. Terjemahan Edina T Sofia. Jakarta: PT
Indeks.
Ritzer, George, dan Douglas J, Goodman. 2008. “Teori Sosiologi: Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial
Postmodern.” Edisi. Terbaru. Cetakan 1. Terjemahan Nurhadi. Bantul:
Kreasi Wacana.
Schutz, Alfred. 1967. “The Phenomenology of Social World.” Penerjemah,
George Walsh dan Frederick Lehnert. United States of America:
Northwestern University Press.
Silalahi, Ulber, 2009. “Metode Penelitian Sosial.” Bandung: Refika Aditama.
Sykes, M Gresham. 1963. “Crime and Society.” Cetakan 6. New York: Random
House, Inc.
Skripsi, Tesis, dan Jurnal Penelitian
Andina, Elga. 2015. “Kejahatan Sadis oleh Remaja: Studi Kasus Begal Sepeda
Motor di Kota Depok.” Aspirasi 6(2): 145-158.
Bromley, Rosemary dan Colin Thomas. 1997. “Vehicle Crime in the City Centre:
Planning for Secure Parking.” The Town Planning Review 68(2):257-278.
Budiman, Maulana Teddy. 2003. “Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor di
Wilayah Hukum Poltabes Pekanbaru (Suatu Tinjauan Kriminologis tentang
61
Motif yang Melatarbelakangi serta Modus Operandi Pelakunya).” Tesis
Kriminologi, FISIP UI.
Da’wah, Bud Mujib, dan Sugeng Harianto. 2015. “Fenomenologi Penggunaan
Atribut Militer oleh Anggota Masyarakat Sipil pada Kendaraan Bermotor.
Sosiologi, Paradigma 3(3):1-8.
Lagrange, Hugues, 2003. “Crime and Socio-Economic Context.” Revue Francaise
de Sociologie 44:29-48.
M Zaner, Richard. 1961. “Theory of Intersubjectivity: Alfred Schutz.” Social
Research 28(1):71-93.
Malik, Subhan. 2004. “Proses Belajar Kejahatan Pencurian (Studi Kasus terhadap
Enam Orang Pelaku Pencurian).” Skripsi Kriminologi, FISIP UI.
Matsueda, L Ross, Derek A Kreager, dan David Huizinga. 2006. “Deterring
Delinquents: A Rational Choice Model of Theft and Violence.” American
Sociological Review 71(1):95-122.
Ramli, Mauliadi. 2016. “Kekerasan Gang Motor di Kota Makassar (Perspektif
Teori Fenomenologi Alfred Schutz). Tesis Sosiologi, FISIP Universitas
Airlangga.
Setianto, Budi Djoko. 2005. “Pengalaman Belajar Pelaku Pencurian Kendaraan
Bermotor.” Skripsi Kriminologi, FISIP UI.
Supraja, Muhammad. 2012. “Alfred Schutz: Rekonstruksi Teori Tindakan Max
Weber.” Jurnal Pemikiran Sosiologi 1(2):81-90.
Suyanto, Bagong, 2001. “Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin.”
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik XIV(4): 25-42.
Takalamingan,Otniel, 2013. “Motif Pelajar dalm Penggunaan Game Online
Counter Strike di Kelurahan Bailang Kecamatan Bunaken.” Jurnal Acta
Diurna 2(4).
Artikel Elektronik
“09.Lembaga Pemasyrakatan Klas I Cipinang.” Kantor Wilayah DKI Jakarta
Kementerian Hukum dan HAM RI. Dilihat pada tanggal 12 Februari 2017
(http://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/1042-lp-cipinang).
“Statistik Kriminal 2015.” Badan Pusat Statistik. Dilihat pada tanggal 22 Februari
2017 (https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Kriminal-
2015.pdf).
“Statistik Kriminal 2016.” Badan Pusat Statistik. Dilihat pada tanggal 22 Februari
2017 (https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Kriminal-
2016.pdf).
62
“Visi dan Misi Lapas Klas I Cipinang.” 2009. Lapas klas I Cipinang. Dilihat pada
tanggal 12 Februari 2017 (https://lpcipinangsatu.wordpress.com).
Felson, Marcus dan Ronald V Clarke. 1998. “Opportunity Makes the Thief:
Practical Theory for Crime Prevention.” Research Development Statistics.
Dilihat pada tanggal 18 Mei 2017
(http://www.popcenter.org/library/reading/pdfs/thief.pdf).
Harmeno. 2017. “Baru Saja Bersandar, Enam Orang Spesialis Pelaku Pencurian
dalam Kapal Dibekuk Polisi.” Tribrata News, 18 Mei. Dilihat pada tanggal
18 Mei 2017 (http://tribratanews.polri.go.id/?p=182384).
Hidayati, Ayu Dewi, Ikram, dan Teuku Fahmi. 2012. “Analisis Trend Kejahatan
dalam Statistik Kepolisian (Studi di Wilayah Hukum Kepolisian Resort
Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2011).” Sosiologi FISIP Universitas
Lampung. Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat – Dies Natalis FISIP Unila (h.84-93). Dilihat pada tanggal 12
Februari 2017
(http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/prosem/article/view/8/8).
Nailufar, Nada Nibras. 2016. “Ini 11 Jenis Kejahatan yang Menonjol Selama
2016.” Editor Icha Rastika, Megapolitan, 29 Desember. Dilihat pada tanggal
11 Februari 2017
(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/29/17470511/ini.11.jenis.kej
ahatan.yang.menonjol.selama.2016).
Nurokhman. 2015. “Adrianus Meliala: Bahaya Jika Masyarakat Takut terhadap
Kejahatan.” Suara Merdeka, 22 Maret. Dilihat pada tanggal 22 Februari
2017
(http://epaper.suaramerdeka.com/read/2015/03/22/06EM22C15MGU.pdf).
Prasetyo, Eko. 2003. “Pencurian Waspadalah.” Pos Ronda: Bersama Masyarakat
Menjaga Keamanan dan Ketertiban, Edisi April (h.1-15). Dilihat pada
tanggal 24 Februari 2017 (e-pushamuii.org/files.php?type=pdf&id=115).
Pusat Informasi Kriminal Nasional Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dilihat
pada tanggal 1 Maret 2017
(http://www.ncic.polri.go.id/index.php?p=main&s=sebaran-crime-
street&mode=J&wilayah=all&tahun=2012).
Saban. 2015. “Cewek Cabe-Cabean Rampas Motor,” Majalah Pos Kota Online,
24 Juli. Dilihat pada tanggal 13 Februari 2017
(http://majalah.pjoskotanews.com/poskotanews/majalahposkota/2015/07/kri
minal%2024-7-2015/Kriminal%2024-7-2015.pdf).
Tjiptoherijanto, Prijono. 2001. “Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga
Kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan.”
Bappenas (h.1-10) Dilihat pada tanggal 11 Februari 2017
63
(http://bappenas.go.id/files/3513/5211/1083/prijono__20091015125259__2
356__0.pdf).
Yusof, Mohd Najeemah. 2010. “Perspektif Sosiologi dalam Fungsi Sosial
Pendidikan di Malaysia.” Sosiologi Pendidikan Jilid 10, Bil. 1 (h.37-49).
Dilihat pada tanggal 12 Februari 2017
(http://education.usm.my/images/docs/DigesPendidik/DP2010-1/dp2010-2-
05.pdf
Perundang-Undangan
Peraturan Kementerian Hukum dan HAM No.6 tahun 2013, Pasal 3 dan Pasal 4,
dilihat pada tanggal 07 Mei 2017
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiX-
rSJkOvTAhWJOI8KHVGVAdsQFgghMAA&url=http%3A%2F%2Fperpus
takaan.bappenas.go.id%2Flontar%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F127014-
%255B_Konten_%255D-
Permen%2520Hukum%2520dan%2520HAM%2520No%25206%2520Tahu
n%25202013.pdf&usg=AFQjCNEa9Gbydq1L-A0njilJs7Z1NcXlXA).
Peraturan Pemerintah RI No.5 tahun 2005, Pasal 1, dilihat pada tanggal 12
Februari 2017
(http://telkomuniversity.ac.id/images/uploads/PP_No._19_Tahun_2005.pdf)
Sumber Wawancara
Wawancara dengan informan C, Lapas klas I Cipinang, 05 September dan 13
September 2016 (Warga Binaan Pemasyarakatan kasus pencurian kendaraan
bermotor).
Wawancara dengan informan I, Lapas klas I Cipinang, 05 September dan 13
September 2016 (Warga Binaan Pemasyarakatan kasus pencurian kendaraan
bermotor).
Wawancara dengan informan D, Lapas klas I Cipinang, 19 September 2016
(Warga Binaan Pemasyarakatan kasus pencurian kendaraan bermotor).
Wawancara dengan informan W, Lapas klas I Cipinang, 21 September 2016
(Warga Binaan Pemasyarakatan kasus pencurian kendaraan bermotor).
Wawancara dengan informan H, Lapas klas I Cipinang, 06 Oktober 2016 (Warga
Binaan Pemasyarakatan kasus pencurian kendaraan bermotor).
Wawancara dengan informan D D, Lapas klas I Cipinang, 11 Oktober 2016
(Warga Binaan Pemasyarakatan kasus pencurian kendaraan bermotor).
xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkip Wawancara
Hari/Tgl wawancara Senin/05/09/2016 dan Selasa/13/09/2016
Nama (inisial) C
Jenis kelamin Laki-laki
Usia 22 Tahun
Pendidikan SMP
Kejahatan/Pasal Pencurian dengan pemberatan/363 KUHP
Senin/05/09/2016
1 Peneliti Sudah berapa lama abang CI berada di Lapas Cipinang?
C Kira-kira saya disini udah jalan tiga bulan, tadinya sih di Lapas Salemba
terus dipindahin disini. Soalnya disana udah kepenuhan katanya
makanya dipindahin.
2 Peneliti Bagaimana bisa terlibat dengan aksi pencurian?
C Awalnya diajak teman yang juga bekerja di pabrik di daerah
Cengkareng, teman sama-sama satu kampung dengan saya dari
Lampung.
3 Peneliti Berarti abang sebelumnya sudah memiliki pekerjaan, lalu
bagaimana bisa tertarik melakukan pencurian?
C Buat sambilan aja sih, dari hasil pencurian bisa jadi tambahan saya.
4 Peneliti Kalau sedang beroperasi alat-alat seperti apa saja yang dibawa?
C Kunci later T doang sih yang saya bawa.
Selasa/13/09/2016
5 Peneliti Seperti yang kemarin abang C ceritakan, pertama kali melakukan
ranmor diajak oleh teman, lalu apa yang membuat abang tertarik
untuk ikut terlibat?
C Tergiur aja sama duitnya dan pendapatannya lah. Kalo kerja di pabrik
plastik nunggu berapa minggu dulu baru dapet duit tapi kalo dari situkan
langsung udah jelas. Gajian dipabrik aja dua minggu sekali.
6 Peneliti Kan kemarin abang ngasih tau nih, misalkan ingin eksekusi sama
teman, bagaimana seandainya abang sendirian terdapat
kemungkinan untuk berbuat itu?
C Gak bisa karenakan kita harus ngeliat dulu situasi dan kondisi jadi kalo
berdua kan enak. Kalo sendiri tuh kita yang bawa motornya ini siapa,
kita jalan kaki dulu biar bisa gitu ya gak bisa cari-cari kayak kesempatan
itu susah.
7 Peneliti Kalau berdua, bagaimana strategi yang digunakan abang saat ingin
beraksi?
C Ya gak ada strategi cuma kita lihat kelemahan korbannya aja,
kelengahan dia markir motor disini udah ditinggal sama dia kemanalah
xv
ke warung gitu langsung kita embat. Paling tiga puluh detik uda kena
tergantung motornya. Yang dikunci stang itu nah agak lama perlu
dirusakin dulu.
8 Peneliti Kalau misalkan terhitung sudah berapa kali abang melakukan
pencurian?
C Kurang lebih tujuh kali. Saya begini juga baru, bulanan masih saya,
adakali empat bulanan.
9 Peneliti Dari ketujuh kalinya, itu situasinya masing-masing berbeda-beda
bang?
C Beda-beda, ada yang di indomart, tempat pemancingan, banyak dah.
Kalau saya belum pernah ngelakuin yang ada CCTV, itu yang maling-
maling apa namanya serudukanlah, yang gak tau aturan gak tau mainnya
buru-buru kan itu gede juga resikonya kalo ada CCTV. Dia itu gak liat
situasi dan kondisi embat-embat aja.
10 Peneliti Situasi dan kondisi yang bagaimana menurut abang yang menarik?
C Yang aman aja, walaupun rame terus orangnya gak ada kita berani tapi
kalo sepi ada CCTV sama aja bohong. Enakan sih malem, seringan sih
malem saya uda kebiasaan aja maen malem. Cuek aja kita pake kunci T
sebelah ada orang dia diem aja gak teriak maling. Padahal dia berdua
tapi diem aja. Teman yang eksekusi bongkar itu kunci di depan toko,
saya yang bawa motor nungguin.
11 Peneliti Bagaimana cara membuat kunci later T bang?
C Teman saya semua yang bikin, saya gak tahu bikin kunci T. Kunci Y
yang ukuran 8 tahu kan nah ujungnya dipotong pendek terus di las lagi.
Adalagi kayak kunci sok juga tapi pake ukuran yang 10 ujungnya
dipotong dijadiin dua, lebih enak itu bisa dikantongin juga bisa ditaro
rokok. Teman yang ngajarin tuh, orang Tanggerang begitu semua.
Semua diajarin, teman emang udah pakarnya.
12 Peneliti Kalau misalkan berhasil saat eksekusi, bagaimana pembagian
hasilnya bang?
C Cak dua rata, duitnya sih abis begitu begitu aja. Emang manusia tuh gak
bersyukur udah ada rejeki dari situ pengen aja nambah.
13 Peneliti Bagaimana teman memberikan pengertian sehingga abang menjadi
tertarik untuk melakukan pencurian?
C Diomonginlah sama dia juga maennya rapih tahu aturan enggak
seradak-seruduk aja. Awal ngajaknya tuh cuma-cuma motornya aja, dia
yang bagian eksekusi motor karena uda bisa, saya tinggal bawa doang.
Motor udah nyala kita tinggal bawa. Nah dari situ latihan dulu belum
bisa-bisa ketangkep jadinya.
14 Peneliti Awalnya bagaimana bang bisa tertangkap oleh polisi?
C Ada laporan warga, saya juga kan sudah off dari pabrik karena ada
alasan sakit juga izin kerja terus. Warga curiga sering ganti-ganti motor
ditambah saya asal dari Lampung. Dulu kan masih terkenalnya begal-
begal Lampung. Dari situ warga ngelapor ke polisi. Abis itu diselidiki
sama polisi selama tiga hari diintai. Selama tiga hari itu kita gak ngapa-
ngapain, mancing sana mancing sini, gak operasi dululah santai-santai,
motor udah banyak inih. Yang ketangkep duluan teman saya, dibawa ke
kantor polisi ditembak dor kaki nya karena dia gak ngakuin baru deh
bocorin pelakunya si inilah nah ngerembet disitu kenanya. Saya gak
kena sebenarnya selama tiga hari itu, teman saya kena, saya sudah kabur
xvi
pulang ke Lampung. Pas siap-siap setengah jam lagi pulang gak taunya
polisi dateng. Digoblok-goblokin saya sama SPK, katanya, udah mau
pulang kok bisa ketangkep. Padahal kita tahu mobil patroli itu lewat
terus gak lama balik lagi, tapi saya cabut duluan beli pulsa gak taunya
pas saya balik ada polisi bawa pistol semua. Saya langsung cabut aja dia
nembakin ke atas, cabut aja dicari gak ketemu saya selama tiga hari itu,
pake dukun kayaknya itu. Cabut ke daerah Dadap ke teman kontrakan
juga, gak ada yang tau itu sebenarnya kontrakan soalnya terpencil
pokoknya, tapi polisi tau juga. Di dadap teman dari pabrik satu
kampung, banyak emang orang lampung tapi kerja bener semua cuman
saya aja yang nyeleweng.
15 Peneliti Memang abang tinggal dengan siapa sebelum tertangkap?
C Sama teman satu kampung berdua aja di kontrakan di daerah
cengkareng, umurnya lebih tua dari saya 40 tahunan dia cuman udah
pengalaman. Tetangga kontrakan dulunya tuh dia, dia ngontrak bareng
sama teman-temannya yang udah kerja semua. Lama-lama kenal sama
dia yaudah diajak maen.
16 Peneliti Selain teman abang yang itu, sejauhmana abang bergaul dengan
teman lainnya?
C Sama dia aja, ada istrinya juga sih. Dulunya kan dia gak sama istrinya
lama-lama istrinya ikut tinggal disitu. Terus nambah lagi satu ada empat
orangan yang tinggal dikontrakan. Gak ada teman yang kayak dia lagi
disini cuma dia aja. Akrab juga sama teman kerjaan, juga pada gak
nyangka saya ketangkep kan saya ketangkep dikontrakan digrebek. Gak
tahu mereka ya kan kalau kerja di pabrik ya biasa aja, gak bakal tahu
orang tuh. Sama dia terus sih kadang sharing bareng. Dia udah nikah.
Dulunya istrinya kerja di tempat lain tapi ikut di bawa dia juga malah
jadi malapetaka, jadi musibah, istrinya mulutnya gini gak bisa diem.
Yah ngoceh-ngoceh kalau lagi berantem ngancem-ngancem yah kayak
gitulah, jangan maen-maen kayak gitu lagi. Istrinya tiap hari bilangin,
emang suaminya dari kampung sana pemain juga. Waktu saya
ketangkep juga dibilangin, kan sudah sering saya bilang tapi kamu tetap
aja rasainlah. Kalau sebelum ketangkep dia ngoceh-ngoceh yah saya gak
gubris aja kayak sok bener aja orang ini. Bilanginnya kalau lagi nyantai,
yah dinasehatin kayak orangtua aja gitu.
17 Peneliti Kalau misalkan abis beraksi, motornya diamankan dimana bang?
C Ditampung dulu dikontrakan abis itu disetorin ke asbak, ya istilahnya
penadah, setor begitu aja dalam bentuk utuh. Paling mahal ya vixion,
kalo yamaha mio biasanya 1,5 juta, 2 juta, ya tergantung kondisi
motornya. Kalau motor Satria ada yang 3 ribu, 4 ribu, tergantung motor
juga.
18 Peneliti Kalau abang lagi dalam posisi sendirian dan terbukanya peluang
untuk kemungkinan berhasil melakukan pencurian, bagaimana
respon abang?
C Biasanya kalau begitu langsung panggil teman, noh ada pandanganlah
disana ajakin teman langsung cabut. Kalau sendirian gak bisa pasti
manggil teman dulu. Kita kan juga bawa motor, masa kita jalan dulu.
Yah kalaupun lagi sendirian gimana ya, yah sayang aja kesempatan
emas dilewatkan. Manggil kawan dulu liat situasi rada aman baru sikat.
19 Peneliti Kalau situasi yang aman menurut abang seperti apa?
xvii
C Yang pasti udah tahu orangnya dimana, ke warung apa kemana cari
makan atau kemanalah kan motornya ditinggal lumayan jauh lah. Kita
pantau dulu orangnya cukup kita tahu aja di mau kemana motornya
ditinggal langsung kita embat. Misalnya nongkrong dimana gitu
ditempat yang rame kan ada orang dateng nanti, orang dateng itu nanti
kita liat kemana kalo udah jauh nih langsung kita embat aja. Walaupun
ada orang embat aja, anggep aja motor sendiri. Biasa aja sih sebenarnya
tapi ada rasa takut juga kalau misalkan yang ngeliat teriak maling saya
juga mati disitu. Tapi dia juga mau terik takut mungkin kita bawa apa-
apaan bawa senpi apa senjata tajam kan, dia juga pasti takut ada yang
kayak begitu juga makanya dia lebih baik diam kayaknya. Masih muda
juga itu orang dua cowo diem aja, dia teriak maling langsung tembak.
Dulunya bawa senpi bikinan, teman semua yang bikin. Ada juga yang
nyebutnya beceng tergantung kita nyebutnya. Bikinnya di tempat
kenalan tukang bubut di daerah situ.
xviii
Hari/Tgl wawancara Senin/05/09/2016 dan Selasa/13/09/2016
Nama (inisial) I
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 42 Tahun
Pendidikan SMP
Kejahatan/Pasal Pencurian dengan kekerasan/365 KUHP
Senin/05/09/2016
1 Peneliti Sudah berapa lama abang I di Lapas Cipinang?
I Baru satu Bulan
2 Peneliti Memang abang putusannya berapa tahun?
I Sembilan tahun kebetulan kena dua perkara, dua TKP, satunya di daerah
Timur di Tol Cibubur terus yang satunya lagi di daerah Bekasi.
3 Peneliti Sudah berapa kali abang melakukan aksi pencurian?
I Kalau diitung bisa banyak
4 Peneliti Bagaimana abang bisa tertangkap polisi?
I Gara-gara teman saya dia main di luar. Teman saya ngelakuin
pencuriannya sama orang lain. Biasanya saya sama teman saya itu kalau
melakukan pencurian ada lima orangan lah. Dia ketangkep, yang lainnya
juga keseret termasuk saya.
5 Peneliti Bagaimana biasanya abang bersama teman melakukan aksi
pencurian?
I Kalau saya ini lebih sering ke mobil-mobil muatan barang, seringnya di
Tol ditempat isirahat supir. Kadang juga di jalan-jalan biasa. Tergantung
situasi aja sih.
Selasa/13/09/2016
6 Peneliti Berapa orang yang terlibat aksi pencurian bersama abang?
I Enam orang, semuanya main. Dua orang yang bawa bb mobil korban,
dua orang lagi yang bawa mobil pribadi, sisanya yang eksekutor. Dua
orang yang bawa bb itu, yang satunya nahan korban di dalam mobil.
7 Peneliti Perbekalan apa saja yang kerapkali abang bawa saat beroperasi?
I Bawa badik palingan, ya pisau kecil buat pinggang yang praktis-praktis
aja. Kita buat jaga aja. Kalo gak kita bawa senpi. Kalo saya kan ketemu
langsung sama korbannya, mau gak mau kan ya harus siap berantem
kalo korbannya melawan.
8 Peneliti Dari mana senpi yang dipegang abang?
I Dari teman kita beli. Ya namanya kita bergaul apa kan ada teman
ketemu teman lagi.
9 Peneliti Awalnya bagaimana bang bisa sampai ikut terlibat pencurian?
I Awalnya kita ya namanya bergaul ke tempat-tempat pelacuran bergaul
sama orang akhirnya gak bener. Teman ngajakin hayu apa, apa gimana
gitu. Dari umur 19 tahun sekarang udah ada kali 40 tahun. Pertama saya
masuk dalem di Bulak Kapal Bekasi, kan ketemu teman kita bergaul
sama teman. Akhirnya teman ngajakin saya ya saya ikut aja masa bodo
waktu itu belum bisa apa-apa palingan ngeliatan aja di mobil, teman
xix
kerjanya begini oh begini. nih teman jalan ya saya gak ngapa-ngapain
ngeliatin aja lagi kerja ya saya lama-lama ngerti sendiri sama aja kayak
sekolah, oh begini caranya oh begitu caranya.
10 Peneliti Kalau dari umur 19 tahun sampai sekarang, berapakali terhitung
sama abang jumlah perbuatan pencurian yang sudah dilakukan?
I Pikir-pikir saya kalo diitung begitu aja namanya kita di jalanan, banyak
kalo dipikir, uda lupa ngelakuinnya banyak aja udah gak inget. Teman
kebanyakankan uda mati juga, masuk polisi, ditangkep ditembak,
ditangkep ditembak, dibunuh. Saya juga sebelumnya udah juga
ketangkep, enam kali ada saya.
11 Peneliti Bagaimana teman memberikan pengertian kepada bang I sehingga
abang tertarik untuk terlibat?
I Jalannya emang kita sendiri aja sendiri begini ngeliatin teman, ditanya
temen kamu ikut gak ya kita nya gak ini ya saya mau aja ikut. Teman
saya juga ada yang lempeng-lempeng aja ada yang jadi anggota DPR
ada itu koloni saya, kalo diibaratin kapten saya dah istilahnya jadi
anggota DPR sekarang. Tadinya kan dia jalan bareng-bareng saya
tapinya dia udah berenti pas dia tinggal di Purwokarta dia berenti
langsung mungkin dia udah down apa gimana takut udah banyak yang di
mati-matiin polisi.
12 Peneliti Apakah teman abang yang sudah berhenti memberikan pengertian
ke abang untuk berhenti melakukan pencurian?
I Udah berenti total aja udah gak nyamper-nyamperin saya. Kalo teman
udah begitu udah masing-masing aja. Ya apalagi kan kalo kayak gitu
dari kitanya aja, ya kalo kita foya-foya terus ya duit abis. Palingan istri
sering bilangin jangan kerja begitu lagi ya begitu nasehatin. Tapi kan
kita kadang pengen punya modal, pikiran kan ke keluarga juga. Kalo
sebelum punya keluarga duit abis kemana-mana, judi apa perempuan,
nyabu ya begitu aja. Pas bekeluarga baru saya mikir kita kalo ada duit
dikumpulin. Sering istri bilangin tapi tetep aja saya nyari duitnya disitu,
bini udah ngomong, susah juga masih ketemu makan, bilang begitu.
Orang saya juga dibelin mulu sama teman saya, ngajak gitu. Ya saya
kalo ngumpul dari belan aja tek tek. Kadang kita juga satu tim ngobrol-
ngobrol begini pengen mau gak kerja kayak gini mulu apa nih, kalo ada
modal juga berenti lama, ujung-ujungnya kayak gini terus kan bisa mati,
gak selamanya orang jaya terus. Umpamanya pengen cari modal tinggal
berenti aja pengen istirahat gak mau begitu lagi. Kadang keluarga kita,
orangtua apa kadang sodara bilangin, udah apa jangan kerja kayak gitu
lagi gak ada manfaatnya. Kadang saya tek mikir, bener juga kalo
dipikir-pikir. Udah aja kalo lagi kerja udah gak keingetan, namanya kita
awal iseng-iseng kalo gak punya duit tau sendiri kalo kita begitu dapet
duit ya udah gak keingetan aja. Tapi kadang-kadang kita punya pikiran
sendiri mau berenti, punya-punya feeling sendirilah gitu mau berenti
kalo duit udah cukup. Tega-teganya masa mau kerja begini terus pasti
lama-lama bisa mati.
13 Peneliti Memang awalnya gimana bang bisa tertangkap polisi?
I Saya ketangkep begini juga gara-gara cepu. Polisi juga miara orang.
Polisi kalo gak miara orang gak bisa nangkep orang. Lah saya pernah
kejadian di Bandung inih polisi nyuruh ngerampok lah semuanya
ketengkep orangnya. Sekarang begini nih polisi miara orang, nih garong
xx
anak buah polisi, dia disuruh ngegarong apa aja buat nyari teman, dari
situ suruhan polisi ngasih gambaran. Udah pas putusin langsung
dihantem di tol, barang uda kejual eh pemainnya juga kena. Lah kita
bukan kata orang, lah kita sendiri yang ngalamin. Jadi pas ketangkep
saya kan kemaren diajak teman maen lagi tau-taunya teman ke
temannya lagi jemput bola. Cepunya mah dibebasin gak ditangkep.
Sebelumnya juga gak kenal, saya diajak tadinya juga gak mau cuman
teman saya maksa aja, beneran enggak saya tau rumahnya apa-apanya
gituh. Yang ada makanya kalo kita berempat-berempat aja, kalo ada
yang bawa temen jangan mau. Maksudnya teman berempat yang biasa
begitu juga, jangan ngajak orang lagi jangan ngajak orang lagi penyakit
itu, ya iya jadinya begini.
14 Peneliti Memang bagaimana bang caranya kalau sehabis beroperasi supaya
menghilangkan jejak?
I Kita mah langsung jual aja barangnya. Korbannya juga gak di tinggalin
kalo kita tinggalin kan dia laporan yang ada kita diblokir sama polisi.
Kita bawa juga korbannya tapi kita iket, ya kalo di matiin kasian juga,
kadang kita buang di tol, kemana aja saya buang, kadang ke Bogor,
kadang ke Subang. Cuman kan kita buang gak sembarangan, buang
dijalanan istilahnya kan bisa ketemu orang, pagi-paginya ketemu orang
begituh. Pernah saya begaul sama orang Lampung, palembang, maen
jeder-jeder aja. Biasanya kalo anak baru gede kerja begitu maen jedar-
jeder aja korbannya. Kalo kita kan masih punya kasian sama orang dia
kan punya anak bini juga kasian. Lah sekarang kita ambil mobilnya, lah
dia kan orang kaya, umpamanya ilang mobil muatan masih ada asuransi
bisa keganti itu barang lah bener. Tpi jarang yang ngelawan, kalo
ngelawan tetep aja kena-kena juga sama kita. Korbannya mah yang
sendiri, berdua, kadang yang bertiga kita juga pernah. Yah kita namanya
kerja begitu emang udah harus siap, kalo korbannya ngelawan ya saya
yang mati palingan.
15 Peneliti Bagaimana gambaran situasi yang memungkinkan untuk
melakukan pencurian menurut abang?
I Feeling kita aja yang bisa kemakan. Kalo mobil kan kita gerak cepet
juga, sekarang kita mau mepet mobil, kalo dibelakang masih jauh kita
pepet terus. Saya kadang jam dua pagi, masih pagi kan jalan gak terlalu
mepet bener. Setengah enam pagi pernah saya, kadang orang pada
ngeliatin juga tapi saya biasa aja kayak punya sendiri aja karenaa uda
kepalang tanggung. Ya sekarang orang teriak-teriak kan biasanya diem
aja gak mau ngambil resiko. Kita juga kan harus apal jalan.
16 Peneliti Misalkan abang dalam posisi sendiri, memungkinkan tidak untuk
melakukan pencurian?
I Gak bisa sendiri, kalo berdua masih bisa. Biar ada kesempatan lagi
sendiri tetep aja gak bisa. Kita kan kalo mau main di telpon dulu nanti
ketemu di anu-anu gituh. Selagi kagak main mah kita kan masing-
masing, kalo saya sering di judi, ada yang narik juga, ya pada kerja.
Maen di judi kadang dapet aja buat makan, kalo modal abis balik jalan
lagi.
17 Peneliti Bagaimana menurut abang lebih tertarik bertemu dengan korban
atau tidak bertemu dengan korban?
I Kalo saya sih enakan yang cepet prosesnya. Umpamanya kita ranmor,
xxi
diintip dulu apa dulu. Kalo kita kan enggak, kadang orang jalan
langsung pepet. Kadang kalo di tol kita juga maen, yang kita ambil pas
lagi istirahatnya.
18 Peneliti Sebelum melakukan perampasan, pelanggaran pencurian seperti
apa yang dilakukan abang?
I Dulu mah kita dari ngambil as mobil, ban mobil. Temen juga yang
ngajakin cuman saya gak ikut turun. Dulu kan saya belum ngerti apa-
apa. Terus lama-lama-lama pas ada temen kan ngajak udah maen
muatan aja, baru dari situ maen ke muatan. Waktu itu kan saya pernah
masuk gara-gara kasus berantem nah saya ketemu sama yang ngajak di
dalem bukan di luar, ngobrol-ngobrol pas di dalem ya namanya kita
begaul, diajak temen masih muda belom tau apa-apa. Diajak aja tek
main kerumahnya udah saya ngikut aja. Di kasih duit berapa aja saya
mau aja namanya belum tau apa-apa.
19 Peneliti Bagaimana seandainya abang beralih dari perampasan ke
pencurian mobil yang tidak bertemu langsung dengan korbannya?
I Wah saya gak bisa itu, masing-masing udah ada ininya. Yang kayak
begitu orang-orang Indramayu Cirebon mah. Orang-orang Indramayu
ada juga yang suka main kayak saya, yang tukang main bor juga ada,
yang lagi ga ada orangnya juga ada, masing-masing udah ada
spesialisnya itu mah. Kalo saya gak paham itu, ya itu kan bukan mainan
saya gak bisa kaya gitu, bukan gak berani apa sulit ya gak bisa aja. Kata
yang pemain mobil enak sama aja sebenernya, masing-masing
spesialisnya aja. Ya kadang-kadangkan sistem begituan yang gak ada
korbannya kan orang ngasih gambaran juga kan entar dia lewat mana itu
mobil keliatan ngambang baru disamperin sama dia ya gitu. Ya
bahasanya ngambang itu maksudnya bisa kena. Kadang-kadang ada
orang situ juga yang ngasih unjuk apa gimana gitu. Ya kan kadang-
kadang kan ada yang kehilangan mobil ya padahal ada orang situ situ
juga yang ngasih tau ya kayak ngerampok duit aja gitu di Bank ya
kadang-kadang kan kita ada orang dalemnya juga yang ngasih unjuk,
umpamanya gak ada orang dalemnya ya gak mungkin ya sekarang gini
aja, dia tau dari mana sih orang bawa duit di mobil banyak. Bener gak,
kalo kita tau gak mungkin gak ada orang dalemnya pasti ada. Pernah
juga saya kayak gitu, kadangkan kita maen di dalem rumah,
pembantunya ikut main juga dikasih unjuk sama orang yang kerja juga
ya misalkan kerja pembantu rumah. Kalo kita langsung masuk aja ya
gak bisa mesti ada orang dalemnya juga. Makanya gak sembarangan
ngerampok kalo gak ada orang dalemnya.
20 Peneliti Bagaimana pengaturan rencana abang sebelum beroperasi?
I Gak ada pengaturan kita mah, mainnya udah kemana aja keluar ke arah
Tanggerang jalan ke Tanggerang, ke Bandung ya ke Bandung, kadang
kita arahnya ke Bogor jalan ke Bogor. Soalnya kita mah gak di targetin,
misalkan seminggu sekali apa dua kali gak difokusin kalo kita lagi mau
aja jalan, temen ngebel ngajakin jalan lah saya bilang hayu jalan. Kita
jalan juga harus uda ada pembelinya, ya sekarang gini aja kerja apa-
apan juga harus ada pembelinya dulu, masa kita mau kerja gak ada
pembelinya nyari penyakit aja. Umpanya motor masih bisa dipretelin,
kalo mobil kan gede. Harus ada pembelinya dulu, baru, pembelinya acc
baru kita kerja kan gituh. Klo gak ada pembelinya mah enggak. Yah
xxii
kerja beginikan umpanya resikonya tinggi juga.
xxiii
Hari/Tgl wawancara Senin/19/09/2016
Nama (inisial) D
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 36 Tahun
Pendidikan SD
Kejahatan/Pasal Pencurian dengan kekerasan/365 KUHP
1 Peneliti Bisakah abang menceritakan bagaimana bisa sampai tertangkap
oleh Polisi?
D Awalnya ketangkep saya sedang lagi mau jalan lagi tuh, disitu kan
ada saya pernah jual mobil tuh sama orang yang pernah beli mobil.
Dikala itu orang ini mau beli mobil lagi katanya nanya lagi ke saya,
okeh yaudah ketemuan kita jalan bareng sama si I soalnya kan satu
SPK. Nah yang nanya ini yang pernah beli mobil ini tau-taunya udah
ada kerjasama polisi.
2 Peneliti Memang seandainya pembelinya belum ada, apakah
kemungkinan abang melakukan pencurian?
D Kalo kayak gitu kan biasanya sih dari bang I. Dia yang banyak solusi
buat jual mobil. Iya tergantung itu kan posisinya lagi istilahnya lagi
ada kerjasama. Saya dapet kabar ya dari komunikasi. Saya jalan
paling berlima kalo gak berempat. Ya ada posisi masing-masing, ada
supir, ada yang buat eksekutorlah buat nganuin korban. Kalo saya
kan dibidang mobil yang muatan. Saya sebagai bawa mobil kecil
maksudnya mobil yang saya bawa sendiri. Si I sama satu lagi ada
disini SPK saya pak N yang eksekutor, dia yang nganuin korban. Ada
juga SPK saya yang bawa mobil korban.
3 Peneliti Alat-alat apa saja yang dibawa saat beraksi bang?
D Lebih dari senjata tajam, pistol korek.
4 Peneliti Seandainya abang sendirian memungkinkan tidak untuk
melakukan pencurian?
D Kalo sendiri gak ada kemampuan, gak ada kebisaan. Bukan karena
gak bisa ya kan harus ada kerjasama, ada posisi ini ada posisi ini
gituh.
5 Peneliti Apa yang membuat abang bersama teman-teman lebih tertarik
ke mobil muatan barang?
D Ya gimana yah, ya itulah ya apa tuh kalo kata Polisi mah uda
spesialisnya disitu saya. Ya kalo saya mau maen motor, muatan
harganya sekian sedangkan saya kalo ngambil barang itu kan
umpama beras, jangan banyak-banyaklah yak, beras satu koldesol 9
ton kalo saya jualkan lima ribu per-kilo kalo 9 ton berapa tuh. Abis
itu mobil saya jual. Kalo yang muatan beras kan istilahnya hari ini
dapet, malemnya bisa dapet duit kan.
6 Peneliti Kalo diitung-itung abang uda berapa kali melakukan pencurian?
D Aduh saya juga gak tau udah berapa kali. Tapi kalo saya ikut disini
dari tahun 2012, saya ketangkep 2015. Kalo dulu saya pernah
ketangkep juga tapi main narkoba. Kriminal ya maen kriminal cuman
gak ya seperti ini, dulu ya maen kriminalnya kayak pencurian di
rumah gitu, maling-maling rumah ya dirumah apa aja yang ada di
dalem rumah. Yang sekarang ini kalo kita itung sebulan dua kali lah
xxiv
yak dari tahun 2012 sampe 2015, jadi setahun berapa tuh. Maksudnya
jangan diitung setiap hari, diratain sebulan dua kali aja.
7 Peneliti Untuk pencurian yang dirumah, abang melakukannya dengan
siapa?
D Sendiri, kalo saya sebelum sama bang I ya sendirian aja. Ya kemana
aja kalo lagi hati mengatakan iya ya saya ambil, kalo lagi gak ya gak
kalo pun duit itu gede ya enggak saya ambil. Tergantung inilah, lagi
sreklah bahasanya. Yang bekerja seperti saya juga soalnya gak ada.
8 Peneliti Adakah teman abang yang mengetahui bahwa abang melakukan
pencurian?
D Gak ada, ya istilahnya saya tertutup orangnya walaupun katanya saya
nyatut gini. Ya tau nya diluar orang status saya supir mobil gede
lintas Sumatera, mobil muatan juga saya mobil gede gede gitu truk
buso. Bahkan Istri pun gak tau. Ya gak ada yang taulah saya begini.
Cuman kalo sekarang yah udah kebongkar.
9 Peneliti Bagaimana abang bisa bertemu dengan bang I?
D Kenal bang I dari SPK saya yang N itu kenal sama saya, emang
masih ada ikatan sodara sama saya. Ngobrol-ngobrol kan katanya
mau jalan begini-begini gak, kata gua yaudah. Mulai dari situlah jadi
bisa kenal bang I.
10 Peneliti Bagaimana bang pembagian hasil barang curian mobil muatan
yang ke jual?
D Dibagi rata aja. Pengeluaran sekian, pemasukan sekian, yaudah
selesai. Pengeluaran ya buat kita jalan buat beli bensin, buat makan
kalo kita lagi istirahat.
11 Peneliti Bagaimana cara beroperasi abang bersama teman saat
melakukan pencurian mobil muatan?
D Supirnya kita bawa dululah. Dari mobil kan kita turunin tuh dia, supir
ama keneknya kita turunin dari mobil awalnya kan kita todong.
Korbannya kita pindahin dimobil kecil, mobil yang kami bawa nih,
masukin. Kan uda ada tugas masing-masing nih dari tim kami ini kan
yang satu bawa mobil korbannya. Nah kami jalan meluncur jadi ya
udah taulah bongkar mobil ini tinggal dijemput aja, pembeli ini kan
udah dimana transaksinya gituh. Dimana nih, disini-disiini, udah itu
pembayarankan. Rata-rata jual empat puluh sampe lima putuh juta,
jual ke daerah Jawa, ke Demak apa Solo. Ya pembelinya dari kenalan
bang I. Misalkan cariin gua nih mobil begini-begini-begini gituh.
12 Peneliti Apa yang membuat abang bisa memberanikan diri terlibat aksi
pencurian?
D Emang dari kecil saya, ya memang udah hidup di jalan. Maksudnya
kan bukan kayak orang yang di rumah-rumah, saya kan idupnya di
terminal kalo gak di pasar, ya kalo gak di prapatan nongkrong. Ya
bergaul sama orang-orang seperti ituh. Saya aja sekolah terakhir SD,
berenti-berenti kelas 2 SMP. Makanya itu saya mulai dari situ uda
malak-malak.
13 Peneliti Kalau misalkan, maaf bang, adakah saran dari orangtua untuk
tetap berperilku sewajarnya?
D Ya itulah, bahasa saya kalo dengan orangtua, saya kerja. Kerja
dimana aja, kan emang saya dari kecil bergaulnya sama supir angkot
kan nih yak, jadi kalo dibilang saya kenek-kenek. Saya tidur disana
xxv
tidur disini tuh ya jadi orangtua percaya aja. Dulu masih pas ada
orangtua kan dia bilang, kemaren tidur dimana, saya bilang nginep
suruh tidur di mobil begini-begini-begini percaya ajalah. Namanya
orangtua kan ngeliat anaknya sekolah uda gak mao kan, jadi saya
ikut-ikut mobil itu ya katanya yaudah lah, yang penting intinya
namanya orangtua intinya anak saya idup aja. Orangtua juga ngasih
saran masih inget saya, kamu ngelanjutin aja pendidikan sekolah
ajalah begini-begini-begini. Tapi ya saya sekolah aja tiap harinya
begitu ya gimana jadinya, emang begitulah saya dari SMP uda
ngerokok, uda ngegele saya, uda minum, saya begaul SMP sama
orang-orang anak SMA.
14 Peneliti Tapi adakah teman abang yang berperilaku dalam arti biasa
aja?
D Saya gak begitu ini sama orang yang lempeng-lempeng gitu. Cuman
inilah yak beda, sifatnya itulah beda kali yah. Bukannya ini yak maaf
nih yak, kalo orang lempeng-lempeng itu kan kebanyakan orangnya
pelit, kalo orang yang begini kan sama uang terbuka kan. Itulah
makanya saya gak mau. Betul gak, sekarang misalkan orang-orang
seperti ya karyawan, seperti inilah, orangnya kan terlalu perhitungan
kan. Tiap mau ngeluarin duitnya kan, oh nih harus begini-begini-
begini. Coba kalo orang seperti saya, belanja sabu setengah ji, abis,
belanja lagi timpa lagi bahasanya kan baru duit abis dah mulai mikir.
Kalo orang lurus kan mikir-mikir ah sayang duitnya begini-begini,
daripada anak saya seperti ini beli begini-begini-begini, itu kalo
orang lurus. Ya kalo lagi mau curhat ya namanya orang pasti ada
curhatnya kan, kalo lagi curhat ya saya curhat ya cuman sama orang-
orang agama yang saya deketin. Ceritanya juga bukan soalnya
kehidupan dunia tapi masalah akhirat. Kalo ngomong sama orang
yang lurus-lurus yang seperti karyawan kan ngomong tapi masalah
dunia kan. Yang seneng saya obrolin sama orang-orang lempeng ya
ngobrol soal akhirat gitu aja. Makanya saya bilang gak cocok, dari
bahasa dia ya dari segi omongan dari cara bicara dia ya beda. Kalo
kita kan orangnya lu lu gua gua kan bahasa orang kotor, beda kalo dia
kan saya aku bahasanya kan. Makanya saya gak mau itu saya sering
dimarahin kalo ngomong bahasanya lu lu gua gua. Namanya lidah
saya dari kecil ngomongnya lu lu gua gua kan jadi kaku, dari situ
mulai saya jadi eekkhh kalo ngeliat orang-orang yang belaga wibawa,
bener demi allah. Kalo orang belaga wibawa itu kadang-kadang gak
sesuai dengan wibawanya, kadang wibawa bahasanya sok wibawa
gimana sih kayak gitu cuman kelakuannya lebih parah dari saya. Nah
itu yang makanya saya gak mau. Ya saya begini begaul bukannya
sama penjahat aja kan, sedikit-sedikit begaul sama polisi bisa lah,
sama tentara oke, anggota Dewan saya oke, cuman saya peratiin
kelakuannya lebih parah dari kawan saya cuman kan dia bahasanya di
depan orang wibawa sok begini-begini. Saya gak bisa ketemu sama
yang kayak gitu-gitu, males jadinya jauh aja. Saya begaul sama yang
lu lu gua gua, anjing, ngehe, istilahnya kan bahasa sehari-hari. Ya
kita gak mau omongan kita kayak gini nih dituntun orang harus
begini-begini, gak bisa saya. Pernah nih saya kerja bawa mobil nih,
saya kan orangnya gak mau diatur orang, cuman saya mau diatur kalo
xxvi
saya cukup dibilangin saya udah ngerti. Ya maksudnya gak perlu
diatur begini-begini itu gak, gak perlu saya. Jadi saya kalo kerja nih
kalo uda diatur seperti itu udah bawaannya emosi, bos aja saya ajak
berantem. Di depan bos aja, pimpinan saya yang punya mobil muatan
saya marah-marahin, Bapak itu taunya teori saya dijalan jadi tau
seluk beluk dijalan, Bapak cuman tau teori jadi Bapak jangan nunjuk-
nunjuk, tolong pak hargai jangan pake nada marah kalau Bapak gak
mau cara kerja saya nih mobil punya Bapak saya balikin, langsung
saya tinggalin kerjaan. Abis itu gak abis sampe seminggu dia nelpon
katanya, ini gimana nih mobil kamu mau berenti apa gak, saya
tergantung kalo Bapak masih mau make saya bakalan saya pake itu
mobil tapi kalo Bapak enggak yaudah enggak. Saya balik lagi, saya
bilangkan sama dia, pak saya jujur begini-begini, saya gak mau dong
nahan ego saya sendiri ya saya ceritainlah akhirnya sampe sekarang.
Cuman itu ya namanya kita lama-lama jenuh ya saya tinggalin aja,
nih bos saya uda gak kuat lagi kerja. Nah pas nganggur duduk-duduk
dulu di perempatan jalan apa dipinggir-pinggir jalan, kan namanya
saya supir kan, kadang-kadang ya temen itu kan sebagian ada yang
berenti ngasih duit ngasih rokok. Lama-lama kok saya begini amat ya
tiap hari dikasih orang terus ya kan lama-lama gak enak, ya inilah
aakkh maling ajalah, dari situlah maling.
15 Penelitian Apakah pergaulan abang sehari-hari bersama rekan satu tim
bersifat secara rutin?
D Gak nyatu terus, misah-misah kita. Si I di Subang, saya di Merak,
teman saya di Lampung, yang satu di Karawang. Ya misah-misah
dah, kalo mau main kumpul di Cilengsi, palingan kita saling
kontakan aja lewat hp.
16 Peneliti Pertama kali kenal dengan mereka, adakah kecurigaan dari
abang ketika ditawarkan pekerjaan seperti itu?
D Namanya kita berjalan awal pasti ada lah curiga tanda tanya. Tapi
namanya sekali dua kali, sekali gak masalah, nah pas kedua kali udah
udah mulai ya biasa lepas lah istilahnya. Ya gak ada kecurigan gak
ada lagi, jar jer jar jer aja udah saya mah. Kalo katanya makan kalo
lagi kerja ya langsung makan, walaupun posisinya lagi rame katanya
kalo bahasa di kami makan itu ambil maksudnya, ambil aja udah.
Misalnya nih, wah mobil beras tuh udah kawal-kawal aja, kalo mobil
berat itu kan pasti ada berentinya nah waktu berenti itulah lagi di tol
itu dihantem. Korban juga namanya gak pernah ngelawan, kita kan
biasanya kalo di tol ada tempat istirahat yang di ujung-ujungnya itu
kan seringan ada yang sering istirahat apa bisa aja ada yang minggir-
minggir gituh.Tapi alhamdulilah waktu kerja ya gak kena musibah
seperti ini, istilahnya massa orang apa gimana gituh gak pernah saya.
17 Peneliti Bagaimana caranya supaya tidak keciri dengan orang lain saat
sedang eksekusi korban?
D Kami jalan berempat langsung di paranin aja. Langsung dipegang,
langsung ditodong. Tapi namanya di jalan tol ya kita biasa aja. Kalo
di jalan biasa saya mepet, saya pepet di palangin. Kalo di jalan
istilahnya di daerah-daerah kan, okelah kalo di Jakarta gak bisa ke
makan, kayak di daerah Rangkas, Sukabumi, daerah Pelabuhan Ratu,
Garut itu itu kan daerah-daerah jalannya masih sepi.
xxvii
18 Peneliti Seandainya jauh-jauh seperti itu mainnya, bagaimana
pengaturan modal awalnya bang untuk sekali berangkat?
D Iya modal kan pasti ada. Makanya itu dapet duit sekian, dapet duit
sepuluh juta nih ya, pengeluaran dua juta, ya diambil dulu dua juta
itu. Buat bayar rental mobil dua juta itu, delapan jutanya baru dibagi-
bagi. Biasanya kalo ada yang ngemodalin dari patungan bareng-
bareng. Misalnya nih yak, make duit situ gope, dibalikin juga gope.
Saya pernah ngalamin gagal jangan salah loh, saya bawa duit
dikantong dari rumah tiga juta, tapi enggak bukan jalan sama bang I
ada saya jalan sama orang Cibarusa, temen saya bawa duit dua juta
kan jadi lima juta tuh kalo di satuin. Nah pas jalan uda seminggu
belum ada hasil, bisa sampe setengah bulan juga. Yang sampe
setengah bulan itu tuh saya pernah habis belum ada hasil sekitar
tujuhbelas juta. Tapi akhirnya dapet tuh muatan telor isinya delapan
ton, saya jualnya itu dulu satu kilo sepuluh ribu. Delapan puluh
jutaanlah kalo di total telornya, mobilnya kalo gak salah dulu dijual
empat puluh limaan juta lah, udah tuh ketutup dah.
19 Peneliti Biasanya untuk keperluan apa bang uang hasil kerja itu setelah
diterima?
D Makanya itu saya bilang, saya begaul kan bukan sama orang yang
lurus gak mau karena saya suka ngumbar-ngumbar duit sama juga
sama orang yang suka ngumbar-ngumbar duit. Nah jadinya begitu
aja, dapet duit diumbar-umbar buat mabok, judi kartu. Kalo saya nih
ya pulang kerja nih ya kebagianlah dapet limabelas juta, saya beliin
nih sabu lima juta jebret, yah ini bukan cerita ngada-ngada emang
pengalaman saya diluar, lima juta nya lagi masuk kantong saya terus
sisanya kasih ke istri saya. Nah jadi kalo lima juta inih sampenya
sebulan apa seminggu ya baru saya kerja lagi. Namanya kerja kayak
gini pasti ada panasnya kalo lagi kayak kemaren sempet gak kerja
saya, semenjak SPK saya kan ketangkep terakhirkan, tim saya ni
ketangkep kan jadi saya gak kerja-kerja dong sebulan, ada enam
bulan tujuh bulanan mah. Baru tuh saya kembali alih kerja ke mobil
jadi supir angkot. Jadi kalo saya ini abis pulang kerja apa namanya
abis ngerampok gitulah yak pulang kampung ke Merak, saya terus
gak diem aja dirumah, saya keluar bawa motor narik saya narik
angkot. Pokonya tuh mobilnya itu jalan gak jalan saya setorin
mobilnya itu, ya kalo masalah gaji saya gitu gak penting buat saya,
yang penting disitu saya nya tuh ada status buat nutupin saya biar
jangan sampai ketauan.
20 Peneliti Berarti setelah SPK abang ketangkep lebih dulu setelah itu
abang pulang ke kampung, lalu bagaimana abang bisa
tertangkap oleh Polisi?
D Nah tadi kan saya cerita, saya pernah ngejual mobil ke orang di
daerah Jakarta nah yang katanya orang ini nih pernah ketangkep.
Mungkin kalo dalem bahasa kami ini nih dibilang tuker pala, ya
mungkin dia nuker pala saya ini. Saya pernah sekali dia beli barang
dari saya, nah ini uda biasa dong artinya, ya namanya orang kriminal
ketemu orang kriminal. Yang kedua, D gua mesen mobil nih, mobil
sekian mau dibawa ke daerah luar pulau ke Kalimantan, ambil apa?
dam truk gede kalo mobil-mobil kecil kayak kondesol juga boleh,
xxviii
yaudah siap. Taunya dia ngikut sama saya jalan tuh ya gak tau
namanya saya yang bawa mobil terus dia ngutak-ngutik handphone,
pas di Jonggol sini digrebek yaudah abis, iya ditangkep di jalan
dipepet. Kena barang bukti piso dua biji baru beli saya di alfamart, ya
saya emang uda target operasi kan, ya orang pas ditangkep saya
berdua doang.
21 Peneliti Adakah pengaturan yang direncanakan tim abang sebelum
berangkat supaya ekseskusi berjalan lancar?
D Tapi kalo kami kalo jalan emang uda tau posisi masing-masing.
Emang nih kalo awalan dikasih tau entar lu bawa mobil aja disini
posisinya, kalo kedepannya mah udah yaudah udah ngerti sendiri-
sendiri udah berjalan lancar. Ya udah gak perlu dikasih tau lagi.
Pernah ada juga yang sebagian korbannya ngelawan, ya dianuin
bener, disikat-sikat bener itu mah kalo ngelawan. Wktu itu pernah
kejadian, supirnya gak mau naek mobil saya ituh, dibacok-bacok itu
sama si SPK saya, cuman ya alhamdulilah gak sampe tewas. Kabur
dia itu ya gak kami ambil mobilnya, kalo korbannya kabur
ngapainlah diambil mobilnya berisikonya banyak. Tapi pernah itu,
saya pernah di Cikampek di tol, jadi kejadian tuh kan pas saya mau
todongin orangnya itu orangnya kabur gak kami ambil mobilnya
jadinya kami tinggalin tuh kan, itu mobil sampe sore masih aja parkir
disitu. Ya kalo diambil juga kalo supirnya kabur resiko gede, kalo dia
laporankan nomor mobil sekian-sekian kan ya namanya polisi
kontak-kontakannya cepet. Ya perasaan nyesel juga kenapa gak
diambil aja. Kayak kami pelaku gini kayak begitu ya gak berani
karenakan resikonya gede.
22 Peneliti Adakah ketertarikan abang melakukan pencurian pada
kendaraan sepada motor?
D Gak pernah saya, emang gak hobi. Ya kalo dibilang kriminal kayak
gitu tuh, yang satu saya perhitungin palingan massa yang ditakutin.
Seumur-umur belum pernah saya ngambil itu, gak bisa aja gak ngerti
aja. Yang makanya saya gak mau. Ya saya gak mau tau, ya emang
gak mau tau. Diajak pun aakhh lebih baik enggak kalo saya mah.
23 Peneliti Lalu apa yang menjadi alasan abang untuk tertarik main di
mobil muatan barang?
D Kalo tertariknya mah satu dari hasilnya dong. Harga motor satu
berapa sih dua juta dibagi orang dua jadi sejuta-sejuta. Kalo di motor
itungan-itungannya dikejar massa. Saya selama empat tahun kerja
main disini risikonya kecil buat dikejar massa.
24 Peneliti Bagaimana dengan pencurian mobil yang sedang diparkir atau
dalam pengertian tidak berhadapan dengan korban?
D Kalo kayak kami kerja itu perhitungannya itungan hasil, kalo mobil-
mobil kecil kayak gitu paling berapa sih duapuluh juta. Masih mau
saya kalo ngambil-ngambil bangsa mobil-mobil elit masih pernah
saya. Saya waktu itu cuman kalo maen yang kayak gini langsung
pepet. Kadang kan kalo yang lagi pacaran, ketok aja langsung disitu,
mobilnya juga jangan yang Avanza apa Inova, ya bangsa-bangsanya
mobil kelas lah. Kalo yang gak ada korbannya apa istilahnya lagi di
parkir gitu mobilnya gak berani saya, iya itu karenakan komunikasi
polisi itu cepet. Lah korban kan bisa aja langsung laporan ke Polisi,
xxix
yang ngerinya disitu. Bisa sih saya tau caranya ya kan tinggal di bor
aja pas di lobang kuncinya jebret. Kalo buat nyalain kontaknya kan
disitu ada soketnya, soket apa listri gitu tinggal cabut aja itu uda
langsung fungsi semua tinggal dorong aja sedikit langsung idup
mobil. Saya klo kerja seperti itu selalu sendiri, ya saya kerja gak mau
diketahuin orang. Intinya kerja sebagian ya orang gak ada yang kenal
sama saya ya intinya kejahatan saya gak mau diliat sama orang ya
begitu aja. Walaupun dalem hati saya jahat, cuman saya kalo bisa
sama orang itu lebih baik dari sifat saya. Saya jahat terus mau
dipamerin mau jadi wah kata orang jadi preman begini-begini ya
enggak ada. Ya intinya itu satu saya males. Ya namanya kita kerja itu
kan pasti dimarahin orang, satu saya gak mau dimarahin orang.
Makanya saya gak mau kerja begitu. Iya maksudnya gak mau diatur
orang saya makanya ribet. Kalo saya kerja gitu orangnya gak banyak
aturan begini-begini, misalkan intinya yang penting begini ya saya
jalan tetep terus. Makanya kadang-kadang ya namanya orang kan
selalu taunya teori ajakan prakteknya gak tau. Lapangan gak tau, saya
bilang si bos, Bapak taunya hanya berbicara tapi di lapangan itu gak
tau, Bapak ngadepin orang-orang di jalan itu gak tau. Saya sering
bedebat sama bos, Bapak bilang ongkos minyak dari sini sekian-
sekian-sekian, Bapak gak tau di sini Polisinya duit lagi belom
preman-preman jalanannya minta duit lagi, emang gak pake duit pak
kata saya. Bapak gak tau kan pas disitu terus saya ngadepin dia tuh
harus pake duit, emang bener kenyataannya seperti itu kan, supir
dipalak-palakin sama preman dijalanan betulkan. Dua ribu-dua ribu,
ya itu kalo sekali ngasih enak beturut-turut ngasihnya kan. Nah yang
kayak gitu kan bos gak mau tau, ya umpanya kita dikasih bos uang
jalan sekian gituh, ya dari duit yang dikasih bos itulah potongnya
juga dari situ. Kalo kita gak ada hambatan yang malak di jalan ya uda
buat kita, jadinya si bos itu gak mau tau sama gak tau di lapangannya.
25 Peneliti Memang abang sudah berapa lama bekerja sebagai supir mobil?
D Saya dari kecil disitu mah dari umur duabelas tahun saya. Limabelas
tahun saya udah nyupir, eh tujuhbelas tahun di Tanggerang saya
mobil-mobil angkot saya dulu. Umur dua lima lah saya baru bawa
mobil gede
26 Peneliti Tapi selagi kerja jadi supir apakah abang juga tetap melakukan
pencurian?
D Ya masih saya cuman gak faktor keseharian itu mah paling kadang-
kadang kalo ada kesempatan ya saya beri, kalo gak ada kesempatan
yaudah enggak. Saya sendirian kalo waktu itu. Sekarang-sekarang ini
aja saya punya temen sama abang I itu, yang istilahnya punya
organisasi lah. Tadinya sendiri saya kadang-kadang mobil-mobil
pribadi makanya saya bisa tau. Ya selain di mobil pribadi palingan
rumah, pergudangan saya ngambil. Saya gak mau saya maling-
maling begini gak mau ngambil-ngambil orang-orang susah.
Walaupun itu gede itu persusahaan hasinya kecil yang penting saya
gak mau gerugiin orang kecil. Ya itu walaupun saya jahat cuman otak
saya gak jahat, kalo ngambil orang kecil sama aja kita nganuin orang
kecil dong, kalo kita ngambil orang gede walaupun hasilnya kecil
yang penting saya ganggu orang gede aja.
xxx
27 Peneliti Kalau untuk rumah, bagaimana cara yang digunakan abang
untuk bisa melakukan pencurian?
D Bukan rumah ya, saya pergudangan aja. Saya pantau dulu itu, nyari
suasana dululah kalo bahasanya ngegambarin, bisa paling lama tiga
hari saya. Iya karenakan posisinya bukan hari itu juga, kita liat dulu
sebelumnya cari suasana masuknya dari mana, keluarnya dari mana,
barang itu posisinya dimana, kalo uda masuk mah saya acak-acak aja
udah. Ngerjainnya mah gak sampe itungan jam, paling sejam, sejam
juga uda ke luar itu duduk uda ngerokok lagi di luar. Umpamanya
kaya kantor ini lah yak, jam empat sipir-sipir pada pulang kan tuh
udah sepi dong berarti yaudah jam lima saya kerjain yaudah begitu
aja. Ya dari main di rumah ya gak pernah dapet musibah, saya
ketangkep malah main narkoba dulu keluar tahun 2003.
28 Peneliti Sebelumnya abang kan menceritakan bahwa sebelum main di
mobil muatan barang terkadang melakukan pencurian mobil-
mobil pribadi, Bagaimana menurut abang situasi yang
menguntungkan supaya eksekusi bisa berjalan sesuai harapan?
D Kan tadi saya bilang kalo saya kerja sendiri bukan faktor ada niat tapi
ada kesempatan, itu aja, kalo ada kesempatan saya ambil, bukan saya
niat, cuma ada kesempatan nah baru saya kerjain. Waktu itu pernah
nih saya lagi narik bawa mobil muatan, ada mobil nih diparkir kalo
gak salah mobil pajero di daerah Jambi, terus mobil saya langsung
saya parkiran masukin ke rumah makan ya kan, saya ambil ituh
mobil. Mobil muatan yang saya bawa kan ada keneknya, saya suruh
tunggulah dia. Langsung saya meluncur ke Palembang balik lagi,
paling berapa jam dari palembang ke Jambi. Makanya itulah saya
bilangin saya gak ada niat kalo ada kesempatan saya maling. Kalo
sama bang I inih emang ada niat saya, kalo kerja barengkan pasti uda
ada niat, kalo kerja sendiri ada kesempatan, bedanya gitu doang. Iya
saya lagi narik jauh itu sekitaran ada satu kilo saya jalan kaki itu, ya
mobil saya tau harga pajero, pajero harganya di Palembang itu seratus
limapuluh juta. Saya jual ke daerah Palembang, ada sama orang
emang udah punya chenel, pada pernah kalo ada orang ngobrol kan
sama saya lah. Saya jual utuh, kalo dulu kan dia ngomong sama saya
seratus lima puluh harganya, mikir kan saya dalem hati pas belum
waktu diambil eh itu duit seratus limapuluh juta di jalan minggir di
utan kan disitu banyak sawitan diambil bagus juga itu. Pas lagi mikir
saya, nah disitu ada rumah makan kan belah kanan saya, saya
langsung masukin mobil saya seet, dah saya jalan kaki, kata saya
bilang ke kenek, dah kalo mau makan ya makan aja cuman mobil ini
gua parkir disini lu tungguin palig gua nyampe besok pagi gua ada
perlu. Kan saya bilang, kerja kayak gini saya gak mau ditauin orang,
cukup saya tau, kalo orang uda tau ya cukup aja jangan cerita-cerita
lagi, gitu aja gak perlu diceritain ke orang cukup tau aja gitu.
29 Peneliti Apa yang membuat abang sehingga tertarik untuk terlibat dalam
perilaku yang dalam pengertian tidak biasa?
D Dari dasar awalnya itu, emang saya gak suka begaul sama orang pelit,
saya begaul sama orang-orang royal. Bukan royal karena gak ada
pikiran, ya maksudnya kalo orang royal ini saya peratiin kebanyakan
otaknya otak-otak kriminal semua kalo saya bilang, ya saya juga tau
xxxi
dari kecil uda mulai uda paham lah ya umur limabelas tahun.
Makanya dari situlah begaul sama orang ini timbang-timbang kok
pelit amat sama orang-orang yang luru-lurus itu, memang betul kalo
dipikir secara logika kalo duit bakal begini-begini, cuman hati saya
gak bisa sama ya maksudnya gak klop. Mungkin begini ya jalan
pikirannya yang lurus-lurus aja, kalo nguarin duit segini-segini bukan
buat diabisin buat hari ini ngirit-ngiritlah gitu, sampe basi makanan
saya pernah ngalamin. Kalo orang kayak saya ada hayo abisin, abis,
yaudah kalo abis, gak ada duit lagi, yaudah habis diem, tahan kalo
masih kurang kan, makanya lebih baik orang-orang yang kayak saya.
Kadang saya sama istri juga bedebat, orang seperti saya ini nih
intinya saya mau makan enak, mau tidur nyenyak, kemana-mana
enak, walaupun risikonya gak enak bener ya cuman saya sebelum ini
kejadian yang gak enak dateng semuanya pengen saya rasain yang
enak-enak itu gimana. Kadang-kadang kan namanya perempuan,
cuman kan saya beda sama istri, ya namanya perempuan itungan
orang yang lurus-lurus. Iya itu saya bilang kan, keburukan saya ini
gak mau saya liatin ke orang bahkan istri pun gak tau. Makanya saya
gak mau keburukan ini nih dijadiin pamor, gak mau saya. Saya judi
maen ya lanjut judi, nyabu juga lanjut. Biasanya abis sholat ishya,
abis solat kan udah kan, abis itu makan kan tuh malem, abis itu kita
nyabu, ya pinter-pinter kita ajalah supaya gak ketauan orang rumah.
Keluarin motor, ditanya, kemana?keluar sebentar, namanya orang
perempuan bohong kalo gak nanyain, pergi aja saya langsung, udah
itu namanya kita abis nyabu keliling kan tuh saya nyari orang judi
saya. Maen judi ampe kelar pulang subuh saya bangun jam duabelas
siang. Udah bangun, keluar lagi saya bawa motor maksudnya mau
narik angkot, narik angkot ya begitu juga angkotnya itu bagai istilah
orang kata tempat orang untuk maen aja. Kalo ditempat rumah kita
kan maen judi gak bisa, ya ya orang fanatiklah gitu kadang suka
dilaporin orang-orang yang judi, minum-minum, kalo disana kan
gitu. Jadi mobil itu, setoran sih tetep, udah pada maen jadi posisi
mobil itu jalan biasa muter-muter yang maen ya maen tapi gak
ngangkut penumpang.
30 Peneliti Adakah perasaan abang muncul khawatir pada saat melakukan
pencurian?
D Tapi kalo prinsip hidup saya, semua yang saya perbuat ya memang
semua itu ada risikonya, ya walaupun itu ya risikonya siap dianuin
lah. Ya sekarang begini, sama tuhan aja kita berani tanggung risiko
kan, ya iya kan bener, kalo diperitungin kalo di sini kan kita nebus
kesalahan kita di dunia. Ya kalo kita disini kita solat bedoa kita
mohon ampun sama yang diatas, kalo bisa jangan sampe dapet
hukuman lagi di akhirat. Tapi ya kalo saya lebih baik kayak gini dari
pada gimana ya mencuri secara diam-diam, ya istilahnya, seperti
gimana ya, jangan jauh-jauh ya seperti dikerjaan gitu yah orang
kadang kerjaan orang lain dipotong dikuntit-dikuntit-kuntit,
maksudnya dipotongin gajian orang, enggak mau saya kayak gitu.
Lebih baik saya kayak gini, lebih baik terang-terangan ngerampok.
Saya jujur di Merak pernah kerja seperti itu disuruh jadi mandor,
kerjaan kayak gitu itungannya jadi mandor, orang cerita katanya
xxxii
enaklah tiap orang gajinya diambilin segini-segini, kata lu mah enak
tapi itu kan keringet orang yang kita ambil. Kalo saya logikanya
bagaimana saya posisinya kayak orang itu juga, lah itu kan orang
susah juga kalo gajiannya dikuntit, yah benerkan orang yang kerja
begitu kan jadi kuli-kuli begitu orang susah, walaupun dikuntitnya
tiap orang sepuluh ribu ya berarti lah itu buat dia. Ya makanya itu lah
saya gak mau nyusahin orang susah, nyusahin yang orang yang
punya lah yang kita susahin. Jalan pikiran saya emang kayak gitu.
Saya pernah tuh dulu waktu tinggal di Senen, diajakin nyopet ya
okelah, nyopetnya juga bukan nyopet-nyopet di pasar tapi di mol-mol
kayak di taman anggrek, di citralen, ya itulah yang pungunjungnya
menengah ke atas lah. Sempet saya itu ngikut, iya diajak sama temen
cuman saya keahlian gak punya ya gak ada, tapi gua gak bisa apa-apa
gituh saya bilangnya ya saya cuman yang bawain barang-barang aja.
Orang dia kan nyopet hp, ngumpulnya ya ke saya semua dijadiin
satu, saya mah cuma ngikut-ngikut aja. Ya itu temen yang biasa
nongkrong aja yang ngajakin, makanya itu yang saya bilang saya
besar di terminal kalo gak di pasar. Maling-mailing di sini abis itu
saya pulang ke Lampung, dari Lampung saya balik lagi kesini,
yaudah begitu aja bulak-balik-bulak-balik. Cuman bulak-balik saya
itu enggak maling langsung, saya bawa mobil dulu narik di
Tanggerang, namanya kerja narik angkot ada jenuhnya abis itu baru
maling-maling. Maling-maling kita dapet abis itu balik lagi ke
Lampung. Entar dari Lampung saya duduk uda lama entar diajak
orang bawa mobil, ya gak berpatokan saya kerja maling terus, selagi
suntuk aja.
31 Peneliti Tapi kalau kerja menjadi supir angkutan atau muatan barang
kalau dari sisi penghasilan apakah itu menurut abang tertutupi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari?
D Kalo kita pikir-pikir ya, kalo gaya hidup kitanya lurus-lurus aja ya
nutup lah. Ya saya bawa mobil ya kita itung kecilnya aja ya saya
bawa angkot lah gitu, saya narik dari jam duabelas sampe jam tujuh
malem, uang makan saya dapet paling kecil seratus ribu, kadang
dapet seratus limapuluh. Cuman kan kehidupan saya nya, kalo
keluarga okelah cukup, kalo kehidupan saya nya gak cukup. Ya itu
kadang-kadang kita nongkrong, ya itulah saya biasa idup ngeberi
daripada diberi. Makanya saya bilang kalo hidup untuk lurus aja gak
ada beloknya ya cukup-cukup aja. Namanya kita adek beradek di
keluarga ya dari istri dari saya kan, yang namanya denger bahasanya
ngeluh susah, itu saya bukan mereka yang pening malahn saya yang
jadi pening timbulnya. Ya jadi itulah timbulnya saya ingin ngebantu
dia, ya entah dari keluarga bini entah dari keluarga saya, ya saya gak
bisa denger ngeluh kayak gak punya duit lah, gak punya rokok apa
gimana gitu. Walaupun saya kadang-kadang duit udah dikasih istri
pinta aja kasih dia tuh buat beli rokok. Juga temen kadang-kadang
sering cerita, wah gua lagi pusing nih belom bisa buat bayar
kontrakan nih lu ada duit pinjem dong, bahasanya kan pinjem dia
bilangnya ke saya, cuman kan saya bahasa dia pinjem ya kayak situ
misalkan akrab sama saya walaupun situ bukan sodara saya hanya
temen, saya mau nagih rasanya gimana gitu kan. Iya itulah
xxxiii
mangkanya saya kebanyakan negeberi daripada diberi. Kalo lagi saya
ada ya saya kasih. kalo orang yang tau yah wah gede juga hasilnya
begini-begini-begini, ya saya bilang perampokan emang begitu,
cumankan kalo kita nya gak hura-hura sih ya bisa banyak saya. Ya
memang kalo hasil kehidupan orang kayak seperti saya ini ya
kebanyakan ya hidupnya bukan untuk apa namanya masa depan jadi
idupnya untuk hura-hura aja udah. Tapi saya kemaren sempetlah
nabungin sedikit buat cita-cita masa depan udah ada lah, anak baru
satu kan masi kecil umur empat tahunan. Kalo yang dulu-dulu itu ya
abisnya gak jauh larinya narkoba, hura-hura, judi. Kalo untuk ya saya
bilang buat kedepannya ya waktu itu gak ada kepikiran.
32 Peneliti Seandainya abang tidak memiliki keterampilan yang diperlukan,
apakah abang memberanikan diri untuk terlibat pencurian?
D Saya gak berani, okelah kesempatan ada, tapi untuk apa kalo gak ada
keahlian disitu ya cuma nimbulin masalah aja. Inih sekarang yang
sering saya lakuin bareng ban I aja contohnya, saya gak biasa nih
nodong orang kan, sedangkan saya gak punya sifat seperti itu yang
merugikan orang kan saya gak bisa nodong ke orang cuman saya
bisa bawa mobilnya. Saya juga gak mau ngambil risikonya, kalo
cuman nodong begitu emang semuanya bisa cuman kan gaya dimana
si korban itu takluk saya gak bisa. Ya itulah penampilan beda-beda ya
korban selalu lulut kalo sama bang I, iya pak aja siap jangan dimatiin
saya pak ambil aja ini barangnya pak yang penting saya jangan
dimatiin, yaudah abis itu diiket korbannya terus matanya ditutup pake
baju dia di sobek-sobek. Kita buang korbannya juga di tempat yang
sekiranya ditemuin orang paginya. Saya umpamanya dapet di
Bandung, supir tuh saya buang di Bandung di daerah Merak,
tergantung ya saya puter-puterin aja selagi mobil korbannya udah
jauh baru saya buang supirnya. Ya keahlian saya dari awal emang
kan supir ya sesuai jadinya, sedangkan pelaku pertama eksekutor
udah ada. Yah kan yang diperluin eksekutor ini kan ke saya bawa
mobil, tau jalan, yaudah gitu aja.
xxxiv
Hari/Tgl wawancara Rabu/21/09/2016
Nama (inisial) W
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 34 Tahun
Pendidikan SD
Kejahatan/Pasal Pencurian dengan Pemberatan/363 KUHP
1 Peneliti Biasanya berapa orang yang terlibat melakukan pencurian
kendaraan bermotor?
W Kalo saya maen ya kadang empat orang, kadang dua orang. Ya kalo
kita mau maen subuh pas pagi lah jam tigaan, pas azan subuh lah,
enakan empat orang kita kerja. Tapi kalo kita kerja siang sama sore
mau magrib dua orang enak kita.
2 Peneliti Perlengkapan apa aja bang yang dibawa pada saat mau
melakukan pencurian?
W Sebangsa leter T kalo kita kerja sore sama buka tutup. Buka tutup
kayak sebangsa, motor beat kan kuncinya nutup, kita kan punya
alatnya juga buat buka tutupnya. Cuma kan alat buka tutup sama
kunci T laen buat guna, kalo kunci T kan buat nyalain motor, kalo itu
kunci T juga cuman buat bahan buka tutup. Sama kunci L buat buka
gembok kadangkan kan cakram juga digembok. Kita bikin sendiri itu
semua. Kalo kunci buat buka tutup bahannya dari kunci baut sepuluh
jadi dibolongin di atasnya terus dikasih sama magnet.
3 Peneliti Seandainya sedang melakukan pencurian disekelilingnya
terdapat orang banyak bagaimana bang?
W Siang rame, kan kita liat aja jadi kita ngebaca dulu situasi lingkungan
kan kalo pas magrib kan posisi umpamanya motor diparkir. Ya kita
liat aja umpamanya sedeketnya motor itu gak ada orang, kita
samperin aja orang nya gak ada kan kita liat dulu di dalam kontrakan
orangnya ada gak kalo orangnya lagi tidur sekiranya kita metik
sampe nyala dia gak ngeliat kita ya kita ambil. Kalo ada orang bolak-
balik kalo bukan punya orangnya otomatis kan bodo amat. Kalo ya
emang orang curiga suka usil kerjaan orang ya kita ditegor, cuman
pas kita ketemu orang yang gak mau tau bodoh aja kita lagi disitu
dibiarin aja. Cuman pas yang usil dia tanya, lu ngapain? Kita
langsung todong pake senjata api dia, ya langsung kita terus aja. Kalo
kerja sore kan berdua doang, yang satu nungguin motor, yang
satunya yang kerja turun ngerjain motor. Kalo subuh kita maen di
rumah, masuk rumah, dua orang yang nunggu di depan, yang berdua
masuk jalan kaki. Pernah kita juga berantem sama massa, cuman kita
buang tembakan dia orang mundur. Bahkan pernah motor udah nyala
kita udah bawa yang punya teriak, dipegang sama dia bamper
belakangnya, akhirnya ditodong sama kita langsung di lepasin sama
dia. Sering dikejar massa sore, siang, subuh, cuman kita buang
tembakan dia orang mundur paling teriak-teriak doang, kita lari aja
gak mungkin mau ngelawan orang rame kalah aja kita. Ada orang
rame kalo gua bodo amat langsung petik aja gituh. Kayak barang gua
sendiri aja, bodoh aja dia, biarin aja kecuali yang punyanya keluar
baru kita tinggalin, kalo kita todong terus dia lari ke dalam yaudah
xxxv
kita paksaan petik aja. Tapi kalo dia lari teriak orang rame ya kita
tinggalin aja naek motor baru kita lari, kan kita bawa motor.
4 Peneliti Tempat-tempat seperti apa yang menurut abang menarik untuk
pencurian?
W Ya kita maenkan dimana aja gak milih-milih, kadang ke Jakarta,
kadang ke tanggerang. Palingan lagi di posisi di depan alfamart,
depan indomart, kadang di depan kontrakan, di parkiran sekolahan.
Di parkiran sekolahan yang biasa yang SD apa gimana kan kalo yang
SMP otomatis kita susah masuk ada security. Kalo sekolahan biasa
anak TK kan gak ada security nya. Jadi bebas netral aja
5 Peneliti Untuk sampai motor menyala biasanya diperlukan waktu
berapa menit?
W Kalo sekiranya pas kita enggak tensin yah, maksudnya kita gak
diteriakin orang. Umpamanya kita set turun dari motor nih kita petik
paling tiga menit apa dua menit lah uda idup. Satu menit putus kalo
bangsa motor Satria F, Vixion, Bison. Kalo kita uda turun harus
dapet seberapa pun menit pun kita paksa harus kita putusin sebelum
yang punya teriak. Cuman kalo uda kita petik, kita petik, kita petik
gak bisa-bisa, orangnya udah ngeliat langsung kita tinggal. Ya kita
tinggal berarti kita cari yang laen berarti bukan rejeki kita, bukan
milik kita berarti yaudah kita muter aja lagi.
6 Peneliti Bagaimana pengaturan rencana abang saat ingin melakukan
pencurian?
W Ya emang kita uda siap, kadangkan kita gak bareng ngontrak misah
jadi kita saling telpon aja, mau kerja nih, yaudah kita ketemuan
dimana? Ketemuan di depan apa gituh diwarung depan biasa tempat
ketemu, langsung berangkat jalan.
7 Penelitian Memang awalnya bagaimana bang bisa saling kenal?
W Ya emang kadang satu kampung, yah kadang emang kita uda ketemu
temen disini disitu kan, kadang dari asbak. Asbak itu penadah
maksudnya pengepul yang beli-beli barang kita, kita dapet motor dia
yang ngebeli. Kadang dia yang ngejemput kita juga, kadang kita
yang nelpon, bos nih udah mutus saya? kata dia yaudah daerah
mana? Di Tanggerang kata saya, yaudah jalan dia dari Serang ke
Tanggerang, kita jalan nih ke Tanggerang kejar-kejaran, ketemuan
dimana kalo di Tanggerang biasanya di Cikupa, Citra, di Bitung. Pas
ketemu kan langsung diambil terus bayar kita pergi kerja lagi. Ya
dijualnya utuh kalo kita simpen dulu ya baru kita ganti dulu nomor
platnya. Kalo kita dapet malem mau jualnya pagi kita ganti dulu
nomor platnya, bikin kita platnya kan banyak yang dipinggir jalan
tuh setengah jam jadi cuman kan bukan asli buat ngilangin jejak aja
untuk sementara kan. Kalo udah ditangan penadah yang beli bodoh
aja udah risiko dia kan. Yah penadah kan emang uda tau yah uda
sekongkol sama kita kan, udah satu jalur cuman kan dia gak pernah
kerja cuman beli doang.
8 Peneliti Bagaimana abang bisa sampai terlibat aksi pencurian?
W Ngikut seniornya dulu tapi ya udah almarhum sekarang kan pas
ketangkep ini, tangkepan Polda. Emang kita diajak juga karena kita
mau bukan karena dipaksa, kemauan diri kita sendiri.
9 Peneliti Bagaimana senior abang itu memberikan pengertian ke abang
xxxvi
sehingga abang menjadi tertarik terlibat?
W Ya kan namanya kita orang gak punya, namanya kita orang miskin
ya kita mau apa boleh buat. Kita mau kerja yang bener gak dapet
kan, mau daftar pabrik apa gituh kita gak punya ijazah, pendidikan
SD, ya terpaksa aja kita punyanya jalur yang kayak gituh bisa
menghasilkan duit buat kehidupan kan. Lumayan juga malah lebih
gampang lebih enak nyari duitnya kan. Gua juga kan disini ngontrak
asli dari Lampung Timur, keluarga semua orang Lampung. Gua
disini ngontrak sendiri kadang berdua sama temen satu kerjaan
cuman kita uda kebanyakan sendiri-sendiri. Kalo kita ngontrak
berdua kadang-kadang aduh temen tau ketangkep kan bisa
ngerembet, kalo dia gak tau kan enak.
10 Peneliti Seandainya abang kerja sendirian apakah abang memberanikan
diri?
W Pernah cuman kan kita harus nyari yang enak yang bener-bener
dingin gitu yang gak ampe ketauan. Misalkan kita kerja sendiri kalo
ketauan kita lari bingung kan kalo sendiri kan otomatis kita jalan
kaki kadang naek mobil angkot kalo kerja sendiri. Kalo berdua kan
enak bawa motor, larinya juga enak cepet ada yang nungguin kan.
Jarang sih kerja sendiri cuman gua pernah ngetest sendiri, dapet
pernah gua kerja sendiri cuman yang enak bener posisinya.
11 Peneliti Terlibat main di motor sebelumnya kerja apaan bang?
W Sebelum kita kerja di motor, maen di handphone, ngambil-ngambil
handphone cuman kita maennya di kontrakan jalan kaki subuh dari
jendela di congkel. Berdua kadang juga bertiga maennya sebelum
maen ranmor. Pas kita tau cara-cara ngambil motor yang beli uda
ada, yang mau belinya tenaga kita kan, baru ngerjain. Kita tau cara-
cara di ranmor juga kan kita ngelacak temen, kan kita rame orang
bukan kita sendiri. Kalo kita tinggal di Tanggerang kan, di Jakarta,
dimana di Jawa, Bandung, ada semua kan, kita cuma punya
handphone kan telpon nanyain, gimana keadaan di sana enak apa
gimana? kerja apa? Uda gak kerja handphone lagi, gak mail subuh
lagi soalnya udah ada mainan motor sekarang. Setelah kita tau
modusnya, motif ranmor, udah ditinggal itu.
12 Peneliti Bagaimana abang mempelajari cara-cara melakukan ranmor?
W Dari temen yang orang senior kita yang sebelum kita tinggal di
Jakarta dia juga emang udah ngerjain itu cuman uda almarhum dia,
uda banyak yang meninggal, di tembak mati, dianuin massa. Udah
tinggal kita yang ngelanjutin, turun ke kita. Kalo buat ranmor gak
ada yang ribet sih, paling yang ribet kalo kita kerja malem yang
punya magnet, kan motor di pasang alarm. Yang paling sulitnya
ranmor yah yang ada alarmnya, bukan kita gak bisa cuman jadi
lambat aja kerjaan kita. Mau mutusin dulu kabel alarmnya, kan
kadang motor di pegang aja idup ngiung-ngiung-ngiung. Makanya
diputusin dulu baru kita petik. Kalo kita petik dulu belom diputusin
ya ketauan lah kita. Kebanyakan kita tinggal itu, kalo pas kerja sore
belom kita itu lagi dipegang doang udah bunyi keluarlah yang
punyanya, walaupun yang nyenggolnya temen dia sendiri atau anak
dia sendiri pasti sensitif keluarlah yang punyanya.
13 Peneliti Apakah ada kekhawatiran bang saat melakukan ranmor?
xxxvii
W Kagak sih cuman kan kita berani aja, otomatis kan kita punya senpi
jadi ya walaupun orangnya deket dianya teriak terus kita todong
dianya bakalan diem, dia lari kebanyakan menang kita kan.
Kebanyakan orang senior yang mentalnya kurang jadi kalo kita yang
baru nih lagi hawa nafsunya doang, lagi nafsu-nafsu terus karena kita
belum pernah ngalamin yang pait, lagi ngalamin yang manis-manis
terus belum ngerasain kena massa, belum ngerasain ketangkep Polisi.
Kalo yang udah seniornya udah berkali-kali masuk penjara dia udah
ngedon, udah kurang mental dia, uda banyak takutnya dia.
14 Peneliti Apakah abang mempunyai teman yang bukan satu kerjaan
dengan abang?
W Banyak paling ketemu-ketemunya udah di kampung nanti, kalo udah
hari raya pulang semua kan cuman di Jakarta nya kan gak kerja sama
dia misah-misah aja gitu. Cuman saling tau kontek-kontekan doang
cuman kerja bareng gak pernah paling malem ngontek nanya,
semalem kerja gak dapet berapa gituh?. Kadang kita abis telpon-
telponan abis kerja nih mutus dapet duit kan bagi-bagi, kita nelpon
kalo kita di Tanggerang nelpon yang ada di Jakarta malem mingguan
happy kita kan, kemana kadang ke PS, Exo maen kita di dugem
happy mabok-mabokan. Ya seminggu sekali kadang ya tergantung
pas lagi pengennya aja kita telponan aja nyari suasana. Ya gitulah
hasilnya kalo dari ranmor, kalo kita berempat kadang tiga kadang
empat kadang lima, kita jual kan dapet duit bagi rata berempat. Kalo
ada lebihnya ada dua ratus apa cepe kita beliin rokok beliin makanan
apa makan bareng, kadang bayarin ke kontrakan kalo lebihnya. Ya
namanya kita kan hidupnya nyari kesenagan, kebahagian buat diri
kita sendiri ya otomatis kita gak ada pekerjaaan buat penghasilan duit
ya kita diajak kayak begitu ngasilin duit secara gampang istilahnya
kan ya kalo lagi manisnya nya kan enak kita cuman kalo uda
ngerasain paitnya susah ya jadinya mau-mau aja udah ngikut aja.
Ngikut ajalah dari pada gak ada kerjaan ato kita mau kerja bangunan
disini dapet tigapuluh ribu sehari banting pulang segala macem
keluar keringet. Kalo kita itu maen jam aja kita maen duit bisa
jutaan-jutaan ya kita kerja dari jam lima sore nyampe jam tujuh kita
uda dapet positif dapet satu juta kadang sajuta setengah satu orang
jadi gampang cuman kan kehidupan gak nyaman kalo kita pikirin
lagi.
15 Peneliti Kalau terhitung bisa berapa kali bang melakukan ranmor?
W Ya kalo kita itung uda banyak lah, bb kita kenanya aja duapuluh,
yang ketangkep di kontrakan tiga biji, yang ketangkep bb dari asbak
delapanbelas, itu ada di Polda semua. Dicepiun gua temen sendiri,
gua kerja nih sore dapet dua ninja rr satu sama honda beat, gua taro
dikontrakan sekitar jam enam sore gua kerja pulang jam sepuluh
sembilanan malem lah terus gua tidur, begitu jam satu buser dateng
masuk kontrakan. Gua lagi tiduran dikontrakan bertiga, temen gua
yang bukannya yang satu, temen gua ngebuka dia teriak langsung
dipegang dia orang, dia masuk kedalem langsung ditodong kita
berdua lagi tiduran. Kita dibawa terus dia periksa kamar banyak ada
senjata api di dalem tas, leter T, bb motor ada, asbak ada juga,
bahkan yang udah-udah kita jual sama asbak udah ketemu semua
xxxviii
diakuin sama asbak udah ada, di Polda semua duapuluh biji. BB
banyak gua, senpi dua, leter T ada sekitaran duabelasan biji, peluru
ada sekitaran enam biji apa tujuh biji waktu ketangkep. Temen di
tembak mati udah DPO satu, emang udah diincer emang udah
ditarget dia. Gua kan ditembak juga kaki, yauda ditembak aja dua
lobang. Kita emang uda didikan dari kampung belom sempet kita
nyebrang ke Jakarta, ke Tanggerang kan emang udah juga di
kampung. Di kampung banyak kan namanya anak-anak satu
kampung kenapa kita gak berani di kampung kita sendiri kan. Dari
kecilnya udah kerja jelek gituh kita, ngikut-ngikut yang badungnya
kita di kampung jadi kita kena juga hawa nafsu mau kerja kayak gitu.
Makanya jadi berani aja, mau aja kita gitu.Di kampung pas ngikut-
ngikut yang badung-badungnya ya paling maling-maling ayam kita,
maling kambing apa gitu kan, sapi di kampung, udah disitu baru kita
nyoba yang gede karena pengalaman kita udah lama udah lancarkan
di bidang situ ada pengalaman udah baru pas punya temen nyebrang
kita pergi kesini. Ya awalnya orang kampung kita, jadi pas dia
pulang kan kita tanya, gimana nyari duit gampang gak di Jakarta? Ya
kata dia gampang ikut aja kalo mau gampang nyari duit cuman mesti
berani aja jangan takut sama orang, yaudah kita ngikut aja. Abis itu
kita kerja ketemu temen diajak temen akhirnya jadi rame temen kita
kan, jadi tau ini tau itu, kenal ini kenal itu. Ya banyak lah temen-
temen kita yang kerja, asal kita mau aja kerja itu sama kita gak takut
gitu aja cuman kalo kita takut orang gak mau lah sama kita bakal
ditinggalin kita gak mungkin diajak gabung.
16 Peneliti Menurut abang seperti apa kendaraan bermotor yang menarik
untuk diambil?
W Ya banyaklah yang kayak pengen kita ambil ya kayak motor gede itu
lah, ninja rr yang jadi inceran kita yang bener karena harganya
lumayan kan sama bawanya enak juga, motornya juga keren bagus.
Kayak motor ninja, satria f, yang dipake-pake anak muda kayak gitu
lah yang kita cari kan. Kalo dapet kalo pengen di pake ya kita pake
aja tinggal ganti nomor platnya, kita pake bodong buat pake-pake di
lingkungan kita aja kalo kita pake kayak keluar takut ada razia.
17 Peneliti kalau misalkan motor hasil main di tempatkan di kontrakan
apakah ada yang curiga?
W Ya bodoh aja kadang paling Ibu kontrakan nanya, itu motor siapa?
biasa bu punya bos semalem ketiduran di lapak gak ada angkot saya
bawa aja, kita bilang kan ngaku sama yang punya kontrakan kerjaan
kita pedagang, dagang buahan apa gitu gimana. Kadang kita
seminggu sebulan kita beli dua kilo apa tiga kilo kan buahan beli
banyak kita bagiin aja sama tetangga kontrakan, kata kita, nih bu
saya jualan gak laku kita punya alasan, padahal kita dapet baru kita
beli buahan. Nyaru kita. Kalo tetangga laennya palingan kebanyakan
cewe, malah seneng dia sama kita, kita punya motor bagus apa
gimana gitu kan, rapih pakean.
18 Peneliti Adakah ketertarikan untuk melakukan pembegalan bang?
W Kagak, kalo yang kayak gitu kan banyak yang makan korban, kadang
korban kita ditembak, ditusuk, kita gak mau yang kayak gitu gak
bagus sama kita nya jadi kalo bisa kita ambil harta dia, dianya kita
xxxix
gak lukain jangan dicacatin. Kita gak terlalu kejam, jadi kita ngambil
yang bisa kita makan aja yang enak korban yang kita gak lukain
paling kita nodong doang buang tembakan kan ke atas padahal kalo
kita mau tembakin ya bisa-bisa aja deket cuman kita gak mau. Gak
berani sih begaul sama yang begal-begal gua, kadang ada temen
pernah yang ngajakin gua gak mau kurang berani, kita takut pas yang
lagi dibegal Polisi. Orang begal kan banyak bawa sajam doang,
golok panjang-panjang di jalan apa gitu takut lah kita. Begal orang
rame gitu kan susah lah kayak itu orang, kalo kita metik ngambil
motor di parkiran orang rame juga gakpapa, bisa-bisa aja kita banyak
sepik kalo banyak orang, kita sepik ngerokok apa gimana lagi
telponan pas orangnya selip langsung petik gitu aja. Kita kadang
sembari kerja sambil mantau, kita liat diparkiran sekiranya kita bisa
ambil ya kita ambil aja, sekalinya gak bisa kita nyari lagi kan banyak
lebar Jakarta ini. Muter-muter aja kita, jalan ya kita apal dalem-
dalemnya. Awalnya ya kita apalin dulu kan apa belok ini apa belok
ini, ngapal gang ini gang itu ya kita apalin aja cuman nama jalannya
kita gak tau. Ya gitu aja kalo kita liat gang ini oh pernah masuk
pernah gua samperin.
19 Peneliti Seandainya abang tidak bisa menggunakan kunci leter T,
apakah kemungkinan abang terlibat melakukan ranmor?
W Ya kita suruh aja temen yang bisa jadi kita tinggal nunggu dia, kalo
kita gak bisa ya kita yang bawa kendaraan nungguin dia buat
ngelarin kalo di di teriakin massa apa apaan. Ya awal-awal kita juga
ngikut-ngikut aja dulu sebelum kita memahami kan, sebelum kita
pinter. Sesudah kita tau uda tau semua selanya uda bisa kan baru kita
kerjain. Ya kita lagi ngikut aja kan kita diem aja di kontrakan
ngeliatin dia orang, kita liatin aja alat-alat yang tinggal sebelum dia
kerja kan, gimana caranya ini kesini ini kesitu, kadang kita motor
yang uda di dapet kita belajar aja di situ kan. Banyak aja cara kita
mau belajar, kadang kita belajarin aja motor kita sendiri tinggal ganti
aja kontaknya kalo rusak. Liat-liat dulu trik-trik dia orang, dari
turunnya gimana terus spik-spiknya di lokasi tempat kerja kan,pura-
pura nelpon apa gimana gitu spik-spiknya, ngerokok nyatai dulu spik
kita.
20 Peneliti Ada kepikiran untuk berenti terlibat ranmor bang?
W Ya kalo lagi diluar pikiran buat berenti ya gak ada lah tapi kalo uda
di dalem begini kita sering udah lah tobat cape di penjara terus mana
di penjara gak ada yang ngurus ya otomatis kayak oraang ilang aja
kita disini. Ya orangtua kan uda tua mau besuk mau apa udah susah
kan, jauh lagi, paling udah nelpon aja nanya kabar sehat gak apa
gimana gitu aja. Kalo di luar gak ada kita pikiran kaya gitu lah,
pikiran nyari duit mulu. Pas sampe di dalem sini aja kita mikir
nyeselnya.
21 Peneliti Seandainya untuk kendaraan roda empat apakah abang
memberanikan diri untuk melakukan ranmor?
Kalo untuk mobil kita belom tau jalur-jalur nya dimana, ya kita kan
gak naun gimana-gimananya. Kalo mobil kan dia otomatis susah kata
dia orang kan lama kerjaan, ngolong dulu kita kan masuk kolong
bawah mobil kita matiin kunci otomatisnya kan matiin alarmnya.
xl
Iyalah harus ada jalurnya dulu baru bisa kebuka.
xli
Hari/Tgl wawancara Kamis/06/10/2016
Nama (inisial) H
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 25
Pendidikan SMA
Kejahatan/Pasal Pencurian dengan Pemberatan/363 KUHP
1 Peneliti Udah lama disini bang?
H Udah hampir udah lima bulanan.
2 Peneliti Putusan berapa tahun bang?
H Tiga tahun sebulananlah.
3 Peneliti Bisa tertingkap berawal bagaimana bang?
H Ya ini kan awalnya di tempat kawan di Mangga dua, udah ditargetin
gituh. Udah ada kawan yang kena. Lagi posisi istirahat kenanya.
4 Peneliti Emang selagi kerja ranmor berapa orang bang?
H Dua orang tiga oranglah minimal. Temen-temen sekolah, temen-
temen lama lah.
5 Peneliti Selagi beroperasi seperti apa saja yang dibawa bang?
H Kunci Latter T, ya waktu kita itu cuma itu aja yang dibawa sama
kunci buat buka gembok. Kunci yang biasa ini yang buat kunci
pager, gembok yang warna stainles.
6 Peneliti Gimana bang saat beropersi dilapangan?
H Ya keliling-liling aja pas waktu Magrib paling enak, sekiranya
sepilah gitu. Kalo mesalkan rame ya kita menghindarlah.
7 Peneliti Mulai keterlibatan abang bisa terlibat bagaimana?
H Ya banyak rekan-rekan yang kerja kayak begitulah diajakin awal
mulanya. Diajakin sehari dua hari, akhirnya saya ngikut juga kan,
lumayan banyak yang kerja kayak begitu bang. Iya yakinlah kepingin
duit gituh, ya gimana sih? Ini aja kerja, terus penghasilan satu unit
gitu dua juta. Tadinya saya kan kerja di Priok jadi security. Ya bisa
kerja ranmor gitu, temen-temen banyak yang kerja kayak gitu
diajakin. Pas jadi security saya belum ngikut kerja ini. temen kan
juga kenalan dari satu kampung, dia mau maen ke Jakarta, dia
enggak punya kerjaan juga karena dia biasa kayak begitu awalnya.
Saya ngikut juga karena uda berenti abis kontrak. Saya juga ini
ngikut baru sekali dua kali sih, belum tau juga pengalaman itunya.
Ini kita kan juga cuma liat dari jauh, nunggu dimotor aja gitu, liat
kawan kinerja gimana. Saya sendiri belum bisa iniinnya.
8 Peneliti Sebelumnya abang kan bekerja sebagai security, setelah berenti
bekerja, apa yang membuat abang tertarik untuk terlibat
curanmor?
H Ya terpaksa juga sih. Kasihan gitu mereka lagi butuh uang, minta
bantuan gitu katanya cari uang yang gampang begini-begini-begini,
tolongin dong katanya. Kasih sekali, ngikutlah namanya juga kawan
mau enggak mau kan, kalo kawan lagi kesusahan kita harus bantu
kan.
9 Peneliti Dari sekali abang membantu, bagaimana kemudian abang
menjadi terus terlibat sampai ketiga kalinya?
xlii
H Ya faktor ekonomi juga kan.
10 Peneliti Tapi akrab bang sama temen itu?
H Ya tadinya cuma kenal-kenal sebatas kawan gitu, temu di Jakarta dia
nyari-nyari nomor telpon saya kan yang tinggal di Jakarta nyari
lawan kerja gitu, jadi pilot. Iya jadi joki di jalan. Belum pernah saya
yang eksekusi, ya saya belum bisa cara-caranya. Ada trik-triknya
sendiri itu kan, cara-cara nyongkel buka-buka kunci stang. Saya
makanya cuma ngeliat-ngeliat dari kejauhan. Sambil nunggui mereka
kan. Cuma kita kan ngawasin situasi, keadaan di luar area itu kan.
Jadi kalo ada orang misalnya, panggil kawan yang masuk ke tempat
rumah-rumah orang kan. Cuma ngikut lah, untuk hasi dibagi rata.
Hasil untuk sehari-hari lah untuk makan, untuk jajan. Namanya juga
anak muda kan, untuk beli pakaian, untuk yang lain, ya buat jajan lah
beli rokok.
11 Peneliti Adakah rasa ketakutan di saat beroperasi?
H Ya ada lah namanya juga ngambil punya orang ada rasa takutlah.
12 Peneliti Bagaimana abang bisa memberanikan diri kalau rasa takut ada
dalam diri abang?
H Kadang mikirnya karena uda kecebur kesitu kan, mau enggak mau
harus kan diikutin. Kalo sekali kerja kan dapet dua tiga, ya bagi dua
cak rata gitu hasilnya. Per unit biasanya dijual 2 juta. Jualnya juga
kan ada kenalan dari dia, dimana tempatnya, lokasinya, langsung
dibuang kan barangnya. Kalo temen saya uda pengalaman, itu doang
pengalaman saya.
13 Peneliti Dari pengamatan langsung abang semenjak menjadi pilot
ranmor, adakah keinginan untuk bisa menjadi eksekutor?
H Ada sih semacam rasa penasaran. Cuma, dari mental kita kan kurang,
ngeri. Pengalamannya enggak kayak mereka gitu kan uda
berpengalaman. Ada rasa takutlah, gima kalo ke gep gini-gini-gini,
itu kan risikonya beratkan. Ya kita mau coba ya kita enggak berani.
Tau temen kerja kayak begitu uda lumayan lamalah, ada setahunan.
Ada lumayan di kampung sindikat-sindikat yang kerja kayak begitu
bang.
14 Peneliti Seandainya abang tidak mengenal teman yang mengajak,
adakah kemungkinan abang untuk terlibat?
H Enggak sih, itu kan uda biasa mereka lakuin. Ya kalo kita sendiri
yang ngelakuin kita enggak tau cara, gimana? Enggak bisa kan. harus
pake alat apa alat apa kan.
15 Peneliti Seandainya abang sudah mendapatkan pekerjaan seperti halnya
security, kemungkinan kah untuk terlibat?
H Tadinya uda masuk-masukin lamaran, cuma belum dapet panggilan-
panggilan. Sembari nunggu-nunggu panggilan.
16 Peneliti Bagaimana temen abang memberikan pengertian ke abang
untuk kemudian abang menjadi tertarik terlibat?
H Udah katanya kamu tinggal terima bersih, tinggal duduk di motor,
bawa motor, saya (teman) yang ngunjukkin jalan, saya (teman) yang
nelpon asbak kan, begitu katanya gampang doang katanya. Diiming-
imingin uang segini-segini katanya, ya gimana jadi enggak tergiur.
Namanya juga lagi butuh. Ya dia juga bilang, katanya, kita cari yang
amanlah, yang sekiranya enggak ada orangnya gitu. Tergiur juga sih
xliii
dari cerita-cerita pengalaman dia untuk kerja kayak gitu nyari yang
aman, temapt yang aman gitu.
17 Peneliti Kalau misalkan untuk membaca situasi yang sekiranya aman,
abang udah paham?
H Ya pantau situasi ya orang-orang disekitar tempat kita ngambil lah.
Dia curiga enggak sama kita, kalo misalnya ada yang curiga ngeliat
kerja kayak begitu kan lagi posisi ngambil ya langsung panggil kaan
yang lagi deketin motornya kan. pergi lagi nyari yang aman
sekiranya. Kalo lagi rame ya liat situasi kan, orang-orang sekitar itu
curiga enggak kalo kita mau ngambil motor ini. ya kalo enggak
curiga ya lanjut.
18 Peneliti Seandainya temen abang itu sendiri dalam beroperasi tanpa
abang terlibat, kemungkinan kah untuk beroperasi?
H Ya enggak bisa, harus ada pilot juga takut ketauan kan dia bisa
langsung kabur. Bisa langsung lari kalo ada pilotnya kan.
19 Peneliti Bagaimana bisa temen abang itu sampai mengajak abang untuk
terlibat?
H Ya waktu itu enggak ada sih katanya, yang mau diajakin kayak
begitu. Ya setau saya dia maen kerja begini di Jakarta juga sama
kawan-kawannya, tapi saya enggak kenal sama kawan-kawannya.
20 Peneliti Seandainya kontrak kerja di security belum habis, di saat itu
abang diajak untuk ranmor, terdapat kemungkinan kah abang
untuk terlibat?
H Kalo untuk hasil sih jelas ranmor yah, tapi risikonya ini lebih aman
di security kan. tergantung sih, keadaan ekonomi lah. Gaji di security
waktu itu lagi satu juta dua ratus, cukup enggak cukup. Ya untuk
nilai duit sih kayaknya mau sih, pendapatannya juga kan lumayan.
Ya mau sih, enggak kayak gaji kita sebulan, kalo kerja itu kan sehari
dapet segini-segini kan.
21 Peneliti Seandainya apabila teman yang mengajak abang itu juga baru
maen di ranmor, apakah kemudian abang keinginan untuk
terlibat?
H Ya enggak mau lah, ya takut juga, ngeri juga orang belom
pengalaman kok. Ya kita kan masuk situ harus tau caranya-caranya
gimana kan, jualnya dimana kan harus kenal sama asbak.
xliv
Hari/Tgl wawancara Selasa/11/10/2016
Nama (inisial) DD
Jenis Kelamin Laki-laki
Usia 21 Tahun
Pendidikan SMP
Kejahatan/Pasal Pengeroyokan/170 KUHP
1 Peneliti Bagaimana abang bisa tertangkap oleh Polisi?
DD Kalo awal-awal pembegalannya kita rombongan bang ada sepuluh
motoranlah, satu motor tiga orang-tiga orang , kita pepetin korban
abis itu dibacok. Pas belokan tikungan gembrong temen kita
ditendang, jatoh satu motor tiga orang, kita kejar lagi akhirnya gak
dapet. Tau-taunya korbannya itu Brimob. Korbannya Brimob kita
langsung cabut, enggak kelamaan itu kejadian tanggal 19 Desember.
Nah tanggal 29 nya ini posisi lagi tauran. Kita ketangkep ini kasus
tauran bang. Kasus tauran iya polisi-polisi yang nangkep kita dibahas
lah kasus yang Brimob itu gara-gara belum ketangkep, temen kita
juga malah iya iyain. Salahnya temen kita, nah makanya kita dibawa
ke perkara kasus Brimob bukan kasus tauran. Kasus tauran ada
temen kita dua orang kena empat tahun. Iya makanya temen kita
malah ngakuin kalo bahwa dia ngebegal Brimob, kita mah uda
enggak kita akuin, udah P jangan diakuin biar kasus tauran aja
maksud kita. Temen kita dipres sama Buser, tau sendiri sendiri
siksaan Buser enggak kuat perbelannya terus dia ngakuin. Kita uda di
bilang sama Polisi, kamu dibawa ke kasus Brimob bukan kasus
tauran. Itu tauran kita cuman disuruh jadi saksi bang di persidangan.
Kalo kita sih sidang kasus Brimob di Jakarta Timur deket Walikota.
Ya itu Brimob nya masi engeh sama kita, temen kita yang ditegesin
mukanya itu juga lagi apes-apesannya tapi sih alhamdulilah bang kita
kenanya kasus Brimob daripada tauran kena empat tahun. Kalo kasus
Brimob tuntutan empat tapi putusan kena dua tahun enam Bulan
masih mending. Temen kita yang disebelah dua orang yang kena
kasus tauran.
2 Peneliti Emang berapa orang bang kalo lagi maen pembegalan?
DD Kita sih itungannya kayak gang motor bang, kayak orang-orang mau
tauran nih kalo ada rombongan tauran kita ributin. Kalo gak ada
rombongan-rombongan tauran kayak macem di bkt, bkt kan tempat
orang pada nongkrong, orang-orang kan kalo lagi pada nongkrong
biasanya motornya kan kunci pada di nyantolin, anak-anak kita turun
rame-rame udah dibacokin udah ada yang kena yaudah abis itu
motornya dibawain. Kalo lagi di jalan sih jarang paling kalo lagi
posisi tauran ya namanya kita gang motor ketemu gang motor juga
jadinya perang, kalo ada yang jatoh langsung motornya kita bawa.
Pernah juga sih dua kali kalo yang korbannya lagi dijalan kita
pepetin kayak yang kasus kita sama Brimob, kalo yang pertama sih
dapet motor Beat kita pepetin entar lama-lama orangnya minggir
berenti dibacok motor bawa orangnya ditinggalin. Yang kasus
Brimob ini nih lincah naek ninja, orangnya lincah terus juga tau-
taunya Brimob kena juga luka bacok masih kuat aja megang kopling
xlv
lolos akhirnya gara-gara temen kita jatoh itu yang tiga orang.
Makanya kita ketangkep yang kasus Brimop Cuma bertiga aja inih
tapi yang satu masih di bawah umur makanya kita ngejalinin berdua
doang.
3 Peneliti Menurut abang situasi yang paling memungkinkan untuk aksi
pembegalan seperti apa?
DD Tempat-tempat sepi sih, misalkan kalo di jalanan sepi yang ke arah
sini rame ke arah sono sepi, udah palingan kita pepetin. Kalo lagi ada
yang maen handphone di motor langsung kita sengget hp nya
palingan dia diem doang gak berani ngelawan soalnya kan ngeliat
anak-anak kita rame kan.
4 Peneliti Seandainya abang hanya berdua apakah mungkin abang akan
melakukan aksi seperti itu?
DD Kalo berdua paling ngebut doang, udah maen kucing-kucingan,
kejar-kejaran jadinya. Kalo di motor bedua doang kita seringnya
maen kunci T di komplek-komplek. Kita mah suruh bawa doang
motor, temen aja yang giniin kunci T nya. Kita suruh nunggu motor
ini nih, kita bertiga, nih tungguin motor inih pas dia dapet motornya
udah kita jalan dua motor tiga orang. Kalo kita belum bisa megang
kunci T, temen udah pada lincah-lincah banget. Waktu itu juga pas
ngeliat temen perasaan kok gampang banget, gimana sih? malah kata
dia, udah lu belum tau ilmu-ilmunya, digituin sama temen. Iya bener
udah pada cepet banget, kunci yang di motor terus kunci yang di
cakram yang pake gembok, dibuka langsung kebuka kunci yang
locknya udah langsung on. Pake kunci T, Ibaratkan kayak kunci T
yang panjang dipotong terus langsug dilancipin di gepengen udah
langsung ditusuk aja.
5 Peneliti Jika dibandingkan pembegalan dengan yang menggunakan
kunci T lebih enakan yang mana bang?
DD Kalo dibilang enak sih enakan yang gerombolan bang soalnya kita
muka juga gak ke ciri. Kalo orang lagi nongkrong diturunin rame-
rame dikeluarin senjata kan maksimal pada kabur jarang ngeliat
muka, motor langsung pada dibawa. Kalo kayak pake kunci T paling
maen bertiga bang, bertiga, berdua. Itu sukur-sukur juga kalo gak
ketangkep kan kita lewat-lewatin pager, ngangkat-ngangkatin motor
iya ada yang portal kan ya itu kita bopong. Uda bisa kita bopong
nyari yang amannya. Kalo ada orang, pura-pura mau balapan, udah
hayo musuhnya uda nungguin, iya kayak begitu biar gak tengsin. Lah
kalo itu kan langsung diteriakin maling-maling kitanya tengsin juga.
Kita sih posisi jalan kaki belum dapet motor, udah masuk ke rumah,
satpam kita tegor sebelum kita masuk rumah, kita tegor kitanya juga
muter-muter dulu terus ga lama kita masuk lagi kerumah itu. Motor
belum kita bawa, satpamnya berenti engehin muka kita diikutin kita.
Ayo W cabut kita gituin, udah jalan aja jalan! pas keluar gerbang
yang ada portal kecilnya, dia jalan kaki satpamnya, besok kesini lagi
mati lu! digituin kita bang. Tapi itu belum sempet dapet, bb nya
enggak kita bawa kalo kita bawa diteriakin kita udah dilepas aja
udah. Udah mao gimana lagi kita uda dapet maksain entar digebukin
massa, iya mendingan lepas ajadah mau gak mau. Iya uda di luar itu
motor enggak dibawa sayang soalnya temen kita negor satpam “be,”
xlvi
posisi juga kita jalan kaki pas negor satpam itu lagi muter. Nah tiba-
tiba masuk satpamnya itu, W satpam yang tadi pake berenti dia
negesin mundur lah kita cabut dong bang mau gak mau kalo kita
bawa bb diteriakin.
6 Peneliti Udah berapa kali emang bang ikut terlibat?
DD Ikut-ikut temen sih baru empat kali bawa-bawain motor doang, kalo
buat megang kunci T sih gak bisa. Ya yang sering-sering sih ikut
jalan-jalan gerombolan. Jadinya dari tongkrongan sini tongkrongan
Bintara maen ke Klender, Rawa Cadas ke Kelender. Kalo uda
kumpul ratusan motor apa lima puluh motor udah kita jalan bang
wara-wiri, kadang-kadang ketemu gang motor ganster ketemu
bentrok udah maen bacok-bacokan, motor ditinggal udah diambil
dibawa. Kalo ada polisi, polisinya diledek-ledekin bang. Iya kita lima
puluh motor, polisi uda pada megat-megatin, digeber-geberin
diledek-ledekin sama anak-anak. Disangkanya mau balapan ajah
padahal mah mau ngebegal.
7 Peneliti Awalnya gimana bisa diajak bang sama temen?
DD Kita sih lagi nongkrong di warnet, posisi anak-anak rame terus tiap
malem minggu. Ayo D D iseng-iseng gak lama tauran ngerayain
ulang tahun nah ada otak kotornya di situ bang. Orang lagi trek-
trekan di Macdonald Buaran tahun 2013 itu, Buaran yang tembus-
tembus bkt nah ada trek motor di situ, kita ratusan motor ulang tahun
anak-anak Tongali. Ulang tahun posisi ada orang balapan, temen kita
otak kotor kuarin celurit di bacokin orangnya enggak kena motornya
ditinggalin maksimal pada jatoh semua itu motor. Pas itu dapet
delapan belas motor, ampe motor yang udah jadi bang, motor-motor
ninja, motor motor bandotan, dibawa-bawain semua. Pada demen
jadinya bang, orang abis dapet dijual-jualin iya lumayan gede juga
yak begitu. Mentang-mentang anak-anak kita rame kali yak makanya
berani jalan terus-jalan terus nyampe pernah ketemu bang, kita udah
dapet motor ninja yang bawa motornya temen terus kita rame-rame
yang ngawal, ketemu gangster laen di Jati Asih Rawa Bening.
Ketemu kena lagi tuh bang ninja di begal lagi, kita boleh ngebegal
nih dibegal lagi ninja kita. Iya kan dibilang kalo itu maen bentrok-
bentrokan, maen kuat-kuatan jadinya. Ibarat kan dia spik-spik yang
punya motor itu padahal dia begal juga. Balik-balik ampe naek taksi
temen kita udah pada panik, nih ketangkep gak yak, kalo katengkep
kita pada cabut. Apalagi kalo ketemu gangster yang batu bisa pada
maen tubruk-tubrukan. Ya itu kita mah ikut-ikut aja namanya
sekalian jalan-jalan malem kebetulan jam duabelas pada kumpul.
8 Peneliti Tapi kok dari situ bisa keterusan, gimana tuh bang?
DD Ya namanya kita kan gak ada motor kadang-kadang kalo dapet motor
juga kita pake bang. Ya kalo suruh jual kita jual. Itu kadang-kadang
juga pada maen sendiri-sendiri jual sendiri-sendiri pake diem-diem
bilangannya motor masih ada padahal uda enggak ada. Maen otak
juga bang, pinter-pinteran otaklah kalo kayak begitu. Iya uda banyak
temen kayak begitu, uda ngebegalin motor ngerogoh hp orangnya,
ada yang dapet hp entar bilangnya enggak dapet. Kalo motornya mah
paling di cak rata. Mao enggak mao ikut-ikutan kita walopun engga
ada temen kita nih, misalkan kita jalan lima motor yang ada aja jalan,
xlvii
kalo enggak ngambil hp ya motor. Kita juga pada bawa senjata
semua bang, pada bawa celurit, kalo korbannya ngelawan kita
hantem kalo enggak ngelawan kita bawa motornya udah gitu aja.
9 Peneliti Awalnya dari pembegalan sampai bisa terlibat pencurian
memakai kunci T bagaimana bang?
DD Oh kalo kita itu mah beda yang gerombolan-gerombolan yang di
kunci T ya di kunci T. Palingan yang pake kunci T bertiga doang
sama temen, kita yang diajak sama temen sih. Kita pernah ngambil di
sini di belakang UNJ, dibelakang UNJ ada warung cuman warung itu
tutup, mio sporti di kunci setang juga cakramnya digembok. Kita
mah disuruh tungguin depan doang nungguin motor, satu orang
doang yang kerja, kita nungguin motor berdua. Kebuka satu spik
ngeliat terus kebuka lagi kunci loknya gak nyala-nyala sampe disela
baru cabut. Uda paling kalo uda putus begitu kita pretelin, bodi-
bodinya kita cet biar enggak ke ciri juga. Enggak dijual utuh ngeri
kita bawa-bawa ke penadahnya ke ciri orang, iya mending dipretelin
bodi-bodinya apa tukeran bodi sama orang paling kayak begitu.
10 Peneliti Bagaimana abang bisa ngeberaniin diri buat terlibat?
DD Ya kita juga itungannya ikut-ikutan doang, mau enggak mau kita uda
nikmatin duitnya, mau enggak mau kita juga harus ngejalanin
hukumannya juga. Iya emang uda tau resikonya kayak begini, kalo
enggak mati dibakar orang kalo enggak digebukin massa. Kalo
sendirian mah belom berani kalo masih berdua bertiga berani. Mao
enggak mao ya dapet duit. Kalo lagi maen sama yang pake kunci T
kita cak rata bertiga doang. Paling yang dimotor ini yang rame-rame
ngecaknya sama yang kenal-kenal doang bang yang kita bagiin,
misal dapet lima motor, kan banyak dari anak Bintara, Rawa Bebek,
sama Rawadas, Walikota, pada gabung semua ke Kelender bang pda
maen pada kenal semua pada mau ikut. Iya taunya kan mau tauran
doang tau-taunya pada ngebegalin, bawa lima motor dijualin entar
uda dijualin duitnya bagi-bagi yang enggak kenal mah didiemin
doang jadi yang kenal-kenal doang bang. Ibaratnya yang uda sering
nongkronglah sama kita. Kalo misalkan abang terkenal
ditongkrongan orang-orang abang maen nih sama kita, temen kita
kenal nih sama abang udah temen cs, abang ngajakin temen-temen
abang, yok maen yok ketempat tongkrongan kita! Uda begitu entar
diajakin kan lama-lama jadi kenal betah nongkrongnya sama rame ya
anak tongkrongannya juga asik-asik bang makanya dia pada betah
maen orang pada demen tauran juga bang. Bentar-bentar tauran,
malem minggu tauran. Begitu emang bang kalo anak-anak laen
ketongkrongan kita ya kita asikin, kita enakin, kita sopanin, asal kita
jangan songong aja sama anak tongkrongan yang baru dateng, udah
kalo kitanya enggak songon kitanya enak sama dia, di juga bakalan
betah bang nongkrong. Walopun enggak ad temennya dia pasti maen
ke tongkrongan kita, kadaang ada aja alesannya kalo lagi mau maen,
bang temen gua enggak ada disitu bang? Padahal mah dia mau maen
spik-spik nanya kayak begitu.
11 Peneliti Apa yang menjadi ketertarikan abang untuk terlibat?
DD Ya hampir setiap malem minggu jadi megang duit. Kan malem
minggu pada enggak megang duit, uda yok nyari lagi yok! Malem
xlviii
sabtu pada nyari, malem minggunya jadi enak pada megang duit.
Pada ketagihan juga bang pada ngajak-ngajakin, lagi pada
nongkrong, wah uda jam satu nih uda yok jalan yok!kalo enggak ada
musuh tauran kek kalo enggak nyari kek, digituin sama anak-anak
udah abis itu pada jalan bang. Kalo dibilang rame ya rame anak-anak
orang anak-anak kukumpul kan gabungan antar kampung bukan satu
kampung doang. Kalo dibilang risikonya mah gedean yang tiga
orang, kita ketangkepnya cepet kalo kegep warga kita enggak bisa
ngelawan cuman bertiga. Ibaratkan kalo motor rame-rame masih
enak bang kalo ada ratusan warga pada turun pasti ibartkan kita
kayak tauran kita ributin warga itu kita satu orang pada jaga motor
dua orang yang pada turun ngeributin warga-warga itu masih bisa
kita enggak ketangkep. Kalo bertigakan mau ngelawan warga
bingung bang, motor satu orang masa dua orang ngelawan warga
enggak bakalan mungkin. Iya mendingan yang rame-rame kita.
Orang juga paling kalo ini orang lewat-lewaat doang bang
disangkanya mah tauran padahal mah motor orang kita bawa-bawain
padahal mah begal. Orang mah kalo lagi rame-rame taunya tauran.
Lagi kita lima puluh motor kadang nyampe seratus motor sampe
padet banget ituh jalanan kayak orang kompoi.
12 Peneliti Udah berapa lama abang ikut terlibat?
DD Dari temen sih awal-awal dari tahun 2013 pas yang ulang tahun
tongkrongan. Kalo yang ulang tahun tongkrongan sih itu uda
ketangkep yang katanya motor-motor keambil silahkan ke belakang
Mol Citra Kelender. Iya udah pada tau bahwa yang begal-begal itu
orang belakang Mol Citra Kelender motor pada di situ nyampe di
broadcast di BBM, nih motor yang keambil nih kebelakang Mol
Citra aja deket pasar Bulak sebagian ada yang ketangkep sebagian
enggak pada lari ke kampung kalo kita mah ngedokem aja di rumah
udah orang tau udah bahaya. Perkara ita aja bang yang perkara
Brimob ini nyampe di brokes-brokes peringatan isinya jangan sampe
ngelewatin jalan Igusti Ngurahrai ada anak buah Tongali, ampe
nyampe begitu-begitu bang. Udah jelek banget itu nama anak
tongkrongan buset udah tercemar banget dah.
13 Peneliti Kalo misalkan ada kesempatan seandainya abang tidak
melakukan pencurian bagaimana bang?
DD Udah pada maen bego-begoan, udah itu bego gerus! jangan bego
entar dulu ada orang, ah bego banget luh. Uda begitu aja bang maen
bego-begoan bang. Kadang-kadang kita mau gerus kata dia jangan
ada orang. Kalo enggak dapet pasti kita nyari terus bang ngiter, kita
ngiter di Timur doang nyampe kadang nyampe Selatan, Bekasi,
daerah Pondok Gede. Kalo enggak dapet sama sekali paling pusing
enggak danta jalan-jalan doang enggak dapet apa-apa digituin kalo
kata anak-anak. Kalo dapet mah pada sibuk ngecak duit, kalo enggak
dapet pada pusing enggak dapet duit emang pada begitu anak-anak.
14 Peneliti Abang menjadi tertarik terlibat temen ngasi pengertian ke
abang bagaimana?
DD Kita posisi lagi tiduran di motor, anak-anak yang ratusan motor ini
pada mau jalan. Udah dah D D anak-anak pada mau jalan tuh motor
kosong tuh. Kita mau enggak mau kita taekin kita juga emang seneng
xlix
jalan-jalan malem jam satu jam dua pada jalan-jalan tau-taunya pada
ngebegal. Itu kita juga enggak nyangka lagi jalan-jalan ujung-
ujungnya di motor ya itu otak kriminalnya ada bang, ada satu orang
sekarang sih di Rutan Salemba dia. Otak kotornya dia sama
rombongannya, dia anak Rawa Kuning Cakung, anak-anak kita ini
pada ikut-ikutan. Tau-taunya orang tuh anak tongkrongan kita doang
yang ngebegal. Kalo anak-anak kita enggak jalan nih dia tetep sama
rombongannya jalan nyampe orang di lampu merah bang, orang laki
bini kalo enggak salah di lampu merah subuh-subuh jam lima
dibacok pake corbek helmnya enggak mau turun masi dipegangin
motornya terus dibacokin lagi helmnya, bininya kabur lakinya kabur
udah motornya dibawa. Cuman dia mentalnya kuat banget berani
mentalnya kalo dia. Itu di lampu merah posisi orang berjejer
namanya lampu merah mobil motor, dia ngincernya yang satria f
dapat itu dia. Udah dapet ya kita jalan ajah, orang mah namanya kita
rombongan rame yang di lampu merah pada dikit dia pada diem
doang. Orang laen yang disebelah-sebelahnya pada ngeliatin doang
bang namanya rombongan kita rame. Kita setiap ada temen yang
ngantemin orang, kita berenti semuanya, kita berenti kalo dia
digebukin massa kita turun ya namanya kita rame. Tapi kalo dia
enggak kenapa-kenapa ya kita jalan lagi.
15 Peneliti Sebelum terlibat ke pembegalan, pelanggaran apa aja yang
pernah dilakuin bang?
DD Paling kita nongkrong-nongkrong di anak motor juga, nongkrong di
anak-anak motor di BKT-BKT itu.Setiap malem minggu pada
kopdar. Kalo semenjak pas enggak ada motor lari ke tongkrongan
lagi
16 Penelitian Keasikan yang didapet dari kayak begitu bang?
DD Ya asiknya kayak jalan-jalan doang, dikejar-kejar polisi. Iya kalo
dikejar-kejar polisi kan kalo kita pada ngeledek-ngeledekin
polisinya, sampe dingepot-ngepotin motor, polisi mah enggak berani
nembak, palingan ngikutin kayak kita dikawal. Ya asik aja. Ada
ceweknya, padahal uda tau kalo kita mao begal, tapi kenapa mau
ikut. Kalo cewe nya yang batu pada mao ikut, bang D D mau ikut
dong mau ikut, orang sampe kadang di takolin bata sama warga.
17 Peneliti Orangtua abang tau jika abang terlibat pembegalan?
DD Kalo orangtua sih enggak tau, taunya sih orang tua kita diluar juga
jarang balik bang. Kita tidur di warnet. Namanya udah pindah
orangtua laki di Bulak, yang orangtua cewe di Rawa Badung. Tetep
kita enggak pernah tidur yang di Rawa Badung, enggak mau tidur di
sono kejauhan. Kita maunya di warnet, pulang ganti baju doang tidur
mah enggak pernah.
18 Peneliti Temen-temen yang lain pada tau, abang terlibat itu?
DD Itu kan temen tongkrongan semua, ikut semua pada tau. Lu ati-ati D
D, ampe anak-anak bengkel kita nyampe tau, entar lu ati-ati lu. Ya
dinasehatin, ati-ati kalo maen kayak begitu kan bisa mati lu dibakar
massa, pernah diingetin juga. Ya mau enggak mau kita nya keadaan.
Ya kalo kita sih gara-gara faktor keadaan juga, ibaratnya enggak mau
nyusahin orangtua, ibaratkan kita nyari duit sendiri tapi duitnya
enggak halal. Udah, mau engga mau kita ikut-ikutan aja ama temen.
l
Ikut-ikutan begitu-begitu, ujung-ujungnya enggak ketangkep-enggak
ketangkep pasti ada waktunya ketangkep. Enggak bakalan enggak
ketangkep, pasti ketangkep.
19 Peneliti Untuk yang menggunakan kunci, apakah abang bisa
menggunakannya?
DD Kita enggak bisa, itu juga kalo kunci T harus tau sela juga sih, ada
yang setengah ada yang dalem, kayak Satria F itu setengah. Kadang-
kadang pengok juga kunci T nya bang. Soalnya tipis dia harus pas,
misalnya kayak Satria F nih setengah baru puter. Kadang-kadang ya
begitu kalo enggak pas pengok kuncinya. Kalo enggak bisa
mendingan enggak usah, iya sanyang-sanyangin kunci uda gitu
enggak dapet lagi. Kalo temen-temen kan pinter uda tau selahnya
bang.
20 Peneliti Kalau untuk keterlibatan abang dengan menggunakan kunci T,
itu bagaimana awalnya bang?
DD Temen yang baru masuk penjara, sekarang masuk lagi nih. Dia yang
ngajar-ngajarin. Kita diajakin jalan ya namanya kita enggak punya
duit, kita ikut ajalah dapet enggak enggak ngapa, dapet akhirnya,
dapet Satria F. Dijual cuman tiga juta tiga ratus. Selebihnya buat
makan-makan, sisanya dibagi-bagiin dicak rata. Kalo uda pada
megang duit uda pada maen sendiri-sendiri, ada yang buat maen
warnet, buat jajan, buat mabok juga.
21 Peneliti Seandainya abang sendirian kemungkinan untuk melakukan
pembegalan bang?
DD Kalo sendiri enggak bakalan mungkin sih, enggak berani juga sih
kalo sendiri. Kalo masih ada temen masih berani, soalnya kita cara-
cara dari kunci T juga kan kita enggak bisa, paling kita ngajak temen,
kalo enggak kita ngikut-ngkiut temen. Posisi berdua, ayo W jalan!
Kita gituin. Subuh-subuh kita bangunin kita jalan kaki dapet sepeda,
jual. Kalo sendiri cepet ketauan, kalo yang sendiri uda modal nekat
ituh uda pikiran buntu itu. Kalo berdua bertiga masih enak bang, ada
yang negelokitin, mendingan maen lokit-lokitan biar enggak ketauan.
Lokit gang soni sepi, gang sini sepi. Udah kita angkut.
22 Peneliti Apa yang membuat abang memberanikan diri melakukan
pembegalan?
DD Yah iya paling kita kalo itu kan udah tau risikonya. Ya mau ngapain
lagi kita, nyari kerjaan berenti-berenti mulu sekalinya dapet kerja.
Mau enggak maulah kayak begini aja, kalo enggak motor paling kita
ngambil-ngambilin sepeda sama temen. Sepeda-sepeda gunung, jual
seribu dibagi dua gopek gopek buat malem minggu kalo lagi enggak
nyari motor. Udah maen-maen sepeda aja bang, nyari-nyari sepeda di
rumah orang, loncat-loncatin pager di rumah orang. Kita di luar
temen, temen di dalem, dia yang nguarin sepeda. Udah nyampe dua
biji sepeda dapet, udah kayak orang jogging aja naek sepeda.
23 Peneliti Emang awal kerja di mana bang?
DD Di Lestoran Alzajira, Cikini. Dapet empat bulan doang berenti.
Ngelamar lagi di Lestoran Alzajirah sama tapi di Sentral, Hotel
Sentral. Dapet tiga bulan dipecat, gara-gara kita kan bagian nyuci
piring sambil dengerin musik kali, apa risih HRD nya, apa kenapa
kita dipecat. Yaudah kita terima mau enggak mau. Pusing kalo nyari
li
kerjaan juga bang, mau enggak mau kayak begitu ajalah kita.
24 Peneliti Adakah keasikan menurut abang selama pengalaman
melakukan itu?
DD Ya kadang-kadang lucu juga, kayak kita ngambil-ngambil sepedah
nih dirumah orang . kita angkut, sampe sepeda yang kata aki, sepeda
yang ada akinya tuh, yang kalo enggak ada akinya di genjot. Ampe
temen kita masuk sendirian, enggak kuat bopongnya. Iya ampe
enggak ada yang ngawal di depan. Kita posisi berdua doang, mau
enggak mau, kita masuk berdua ke dalem, bopong-bopong, naek ke
atas pager. Udah sepeda berdiri di pager kitanya juga berdiri di
pager, posisi malem, kadang-kadang abis subuh juga. Orang pada
solat subuh kan sepi jadinya. Temen kita, ayo uda bel gerus bel, kita
ambilin yaudah kayak begitu aja. Ada juga temen dari Solo, emang
posisi di Solo abis ngebobol Deler, empat belas juta, kabur ke jakarta
dia. Sisa duit satu juta doang sama handpone BB. Nah digendoin
sama temen kita, diambil duitnya ama handphone nya. Namanya
enggak tau kayak orang asing. Lama-lama akrab dia di situ, orang
tongkrongannya enak. Abis itu uda maen-maen lama. Nah kita tau
dari temen kita,ono-noh si J masukin bengkel Brighstone sendirian,
berani banget ampe bengkel-bengkel bang. D lantai tiga dia masukin,
bengkel samping Mall Citra Klender. Ban-ban baru dijual-jualin,
satunya gopek. Nah kita mulai ikut-ikut tuh sama dia mulai-mulai
dari situ. Ikut ngambilin ban. Dia masuk biasanya sendiri, kita tau dia
kayak begitu, jadi kita berdua sama dia. Kalo begitu baru cak-
cakannya beda bang. kan ngerembet-ngerembet dari lantai satu ke
lantai tiga, ngerembet pager. Kan di stu sampingnya pombensin,
emang serem banget. Ampe nyium-nyium bau bangke. Lu kentut
yak?lu kentut yak? Enggak, bau pocong nih. Udah posisi malem
jumat. Iyak pada maen salah-salahan. Pada ngeliat kuntilanak,
namanya pombensin lama kan Mister Tukul juga pernah ke situ,
yang kuntilanak merah. Ya mau enggak mau. Lu mau duit apa takut
ama setan lu, iya-iya gua mau duit, ampe digituin bang iya. Temen
digituin, udah diem aja! Lu mau duit enggak sih lu? Iya-iya-iya. Iya
ngikut-ngikut dia. Dia masuk, kita bisa enggak bisa harus masuk
nemenin dia. Sampe uda ketauan sama orangnya tapi dikasih struman
doang, tegangan, kita pegang sengnya nyetrum. Ampe kita lemes,
diketawain ama temen kita. Ye bego malah ketawa lagi lu, kita lemes
abis kesetrum. Cari akal lagi biar bisa masuk ke dalem. Dibongkar
lagi, udah sepinter-pinter kita aja. Emang kita jalannya sama dia kalo
lagi enggak ada yang ngebegal-ngebegal, jalan sama dia berduaan.
Dari Kelender sampe Ramangun bang jalan kaki, balik-balik bawa
sepeda dua biji, sepeda gunung sama sepeda bmx. Emang pinter
maennya, enggak gerabak-gerubuk, nurunin sepeda aja dari pager
enggak ada suaranya. Kalo orang kan gerabak-gerubuk yang panik.
Ampe dikomplek-komplek kita pura-pura olahraga, dia masuk ke
dalem rumah. Pura-pura olahraga, dia lagi ngangkat sepeda terus
langsung samperin, eh tau-taunya sepedanya bocor. Iya kita dorong-
dorong lewat-lewatin Satpam, ditanyain spik-spik bannya bocor.
Pinter-pinter kita aja bang udah maen pede aja, kalo enggak begitu
mah ketangkep terus. Ibaratkan kita nyaman maen sama dia, kalo
lii
maen sama yang laen pada panikan bang. gerabak-gerubuk, pada
berisik maennya. Kalo dia mah diem-diem ujung-ujungnya dapet.
Udah lu tunggu disini aja bel, kita disuruh diem, tau-taunya bawa
sepeda. Emang pinter orang Jawa, ngomongnya juga pinter posisi dia
ketangkep. Sampe manjat-manjat rumah yang posisi bengkel
Brighstone, temen kita ketangkep, dia ngerembet ke rumah-rumah
tembusannya di kerjaan Ayah kita, di galon. Pinter banget nih orang,
ampe sekarang enggak kena itu orang bang, enggak ketangkep-
ketangkep temen kita.
liii
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Mencari Data dan Wawancara