MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III
Transcript of MODUL PRAKTIKUM BIOMEDIK III
MODUL PRAKTIKUM
BIOMEDIK III
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
2018/2019
ii
VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT
A. VISI
“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan
masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan
lingkungan”
B. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami
berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di
masyarakat.
2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk
berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat
dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk
menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan
dan lingkungan.
4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan
berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar
negeri.
C. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,
berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai
keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang
berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah
sosial dan lingkungan.
2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang
berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.
iii
3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk
menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan
dan lingkungan.
4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan
Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar
negeri
D. SASARAN
1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan
2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan
3. Pengembangan wahana pendidikan
4. Pengembangan program studi baru
5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah
6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya
mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan
7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Biomedik
III.
Kami berharap dengan adanya modul praktikum ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca khusunya mahasiswa kesehtaan masyarakat. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan modul ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
penyempurnaan modul berikutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Samarinda, Agustus 2019
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
VISI, MISI DAN TUJUAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 5
A. Pengenalan Alat Laboratorium ................................................... 5
B. Cara Penggunaan Mikroskop ...................................................... 9
C. Pembuatan Media ........................................................................ 13
D. Sterilisasi ..................................................................................... 20
E. Disinfektan .................................................................................. 28
BAB III PENUTUP ............................................................................... 35
A. Kesimpulan ................................................................................. 35
B. Saran ............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 37
FORMULIR PENILAIAN ................................................................... 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk
keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga
pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama
dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat di butuhkan
dalam proses penilitian atau pun praktikum terutama dalam proses
praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan
mempunyai fungsi masing-masing di dalam bidang keilmuan atau pun
proses penilitian tentu tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali.alat-alat
laboratorium juga dapat berbahasa jika terjadi kesalahan dalam prosedur
pemakaiannya. Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium
agar penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan
prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat
diminimalisir sedikit mungkin.hal ini penting agar mendapatkan hasil
penelitian yang aik dan benar.data-data yang tepat akan meningkatkan
kualitas penelitian seseorang.
Mikroskop adalah alat utama yang digunakan untuk mengamati
benda-benda kecil. Mikroskop dapat mengamati berbagai macam ukuran
mulai dari ukuran 0,1 mm. Objek yang dipelajari dalam biologi adalah
mahluk hidup, dan sebesar apapun mahluk hidup tersebut pada dasarnya
tersusun oleh sel-sel yang sangat kecil. Dengan munculnya mikroskop,
ilmu biologi berkembang dengan sangat pesat. Contohnya pada
penemuan-penemuan baru khususnya di bidang kesehatan yang berawal
dari pengatan lensa mikroskop.
2
Perbesaran dalam suatu objek dapat diketahui dengan
membandingkan ukuran terhadap bidang pandang. Dalam mengamati
objek suatu preparat, yang dilihat di bawah mikroskop, terlebih dahulu
menggunakan perbesaran lemah. Mikroskp terdiri dari beberapa
komponen, yaitu komponen optik dan komponen mekanik dan memilki
fungsi yang berbeda-beda, dalam melakukan pengamatan dengan
mikroskop kita harus mengetahui bagian-bagiannya sehingga
mempermudah dalam penggunaanya. Dalam menggunakan mikroskop
harus juga diperhatikan cara membersihkan dan menyimpan agar tidak
terjadi kerusakan pada mikroskop itu sendiri.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Media
pertumbuhan juga bisa digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme,
identifikasi, dan membuat kultur murni.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan
penyedia nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media,
selain itu media juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan,
mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di
laboratorium. Media berdasarkan sifat terbagi menjadi 3 yaitu Media
padat, Media semi padat semi cair, Media cair. Media berdasarkan
Komposisi / susunannya terdiri atas Media Sintesis, semi sintesis, dan
media non sintesis. Berdasarkan tujuan yaitu media selektif atau
penghambat dan media diperkaya. Jenis Media yang sering digunakan,
yaitu Nutrient Agar, Nutrient Broth (NB), PDA (Potato Dextrose Agar),
Salmonella Shigella (SS) Agar, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).
3
Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan
dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utamanya
adalah untuk meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari
mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi yang timbul dari mikroba
yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat menghambat aktivitas dari
mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan keselamatan dari
pelaksana kegiatan tersebut.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
secara mekanik, fisik dan kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang
dilakukan hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang akan
disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan
pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar yang memiliki
panjang gelombang pendek (Ramona dkk, 2007).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan
antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan
tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan
juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi
dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime
yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua
cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia).
Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-
jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.
4
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengenalan alat laboratorium.
2. Untuk mengetahui cara penggunaan mikroskop.
3. Untuk mengetahui pembuatan media yang benar.
4. Untuk mengetahui sterilisasi.
5. Untuk mengetahui disinfektan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengenalan Alat Laboratorium
1. Pengenalan Alat Laboratorium
Alat-alat laboratorium merupakan alat yang kita butuhkan dalam
proses peneitian atau pun proses praktikum. Dalam praktikum
pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan
dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-
masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan
bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan (soetarto, dkk).
Pada umumnya kegiatan praktek laboratorium diarahkan pada
upaya supaya mahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau
membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh
dosen, asisten dosen atau buku teks. Ada juga percobaan yang
dirancang oleh dosen atau asisten dosen adalah mahasiswa disuruh
melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah terstruktur yang
membawa mahasiswa kepada prinsip atau hukum yang tidak diketahui
sebelumnya dari data empiris yang mereka kumpulkan hasil dari
percobaan tersebut.
Namun terdapat berbagai kelemahan dasar dari cara seperti ini,
secara logis prinsip ilmiah dan hukum alam tidak dapat dibuktikan
secara langsung, prinsip ilmiah dan hukum alam juga tidak dapat diuji
hanya dengan jumlah percobaan yang terbatas yang dilakukan oleh
mahasiswa. Keterbatasan alat yang digunakan, keterampilan yang
dipunyai, waktu yang singkat dan kompleksitas generalisasi,
merupakan keterbatasan percobaan mahasiswa yang menunjukkan hal
yang hebat kalau mahasiswa bisa menghasilkan prinsip teoritis yang
penting dari sekumpulan data mentah hasil percobaan. Maka
bimbingan dari dosen dan asisten dosen sangat di butuhkan dalam
proses penelitian.
6
Banyak sekali alat-alat praktikum yang harus kita kenal dan kita
ketahui agar dalam proses penelitian dan praktikum berjalan lancar
tanpa ada masalah.pengenalan alat ini juga akan menambah wawasan
dan pengetahuan bagaimana cara kerja alat tersebut besert fungsinya.
Tentu dari sini kita bisa belajar bagaman penggunaannya agar dalam
penelitian kita nanti mendapatkan hasil yang akurat dan dapat
dipercaya. Hasil penelitan tergantung dari proses penelitian, jika
penelitian baik dan penggunaan alatnya benar tentu hasil pengamatan
kita baik pula. Alat-alat laboratorium juga tidak bisa digunakan jika
tidak sesuai dengan fungsinya maka dari itu kita harus teliti dan
mebutuhkan pengetahuan bagaimana mengunakan alat tersebut agar
tidak terjadi salah penggunaan dan pemakainnya.
Alat-alat laboratorium juga banyak yang berbahaya seperti alat
yang harus seteril maka sebelum menggunakan alat tersebut kita harus
mensterilkan tangan kita.jika tidak hal itu bisa mengganggu proses
suatu penelitian dan tentunya akan berdampak pada hasil penelitian
tersebut. Perhatian terhadap penggunaan alat laboratorium harus di
perhatikan guna keselamatan dan keberhasilan kerja atau penelitian.
2. Peralatan Alat Laboratorium
Peralatan dalam suatu laboratorium pada dasarnya terdiri dari
peralatan gelas seperti pipet, labu ukur, gelas beker dan sebagainya,
dan peralatan instrument seperti mikroskop, timbangan pemanas dan
lain sebagainya.
a) Peralatan Gelas
Peralatan gelas merupakan dasar pembentukan suatu
laboratorium, baik itu merupakan laboratorium yang sederhana
maupun untuk tujuan penelitian. Ada beberapa jenis kaca sebagai
bahan baku peralatan gelas tersebut dan setiap jenis mempunyai
sifat dan harga yang berbeda.
7
Didalam melakukan suatu percobaan di laboratorium
kadang-kadang harus dipilih bahan peralatan yang cocok (gelas
atau bahan lainnya) sehingga tidak terjadi kekeliruan atau salah
pengertian mengenai sifat-sifat bahan peralatan sesuai yang ada
dalam prosedur percobaan. (Alaerts, 1984 : 1)
Beberapa peralatan gelas seperti tabung reaksi, gelas kimia,
gelas Erlenmeyer, labu ukur, pipet tetes,serta beberapa peralatan
gelas lainnya harus bebas dari kotoran. Kotoran berupa sisa-sisa zat
kimia atau noda lainnya dapat mengaburkan data pengamatan
bahkan dapat menggagalkan percobaan atau eksperimen itu sendiri.
Kesimpulan yang diambilpun menjadi kurang tepat atau salah.
Bukan itu saja, kerugian akan dialami dalam hal waktu, tenaga, dan
juga finansial (pemborosan bahan atau zat) karena akan
mempertinggi biaya pelaksanaan eksperimen dari yang seharusnya,
atau karena kegagalan harus mengurangi eksperimen serupa dari
awal. Sementara itu, pereaksi yang akan dikemas dalam botol
pereaksi dapat tercemar oleh kotoran yang menempel pada dinding
botolnya.
Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor,
atau dari hasil pencucian yang tidak / kurang bersih akan
menyukarkan proses pencucian atau pembersihan pada saat
lainnya. Semakin lama tersimpan, semakin keras dan semakin
melekat kuat kotoran itu.
Akibatnya, kotoran semakin sukar larut oleh cairan
pembersih sederhana, dan pekerjaan membersihkan dan pencucian
selanjutnya akan menjadi lebih lama dan rumit karena semakin
banyak tahap dan jenis cairan pencuci yang harus diterapkan. Jika
memungkinkan peralatan harus dibersihkan saat itu juga setelah
selesai digunakan. Zat atau kotoran yang masih basah akan jauh
lebih mudah dibersihkan.
8
Peralatan gelas seperti pipet, labu ukur dan lain-lain, sangat
teliti dan merupakan produksi kerajinan dan teknologi yang
bermutu tingi, namun ketelitian tidak akan berarti lagi bila selama
analisa, cara pemakaian alat adan prosedur tidak dilakukan dengan
cermat dan tepat.(Ham, 2005 : 201-202).
b) Peralatan Instrumen
Peralatan instrument di laboratorium memiliki konstruksi
yang lebih kompleks dan canggih dibanding peralatan gelas.
Contoh peralatan instrument adalah mikroskop, timbangan,
pemanas dan lain-lain. Namun kali ini kita hanya mengamati
mikroskop cahaya dan mikroskop listrik.
1) Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000
kali. Mikroskop cahaya memiliki bentuk yang lebih kecil
daripada mikroskop elektron. Mikroskop cahaya memiliki tiga
dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa
kondensor. Mikroskop cahaya ini menggunakan jauh lebih
sedikit energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih panjang
dibandingkan mikroskop elektron. Sumber pencahayaan dalam
mikroskop cahaya adalah sinar matahari atau sinar lainnya.
Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa
objektif, lensa okuler dan lensa kondensor.
2) Mikroskop Listrik/Elektron
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu
untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali.
Mikroskop elektron memiliki bentuk yang lebih besar daripada
mikroskop cahaya. Menggunakan elektro statik dan elektro
magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar
serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi
yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop
elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi
9
elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop
cahaya. Sumber pencahayaan dalam mikroskop cahaya adalah
sinar yang didapat dari elektrostatik dan elektromagnetik.
Medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa
dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu
untuk melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali.
Mikroskop elektron memiliki bentuk yang lebih besar daripada
mikroskop cahaya. Menggunakan elektrostatik dan
elektromagnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan
gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta
resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya.
Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi
dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan
mikroskop cahaya. Sumber pencahayaan dalam mikroskop
cahaya adalah sinar yang didapat dari elektrostatik dan
elektromagnetik. Medan listrik dan medan magnet dapat
berperan sebagai lensa dan cermin seperti pada lensa gelas
dalam mikroskop cahaya.
B. Cara Penggunaan Mikroskop
1. Mikroskop
Mikroskop berasal dari kata mikros dan scopein. Mikros berarti
kecil dan scopein artinya melihat. Jika dijadikan satu maka menjadi
mikroskop yang didefinisikan sebagai alat untuk melihat benda kecil
untuk dilihat secara kasat mata. Sejarah mikroskop sendiri diawali
pada masa Anthony Van Leeuwenhoek (1632-1723). Anthony Van
Leeuwenhoek membuat mikroskop pertamanya pada tahun 1675
dengan cara menumpuk beberapaa kaca pembesar. Melalui percobaan
itu Anthony bias mengamati mikroorganisme dalam air. Dari situlah
kemudian kegunaan mikroskop sebagai alat untuk melihat jasad renik
mulai dikembangkan.
10
Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari
dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata)
dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler
dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya
dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang putar (Volk, 1984).
Terdapat berbagai tipe mikroskop yang masing-masing mempunyai
tujuan penggunaan tertentu dan dengan berbagai macam
kelengkapannya pula. Benda atau organisme yang akan diamati
dengan mikroskop harus berukuran kecil dan tipis agar dapat ditembus
oleh cahaya. Macam-macam mikroskop, yaitu :
a) Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000
kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan
tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya
memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan
kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua
ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada
ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif
yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung
mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat
preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor
berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop yang
lain.
b) Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya
bisa digunakan untuk benda yang berukuran relatif besar.
Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda
yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga
dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan
mikroskop cahaya (Champbell, 2000).
11
c) Mikroskop Pendar
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi
benda asing atau antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus)
dalam jaringan. Dalam teknik ini protein antibodi yang khas
mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian
atau dikonjungsi dengan pewarna pendar. Karena reaksi antibodi-
antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan terjadi
apabila antigen yang dimaksud ada dan dilihat oleh antibodi yang
ditandai dengan pewarna pendar (Volk, 1984).
d) Mikroskop Medan Gelap
Mikroskop ini digunakan untuk mengamati bakteri hidup,
khususnya bakteri yang begitu tipis yang hampir mendekati batas
daya pisah mikroskop majemuk.
e) Mikroskop Fase Kontras
Mikroskop ini digunakan untuk mengamati benda hidup
dalam keadaan alaminya, tanpa menggunakan bahan pewarna.
Pada bawah meja objeknya dan pada lensa objektifnya terpasang
perlengkapan fase kontras (Volk, 1984).
f) Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100
ribu kali, elektron digunakan sebagai pengganti cahaya.
Mikroskop elektron mempunyai dua tipe, yaitu mikroskop
elektron scanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi
(TEM). SEM digunakan untuk studi detil arsitektur permukaan
sel (atau struktur renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga
dimensi. Sedangkan TEM digunakan untuk mengamati struktur
detil internal sel.
12
g) Mikroskop Elektron Pemayaran
Mikroskop ini menggunakan berkas elektron, tetapi yang
seharusnya ditransmisikan secara serempak ke seluruh medan
elektron difokuskan sebagai titik yang sangat kecil dan dapat
digerakkan maju mundur pada spesimen (Winatasasmita, 1986).
2. Bagian-Bagian Mikroskop Beserta Fungsinya
a) Bagian – Bagian Optik
Adapun bagian – bagian optik dari mikrosop antara lain :
1) Lensa okuler, yaitu lensa yang terdapat pada bagian ujung atas
tabung pada gambar, pengamat melihat objek pada lensa ini.
Lensa okuler berfungsi untuk memperbesr kenbali bayangan
dari lensa objektif. Lensa okuler biasa memiliki perbesaran
6,10, atau 12 kali.
2) Lensa objektif, yaitu lensa yang dekat dengan objek. Biasanya
terdapat 3 lensa objektif pada mikroskop yaitu dengan
perbesaran 10,40, atau 100 kali. Saat menggunakan lensa
objektif pengamat harus mengoleskan minyak emersi ke
bagian objek, minyak emersi ini berfungsi sebagai pelumas
dan untuk meperjelas bayangan benda, karena saat perbesaran
100 kali, letak lensa dengan objek yang di amati sangat dekat,
bahkan kadang bersentuhan.
3) Kondensor, yaitu bagian yang dapat diputar naik turun yang
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh
cermin dan memusatkannya ke objek.
4) Diafragma, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk dan mengenai preparat.
5) Cermin, yaitu bagian yang berfungsi untuk menerima dan
mengarahkan cahaya yang diterima. Cermin mengarahkan
cahaya dengan cara memantulkan cahaya tersebut.
13
b) Bagian–Bagian Mekanik (Non-Optik)
Adapun bagian–bagian mekanik (Non-Optik) antara lain :
1) Revolver, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur
perbesaran lensa objektif yang diinginkan.
2) Tabung Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi untuk
menghubungkan lensa objektif dan lensa okuler mikroskop.
3) Lengan Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi tempat
pengamat memegang mikroskop.
4) Meja Benda, yaitu bagian yang berfungsi untuk menempatkan
objek yang akan diamati, pada meja benda terdapat penjepit
objek, yang menjaga objek tetap di tempat yang diinginkan.
5) Makrometer (pemutar kasar), yaitu bagian yang berfungsi
untuk menaikan atau menurunkan tabung secara cepat untuk
pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran dari objek
yang diinginkan.
6) Mikrometer (pemutar halus), yaitu bagian yang berfungsi
untuk menaikan atau menurunkan tabung secara lambat untuk
pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran objek yang
diinginkan.
7) Kaki Mikrosop, yaitu bagian yang berfungsi sebagai
penyangga yang menjaga mikrosop tetap pada tempat yang
diinginkan, dan juga untuk tempat memegang mikroskop saat
mikrosop hendak dipindahkan.
C. Pembuatan Media
1. Media
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (zat
makanan) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba termaksud
bakteri patogen. Selain untuk menumbuhkan mikrobia medium dapat
digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat
fisiologi dan perhitungan jumlah mikrobia (Khaeruni dan Satrah,
2017).
14
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan
oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-molekul kecil
yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media,
pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi
kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari
agar-agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai
pemadat media (Suhardi, 2013).
Media biakan yang mampu mendukung optimalisasi pertumbuhan
milroorganisme harus dapat memenuhi persyaratan nutrisi bagi
mikroorganisme. unsur tersebut berupa garam organik, sumber energi
(karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula
ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa
kompleks lainnya (Suardana dkk, 2014).
2. Bentuk Media
Bentuk media ditentukan oleh ada tidaknya penambahan zat
pemadatan, seperti agar-agar, gelatin dan sebagainya. Ada tiga bentuk
media, yaitu:
a) Media padat
Dimana pada media digunakan bahan pemadat, misalnya
agar-agar. Jumlah tepung agar yang ditambahkan tergantung
kepada jenis mikroba yang dibiakkan. Bila mikroba memerlukan
kadar air tinggi maka jumlah tepung agar harus rendah/sedikit,
tetapi bila kadar air harus rendah maka penambahan tepung agar
harus lebih banyak. Media padat umumnya dipergunakan untuk
bakteri, ragi, jamur dan kadang-kadang mikroalgae. Media ini
terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu:
1) Bentuk lempeng, media dibekukan di dalam cawan pertri.
15
2) Bentuk miring, media dibekukan dalam keadaan miring di
dalam tabung reaksi.
3) Bentuk tegak, media dibekukan dalam keadaan tegak dalam
tabung.
Media Agar Padat(1,5 – 2% agar)
No Media Kegunaan
1. Agar Nutrien Mengasingkan/mempelajari koloni bakteri.
2. Agar Darah Membiakkan bakteri yang memerlukan nutrisi tinggi
dan melihat adanya reaksi hemolisis.
3. Agar Coklat
Thayer Martin Medium selektif untuk membiakkan, Neisseria sp
4. Agar Endo Medium selektif dan diferensial untuk membiakkan
bakteri entrik.
5. Agar Eosin Methylene
Blue (EMB)
Medium selektif dan diferensial untuk membiakkan
bakteri entrik.
6. Agar Salmonella Shigella Medium selektif dan diferensial untuk
membiakkan Salmonella dan shigella.
7. Agar Thiosulphate Citrate Bile
Sucrose (TCBS)
Medium selektif dan diferensial untuk
membiakkan Vibrio cholera dan Vibrio sp. Lainnya.
8. Serum Loeffler Mebiakkan Corynebacterium diphteriae.
9. Agar Darah Telurit Medium selektif untuk menbiakkan Corynebacterium
sp.
10. Triple Sugar Iron Agar Melihat kemampuan bakteri dalam meragi gula-gula
dan membentuk H2S.
11. Lowenstein Jansen Membiakkan Mycobacterium sp.
12. Agar Sabouraud Membiakkan koloni jamur.
b) Media cair
Yaitu bila ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat.
Umumnya dipergunakan untuk pembiakan mikroalgae, kadang-
kadang bakteri dan ragi.
16
Media Cair
No Media Kegunaan
1. Kaldu Membiakkan bakteri atau membuat suspensi bakteri.
2. Kaldu Darah Membiakkan bakteri dan melihat hemolisis bakteri.
3. Air Pepton Membiakkan bakteri dan membuat suspense bakteri.
4. Perbenihan Tarozzi Membiakkan bakteri anairob.
5. Perbenihan Thioglikolat Perbenihan transpor dan persemaian untuk bakteri
aerob dan anaerob.
.6. Perbenihan Empedu Membiakkan bakteri enteric terutama
untuk Salmonella sp.
7. Gula Air Pepton
- Mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasi gula. Gula yang digunakan : a. - Glukosa (tutup tabung berupa kapas berwarna
kuning). b. - Laktosa (tutup tabung berupa kapas berwarna
kuning). - Manitol (tutup tabung berupa kapas berwarna hijau).
d. - Maltosa (tutup tabung berupa kapas berwarna
merah).
c) Media semi padat atau semi cair
Yaitu bila penambahan zat pemadat hanya 50% atau
kurang. Umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang
banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau
fakultatif, atau untuk pemeriksaan pergerakkan bakteri.
Media Agar Semisolid (0,5% Agar)
No Media Kegunaan
1. Semisolid Melihat gerak bakteri dan dapat juga digunakan untuk
melihat reaksi indol.
3. Sifat Media
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain
seperti isolasi, seleksi dan diferensiasi biakan yang didapat. Artinya
penggunaan beberapa jenis zat tertentu yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakkan mikroba, banyak juga
17
dilakukan dan digunakan. Sehingga masing-masing media mempunyai
sifat (spesifikasi) tersendiri sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan
sifat-sifatnya, media dibedakan menjadi:
a) Media Dasar / Umum
Yaitu media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat
mendukung pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya
adalah nutrient broth, kaldu pepton, dan sebagainya.
b) Media Yang Diperkaya
Media yang diperkaya merupakan media yang telah
ditambahkan dengan bahan-bahan bernutrisi tinggi, seperti darah,
serum, atau ekstrak khamir, untuk tujuan kultivasi organisme-
organisme selektif.
1) Agar darah: darah yang dimasukkan ke dalam media ini
merupakan bahan pengayaan untuk kultivasi organisme-
organisme selektif, seperti streptococus spp. Darah juga
memungkinkan terjainya sifat hemolitik dari beberapa
mikroorganisme, terutama streptokokus, yang aktivitas
hemolisisnya diklasifikasi sebagai berikut,
2) Hemolisis gamma: tidak terjadi lisis sel-sel darah merah
sehingga tidak ada perubahan yang signifikan pada tampilan
media di sekeliling koloni.
3) Hemolisis alfa: terjadi lisis sel-sel darah merah secara tidak
sempurna, dengan reduksi hemoglobin menjadi meteglobin,
menghasilkan suatu halo berwarna kehijauan di sekeliling
pertumbuhan bakteri.
4) Hemolisis Beta: terjadi lisis sel-sel darah merah dengan
penghancuran yang sempurna an penggunaan hemoglobin oleh
organisme yang menghasilkan zona jernih di sekeliling koloni.
Hemoglobin ini dihasilkan oleh dua jenis hemolisin beta yaitu,
streptolisin O (suatu enzim yang labil terhadap oksigen dan
18
bersifat antigenik) reaksi hemolitik ditingkatkan ketikan agar
lempeng darah digores dan ditusuk secara bersamaan untuk
memperlihatkan hemolisis subpermukaan oleh streptolisin O
dalam suatu lingkungan dengan tekanan oksigen yang
berkurang. Berasarkan pola hemolisis pada agar darah,
streptokokus hemolitik beta patogenik dapat dibedakan dari
anggota lainnya dalam kelompok ini.
c) Media Diferensial
Media ini digunakan untuk membedakan bentuk dan
karakter koloni mikroba yang tumbuh. Beberapa mikroba dapat
tumbuh di dalam media ini, tetapi hanya beberapa jenis saja yang
mempunyai penampilan pertumbuhan yang khas sehingga dapat
dibedakan. Media ini berfungsi untuk isolasi dan identifikasi
bakteri.
d) Media Selektif
Media ini digunakan untuk memilih (mengisolasi)
kelompok-kelompok bakteri yang spesifik. Media-media tersebut
mengandung zat-zat kimia yang menghambat pertumbuhan satu
jenis bakteri dan memungkinkan pertumbuhan bakteri lainnya
sehingga memudahkan isolasi bakteri.
1) Agar feniletil alkohol: Media ini digunakan untuk isolasi
sebagian besar organisme Gram-Positif. Feniletil alkohol
menghambat sebagian pertumbuhan organisme-organisme
gram-negatif, yang dapat membentuk koloni-koloni visibel
dengan ukuran dan jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan
pada media lain.
2) Agar kristal violet: Media ini bersifat selektif untuk sebagian
besar mikroorganisme gram-negatif. Pewarna kristal violet
memberikan efek penghambatan pada sebagian besar
mikroorganisme gram-positif.
19
3) Agar NaCl 7,5 %: Media ini menghambat kebanyakan
organisme, kecuali mikroorganisme halofilik (suka garam).
Media ini paling bermanfaat dalam pendeteksian anggota-
anggota genus staphylococcus.
e) Media Uji
Media ini digunakan untuk pengujian senyawa atau benda
tertentu dengan bantuan mikroba. Misalnya, media penguji
vitamin, antibiotika, residu pestisida, residu deterjen dan lain-lain.
Media ini disamping tersusun oleh senyawa dasar untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, juga
sejumlah senyawa tertentu yang akan diuji.
4. Cara Pembuatan Media
Garis besar pembuatan media yang tersusun atas beberapa bahan
adalah sebagai berikut :
a) Mencampur bahan-bahan: bahan-bahan yang dilarutkan dalam air
suling. Kemudian dipanaskan dalam pemanas air supaya larutannya
homogeny.
b) Menyaring: beberapa jenis media kadang-kadang perlu disaring,
dan sebagai penyaringan dapat digunakan kertas saring, kapas atau
kain. Untuk media agar atau gelatin penyaringan harus dilakukan
dalam keadaan panas.
c) Menentukan dan mengatur pH: penentuan pH media dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas pH, pH meter atau dengan
komparator blok. Pengaturan pH media dapat dilakukan dengan
penambahan asam atau basa (organik atau anorganik).
d) Memasukkan media ke dalam tempat tertentu: sebelum
disterilakan, media dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
Erlenmeyer atau wadah lain yang bersih, kemudian dibungkus
kertas sampul (kertas perkamen) supaya tidak basah sewaktu
disterilkan.
20
e) Sterilisasi: pada umumnya sterilisasi media dilakukan dengan uap
panas di dalam autoclave, pada suhu 121oC selama 15-30 menit
(Sutedjo,1996).
D. Sterilisasi
1. Definisi Sterilisasi
Steril merupakan keadaan dimana alat-alat yang digunakan sudah
terbebas dari bakteri yang mengkontaminasi. Sedangkan sterilisasi
adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal
ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi
biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh
atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi
tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari
asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen
kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006).
2. Proses Sterilisasi
a) Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan
menggunakan air jenuh basah dapat digunakan untuk mensterilkan
bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan
tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara
110oC dan 121
oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan
cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling,
peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang
tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan
sterilisasi basah:
1) Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus
dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator.
21
2) Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena
itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur
agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3) Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus
permeabel terhadap uap.
4) Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus
mencapai 121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15
menit (Ratna, 1993).
b) Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat
diterapkan dengan cara pemanasan langung sampai merah,
melayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan
udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam
sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium. Dalam sterilisasi panas
kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet, tabung reaksi,
cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya.
Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara
membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah
tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven
(Ratna,1993).
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini
terlebih dahulu membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung
atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi
160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.
Berikut adalah tabel daftar suhu dan waktu yang biasa
digunakan untuk sterilisasi panas kering dengan oven:
c) Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk
uap mengalir. Metode ini mempunyai keterbatasan. Penggunaan
uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk
mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk
22
larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal
tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari
kebanyakan bakteri tidak membentuk spora.
Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada
bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, suatu
perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh
semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan
spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, dilakukan sterilisasi
bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari
20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi
bahan disimpan pada inkubator pada 37oC. Prinsip dari metode ini
adalah pada saat pemaparan pertama, uap membunuh bakteri
vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada
inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan
tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini
akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari
proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk
vegetatif selama masa istirahat (Ratna,1993).
d) Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan
medium laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan
jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron
atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di
dalam larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat
dari gelas sinter, selulsa dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-
pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22 sampai 10 mikron.
Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan
sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak
terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk
bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau
mikoplasma.Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan
23
cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri,
medium sintetik tertentu, dan antibiotik. Pori-pori yang lebih kasar
biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-
pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan
(Ratna,1993). Ada beberapa macam filter, yaitu:
1) Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai
adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan
layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny
dibungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong
dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke
potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
2) Filter Fritted-Glass
Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan
ukurannya. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel
dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong
buhcner.
3) Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan
kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun dari tanah silika murni.
Masing-masing filter bermuatan negatif.
4) Filter Selas
Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua
larutan yang tidak menyerang silika.
5) Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari bahan pori porselen tak berkaca dengan pori
kecil yang menghasilkan filtrasi lambat (Sumarsih 2003).
24
e) Sterilisasi dengan desinfektan
Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri.
Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara
lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta alkohol dan
campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol,
dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida, yodium,
alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik.
Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap
desinfektan daripada bakteri yang tua. Kepekatan, konsentrasi dan
lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan merupkan faktor-
faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini (Agus, 2006).
f) Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap
untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan
kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilena
oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin.
Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung
pada bahan kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat
sterilisasi gas antara lain:
1) Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk
menghilangkan semua sisa bahan kimia yang digunakan.
2) Daya bahan bakar yang bersangkutan.
3) Persyaratan peralatan.
4) Biaya pelaksanaan (Agus, 2006).
g) Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar
gamma (sinar UV kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik
karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya terbatas
karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi (Agus
dkk, 2006).
25
3. Metode Sterilisasi
a) Metode sterilisasi fisika
Metode sterilisasi fisika terdiri dari metode sterilisasi panas
(panas kering dan panas lembab), metode radiasi, dan metode
mekanik (filtrasi).
1) Metode sterilisasi panas
Metode ini merupakan metode yang melibatkan pemanasan
dan paling sering dipergunakan. Metode sterilisasi ini
digunakan untuk bahan yang tahan panas. Proses sterilisasi
panas terdiri dari 3 tahap yaitu :
a) Tahap pemanasan (heating stage): Peningkatan temperatur
bahan yang akan disterilisasi.
b) Tahap sterilisasi (holding stage): Waktu yang diperlukan
untuk proses sterilisasi.
c) Tahap pendinginan (cooling stage): Waktu yang diperlukan
untuk penurunan temperatur bahan yang disterilisasi.
Metode ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Metode Sterilisasi Panas Kering
Metode sterilisasi panas kering merupakan metode
sterilisasi dengan menggunakan panas tanpa kelembaban
pada temperatur 160-180oC yang biasanya digunakan untuk
bahan yang sensitif terhadap lembab. Metode ini
merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak
dipergunakan. Sterilisasi ini berfungsi untuk mematikan
organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel
ataupun mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau plastik,
waktu sterilisasinya lama (sekitar 2-3 jam), dan berdaya
penetrasi rendah.
26
Metode sterilisasi kering ini tidak memerlukan air
sehingga tidak ada uap air yang membasahi alat atau bahan
yang disterilkan. Ada dua metode sterilisasi panas kering,
yaitu dengan insinerasi (incineration) yaitu pembakaran
dengan menggunakan api dari Bunsen dengan temperatur
sekitar 350oC dan dengan udara panas oven yang lebih
sederhana serta murah dengan temperatur sekitar 160-
170oC.
b) Metode Sterilisasi Panas Basah
Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara
perebusan menggunakan air mendidih 100oC selama 10
menit efektif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot,
namun tidak efektif untuk endospora bakteri. Tingkat
sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 100oC
tergantung pada temperatur dan atau waktu sterilisasi,
endospora bakteri umumnya resisten terdapat sterilisasi
cara ini. Sterilisasi panas basah menggunakan temperatur di
atas 100oC dilakukan dengan uap yaitu menggunakan
autoklaf, alat serupa pressure cooker dengan pengatur
tekanan dan klep pengaman.
Prinsip autoklaf adalah terjadinya koagulasi yang
lebih cepat dalam keadaan basah dibandingkan keadaan
kering. Proses sterilisasi dengan autoklaf ini dapat
membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi
atau mengkoagulasi protein pada enzim dan membran sel
mikroorganisme. Proses ini juga dapat membunuh
endospora bakteri. Terdapat 3 tipe autoklaf, yaitu protable
bench top, gravity displacement, dan multicycle porous-
load.
27
2) Metode Sterilisasi Penyaringan
Metode sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk
bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya enzim. Pada
proses ini digunakan membran filter yang terbuat dari selulosa
asetat. Kerugian prosedur ini adalah biaya yang mahal serta
filter yang mudah mampat akibat filtrat tertinggal pada
saringan sehingga harus sering diganti. Kerugian yang lain
adalah meskipun memiliki pori-pori yang halus, membran
filter tidak dapat digunakan untuk menyaring virus.
3) Metode Sterilisasi Radiasi
Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi dilakukan
dengan menggunakan sinar UV ataupun dengan metode
ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260 nm
memiliki daya penetrasi yang rendah sehingga tidak
mematikan mikroorganisme namun dapat mempenetrasi gelas
air dan substansi lain.
b) Metode Sterilisasi Kimia
Metode sterilisasi kimia dilakukan untuk bahan-bahan yang
rusak bila disterilkan pada suhu tinggi (misalnya bahan-bahan dari
plastik). Kekuatan agen antimikroba kimiawi diklasifikasikan
sebagai kategori tingkat tinggi karena efektif terhadap seluruh
bentuk kehidupan termasuk endospora bakteri. Agen dengan
kategori sedang didefinisikan sebagai tuberkuloisidal karena
mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis dan umumnya
efektif terhadap banyak virus yang resisten seperti halnya virus
hepatitis dan rhinovirus, namun tidak efektif terhadap endospora
bakteri. Agen dengan kategori rendah tidak bersifat tuberkuloisidal,
tidak efektif terhadap endospora bakteri dan berbagai spora fungi,
serta tidak aktif terhadap naked virus.
28
Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan gas atau radiasi. Beberapa bahan kimia yang dapat
digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas
formaldehid, asam parasetat dan glutaraldehid alkalin. Sterilisasi
kimia dapat juga dilakukan dengan penggunaan cairan disinfektan
berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik, dan alcohol (Pratiwi,
2006).
E. Disinfektan
1. Definisi Disinfektan
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik
(bakterisid), terutama pada benda mati. Proses desinfeksi dapat
menghilangkan 60%-90% jasad renik. Desinfektan digunakan secara
luas untuk sanitasi baik di rumah tangga, laboratorium, dan rumah
sakit (Shaffer, 1965; Larson, 2013).
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin
dikerjakan, meliputi penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme
patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya
mikroorganisme tersebut.
Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat
untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum
luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH,
temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia,
29
tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan
menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda,
stabil, mudah digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 1995; Butcher
and Ulaeto, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang
digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi
populasi jasad renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan,
temperatur, dan lingkungan sekitar (Pratiwi, 2008). Sehingga merusak
membran sel, mendenaturasi protein, dan menghambat enzim. Pada
kadar optimal, senyawa ammonium kuartener menyebabkan sel
mengalami lisis sedangkan pada kadar yang lebih tinggi, terjadi
denaturasi protein enzim bakteri (Siswandono, 1995; Stevens, 2011).
2. Jenis Disinfektan
a) Chlorin
Chlorin banyak di gunakan dalam pengelolaan air bersih
dan air lmbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidant.
Chlorine di gunakan untuk mengunakan rasa dan warna pada
pengelolaan air bersih. Adapun macam-macam chlorine antara
lain:
1) Anorganik cholaramine
2) Organic cholaramine
3) Cholorine di oksida
b) Ozone
Ozone bersifat larut d dalam air dan mudah berkomposisi
pada temperature dan PH tinggi. Karena sifat terakhir ini, maka
harus disiapkan / dibuat sesaat sebelum digunakan. Ozone
merupakan oksidator kuat dan bereaksi dengan cepat dengan
hamper semua zat organik dan anorganik. Meskipun demikian,
pengecualian terjadi bagi ion cholorida karena karena tidak
bereaksi dengan ozone atau ammonia yang hanya sedikit bereaksi
dengan ozone.
30
Sifat ozone yang bereaksi dengan cepat menyebabkan
persitensinya di dalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian
desinfektan ini kurang efekti bila dimasudkan untuk menjaga
kualtas air yang terkontaminasi di jaringan distribusi.
Ozone sanagat tidak stabil di da;am air serta mempunyai
waktu paru sebesar 40 menit ada PH 7,6 dan suhu 14,6oC. pada
suhu udara bebas, diperkirakan waktu luruhnya hanya sekitar 20
menit kemampuan ozone untuk membunuh mikrorganisme.
c) Yodine dan bromine
Sudah sejak lama lodine di gunakan sebagai antiseptic pada
luka yang kita derita. Meskipun pengunaannya sebagai desinfektan
tidak / kurang popular saat ini. seperti hanya cholorine dan
bromine, penggunaan lodine memerlukan memerlukan biaya yang
lebih besar. Aktivitas lodine dan dalam membinaskan bakteri dan
cyste sangat tergantu pada PH. Akan membinasakan virus dan
lodine lebih efektif daripada chloride dan bromine.
Bromine merupakan bakteri dan virusida yang efektif. Pada
kehadiran ammonia di dalam air, bromine masih lebih efektif bila
dibandingkan dengan chlorine. Sebagi cystesida, asam
hypobromous masih tetap aktif pada PH > 9.
3. Macam-Macam Disinfektan
a) Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak
dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang
disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan
suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah
merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula
mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa
menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan.
Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom,
metafen atau mertiolat.
31
b) Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai
daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap
bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah
dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna
tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan
protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet
Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang
digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
c) Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.
persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan
desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan
dan minum.
d) Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2–4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau
kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah
desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain.
Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang
mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan
menjadi menarik.
e) Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja
fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol.
Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak
dirusak oleh adanya bahan organik. Namun, agen ini menimbulkan
iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu
digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu
32
persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada
kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
f) Alkohol
Sementara etil alohol mungkin yang paling biasa digunakan,
isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa
digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).
g) Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan
sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai
bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,
formaldehida dikenal sebgai formalin.
h) Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan
agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif.
Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang
berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan
melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup
rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial
untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka
tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti
drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan
pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
i) Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena
kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi
sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang
dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
33
j) Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen
oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak
jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri
vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton
dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak
terdapat betapropiolakton yang tersisa.
k) Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat
subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada
atom nitrogen. Senyawa–senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada
umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap
organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.
l) Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu
menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting
karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring
dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.
m) Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan
yang mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan
bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama
bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu
tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus
sangat peka terhadap sulfonamide.
n) Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun
mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
34
4. Ciri-Ciri Disinfektan
Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu :
a) Aktivitas antimicrobial
Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam
mikroorganisme.
b) Kelarutan
Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-
pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat
digunakan secara efektif.
c) Stabilitas
Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan
beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh
menghilangkan sifat antimikrobialnya.
d) Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup
Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengenalan Alat Laboratorium
Peralatan dalam suatu laboratorium pada dasarnya terdiri dari
peralatan gelas seperti pipet, labu ukur, gelas beker dan sebagainya,
dan peralatan instrument seperti mikroskop, timbangan pemanas dan
lain sebagainya.
2. Cara Penggunaan Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang
berukuran mikroskopik yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata.
3. Pembuatan Media
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang
terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media
tersebut.
4. Sterilisasi
Sterilisasi adalah upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui
proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatan sebagai tindakan
untuk membunuh kuman patagen atau apatogen serta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,
stoom, menggunakan panas tinggi atau bahan kimia.
5. Disinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
36
B. Saran
Sebaiknya didalam pelaksanaan praktikum ini waktu yang
digunakan dengan baik agar praktikum berjalan sesuai dengan yang
diinginkan. Dan juga praktikan harus berhati-hati pada dalam saat
pelaksanaan praktikum, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Abercombie, M. I993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.
Anonim. 2010. Laporan Praktikum Uji Sensitifitas. http://www.hasilbudaya.com
Anonim. 2011, Metode Sterilisasi. http://rgmaisyah.wordpress.com/ metode-
sterilisasi/, Diakses 18 Maret 2012.
Campbell, N.A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarata: Erlangga.
Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar
Mandiri Abadi. Jakarta.
Hakim, J. 2008. Tanah Dan Sabun Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap
Air Liur Anjing. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Hastowo, Sugyo. 1992. Mikrobiologi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
James Agalloco. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic
version). USA : Informa Healthcare Inc.
Khaeruni, Andi dan Vit Neru Satrah. 2017. Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Pangan. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Kusnada. Dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: Jica.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1986. Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk.
Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Bandung.
Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Umum Program Studi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Biologi F. MIPA UNUD. Bukit Jimbaran.
38
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Gajah Mada University
Press: Yogyakarta.
Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Gramedia. Jakarta.
Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rhineka Cipta. Jakarta.
Sutrisno, E,T. Nurminabari, I,S. 2012. Penuntun Pratikum Kimia
Dasar. Universitas Pasundan : Bandung.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Gramedia. h. 488-
490.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikulum Biologi Dasar. Jurusan Biologi
FMIPA UNM. Makassar.
Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi KelimaJilid I. Erlangga.
Jakarta.
W. Lay. 1992. Mikrobiologi. Bogor: CV. Raja Wali.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.
Winatasasmita, D. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. Universitas Indonesia.
Jakarta.
39
Formulir Penilaian Praktik Mandiri Biomedik III
No.
Aspek yang Dinilai
Bobot
Nilai
YA
TIDAK
1. Pengenalan Alat Laboratorium 20
2. Cara Penggunaan Mikroskop 20
3. Pembuatan Media 20
4. Sterilisasi 20
5. Disinfektan 20
Jumlah 100